BAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS 2015 REFERAT AFASIA DISUSUN OLEH : A. Sri Izazi Wafiah Sabil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS 2015 REFERAT AFASIA DISUSUN OLEH : A. Sri Izazi Wafiah Sabil"

Transkripsi

1 BAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT UNIVERSITAS HASANUDDIN AGUSTUS 2015 REFERAT AFASIA DISUSUN OLEH : A. Sri Izazi Wafiah Sabil C Residen Pembimbing : Dr. Machyono Supervisor Pembimbing : Dr. dr. Jumraini T, Sp. S DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

2 I. PENDAHULUAN Afasia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan bahasa yang dihasilkan dari kerusakan daerah-daerah di otak yang bertanggung jawab untuk berbahasa. Dalam berbahasa tercakup berbagai kemampuan yaitu: bicara spontan, komprehensi, menamai, repetisi (mengulang), membaca dan menulis.bahasa merupakan instrument dasar bagi komunikasi pada manusia, dan merupakan dasar dan tulang punggung bagi kemampuan kognitif.bila terdapat deficit pada system berbahasa, penilaian factor kognitif seperti memori verbal, interpretasi pepatah dan berhitung lisan menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan.kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sangat penting. Bila terdapat gangguan, hal ini akan mengakibatkan hambatan yang berarti bagi pasien. (Lumbantobing S.M, 2014). Ada beberapa jenis gangguan afasia yang melibatkan terkenanya daerah otak dengan klasifikasi yang banyak golongannya (RCLST 2009) Bahasa melibatkan integrasi dua kemampuanberbeda yaitu, ekspresi (kemampuan berbicara) dan pemahaman yang masing-masing berkaitan dengan bagian tertentu korteks.daerah primer korteks yang khusus untuk bahasa adalah daerah Broca dan daerah Wernicke.(Sherwood, Lauralee, 2011) Daerah Broca (area brodmann 44 dan 45) terletak di bagian posterior lobus frontalis dan dianggap sebagai tiang sintaksik-altikulasi dari system bahasa, berhubungan dengan produksi bahasa dan artikulasi.(r Schoeman et al, 2010). Daerah ini berdekatan dengan daerah motoric korteks yang mengontrol otot-otot untuk artikulasi. (Sherwood, Lauralee, 2011)

3 Daerah Wernicke (area brodmann 22) terletak di bagian superior posterior lobus temporal dan berhubungan dengan pemrosesan bahasa baik dalam bentuk tertulis maupun dalam bentuk lisan.(r Schoeman et al, 2010)Selain itu, Wernicke bertanggung jawab dalam memformulasikan pola koheren bicara yang disalurkan melalui berkas-berkas serat ke daerah broca yang pada gilirannya mengontrol artikulasi bicara.daerah Broca berhubungan dengan daerah Wernicke melalui neural pathway yaitu fasciculus arcuata. (Sherwood, Lauralee, 2011) Selain kedua daerah tersebut juga terdapat daerah spesifik yang disebut Gyrus Angularis (area brodmann 22) yang terletak di pertemuan lobus temporal, oksipital dan paretal. Daerah ini terlibat dalam pengolahan input penglihatan, pendengaran dan sentuhan. Daerah lain yang terlibat dalam komprehensi dan produksi bahasa adalah korteks motoric, korteks visual dan korteks auditorius. (R Schoeman et al, 2010) Daerah Wernicke menerima input dari korteks visual di lobus oksipitalis, suatu jalur yang penting untuk memahami tulisan dan menjelaskan benda yang dilihat, serta dari korteks auditorius di lobus temporalis, suatu jalur yang esensial untuk memahami bahasa lisan dan input dari korteks somatosensorik, suatu jalur yang penting dalam kemampuan membaca braille. Input-input tersebut disalurkan ke suatu daerah spesifik (gyrus angularis) korteks asosiasi parietal-temporal-oksipital yang kemudian di teruskan ke daerah Wernicke dimana tempat pemilihan dan rangkaian kata yang akan diucapkan dirumuskan. Perintah bahasa ini kemudian disalurkan dari daerah Wernicke ke daerah Broca yang gilirannya menerjemahkan pesan menjadi pola suara terprogram. Program suara ini disampaikan dari daerah Broca ke daerah-daerah korteks motoric primer untuk mengaktifkan otot-otot wajah dan lidah yang akan menghasilkan kata-kata yang diinginkan. Demikian juga otot-otot tangan dapat diperintahkan untuk menulis kata yang diinginkan.(sherwood, Lauralee, 2011)

4 II. DEFINISI Afasia adalah kerusakan fungsi berbahasa akibat kerusakan otak.dalam hal ini pasien menunjukkan gangguan dalam memproduksi dan/atau memahami bahasa. (National Institute on Deafness and Other Communication Disorders, 2008) Defek dasar pada afasia adalah pada pemrosesan bahasa ditingkat integratif yang lebih tinggi.gangguan artikulasi dan praksis mungkin ada sebagai gejala yang menyertai.gangguan bahasa ini dapat melibatkan semua komponen bahasa (fonology, morfologi, syntax, semantic, fragmatic), begitu juga modalitas lainnya (bicara, membaca,menulis,menandai) dan output (ekspresi) juga input (pemahaman). (Papathanasioau,Ilias,2013) III. EPIDEMIOLOGI Berdasarkan National Aphasia Association, gangguan ini mempengaruhi sekitar 1 dari 250 orang, sebagian besar individu yang umumnya lebih tua. Diperkirakan bahwa di Amerika

5 Serikat sekitar orang menjadi aphasic setiap tahun dan bahwa satu juta orang saat ini memiliki aphasia.resiko terjadinya afasia meningkat secara signifikan dengan umur seseorang, sehingga setiap tahun yang maju (bertambahnya umur seseorang) dikaitkan dengan resiko 1-7% lebih besar.sementara 15% dari orang di bawah usia 65 mengalami aphasia, pada kelompok pasien 85 tahun dan lebih tua, 43% adalah aphasic. Di sisi lain tidak cukup data yang tersedia untuk mengevaluasi perbedaan insiden dan fitur klinis afasia antara jenis kelamin dan ras.(rcslt,2009) IV. ETIOLOGI Afasia disebabkan oleh kerusakan otak pada bagian yang mengatur fungsi bahasa. Adapun beberapa penyebabnya, yaitu: (Alexander, Michael, Aphasia: Chapter 9) 1. Stroke (infark) Stroke merupakan penyebab terbanyak dari afasia (80%).Stroke terjadi ketika darah tidak mampu mencapai bagian dari otak, sehingga sel-sel otak mati karena tidak dapat menerima suplai darah yang mana membawa oksigen dan nutrient yang penting. 2. Perdarahan Hampir sama dengan infark pada stroke, perdarahan juga dapat menyebabkan afasia, jika terjadi pada topografi otak yang sama dengan pola infark. 3. Trauma Kontusio fokal dapat terjadi di mana saja, tergantung pada arah pukulan, fragmen tengkorak, dan sebagainya.ketika memar di wilayah perysylvian, aphasia yang dihasilkan biasanya akan sama seperti pola infark sebelumnya. 4. Tumor Jika terdapat lesi atau tumor pada daerah yang mengatur fungsi bahasa di otak, maka afasia biasa terjadi. 5. Herpes Simpleks Encephalitis Walaupun jarang, Herpes Simpleks Ensefalitis (HSE) memiliki predileksi pada daerah medial lobus temporal, basal medial lobus frontal dan insular cortical.penderita HSE biasanya memiliki amnesia yang berat. V. PATOFISIOLOGI

6 Afasia disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang berperan dalam mengatur fungsi bahasa. Kerusakannya disebabkan oleh stroke, head injury, tumor otak, neurosurgery, dan infeksi otak. Karena kerusakan tersebut pathway pemahaman bahasa dan produksinya terganggu bahkan rusak. Dan menimbulkan gejala-gejala yang melibatkan semua komponen bahasa sesuai dengan daerah kerusakannya. (RCSLT,2009) VI. MANIFESTASI KLINIS 1. Afasia Broca Adapun ciri klinik afasia broca adalah: Bicara tidak lancar Tampak sulit memulai bicara Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat) Pengulangan (repetisi) buruk Kemampuan menamai buruk Kesalahan parafasia Pemahaman lumayan ( namun mengalami kesulitan memahami kalimat yang sintaktis kompleks) Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks Irama kalimat dan irama bicara terganggu 2. Afasia Wernicke Adapun ciri klinik afasia Wernicke adalah: Bicara lancar Panjang kalimat normal Artikulasi baik Prosodi baik Anomia (tidak dapat menamai) Parafasia fonemik dan semantic Komprehensi auditif dan membaca buruk Repetisi terganggu Menulis lancer tapi isinya kosong 3. Afasia Konduksi Adapun ciri klinik afasia konduksi adalah: Bicara lancar Gangguan yang berat pada repetisi Kesulitan dalam membaca kuat-kuat Pemahaman bahasa lisan terpelihara dan membaca baik Gangguan dalam menulis Parafasia yang jelas Anomia berat

7 4. Afasia sensorik transkortikal Adapun ciri klinik afasia sensorik transkortikal adalah: bicara lancar pemahaman buruk repetisi baik echolalia komprehensi auditif dan membaca terganggu deficit motoric dan sensorik jarang dijumpai didapatkan deficit lapangan pandang di sebelah kanan 5. Afasia Motorik transkortikal Adapun ciri klinik afasia motoric transkortikal adalah: Bicara tidak lancar Komprehensi baik Repetisi baik Inisiasi output terlambat Ungkapan-ungkapan singkat Parafasia semantic Echolalia 6. Afasia transkortikal campuran Adapun ciri klinik afasia transkortikal campuran adalah: Bicara tidak lancar Komprehensi buruk Repetisi baik Echolalia mencolok 7. Afasia Anomik Ciri klinik afasia anomik adalah: Bicara lancar Komprehensi baik Repetisi baik Gangguan (deficit) dalam menemukan kata 8. Afasia Global Adapun ciri klinik afasia global adalah: Bicara tidak lancar Komprehensi buruk Repetisi buruk Membaca dan menulis terganggu (Lumbantobing S.M, 2014) Afasia berdasarkan gejala klinis :

8 DIAGNOSIS Evaluasi system bahasa harus dilakukan secara sistematis.perlu diperhatikan bagaimana pasien berbicara spontan, komprehensi (pemahaman), repetisi (mengulang), dan menamai (naming). (Lumbantobing S.M, 2014) 1 Pemeriksaan kelancaran berbicara Seseorang disebut berbicara lancar bila bicara spontannya lancar, tanpa tertegun-tegun untuk mencari kata yang diinginkan.kelancaran berbicara verbal merupakan refleksi dari efisiensi menemukan kata.bila kemampuan ini diperiksa secara khusus dapat di deteksi masalah berbahasa yang ringan pada lesi otak yang ringan atau pada demensia dini.defek yang ringan dapat dideteksi melalui tes kelancaran, menemukan kata yaitu jumlah kata tertentu yang dapat diproduksi selama jangka waktu yang terbatas. Misalnya menyebutkan sebanyak-banyaknya nama jenis

9 hewan selama jangka waktu 1 menit, atau menyebutkan kta-kata yang dimulai dengan huruf tertentu, misalnya huruf S atau huruf B dalam 1 menit. Menyebutkan nama hewan: Pasien disuruh menyebutkan sebanyak mungkin nama hewan dalam waktu 60 detik. Kita catat jumlahnya serta kesalahan yang ada, misalnya parafasia. Skor: Orang normal mampu menyebutkan nama hewan selama 60 detik, dengan variasi kurang lebih 5-7. Usia merupakan faktor yang berpengaruh secara bermakna dalam tugas ini. Orang normal yang berusia 69 tahun akan mampu menyebutkan 20 nama hewan dalam simpang baku 4,5. Kemampuan ini menurun menjadi 17 (kurang lebih 2,8) pada usia 70an, dan menjadi 15,5 (kurang lebih 4,8) pada usia 80an. Bila skor kurang dari 13 pada orang normal dibawah usia 70 tahun, perlu dicurigai adanya gangguan dalam kelancaran berbicara verbal. Skor yang dibawah 10 pada usia di bawah 80 tahun, sugestif bagi masalah penemuan kata. Pada usia 85 tahun skor 10 mungkin merupakan batas normal bawah. Menyebutkan kata yang mulai dengan huruf tertentu: kepada pasien dapat juga diberikan tugas menyebutkan kata yang mulai dengan huruf tertentu, misalnya huruf S, A atau P. Tidak termasuk nama orang atau nama kota. Skor, orang normal umumnya dapat menyebutkan sebanyak kata, tergantung pada usia, inteligensi dan tingkat pendidikan. Kemampuan yang hanya sampai 12 kata atau kurang untuk tiap huruf diatas merupakan petunjuk adanya penurunan kelancaran berbicara verbal.namun kita harus hati-hati menginterpretasikan tes ini pada pasien dengan tingkat pendidikan yang tidak melebihi tingkat sekolah menengah pertama. 2 Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan Kemampuan pasien yang afasia untuk memahami sering sulit dinilai. Pemeriksaan klinis di sisi ranjang dan tes yang baku cenderung kurang cukup dan dapat memberikan hasil yang meenyesatkan. Langkah berikut dapat digunakan untuk

10 mengevaluasi pemahaman (komprehensi) secara klinis, yaitu dengan cara konversasi, suruhan, pilihan ya atau tidak dan menunjuk. a Konversasi Dengan mengajak pasien bercakap-cakap dapat dinilai kemampuannya b memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh pemeriksa Suruhan Serentetan suruhan, mulai dari yang sederhana (satu langkah) sampai pada yang sulit (banyak langkah) dapat digunakan untuk menilai kemampuan pasien memahami. Mula-mula suruh pasien bertepuk tangan, kemudian tingkatkan kesulitannya, misalnya: mengambil pensil, letakkan dalm kotak dan taruh kotak diatas kursi (suruhan ini dapat gagal pada pasien dengan apraksia dan gangguan motorik walaupun pemahamannya baik; hal ini harus diperhatikan oleh pemeriksa) c Ya atau tidak Kepada pasien dapat juga diberikan tugas berbentuk pertanyaan yang dijawab ya atau tidak. Mengingat kemungkinan salah ialah 50%, jumlah pertanyaan d harus banyak, paling sedikit 6 pertanyaan, misalnya: Andakah yang bernama Santoso? Apakah AC dalam ruangan ini mati? Apakah ruangan ini kamar hotel? apakah diluar sedang hujan? apakah saat ini malam hari? apakah pekerjaan anda polisi? Menunjuk Pemeriksa juga dapat mengeluarkan beberapa benda, misalnya: kunci, duit, arloji, pulpen, geretan. Suruh pasien menunjukkan salah satu benda disebut, misalnya arloji. Kemudian suruhan dapat dipersulit, misalnya tunjukkan jendela, setelah itu arloji, kemudian pulpen. Pasien tanpa afasia dengan tingkat intelegensi rata-rata mampu menunjukkan 4 atau lebih objek pada suruhan yang beruntun.pasien dengan afasia mungkin hanya mampu menunjuk 1 atau 2 objek

11 saja.jadi, pada pemeriksaan ini pemeriksa menambah jumlah objek yang harus ditunjuk, sampai jumlah berapa pasien selalu gagal. 3 Pemeriksaan Repetisi (mengulang) Kemampuan pasien mengulang dinilai dengan menyuruh pasien mengulang, mula-mula kata yang sederhana (satu patah kata), kemudian ditingkatkan menjadi banyak (satu kalimat).jadi kita ucapkan kata atau angka, dan kemudian pasien disuruh mengulanginya. Cara pemerksaannya: Pasien disuruh mengulang apa yang diucapkan oleh pemeriksa. Contoh: - Map - Bola - Kereta - Rumah sakit - Sungai barito - Lapangan latihan - Kereta api malam - Besok aku pergi dinas - Rumah ini selalu rapi - Sukur anak itu naik kelas - Seandainya si amat tidak kena influenza Pemeriksa harus memperhatikan apakah pada tes repetisi ini didapatkan parafasia, salah tata bahasa, kelupaan dan penambahan. Orang normal umumnya mampu mengulangi kalimat yang mengandung 19 suku kata.banyak pasien afasia yang mengalami kesulitan dalam mengulang (repetisi), namun ada juga yang menunjukkan kemampuan yang baik dalam hal mengulang.dan sering lebih baik daripada berbicara spontan.umumnya dapat dikatakan bahwa pasien afasia dengan gangguan kemampuan mengulang mempunyai kelainan patologis yang melibatkan daerah peri-sylvian.bila kemampuan mengulang terpelihara, maka daerah peri-sylvia terbebas dari kelainan patologis. 4 Pemeriksaan menamai dan menemukan kata Kemampuan menamai objek merupakan salah satu dasar fungsi berbahasa.hal ini sedikit banyak terganggu pada semua penderita afasia.dengan demikian, semua tes yang digunakan untuk menilai afasia mencakup penilaian pada keampuan ini.

12 Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan keampuan menyebut nama (menamai) dan hal ini disebut anomia. Penilaian harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama objek, bagian dari objek, bagian tubuh, warna, dan bila perlu gambar geometric, symbol matematik atau nama suatu tindakan. Dalam hal ini, perlu digunakan item yang sering digunakan (misalnya sisir dan arloji) dan yang jarang ditemui atau digunakan (misalnya pedang).banyak penderita afasia yang masih mampu menamai objek yang sering ditemui atau digunakan dengan cepat dan tepat, namun lamban dan tertegun, dengan sirkumlokusi (misalnya melukiskan kegunaannya) atau parafasia pada objek yang jarang dijumpainya. Bila pasien tidak mampu dan sulit menamai, ia dapat dibantu dengan memberikan suku kata pemula atau dengan menggunakan kalimat penuntun. Misalnya: pisau, kita dapat membantu dengan suku kata pi atau dengan kalimat kita memotong daging dengan. Yang kita nilai adalah sampainya pasien menamai objek tersebut.adapula pasien yang mengenal objek dan mampu melukiskan kegunaannya (sirkumlokusi) namun tidak dapat menamainya. Misalnya bila ditunjukkan kunci, ia mengatakan: anu itu untuk masuk rumah kita putar. Cara pemeriksaan, kita terangkan pada pasien bahwa ia akan disuruh menyebutkan nama beberapa objek juga warna dan bagian dari objek tersebut. Kita dapat menilai dengan memperlihatkan misalnya arloji, bolpoin, kacamata, kemudian bagian dari arloji (jarum menit, detik), lensa kaca mata. Objek atau gambar objek berikut dapat digunakan : objek yang ada di ruangan: meja, kursi, pintu, dan jendela. Bagian dari tubuh: mata, hidung,gigi, ibu jari, dan mulut. Warna: merah,biru,hijau, kuning, dan ungu. Bagian dari objek: jarum jam, lensa kacamata, sol sepatu, kepala ikat pinggang, dan bingkai kacamata. Perhatikanlah apakah pasien dapat menyebutkan nama objek dengan cepat atau lamban atau tertegun atau menggunakan sirkumlokusi, parafasia, neologisme,

13 dan apakah ada preseverasi. Di samping menggunakan objek, dapat pula digunakan gambar objek. Bila pasien tidak mampu menyebutkan nama objek, dapatkah ia memilih nama objek tersebut dari antara beberapa nama objek. Gunakanlah sekitar 20 objek sebelum menentukan bahwa tidak didapatkan gangguan. Penilaian-penilaian di atas terdapat pada Western Aphasia Battery Test Booklet. Selain dengan penilaian tadi. Diagnosis afasia juga dapat di dukung dengan CT Scan maupun MRI untuk mengetahui lokasi lesi yang merupakan penyebab afasia tersebut. (Yavuzer,Gunes, 2010) VII. DIAGNOSIS BANDING 1 Disartria Gangguan dalam artikulasi akibat penyakit dari otot-otot untuk berbicara, atau persarafannya (termasuk saraf kranial bagian bawah, batang otak, serebellum, ganglia basal dan hemisfer serebri). (Ginsberg,Lionell,2008) 2 Demensia Suatu kondisi dengan gangguan memori, intelektualitas, kepribadian dan wawasan karena hasil cedera otak atau penyakit.(yavuzer,gunes, 2010) 3 Mutisme Kegagalan total untuk bersuara, yang mungkin dapat terjadi pada disfasia berat atau disartria (anartria), atau bagian dari penyakit psikiatrik. (Ginsberg,Lionell,2008) VIII. PENATALAKSANAAN Dalam penanganan afasia, pertama-tama kita harus mengatasi keadaan yang mendasarinya, seperti stroke, tumor, perdarahan dan etiologi lainnya. Terapi bicara sering diberikan kepada orang-orang dengan afasia, namun tidak menjamin obat. Tujuan terapi bicara adalah untuk membantu pasien sepenuhnya memanfaatkan keterampilan yang tersisa dan belajar cara kompensasi komunikasi. - Terapi Bahasa

14 Terapi bahasa ampuh untuk mengobati afasia jika dilakukan secara intens.sebuah studi baru-baru ini telah menetapkan bahwa terapi afasia intensif selama periode waktu yang singkat memiliki dampak yang lebih besar pada pemulihan daripada terapi kurang intens selama jangka waktu yang lama. (Yavuzer,Gunes, 2010) - Computer-based Treatment Dapat meningkatkan skill berbahasa dan komunikasi secara fungsional. (Yavuzer,Gunes, 2010) - Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (RTMS) Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (RTM) adalah prosedur noninvasif yang menggunakan medan magnet berfluktuasi dengan cepat untuk "membuat arus listrik di daerah diskrit otak. (Yavuzer,Gunes, 2010) - Terapi Farmakologis Piracetam merupakan turunan γ-aminobutyrate, agen farmakologis dengan efek potensial terhadap kognisi dan memory.piracetam adalah γ-aminobutyrate derivatif, Piracetam diperkirakan meningkatkan pembelajaran dan memori dengan memfasilitasi pelepasan asetilkolin dan asam amino rangsang, dengan IX. peningkatan aliran darah dan metabolisme energy. (Yavuzer,Gunes, 2010) PROGNOSIS Prognosis untuk pemulihan bahasa bervariasi tergantung pada ukuran dan sifat lesi dan usia dan kesehatan secara keseluruhan dari pasien. Secara umum, pasien dengan diawetkan fungsi bahasa reseptif adalah kandidat yang lebih baik untuk rehabilitasi daripada orang-orang dengan gangguan pemahaman.potensi untuk pemulihan fungsional afasia ekspresif terutama (yaitu, Broca aphasia) setelah stroke sangat baik, untuk pemulihan dari Wernicke-jenis afasia akibat stroke tidak sebagus itu untuk Broca aphasia.potensi untuk pemulihan afasia karena tumor diobati atau penyakit neurodegeneratif miskin. (Yavuzer,Gunes, 2010)

15 DAFTAR PUSTAKA Sherwood, Lauralee Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 6. Jakarta. EGC Lumbantobing, S.M Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ginsberg, Lionel Lecture Notes Neurologi Edisi 8. Jakarta. Penerbit Erlangga. Alexander, Michael P. Aphasia: Clinical and Anatomic Aspects Chapter 9. Royal College Of Speech and Language Therapist Aphasia. National Institute on Deafness and Other Communication Disorders Fact Sheet: Aphasia. Papathanasiou, Ilias, et al Aphasia and Related Neurogenic Communication Disorders. Greece. Jones and Bartlett Learning. R, Schoeman, et al Aphasia, an acquired language disorder. South Africa. Department of Psychology, Stellenbosch University.

16 Kertesz,Andrew, et al Western Aphasia Battery Test Booklet. United States. The Psychological Corporation Harcourt Brace Jovanovich,Inc.

AFASIA

AFASIA A F A S I A --------------------------- AFASIA --------------------------- DEFINISI Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan

Lebih terperinci

REFERAT. Afasia. Oleh : Florensiana O. P. Manafe ( ) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI

REFERAT. Afasia. Oleh : Florensiana O. P. Manafe ( ) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI REFERAT Afasia Oleh : Florensiana O. P. Manafe (11-2013-146) Pembimbing: dr. Fenny L. Yudiarto, SpS (K) KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI PERIODE 18 AGUSTUS 2014 20 SEPTEMBER 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan berbahasa atau yang biasa disebut dengan afasia merupakan salah satu gejala sisa yang sering terjadi akibat stroke. Afasia secara substansial mempengaruhi

Lebih terperinci

FUNGSI KORTIKAL LUHUR

FUNGSI KORTIKAL LUHUR FUNGSI KORTIKAL LUHUR PENDAHULUAN Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan

Lebih terperinci

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI

Lebih terperinci

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT

BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT BAB 7 PENURUNAN DAYA INGAT A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien gangguan daya ingat. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya gangguan daya ingat. 3. Membedakan klasifikasi gangguan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang

Lebih terperinci

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas Lobus Otak dan Fungsinya Lobus Frontal Lobus frontal adalah rumah bagi pemikiran kognitif kita, dan itu adalah proses yang menentukan dan membentuk kepribadian seorang individu. Pada manusia, lobus frontal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

Darulkutni Nasution Department of Neurology

Darulkutni Nasution Department of Neurology HIGHER CORTICAL C FUNCTIONS (FUNGSI LUHUR) Darulkutni Nasution Department of Neurology University of Sumatera Utara, School of Medicine S I R Integrasi semua impuls afferen pada korteks serebri Gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisit neurologis adalah kelainan fungsional area tubuh karena penurunan fungsi otak, medulla spinalis, saraf perifer dan otot. Tanda tanda defisit neurologis merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH KELOMPOK LOBUS TEMPORAL

TUGAS MAKALAH KELOMPOK LOBUS TEMPORAL TUGAS MAKALAH KELOMPOK LOBUS TEMPORAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurologi KELOMPOK 7 : Hartarti Rabecca Sianturi 190110080023 Nita Anja 190110080027 Lamia Irhammy 190110080029 Aulia Hanafitri

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bell s palsy (kelumpuhan bell) biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang timbul secara akut, yang penyebabnya belum diketahui,tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan masyarakat merupakan persoalan bersama yang harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat. Salah satu bagian dari program kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

NEUROBEHAVIOUR. Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K)

NEUROBEHAVIOUR. Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K) NEUROBEHAVIOUR Dr.dr. Abdul Muis, Sp.S (K) DEMENSIA DEMENTIA Demensia adalah sekelompok gejala seperti kehilangan memori, penilaian, bahasa, keterampilan motorik yang kompleks, dan fungsi intelektual lain

Lebih terperinci

GERSTMANN S SYNDROME

GERSTMANN S SYNDROME GERSTMANN S SYNDROME Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurologi Lestari Fauziah 190110080011 Theresia M. Purba 190110080024 Hj. Dewi Ariani 190110080046 Stella P. Utami 190110080047

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang

Lebih terperinci

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI 1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

Lebih terperinci

ANATOMI GANGLIA BASALIS

ANATOMI GANGLIA BASALIS ANATOMI GANGLIA BASALIS Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus (eksterna dan interna), substansia nigra dan nukleus sub-thalamik. Nukleus pedunkulopontin tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dalam Bahasa Indonesia Putrayasa (2008: 5) mengatakan afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR I AFASIA 1. 2.

BAHAN AJAR I AFASIA 1. 2. BAHAN AJAR I AFASIA Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS Standar Kompetensi : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran Kompetensi Dasar : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada

Lebih terperinci

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin PENGUKURAN FISIOLOGI Mohamad Sugiarmin PENGATAR PENJELASAN SILABI LINGKUP PERKULIAHAN TUGAS PRAKTEK EVALUASI Indera dan Pengukurannya Pengukuran indera ada dua cara 1. Menurut Bentuk a. Indera khusus terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Stroke menurut World Health Organization (WHO) 1995 adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk yang membutuhkan interaksi antara sesamanya. Seseorang akan mengetahui potensi yang dimilikinya bila ia berkumpul bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi retrospektif dan dilakukan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mencari hubungan antara kadar HDL dengan karakteristik

Lebih terperinci

FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE)

FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE) 97 LAMPIRAN 2. FORM OBSERVASI Mini Mental State Examination (MMSE) Nama Pasien : Dokter : Tanggal Pemeriksaan : Fisioterapi : Variable Score Normal Orientasi Sekarang Tahun berapa? 1 Musim apa? 1 Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses dimana kita menghasilkan atau mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Memori adalah proses menyimpan pengetahuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan Judul : Penguasaan kemampuan tutur pasien pasca-stroke setelah mengikuti kelas terapi wicara di rumah sakit umum daerah (rsud) dokter moewardi surakarta Pengarang : Najma Thalia BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1 NPB merupakan penyebab tersering

Lebih terperinci

Rehabilitasi pada perdarahan otak

Rehabilitasi pada perdarahan otak Rehabilitasi pada perdarahan otak Hal-hal yang timbul akibat perdarahan otak menyebabkan gangguan fungsi dan menjadi masalah pokok pada rehabilitasi medik, adalah : lokomotor, ketrampilan tangan, gangguan

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Azwita Effrina Hasibuan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Saraf di FK USU

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode remaja merupakan suatu periode terjadinya perubahan fisik,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode remaja merupakan suatu periode terjadinya perubahan fisik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode remaja merupakan suatu periode terjadinya perubahan fisik, kognitif, dan kematangan sosial yang kritis dari masa anak-anak ke dewasa. Perubahan kognitif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan fungsi saraf pusat

Lebih terperinci

SPEECH THERAPY PADA KLIEN STROKE Oleh: Farida Aini_dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB)

SPEECH THERAPY PADA KLIEN STROKE Oleh: Farida Aini_dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB) SPEECH THERAPY PADA KLIEN STROKE Oleh: Farida Aini_dipublish oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB) I. Deskripsi Topik A. Definisi Klien yang sembuh dari Cerebral Vascular attact (CVA) biasanya masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan telah berhasil menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi akan tetapi disisi lain menimbulkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN LABORATORIUM

PEDOMAN PELAKSANAAN LABORATORIUM PEDOMAN PELAKSANAAN LABORATORIUM TATA TERTIB 1. Setiap praktikan diwajibkan memiliki buku penuntun praktikum 2. Setiap praktikum diharuskan membubuhkan tanda tangan pada daftar absensi sebelum praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,

Lebih terperinci

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor MODUL PERKULIAHAN Sistem Sensorimotor Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh PSIKOLOGI PSIKOLOGI 11 MK61045 Abstract Membahas tentang sistem sensorimotor Kompetensi Mampu menjelaskan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menuju ke penyakit degeneratif dan traumatik menyebabkan prevalensi serangan stroke dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN OLEH : DWI ARISUMA J.100.050.039 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

Raisa Bellana M Putri Soonia Z Kamila Nurul A Denisa Arsanti Nadira Khalida K.

Raisa Bellana M Putri Soonia Z Kamila Nurul A Denisa Arsanti Nadira Khalida K. A P H A S I A Neuropsychology Revised Assesment Raisa Bellana M. 190110070029 Putri Soonia Z. 190110070123 Kamila Nurul A. 190110080003 Denisa Arsanti 190110080021 Nadira Khalida K. 190110080025 Inggar

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp

LAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp LAMPIRAN. Personil Penelitian Nama Jabatan : dr.saulina Dumaria Simanjuntak : Peserta PPDS-I Kedokteran Jiwa FK-USU/ RSUP HAM 2. Biaya Penelitian. Penyediaan obat-obatan : Rp. 5.000.000 2. Akomodasi dan

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN. Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Bapak/Ibu Yth, Saya dr. Inta Lismayani, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan

Lebih terperinci

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin

HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK. Mohamad Sugiarmin HAMBATAN PERHATIAN, KONSENTRASI, PERSEPSI, DAN MOTORIK Mohamad Sugiarmin PERSEPSI Proses mental yg menginterpretasikan dan memberi arti pd obyek yg ditangkap atau diamati oleh indera. Ketepatan persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya pusat rehabilitasi di Surakarta menuntut pengetahuan lebih 1 BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 1948 Prof. Dr. Soeharso mendidik tenaga kesehatan dalam rangka kerja besarnya memulihkan korban perang, dibangun Sekolah Perawat Fisioterapi. Semakin berkembangnya pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat

Lebih terperinci

APHASIA. Klasifikasi Gangguan Bahasa

APHASIA. Klasifikasi Gangguan Bahasa APHASIA Bahasa merupakan sesuatu yang paling kompleks dari perilaku yang ditunjukkan oleh manusia, karena bahasa melibatkan memori, belajar, keterampilan penerimaan pesan, proses, dan ekspresi. Sehingga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STATUS GLASSGOW COMA SCALE DENGAN ANGKA LEUKOSIT PADA PASIEN TRAUMA KEPALA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh: ADE SOFIYAN J500050044 Kepada : FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru V E R T I G O Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA

TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA TUGAS PENGAYAAN KEPANITRAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM NEUROLOGI AMNESIA PASCA TRAUMA Nindy OLEH : Maria Natalia Putri 115070107111078 Pembimbing : dr. Sri Budhi Rianawati, Sp.S PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang berasal dari selubung meninges pada otak dan korda spinalis. Walaupun sel asalnya masih belum dapat dipastikan, kemungkinan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Lebih terperinci

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi?

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua. Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi? Yazid Dimyati Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUSU RSHAM Medan Terlambat bicara Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu

Lebih terperinci

SISWA DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI KULIAH 6 ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI

SISWA DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI KULIAH 6 ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI SISWA DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI KULIAH 6 ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI KOMUNIKASI Komunikasi : proses seseorang dalam menyampaikan ide, perasaan, pendapat, atau pesan ke orang lain, juga termasuk menerima

Lebih terperinci

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009 SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009 TUNA DAKSA Tuna Daksa(cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom PERUBAHAN PADA LANSIA Anatomi Dewasa Perubahan pada lansia Otak Saraf otonom Sistem saraf perifer Otak terletak di dalam

Lebih terperinci

Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Kuliah 3 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi Learning disability? LD adalah istilah umum untuk menggambarkan kondisi sso yang mempengaruhi cara belajar dan keberfungsiannya di dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tagan dibawah ini : Nama : Jenis kelamin: Umur : Pekerjaan : Alamat : Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai

Lebih terperinci

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua

Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua Salah satu keluhan terbanyak dari orang tua Mengapa terlambat? Apa penyebabnya? Boleh ditunggu, sampai umur berapa? Perlu terapi? Leung dan Kao. Am Fam Physician 1999; 59: 3121-39 Maturasi sinap Wernicke:

Lebih terperinci

Bahasa dan Ketunagrahitaan. Oleh Didi Tarsidi

Bahasa dan Ketunagrahitaan. Oleh Didi Tarsidi Bahasa dan Ketunagrahitaan Oleh Didi Tarsidi Bahasa dan inteligensi begitu berkaitan sehingga ada orang yang mendefinisikan ketunagrahitaan berdasarkan defisit bahasanya. Diasumsikan secara meluas bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU

Lebih terperinci

Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca

Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca A. Pendahuluan Diposting oleh : Zikwan, S.Pd. Secara neurobiologis, otak manusia terdiri atas miliaran sel saraf atau neuron

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENYULUHAN DEMENSIA PADA PERTEMUAN KELOMPOK LANSIA (LANJUT USIA) RUMAH SAKIT CONDONG CATUR YOGYAKARTA TAHUN 2009

NARASI KEGIATAN PENYULUHAN DEMENSIA PADA PERTEMUAN KELOMPOK LANSIA (LANJUT USIA) RUMAH SAKIT CONDONG CATUR YOGYAKARTA TAHUN 2009 NARASI KEGIATAN PENYULUHAN DEMENSIA PADA PERTEMUAN KELOMPOK LANSIA (LANJUT USIA) RUMAH SAKIT CONDONG CATUR YOGYAKARTA TAHUN 2009 Oleh: dr. Prijo Sudibjo, MKes, Sp.S. FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat

BAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat BAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN 5.1. Pembahasan Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci