BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR
|
|
- Erlin Vera Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR Kapal laut yang berlayar melintasi samudera di berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu yang cukup, bergerak dengan adanya daya dorong pada kecepatan bervariasi. Dalam perjalanan dapat mengalami berbagai masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain alam, manusia dan teknis yang tidak dapat di dugaduga oleh kemampuan manusia yang akhirnya akan mengganggu pelayaran dan dapat beresiko timbulnya korban jiwa. Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat diatasi secara langsung, perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan seluruh awak kapal harus terlibat mengatasi gangguan tersebut atau bahkan meninggalkan kapal. Keadaan darurat ini dapat merugikan semua pihak, baik awak kapal, pemilik kapal serta bahkan akan merusak lingkungan atau ekosistem dasar laut. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang kondisi keadaan darurat ini oleh awak kapal atau calon awak kapal sebaik mungkin agar mereka memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat dan mengatasi dari keadaan darurat terebut untuk meminimalkan korban jiwa. Pembuatan denah keadaan darurat di atas kapal sangat diperlukan agar penanggulangan keadaan darurat dapat dilakukan dengan cepat dan baik. Untuk itu diperlukan perencanaan dan persiapan, pengorganisasian, serta tindakan pendahuluan untuk melakukan penanggulangan, dan penyediaan perlengkapan keadaan darurat adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan di dalam mengatasi keadaan darurat tersebut. Keadaan darurat sering terjadi di kapal yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa maupun harta benda. Oleh karena itu setiap anak buah kapal (ABK) wajib mempelajari prosedur darurat dan SAR. Di dalam proses penyelamatan diri, baik para penolong maupun yang ditolong haruslah tahu dan paham benar tentang : 1. Cara menggunakan alat-alat penolong yang ada di kapal dan teknik pelaksanaannya. 2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan sebelum dan setelah terjun dari kapal ke laut. 3. Tindakan - tindakan selama terapung dan bertahan di laut. 4. Tindakan-tindakan pada waktu naik sekoci atau rakit penolong KEADAAN DARURAT Keadaan darurat dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis keadaan antara lain : Jenis keadaan darurat Keadaan darurat di kapal adalah keadaan yang membutuhkan tindakan khusus dan cepat. Keadaan darurat umumnya disebabkan oleh : 55
2 1. Faktor alam: cuaca buruk, gempa bumi di laut dan keadaan lainnya yang umumnya tidak dapat diperkirakan sebelumnya. 2. Faktor manusia: kelalaian, kelelahan fisik, ketidaktrampilan manusia yang dapat mengakibatkan kapal kandas, bocor, kebakaran dan meledak 3. Faktor teknis: kelelahan bahan, kurangnya perawatan peralatan dan perlengkapan yang ketinggalan zaman atau tidak layak laik. Jenis keadaan darurat yang harus menyebabkan anak buah kapal (ABK) untuk meninggalkan kapal diantaranya: 1. Kapal terbakar dan meledak 2. Kapal tubrukan dengan kapal lain 3. Kapal kandas 4. Kapal terjadi kebocoran yang tidak dapat ditanggulangi 5. Kapal tenggelam karena muatan lebih Sijil Darurat Sijil darurat memberikan rincian prosedur-prosedur tindakan ABK/crew dalam keadaan darurat : 1. Sijil darurat harus dibuat oleh setiap kapal penumpang dan baik isi maupun bentuknya harus disetujui oleh pemerintah. 2. Sebelum kapal berangkat, salinan sijil darurat harus digantung pada beberapa tempat strategis di kapal, terutama di kamar ABK. 3. Tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh setiap ABK dalam keadaan darurat. 4. Sijil darurat selain menunjukan tugas khusus, harus pula menunjukan tempat berkumpul (kemana setiap ABK) harus pergi. 