Mengawal Sistem Pemilu Proporsional Terbuka
|
|
- Liana Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mengawal Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Nico Harjanto, PhD Rajawali Foundation Disampaikan pada Diskusi Bulanan FORMAPPI bertema Mengawal Proporsional Terbuka pada hari Kamis, 12 Januari 2012
2 Varian Sistem Pemilu governability representativeness Plurality Systems Mixed Systems Proportional Systems 1. Plurality System in SMCs (firstpast-the-post/fptp) 1. Mixed-member 1. PR in MMCs: daftar tertutup Majoritarian (MMM) atau daftar terbuka 2. Majority-Plurality in SMCs 2. Compensatory PR with Threshold 3. Plurality System dengan 2. Mixed-member 3. Personalized PR with perwakilan minoritas (termasuk Proportional (MMP) Threshold SNTV) 4. Plurality System in MMCs 4. Single Transferable Vote 5. Plurality System dengan daftar urut proporsional (termasuk juga Segmented System) (STV) System 5. PR murni Selain itu, dikenal juga adanya Block Vote, Alternative Vote, the Two Round System. Keterangan: SMC - Single-member Constituency; MMC - Multi-member Constituency; PR - Proportional Representation; SNTV - Single Non-transferable Vote System Diolah dari Nohlen, 2000: 180; Shugart and Wattenberg, 2001
3 Sistem Pemilu PR Sistem pemilu PR: berbasis partai politik atau pengelompokan politik (aliansi, koalisi, grouping). rasionalitas: mendekatkan perolehan suara kontestan pemilu dengan perolehan kursi di lembaga legislatif. mensyaratkan multi-member constituencies (MMC) yaitu kursi jamak di setiap dapil. lebih memastikan adanya descriptive representation, yaitu perwakilan yang wajar untuk berbagai kelompok penting di masyarakat (Hannah Pitkin, 1967) Keunggulan: memastikan proporsionalitas antara perolehan suara dan kursi serta tidak akan membuang suara terlalu banyak, kecuali ada parliamentary threshold yang tinggi mendukung perwakilan yang representatif karena minoritas dan kelompok-kelompok terpinggirkan memiliki peluang yang cukup tinggi untuk dapat memperoleh kursi. mendorong orang-orang yang memiliki ideologi politik yang sama untuk mendirikan partai memajukan parpol siap dengan kandidat, program, dan kemampuan kampanye di hampir semua distrik pemilihan. PR terbuka mendukung populist conception of fairness (Adrian Blau, 2005) karena pemilih yang pada akhirnya menentukan siapa wakilnya, bukan petinggi partai, berdasar suara terbanyak. Kelemahan: cenderung mendorong terbentuknya pemerintahan koalisi atau kohabitasi. cenderung menyebabkan fragmentasi kepartaian sulit meminta pertanggungjawaban dari partai atau wakil rakyat karena mereka senantiasa bisa saling melempar tanggung-jawab (akibat hubungan tiga pihak: pemilih, partai, dan wakil rakyat). dapat mengakomodasi kekuatan-kekuatan yang dapat merusak tatanan demokrasi sendiri. cenderung rumit dan pelaksanaan pemilu lebih mahal
4 Sistem Proporsional Terbuka: Tantangan dan ekses Kompetisi inter- dan intra-party lebih tajam, biaya kampanye tinggi, ongkos politik mahal money politics, black campaign Kompetisi makin individual liberalisasi persaingan, konflik horisontal Partai politik kurang berperan deparpolisasi, era konsultan politik Kurang bersahabat dengan perempuan, kandidat minoritas, kelompok marginal, dan kandidat miskin political capital aristokratisasi politik Mendorong pragmatisme politik, uang mengalahkan ideologi materialisme politik Terlalu banyak pilihan, terlalu sedikit informasi dan interaksi jalan pintas tradisional, transaksional, atau abstain
5 Perlukah Mundur ke Sistem PR Tertutup? TIDAK 1 Legislative elections work best when they offer opportunities for multiple winners, and thus afford voters an array of viable options. Voters under low-magnitude open-list systems are better able than those in other systems to identify and hold their representatives accountable (Carey and Hix, The Electoral Sweet Spot: Low Magnitude Proportional Electoral Systems, 2011: 395). Chang and Golden Electoral Systems, District Magnitude, and Corruption (BJPS, 2007): korupsi lebih rendah di negara-negara dengan Sistem PR terbuka dibandingkan dengan Sistem PR tertutup, tapi yang rata-rata district magnitude-nya di bawah 10 kursi. Sebaliknya, jika dengan district magnitude yang tinggi (di atas 20 kursi), open-list systems are associated with more corruption. Untuk mengurangi pilihan yang terlalu banyak, district magnitude di buat yang moderat (kecuali daerah padat penduduknya), party magnitude diperkecil (bisa dikompensasi party list), dan penciutan jumlah kontestan (barrier to entry ditinggikan) Kekacauan dan kerumitan dalam Pemilu 2009 lalu karena perubahan aturan main pada saat proses sudah berjalan penyelenggara gagap, kontestan tidak siap, kandidat kurang waktu sosialisasi Sistem PR terbuka membuat oligarki partai tidak dominan partai sentralistik, kurang akuntabel, kepemimpinan individual vis-à-vis preferensi publik
6 Perlukah Mundur ke Sistem PR Tertutup? TIDAK 2 Dengan waktu persiapan yang cukup, inter- dan intra-party competition dapat lebih kompetitif, sehat dan tidak sekedar transaksional partai dan kandidat harus menggarap dapil, aksi nyata, rekam jejak Pengalaman buruk PR terbuka 2009 menjadi pelajaran mahal di 2014 koordinasi kampanye, pembagian wilayah konstituensi, penguatan mesin politik, penciptaan sukarelawan, dll menjadi kebutuhan PR terbuka membantu semua parpol untuk memiliki mesin pemenangan pemilu yang banyak, relatif mandiri antar unitnya, dan cost-efficient di tingkat lokal bagi parpol. DPP Parpol dituntut peran koordinasi dan kampanye yang capital intensive di pusat. Jika masalahnya adalah melemahnya parpol, maka ada empat faktor yang bisa dimodifikasi: besaran legislatif, besaran district magnitude, formula alokasi kursi, dan struktur balloting dan aspek pemberian suaranya (Rein Taagepera, 2007). Aspek balloting kurang dieksplorasi untuk memajukan kompetisi antar kandidat dan melindungi kandidat pilihan partai single marking dalam kartu suara, daftar kandidat terbatas di setiap dapil untuk representasi gambar parpol. USULAN KONKRET MODIFIKASI KARTU SUARA DAN PEMBERIAN SUARA: setiap pemilih hanya menandai sekali, di gambar partai atau nama kandidat akumulasi suara partai Partai menyiapkan daftar calon sekitar 2-3 calon di setiap dapil. Jika partai mendapat kursi, dan gambar parpol mendapat suara terbanyak, maka kandidat di daftar calon parpol nomor urut satu berhak atas kursinya. Kursi berikutnya ke suara terbanyak kedua, dan seterusnya. jumlah nama di kartu suara lebih sedikit, parpol dapat menyiapkan kader-kader potensialnya, kampanye DPP untuk menandai gambar parpol ada gunanya, kandidat di daerah dapat lebih bebas memperkenalkan dirinya.
NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU
NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU SISTEM PEMILU Pilihan atas sistem pemilu merupakan salah satu keputusan kelembagaan yang paling penting bagi negara demokrasi di manapun. Pilihan sistem
Lebih terperinciSISTEM PEMILIHAN UMUM
SISTEM PEMILIHAN UMUM Sistem pemilihan umum dapat dibedakan menjadi dua macam: pemilihan mekanis dan pemilihan organis Dalam sistem mekanis, partai politik mengorganisir pemilihan-pemilihan dan partai
Lebih terperinciTOPIK. Konsepsi SISTEM PEMILU
TOPIK Konsepsi SISTEM PEMILU By Andri Rusta Mata Kuliah Sistem Perwakilan Politik Semester Genap 2010/2011 Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas 7 April 2011 1 DEMOKRASI Dalam khasanah ilmu politik,
Lebih terperinciTINJAUAN SINGKAT TENTANG SISTEM PEMILU
TINJAUAN SINGKAT TENTANG SISTEM PEMILU YANG DIUSULKAN DALAM RANCANGAN AMANDEMEN TERHADAP UU No. 3/1999 Tentang Pemilu ISI: Pengantar Beberapa Kriteria untuk Menilai Sistem Pemilihan Beberapa Petunjuk Praktis
Lebih terperinciSISTEM PEMILU DI JERMAN
SISTEM PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan demokrasi parlementer berbentuk negara federasi. Organ konstitusi yang sangat dikenal masyarakat adalah Parlemen Federal, Bundestag. Anggotanya dipilih langsung
Lebih terperinciSistem Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI Periode )
Sistem Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI Periode 2012-2017) I. Pemilihan Umum Pengisian lembaga perwakilan dalam praktik ketatanegaraan demokratis lazimnya
Lebih terperinciFISIBILITAS SISTEM PEMILU CAMPURAN: UPAYA MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL DI INDONESIA 1
FISIBILITAS SISTEM PEMILU CAMPURAN: UPAYA MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL DI INDONESIA 1 FEASIBILITY OF MIXED ELECTORAL SYSTEM: EFFORTS TO STRENGTHEN PRESIDENTIAL SYSTEM IN INDONESIA Moch. Nurhasim Peneliti
Lebih terperinciPEMILU. Oleh : Nur Hidayah
PEMILU Oleh : Nur Hidayah A. PENGERTIAN PEMILU Merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan
Lebih terperinciDAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN PDIP PPP PD
DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN POIN NO.DIM RUU FRAKSI USULAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU 59 (1) Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi,
Lebih terperinciPartisipasi Politik dan Pemilihan Umum
Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan
Lebih terperinciImplication, the Application, the system of general election, direct election. By: Bustanuddin, S.H., LL.M. Abstrac
1 Implikasi Penerapan Sistem Pemilihan Umum Tertentu Terhadap Hasil Pemilihan Umum Di Indonesia By: Bustanuddin, S.H., LL.M. Abstrac General Election is a mean of transferring power in a state. The system
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pembahasan dalam bab sebelumnya (Bab IV) telah diuraikan beberapa ketentuan pokok dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD 2009 dan 2014
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM PEMILU
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM PEMILU (MANUAL MAHASISWA) Bobot sks Kode Mata Kuliah : : 2 sks FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 0 PENGESAHAN 1. Nama Mata Kuliah :
Lebih terperinciBAB II TINAJAUAN UMUM TENTANG PEMILU DAN KONSEPS DASAR PEMBENTUKAN PARLIAMENTERY THRESHOLD DI INDONESIA
BAB II TINAJAUAN UMUM TENTANG PEMILU DAN KONSEPS DASAR PEMBENTUKAN PARLIAMENTERY THRESHOLD DI INDONESIA 2.1 Pemilihan Umum Legislatif Dalam sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan yang demokrasi
Lebih terperinciDemokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat
PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT
Lebih terperinciURGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober
Lebih terperinciAbstract. Keywords: election, the electoral system, and a system of proportional open list
SISTEM PROPORSIONAL DAFTAR CALON TERBUKA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh: Meisari
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF
DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF Susilo Imam Santosa I Ketut Suardita Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Constitutionally Indonesia adopted a presidential
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :
SISTEM PROPORSIONAL DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI INDONESIA Mega Putri Rahayu*, Lita Tyesta A.L.W, Ratna Herawati. Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail : megaput17@yahoo.com
Lebih terperinciSuprastruktur Politik, Tenno & Masyarakat serta Sistem Pemilu dan Kepartaian Jepang
Nama : Ansor Budiman NIM : 130205098 Suprastruktur Politik, Tenno & Masyarakat serta Sistem Pemilu dan Kepartaian Jepang Jepang menganut sistem pemerintahan parlementer, oleh karena itukekuasaan lembaga
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciRDPU Baleg DPR RI. 14 Juli 2010
RDPU Baleg DPR RI 14 Juli 2010 Perlu lebih sederhana: Pemilih terlalu dirumitkan dengan banyak calon dalam surat suara yang besar Konsistensi sistem: proporsinalitas perlu ditingkatkan Calon terbaik parpol
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun
Lebih terperinciIsu Seputar Partai Politik: Kontroversi Calon Independen Dalam Pemilihan Kepala Daerah
Isu Seputar Partai Politik: Kontroversi Calon Independen Dalam Pemilihan Kepala Daerah Sistem Pemilihan Umum (Pemilu) yang berlaku di berbagai negara sangat mempengaruhi sistem kepartaian yang dianut.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan
119 BAB V PENUTUP A. Simpulan Calon legislatif merupakan lembaga perwakilan yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap rancangan undang-undang
Lebih terperinciUSULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1
USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF PENGATURAN SISTEM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI INDONESIA
Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186 Volume 10 Issue 2, April-June 2016: pp. 221-412. Copyright Volume 10 Issue 2, April-June 2016. 2015-2016 FIAT JUSTISIA. Faculty of Law, Lampung University, Bandarlampung,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada dalam bingkai interaksi politik dalam wujud organisasi negara. Hubungan negara dan rakyat
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF ERA REFORMASI DI INDONESIA
128 PERBANDINGAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF ERA REFORMASI DI INDONESIA Bismar Arianto 1 Abstract Throughout the era of reformation there has been three times of legislative elections of
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya
BAB V KESIMPULAN Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya ekonomi yang dimiliki seseorang mampu menempatkannya dalam sebuah struktur politik yang kuat dan penting. Yang secara
Lebih terperinciSISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017
SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperincipublik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.
BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak ilmuwan politik sepakat bahwa kondisi penting untuk. menyukseskan transisi menuju demokrasi adalah pemilu.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Banyak ilmuwan politik sepakat bahwa kondisi penting untuk menyukseskan transisi menuju demokrasi adalah pemilu. Pemilu memang penting, tetapi belumlah cukup.
Lebih terperinciPARTISIPASI POLITIK PEMILU
PARTISIPASI POLITIK PEMILU DEMOKRASI TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami A. B. Partisipasi Politik Pemilu C. Demokrasi PARTISIPASI POLITIK DINAMIKA PARTISIPASI POLITIK Awalnya studi
Lebih terperinciKronologi perubahan sistem suara terbanyak
Sistem Suara Terbanyak dan Pengaruhnya Terhadap Keterpilihan Perempuan Oleh: Nurul Arifin Jakarta, 18 Maret 2010 Kronologi perubahan sistem suara terbanyak Awalnya pemilu legislatif tahun 2009 menggunakan
Lebih terperinciSistem Pemilihan Umum
Sistem Pemilihan Umum Sistem pemilihan mekanis Melihat bahwa rakyat terdiri atas individu-individu. Sistem ini dalam pelasanannya dilakukan dengan dua cara yaitu sistem perwakilan distrik/mayoritas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas
Lebih terperinciFormula Penyederhanaan Jumlah Partai Politik Di Parlemen Pada Pemilihan Umum Indonesia Nico Handani Siahaan
Formula Penyederhanaan Jumlah Partai Politik Di Parlemen Pada Pemilihan Umum Indonesia Nico Handani Siahaan Abstract Formula of maximum threshold figures are naturally able to suppress or reduce the amount
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. masyarakat yang diberikan pada kandidat-kandidat partai politik.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam sistem demokrasi prosedural sebagaimana diterapkan di Indonesia, tidak dapat dipungkiri salah satu implikasinya adalah akan hadir partai politik yang ingin meraih kekuasaan
Lebih terperinciPEMILIHAN UMUM DAN SISTEM KEPARTAIAN : SUATU STUDI TERHADAP PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA MEDAN 2004
PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM KEPARTAIAN : SUATU STUDI TERHADAP PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA MEDAN 2004 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi S-1 di
Lebih terperinciIsu Krusial RUU Pemilu 1. Bayu Dardias
Isu Krusial RUU Pemilu 1 Bayu Dardias bayudardias@ugm.ac.id http://bayudardias.staff.ugm.ac.id Pemilu pada dasarnya adalah setumpuk hal ihwal teknis yang berusaha untuk mentransfer suara pemilih menjadi
Lebih terperincidilaksanakan asas langusng, umum,bebas, rahasia, jujur dan adil. 2
41 BAB III SISTEM PEMILU PROPORSIONAL TERBUKA DALAM PENGUATAN KEANGGOTAAN DPR RI A. Sistem Proporsional Terbuka Menurut Farrel, sistem proporsional selalu diasosiasikan dengan nama 4 empat orang, yaitu
Lebih terperinciPemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris
Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia Oleh Syamsuddin Haris Apa Masalah Pemilu-pemilu Kita? (1) Pemilu-pemilu (dan Pilkada) semakin bebas, demokratis, dan bahkan langsung,
Lebih terperinciPenataan Ulang Dapil
Penataan Ulang Dapil Dengan sedikit perubahan pada tahun 2008, daerah pemilihan anggota DPR dan DPRD yang ada sekarang ini tidak hanya sudah berlaku selama tiga kali pemilu (2004, 2009, dan 2014), tetapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat
Lebih terperinciOleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1
Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)
Lebih terperinciAntara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004
Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004 Paparan untuk Sidang Para Uskup Konferensi Waligereja Indonesia Jakarta, 4 November 2003 Yanuar Nugroho yanuar-n@unisosdem.org n@unisosdem.org
Lebih terperinciKOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK
KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 12 Dr. Fakultas PASCASARJANA Perilaku Pemilih Heri Budianto.M.Si Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Konsep dan Definisi Perilaku Pemilih
Lebih terperinciKOMUNIKASI POLITIK CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD KABUPATEN KENDAL.
KOMUNIKASI POLITIK CALON LEGISLATIF DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD KABUPATEN KENDAL. (Studi Perbandingan Strategi Kampanye Calon Legislatif PKB Berlatar Belakang Keluarga Ulama Dan Keluarga Biasa Pada
Lebih terperinciPemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan
x 2.2.2. Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis... 224 3. Ringkasan... 226 BAB IV. ELECTORAL VOLATILITY NASIONAL DAN LOKAL: SEBUAH PERBANDINGAN... 228 A. Membandingkan Electoral Volatility
Lebih terperinciPEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD Disampaikan oleh juru bicara FKB DPR RI : Dra. Bariyah Fayumi, Lc Anggota
Lebih terperinciSEJARAH PEMILU DUNIA
SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan
Lebih terperinciMEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA
MEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA UU PEMILU? SETTING SOSIAL- POLITIK KETIKA UU DIPRODUKSI?
Lebih terperinciPemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan
Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan RZF / Kompas Images Selasa, 6 Januari 2009 03:00 WIB J KRISTIADI Pemilu 2009 sejak semula dirancang untuk mencapai beberapa tujuan sekaligus. Pertama, menciptakan
Lebih terperinciSistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1
S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam
Lebih terperinciElectoral Law. Electoral Process. Electoral Governance
Gregorius Sahdan, S.IP, M.A Direktur The Indonesian Power for Democracy (IPD), Staf Pengajar Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD APMD Yogyakarta Email: gorissahdan@yahoo.com Nohp: 085 253 368 530
Lebih terperinciPeran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu
Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu Oleh: Hardinata Abstract In the culture of Elections in Indonesia, one of new challenge for Indonesia is the Regional Election directly initiated
Lebih terperinciA. Kesimpulan BAB V PENUTUP
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini yang fokus terhadap Partai Golkar sebagai objek penelitian, menunjukkan bahwa pola rekrutmen perempuan di internal partai Golkar tidak jauh berbeda dengan partai
Lebih terperinciSindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat
Sindikasi Pemilu dan Demokrasi Jl. Proklamasi No. 65, Jakarta Pusat Info.spdindonesia@gmail.com +621 3906072 www.spd-indonesia.com Pandangan SPD terhadap RUU Penyelenggaraan Pemilu Pilihan Sistem Pemilu;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia
Lebih terperinciEfek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental
Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html
Lebih terperinciPENGERTIAN PARTAI POLITIK
PENGERTIAN PARTAI POLITIK Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
Lebih terperinciPEMILU JERMAN 2017: PARTAI, ISU DAN MASA DEPAN POLITIK JERMAN
PEMILU JERMAN 2017: PARTAI, ISU DAN MASA DEPAN POLITIK JERMAN EKO PRASOJO DEKAN DAN GURU BESAR FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA Sistem Pemilihan Umum di Jerman (Pemilihan Bundestag -1)
Lebih terperinciMenuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015
Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada
Lebih terperinciJudul Penelitian : Oleh. Hendra Fauzi
LAMPIRAN PEDOMAN PENELITIAN (Pedoman wawancara dan observasi ini hanya sebagai penuntun di lapangan penelitian, karena pertanyaan bersifat terbuka dan dinamis sesuai dengan perkembangan di lapangan penelitian)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperinciWORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012
WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012 MEMBACA TEKS UNDANG-UNDANG PEMILU NO 8 TH 2012-DIANALISIS DARI KONTEKS LAHIRNYA UU TERSEBUT, KEPENTINGAN APA DAN SIAPA YANG IKUT MENENTUKAN LAHIRNYA UU PEMILU?
Lebih terperinciJakarta, 12 Juli 2007
PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRAT TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Juru Bicara : drh. Jhony
Lebih terperinciH. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI
H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Ceramah Disampaikan pada Forum Konsolidasi Pimpinan Pemerintah Daerah Bupati, Walikota, dan Ketua DPRD kabupaten/kota Angkatan III 2010 di Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas-RI).
Lebih terperinciDermawan Zebua DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
PENGARUH PERUBAHAN SISTIM PEMILU TERHADAP TINGKAT AKUNTABILITAS ANGGOTA LEGISLATIF TERPILIH PADA PEMILU 2009 (Studi pada Daerah Pemilihan IV, Kabupaten Nias) Dermawan Zebua 040906045 DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Lebih terperinciAsal Muasal Dana Partai
Asal Muasal Dana Partai Secara umum partai politik (parpol) tidak lepas dari yang namanya biaya partai. Namun faktor pembiayaan parpol ini bukan menjadi satu-satunya kekuatan partai. Berbeda dengan negara-negara
Lebih terperinciPEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008
PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan
Lebih terperinciPEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Policy Brief [04] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Sukses-tidaknya pemilu bisa dilihat dari sisi proses dan hasil. Proses pemilu dapat dikatakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.
BAB IV KESIMPULAN Pelaksanaan pemilu 2009 yang berpedoman pada UU No. 10 Tahun 2008 membuat perubahan aturan main dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Melalui UU tersebut diharapkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II PELAKSANA PENGAWASAN
- 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
EXECUTIVE SUMMARY Expert Meeting tentang Perubahan Paket Undang-Undang Politik A. Gambaran Umum Kegiatan expert meeting ini terselenggara atas kerjasama LSPP, CETRO, PSHK, dan IPC. Pertemuan ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan kedaulatan rakyat. Prinsip tersebut telah disepakati para pendiri bangsa menjelang Proklamasi
Lebih terperinciJurnal Saintech Vol No.02-Juni 2016 ISSN No
PENTINGNYA PEMBENAHAN DAERAH PEMILIHAN Oleh : Benyamin Pinem, ST.,MM Ketua KPU Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Abstract The purpose of this research is to : 1) maximizing the representation candidate
Lebih terperinciCara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)
Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (3) Oleh MIFTAKHUL HUDA* Sebelumnya telah dikemukakan Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Caleg Terpilih (1) untuk Pemilu
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN. Akuntabilitas Anggota Legislatif Terpilih Pada Pemilu 2009.
DAFTAR PERTANYAAN I. Kata Pengantar Dengan Hormat, Sehubungan dengan penyelesaian Skripsi yang sedang saya lakukan di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, maka saya melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa kehadiran partai-partai politik di tengah masyarakat. Keberadaan partai-partai politik juga merupakan salah satu
Lebih terperinciIMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF
IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF Oleh I Gede D.E. Adi Atma Dewantara I Dewa Gde Rudy Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract In the
Lebih terperinciPengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Pengantar Ketua KPU Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh. Kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena modul yang sudah lama digagas ini akhirnya selesai juga disusun dan diterbitkan oleh
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP Setelah menjelaskan berbagai hal pada bab 3, 4, dan 5, pada bab akhir ini saya akan menutup tulisan ini dengan merangkum jawaban atas beberapa pertanyaan penelitian. Untuk tujuan itu, saya
Lebih terperinciPENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP
PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL SUMONO, SH Abstrak Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan perwujudan demokrasi dalam sistem presidensiil. Namun sistem presidensiil
Lebih terperinciBAB V. Penutup. A. Kesimpulan
BAB V Penutup A. Kesimpulan Kuasa uang dalam pemilu dengan wujud money politics, masih menjadi cara mutakhir yang dipercaya oleh calon anggota legislatif untuk menjaring suara masyarakat agar mampu menghantarkan
Lebih terperinciPENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH
Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan
Lebih terperinciANALISIS SEBARAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DAN 2014 KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH (KORELASI TEORI CLIFFORD GEERTZ)
ANALISIS SEBARAN PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DAN 2014 KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH (KORELASI TEORI CLIFFORD GEERTZ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu
Lebih terperinciMateri Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.
Partai Politik Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Definisi Partai Politik. Fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara di berikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era demokrasi pasca reformasi di Indonesia kini, setiap warga negara di berikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari analisis hasil penelitian sebagaimana dikemukakan dalam bab sebelumnya. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis hasil penelitian sebagaimana dikemukakan dalam bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk sistem kepartaian di Indonesia berdasarkan
Lebih terperinci