TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI B. ANTROPOMETRI
|
|
- Lanny Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI Menurut Pheasant (1982) kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Pernyataan ini pertama dilontarkan oleh Professor Hywell Murrel dalam jamuan pesta kerja (working party) di markas besar angkatan laut Ratu Anne pada 8 juli 1949, yang dihadiri oleh berbagai kalangan diantaranya engineering, kedokteran, dan peneliti. Di buku tersebut juga dikemukakan bahwa pengertian ergonomi merujuk pada suatu ilmu penyesuaian antara pekerjaan kepada pekerja serta produk kepada pengguna. Definisi ergonomi yang diacu berdasarkan International Ergonomics Association dalam Nurmianto (2004), adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi juga berkenaan dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia baik di tempat kerja, rumah maupun tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan suatu studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungan saling berinteraksi dengan tujuan untuk menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya bukan sebaliknya. Aktivitas penerapan ergonomi dapat dilihat pada rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain) berbagai produk diantaranya peralatan, mesin, perangkat lunak bahkan manajemen organisasi pekerjaan dari suatu sistem yang sudah ada. Awalnya penerapan ergonomi dianggap sebagai common sense (hal yang biasa terjadi) berdasarkan trial and error yang dilakukan oleh manusia secara awam. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pada akhirnya dalam kajian ergonomi diperlukan pendekatan ilmiah untuk perancangan pekerjaan maupun produk yang optimum sehingga memiliki ketepatan hasil perancangan. Ilmu-ilmu terapan yang diperlukan dalam menunjang fungsi tersebut diantaranya kinesiologi biomekanika, yaitu aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisis sistem kerangka-otot manusia, serta aplikasi antropometri sebagai satu hal vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi. B. ANTROPOMETRI Kata antropometri memiliki pengertian pengukuran tubuh manusia. Definisi ini didapat dari bahasa Yunani kuno, yaitu anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti pengukuran. Data antropometri digunakan dalam ergonomi untuk menentukan dimensi fisik dari ruang kerja (workspaces), peralatan, dan perabot untuk memastikan kesesuaian fisik diantara dimensi peralatan dan produk dengan dimensi penggguna (Bridger 2003). Menurut Bridger (2003) yang dikutip dalam buku Introduction to Ergonomics, langkah pertama dalam suatu perancangan adalah menetapkan populasi pengguna kemudian merancang berdasarkan range yang memuat sebanyak-banyaknya dimensi pengguna, normalnya 90% diantara populasi tersebut. Desain produk yang baik adalah produk yang mengikuti keragaman dari populasi pengguna. Dalam ergonomi, kata populasi digunakan sebagaimana dalam prinsip statistika yaitu dapat merujuk pada sebuah golongan dari orang-orang yang memiliki kesamaan nenek moyang (ancestors), pekerjaan, lokasi geografi ataupun kelompok usia. Namun untuk tujuan desain, kriteria dalam memutuskan sebuah populasi adalah bergantung pada kebutuhan fungsional yang berhubungan secara relatif langsung pada masalah yang ditangani. Misalnya bila akan merancang ruang kerja pada rumah 3
2 sakit swasta di Saudi Arabia, maka dibutuhkan data para perawat bangsa Eropa dan Australia yang biasa bekerja disana. Sumber dari keragaman manusia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: keacakan/random, jenis kelamin, suku bangsa, usia, jenis pekerjaan, pakaian, faktor kehamilan pada wanita dan cacat tubuh secara fisik (Nurmianto 2004). Antropometri yang biasa disebut dengan kalibrasi tubuh manusia, dapat diterapkan dengan aplikasi ilmu-ilmu statistik dasar yakni bila terdapat data nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation) dari suatu distribusi normal. Berdasarkan tabel probabilitas distribusi normal akan didapatkan nilai persentil (persentase tertentu dari sekelompok orang dengan dimensi sama dengan atau lebih rendah dari nilai persentil tersebut), yang kemudian digunakan untuk perancangan ergonomi. Gambar 1. Distribusi normal dan perhitungan persentil Sumber : Stevenson (1989) diacu dalam Nurmianto (2004) Menurut Mc. Cormick dan Sanders (1987) diacu dalam Siska (2011), pengukuran antropometri dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe struktural atau statik dan tipe dinamik. Tipe statik menghasilkan data dimensi tubuh dalam keadaan diam, seperti tinggi badan, tinggi bahu, dan lain-lain. Tipe dinamik adalah pengukuran antropometri dengan memperhatikan kemampuan geraknya dalam melakukan suatu aktivitas. Dalam penerapannya, pengukuran antropometri selain dilakukan untuk memperoleh data utama seperti tinggi badan, tinggi bahu, panjang lengan dan lain-lain, juga dilakukan pengukuran segi antropometri lain yang lebih terperinci disesuaikan dengan kebutuhan desain seperti : panjang jari, lebar tangan, dan sebagainya. Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang, contoh perlengkapanperlengkapan di rumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan operatornya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke-95 (Zander 1972 diacu dalam Siska 2011). C. SELANG ALAMI GERAKAN Selang alami gerakan (SAG) didefinisikan sebagai gerakan alami manusia ketika melakukakan suatu pekerjaan atau aktivitas. Studi SAG dapat digolongkan dalam studi biomekanika, dimana biomekanik mempelajari berbagai aspek dari pergerakan fisik tubuh manusia (Sanders 1987). Menurut Openshaw (2006) diacu dalam Siska (2011), tubuh manusia memiliki suatu selang alami gerakan (SAG). SAG yang baik memperbaiki sirkulasi darah dan fleksibilitas sehingga dapat 4
3 mencapai gerakan yang lebih nyaman dan produktivitas yang lebih tinggi. Meskipun syarat untuk mencapai gerakan tersebut pengguna sebaiknya mencoba untuk menghindari gerakan repetitif (perulangan) dan ekstrim selama periode waktu yang lama. Openshaw (2006) mengemukakan bahwa dalam keadaan duduk dan berdiri, manusia dimungkinkan menghadapi empat zona berbeda, diantaranya : 1. Zona 0 (Zona Hijau/Green Zone). Zona ini paling dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 2. Zona 1 (Zona Kuning/Yellow Zone). Merupakan zona yang dianjurkan untuk sebagian besar gerakan-gerakan. Terdapat tekanan minimal pada otot dan sendi. 3. Zona 2 (Zona Merah/Red Zone). Banyak posisi yang ekstrim pada anggota-anggota tubuh. Terdapat lebih besar tekanan pada otot dan sendi. 4. Zona 3 (Melewati Zona Merah/Beyond Red Zone). Posisi paling ekstrim pada anggota-anggota tubuh, sebaiknya dihindari jika memungkinkan, terutama ketika mengangkat beban berat atau kegiatan yang berulang-ulang. Ilustrasi dari zona-zona tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2 Tabel 1. Selang gerakan pada beberapa gerakan segmen tubuh Pergelangan Leher Tulang Belakang Punggung Tangan Selang dari Zona Gerakan (dalam ) Gerakan Zona 0 Zona 1 Zona 2 Zona 3 Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Deviasi Radial (radial deviation) Deviasi Ulnar (ulnar deviation) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Aduksi (adduction) Abduksi (abduction) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Berputar (rotational) Menbengkok ke samping (lateral bend) Fleksi (flexion) Ekstensi (extension) Berputar (rotational) Menbengkok ke samping (lateral bend) Sumber : Chaffin (1999) & Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006) 5
4 Penyemprotan dengan knapsack sprayer, segmen lengan dan tangan dimungkinkan melakukan gerakan pemompaan secara berulang-ulang. Kaitan dengan hal ini, petani sangat perlu memperhatikan zona-zona ekstrim yang mungkin akan dilakukan baik disadari atau tidak. Gambar 2. Macam-macam selang gerakan Sumber : Chaffin (1999) & Woodson (1992) diacu dalam Openshaw (2006) D. KOEFISIEN KORELASI Menurut Mattjik (2000) koefisien korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan linier antara dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih tetapi hanya menggambarkan keterkaitan linier antar peubah. Koefisien korelasi disimbolkan dengan notasi r serta memiliki range nilai -1 sampai 1 (-1 r 1). Suatu korelasi antarparameter yang nilainya lebih besar dari korelasi antar parameter lain berarti korelasi antarparameter tersebut memiliki hubungan yang lebih erat dari korelasi antar parameter lainnya. Pada besaran indeks korelasi, makna tanda plus minus (±) berfungsi hanya untuk menunjukkan arah hubungan, dan bukan sebagai tanda aljabar. Jangkauan nilai koefisien korelasi yang besarnya antara +1 s/d -1 memiliki arti bahwa: jika koefesien korelasi bernilai positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Sebaliknya, jika koefisien korelasi bernilai negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan tidak searah (terbalik). Koefisien korelasi menunjukkan 6
5 kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak (Sarwono 2006 diacu dalam Siska 2011). Menurut Hasan (2003) yang diacu dalam David (2011), untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang, atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut : 1. r = 0, artinya tidak ada korelasi < r 0.2, artinya korelasi sangat rendah/lemah sekali < r 0.4, artinya korelasi rendah/lemah tapi pasti < r 0.7, artinya korelasi yang cukup berarti < r 0.9, artinya korelasi yang tinggi, kuat < r < 1.0, artinya korelasi sangat tinggi, kuat sekali, dapat diandalkan. 7. r = 1.0, artinya korelasi sempurna. Analisis korelasi dilakukan dengan tujuan antara lain: (1) untuk mencari bukti ada tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada hubungan, untuk melihat besar kecilnya hubungan antar variabel, serta (3) untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (meyakinkan atau signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan). E. KNAPSACK SPRAYER 1. Penyemprotan Penyemprotan dalam bidang pertanian, secara umum didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Sebagaimana dikutip dari Daywin (1992) dalam Susanto (2001), tujuan utama dari kegiatan penyemprotan adalah untuk melindungi tanaman dari jasad pengganggu dalam batas-batas yang yang menguntungkan petani. Secara umum, jasad pengganggu tanaman yang dapat dikendalikan dengan aplikasi pestisida melalui penyemprotan dapat digolongkan menjadi serangga (insekta), cendawan atau jamur (fungi) dan gulma. Aplikasi pestisida jenis insektisida efektif menggunakan penyemprotan tekanan sedang dengan jarak tinggi atau jauh, sehingga menghasilkan partikel butiran semprot (droplet) yang halus dan dapat melayang di udara dengan waktu relatif lama. Fungisida diaplikasikan pada tekanan rendah dengan jarak dekat, agar dihasilkan droplet yang besar dan menempel pada tanaman. Sedangkan herbisida sebagai pemberantas gulma atau tanaman pengganggu, dapat diaplikasikan pada tekanan rendah. Sprayer merupakan alat yang digunakan dalam penyemprotan. Sprayer memiliki fungsi utama untuk memecah cairan menjadi butiran-butiran (droplet) dengan ukuran yang efektif kemudian mendistribusikan secara merata di atas permukaan yang harus dilindungi. Efisiensi dan efektivitas sprayer ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif yang terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot. 2. Klasifikasi Sprayer Dewasa ini telah dikembangkan berbagai macam dan tipe sprayer yang dibedakan menurut tingkat kebutuhan. Terdapat sprayer yang dioperasikan dengan digendong (knapsack sprayer) baik 7
6 manual maupun bermotor hingga sprayer yang digandengkan ke traktor dan pesawat terbang. Menurut Smith (1955) yang diacu dalam Satriyo (1983), klasifikasi sprayer dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu klasifikasi yang didasarkan atas tenaga penggeraknya dan klasifikasi yang didasarkan atas jenis pompanya. a. Klasifikasi Sprayer Berdasarkan Tenaga Penggerak i. Dengan tangan (manual) 1) Atomizer atau Hand Sprayer Biasa digunakan di rumah tangga. Terdapat dua tipe, yakni single action dan continuos action. 2) Compressed-air Sprayer Tipe ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan pompa udara. Kapasitas tangki antara galon (UK) atau setara dengan ±11-18 liter. Bila tangki terisi dan cukup udara, cairan akan ditekan dan dikeluarkan. Frekuensi pemompaan kali dapat menghasilkan tekanan penyemprotan yang baik. 3) Knapsack Sprayer Sprayer gendong ini mempunyai volume hingga 4 galon (UK) atau setara dengan ±18 liter. Prinsip kerjanya yaitu adanya tekanan pada pompa akan menimbulkan tekanan pada ruang udara di dalam tangki, sehingga bila nosel dibuka akan menyemprotkan cairan keluar. 