5. Sijil darurat harus menunjukan pembagian tugas bagi ABK, dalam hal : a. Penutupan pintu kedap air, katup-katup penutup mekanis dan lubang-lubang pembuangan b. Melengkapi sekoci penolong, termasuk portable radio, dan alat-alat penolong lainnya. c. Peluncuran sekoci penolong. d. Persiapan umum alat-alat lainnya. e. Pemadaman kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran. 6. Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam hal terjadi kebakaran serta tuga-tugas khusus yang harus dilaksanakan sehubungan dengan operasi pemadaman kebakaran di kapal. 7. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan pemanggilan bagi ABK untuk berkumpul distasiun pesawat luput maut. Masing- 56
3 masing semboyan tersebut dapat diberikan di kapal penumpang untuk pelayaran international jarak pendek dan untuk kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), harus dilengkapi dengan semboyan-semboyan yang dijalankan secara elektronik. Semua semboyan ini dibunyikan dari anjungan Isyarat Pada Keadaan Darurat Isyarat bahaya adalah suatu isyarat atau tanda pengingat bagi anak buah kapal bila terjadi suatu keadaan darurat atau keadaan bahaya. Isyarat bahaya yang dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat di atas kapal adalah: 1. Isyarat kebakaran 2. Isyarat peran meninggalkan kapal 3. Isyarat orang jatuh ke laut 4. Isyarat pembatalan Membunyikan alarm atau lonceng kapal secara terus menerus selama 10 detik. Perwira kapal yang bertugas atas perintah nakhoda segera membunyikan alarm atau suling kapal dengan bunyi 7 tiupan pendek dan 1 tiupan panjang secara terus menerus. ABK yang pertama melihat orang jatuh ke laut segera meneriakan: Orang jatuh ke laut!... Orang jatuh ke laut! Teriakan diarahkan ke anjungan Perwira kapal yang bertugas atas perintah nakhoda untuk membatalkan isyarat segera meniupkan seruling dengan 3 tiupan seruling pendek atau dengan 3 bunyi bel pendek Prinsip Pencegahan Keadaan Darurat Pencegahan terjadinya keadaan darurat merupakan kewajiban bagi setiap ABK atau personil yang ada di atas kapal. Apabila terjadi situasi keadaan darurat ABK harus segera bertindak sesuai dengan peran yang telah ditetapkan. Tindakan untuk menghindari terjadinya keadaan darurat diantaranya ; 1. Kapal harus laik laut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Membuat rencana dan pelayaran yang benar. 3. Memantau dan menganalisa berita cuaca dan berita keamanan navigasi. 4. Melaksanakan pemeriksaan dan perawatan semua peralatan di kapal. 5. ABK harus mempunyai kemampuan fisik dan mental yang kuat serta terampil dalam melaksanakan tugasnya. 6. Buat daftar pembagian tugas keadaan darurat agar tercipta kerjasama yang baik 7. Tempatkan alat-alat pemadam kebakaran pemadam api ringan pada tempattempat yang strategis dan mudah dijangkau. Serta seuai dengan kemungkinan penyebab/ media mudah terbakar. Setiap anak buah kapal yang ada di kapal harus mengetahui : 57
4 1. Lokasi dan cara menggunakan peralatan pemadam kebakaran 2. Lokasi dan cara menggunakan peralatan penolong 3. Prosedur keadaan darurat yang harus dilaksanakan Jika di kapal terjadi keadaan darurat maka orang yang pertama mengetahui segera melakukan prosedur sebagai berikut : 1. Membunyikan alarm 2. Melaporkan keadaan darurat kepada perwira jaga. 3. Melakukan tindakan pencegahan terjadinya keadaan darurat 4.2. ALAT ALAT ISYARAT Isyarat semboyan atau secara visual dengan menggunakan pantulan sinar matahari melalui cermin (phyrotecchnique) adalah cara lain yang dapat berfungsi sebagai isyarat tanda bahaya. Jenis-jenis Isyarat visual untuk di kapal terdiri dari : 1. Cerawat tangan (rand hard flare) Cerawat tangan digunakan sebagai alat isyarat bahaya dengan nyala warna merah terang dengan lama menyala 10 detik, dan digunakan pada malam hari. 2. Cerawat parasut (parachute signal) Cerawat parasut berfungsi sebagai alat isyarat visual yang dapat dilontarkan secara vertikal sejauh 300 m dengan lama menyala 40 detik, dan digunakan malam hari. 3. Isyarat asap apung (buoyant smoke signal) Isyarat asap apung digunakan sebagai alat isyarat visual yang dapat mengeluarkan asap jingga selama 10 detik di atas air dan digunakan pada siang hari. Alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal biasanya harus; 1. Mudah terlihat 2. Mudah dijangkau 3. Dapat diluncurkan paling lama 30 menit. Perawatan terhadap alat keselamatan tersebut harus dilakukan secara periodik, agar anak buah kapal terlatih mengenal arti dan pentingnya keselamatan MENCEGAH TERJADINYA KEADAAN DARURAT Upaya dalam mencegah terjadinya keadaan darurat antara lain : 1. Badan kapal dan mesin harus kuat dan memenuhi syarat. 2. Peralatan dan perlengkapan harus baik dan terpelihara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Berita cuaca harus dipantau setiap saat. 58
5 4. Anak buah kapal harus mempunyai kemampuan fisik dan mental, terdidik dan terampil. 5. Anak buah kapal harus mempunyai disiplin yang tinggi dan mampu bekerjasama antar mereka SAR DENGAN BANTUAN HELIKOPTER Penyelamatan korban dari kapal dengan bantuan helikopter dapat dilaksanakan bila kondisi laut aman. Jenis peralatan yang digunakan untuk mengangkut korban dengan helikopter terdiri dari : 1. Pengangkat jenis tunggal (single lift) 2. Pengangkat jenis ganda (double lift) 3. Pengangkat jenis keranjang (basket lift) 4. Pengangkat tandu (stretcher lift) 5. Jaring penyelamat ( rescue net) Faktor-faktor yang menghambat pertolongan korban dari atas kapal dengan helikopter antara lain : 1. Cuaca buruk 2. Malam hari 3. Keterampilan pilot dan awak pesawat 4. Kepanikan korban 5. Keterampilan memasang alat bantu pengangkat 4.5. PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT Suatu organisasi keadaan darurat harus disusun untuk operasi keadaan darurat. Maksud dan tujuan organisasi bagi setiap situasi adalah untuk : 1. Menghidupkan tanda bahaya 2. Menemukan dan menaksir besarnya kejadian 3. Kemungkinan bahayanya 4. Mengorganisasi tenaga dan peralatan Persiapan Perencanaan dan persiapan ádalah syarat utama untuk mecapai keberhasilan dalam pelaksanaan menanggulangi keadaan darurat di kapal. Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang harus mereka lakukan pada keadaan darurat, misalnya kebakaran di tangki muatan, kamar mesin, kamar ABK, kapal lepas dari dermaga dan hanyut, cara lepas dari dermaga dan lain-lain, harus dapat secara cepat dan tepat mengambil keputusan apa yang harus dilakukan mengatasi segala keadaan darurat. Ada empat petunjuk perencanaan yang perlu diikuti dalam pengorganisasian keadaan darurat, antara lain : 59
6 1. Pusat Komando. Kelompok yang mengontrol kegiatan di bawah pimpinan nakhoda atau perwira senior serta dilengkapi perangkat komunikasi intern dan extern. 2. Satuan Keadaan Darurat. Kelompok di bawah perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melapor ke pusat komando, menyarankan tindakan apa yang harus diambil. 3. Satuan Pendukung. Kelompok pendukung yang dipimpin oleh seorang perwira yang harus selalu siap untuk membantu kelompok induk dengan perintah pusat komando serta menyediakan bantuan pendukung seperti peralatan, perbekalan, bantuan medis, dll. 4. Kelompok Ahli Mesin. Kelompok ini dipimpin oleh seorang masinis. Tanggung jawab utamanya adalah di kamar mesin dan bisa memberikan bantuan bila diperlukan Tindakan Pendahuluan Seorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya, melaporkan kepada perwira jaga yang kemudian akan menyiapkan organisasi. Sementara itu yang berada di lokasi segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat. Setiap orang harus tahu tempat tugas dan apa tugasya. Termasuk kelompok pendukung harus stand-by menunggu perintah selanjutnya Tata Cara Prosedur Keadaan Darurat Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek yang diikuti dengan 1 tiupan panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine. Sebagai tambahan dapat dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus. Jika semboyan ini berbunyi, berarti semua orang yang berada di atas kapal harus mengenakan pakaian hangat dan baju renang dan menuju ke tempat darurat. ABK melakukan tugas di tempat darurat mereka sesuai dengan yang tertera di dalam sijil awak darurat dan selanjutnya menunggu perintah. Setiap juru mudi dan anak buah sekoci menuju ke sekoci dan mengerjakan : 1. Membuka tutup sekoci, melipat dan memasukkannya ke dalam sekoci. 2. Dua orang dalam sekoci masing-masing seorang di depan untuk memasang tali penahan sekoci yang berpasak dan seorang di belakang untuk memasang propeler sekoci. 3. Tali yang berpasak dipasang sejauh mungkin ke depan tetapi sebelah dalam dari lopor sekoci dan di sebelah luar tali-tali lainnya. 4. Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah memakai rompi renang dengan benar atau tidak. 5. Selanjutnya menunggu perintah 60
7 Berikut ini akan dijelaskan prosedur atau tata cara dan tindakan yang perlu diambil dalam menghadapi beberapa situasi keadaan darurat Tubrukan Apabila kapal terjadi tubrukan, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga laut sebagai berikut : 1. Bunyikan sirine bahaya 2. Menggerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan 3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup 4. Lampu-lampu dek dinyalakan 5. Nahkoda diberi tahu 6. Petugas kamar mesin diberi tahu 7. VHF dipindahkan ke chanel Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat 9. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi. 10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur. 11. Bertindak secara procedural atau mengikuti perintah penanggungjawab kapal. Gambar Kapal Tubrukan Kandas Atau Terdampar Apabila kapal kandas atau terdampar, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga laut sebagai berikut : 1. Stop mesin 2. Bunyikan sirine bahaya 3. Pintu-pintu kedap air ditutup 61
8 4. Nahkoda diberi tahu 5. Petugas kamar mesin diberi tahu 6. VHF dipindahkan ke chanel Tanda-tanda bunyi "kapal kandas" dibunyikan 8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan 9. Lampu dek dinyalakan 10. Ketinggian air pada got-got dan tangki-tangki diukur 11. Kedalaman laut di sekitar kapal diukur 12. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi. Gambar. 4.2 Kapal Kandas Kebakaran Apabila terjadi kebakaran di kapal, maka hal yang harus dilakukan oleh Petugas Jaga sebagai berikut : 1. Sirine bahaya dibunyikan 2. Regu-regu pemadam kebakaran yang bersangkutan siap dan mengetahui lokasi kebakaran 3. Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis, pintu-pintu kedap air ditutup. 4. Lampu-lampu di dek dinyalakan 5. Nahkoda diberi tahu 6. Petugas di kamar mesin diberi tahu 7. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi. 62
9 Gambar 4.3. Kapal Terbakar Air Masuk Ke Dalam Ruangan 1. Sirine bahaya dibunyikan 2. Siaga (dalam keadaan darurat) 3. Pintu-pintu kedap air ditutup 4. Nahkoda diberi tahu 5. Petugas di kamar mesin diberi tahu 6. Data tentang posisi kapal diletakan di ruang radio dan diperbaharui bila ada perubahan posisi Suatu keadaan dapat diatasi secara tepat dan cepat sangat tergantung pada kerjasama antar penolong dan yang ditolong. Kapal lain atau tim SAR diharapkan dapat memberikan pertolongan dengan mencari lokasi kecelakaan. Untuk mempercepat ditemukannya lokasi kecelakaan diharapkan bantuan yang aktif dari awak kapal dan penumpang yang mendapat kecelakaan. Untuk itu buatlah tanda-tanda yang dapat diapungkan di air atau apa saja yang kiranya dapat menarik perhatian kapal lain atau tim SAR, misalnya menggunakan isyarat visual atau menggunakan cermin semboyan. 63
PROSEDUR DARURAT DAN SAR
PROSEDUR DARURAT DAN SAR PROSEDUR DARURAT DAN SAR Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 PROSEDUR DARUAT DAN SAR JENIS-JENIS, DENAH DAN POLA PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.
BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. a. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya
Lebih terperinciPENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK
PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK Keadaan darurat adalah keadaan dari suatu kejadian kecelakaan tiba-tiba yang memerlukan
Lebih terperinciBAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT
BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT a. Sijil bahaya atau darurat. Dalam keadaan darurat atau bahaya setiap awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa
Lebih terperinciBAB III DENAH KEADAAN DARURAT
BAB III DENAH KEADAAN DARURAT a. Persiapan Pencemaran dan persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan keadaan darurat kapal. Nakhoda dan para perwira harus menyadari apa yang
Lebih terperinciPROSEDUR DARURAT DAN SAR
PROSEDUR DARURAT DAN SAR Guru Pengampu: ADZWAR MUDZTAHID TEKNIKA KAPAL PENANGKAP IKAN SMK NEGERI 3 TEGAL Hal-1 PROSEDUR DARUAT DAN SAR JENIS-JENIS, DENAH DAN POLA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT PENDAHULUAN
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR Tentang SAR ( SEARCH AND RESCUE ) PENANGANAN KECELAKAAN DIWILAYAH PERAIRAN Lembar,
Lebih terperinciBAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT
BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan
Lebih terperinciBAB III KESELAMATAN PELAYARAN
BAB III KESELAMATAN PELAYARAN Untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di indonesia mengikuti keselamatan pelayaran di dunia internasional. Meskipun didalam kenyataanya, pemerintah memberlakukan Peraturan
Lebih terperinciMAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL
MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL PERLENGKAPAN KESELAMATAN DIKAPAL DISUSUN OLEH : 1. AZIS ANJAS NUGROHO ( 21090111120001 ) 2. CARMINTO ( 21090111120002 ) 3. M.RESI TRIMULYA ( 21090111120003 ) 4. M. BUDI HERMAWAN
Lebih terperinciDESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana
DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502 ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN A. Pengertian Pelayaran Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran menyatakan bahwa pelayaran adalah segala sesuatu
Lebih terperinciISYARAT BAHAYA DI KAPAL. TPL - Prod/C.01. Kompetensi : Prosedur Darurat dan Sar
ISYARAT BAHAYA DI KAPAL TPL - Prod/C.01 Kompetensi : Prosedur Darurat dan Sar BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperincib. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km
Lebih terperinci*35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Copyright (C) 2000 BPHN PP 1/1998, PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL Menimbang: *35478 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 1 TAHUN 1998 (1/1998) TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK disegala kebutuhannya, IPTEK berkembang dengan pesat hampir di seluruh negara. Dari negara maju sampai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 93 ayat (3) Undang-undang
Lebih terperinciPT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523
PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523 NO PERAN KEBAKARAN MENINGGALKAN KAPAL ORANG JATUH KELAUT Lima Kali panjang Tujuh Kali Pendek dan Satu Kali Panjang
Lebih terperinciLANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II
LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat beberapa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
Lebih terperinciBAB 6 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DI KAPAL
BAB 6 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DI KAPAL Penyelamatan jiwa manusia di laut merupakan suatu pengetahuan praktis pelaut yang menyangkut bagaimana cara menyelamatkan diri maupun orang lain dalam
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN KAPAL NAMA KAPAL : PEMILIK / OPERATOR : AGENT : TEMPAT,
Lebih terperinciDASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA : PELAYARAN : 1. NAUTIKA KAPAL PENANGKAP
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan
Lebih terperinciNo Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5448 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui
Lebih terperinciSAFETY MANAGEMENT SYSTEM STRUKTUR SMS DOKUMENTASI SMS IMPLEMENTASI SMS MONITORING DAN PENGENDALIAN SMS 1 DEFINISI 1. Sistem Kumpulan elemen atau komponen yg saling berhubungan dan saling tergantung untuk
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan
Lebih terperinciRANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL
PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran diatur
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai
Lebih terperinciKata Pengantar. Daftar Isi
Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK
BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK - Kapal datang dari laut 1 jam sebelumnya KKM harus diberitahu - Peta penjelas / peta pelabuhan disiapkan - Sarat kapal dan kedalaman perairan diperhatikan - Alat
Lebih terperinciRENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS. Referensi : - IAMSAR Manual, Vol 2
RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS Referensi : - IAMSAR Manual, Vol 2 RENCANA RESCUE DAN EVAKUASI MEDIS Rescue dan Pertimbangannya MEDEVAC dan Pertimbangannya Latihan RESCUE - Tujuan utama dari SAR adalah
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,
Lebih terperinciKode : PTK.NP MELAKUKAN DINAS JAGA DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian tugas Dinas Jaga adalah suatu kegiatan pengawasan selama 24 (duapuluh empat) jam di atas kapal, yang dilakukan dengan tujuan mendukung operasi pelayaran supaya
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN UMUM Untuk menyelengarakan pelayaran dalam negeri atau pengangkutan antar pulau, diutamakan penggunaan armada
Lebih terperinci1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI
1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Modul Diklat Basic PKP-PK 1.1 1.2 Pengertian tentang gawat darurat bandar udara 1.1.1 Kondisi bandar udara dibawah batas normal Gawat darurat adalah kondisi dimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 284 Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1089, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelayaran. Sungai. Danau. Alur. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI
Lebih terperinciJurnal Penelitian Transportasi Laut
Jurnal Penelitian Transportasi Laut 19 (2017) 49 57 Jurnal Penelitian Transportasi Laut pissn 1411-0504 / eissn 2548-4087 Journal Homepage: http://balitbanghub.dephub.go.id/ojs/index.php/jurnallaut Penerapan
Lebih terperinciINSTALASI PERMESINAN
INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG
Lebih terperinciSamurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal
Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal Marisa Gita Putri *), Nabilah Fairusiyyah *), Dwiyanto *), Yuddy Dharmawan **) *) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinci2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar
No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau
Lebih terperinci4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI
4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran Modul Diklat Basic PKP-PK 4.1 Penjelasan bahaya kebakaran (Fire Hazard) 4.1.1 Fire Hazard Timbulnya fire hazard disebabkan adanya 3 unsur yaitu : a. Material yang
Lebih terperinciBAB II KEBAKARAN. Untuk staf kamar mesin wajib :
BAB II KEBAKARAN Kebakaran adalah merupakan bahaya yang sangat besar dalam sebuah kapal apalagi terjadiya kebakaran pada saat sedang dalam pelayaran atau sedang sandar disebuah pelabuhan dan itu pada sebuah
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa tingkat kepadatan hunian
Lebih terperinciPERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi
Lebih terperinciPEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT
PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan
Lebih terperinciDESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT
DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT Andi Setiawan 1a) Moh Toni Prasetyo 2) Aris Kiswanto 3) 123) Prodi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Jl. Kasipah no 10-12 Semarang-Indonesia a)
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.350/DJ-PSDKP/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MENGHENTIKAN, MEMERIKSA, MEMBAWA DAN MENAHAN KAPAL OLEH KAPAL PENGAWAS PERIKANAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut
Lebih terperinciKEADAAN DARURAT Keadaan darurat: lain dari keadaan normal
KESELAMATAN DI LAUT PENDAHULUAN Keselamatan di laut sudah lama diamanahkan oleh International Convention of SOLAS (Safety of Life at Sea); Bagi dunia perikanan tangkap khususnya di negaranegara berkembang
Lebih terperinciDAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL
DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT UPAYA PENCEGAHAN KEDARURATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PENGATURAN LALU LINTAS SAAT TERJADI KEADAAN DARURAT Jl. Medan Merdeka Barat 8 Jakarta
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]
UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PAS KECIL UNTUK KAPAL KURANG DARI 7 GROSSE TONNAGE
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN PAS KECIL UNTUK KAPAL KURANG DARI 7 GROSSE TONNAGE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2033, 2014 KEMENHUB. Pemanduan Kapal. Prasarana. Sarana Bantu. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 93 TAHUN 2014 TENTANG SARANA BANTU
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran
Lebih terperinciCONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)
CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi
Lebih terperinciNo Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinci2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat
No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM I. UMUM Angkutan laut sebagai salah satu moda transportasi, selain memiliki peran sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN
Lebih terperinciESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System
PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM ESSER Fire Alarm System PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA FIRE ALARM SYSTEM Apa? Seperangkat peralatan yang terdiri dari detector, unit kontrol dan
Lebih terperinciDESKRIPSI PEMELAJARAN
DESKRIPSI PEMELAJARAN KOMPETENSI : Melakukan pencegahan dan pemadaman kebakaran KODE : A DURASI PEMELAJARAN : 40 Jam @ 45 menit LEVEL KOMPETENSI KUNCI A B C D E F G 3 3 3 3 3 3 3 KONDISI KINERJA 1. Ruang
Lebih terperinciKRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI
Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU. Nomor :.
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 73 Tahun 2004 TANGGAL : 1 Oktober 2004 Contoh : 1 REPUBLIK INDONESIA Logo Lambang garuda Indonesia SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU Nomor :. Dikeluarkan
Lebih terperinciPUTUSAN NOMOR HK.210/09/I/MP.17 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG
PUTUSAN NOMOR HK.210/09/I/MP.17 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN TENTANG KECELAKAAN KAPAL TENGGELAMNYA KLM. LAFINA DI PERAIRAN SEBELAH BARAT PULAU TANAKEKE, SULAWESI SELATAN Pada
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG NAMA KAPAL : PEMILIK / OPERATOR : AGENT :
Lebih terperinciKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan
Lebih terperinciPUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG
PUTUSAN NOMOR HK.2010/18a/VII/MP.14 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG KECELAKAAN KAPAL, KANDASNYA KM. PILAR KALIMANTAN DI PERAIRAN SEBELAH UTARA INDRAMAYU
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah
BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis
Lebih terperinciPROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)
PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan
Lebih terperinciPROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT
PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur
Lebih terperinciPEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN DAFTAR ISI O PROSEDUR PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI DALAM JAM KERJA O PROSEDUR EVAKUASI
Lebih terperinciRENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH
RSU BINA KASIH RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH I. LATAR BELAKANG Ketidaksiapan beberapa Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tsunami, wabah penyakit
Lebih terperinciUndang-undang Nomor I Tahun 1970
KESELAMATAN KERJA Undang-undang Nomor I Tahun 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
Lebih terperinciTanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi
Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia
Lebih terperinciPENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.
TERBITAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1970 tentang KESELAMATAN KERJA serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS, DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan DIPAKAI. Jakarta, 3 Mei 1972. DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT
Lebih terperinciMETODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE
«ASPEK LEGAL DALAM TRIAGE TEKNIK PENGHENTIAN PERDARAHAN» METODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE 22 Desember 2008 oleh Ramadhan Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2012 TENTANG ALUR-PELAYARAN SUNGAI DAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.18 TAHUN 2011 TENTANG STANDARDISASI PENGAWAKAN SARANA SAR DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL
KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.18 TAHUN 2011 TENTANG STANDARDISASI PENGAWAKAN SARANA SAR DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciSISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN
Lebih terperinciBAB II PERIHAL ORANG-ORANG. *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK KAPAL
BAB II PERIHAL ORANG-ORANG *Untuk pengurus kapal berkaitan erat dengan Badan Hukum atu orang seperti dibawah ini: A. Pengusaha Kapal/Pemilik Kapal. 1. Nakhoda 2. Awak Kapal 3. Umum. PENGUSAHA KAPAL /PEMILIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciP E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami
Lebih terperinci