BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil analisis ini dikemukakan secara garis besar pembuktian tingkat validitas dan reliabilitas dari variabel penelitian dengan menggunakan software SPSS serta pembahasan analytical hierarchy process dengan menggunakan software Expert Choice Hasil Penelitian Hasil Analisis Kuesioner I Berdasarkan judul penelitian ini yaitu evaluasi kinerja pemasok dengan metode analytic hierarchy process maka akan dilihat dari indikator masing masing variabel. Responden kuisioner bagian I ini merupakan orang yang dianggap memiliki pengalaman dan pertimbangan yang baik mengenai masalah yang sedang dibahas, yaitu bagian purchasing dimana bagian tersebut adalah bagian yang terlibat untuk menentukan awal bisnis dengan supplier, kemudian bagian quality dimana mereka yang terlibat untuk menentukan kualitas barang yang dikirimkan oleh supplier juga bagian PPIC dimana mereka yang terlibat untuk pemesanan barang ke supplier. Dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, maka variabel yang dapat diukur dijabarkan menjadi indikator jawaban. 1) Untuk jawaban TP, yaitu Tidak Penting diberi skor : 1 2) Untuk jawaban KP, yaitu Kurang Penting diberi skor : 2 3) Untuk jawaban CP, yaitu Cukup Penting diberi skor : 3 4) Untuk jawaban P, yaitu Penting diberi skor : 4 5) Untuk jawaban SP, yaitu Sangat Penting diberi skor : 5 90

2 91 Berikut adalah hasil output kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu responden karyawan PT Aisan Nasmoco Indonesia Analisis Tanggapan Responden Mengenai Pengiriman Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap pengiriman yang akan diuraikan dalam tabel 5.1 : Tabel 5.1 Uji Validitas Kriteria Pengiriman Ketepatan waktu pengiriman Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Order Total Ketepatan waktu pengiriman Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Order Total Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria pengiriman dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Kualitas Dan Ketahanan Uji Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden mengenai kualitas dan ketahanan uji yang akan diuraikan dalam tabel 5.2 :

3 92 Tabel 5.2 Uji Validitas Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Kondisi Barang Yang Baik Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai Total Kondisi Barang Yang Baik Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai Total Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria kualitas dan ketahanan uji dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Harga Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap harga yang akan diuraikan dalam tabel 5.3 : Tabel 5.3 Uji Validitas Kriteria Harga Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijakan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Total Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijakan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Total Sumber : Data olah SPSS

4 Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria harga dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Ketanggapan/Respon Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap ketanggapan/respon yang akan diuraikan dalam tabel 5.4 : Tabel 5.4 Uji Validitas Kriteria Ketanggapan/Respon Garansi Yang Sigap Untuk Claim Kemudahan Menghubungi Kecepatan Menjawab Surat Kemampuan Melayani Dalam Keadaan Darurat Barang Pemasok Elektronik Total Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan Melayani Dalam Keadaan Darurat Total Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria ketanggapan/respon dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Teknis Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap kemampuan teknis yang akan diuraikan dalam tabel 5.5 :

5 94 Tabel 5.5 Uji Validitas Kriteria Kemampuan Teknis Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang Total Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang Total Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria kemampuan teknis dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Stabilitas Keuangan dan Bisnis Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap stabilitas keuangan dan bisnis yang akan diuraikan dalam tabel 5.6 :

6 95 Tabel 5.6 Uji Validitas Kriteria Stabilitas Keuangan dan Bisnis Kemampuan Memenuhi Tambahan Kemampuan Buffer Stock Sesuai Kebijakan Kesanggupan Kontrak Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling Pembelian Perusahaan Jangka Panjang Total Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian Kemampuan Buffer Stock Sesuai Kebijakan Perusahaan Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling Total Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria stabilitas keuangan dan bisnis dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Informasi Perkembangan Proses Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap informasi perkembangan proses yang akan diuraikan dalam tabel 5.7 :

7 96 Tabel 5.7 Uji Validitas Kriteria Stabilitas Informasi Perkembangan Proses Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Total Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Total Sumber : Data olah SPSS Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria informasi perkembangan proses dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Analisis Tanggapan Responden Mengenai Latar Belakang Yang Baik Dan Stabil Berikut ini disajikan sejauh mana tanggapan responden terhadap latar belakang yang baik dan stabil yang akan diuraikan dalam tabel 5.8 : Tabel 5.8 Uji Validitas Kriteria Stabilitas Latar Belakang Yang Baik dan Stabil Hubungan Bisnis Dengan Pelanggan Lain Mempunyai Sertifikasi ISO Pengalaman Industri Otomotif Hubungan Dengan Kantor Pusat Aisan Total Hubungan Bisnis Dengan Pelanggan Lain Mempunyai Sertifikasi ISO Pengalaman Industri Otomotif Hubungan Dengan Kantor Pusat Aisan Total Sumber : Data olah SPSS

8 Tabel diatas membuktikan bahwa hasil kuesioner kriteria latar belakang yang baik dan stabil dinyatakan valid dengan nilai r > 0.50 dari masing-masing sub kriteria Uji Reliabilitas Uji reliabilitas akan menguji ulang masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk uji reliabilitas ini menggunakan Teknik Alpha Cronbach. Berikut pengujian reliabilitas nya : a. Uji Reliabilitas Pengiriman Tabel 5.9 Uji Reliabilitas Kriteria Pengiriman Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria pengiriman pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. b. Uji Reliabilitas Kualitas dan Ketahanan Uji Tabel 5.10 Uji Reliabilitas Kriteria Kualitas dan Ketahanan Uji Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria kualitas dan ketahanan uji pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. c. Uji Reliabilitas Harga Tabel 5.11 Uji Reliabilitas Kriteria Harga Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS 97

9 Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria harga pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. d. Uji Reliabilitas Ketanggapan/Respon Tabel 5.12 Uji Reliabilitas Kriteria Ketanggapan/Respon Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria ketanggapan/respon pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. e. Uji Reliabilitas Kemampuan Teknis Tabel 5.13 Uji Reliabilitas Kriteria Kemampuan Teknis Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria kemampuan teknis pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. f. Uji Reliabilitas Stabilitas Keuangan dan Bisnis Tabel 5.14 Uji Reliabilitas Kriteria Stabilitas Keuangan dan Bisnis Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria stabilitas keuangan dan bisnis pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. 98

10 g. Uji Reliabilitas Informasi Perkembangan Proses Tabel 5.15 Uji Reliabilitas Kriteria Informasi Perkembangan Proses Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria informasi perkembangan proses pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel. h. Uji Reliabilitas Latar Belakang Yang Baik dan Stabil Tabel 5.16 Uji Reliabilitas Kriteria Latar Belakang Yang Baik dan Stabil Reliability Statistics Cronbach s Alpha N of Items Sumber : Data olah SPSS Berdasarkan hasil uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa koefisien reliabilitas kriteria latar belakang yang baik dan stabil pada penelitian ini berada pada skala nilai cronbach alpha > 0,06 yang berarti kriteria ini termasuk reliabel Kriteria Penilaian Pemasok Dari hasil analisis kuesioner I, maka didapatkan kriteria penilaian pemasok sebagai berikut : Tabel 5.17 Tabulasi Penentuan Kepentingan Penilaian Pemasok Tiap Kriteria No. Kriteria Penilaian Jumlah Rata-rata A. Pengiriman 1. Ketepatan Waktu Pengiriman Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order

