V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PELAKSANAAN MAGANG (WORK AND STUDY) DI PERUSAHAAN D.1. Orientasi Departemen Research And Development Pada pelaksanaan program praktek kerja magang ini, mahasiswa melakukan kegiatan pelaksanaan magang di departemen Research and Development (RnD) yang tegabung kedalam divisi Engineering. Selain departemen Research and Development, bagian departemen lain yang ikut tergabung kedalam divisi engineering adalah Application Engineering dan Design Engineering. Departemen RnD memiliki 1 orang manager dan 10 orang staff. Departemen ini bertugas melakukan penelitian dan pengembangan produk-produk baru yang bersifat next-level dan new landscape technology berdasarkan teknologi terkini yang dikuasai, regulasi/standard yang berlaku serta kondisi perekonomian, untuk menjawab kebutuhan pasar di masa yang akan datang (creating demand based on market forecast). Beberapa proyek yang saat ini sedang dikerjakan oleh departemen RnD antara lain adalah Composting Turner, Tower Light dengan beberapa varian, dan Marine (bisnis perkapalan). D.2. Tower Light Tower light yang biasa juga disebut dengan tower lamp merupakan suatu unit produk yang digunakan sebagai sumber penerangan di area pertambangan, karena di area pertambangan sendiri relatif letaknya sangat jauh dari sumber listrik. Unit ini terdiri dari beberapa lampu yang kemudian ditopang oleh sebuah tower/tiang penopang dengan daya lampu dan ketinggian tower yang beragam lengkap dengan generator sebagai sumber listrik. Ketinggian tower/tiang penopang mencapai kisaran 8 12 meter. Ada beberapa produk tower light dengan jenis, tipe, dan spesifikasi berbeda yang diproduksi oleh PT. United Tractors Pandu Engineering, namun perbedaan yang sangat terlihat yakni pada jumlah lampu, ketinggian tower, sistem pengungkit tower, dan jenis dari penggerak (tyre/ban atau skid). Berikut adalah beberapa varian unit tower light yaitu : LS Hydraulic Skid, LS Standard Tyre LS Semi Compact LS Standard Skid, PAMA, LS Hydraulic Skid LS Freeport, Hydraulic Tyre LS Hydraulic Skid LS Hydraulic Skid LS Hydraulic Skid LS Hydraulic Skid (Catatan : semua varian tower light tertuang dalam engineering structure tower light.) 25

2 Pemberian nama pada tiap jenis tower light tergantung kepada jumlah lampu, daya engine yang digunakan, sistem pengungkit tower, dan penggerak yang digunakan tyre atau skid. Misal LS Hydraulic Skid, artinya tipe varian tower light ini terdiri dari 6 (enam) buah lampu, daya engine yang digunakan 6000 watt, mekanisme pengungkit tower menggunakan sistem hidrolik, dan penggerak berupa skid. LS Standard Tyre, artinya tipe varian tower light ini terdiri dari 3 (enam) buah lampu, daya engine yang digunakan 6000 watt, mekanisme pengungkit tower tidak menggunakan sistem hidrolik melainkan manual dengan tenaga manusia, dan penggerak berupa tyre/ban. Begitu seterusnya. Pada kegiatan produksi unit ini, penulis ikut serta dalam proses desain dan modifikasi desain unit. Modeling part atau assembly yang belum dibuat serta membuat gambar drawing untuk part dan assembly yang akan difabrikasi. Berikut dibawah ini adalah gambar modeling 3D dan drawing top assy varian tower light yang penulis ikut terlibat dalam proyek unit yang bersangkutan (beberapa gambar drawing part dan assembly varian tower light terlampir), antara lain : Gambar 11. Desain Modeling 3D Tower Light LS Hydraulic Skid Modifikasi yang penulis lakukan pada proyek tower light tipe LS Hydraulic Skid yang tertera seperti pada Gambar 11 diatas adalah antara lain perubahan desain pada jenis serta dimensi tower yang digunakan, mekanisme tower yang sebelumnya berupa fix tower artinya tower yang digunakan hanya bisa didirikan diubah menjadi rotation tower sehingga dapat berputar ketika tower didirikan. Selain itu modifikasi yang penulis lakukan adalah modifikasi pada tipe dan dimensi silinder hidrolik yang digunakan untuk menaikkan dan memanjangkan tower ketika unit tower light dioperasikan. Serta perubahan desain dilakukan pada jumlah lampu yang digunakan. 26

3 Gambar 12. Drawing Top Assy Tower Light LS Hydraulic Skid D.3. Composting Turner Composting Turner merupakan salah satu produk unit PT. United Tractors Pandu Engineering bekerjasama dengan PT. Astra Agro Lestari yakni sebuah produk alat berat yang berfungsi untuk membantu proses pengolahan limbah sawit menjadi kompos. Dalam proses pengomposan limbah sawit, composting turner mempunyai tugas untuk membalikkan dan mengaduk timbunan cacahan limbah tandan kosong kelapa sawit agar timbunannya menjadi homogen atau seragam. 1. Desain dan Perancangan Tahap desain merupakan tahap paling awal dalam sebuah proses manufaktur. Pada tahap ini engineer membuat model 3 (tiga) dimensi/3d dari komponen (partpart atau assembling) unit yang digunakan saat pembuatan unit composting turner. Pembuatan model komponen unit dalam software Pro/Engineer ini sebenarnya bertujuan untuk mempermudah saat pembuatan komponen unit tersebut difabrikasi, dan juga melalui modeling komponen ini engineer dapat mensimulasikan unit dalam software. Sehingga tidak banyak terjadi kesalahan saat fabrikasi karena mudah merubah desain terlebih dahulu dalam model 3D di software sebelum diaplikasikan dalam fabrikasi di plant manufaktur. Bagain dari perusahaan sebagai pemegang proyek sekaligus bertanggung jawab terhadap desain dan yang berhak merubah dan memodifikasi desain adalah bagian RnD department. 27

4 Berikut adalah gambar contoh desain 3D modeling dari part dan assembly komponen unit composting turner. (a) (b) Gambar 13. Modeling komponen part composting turner : (a) Dashboard Cabin ; (b) Mainframe 28

5 (a) (b) Gambar 14. Modeling komponen assembly composting turner : (a) Drum blade assy ; (b) Mainframe assy 29

6 Pada proses perancangan unit composting turner ini juga, Departemen RnD menyiapkan beberapa jenis pompa hidrolik dan motor hidrolik tentunya dengan spesifikasi yang berbeda untuk diuji coba dalam unit. Beberapa pompa dan motor hidrolik tersebut antara lain : Pompa hidrolik : o PVH 131 CLF13S10C25V31 Hyd Pump 131, 1cm3/rev, 250l/min, max 250bar SAE C 4 bolts, SAE CC straight keyed no Thru drive. SAE C 4 bolts, SAE D 13T 8/16, rear pad SAE B 2 z=13t 16/32. o Poclain Hyd Pump 20.5 cm3/rev, max pres 350 bar SAE B, z=13t 16/32. o MDV10V-14-ME-01-SX-HIN TS-XX-XX-00 Hydraulic Pump 14 cm3/rev, max pres 250 bar SAE A, spline 9T-16/32-DP. o Sauer Danfoss Hydraulic Pump 180 cm3/rev, 420 bar, 468 l/min SAE E 4 bolts z=13t 8/16, aux mount pad SAE B z= 13T 16/32 o Bandioli P Open circuit, 34 cm3/rev SAE B, z=13t 16/32 DP. o Heli Gear Pump 3 port SAE A z=13t 16/32. o Eaton ADU, Open circuit, 41 cm3/rev, bar, SAE B 2 bolts, mm (0.875 ) dia keyed shaft. Motor hidrolik : o Motor hidrolik Charlyn, digunakan untuk memutar silinder blade. o Motor hidrolik Poclain dan Blackbruin, digunakan untuk menjalankan roda kanan dan kiri unit composting turner. o Motor hidrolik OMP80, digunakan untuk memutar plastic rewinder. Plastic rewinder berfungsi untuk menutup dan membuka plastik yang menutup timbunan kompos. 2. Modifikasi Desain Pada tahap ini ada beberapa modifikasi atau variasi dalam desain Composting Turner, karena memang unit yang akan dibuat masih merupakan prototipe. Beberapa modifikasi unit prototipe composting turner antara lain adalah perombakan engine perkins dengan menambahkan transmisi output melalui penambahan pulley-belt, spline gear, serta modifikasi beberapa jenis pompa hydraulic yang digunakan. Pada desain prototipe ini memang banyak sekali dilakukan modifikasi, karena tahap prototipe bisa juga disebut sebagai tahap coba-coba. Namun, tidak banyak modifikasi dilakukan pada komponen part dan assembly, yang terjadi justru banyak adanya penambahan part atau assembly pada unit karena pada desain awal unit, part dan assembly tersebut belum didesain. Modifikasi di unit prototipe ini banyak dilakukan terutama pada bagian pompa hidrolik. Ada beberapa tipe dan merek pompa yang dipersiapkan untuk tiap-tiap pompa diuji dalam prototipe apakah telah sesuai dengan tujuan desain yang akan dicapai. 30