4) Bucket Sprayer Desain sprayer ini menempatkan pompa berada di dalam bucket, sedangkan penyangga berada diluar. Tekanan untuk mengalirkan cairan secara kontinyu sebesar lb. 5) Barrel Sprayer Terdiri dari dua bagian pompa tangan yang dihubungkan ke tangki (barrel). Beberapa tipe penyemprot dan penghisap digabungkan untuk mengatur semprotan. 6) Wheelbarrow Sprayer Berupa tangki yang digabungkan diantara dua batang atau palang yang digabungkan pada roda dikedua ujungnya. Untuk pengoperasiannya, tangki diletakkan di tanah sehingga pompa tangan dapat dioperasikan. Peralatan semprot hampir sama dengan hand sprayer. 7) Slide Pump Sprayer Pengoperasian sprayer ini seperti ketika memainkan thrombone. Bagian-bagiannya terdiri dari teleskop positif, pompa yang dihubungkan dengan discharge pipe dan plunger, serta dilengkapi dengan nosel baik yang permanen maupun portabel. Pada bagian hulu disambung dengan selang plastik sedangkan pada ujung selang yang dimasukkan ke dalam tangki dipasang saringan. Prinsip kerjanya adalah dengan menarik plunyer kedepanbelakang, maka cairan dalam tangki akan terpompa keluar melalui nosel. ii. Dengan motor 1) Hydraulic Sprayer Sebagian besar sprayer yang digunakan pada saat ini adalah tipe hidrolik, dimana tekanan penyemprotan dari pompa langsung mengenai cairan bahan semprot. Bagian-bagian yang penting dari sprayer ini adalah pompa, tangki dengan agitator, framework, pengontrol 8
7 tekanan, regulator, klep pengontrol, pipa, sistem distribusi, dan sumber tenaga. Beberapa jenis sprayer yang termasuk dalam hydraulic sprayer diantaranya : a.) Multiple Purpose Sprayer Sprayer ini digunakan untuk berbagai keperluan. Pada tangkinya terdapat pengaduk mekanis sehingga dapat digunakan bahan semprot berupa tepung atau bahan lainnya yang bersifat abrasive (kasar). b.) Small General Use Sprayer Digunakan untuk menyemprot area yang luas semisal lapangan golf, perkebunan, dan taman. c.) High Pressure, High Volume Sprayer Penggabungan tekanan dan volume yang sama-sama besar dimaksudkan untuk memperoleh penyemprotan yang merata pada tanaman yang tinggi dan tanaman yang daunnya cukup rindang. d.) Low Pressure, Low Volume Sprayer Sebagaimana namanya, sprayer ini memiliki tekanan rendah yakni kurang dari 100 lb dan volume yang kecil. Pengoperasianya relatif murah, banyak digunakan untuk mengendalikan gulma, hama dan lainnya. e.) Self-propelled, High Clearance Sprayer Merupakan sprayer swa-putar yang dioperasikan dengan traktor yang diameter rodanya besar. Sprayer ini mempunyai tekanan rendah dan volume kecil, digunakan untuk menyemprot barisan atau alur tanaman. 2) Blower Sprayer Blower sprayer menggunakan pompa bertekanan rendah dan bervolume kecil yang memaksa bahan semprot dengan tekanan rendah mengalir ke blower yang kemudian menghembuskannya menjadi partikel butiran-butiran halus (droplet). Digunakan di areal luas, seperti kebun buah dan sayuran, serta untuk menyemprotkan pestisida berviskositas tinggi (kental). 3) Hydro Pneumatic Sprayer Penggunaan hampir sama seperti pada tipe hydraulic sprayer jenis low pressure, low volume sprayer. Bahan semprot berbentuk cairan diangkut dalam tangki bertekanan yang digerakkan oleh kompressor. Pengadukan dilakukan secara mekanis atau dengan hembusan udara yang dipompakan dari bagian bawah tangki. 4) Aerosol Generator-Fog Sprayer Mesin ini memecah cairan yang disemprotkan menjadi droplet berukuran 1-50 mikron. Digunakan untuk memberantas nyamuk dan serangga dalam ruangan terbatas. b. Klasifikasi Sprayer Berdasarkan Jenis Pompa i. Sistem tekanan cairan 1) Compressed-air Sprayer 2) Knapsack Sprayer 3) Bucket Sprayer 4) Barrel Sprayer 5) Wheelbarrow Sprayer 6) Slide Pump Sprayer ii. Sistem tekanan udara 1) Atomizer 2) Blower Sprayer 9
8 3) Hydraulic Sprayer 4) Hydro Pneumatic Sprayer 5) Aerosol Generator Sprayer Obyek penelitian ini adalah jenis sprayer gendong semi otomatis (knapsack sprayer) dengan tangki yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel). Definisi knapsack sprayer menurut ISO 5681:1992, adalah penyemprot (sprayer) dengan tuas pompa yang digerakkan oleh tangan secara terus menerus dan teratur, dimana selama pengoperasiannya digendong di punggung operator. Prinsip kerja dari knapsack sprayer adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Untuk memperoleh butiran halus tersebut dilakukan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, pemompaan memberikan tekanan dalam kamar udara kemudian cairan mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut yang bercelah sempit (nosel), sehingga ketika nosel terbuka maka aliran cairan yang kuat berupa butiran partikel-partikel air yang sangat halus (droplet) dapat berhembus. Berdasarkan SNI , sprayer gendong semi otomatis dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan pembuatan tangki sprayer, yaitu: bahan tahan karat (stainless steel), dan plastik (polyethylene densitas tinggi atau high density polyethylene/ HDPE). Spesifikasi teknis sprayer gendong semi-otomatis dengan tangki sprayer terbuat dari baja tahan karat dan bahan plastik HDPE dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2. Spesifikasi teknis knapsack sprayer Parameter Satuan Tangki Baja Tahan Karat Tangki Plastik HDPE Bobot kosong kg (3.5-7) a 4-6 Kapasitas tangki liter Lebar tangki mm Panjang tangki mm Tinggi tangki mm Panjang selang mm Panjang pipa mm Tekanan kerja kpa (kg/cm 2 ) (2-6) (2-4) Tebal dinding tangki mm a Berdasarkan SNI :1989 Sumber : [BSN] SNI 4513 (2008) 3. Komponen Knapsack Sprayer Berikut adalah komponen-komponen utama dari knapsack sprayer dari baja tahan karat (stainless steel) beserta perlengkapan dan fungsinya. a. Tangki Merupakan komponen utama dalam penampungan cairan semprot, terdiri dari tangki, tutup tangki, saringan, dan indikator permukaan cairan. 10
9 b. Pompa Merupakan komponen sprayer yang digerakkan oleh tuas pompa yang dioperasikan secara manual, aliran cairannya diperoleh dari hasil perpindahan (displacement) positif cairan oleh torak, yang disebut pompa torak. Perlengkapan pompa terdiri dari silinder, torak, dan katup. c. Tuas pompa Berfungsi sebagai batang penggerak pompa, terdiri dari tuas (lengan) pengungkit serta pegangan beralur (grip). d. Sabuk gendong (straps) dan alas bahu sabuk gendong Berfungsi sebagai bagian pengikat sprayer ke tubuh operator. e. Bagian pengaturan (adjusting device) Terdiri dari katup-katup pengaturan pembukaan dan penutupan aliran sistem berupa bahan semprot ke nosel (shut-off valve) serta katup penahan tekanan udara. f. Selang dan pipa (hose and lance) Selang dan pipa merupakan bagian penyalur dari aliran cairan semprot. g. Nosel Terdiri dari mulut nosel, saringan, tutup, plat cincin, gasket, dan siku (elbow). Merupakan komponen yang berfungsi sebagai pemecah cairan bahan kimia menjadi butiran partikel halus (droplet) yang langsung dihadapkan ke tanaman. h. Penyambung dan penyatu (connectors and fasteners) Gambar 3. Komponen utama knapsack sprayer 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA Dalam suatu pengambilan data antropometri pada suatu populasi yaitu pada Kecamatan Dramaga terdapat perbedaan dengan populasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Menurut Nurmianto (2004), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Lebih terperinciSTUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN APLIKASINYA PADA PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER DI KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK JAWA TENGAH SKRIPSI
STUDI ANTROPOMETRI PETANI DAN APLIKASINYA PADA PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER DI KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK JAWA TENGAH SKRIPSI ITA HANANI F14080106 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciMENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT
MENGENAL DAN MERAWAT MESIN PENYEMPROT Pada budidaya tanaman untuk mengendalikan gulma, hama dan penyakit tanaman umumnya digunakan pestisida berbentuk cair dan tepung. Untuk mengaplikasikannya pestisida
Lebih terperinciIII. TINJAUAN PUSTAKA
III. TINJAUAN PUSTAKA A. ENGINEERING DESIGN PROCESS Engineering design process atau proses desain engineering merupakan proses atau tahapan dimana seorang engineer merancang sebuah produk/alat atau mesin
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA TANAMAN PERKEBUNAN Pengenalan Knapsack Sprayer
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA TANAMAN PERKEBUNAN Pengenalan Knapsack Sprayer Disusun oleh : Sofyan Asiddiq 12-05-0111 BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D IV POLITEKNIK PERKEBUNAN LPP YOGYAKARTA 2014 BAB
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. GEBOT (PAPAN PERONTOK PADI) Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan akibat ketidak tepatan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Antropometri Petani Wanita Kecamatan Dramaga Pengambilan data dilakukan secara acak dengan mengunjungi subjek yang ada di tiap-tiap desa, baik dengan langsung bertemu dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANTROPOMETRI Hasil pengolahan data yang akan disajikan dalam tabel-tabel pada bab pembahasan ini merupakan ringkasan data yang menunjukkan nilai rata-rata, simpangan baku, sebaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI
II. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMI Secara harfiah kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani : ergo (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersamasama
Lebih terperinciPERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS
PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:
Lebih terperinciPERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI
PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat penampungan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA 2.1 PESTISIDA 2.2 SEJARAH ALAT PENYEMPROT
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PESTISIDA Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti
Lebih terperinciANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL
IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan
Lebih terperinci. II. TINJAUAN PUSTAKA
. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar
Lebih terperinciAlat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja
Standar Nasional Indonesia Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja ICS 65.060.80 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan
Lebih terperinciV. MESIN PENGENTAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
V. MESIN PENGENTAL HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN 5.1 Sprayer 5.1.1 Pengertian Dasar Sprayer Sprayer adalah alat / mesin atau bentuk mekanisme yang memecah suatu cairan atau larutan suspense menjadi partikel
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB V. ALAT MESIN PERTANIAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciANALISIS TEKANAN TANGKI SPRAYER
ANALISIS TEKANAN TANGKI SPRAYER DENGAN VARIASIBESAR DIAMETER RODA DAN PANJANG TUAS ENGKOL PELUNCUR DENGAN MENGGUNAKAN SATU POMPA PADA SPRAYER SEMI OTOMATIS Aris Priyatmoko 1, Sri Widodo 2, Xander Salahudin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Efektivitas Penyemprotan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pengaplikasian herbisida, terlebih dahulu diukur jumlah persentase gulma dilahan A, B, dan C. Menurut usumawardani (1997) penutupan gulma
Lebih terperinciANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA
ANALISIS TEKANAN PEMOMPAAN MESIN SPRAYER DORONG DENGAN VARIASI PANJANG ENGKOL POMPA DAN DIAMETER RODA Xander Salahudin, Sri Widodo, Miftahkul Khoir, Aris Priyatmoko Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN
Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan
Lebih terperinciDesain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG
Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,
Lebih terperinciDESAIN DAN KONSTRUKSI GRID PATTERNATOR UNTUK PENGUJIAN KINERJA PENYEMPROTAN SPRAYER NGUDI AJI JAKA YUWANA
DESAIN DAN KONSTRUKSI GRID PATTERNATOR UNTUK PENGUJIAN KINERJA PENYEMPROTAN SPRAYER NGUDI AJI JAKA YUWANA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER
LAMPIRAN 60 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER Tanggal: Lokasi: Nama: Usia: (L/P) tahun 1. Lama penyemprotan (per proses): 3 jam 2.
