LAMPIRAN A GAMBARAN UMUM WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN A GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Transkripsi

1 LAMPIRAN A GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kota Medan. Geografis Kota Medan Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 40.22/2772.K/996 tanggal 30 September 996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dibagi atas 2 Kecamatan yang mencakup 5 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis. Gambar. Peta Kota Medan (Pembagian Wilayah Berdasarkan Kecamatan) Kota Medan memiliki luas hektar (265,0 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' 3 43' Lintang Utara dan 98 35' ' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring

2 ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Selat Malaka : Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang : Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang : Kecamatan Percut, Kabupaten Deli Serdang Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter diatas permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut: a) Pemukiman 36,3 %; b) Perkebunan 3, %; c) Lahan Jasa,9 %; d) Sawah 6, %; e) Perusahaan 4,2 %; f) Kebun Campuran 45,4 %; g) Industri,5 %; h) Hutan Rawa,8 %. 2. DemografisKota Medan Dari data statistik, pada tahun 202 diperkirakan jumlah penduduk kota Medan mencapai lebih dari 2.5 juta jiwa. Sebaran penduduk di tiap kecamatan cukup merata dengan sebaran ratarata 5%. Kecamatan Medan Deli memiliki jumlah penduduk tertinggi sebesar jiwa sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil berada di kecamatan Medan Baru. Tabel. Jumlah Penduduk Kota Medan Tahun 202 No Kecamatan LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL MEDAN KOTA MEDAN SUNGGAL MEDAN HELVETIA MEDAN DENAI MEDAN BARAT MEDAN DELI MEDAN TUNTUNGAN MEDAN BELAWAN MEDAN AMPLAS MEDAN AREA

3 No Kecamatan LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL MEDAN JOHOR MEDAN MARELAN MEDAN LABUHAN MEDAN TEMBUNG MEDAN MAIMUN MEDAN POLONIA MEDAN BARU MEDAN PERJUANGAN MEDAN PETISAH MEDAN TIMUR MEDAN SELAYANG Sumber: BPS Kota Medan 3. Ketenagakerjaan Kota Medan TOTAL Proses pertumbuhan ekonomi merupakan penyebab terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran pertumbuhan sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer menuju sektor sekunder. Pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja dari yang semula bermata pencaharian utama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, bergeser ke sektor industri dan jasa. Pada tahun 200, sektor perdagangan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 37,87% jiwa dari jumlah tenaga kerja di Kota Medan. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan yang mampu menyerap sekitar 24,62% jiwa dari jumlah tenaga kerja. Kemudian juga diikuti oleh sektor industri yang mampu menyerap sekitar 3,6% jiwa dari jumlah tenaga kerja. Pada tahun 2006, sektor perdagangan, menyerap tenaga kerja sebesar 35,74% jiwa tumbuh menjadi sebesar 37,87% jiwa pada tahun 200. Hal ini menunjukkan tiap tahunnya sektor perdagangan mengalami peningkatan yang paling banyak dibanding sektor lain.untuk itu perlu diketahui sektor-sektor perekonomian yang menunjukkan prestasi positif sesuai dengan sektor-sektor yang sama di tingkat nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor perekonomian. Gejala pergeseran tenaga kerja yang disebabkan oleh industrialisasi yang dialami oleh Kota Medan, sebagai salah satu wilayah maju yang menitikberatkan pembangunan 3

4 ekonominya pada perdagangan. Hal ini ditunjukkan oleh salah satu realita ketenagakerjaan di Indonesia, yaitu mulai berkurangnya minat angkatan kerja muda untuk bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap kurang mampu memberikan pendapatan yang memadai untuk hidup layak. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Medan 5 Tahun ke Atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama Tahun Ekonomi KotaMedan Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3E) Kota Medan ada dua koridor ekonomi percepatan dan perluasan pembangunan kota Medan yakni Koridor Ekonomi Pusat Kota yang diperluas dengan rencana center business district (CBD) Polonia dan kawasan Utara sebagai pusat pelayanan dan jasa. Koridor ekonomi pusat kota berfungsi sebagai bagian pusat kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa, dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota dan pusat pelayanan ekonomi meliputi tujuh kecamatan di Pusat Kota Medan antara lain, Medan Polonia, Medan Maimoon, Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip). Struktur ekonomi Kota Medan didominasi oleh sektor tersier sebesar 72,53 persen dan sektor skunder sebesar 25,46 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 20 mencapai 7,9 % dan di tahun 202 ditargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8.02% (RPJMD Kota Medan ). 4

5 Perekonomian di Kota Medan pada tahun 200 sangat bervariatif. Sektor-sektor yang dominan seperti sektor perdagangan sebesar 26,92%, industri sebesar 4,97%, keuangan sebesar 4,27% dan jasa sebesar0,72% cukup besar pengaruhnya apalagi sektor industri yang tiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Maka dari itu sektor perdagangan yang paling banyak memberikan konstribusinya untuk perekonomian di wilayah Kota Medan dibandingkan sektor lainnya. 8.50% 8.00% Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 7.50% 7.00% 6.50% 6.00% 5.50% 5.00% * *) Target Rencana RPJMD Kota Medan Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tabel 3. Nilai Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Medan Tahun (Rp millyar) 5

6 Medan Tuntungan Medan Johor Medan Amplas Medan Denai Medan Area Medan Kota Medan Maimun Medan Polonia Medan Baru Medan Selayang Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Petisah Medan Barat Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Medan Deli Medan Labuhan Medan Marelan Medan Belawan PDRB Perkapita (Rp, Juta) Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan Kecamatan Tabel 4. PDRB Perkapita Kota Medan Tahun 200 PDRB Harga Berlaku (Rp,juta) PDRB Harga Konstan (Rp,juta) Jumlah Penduduk PDRB Perkapita (Rp,juta) Medan Tuntungan ,07 Medan Johor ,09 Medan Amplas ,07 Medan Denai ,66 Medan Area ,65 Medan Kota ,3 Medan Maimun ,45 Medan Polonia ,78 Medan Baru ,8 Medan Selayang ,00 Medan Sunggal ,32 Medan Helvetia ,2 Medan Petisah ,99 Medan Barat ,7 Medan Timur ,5 Medan Perjuangan ,82 Medan Tembung ,94 Medan Deli ,74 Medan Labuhan ,40 Medan Marelan ,7 Medan Belawan ,34 KOTA MEDAN ,72 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan Gambar 3. PDRB Perkapita Kota Medan dan Kecamatan Tahun 200 (Juta/tahun) 6

