BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan"

Transkripsi

1 70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan mengacu pada tujuan penelitian serta langkah-langkah pengolahan data, maka diperoleh data-data sebagai berikut. 1. Gambaran Umum Kebutuhan Siswa RSBI Untuk mengungkap kebutuhan siswa digunakan angket pengungkap kebutuhan siswa RSBI yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara tuntutan program pembelajaran RSBI dengan kemampuan siswa serta kesesuaian kondisi siswa dengan harapan lingkungannya. Jawaban hasil angket yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), RR (Ragu-Ragu), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai) dikelompokkan menjadi 2 kriteria (ranking) yaitu Sesuai dan Tidak sesuai. Sejalan dengan penjabaran definisi operasional mengenai pengertian kebutuhan siswa RSBI dalam penelitian ini adalah kesenjangan antara apa yang telah dikuasai dan apa yang seharusnya dikuasai, maka akan muncul suatu kebutuhan saat kemampuan dan kondisi siswa RSBI sesuai, kurang sesuai, atau tidak sesuai dengan tuntutan pembelajaran di RSBI dan lingkungannya. Gambaran umum kebutuhan siswa RSBI berdasarkan kriteria skor dapat dilihat pada Tabel 4.1.

2 71 Tabel 4.1 Gambaran Umum Kebutuhan Siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang Kategori Kebutuhan Sesuai Tidak sesuai Rentang Skor f Jumlah 128 Siswa RSBI % Dalam tabel 4.1 diketahui bahwa sebanyak 47 siswa (37%) dari 128 siswa mempunyai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta mampu memenuhi harapan lingkungannya. Sedangkan sebanyak 81 siswa (63%) tidak memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI dan tidak mampu memenuhi tuntutan lingkungannya. Jadi kesimpulannya, kemampuan siswa RSBI tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pembelajaran serta siswa RSBI kurang mampu memenuhi harapan lingkungannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Grafik 4.1 di bawah ini. 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% sesuai tidak sesuai Grafik 4.1 Gambaran Umum Kebutuhan Siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2010/20111

3 72 Jika dianalisis lebih jauh berdasarkan pembagian tiap kelas bilingual di RSBI, dapat diketahui secara umum gambaran keterampilan sosial seperti pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Deskripsi Kebutuhan Siswa RSBI Tiap Kelas f % Kelas VII A Sesuai 8 40 Tidak Sesuai Jumlah Kelas VII B Sesuai 8 38 Tidak Sesuai Jumlah Kelas VIII A Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Kelas VIII B Sesuai 8 36 Tidak Sesuai Jumlah Kelas IX A Sesuai 8 36 Tidak Sesuai Jumlah Kelas IX B Sesuai Tidak Sesuai Jumlah Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa di kelas VII A, siswa yang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta sesuai dengan harapan lingkungannya adalah sebanyak 8 siswa atau 40% dari 20 siswa dan siswa yang tidak sesuai sebanyak 12 siswa atau 60% dari 20 orang siswa

4 73 yang ada di kelas VII A. Di kelas VII B siswa yang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta sesuai dengan harapan lingkungannya adalah sebanyak 8 siswa atau 38% dari 21 siswa, dan siswa yang tidak sesuai sebanyak 13siswa atau 62% dari 21 orang siswa. Kelas VIII A, siswa yang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta sesuai dengan harapan lingkungannya sebanyak 10 siswa atau 45% dari 22 siswa, sedangkan siswa yang tidak sesuai sebanyak 12 siswa atau 54% dari 22 orang siswa yang ada di kelas. Di kelas VIII B, siswa yang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta sesuai dengan harapan lingkungannya adalah sebanyak 8 siswa atau 36% dari 22 siswa, sedangkan siswa yang tidak sesuai sebanyak 14 siswa atau 64% dari 22 orang siswa yang ada di kelas VIII B. Di kelas IX A, siswa yang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta sesuai dengan harapan lingkungannya adalah sebanyak 8 siswa atau 36% dari 22 siswa, sedangkan siswa yang tidak sesuai sebanyak 14 siswa atau 64% dari 22 orang siswa. Di kelas IX B, siswa yang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta sesuai dengan harapan lingkungannya adalah sebanyak 11 siswa atau 52% dari 21 siswa, dan siswa yang tidak sesuai sebanyak 10 siswa atau 48%. Secara umum, siswa di tiap kelas di RSBI kurang mampu memenuhi tuntutan kurikulum dan pembelajaran di RSBI serta mempunyai harapan yang kurang sesuai dengan lingkungannya.

5 74 Penjabaran mengenai aspek dan indikator kebutuhan siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Aspek tuntutan terhadap siswa Untuk mengetahui gambaran mengenai indikator dari aspek tuntutan terhadap siswa dapat dilihat dari Tabel 4.3. No Tabel 4.3 Gambaran Aspek tuntutan terhadap siswa Siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2010/2011 Indikator Sesuai Tidak Sesuai F % F % 1. Mempunyai kepribadian yang unggul 2. Siswa bermotivasi tinggi untuk bersaing di dunia internasional 3. Menjaga budaya dan lingkungan Memperkenalkan budaya dan lingkungan kepada dunia internasional sebagai daerah pariwisata 5. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris Dalam tabel 4.3 dijelaskan bahwa dilihat dari aspek tuntutan terhadap siswa, indikator siswa yang menyatakan telah mempunyai kepribadian yang unggul sebanyak 22 siswa atau 17% dari 128 siswa, sementara itu siswa yang menyatakan bahwa siswa RSBI tidak mempunyai kepribadian yang unggul adalah sebanyak 106 orang atau sebanyak 83%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa RSBI belum mampu untuk menunjukkan kepribadian yang unggul baik dalam hal sopan, santun, kedisiplinan, keteladanan, dan kemudahan dalam bersosialisasi.

6 75 Mengenai motivasi siswa RSBI untuk bersaing di dunia internasional sebanyak 32 siswa atau 25% menyatakan sesuai dengan tuntutan bahwa siswa RSBI harus mampu bersaing di dunia internasional, dan 96 orang siswa atau 75% menyatakan bahwa siswa tidak sesuai dan belum siap jika harus bersaing di dunia internasional. Jadi, secara umum siswa RSBI masih kurang mempunyai motivasi untuk bersaing di dunia internasional baik itu berorientasi pada prestasi di tingkat nasional maupun internasional dan apresiasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi baik di dalam maupundi luar negeri. Dari segi menjaga budaya dan lingkungan, siswa yang menyatakan sesuai sebanyak 16 siswa atau sebanyak 13%, dan siswa yang menyatakan tidak sesuai sebanyak 112 siswa atau sebanyak 87%. Hal ini menunjukkan dengan kurangnya siswa mempelajari budaya melalui mata pelajaran seni dan budaya dan kurangnya siswa mengikuti kegiatan bakti sosial untuk membersihkan lingkungan di sekitar siswa. Terdapat tuntutan kepada siswa RSBI bahwa siswa RSBI harus dapat memperkenalkan budaya dan lingkungannya kepada dunia internasional sebagai daerah pariwisata. Siswa RSBI yang menyatakan sesuai dengan tuntutan tersebut sebanyak 31 siswa atau 24% dari 128 siswa RSBI, siswa yang tidak sesuai adalah 97 siswa atau sebanyak 76%. Mayoritas menyatakan tidak sesuai, artinya siswa RSBI kurang mempunyai keinginan untuk memperkenalkan lingkungannya sebagai daerah wisata ke dunia internasional dan kurang memanfaatkan media teknologi dan informasi untuk memperkenalkan budaya dan lingkungannya.

7 76 Siswa RSBI dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Siswa yang merasa sesuai adalah 17 orang atau sebanyak 13%, dan siswa yang tidak sesuai sebanyak 111 siswa atau 87%. Hal ini menunjukkan kurangnya siswa berbicara menggunakan bahasa Inggris di sekolah, pemahaman siswa terhadap bahasa Inggris masih kurang baik, dan siswa belum mampu mengikuti debat bahasa Inggris. b. Aspek Tuntutan Kurikulum dan pembelajaran di RSBI SMPN 1 Lembang Untuk mengetahui gambaran mengenai indikator-indikator dari aspek tuntutan terhadap siswa dapat dilihat dari Tabel 4.4. Tabel 4.4 Gambaran Aspek Tuntutan Kurikulum dan Pembelajaran RSBI SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2010/2011 No Indikator 1. Penambahan waktu belajar di sekolah 2 Penambahan jam mata pelajaran bahasa Inggris 3. Penambahan jam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam 4. Penambahan jam mata pelajaran Matematika 5. Proses pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi 6. Pembelajaran menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 7. Pembelajaran bersifat PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) Tidak Sesuai Sesuai F % F % Dalam tabel 4.4 dijelaskan bahwa 16 orang siswa atau sebanyak 13% siswa sesuai dengan penambahan waktu belajar di RSBI, dan 112 siswa atau

8 77 sebanyak 87% menyatakan tidak sesuai dengan penambahan waktu belajar di kelas RSBI. Jadi siswa RSBI masih merasa bosan dengan waktu belajar yang lebih lama, penambahan jam pelajaran kurang membantu siswa untuk menyerap materi pelajaran dan siswa merasa kekurangan waktu beristirahat karena waktu belajar yang lebih lama yang menyebabkan tugas dan pekerjaan rumah bertambah banyak. Penambahan jam mata pelajaran bahasa Inggris menuntut siswa untuk mampu memahami orang yang berbicara dalam bahasa Inggris, mampu berbicara bahasa Inggris dengan lancar, mampu menulis kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris, dan lancar dalam membaca menggunakan bahasa Inggris. Sebanyak 11 siswa atau 9% siswa sudah sesuai dan mampu memenuhi tuntutan tersebut, dan 117 siswa atau sebanyak 91% tidak sesuai dengan tuntutan tersebut atau tidak mampu memenuhi tuntutan dalam mata pelajaran bahasa Inggris tersebut. Dalam penambahan jam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas RSBI, siswa yang sesuai sebanyak 24 siswa atau 19% dari 128 siswa RSBI, siswa yang tidak sesuai sebanyak 104 orang atau 81% dari 128 siswa kelas RSBI. Mayoritas siswa memberi jawaban tidak sesuai sehingga diketahui bahwa penambahan jam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam belum membantu siswa untuk menyerap materi pelajaran dengan baik, siswa kurang mampu mengaplikasikan yang dipelajari dari mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dalam menyelesaikan masalah yang dialami di lingkungannya dalam kehidupan sehahari-hari, dan karena siswa belum mampu menyerap materi pelajaran ilmu

9 78 pengetahuan alam dengan baik maka siswa RSBI kurang siap untuk mengikuti olimpiade sains. Siswa yang sesuai dengan penambahan jam mata pelajaran matematika dan proses pembelajaran mata pelajaran matematika di kelas sebanyak 18 siswa atau 14% dan siswa yang tidak sesuai 110 siswa atau sebanyak 86%. Diketahui bahwa walaupun jam pelajaran matematika ditambah, siswa masih kurang mampu memahami materi pelajaran matematika, siswa masih kurang memahami jika guru menerangkan materi pelajaran matematika dengan bahasa Inggris atau guru memperkenalkan istilah-istilah matematika dengan bahasa Inggris, selain itu dalam belajar matematika siswa kurang memanfaatkan teknologi dan media yang tersedia di dalam ruangan kelas. Proses pembelajaran di RSBI haruslah berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 21 siwa atau sebanyak 16% siswa menyatakan pembelajaran berbasis teknologi informasi telah sesuai, 107 siswa atau 84% menyatakan tidak sesuai dengan pembelajaran berbasis teknologi informasi. Mayoritas siswa menyatakan tidak sesuai dengan pembelajaran yang berbasis teknologi informasi sehingga diketahui bahwa banyak siswa yang masih kurang mampu mengoperasikan komputer dengan baik, dalam menerangkan materi pelajaran guru jarang menggunakan media, siwa kurang masih kurang dalam memanfaatkan internet sebagai sumber mencari tambahan materi pelajaran. Pembelajaran di RSBI menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.sebanyak 20 siswa atau 16% menyatakan sesuai dan 108 siswa atau sebanyak 84% menyatakan tidak sesuai. Mayoritas menyatakan tidak sesuai

10 79 sehingga diketahui bahwa sebagian siswa terkadang kurang mengerti jika guru menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris, siswa kurang percaya diri jika berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris, siswa mengucapkan salam di kelas dengan menggunakan bahasa Inggris tetapi jika di luar kelas jarang menggunakan bahasa Inggris. 23 siswa atau 18% telah sesuai melakukan pembelajaran yang bersifat PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan), dan 105 siswa atau 82% menyatakan tidak sesuai dengan pembelajaran yang PAKEM. Dari hasil tersebut diketahui bahwa siswa lebih senang melakukan praktik daripada mendengarkan penjelasan dari guru, siswa bertanya jika tidak ada hal yang tidak dimengerti oleh siswa, siswa kurang aktif dalam forum diskusi kelas, siswa senang menggunakan media games dalam belajar akan tetapi guru jarang memberikan materi pelajaran dengan media games, siswa lebih senang belajar di luar kelas, dan terkadang pembelajaran kadang kurang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa merasa stress jika mempelajari materi pelajaran yang dianggap sulit. Secara umum, deskripsi keseuaian siswa RSBI terhadap tuntutan siswa serta kurikulum dan pembelajara di RSBI SMP Negeri 1 Lembang dapat dilihat dalam Tabel 4.5.

11 80 Tabel 4.5 Deskripsi Kesesuaian Siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang terhadap Tuntutan Siswa serta Kurikulum dan Pembelajaran di RSBI Berdasarkan Tiap Indikator Aspek Indikator % Tuntutan Terhadap Siswa Tuntutan Kurikulum dan pembelajaran di RSBI* 1. Mempunyai kepribadian yang unggul: 84 a. Sopan b. Santun c. Disiplin d. Mampu menjadi teladan e. Mudah bersosialisasi 2. Siswa bermotivasi tinggi untuk bersaing di dunia 70 internasional. a. siswa berorientasi pada prestasi di tingkat nasional maupun internasional. b. memiliki apresiasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi baik di dalam maupun di luar negeri. 3. Menjaga budaya dan lingkungan Memperkenalkan budaya dan lingkungan kepada 79 dunia internasional sebagai daerah pariwisata 5. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi 86 dengan menggunakan bahasa inggris 1. Penambahan waktu belajar di sekolah Penambahan jam mata pelajaran bahasa inggris Penambahan jam mata pelajaran Ilmu 82 Pengetahuan Alam 4. Penambahan jam mata pelajaran matematika Proses pembelajaran berbasis teknologi informasi 82 dan komunikasi 6. Pembelajaran menggunakan dua bahasa yaitu 84 bahasa Indonesia dan bahasa inggris. 7. Pembelajaran bersifat PAKEM: 89 a. Pembelajaran Aktif b. Kreatif c. Efektif d. Menyenangkan

12 81 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.2 di bawah ini Grafik 4.2 Deskripsi Kesesuaian Siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang terhadap Tuntutan Siswa serta Kurikulum dan Pembelajaran di RSBI Berdasarkan Tiap Indikator Keterangan : (1) Mempunyai kepribadian yang unggul. (2) Siswa bermotivasi tinggi untuk bersaing di dunia internasional. (3) Menjaga budaya dan lingkungan. (4) Memperkenalkan budaya dan lingkungan kepada dunia internasional sebagai daerah wisata. (5) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. (6) Penambahan waktu belajar di sekolah. (7) Penambahan jam mata pelajaran bahasa Inggris. (8) Penambahan jam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. (9) Penambahan jam mata pelajaran matematika. (10) Proses pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. (11) Pembelajaran menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. (12) Pembelajaran bersifat PAKEM.

13 82 2. Gambaran Hasil Inventori Tugas Perkembangan Siswa RSBI Deskripsi dan pemaknaan temuan penelitian tentang pencapaian perkembangan siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang diperoleh rata-rata profil pencapaian tugas perkembangan siswa berada pada skor 3,84, ini berarti para siswa sudah melewati tahap konformistik dan berada pada tahap sadar diri. Jika melihat bangun tingkatan perkembangan model Lovinger, skor siswa Sekolah Menengah Pertama harusnya berada pada tingkatan 2-5 (tingkat perlindungan diri, tingkat konformistik, tingkat sadar diri, dan tahap seksama). Dengan demikian, pada umumnya siswa sudah mencapai tingkat perkembangan yang seharusnya dimiliki oleh siswa setingkat Sekolah Menengah Pertama, namun pencapaiannya belum optimal. Hasil temuan penelitian diatas, menujukkan bahwa intervensi bantuan layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan para siswa untuk pencapaian perkembangan sesuai dengan yang seharusnya. Artinya pembimbing harus memfasilitasi kebutuhan siswa dalam pencapaian tugas perkembangan tersebut sehingga para siswa dapat mencapai perkembangannya sampai kategori saksama. Jika dilihat dari masing-masing aspek perkembangan siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang ada empat aspek perkembangan yang pencapaiannya berada di bawah skor rata-rata pencapaian pada umumnya yaitu pencapaian perkembangan aspek landasan hidup religius (3,604), aspek landasan perilaku etis (3,809), aspek kematangan emosional (3,762), aspek kematangan intelektual (3,795), aspek kesadaran tanggung jawab (3,715), serta aspek kemandirian perilaku ekonomis (3,674).

14 83 Secara lebih rinci, jika dilihat delapan butir profil pencapaian perkembangan siswa RSBI SMP Negeri 1 Lembang yang paling rendah adalah: (1) Landasan hidup religius butir 1.2 mengenai belajar agama dengan skor 3,73; (2) kematangan intelektual butir 4.4 mengenai kemampuan menilai dengan skor 3,29; (3) wawasan dan persiapan karier butir 9.2 mengenai kesungguhan belajar dengan skor 3,35; (4) kesadaran tanggung jawab butir 5.1 mengenai mawas diri dengan skor 3,40; (5) kemandirian perilaku ekonomis butir 8.4 mengenai tidak mengharap pemberian orang lain dengan skor 3,41; (6) landasan perilaku etis butir 2.2 mengenai hormat kepada orang tua dengan skor 3,49; (7) landasan hidup religius butir 1.1 mengenai shalat dan berdoa dengan skor 3,50; (8) kematangan emosional butir 3.2 mengenai tidak cemas dengan skor 3,52. Hasil inventori tugas perkembangan yang termasuk 8 butir terendah menunjukkan bahwa para siswa sangat membutuhkan layanan bimbingan dan konseling untuk pencapaian aspek perkembangan yang lebih optimal. 3. Gambaran Need Assessment Terhadap Orang tua Siswa RSBI Untuk mengetahui pendapat dan harapan orang tua terhadap siswa dan pembelajaran di rintisan sekolah bertaraf internasional, pandangan orang tua mengenai layanan bimbingan dan konseling untuk rintisan sekolah bertaraf internasional, harapan orang tua siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling di rintisan sekolah bertaraf internasional, maka pengumpulan data dilakukan melalui angket terbuka yang diberikan kepada orang tua siswa. Angket terbuka ini terdiri dari 4 aspek yang akan diungkap yaitu motivasi atau alasan orang tua menyekolahkan anaknya di RSBI SMP Negeri 1 Lembang, pengetahuan orang tua

15 84 mengenai RSBI SMP Negeri 1 Lembang, persiapan untuk mendukung anak, serta penunjang dan kendala menyekolahkan anak di RSBI SMP Negeri 1 Lembang. Berikut ini dijelaskan mengenai hasil angket terbuka untuk orang tua. a. Motivasi atau Alasan Orang tua Mengenai latar belakang orang tua menyekolahkan anaknya ke RSBI, sebanyak 70% dari 20 orang tua siswa menyatakan bahwa anaknya bersekolah merupakan keinginann anak untuk bersekolah di RSBI. 15% orang tua menyatakan bahwa orang tua mampu dan mendukung serta menginginkan anak bersekolah di RSBI. Dan 35% orang tua menjawab agar anak mendapat pendidikan yang lebih baik sesuai standar pendidikan. Untuk lebih jelas mengenai alasan orang tua menyekolahkan anaknya ke RSBI dapat dilihat pada grafik % 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 4.3 Alasan orang tua menyekolahkan anaknya di RSBI Keterangan: (1) Keinginan anak untuk bersekolah di RSBI (2) Mengikuti trend sekolah di RSBI (3) Orang tua mampu dan mendukung anak bersekolah di RSBI (4) Anak mendapat pendidikan yang lebih baik sesuai dengan standar pendidikan. Mengenai harapan orang tua menyekolahkan anaknya di RSBI, dari 20 orang tua 20% menyatakan agar anak mahir berbahasa Inggris, 80% menyatakan

16 85 agar anaknya menjadi siswa yang berprestasi, 35% agar anak mahir dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, dan 20% memberikan jawaban yang lain yang tidak ada dalam pilihan yaitu orang tua mengharapkan agar anak mampu bersaing dengan kepercayaan diri di tingkat nasional dan internasional (survival for the fitness), Mendapat kegiatan ekstrakulikuler yang berkualitas, mendapat kemampuan dan pengalaman berorganisasi, menjadi anak yang berbakti pada nusa bangsa dan negara, serta memiliki sopan santun dan budi pekerti. Untuk lebih jelasnya mengenai harapan orang tua terhadap anaknya yang bersekolah di RSBI adalah sebagai berikut. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 4.4 Harapan Orang Tua Menyekolahkan Anak ke RSBI Keterangan: (1) Mahir berbahasa Inggris (2) Mampu menjadi siswa berprestasi (3) Mahir dalam bidang TIK (4) Lain-Lain. b. Pengetahuan tentang RSBI Dalam mengungkap pengetahuan orang tua mengenai RSBI SMP Negeri 1 Lembang terbagi dalam beberapa indikator yaitu:

17 86 1) Pemahaman orang tua terhadap tujuan RSBI Dari 20 orang tua siswa, sebanyak 20% orang tua menyatakan bahwa tujuan RSBI adalah menerapkan pembelajaran dengan kurikulum internasional, 75% orang tua memahami bahwa tujuan dari RSBI adalah program pemerintah yang dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Sebanyak 35% orang tua siswa memahami bahwa tujuan RSBI adalah agar siswa mampu menjaga dan memperkenalkan budaya nya ke dunia internasional, sedangkan 10% orang tua siswa memberikan jawaban bahwa tujuan RSBI adalah untuk meningkatkan sumber daya manusia. Untuk lebih jelasnya mengenai pengetahuan orang tua terhadap tujuan RSBI dijelaskan dalam grafik % 60% 40% 20% 0% Grafik 4.5 Pemahaman Orang Tua Terhadap Tujuan RSBI SMP Negeri 1 Lembang Keterangan: (1) Adanya pembelajaran dengan kurikulum internasional. (2) Meningkatkan mutu pendidikan. (3) Mencetak generasi yang mampu menjaga dan memperkenalkann budaya ke dunia internasional. (4) Meningkatkan sumber daya manusia. 2) Pemahaman orang tua mengenai kurikulum dan pembelajaran di RSBI Kurikulum dan pembelajaran di RSBI SMP Negeri 1 Lembang indikatornya meliputi penambahan jam pelajaran bahasa Inggris, IPA, dan

18 87 matematika, proses pembelajarannya berbasis teknologi informasi dan komunikasi, pembelajaran menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, serta pembelajaran bersifat PAKEM (Pembelajan Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Untuk mengetahui pemahaman orang tua siswa mengenai kurikulum dan pembelajaran di RSBI SMP Negeri 1 Lembang diberikan 4 butir item pertanyaan kepada orang tua siswa mengenai kurikulum dan pembelajaran di RSBI. Dari hasil angket, diketahui bahwa pengetahuan orang tua terhadap kurikulum dan pembelajaran di RSBI adalah sebanyak 55% dari 20 orang tua siswa menyatakan penambahan jam pelajaran di RSBI dapat membuat siswa lebih menyerap materi pelajaran dengan lebih baik. 55% orang tua menyatakan pembelajaran siswa yang bersifat PAKEM haruslah membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan mengembangkan pemahaman siswa tehadap penyerapan dan pemahaman materi pelajaran. 55% orang tua siswa juga menyatakan bahwa pembelajaran di RSBI membuat siswa lebih mahir dalam menggunakan alat-alat teknologi informasi dan komunikasi dan menjadikan siswa mahir dalam TIK. 70% orang tua siswa menyatakan bahwa pembelajaran di RSBI lebih kepada mengasah kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Inggris. Untuk lebih jelasnya, pemahaman orang tua siswa mengenai kurikulum dan pembelajaran di RSBI dijelaskan dalam grafik dibawah ini.

19 88 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik 4.6 Pemahaman Orang Tua Siswa Terhadap Kurikulum dan Pembelajaran di RSBI Keterangan: (1) penambahan jam pelajaran di RSBI dapat membuat siswa lebih menyerap materi pelajaran dengan lebih baik. (2) siswa terlibat dalam pembelajaran kegiatan yang mengembangkan pemahaman terhadap materi pelajaran. (3) pembelajaran di RSBI membuat siswa lebih mahir dalam menggunakan alat- alat teknologi informasi dan komunikasi (4) mengasah kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Inggris 3) Pemahaman orang tua mengenai layanan bimbingan dan konseling di RSBI Dalam pengetahuan dan pemahaman orang tua siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling di RSBI SMP Negeri 1 Lembang. 60% orang tua siswa dari 20 orang tua siswa menyatakan bahwa mereka mengetahui layanan bimbingan dan konseling di RSBI karena ada dalam jadwal pelajaran dan merupakan salah satu bidang pekerjaan dalam dunia pendidikan. Hal ini berarti orang tua siswa belum mengetahui secara mendalam fungsi dan tugas bimbingan dan konseling di sekolah. Sebanyak 35% orang tua siswa kurang mengetahui layanan bimbingan dan konseling di RSBI, orang tua siswa kurang mengetahui layanan bimbingan dan konseling dikarenakan kurangnya sosialisasi layanan

20 89 bimbingan dan konseling kepada orang tua murid dan kurangnya komunikasi antara orang tua murid dengan sekolah khususnya dengan guruu bimbingan dan konseling. Sebanyak 5% orang tua siswa tidak mengetahui adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah karena tidak adanya pertemuan khusus antara orang tua dengan guru bimbingan dan konseling, dan karena kesibukan orang tua sehingga jarang sekali berkomunikasi dengan sekolah. Untuk lebih jelasnya mengenai pengetahuan orang tua terhadap layanan bimbingan dan konseling yang ada di RSBI dapat dilihat pada grafik % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Mengetahui Kurang Mengetahui Tidak Tahu Grafik 4.7. Pengetahuan Orang Tua Siswa Terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling di RSBI Mengenai intensitas bertemu antara orang tua siswa dan guru bimbingan dan konseling, baik di sekolah ataupun dalam kunjungan rumah (home visit) yang dilakukan guru bimbingan dan konseling, sebanyak 60% menyatakan tidak pernah bertemu dengan guruu bimbingan dan konseling dengan alasan tidak tahu jadwal bertemu dengan guruu bimbingan dan konseling sehingga tidak ada topik yang dibicarakan antara orang tua siswa dengan guru bimbingan dan konseling.

21 90 Sebanyak 30% orang tua siswa menyatakan kadang-kadang bertemu dengan guru bimbingan dan konseling di RSBI, kadang-kadang bertemu karena kesibukan orang tua serta guru bimbingan dna konseling hanya menghubungi orang tua hanya jika ada masalah yang dihadapi oleh siswa. Sebanyak 5% orang tua siswa menyatakan sering bertemu dengan guru bimbingann dan konseling dengan tujuan untuk membahas mengenai prestasi siswa di sekolah, serta masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai intensitas pertemuan antara orang tua siswa dan guru bimbingan dan konseling dapat dilihat pada grafik % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tidak Pernah Kadang-kadang Sering Grafik 4.8. Intensitas Pertemuan Antara Orang Tua Siswa dan Guru Bimbingan Konseling Orang tua siswa mengharapkan dukungan yang perlu diberikan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa RSBI dalam bidang belajar diantaranya: a) 80% orang tua menyatakan guru bimbingan dan konseling harus mampu memotivasi siswa untuk belajar. b) 25% orang tua siswa menyatakan guru bimbingan dan konseling mampu membantu siswa menghilangkan kejenuhan belajar di sekolah.

22 91 c) 15% orang tua siswa mengharapkan guru bimbingan dan konseling bekerja sama dengan orang tua siswa dalam mengatur/memantau jadwal belajar siswa RSBI. Dukungan guru bimbingan dan konseling terhadap siswa RSBI dalam bidang sosial khususnya agar siswa mampu bersosialisasi dengan baik adalah sebagai berikut: a) 10% orang tua mengharapkan agar guru bimbingan dan konseling membimbing siswa agar memiliki keterampilan dalam bersosialisasi. b) 10% orang tua berpendapat guru bimbingan dan konseling sering melakukan kegiatan-kegiatan kerja kelompok. c) 95% orang tua siswa menyatakan guru bimbingan dan konseling harus mampu meningkatkan kerjasama siswa RSBI. Menurut orang tua siswa, dukungan yang sebaiknya diberikan oleh bimbingan dan konseling kepada siswa RSBI adalah sebagai berikut: a) 25% orang tua siswa menyatakan guru bimbingan dan konseling harus membantu siswa menjadi pribadi yang unggul dan berakhlak mulia. b) 65% orang tua siswa menyatakan guru bimbingan dan konseling harus mendukung siswa agar berwawasan internasional dan tetap mencintai budayanya. c) 40% orang tua siswa menyatakan bahwa guru bimbingan dan konseling harus membantu siswa agar lebih memahami dirinya.

23 92 Dalam bidang karier siswa, orang tua siswa menyatakan: a) 80% orang tua siswa menyatakan bahwa guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa memahami bakat dan penelusuran minat siswa. b) 20% orang tua siswa menyatakan guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa merencanakan target-target yang akan dicapai di masa depan (perencanaan karier individual). c) 30% orang tua siswa menyatakan guru bimbingan dan konseling perlu memberikan informasi mengenai sekolah lanjutan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan pengalaman orang tua siswa dan harapan orang tua siswa mengenai penyampaian data mengenai kemajuan siswa dari guruu bimbingan dan konseling kepada orang tua siswa dapat dilihat pada grafik % 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Menghubungi via Telepon Mengirimkan Surat Mengundang orang tua ke sekolah Grafik 4.9 Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Menyampaikan Perkembangan Siswa Kepada Orang Tua Siswa

24 93 Dalam grafik 4.9 dijelaskan bahwa 80% orang tua siswa mengharapkan guru bimbingan dan konseling mengundang orang tua siswa ke sekolah untuk mendiskusikan masalah perkembangan siswa dan masalah yang dihadapi siswa. 25% orang tua siswa menyetujui guru bimbingan dan konseling memberikan informasi perkembangan siswa melalui surat, dan 30% menyetujui guru bimbingan dan konseling menyampaikan perkembangan siswa melalui telepon. c. Persiapan untuk mendukung anak Bentuk dukungan yang diberikan orang tua siswa kepada anaknya untuk mendukung anaknya belajar di kelas bilingual RSBI SMP Negeri 1 Lembang adalah: 1) 100% dukungan berupa motivasi belajar. 2) 30% melengkapi semua fasilitas belajar untuk anak. 3) 30% membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru di sekolah. Sedangkan fasilitas yang diberikan oleh orang tua untuk membantu proses belajar anaknya di RSBI SMP Negeri 1 Lembang adalah: 1) 80% melengkapi buku-buku pembelajaran di RSBI. 2) 65% memfasilitasi anak dengan komputer dan internet. 3) 40% memfasilitasi dengan les tambahan setelah pulang sekolah. d. Penunjang dan Kendala yang dihadapi Terdapat faktor yang menunjang orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di RSBI. Adapun faktor yang dianggap menunjang orang tua untuk menyekolahkan anaknya di RSBI adalah sebagai berikut:

25 94 1) 65% dari 20 orang tua siswa menyatakan bahwa faktor yang menunjang adalah kemampuan orang tua memberikan fasilitas belajar yang lengkap kepada anak. 2) 20% orang tua menyatakan bahwa faktor yang paling menunjang adalah karena prestasi yang dimiliki anak sehingga anak disekolahkan di RSBI. 3) 40% orang tua siswa menyatakan bahwa faktor yang menunjang adalah kesanggupan orang tua menanggung biaya pendidikan di RSBI sehingga menyekolahkan anaknya di RSBI. Mengenai masalah-masalah yang dihadapi orang tua dalam menyekolahkan anak di RSBI SMP Negeri 1 Lembang dijelaskan dalam grafik % 34% 32% 30% 28% 26% Grafik 4.10 Masalah yang Dihadapi Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anak Di RSBI Keterangan: (1) Masalah dalam biaya pendidikan yang berbeda dengan reguler. (2) Kesulitan dalam memperhatikan perkembangan anak. (3) Kurangnya kerjasama dengan guru dalam memantau perkembangan anak. Dalam grafik dijelaskan bahwa 35% orang tua siswa menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam menyekolahkan anaknya di RSBI adalah

26 95 biaya pendidikan yang berbeda dengan sekolah reguler, biaya pendidikan di RSBI lebih mahal jika dibandingkan dengan kelas reguler. 30% orang tua siswa juga menyatakan bahwa masalah yang dihadapi adalah kurangnya kerja sama antara orang tua siswa dengan guru di sekolah dalam memantau perkembangan anak. Dan 35% orang tua siswa menyatakan kesulitan yang dihadapi adalah kesulitan dalam memantau/memperhatikan perkembangan belajar anak. Melihat masalahmasalah yang dihadapi orang tua siswa tersebut, maka guru bimbingan dan konseling dituntut agar mampu bekerja sama dengan orang tua dalam memantau perkembangan belajar siswa dan meningkatkan kerjasama dengan orang tua siswa dalam memantau perkembangan siswa. 4. Pembahasan Hasil Wawancara dan Observasi Berdasarkan wawancara dan observasi dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling di RSBI SMP Negeri 1 Lembang, maka diperoleh gambaran mengenai RSBI dan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di RSBI sebagai berikut: a. Menurut Kepala Sekolah Menurut kepala sekolah bahwa SMP Negeri 1 Lembang merupakan sekolah yang pertama di kabupaten Bandung Barat yang ditetapkan sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional. Adapun Visi dari rintisan sekolah bertaraf internasional SMP Negeri 1 Lembang adalah menjadi sekolah paling unggul bertaraf internasional dan masuk nominasi 10 besar tingkat propinsi Jawa Barat yang berwawasan lingkungan budaya. Sedangkan Misi dari rintisan sekolah bertaraf internasional SMP Negeri 1 Lembang yaitu (1) mengembangkan

27 96 kurikulum sesuai dengan kurikulum nasional yang mengacu kepada tuntutan global; (2) meningkatkan professional dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; (3) mengembangkan standar proses pembelajaran; (4) mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan; (5) mengembangkan mutu akademik dan non akademik; (6) meningkatkan standar pengelolaan; (7) mengembangkan standar pembiayaan pendidikan; (8) mengembangkan standar penilaian; (9) mengimplementasikan sekolah berbudaya lingkungan. Tidak semua kelas yang ada di SMPN 1 Lembang adalah RSBI, terdapat enam kelas bilingual yang merupakan RSBI yaitu kelas VII A, VII B, VIII A, VIII B, IX A, dan IX B, selebihnya adalah kelas reguler. Perbedaan antara kelas bilingual rintisan sekolah bertaraf internasional dengan kelas regular di SMP Negeri 1 Lembang adalah seleksi akademis saat memasuki kelas bilingual rintisan sekolah bertaraf internasional, proses pembelajaran di kelas yang bilingual dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi, serta fasilitas yang ada di kelas. Siswa rintisan sekolah bertaraf internasional merupakan siswa pilihan yang seharusnya lebih aktif, peka akan perubahan, menguasai teknologi informasi dan komunikasi, mampu bersaing dengan siswa lain dan mampu bersosialisasi dengan lingkunganya. Kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu: (1) kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi (2) konsentrasi yang baik dan mudah memahami pelajaran; (3) memiliki finansial (dana) yang cukup; (4) mampu mengembangkan daerah dan budaya serta memajukan daerah sebagai daerah pariwisata.

28 97 Menurut kepala sekolah, bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam keseluruhan proses pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya secara optimal. Disamping itu, bimbingan dan konseling sangat penting untuk membantu siswa dalam mengatasi maslah yang dihadapinya. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling harus dilakukan dengan penanganan khusus, dalam arti tidak dapat dilakukan oleh sembarang guru dan harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling yang profesional yang berasal dari pendidikan bimbingan dan konseling. pelaksanaan bimbingan dan konseling di RSBI sudah dilakukan oleh tim kerja bimbingan dan konseling yang profesional karena guru bimbingan dan konseling yang berjumlah 5 orang berasal dari pendidikan bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa kebijakan yang diberikan kepala sekolah terhadap layanan bimbingan dan konseling di RSBI yaitu: (1) pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas selama 1 jam pelajaran setiap minggu. (2) setiap guru bimbingan dan konseling di RSBI memegang 1 kelas untuk dijadikan fokus layanan, terdapat 5 guru bimbingan dan konseling dan kelas RSBI berjumlah 6 kelas, masing-masing guru bertanggung jawab atas 1 kelas dan terdapat 1 orang guru bimbingan dan konseling memegang 2 kelas; (3) berkaitan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah berpendapat bahwa mutu layanan bimbingan dan konseling di RSBI harus terus ditingkatkan sehingga guru bimbingan dan konseling di RSBI mengikuti seminar atau workshop yang berkaitan dengan pengembangan bimbingan dan konseling;

29 98 (4) menyediakan fasilitas bimbingan dan konseling; (5) menyediakan dana untuk layanan bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di RSBI, kepala sekolah juga berperan sebagai dukungan sistem. Dukungan sistem yang diberikan oleh kepala sekolah berupa kerjasama antara pihak sekolah dengan guru bimbingan dan konseling dalam melihat perkembangan siswa, evaluasi program bimbingan dan konseling, serta mengembangkan kebijakan-kebijakan sekolah agar sesuai dengan kebutuhan guru bimbingan dan konseling. Kedudukan dan fungsi layanan bimbingan dan konseling berada di atas posisi wali kelas. Ini disebabkan karena guru bimbingan dan konseling memiliki tanggung jawab dan mengemban tugas yang sangat berat. Selain bertugas melihat tingkah laku, minat dan bakat siswa, guru bimbingan dan konseling juga harus memperhatikan masalah yang dihadapi siswa. Kontribusi layanan bimbingan dan konseling sampai pada tahap penyelesaian kasus-kasus yang dihadapi siswa, bantuan guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi siswa rintisan sekolah bertaraf internasional, pemberian bimbingan dalam kelanjutan sekolah siswa. Mungkin fungsi layanan bimbingan dan konseling ini belum tercapai seluruhnya. Untuk itu, diharapkan layanan bimbingan dan konseling harus dapat membantu siswa agar dapat mengembangkan dirinya dengan lebih baik, guru bimbingan dan konseling harus lebih intensif dalam membimbing siswa, lebih mampu menggali kreativitas dan kemampuan yang dimiliki siswa dan terus membantu dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa.

30 99 Diharapkan guru bimbingan dan konseling dapat meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling, lebih intensif dalam membimbing siswa, lebih mampu menggali kreativitas dan kemampuan yang dimiliki siswa, dan terus membantu siswa yang mengalami masalah di sekolah dan di luar sekolah. b. Menurut Guru Mata Pelajaran Menurut guru mata pelajaran, Rintisan sekolah bertaraf internasional merupakan program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Program Rintisan sekolah bertaraf internasional ini sangat bagus karena membuat kompetensi siswa menjadi bertambah akan tetapi pada pelaksanaanya di SMP Negeri 1 Lembang belum dilaksanakan secara optimal dan belum sepenuhnya memenuhi kriteria sekolah bertaraf internasional. Siswa RSBI merupakan siswa pilihan yang diharapkan mempunyai kepribadian yang unggul. Pada dasarnya siswa RSBI itu sama seperti siswa reguler hanya saja setelah lulus akan berbeda kualitas dan prestasinya karena kelas RSBI mutu pendidikannya lebih baik. Ada sebagian guru yang berpendapat kalau RSBI itu merupakan kelas unggulan dan ada guru yang berpendapat seperti kelas reguler yang diberi media pembelajaran yang lebih. Akan tetapi, siswa RSBI sebagai siswa yang bertaraf internasional harus mempunyai kompetensi-kompetensi seperti penguasaan bahasa Inggris dan kemampuan dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Proses pembelajaran di kelas bilingual RSBI pada umumnya sama dengan kelas reguler hanya saja di kelas bilingual pembelajarannya lebih banyak menggunakan media teknologi, karena memang tuntutan siswa harus memiliki

31 100 penguasaan dalam teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu proses pembelajaran di RSBI terkadang lebih mudah karena siswa telah terlebih dahulu menguasai materi pelajaran sehingga proses penyampaian materi pelajaran kepada siswa lebih mudah. Menurut guru mata pelajaran, masih terdapat beberapa kendala dalam mengajar di RSBI yaitu sulitnya mengkondisikan siswa, siswa terkadang ribut dan kadang melawan terhadap guru jika sedang mengalami kebosanan dalam belajar. Kendala lain yang dihadapi adalah penguasaan guru dalam pemanfaatan teknologi yang ada di kelas RSBI dan terbatasnya penguasaan bahasa Inggris guru. Siswa RSBI dipandang oleh sebagian besar guru di sekolah adalah siswa yang berbeda dengan siswa reguler, sehingga harapan guru terhadap siswa RSBI sangatlah besar. Guru mata pelajaran mengharapkan siswa RSBI dapat menguasai teknologi dalam hal komputerisasi dan menguasai bahasa Inggris. Selain itu, siswa rintisan sekolah bertaraf internasional diharapkan lebih unggul baik dalam prestasi maupun kepribadiannya. Menurut pendapat guru mata pelajaran mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konselong di RSBI, layanan bimbingan dan konseling sangat penting di RSBI dan sangat dibutuhkan oleh siswa RSBI walaupun ada sebagian guru yang tidak mengetahui secara terinci mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di RSBI. Hal yang membuat bimbingan dan konseling penting dan sangat dibutuhakan oleh siswa yaitu karena: (1) layanan bimbingan dan konseling sangat bermanfaat dalam keseluruhan proses pendidikan; (2) layanan bimbingan dan konseling membantu siswa mendapat hasil yang optimal

32 101 dalam belajar; (3) layanan bimbingan dan konseling bermanfaat membantu proses belajar-mengajar di kelas; (4) layanan bimbingan dan konseling mampu meberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan proses belajar siswa; (5) layanan bimbingan dan konseling sangat bermanfaat bagi pemahaman siswa akan dirinya dan membantu siswa merencanakan kehidupan di masa depan (karier); (6) layanan bimbingan dan konseling banyak membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Berkaitan dengan kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam proses pembelajaran di kelas, mayoritas guru mata pelajaran masih berpendapat dan mengetahui bahwa kontribusi layanan bimbingan dan konseling masih berorientasi kepada pemecahan masalah siswa. Tetapi jika ditelaah lebih jauh kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam pembelajaran di kelas diantaranya adalah: (1) memberikan informasi mengenai perkembangan siswa di kelas; (2) perubahan sikap dan tingkah laku belajar yang dimiliki siswa dan membantu agar siswa disiplin dalam belajar; (3) pengembangan kepribadian siswa seperti meningkatkan kualitas belajar siswa, pengenalan karier siswa dan pemberian informasi mengenai sekolah lanjutan. Berkenaan dengan siapa yang terlibat dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di RSBI, pada umumnya guru mengatakan bahwa yang lebih profesional dan utama adalah guru bimbingan dan konseling. Sebagian guru berpendapat bahwa masing-masing guru telah memiliki lahan sendiri untuk melaksanakan tugasnya di sekolah sehingga bimbingan dan konseling hanya dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling. Tetapi pada kenyataannya, guru

33 102 mata pelajaran dan wali kelas memiliki kewajiban dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, karena untuk mencapai hasil belajar yang optimal, beban moral seorang guru tidak terbatasa pada mengajar saja, tetapi guru juga menjadi pendidik dan wajib memberikan dorongan dan ransangan terhadap siswa. Di samping itu, guru bidang studi harus mendapatkan informasi tentang siswa dan membantu siswa dalam mengalami kesulitasn belajar. Berkenaan dengan kerjasama antara guru mata pelajaran dengan guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran berpendapat bahwa kerjasama sangat diperlukan dan harus dilaksanakan. Mengenai kerjasama ini, sebagian guru bidang studi telah melakukannya dengan baik, tetapi masih ada guru yang belum melakukan kerjasama karena kesibukan masing-masing. Bentuk kerja sama yang telah dilakukan oleh guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling diantaranya: (1) kerjasama dalam penyelesaian masalah siswa; (2) pemberian informasi dari guru bimbingan dan konseling kepada guru mata pelajaran mengenai perkembangan siswa; (3) guru mata pelajaran menyerahkan siswa yang bermasalah kepada guru bimbingan dan konseling; (4) kerjasama dalam membina sikap dan keterampilan; (5) kerjasama dalam mencari penyebab masalah siswa; (6) guru bimbingan dan konseling menjadi penengah antara guru mata pelajaran dan orang tua siswa. Guru mata pelajaran mengharapkan kerjasama yang lebih baik dengan guru bimbingan dan konseling. Kerjasama tersebut misalnya berupa pemberian informasi yang lebih mendalam mengenai siswa dari guru bimbingan dan konseling kepada guru mata pelajaran, terdapat program mengenai kerjasama

34 103 antara guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran dan diharapkan guru bimbingan dan konseling membimbing siswa lebih optimal dan lebih sering berdiskusi dengan guru mata pelajaran. Mengenai layanan bimbingan dan konseling yang sesuai untuk RSBI, guru mata pelajaran berpendapat bahwa bentuk layanan bimbingan dan konseling yang sesuai harus lebih optimal yaitu berupa lesson study dan observasi yang dilakukan guru bimbingan dan konseling di kelas saat siswa sedang belajar, jadi saat siswa belajar di kelas guru bimbingan dan konseling sesekali ikut berada di kelas dan memantau proses belajar siswa. Selain itu, pemberian layanan bimbingan dan konseling akan lebih optimal jika guru bimbingan dan konseling membimbing maksimal 10 orang siswa saja, mungkin sekarang jumlah guru bimbingan dan konseling masih terbatas sehingga satu kelas hanya ditangani satu guru bimbingan dan konseling. Terdapat beberapa faktor yang menunjang kerjasama antara guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran yaitu: (1) kesamaan visi dan misi antara guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran yaitu ingin meningkatkan kualitas siswa baik dari segi prestasi maupun kepribadiannya; (2) jumlah guru bimbingan dan konseling yang memadai sehingga guru bimbingan dan konseling mempunyai waktu untuk bekerja berdiskusi dengan guru mata pelajaran; (3) data-data siswa yang dimiliki baik oleh guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling sangat mendukung kelancaran dalam menjalankan kerjasama antara guru bimbingan dan konseling dengan gurun mata pelajaran.

35 104 Hambatan yang ditemui yaitu kurangnya komunikasi antara guru mata pelajaran dengan guru bimbingan dan konseling, sehingga guru bimbingan dan konseling dan guru mata pelajaran bekerja secara sendiri-sendiri dan tidak terjalin kerjasama. Selain itu, faktor waktu/pertemuan dengan guru, sangat sulit untuk mengatur waktu pertemuan antara guru mata pelajaran dengan guru bimbingan dan konseling secara khusus, kalaupun diadakan pertemuan antara semua guru hanya dilaksanakan ketika akan pembagian raport atau kenaikan kelas, guru mata pelajaran mengharapkan adanya jadwal khusus dalam bentuk program yang memfasilitasi pertemuan antara guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran. Hambatan lain yang ditemui yaitu kesadaran untuk bekerja sama masih kurang dan ketidakterbukaan informasi antara guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran. Contoh kecilnya saja, misalnya ada siswa yang tidak menyukai guru mata pelajaran tertentu karena guru mata pelajaran tersebut dalam cara mengajarnya tidak menarik dan kurang jelas dalam menerangkan, untuk menyelesaikan masalah tersebut seharusnya diadakan pembicaraan antara guru bimbingan dan konseling dengan guru mata pelajaran tersebut tetapi hal tersebut tidak dilakukan sehingga tidak ada penyelesaian bagi masalah yang dihadapi. Untuk hambatan-hambatan yang telah dikemukakan, belum ada penyelesaian atau upaya penanggulangan yang baik. c. Menurut Guru Bimbingan dan Konseling Menurut guru bimbingan dan konseling RSBI SMP Negeri 1 Lembang, RSBI merupakan sekolah yang unggul baik dalam segi siswa yang berada di sekolah tersebut, dari segi prestasi, dan fasilitas belajar. Seharusnya memang

36 105 kelas bilingual RSBI itu lebih baik daripada kelas reguler karena merupakan kelas unggulan, akan tetapi kenyataannya terkadang kelas reguler lebih unggul daripada kelas bilingual RSBI. Layanan bimbingan dan konseling di RSBI merupakan suatu proses yang ditujukan untuk membantu perkembangan siswa secara optimal, terutama dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pemahaman diri siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, layanan bimbingan dan konseling sangat bermanfaat untuk membantu siswa mencapai perkembangannya yang optimal dan mencapai tujuan pendidikan di RSBI. Selain memberikan layanan bimbingan dan konseling di RSBI, guru bimbingan dan konseling juga memberikan layanan bimbingan dan konseling di kelas reguler. Sebenarnya tidak ada perbedaan dalam memberikan materi layanan bimbingan dan konseling. Perbedaannya terdapat dalam penyampaian materi layanan bimbingan di kelas, jika di kelas RSBI penyampaian materi bimbingan lebih menggunakan teknologi seperti media power point,sementara di kelas reguler jarang menggunakan teknologi karena keterbatasan fasilitas. Menurut guru bimbingan dan konseling, yang menjadi pertimbangan dalam mengembangkan program adalah: (a) kesesuaian dengan kondisi sekolah dan siswa, artinya program yang dikembangkan dapat menunjang proses belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dan pemenuhan kebutuhan siswa yang teridentifikasi melalui hasil inventori tugas perkembangan (ITP), sosiometri, catatan prestasi, catatan konseling, dan angket; (b) tenaga kerja bimbingan; (c) pertimbangan anggaran dan sarana yang ada, selalin itu

37 106 pengembangan program seharusnya dilakukan bersama personil sekolah lainnya untuk mendapatkan kelengkapan informasi dalam merumuskan program. Dalam proses pemberian layanan bimbingan dan konseling di RSBI tidak jauh berbeda dengan di kelas reguler. Hanya saja di kelas RSBI jarang ditemui siswa bermasalah karena siswa merupakan siswa unggulan. Walaupun begitu masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh siswa baik dari aspek belajar seperti kejenuhan dalam belajar, banyak mengeluh jika mendapat tugas yang banyak, dan kesulitan mengatur jadwal belajar. Masalah pribadi yang dihadapi seputar sikap siswa RSBI itu sendiri, masalah sosial yang dihadapi misalnya berhubungan dengan komunikasi dengan orang lain dan sosialisasi dengan siswa reguler. Sedangkan masalah karier yang dihadapi biasanya pemahaman siswa terhadap minat dan bakat serta kurangya pengetahuan mengenai sekolah lanjutan setelah lulus dari RSBI. Dalam penanganan masalah yang dihadapi siswa dilakukan secara individual dan kelompok. Pemberian bantuan layanan secara individual berkenaan dengan layanan konseling individual yang difokuskan kepada siswa yang memiliki masalah. Layanan bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling berbentuk diskusi, kerja kelompok, dan pemecahan masalah secara bersama-sama. Indikator-indikator ketercapaian hasil layanan bimbingan dan konseling di RSBI dilakukan dengan cara melihat perkembanggan dari siswa, jika siswa telah terdapat perubahan sikap, maka dianggap pemberian layanan bimbingan dan konseling telah memberikan hasil yang positif. Dalam pemberian materi layanan bimbingan di kelas, indikator keberhasilan dapat dilihat dari hasil evaluasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dari masa ke masa. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah menghimbau beberapa sekolah (melalui asesor akreditasi, monitoring dan evaluasi serta kunjungan pengawas) termasuk sekolah di tempat peneliti bekerja

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS, FASILITAS KELAS DAN IKLIM KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS BILLINGUAL DI SMP NEGERI 1 PACITAN

KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS, FASILITAS KELAS DAN IKLIM KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS BILLINGUAL DI SMP NEGERI 1 PACITAN KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS, FASILITAS KELAS DAN IKLIM KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS BILLINGUAL DI SMP NEGERI 1 PACITAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini. Setiap orang tua atau pendidik harus mengetahui bagaimana cara memperlakukan,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH

PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH PEDOMAN MERUMUSKAN VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH A. Visi Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi madrasah dan digunkan untuk memandu perumusan misi madrasah. Dengan kata lain, visi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, terjadi perkembangan dan persaingan yang sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto, 2010:10) teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah REZA FAUZI, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah REZA FAUZI, 2013 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Lebih terperinci

2. Memberikan informasi untuk memperoleh pengaruh tertentu. 3. Menggunakan keterampilan kelompok dalam memimpin suatu kelompok

2. Memberikan informasi untuk memperoleh pengaruh tertentu. 3. Menggunakan keterampilan kelompok dalam memimpin suatu kelompok Lampiran 1- Kisi-kisi Alat Ukur Aspek Indikator Item 1. Menggunakan alasan, Saya menggunakan contoh-contoh nyata dalam fakta, data-data, contoh menerangkan suatu materi dalam kegiatan nyata, dan demonstrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar diperlukan usaha untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu, juga diperlukan

Lebih terperinci

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan. 1. UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 50 ayat (3) 2. PP no 19 tahun 2005 (Pasal 61 ayat 1), 3. Renstra Diknas 2005-2009 4. Bervariasinya penyelenggaraan 5. Rekomendasi kajian profil SBI tahun 2006 6. Buku Pedoman

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada bab sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum tingkat

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL (MATEMATIKA) SMP

OLIMPIADE SAINS NASIONAL (MATEMATIKA) SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL (MATEMATIKA) SMP I. SISTEM OLIMPIADE A. LATAR BELAKANG Salah satu arah kebijakan program pembangunan pendidikan nasional dalam bidang pendidikan salah satunya adalah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemajuan suatu negara, karena pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan khususnya di Indonesia, selalu mengalami penyempurnaan yang pada dasarnya menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan masalah penerapan keterampilan bertanya dasar pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang kebiasaan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang kebiasaan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang kebiasaan belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2010/2011, memperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk. JURUSAN PEDAGOGIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB III PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (MP) A. Gambaran Umum Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan

BAB III PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (MP) A. Gambaran Umum Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan BAB III PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN (MP) A. Gambaran Umum Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan 1. Sejarah dan Dinamika Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum Bahasa digunakan sebagai alat untuk komunikasi. Tentu saja proses komunikasi akan berjalan dengan baik. Kalau kedua pihak yang berkomunikasi dibekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembina Osis merupakan pemegang sekaligus pengendali yang sangat menentukan jalannya organisasi Sekolah. Kewenangan dan otoritasnya dalam mengelola organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah individu. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu Pendidikan Nasional secara umum harus ditingkatkan, baik dari proses operasional maupun dari hasilnya. Hal ini terbukti dengan upaya-upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN MADRASAH (RIPM) DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN MADRASAH (RIPM) DAN STRATEGI PENGEMBANGAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN MADRASAH (RIPM) DAN STRATEGI PENGEMBANGAN A. LATAR BELAKANG Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan agar pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 A. Pengertian Kurikulum SD Bertaraf Internasional harus memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan mangacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara efektif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan sumberdaya manusia dipersiapkan untuk memiliki kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca

BAB I PENDAHULUAN. dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis yang digunakan secara internasional. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VII-C di SMP Negeri 2 Lembang, peneliti menemukan beberapa masalah pada proses pembelajaran IPS, salah satu masalah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI PONOROGO 2015 (STUDI KASUS SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PONOROGO) A. Bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Rabu, 08 Desember :38 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 29 Januari :19

Ditulis oleh Administrator Rabu, 08 Desember :38 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 29 Januari :19 Program Kesiswaan SMP Negeri 5 Amlapura 1. 1. Latar belakang Mengingat sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang bertujuan untuk memberi mengembangkan potensi, meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah MTs muhammadiyah kasihan berdiri pada tanggal 17 Agustus 1983. Selalu konsisten mendidik siswanya untuk menjadi lulusan yang dapat diandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : Prodi : Pendidikan matematika LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG Disusun Oleh: Nama : Khozinatul Umuroh NIM : 4101409138 Prodi : Pendidikan matematika JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

STANDAR KEMAHASISWAAN

STANDAR KEMAHASISWAAN 1 STIE YASA ANGGANA GARUT STANDAR KEMAHASISWAAN Kode Tanggal Revisi - Halaman STANDAR KEMAHASISWAAN PROSES 1. Perumusan 2. Pemeriksaan 3. Persetujuan 4. Penetapan 5. Pengendalian PENANGGUNG JAWAB Nama

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Sekolah Menengah Pertama pada Tahun Pelajaran 2009-2012

Lebih terperinci

K U E S I O N E R PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMU SINT LOUIS SEMARANG

K U E S I O N E R PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMU SINT LOUIS SEMARANG K U E S I O N E R PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMU SINT LOUIS SEMARANG Dengan Hormat, Yth. Bapak/Ibu Guru SMU Sint Louis Semarang Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi. BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan judul Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. peneliti kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Langkah-langkah dalam Proses Implementasi Metode Diskusi dalam

BAB VI PENUTUP. peneliti kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Langkah-langkah dalam Proses Implementasi Metode Diskusi dalam 134 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini, maka peneliti akan memberikan kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan pada awal penulisan.

Lebih terperinci

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN

STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR 1. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan, dan sasaran program studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan PPL 1. Persiapan Program dan Kegiatan PPL Persiapan sangat diperlukan oleh mahasiswa sebelum diterjunkan secara langsung ke sekolah untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Tujuan akhir penelitian ini adalah merencanakan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perwujudan cita-cita nasional telah ditetapkan Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perwujudan cita-cita nasional telah ditetapkan Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang memiliki sumber daya yang melimpah harus dapat meningkatkan kualitas pendidikan agar tercipta generasi muda yang berkualitas. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam proses kemajuan suatu bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan yang dimiliki guru harus senantiasa dikembangkan agar kinerjanya semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, bahwa kesadaran guru

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para 42 BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian Desakan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan dan utuh mulai dari jenjang KB, TK, dan SD, membuat LPF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan fondasi penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu dorongan untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitiain 3.1.1 Sejarah Singkat SMAN 3 Gorontalo Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun 1975 berlokasi di jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dan dikategorikan sebagai penelitian survei. Furchan (1982) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru adalah aktor utama yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam bangsa itu sendiri. Hal tersebut juga mengharuskan kita sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo

BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN. Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo BAB IV ANALISIS PERAN GURU DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MI WALISONGO PEKAJANGAN Peran Guru dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Spiritual siswa di MI Walisongo Pekajangan Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 131 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS aspek perilaku yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

A. ANALISIS SITUASI. a. Visi : Unggul dalam prestasi, mampu bersaing di era Global dan terpuji dalam budi pekerti.

A. ANALISIS SITUASI. a. Visi : Unggul dalam prestasi, mampu bersaing di era Global dan terpuji dalam budi pekerti. 1 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan sebuah rangkaian program PPL yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wildan Karim AnggaPerbata, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wildan Karim AnggaPerbata, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermutu menjadi harapan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan sebuah bangsa, baik langsung maupun tidak langsung. Arcaro (2007:1) menyatakan bahwa masalah

Lebih terperinci

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak hanya menuntut aspek kognitif saja, melainkan aspek afektif dan psikomotor juga sangat berpengaruh. Tujuan pendidikan dalam

Lebih terperinci