Lebih terperinciAntropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Modul- 3 Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -4 POKOK BAHASAN KONSEP DASAR DAN APLIKASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI VARIABEL ANTROPOMETRI
Lebih terperinciBAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF
BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran
Lebih terperinciIV. ANALISA PERANCANGAN
IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3
Lebih terperinciASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.
ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X. ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pengolahan logam spesialis pembuatan cetakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut
Lebih terperinciSTUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH
STUDI ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN CANGKUL DI KECAMATAN TRANGKIL, PATI, JAWA TENGAH SITI ASIYAH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciDian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma
ANTROPOMETRI Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma Definisi Antropos = manusia Metrikos = pengukuran Ilmu yang berhubungan dengan
Lebih terperinciA. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN
III. METODOLOGI A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pengambilan data yang dilakukan di 15 desa di Kecamatan Wedung,
Lebih terperinciMETODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI
METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Fasilitas ergonomi telah menjadi suatu bidang khusus, itu semua dikarenakan dampak yang mengacu pada keselamatan, kesehatan, produktifitas dan perekonomian serta daya
Lebih terperincialat dan mesin pengendali gulma
alat dan mesin pengendali gulma Metrok (ngrambet) 1. Gambar alat pengendali gulma pada padi sawah a. gagang b. mata pisau Ngarambet adalah kegiatan penyiangan padi setelah ngalandak. Kegiatan ini dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Anthropometri adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Sedangkan menurut Nurmianto (1991) anthropometri adalah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Konsep Ergonomi untuk Kenyamanan Kerja Ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan antara alat, cara, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
Lebih terperinciMETHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan
Lebih terperinciREADY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga.
(LANJUTAN) READY-TO-USE (RTU) Ada beberapa macam jenis RTU, antara lain oil spray dan aerosol yang banyak dijual untuk rumah tangga. Untuk pemakaian professional adalah ULV. Formulasi ini siap pakai dan
Lebih terperinciRANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS
PKMT-2-1-1 RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS Mirta Widia, Mia Monasari, Vera Methalina Afma, Taufik Azali Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas, Padang ABSTRAK Perancangan wheelbarrow
Lebih terperinciTATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL
TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL 1. Ruang Lingkup 1.1 Tata cara ini digunakan untuk pengambilan contoh aspal di pabrik, tempat penyimpanan atau saat pengiriman. 1.2 Besaran dinyatakan dalam Satuan SI
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Standard Operational Procedure Flow chart proses honing tersebut disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1. Flow Chart SOP Proses Honing Teknik Industri
Lebih terperinciASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2)
ASPEK PERANCANGAN BODI KENDARAAN (2) 2. Ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang segala pertimbangan manusia (membahas kelebihan dan keterbatasan manusia), dan secara sistematis manfaat tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUN PUSTAKA Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan
4 BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka
Lebih terperinciElektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan
Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian
Lebih terperinciBAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK
BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan
Lebih terperinci"CAP COMBI 2600 CL" (10,000 L tangki lumpur L air, total 15,250 L)
"CAP COMBI 2600 CL" (10,000 L tangki lumpur + 5250 L air, total 15,250 L) Peralatan kombinasi yang diperuntukkan untuk menyedot & membersihkan saluran dan cairan apapun (tidak termasuk limbah berbahaya),
Lebih terperinciBAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH
BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060798 merupakan salah satu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah. SDN 060798 beralamat di Jalan Medan Area Selatan. Kel.
Lebih terperinciGambar 3.1 Metodologi Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian
Lebih terperinciANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN GAGANG SABIT. Oleh: DAVID RADITYA PRATAMA F
ANTROPOMETRI PETANI WANITA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN GAGANG SABIT Oleh: DAVID RADITYA PRATAMA F14061032 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT
RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan
Lebih terperinciTEKNIK TATA CARA KERJA MODUL SISTEM MANUSIA MESIN
TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL SISTEM MANUSIA MESIN OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANL&N FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAII MADA YOGYAKARTA 2004
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Teknologi dispenser semakin meningkat seiring perkembangan jaman. Awalnya hanya menggunakan pemanas agar didapat air dengan temperatur hanya hangat dan panas menggunakan heater, kemudian
Lebih terperinciANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS
ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem
Lebih terperinciSistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2
Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &
Lebih terperinciTROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA
TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juni 2010 sampai Oktober 2010 di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Teknik Mesin dan Biosistem. B. Peralatan
Lebih terperinciPERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KNAPSACK SPRAYER SEMI OTOMATIS BERTENAGA SEPEDA (BIKE SPRAYER) PADA TANAMAN SAYURAN (HORTIKULTURA)
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KNAPSACK SPRAYER SEMI OTOMATIS BERTENAGA SEPEDA (BIKE SPRAYER) PADA TANAMAN SAYURAN (HORTIKULTURA) BIDANG KEGIATAN: PKM PENERAPAN TEKNOLOGI Oleh: Alam Galih
Lebih terperinciANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi
ANTROPOMETRI Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Definisi Jenis Antropometri 1. Antropometri struktural (STATIS) Pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi diam. 2. Antropometri fungsional
Lebih terperinciMODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan
MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 hingga April 2012 di areal lahan hak guna usaha (GU) Divisi I PT PG Laju Perdana Indah site OKU, Palembang,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciPOSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT
POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number
Lebih terperinciSandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting
Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Bertempat di salah satu kebun tebu di Kelurahan Cimahpar Kecamatan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana
Lebih terperinciPENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko
1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena
Lebih terperinciBAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA
BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan pompa sangat luas hampir disegala bidang, seperti industri, pertanian, rumah tangga dan sebagainya. Pompa merupakan alat yang
Lebih terperinciMesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet
Standar Nasional Indonesia Mesin pengasap jinjing (fogging machine) sistem pulsa jet ICS 65.060.40 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Mesin pengasap jinjing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari laporan Tugas Akhir ini. Pada bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
Lebih terperinci1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X
Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Pemindahan Material Secara Manual Pada Pekerja Pengangkut Kayu Dengan Menggunakan Metode
Lebih terperinci:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT
USULAN PERBAIKAN RANCANGAN TROLI TANGAN PT SEIKI MITRA TECH BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SOLID WORK Disusun Oleh: Nama : Ario Windarto NPM : 31410107 Jurusan Pembimbing
Lebih terperinciANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55
ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55 (Analize Ergonomic of Controlling Room for Four-Wheel Tractor KINTA SB55) Robi Salim Rambe 1,2), Achwil Putra Munir 1, Saipul
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data
26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan
Lebih terperinciPROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK
PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KELELAHAN 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan kebutuhan dalam
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA. (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS)
TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR SUDUT TANGAN DAN KAKI MANUSIA (Studi Kasus Laboratorium Teknik Industri-UMS) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri
Lebih terperinciPERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG
PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinciMODUL DASAR BIDANG KEAHLIAN KODE MODUL SMKP1I05-06DBK
MODUL DASAR BIDANG KEAHLIAN KODE MODUL 06DBK PENGENALAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas
Lebih terperinci