7 Gambar 4. PDRB Kota Medan Tahun (Rp Juta) PDRB Perkapita yang paling besar terdapat di Kecamatan Medan Barat yaitu sebesar 247,7 juta rupiah selama satu tahun. Ini berarti nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan per penduduk rata-rata sekitar 247,7 juta rupiah untuk setiap orang. Tempat kedua diduduki oleh Medan Polonia yang memiliki rata-rata perkapita nilai tambah bruto sebesar 48,78 juta rupiah, dan ratarata PDRB perkapita paling kecil berada di Medan Marelan yaitu sebesar 4,7 juta rupiah. Pencapaian kinerja pembangunan dari sisi pendapatan menunjukkan hasil yang meningkat dari rencana anggaran yang ditetapkan dalam R.APBD 200 sebesar Rp ,- Realisasi yang dicapai pada APBD Tahun 200 sebesar Rp dengan komposisi sebagai berikut : - PAD Rp ,- - Dana Perimbangan Rp ,- - Lain-lain Pend. Daerah Yang Rp ,- Sah B. Kota Palembang. Geografis Kota Palembang Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai 3 5 Lintang Selatan dan sampai Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Pada tahun 2007 Kota Palembang dibagi menjadi 6 Kecamatan dan 07 Kelurahan, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 988 luas wilayah Kota Palembang adalah 7

8 400,6 km 2 atau 40,06 Ha. Secara administrasi Kota Palembang berbatasan dengan : a) Sebelah Utara : Kabupaten Banyuasin. b) Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin. c) Sebelah Selatan : Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Banyuasin. d) Sebelah Barat : Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir. Suhu udara sebagian besar wilayah Kota Palembang berdasarkan data dari stasiun Meteorologi tahun 200 rata-rata 26,6 C sampai dengan 28,5 C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Mei yang berkisar 35,7 C, sedangkan suhu udara minimum terjadi di bulan Desember yang berkisar 2 C. 2. Demografis Kota Palembang Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan dengan jumlah penduduk berdasarkan data agregat kependudukan perkecamatan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palembang di Januari 202 sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar,76 %. Jumlah pendudukkota Palembang adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Terhadap jumlah penduduk tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kota Palembang masih bertumpu di Kecamatan Ilir Timur II, Kecamatan Seberang Ulu I dan Kecamatan Sukarami. Tingginya penduduk di tiga kecamatan ini karena di kecamatan tersebut merupakan sentra industri dan sentra pendidikan serta dipengaruhi perbatasan dengan kabupaten lain atau daerah pinggiran kota. Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Palembang Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin (Januari Tahun 202) No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total Ilir Barat II Seberang Ulu I Seberang Ulu II Ilir Barat I Ilir Timur I Ilir Timur II Sukarami Sako Kemuning Kalidoni Bukit Kecil Gandus Kertapati

9 No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total 4 Plaju Alang-Alang Lebar Sematang Borang Total Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palembang 3. Ketenagakerjaan KotaPalembang Angkatan kerja Kota Palembang di tahun 20 yang terdata sebanyak 9.83 orang, dimana angkatan kerja yang didata telah bekerja sebanyak 2.83 orang, sedangkan angkatan kerja yang sedang mencari kerja/pengangguran sebanyak orang. Tabel 6. Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 20 Kegiatan Utama Tahun 20 Laki_laki Perempuan Total Bekerja Mencari Pekerjaan/ Pengangguran TOTAL Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang 4. Transportasi Kota Palembang Jaringan jalan di Kota Palembang merupakan jaringan radial yang didukung oleh beberapa jalan lingkar kota. Jalan radial utama akses jalan Sudirman dimulai dari Jembatan Ampera, yang melintasi Sungai Musi dan di sebelah barat daya sampai ke Alang-Alang Lebar dan terus menuju Provinsi Jambi. Gambar 5. Rencana Pola Jaringan Jalan Kota Palembang (RTRW Kota Palembang ) 9

10 Gambar 6. Peta Infrastruktur Kota Palembang Tahun Ekonomi Kota Palembang Kondisi perekonomian Kota Palembang di tahun 20 bisa dikatakan mulai stabil seiring dengan mulai membaiknya perekonomian secara global di sepanjang tahun 20. Struktur Ekonomi menggambarkan kontribusi atau peranan masing-masing sektor dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dalam konteks yang lebih jauh akan memperlihatkan bagaimana suatu daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sector perekonomian. Berdasarkan pendekatan produksi, seluruh sektor lapangan usaha yang ada di suatu wilayah biasanya di kelompokan dalam 9 sektor. Kesembilan sektor tersebut dapat diklasifikasikan kembali dalam tiga sektor utama, yaitu sektor primer, sekunder, tersier. Sektor primer mencakup kegiatan pertanian, pertambangan, dan penggalian. Sektor sekunder meliputi kegiatan industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih serta bangunan. sektor tersier mencakup kegiatan perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa lainnya. 0

11 Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto Kota Palembang Tahun 20 (dalam juta rupiah) Sektor ADH Berlaku ADH Konstan Pertanian 247,942 26,95 2 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 29,333,57 6,479,068 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 696, ,795 5 Bangunan 3,742,365,444,263 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,943,682 3,592,542 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,80,82 2,75,036 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8 perusahaan 3,40,730,250,98 9 Jasa-jasa lainnya 7,899,759 2,57,88 Sumber : PDRB (Dengan MIGAS) 60,806,4 8,053,454 PDRB (Tanpa MIGAS) 43,384,452 6,45,302 Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palemnbang (angka sangat-sangat sementara per Maret 202) Tabel8. Persentase Struktur Ekonomi Kota Palembang Menurut Sektor Primer, Skunder dan Tresier Tahun 20 Sektor % Primer 0.45% Sekunder 56% Tersier 43% Terjadinya krisis global di tahun 2008 cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Palembang. Pada beberapa sektor ekonomi laju pertumbuhan melambat dari tahun sebelumnya, yang pada akhirnya mengakibatkan total pertumbuhan ekonomi kota palembang lebih kecil. Tabel 9. Laju pertumbuhan Ekonomi Kota Palembang Tahun 20 Sektor * Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa lainnya

12 Sumber : PDRB (Dengan Migas) PDRB (Tanpa Migas) Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palemnbang (*angka sangat-sangat sementara per Maret 202) Laju pertumbuhan tertinggi PDRB Kota Palembang Tahun 20 adalah sektor bangunan dengan pertumbuhan sebesar 2.92%, diikuti sektor pengankutan dan komunikasi sebesar.54%. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar maisng-masing 7.54 dan 7.90%, sedangkan sektor-sektor lainnya pertumbuhanya masih di bawah 7 %. Tabel0. Pendapatan Regional Perkapita Kota Palembang Tahun Tahun Harga Berlaku Harga Konstan Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas ,058,70 0,578,624 8,02,949 6,827, ,74,309 2,85,578 8,379,643 7,237, ,230,26 4,09,40 8,83,66 7,70, r 24,462,50 6,543,43 9,276,634 8,73, * 25,98,790 8,288,409 9,647,392 8,565,98 200** 29,520,62 20,794,780 0,68,303 9,093,569 20*** 33,904,476 24,90,330 0,830,642 9,758,64 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palemnbang ( r. Angka revisi, *angka sementara, ** angka sangat sementara, ***angka sangatsangat sementara, per Maret 202) Dengan migas, pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang berdasarkan harga berlaku pada tahun 20 sebesear Rp ,00 atau bertambah sebesar Rp ,00 dari tahun 200. Sedangkan berdasarkan harga berlaku tanpa migas pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang pada tahun 20 sebesar Rp ,00 atau meningkat sebesar Rp ,00 dari tahun sebelumnya. Berdasakan harga konstan dengan migas, pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang ditahun 20 naik sebesar Rp ,00 atau naik dari Rp ,00 di tahun 200 menjadi Rp ,00 pada tahun 20. Apabila unsur migas di keluarkan, maka pendapatan perkapita penduduk Kota Palembang naik sebesar Rp ,00 atau naik dari Rp ,00 di tahun 200 menjadi Rp pada tahun 20. C. DKI Jakarta. Geografis DKI Jakarta Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 2 Lintang 2

13 Selatan dan Bujur Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 227 Tahun 989, luas wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2, terdiri dari daratan seluas 66,52 km 2, termasuk 0 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km 2. Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara berkisar 32.7 C 34. C pada siang hari, dan 23.8 C C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun mm, selama periode curah hujan terendah sebesar 22.0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai persen dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2.2 m/detik - 2,5 m/detik. Geologis DKI Jakarta seluruh datarannya terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 0 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 0-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-5 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m. 2. Demografis DKI Jakarta Berdasarkan data BPS DKI Jakarta, hingga bulan November 20, jumlah penduduk DKI Jakarta yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta sebesar 0,87,595 jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di wilayah Jakarta Timur yang kemudian disusul wilayah Jakarta Barat. 3

14 Gambar 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Adm, 200 ( Hasil Sensus Penduduk 200) Tabel. Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Rasio Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Administrasi, Ketenagakerjaan DKI Jakarta Tahun 20, jumlah angkatan kerja tercatat 5,4 juta orang, mengalami penurunan sebesar 28,8 ribu orang dibanding tahun 200. Peningkatan jumlah angkatan kerja terjadi pada angkatan kerja perempuan sebanyak 4,8 ribu dan untuk tenaga kerja laki-laki tejadi penurunan sebesar 355,2 ribu. Selama periode 4

15 200-20, angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan dari,05 persen menjadi 0,38 persen, atau terjadi penurunan sebesar 0,67 persen. Tabel 2. Penduduk Berusia 5 Tahun Keatas Menurut Kabupaten/ Kota Adm dan Jenis Kegiatan, 20 Tabel 3. Penduduk Berusia 5 Tahun Keatas yang Bekerja 5

16 Tabel 4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) DKI Jakarta 4. Transportasi DKI Jakarta a. Jaringan Jalan Rel Sistem jalan kereta, DKI Jakarta merupakan satu kesatuan dengan sistem jaringan rel Jabodetabek. Jaringan jalan rel KJabodetabek memiliki panjang rel mencapai 70 km yang mencakup 0 jalur pelayanan yaitu; jalur timur, tengah, Bekasi, Tanjung Priok, Serpong dan Tangerang. Lima jalur pelayanan membentuk sistem radial dan sisanya membentuk pola lingkaran. Jalur-jalur ini memiliki rel ganda kecuali jalur Tangerang dan Serpong. Pada jalur tengah sepanjang 9 km dari Manggarai ke DKI Jakarta Kota, jalur rel ini telah dilayangkan. b. Jaringan Angkutan Umum Bus Jaringan sistem angkutan umum bus dapat menggambarkan kondisi pelayanan sistem angkutan umum. Jaringan sistem angkutan umum merepresentasikan jaringan trayek, jumlah trayek pada jaringan jalan, frekuensi bus yang beroperasi pada jaringan jalan dan kapasitas sistem bus pada ruas jalan. Cakupan pelayanan bus besar bersifat lintas wilayah, sedangkan cakupan pelayanan bus sedang cenderung bersifat lokal. Sebagai alternatif angkutan umum massal untuk wilayah DKI telah dioperasikan koridor Trans Jakarta dengan karakteristik operasional bersifat lajur eksklusif sebidang. 6

17 Tabel 5. Jumlah Penumpang Kereta Api Menurut Bulan dan Tujuan, 20 Tabel 6. Jumlah Angkutan Umum yang Beroperasi Menurut Perusahaan, 20 7

18 Tabel 7. Jumlah Kendaraan Umum Lainnya,

19 c. Kendaraan Pribadi di DKI Jakarta Pertumbuhan kendaraan bermotor rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai kisaran angka 9.5% pertahun dengan pertumbuhan panjang jalan rata-rata 0,0%. d. Angkutan Laut Selama 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan arus kapal dan barang di Pelabuhan Tanjung Priok memiliki kecenderungan meningkat diatas 5% per tahun, dimana arus barang pada tahun 20 mencapai 49.7 juta ton. Sedangkan jumlah penumpang yang naik dan turun di pelabuhan Tanjung Priok dalam tahun 200 secara keseluruhan berjumlah 227, ribu orang. Tabel 8. Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Terdaftar (Tidak Termasuk TNI, Polri dan CD) Menurut Bulan dan Jenis Kendaraan, 200 9

20 Tabel 9. Jumlah Penumpang Kapal yang Datang dan Berangkat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, Ekonomi DKI Jakarta Di tahun 20, laju inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang dimana inflasi yang terjadi sebesar 7.33% dan yang terkecil berada pada kelompok perumahan dan energy sebesar 2.%. Gambar 8. Laju Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran,

21 Tabel 20. Indeks Harga Konsumen Menurut Bulan dan Kelompok Pengeluaran, 202 Pengeluaran perkapita warga DKI Jakarta terbesar pada kelompok makanan (36,5%) dengan nilai rata-rata 446,92 rupiah/bulan. Untuk kategori non bahan makanan, kelompok perumahan dan energi menempati posisi tertinggi sebesar 43,04% atau rata-rata 334,46 rupiah/bulan. PDRB per kapita DKI Jakarta di tahun 20 sebesar 0 juta rupiah. meningkat 2% dibandingkan tahun 200. Distribusi terbesar berada di wilayah Jakarta Pusat. Namun jika dilihat pertumbuhannya dari tahun 200 hingga 20, wilayah Kepulauan Seribu memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi. Lapangan usaha keuangan, real estate dan jasa perusahaan menempati nilai proporsi terbesar penyumbang PDRB DKI Jakarta (diluar MIGAS). 2

22 Gambar 9. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita per Bulan, 20 Gambar 0. PDRB Per Kapita Atas Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000,

23 Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Semester I D. Kota Bandung. Geografis Kota Bandung Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara Bujur Timur dan 6 55 Lintang Selatan. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, dan perekonomian, hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan yaitu: a) Barat - Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara b) Utara - Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan) 23

24 Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 79 Meter di atas permukaan laut (dpl). Titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian.050 Meter dan terendah di sebelah selatan 675 Meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian utara berbukitbukit. Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya lapisan alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol. Secara administratif Kota Bandung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: a) Batas Utara : Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat b) Batas Selatan : Kecamatan Dayeuh Kolot, Bojongsoang Kabupaten Bandung c) Batas Barat : Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Selatan dan Kota Cimahi d) Batas Timur : Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Luas wilayah administrasi Kota Bandung sekitar 67,29 km 2 yang terdiri dari 30 Kecamatan dengan 5 kelurahan yang terbagi dalam.558 RW dan RT. Kecamatan Rancasari memiliki luas wilayah terbesar yaitu 3,7 km 2 (8,29% dari total wilayah Kota Bandung). Kecamatan Margacinta merupakan daerah yang memiliki luas terbesar kedua yaitu sekitar 0,87 km 2. Sedangkan Kecamatan Astana Anyar memiliki luas wilayah terkecil yaitu 2,89 km 2 (,73% dari total wilayah Kota Bandung). 24

25 Tabel 22. Luas Wilayah Kecamatan di Wilayah Administrasi Kota Bandung NO. KECAMATAN LUAS KM 2 PERSENTASE TERHADAP LUAS KOTA BANDUNG (%) Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Regol Lengkong Bandung Kidul Margacinta Rancasari Cibiru Ujungberung Arcamanik Cicadas Kiaracondong Batununggal Sumur Bandung Andir Cicendo Bandung Wetan Cibeunying Kidul Cibeunying Kaler Coblong Sukajadi Sukasari Cidadap Total Th, Catatan : Data luas wilayah masih diuraikan berdasarkan batas wilayah yang lama, yaitu terdiri dari 26 kecamatan 2. Demografis Kota Bandung Berdasarkan data hasil sesus penduduk tahun 980 hingga tahun 200, penduduk kota Bandung meningkat sebesar 64% atau dapat dikatakan rata-rata peningkatan pertahunnya sebesar.7%. Dari data sementara tahun 20, jumlah pemduduk kota Bandung mencapai 2.4 juta jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dari data tersebut berada di kecamatan Babakan Ciparay (44,987 penduduk) kemudian disusul kecamatan Bandung Kulon (40,422 penduduk). 25

26 Tabel 23. Data Sementara Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 20 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total Bandung Kulon 70,858 69,564 40,422 Babakan Ciparay 74,528 70,459 44,987 Bojongloa Kaler 6,093 57,628 8,72 Bojongloa Kidul 42,646 40,864 83,50 Astanaanyar 33,904 33,599 67,503 Regol 40,099 40,043 80,42 Lengkong 34,850 35,346 70,96 Bandung Kidul 29,76 28,958 58,34 BUAH BATU 46,937 46,384 93,32 RANCASARI 36,82 36,53 73,334 GEDE BAGE 7,363 7,376 34,739 CIBIRU 34,808 33,469 68,277 PANYILEUKAN 9,306 8,868 38,74 UJUNG BERUNG 37,275 36,068 73,343 CINAMBO 2,246,74 23,987 ARCAMANIK 33,203 32,458 65,66 ANTAPANI 36,676 36,253 72,929 MANDALAJATI 3,35 30,254 6,605 KIARACONDONG 64,968 64,228 29,96 BATUNUNGGAL 59,5 57,940 7,055 SUMUR BANDUNG 7,356 7,270 34,626 ANDIR 48,50 46,936 95,437 CICENDO 49,070 48,487 97,557 BANDUNG WETAN 4,959 5,230 30,89 CIBEUNYING KIDUL 53,635 52,26 05,85 CIBEUNYING KALER 35,754 33,936 69,690 COBLONG 67,897 6,240 29,37 SUKAJADI 53,337 52,82 06,49 SUKASARI 40,05 40,22 80,227 CIDADAP 29,7 27,930 57,047 TOTAL,226,954,94,92 2,42,48 Sumber: BPS Kota Bandung, Last Updated 23 Februari Ketenagakerjaan Kota Bandung Survai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 20 mencatat sebanyak orang penduduk Kota Bandung termasuk angkatan kerja. Dari jumlah tersebut, orang atau sekitar 89,66 % berstatus bekerja. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 87,83 %. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 6,40 % terhadap usia kerja. Selama tiga tahun terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka menunjukkan tren menurun. Pada tahun 2009 TPT mencapai angka 3,29 % kemudian menurun di tahun 200 menjadi 2,7 %, dan pada tahun 20 mencapai angka 0,34 %. 26

27 Menurunnya tingkat pengganguran mengindikasikan semakin terbukanya kesempatan kerja di Kota Bandung. Berdasarkan lapangan usaha, maka penduduk yang bekerja di sektor perdagangan menempati urutan pertama yaitu sebesar 36 %, industri sebesar 25 % dan di sektor jasa jasa sebesar 23 %. Kontribusi ketiga sektor tersebut memang dominan terhadap PDRB Kota Bandung. Menurut data DISNAKER Kota Bandung, pada tahun 200 terdapat 24,59 orang pencari kerja yang terdaftar di DISNAKER kota Bandung. 49.8% dari yang terdaftar tersebut merupakan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan terakhir S. Berikut jumlah pencari kerja yang terdaftar di DISNAKER Kota Bandung. Tabel 24. Indikator Ketenagakerjaan Kota Bandung Tahun Uraian TPAK (%) 60,73 6,40 Tingkat Pengangguran (%) 2,7 0,34 Bekerja (%) 87,83 89,66 Sumber: BPS Kota Bandung202 Gambar. Penduduk Kota Bandung Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha, Tahun Transportasi Kota Bandung a. Panjang Jalan Panjang jalan di Kota Bandung pada tahun 20 sepanjang.236,48 kilometer. 3% diantaranya merupakan jalan nasional, % adalah jalan propinsi dan 96% merupakan jalan kota. 27

28 Tabel 25. Statistik Transportasi Kota Bandung Tahun Dilihat dari permukaannya, 5,86 % jalan sudah dihotmix, 4,3 % penetrasi dan 7,0 % adalah jalan beton. Akses jalan yang mudah dengan kondisi yang baik merupakan dambaan setiap warga kota, namun sayangnya sepanjang 27,3 % jalan di Kota Bandung masih mengalami kerusakan. Pengguna jalan raya di Kota Bandung sebagian besar adalah kendaraan bermotor yang peningkatannya cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun sayangnya kurang diimbangi dengan peningkatan panjang dan kualitas jalan itu sendiri. Lalu lintas di Kota Bandung didominasi oleh sepeda motor sebanyak 7 % dan mobil penumpang sebanyak 23%. b. Angkutan Darat Hingga tahun 200, jumlah kendaraan di kota Bandung yang tercatat di Dispenda Propinsi Jawa Barat sebanyak kendaraan. Komposisi sepeda motor merupakan kendaraan dengan proporsi terbesar (74.3%) diikuti mobil pribadi (mobil penumpang non umum) sebesar 24.2%. 28