7 Modifikasi desain terhadap beberapa pompa hidrolik yang digunakan pada unit prototipe composting turner ini adalah bertujuan untuk mengetahui dan mencari dari beberapa pilihan jenis pompa yang akan digunakan, dipilih pompa yang paling baik dan paling optimum untuk bisa digunakan pada unit prototipe ini. Karena memang unit prototipe ini adalah produk yang pertama kali dibuat oleh perusahaan sehingga wajar jika terus dilakukan evaluasi dan modifikasi terhadap desain yang dibuat. Berikut di bawah ini adalah gambar beberapa modifikasi desain pompa hidrolik yang dilakukan pada desain unit prototipe composting turner : 31

8 Gambar 15. Modifikasi desain pompa hidrolik Selain beberapa modifikasi pompa hidrolik yang dipakai seperti gambar diatas, modifikasi desain juga dilakukan pada cover unit. Karena adanya penambahan komponen (part dan sub assy) pada saat proses perakitan yang pada desain awal belum ada di modeling unit, maka desain cover unit harus dirubah. Penambahan komponen tersebut menyebabkan banyak komponen dalam top assy yang tabrakan dan tidak sesuai dengan desain awal cover unit. 32

9 3. Fabrikasi Komponen Unit Pada tahap ini, komponen unit (part dan assembly) yang telah selesai di desain oleh seorang di engineering dan telah disetujui dan ditandatangani oleh master engineer yang memegang proyek kemudian diturunkan ke bagian fabrikasi untuk dibuat. Engineer atau drafter akan menurunkan gambar komponen unit yang akan difabrikasi dan dalam gambar tersebut berisi keterangan lengkap atau informasi detail mengenai komponen yang akan dibuat/difabrikasi seperti dimensi, bobot atau massa komponen, dan bahan/material yang digunakan dalam fabrikasi komponen. Gambar tersebut biasa disebut drawing komponen. Bagian dari perusahaan yang menangani proses fabrikasi adalah bagian material handling (manufacture I). Dalam proses pembuatan/fabrikasi komponen unit composting turner ini, tidak sepenuhnya komponen dibuat oleh PT. United Tractors Pandu Engineering sendiri. Beberapa part-part dan assembly unit composting turner difabrikasi diluar perusahaan seperti workshop dan kepada perusahaan lain sebagai subcont. Beberapa komponen juga ada yang dipesan dan didatangkan dari luar negeri seperi pompa hidrolik, flange, dan motor hidrolik. Di bawah ini merupakan gambar contoh drawing komponen yang akan difabrikasi (beberapa gambar drawing komponen lain unit composting turner terlampir). 33

10 Gambar 16. Drawing Komponen Dalam drawing komponen ini ada beberapa informasi yang diberikan terhadap part atau assy yang digambar, antara lain adalah nama penggambar, nama pemeriksa gambar, nama penyetuju gambar, berat/bobot komponen dalam kg, nama komponen, bahan atau material komponen yang digunakan, satuan, skala, perlakuan panas, serta tanggal pembuatan gambar drawing komponen. 4. Perakitan (Assembly) Proses assembly unit merupakan proses perakitan dimana part-part dan sub assy dirakit hingga menjadi produk jadi. Proses perakitan ini dimulai dari part-part yang dirakit terlebih dahulu menjadi sub assy. Bagian dari unit composting turner yang termasuk kedalam sub assy antara lain seperti cabin assy, hydraulic assy, engine assy, tyre assy, dan lain-lain. Setelah sub assy selesai, sub assy-sub assy tersebut dirakit kembali menjadi satu unit utama atau produk jadi yang biasa disebut juga top assy. Namun pada pelaksanaanya di lapangan, tidak jarang pula part-part dirakit langsung ke top assy tanpa melalui perakitan sub assy terlebih dahulu. 34

11 Gambar 17. Proses Perakitan Unit Composting Turner Bagian dari perusahaan yang menangani proses assembly atau perakitan adalah bagian assembly (manufacture II). Namun pada proses perakitan ini juga tidak sepenuhnya proses perakitan dikerjakan oleh pihak PT. United Tractors Pandu Engineering, pada proses perakitan tertentu pihak perusahaan mempercayakan kepada perusahaan lain sebagai subcont seperti hydraulic assy yang dikerjakan oleh PT. Hydro Power dan electric assy yang dikerjakan oleh PT. GMT. 5. Uji Kinerja (Testing) Setelah proses perakitan unit selesai, sebelum unit composting turner dikirim ke customer maka dilakukan uji kinerja unit terlebih dahulu. Pengujian yang dilakukan tersebut terdiri dari pengujian fungsional dan struktural. Pengujian fungsional dilakukan untuk menguji apakah seluruh komponen unit seperti motor, pompa, dan elektik mampu berfungsi secara individual. Setelah secara fungsional seluruh komponen dapat berfungsi, dilakukan pengujian struktural. Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah unit secara keseluruhan sudah bisa bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. a. Testing I Pengujian pertama dilakukan di plant manufaktur PT. United Tractors Pandu Engineering pada hari selasa tanggal 17 mei Tinggi timbunan cacahan tandan kelapa sawit yang akan diaduk adalah 0.8m dengan panjang timbunan 6m dan lebar 3m. 35

