BAB III IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROGRAM AKSELERASI DI SMP ISLAM PEKALONGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROGRAM AKSELERASI DI SMP ISLAM PEKALONGAN"

Transkripsi

1 BAB III IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROGRAM AKSELERASI DI SMP ISLAM PEKALONGAN Bab ini akan memaparkan tentang hasil penelitian dari data yang diperoleh, baik hasil penelitian lapangan yang menggunakan observasi, dokumentasi, dan juga wawancara. A. Profil Sekolah SMP Islam Pekalongan 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Pekalongan Sebuah sekolah yang didedikasikan untuk umat islam, khususnya di kota Pekalongan dan sekitarnya. Khususnya dalam rangka membangun sumber daya umat di masa depan. Setidaknya ini yang telah menjadi cita-cita para pendiri sekitar 63 tahun yang lampau atau 4 tahun setelah Ma had Islam lembaga yang menaunginya berdiri. Pada saat ini penghargaan para pendiri itu telah dirumuskan menjadi visi sekolah. Di tengah gegap gempita revolusi, tepatnya setahun setelah kemerdekaan sebuah langkah besar telah diambil oleh para pendiri perguruan Ma had Islam untuk membangun sebuah SMP. Sekolah yang diharap dapat menjadi kelanjutan bagi siswa Sekolah Rakyat Islam yang telah berdiri empat tahun sebelumnya. 43

2 44 Abdullah Hinduan sebagai tokoh sentral Ma had Islam menyadari peran penting pendidikan dalam pembangunan umat Islam, pergolakan pemikirannya sebagai akibat interaksinya dengan pemikiran sejumlah tokoh Islam dunia khususnya ketika masih belajar di Darul Ulum telah membawa dia untuk mengambil sebuah keputusan dengan mendirikan sekolah umum yang mengajarkan pendidikan umum dan agama secara berimbang. Sekolah Menengah Pertama Islam yang bernaung di bawah yayasan badan wakaf Ma had Islam Pekalongan dan berdiri sejak tahun 1946, kini jumlah siswa yang belajar adalah 627 siswa. Sejak tahun berdirinya sampai sekarang sudah terjadi pergantian kepala sekolah sebagai berikut : a. Al Ustadz Abdullah Hinduan b. Al Ustadz muhammad Baraghbah c. Al Ustadz M. Najib Mahmud d. Al Ustadz H. Ali A Gani e. Al Ustadz H.Muhammad Usman f. Al Ustadz H. Edy Toni 2. Awal berdirinya program akselerasi SMP Islam Pekalongan merupakan satu-satunya sekolah SMP di Pekalongan dan di sepanjang jalan pentura Cirebon-Semarang yang menyelenggarakan program akselerasi (percepatan kelas). Sebelum ditunjuk untuk menyelenggarakan kelas akselerasi, SMP Islam

3 45 Pekalongan juga pernah ditunjuk untuk membuka kelas immercy yaitu kelas dengan bahasa pengantar bilingual, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dan juga pernah ditunjuk untuk menjadikan sekolah dengan rintisan standart Internasional. Baru tiga tahun setelah itu penunjukan untuk membuka kelas akselerasi ini diterima dan dilaksanakan oleh pihak sekolah. Program akselerasi ini berawal dari tahun 2012, program akselerasi di SMP Islam Pekalongan berlandaskan surat dari Dinas Propinsi Jawa Tengah ada bulan Mei 2012 kepada Dinas Kota Pekalongan yang ditunjukkan kepada SMP Islam Pekalongan untuk menyelenggarakan program akselerasi. Selanjutnya SMP Islam Pekalongan menindaklanjuti perintah yang dimandatkan dengan membuat proposal yang kemudian respon oleh BP DIKSUS (Badan Penyelenggaraan Pendidikan Khusus) dengan melakukan kunjungan ke SMP Islam Pekalongan dan mengadakan workshop tentang pendidikan khusus untuk program akselerasi. Setelah dirasa SMP Islam siap untuk membuka program ini, pihak SMP Islam Pekalongan banyak mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang untuk kemajuan program barunya seperti halnya melakukan studi banding ke SMP 2 Semarang, mengikuti dan menghadiri undangan konferensi Nasional (I-BI) di Jakarta, mengikuti workshop untuk mata pelajaran Ujian Nasional di Semarang dll.

4 46 3. Letak Geografis dan Identitas SMP Islam Pekalongan merupakan sekolah menengah swasta yang terletak di tengah jantung Kota Pekalongan dengan NPSP dan No. Statistik Sekolah Bangunan sekolah dengan status tanah bersertifikasi ini merupakan salah satu hak milik yayasan Badan Wakaf Ma had Islam Pekalongan terletak di Jl. Dr. Cipto 39 A, atau berada persis di depan kantor Kospin Jasa Syariah Kota Pekalongan. Sekolah yang dalam kepemimpinan H. Edy Toni S. Pd ini telah melakukan beberap akreditasi sekolah dan hampir sebagian mendapat akreditasi A. pada akreditasi yag paling akhir ini SMP Islam Pekalongan mendapatkan predikat A dengan nilai 96. Sekolah dengan luas bangunan m 2 ini didirikan di atas tanah seluas m 2. SMP Islam Pekalongan ini terletak berdampingan dengan SD Islam V Pekalongan, SD Islam I Pekalongan, SD Islam IV Pekalongan dan TK Islam Pekalongan yang masih dalam satu naungan yayasan Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Sekolah Dalam mengelola satuan pendidikannya, Visi SMP Islam Pekalongan adalah Istiqomah dalam Ibadah, Unggul dalam Prestasi, Sehat Jasmani dan Rohani. 1 Dokumentasi profil sekolah smp islam pekalongan dari staf tata usaha smp islam pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014

5 47 b. Indikator Misi 1) Terdepan dalam prestasi akademik. 2) Terdepan dalam persaingan memasuki sekolah unggulan. 3) Terdepan dalam prestasi kegiatan karya umum. 4) Terdepan dalam prestasi kegiatan olah raga. 5) Terdepan dalam prestasi kegiatan kesenian. 6) Terdepan dalam pemahaman pengalaman agama. 7) Terdepan dalam kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan sekolah. 8) Terdepan dalam penerapan kedisiplinan. 9) Terdepan dalam menggalang partisipasi masyarakat. 10) Terdepan dalam kepedulian sosial. c. Misi Sekolah 1) Memberikan pendidikan dasar Agama Islam seperti Qiro atil Qur an, Fiqih, Tarikh dan bahasa Arab sebagai dasar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dan untuk diamalkan serta sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan Agama yang tinggi. 2) Menjadikan Islam sebagai landasan dan motivasi untuk hidup bersama, saling menghormati, tolong menolong dan berakhlak mulia.

6 48 3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, hingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan kemampuannya. 4) Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler untuk pengembangan kepribadian siswa, baik dalam berorganisasi, ilmu pengetahuan, kesenian dan olah raga. 5) Menumbuhkembangkan budaya bersih, aman, tertib, indah dan kekeluargaan di lingkungan sekolah. 6) Mengikut sertakan siswa dalam setiap kegiatan lomba. d. Tujuan Sekolah Seperti halnya sekolah lain yang memiliki tujuan masingmasing, SMP Islam Pekalongan pun memiliki beberapa tujuan yang dapat dikelompokkan dalam dua tujuan sekolah yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk tujuan umum dari SMP Islam Pekalongan adalah meningkatkan kualitas pendidikan untuk dapat mendorong tercapainya peningkatan pengalaman agama, pencapaian prestasi akademis serta kemampuan kecakapan hidup. Sedangkan untuk tujuan khususnya adalah langkah-langkah sekolah untuk dapat mencapai tujuan umumnya. Beberapa tujuan khusus sekolah ialah setiap warga sekolah ini adalah : 1) Menerapkan nilai-nilai Islami dalm kehidupan pribadinya dan menyebarkan dalam lingkungan keluarga serta masyarakat sekitarnya.

7 49 2) Memperoleh nilai rata-rata Ujian Nasional 8,0. 3) Memiliki tenaga pendidik yang profesional, penuh pengabdian dan berdedikasi tinggi. 4) Memiliki klub yang mampu menjadi Juara tingkat Kota dan Propinsi. 5) Semua siswa peduli terhadap ketertiban, kebersihan, keindahan dan kekeluargaan. 2 e. Program-program Strategis SMP Islam Pekalongan Untuk mencapai tujuan, visi, misi SMP Islam Pekalongan, merumuskan program-program sebagai berikut: 1) Mengoptimalkan mata pelajaran agama dan pengamalannya. 2) Mengintregasikan pelajaran agama dengan pelajaran umum dan sebaliknya. 3) Mengoptimalkan ketuntasan mata pelajaran dan daya serap. 4) Mengikutsertakan guru dalam penataran dan Retraining Bintek serta penyetaraan ke jenjang S-1. 5) Pembinaan dan pelatihan secara rutin olah raga prestasi. 6) Pembinaan dan pelatihan secara rutin seni musik. 7) Pembinaan dan latihan secara rutin kepada siswa yang berprestasi akademik. 8) Mengefektifkan pelajaran bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari. 2 Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014

8 50 9) Mengintensifkan Kelompok Belajar Ilmiah. 10) Mengintensifkan siswa untuk menulis mading dan majalah sekolah. 11) Menambah buku-buku bacaan siswa. 12) Memupuk kesadaran siswa dalam pelaksanaan 5K. 13) Menggalang dana di luar dana-dana rutin Sumber Daya Manusia SMP Islam Pekalongan a. Data Guru dan Karyawan SMP Islam Pekalongan mempunyai guru 46 orang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing. Untuk kelas akselerasinya ada 17 guru yang sudah terhitung dari 46 guru yang ada. Adapun daftar guru dan karyawan SMP Islam Pekalongan tahun 2014/2015 : Tabel 3.1 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Islam Pekalongan 2014/2015 No. Jabatan Jumlah 1 Kepala Sekolah 1 2 Wakil Ketua Sekolah 1 3 Pembantu Wakil Kepala Sekolah 5 4 Guru Mata Pelajaran 46 3 Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014

9 51 5 Karyawan 16 Total 69 Dalam rangka meningkatkan potensi intelektual peserta didik SMP Islam Pekalongan melengkapi media pengajaran di kelas dan laboratorium dengan alat canggih dan modern, seperti dengan disediakannya jaringan hotspot di lingkungan sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat mengakses internet. Dengan adanya jaringan internet ini juga sangat membantu dalam pembelajaran untuk program akselerasi yang sering kali menggunakan dunia internet karena pembelajarannya yang berbasis TIK. Seperti kutipan wawancara dengan TF pembantu Wakasek Sie Kurikulum :... praktek komputer karena pembelajaran di kelas akselerasi ini berbasis TIK jadi baik siswa apalagi gurunya harus mampu mengoperasikan komputer... 4 b. Data siswa Jumlah siswa untuk kelas akselerasi untuk dua angkatan yang ada di SMP Islam Pekalongan dapat di lihat pada tabel di bawah ini : 4 Transkip Wawancara I

10 52 Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas Akselerasi SMP Islam Pekalongan No. Kelas 2013/ / Kelas VII Kelas VIII Kelas IX - - Jumlah Jumlah ideal untuk kelas akselerasi perkelasnya adalah 20 orang. Untuk jumlah rombongan dalam belajar kelas akselerasi VIII ada satu kelas dengan 13 siswa dan untuk kelas VII ada satu kelas walaupun sebenarnya pada tahun pelajaran 2013/2014 ini telah membuka dua kelas, namun dari hasil serangkaian tes yang harus dijalani oleh calon peserta didik, pada tahun pelajaran 2014/2015 ini terjaring 15 siswa Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Islam Pekalongan dan dipergunakan dalam pembelajaran maupun menunjang proses pembelajaran adalah : 5 Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober 2014

11 53 a. Ruang kelas Tabel 3.3 Jumlah ruang kelas SMP Islam Pekalongan 2013/2014 No. Kelas Ukuran Kondisi Keterangan 1 VII-1 8 x 9 Baik Kelas Akselerasi 2 VII-2 8 x 9 Baik 3 VII-3 8 x 9 Baik 4 VII-4 8 x 9 Baik 5 VII-5 7 x 9 Rusak 6 VII-6 7 x 9 Rusak 7 VII-7 7 x 9 Rusak 8 VIII-1 8 x 9 Baik Kelas Akselerasi 9 VIII-2 8 x 9 Baik 10 VIII-3 8 x 9 Baik 11 VIII-4 7 x 9 Rusak 12 VIII-5 7 x 9 Rusak 13 VIII-6 7 x 9 Rusak 14 IX-1 8 x 9 Baik 15 IX-2 8 x 9 Baik 16 IX-3 8 x 9 Baik 17 IX-4 8 x 9 Baik 18 IX-5 7 x 9 Rusak

12 54 19 IX-6 7x 9 Rusak 20 IX-7 7 x 9 Rusak 21 IX-8 7 x 9 Rusak Tabel 3.4 Jumlah Ruang Penunjang SMP Islam Pekalongan No. Nama Ruang Ukuran Kondisi Jumlah 1 Ruang Kantor 7 x 9 Baik 1 2 Ruang Perpustakaan 7 x 18 Baik 1 3 Ruang Komputer... x... Baik 1 4 Ruang Guru Pa 8 x 9 Baik 1 5 Ruang Guru Pi 8 x 9 Baik 1 6 Ruang TU 7 x 9 Baik 1 7 Ruang OSIS 3 x 4 Baik 1 8 Ruang UKS 3 x 7 Baik 1 9 Ruang BP/BK 3 x 11 Baik 1 10 Ruang Multimedia 8 x 18 Baik 1 11 Laboratorium Biologi 8 x 18 Baik 1 12 Laboratorium Fisika 7 x 9 Baik 1 Sarana yang diperoleh anak akselerasi sedikit berbeda dengan anak reguler, ini dapat dilihat dari ruang kelas yang digunakan. Untuk ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan adanya

13 55 LCD yang sangat menunjang bagi pembelajaran yang berbasis TIK, sedangkan untuk kelas yang reguler dan olahraga ketika guru dalam pembelajarannya ingin menggunakan LCD, maka siswa digiring menuju ruang multimedia atau ruang laboratorium Fisika dan laboratorium Kimia yang telah dilengkapi dengan LCD. 6 Begitu pula yang diungkapkan oleh TF (Waka kurikulum) adalah sebagai berikut :... bahwa sekolah menyediakan ruang BP/BK, ruang UKS, mushola, lab fisika, lab kimia, lab komputer, dan perpustakaan.(subyek 1, Wawancara 1, baris ) 7 Hasil observasi menujukkan bahwa kelas akselerasi dilengkapi dengan adanya AC yang tidak dimiliki kelas reguler. Kemudian, bangku yang digunakan oleh siswa akselerasi adalah bangku baru dengan model baru. Dilihat dari fasilitasnya pantaslah jika biaya yang diperlukan untuk kelas akselerasi sedikit di atas biaya kelas reguler. 8 Ruang kelas akselerasi untuk pembelajaranpun dilengkapi dengan hotspot area untuk memepermudah terhubung dengan internet, seperti yang dituturkan oleh MH guru mata pelajaran PAI ini : 6 Dokumentasi profil sekolah SMP Islam Pekalongan dari staf tata usaha SMP Islam Pekalongan tahun 2014, dikutip tanggal 16 oktober Transkip Wawancara I 8 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Selasa, 21 Oktober 2014 pukul WIB

14 56... Kalau di kelas aksel juga kan menggunakan sumber belajar dari internet... (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ke 78-79) 9 Dapat disimpulkan bahwa ruang akselerasi berbeda dengan ruang kelas reguler. Jika ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan AC dan LCD yang sudah terhubung dengan jaringan internet, sedangkan kelas reguler tidak. B. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Program Akselerasi di SMP Islam Pekalongan 1. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Program Akselerasi Sejalan dengan potensi keberbakatan yang dimiliki siswa akselerasi ini, kurikulum yang dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikan di SMP Islam Pekalongan adalah merupakan kurikulum yang dikembangkan secara berdiferensiasi. Disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang mempunyai kecerdasan dan bakat luar biasa. Yang disusun secara khusus dalam kalender akademik program akselerasi. Tapi pada dasarnya secara keseluruhan, tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang ada pada program reguler. Hanya waktunya saja yang dipersingkat dari 3 tahun menjadi 2 tahun. Sebagaimana yang diungkapkan oleh MH guru mapel PAI sebagai berikut: 9 Transkip Wawancara II

15 57 Secara keseluruhan program akselerasi dengan program reguler pada intinya sama, hanya saja waktu penyelenggaraan yang berbeda, waktunya dipercepat. terdapat hal khusus yang harus lebih diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan program akselerasi. Sebagaimana yang dilaksanakan di SMP Islam Pekalongan, sebagai salah satu jenjang Sekolah yang diberikan kesempatan untuk menyelenggarakan program akselerasi (percepatan belajar) untuk siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Yaitu: proses rekrutmen, kegiatan pembelajaran, dan kurikulum yang dipergunakan. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 10 Agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru memberikan kebebasan kepada para siswanya dalam menggunakan literatur-literatur yang menunjang bagi belajar mereka. 11 Disamping itu, guru juga mengambil sumber belajar apa saja yang dapat digunakan selama sumber belajar tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan pengalaman belajar bagi siswa. Khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Seperti yang ditukaskan oleh Waka Kurikulum sebagai berikut:... diberi kesempatan anak untuk bertanya, anak sudah dibiasakan pembelajaran tanpa guru. Karena kebiasaan belajar sendiri ini terkadang ada anak yang bertanya jauh dari materi yang sedang dipelajari. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris ke 36-38) 12 WIB 10 Transkip Wawancara II 11 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Kamis, 16 Oktober 2014 pukul Transkip Wawancara I

16 58 Anak-anak akselerasi ini cenderung hiperaktif dan suka sekali belajar. Dan juga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Jadi, seorang guru harus benar-benar mempunyai manajemen pengolahan kelas yang benar agar suasana kelas tetap kondusif. Seperti yang diungkapkan oleh MH:... kebanyakan dari mereka itu anaknya hiperaktif dan sudah sekali belajar. Pernah itu di Sekolah kan akan ada acara Dies Natalis, otomatis guru-gurunya sibuk mempersiapkan acara tsb. Pembelajaran di kelas pun akhirnya dibubarkan, karena gurunya sedang ada urusan. Anak-anak aksel itu malah gak mau pulang, masih ingin belajar. yahhh.. kok dipulangkan si pak, kita kan masih ingin belajar. Guru disini kan berperan sebagai motivator. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 53-57) 13 Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa desain pembelajaran PAI pada program akselerasi adalah hampir sama dengan program reguler. Hanya saja alokasi waktunya dipersingkat dan dipadatkan, dari 3 tahun menjadi 2 tahun. 2. Komponen-komponen dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Program Akselerasi Dalam suatu pembelajaran dibutuhkan sebuah sistem pembelajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Sistem pembelajaran tersebut terdiri dari beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu: 13 Transkip Wawancara II

17 59 a. Kurikulum Pembelajaran Pemberlakuan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional tentang standar pendidikan nasional, dalam rangka merespon dan mengembangkan fungsi pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta efisiensi manajemen pendidikan. Seperti yang dituturkan oleh MH guru mata pelajaran PAI : Seperti yang diharapkan oleh kurikulum 2013 seperti itu, kita disuruh mengamati, merenungkan. Misal dicontohkan salah satu anak melakukan praktik sholat mayit, dan temanteman yang lain mengamati, apakah anak yang praktik ini sudah betul dalam melakukan sholat mayit atau masih ada kekurangan... (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 14 Dalam penyusunan kurikulum dan jadwal programnya disesuaikan dengan kalender pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari kurikulum nasional dan kurikulum lokal. Besaran bobot mata pelajaran yang diajarkan telah diatur melalui Promes (Program Semester), Prota (Program Tahunan) dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Serta pelaksanaan KBM yang disesuaikan dengan kalender pendidikan, biasanya kalender pendidikan ini telah dirumuskan oleh DINDIKPORAT pusat. Jadi, sekolah hanya menyesuaikan dan mengaplikasikan jadwal tersebut Transkip Wawancara II 15 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Kamis, 16 Oktober 2014, pukul 09.15

18 60 Kurikulum yang digunakan adalah menggunakan model C2 atau C3 yang standar kesulitannya lebih sulit dibandingkan dengan kelas reguler, seperti yang diungkapkan oleh TF sebagai berikut: Untuk aksel terutama pada RPP nya diharapkan modelnya model yangg menantang atau kalau dalam bahasa kurikulum menggunakan model soal c2 atau c3. Pada RPP selain beda alokasi waktunya, metodemetodenya juga berbeda, karena di kelas aksel metode ceramah diminimalisir. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 3-9) 16 Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pembelajaran yang digunakan pada program akselerasi adalah menggunakan kurikulum 2013, sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hanya saja, terdapat pemadatan waktu dan siswa diharapkan dapat menemukan hal-hal baru sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum 2013 tersebut. b. Peserta Didik Untuk menjadi peserta didik program akselerasi harus memenuhi beberapa syarat yang harus ditempuh, seperti yang diungkapkan oleh TF: Selain syarat-syarat yang umum seperti fc ijazah, skhun dan lain2, untuk siswa aksel nilai rata2 rapornya dari kelas IV harus 8,00 untuk mapel UNnya, jg IQ nya harus minimal 130 skala Wescier. 16 Transkip Wawancara I

19 61 Dan telas lolos mengikuti serangkaian tes yang dilakukan. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 88-94) 17 Siswa kelas akselerasi adalah siswa dengan kemampuan di atas kelas regular. Ini akan mempermudah guru dalam menyampaikan pelajaran. Seperti yang dituturkan oleh MH guru mapel PAI sebagai berikut: Anak aksel dijelaskan sekali dua kali sudah pada faham, nggak seperti anak reguler yang dijelaskan berulang-ulang kali. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 81-84) 18 Siswa kelas akselerasi dapat cepat menangkap dan memahami serta mengingat mata pelajaran yang telah diberikan. Maka, diperlukan adanya kualitas intellegensinya digolongkan pada taraf pintar atau cerdas sangat membantu berjalannya proses KBM dengan waktu yang dipersingkat dibandingkan dengan kelas regular. MH mengatakan bahwa: Karena anak-anak aksel ini kan IQ nya 130, kebanyakan dari mereka itu anaknya hiperaktif dan sudah sekali belajar. Pernah itu di Sekolah kan akan ada acara Dies Natalis, otomatis guru-gurunya sibuk mempersiapkan acara tsb. Pembelajaran di kelas pun akhirnya dibubarkan, karena gurunya sedang ada urusan. Anak-anak aksel itu malah gak mau pulang, masih ingin belajar. (Subyek 2, Wawancara 2, baris 52-57) Transkip Wawancara I 18 Transkip Wawancara II 19 Transkip Wawancara II

20 62 Seperti apa yang dijelaskan oleh MH di atas, dengan in come yang sudah baik, tugas sekolah yang harus mengolah siswa agar dapat mencetak out come yang semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang masuk program akselerasi adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibanding kelas reguler. Harus melewati beberapa tes dan IQ yang dimiliki adalah 130 skala wescier. Jadi, peserta didik benarbenar siswa yang mempunyai kemampuan lebih. c. Tenaga Pendidik Guru dalam suatu pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Dalam pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan yang bagi siswa yang diajarnya, tetapi sebagai pengelola pembelajaran. 20 Dengan demikian efektifitas pembelajaran terletak pada pundak seorang guru. TF mengungkapkan bahwa: Untuk guru kelas aksel itu ya sama harus sudah S1, dan semua guru yang di SMP Islam alhamdulillah sudah sarjana semua jadi ya sudah bisa untuk mengajar di kelas aksel. Semua guru itu pada dasarnya sama, tidak membedakan-bedakan guru yang ada ya. Tapi bisa dilihat dari kinerjanya lebih, disiplinnya lebih. Intinya semua guru itu sama tapi dari yg baik itu kita pilih yg terbaik. (Subyek 2, Wawancara 2, baris 76-85) 21 Begitu pula yang diungkapkan oleh guru mata Pelajaran PAI ini adalah sebagai berikut : 20 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Selasa, 21 Oktober 2014 pukul Transkip Wawancara I

21 63... Guru yang mengajar juga sebetulnya sama, hanya saja diambil yang lebih mumpuni dan lebih senior. (Subyek 2, Wawancara 2, baris 41-43) 22 Guru yang mengajar di kelas akselerasi juga merupakan guru yang memiliki potensi lebih dibandingkan dengan guru-guru yang lain. Serta guru program akselerasi tersebut diikutkan pada pelatihan-pelatihan atau workshop. d. Materi / Bahan Ajar Dalam kelas akselerasi KBM ditekankan untuk mata pelajaran yang essensial, baik materi Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah. Bahan ajar atau materi pembelajaran diambil dari buku paket dan dari internet. Sebagaimana telah ditukaskan oleh Waka Kurikulum :... yang ditekankan kepada siswa adalah materi yang essensial, untuk materi yang non essensial ini anak belajar sendiri atau dengan pemberian tugas-tugas, meski tetap diberi kesempatan anak untuk bertanya... (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 32-36) 23 Karena waktu pembelajaran yang ditempuh juga dipersingkat, materi yang disampaikan pun materi-materi pilihan. Seperti hasil wawancara dengan MH (guru mapel PAI) : Karena anak aksel itu pilihan ya IQ 130, jadi yang disampaikan itu tidak semua materi, tetapi materi yang disampaikan inti-intinya 22 Transkip Wawancara II 23 Transkip Wawancara I

22 64 saja. Misal: renungkan apa yg disebut dengan kekuatan Allah?, anak aksel itu bisa menjawab. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 24 Selain pertimbangan tersebut, karena materi yang disampaikan adalah materi yang essensial, agar siswa akselerasi ini dapat ditempuh dengan sekolah 2 tahun. Sebagaimana yang diungkapkan oleh TF:...maka anak akselerasi itu cukup 2 tahun sehingga untuk materi yang disampaikan itu materi yang essensial. Materi yang tidak essensial itu contohnya materi tadi dianggap oleh guru anak bisa belajar sendiri atau diberikan rangkuman... (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 17-23) 25 Dapat diambil kesimpulan bahwa materi pembelajaran pada PAI pada program akselerasi adalah hanya materi-materi yang essensial saja, atau materi yang pokok. Karena anak akselerasi ini dijelaskan satu dua kali sudah faham, jika materinya terus diulangulang siswa akselerasi akan merasa bosan. Dan untuk mengejar target UN. e. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan metode penugasan, metode latihan, metode inquiry, dan metode ceramah. Untuk materi yang non-essensial siswa banyak diberi 24 Transkip Wawancara II 25 Transkip Wawancara I

23 65 tugas individu, serta tugas merangkum atau menghafal. Sebagaimana hasil wawancara dengan Waka Kurikulum :... guru kelas aksel dilarang banyak-banyak menggunakan metode ceramah, lebih banyak ke latihannya, metode inquiry atau penemuan, tugas-tugas. Dan jika guru mau menerangkan materi juga harus berbasis TIK, jadi guru biasanya sudah membuat power point untuk mengajar. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 44-51) 26 Begitupula dengan yang titukaskan oleh guru mapel PAI: Metode ceramah juga bisa, tetapi kalau anak aksel jangan sering-sering menggunakan metode ceramah, karena anaknya akan cepat merasa bosan. Biasanya menggunakan LCD yang buat power point itu si mbak, ada juga metode renungan, penugasan, merangkum, dan juga metode latihan,... (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 75-80) 27 Begitu pula yang diungkapkan oleh SS: ada ceramah, latihan, meresum, menggunakan LCD, pernah juga pake metode drama, yang disuruh berperan sesuai tokoh itu. (Subyek 4, Wawancara 3, baris ke 11-14) 28 Metode ini digunakan karena guru menganggap siswa telah mampu untuk belajar mandiri, namun pantauan dan perhatian dari guru tetap diberikan. 29 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran PAI program akselerasi adalah menggunakan metode pembelajaran yang beragam, aktif dan kreatif. WIB 26 Transkip Wawancara I 27 Transkip Wawancara II 28 Transkip Wawancara IV 29 Observasi di SMP Islam Pekalongan pada hari Selasa, 21 Oktober 2014 pukul 09.00

24 66 f. Media atau Alat Pembelajaran Media atau alat pembelajaran merupakan komponen yang menunjang dalam suatu pembelajaran. Media merupakan sebagai alat perantara untuk membantu memahamkan siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru. Dalam kelas akselerasi ini menggunakan alat atau media yang berbasis TIK. Sebagaimana dikutip dari hasil wawancara dengan MH (guru mapel PAI) sebagai berikut :... menggunakan buku panduan, juga menggunakan media LCD dari proyektor itu mbak... (Subyek 2, Wawancara 2, Baris 90-92) 30 Begitu pula yang dikutip dari hasil wawancara dengan TF (Waka Kurikulum) :... Dan jika guru mau menerangkan materi juga harus berbasis TIK, jadi guru biasanya sudah membuat power point untuk mengajar. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 42-51) 31 Jadi, media atau alat yang digunakan pada saat pembelajaraan Pendidikan Agama Islam adalah dengan menggunakan media yang berbasis TIK agar siswa tidak cepat merasa bosan dan akan lebih mudah difahami. 30 Transkip Wawancara II 31 Transkip Wawancara I

25 67 g. Evaluasi Pembelajaran Dalam penyusunan KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) pada kelas akselerasi KKMnya adalah 8,00 dari pusat dan yang menentukan guru mata pelajaran masing-masing. Sebagaimana dari hasil kutipan wawancara dengan TF :... untuk KKM nya 8,00 dan siswa dirasa mampu untuk mencapai KKM ini bahkan bisa melebihi dari KKM. Jadi, sedikit dari anak aksel yang mengikuti program perbaikan. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 70-73) 32 Beda lama waktu yang diperlukan bagi kelas regular dan kelas akselerasi menjadikan berbeda pula waktu pelaksanaan evaluasi. Untuk kelas akselerasi adalah model C2 atau C3 yang lebih berbobot dibandingkn dengan kelas regular yang menggunakan soal C1. Sebagaimana hasil wawancara dengan TF Waka Kurikulum adalah sebagai berikut:... model evaluasi kelas aksel modelnya lebih menantang, kalau dalam bahasa kurikulum model soal C2 atau C3 bisa dicontohkan kalau kls reguler soalnya: Indonesia terdiri dari berapa pulau? Kalau aksel bahasanya sudah menggunakan mengapa, bagaimana. Artinya pertanyaanpertanyaan bentuk seperti itu jadi siswa dapat menganalisa itu harapannya seperti itu. (Subyek 1, Wawancara 1, Baris 54-65) 33 Sama seperti kelas regular, untuk mengetahui hasil pembelajaran di kelas akselerasi menggunakan tes tertulis seperti 32 Transkip Wawancara I 33 Transkip Wawancara I

26 68 ulangan harian, UTS dan ulangan akhir atau kenaikan kelas. Sebagaimana yang dijelaskan oleh MH guru mapel PAI : Seharusnya si tiap bab langsung evaluasi, tetapi waktunya kan kurang memungkinkan. Kalau yang kelas reguler itu UTS, sedangkan kelas akselerasi itu UAS. Bentuk evaluasinya ada yang lisan dan ada yang tertulis juga. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 34 Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan pada mata pelajaran PAI program akselerasi adalah evaluasinya lebih menantang atau tingkat kesulitannya lebih sulit dibanding dengan kelas reguler. h. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang menjadi patokan dalam suatu pembelajaran agar dapat tercapai dengan yang diinginkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh MH adalah sebagai berikut: Saya rasa sudah, buktinya kalau ujian itu nilai-nilai nya pada bagus, ada yang sampai 97. Malah waktu UN kemaren itu mbak, ada anak aksel yang mapel matematika itu mendapat nilai 100. Kemudian anak aksel yang masuk di SMA 1 Pekalongan itu ada 3 34 Transkip Wawancara II

27 69 anak, dan ada 1 anak masuk di SMA 1 Batang. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 35 Jadi dapat disimpulkan bahwa, walaupun pembelajaran yang dilaksanakan pada program akselerasi adalah alokasi waktu yang sangat singkat dan padat, namun tujuan pembelajaran tetap dapat dicapai. Dan pembelajaran dapat tetap efektif karena dari segi pendidik, peserta didik, serta sarana dan prasarana semuanya memadai. C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Pekalongan 1. Faktor pendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas akselerasi Faktor pendukung bisa saja terjadi faktor pendukung langsung dan faktor pendukung tidak langsung. Yang menjadi faktor pendukung tidak langsung adalah sebagai berikut yang diungkapkan oleh TF: dapat dilihat bahwa sekolah menyediakan ruang BP/BK, ruang UKS, mushola, Laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium komputer dan juga perpustakaan (Subyek 1, Wawancara 1, Baris ) 36 Yang menjadi faktor pendukung terlaksananya pembelajaran PAI adalah adanya dorongan atau dukungan dari luar. Baik itu berupa 35 Transkip Wawancara II 36 Transkip Wawancara I

28 70 motivasi dan sarana prasarana yang mendukung terlaksananya pembelajaran PAI. Sebagaimana diungkapkan oleh MH guru mapel PAI adalah sebagai berikut: Kalau faktor pendukung : adanya dukungan dari orangtua, mata pelajaran PAI kan juga banyak, ada al-qur an Hadits, fiqih, dll, juga yang pasti guru juga memberikan spirit kepada anak-anak agar anak-anak menjadi semangat. Selain itu juga adanya sarana prasarana yang memadahi, sehingga mempermudah siswa dalam belajar. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 37 Begitu pula yang ditukaskan oleh SS bahwa : orang tua saya selalu mendukung saya pada hal-hal yang positif, di sini juga kan banyak kegiatan agamanya, jadi orang tua saya seneng. (Subyek 4, Wawancara 3, baris 51-56) 38 Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung itu terdiri dari dua, yaitu faktor pendukung langsung dan faktor pendukung tidak langsung. Faktor pendukung tidak langsung adalah berupa sarana prasarana yang memadai, yang memudahkan siswa dalam menuntut ilmu pengetahuan. Sedangkan yang menjadi faktor pendukung langsung adalah berupa dorongan atau motivasi dari orang tua dan guru agar selalu giat dalam belajar. 2. Faktor penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam kelas akselerasi Sebagaimana yang dijelaskan oleh guru mapel PAI yaitu : 37 Transkip Wawancara II 38 Transkip Wawancara IV

29 71 Sedangkan faktor penghambat diantaranya : orang tua tidak mendukung, contoh : anak sakit-sakitan, Yaudah kamu masuk kelas reguler saja, nah itu kan dapat menghambat pembelajaran. Selain itu kalau jam pelajaran dipulangkan, karena guru juga masih mengurus yang lain, karena anak sudah dijelaskan sama gurunya, kemudian siswa melanjutkan belajar sendiri. (Subyek 2, Wawancara 2, Baris ) 39 Faktor yang menghambat pembelajaran PAI di kelas akselerasi yaitu kurangnya dorongan atau motivasi dari orang tua serta terhambat oleh kegiatan-kegiatan rapat sekolah yang membubarkan siswanya lebih awal dari jam biasanya. Sedangkan menurut persepsi AG adalah sebagai berikut: kayaknya hampir tidak ada yang saya keluhkan dengan pembelajaran di kelas akselerasi.oh iya, hanya jam belajar di pondok untuk waktu belajar saya karena PR kelas akselerasi itu sangat banyak (Subyek 3, Wawancara 3, Baris 31-35) 40 Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran di program akselerasi khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dukungan dari pihak orang tua tidak memotivasi anaknya. 39 Transkip Wawancara II 40 Transkip Wawancara III

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi. BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan judul Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Pekalongan

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Pekalongan BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Islam Pekalongan 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Pekalongan Sekolah yang didedikasikan untuk umat islam, khususnya di kota Pekalongan dan sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Fisik Sekolah No. Nama Ruang Jumlah

A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Fisik Sekolah No. Nama Ruang Jumlah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah proses dimana setiap manusia melalui proses dan jenjang untuk pembentukan diri dan penentu

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan SMP 28 Semarang SMP 28 Semarang berdiri tahun 1985 dengan lokasi sekolah berada di ujung barat wilayah Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Mangkangkulon

Lebih terperinci

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sebelum tim KKN-PPL UNY 2014 diterjunkan ke lapangan dalam hal ini SMA N 2 Wates, Tim PPL terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah, hal ini dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. Sebelum dikemukakan sejarah berdirinya SMP N 1 Tragah Bangkalan, terlebih dahulu penulis kemukakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 46 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Sekolah 4.1.1 MTs.S Darul Hasanah. Sekolah MTs.S Darul Hasanah adalah nama sekolah yang bergerak dibidang pendidikan, guna melahirkan siswa yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH. A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan

BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH. A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan BAB III IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH A. Gambaran Umum SD Islam Simbangwetan Pekalongan 1. Sejarah Berdirinya SD Islam Simbangwetan Buaran Pekalongan didirikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Sekolah Pada sub bab ini akan membahas mengenai sejarah sekolah, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, dan tugas-tugas wewenang. 3.1.1 Sejarah

Lebih terperinci

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH I. Akreditasi 1. Dokumen piagam akreditasi 2. MoU/program kerja sama dengan pihak lain/sekolah/lembaga pendidikan internasional II. III. Kurikulum 1. Dokumen

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Bandarlampung

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Bandarlampung BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri di Kota Bandarlampung Sekolah menengah atas (SMA) merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN BAB III KEGIATAN PEMBIASAAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN FIQIH DI MIS KARANGANYAR 01 KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN A. Keadaan Umum Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah 01 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMA Muhammadiyah 1 Taman Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Taman adalah Sekolah Menengah Atas Swasta yang bertempat di Jalan Raya Ketegan No 35 Sepanjang

Lebih terperinci

STRUMEN PEDOMAN WAWANCARA

STRUMEN PEDOMAN WAWANCARA STRUMEN PEDOMAN WAWANCARA 1. Responden : Kepala Sekolah/Guru 2. Hari/tgl/waktu :.. 3. Tempat : Pertanyaan: 1. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir SMP Negeri 9 memiliki prestasi yang membanggakan. Langkah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis situasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa PPL untuk memperoleh data mengenai kondisi baik fisik maupun non fisik yang ada di SMP Negeri 1 Prambanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan 70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan penelitian serta langkah-langkah pengolahan data, maka diperoleh data-data

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah berkembang sejak dahulu dan

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Dunia pendidikan di indonesia sudah berkembang sejak dahulu dan BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi Dunia pendidikan di indonesia sudah berkembang sejak dahulu dan mengalami banyak sekali perkembangan. Banyak sekolah yang mulai berdiri dan menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil SD Negeri 1 Tegorejo Penelitian Evaluasi Program Supervisi Akademik ini mengambil lokasi di SD Negeri 1 Tegorejo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Sekolah Keberadaan SMP N 2 Ngaglik Sleman sejak tahun 1967 yang sebelumnya merupakan Filial SMP N 1 Ngaglik Sleman. SMP N 2 Ngaglik Sleman dikenal luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011 Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA Jl. Palabuhanratu Km.29 Desa/Kec.Warungkiara Telp/Fax (0266)320248 Website:

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Sebelum pelaksanaan PPL banyak hal yang perlu dipersiapkan dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Beberapa hal yang dilakukan mahasiswa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Kelas Akselerasi di SMA

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Kelas Akselerasi di SMA 113 BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan uraian bahasan sesuai dengan temuan penelitian. Seperti yang ditegaskan dalam teknik analisis kualitatif deskriptif (pemaparan) dari data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) A. Persiapan Sebelum melaksanakan kegiatan PPL hal yang penting untuk dilakukan adalah rapat koordinasi dengan teman

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa agar dalam penyelenggaraan pendidikan di

Lebih terperinci

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH A. Visi Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi madrasah dan digunkan untuk memandu perumusan misi madrasah. Dengan kata lain, visi adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Tentang Perusahaan 2.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Pandaan SMA Negeri 1 Pandaan berdiri pada tahun 1974 dengan nama SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan).

Lebih terperinci

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Lampiran 1 Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Lampiran 2 Landasan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

Lebih terperinci

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas.

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Candimulyo Magelang yang terletak di JL. Candimulyo, KM. 4, Candimulyo, Magelang. SMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan 1. Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikhususkan bagi mereka pemuda indonesia yang ingin mengabdikan dirinya sebagai guru dan bagi mereka

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Agung Tri Wibowo NIM : Jurusan : Pendidikan Fisika

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 MAGELANG. Disusun oleh : Nama : Agung Tri Wibowo NIM : Jurusan : Pendidikan Fisika LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 3 MAGELANG Disusun oleh : Nama : Agung Tri Wibowo NIM : 4201409024 Jurusan : Pendidikan Fisika FAKULTAS FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i KATA

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN SISTEM KREDIT SEMESETER DI SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang Email:

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI PONOROGO 2015 (STUDI KASUS SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PONOROGO) A. Bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Madrasah 1. Sejarah Berdirinya Madrasah 1 Madrasah Tsanawiyah Nu 08 Gemuh Kendal yang berlokasi di Jl. Puskesmas No. 02, Pamriyan, Gemuh, Kendal,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 722 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN PENYELENGGARAAN WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

Introduction. Nursyamsuddin

Introduction. Nursyamsuddin Oleh Nursyamsuddin Introduction Lahir di Purwakarta, 7 Oktober 1967 SD, SMP, SMA di Purwakarta S-1 Fisika di Jakarta S-2 Magister Manajemen dan Magister Pendidikan di Jakarta Berkeluarga; 2 orang putra

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 5 SEMARANG Disusun Oleh Nama : Putri Indah Kurniawati NIM : 3401409075 Prodi : Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KELAS UNGGULAN (EXCELLENCE) AGAMA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMPN 2 Pamekasan) Suwantoro

IMPLEMENTASI KELAS UNGGULAN (EXCELLENCE) AGAMA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMPN 2 Pamekasan) Suwantoro IMPLEMENTASI KELAS UNGGULAN (EXCELLENCE) AGAMA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMPN 2 Pamekasan) Suwantoro I Dalam kategori penyebutan identitas manusia, salah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah /

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah / BAB V PEMBAHASAN A. Kurikulum di SMPN 2 Ngimbang Lamongan Analisis data pada bab ini didasarkan pada data penelitian lapangan yang telah dibahas pada bab 4 dengan kajian teori pada bab 2. Penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama BAB IV ANALISIS A. Analisis Implementasi Standar Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menurut Kurikulum 2013 Dari kajian teoritis maupun data lapangan yang penulis jabarkan, maka langkah selanjutnya

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

APLIKASI PROGRAM SELEKSI MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH PERCONTOHAN (UNGGULAN) TAHUN 2014

APLIKASI PROGRAM SELEKSI MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH PERCONTOHAN (UNGGULAN) TAHUN 2014 SUBDIT MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH DIREKTORAT PENDIDIKAN DINIYAH DAN PONDOK PESANTREN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA APLIKASI PROGRAM SELEKSI MADRASAH DINIYAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 2 SUBAH Disusun oleh: Eko Prastyo Herfianto 2101409072 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

A. ANALISIS SITUASI. a. Visi : Unggul dalam prestasi, mampu bersaing di era Global dan terpuji dalam budi pekerti.

A. ANALISIS SITUASI. a. Visi : Unggul dalam prestasi, mampu bersaing di era Global dan terpuji dalam budi pekerti. 1 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan sebuah rangkaian program PPL yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran.

Lebih terperinci

A. ANALISIS SITUASI 1. Profil SMK Muda Patria Kalasan

A. ANALISIS SITUASI 1. Profil SMK Muda Patria Kalasan BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan modern menuntut adanya sumber daya manusia yang semakin berkualitas. Dalam membentuk manusia yang berkualitas salah satunya diperlukan

Lebih terperinci

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan BAB.I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Objek Penelitian 1. Identitas Sekolah Penelitian untuk tugas akhir dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan dengan Nomor Statistik Sekolah / NPSN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan dibidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Pada tahun 1927 bangunan SMP Negeri 1 Banjarmasin dibangun dengan NSS : 201156002001, yang memiliki luas tanah 5,305 m 2 yang terletak di Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKN-PPL Penjas UNY - SMA N 3 Klaten

BAB I PENDAHULUAN. KKN-PPL Penjas UNY - SMA N 3 Klaten BAB I PENDAHULUAN Mata Kuliah PPL mempunyai sasaran masyarakat sekolah, baik dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. PPL diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG A. Analisis Terhadap Pembelajaran PAI di SMPN 36 Semarang Perpindahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Anjir Pasar

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Anjir Pasar 72 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Anjir Pasar SMA Negeri 1 Anjir Pasar terletak di Jalan Trans Kalimantan Km. 28 Kec. Anjir

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH NAMA SEKOLAH : SMA N 1 KASIHAN NAMA MHS : Nurul Ratriasih ALAMAT SEKOLAH : Jalan C. Simanjuntak 60, Yogyakarta 55223 NOMOR MHS : 10314244030 FAK/JUR/PRODI : FMIPA/Pendidikan Kimia No Aspek yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN. A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang. 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang

BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN. A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang. 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang Berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Palembang pada Bulan Juli tahun 1956, Pendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah. Proses belajar ini merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan masyarakat belajar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN Disusun oleh : Nama : Annisa Candra Sekar NIM : 5401409029 Prodi : PKK S1 (Tata Busana) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN. Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN. Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 SMP NEGERI 3 UNGARAN Disusun Oleh Dyah Ayu Kusuma W 2601409102 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 i LEMBAR

Lebih terperinci

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Data yang berkaitan dengan fokus penelitian yang diperoleh dari lapangan telah dianalisis serta temuan-temuan yang dihasilkan dari penelitian juga telah dibahas dan dipaparkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan 1. Sejarah MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan Mengenai sejarah berdirinya MTs Salafiyah Wonoyoso

Lebih terperinci