29 Tabel 26. Jumlah Sarana Angkutan Umum Dan Pribadi Menurut Jenisnya Di Kota Bandung Tahun 200 No. Jenis Kendaraan Jumlah Sepeda Motor Mobil Penumpang Non Umum Mobil Barang Mobil Bus a) Umum b) Bukan Umum Kendaraan Khusus/Alat Berat 0 6 Mobil Penumpang Umum Kendraan Roda 3 0 Jumlah Sumber: Dispenda Provinsi Jabar Tahun 200 Sepeda Motor; 74.3% Kendaraan Khusus/Alat Berat; 0.0% Mobil Bus Bukan Umum; 0.2% Mobil Penumpang Umum; 0.7% Mobil Barang; 0.5% Mobil Penumpang Non Umum; 24.2% Mobil Bus Umum; 0.0% Gambar 2. Persentase Komposisi Kendaraan di Kota Bandung Tahun 200 Terdapat 38 lintasan trayek angkutan kota di Kota Bandung, jarak terpanjang lintasan trayek angkutan kota adalah Margahayu Raya-Ledeng dengan jarak 23 Km sedangkan yang terpendek adalah Cibogo Elang dengan jarak 6 Km. 29

30 Tabel 27. Jumlah Armada Angkutan Kota di Kota Bandung NO. LINTASAN TRAYEK JARAK (km) JUMLAH ARMADA Abdul Muis Cicaheum via Binong Abdul Muis Cicaheum via Aceh Abdul Muis Dago Abdul Muis Ledeng Abdul Muis Elang Cicaheum Ledeng Cicaheum Ciroyom Cicaheum Ciwastra Derwati Cicaheum Cibaduyut 8, St. Hall Dago.0 52 St. Hall Sd. Serang St. Hall Ciumbuleuit via Eyckman St. Hall Ciumbuleuit via Cihampelas St. Hall Gedebage St. Hall Sarijadi St. Hall Gunung Batu Margahayu Raya Ledeng Dago Riung Bandung Pasar Induk Caringin Dago Panghegar Permai Dipatiukur Dago 8, Ciroyom Sarijadi Ciroyom Bumi Asri Ciroyom Cikudapateuh Sederhana Cipagalo 3, Sederhana Cijerah Sederhana Cimindi Ciwastra Ujung Berung 7, Cisitu Tegallega 0, Cijerah Ciwastra Derwati Elang Gedebage Ujung Berung Abdul Muis Mengger Cicadas Elang Antapani Ciroyom Cicadas Cibiru Panyileukan Bumi Panyileukan Sekemirung Sadangserang Caringin Cibaduyut Karang Setra 8, Cibogo Elang c. Angkutan Kereta Api Moda angkutan darat selain menggunakan kendaraan juga dengan menggunakan kereta api, penumpang yang menggunakan angkutan kereta api wilayah Kota Bandung pada tahun 20 adalah orang. Moda transportasi kereta api merupakan salah satu yang terkena dampak yang kurang menguntungkan dari pembangunan jalur tol Cipularang. Namun dengan berbagai upaya dari PT KAI 30

31 seperti menurunkan tarif penumpang, kinerjanya mengalami peningkatan. Gambar 3. Persentase Penumpang Kereta Api Tahun Perekonomian a. Harga-Harga Perubahan harga komoditaskomoditas penting yang tergolong dalam sembilan bahan pokok cukup memberikan pengaruh terhadap kemampuan daya beli. Harga beras menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, demikian juga dengan harga minyak goreng. Perubahan harga secara umum dalam suatu periode tertentu dikenal dengan istilah inflasi. Tren inflasi di Kota Bandung dari tahun 2005 sampai 20 cukup berfluktuasi. Pada tahun 2005 inflasi mencapai dua digit, yaitu 9,56 %, sebagai dampak dari pencabutan subsidi BBM. Program peningkatkan daya beli masyarakat seperti BLT cukup mampu menurunkan inflasi di Kota Bandung pada tahun berada pada kisaran 5 persen. Namun krisis global pada tahun 2008 memberikan dampak pada meningkatnya inflasi mencapai dua digit yaitu 0,23 %. Selama tiga tahun terakhir inflasi Kota Bandung cukup terkendali, pada tahun 20 menunjukkan angka 2,75 % menunjukkan kondisi perekonomian yang cukup stabil. 3

32 Gambar 4. Inflasi Kota Bandung Tahun Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Bandung selama 6 (enam) tahun terakhir (tahun ) menunjukkan peningkatan yang positif. Jika pada tahun 2006 LPE Kota Bandung di tahun 2006 mencapai 7,83%, pada tahun 20 mengalami kenaikan menjadi 8,58%. Tingkat LPE Kota Bandung ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja LPE secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi secara nasional. Selama periode , rerata LPE Kota Bandung mencapai 8,27%, sedangkan rerata LPE nasional secara periode hanya berada di kisaran 5,83%. Selain pertumbuhan ekonomi, perkembangan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Kota Bandung juga perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas lagi (multidimensional). Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan tidak berdiri sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat secara luas, melainkan saling bertautan (berkorelasi) dengan aspek dan indikator (makro) lainnya. Hal ini berguna untuk dapat melihat kerangka pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat secara lebih komprehensif dan holistik. 32

33 Gambar 5. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun dan Perbandingannya dengan Tingkat Nasional (%) b. Perdagangan Sebagai Kota perdagangan dan Jasa, perkembangan pasar modern di Kota Bandung tumbuh pesat. Pada tahun 200 jumlah minimarket menduduki posisi teratas sebanyak 345 buah, dan meningkat menjadi 532 buah pada tahun 20. Kota Bandung sebagai salah satu Kota pusat industri kreatif membuka peluang usaha perdagangan barang-barang hasil industri tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya jumlah factory outlet dan distro. Pada tahun 20 tercatat sebanyak 233 FO dan distro yang tersebar di Kota Bandung, Ekspor non migas Kota Bandung tahun 20 Mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yaitu dari Ton dengan nilai ribu US$ pada tahun 200 menjadi Ton dengan nilai US$ di tahun

34 Gambar 6. Perkembangan Ekspor Non Migas Kota Bandung Tahun c. PDRB Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung pada tahun 20 mengalami peningkatan dibanding tahun 200 yaitu dari 82,002 trilyun rupiah menjadi 95,62 trilyun rupiah atau naik sekitar 6,6 persen. Demikian pula dengan PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan dari 3,697 trilyun rupiah menjadi 34,463 trilyun rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 8,73 persen. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung tumbuh sebesar 8,73 persen pada tahun 20 lebih baik jika dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan kelompok sektor, maka sektor tersier memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung yaitu sebesar 67,9 persen. Hal ini sejalan dengan visi menjadikan Kota Bandung sebagai kota jasa, dimana saat ini Kota Bandung menjadi salah satu kota tujuan wisata dan belanja di Jawa Barat sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. PDRB perkapita atas dasar harga konstan pada tahun 20 sebesar 4,36 juta rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3,408 juta rupiah Dengan kata lain pendapatan per kapita penduduk Kota Bandung pada tahun 20 meningkat sekitar 6,8 persen dari tahun sebelumnya. 34