11 100 Tabel 5.17 Tabulasi Penentuan Kepentingan Penilaian Pemasok Tiap Kriteria (Lanjutan) B. Kualitas Dan Ketahanan Uji 1. Kondisi Barang Yang Baik Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai C. Harga 1. Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak D. Ketanggapan/Respon 1. Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan melayani dalam keadaan darurat E. Kemampuan Teknis 1. Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang F. Stabilitas Keuangan Dan Bisnis 1. Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling G. Informasi Perkembangan Proses 1. Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat

12 101 Tabel 5.17 Tabulasi Penentuan Kepentingan Penilaian Pemasok Tiap Kriteria (Lanjutan) H. Latar Belakang Yang Baik Dan Stabil 1. Hubungan bisnis dengan pelanggan lain Mempunyai sertifikasi ISO Pengalaman industri otomotif Hubungan dengan kantor pusat Aisan Sumber : Data Olah 2015 Gambar 5.1 Hasil Penetapan Kriteria Penilaian Terhadap Pemasok Sumber : Data Olah 2015 Dari hasil kuisioner bagian I terlihat bahwa rata-rata responden berpendapat bahwa kriteria dan sub-kriteria yang tertera dalam kuisioner penting untuk dijadikan kriteria penilaian supplier. Hasil penilaian responden berkisar antara , yang menunjukkan bahwa semua kriteria nantinya akan dimasukkan dalam matriks perbandingan berpasangan Penilaian Kinerja Pemasok Bobot masing-.masing kriteria utama dan sub-kriteria diperoleh dengan membandingkan tingkat kepentingan antara kriteria dan sub-kriteria. Kuisioner inti tersebut diisi oleh orang-orang yang dianggap berkompeten dalam menentukan keputusan mengenai penilaian supplier. Pengolahan kuisioner inti ini,

13 102 akan diolah dengan Program Expert Choice, dilakukan dengan merata-rata hasil kuisioner tersebut. Rekapitulasi dan kuisìoner inti tersebut pengolahannya dengan program Expert Choice dapat dilihat dalam lampiran Kuisioner Perbandingan Berpasangan (Kuisioner Inti) Untuk mendapatkan penilaian tersebut, dibuatlah kuisioner yang bentuknya dapat dilihat pada lampiran. Bentuk kuisioner ini hampir sama dengan kuisioner yang disebarkan pada kuisioner tahap I, dengan menambahkan kuisioner bagian II, yang merupakan matriks berpasangan antara kriteria/sub-kriteria yang telah dibangun berdasarkan hasil dari kuisioner tahap I. Responden diminta untuk melakukan perbandingan berpasangan antara kriteria dan antara sub-kriteria dari kriteria yang sama dengan memilih skala nilai tingkat kepentingan dari 1 sampai dengan 9. Dalam membandingkan dua kriteria/sub-kriteria, skala perbandingan terbagi menjadi 2 bagian dengan aturan pengisian sebagai berikut : 1. Skala perbandingan bagian kiri, yang diisi jika kriteria/sub-kriteria sebelah kiri tingkat kepentingannya lebih tinggi daripada kriteria/sub-kriteria sebelah kanan. 2. Skala perbandingan bagian kanan yang diisi jika krìteria/sub-krìteria sebelah kanan tingkat kepentingannya lebih tinggi daripada krìteria/sub-kritenia sebelah kiri. 3. Angka 1 di tengah, dipilih jika tingkat kepentingan kedua kriteria/sub-kriteria sama Matrix Perbandingan Berpasangan (Kuisioner Inti) Hasil kuisioner perbandingan berpasangan diolah dengan membuat matriks perbandigan berpasangan antara kriteria/sub-kriteria. Karena kuisioner inti ini diisi oleh 3 orang expert yaitu manajer purchasing, manajer quality dan

14 103 manajer PPIC dimana pengambilan keputusan dilakukan secara terpisah, maka perlu dicari satu hasil akhir dan penilaian keseluruhan. Metode yang digunakan adalah metode rata-rata ukur seperti pada persamaan (4.4). Pada table 5.18 akan disajikan matriks hasil kuisioner inti yang telah diolah dengan menggunakan rumus di atas dengan, jumiah responden 3 orang expert yaitu manager purchasing, manager quality dan manager PPIC. Seluruh perhitungan kriteria dan sub-kriteria dapat dilihat di lampiran A. Tabel 5.18 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria Kriteria P KKU H KR KT SKB IP LTB P Pengiriman 1 1/ KKU Kualitas & Ketahanan Uji H Harga 1/4 1/ KR Ketanggapan/Respon 1/4 1/4 1/ KT Kemampuan Teknis 1/3 1/2 1/2 1/2 1 1/2 1/2 1/2 SKB Stabilitas Keuangan & Bisnis 1/3 1/4 1/2 1/ IP Informasi Perkembangan 1/4 1/4 1/2 1/2 2 1/3 1 2 LTB Latar Belakang yang Baik 1/4 1/4 1/2 1/2 2 1/3 1/2 1 Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.19 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Pengiriman Sub Kriteria X1 X2 X3 X4 X1 Ketepatan Waktu Pengiriman X2 Ketepatan Jumlah Barang 1/ X3 Tidak Perpanjang Waktu 1/8 1/6 1 1/3 X4 Spesifikasi Sesuai Order 1/7 1/3 3 1 Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.20 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Sub Kriteria X5 X6 X7 X5 Kondisi Barang Baik X6 Kondisi Pengepakkan Baik X7 Kemampuan Mengganti Barang 1/3 1/2 1 Sumber : Olah Data 2015

15 104 Tabel 5.21 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Harga Sub Kriteria X8 X9 X10 X8 Harga Sesuai Target X9 Kenaikkan Sesuai Kebijakan 1/3 1 1 X10 Memberikan Merit/Diskon 1/2 1 1 Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.22 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Ketanggapan/Respon Sub Kriteria X11 X12 X13 X14 X11 Garansi Sigap Terhadap Claim X12 Kemudahan Menghubungi 1/ /2 X13 Cepat Menjawab 1/2 1/2 1 1/2 X14 Mampu Melayani Saat Darurat Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.23 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Kemampuan Teknis Sub Kriteria X15 X16 X17 X15 Kemampuan Analisis Masalah X16 Menyediakan Data Teknis 1/3 1 1/2 X17 Memberikan Sertifikat Barang 1/3 2 1 Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.24 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Sub Kriteria X18 X19 X20 X21 X18 Kemampuan Tambah Order X19 Mampu Buffer Stock 1/ X20 Sanggup Long Term Contract 1/2 1/2 1 2 X21 Sanggup Depresiasi Dies/Tooling 1/2 1/2 1/2 1 Sumber : Olah Data 2015

16 105 Tabel 5.25 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Informasi Perkembangan & Proses Sub Kriteria X22 X23 X22 Informasi Setiap Event Project 1 3 X23 Sharing info dari Headquarter 1/3 1 Sumber : Olah Data 2015 Tabel 5.26 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Latar Belakang Yang Baik & Stabil Sub Kriteria X24 X25 X26 X27 X24 Hubungan Bisnis Lain 1 1/4 1/3 1/3 X25 Memiliki Sertifikasi ISO X26 Pengalaman Industri Otomotif 3 1/4 1 1/2 X27 Memiliki Hubungan Dengan 3 1/2 2 1 Aisan Headquarter Sumber : Olah Data Perhitungan Bobot Parsial Data penilaian selanjutnya diolah dengan menggunakan program aplikasi Expert Choice. Program ini menghitung bobot setiap kriteria dan sub-kriteria. Selain ratio konsistensi setiap matriks juga dihitung, sehingga dapat diketahui apakah penilaian yang diberikan cukup konsisten. Sebagai contoh perhitungan manual, maka berikut ini akan diuraikan perhitungan bobot untuk sub-kriteria dan kriteria pengiriman. Matriks perbandingan berpasangannya dapat dilihat pada tabel 5.27 : Tabel 5.27 Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Sub Kriteria Dalam Kriteria Pengiriman Sub Kriteria X1 X2 X3 X4 X1 Ketepatan Waktu Pengiriman X2 Ketepatan Jumlah Barang 1/ X3 Tidak Perpanjang Waktu 1/8 1/6 1 1/3 X4 Spesifikasi Sesuai Order 1/7 1/3 3 1 Sumber : Data Olah 2015

17 106 Langkah 1 : Sintesis Matriks, menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom dalam matriks perbandingan berpasangan. Tabel 5.28 Tabel Sintesis Matriks X1 X2 X3 X4 X X2 1/ X3 1/8 1/6 1 1/3 X4 1/7 1/3 3 1 Jumlah Sumber : Data Olah 2015 Langkah 2 : Matriks Normalisasi, membagi nilai tiap aij pada setiap kolom dengan jumlah kolom yang bersangkutan. Tabel 5.29 Tabel Sintesis Matriks X1 X2 X3 X4 X X X X Sumber : Data Olah 2015 Langkah 3 : Penjumlahan tiap baris dan membaginya dengan jumlah element tiap baris (Eigen Factor). X1 + X2 + X3 + X Baris 1 = = = X1 + X2 + X3 + X Baris 2 = = = X1 + X2 + X3 + X Baris 3 = = = X1 + X2 + X3 + X Baris 4 = = = X X Hasil akhir prioritas menyeluruh (Eigen Factor) : [ ] = [ ] X X

18 107 Dibawah ini akan digambarkan hasil perhitungan bobot parsial matriks perbandingan berpasangan yang dicari dengan menggunakan program Expert Choice untuk masing-masing kriteria dan sub-kriteria. Tabel 5.30 Tabel Bobot Parsial Kriteria & Sub-Kriteria Kriteria Bobot Parsial Kriteria Penilaian Bobot Parsial Ketepatan Waktu Pengiriman Pengiriman Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order Kondisi Barang Yang Baik Kualitas & Ketahanan Uji Harga Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai 0.16 Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Ketanggapan/ Respon Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan melayani dalam keadaan darurat Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Teknis Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan Memberikan Sertifikat Barang

19 108 Tabel 5.30 Tabel Bobot Parsial Kriteria & Sub-Kriteria (Lanjutan) Kriteria Bobot Parsial Kriteria Penilaian Bobot Parsial Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian Stabilitas Keuangan & Bisnis Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling Informasi Perkembangan Proses Latar Belakang Yang Baik Sumber : Data Olah 2015 Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Hubungan bisnis dengan pelanggan lain Mempunyai sertifikasi ISO Pengalaman industri otomotif Hubungan dengan kantor pusat Aisan Perhitungan Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan Setelah bobotnya diperoleh, maka selanjutnya perlu dihitung rasio konsistensinya untuk mengetahui apakah penilaian yang didapat sudah cukup konsisten. Suatu matriks perbandingan dikatakan konsisten jika ratio konsistennya lebih kecil atau sama dengan 10%. Contoh perhitungan manual untuk kriteria kondisi pengiriman adalah sebagai berikut : Langkah a1 : mengalikan Eigen Factor tiap elemen dengan nilai aij dalam matriks perbandingan berpasangan.

20 109 Tabel 5.31 Tabel Perkalian Eigen Factor Dengan Nilai aij X1 (x 0.628) X2 (x 0.222) X3 (x 0.049) X4 (x 0.101) X X2 1/ X3 1/8 1/6 1 1/3 X4 1/7 1/3 3 1 Sumber : Data Olah 2015 Tabel 5.32 Tabel Hasil Perkalian Eigen Factor Dengan Nilai aij X1 X2 X3 X4 X X X X Sumber : Data Olah 2015 Langkah a2 : menjumlahkan semua nilai pada setiap baris Tabel 5.33 Tabel Penjumalahan Setiap Baris X1 X2 X3 X4 Jumlah X X X X elemen Sumber : Data Olah 2015 Langkah a3 : membagi jumlah setiap baris dengan Eigen Factor tiap Langkah a4 : menghitung λmax [ ]: [ ] = [ ] λmax = = 4.223

21 110 Langkah b : menghitung Indeks Konsistensi CI = λ max n n 1 = = (5.1) CI = Langkah c : menghitung rasio konsistensi CR = CI RI = = (5.2) Tabel 5.34 Tabel Rasio Konsistensi Matriks Perbandingan Berpasangan Matriks Perbandingan Berpasangan Rasio Konsistensi Kriteria Pengiriman Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Kriteria Harga Kriteria Ketanggapan/Respon Kriteria Kemampuan Teknis Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Kriteria Informasi Perkembangan Proses Kriteria Latar Belakang Yang Stabil & Baik Sumber : Olah Data Perhitungan Konsistensi Hirarki Setelah melakukan uji konsistensi untuk setiap matriks perbandingan berpasangan gabungan, maka selanjutnya adalah menguji konsistensi hirarki secara keseluruhan kriteria. Dalam melakukan pengujian konsistensi hirarki, digunakan parameter Consistency Ratio of Hierarchy (CRH). Suatu hirarki dikatakan konsisten jika nilai CRH tidak lebih dari 0.1 (>10%). Perhitungan CRH ini dilakukan secara manual dimana dalam perhitungannya terdiri dari beberapa langkah : Langkah 1 : Menghitung Indeks Konsistensi Hirarki (CCI) CCI = CI1 + (EV1). (CI2) (5.3)

22 111 CCI = , x(0.083) (0.024) (0.027)(0.083)(0.086)(0.083)(0.000)(0.083) [ 0.051] CCI = CCI = Langkah 2 : Menghitung Indeks Konsistensi Random Hirarki (CRI) CCR = RI1 + (EV1). (RI2) (5.4) CCR = , x(0.9)(0.38)(0.38)(0.9)(0.38)(0.9)(0.01)(0.9) [ 0.051] CCR = CCR = Langkah 3 : Menghitung CRH CRH = CCI = = (8,99%) (5.5) CCR Berdasarkan harga CRH tersebut, maka disimpulkan bahwa level-level hirarki yang telah disusun adalah konsisten. Hal ini dapat dibuktikan dengan harga CRH dibawah 0.1 atau < 10% Gambaran Hasil Perhitungan Dari perhitungan matriks berpasangan pada kajian sebelumnya, dapat dilihat hasil peringkat persentase tiap kriteria penilaian sebagai berikut : 1. Pengiriman = Kualitas & Ketahanan Uji = 0.306