12 Pompa hidrolik yang digunakan adalah PVH 131 sebagai supply pressure untuk naik turun drum dan supply pressure ke motor hidrolik Charlyn yang dipasang pada dua sisi silinder untuk memutar silinder blade. Poclain tandem Hyd Pump sebagai supply pressure ke motor hidrolik Poclain penggerak roda kanan dan kiri. Travel valve yang digunakan sebagai penggerak roda adalah joystick mickey mouse. b. Testing II Pengujian kedua dilakukan di plant assembly PT. United Tractors Pandu Engineering pada hari sabtu tanggal 28 Mei Pada pengujian kedua ini tidak dilakukan pengadukan terhadap cacahan tandan kosong kelapa sawit. Pengujian dilakukan hanya untuk menguji kinerja pompa yang baru digunakan yakni MDV10V tandem menggantikan pompa Poclain tandem sebelumnya. Pompa hidrolik yang digunakan adalah PVH 131 sebagai supply pressure untuk naik turun drum dan supply pressure ke motor hidrolik Charlyn yang dipasang pada dua sisi silinder untuk memutar silinder blade. MDV10V tandem Hyd Pump sebagai supply pressure ke motor hidrolik Poclain penggerak roda kanan dan kiri Travel valve yang digunakan sebagai penggerak roda adalah joystick poclain. New cylinder blade yang sudah centre. c. Testing III Pengujian ketiga ini dilakukan di area riset kompos PT. United Tractors Pandu Engineering pada hari selasa tanggal 7 juni Dilakukan dua kali pengujian dengan timbunan cacahan tandan kelapa sawit yang akan diaduk berbeda yakni timbunan pertama adalah 8.5m x 2.1m x 1.0m dan timbunan kedua adalah 10m x 2.0m x 1.5m. Pompa hidrolik yang digunakan adalah PVH 131 sebagai supply pressure untuk naik turun drum dan supply pressure ke motor hidrolik Charlyn yang dipasang pada salah satu sisi silinder untuk memutar silinder blade. MDV10V tandem Hyd Pump sebagai supply pressure ke motor hidrolik Poclain penggerak roda kanan dan kiri Travel valve yang digunakan sebagai penggerak roda adalah joystick poclain. Locking Castor telah terpasang. d. Testing IV Pengujian ketiga ini dilakukan di area riset kompos PT. United Tractors Pandu Engineering pada hari rabu tanggal 8 juni Dilakukan dua kali pengujian dengan timbunan cacahan tandan kelapa sawit yang akan diaduk berbeda yakni timbunan pertama adalah 8.5m x 2.1m x 1.0m dan timbunan kedua adalah 10m x 2.0m x 1.5m. Pompa hidrolik yang digunakan adalah PVH 131 sebagai supply pressure untuk naik turun drum dan supply pressure ke motor hidrolik Charlyn yang dipasang pada dua sisi silinder untuk memutar silinder blade. MDV10V 36

13 tandem Hyd Pump sebagai supply pressure ke motor hidrolik Poclain penggerak roda kanan dan kiri Travel valve yang digunakan sebagai penggerak roda adalah joystick poclain. e. Testing V Pengujian ini dilakukan di area Ecologic Plant PT. United Tractors Pandu Engineering pada hari minggu tanggal 12 juni Dilakukan pengujian dengan tinggi timbunan cacahan tandan kelapa sawit antara m. Pompa hidrolik yang digunakan adalah PVH 131 sebagai supply pressure untuk naik turun drum dan supply pressure ke motor hidrolik Charlyn yang dipasang pada dua sisi silinder untuk memutar silinder blade. MDV10V tandem Hyd Pump sebagai supply pressure ke motor hidrolik Poclain penggerak roda kanan dan kiri Plough telah terpasang, supply pressure berasal dari pompa hidrolik PVH 131. Plough ini dipasang pada bagian depan unit yang berfungsi sebagai pengarah agar cacahan limbah sawit yang berada di sebelah kanan dan kiri timbunan tidak berserakan dan juga agar tidak menghalangi roda kanan dan kiri saat melintas (beroperasi). Plastic rewinder telah terpasang, menggunakan motor hidrolik OMP80 dengan supply pressure dari pompa PVH 131. Plastic rewinder berfungsi untuk menutup dan membuka plastik yang menutup timbunan kompos. Berikut dibawah ini detail hasil uji kinerja pada saat testing V unit composting turner: Tabel 3. Hasil Uji Kinerja Unit Prototipe Composting Turner. RPM Engine Switch Drum Waktu Tempuh (detik) Volume Kompos (m3) Kapasitas Olahan (m3/s) Kapasitas Olahan (m3/jam) Kapasitas Olahan (yard3/jam) Pressure (bar) ,9 0, ,9 0, , , , , ,9 0, ,19 841, ,9 0, , , ,9 0, , , ,9 0, , , ,9 0, , , ,9 0, , , ,9 0, , ,

14 Kapasitas Olahan (yard3/jam RPM 1500 RPM 1800 RPM Switch Silinder/Drum Pressure Engine Block (bar) Gambar 18. Grafik Hubungan Antara Switch Drum dengan Kapasitas Olahan Unit Composting Turner RPM 1500 RPM 1800 RPM Switch Silinder Drum Gambar 19. Grafik Hubungan Antara Switch Drum dengan Pressure Engine Block Unit Composting Turner Dari kedua grafik diatas bisa dijelaskan bahwa ada kaitan yang sangat erat antara switch drum dengan pressure engine block serta kapasitas olahan unit. Pada grafik mengenai hubungan switch drum dengan kapasitas olahan terlihat bahwa semakin tinggi rpm engine, kapasitas olahan dan pressure pada masing-masing nilai rpm cenderung menurun. Pada rpm engine 1500 diperoleh nilai pressure engine block paling tinggi dan nilai kapasitas olahan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan timbunan kompos yang masih sangat padat sehingga pada pengujian pertama beban yang diterima silinder drum untuk berputar akibat timbunan kompos sangat tinggi. Dibandingkan dengan percobaan sebelumnya (rpm 1500), pada nilai rpm engine 1800 dan 2000 beban yang diterima silinder drum cenderung semakin kecil karena semakin diolah/diaduk timbunan kompos akan semakin mudah untuk terus diaduk sehingga karena semakin diaduk, silinder drum akan lebih mudah untuk berputar mengaduk timbunan kompos tersebut. Sehingga pressure engine block semakin rendah sedangkan kapasitas olahan semakin meningkat. 38

15 6. Evaluasi dan Modifikasi Setelah pengujian dilakukan dilakukan evaluasi untuk memperoleh hasil analisis terhadap kinerja unit composting turner. Pada tahap ini setelah uji kinerja unit dilakukan, maka para engineer melakukan evaluasi apakah unit saat bekerja telah mampu bekerja dengan baik secara fungsional, struktural, dan apakah unit telah mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai. Apabila terdapat masalah maka dilakukan perbaikan komponen atau memodifikasi komponen. a. Testing I Pada pengujian pertama ini secara keseluruhan komponen unit bekerja dengan baik secara fungsional, namun ada beberapa yang perlu diperbaiki dan dimodifikasi secara struktural, antara lain adalah: Travel valve/joystick yang digunakan cukup sulit diatur, terlalu sensitif, sehingga dengan pressure yang tinggi dari pompa poclain tandem gerak roda unit tidak stabil. Drum perlu diganti, karena tidak centre. Drum harus dibongkar dan dibuat hole atau lubang untuk pemasangan baut L. Pemasangan baut L ini dimaksudkan untuk mengganti baut biasa yang sebelumnya digunakan. Pada pengujian pertama ternyata saat silinder (drum) pisau berotasi, baut biasa tersebut mentok ke main frame sehingga perlu diganti dengan baut L. Pompa poclain tandem coba diganti dengan pompa MDV10 tandem, karena dibutuhkan pressure yang lebih kecil. Hose hydraulic perlu dirapikan. Saluran hydraulic perlu dilakukan pengecekan lagi karena ternyata terjadi kebocoran pada tanki kecil, tanki kecil kelebihan volume sedangkan volume tanki besar terus mengalami penurunan. Bearing rusak atau aus, hal ini dikarenakan drum/silinder pisau yang tidak centre. Apabila drum tidak diganti, maka umur ekonomis dari bearing akan menurun dan memungkinkan bearing cepat rusak atau aus sehingga bearing harus sering diganti. b. Testing II Travel valve yang digunakan jauh lebih baik karena pada joystick poclain gerak joystick lebih berat dan terdapat sistem lock/stopper sehingga lebih mudah digunakan untuk menentukan kondisi normal serta untuk tujuan safety. Selain itu, hal ini dikarenakan pompa hidrolik yang digunakan yang digunakan memiliki pressure yang lebih kecil Pada pengujian yang kedua ini, hasil kinerja unit secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan saat pengujian pertama. Hal ini dikarenakan kebocoran yang terjadi pada sistem hidrolik pada pengujian pertama sudah diperbaiki, pressure yang terlalu besar saat menggunakan Poclain tandem hyd pump sudah lebih baik dan sesuai menggunakan pompa MDV10V karena memang pompa ini memiliki pressure lebih kecil. 39

16 Putaran cylinder blade lebih baik karena drum yang baru sudah center sehingga putaran drum seragam dan tidak cepat merusak bearing. Secara umum masalah-masalah yang terjadi saat pengujian pertama sudah diperbaiki dan hasilnya cukup bisa dikatakan jauh lebih baik saat pengujian yang kedua. Namun memang pada pengujian kedua masih terjadi beberapa masalah antara lain adalah ban belakang Castor yang belum sepenuhnya stabil dikendalikan, oleh karena itu perlu secepatnya locking Castor segera dipasang agar gerak kedua roda belakang Castor bisa lurus dan seragam. Hal ini akan memudahkan operator mengoperasikan unit mengaduk timbunan kompos. c. Testing III Kedua roda belakang Castor sudah bisa berjalan lurus dan seragam karena locking Castor telah terpasang. Namun locking Castor ini juga masih kurang efektif karena masih manual dan butuh tambahan operator yang khusus untuk memasang dan melepas pin locking Castor tersebut. Disamping itu, saat gerakan ban sudah terkunci, pin sangat sulit ketika ingin dilepas/dicabut karena adanya momen putar dari gerakan ban terhadap pin. pin Roda belakang Castor Gambar 20. Locking roda belakang Castor Pada perlakuan yang pertama (tinggi timbunan 1 m) unit sudah mampu bekerja dengan baik. Torsi dari silinder blade yang dihasilkan sesuai dan bisa mengaduk timbunan cacahan limbah kelapa sawit dengan cukup baik. Namun pada saat perlakuan kedua (tinggi timbunan 1.5 m), beberapa kali silinder blade berhenti berputar. Hal ini karena torsi yang dihasilkan tidak cukup kuat dengan timbunan yang cukup tinggi. Sehingga torsi perlu ditingkatkan. Perlu pemasangan motor hidrolik Charlyn secepatnya agar torsi bisa ditingkatkan sehingga pada percobaan selanjutnya masalah yang terjadi dapat diminimalisir. d. Testing IV Torsi dari cylinder blade/drum lebih tinggi karena penambahan motor Charlyn pada sisi silinder drum. Pada pengujian ini pada tinggi timbunan sebesar 1.0 m dan 1.5 m, silinder blade sudah mampu bekerja dengan baik. 40

17 e. Testing V Secara keseluruhan unit telah bekerja dengan baik secara fungsional dan struktural seperti roda, cylinder blade, dan plastic rewinder. Masih terdapat masalah pada plough. Gerakan plough sulit dikontrol karena supply pressure pada plough kanan dan kiri berasal dari satu line pressure, sehingga terkadang pressure yang menuju ke plough kanan dan kiri tidak secara bersamaan. Hal ini mengakibatkan gerakan plough tidak seragam dan sulit dikontrol. Perlu dibuat line pressure yang berbeda antara plough kanan dan kiri agar gerakan masing-masing plough lebih mudah dikontrol. 7. Cleaning, Masking, and Painting Setelah pengujian terhadap unit dirasa cukup hal itu dilihat dari performa unit dan tujuan terhadap unit telah dicapai. Maka dilakukan proses cleaning, masking, dan proses pengecetan. Sebelum masuk ke plant painting unit composting turner terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran limbah cacahan tandan kosong kelapa sawit yang menempel pada saat pengujian kinerja unit serta oli yang banyak menempel di unit karena proses assembly hidrolik. Unit tidak akan bisa di cat apabila kotoran/oli masih banyak menempel di unit. Sebelum proses pengecetan, terlebih dahulu dilakukan proses masking. Proses masking ini merupakan proses penutupan bagian/komponen-komponen penting dari unit yang tidak di cat sehingga ketika proses pengecetan nanti komponen-komponen tersebut tidak ikut terkena cat. Biasanya untuk proses ini digunakan kertas koran sebagai penutup. Proses ini dilakukan selama ± 3 hari, hal ini karena proses assembly unit yang sudah cukup banyak seperti komponen elektrik dan hidrolik sehingga apabila dilakukan pelepasan seluruh komponen akan membutuhkan waktu yang lama lagi untuk proses assembly unit kembali. Setelah proses masking selesai, dilakukan proses pengecetan. Proses penggecetan dilakukan dengan tujuan agar unit tahan karat, lebih terlihat menarik dan mampu meningkatkan daya jual. Sebelum dilakukan pengecetan terhadap unit, seorang engineer harus membuat painting style menggunakan software AutoCAD untuk menunjukkan bagian-bagian yang ingin dicat berikut warna dan informasi tentang jenis cat agar bagian yang menangani masalah pengecatan mengetahui dan mengerti apa saja yang perlu dicat berikut dengan warnanya. 41

18 Berikut dibawah ini adalah contoh gambar painting style yang penulis desain menggunakan software AutoCAD 2010 : Gambar 21. Painting Style Unit Composting Turner Pengecetan (painting) unit composting turner dilakukan selama 3 hari terhitung sejak tanggal 14 juni 2011 hingga 17 juni Warna dominan yang digunakan pada unit ini adalah luminous red dan telegrau I dengan nilai standar RAL untuk masingmasing warna berturut-turut adalah RAL 3024 (RGB: ) dan RAL 7045 (RGB : ). 8. Show to Customer (Final Testing) Setelah unit keseluruhan selesai tahap pengecetan, seluruh komponen dalam unit dilakukan uji kinerja kembali untuk memastikan tidak ada lagi masalah yang terjadi pada unit sekaligus untuk menunjukan/memamerkan unit ke customer sebagai pemesan unit composting turner yang dalam hal ini kepada jajaran direksi dari PT. Astra Agro Lestari. Kegiatan ini dilakukan pada hari senin tanggal 19 juni 2011 yang dilakukan di plant Assembly atau Manuf II PT. United Tractors Pandu Engineering. Pada pengujian kinerja unit ini, secara keseluruhan komponen unit mampu bekerja dan berfungsi dengan baik, tidak ada lagi masalah berarti yang terjadi. Plough yang pada final testing masih bermasalah, pada pengujian ini sudah bisa bekerja dengan sangat baik. Supply pressure yang menuju plough tetap dibuat satu line pressure namun pada unit composting turner ini ditambah komponen flow divider yang digunakan untuk membagi supply pressure dari pompa hidrolik sehingga pressure bisa dibagi sama rata. Hal ini menyebabkan kedua plough kanan dan kiri memperoleh pressure yang kurang lebih seragam sehingga gerakan plough jauh lebih baik dan seragam dibandingkan dengan pada saat testing V. 42

19 9. Re-Assembly Pada tahap ini komponen-komponen tambahan yang belum terpasang pada saat final testing, komponen tambahan yang digunakan saat transportasi unit, serta komponen-komponen yang perlu diperbaiki (modifikasi) kembali dipasang/dirakit ke top assy unit composting turner. Ada beberapa komponen yang diassembly ke unit serta dilakukan modifikasi karena pada pemakaian sebelumnya komponen tersebut kurang sesuai dengan yang diharapkan, antara lain: Pemasangan Air conditioner/ac Pemasangan cover unit + painting cover Locking Castor manual yang pada sebelumnya sangat sulit untuk digunakan, dimodifikasi secara otomatis menggunakan tenaga hidrolik Pemasangan stiker unit berikut safety sign Pemasangan mika/akrilik untuk cover camera Pembuatan H-beam square untuk menimbang total massa unit Pembuatan H-beam untuk handling unit composting turner. 10. Finish Good and Delivery Setelah seluruh komponen unit selesai dirakit menjadi top assy. Kinerja unit sudah cukup baik dan tujuan yang ingin dicapai dari unit telah sesuai dengan yang diharapkan maka unit ditetapkan telah finish good. Kemudian dilakukan pengiriman unit prototipe composting turner ke customer yang dalam hal ini adalah PT. Astra Agro Lestari. 43

20 B. PENGOLAHAN DATA ANTROPOMETRI Berikut adalah data-data hasil perhitungan nilai rata-rata, simpangan baku, dan percentil terhadap data antropometri yang dipakai pada penelitian ini yakni data penelitian milik Rahmawan (2011). Tabel 4. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan Percentil Data Antropometri (satuan dalam cm kecuali parameter berat badan dalam kg) Parameter Nilai Ratarata Simpangan Baku Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 Berdiri Berat Badan Tinggi Badan Tinggi Mata Tinggi Bahu Tinggi Siku Tangan Tinggi Pergelangan Tangan Tinggi Ujung Tangan Tinggi Siku Kaki Tinngi Telapak Tangan Tinggi Selangkang Tinggi Pinggul Jangkauan ke Depan Jangkauan ke Depan (Menggenggam) Panjang Lengan Atas Panjang Lengan Lebar Bahu Jangkauan Horizontal Siku Tangan Jangkauan Horizontal Tangan Panjang Siku ke Genggaman Tangan Tinggi Genggaman Tangan Tinggi Sandaran Tangan Lebar Telapak Kaki Panjang Telapak Kaki

21 Parameter Nilai Ratarata Simpangan Baku Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 Duduk 24 Tinggi Dudukan Tinggi Lutut Tinggi Pinggul Tinggi Bahu Tinggi Mata Tinggi Duduk Tebal Badan Lebar Pantat Panjang Siku ke Ujung Jari Panjang Siku ke Pergelangan Tangan 34 Tinggi Siku Tangan Panjang Kedudukan hingga Siku Kaki 36 Panjang Kedudukan hingga Lutut 37 Panjang Pergelangan Tangan Panjang Telapak Tangan Lebar Telapak Tangan (4 jari) Lebar Telapak Tangan (5 jari) a. Keliling Genggaman Tangan b. Diameter Genggaman Tangan Catatan : usia rata-rata subjek yaitu tahun. 45

22 C. DESAIN DAN LAYOUT RUANG KENDALI PROTOTIPE COMPOSTING TURNER Untuk mengetahui dimensi ruang kendali/kabin unit composting turner penulis melakukan pengukuran secara langsung terhadap ruang kendali kabin prototipe dengan menggunakan beberapa alat ukur antara lain penggaris, meteran, jangka sorong yang digunakan untuk pengukuran panjang, lebar, tinggi, dan jarak, serta busur mekanik yang digunakan untuk menentukan besar sudut. Setelah melakukan pengukuran langsung ruang kendali kabin unit, maka hasil pengukuran dibuat modeling 3D menggunakan software Pro/Engineer Wildfire 4.0 untuk mempermudah dalam mengamati serta menganalisis dimensi ruang kendali kabin unit composting turner. Dari model 3D yang telah selesai dibuat/didesain tersebut, dibuat drawing untuk lebih mempermudah melakukan analisis mengenai dimensi dan mempermudah dalam pembacaan dimensi desain dan layout kabin prototipe unit composting turner. Berikut adalah gambar modeling 3D serta drawing ruang kendali kabin prototipe unit composting turner : Gambar 22. Modeling 3D Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner 46

23 Gambar 23. Tampak Atas Drawing Layout Dimensi Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner 47 47

24 Gambar 24. Tampak Samping Drawing Layout Dimensi Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner 48 48

25 Gambar 23 dan Gambar 24 menunjukkan dimensi ruang kendali kabin unit prototipe composting turner berikut dengan dimensi tata letak komponen (accessoris) dan panel kendali yang digunakan untuk mengoperasikan unit. Dari drawing layout ruang kendali kabin yang tertera pada gambar diatas (Gambar 23 dan Gambar 24), dibuat plot antropometri manusia (percentil 5, 50, dan 95) dalam ruang kendali kabin prototipe tersebut untuk mengetahui jangkauan optimum dari data antropometri yang diacu terhadap ruang kendali kabin unit prototipe composting turner serta untuk mengetahui bagaimana kesesuaian desain ruang kendali yang ada yang diterapkan pada unit prototipe composting turner dengan dimensi tubuh user pada data antropometri yang diacu pada penelitian ini. Berikut adalah gambar daerah kerja operator di dalam ruang kendali kabin unit prototipe composting turner : a b c Ket: a. Accessoris Switch b. Travel Valve c. Joystick Gambar 25. Tampak Atas Pemplotan Daerah Kerja Operator (percentil 5) pada Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner 49

26 Gambar 26. Tampak Samping Pemplotan Daerah Kerja Operator (percentil 5) pada Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner Mengacu pada Gambar 25 dan Gambar 26, dapat dijelaskan bahwa posisi travel valve terletak pada daerah normal kerja operator (percentil 5). Namun posisi posisi panel-panel kendali seperti accessoris switch (starter, work lamp, AC, drum switch), monitor kamera serta joystick berada diluar jangkauan maksimum operator (percentil 5). 50

27 a b c Ket: a. Accessoris Switch b. Travel Valve c. Joystick Gambar 27. Tampak Atas Pemplotan Daerah Kerja Operator (percentil 50) pada Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner 51

28 Gambar 28. Tampak Samping Pemplotan Daerah Kerja Operator (percentil 50) pada Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner Pada pemplotan daerah kerja operator (mengacu pada Gambar 27 dan Gambar 28), tidak jauh berbeda dengan operator pada perccentil 5 dan dapat dijelaskan bahwa posisi travel valve terletak pada daerah normal kerja operator (percentil 50). Namun posisi posisi panel-panel kendali seperti accessoris switch (starter, work lamp, AC, drum switch), monitor kamera serta joystick berada diluar daerah jangkauan maksimum operator (percentil 50). 52

29 a b c Ket: a. Accessoris Switch b. Travel Valve c. Joystick Gambar 29. Tampak Atas Pemplotan Daerah Kerja Operator (percentil 95) pada Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner 53

30 Gambar 30. Tampak Samping Pemplotan Daerah Kerja Operator (percentil 95) pada Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner Mengacu pada Gambar 29 dan Gambar 30, dapat dijelaskan bahwa posisi travel valve terletak pada daerah normal kerja operator dan posisi joystick berada pada daerah jangkauan maksimum operator. Namun posisi panel-panel kendali seperti accessoris switch (starter, work lamp, AC, drum switch), dan monitor kamera berada diluar daerah jangkauan maksimum operator (percentil 95). 54

31 D. APLIKASI ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIKA DALAM DESAIN TATA LETAK DAN PANEL KENDALI PROTOTIPE COMPOSTING TURNER Pada saat bekerja, operator dalam ruang kendali kabin composting turner melakukan beberapa gerakan untuk mengoperasikan unit untuk melakukan pekerjaanya. Beberapa gerakan tersebut sebenarnya dilakukan dan terjadi secara alami karena kondisi lingkungan kerja yang terkadang sesuai dan terkadang juga kurang sesuai dengan dimensi tubuh yang dimiliki oleh operator tersebut. Dari gerakan-gerakan operator tadi, operator/manusia sebenarnya memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). Menurut Openshaw (2006), tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). Gerakan dalam SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun syarat untuk mencapai gerakan tersebut pengguna sebaiknya mencoba untuk menghindari gerakan berulang dan ekstrim dalam SAG nya selama periode waktu yang lama. Masih menurut Openshaw (2006), ada 4 zona berbeda yang mungkin dihadapi manusia ketika duduk dan berdiri, yaitu : 1. Zona 0 (Zona Hijau/Green Zone). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakangerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (Zona Kuning/Yellow Zone). Zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakangerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 3. Zona 2 (Zona Merah/Red Zone). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. 4. Zona 3 (Melewati Zona Merah/Beyond Red Zone). Posisi paling ekstrim pada anggotaanggota tubuh, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang. Zona-zona tersebut merupakan selang-selang dimana anggota-anggota tubuh dapat bergerak secara bebas. Zona 0 dan 1 termasuk dalam gerakan-gerakan sendi terkecil sedangkan Zona 2 dan 3 menunjukkan posisi-posisi yang lebih ekstrim. Untuk lebih rinci, berikut adalah macam-macam gerakan dan selang gerakan dari beberapa zona gerakan : Tabel 5. Selang Gerakan dari Beberapa Zona Gerakan Tulang Belakang Punggung Pergelangan Tangan Gerakan Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Deviasi Radial (radial deviation) Selang dari zona gerakan (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona Deviasi Ulnar (ulnar deviation) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Aduksi (adduction) Abduksi (abduction) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Berputar (rotational) Membengkok ke samping (lateral bend)

32 Leher Gerakan Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Berputar (rotational) Menbengkok ke samping (lateral bend) Selang dari zona gerakan (dalam ) Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006) Sumber : Chaffin (1999) dan Woodson (1992) dalam Openshaw (2006) Gambar 31. Macam-macam Selang Gerakan Selang gerakan yang terjadi pada saat operator bekerja dalam ruang kendali kabin composting turner adalah gerakan pada tulang belakang, leher, punggung, dan pergelangan tangan seperti yang tertera pada gambar diatas. Selang gerakan yang diamati adalah ketika operator mengoperasikan unit prototipe composting turner, apakah operator telah menerapkan SAG yang baik yaitu SAG yang masih berada pada zona 0 dan 1 serta menghindari gerakan pada zona 2 dan 3. 56

33 Berikut adalah beberapa gerakan operator yang diamati : a. Gerakan operator ketika mengoperasikan joystick untuk penggerak roda kanan dan kiri dari unit prototipe composting turner, b. Gerakan operator ketika mengoperasikan travel valve, c. Gerakan operator ketika mengoperasikan panel pada dashboard kabin, dan d. Gerakan operator ketika melihat instrumen kabin (display) seperti voltmeter, RPM meter, pressure gauge, fuel meter, dan temperature gauge. Dalam mengoperasikan unit prototipe composting turner, operator atau user bisa jadi tidak menerapkan SAG yang baik yaitu SAG yang masih berada di zona 0 dan 1. Hal ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara dimensi desain ruang kendali kabin unit prototipe composting turner terhadap dimensi tubuh operator atau user. Oleh karena itu perlu diamati dan dianalisis bagaimana gerakan-gerakan operator saat mengperasikan unit. Dari semua gerakan operator ketika mengoperasikan unit tersebut terdapat beberapa parameter antropometri yang terkait dengan desain ruang kendali unit prototipe composting turner berikut tata letak dan panel kendali dalam ruang kendali tersebut, antara lain adalah sebagai berikut : Tabel 6. Parameter Antropometri yang Terkait dengan Desain Ruang Kendali Unit Prototipe Composting Turner (satuan dalam cm) No Keterangan 1 Parameter tinggi badan Parameter tinggi duduk Parameter tinggi mata (duduk) Parameter tinggi dudukan Parameter lebar bahu 6 Parameter lebar pantat 7 Parameter panjang kedudukan hingga siku kaki Penjelasan Singkat Data antropometri pada parameter tinggi siku kaki Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter tinggi duduk Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter tinggi mata (duduk) Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter tinggi dudukan Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter lebar bahu Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter lebar pantat Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter panjang kedudukan hingga siku kaki Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke

34 No Keterangan Penjelasan Singkat Data antropometri pada parameter panjang kedudukan hingga lutut 8 Parameter panjang kedudukan hingga lutut Jangkauan ke depan 9 Jangkauan ke depan (mengenggam) a. b. Persentil ke Data antropometri pada parameter jangkauan ke depan Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter jangkauan ke depan (mengenggam) Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter panjang lengan Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Parameter panjang lengan atas Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Lebar telapak tangan (4 jari) 14 Persentil ke-50 Parameter panjang lengan Parameter panjang telapak tangan 13 Persentil ke-5 Data antropometri pada parameter panjang lengan atas Data antropometri pada parameter panjang telapak tangan Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Data antropometri pada parameter lebar telapak tangan (4 jari) Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Parameter diameter genggaman tangan Data antropometri pada parameter diameter genggaman tangan Parameter keliling genggaman tangan Data antropometri pada parameter keliling genggaman tangan Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke

35 1. Panel Kendali yang Dioperasikan dengan Tangan Pada saat operator bekerja atau mengoperasikan unit prototipe composting turner, ada beberapa panel kontrol atau panel kendali pada kabin unit composting turner yang dioperasikan oleh tangan antara lain adalah joystick sebagai penggerak roda kanan dan kiri, travel valve yang digunakan untuk naik turun silinder/drum blade composting turner, pengatur plough kanan dan kiri, dan penggerak plastic rewinder, serta panel-panel kontrol pada dashboard kabin. c a b Gambar 32. Panel yang dioperasikan dengan tangan : (a) Travel valve ; (b) Joystick (c) Accessoris Switch Panel-panel yang dikendalikan oleh tangan yang terletak pada dashboard seperti starter, AC, work lamp, dan accessoris switch lain pada dashboard berada pada daerah normal operator, hanya saja gerakan tangan saat mengatur switch tidak menerapkan SAG yang aman, accessoris switch terletak pada zona 3 dan 4 terhadap posisi normal operator dalam kabin. Gerakan tangan kanan dan kiri operator saat mengoperasikan accessoris switch memaksa gerakan abduksi dan ekstensi punggung berlebihan serta gerakan memutar tulang belakang yang berbahaya hingga ±90o. Pada kondisi ini penting sekali dilakukan perubahan tata letak sehingga SAG operator saat mengoperasikan accessoris switch merupakan SAG yang baik dan aman. Gambar 33. Operator saat mengoperasikan accessoris switch 59