35 Tabel 28. PDRB Kota Bandung Tahun Gambar 7. Struktur Perekonomian Menurut Kelompok Sektor, Tahun 20 E. Kota Semarang. Geografis Kota Semarang sebagai ibu kota propinsi Jawa Tengah terletak di antara 6 50' sampai 7 0' Lintang Selatan dan sampai 0 50' Bujur Timur. Dibatasi dari sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan kabupaten Semarang dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 3,6 Km. Secara administratif, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70 Km 2 terbagi menjadi 6 Kecamatan dan 77 Kelurahan dengan terdiri atas 9,39 RT. Dari 6 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan 35

36 Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54, Km 2. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km 2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,4 Km 2. Gambar 8. Luas Wilayah Administrasi di Kota Semarang (kecamatan, km 2 ) Secara topografi, Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0, m di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir, dataran dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai, 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 5-40%. Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, 36

37 pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku. 2. Demografis Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 20, jumlah penduduk Kota Semarang tercatat sebesar jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama tahun 20 sebesar, %. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, memberikan hasil yang nyata. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ), kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masing - masing kecamatan belum merata. Di wilayah Kota Semarang, tercatat kecamatan Semarang Tengah sebagai wilayah terpadat, sedangkan kecamatan Mijen merupakan wilayah yang kepadatannya paling rendah. Tabel 29. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Semarang Tahun 20 37

38 No Tabel 30. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Semarang Tahun 20 Kecamatan Luas (km2) km 2 ) Jumlah Penduduk Kepadatan per km 2 Mijen , Gunungpati ,459,358 3 Banyumanik ,287 4,955 4 Gajah Mungkur ,82 6,966 5 Semarang Selatan ,33 4,024 6 Candisari ,950 2,225 7 Tembalang ,362 3,30 8 Pedurungan ,33 8,404 9 Genuk ,967 3,248 0 Gayamsari ,052,826 Semarang Timur ,65 0,340 2 Semarang Utara ,47,65 3 Semarang Tengah ,525,82 4 Semarang Barat ,2 7,365 5 Tugu , Ngaliyan ,482 3,9 Sumber: Kota Semarang Dalam Angka Ketenaga Kerjaan Sejalan dengan laju perkembangan dan pertumbuhanpenduduk, untuk sektor tenaga kerja ini diprioritaskan pada penciptaan, perluasan dan pemerataan kesempatan kerja serta perlindungan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan usaha pada tahun 20, mata pencaharian penduduk kota Semarang didominasi oleh buruh industry sebesar 25,67 %, diikuti oleh PNS & TNI/Polri sebesar 3,79 %. Sementara penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan buruh bangunan mempunyai persentase yang hampir sama sekitar 2% an. Sementara itu penduduk yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani hanya sekitar 2-3 % dan nelayan sekitar 0,39%. Sehingga dapat dilihat bahwa struktur perekonomian Kota Semarang didominasi oleh sektor sekunder dan tersier. 38

39 Tabel 3. Jumlah Angkatan Kerja di Kota Semarang, 20 Tabel 32. Jumlah Penduduk Kota Semarang dengan Mata Pencaharian Sebagai Bertani dan Nelayan 39

40 Tabel 33. Jumlah Penduduk Kota Semarang dengan Mata Pencaharian Sebagai Pengusaha dan Buruh Tabel 34. Jumlah Penduduk Kota Semarang dengan Mata Pencaharian Sebagai Pedangan, Sopir/Angkutan, PNS, TNI dan POLRI 40

41 4. Transportasi Kota Semarang a. Jalan Panjang jalan di seluruh wilayah kota Semarang mencapai 2.786,28 Km, dimana bila dilihat dari jenis permukaannya 433,28 km sudah diaspal, sedangkan dari kondisinya 45,05 % (,255 km) dalam keadaan baik dan 32,48 % (626 km) dalam keadaan sedang; dan sisanya dalam keadaan rusak. Sementara itu, jalan tol di Kota Semarang dengan total panjang total panjang 24,776 kilometer, yang meliputi ruas Srondol-Banyumanik (seksi B), Jatingaleh-Krapyak (seksi A) dan Jangli-Kaligawe (seksi C), memiliki Kondisi sangat spesifik. Pada seksi A dan B, serta sebagian seksi C terdapat tanjakan dan turunan yang mengakibatkan kendaraan dengan bobot berat mengalami risiko dan tingkat fatalitas pengguna jalan tol sangat tinggi. Tabel 35. Panjang Jalan di Kota Semarang Menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan Tahun 20 4

42 Selain sarana jalan yang sudah tersedia, Pemerintah Kota Semarang juga tengah mempersiapkan pembangunan dan pengembangan jalan maupun jembatan lainnya. Seperti, Inner Ring Road Sriwijaya-Veteran, Jalan Abdurrahman Saleh, Jalan tembus Undip-Jangli, Jalan tembus Mangunharjo-Politeknik Undip, Pembangunan jalan: Jalan Pucanggading Demak Rowosari, dan Pembangunan jembatan gantung Panjangan. b. Angkutan Darat Untuk memenuhi transportasi darat di Kota Semarang tersedia 2 jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, angkot, dan becak. Pada tahun 2009 mulai beroperasi TransSemarang, yang juga dikenal dengan BRT (Bus Rapid Transit), sebuah moda angkutan massal mirip dengan TransJakarta tetapi tidak menggunakan jalur khusus seperti busway di Jakarta. Saat ini TransSemarang telah membuka 2 Koridor, dari 6 koridor yang direncanakan, yaitu Koridor jurusan Mangkang - Penggaron dan koridor 2 jurusan Terboyo - Sisemut,Ungaran. Untuk angkutan antar kota yang dipusatkan di Terminal Terboyo, terbagi menjadi Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Untuk bus AKDP pada tahun 20 yang masuk ke Terminal Bus Terboyo Semarang sebanyak atau rata-rata setiap bulannya sebanyak bus. Sedangkan untuk bus AKAP sebanyak bus yang masuk terminal Terboyo selama tahun 20 atau rata-rata bus perbulan. Tabel 36. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di Kota Semarang Tahun Jumlah penumpang 2005,742, ,597, ,290, ,637, ,702,073 Sumber: Data Olahan Dishubkominfo Kota Semarang Tahun 200 Arus penumpang angkutan umum menurun lebih dari 50% dalam waktu 4 tahun saja. Penurunan jumlah penumpang tersebut dikarenakan minat masyarakat yang menurun untuk menggunakan angkutan umum dalam setiap aktivitasnya. Hal tersebut juga disebabkan adanya pergeseran penggunaan 42

