Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.2 Mei 2017 :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.2 Mei 2017 :"

Transkripsi

1 ANALISIS BIAYA KEMACETAN DI KOTA BANDA ACEH AR. Tri Maulidiyansyah Dahlan 1*, Nazamuddin 2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 1 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, nazamuddin@unsyiah.ac.id Abstract This study aims to determine the estimated cost of congestion in the city of Banda Aceh. The independent variables are time traveled and distance traveled. While congestion cost is the dependent variable. The data used are primary data obtained from 100 respondents who use private vehicles in the city of Banda Aceh and the secondary data were obtained from the Central Agency of Statistics and other agencies. Data were analized by both descriptive analysis and multiple linear regression analysis. The research results show that the number of respondents with longer time traveled and distance traveled increases with congestion. As a consequence, the cost of congestion in Banda Aceh is on average at Rp a month or Rp a year. Keywords : cost of congestion, travel time, travel distance, multiple linear regression Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi biaya kemacetan di Kota Banda Aceh. Variabel independen penelitian ini adalah waktu tempuh dan jarak tempuh. Sementara biaya kemacetan dijadikan sebagai variabel dependen. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari 100 responden yang menggunakan kendaraan pribadi di Kota Banda Aceh. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan lembaga lain. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan juga analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden dengan waktu tempuh lebih lama dan jarak tempuh lebih jauh akibat kemacetan meningkat. Sebagai akibatnya, biaya kemacetan di Kota Banda Aceh adalah per bulannya mencapai Rp atau Rp per tahun. Kata Kunci : biaya kemacetan, waktu tempuh, jarak tempuh. regresi linear berganda PENDAHULUAN 265

2 Istilah perkotaan menurut Bintarto (dalam Pratiandini dkk, 2012) merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibanding dengan daerah dibelakangnya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa salah satu pusat pembentuk daerah perkotaan adalah adanya kegiatan ekonomi yang lebih kompleks dibanding daerah sekitarnya. Kemacetan merupakan kondisi di mana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian (Basuki dan Siswadi 2008). Dari sudut pandang ekonomi, kemacetan lalu lintas terjadi ketika biaya perjalanan meningkat dengan kehadiran kendaraan lainnya. Berdasarkan definisi, eksternalitas merujuk pada biaya atau manfaat yang tidak termasuk dari harga pasar dan yang menjadi hutang kepada pihak ketiga sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan oleh suatu individu. Eksternalitas kemacetan timbul karena adanya pengguna jalan tambahan meningkatkan waktu perjalanan untuk kendaraan lainnya. Di kota-kota besar yang berada di Kanada digambarkan bahwa biaya tahunan total kemacetan yang dihasilkan sebesar 2,3 miliar sampai 3,7 miliar dolar. Lebih dari 90 persen biaya ini mewakili waktu yang terbuang dalam kemacetan yang dialami oleh wisatawan (pengemudi dan penumpang), sedangkan sisanya sebesar 7 sampai 8 persen dihasilkan dari nilai bahan bakar yang dikonsumsi dan 2 sampai 3 persen dihasilkan dari emisi gas rumah kaca selama kemacetan (Transport Canada, 2006). Di Indonesia, beberapa referensi empiris menunjukkan fenomena yang serupa dengan fenomena kemacetan lalulintas global. Basuki dan Siswadi (2008), menghitung total kerugian akibat kemacetan di Yogyakarta adalah sebesar Rp per jam. Pada tahun 2011, perhitungan yang dilakukan oleh Sugiyanto (2011) tentang besarnya pertambahan biaya transportasi akibat kemacetan di Yogyakarta adalah Rp per perjalanan per kendaraan. Di Manado, Ritonga (2015) mengestimasi bahwa total kerugian akibat kemacetan lalulintas adalah Rp per jam atau Rp per hari. Berdasarkan persoalan biaya atau dampak dari kemacetan lalu lintas di kota-kota besar seperti kota Banda Aceh hingga kini tak pernah tuntas. Pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan perlu diimbangi dengan penambahan ruas jalan, dengan adanya penambahan jalan akan mengurangi kemacetan. Mengingat kota Banda Aceh merupakan ibukota provinsi Aceh di mana memiliki banyak perguruan tinggi dan lapangan pekerjaan yang luas dibandingkan di daerah Aceh lainnya menyebabkan sebagian masyarakat luar daerah lebih memilih tinggal di Banda Aceh. Dari jumlah penduduk kota Banda Aceh yang begitu padat seringkali terjadinya kemacetan. Ada beberapa dampak dari kemacetan tersebut. Seperti dampak sosial dan dampak ekonomi. Menurut Aris dan Ashar (2012), kemacetan jika dilihat dari dampak sosialnya dapat membuat pengendara stress, lelah, terlambat ke tempat tujuan. Dampak ekonomi dari kemacetan jelas lebih terlihat dari sisi manfaat yang hilang dan biaya yang dikeluarkan seperti penggunaan bahan bakar minyak meningkat karena mesin menyala lebih lama sehingga pengendara harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk membeli bahan bakar minyak. TINJAUAN PUSTAKA 266

3 Waktu Tempuh Banda Aceh mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, hal tersebut disebabkan banyaknya pendatang seperti pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagai daerah. Selain menyebabkan pertumbuhan penduduk juga mengakibatkan pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor, karena sebagian besar dari mereka membawa kendaraan dari daerah asalnya. Seiring meningkatnya jumlah penduduk kota Banda Aceh juga memberikan dampak terhadap volume lalu lintas. Kepadatan atau meningkatnya jumlah penduduk maka semakin besar jumlah kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Persoalan kemacetan lalu lintas sering kali membuat warga mengeluh. Akibat dari kemacetan yang terlalu sering menimbulkan tidak adanya kelancaran dan menempuh waktu perjalanan yang cukup lama. Bartholdi dan Hackman (dalam Chandra 2015) berpendapat bahwa waktu tempuh merupakan waste, karena menimbulkan biaya jam kerja buruh tetapi tidak memberikan nilai tambah. Sedangkan menurut Sadowsky dan Ten Hompel (dalam Chandra 2015) menyatakan bahwa waktu tempuh berkaitan dengan jaraak tempuh karena dengan mengurangi jarak tempuh maka akan mengurangi waktu tempuh dan dengan berkurangnya waktu tempuh maka berarti pula bisa meningkat produktivitas kerja. Jarak Tempuh Kemacetan adalah kondisi di mana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati 0 km/jam sehingga mengakibatkan antrian. Pada kondisi lalu lintas yang bebas, kendaraan yang lebih cepat dapat mendahului kendaraan di depannya. Hal tersebut dapat dilakukan jika arus lalu lintas dari arah yang berlawanan mempunyai jarak yang cukup. Tetapi dengan meningkatnya arus lalu lintas dari arah yang berlawanan maka jarak tempuh dan kesempatan untuk mendahului kendaraan lain menjadi semakin kecil. Selain itu, kendaraan yang berkecepatan rendah atau kendaraan yang berbadan lebar menimbulkan hambatan yang besar bagi pemakai jalan yang lain. Dengan berkurangnya jarak antara tersebut akan menyebabkan pengemudi mengurangi kecepatan demi keselamatan, Arief (dalam Firmansyah, 2009). Jadi, secara umum kendaraan yang memiliki kecepatan rendah dan kendaraan yang berbadan lebar dapat menimbulkan hambatan besar yang dapat mengurangi kelancaran lalu lintas yang akhirnya terjadi kemacetan, Oglesby dan Hicks (dalam Firmansyah 2009). Biaya Ekonomi Kemacetan Biaya ekonomi atau biaya peluang adalah suatu ukuran dari biaya ekonomi yang harus dikeluarkan dalam rangka memproduksi suatu barang atau jasa tertentu dalam kaitannya dengan alternatif lain yang harus dikorbankan. Masalah kemacetan pada suatu ruas jalan adalah sesuatu yang sering terjadi pada daerah perkotaan. Kemacetan tersebut membuat dampak yang sangat besar, salah satu dampaknya adalah biaya kemacetan. Menurut Nash, 1997 (dalam Basuki dan Siswadi 2008) Biaya kemacetan adalah biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan volume kendaraan yang mendekati atau melebihi kapasitas pelayanan jalan. Nilai Waktu Perjalanan adalah biaya akibat adanya hambatan perjalanan (travel delay) terhadap penumpang, dibuat berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga dan berbanding lurus dengan kecepatan. Sementara itu, Biaya Operasional Kendaraan adalah biaya yang berkaitan dengan pengoperasian sistem transportasi tersebut, antara lain biaya pemakaian bahan bakar, oli, ban, dan biaya 267

4 pemeliharaan dan berbanding terbalik dengan kecepatan (Basuki dan Siswadi 2008). METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Banda Aceh dimana terdapat sembilan kecamatan. Peneliti memilih lokasi tersebut berdasarkan pengamatan harian yang peneliti amati dan menemukan bahwa di Kota Banda Aceh memiliki tingkat mobilitas masyarakat yang sangat tinggi. Populasi dan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive Random Sampling, berdasarkan pertimbangan peneliti yang beranggapan unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dan dapat mewakili populasi. Responden dalam penelitian ini adalah para pengendara atau pengguna jasa transportasi yang ada di Kota Banda Aceh dan ditentukan secara acak karena populasi pada penelitian ini tidak diketahui jumlahnya dan bersifat homogen, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang peneliti peroleh dari hasil kuisioner dan wawancara langsung dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari publikasi instansi terkait seperti Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan Telematika, serta Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh. Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data tentang kependudukan, transportasi, serta data statistik terkait lainnya. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu menganalisis data yang diperoleh dari sumber-sumber data dan menggunakan persamaan regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x bnxn e Keterangan : Y = Variabel Terikat X = Variabel Bebas a = Konstanta b = Koefisien Regresi e = Error Term Transformasi model : YWN = α0 + α1 WTN + α2 JT + ei... (1) YWM = β0 + β1 WTM + β2 JT + ei... (2) Keterangan : YWN = Biaya Kemacetan (Konsumsi Bahan Bakar Normal) YWM = Biaya Kemacetan (Konsumsi Bahan Bakar Macet) WTN = Waktu Tempuh Normal (menit) 268

5 WTM = Waktu Tempuh Macet (menit) JT = Jarak Tempuh (Km) α0, α1, α2, β0, β1, β2 = Koefisien Regresi ei = Faktor Gangguan Definisi Operasional Variabel Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menimbulkan penafsiran ganda maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1. Biaya Ekonomi Kemacetan adalah biaya konsumsi bahan bakar yang dikeluarkan oleh responden selama mengalami kemacetan, diukur dalam satuan Rupiah. 2. Jarak Tempuh adalah panjang jalan yang ditempuh oleh responden untuk sampai ketempat tujuan, diukur dengan satuan kilometer. 3. Waktu Tempuh adalah waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk sampai ketempat tujuan, diukur dengan menit. 4. Waktu Tempuh Normal adalah suatu kondisi dimana pengguna jalan dapat melalui jalur tertentu tanpa hambatan kemacetan. 5. Waktu Tempuh Macet adalah suatu kondisi dimana pengguna jalan yang melalui jalur tertentu dan terkena hambatan kemacetan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Waktu Tempuh Tabel 1. Perbandingan Waktu Tempuh Responden Dalam kondisi Normal dan Macet Normal Macet Waktu Tempuh Sepeda Persentase Sepeda Persentase (menit) Mobil Mobil Motor (%) Motor (%) < > Jumlah Sumber : Data Lapangan 2016 (diolah) Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar waktu tempuh yang dihabiskan responden ke tempat tujuan dalam kondisi normal mencapai 11 hingga 20 menit dengan persentase sebesar 47 persen. Kemacetan menyebabkan persentase waktu tempuh pada waktu yang sama naik menjadi 48 persen. Sebanyak 16 jiwa pengendara mobil yang biasanya menghabiskan waktu tempuh 11 hingga 20 menit untuk beraktivitas pada waktu normal berkurang menjadi 7 jiwa ketika terjadi kemacetan lalu lintas. Kondisi kemacetan tersebut membuat 9 jiwa pengendara mobil mengalami penambahan waktu tempuh dari waktu normalnya. Begitu pula dengan pengendara sepeda motor yang mengalami kerugian serupa, waktu perjalanan yang biasanya ditempuh dalam kondisi normal kurang dari 10 menit sebanyak 39 jiwa, berkurang menjadi 12 jiwa pada kondisi macet di waktu tempuh yang sama. Hal tersebut membuat 27 jiwa mengalami penambahan waktu tempuh dari waktu normalnya. Kondisi tersebut tentunya dapat merugikan responden dalam beraktivitas sehari hari. Dari hasil survey lapangan yang peneliti lakukan, rata-rata responden merasakan dampak dari kemcaetan ketika melakukan perjalanan menuju ke tempat bekerja. Mereka merasakan waktu tempuh bertambah hingga 10 menit untuk dapat sampai ke tempat mereka bekerja. Hal ini 269

6 terjadi karena pada umumnya jam bekerja di Kota Banda Aceh memiliki jam bekerja yang relatif bersamaan pada hampir seluruh jenis profesi yang ada di Kota Banda Aceh. Pendapat lain dari responden juga mengatakan bahwa penataan wilayah kerja Kota Banda Aceh masih belum tertata dengan baik, sehingga kemacetan menjadi faktor yang membuat waktu tempuh mereka ke tempat bekerja semakin bertambah lama. Jarak Tempuh Tabel 2. Jarak Tempuh Responden Menuju Tempat Kegiatan Berdasarkan Jenis Kendaraan Jarak Tempuh (Km) Mobil Sepeda Motor Jumlah (Jiwa) Persentase (%) > Jumlah Sumber: Data Lapangan 2016 (diolah) Berdasarkan Tabel 2, jarak tempuh responden menuju tempat kegiatan sebagian besar terjadi pada jarak 4 hingga 6 kilometer dengan persentase sebesar 38 persen, yaitu pengguna kendaraan sepeda motor berjumlah 28 jiwa dan mobil sebanyak 10 jiwa. Jarak tempuh responden paling jauh ditempuh oleh pengguna kendaraan sepeda motor yaitu sebanyak 2 jiwa pada jarak 13 hingga 15 kilometer dan jarak terpendek ditempuh oleh 16 jiwa, dengan rincian 1 jiwa pengguna mobil dan 15 jiwa pengguna sepeda motor pada jarak 1 hingga 3 kilometer. Berdasarkan tabel diatas, responden lebih memilih untuk tinggal lebih dekat dengan tempat kegiatannya agar memudahkan aktivitas sehari-hari. Faktor kemacetan juga menjadi salah satu alasan responden memilih tempat tinggal yang lebih dekat agar kegiatan yang dilakukannya tidak terhambat dengan adanya kemacetan tersebut. Kemacetan di Kota Banda Aceh umumnya sering terjadi pada pagi dan sore hari dikarenakan masyarakat memulai aktivitas pada pagi hari dan mengakhiri aktivitasnya pada sore hari. Responden yang berasal dari kalangan mahasiswa menyebutkan bahwa mereka lebih memilih tempat kost yang lebih dekat dengan tempat perkuliahannya dibandingkan dengan dekat dari pasar. Ini karena tempat perkuliahan merupakan tujuan awal mahasiswa untuk melaksanakan aktivitas sehari-harinya. Konsumsi Bahan Bakar Tabel 3. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Responden Dalam kondisi Normal dan Macet Normal Macet Konsumsi Sepeda Persentase Sepeda Bahan Bakar (liter) Mobil Mobil Motor (%) Motor Jumlah Sumber : Data Lapangan 2016 (diolah) Persentase (%) Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa perbandingan konsumsi bahan bakar reponden dalam kondisi normal dan kondisi macet. Secara umum konsumsi bahan bakar responden 270

7 mengalami peningkatan ketika mengalami kemacetan, kemacetan menyebabkan 85 persen pengendara kendaraan bermotor yang biasanya menghabiskan 1 hingga 2 liter bahan bakar dalam sehari untuk beraktivitas menurun menjadi 42 persen, artinya sebanyak 43 persen pengguna kendaraan bermotor harus menambah jumlah konsumsi bahan bakarnya akibat terjadinya kemacetan. begitu pula pada kelompok-kelompok komsumsi bahan bakar lain, semuanya harus menambah konsumsi bahan bakarnya untuk dapat melakukan aktivitas. Tabel 4. Perbandingan Biaya Konsumsi Bahan Bakar Responden Dalam Kondisi Normal dan Macet Normal Macet Konsumsi Bahan Sepeda Persentase Sepeda Persentase Bakar (Rp) Mobil Mobil Motor (%) Motor (%) < > Jumlah Sumber : Data Lapangan 2016 (diolah) Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa sebanyak 41 persen responden yang biasanya mengeluarkan biaya konsumsi bahan bakar dalam keadaan normal kurang dari Rp menurun menjadi 6 persen setelah mengalami kemacetan, artinya sebanyak 35 persen responden harus menambah biaya bahan bakarnya akibat terkena imbas dari kemacetan. Begitu juga halnya pada responden kelompok konsumsi bahan bakar Rp hingga Rp , sebanyak 42 persen responden harus menambah konsumsi bahan bakarnya akibat dari terjadinya kemacetan, artinya 29 responden yang biasanya menghabiskan biaya bahan bakar kurang dari Rp hingga Rp harus mengeluarkan biaya tambahan sebanyak Rp hingga Rp untuk memenuhi konsumsi bahan bakarnya akibat kemacetan. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa 94 persen responden pengguna kendaraan bermotor harus mengeluarkan biaya lebih antara Rp hinga diatas Rp untuk konsumsi bahan bakarnya akibat dari kemacetan, dan hanya 6 persen responden yang tidak mengeluarkan biaya lebih dari Rp ketika terjadi kemacetan. Kemacetan membuat laju kendaraan melambat atau bahkan terhenti. Kondisi ini membuat penggunaan bahan bakar meningkat karena mesin menyala lebih lama sehingga pengendara harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk pembelian bahan bakar. Biaya Transportasi Tabel 5. Biaya Transportasi Kendaraan Biaya Transportasi (Rp/Bulan) Mobil Sepeda Motor Jumlah (Jiwa) Persentase (%) > Jumlah Sumber : Data Lapangan 2016 (diolah) Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar responden mengeluarkan biaya transportasi selama sebulan antara Rp hingga Rp yang mencapai 48 jiwa dengan persentase 271

8 sebesar 48 persen, dimana pada tingkat pengeluaran ini pengguna sepeda motor lebih dominan dengan jumlah mencapai 32 jiwa dibandingkan dengan pengguna mobil sebanyak 16 jiwa. Kemudian jumlah responden yang mengeluarkan biaya transportasi Rp hingga Rp per bulan sebanyak 31 jiwa dengan persentase 31 persen, dengan rincian pengguna sepeda motor mencapai 27 jiwa sedangkan pengguna mobil berjumlah 4 jiwa. Biaya Transportasi antara Rp hingga Rp berjumlah 8 jiwa, jumlah yang sama juga terjadi pada biaya transportasi sebesar Rp hingga Rp dengan jumlah 8 jiwa dan hanya 5 jiwa yang mengeluarkan biaya transportasi diatas Rp , dimana pengguna sepeda motor berjumlah 3 jiwa dan mobil 2 jiwa. Perbandingan Waktu Tempuh Tabel 6. Perbandingan Waktu Tempuh Statistik Deskriptif Waktu Normal Waktu Macet Mean Median Modus Sumber: Data Lapangan 2016 (Diolah) Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata waktu tempuh normal ke lokasi yang dituju oleh responden sebesar menit sedangkan untuk waktu tempuh ketika macet dibutuhkan rata-rata sebesar menit untuk menuju ke lokasi yang di tuju. Namun adapula median atau nilai tengah waktu yang dibutuhkan oleh responden pada waktu normal yaitu sebesar 15 menit sedangkan pada waktu macet membutuhkan 20 menit. Dari hasil olahan data pada modus atau nilai yang sering keluar rata-rata waktu normal yang dibutuhkan oleh responden untuk mencapai lokasi yang di tuju yaitu sebesar 10 menit sedangkan pada waktu macet sebesar 15 menit bagi para responden untuk menuju lokasi kegiatan. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Tabel 7. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Statistik Bahan Bakar (liter) Bahan Bakar (Rp) Deskriptif Waktu Normal Waktu Macet Waktu Normal Waktu Macet Mean Median Modus Sumber : Data Lapangan 2016 (Diolah) Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata konsumsi bahan bakar dalam waktu normal yang dihabiskan oleh responden untuk menuju ke lokasi yang di tuju sebesar 1.78 liter sedangkan konsumsi bahan bakar ketika waktu macet yang dihabiskan rata-rata sebesar 2.84 liter. Namun adapula mean atau rata-rata jumlah biaya yang dikeluarkan oleh responden pada waktu normal yaitu sebesar Rp sedangkan pada waktu macet rata-rata responden mengeluarkan biaya sebesar Rp Hasil dari olahan data median atau nilai tengah menunjukkan bahwa responden mengkonsumsi sebanyak 2 liter bahan bakar pada waktu normal sedangkan pada waktu macet sebesar 3 liter bahan bakar, namun nilai tengah terhadap jumlah biaya yang dikeluarkan oleh responden pada waktu normal yaitu sebesar Rp guna mencapai lokasi tujuan sedangkan pada waktu macet responden mengeluarkan biaya sebesar Rp , hal ini membuktikan bahwa meningkatnya secara signifikan konsumsi bahan bakar kendaraan pada waktu macet atau terjadinya kemacetan. Dari hasil yang diolah pada modus atau nilai yang sering muncul, rata-rata 272

9 responden menghabiskan 2 liter bahan bakar pada waktu normal sedangkan pada waktu macet rata-rata responden menghabiskan sebesar 3 liter bahan bakar. Dapat dilihat modus atau nilai yang paling sering muncul pada jumlah biaya yang dikeluarkan oleh responden di waktu normal sebesar Rp sedangkan pada waktu macet responden menghabiskan biaya sebesar Rp Hasil Regresi Untuk mengetahui pengaruh terhadap biaya kemacetan maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan program Eviews dilakukan dengan menggunakan data jarak tempuh, waktu tempuh normal, waktu tempuh macet, serta biaya ekonomi kemacetan di Kota Banda Aceh yang diukur dari konsumsi bahan bakar para responden dalam kondisi normal maupun macet dengan tingkat signifikansi sebesar 0,10 (10%). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis dengan model Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan aplikasi pengolahan data Eviews. Dari analisis yang dilakukan di peroleh hasil seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Analisis Regresi Biaya Kemacetan Normal Variabel Koefisien Std. Error t-statistic Prob. C WTN JT R-squared Adjusted R-squared F-statistik Prob(F-statistik) Sumber : hasil pengolahan Data Eviews (2016) Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa nilai koefisien dari waktu tempuh normal (WTN) sebesar dengan nilai probabilitas sebesar 0,0536 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,10 (10%), sedangkan nilai koefisien dari jarak tempuh (JT) sebesar dengan probabilitas sebesar 0,146 lebih besar dari taraf signifikansi 0,10 (10%). Data tersebut menunjukkan bahwa variabel waktu tempuh normal berpengaruh terhadap biaya kemacetan, dimana waktu tempuh dalam kondisi normal meningkat satu menit maka biaya kemacetan meningkat sebesar Rp , sedangkan jarak tempuh tidak berpengaruh terhadap biaya kemacetan dalam kondisi normal. Tabel 9. Analisis Regresi Biaya Kemacetan Macet Variabel Koefisien Std. Error t-statistic Prob. C WTM JT R-squared Adjusted R-squared F-statistik Prob(F-statistik) Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews (2016) Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai koefisien dari waktu tempuh macet (WTM) sebesar dengan probabilitas sebesar lebih kecil dari taraf signifikansi 0,10 (10%), sedangkan nilai koefisien dari jarak tempuh (JT) sebesar dengan 273

10 probabilitas sebesar 0,215 lebih besar dari taraf signifikansi 0,10 (10%). Data tersebut menunjukkan bahwa variabel waktu tempuh macet berpengaruh terhadap biaya kemacetan, dimana waktu tempuh dalam kondisi macet meningkat satu menit maka biaya kemacetan meningkat sebesar Rp Sedangkan jarak tempuh tidak berpengaruh terhadap biaya kemacetan dalam kondisi macet. Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa biaya kemacetan yang dialami oleh responden meningkat dari Rp dalam keadaan normal menjadi Rp dalam keadaan macet. Seiring terjadinya kemacetan maka waktu tempuh yang diperlukan responden menuju tempat kegiatan bertambah. Dengan bertambahnya waktu tempuh maka berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar kendaraan sehingga pengeluaran terhadap bahan bakar kendaraan meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dan rangkum, kondisi kemacetan yang terjadi di Kota Banda Aceh saat ini menunjukkan sebuah estimasi kerugian yang mencapai total sebesar Rp per harinya. Jika di kalkulasi secara bulanan dan tahunan maka total kerugian akibat kemacetan yang terjadi di Kota Banda Aceh masing-masing mencapai angka kerugian sebesar Rp per bulan dan Rp per tahunnya. Estimasi biaya ekonomi dari kerugian akibat kemacetan ini di kalkulasikan berdasarkan jumlah sampel hasil survei lapangan yang berjumlah 100 responden/jiwa. Jika kerugian ini dikalkulasi berdasarkan total jumlah penduduk pada tahun 2015 di kota Banda Aceh yang berjumlah jiwa, maka total kerugian atas kondisi kemacetan di Kota Banda Aceh saat ini dapat mencapai angka kerugian sebesar Rp per bulan dan angka kerugian ini semakin merugikan karena dalam setahun mencapai Rp Saran Peneliti memberikan beberapa saran sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut: 1. Penting bagi pemerintah Kota Banda Aceh untuk melakukan penataan ruas jalan yang efektif dengan laju mobilitas dan pertumbuhan kendaraan bermotor yang semakin meningkat di Kota Banda Aceh. 2. Pengembangan jalur alternatif sebagai salah satu jalur pilihan untuk mobilitas masyarakat Kota Banda Aceh dalam aktivitas sehari-hari juga dapat menjadi sebuah alternatif kebijakan pemerintah Kota Banda Aceh dalam mengatasi kemacetan yang terjadi saat ini. 3. Kenyamanan transportasi umum juga menjadi hal penting untuk diperhatikan bagi pemerintah Kota Banda Aceh. Kondisi fasilitas transportasi yang ditawarkan di Kota Banda Aceh Saat ini masih jauh dari ekpektasi masyarkat Kota Banda Aceh, baik dari segi efektifitas maupun kenyamanannya. Tentu saja hal ini juga akan berdampak meminimalisir kemacetan yang terjadi Di Kota Banda Aceh jika mendapat perhatian dan dukungan yang serius dari Pemerintah Kota Banda Aceh. 4. Pentingnya dilakukan secara rutin dan berkelanjutan kegiatan sosialisasi displin dan tertib lalulintas kepada masyarakat Kota Banda Aceh guna menghindari faktor kemacetan lainnya yang dapat terjadi karena kelalaian masyarakat dalam mematuhi dan melaksanakan peraturan lalulintas yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Banda Aceh maupun pihak yang terkait. 274

11 DAFTAR PUSTAKA Aris, A., & Ashar, K. (2012). Analisis Dampak Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Akibat Kemacetan Lalulintas (Studi Kasus Area Sekitar Universitas Brawijaya Malang). Jurnal Ilmiah. Basuki, I., & Siswadi. (2008). Biaya Kemacetan Ruas Jalan Kota Yogyakarta. Jurnal TEKNIK SIPIL volume 9 No.1. Canada, T. (2006). The Cost Of Urban Congestion In Canada. Transport Canada Environmental Affairs. Chandra, A. (2015). Estimasi Jarak Tempuh Order Picking System - Low Level to Part di PT. GMS. Jurnal Metris, 16 (2015). Firmansyah, J. (2009). Kajian Geografi Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Di Kota Surakarta Tahun Patriandini, A., Suharyadi, R., & Kadyarsi, I. (2012). Kajian Tingkat Kemacetan Lalu-lintas Dengan Memanfaatkan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis di Sebagian Ruas Jalan Kota Tegal. Ritonga, D., Timboeleng, J. A., & Kaseke, O. H. (2015). Analisa Biaya Transportasi Angkutan Umum Dalam Kota Manado Akibat Kemacetan Lalu Linta (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Pusat Kota 45-Malalayang). Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.1. Sugianto, G., Malkhamah, S., Munawar, A., & Sutomo, H. (2011). Pengembangan Model Biaya Kemacetan Bagi Pengguna Mobil Pribadi Di Daerah Pusat Perkotaan Yogyakarta. Jurnal Transportasi Vol. 11 No

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA OLEH PELAJAR UNTUK TUJUAN SEKOLAH

MODEL PEMILIHAN MODA OLEH PELAJAR UNTUK TUJUAN SEKOLAH MODEL PEMILIHAN MODA OLEH PELAJAR UNTUK TUJUAN SEKOLAH Renni Anggraini Cut Mutiawati M. Khair Jauhari Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Jl Tgk. Syech Abdur Rauf no.7 Darussalam,

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN: ANALISA DERAJAT KEJENUHAN AKIBAT PENGARUH KECEPATAN KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN DI KAWASAN KOMERSIL (STUDI KASUS: DI SEGMEN JALAN DEPAN MANADO TOWN SQUARE BOULEVARD MANADO) Rifan Ficry Kayori T. K.

Lebih terperinci

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

PREDIKSI PELAPORAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS LINIER REGRESI BERGANDA DI KOTA SEMARANG

PREDIKSI PELAPORAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS LINIER REGRESI BERGANDA DI KOTA SEMARANG PREDIKSI PELAPORAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR BERBASIS LINIER REGRESI BERGANDA DI KOTA SEMARANG Brenda Charmelita Program Studi Teknik Informatika, Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No. 5-11,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness to Pay (WTP) Pengguna Jalan Unsur-unsur yang mempengaruhi besarnya nilai WTP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan volume kendaraan yang terjadi setiap tahun di kota kota besar sebagai dampak perkembangan pesat suatu kota dan mobilitas penduduknya yang tinggi tidak diimbangi

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM. 1 ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.Noor ) Faisal 1) Purwanto, ST.,MT 2) Zonny Yulfadly, ST.,MT

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan cara pengambilan sampel data kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan cara purposive

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Yolan Cahyani JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Yolan Cahyani JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA DI SEKTOR INFORMAL KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR, KOTA BANDAR LAMPUNG, PROVINSI LAMPUNG JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Yolan Cahyani 125020101111021

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Jalan Jalan merupakan prasarana darat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa distribusi (PKJI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan pertambahan penduduk rata-rata 2.40 persen per tahun. Luas provinsi daerah sekitar 661 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkotaan merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN Hamzani 1), Mukhlis 2) Juli 3) 1), 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh, 3) Alumni Teknik Sipil email: 1) hamzani.hasbi@gmail.com

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas 5 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan.kemacetan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan pada ruas dan simpang jalan Pamulang II di kota Tangerang Selatan. Berikut diagram alur pikir

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun 1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun 2000-2016 JURNAL Dosen Pembimbing : Suharto,S.E., M.Si. Disusun Oleh : Nama : Muhamad Syahru Romadhon NIM

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia

ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia (ECONOMETRIC MODEL: SIMUTANEOUS EQUATION MODEL) The title of paper: ECONOMIC MODEL FROM DEMAND SIDE: Evidence In Indonesia OLEH: S U R I A N I NIM: 1509300010009 UNIVERSITAS SYIAH KUALA PROGRAM DOKTOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

MODEL KECELAKAAN SEPEDA MOTOR PADA RUAS JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GLM

MODEL KECELAKAAN SEPEDA MOTOR PADA RUAS JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GLM MODEL KECELAKAAN SEPEDA MOTOR PADA RUAS JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GLM Sobri Abusini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 10 Malang Telp.: 0341-551550 Fax.:

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMBELIAN MINYAK GORENG CURAH PADA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMBELIAN MINYAK GORENG CURAH PADA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ISSN: 1412-8837 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMBELIAN MINYAK GORENG CURAH PADA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU INFLUENCES FACTORS OF PURCHASE COOKING OIL AT THE HOUSEHOLD LEVEL IN BENGKULU CITY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. independen dari listrik adalah satuan kilowatt (kwh), untuk minyak adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. independen dari listrik adalah satuan kilowatt (kwh), untuk minyak adalah 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengolahan Data Data yang diambil untuk varibel dependen adalah produk domestic bruto di Jakarta period 1995 2005 dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para pengunjung di Objek Wisata Pantai Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dan Karateristik Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, jalan perkotaan adalah jalan yang terdapat perkembangan secara permanen dan menerus di sepanjang atau hampir

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang tingkat penduduknya sangat padat, kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang beredar

Lebih terperinci

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD

BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD 92 BAB VI VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA CIKOROMOY DENGAN TRAVEL COST METHOD Sumber daya alam dan lingkungan tidak hanya memiliki nilai ekonomi tetapi juga mempunyai nilai ekologis dan nilai sosial. Dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR TECHSI ~ Jurnal Penelitian Teknik Informatika Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe Aceh Transport mode used by students to the campus are public transport, private cars, motorcycles and walk. Mukhlis

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA Risky Hariwahyudi Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada rafifky@gmail.com Dewi Fatmawati Suprapto Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Volume kendaraan yang dari tahun ke tahun semakin bertambah tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan ruas jalan yang tersedia mengakibatkan kemacetan dan masalah-masalah

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG Wilton Wahab (1), Delvi Gusri Yendra (2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan,

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK Rahayu Widhiastuti 1), Eka Priyadi 2), Akhmadali 2) Abstrak Penelitian ini meneliti kebutuhan parkir kendaraan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dalam sebuah kota, maupun pendapatan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas yang tinggi menjadikan transportasi sebagai prasarana yang sangat penting dalam aktivitas sehari-hari. Transportasi terus berkembang seiring dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kelayakan Data 4.1.1 Uji Stasioner Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series stasioner (tidak ada akar akar unit) atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk 261,860 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014) dan menjadikan negara dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi ke-5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Informasi yang didapatkan dan dikumpulkan dari jawaban responden dengan menggunakan kuisioner dan wawancara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan 43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari satu tempat ketempat lain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan

Lebih terperinci

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN Ria Novitasari 1, Widya Stevanie Susanto 2, Rudy Setiawan 3 ABSTRAK: Seiring dengan berkembangnya kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KESADARAN PENGEMUDI DAN TAHUN KENDARAAN TERHADAP KUALITAS EMISI KENDARAAN DINAS KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN TINGKAT KESADARAN PENGEMUDI DAN TAHUN KENDARAAN TERHADAP KUALITAS EMISI KENDARAAN DINAS KABUPATEN SLEMAN Hubungan Tingkat Kesadaran...(Priangga Pratama Putra Haryanto) 1 HUBUNGAN TINGKAT KESADARAN PENGEMUDI DAN TAHUN KENDARAAN TERHADAP KUALITAS EMISI KENDARAAN DINAS KABUPATEN SLEMAN EMISSION QUALITY RELATES

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERSIMPANGAN Simpang merupakan sebuah bagian dari suatu jaringan jalan dan berfungsi sebagai pertemuan dari jalan-jalan yang terlibat pada sistem jaringan jalan tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Oglesby and Hicks (1988), kecelakaan kendaraan adalah kejadian yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan cepat. Selain itu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan datatime series atau data runtun waktu sebanyak 12 observasi, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, teknologi yang berkembang pun semakin pesat. Salah satu teknologi tersebut adalah kendaraan roda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan sehari-hari dikota-kota besar di Indonesia. Dalam suatu sistem jaringan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Sistem transportasi yang terbentuk dari komponen sarana, prasarana dan manusia adalah bagian hidup masyarakat saat ini. Permasalahan yang timbul seperti kemacetan, kecelakaan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi yang menghitung jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan di suatu zona, kemudian diikuti oleh distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi baik oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus)

Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus) Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus) ANALISIS PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN / KOTA PROVINSI JAWA TIMUR 2011-2014 Yhoga Bagus Adhikrisna

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada 46 III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian dan Sumber Data Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp HUBUNGAN DURASI PARKIR DENGAN KARAKTERISTIK OPERASIONAL ANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN ANALISIS REGRESI LINEAR (STUDI KASUS : JALAN KI MANGUN SARKORO JALAN SUMPAH PEMUDA JALAN RING ROAD SURAKARTA) Dewi Handayani

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.1, Januari 2014 (29-36) ISSN: ANALISIS BESAR KONTRIBUSI HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL REGRESI LINIER BERGANDA (Studi Kasus: Ruas Jalan dalam Kota Segmen Ruas Jalan Sarapung) Edy Susanto Tataming Theo

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Tipikal Simpang APILL dan Sistem Pengaturan Berdasarkan Peraturan Kapasitas Jalan Indonesia tahun 2014, Persimpangan merupakan pertemuan dua atau lebih jalan yang sebidang. Pertemuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, UPAH, DAN UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, UPAH, DAN UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, UPAH, DAN UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 1998-2012 ARTIKEL PUBLIKASI Disusun oleh: M. Misbahul

Lebih terperinci

Kata Kunci: Angkutan Sekolah, Kinerja, Biaya Oprasional Kendaraan.

Kata Kunci: Angkutan Sekolah, Kinerja, Biaya Oprasional Kendaraan. ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan menyebabkan permasalahan transportasi di Kabupaten Tabanan semakin meningkat dan munculnya permasalahan yang lebih kompleks termasuk masalah keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami perkembangan pada sektor ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah dan jenis kendaraan yang semakin

Lebih terperinci

Titian Ningrum Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo

Titian Ningrum Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO Titian Ningrum Pendidikan Ekonomi,

Lebih terperinci