23 Harga = Ketanggapan/ Respon = Kemampuan Teknis = Stabilitas Keuangan & Bisnis = Informasi Perkembangan Proses = Latar Belakang Yang Baik = Dari ke-8 kriteria utama dalam kriteria pemasok terlihat bahwa kualitas dan ketahanan uji memiliki persentase terbesar dalam penilaian pemasok, yaitu sebesar Kualitas dan ketahanan uji memang salah satu hal yang diperhatikan dan dipantau oleh perusahaan karena hal tersebut pun memiliki bobot yang paling besar dalam penilaian pemasok yang dilaksanakan saat ini sebesar 40%. Untuk kriteria kedua yang memiliki persentase terbesar adalah kriteria pengiriman, sebesar Kriteria pengiriman ini pun menjadi salah satu yang perusahaan perhatikan dan pantau. Bobot dalam penilaian saat ini pun sebesar 40% dalam penilaian pemasok. Kriteria ketiga terbesar, yaitu harga dengan persentase Perusahaan saat ini memang sedang melakukan pengembangan terhadap standarisasi harga pemasok yang ditawarkan ke perusahaan. Salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi operasional dan penentu persaingan dengan competitor. Lima kriteria lainnya, memiliki persentase dibawah 0.1, namun secara praktikal kelima kriteria tersebut dipertimbangkan dalam menilai pemasok. Walaupun secara aktual sekarang yang dilakukan oleh perusahaan tidak secara standard menilai dan kontrol kriteria tersebut. Namun hanya bersifat individual dari masing-masing yang berhubungan dengan pemasok.

24 113 Gambar 5.2 Hasil Kuisioner Kriteria Penilaian Pemasok Sumber : Olah Data Expert Choice 5.2. Pembahasan Penilaian Pemasok Yang Telah Berjalan Saat Ini Saat ini perusahaan menilai pemasok dengan kriteria umum untuk kualitas, pengiriman dan ketanggapan/respon. Setiap tahun dilakukan supplier conference sebagai ajang anugerah pemberian penghargaan terhadap pemasok terbaik. Namun pada saat mempertimbangkan pemasok terbaik, sifatnya masih cenderung subjektif dikarenakan kriteria dalam penilaian tersebut masih bersifat umum. Kelemahan penilain pemasok yang saat ini dilakukan oleh perusahaan antara lain : 1. Tingkat subjektifitas tinggi, penilaian setiap karyawan yang menilai pemasok akan berbeda-beda tergantung dengan tingkat pendekatan pemasok ke individu. 2. Perbaikan terhadap kinerja pemasok tidak tepat sasaran. Memang masalah pemasok bisa terlihat dari segi kriteria yang sekarang berjalan. Namun semisal masalah kualitas, kualitas apa yang harus dilakukan oleh pemasok? Secara produknya kah, standard packing nya kah atau proses nya kah. Dengan penilaian kriteria sekarang kurang bisa tepat sasaran dalam perbaikan. 3. Secara harga tidak dapat dipertimbangkan. Sebetulnya harga bisa melengkapi dalam proses penilaian. Misalkan untuk pemasok dengan masalah kualitas

25 114 atau pengiriman berulang, bisa dilakukan negosiasi secara standard harga barang atau pun standard harga pengiriman. Efek dari penilaian pemasok yang dilakukan sekarang terhadap kondisi perusahaan : 1. Beberapa pemasok tidak dapat menjamin produknya secara kualitas maupun pengiriman yang sesuai jadwal karena perbaikan yang kurang tepat sasaran. 2. Secara kasat mata, ada biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk produk yang tidak baik kondisinya maupun adanya keterlambatan pengiriman dari pemasok. Mengevaluasi pemasok dari setiap kriteria penilaiannya baik secara objektif maupun subjektif akan mendapatkan fleksibilitas untuk mengatur dari segi pemasok maupun operasional internal perusahaan. Juga dengan meningkatnya kinerja pemasok, pencapaian operasional perusahaan baik dari segi biaya, tenaga kerja dan Just In Time pun bisa memenuhi target Analisis Tiap Kriteria dan Sub-Kriteria a) Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Kualitas & ketahanan uji merupakan salah satu hal penting yang dipantau oleh perusahaan. Secara hasil kuesioner, didapatkan hasil paling tinggi yaitu dengan bobot Standar kualitas pemasok ditetapkan oleh perusahaan untuk produk yang dikirimkan oleh pemasok tersebut. Standar kualitas tersebut dimaksudkan untuk menjaga produk yang dihasilkan oleh pemasok supaya terpenuhi keinginan dari pelanggan. Standar kualitas tersebut terdapat dalam sub kriteria kondisi barang yang baik. Dengan kondisi barang yang baik, aliran rantai pasok pun tidak akan terhambat. Dan tentu saja akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang maksimal.

26 115 Dengan terpenuhinya kondisi barang yang baik pun, perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya kualitas dari segi produk pemasok. Kondisi pengepakkan yang baik diperlukan perhatian yang cukup signifikan. Karena jika secara produk dari pemasok kondisi nya baik, dengan pengepakkan yang tidak baik belum tentu produk tersebut tetap baik sampai ke perusahaan. Dan secara kebijakan perusahaan pun, jika produk dari pemasok dengan keadaan kemasan yang tidak baik akan dinyatakan tidak baik/not good (NG) dalam satu kemasan tersebut. Dalam hal kualitas, kecepatan dan kemampuan pemasok untuk pergantian produk merupakan salah satu hal yang penting juga. Karena dengan kondisi produk yang tidak baik, maka proses aliran produksi selanjutnya akan terhambat. Oleh karena itu jika ada produk yang tidak sesuai, diharapkan pemasok cepat dalam penggantian produk nya tersebut, baik pemasok lokal maupun impor. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria kualitas & ketahanan uji seperti dibawah ini : Sub Kriteria kondisi barang yang baik = Sub Kriteria kondisi pengepakkan yang baik = Sub Kriteria kemampuan mengganti barang yang tidak sesuai = Rasio Konsistensi = Untuk sub kriteria kualitas & ketahanan uji, jika dilihat dari proporsi pembobotannya berarti yang dianggap lebih utama adalah kondisi barang yang baik karena memiliki nilai pembobotan yang lebih besar daripada ketiga sub kriteria yang lainnya.

27 116 17% Kondisi Barang Yang Baik 44% Kondisi Pengepakkan Yang Baik 39% Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai Gambar 5.3 Bobot Parsial Sub Kriteria Kualitas & Ketahanan Uji Sumber : Olah Data 2015 b) Kriteria Pengiriman Pengiriman merupakan salah satu kriteria yang dianggap penting oleh perusahaan dalam menilai pemasok, secara pembobotan dengan nya dihasilkan angka Pengiriman menjadi acuan sebagai kemampuan pemasok dalam memenuhi kebutuhan produksi perusahaan. Hal ini salah satu jaminan agar rantai pasok perusahaan tetap terjaga dengan konsisten tanpa menimbulkan masalah yang signifikan. Salah satu aktifitas yang dapat dilakukan oleh pemasok untuk menjamin produk yang perusahaan order tepat waktu dan sesuai dengan permintaan pelanggan adalah dengan kontrol produk dan jadwal pengiriman. Dimana bertujuan untuk mengetahui kondisi actual yang berjalan dengan target yang sudah direncanakan. Ketepatan waktu pengiriman menjadi faktor yang paling utama dalam kriteria pengiriman. Keterlambatan dalam pengiriman bisa menjadi perencanaan produksi yang tidak tepat sasaran. Selain itu akan ada sedikit nya loss time pada produksi, walaupun secara material kontrol diperusahaan ada buffer stock. Dan yang paling berbahaya adalah terhambatnya juga pengiriman dari perusahaan ke

28 117 pelanggan akhir. Hal ini dapat merugikan perusahaan baik secara finansial maupun segi kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Ketepatan jumlah barang sesuai order merupakan salah satu faktor kritis dimana perusahaan harus memperhatikan. Jika jumlah tidak sesuai dengan yang dipesan, maka akan ada idling time dalam menunggu kiriman barang berikut nya dari pemasok. Mungkin jika pemasok tersebut lokal masih bisa dikejar supaya sesuai target, namun jika pemasok impor akan sulit penangannya dikarenakan lead time yang cukup lama, ada proses bea cukai dan pembayaran nya jika memang urgent bisa lebih mahal dikarenakan pengiriman menggunakan pesawat udara. Sub kriteria selanjutnya yang bisa dikategorikan kritis untuk kriteria pengiriman, yaitu spesifikasi barang sesuai dengan pesan. Hal ini memiliki pengaruh terhadap segi kualitas. Ketika spesifikasi barang yang dipesan tidak sesuai namun bisa dipakai dalam produk yang sama, maka produk dinyatakan tidak baik/not good (NG). Dan bisa berakibat claim customer. Selain itu jika memang bisa ditemukan pada proses pemilahan awal, maka jumlahnya akan berkurang dan bergantung kepada kemampuan pemasok untuk mengganti produk tersebut. Perusahaan pun berharap agar para pemasok nya tidak meminta perpanjangan waktu pengiriman. Memang untuk suatu kasus atau suatu hal perusahaan dapat memberikan toleransi untuk perpanjangan waktu dikarenakan ada kejadian tertentu yang dialami oleh pemasok. Dalam hasil kuesioner, subkriteria ini tidak terlalu signifikan namun tetap perlu diperhitungkan. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria pengiriman seperti dibawah ini :

29 118 Sub Kriteria ketepatan waktu pengiriman = Sub Kriteria ketepatan jumlah barang sesuai order = Sub Kriteria tidak pernah minta perpanjangan waktu = Sub Kriteria spesifikasi barang sesuai order = Rasio Konsistensi = Dilihat dari proporsi pembobotannya, sub kriteria pengiriman yang dianggap paling penting adalah ketepatan waktu pengiriman dengan proporsi paling besar. 21% 5% 9% 65% Ketepatan Waktu Pengiriman Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order Gambar 5.4 Bobot Parsial Sub Kriteria Pengiriman Sumber : Olah Data 2015 c) Kriteria Harga Saat ini kondisi penilaian pemasok belum mengikutsertakan harga kedalam kategori nya. Berbeda hal nya dengan hasil kuesioner yang dilakukan terhadap karyawan perusahaan yang ternyata harga menjadi salah satu prioritas dalam pengukuran kinerja pemasok. Dari hasil kuesioner, bobot parsial nya sebesar Harga yang ditentukan oleh pemasok memiliki efek dan dampak terhadap biaya pembelian perusahaan. Sebetulnya kriteria harga ini dapat disandingkan

30 119 dengan kriteria penilaian kualitas maupun pengiriman. Misalkan pemasok dengan kualitas yang tidak bagus maupun pengiriman yang selalu delay tanpa perbaikan yang signifikan, bisa dijadikan sebagai ajang untuk cost reduction. Sehingga faktor harga akan membuat pemasok berfikir berkali-kali untuk memperbaiki kinerja nya. Selain itu, dengan harga termasuk kedalam kriteria penilain pemasok, bisa dijadikan sebagai referensi untuk pemilihan pemasok di masa yang akan datang. Setiap perusahaan dalam awal tahap project biasanya melakukan penetapan anggaran pembelanjaan. Dari situ biasanya dihasilkan target harga sebagai bahan negosiasi dengan pemasok. Tentu saja harga yang ditawarkan oleh pemasok jika sesuai target atau dibawah target akan menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu dalam hal harga, penawaran pemasok merupakah hal awal yang perlu diperhatikan. Dalam hal bisnis, untuk perusahaan multinasional biasanya penggunaan mata uang tidak akan selalu dalam Rupiah (walaupun dimulai tahun 2015 oleh Bank Indonesia diberlakukan kewajiban penggunaan mata uang Rupiah untuk bisnis di dalam negeri). Ada kalanya perusahaan harus impor barang dari luar negeri karena keterbatasan teknologi di Indonesia atau pun pemasok yang melakukan pembelian material di luar negeri. Oleh karena itu biasanya diberlakukan kebijaksanaan sistem penyetaraan kurs mata uang asing terhadap Rupiah. Di perusahaan untuk penyetaraan tersebut mengikuti dari kebijakan Toyota Indonesia, dimana pengambilan valuta asing dari Bank of Tokyo Mitsubishi dengan periode penyetaraan 1 tahun 2x (per 6 bulan). Baik nya setiap pemasok pun mengikuti regulasi yang sama dari perusahaan karena dengan begitu akan ada keseimbangan dalam neraca keuangan perusahaan. Sehingga

31 120 kebijaksanaan dalam kenaikkan harga pemasok sejalan dengan kebijakan perusahaan menjadi salah satu hal yang perlu ditinjau dalam segi kriteria harga. Dalam dunia industri, pembelian barang tidaklah dalam jumlah puluhan ataupun ratusan. Terutama dalam dunia otomotif yang sekarang sedang berkembang prospektif di Indonesia akan menampilkan angka pembelian dalam ratusan ribu, bahkan jutaan untuk komponen yang bisa dipakai beberapa produk yang mirip. Dengan pembelian nominal yang tinggi tersebut, perusahaan mengharapkan adanya merit/diskon secara harga produknya. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria harga seperti dibawah ini : Sub Kriteria harga yang ditawarkan sesuai target = Sub Kriteria kebijaksanaan kenaikkan harga pemasok sejalan dengan kebijakan perusahaan = Sub Kriteria memberikan merit/diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak = Rasio Konsistensi = Dilihat dari proposi pembobotannya, bisa disimpulkan sub kriteria harga yang paling signifikan adalah harga yang ditawarkan sesuai dengan target. 24% Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target 21% 55% Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Gambar 5.5 Bobot Parsial Sub Kriteria Harga Sumber : Olah Data 2015

32 121 d) Kriteria Ketanggapan /Respon Kriteria ketanggapan/respon ini menjadi kriteria urutan ke empat dengan bobot sebesar Ketanggapan merupakan salah satu pendongkrak kinerja pemasok secara tidak langsung. Walaupun produk dari pemasok memiliki masalah kualitas maupun pengiriman, dengan ketanggapan/respon yang baik hal tersebut bisa diselesaikan tanpa adanya masalah jangka panjang. Lebih bagusnya lagi jika pemasok memiliki ketanggapan terhadap masalah yang terdapat pada mereka, tidak hanya ketanggapan dalam penanganan masalah nya saja. Demikian hal nya untuk kemampuan pemasok untuk memberikan pelayanan saat darurat, atau pun bekerja sama dengan perusahaan untuk saling bekerja sama dalam penggunaan material yang sama. Misalkan ketika perusahaan kehabisan stock material karena NG rate yang tinggi, dan ada pemasok yang menggunakan material yang sama sehingga bisa meminjam material nya sampai material sampai ke perusahaan dengan catatan stok di pemasok aman. Begitu juga sebalik nya atau pemasok A perusahaan meminjam ke pemasok B perusahaan. Disitu lah peran rantai pasok dan peran ketanggapan para pemasok tersebut. Dan yang paling utama dari ketanggapan/respon adalah ketika ada masalah untuk produk dari pemasok. Jika pemasok tersebut memiliki skill dan management yang baik, biasanya ketanggapan untuk menangani masalah tersebut bisa selesai cepat dan efektif. Juga kemudahan dalam menghubungi pemasok dan menjawab surat elektronik salah satu point plus untuk kinerja pemasok. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria ketanggapan/respon seperti dibawah ini : Sub Kriteria garansi yang sigap untuk claim barang = Sub Kriteria kemudahan menghubungi pemasok = Sub Kriteria kecepatan menjawab surat elektronik = 0.119

33 122 Sub Kriteria kemampuan melayani dalam keadaan darurat = Rasio Konsistensi = Dilihat dari proposi pembobotannya, bisa disimpulkan sub kriteria ketanggapan/respon yang paling penting adalah kemampuan melayani dalam keadaan darurat. 45% 12% 26% 17% Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Gambar 5.6 Bobot Parsial Sub Kriteria Ketanggapan/Respon Sumber : Olah Data 2015 e) Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Kriteria stabilitas keuangan dan bisnis saat ini belum termasuk kedalam penilaian pemasok di perusahaan. Dari segi kuesioner ke karyawan perusahaan pun bobot yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, yaitu 0.083, namun jika dimasukkan ke penilaian akan menjadi penilaian yang lebih efektif dan bisa digunakan sebagai acuan untuk pemilihan pemasok di masa depan. Stabilitas keuangan dan bisnis disini pun lebih menitik beratkan kepada kemampuan pemasok dalam menjamin pengiriman maupun kualitas produknya yang dihasilkan. Dengan keuangan yang stabil, diharapkan pemasok dapat memenuhi kebutuhan perusahaan seperti memenuhi tambahan pembelian, penyimpanan stock lebih dari pemesanan (standard perjanjian perusahaan ±20% dari order/forecast), juga kontrak jangka panjang karena nilai produk otomotif efektif

34 123 selama ±5 tahun dengan kontrak komponen servis setelah run out selama 10 tahun. Selain itu terkait peralatan yang biasanya berupa cetakan, perusahaan berharap pemasok mampu untuk tidak dibayar secara kontan. Akan tetapi terdepresiasi ke harga produk dengan perjanjian beberapa waktu lamanya. Hal tersebut untuk menjada cashflow baik di perusahaan maupun di pemasok. Jika pemasok tidak memiliki kestabilan keuangan dalam menjalankan bisnis nya, beberapa hal yang menjadi sub kriteria tersebut kemungkinan tidak dapat terpenuhi di dunia industri otomotif. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari subkriteria stabilitas keuangan dan bisnis seperti dibawah ini : Sub Kriteria kemampuan memenuhi tambahan pembelian = Sub Kriteria kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan = Sub Kriteria kesanggupan kontrak jangka panjang = Sub Kriteria kemampuan depresiasi dies/tooling = Rasio Konsistensi = Dilihat dari proposi pembobotannya, bisa disimpulkan sub kriteria stabilitas keuangan dan bisnis yang paling penting adalah kemampuan memenuhi tambahan pembelian. 19% 13% 25% 43% Kemampuan Memenuhi Tambahan Pembelian Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang Gambar 5.7 Bobot Parsial Sub Kriteria Stabilitas Keuangan & Bisnis Sumber : Olah Data 2015

35 124 f) Kriteria Informasi Perkembangan Proses Kriteria informasi perkembangan proses ini lebih terfokuskan ke pengembangan produk awal. Walaupun tidak bisa dipungkiri sesudah produksi massal pun ada perubahan desain atau perubahan 4M (man, method, material, machine) sehingga diperlukan pengembangan kembali. Bobot yang dihasilkan dari kuesioner untuk kriteria ini, yaitu Style pengembangan produk perusahaan, yaitu pemasok mengajukan jadwal yang menyesuaikan jadwal pengembangan perusahaan. Sehingga setiap ada event di perusahaan, pemasok harus melaporkan kondisi pengembangan produknya. Selain itu, perusahaan memiliki designer namun berlokasi di kantor pusat Jepang. Sehingga pemasok biasanya ada kontak langsung dengan kantor pusat di Jepang untuk pengembangan produk nya. Diperlukan komunikasi yang baik antara kantor pusat dengan pemasok dan pemasok diperlukan berbagi informasi dengan perusahaan untuk komunikasi nya tersebut. Dikarenakan suatu hal berkomunikasi langsung dengan kantor pusat tersebut, akan ada yang miss di perusahaan. Jadi, dapat disimpulkan untuk informasi perkembangan proses ini berhubungan dengan kriteria ketanggapan. Bisa dijadikan sebagai referensi untuk penilaian pemasok. Dari hasil analisis dapat digambarkan proporsi pembobotan dari sub-kriteria informasi perkembangan proses seperti dibawah ini : Sub Kriteria informasi tepat waktu dalam setiap event project = Sub Kriteria sharing informasi yang diterima dari kantor pusat = Rasio Konsistensi = Dilihat dari proposi pembobotannya, bisa disimpulkan sub kriteria informasi perkembangan proses yang signifikan adalah informasi tepat waktu.

36 125 25% Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project 75% Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Gambar 5.8 Bobot Parsial Sub Kriteria Informasi Perkembangan Proses Sumber : Olah Data Analisis Penerapan Kuisioner dalam Penilaian Pemasok Setelah diketahui bobot dari masing-masing kriteria dan sub-kriteria, maka dilakukan simulasi penilaian pemasok dengan bobot tersebut. Data diambil dari penilaian pemasok dengan nilai A sampai dengan D. Dimana anggapan nilai tersebut sebagai berikut A = 4, B = 3, C = 2, D = 1. Jadi pemasok dengan nilai tertinggi dinilai memiliki kinerja yang bagus dan sebaliknya dengan nilai terendah dinilai memiliki kinerja yang kurang atau tidak bagus. Khusus untuk kriteria harga, karena perusahaan belum pernah melakukan penilaian terhadap harga secara baku, maka diasumsikan pernilaian harga untuk pemasok yang dijadikan data simulasi sesuai dengan table harga untuk pemasok tersebut yang perusahaan kontrol. Diambil dari rata-rata total harga per pemasok tersebut dan dibuatkan asumsi penilaiannya. Rincian mengenai penilaian harga tersebut bisa dilihat di lampiran. Berikut ringkasan untuk penilaian pemasok di perusahaan dengan pengambilan data scorecard bulan September 2015 :

37 126 Tabel 5.35 Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri Sub Kriteria Supplier Yamakou Rhythm Kyoshin Tamano Ketepatan Waktu Pengiriman Ketepatan Jumlah Barang Sesuai Order Tidak Pernah Minta Perpanjangan Waktu Spesifikasi Barang Sesuai Dengan Order Kondisi Barang Yang Baik Kondisi Pengepakkan Yang Baik Kemampuan Mengganti Barang Yang Tidak Sesuai Harga Yang Ditawarkan Sesuai Target Kebijaksanaan Kenaikkan Harga Pemasok Sejalan Dengan Kebijakan Perusahaan Memberikan Merit/Diskon Untuk Pembelian Jumlah Banyak Garansi Yang Sigap Untuk Claim Barang Kemudahan Menghubungi Pemasok Kecepatan Menjawab Surat Elektronik Kemampuan melayani dalam keadaan darurat Kemampuan Menganalisis Masalah Yang Terjadi Kemampuan Menyediakan Data Teknis Barang Kemampuan buffer stock sesuai kebijakan perusahaan

38 127 Tabel 5.35 Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri (Lanjutan) Sub Kriteria Kesanggupan Kontrak Jangka Panjang Kemampuan Depresiasi Dies/Tooling Informasi Tepat Waktu Dalam Setiap Event Project Sharing Informasi Yang Diterima Dari Kantor Pusat Hubungan bisnis dengan pelanggan lain Supplier Yamakou Rhythm Kyoshin Tamano Mempunyai sertifikasi ISO Pengalaman industri otomotif Hubungan dengan kantor pusat Aisan Sumber : Data Olah 2015 Dari hasil penilaian tersebut, maka perlu ditentukan nilai maksimum karena hasil penilaiannya tidak angka bulat dengan tujuan pengelompokkan penilaian. Nilai maksimum diperoleh jika semua penilaian adalah 4. Setelah dikalikan dengan masing-masing bobot sub-kriteria, maka diperoleh nilai maksimum (isi dengan nilai max.). Begitu halnya dengan nilai minimum, nilai minimum diperoleh jika semua penilaian adalah 1. Dikalikan dengan bobot masing-masing sub-kriteria, maka diperoleh nilai inimum (isi dengan nilai min.). Berikut ringkasan pengelompokkan penilaiannya : Nilai maksimum : Nilai minimum : Rentang nilai : nilai max nilai min = = Nilai setiap interval : rentang nilai / 4 = / 4 = 6.001

39 Tabel 5.36 Pengelompokkan Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri Interval Range Hasil s/d Kurang Baik s/d Cukup Baik s/d Baik s/d Sangat Baik Sumber : Data Olah 2015 Tabel 5.37 Hasil Akhir Penilaian Pemasok PT. Aisan Nasmoco Industri Rank Nama Pemasok Nilai Hasil 1 2 Yamakou Baik Rhythm Kyoshin Sangat Baik 3 Tamano Kurang Baik Sumber : Data Olah 2015 Dilihat dari table 5.37, 2 dari 3 pemasok perusahaan tergolong baik dan sangat baik jadi tidak ada masalah. Namun ada 1 pemasok yang hasilnya kurang baik. Dengan diketahui nya pemasok tersebut kurang baik, maka perlu dilakukan aktifitas perbaikan di pemasok tersebut. Di perusahaan termasuk kedalam aktifitas worst supplier audit & improvement activity, dimana aktifitas tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja dari pemasok yang tidak memiliki kinerja yang baik. Adapun point audit dan perbaikannya bisa mengacu terhadap sub-kriteria yang sudah ditentukan sehingga lebih terarah perbaikan dan auditnya. Juga bisa diprioritaskan terutama untuk bobot yang paling besar dari masing-masing subkriteria tersebut. Tentu saja diharapkan pemasok setelah dilakukan perbaikan dan kinerja nya meningkat lebih baik lagi.

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Zahir14 33 Jurnal OE, Volume VI, Maret No. 1, 2014 EVALUASI KINERJA PEMASOK DENGAN METODE ANALYTICHIERARCHY PROCESS

Zahir14 33 Jurnal OE, Volume VI, Maret No. 1, 2014 EVALUASI KINERJA PEMASOK DENGAN METODE ANALYTICHIERARCHY PROCESS EVALUASI KINERJA PEMASOK DENGAN METODE ANALYTICHIERARCHY PROCESS Saktiva Moryza Zahir Institut Teknologi Nasional Bandung saktiva.m.z@gmail.com Abstract. This study aims to determine the performance assessment

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara 135-141 Yogyakarta. 3.2 Penentuan Kriteria Identifikasi kriteria menurut Verma dan Pullman

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 87 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan data 4.1.1. Data kriteria evaluasi dan pemilihan supplier Dari hasil wawancara, brainstorming dengan pihak perusahaan dan studi pustaka ditetapkan beberapa

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Yanuar Angga Prayoga 1, Ellysa Nursanti 2, Thomas Priyasmanu 3 1,3) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PEMASOK DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS TESIS SAKTIVA MORYZA ZAHIR

EVALUASI KINERJA PEMASOK DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS TESIS SAKTIVA MORYZA ZAHIR EVALUASI KINERJA PEMASOK DENGAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS TESIS SAKTIVA MORYZA ZAHIR 55111120087 PROGRAM MAGISTER MANAGEMENT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MERCU BUANA 2016 EVALUASI KINERJA PEMASOK

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 49 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Menentukan Kriteria Pemilihan Supplier Untuk menentukan kriteria pemilihan supplier, sebelumnya peneliti sudah melakukan verifikasi awal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 54 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi Struktur Hierarki PT. POWERPLAST memiliki kira-kira 100 supplier pilihan untuk menunjang proses produksinya mulai dari bahan baku, yakni

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung terhadap studi kasus yang akan dilakukan seperti: Strategic Planning Decision Support System (DSS) Evaluasi Supplier 2.1 Strategic

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sumber Mulia Lestari merupakan salah satu perusahaan garmen di Indonesia yang memproduksi sweater baik untuk dewasa maupun untuk anakanak.perusahaan ini memiliki beberapa supplier yang memiliki

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2013: 5) jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi (level explanation) dan waktu.

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bahan baku merupakan sumber daya utama dalam kegiatan produksi selain sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai sumber daya teknologi, dengan alasan diatas maka perlu dilakukan

Lebih terperinci

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk)

27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) 27 Penentuan dan pembobotan KPI...(Ariani dkk) PENENTUAN DAN PEMBOBOTAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PRODUKSI KEJU MOZARELLA DI CV. BRAWIJAYA DAIRY INDUSTRY

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian 119 Gambar 3.2. Skema Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 120 Gambar 3.3. Skema Metode Analisa Sistem Informasi (lanjutan 1) 121

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV Duta Warna adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa percetakan, dimana pemenuhan kebutuhan bahan baku kertas bergantung kepada supplier. Saat ini perusahaan memiliki 5 supplier bahan baku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan Bp. Bambang Heriyanto pada tanggal 15 September 1994 dan Surat Izin Usaha

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan Bp. Bambang Heriyanto pada tanggal 15 September 1994 dan Surat Izin Usaha BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan CV. Bagiyat Mitra Perkasa merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi bangunan. Perusahaan ini beralamat di Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi perusahaan berada di Jalan Taman Srinindito VII/1 Semarang. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. Gloria merupakan suatu usaha dagang yang menjual barang keperluan sehari-hari (kelontong) baik secara grosir maupun eceran. Usaha yang bertempat di Jalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru Lampiran 1. Data Matrix Input AHP 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru 97 2. Alternatif Untuk Kriteria Kualitas Harapan Konsumen 98 99 100 3. Alternatif Untuk Kriteria

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemasok merupakan salah satu mitra bisnis yang memegang peranan sangat penting dalam menjamin ketersediaan barang pasokan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG 1 Febriarto Adhi Wiwoho 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG PEMILIHAN PEMASOK BAHAN BAKU ALUMINIUM INGOT ADC12S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama NPM : 32412666 Jurusan Pembimbing : Fairuz Inanda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Motekar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan boneka, dimana pemenuhan kebutuhan bahan baku bergantung sepenuhnya dari supplier. Saat ini perusahaan memiliki 2 supplier produksi

Lebih terperinci

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent) Agus Syamsudin 1*, Ellysa Nursanti 2, Emmalia Adriantantri 3 1 Mahasiswa Progam Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pengertian metode penelitian menurut Sudiyono (2012) adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian dimulai dengan memahami visi dan misi KPSBU Jabar. Pada tahap ini dilakukan wawancara langsung dengan pihak internal koperasi agar memudahkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BIJI PLASTIK POLYPROPYLENE MENGGUNAKAN METODE AHP DAN QFD PADA PT ARISAMANDIRI PRATAMA Diana Puspita Sari 1 *, Agil Saputro 2, Susatyo Nugroho 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan seleksi pemilihan agen terbaik dengan sistem yang dibangun dapat dilihat sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Sumber Data 3.1.1 Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku literatur, dan sumber berupa tulisan yang berhubungan dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 15 16

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Penelitian ini mengambil obyek yaitu produk minuman susu sereal UHT produksi sebuah perusahaan makanan dan minuman yang berada di Cakung. Bahan baku yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain riset dari penelitian ini adalah riset deskriptif. Karena riset ini dibuat untuk menolong pengambilan keputusan dalam menentukan, mengevaluasi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS TRAINING UNTUK PELANGGAN PT INKA DENGAN PENDEKATAN METODE AHP DAN QFD

PENINGKATAN KUALITAS TRAINING UNTUK PELANGGAN PT INKA DENGAN PENDEKATAN METODE AHP DAN QFD PENINGKATAN KUALITAS TRAINING UNTUK PELANGGAN PT INKA DENGAN PENDEKATAN METODE AHP DAN QFD Didik Hendriatna*), Suparno Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian kausalitas, yang mana digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel X (Tangible, Reliability, Responsiveness,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Struktur Hirarki

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Struktur Hirarki BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Struktur Hirarki Pada penelitian ini menggunakan Metoda Fuzzy AHP untuk mengukur kinerja supplier pada kategori catering di PT Garuda Indonesia. Adapun saat ini PT Garuda

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PADA SALON GAUL

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PADA SALON GAUL Nama : Novia Larasati NPM : 15212398 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Edy Nursanta,SE,MM Penelitian Ilmiah ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PADA SALON GAUL LATAR BELAKANG Persaingan Bisnis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pemilihan stretegi bersaing yang tepat sangat diperlukan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada. Tahapan dimulai dengan pembangunan konstruksi hirarki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan yang semakin ketat, membuat setiap perusahaan harus memiliki suatu keunggulan bersaing agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan.

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

ANALISIS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SALON BUNDA

ANALISIS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SALON BUNDA Nama : Dian Puspita Larasati NPM : 12212035 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Edy Nursanta,SE,MM Penelitian Ilmiah ANALISIS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SALON BUNDA Latar Belakang Perkembangan jasa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH MAKAN BEBEK KALEYO CABANG KALIMALANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH MAKAN BEBEK KALEYO CABANG KALIMALANG Nama : Juliana NPM : 13212987 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Edy Nursanta,SE,MM Penelitian Ilmiah ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH MAKAN BEBEK KALEYO CABANG KALIMALANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode survei, dimana data diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Bina Nusantara Business School, yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) Hafidh Munawir, Eko Wahyu Nugroho Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis data dan pembahasan. Adapun urutan analisis data adalah uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas data, analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN BAB III METODOLOGI PENELTIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Menurut Jallaludin Rahmat, Penelitian Deskriptif adalah Suatu penelitian yang berusaha untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan metodologi penelitian yang merupakan suatu tahapan yang harus diterapkan agar penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan 29 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan elektronik CV.Simatrik Semarang didirikan secara resmi pada tanggal 9 Agustus 2009 oleh Bapak Edward Halim yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA PEMILIHAN SUPPLIER BAJA H-BEAM DENGAN INTEGRASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (Studi Kasus: CV. Dharma Kencana) H-BEAM STEEL SUPPLIER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI Sambas Sundana, Yossy Yulia Sari Jurusan Teknik Industri Universitas Muhamadiyah Jakarta

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di industri jasa penerbangan membuat bisnis layanan semakin berat untuk dihadapi. Upaya PT Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang melakukan penelitian sebelumnya harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitiannya, karena hal tersebut akan membantu

Lebih terperinci

USULAN PROSES PEMILIHAN PEMASOK DI TOKO BESI NUSANTARA SEMARANG

USULAN PROSES PEMILIHAN PEMASOK DI TOKO BESI NUSANTARA SEMARANG USULAN PROSES PEMILIHAN PEMASOK DI TOKO BESI NUSANTARA SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri FRANSISKA RATNAWATI 13 06 07336 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 63 BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada Bab 3 ini dijelaskan mengenai data-data apa saja yang dibutuhkan dalam penelitian ini, bagaimana cara memperoleh datanya, pembuatan model pemilihan mitra kerja

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak PEMILIHAN ALTERNATIF SUPPLIER MENGGUNAKAN PENDEKATAN VENDOR PERFORMANCE INDICATOR (VPI) DAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES (AHP) DI PT SUMBER BERKAT ANUGERAH INDONESIA Euis Nina Saparina Yuliani 1,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Penyusunan Hirarki Dari identifikasi dan subatribut yang dominan, dapat disusun struktur hirarki sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Hirarki Penerima Beasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

Hasil Pembobotan Kriteria dengan AHP

Hasil Pembobotan Kriteria dengan AHP BAB V ANALISA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis hasil pembobotan kriteria dan sub-kriteria dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP), analisis sensitivitas metode Grey Relational Analysis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Wiwik Suharso Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

Nilai Brand Equity Sour Sally

Nilai Brand Equity Sour Sally BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Brand Equity Brand Brand Perceived Brand Awareness Loyalty Quality Association Penyebaran Kuesioner Nilai Brand Equity Sour Sally 46 47 3.2 Metode Pengumpulan

Lebih terperinci

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process ABSTRAK UD Bandung Textile adalah merupakan unit dagang untuk penjualan kain yang menjual kain di kota Bandung. UD Bandung Textile didirikan pada tahun 1995 dengan menjual beberapa jenis kain yaitu bahan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Inti Luhur Fuja Abadi)

Evaluasi Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Inti Luhur Fuja Abadi) Evaluasi Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus di PT. Inti Luhur Fuja Abadi) Raw Material Supplier Performance Evaluation Using Fuzzy Analytic Hierarchy

Lebih terperinci