43 moda angkutan umum ke angkutan pribadi. Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan jumlah angkutan yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penumpang. Jumlah armada angkutan umum kota Semarang hanya.06% dari total kendaraan yang ada dikota Semarang sdangkan kendaraan pribadi (taksi, mobil pribadi, motor, ojek) menempati posisi paling tinggi dengan komposisi sebesar 98.55%. Tabel 37. Banyaknya Sarana Angkutan Dirinci Menurut Jenis Kendaraan di Kota Semarang TAHUN BUS TRUK TAKSI OPLET/ ANGKOT MOBIL PRIBADI SEPEDA MOTOR ,474 2,024,355 33,523 5, , ,660 9, , ,660 9, ,09, ,625 23, , ,335 5,05 Rata-rata Komposisi 0.27% 0.63% 0.79% 0.55% 22.87% 74.88% Sumber: Kota Semarang dalam angka 20, BPS Semarang (Data di Olah) 5. Ekonomi Kota Semarang Kondisi perekonomian Jawa Tengah yang membaik dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, tahun 200 ekonomi Jawa Tengah diukur dari PDRB tumbuh sebesar 5,84 persen dan pada tahun 20 mengalami peningkatan yang lebih cepat yaitu sebesar 6,0 %. Sejalan dengan perkembangan ekonomi Jawa Tengah yang membaik, kinerja ekonomi Kota Semarang tahun 20 mengalami peningkatan sebesar 6,4 %. Laju pertumbuhan seluruh sektor pada tahun 20 menunjukkan pertumbuhan positif. Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang paling besar dibandingkan sektor ekonomi lainnya yaitu sebesar 3,84 %, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 8,98 %. Peningkatan output pada sektor jasa-jasa lebih dikarenakan sumbangan dari sub-sektor pemerintahan umum yang tumbuh mencapai angka 4,6 %. Sedangkan sumbangan sub-sektor jasa perorangan dan rumah tangga hanya tumbuh sebesar,57 % saja. 43

44 Tabel 38. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kota Semarang menurut Lapangan Usaha Tahun Sumber : Semarang dalam angka 20, BPS Semarang Sementara itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk Kota Semarang atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Bila pada tahun 2000 adalah sebesar ,90 rupiah, pada tahun 20 telah mencapai ,0 rupiah, berarti telah terjadi peningkatan sebesar 3 kali lipat selama 0 tahun. Dan jika dilihat berdasarkan harga konstan 2000, pertumbuhan pendapatan per kapita dalam periode juga mengalami peningkatan sebesar,49 persen. Dari kedua informasi tersebut dapat dikatakan bahwa pada tahun 20 peningkatan pendapatan yang terjadi mampu mengangkat pendapatan per kapita hampir,5 kali lipat dibanding pada kondisi tahun Tabel 39. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun Sumber: PDRB Semarang 20 44

45 Tabel 40. Rata-rata PDRB per kapita penduduk Kota Semarang Tahun Sumber: PDRB Semarang 20 Tabel 4. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun (Jutaan Rupiah) no Lapangan Usaha Pertanian 365, , , , ,459 2 Pertambangan dan Penggalian 57,063 6,964 66,480 7,628 76,896 3 Industri Pengolahan 7,883,533 8,679,006 9,483,637 0,485,837,807,056 4 Listrik, gas dan air bersih 532, , , ,49 74,799 5 Bangunan 5,44,829 6,398,054 7,453,706 8,603,095 9,535,47 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,635,562 9,972,004 0,884,995 2,6,789 3,574,944 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,073,387 3,374,753 3,84,968 4,260,36 4,627,329 8 Keuangan, persewaan dan jasa Perusahaan 889,26 993,47,075,543,84,272,299,332 9 Jasa-jasa 3,664,86 4,088,82 4,628,454 5,506,806 6,269,26 45

46 F. Kota Surabaya. Geografis Kota Surabaya yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur, terbentang antara 7 o 2 sampai 07 o 2 Lintang Selatan dan 2 o 36 sampai 2 o 54 Bujur Timur, mempunyai luas wilayah daratan 33, Ha, dan terbagi menjadi 3 kecamatan dan 60 desa/kelurahan. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah denganketinggian 3 6 meter di atas permukaan air laut, kecuali di sebelahselatan dengan ketinggian meter di atas permukaan air laut.batas wilayah Kota Surabaya adalah sebelah Utara dan Timur dibatasioleh Selat Madura, sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Sidoarjo dansebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Gresik Secara topografi Kota Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72 % (25.99,04 Ha) dengan ketinggian antara -0,5 5m SHVP atau 3 8 m LWS, sedang sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya Barat (2,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Adapun kemiringan lereng tanah berkisar 0-2% daerah dataran rendah dan 2-5 % daerah perbukutan landai. Jenis bebatuan yang ada di Kota Surabaya terdiri dari 4 jenis, yang pada dasarnya merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedang jenis tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial, selebihnya tanah dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan). 2. Demografis Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Berdasarkan data agregat Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya tahun 20, jumlah penduduk Surabaya mencapai 3,024,39 jiwa dengan laju pertambahan penduduk lebih kurang 0,63 %. 46

47 Tabel 42. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk 990, 2000 dan 200 Sumber : Surabaya dalam angka 20, BPS Surabaya Surabaya pusat merupakan wilayah terpadat dengan rata-rata jumlah penduduk di atas 26 ribu jiwa per km 2. Kawasan kedua, yang merupakan kawasan terpadat kedua setelah Surabaya Pusat adalah Surabaya Selatan. Kawasan ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di Surabaya yang mencapai 730 ribu jiwa. Sementara itu kawasan yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Surabaya Barat sekitar 375 ribu jiwa, dimana kawasan ini merupakan merupakan kawasan dengan area terluas dengan luas mencapai 8 Km Ketenagakerjaan Dengan semakin bertambahnya penduduk maka tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah penduduk usia kerja (tenaga kerja) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perkembangan tenaga kerja di Kota Surabaya selama lima tahun terakhir (Tahun ) 47

48 terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar,42 persen per tahun. Penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja (pekerja dan pencari kerja) mengalami penambahan setiap tahunnya rata-rata 0,69 persen, sedangkan peningkatan penduduk yang terserap dalam lapangan pekerjaan (pekerja) rata-rata sebesar 89,77 persen per tahun dengan tingkat pengangguran terbuka pada Tahun 2009 sebesar 8,63 persen. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di Surabaya masih relatif tinggi dibandingkan Propinsi Jawa Timur, Pada tahun 2006 Tingkat Pengangguran terbuka sebesar 9,68%, tahun 2007 naik menjadi,59%, tahun 2008 naik kembali menjadi,84%, sedangkan pada tahun 2009 kembali turun menjadi 8,63%. Tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka pada tahun 2007 dan 2008 tersebut tidak lepas dari kondisi makro ekonomi dimana pada tahun 2007 terjadi krisis global yang menyebabkan turunnya tingkat penyerapan tenaga kerja di Surabaya. Hal lain yang menyebabkan angka pengangguran Kota Surabaya tinggi adalah semakin menyempitnya pasar kerja formal yang ada, dimana tidak lebih 30 persen lapangan kerja yang di sediakan di sektor formal. Fenomena ini terjadi salah satunya dipicu oleh melemahnya kinerja sektor riil dan daya saing produk-produk domestik baik di tingkat internasional maupun di pasar domestik khususnya melemahnya sektor industri dan produksi manufaktur. 4. Transportasi Sistem jaringan jalan di kota Surabaya membentuk pola grade dengan pusat-pusat pertumbuhan primer dan sekunder saat ini tersebar di koridor Utara dan Selatan serta Timur dan Barat Kota. Panjang ruas jalan di kota Surabaya pada tahun 200 sepanjang.9,34 km yang terdiri atas ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kota. Terkait kondisi jalan saat ini, dari total,02 ruas jalan di Surabaya terdapat 9,632 ruas jalan masih layak,,374 ruas jalan yang harus diperbaiki, dan 5 ruas masih dalam perbaikan. 48

