BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran
|
|
- Ridwan Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III DASAR TEORI 3.1 Prinsip Pengeboran Hampir dalam semua bentuk penambangan, batuan keras diberai dengan pengeboran dan peledakan. Pengeboran dan peledakan dibutuhkan di sebagian besar tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Kriteria metode penggalian menurut Franklin, dkk (1971) adalah dengan gali bebas (free digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Peledakan terbagi menjadi dua, yaitu peledakan peretakan dan peledakan pembongkaran. Kriteria metode penggalian menurut Franklin, dkk (1971) ditunjukkan pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Kriteria Indeks Kekuatan Batuan (Franklin dkk, 1971) Misal diketahui nilai Point Load Index 10 MPa dan Fracture Index 0,6 m. Pada sumbu X diplot garis pada angka 80 MPa dan ditarik vertikal. Kemudian dari 22
2 sumbu Y diplot garis pada angka 0,6 sampai berpotongan dengan garis hasil plotting dari sumbu X. Dari titik perpotongan tersebut, dapat diketahui metode penggalian yang direkomendasikan. Pada kegiatan pembongkaran material dengan sistem pemboran dan peledakan, kinerja pengeboran adalah kemampuan alat bor untuk membuat lubang bor sebagai tempat bahan peledak. Kegiatan ini disebut pengeboran produksi (production drilling). Seiring dengan perjalanan waktu dan berkembangnya teknologi, pengembangan alat bor juga terus dilakukan. Terdapat dua faktor utama dalam pengembangan alat bor. Pertama, pengembangan sifat metalurgi komponen pengeboran, batang bor dan mata bor. Kedua, pengembangan di bidang pemakaian energi dalam pengeboran untuk mencapai hasil yang efektif. 3.2 Komponen Pengeboran Terdapat empat komponen utama yang ada di semua komponen pengeboran (lihat Gambar 3.2), yaitu: 1. Feed : Gaya aksial yang diberikan untuk memberikan tekanan vertikal pada titik pengeboran. 2. Rotation : Gerakan memutar pada batang dan mata bor. 3. Percussion : Tumbukan yang dilakukan secara berulang pada titik pengeboran 4. Flushing : Suatu usaha untuk sesegera mungkin mengeluarkan potongan hasil pengeboran keluar dari dalam lubang bor dengan memberikan sejumlah fluida bertekanan. 23
3 Gambar 3.2 Komponen Utama dalam Pengeboran Keselarasan antara gaya-gaya percussion, rotation, cutting dan feed menyebabkan mata bor dapat melakukan penetrasi terhadap batuan. Dari komponen utama pada sistem pengeboran tersebut, terdapat empat komponen fungsional utama dalam sistem pengeboran, yaitu: 1. Alat bor Alat bor adalah penggerak utama, mengkonversikan energi dari bentuk awal (fluida, listrik, pneumatic atau motor bakar) menjadi energi mekanik untuk menggerakkan sistem. 2. Batang bor Batang bor mentransmisikan energi dari penggerak utama ke mata bor. 3. Mata bor Mata bor merupakan pemakai energi dalam sistem, merusak batuan secara mekanik untuk mencapai suatu penetrasi. 4. Sirkulasi Fluida Fluida membersihkan lubang bor, mengontrol debu, mendinginkan mata bor dan sewaktu-waktu menstabilkan lubang bor. 24
4 3.3 Metode Pengeboran Secara umum, metode pengeboran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1. Pengeboran Perkusi Pada pengeboran perkusi, pemecahan batuan dilakukan dengan memanfaatkan gaya tumbuk yang dihasilkan oleh mesin bor terhadap batuan. 2. Pengeboran Rotari Pada pengeboran rotari, pemecahan batuan dilakukan dengan memanfaatkan gerak putaran dan gaya dorong yang diberikan kepada mata bor (lihat Gambar 3.3). Gambar 3.3 Gerakan Dasar Pengeboran Rotari 25
5 3. Pengeboran Rotari Perkusi Pengeboran rotari perkusi merupakan kombinasi dari gerakan perkusi, rotasi, feed/ thrust load dan flushing (Gambar 3.4). Gerakan rotasi menggunakan mata bor untuk memecah batuan, sementara aksi perkusi menghasilkan impak sehingga mendapatkan penetrasi pada mata bor yang akan dilanjutkan ke batuan. Gambar 3.4 Gerakan Dasar Pengeboran Rotari Perkusi (Jimeno, 1995) Mesin bor dengan prinsip rotari perkusi dibagi dalam dua bagian besar, yaitu: 1. Top Hammer Ada dua gerakan dasar, perkusi dan rotari yang digerakkan dari luar lubang bor dan ditransmisikan ke mata bor melalui shank adaptor dan drill steel (Gambar 3.5.a). 2. Down the Hole Hammer Gerakan perkusi dilakukan langsung ke mata bor sedangkan rotari digerakkan dari lubang bor. Piston penggerak perkusi menggunakan energi pneumatic sedangkan rotasi dapat digerakkan dengan energi pneumatic dan hidrolik (Gambar 3.5.b). 26
6 (a) Gambar 3.5 Gerakan Dasar Top Hammer (a), dan Down the Hole Hammer (b) (b) 3.4 Teori Penetrasi Untuk menghasilkan suatu penetrasi yang akan memecah batuan, terdapat komponen fungsional dalam sistem pengeboran (lihat Sub-Bab 3.2), yaitu alat bor, batang bor, mata bor dan sirkulasi fluida. Dari komponen fungsional dalam sistem pengeboran tersebut, suatu sistem pengeboran harus memainkan dua fungsi terpisah untuk mencapai kemajuan pengeboran, yaitu: 1. Membongkar atau memecah batuan dari keadaan solidnya. Proses ini dilakukan oleh mata bor sebagai pemakai energi dalam sistem. Fase ini adalah penetrasi terhadap batuan 2. Mengangkat pecahan batuan hasil pengeboran. Fase ini adalah pemindahan cutting. 27
7 3.5 Faktor yang Menentukan Proses Pemecahan Batuan Kekerasan Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan terhadap abrasi. Kekerasan dipakai untuk mengukur sifat-sifat teknis dari batuan dan dapat juga dipakai untuk menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan pada batuan. Kekerasan batuan merupakan fungsi dari komposisi butiran mineral, porositas dan derajat kejenuhan. Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan skala Frederich Van Mohs (1882) (lihat Tabel 3.1) yang ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.1 Skala Mohs Nama Mineral Skala Mohs Talc 1 Gypsum 2 Calcite 3 Fluorite 4 Apatite 5 Feldspar 6 Quartz 7 Topaz 8 Korundum 9 Diamond 10 28
8 Tabel 3.2 Kekerasan Batuan dan Kekuatan Batuan (Dalam Tamrock Surface Drilling and Blasting, 1989) Deskripsi Kekerasan Kekerasan skala Mohs UCS (MPa) Sangat keras > 7 > 200 Keras Keras menengah 4, Cukup lunak 3 4, Lunak Sangat lunak 1-2 < Kekuatan Merupakan sifat mekanik batuan yang sangat berpengaruh terhadap proses pemecahan batuan. Kekuatan mekanik suatu batuan adalah suatu sifat dari kekuatan terhadap gaya luar, baik kekuatan statik maupun dinamik. Pada prinsipnya kekuatan batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Di antara mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan, kuarsa adalah mineral yang terkompak dengan kuat tekan mencapai lebih 500 MPa, sehingga semakin tinggi kandungan kuarsa maka batuan tersebut juga semakin tinggi kekuatannya. Beberapa klasifikasi kuat tekan batuan utuh menurut berbagai peneliti dan institusi ditunjukkan pada Gambar 3.6. Dari klasifikasi tersebut, bahwa batuan mulai dikatakan kuat pada kuat tekan batuan sekitar 10 MPa. 29
9 Gambar 3.6 Klasifikasi Kuat Tekan Batuan (dalam Diktat Pengeboran dan Penggalian, Kramadibrata, 2000) Karakteristik Massa Batuan Karakteristik massa batuan yang mempengaruhi pemecahan batuan adalah RQD, bidang diskontinuiti, dan jarak antar bidang diskontinuiti. 1. Rock Quality Designation (RQD) RQD merupakan parameter yang dapat menunjukkan kualitas massa batuan. RQD dikembangkan oleh Deere (1964) yang mana datanya diperoleh dari pengeboran inti (lihat Gambar 3.7). RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang minimum 10 cm, dengan persamaan 3.1. RQD = Panjang total inti bor Panjang total bor 0.10 m (m) X 100%... (3.1) 30
10 Gambar 3.7 Skematik Perhitungan RQD (Deere, 1964) Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran orientasi dan jarak antar diskontinuiti pada singkapan batuan. Priest & Hudson (1976) mengajukan persamaan: RQD = 100 0,1λ e (0,1 λ + 1)... (3.2) Keterangan : λ = Frekuensi dikontinuiti per meter. 2. Bidang diskontinuiti Kehadiran bidang diskontinuiti atau kekar di dalam massa batuan dapat membantu mudahnya proses penggalian namun belum tentu untuk pemboran. Parameter penting dalam karakteristik bidang diskontinuiti adalah jarak antar bidang diskontinuiti dan orientasi bidang diskontinuiti. Jarak antar bidang diskontinuiti adalah jarak tegak lurus antara dua bidang diskontinuiti yang berurutan sepanjang garis pengamatan. Semakin jauh jarak antar bidang diskontinuiti maka massa batuan secara keseluruhan dapat dikatakan masif. 31
11 3.5.4 Sifat Gabungan Mekanik Batuan dan Massa Batuan Sistem Rock Mass Rating (RMR) atau sering juga dikenal sebagai Geomechanics Classification dibuat oleh Bieniawski (1973). Klasifikasi ini merupakan sifat gabungan mekanik batuan dan massa batuan, yang terdiri dari enam parameter utama, yaitu: Kuat tekan batuan utuh (UCS), Rock Quality Designation (RQD), Jarak diskontinuiti/ kekar, Kondisi diskontinuiti/ kekar, Kondisi air tanah dan Orientasi diskontinuiti/ kekar. Tiap parameter diberikan pembobotan dan penjumlahan bobot tiap parameter adalah nilai RMR. Semakin tinggi nilai RMR berarti batuannya semakin masif. Pembobotan nilai RMR ditunjukkan pada Gambar 3.8. Gambar 3.8 Pembobotan Parameter untuk Penentuan Nilai RMR (Bieniawski, 1973) Abrasivitas Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan material lain. Ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi keausan (umur) mata bor dan batang 32
12 bor. Kandungan kuarsa dari batuan biasanya dianggap dapat dipercaya untuk mengukur keausan mata bor. 3.6 Laju Penembusan Dalam operasi pemboran, laju penembusan batuan (penetration rate) merupakan ukuran yang sangat penting, selalu dipertimbangkan dan sering kali digunakan sebagai ukuran prestasi suatu pemboran. Laju penembusan biasanya dinyatakan dalam meter per jam, atau inci per menit. Laju penembusan dari sistem pemboran tergantung pada faktor-faktor berikut: 1. Geomekanik, 2. Karakteristik mineralogi, 3. Gaya tumbuk, 4. Diameter lubang tembak, 5. Gaya penekanan (feed atau thrust) pada batang bor, 6. Kedalaman pemboran, 7. Sirkulasi fluida (flushing), 8. Desain peralatan, 9. Kondisi kerja, 10. Efisiensi dari operasi. Laju penembusan dapat dihitung dan diprediksi dengan cara sebagai berikut: Ekstrapolasi Ekstrapolasi dari data yang dihasilkan dari kondisi kerja pada pekerjaan yang lain. Jika laju penembusan untuk suatu diameter, maka laju penembusan untuk diameter lainnya dapat diprediksi (dengan kondisi kerja yang sama). Contoh (Jimeno, 1995): 33
13 Jika pemboran pada diameter 76 mm (3 inch), laju penembusannya adalah 36 m/jam, maka untuk diameter 102 mm (4 inch) diperkirakan laju penembusannya 36 x (76/102) = 23,4 m/jam Uji Laboratorium 1. Metode Energi Spesifik Laju penembusan (Vp) sebagai fungsi dari energi dapat dihitung dengan persamaan berikut (dalam Analisis Hubungan antara Laju Penembusan Jack Hammer dengan Karakteristik Batuan dan Paramater Operasi, Juanda, 2001). 48 x Pm x R Vp (cm/menit) = e... (3.3) πd 2 E v Keterangan: V p = Laju penembusan (cm/menit) Pm = Energi pemboran (kgm/menit) Re = Perpindahan energi keluaran (antara 0,6 0,8) D = Diameter lubang tembak (cm) E v = Energi spesifik per unit volume (kg m/cm 3 ) 2. Drilling Rate Index (DRI) DRI dibuat pada 1979, di University of Trondheim (Norwegia). Metode ini untuk menghitung laju penembusan. Uji berikut ini memerlukan percontoh batuan sebanyak 15 sampai 20 kg. DRI bukan merupakan petunjuk langsung kecepatan pengeboran tetapi merupakan ukuran relatif dari kecepatan pengeboran. DRI ditentukan berdasarkan parameter: 34
14 Brittleness Index Contoh yang representatif dengan ukuran 11,2-16 mm seberat 500 gram. Contoh tersebut lalu ditumbuk sebanyak 20 kali secara berurutan oleh beban seberat 14 kg dari ketinggian 25 cm, nilai yang diambil adalah persentase dari contoh yang berukuran di bawah 11,2 mm dibanding berat awal percontoh, nilai tersebut disebut nilai S 20. Drilling Test (Siever J-Test) Dengan menggunakan sebuah miniature drill dengan kecepatan 280 putaran. Lalu percontoh dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm dibor dengan penekanan 20 kg. Hitung kedalaman hasil pemboran, dengan faktor pembagi 0,1 cm. Hasil dari kedua parameter tersebut dihitung nilai DRI-nya dengan memasukkannya pada grafik (lihat Gambar 3.9). Harga DRI tersebut lalu diklasifikasikan dengan melihat Tabel 3.3. Gambar 3.9 Penentuan Drilling Rate Index 35
15 Tabel 3.3 Klasifikasi Drilling Rate Index Laju Pemboran DRI Sangat rendah 21 Rendah sekali 28 Rendah sekali 37 Medium 49 Tinggi 65 Tinggi sekali 85 Sangat tinggi Persamaan Empirik Laju penembusan merupakan fungsi dari kuat tekan batuan. Penentuan nilai laju penembusan sebagai fungsi dari kuat tekan batuan diberikan oleh Praillet (1978), yaitu: 2.18 x E x N r VP =... (3.4) 0.9 σ C 0.2xσ C xd x Keterangan: VP = Laju Penembusan (m/jam) E = Feed Force (kg) N r σ D c = Kecepatan rotasi (rpm) = UCS (MPa) = Diameter mata bor (mm) 36
16 3.7 Konsep Biaya Total Pengeboran Biaya Total Pengeboran atau Total Drill Cost suatu konsep nilai yang menekankan biaya produktivitas pengeboran. Biaya total pengeboran mencakup semua parameter yang berperan dalam menjalankan mesin bor, antara lain: peralatan mesin bor (mata bor dan batang bor), buruh, energi (bahan bakar), perawatan, dan biaya kepemilikan. Formula biaya total pengeboran: B D TDC = +... (3.5) M PR M dengan PR =, yaitu umur mata bor dalam meter dibagi umur mata bor dalam H jam. Keterangan : TDC = Total Drill Cost/ Biaya Total Pengeboran ($/m) B = Harga mata bor ($) D = Total Operating and Ownership Cost ($/jam) PR = Laju Penembusan (m/jam) Hal penting supaya nilai biaya total pengeboran minimum adalah dengan pemilihan mata bor yang tepat untuk menghasilkan nilai laju penembusan yang tinggi. 37
MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI
MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI Disusun Oleh : ERWINSYAH F1B3 13 125 TEKNIK JURUSAN PERTAMBANGAN FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2017 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Blok Penelitian Penentuan blok penelitian dilakukan dengan menyesuaikan aktivitas mesin bor yang sedang bekerja atau beroperasi memproduksi lubang tembak.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual Dalam pengambilan data laju penembusan di lapangan diperoleh adanya perbedaan hasil pencatatan antara Dispatch dan aktual. Hal ini
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Kristian Zahli, Handika Nugraha, Putri Nova Magister Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciBAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
BAB I PENDAHULUAN Pemboran produksi (eksploitasi) merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan peledakan, karena dengan melakukan kegiatan peledakan tersebut terlebih dahulu batuan
Lebih terperinciGambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008
4.1. Geoteknik Tambang Bawah Tanah Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsiasumsi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pendirian suatu konstruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Lebih lanjut lagi,
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 DATA Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data-data yang dikumpulkan dari kegiatan Core Orienting di lokasi proyek Grasberg Contact Zone. Data
Lebih terperinciSTUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE
STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE ADARO KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Kesumawati 1, Nurhakim
Lebih terperinciBAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT
BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT 4.1 ANALISA GROUND SUPPORT Ground support merupakan perkuatan dinding terowongan meliputi salah satu atau atau lebih yaitu Rib, wiremesh, bolting dan shotcrete
Lebih terperinciPAPER GEOLOGI TEKNIK
PAPER GEOLOGI TEKNIK 1. Apa maksud dari rock mass? apakah sama atau beda rock dengan rock mass? Massa batuan (rock mass) merupakan volume batuan yang terdiri dan material batuan berupa mineral, tekstur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kemantapan lereng G-6/PB-8 South berdasarkan penilaian kualitas massa batuan pembentuk lereng tersebut. Kualitas
Lebih terperinciBulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28
Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28!! Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28 Lereng Kupasan (cut slope) dan Manajemen Lingkungan di
Lebih terperinciM VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test)
M VII KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG (Indirect Brazillian Tensile Strength Test) 3.5.1 Tujuan pengujian Kuat Tarik Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kuat tarik batuan secara tidak langsung, pengertian
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi ABSTRAK...
Lebih terperinciSIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pembahasan data lapangan ini mencakup beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pendataan serta pengolahannya. Data lapangan ini meliputi data pemetaan bidang diskontinu
Lebih terperinci5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING
BAB V ANALISIS 5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING Adanya data yang baik tentulah sangat menentukan besar kecilnya kesalahan yang mungkin terjadi pada saat proses pengolahan data. Pengolahan data
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Kestabilan Lereng Batuan Kestabilan lereng batuan banyak dikaitkan dengan tingkat pelapukan dan struktur geologi yang hadir pada massa batuan tersebut, seperti sesar, kekar, lipatan
Lebih terperinciMAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN
MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN Oleh: EDI SETIAWAN NIM. 1102405 Dosen Mata Kuliah: Mulya Gusman, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan peledak dalam pertambangan dibutuhkan karena material material batuan yang berada di daerah pertambangan tersebut kadang susah untuk di hancurkan dengan alat
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS KINERJA MESIN BOR DALAM PEMBUATAN LUBANG LEDAK DI QUARRY BATUGAMPING B6 KABUPATEN PANGKEP PROPINSI SULAWESI SELATAN
PRODUKIVIAS KINERJA MESIN BOR DALAM PEMBUAAN LUBANG LEDAK DI QUARRY BAUGAMPING B6 KABUPAEN PANGKEP PROPINSI SULAESI SELAAN Supratman, Anshariah, Hasbi Bakri* Jurusan eknik Pertambangan Universitas Muslim
Lebih terperinciScan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line
Scan Line dan RQD 1. Pengertian Scan Line Salah satu cara untuk menampilkan objek 3 dimensi agar terlihat nyata adalah dengan menggunakan shading. Shading adalah cara menampilkan objek 3 dimensi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas penambangan bawah tanah dilakukan dengan membuat terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan. Terowongan dibuat dengan menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah membutuhkan penanganan khusus, terutama perancangan penyanggaan untuk
Lebih terperinciII. PENGENALAN ALAT BOR DAN KOMPONEN ALAT BOR
II. PENGENALAN ALAT BOR DAN KOMPONEN ALAT BOR Laboratorium Pemboran Institut Teknologi Medan II. PENGENALAN ALAT BOR DAN KOMPONEN ALAT BOR 2.1. Maksud dan Tujuan. Adapun maksud dari pelaksanaan Praktikum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang 0,5 0,3 Latar belakang dari penulisan laporan praktikum beserta garis besar praktikum yang dilakukan. 1.2. Tujuan Praktikum 0,3 Tujuan dari praktikum yang dilakukan
Lebih terperinciPENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR
PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Abstrak Oleh : James Wilson Siahaan Prodi Teknik Pertambangan
Lebih terperinciBAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast
BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara
Lebih terperinciSoal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi
Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan
Lebih terperinciStudi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar
Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Rijal Askari*, Ibnu Rusydy, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PENGEBORAN UNTUK MEMPERKIRAKAN BIAYA PENGEBORAN TAHUN 2009 PT NEWMONT NUSA TENGGARA
EVALUASI KINERJA PENGEBORAN UNTUK MEMPERKIRAKAN BIAYA PENGEBORAN TAHUN 2009 PT NEWMONT NUSA TENGGARA TUGAS AKHIR (Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Institut Teknologi
Lebih terperinciJalan Srijaya Negara Bukit Besar, Palembang, 30139, Indonesia ABSTRAK
EVALUASI TINGKAT KEAUSAN MATA GARU TERHADAP PRODUKTIVITAS PENGGARUAN BULLDOZER D9R DALAM PROSES PENGGALIAN OVERBURDEN TAMBANG BATUBARA DI PT. MUARA ALAM SEJAHTERA (MAS) EVALUATION OF WEATHERING GRADE OF
Lebih terperinciBAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4
BAB III KESIMPULAN 3.1 Kriteria Penggalian Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan mengunakan alat gali mekanis kontinu. Tujuan memelajari kriteria
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN III.I Kegiatan Penelitian Dalam pengujian yang dilakukan menggunakan tanah gambut yang berasal dari Desa Tampan, Riau. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian triaksial
Lebih terperinciSTUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN
STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN Ramadhani Febrian Malta 1, Nurhakim 2, Riswan 2, Basri 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciRANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER
RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER Tommy Trides 1, Muhammad Fitra 1, Desi Anggriani 1 1 Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman,
Lebih terperinciBEBERAPA PENYELIDIKAN GEOMEKANIKA YANG MUDAH UNTUK MENDUKUNG RANCANGAN PELEDAKAN
BEBERAPA PENYELIDIKAN GEOMEKANIKA YANG MUDAH UNTUK MENDUKUNG RANCANGAN PELEDAKAN S. Koesnaryo Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta koesnaryo_s@yahoo.co.id Abstrak Pancangan peledakan yang
Lebih terperinci= specific gravity batuan yang diledakkan
Rumus Perhitungan Geometri Peledakan Peledakan Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan kedalaman lubang bor. 1. urden Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Bab ini berisikan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Mulai Studi
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu petunjuk yang sangat penting dalam menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana
Lebih terperinciBAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG
BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG Selain analisis kinematik, untuk menganalisis kestabilan suatu lereng digunakan sistem pengklasifikasian massa batuan. Analisis kinematik seperti yang telah dibahas
Lebih terperinciSIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH
SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH YULIADI, S.T.,M.T 3.1 Proses Penyelidikan Geoteknkik Proses perancangan sebuah tambang terbuka dan tambang bawah tanah biasanya mengikuti tahapan berikut : Pengeboran
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY
KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BERDASARKAN ANALISIS BLASTABILITY DAN DIGGING RATE ALAT GALI MUAT DI PIT MT-4 TAMBANG AIR LAYA PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN TECHNICAL STUDY
Lebih terperinciS O N D I R TUGAS GEOTEKNIK OLEH : KAFRIZALDY D
TUGAS GEOTEKNIK 2011 S O N D I R KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI OLEH : KAFRIZALDY D611 08 011 SONDIR A. Pengertian
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. UJI SIFAT FISIK Parameter uji sifat fisik dari sampel batuan didapatkan dengan melakukan perhitungan terhadap data berat natural contoh batuan (Wn), berat jenuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bucket Wheel Excavator (B.W.E) 2.1.1 Pengertian Bucket Wheel Excavator (B.W.E) Bucket wheel excavator (B.W.E) adalah alat berat yang digunakan pada surface mining, dengan fungsi
Lebih terperinciPERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT
PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pengujian, maka didapatkan data yang merupakan parameterparameter
48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan pengujian, maka didapatkan data yang merupakan parameterparameter dari daya engkol dan laju pemakaian bahan bakar spesifik yang kemudian digunakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUJIAN
BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian dilaksanakan seluruhnya di Laboratorium Geomekanika, Program Studi Teknik Pertambangan-ITB. Pengujian meliputi preparasi contoh batuan, uji sifat fisik, uji ultrasonik,
Lebih terperinciOleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
PENERAPAN METODE KRITERIA RUNTUH HOEK & BROWN DALAM MENENTUKAN FAKTOR KEAMANAN PADA ANALISIS KESTABILAN LERENG DI LOOP 2 PT. KALTIM BATU MANUNGGAL KALIMANTAN TIMUR Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik
Lebih terperinciUJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883
1. LINGKUP Percobaan ini mencakup pengukuran nilai CBR di laboratorium untuk tanah yang dipadatkan berdasarkan uji kompaksi. 2. DEFINISI California Bearing Ratio (CBR) adalah rasio dari gaya perlawanan
Lebih terperinciANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C
ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.
Lebih terperinciMETODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN
METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineral-mineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR
ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR DI DESA SIDOREJO KECAMATAN LENDAH KAB. KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebenarnya sudah ada sejak zaman panjajahan Belanda ke Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit di Indonesia seperti
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia secara historis telah menggunakan tanah dan batuan sebagai bahan untuk pengendalian banjir, irigasi, tempat pemakaman, membangun pondasi, dan bahan
Lebih terperinciPROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY
PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).
Lebih terperinciANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG
ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG R. Andy Erwin Wijaya. 1,2, Dwikorita Karnawati 1, Srijono 1, Wahyu Wilopo 1 1)
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Adaro telah berproduksi sejak tahun 1992 yang meliputi 358 km 2 wilayah konsesi
Lebih terperinciBAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA
BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA Bab 3 Model Elemen Hingga Pemodelan numerik tumbukan tabung bujursangkar dilakukan dengan menggunakan LS-Dyna. Perangkat lunak ini biasa digunakan untuk mensimulasikan peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN
BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN Data-data yang telah didapatkan melalui studi literatur dan pencarian data di lokasi penambangan emas pongkor adalah : 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukaan
Lebih terperinciBAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori
BAB II HAND BORING 2.1 Referensi - Laboratorium Mekanika Tanah. Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. ITB. 2005. 2.2 Dasar Teori Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey
Lebih terperinciUJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL
2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA UJI KEKERASAN MATERIAL DENGAN METODE ROCKWELL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari Laboratorium Fisika
Lebih terperinciJl. Raya Palembang-Prabumulih, Indralaya Utara, 30662, Sumatera Selatan ABSTRAK
EVALUASI GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUAN MENGGUNAKAN BAHAN PELEDAK ANFO DAN BULK EMULSION PADA LAPISAN INTERBURDEN PIT 4500 BLOK SELATAN PT. PAMAPERSADA DAHANA (PERSERO) JOBSITE MELAK, KALIMANTAN
Lebih terperinciTEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)
TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:
35 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses pemotongan benda kerja
Lebih terperinciDRIL I LIN I G N SEMESTER 2
Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun
Lebih terperinciBAB III DATA RENCANA TEROWONGAN
BAB III DATA RENCANA TEROWONGAN 3.1 Lokasi Adapun lokasi dari proyek Induk Pembangkit Listrik dan Jaringan di Takengon Aceh adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek di Takengon Aceh Dengan
Lebih terperinciPelatihan Ulangan Semester Gasal
Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak
Lebih terperinci1) Geometri : Lebar, kekasaran dinding, sketsa lapangan
24 Gambar 2.10 Tipe urat pengisi (Pluijm dan Marshak, 2004) : (a) blocky vein, (b) fibrous vein, (c) dan (d) arah bukaan diskontinuitas sama dengan sumbu fiber Sehingga berdasarkan parameter deskripsi
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN
BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN Pengujian dilakukan di Laboratorium Geomekanika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Pengujian diawali dengan kegiatan pengeboran dan
Lebih terperinciJl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE MASS RATING DAN METODE STEREOGRAFIS PADA PIT BERENAI PT. DWINAD NUSA SEJAHTERA (SUMATERA COPPER AND GOLD) KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin
BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA
ABSTRAK ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA Arin Chandra Kusuma, Bagus Wiyono, Sudaryanto Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
Lebih terperinciPERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR Dosen : Runi Asmaranto (runi_asmaranto@ub.ac.id) Secara umum perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu : (a) Secara
Lebih terperinciPENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho
PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho Teknik Geologi FTKE- Universitas Trisakti Program Doktor
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. aktivitas yang kerjanya tidak berhubungan langsung dengan udara luar dan seluruh
28 BAB III TEORI DASAR 3.1 Sistem Penambangan Bawah Tanah Tambang bawah tanah adalah siste m penambangan dimana seluruh aktivitas yang kerjanya tidak berhubungan langsung dengan udara luar dan seluruh
Lebih terperinciBAB 5 DASAR POMPA. pompa
BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS PEMBORAN LUBANG LEDAK DI PT. SISJOBSITE PT AI KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN
KAJIAN TEKNIS PEMBORAN LUBANG LEDAK DI PT. SISJOBSITE PT AI KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN Didiet Try Setiadi 1, Uyu Saismana 1, Annisa 1, Aldi Ade Rakhmawan 2 Abstrak: Pembongkaran
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK EVALUASI RANCANGAN PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI DINDING
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER
BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas
Lebih terperinciProses Pemboran Sumur CBM. Rd Mohammad Yogie W
Proses Pemboran Sumur CBM Rd Mohammad Yogie W 101101026 Mengenal CBM Gas Metana Batubara adalah gas bumi (hidrokarbon) dengan gas metana merupakan komposisi utama yang terjadi secara alamiah dalam proses
Lebih terperinci