36 Posisi travel valve berada pada daerah normal kerja operator (percentil 5, 50,95). Gerakan yang dilakukan untuk mengoperasikan travel valve adalah gabungan antara gerakan punggung abduksi (abduction) dan fleksi (flexion). Gerakan tangan saat menarik travel valve kebelakang dan mendorong travel valve kedepan saat operasi unit membentuk sudut 20o antara travel valve saat setelah ditarik/didorong dengan travel valve pada kondisi normal. Pada saat posisi travel valve tersebut, jangkauan tangan masih berada pada daerah normal kerja operator (percentil 5, 50, 95). Posisi joystick berada dalam daerah maksimum operator (percentil 95) dan diluar jangkauan maksimum daerah kerja operator (percenil 5 dan 50). Gerakan tangan saat menarik joystick kebelakang dan mendorong travel valve kedepan saat operasi unit membentuk sudut 30o antara joystick saat setelah ditarik/didorong dengan joystick pada kondisi normal. Hal ini mengakibatkan perubahan posisi duduk yang dialami oleh operator (percentil 5, 50 dan 95) ketika mengoperasikan unit dengan posisi tubuh condong ke depan. Dalam ruang kendali unit prototipe composting turner ini tempat duduk operator bisa diatur maju mundur dengan stroke ± 15cm. Dengan adanya pengaturan posisi tempat duduk tersebut, posisi joystick berada pada daerah normal kerja operator (percentil 50 dan 95) dan berada pada daerah maksimum operator (percentil 5). Tubuh operator (percentil 5) tetap harus sedikit condong ke depan meski kursi sudah dimajukan mendekati posisi joystick sejauh ± 15cm. Tabel 7. Tinggi duduk dan jangkauan ke depan masing-masing percentil Operator Tinggi Duduk (cm) Percentil Percentil Percentil Tinggi Dudukan Kursi Kendali (cm) 430 Jangkauan ke Depan Jangkauan ke Depan (menggenggam) Telapak kaki operator (percentil 5, Gambar 26) tidak menyentuh lantai kabin, sedangkan operator (percentil 50, Gambar 28) hanya menyentuh lantai kabin diujung telapak kaki. Hal ini mengharuskan operator (percentil 5 dan 50) duduk lebih menjorok ke depan agar telapak kaki bisa secara penuh menapak pada lantai kabin saat operator mengoperasikan unit. Oleh karena itu, pada kondisi ini diperlukan penyesuaian tinggi kursi duduk dengan operator yang mengoperasikan unit (percentil 5 dan 50). Berdasarkan analisa diatas, maka agar desain ruang kendali yang di desain bisa memenuhi seluruh selang operator Indonesia yang berada pada percentil 5, percentil 50, dan percentil 95 untuk bisa bekerja secara aman dan efisien dalam mengoperasikan unit prototipe composting turner, maka lebih baik jika dilakukan perubahan pada desain tempat duduk operator menjadi adjustable seat agar jarak antara kursi operator dengan posisi joystick kendali roda bisa diatur dan disesuaikan serta tinggi dudukan dari operator saat mengoperasikan unit prototipe composting turner bisa diatur atau disesuaikan dengan ukuran tubuh operator tersebut. 60

37 2. Pengamatan Display Dalam membuat desain ruang kendali kabin sebuah unit dan menentukan tata letak komponen dan panel kendali yang digunakan saat mengoperasikan unit, penting sekali seorang engineer mengetahui dan memahami bagaimana kemampuan dari sebuah sistem penglihatan manusia disesuaikan dengan desain yang ada. Kepala dan mata operator merupakan dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam desain tata letak komponen dan panel kendali karena ketika operator mengoperasikan unit pergerakan kepala dan mata operator memiliki area atau daerah maksimum yang harus diperhatikan. Menurut SAE (Society of Automotive Engineers) J985 tentang vision factors considerations in rear view mirror design (pertimbangan faktor pandangan/penglihatan dalam desain kaca spion) menjelaskan bahwa area/daerah penglihatan untuk masing-masing mata manusia (kiri/kanan) adalah 900 outside dan 600 inside terhadap garis normal pandangan operator. Artinya memang terdapat daerah yang hanya bisa dijangkau oleh mata kanan atau mata kiri dari operator. Dibawah ini adalah gambar yang mengilustrasikan bagaimana daerah jangkauan mata sebelah kanan dan mata sebelah kiri dari manusia secara horizontal. Gambar 34. Daerah/wilayah pandangan horizontal mata Rotasi mata optimal dalam meridian horizontal adalah 15 derajat ke kiri dan 15 derajat ke kanan. Namun, mata bisa berubah menjadi 30 derajat ke kanan dengan gerakan halus. Kepala bergerak dengan mudah pada 45 derajat ke kiri dan 45 derajat ke kanan. Sedangkan gerakan kepala maksimum adalah 60 derajat kiri dan kanan 60 derajat. Tidak hanya secara horizontal, dalam meridian vertical pun rotasi mata optimal adalah 15 derajat ke atas dan 15 derajat ke bawah. Maksimum gerakan mata ke atas 45 derajat dan ke bawah 65 derajat. Dalam meridian vertical, gerakan mudah kepala adalah 30 derajat ke atas, 30 derajat ke bawah, dan gerakan kepala maksimum adalah 50 derajat keatas dan 50 derajat ke bawah. 61

38 Gambar 35. Daerah pergerakan horizontal kepala dan mata Gambar 36. Daerah pergerakan vertikal kepala dan mata Untuk mengurangi kelelahan pengemudi dan meningkatkan efisiensi visual, seorang pengemudi atau operator dapat menggabungkan gerakan kepala dan mata yang melebihi batas atas dari daerah optimal dan daerah maksimum pergerakan mata dan kepala, tapi dia tidak diperbolehkan untuk melakukannya berulang-ulang atau untuk jangka waktu yang lama. 62

39 Keterangan : a b : Display Pressure Gauge pada Dashboard Kabin : Display pada Dashboard Bagian Atas Kabin c g d, f : Display Pressure Gauge pada Joystick e : Garis Normal Pandangan Mata h : Display Monitor Kamera Gambar 37. Tampak Atas Pengamatan Display dalam Ruang Kendali Kabin 63

40 (a) (b) 64

41 (c) Keterangan : a : Display pada Dashboard Bagian Atas Kabin b : Display Monitor Kamera c : Garis Normal Pandangan Mata d : Display Pressure Gauge pada Joystick : Display Pressure Gauge pada Dashboard Kabin e f Gambar 38. Tampak Samping Pengamatan Display : (a) Percentil 5 ; (b) Percentil 50 ; (c) Percentil 95 Gambar 37 dan Gambar 38 diatas merupakan gambar ilustrasi (dimensi tubuh manusia dalam penelitian ini (percentil 5, 50, dan 95)) ketika operator sedang melakukan pengamatan pada display (monitor kamera) atau accessoris (pressure gauge, RPM meter, fuel meter, temperature gauge, battery voltmeter) pada ruang kendali kabin saat operator mengoperasikan unit prototipe composting turner. Dari ilustrasi gambar tersebut, dengan menggunakan software Pro/Engineer Wildfire 4.0 dibuat layout tata letak komponen dan panel-panel display sehingga posisi display tersebut terhadap pandangan operator (percentil 5, 50, dan 95) bisa diketahui. Gerakan kepala operator ketika melakukan pengamatan pada display ruang kendali kabin unit prototipe composting turner merupakan gabungan dari beberapa tipe selang gerakan yaitu antara lain adalah gerakan fleksi dan ekstensi leher, serta gerakan berputar (rotasi) dari leher. Selang dari zona gerakan dihitung mulai dari garis normal pandangan mata 65

42 operator sampai garis pandangan operator tersebut terhadap display. Berikut adalah selang dari zona gerakan rotasi leher operator saat mengamati display dalam ruang kendali kabin saat operator mengoperasikan unit, yaitu : Tabel 8. Selang zona gerakan rotasi leher pada saat pengamatan display Jenis Gerakan Rotasi Leher Rotasi Leher Rotasi Leher Rotasi Leher Rotasi Leher Pengamatan pada Display Pressure gauge pada dashboard kabin RPM meter Fuel meter, temperature gauge, oil pressure gauge, battery voltmeter. Pressure gauge pada joystick Monitor kamera Selang Zona Gerak Ket. (gambar 36) a-b 0 10 c e-g 2.30 d,f h Mengacu pada Tabel 8 diatas, dalam pengamatan display operator melakukan gerakan rotasi leher. Pada gerakan rotasi leher ini terdapat beberapa selang gerakan dari operator yang menerapkan selang alami gerak (SAG) yang tidak baik yaitu SAG yang berada pada zona 2 dan 3 (Tabel 5), antara lain adalah : Gerakan operator ketika melakukan pengamatan pressure gauge pada dashboard kabin, gerakan operator saat melakukan pengamatan battery voltmeter pada dashboard kabin bagian atas, dan gerakan operator saat melakukan pengamatan pada monitor kamera. Gambar 39. Gerakan rotasi leher 66

43 Tabel 9. Selang zona gerakan fleksi dan ekstensi leher pada saat pengamatan display Jenis Gerakan Ekstensi Leher Ekstensi Leher Fleksi Leher Fleksi Leher Pengamatan pada Display Selang Zona Gerak Ket. (gambar 37) Perc. 5 Perc. 50 Perc a Monitor kamera Pressure gauge pada joystick b 0 0 Pressure gauge pada dashboard kabin RPM meter, fuel meter, temperature gauge, oil pressure gauge, battery voltmeter d e-f Berdasarkan pada Tabel 9 diatas, ada beberapa SAG yang tidak baik yaitu SAG yang masih berada pada zona 2 dan 3 yang dilakukan oleh operator (percentil 5, 50, dan 95) pada saat melakukan pengamatan display. Beberapa kesalahan SAG tersebut antara lain adalah : Ekstensi leher pada pengamatan display pada bagian dashboard atas: RPM meter, fuel meter, battery voltmeter, temperature gauge, oil pressure gauge (percentil 5, 50, dan 95), ekstensi leher pada pengamatan monitor kamera (percentil 5), fleksi leher pada pengamatan pressure gauge pada joystick (percentil 5, 50, dan 95), dan fleksi leher pada pengamatan pressure gauge pada dashboard kabin (percentil 5, 50, dan 95). Gambar 40. Gerakan fleksi dan ekstensi leher Tata letak komponen dalam ruang kendali yang berkaitan dengan gerakan rotasi leher operator sangat penting dilakukan perbaikan oleh perusahaan terutama untuk komponen yang frekuensi pengamatan sering dilakukan seperti monitor kamera, RPM meter, dan pressure gauge pada dashboard ruang kendali prototipe composting turner. SAG yang tidak baik ini tidak bisa seterusnya dilakukan oleh operator saat mengoperasikan unit, karena hal tersebut akan menimbulkan hal negatif terhadap operator seperti kelelahan, pegal, atau bahkan cedera yang bisa mengakibatkan turunnya produktifitas kerja yang dilakukan. Untuk beberapa display yang frekuensi dilihat sangat sering, maka sangat baik dan sudah seharusnya diletakkan pada posisi yang membuat gerakan operator saat pengamatan pada display berada pada SAG yang diizinkan. Namun, perubahan desain terhadap tata letak komponen juga tidak bisa lepas dari pertimbangan-pertimbangan perusahaan dalam menetapkan pilihan desain yang sesuai. Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, 67

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Standard Operational Procedure Flow chart proses honing tersebut disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1. Flow Chart SOP Proses Honing Teknik Industri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA Definisi Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia Antropometri

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo Herry Christian Palit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

Bab 3. Metodologi Penelitian

Bab 3. Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan studi pendahuluan untuk dapat merumuskan permasalahan berdasarkan pengamatan terhadap kondisi obyek yang diamati. Berdasarkan permasalahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini ditujukan kepada pengguna kursi roda yang mengendarai mobil dalam kegiatan sehari-hari. Kesulitan para pengguna kursi roda yang mengendarai mobil adalah melipat, memindahkan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV - Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum PT STI PT STI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan spare part, machinery, engineering,

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PELAKSANAAN MAGANG

IV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PELAKSANAAN MAGANG IV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai Februari 2011 samai dengan Juli 2011 di PT. United Tractors Pandu Engineering yang

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1. Perhitungan Dengan Menggunakan Scoring REBA Berdasarkan data REBA hasil pengumpulan data, kemudian di olah dengan menggunakan scoring yang di tuangkan pada gambar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian ini dilakukan mulai Juli-September 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. B. ALAT DAN BAHAN 1. Peralatan yang digunakan a. Meteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dilaksanakan

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan

Lebih terperinci

DESAIN STASIUN KERJA

DESAIN STASIUN KERJA DESAIN STASIUN KERJA Antropologi Fisik Tata Letak Fasilitas dan Pengaturan Ruang Kerja Work Physiologi (Faal Kerja) dan Biomechanics Ruang Kerja Studi Metode Kerja DESAIN STASIUN KERJA Keselamatan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur selama dua bulan terhitung dari bulan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ. produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah

BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ. produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ 3.1 MetodePahldanBeitz Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu 29 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Permasalahan 3.1.1. Flow yang Dihasilkan Kurang 3.1.1.1. Gambaran Masalah Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu mengangkat beban pada ketinggian yang

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada Gedung Bertingkat. (www.ilmusipil.com/tower-crane-proyek-gedung) Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, tower

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI B. ANTROPOMETRI

TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI B. ANTROPOMETRI II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI Menurut Pheasant (1982) kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Pernyataan ini pertama dilontarkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 6 BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 TUJUAN Tugas kerja praktek ini bertujuan menyelesaikan studi kasus mengenai aspek teknik mesin atau laporan suatu kegiatan atau proses yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR 3.1. Perencanaan Modifikasi Evaporator Pertumbuhan pertumbuhan tube ice mengharuskan diciptakannya sistem produksi tube ice dengan kapasitas produksi yang lebih besar, untuk

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Duduk nyaman di kursi adalah factor cukup penting untuk diperhatikan, apapun itu model kursi minimalis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada BAB IV HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Komponen Utama & Komponen Pendukung Pada Rangka Gokart Kendaraan Gokart terdiri atas beberapa komponen pembentuk baik komponen utama maupun komponen tambahan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH

STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat ditunjukkan pada diagram alur penelitian yang ada pada gambar 3-1. Mulai Identifikasi Masalah Penentuan Kriteria Desain

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN STANDARD NORDIC QUESTIONNAIRE I. IDENTITAS PRIBADI (Tulislah identitas saudara dan coret yang tidak perlu) 1. Nama :... 2. Umur/Tgl. Lahir :.../... 3. Stasiun Kerja :... 4. Status : Kawin/Belum

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Konstruksi Prototipe Manipulator Manipulator telah berhasil dimodifikasi sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Dimensi tinggi manipulator 1153 mm dengan lebar maksimum

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. X adalah Agen Tunggal Pemilik Merk (ATPM) dan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri perakitan mobil yang berdiri

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 22 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 3.1 Tempat Dan Objek Analisis Tempat untuk melakukan analisis dan perbaikan pada tugas akhir ini, adalah workshop otomotif

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift Poniman / TAB / 0420120068 Yulius Anggi Setiawan / TAB / 0420120075 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara 14330, Telp.0216519555,

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. ENGINEERING DESIGN PROCESS Engineering design process atau proses desain engineering merupakan proses atau tahapan dimana seorang engineer merancang sebuah produk/alat atau mesin

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Observasi & Studi Literatur. Identifikasi Sistem. Mekanisme Katup. Pengujian Dynotest awal 3.1 Diagram Alir (Flow Chart) BAB III METODE PENELITIAN Mulai Observasi & Studi Literatur Identifikasi Sistem Mekanisme Katup Pengujian Dynotest awal Proses Modifikasi Camshaft Pengujian Dynotest Hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di bengkel Apppasco Indonesia, cangkurawo Dramaga Bogor. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA

ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA ANALISA KEBOCORAN PIPA PADA HYDRAULIC GATE BEAM SHEARING MACHINE di PT. INKA Oleh : MOHAMMAD ILHAM NRP : 6308.030.018 Jurusan : Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB 9. 2D BIOMECHANICS BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Penerapan Close loop system A. Close loop System (sistem loop tertutup) Sistem loop

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian ini. Berikut beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Daryono Mahasiswa (S1) Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma Scochuu_kuro@yahoo.co.id ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 s.d. Maret 2017 di Bank Sampah Tasikmalaya, Desa Cikunir Kecamatan Singaparna, Kabupaten

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci