PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TEGALGIRI NOGOSARI BOYOLALI TAHUN AJARAN SKRIPSI PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : ROMDONI NIM X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2011 to user i

2 ii

3 iii

4 ABSTRAK Romdoni. Peningkatan Kemampuan Belajar IPA Tentang Gaya Dengan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalgiri Nogosari Boyolali Tahun Ajaran Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Juni Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) Membuktikan bahwa pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan kemampuan belajar tentang gaya siswa SDN 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali. (2) Menemukan hambatan dalam metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya. Penerapan metode eksperimen dalam penelitian tindakan kelas ini ditempuh dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 3 x pertemuan. Didalam setiap siklus tersebut terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, serta analisis dan refleksi. Tindakan penelitian dalam setiap siklus dilakukan dengan cara pemberian pembelajaran dengan metode eksperimen, dimana siswa dibagi dalam kelompok kecil, kemudian setiap kelompok melakukan percobaan/eksperimen sendiri sehingga siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diakhiri dengan pemberian tes akhir siklus. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian tindakan adalah: (1) keaktifan siswa menjadi lebih meningkat jika dibandingkan dengan sebelumnya. (2) persentase ketuntasan belajar pada akhir siklus I sudah mencapai 80%, tetapi rata-rata nilai tes baru mencapai 66 sehingga perlu tindakan perbaikan pada siklus II. Berdasarkan pengamatan terjadi peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu mencapai 90% sedangkan rata-rata nilai menjadi 76. Adapun simpulan dari penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen dalam pelajaran IPA khusunya dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa. Oleh karena itu disarankan agar guru dapat menerapkan metode eksperimen dalam materi yang tepat setiap pembelajaran. Kata kunci: Peningkatan Kemampuan Belajar IPA, Metode Eksperimen iv

5 KATA PENGANTAR Segala puji hanyalah milik Allah SWT. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rosulullah, keluarganya, dan para sahabatnya. Alhamdulillah atas semua karunia dan hidayah-nya penulis dapat menyusun Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini. Dalam kesempatan yang baik ini, penulis mengahaturkan rasa syukur dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Prof. Dr. H. M Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Rukayah, M.Hum. Dosen Pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan hingga selesainya penelitian ini 5. Suyadi, S.Pd, Kepala SD Negeri 2 Tegalgiri Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SD Negeri 2 Tegalgiri ini. 6. Semua pihak yang telah memberikan saran, pendapat, dan kritik pada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sebagai insan biasa, tentu penulis masih banyak memiliki kekurangan dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini. Oleh karena itu dengan segala keterbukaan penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan pendapat dari semua pihak guna perbaikan Penelitian Tindakan Kelas ini. Akhirnya penulis sangat mengharapkan semoga Penelitian Tindakan Kelas ini akan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pembaca demi perbaikan mutu pendidikan di tanah air tercinta ini. Nogosari, Mei 2011 Penulis ROMDONI v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTRA GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Kajian Teori Tinjauan tentang belajar Tinjauan tentang Pembelajaran IPA Tinjauan tentang gaya Tinjauan tentang metode eksperimen... 9 B. Kerangka Berfikir C. Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data F. Teknik Analisis Data vi

7 G. Indikator Kinerja/Keberhasilan H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN A. Diskripsi dan Lokasi Penelitian...26 B. Diskripsi Prosedur Penelitian dan Hasil Penelitian Tindakan Siklus a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi Tindakan Siklus a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi C. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan B. Implikasi C. Saran Daftar Pustaka vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jadwal Penelitian Tabel 2. Jumlah Siswa Siswi SD N 2 Tegalgiri Tabel 3. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Sebelum dilakukan tindakan Tabel 4. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Siklus 1 Pertemuan ke Tabel 5. Frekwensi Sebaran Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kelas Interval Siklus 1 Pertemuan ke Tabel 6. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Siklus 1 Pertemuan ke Tabel 7. Frekwensi Sebaran Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kelas Interval Siklus 1 Pertemuan ke Tabel 8. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Siklus 1 Pertemuan ke Tabel 9. Frekwensi Sebaran Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kelas Interval Siklus 1 Pertemuan ke Tabel 10. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Pertemuan Pertama Siklus Tabel 11. Frekwensi Sebaran Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kelas Interval Siklus2 Pertemuan ke Tabel 12. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Pertemuan 2 Siklus Tabel 13. Frekwensi Sebaran Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kelas Interval Siklus2 Pertemuan ke Tabel 14. Nilai hasil Belajar IPA Kelas V SD N 2 Tegalgiri Pertemuan 3 Siklus Tabel 15. Frekwensi Sebaran Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kelas Interval Siklus2 Pertemuan ke viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berfikir Gambar 2. Rangkaian Langkah Tindakan Gambar 3. Teknik Analisis Data Gambar 4. Prosedur Penelitian Siklus I dan II Gambar 5. Grafik tingkat ketuntasan pada siklus I Gambar 6. Grafik tingkat ketuntasan pada siklus II ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. RPP Siklus Lampiran 2. RPP Siklus Lampiran 3. Daftar Nilai Tes Sebelum Tindakan Lampiran 4. Pendapat Siswa Sebelum Tindakan Lampiran 5. Instrumen Penilian Pelaksanaan PTK Pada Proses Pembelajaran di Kelas Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 6. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 7. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 8. Lembar Observasi Aktifitas dalam pembelajaran Lampiran 9. Lembar Pengamatan Pelaksanaan PTK Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 10. Nilai Tes Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 11. Pendapat Siswa Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 12. Instrumen Penilian Pelaksanaan PTK Pada Proses Pembelajaran di Kelas Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 13. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 14. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 15. Lembar Observasi Atifitas Siswa dalam Pembelajaran Lampiran 16. Lembar Pengamatan Pelaksanaan PTK Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 17. Instrumen Penilian Pelaksanaan PTK Pada Proses Pembelajaran di Kelas Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 18. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 19. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 3 Pertemuan ke Lampiran 20. Lembar Observasi Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran Lampiran 21. Lembar Pengamatan Pelaksanaan PTK Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 22. Nilai Tes Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 23. Pendapat Siswa Siklus 1 Pertemuan ke Lampiran 24. Instrumen Penilian Pelaksanaan PTK Pada Proses Pembelajaran di Kelas Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 25. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan ke x

11 Lampiran 26. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 27. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Lampiran 28. Lembar Pengamatan Pelaksanaan PTK Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 29. Nilai Tes Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 30. Pendapat Siswa Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 31. Hasil Penilaian pada Siklus Lampiran 32. Instrumen Penilian Pelaksanaan PTK Pada Proses Pembelajaran di Kelas Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 33. Nilai Tes Pertemuan 2 Siklus Lampiran 34. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 35. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 36. Lembar Observasi Aktifitas Siswa Lampiran 37. Lembar Pengamatan Pelaksanaan PTK Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 38. Pendapat Siswa Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 39. Instrumen Penilian Pelaksanaan PTK Pada Proses Pembelajaran di Kelas Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 40. Lembar Observasi Aktifitas Belajar Siswa Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 41. Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 42. Lembar Aktivitas Siswa Lampiran 43. Lembar Pengamatan Pelaksanaan PTK Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 44. Nilai Tes Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 45. Pendapat Siswa Siklus 2 Pertemuan ke Lampiran 46. Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 47. Data Pribadi Peneliti xi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan pembelajaran berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi untuk mendapat hasil belajar mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturisasi situasi perubahan tingkah laku siswa. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (KTSP) terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama berupa Panduan Umum dan bagian kedua Model KTSP. Panduan umum memuat pedoman dan rambu-rambu yang perlu diacu, dijabarkan dari berbagai ketentuan-ketentuan tentang kurikulum yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 dan PP No. 19 tahun 2005, serta aturan pada umumnya yang berlaku dalam mengembangkan kurikulum. Panduam umum diterbitkan terpisah dari model KTSP. Satuan pendidikan yang telah melakukan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh diperkirakan mampu secara mandiri mengembangkan kurikulumnya berdasar SKL, SI dan Panduan Umum. Sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut maka sekolah berkewajiban untuk meningkatkan kualitas pendidikan menurut jenjangnya. Hal itu yang membuat setiap pelaku pendidikan harus merasa berkewajiban membawa perubahan yang menuju kepada keberhasilan setiap anak didiknya. Salah satu mata pelajaran yang ada di SDN 2 Tegalgiri yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains terutama tentang gaya nilainya sangat rendah. Hal ini terlihat dari siswa yang tuntas belajar hanya 3 siswa dari jumlah keseluruhan 10 siswa. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran commit IPA to SD user Negeri 2 Tegalgiri adalah 6,0. 1

13 2 Prestasi belajar yang demikian tentunya banyak penyebabnya, antara lain karena siswa kurang tertarik pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebab bahan kajiannya banyak, karena kurangnya alat peraga dan media yang mendukung, karena guru kurang menarik siswa, dan juga kurangnya kreatifitas pemilihan metode dan penggunaan alat peraga, atau karena lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Agar siswa merasa senang dalam pembelajaran Sain maka harus dipilih metode pembelajaran yang cocok agar menuju Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Salah satu dari pembelajaran tersebut adalah menggunakan metode eksperimen. Karena metode tersebut jika dilaksanakan secara bersungguhsungguh akan dapat menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya. Eksperimen atau percobaan adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat secara aman. Eksperimen dilakukan orang agar diketahui kebenaran gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori (Mulyani Sumantri, 2001: 135). Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Belajar Tentang Gaya Dengan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Tegalgiri Nogosari Boyolali. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas banyak muncul permasalahan yang ada di lapangan. Permasalahan yang ada dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Dapatkah pembelajaran eksperimen meningkatkan kemampuan belajar tentang gaya pada siswa kelas V SDN 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali? 2. Adakah hambatan untuk meningkatkan kemampuan belajar tentang gaya melalui pembelajaran eksperimen?

14 3 C. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan belajar tentang gaya melalui pembelajaran eksperimen pada siswa kelas V SDN 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kemampuan belajar tentang gaya siswa SDN 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali. 2. Menemukan hambatan dalam metode eksperimen untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama dapat mengembangkan khasanah ilmu tentang peningkatan kemampuan belajar tentang gaya melalui pembelajaran eksperimen. b. Diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang terkait dengan penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Siswa: Meningkatnya kemampuan belajar tentang gaya dengan metode pembelajaran eksperimen. b. Guru: Berkembangnya penguasaan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran tentang gaya di kelas V. c. Sekolah: Sebagai acuan dalam meningkatkan prestasi IPA kelas V SDN 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali.

15 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Belajar. a. Pengertian Belajar Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (1992) dalam Nabisi Lapono, dkk (2009: 1-14) mendefinisikan belajar sebagai kegiatan pengolahan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran. Menurut Slameto (1995) dalam Ingridwati Kurnia, dkk (2007: 1-3) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) dalam Ingridwati Kurnia, dkk (2007: 1-3) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. ( diakses 10 Januari 2011). Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari ( Bari Djamarah, 1994: 21). Menurut James O. Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. ( efektif. html diakses 10 Januari 2011) 4

16 5 B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono, dkk (2009: 1-5) berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya membuat individu belajar, yang dirumuskan Robert W. Gagne (1977) dalam Nabisi Lappono, dkk (2009: 1-14) sebagai pengaturan peristiwa yang ada di luar diri seseorang peserta didik, dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar. Delors dalam Ingridwati Kurnia, dkk (2007: 1-3) mengungkapkan konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu: 1. Learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; 2. Learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; 3. Learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi. 4. Learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan commit dan to dikerjakan. user Belajar memegang peranan

17 6 penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, kenyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia b. Model Pembelajaran Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk (2009: 2-4) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pembelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. ( diakses 10 Januari 2011). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan rencana, pola yang digunakan dalam mengatur kegiatan guru dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran. 2. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA Hakikat IPA Dorongan ingin tahu telah terbentuk secara kodrati mendorong manusia mengagumi dan mempercayai adanya keterampilan pada alam. Hal ini mendorong munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dipahami oleh orang lain. Dorongan ingin tahu meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya. Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui commit percobaan, to user didukung oleh fakta menggunakan

18 7 metode berfikir secara sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya disebut produk, sedangkan langkah-langkah dilakukan merupakan suatu proses. Langkah-langkah atau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi cara atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan. Ada hubungan antara fakta dan gagasan. Pola memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah dianut orang secara umum. Orang yang terbiasa menggunakan metode ilmiah berarti mempunyai sikap ilmiah. (Wahyana, 1977: ) Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (1991: 3-5) IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbagai gejala alam. IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah. Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pelajaran IPA tidak semata-mata memberi pengetahuan tentang IPA pada siswa, tetapi juga ikut membina kepribadian anak. Mata pelajaran IPA berfungsi untuk: a. Memberi pengetahuan tentang berbagai jenis dan lingkungan alam dan lingkungan dalam kaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. b. Mengembangkan keterampilan proses. c. Mengembangkan wawasan sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi. e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. (Depdikbud, 1997: 87) Hal commit yang to user penting diperhatikan guru dalam

19 8 pembelajaran IPA adalah berusaha agar siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. 3. Tinjauan tentang Gaya a. Pengertian Gaya Gaya atau kakas adalah apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan ( gaya_(fisika) diakses 10 Januari 2011). Gaya adalah tarikan dan dorongan (Depdikbud, 1995: 82), dalam mata pelajaran IPA kelas V semester 2 pada kompetensi dasar 5.1 mendeskripsikan hubungan antara gaya gesek, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet). Berdasarkan pengertian gaya di atas dalam penelitian ini, gaya adalah keadaan apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan yang berupa gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan b. Jenis-jenis Gaya Menurut Haryanto (2004: 109) bahwa gaya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. 1. Gaya Magnet Gaya magnet menurut Haryanto (2004: 109) adalah gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan magnet. Gaya magnet dapat menembus bendan nonmagnetis. Kekuatan gaya tarik magnet dipengaruhi oleh (a) ketebalan benda yang menjadi penghalang antara magnet dengan benda magnetis, dan (b) jarak magnet dengan benda magnetis. Daerah tertentu disekitar magnet yang dipengaruhi oleh gaya tarik magnet disebut medan magnet. Medan inilah yang menyebabkan terbentuknya pola tertentu. Pola tersebut disebut garis-garis gaya magnet. Garis-garis tersebut saling bertemu di ujung kedua kutub magnet. Gaya tarik magnet yang paling kuat terletak di bagian kutubnya. Magnet memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Dua kutub magnet yang senama akan tolak-menolak. Dua kutub magnet yang tidak senama akan tarik menarik.

20 9 2. Gaya Gravitasi Segala benda dapat jatuh menuju bumi katena bumi menarik benda tersebut. Gaya tarik bumi dinamakan gaya gravitasi. Gaya inilah yang menarik semua benda jatuh menuju bumi. Gerak jatuh disebabkan oleh gaya gravitasi disebut gerak jatuh bebas. 3. Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah hambatan yang terjadi ketika dua permukaan benda saling bersentuhan (Haryanto, 2004: 109). Manfaat gaya gesekan: (1) Membantu benda bergerak tanpa tergelincir, (2) Untuk menghentikan benda yang sedang bergerak, (3) Menahan benda-benda agar tidak bergeser. Kerugian gaya gesekan adalah menghambat gerakan, mengikis permukaan dan memboroskan energi. Untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan, gaya gesekan dapat diperkecil dengan menggunakan roda, bantalan peluru, pelumasan, serta menghaluskan permukaan benda. Berdasarkan tinjauan tentang gaya di atas disimpulkan bahwa gaya adalah keadaan apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda bermassa mengalami percepatan yang berupa gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan. Gaya juga bermanfaat dalam kehidupan manusia sehari-hari. 4. Tinjauan tentang Metode Eksperimen a. Pengertian Metode Eksperimen Metode Eksperimen atau percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Menurut Mulyani Sumantri (2001: 135) Eksperimen atau percobaan adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat secara aman. Eksperimen dilakukan orang agar diketahui kebenaran gejala dan dapat menguji dan mengembangkannya menjadi suatu teori. ( diakses 9 Januari 2011).

21 10 Syaiful Bahri Djamarah, (2000) Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium. Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. ( diakses 9 Januari 2011). Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. ( diakses 9 Januari 2011). Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. ( diakses 9 Januari 2011). Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah. ( diakses 9 Januari 2011). Adapun menurut Sagala, Sumantri dan Permana dalam (Soli Abimanyu, 2009: 7-17) eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis. Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik usia sekolah dasar merupakan commit kesempatan to user meneliti yang dapat mendorong

22 11 mereka mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa datang. Metode eksperimen atau percobaan diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Jadi metode eksperimen adalah cara belajar mengajar di mana anak membuktikan atau mencari jawaban dari pertanyaan atau hipotesis dengan membuktikan sendiri melalui percobaan atau eksperimen. b. Tujuan Metode Eksperimen Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Menurut Mulyani Sumantri (2001: 135), tujuan dari metode eksperimen ini adalah: 1) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh. 2) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan. 3) Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. c. Tahap-tahap Metode Eksperimen Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003: 82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut ( diakses 9 Januari 2011): 1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

23 12 2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. 3) Hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. 4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. 5) Aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. 6) Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. 2) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. 3) Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. 4) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman commit serta ketrampilan, to user juga kematangan jiwa dan

24 13 sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. 5) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada. ( diakses 9 Januari 2011). d. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen Ada beberapa alasan penggunaan eksperimen adalah (Soli Abimanyu, dkk, 2009: 17): 1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah. 2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. 3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada bukti-bukti nyata. Mulyani Sumantri (2001: 136) mengemukakan tujuan penggunaan metode eksperimen adalah: a. Metode eksperimen diberikan untuk member kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah. Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah ( diakses 9 Januari 2011): 1) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. 2) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

25 14 3) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. 4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. e. Kekuatan dan keterbatasan metode eksperimen Menurut Mulyani Sumantri (2001: 136) kekuatan dan keterbatasan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Kekuatan: a) Membuat peserta didik percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku. b) Peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya. c) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah. d) Memperkaya dengan hal-hal yang bersifat objektif, realities dan menghilangkan verbalisme. e) Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000) kelebihan metode eksperimen adalah: a) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku. b) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi. c) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. ( diakses 9 Januari 2011).

26 15 2) Keterbatasan metode eksperimen: a) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama c) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000) Kekurangan metode percobaan sebagai berikut: a) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen. b) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran. c) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi ( diakses 9 Januari 2011). Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Metode eksperimen dapat dikembangkan keterampilan-keterampilan seperti: ketrampilan mengamati, menghitung, mengukur, membuat pola, membuat hipotesis, merencanakan commit to eksperimen, user mengendalikan variabel,

27 16 mengintrespresikan data, membuat kesimpulan sementara, meramal, menerapkan, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan. (Bahan Penataran CBSA, 1991: 119). Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari ilmu pengetahuan alam, dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai arti penting karena memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk persamaan dan kemauan anak. Hal-hal yang diperhatikan dalam eksperimen adalah melakukan hal-hal praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari, memberi pengertian sejelasjelasnya tentang landasan teori yang akan dieksperimenkan. Metode eksperimen dalam pembelajaran IPA memiliki keuntungan antara lain : siswa aktif melakukan kegiatan, memberi kesempatan mengggunakan seluruh panca indra, melatih intelektual anak, siswa dapat melakukan kegiatan sesuai metode ilmiah dan dapat menemukan sendiri temuan yang baru. Hal yang harus diperhatikan oleh guru antara lain : guru harus melatih untuk melaksanakan metode ilmiah, perlu perencanaan yang matang sebelum melakukan eksperimen, memerlukan peralatan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, eksperimen menjadi gagal apabila kondisi peralatan tidak cocok sehingga kesimpulan salah. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam dapat berkembang pesat berkat metode ilmiah. Proses pembelajaran IPA menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa mengembangkan ketrampilan intelektualnya. Diharapkan metode eksperimen dalam proses pembelajaran IPA akan dapat meningkatkan presentasi belajar dan semangat belajar secara aktif pada siswa

28 17 B. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir dari pembelajaran metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA adalah sebaga berikut: Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir 1. Guru belum menggunakan metode eksperimen. 2. Siswa enggan belajar 3. Siswa kurang aktif 4. Hasil belajar IPA rendah Siklus 1 1. Pembelajaran dengan metode eksperimen 2. Siswa tertarik belajar IPA 3. Siswa aktif 4. Hasil belajar IPA meningkat Siklus 2 1. Pembelajaran menyenangkan 2. Siswa bersemangat 3. Siswa aktif 4. Hasil belajar meningkat 1. Prosentase ketuntasan naik 2. Rata-rata kelas naik 3. Tujuan tercapai 4. Pembelajaran berhasil Gambar 1 : Kerangka Berfikirr C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan belajar tentang gaya pada siswa kelas V SDN 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali.

29 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan pengetahuan, Welberg (1986) dalam Aunurrahman, dkk (2009: 1-3) mengemukakan lima langkah pengetahuan melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) menyatukan dan mereview, dan (4) menggunakan dan mengevaluasi (McMillan dan Schumacher, (2001) dalam Aunurrahman, dkk (2010: 1-3). Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat social dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan (Kemmis dan Carr, dalam Aunurrahman, dkk, 2010: 3-5). Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa, metode adalah suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran. Dengan demikian dalam pemecahan suatu masalah dipilih metode yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif mengarah kepada keadaan individu secara holistik (utuh), yang didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan karakteristik subyek tentang minat belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui pembelajaran dengan penerapan metode eksperimen. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas. 18

30 19 Perencanaan Perencanaan Perencanaan Refleksi Aksi Refleksi Aksi Refleksi Aksi Obsevasi Observasi Observasi Gambar 2 : Rangkaian Langkah dan Tindakan Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif mengarah kepada keadaan individu secara holistik (utuh), yang didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan karakteristik subyek tentang minat belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui pembelajaran dengan penerapan metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Tegalgiri, Nogosari, Boyolali. Alasan pemilihan tempat ini karena sekolah ini sebagai tempat mengajar peneliti sehingga dengan pertimbangan tempat mengajar dan datadata yang diperlukan mudah didapatkan serta peneliti dapat secara langsung menggunakan data-data yang ada sebagai pertimbangan untuk langkah atau tindakan selanjutnya. Dipilih kelas V karena peneliti melihat bahwa pembelajaran IPA di kelas V siswanya belum terlibat secara langsung mengalami dan membuktikan sendiri proses hasil percobaan yang dilakukan sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Adapun siswa kelas V berjumlah 10 terdiri dari 8 siswa putra dan 2 siswa putri. 2. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2011 (semester genap tahun ajaran 2010/2011).

31 20 N o Adapun jadwal penelitian dilampirkan sebagai berikut: Jenis Kegiatan Tabel 1 Jadwal Penelitian JADWAL PENELITIAN Alokasi waktu Januari Februari Maret April Mei Juni x x 1 Persiapan penelitian 1. Menyusun proposal 2. Pemantapan proposal x 3. Pembuatan instrumen x x 2 Pelaksanaan Tindakan x 1. Siklus I x a. Action dan pengambilan data x b. Pengolahan data X x c. Interpretasi data X 2. Siklus II x x x a. Action dan pengambilan data x x b. Pengolahan data x x c. Interpretasi data x 3 Pelaporan a. Perencanaan laporan x b. Penyempurnaan rancangan x c. Penyusunan laporan x d. Penyerahan laporan

32 21 C. Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan ada tiga, yaitu data yang berhubungan dengan proses, dampak tindakan yang dilakukan, dan data yang digunakan sebagai dasar menilai keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. Data yang berhubungan dengan proses berupa data tentang peningkatan kemampuan belajar IPA melalui pembelajaran eksperimen. Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu: sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari siswa, guru kelas V, kepala sekolah atau pihak lain yang berhubungan. Data yang diperoleh dari siswa bertujuan untuk mengetahui kemampuan belajar IPA pada siswa kelas V. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari dokumentasi, tes hasil belajar, observasi dan teks wawancara. D. Teknik Pengumpulan Data Penetapan metode pengumpulan data berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai juga berdasar pada kebutuhan dan sumber data. Metode digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencatat dokumen, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data tertulis, yaitu hasil ulangan harian. 2. Observasi yang dilaksanakan penelitian ini adalah observasi langsung yang disebut dengan observasi langsung berperan pasif yang dilakukan untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran IPA. 3. Wawancara teknik penelitian ini adalah mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan, atau tatap muka dengan sumber daya, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.

33 22 4. Tes Tes adalah suatu cara digunakan untuk mencari data dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa secara tertulis. E. Validitas Data Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang kurang valid atau kurang sahih memiliki validitas rendah (Arikunto, 1998: 160 dalam Aunurrahman, dkk (2010 ). Dalam penelitian ini untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda misalnya, data yang berupa informasi dibandingkan dengan arsip atau dokumen, dan proses pembelajaran. Sebelum diadakan tindakan 70% nilai siswa di bawah KKM 6,0 pada pembelajaran tentang gaya. Setelah diadakan tindakan diharapkan siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM 80% dari jumlah siswa. F. Teknik Analisis Data Menurut Huberman (2007: 19-20) Analisis mempunyai tiga kegiatan yaitu :1) Reduksi data, 2) Penyajian data dan 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisis sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum. Tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. ( diakses 9 Januari 2011). Penyajian data Analisis Penarikan kesimpulan Reduksi data Gambar 3 : Teknis Analisis data

34 23 G. Indikator Kinerja/Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perolehan nilai siswa memenuhi KKM, kemampuan belajar dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya keberhasilan siswa yang dapat menguasai materi pelajaran tentang gaya melalui metode eksperimen. Proses untuk memperoleh indicator keberhasilan penelitian tindakan dengan melakukan observasi terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran, mengadakan evaluasi hasil pembelajaran, dan menganalisis hasil evaluasi siswa. Untuk mengukur hasil ketercapaian tujuan penelitian, pada siklus terakhir sekurang-kurangnya: 1. 80% siswa menunjukkan keaktifan dalam dan kesungguhan dalam melakukan percobaan untuk mendapatkan pengertian tentang gaya pada pembelajaran IPA kelas V SD % siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang gaya % siswa mencapai ketuntasan yang akan dicapai adalah memperoleh nilai minimal memenuhi KKM yaitu 6,0. H. Prosedur Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan cara-cara meningkatkan aktivitas siswa sehingga dapat menunjang keberhasilan siswa. Oleh karena itu guru IPA, Kepala Sekolah serta peneliti dilibatkan sejak: a. Perencanaan tindakan b. Pelaksanaan tindakan c. Observasi dan monitoring d. Refleksi e. Evaluasi Sedangkan langkah-langkah untuk setiap siklus perlakuan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

35 24 a. Siklus I 1) Perencanaan Tindakan a) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode eksperimen. b) Menyediakan media pembelajaran untuk melakukan eksperimen. c) Membuat instrumen observasi. d) Membuat lembar evaluasi pembelajaran 2) Pelaksanaan Tindakan a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada konsep gaya. b) Siswa belajar IPA pada konsep gaya dengan melakukan percobaan/eksperimen. 3) Observasi Pelaksanaan observasi oleh guru kelas 5 (peneliti) bersama supervisor. Tugas supervisor adalah mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4) Evaluasi dan Refleksi Guru melakukan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan guru pembimbing penelitia (supervisor). Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus I belum terjadi peningkatan kemampuan siswa, maka dapat dilanjutkan ke siklus II, namun jika sudah terjadi peningkatan, maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus II dan siklus selanjutnya.

36 25 b. Siklus II 1) Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, peneliti mengadakan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terutama pada penerapan metode eksperimen. 2) Pelaksanaan Tindakan. a) Guru menerapkan rencana pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada gaya lebih ditingkatkan lagi. b) Siswa belajar IPA tentang gaya dengan melakukan eksperimen/ percobaan. 3) Observasi Pelaksanaan observasi hampir sama denga siklus I, yaitu guru kelas V (Peneliti) bersama supervisor mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4) Evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan guru pembimbing penelitian (supervisor). Jika hasil evaluasi dan refleksi siklus II belum memenuhi indikator kenerja penelitian, maka dapat dilanjutkan ke siklus III, namun jika sudah memenuhi indicator kinerja penelitian, maka dapat diakhiri pada siklus II. Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas, Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini : Perencanaan 1 Perencanaan 2 Perencanaan 3 Refleksi Siklus Aksi Refleksi Siklus Aksi I II Obsevasi Observasi rekomen dasi Gambar 4 : Siklus I dan II

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar maka dibawah ini ada beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70). BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sitem pendidikan nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GERAK BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS III SDN 12 BOTUMOITO KECAMATAN BOTUMOITO KABUPATEN BOALEMO rahma@gmail.com Lukman

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana S-1. Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh derajat Sarjana S-1. Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SDN 03 SUKOLILO KECAMATAN SUKOLILO PADA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah istilah yang relatif masih baru sehingga kadangkadang mengundang kontroversi baik di kalangan para ahli maupun di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Simbangdesa 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang. Pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 95) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Wonoharjo, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Sekolah ini terdiri dari enam

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ADI SUNGKAWA A54B090021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. diantaranya adalah: Carin yang dikutip oleh Holil dalam. gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistimatis.

II. KAJIAN PUSTAKA. diantaranya adalah: Carin yang dikutip oleh Holil dalam. gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistimatis. II. KAJIAN PUSTAKA 1. Hakekat Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berkenaan dengan alam semesta beserta ciri-ciri dan kejadian kejadian alamnya, hal ini sesuai dengan pendapat beberapa

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI PLUPUH I TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : ARIKA YULIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha sadar untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan perlu diorganisasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Rismawati, Ratman, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA DENGAN STRATEGI MAKE A MATCH KELAS V

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA DENGAN STRATEGI MAKE A MATCH KELAS V UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN DI INDONESIA DENGAN STRATEGI MAKE A MATCH KELAS V SD NEGERI 2 NGARGOSARI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Disusun oleh: HANDRI CAHYANI A 510 090 095 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda 6 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 ANGGASWANGI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh : NITA ANGGRAENI A 510 090 102

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG 13-130 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG Gusmaweti. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Oleh : RATIH RIANDINI PUTRI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan perilaku seseorang yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik agar dapat hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh seorang peneliti yang bertujuan untuk memecahkan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh seorang peneliti yang bertujuan untuk memecahkan suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian berasal dari kata metode dan penelitian. Metode adalah cara mendapatkan data secara ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan penelitian merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, mungkin sejak lahir sampai akhir hayat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat bagi manusia. Pendidikan sangat penting, sebab dengan proses pendidikan manusia dapat mengembangkan semua potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mendukung penelitian ini serta mempermudah pembaca dalam memehami topik yang ada, penulis membubuhkan : A. Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen Metode Eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurunnya peringkat pendidikan di Indonesia dari peringkat 65 pada tahun 2010 menjadi 69 pada tahun 2011 cukup menyesakkan dada. Pasalnya, peringkat pendidikan

Lebih terperinci

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri PENINGKATAN EFEKTIFITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA INDIKATOR KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN NGLETIH KABUPATEN KEDIRI YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMANFAATAN MEDIA KELAS IV SD NEGERI NGEPUNGROJO

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA Dinamika Vol. 4, No. 4, April 2014 ISSN 0854-2172 PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA SDN Pangkah 01 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Materi Magnet 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar secara umum terbagi menjadi dua kata penting, yakni hasil dan belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas, unggul dan berdaya saing. Kualitas

Lebih terperinci

Daenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN

Daenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF (JIGSAW) PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DI KELAS IV SD NEGERI SEPANJANG JAYA II TAHUN 2015 Daenah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Di dalam mengajar ilmu pengetahuan, metode menurut Soedomo Hadi (2008: 109) metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Setono No.95 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta pada kelas II tahun ajaran 2015/2016 dengan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Hildayanti Anwar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

ERIK SUPRIANTO K

ERIK SUPRIANTO K MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X JURUSAN KEPERAWATAN 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan oleh guru. Tindakan dapat dikatakan bersifat edukatif bila berorentasi pada pengembangan diri atau pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran IPA di SD adalah agar siswa memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan kehidupan ilmiah yang sederhana,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD ARTIKEL PENELITIAN Oleh: SETYA PERMATASARI NIM F33208043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu kualitatif deskriptif. Akbar (2009:13)

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN APLIKASI PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) MODEL RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN 2006-2007 HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aktivitas atau upaya sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup,

Lebih terperinci

Kanti Sukowati 9. Kata Kunci: metode demonstrasi, hasil belajar. Guru Kelas VI A SDN Darungan 01 Kec. Tanggul

Kanti Sukowati 9. Kata Kunci: metode demonstrasi, hasil belajar. Guru Kelas VI A SDN Darungan 01 Kec. Tanggul MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIA SDN DARUNGAN 01 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER Kanti Sukowati 9 Abstrak. Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Sukarame yang beralamat di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK MENERUSKAN CERITA SISWA KELAS V SDN 02 ALASTUWO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: Pujowati A54E131028

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: Pujowati A54E131028 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATERI GERAK BENDA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS III SEMESTER GENAP SDN TAMBAHARJO 01 PATI TAHUN 2014/2015 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KajianTeori 2.1.1 Metode Eksperimen Menurut M. Firdaus Zarkasi (2009), dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan

Lebih terperinci

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Oleh : MUTHOHIR NIM X

Oleh : MUTHOHIR NIM X PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PENGARUH GAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SARADAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh : MUTHOHIR NIM X9707022 Laporan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN STRATEGI BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 3 SENGON PRAMBANAN, KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN STRATEGI BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 3 SENGON PRAMBANAN, KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN STRATEGI BERPASANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 3 SENGON PRAMBANAN, KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

INDRIYATI HEMETO (Mahasiswa S1 Jurusan PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M.

INDRIYATI HEMETO (Mahasiswa S1 Jurusan PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta, M.Pd Irvin Novita Arifin, S.Pd, M. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGARUH GAYA TERHADAP GERAK BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KLEAS IV SDN 21 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO INDRIYATI HEMETO (Mahasiswa S1 Jurusan

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Organ Tubuh Manusia Melalui Model Pembelajaran Langsung di Kelas IV SDN 02 Karamat

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Organ Tubuh Manusia Melalui Model Pembelajaran Langsung di Kelas IV SDN 02 Karamat Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Organ Tubuh Manusia Melalui Model Pembelajaran Langsung di Kelas IV SDN 02 Karamat Sarkia S. Manto, Hartono D. Mamu, Jamaluddin M. Sakung Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : KUNCORO PUTRI NIM : K 4303035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kurnia (2007: 1.3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kurnia (2007: 1.3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar secara bahasa berarti berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan (Qodratillah, 2008: 24). Namun demikian,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PUZZLES PICTURE GAME PADA MATERI AJAR FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA UDIN ZAENUDIN SDN SUKARESMI ABSTRAK

PENGGUNAAN PUZZLES PICTURE GAME PADA MATERI AJAR FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA UDIN ZAENUDIN SDN SUKARESMI ABSTRAK PENGGUNAAN PUZZLES PICTURE GAME PADA MATERI AJAR FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA UDIN ZAENUDIN 19680117 199203 1 007 SDN SUKARESMI ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya minat dan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di SMA Batik 1 Surakarta, berlokasi di Jl. Slamet Riyadi 445 Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada semester genap kelas X IPS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini bagian yang pertama akan dijelaskan tentang halhal yang berkaitan dengan matematika mulai dari pengertian matematika, karakteristik matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Jenengan 3 Sawit Boyolali. Penelitian ini dilaksanakan khususnya di kelas IV SD N Jenengan 3 Sawit

Lebih terperinci