49 Tabel 43. Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun di Wilayah Kota Surabaya Kondisi umum lalu lintas di kota Surabaya hampir sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pertumbuhan kendaraan bermotor terutama sepeda motor sangat tinggi sehingga menimbulkan dampak kemacetan yang sering terjadi di sebagian ruas jalan di kota Surabaya. Dari data dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2008 laju pertumbuhan pengguna sepeda motor adalah 0-3 persen per tahun. Untuk sarana angkutan umum yang melayani penduduk Kota Surabaya terdiri dari bus kota, angkutan kota (angkot), angguna (angkutan serba guna), bahkan becak. Angkutan kota dan angguna merupakan transportasi publik yang paling banyak dijumpai karena paling ekonomis dan rute yang dilalui cukup banyak (57 rute) serta bisa mencapai ke jalan-jalan yang kecil. Bus kota (patas dan ekonomi) yang melayani transportasi publik kota surabaya memiliki 9 rute pada jalan-jalan utama dan di dukung oleh terminal-terminal yang representatif, antara lain Teriminal Purabaya, Terminal Tambak Oso Wilangun, Terminal Joyoboyo dan Terminal Bratang, serta beberapa sub terminal yang dikelola oleh Pemerintah Kota. 49

50 Selain terminal dan sub terminal, fasilitas transportasi kota yang klasifikasinya lebih kecil yaitu pangkalan angkutan kota (lyn) yang pada umumnya dikelola oleh Paguyuban angkutan kota. Lokasi pangkalan angkot ini biasanya merupakan simpul akhir trayek angkot dari terminal. Untuk pelayanan penumpang di sepanjang rute, tersedia fasilitas tempat pemberhentian berupa Halte atau Shelter, dan berupa Rambu (tanpa ada bangunan). Jumlah Halte atau Shelter sekitar 53 buah, sedangkan rambu sejumlah 29 buah. 5. Ekonomi Perekonomian kota Surabaya pada tahun 20 masih berbasis pada kelompok sektor tersier terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industri pengolahan; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Jumlah ketiga sektor tersebut pada tahun 20 memberikan kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surabaya secara berturut-turut sebesar 42.63% untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai PDRB ADHK sebesar Rp 40,25 triliun; sektor industri pengolahan dengan nilai PDRB ADHK sebesar Rp 20,9 triliun dengan kontribusi sebesar 2,37%; serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang berkontribusi,75% dengan nilai PDRB ADHK sebesar Rp,09 triliun. Tabel 44. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Surabaya Data yang disajikan pada Tabel 44 semakin menguatkan posisi Surabayasebagai kota perdagangan dan jasa. Hal ini dikarenakan jumlah kontribusi sektoral daritiga sektor unggulan, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor industrypengolahan; serta sektor pengangkutan dan komunikasi adalah 75,75% dari PDRBADHK Kota Surabaya tahun

51 Gambar 9. Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya * Berdasarkan data BPS, tingkat pertumbuhan ekonomi Surabaya berada diatas 6% sejak tahun 2007, bahkan meningkat menjadi di atas 7% sejak tahun 200. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi kota Surabaya sebesar 6,3% kemudian menurun di tahun 2008 dan 2009 masing-masing sebesar 6,23% dan 5,53%. Penurunan ini dikarenakan bergejolaknya perekonomian dunia akibat krisis keuangan (global financial crises) yang melanda beberapa negara di kawasan Amerika seperti masalah Subprime Mortgage dan masalah membengkaknya hutang di beberapa negara Eropa. Akan tetapi pada tahun 200 pertumbuhannya meningkat menjadi 7,09% dan di tahun 20 pertumbuhannya mencapai 7,52%. Pertumbuhan yang pesat ini salah satunya disebabkan karena meningkatnya permintaan pasar ekspor dari Kota Surabaya seiring membaiknya perekonomian dunia pada tahun 200. Pertumbuhan ekonomi kota Surabaya di tahun 20 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur (7,22%) dan Nasional (6,46%). Hal ini menyebabkan jumlah PDRB ADHB kota Surabaya di tahun 20 meningkat 4,67% dibanding tahun 200 yang mencapai Rp 235,26 triliun. Demikian halnya dengan jumlah PDRB ADHK kota Surabaya 20 yang juga meningkat menjadi Rp 94,44 triliun, lebih tinggi dari 200 yang nilainya Rp 87,83 triliun. Dengan bertambahnya jumlah penduduk kota Surabaya tahun 20 yang mencapai 3 juta jiwa maka nilai PDRB perkapitanya (berdasarkan nilai ADHB) menjadi sebesar Rp 77,78 triliun. 5

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG DEMOGRAFI KOTA BANDUNG Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Komposisi, dan distribusi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan industri jasa yang memiliki fungsi pelayanan publik dan misi pengembangan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai pendukung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG Oleh : Aditiya Ramdani 1 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, Bandung email : adityaramdani@mail.unpas.ac.id ABSTRAK Rencana

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung

Tabel 4.1 Wilayah Perencanaan RTRW Kota Bandung IV. KONDISI UMUM 4.1. Kondisi Fisik dan Lingkungan 4.1.1. Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Secara Geografi Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 6 55'

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BANDUNG JAWA BARAT KOTA BANDUNG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Bandung yang terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Lokasi Kota Bandung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

Budaya Supir Angkot di Kota Bandung. Kelompok 10 B Antropologi

Budaya Supir Angkot di Kota Bandung. Kelompok 10 B Antropologi Budaya Supir Angkot di Kota Bandung Kelompok 10 B Antropologi Anggota kelompok Putri Indah P 10506003 Herdi Arman Putra 12206037 Hidayatus Syufyan 12206087 Johan Kartono 10706018 M. Fajar Gunawan 13204241

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran transportasi dan logistik distribusi dalam sebuah perusahaan atau badan usaha sangatlah penting dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Distribusi fisik itu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 48 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV.1 Kondisi Wilayah Studi Trase jalur Kereta Api yang akan direncanakan sebagian berada dalam Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah Kabupaten Labuhan Batu,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 91 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya mempunyai kedudukan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH II - 1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah Pembangunan wilayah di Kotamadya Bandung diprioritaskan untuk menanggulangi kepadatan lalulintas yang kian hari semakin padat.

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 47 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi Kota Bandung merupakan wilayah yang terletak pada 107º bujur timur, 6º-55º lintang selatan dan berada di ketinggian 791 m di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG Bab ini menguraikan perkembangan fisik Kota Bandung, perkembangan dan pertumbuhan penduduk, sistem penyediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA Oleh : Novita Delima Putri 1 Fadillah Hisyam 2 Dosen Universitas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci