publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.
|
|
- Fanny Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik menarik kepentingan antara dua kutub kekuatan itu menentukan nasib petani dan penduduk miskin. Hal ini disebabkan karena Masyarakat Sipil tidak mempunyai kapasitas untuk menuntut perubahan-perubahan kebijakan yang ditujukan pada Masyarakat Politik. Sehingga, hanya menggantungkan pada kekuatan oligarki politik baru. Ketika elemen-elemen kekuatan oligarki politik baru solid dan berkuasa dalam Pemerintahan, perubahan kebijakan menuju proteksi yang dihasilkannya terwujud walaupun hanya bersifat moderat karena, hubungan patronase antara birokrat, politisi-politisi lama, dan pengusaha-pengusaha, yang didukung oleh lembaga-lembaga internasional dan negara-negara Barat sangat kuat. Sebaliknya, ketika oligarki politik baru terpecah, pengaruh perubahan kebijakan yang dihasilkannya negatif atau tidak berpengaruh sama sekali dengan alasan yang sama. Walaupun demikian, dalam suatu sistem politik yang demokratis proses pengambilan kebijakan berjalan sangat dinamis. Kelompok kekuatan penentang liberalisasi akan mengadakan tuntutan di berbagai level yakni, birokrasi pemerintah, parlemen, dan demonstrasi publik. Survai ini membenarkan bahwa akor-aktor politik dan bisnis lokal pada masa Orde Baru dan aktor-aktor politik global dapat bertahan dalam situasi politik demokrasi yang baru. Bahkan dalam sektor perberasan aliansi diantara pelaku bisnis lokal dan internasional, birokrat, politisi, dan lembaga-lembaga internasional IMF dan Bank Dunia yang mendapat dukungan negara-negara Barat menjadi semakin kuat dengan adanya kebijakan liberalisasi, walaupun telah lahir rezim politik reformasi. Oleh sebab itu mereka masih memiliki pengaruh yang menentukan terhadap proses pengambilan kebijakan publik pada sektor pangan pada umumnya dan sektor kebijakan perberasan khususnya. Kegagalan pengendalian liberalisasi sektor perberasan pada masa rezim reformasi tidak terlepas dari dominasi oligarki politik masa Orde Baru. Dalam sistem politik demokratis, oligarki politik lama dapat bertahan dan menyesuaikan diri dengan sistem demokrasi yang ada karena sistem politik multi-partai telah memberikan peluang bagi mereka untuk menguasai lembaga-lembaga politik demokrasi. Oligarki politik pendatang baru tidak mampu mendominasi proses pengambilan kebijakan
2 publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. Dalam sistem multi-parpol kompetisi politik mengejar karier sangat tinggi sehingga, memaksa partai-partai politik menggunakan mesin partai untuk memobilisasi suara dukungan konstituen. Mobilisasi konstituen melalui mesin parpol memerlukan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, pada umumnya partai-partai politik mempunyai perilaku yang pragmatis dalam menentukan pilihan-pilihan politik. Sebagian besar dari elemen-elemen kekuatan politik reformis juga tidak luput dari pengaruh pemikiran pragmatis dan memutuskan untuk berkoalisi dengan oligarki politik masa Orde Baru. Oleh sebab itu kekuatan oligarki politik reformis baru menjadi semakin lemah. Sehingga, praktek-praktek pemburuan rente menjadi semakin berkembang luas di kalangan lembaga-lembaga birokrasi pemerintah. Kebijakan impor beras bukan hanya memberikan keuntungan bagi aktor-aktor politik lama akan tetapi juga politisi-politisi reformis. Perilaku politik partai-partai politik reformis memiliki andil yang besar dalam mendukung kebijakan liberalisasi pasar beras dalam negeri dan impor. Sama halnya dengan parpol lama yang dekat dengan Suharto, parpol reformis tidak dapat menghindar dari praktek-praktek pemburuan rente. Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah bahwa untuk mempertahankan karier politik mereka harus mampu memobilisasi dukungan konstituen melalui mesin parpol. Dengan demikian, dominasi aktor-aktor pendukung liberalisasi bukan hanya melibatkan aktor-aktor lama yang terikat dalam oligarki politik masa Orde Baru, akan tetapi juga politisi-politisi baru dari partai-partai politik reformis. Terbukti, perubahan perubahan kebijakan dalam masa awal reformasi ditentukan oleh pola kekuatan koalisi antar parpol yang ada dalam Pemerintahan dan Parlemen. Ketika oligarki politik baru yang terdiri dari parpol reformis masih dapat bersatu dan terlibat dalam kabinet Pemerintahan Gus Dur dan Megawati, perubahan-perubahan kebijakan menuju perlindungan terhadap petani dan kelompok miskin dapat terwujud. Pada masa Pemerintahan Gus Dur dan Megawati, oligarki politik baru yang didukung oleh ormas petani, NGOs, dan beberapa Kepala-kepala Daerah, dapat menghasilkan perubahan-perubahan kebijakan seperti penetapan tariff impor beras, pemutusan hubungan dengan IMF, dikembalikannya subsidi input, dan larangan impor beras. Pada masa Pemerintahan Gus Dur dan Megawati, Partai politik GOLKAR tetap dapat mempertahankan keberadaannya dan memperoleh dukungan konstituen yang besar. Walaupun para technokrat masa Orde Baru tidak menduduki posisi sebagai menteri akan tetapi mereka masih mempunyai posisi yang kuat dalam proses pengambilan kebijakan.
3 Kelompok Mafia Berkely menduduki posisi dominan sebagai penasehat Presiden. Kelompok technokrat ini masih bertahan hingga Pemerintahan SBY. Orientasi pemikiran dari para technocrat itu itu adalah liberal. Dengan dukungan yang kuat dari lembaga-lembaga internasional IMF, Bank Dunia, WTO, dan negara-negara Barat kebijakan perberasan yang liberal tetap bertahan. Sehingga, pelaku bisnis importir beras domestik pada masa Orde Baru yang terdiri dari importir-importir yang dekat dengan oligarki politik masa Orde Baru juga dominan. Oligarki politik baru yang terdiri dari elemen-elemen kekuatan reformis hanya mampu mengendalikan secara terbatas melalui kebijakan de-liberalisasi sektor perberasan. Pada masa awal transisi demokrasi, parpol reformis relatif masih dapat bersatu dan mendukung kebijakan de-liberalisasi sektor beras. Walaupun rezim politik reformasi yang demokratis telah lahir, partai-partai politik reformis tidak dapat mengendalikan sepenuhnya jalannya liberalisasi yang sudah dimulai sejak akhir rezim Orde Baru. Tekanan-takanan politik dari aktor-aktor politik pendatang baru seperti partai politik, Kepala Daerah, organisasi petani dan NGOs hanya mampu menghambat jalannya liberalisasi dengan dukungan dari partai politik reformis yang sedang berkuasa menjalankan Pemerintahan. Jatuhnya Suharto dan proses demokratisasi yang mengikutinya telah menghilangkan kendala-kendala partisipasi politik dari masyarakat miskin. Demokratisasi telah melahirkan aktor-aktor partai-partai politik dan Kepala-kepala Daerah yang tergantung pada dukungan suara konstituen masyarakat petani miskin. Sehingga partisipasi politik masyarakat miskin yang derepresentasikan oleh ormas petani, NGOs, dan Kepala-kepala Daerah berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan. Pengaruh yang dihasilkan dari partisipasi poltitik Masyarakat sipildan Kepala-kepala Daerah terhadap proses pengambilan keputusan tergantung pada kekuatan oligarki politik reformis baru yang terdiri dari partai-partai politik reformis yang sedang berkuasa dalam kabinet Pemerintahan yang terbentuk setelah pemilu pertama. Dalam perkembangannya kebijakan impor beras juga melibatkan politisi-politisi reformis yang hendak mempertahankan posisi politik mereka. Partai-partai politik reformis berubah menjadi pragmatis dan berkoalisi dengan elemen-elemen kekuatan politik oligarki lama. Sebagai akibatnya kekuatan oligarki politik reformis pendatang baru menjadi semakin melemah. Sehingga, pada masa Pemerintahan SBY I, aktor-aktor yang diuntungkan kebijakan liberalisasi dan impor beras menjadi lebih kuat dibandingkan dengan aktor-aktor yang dirugikan. Karena, partai-partai politik reformis terperangkap dalam kepentingan bisnis oligarki politik patrimonial sisa Orde Baru yang menguasai jaringan patronase dengan
4 birokrat dan sektor bisnis. Sehingga, kebijakan liberalisasi perberasan dalam kenyataannya tetap berjalan dan kebijakan impor dihidupkan kembali. Kebijakan liberalisasi sektor beras menjadi semakin kuat karena dapat dikendalikan oleh kekuatan oligarki politik lama yang didukung oleh elemen-elemen kekuatan politik baru yang pragmatis. Penyelundupan beras yang terjadi di Indonesia terkait dengan perilaku importir yang mendapat kemudahan dari oknum-oknum pejabat Pemerintah, DPR, penegak hukum, dan politisi-politisi. Agusdin Pulungan, Ketua Wahana Masyarakat Tani Indonesia (WAMTI), menghitung bahwa beras impor telah menurunkan harga padi sebesar 20-30%. Pemerintah tidak mampu mengendalikan impor secara efektif. Sejak tahun 2000, ton beras selundupan memasuki pasar setiap tahun. Pedagang di negara tetangga sudah mengetahui bahwa aparat Pemerintah bisa diajak main. Jika ada orang Indonesia mengimpor beras maka mereka langsung ditanya apakah berat yang dimasukkan sesuai dengan sesungguhnya (resmi) atau direndahkan ( separo nyolong ). Organisasi-organisasi petani dan NGOs di Indonesia masih menghadapi perpecahan internal dapat dikooptasi oleh Pemerintah sehingga, militansi gerakan mereka dalam menuntut perubahan-perubahan lemah. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa setelah rezim Megawati telah lahir berbagai organisasi-organisasi petani, NGOs dan kepala-kepala daerah yang semakin kuat dalam menuntut perubahan-perubahan kebijakan. Akan tetapi pengembangan kekuatan mereka tidak didukung oleh partai-partai politik reformis. Karena, partai-partai politik reformis seperti PAN, PKB, PPP, PBB dan PKS memutuskan berkoalisi dengan partai politik Pemerintah pendukung liberalisasi. Hal ini disebabkan karena dalam sistem politik multi-partai, dimana persaingan mengejar karier politik diantara partai-partai politik sangat tinggi memerlukan biaya yang besar dalam memastikan dikungan dan simpati konstituen. Proses pengambilan kebijakan publik menuju kepentingan kolektif di Indonesia mendapatkan kendala yang semakin kompleks karena partai-partai politik reformis yang pada awalnya mendukung perjuangan PDIP dalam meninggalkan pengaruh IMF mulai ikut serta dalam membangun hubungan patronase mengikuti sisa oligarki politik patrimonial Orde Baru. Kemenangan kembali SBY pada pemilu berikutnya semakin memperkuat kekuatan koalisi pendukung liberalisasi. Partai-partai politik reformis PAN, PKB, PPP, PBB, PKS dan partai-partai politik Tradisional GOLKAR dan Hanura terikat dalam koalisi pendukung liberalisasi. Sementara itu PDIP tetap berada di luar Pemerintahan didukung oleh Partai politik pendatang baru sempalan GOLKAR yaitu, Gerindra. Perubahan pola koalisi aktoraktor ini semakin memperkuat kebijakan liberalisasi dan impor beras. Terbukti kebijakan
5 impor beras menjadi semakin meningkat dan pasar beras domestik yang liberal tetap berjalan tanpa direvisi. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa walaupun partai-partai politik berusaha untuk memobilisasi suara konstituen melalui mesin partai politik akan tetapi keberhasilannya hanya terbatas. Terbukti partai-partai politik yang termasuk dalam koalisi Pemerintah menderita kekalahan dalam pemilu Legislatif tahun Dukungan konstituen terhadap Partai politik incumbent terutama GOLKAR dan Demokrat mengalami kemerosotan. Prestasi Pemerintah dalam menjalankan pembangunan yang diukur melalui parameter yang bersifat umum seperti pertumbuhan, pengangguran, inflasi, dan stabilitas nilai mata uang tidak menjadi pertimbangan bagi konstituen untuk menentukan pilihan. Gejala ini merupakan pertanda bahwa masyarakat pemilih semakin cerdas dalam menentukan pilihan-pilihan politik. Partai-partai politik tidak dapat melakukan tindakan-tindakan korupsi yang merugikan negara tanpa menghadapi resiko tidak terpilih kembali dalam pemilu baik pada level Legislatif maupun Eksekutif. Jajak pendapat publik menunjukkan rakyat pemilih jauh lebih canggih dan beragam. Akan tetapi kebanyakan rakyat pemilih ternyata mempunyai keinginan-keinginan yang kongkrit ketika ditanya tentang profil ideal kandidat yang bakal atau sedang memangku jabatan publik. Mereka mempunyai harapan bahwa pemimpin atau calon pemimpin lebih didasarkan pada penampilan seorang pemimpin yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dalam masyarakat (performance-based) daripada jaringan-jaringan ikatan primordial, suku, agama dan kelompok mafia. Perilaku politik konstituen yang rasional kondusif terhadap perubahan-perubahan pola kekuatan antar partaipartai politik. Sehingga, kebijakan publik akan mengalami pergeseran ketika oligarki politik lama menguat dan mendapat dukungan penuh Parpol yang ikut serta dalam koalisi Pemerintah. Kebijakan beras Pemerintah oligarki politik lama yang semakin liberal ini telah menjauhkan simpati konstituen petani dan penduduk miskin terhadap partai-partai politik yang terikat dalam koalisi pemeritahan SBY, terutama Partai Demokrat dan GOLKAR. Sementara itu partai-partai politik yang berada di luar Pemerintahan SBY, PDIP, Gerindra, dan Nasdem, semakin mendapat dukungan kuat dari konstituen pemilih. Sehingga, pola kekuatan koalisi antar partai politik menjadi berubah secara drastis. Sikap politik partai politik pendatang baru sempalan GOLKAR, Nasdem, dan perubahan orientasi politik partai politik reformis dan tradisional, PKB dan Hanura, memiliki andil yang besar terhadap perubahan pola koalisi antar partai politik dan membuka peluang terhadap kemungkinan terjadinya reformasi kebijakan. Pola kekuatan koalisi hasil pemilu 2014 berpengaruh besar
6 terhadap perubahan-perubahan kebijakan pada sektor pangan, beras khususnya. Dengan adanya kemenangan koalisi Partai politik PDIP, Nasdem, Hanura, dan PKPI, oligarki politik reformis baru telah menguat kembali. Akan tetapi, kendala terhadap perubahan kebijakan itu juga tidak ringan mengingat lawan politik mereka oligarki politik patrimonial sisa Orde Baru masih kuat. Kemudian yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana kemungkinan perubahan bebijakan menuju perlindungan terhadap kelompok miskin dapat terjadi di masa yang akan datang. Jika melihat perkembangan kekuatan Masyarakat sipil dan Kepala-kepala Daerah kemungkinan perubahan itu bisa terjadi apabila oligarki politik baru memiliki orientasi ideologi nasionalisme yang konsisten dan mendapatkan dukungan penuh dari semua partai politik yang ikut dalam koalisi Pemerintah baru. Kelompok-kelompok kepentingan masyarakat sipil petani dan penduduk miskin tergantung pada oligarki politik reformis pendatang baru. Ketika oligarki politik reformis menjadi semakin lemah, petani dan kelompok miskin tidak dapat menyalurkan kepentingan mereka pada Pemerintah. Kebuntuan saluran komunikasi politik antara kelompok kepentingan masyarakat sipil dengan partai-partai politik pada masa Pemerintahan SBY disebabkan karena oligarki politik lama dominan dan partai-partai politik reformis bersikap pragmatis dalam menentukan pilihan politik untuk mencapai karier dan tidak peduli bahwa pilihan politik yang pragmatis itu hanya menguntungkan elemen-elemen pendukung kekuatan ekonomi global dan bertentangan dengan kepentingan kelompok petani dan penduduk miskin. Perubahan kebijakan dapat terjadi ketika oligarki politik baru mempunyai komitmen ideologi nasionalisme ekonomi yang jelas dan mampu memenangkan pemilu baik Legislatif maupun Eksekutif, walaupun hanya mendapatkan dukungan dari partai politik pragmatis dan beberapa partai baru yang ideologis. Sehingga, saluran komunikasi politik yang selama ini macet dapat dibuka kembali, dan kelompok-kelompok kepentingan masyarakat miskin mempunyai kapasitas untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan. Akan tetapi, karena elemen-elemen kekuatan politik oligarki lama memiliki sumber-sumber kekuatan politik yang lebih besar maka perubahan-perubahan menuju keberpihakan kepentingan petani dan penduduk miskin masih menghadapi kendala yang besar. Berdasarkan survei juga dapat ditemukan bahwa sistem kepartaian diperlukan perubahan yang mendasar. Pemilihan umum yang menggunakan sistem Multi-memberdistricts dimana partai-partai politik secara proporsional dapat terwakili, mengandung cacat yang sulit diperbaiki karena, telah mengakibatkan munculnya partai-partai politik yang
7 pragmatis yang hanya mementingkan upaya untuk mencapai karier politik. Sebagai akibatnya, kekuatan Masyarakat sipil yang telah berkembang pada petengahan tahun 1980-an masa Orde Baru, yang pada masa reformasi semakin berkembang luas, menghadapi kendala yang serius dalam mengartikulasikan kepentingan mereka terhadap Pemerintah. Terdapat dua kelemahan dalam sistem politik multi-partai. Pertama, konstituen pemilih menghadapi kesulitan dalam menilai prestasi politik kandidat-kandidat partai politik. Dalam sistem Single-member-districts kelemahan ini tidak terjadi karena pilihan partai politik hanya ada dua. Sehingga sangat mudah untuk membedakan prestasi politik dari masingmasing kontestan. Oleh sebab itu, mengacu pada teori Antony Down, median voters dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan dari perilaku pemilih. Dalam sistem multipartai masyarakat pemilih akan menghadapi kesulitan untuk menilai prestasi politik Partai politik sehingga, kecenderungan perilaku median voters tidak dapat diidentifikasi. Kedua, karena masyarakat pada umumnya tidak dapat memonitor prestasi kebijakan politisi-politisi. Sehingga, mesin elektoral menjadi alat essensial untuk memobilisasi suara konstituen. Dari sinilah awal terjadinya korupsi di berbagai lembaga birokrasi pemerintah. Demi untuk mengejar karier politik kandidat-kandidat berusaha untuk menarik simpati konstituen dengan berbagai cara termasuk memberikan hadiah-hadiah. Oleh sebab itu persaingan antar partai politik dalam memperebutkan karier bersifat kontraproduktif terhadap proses demokratisasi. Akan tetapi, terdapat satu fenomena yang menarik untuk diamati pada pemilu akhir-akhir ini. Ternyata, partai-partai politik yang menjalin hubungan bisnis patronase tidak mampu memperoleh dukungan dari konstituen, seperti yang dialami oleh GOLKAR, Partai Demokrat. Di lain pihak partai politik oposisi mendapatkan dukungan konstituen yang semakin meningkat. Perubahan perilaku pemilih ini berpotensi menciptakan perubahan-perubahan kebijakan yang tunduk pada kepentingan kolektif.
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti
Lebih terperinciEfek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental
Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke
IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan lapangan, terdapat beberapa persoalan mendasar yang secara teoritis maupun praksis dapat disimpulkan sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara
Lebih terperinciREKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...
Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi
Lebih terperinciPublik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD
Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini
Lebih terperinciANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013
ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara
Lebih terperinciLegacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014
Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi LSI DENNY JA Oktober 2014 Legacy SBY di Bidang Politik dan Demokrasi Selamat Jalan Presiden SBY. Selamat datang presiden baru Joko Widodo. Selama 10 tahun menjabat
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)
DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi
Lebih terperinciSunardi Purwaatmoko 1. Kata-kata kunci: kebijakan beras, koalisi partai reformis dan oligarki politik.
Pengaruh Perubahan Pola Koalisi Antar Parpol Terhadap Proses Pembuatan Kebijakan Sektor Perberasan (Studi Kasus: Era Pemerintahan Gus Dur dan Megawati, serta Era Pemerintahan Pertama SBY) Sunardi Purwaatmoko
Lebih terperinciPelajaran dari Kasus Pansus Bank Century
INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI: Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng Jakarta Pusat 10310, Indonesia Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id
Lebih terperinciPublik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah
Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah LSI DENNY JA Oktober 2014 Mayoritas Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah Kalah lagi dalam pemilihan pimpinan MPR, Koalisi Jokowi-JK (Koalisi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah, secara otomatis merubah sistem politik di Indonesia. Hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, secara otomatis merubah sistem politik di Indonesia. Hal ini dikarenakan salah satu materi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami
Lebih terperinciSunardi Purwaatmoko 1. Kata-kata kunci: kebijakan beras, koalisi partai reformis dan oligarki politik.
Pengaruh Perubahan Pola Koalisi Antar Parpol Terhadap Proses Pembuatan Kebijakan Sektor Perberasan (Studi Kasus: Era Pemerintahan Gus Dur dan Megawati, serta Era Pemerintahan Pertama SBY) Sunardi Purwaatmoko
Lebih terperinciKajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik
Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana
Lebih terperinciPASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016
PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016 Paska Munaslub : Golkar Perlu Branding Baru? Paska Munaslub dengan terpilihnya Setya Novanto (Ketum) dan Aburizal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun
Lebih terperinciPerempuan dan Pembangunan Berkelanjutan
SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana
Lebih terperinciKAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG Lingkaran Survei Indonesia April 2014
KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG 2014 Lingkaran Survei Indonesia April 2014 1 Kata Pengantar Kampanye Negatif dan Prediksi Hasil Pileg 2014. Menjelang Pemilu 2014, gelombang kampanye negatif terhadap
Lebih terperinciMayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014
Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri LSI DENNY JA November 2014 Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segera Bubarkan Diri Mayoritas publik. sebesar 61. 20 %, ingin DPR tandingan yang
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,
Lebih terperinciSISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017
SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai
Lebih terperinciTiga Isu Menanti Kabinet Jokowi. LSI DENNY JA Oktober 2014
Tiga Isu Menanti Kabinet Jokowi LSI DENNY JA Oktober 2014 Tiga Isu Menanti Kabinet Jokowi Selamat bekerja, Kabinet Kerja! Teka-teki kabinet Jokowi telah usai. Pada tanggal 26 Oktober 2014, Jokowi telah
Lebih terperinciPKB 4,5%, PPP 3,4%, PAN 3,3%, NASDEM 3,3%, PERINDO
PRESS RELEASE HASIL SURVEI ELEKTABILITAS PARPOL ORKESTRA: ELEKTABILTAS GERINDRA UNGGUL ATAS PDIP ELEKTABILITAS JOKOWI MASIH TERTINGGI PUBLIK RESPON BAIK KINERJA PEMERINTAH Hasil survei nasional yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Partai Gerindra sebagai realitas sejarah dalam sistem perpolitikan di Indonesia, untuk yang kedua kalinya menjadi peserta di Pemilu 2014. Sebagai partai
Lebih terperinciPeningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin
Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin Jakarta, 14 Desember 2010 Mengapa Keterwakilan Perempuan di bidang politik harus ditingkatkan? 1. Perempuan perlu ikut
Lebih terperinciPILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI
PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI Agustus 2014 1 Pilkada oleh DPRD Dinilai Publik Sebagai Penghianatan Partai Mayoritas publik menolak hak politiknya untuk memilih secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan
Lebih terperinciPemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'
Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok' TEMPO.CO 15 Oktober 2012 Lihat Foto TEMPO.CO, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia memprediksi nasib partai Islam pada Pemilu 2014 bakal melemah.»partai dan tokoh
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v
i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.
Lebih terperinciADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU
ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU 1. Sistem Pemilu Rumusan naskah RUU: Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
Lebih terperinciEvaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)
Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI) www.lsi.or.id Ihtisar Sudah hampir dua tahun masyarakat Indonesia memilih partai politik
Lebih terperinciPENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?
PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif
Lebih terperinciPembaruan Parpol Lewat UU
Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. PEMBAHASAN Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses Pencalonan Non Partai Pemilihan Kepala Daerah (Tanggapan Partai Politik Khusus DIY) dapat dijabarkan
Lebih terperinciTAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI
TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran
Lebih terperinciMEDIA SURVEI NASIONAL
MEDIA SURVEI NASIONAL GRAHA MUSTIKA RATU, SUITE 707 Jl. Gatot Subroto Kav. 74-75, Jakarta 12870 Telp : 021-83709208, 83709209. Fax : 021-83795585. CP : RICO MARBUN (08121379579) www.median.or.id I. METODOLOGI
Lebih terperinciMEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015
MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga
Lebih terperinciPaska PAN Gabung Pemerintah LSI DENNY JA SEPTEMBER 2015
Paska PAN Gabung Pemerintah LSI DENNY JA SEPTEMBER 2015 Paska PAN Gabung Pemerintah Dalam seminggu ini, publik dan elite politik dikejutkan dengan sikap Partai Amanat Nasional (PAN) yang mendadak menyatakan
Lebih terperinciKelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak
Lebih terperinciHASIL JAJAK PENDAPAT PUBLIK SEPUTAR PEMILUKADA DKI JAKARTA 2012
HASIL JAJAK PENDAPAT PUBLIK SEPUTAR PEMILUKADA DKI JAKARTA 2012 Perkembangan Terkini Popularitas & Elektabilitas Kandidat, Kualitas Mesin Partai Politik, Perolehan Suara Partai DKI Jakarta Februari 2012
Lebih terperinciHARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK
HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK Agustus 2014 Harapan & Ancaman Jokowi - JK Pemerintahan Jokowi JK secara resmi akan dilantik pada Oktober mendatang. Harapan publik pada pemerintahan ini berada di posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi
Lebih terperinciJokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014
Jokowi Pasca Naiknya BBM LSI DENNY JA November 2014 Jokowi Pasca Naiknya BBM Pemerintahan Jokowi-JK akhirnya memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Jokowi menaikan dua harga BBM bersubsidi
Lebih terperinciMatahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015
Matahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015 Matahari kembar Kapolri? Mayoritas publik (63.50%) khawatir munculnya matahari kembar di kepolisian. Matahari pertama adalah Plt Kapolri yang dijabat
Lebih terperinci2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014
2014 : PEMERINTAHAN GOLKAR ATAU PEMERINTAHAN PDIP? Lingkaran Survei Indonesia Februari 2014 1 Kata Pengantar 2014: Pemerintahan Golkar atau Pemerintahan PDIP? Pemilu 2014 nantinya ditandai oleh satu monumen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciBagaimana pendapat Anda tentang susunan menteri kabinet barunya SBY?
{mosimage} Boni Hargens, Pengamat Politik UI Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan tiga misi pemerintahannya yakni kesejahteraan, demokrasi, dan keadilan. Untuk mewujudkan itu, dia telah memilih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Partai politik diberikan posisi penting
Lebih terperinciBEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014
BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014 1 Rebutan dukungan di 5 Kantong Suara Terbesar (NU, Muhammadiyah, Petani, Buruh, dan Ibu Rumah Tangga) Empat puluh hari
Lebih terperinciHead to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014
Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif Mei 2014 Head to Head Jokowi-JK Vs Prabowo-Hatta dan Kampanye Negatif Geliat partai politik dan capres menggalang koalisi telah usai. Aneka
Lebih terperinciFORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014
FORMAPPI JAKARTA, 3 APRIL 2014 DPR hasil Pemilu 2009, akan segera berakhir Kinerja para anggotanya perlu dinilai agar dapat diketahui masyarakat terutama konstituen yang telah memilihnya. Hasil penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masa Yunani kuno (Azhar, Zain & Asif, 2010). Setiap tahun Yunani memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memilih merupakan hal yang paling utama dari sebuah partisipasi dan sosialisasi politik terhadap masyarakat yang mengikuti prinsip demokrasi liberal. Konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat ditunjukkan oleh partisipasi masyarakat yang menyalurkan aspirasinya dengan cara masuk menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di daerah-daerah semakin
Lebih terperinciPT. Universal Broker Indonesia 1 MARKET OUTLOOK MEI: PILPRES. Oleh: Satrio Utomo PT. Universal Broker Indonesia. 26 April 2014
1 MARKET OUTLOOK MEI: KONSOLIDASI MENJELANG PILPRES Oleh: Satrio Utomo Jadwal Pemilu 2 11 Januari 05 April Pelaksanaan Kampanye 06 April - 08 April Masa Tenang 09 April Pemungutan dan Penghitungan Suara
Lebih terperinciPEMILU. Oleh : Nur Hidayah
PEMILU Oleh : Nur Hidayah A. PENGERTIAN PEMILU Merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Demokrasi dalam sistem politik Indonesia merupakan sebuah keniscayaan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Demokrasi dalam sistem politik Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang menjadi pilihan sistem politik moderen yang tentunya memberikan harapan besar bisa membawa
Lebih terperinciPemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan
x 2.2.2. Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis... 224 3. Ringkasan... 226 BAB IV. ELECTORAL VOLATILITY NASIONAL DAN LOKAL: SEBUAH PERBANDINGAN... 228 A. Membandingkan Electoral Volatility
Lebih terperinciPROSPEK ISLAM POLITIK
PROSPEK ISLAM POLITIK LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) Jakarta, Oktober 2006 www.lsi.or.id Konseptualisasi Prospek Islam politik Prospek Islam politik adalah kemungkinan menguat atau melemahnya Islam yang
Lebih terperinciPEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014
PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014 Kata Pengantar PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES 2014 Pemilu Legislatif 2014 telah selesai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikan demokrasi pada tingkat lokal di Indonesia. Perubahan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paska reformasi, terjadi pergeseran-pergeseran dalam memaknai dan mengimplementasikan demokrasi pada tingkat lokal di Indonesia. Perubahan dan transisi terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas (accountability) merupakan salah satu prinsip atau asas dari paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciJenderal TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan
Seminar Peringatan Hari Kelahiran Pancasila RAKYAT MENCARI PEMIMPIN Yogyakarta, 7 Juni 2012 Jenderal TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan Landasan Konstitusi Pembukaan UUD 1945: o Kemudian daripada itu untuk
Lebih terperinciKONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Seminar DEMOKRASI UNTUK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga
Lebih terperinciPEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan
PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan
Lebih terperinciPERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS
PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi ini disampaikan dalam acara diskusi Penguatan Organisasi Penyelenggara Pemilu, yang dilaksanakan
Lebih terperinciSURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014
SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014 Data Survei Nasional 15 25 Maret 2013 Prepared by: INDO BAROMETER Jl. Cikatomas
Lebih terperinciMenuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015
Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015 1 Konteks Regulasi terkait politik elektoral 2014 UU Pilkada
Lebih terperinciKlaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal.
Klaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal. Hingar bingar pemilihan umum legislatif telah usai. Spanduk, poster, baliho, dan alat peraga lainnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Petani (baca; bangsa Agraris) adalah identitas sosial sekaligus politik, yang melekat dan menjadi urat pada proses kebangsaan Indonesia. Sebagai nation, identitas
Lebih terperinciSPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009
SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009 EXIT POLL 9 APRIL 2009 Jl Terusan Lembang, D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar
Lebih terperinciMENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014)
RILIS HASIL MEDIA MONITORING MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014) www.theindonesianinstitute.com LATAR BELAKANG Di masa kampanye terbuka, media massa menjadi
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan
Lebih terperinciJl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:
WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari analisis hasil penelitian sebagaimana dikemukakan dalam bab sebelumnya. dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis hasil penelitian sebagaimana dikemukakan dalam bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bentuk sistem kepartaian di Indonesia berdasarkan
Lebih terperinciAnalisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN
Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa perubahan pada sistem politik di Indonesia seperti
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Reformasi membawa perubahan pada sistem politik di Indonesia seperti sistem pemilu, sistem kepartaian, sistem hubungan pusat dan daerah. Perubahan tersebut
Lebih terperinciJK: Tradisi Golkar di Pemerintahan
JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan Daerah dan Ormas Partai Desak Munas Minggu, 24 Agustus 2014 JAKARTA, KOMPAS Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2004-2009 Jusuf Kalla mengatakan, tradisi Partai Golkar
Lebih terperinciKekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009
Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009 September 2008 Jl. Lembang Terusan No. D 57, Menteng Jakarta Pusat Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id
Lebih terperinci