UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING: STUDI KASUS PUSDIKLAT XYZ KARYA AKHIR WAHYU SULISTIO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING: STUDI KASUS PUSDIKLAT XYZ KARYA AKHIR WAHYU SULISTIO"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING: STUDI KASUS PUSDIKLAT XYZ KARYA AKHIR WAHYU SULISTIO FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING: STUDI KASUS PUSDIKLAT XYZ KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi WAHYU SULISTIO FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2013

3 ii

4 iii

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer -. Penulis menyadari bahwa dalam rangka penyelesaian karya akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Indra Budi selaku pembimbing karya akhir penulis yang telah dengan sabar memberikan masukan, arahan, nasihat, ilmu, dukungan, dan waktu yang bemanfaat bagi penulis. 2. Bapak Dana Indra dan Bapak Rizal Fathoni selaku penguji karya akhir yang telah memberikan masukan untuk perbaikan karya akhir ini. 3. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk bisa segera menyelesaikan karya akhir ini. 4. Istri dan anak penulis yang senantiasa menjadi tenaga penyemangat bagi penulis. 5. Bapak Cris Kuntadi selaku Kepala Pusdiklat XYZ. 6. Bapak Dwi Setiawan Susanto selaku Kepala Bagian Evaluasi Pusdiklat XYZ. 7. Bapak Gatot Tri Susanto selaku Kasubbag Fasilitas Pembelajaran Pusdiklat XYZ. 8. Bapak Zulwarak selaku Kasubbag Umum Pusdiklat XYZ. 9. Ibu Munawara selaku Kasubbag Program dan Kerjasama Pusdiklat XYZ. 10. Ibu Esther Indriaty selaku Kasubbag Modul Pusdiklat XYZ. 11. Bapak Yudho Giri Sucahyo selaku pembimbing akademis. 12. Bapak Zainal A. Hasibuan dan Bapak Riri Satria selaku dosen pengajar mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan wawasan dalam menulis karya akhir yang benar sesuai kaidah-kaidah ilmiah. iv

6 13. Rekan-rekan di Universitas XYZ yang juga turut serta ikut membantu dalam usaha penyusunan dan penyelesaian karya akhir ini, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 14. Bobby, Marcel, dan Yoga yang banyak memberikan masukan untuk penulisan karya akhir ini. 15. Teman-teman MTI UI 2010F yang telah berjuang bersama selama ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung. Penulis juga menyadari bahwa karya akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan segala bentuk masukan, kritik dan saran yang membangun. Semoga karya akhir ini mampu memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Jakarta, 21 Januari 2013 Wahyu Sulistio v

7 vi

8 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Wahyu Sulistio : Magister Teknologi Informasi : Pengukuran Kesiapan Implementasi E-Learning: Studi Kasus Pusdiklat XYZ Dengan semakin besar dan berkembangnya organisasi, maka semakin dibutuhkan pegawai-pegawai yang handal dan kompeten. Untuk itu maka unsur pengembangan sumber daya manusia melalui kediklatan menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh organisasi. Dalam upaya untuk melaksanakan diklat bagi seluruh pegawai, Pusdiklat XYZ mengalami kendala-kendala seperti keterbatasan kapasitas sarana prasarana yang dimiliki. Hal ini mendorong organisasi berinisiatif menerapkan e-learning dalam pelaksanaan diklat. Namun demikian belum pernah dilakukan analisa mengenai kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning tersebut. Untuk mengukur kesiapan tersebut dilakukan survei terhadap keseluruhan organisasi dengan menggunakan model kesiapan yang telah ada. Model tersebut dipilih dari sejumlah model yang telah dikembangkan sebelumnya oleh para ahli dengan mempertimbangkan aspek kelengkapan dan kekinian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan Pusdiklat XYZ untuk mengimplementasikan e-learning berada pada nilai 2.76 yang berarti masuk dalam kategori kurang siap. Rekomendasi yang diberikan mencakup aspek kesiapan konten, infrastruktur teknologi, dan berbagai faktor lainnya yang dinilai masih berada pada kondisi kurang siap. Kata kunci : E-learning, model kesiapan. vii

9 ABSTRACT Name Study Program Title : Wahyu Sulistio : Magister Teknologi Informasi : E-Learning Readiness Measurement: Case Study Training Center XYZ The large and growing organization needs reliable and competent employees. For that purpose, the elements of human resource development become a thing that should be noted by the organization. In an effort to implement training for all employees, Training Center XYZ has some obstacles, such as limited infrastructure capacity owned. This encourages organizations to implement e-learning initiative in the implementation of education and training. However, the analysis has not been done on the readiness of the organization to implement the e-learning. To measure the readiness, the survey will be conducted using the organization's overall readiness of existing models. The model was selected from a number of earlier models have been developed by experts taking into account the completeness and contemporary aspects. The results showed that the readiness of Training Center XYZ to implement e- learning is the mean value of 2.76 in the category of poorly prepared. Recommendations are given in the aspects of content, technology infrastructure, and other factors which still arrives at the not well-prepared. Keywords : E-Learning, readiness model viii

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI......ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Identifikasi Masalah Rumusan Masalah/Research Question Tujuan Penelitian Manfaat Karya Akhir Batasan Masalah dan Asumsi Sistematika Penulisan... 8 BAB 2 LANDASAN TEORI Definisi E-learning Komponen E-learning Jenis E-learning Model Pembelajaran Online Kelebihan dan Kekurangan E-learning E-learning Readiness Teknik Sampling Uji Validitas Uji Reliabilitas Data Pengukuran Pengolahan Skala Likert Penelitian Sebelumnya Model ELR Rosenberg Model ELR Chapnick Model ELR Aydin dan Tasci Model ELR Darab dan Montazer Pengukuran ELR di Politeknik Manufaktur Astra Pengukuran ELR di Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi Perbandingan Model BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Tahapan Penelitian ix

11 3.2.1 Studi Literatur Membuat Desain Survei Pengembangan Instrumen Survei Pengujian Instrumen Survei Perbaikan Instrumen Survei Pemilihan Sampel Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisa Data Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Metode Analisis dan Penarikan Kesimpulan BAB 4 PROFIL ORGANISASI Sekilas Tentang Organisasi Tugas Pokok dan Fungsi Visi, Misi, dan Sasaran Strategis BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji coba instrumen penelitian Instrumen Communication Network Instrumen Equipment Instrumen Security Instrumen Content Instrumrn Laws and Regulations Instrumen Educational Policy Instrumen Assessment Instrumen Cultural Instrumen Standards Instrumen Financial Instrumen Human Resources Instrumen Management Instrumen Supervision Instrumen Support Standar nilai dan responden dalam penelitian Penerapan Instrumen Uji Kesiapan E-Learning Kesiapan communication network Kesiapan equipment Kesiapan Security Kesiapan Content Kesiapan Laws and Regulations Kesiapan educational policy Kesiapan assessment Kesiapan cultural Kesiapan standards Kesiapan financial Kesiapan Human Resources Kesiapan management Kesiapan Supervision Kesiapan Support x

12 Kesiapan e-learning secara keseluruhan Rekomendasi Atas Permasalahan Yang Ada BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN....L-1 A. Kuesioner Survei... L-1 B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... L-5 C. Bobot Faktor ELR Model Darab dan Montazer... L-8 D. Transkrip Wawancara dengan Kabag Evaluasi...L-14 E. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Umum...L-19 F. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Fasilitas Pembelajaran...L-22 G. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Program dan Kerjasama...L-30 H. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Modul...L-33 I. Hasil Kunjungan ke Malaysia (EPSA)...L-36 J. Faktor Kesiapan E-Learning Darab & Montazer...L-39 K Konversi Hasil Survei...L-42 L Responden Pegawai...L-62 xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Faktor Penyebab Kebutuhan Diklat Tidak Terpenuhi... 3 Gambar 2.1 Kelompok E-Learning menurut Som Naidu Gambar 2.2 Skala Penilaian ELR Chapnick Gambar 2.3 Skala Penilaian ELR Aydin & Tascii Gambar 2.4 Kerangka Teori Gambar 3.1 Metodologi Penelitian Gambar 5.1 Level Kategori Kesiapan xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kelompok E-learning menurut Romiszowski Tabel 2.2 Faktor Kesiapan E-Learning Aydin & Tascii Tabel 2.3 Perbandingan Model ELR Tabel 5.1 Uji validitas instrumen communication network Tabel 5.2 Uji validitas instrumen equipment Tabel 5.3 Uji validitas instrumen laws and regulations Tabel 5.4 Uji validitas instrumen educational policy Tabel 5.5 Uji validitas instrumen assessment Tabel 5.6 Uji validitas instrumen cultural manajemen Tabel 5.7 Uji validitas instrumen cultural pegawai Tabel 5.8 Uji validitas instrumen financial Tabel 5.9 Uji validitas instrumen human resources pegawai Tabel 5.10 Uji validitas instrumen human resources manajemen Tabel 5.11 Uji validitas instrumen management Tabel 5.12 Uji validitas instrumen supervision Tabel 5.13 Uji validitas instrumen support Tabel 5.14 Standar nilai kuesioner Tabel 5.15 Proporsi Responden Kuesioner Tabel 5.16 Nilai kesiapan communication network Tabel 5.17 Nilai kesiapan equipment Tabel 5.18 Nilai kesiapan security Tabel 5.19 Nilai kesiapan content Tabel 5.20 Nilai kesiapan laws and regulations Tabel 5.21 Nilai kesiapan educational policy Tabel 5.22 Nilai kesiapan assessment Tabel 5.23 Nilai kesiapan cultural Tabel 5.24 Nilai kesiapan standards Tabel 5.25 Nilai kesiapan financial Tabel 5.26 Nilai kesiapan human resources Tabel 5.27 Nilai kesiapan management Tabel 5.28 Nilai kesiapan supervision Tabel 5.29 Nilai kesiapan support Tabel 5.30 Nilai kesiapan keseluruhan xiii

15 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan hal-hal yang menjadi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan asumsi, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang demikian pesat saat ini memberikan berbagai manfaat kepada manusia. Diantara manfaat yang bisa dirasakan adalah bahwa dengan teknologi tersebut maka seakan tidak ada lagi kendala jarak dan waktu yang dirasakan. Dengan teknologi tersebut maka manusia dimanapun dan kapan pun dapat terhubung dan berkomunikasi dengan mudah. Manfaat teknologi tersebut telah mendorong berbagai sektor industri memanfaatkannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses yang dilakukan di dalam industri tersebut. Industri pendidikan juga menjadi salah satu industri yang berusaha memaksimalkan pemanfaatan teknologi tersebut. Maka saat ini banyak ditemukan berbagai institusi pendidikan dan lembaga pelatihan yang menerapkan model pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan e- learning. Salah satu institusi yang berusaha memanfaatkan keunggulan teknologi tersebut adalah organisasi XYZ. Dalam rangka mewujudkan Organisasi XYZ sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional dibutuhkan sumber daya yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan. Tantangan yang dihadapi Organisasi XYZ selain jumlah SDM yang masih terbatas, yang tidak kalah penting adalah kualitas SDM-nya. Kinerja organisasi tidak akan dapat dicapai secara optimal jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, mau bekerja keras, memiliki integritas serta berkomitmen atas pelaksanaan tugasnya. Pusdiklat XYZ sebagai unit kerja dari Organisasi XYZ yang melakukan pendidikan dan pelatihan dalam rangka membentuk kompetensi pegawai, mulai 1

16 2 berusaha memanfaatkan kelebihan teknologi tersebut dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Tuntutan organisasi sebagai lembaga negara yang independen dan profesional, sehingga membutuhkan sumber daya yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, mendorong Pusdiklat untuk dapat merancang pelaksanaan diklat yang dapat mengakomodir kebutuhan kompetensi seluruh pegawai organisasi. Disisi lain, berbagai keterbatasan yang ada, seperti daya tampung kelas misalnya, menyebabkan sulitnya pemenuhan jam pelatihan seluruh pegawai jika hanya dilakukan melalui metode kelas yang konvensional. Maka Pusdiklat XYZ pun berinisiatif untuk mulai menerapkan e- learning dalam proses kediklatan organisasi. 1.2 Perumusan Masalah Berikut dijelaskan masalah yang terdapat pada Pusdiklat XYZ yang mendorong dilaksanakannya penelitian ini. Pembahasan masalah tersebut mencakup identifikasi masalah dan research question yang akan dijawab melalui penelitian ini Identifikasi Masalah Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh organisasi maka dilakukan wawancara dengan salah seorang manajemen organisasi, dhi. Kabag Evaluasi (Lampiran D). Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau, salah satu permasalahan yang menjadi bagian tanggung jawab Pusdiklat XYZ adalah pemenuhan jumlah jam diklat bagi seluruh pegawai organisasi XYZ. Untuk menyajikan data diklat pegawai organisasi secara keseluruhan beliau mengalami kendala karena pendataan diklat yang belum memadai di Pusdiklat XYZ. Namun bila melihat pada contoh kasus di internal Pusdiklat XYZ sendiri dimana sebagian besar diklat diselenggarakan, ternyata masih banyak pegawai yang tidak mencapai target 40 jam pelajaran selama satu tahun. Dari 134 pegawai Pusdiklat XYZ, dengan dikurangi pegawai yang baru masuk pada tahun 2011 sebanyak 13 orang, maka seharusnya sebanyak 121 pegawai dapat melaksanakan diklat minimal 40 jam pelajaran selama satu tahun. Dengan mengambil contoh kasus tahun 2011, ternyata terdapat 59 orang yang

17 3 tidak memenuhi jumlah jam pelajaran tersebut. Dengan demikian pada tahun 2011 terdapat 48,8% pegawai yang tidak memenuhi target jumlah jam pelajaran selama satu tahun. Dengan melihat contoh kasus ini, Kabag Evaluasi meyakini bahwa terdapat permasalahan yang sama untuk seluruh wilayah kerja organisasi XYZ. Terkait kendala dalam pemenuhan kebutuhan diklat untuk seluruh organisasi XYZ sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beliau menjelaskan sejumlah kendala yang dapat digambarkan dalam diagram tulang ikan berikut : Gambar 1.1 Faktor Penyebab Kebutuhan Diklat Tidak Terpenuhi Berdasarkan diagram pada Gambar 1.1, faktor-faktor penyebab kebutuhan diklat tidak terpenuhi, dalam artian tidak semua pegawai dapat memenuhi target pemenuhan jam pelajaran mereka dalam waktu satu tahun, adalah : a. Sarana Prasarana Faktor pertama yang menyebabkan permasalahan ini adalah ketidakseimbangan antara sarana prasarana yang ada dengan jumlah pegawai keseluruhan. Di satu sisi jumlah pegawai organisasi yang terus bertambah, sementara kapasitas dari sarana prasarana yang ada tidak ditingkatkan. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan pergiliran jadwal pelaksanaan diklat bagi seluruh pegawai. Masalah lain terkait penjadwalan ini adalah fleksibilitas dari

18 4 para pegawai untuk mengikuti diklat sebagaimana dibahas pada faktor keluangan waktu. b. Biaya Pelaksanaan Diklat Faktor berikutnya yang menyebabkan permasalahan ini adalah biaya pelaksanaan diklat. Dengan memperhatikan besarnya biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan diklat, seperti biaya instruktur, konsumsi, akomodasi, dan transportasi, sementara anggaran diklat yang ada terbatas, menyebabkan jumlah diklat yang dapat dilaksanakan dalam waktu satu tahun juga harus dibatasi. Terlebih lagi dengan kondisi pegawai yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, maka biaya perjalanan dinas untuk pegawai yang berada di luar daerah juga menjadi faktor utama besarnya biaya pelaksanaan diklat. c. Availability (keluangan waktu) Sebagian besar pegawai organisasi memiliki fungsi sebagai auditor (pemeriksa). Peran tersebut mengharuskan mereka melakukan pemeriksaan paling tidak setahun dua kali yaitu untuk fase interim dan final laporan keuangan entitas pemeriksaan. Umumnya para pegawai yang berfungsi sebagai auditor memiliki waktu luang pada bulan Januari hingga Februari, serta Mei hingga Juli. Hal ini menyebabkan mereka tidak memiliki waktu luang yang terlalu fleksibel untuk melaksanakan diklat. Disisi lain pegawai yang berfungsi sebagai penunjang pendukung, juga sering kali terkendala untuk melaksanakan diklat dikarenakan mereka tidak bisa seratus persen meninggalkan tugas hariannya. Hal ini disebabkan tidak adanya tenaga pengganti pada peran yang dia emban ataupun memang ada penugasan lainnya yang harus dilaksanakan. Hal ini menyebabkan penjadwalan diklat untuk seluruh pegawai menjadi sangat tidak fleksibel. d. Motivasi Peserta Faktor lainnya yang menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan diklat adalah motivasi dari para peserta sendiri yang kurang sehingga mereka enggan untuk mengikuti diklat. Keengganan ini disebabkan karena faktor metode diklat yang selama ini dilakukan secara konvensional menimbulkan kejenuhan pada peserta. Faktor lainnya adalah jarak yang cukup jauh dari

19 5 kantor tempat bekerja dengan tempat dilaksanakannya diklat. Untuk peserta yang berasal dari daerah maka jarak yang cukup jauh untuk datang ke Pusdiklat terkadang juga menjadi kendala yang mengurangi motivasi mereka. Bila dilihat pada faktor-faktor yang menjadi penyebab sulitnya memenuhi target jam pelajaran, terdapat kesamaan kondisi dimana masing-masing faktor tadi menyebabkan peserta harus berkumpul pada satu tempat sehingga tidak sepadan dengan kapasitas yang ada ataupun mereka harus pergi meninggalkan tugas di tempat kerja asalnya. Hal ini mendorong munculnya inisiatif penerapan e-learning di Pusdiklat sebagai pelaksana utama diklat organisasi. Hadirnya e-learning diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut, sekaligus memberikan nilai tambah dari proses kediklatan yang dilaksanakan. Dengan e-learning, maka peserta diklat dan instruktur dapat berinteraksi dan berkolaborasi secara efektif dan efisien tanpa memerlukan kehadiran fisik di tempat yang sama. Selain itu e-learning juga mendorong terjadinya aktifitas pembelajaran secara independen tidak terikat pada waktu yang sama. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, Pusdiklat XYZ juga sempat melakukan studi banding ke EPSA Malaysia yang telah mengimplementasikan e- learning (Lampiran I). Tujuan dari studi banding ini adalah untuk melihat apa saja yang diperlukan untuk dapat mengimplementasikan e-learning. Dari hasil studi banding tersebut, tim yang melakukan kunjungan menyimpulkan bahwa secara infrastruktur Pusdiklat XYZ memiliki potensi untuk mengimplementasikan e- learning. Sementara itu dari pihak EPSA Malaysia ketika ditanyakan mengenai efektifitas penggunaan e-learning ini sendiri menyatakan bahwa mereka belum melakukan pengukuran efektifitas penggunaan e-learning dibanding metode pembelajaran konvensional. Namun demikian mereka dapat merasakan manfaat dari penerapan e-learning tersebut khususnya dari segi fleksibilitas waktu dan tempat. Hal ini sangat terlihat pada pemanfaatan e-learning pada diklat yang melibatkan para pejabat dimana mereka memiliki waktu yang terbatas untuk meninggalkan tempat kerjanya. Pihak EPSA juga menambahkan bahwa keberhasilan implementasi e-learning tidak hanya ditentukan oleh faktor

20 6 teknologi semata, namun berbagai faktor lainnya juga diperlukan khususnya dukungan manajemen puncak. Sejalan dengan inisiatif penerapan e-learning, Kepala Subbagian Umum yang membawahi IT di Pusdiklat, menyatakan dukungannya untuk mengimplementasikan e-learning di Pusdiklat (Lampiran E). Bahkan pihak IT Pusdiklat dan bagian fasilitas pembelajaran telah membuat portal e-learning sederhana yang dapat diakses dari seluruh perwakilan XYZ di seluruh Indonesia. Namun demikian beliau menekankan faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan untuk suksesnya implementasi e-learning tersebut, sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Pihak EPSA Malaysia. Beliau juga menegaskan bahwa faktor pengguna dan manajemen umumnya lebih berpengaruh dalam suksesnya implementasi sebuah sistem baru. Hal ini terlihat dari sejumlah sistem yang telah dikembangkan di Pusdiklat namun akhirnya tidak terlalu dioptimalkan karena pengguna yang kurang memiliki kepedulian. Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah manajemen, kabag evaluasi dan kasubbag fasilitas pembalajaran yang ditunjuk sebagai PIC implementasi e-learning merasa perlu dilakukan analisa kesiapan Pusdiklat XYZ untuk mengimplementasikan e-learning (Lampiran D dan F). Menurut keterangan mereka, belum pernah dilakukan studi sebelumnya di Pusdiklat untuk memperoleh gambaran mengenai kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning tersebut. Sementara faktor-faktor apa saja yang perlu disiapkan oleh organisasi yang akan mengimplementasikan e-learning, Pusdiklat juga belum pernah melakukan studi terkait hal tersebut. Sehingga sejauh ini persiapan yang dilakukan hanya membuat prototipe sederhana, mengunggah sejumlah materi, dan membuat sejumlah soal latihan secara online. Penelitian ini mengambil topik e-learning readiness untuk menjawab faktor-faktor apa saja yang perlu disiapkan oleh organisasi. Studi ini perlu dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada organisasi yang mungkin dapat menghambat kesuksesan implementasi e-learning itu sendiri. Dengan diketahuinya kekurangan-kekurangan tersebut maka dapat dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk mengoptimalkan implementasi nantinya.

21 Rumusan Masalah/Research Question Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan/ pertanyaan dalam penelitian ini (research question) sebagai berikut : a. Bagaimana model penilaian kesiapan implementasi e-learning yang dapat digunakan di Pusdiklat XYZ? b. Berapa tingkat kesiapan implementasi e-learning pada Pusdiklat XYZ? c. Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan implementasi e- learning? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang diteliti yaitu : a. Memilih model yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning. b. Mengetahui posisi kesiapan organisasi saat ini untuk mengimplementasikan e-learning. c. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan item kesiapan yang memiliki nilai kurang baik. 1.4 Manfaat Karya Akhir Manfaat yang diperoleh dari karya akhir ini adalah: 1. Dapat memberikan gambaran kepada Pusdiklat XYZ mengenai kondisi organisasi XYZ saat ini dan kesiapannya dalam mengimplementasikan e- learning. 2. Dapat memberikan masukan perbaikan yang dapat dilakukan Pusdiklat XYZ guna mendukung kesuksesan implementasi e-learning. 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ini dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut:

22 8 a. Penelitian dilakukan pada Pusdiklat XYZ dengan lingkup objek penelitian adalah seluruh pegawai organisasi XYZ. Oleh karena itu, penilaian kesiapan dan rekomendasi yang diberikan, hanya berlaku pada organisasi tersebut atau organisasi yang memiliki kesamaan karakteristik. b. Diasumsikan bahwa inisiatif e-learning sudah sesuai dengan strategi organisasi sehingga tidak perlu dilakukan kajian untuk mengukur kesesuaian inisiatif tersebut untuk memutuskan apakah inisiatif akan dijalankan atau tidak. 1.6 Sistematika Penulisan Laporan ini terdiri atas 6 bab, yaitu pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, profil organisasi, analisis dan pembahasan hasil, serta penutup. Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan asumsi, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori, berisi penjelasan mengenai berbagai literatur yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Bab 3 Metodologi Penelitian, berisi penjelasan mengenai metodologi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Bab 4 Profil Organisasi, berisi penjelasan mengenai gambaran singkat organisasi yang menjadi objek studi kasus. Bab 5 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi penjelasan mengenai analisis atas hasil yang diperoleh dari penelitian dan perumusan rekomendasi. Bab 6 Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

23 BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori ini bertujuan untuk merumuskan jawaban atas permasalahan yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dalam landasan teori ini dibahas mengenai teori/konsep yang relevan, penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian, serta model yang digunakan dalam penelitian ini. Teori/konsep yang relevan pada bab ini membahas mengenai definisi e- learning, komponen-komponen yang ada dalam e-learning, jenis-jenis e-learning, kelebihan dan kekurangan e-learning, model analisis e-learning readiness, teknik sampling, uji validitas, dan uji reliabilitas. Penelitian sebelumnya mengacu pada penelitian-penelitian mengenai pengukuran e-learning readiness. Sedangkan model yang akan digunakan dipilih berdasarkan hasil studi atas penelitianpenelitian sebelumnya. 2.1 Definisi E-learning Sejumlah pakar menguraikan definisi terkait istilah e-learning dari berbagai sudut pandang. Beberapa definisi mengenai e-learning adalah sebagai berikut : 1. Darin E. Hartley mendefinisikan e-learning sebagai suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain [1]. 2. LearnFrame.com mendefinisikan e-learning sebagai sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone [2]. 3. Martin Jenkins mendefinisikan e-learning sebagai proses belajar yang didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi [3]. 4. Derek Stockley mendefinisikan e-learning sebagai pemberian pembelajaran, pelatihan, maupun pendidikan menggunakan sarana elektronik untuk menyediakan materi pelatihan, edukasional, maupun pembelajaran [4]. 9

24 10 5. Josh Bersin mendefinisikan e-learning sebagai segala bentuk pelatihan yang menggunakan teknologi berbasis internet dalam penyampaian, manajemen, dan pengukuran [5]. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, terdapat perbedaan definisi pada media yang digunakan. Darin E. Hartley dan beberapa pakar lainnya mendefinisikan e-learning adalah dengan menggunakan media jaringan. Sementara LearnFrame.com dan beberapa pakar lainnya tidak menjadikan jaringan sebagai syarat mutlak. Namun secara umum, dari definisi-definisi tersebut terdapat kesamaan berupa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu dalam penelitian ini, kami mendefinisikan e-learning sebagai proses pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam memediasi proses belajar mengajar didalamnya. 2.2 Komponen E-learning Berdasarkan definisi-definisi yang telah diungkapkan sebelumnya, dan juga sebagaimana yang diungkapkan oleh Romi Satria Wahono, komponenkomponen umum yang ada pada penerapan e-learning [6] yaitu : 1. Infrastruktur e-learning, yaitu media yang digunakan dalam menyampaikan konten e-learning. Dapat berupa jaringan internet, perlengkapan multimedia, dan komputer itu sendiri. 2. Sistem dan aplikasi e-learning, yaitu perangkat lunak yang melakukan virtualisasi pembelajaran secara konvensional. Perangkat lunak ini menjadi interface penyampaian konten e-learning, manajemen kelas, sistem evaluasi dan sebagainya. 3. Konten e-learning, yaitu materi bahan ajar yang akan disampaikan kepada para peserta pembelajaran. Konten ini sendiri dapat dikemas dalam bentuk multimedia maupun text-based. 4. Actor, yaitu pihak-pihak yang menjalankan e-learning itu sendiri yang terdiri dari pengajar, pembelajar, dan administrator. Sasikumar melihat aspek-aspek pembentuk e-learning berdasarkan aspekaspek pembelajaran pada umumnya. Beliau juga membandingkan antara model

25 11 pembelajaran tradisional dengan e-learning. Aspek-aspek e-learning menurut Sasikumar adalah [7] : 1. Instruktur dan peserta pembelajaran Pada metode pembelajaran tradisional, instruktur menjadi faktor kunci dalam pembelajaran dan memegang kendali penuh dalam proses pembelajaran. Peserta pembelajaran selalu menjadikan instruktur sebagai rujukan dalam berbagai permasalahan pembelajaran. Dengan e-learning, maka peserta pembelajaran memiliki rujukan yang begitu banyak selain dari instruktur. Instruktur tidak lagi menjadi faktor yang dominan bahkan tidak jarang instruktur mengambil pelajaran dari peserta pembelajaran. Dengan peran seperti itu, maka tanggung jawab untuk menyampaikan materi yang semula hanya dari instruktur dapat dikurangi. Selain itu, instruktur juga bisa berfokus kepada peserta-peserta yang memiliki hambatan untuk mengakses e-learning. 2. Konten Faktor utama yang sangat penting dalam proses pembelajaran adalah konten. Baik pembelajaran secara online maupun tradisional sangat bergantung pada konten materi yang disajikan. Terlebih pada pembelajaran online, konten materi menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran karena faktor instruktur tidak lagi dominan. Penyajian konten yang menarik, interaktif, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat membantu peserta pembelajaran lebih bersemangat dan memahami pelajaran lebih baik dari pada pembelajaran tradisional. Namun sebaliknya, penyajian konten materi yang monoton, tidak interaktif, dan tidak mengarahkan peserta pada tujuan pembelajaran akan membuat peserta merasa enggan mengakses e-learning tersebut dan tidak memberi manfaat yang berarti. 3. Mekanisme evaluasi Proses evaluasi pada metode pembelajaran tradisional sangat terbatas pada alat yang digunakan dan hasil akhir dari evaluasi yang dilakukan. Misalnya pada proses evaluasi yang menggunakan lembar jawaban komputer, maka akan sangat tergantung pada kemampuan perangkat tersebut membaca hasil evaluasi, dan tidak jarang banyak peserta yang mengalami kendala dengan masalah tersebut.

26 12 Di sisi lain, evaluasi secara tradisional hanya dapat melihat kondisi pada saat evaluasi tersebut dikumpulkan. Hal ini berbeda dengan metode evaluasi secara online dimana kita juga bisa memantau proses pelaksanaan evaluasi tersebut dari awal hingga akhir. Sebagai contoh, dengan evaluasi secara e- learning maka kita juga bisa memantau urutan peserta menjawab soal, apakah berurutan dari nomor awal hingga akhir, berapa kali peserta tersebut kembali ke soal yang sama, berapa kali peserta tersebut mengganti jawaban, waktu yang diperlukan pada sebuah pertanyaan, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut bisa jadi memberi masukan yang bermanfaat untuk mengevaluasi pemahaman peserta saat ini. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi secara online antara lain tipe evaluasi dan keamanan. Untuk tipe evaluasi perlu diperhatikan bahwa tidak semua evaluasi dapat dilakukan secara online. Evaluasi yang bersifat praktikal tidak tepat apabila dilakukan secara online karena banyak melibatkan aspek fisik. Sementara untuk aspek keamanan, evaluasi secara online memiliki lebih banyak celah untuk melakukan kecurangan. Mencontoh jawaban peserta lain, memanfaatkan orang lain untuk mengerjakan soal evaluasi, dan sebagainya, menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memutuskan menyelenggarakan evaluasi secara online. 4. Mekanisme komunikasi dan kolaborasi Dari aspek komunikasi, pembelajaran secara tradisional mungkin menyediakan ruang untuk berekspresi yang lebih baik. Setiap orang bisa berinteraksi langsung, dan tidak hanya memperoleh informasi dari segi suara tapi juga bahkan ekspresi si pembicara. Komunikasi secara online memiliki beberapa keterbatasan untuk melakukan hal tersebut, walaupun dengan teknologi video conference maka hal yang sama seperti halnya tatap muka di kelas dapat dilakukan, namun faktor jaringan menjadi hal yang sangat menentukan disana. Namun demikian, disamping keterbatasan yang ada, komunikasi secara online juga menawarkan kelebihan untuk bisa merekam dan berbagi komunikasi yang terjadi.

27 13 5. Aspek administrasi Aspek terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran adalah administrasi. Dalam proses pembelajaran maka diperlukan proses pengadministrasian yang baik, mulai dari pendataan peserta pembelajaran, absensi, hingga evaluasi. Dalam pembelajaran secara tradisional, maka masing-masing fungsi tersebut harus dikelola oleh pihak tertentu dan tidak jarang memiliki kendala dalam pengadministrasian data-data tersebut. Di sisi lain, pembelajaran secara e-learning memberikan kemudahan dalam mengelola administrasi tersebut dengan adanya Learning Management System (LMS). Hampir semua LMS saat ini sudah menyediakan fasilitas untuk melakukan semua fungsi tersebut sehingga hanya perlu dilakukan konfigurasi di awal dan semua akan berjalan secara sistematis. Menurut Som Naidu, terdapat dua aspek yang dinilai kritikal dan unik dalam penerapan e-learning [8] yaitu : 1. Fleksibilitas Som Naidu, menjelaskan bahwa salah satu komponen kunci dalam e-learning yang membedakannya dengan pembelajaran tradisional adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan akses dan pemanfaatan informasi secara fleksibel. Fleksibel dalam artian setiap orang dapat mengakses dari mana saja dan kapan saja yang dia merasa tepat dan nyaman saat itu. Tanpa adanya komponen ini, maka proses pembelajaran yang dilakukan tidak akan jauh berbeda dari pembelajaran secara tradisional. 2. Akses secara elektronik ke multimedia Komponen kunci yang berikutnya adalah kemampuan akses secara elektronik ke berbagai materi multimedia. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, maka e-learning memungkinkan penyajian materi dalam berbagai bentuk multimedia yang menarik dan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, baik tertulis, animasi, audio, video, hingga simulasi. Disisi lain, teknologi jaringan juga memungkinkan setiap peserta untuk mengakses materi multimedia tersebut. Walaupun kemampuan adopsi teknologi, khususnya jaringan tidak sama untuk semua wilayah, namun

28 14 paling tidak untuk kemampuan akses minimal seperti materi text-based menjadi hal yang perlu dimiliki dalam pembelajaran e-learning. 2.3 Jenis E-learning Dalam membuat perencanaan implementasi e-learning, organisasi harus dapat menggambarkan e-learning seperti apa yang akan diimplementasikan nantinya. Adapun jenis-jenis e-learning berdasarkan karakteristiknya dikelompokkan oleh Romiszowski sebagai berikut [9] : Online Synchronous Communication Time) Offline Asynchronous Communication Time) Tabel 2.1 Kelompok E-learning menurut Romiszowski Individual Self Study Computer-Based Instruction/ Learning/ Training (CBI/L/T) Study Surfing the internet, accessing websites to (Real- obtain information or to learn Study Using standalone courseware/ downloading (Flexy- materials from the internet for later local study Group Collaborative Computer-Mediated Communication (CMC) Chat rooms with(out) video audio/video conferencing Asynchronous communication by , discussion lists or a learning management system (LMS) Berdasarkan Tabel 2.1, Romiszowski mengelompokkan e-learning ke dalam empat kategori yaitu individual dan online, individual dan offline, group dan online, serta group dan offline. Pengelompokkan ini dapat diringkas sebagaimana yang disimpulkan oleh Som Naidu sebagai berikut :

29 15 Individualized self-paced e- learning online Individualized self-paced e- learning offline Group-based e-learning Group-based e-learning synchronously asynchronously Gambar 2.1 Kelompok E-learning menurut Som Naidu Penjelasan untuk masing-masing kelompok pada Gambar 2.1 adalah sebagai berikut [8] : a. Individualized self-paced e-learning online, yaitu situasi dimana seorang individu mengakses sumber pelajaran, seperti database atau daftar mata kuliah secara online melalui internet atau intranet. b. Individualized self-paced e-learning offline, yaitu situasi dimana seorang individu menggunakan sumberdaya seperti database atau paket-paket pembelajaran komputer secara offline. Contohnya adalah seorang yang pelajar yang belajar secara mandiri dengan mengakses harddisk, CD, atau DVD. c. Group-based e-learning synchronously, yaitu situasi dimana sekelompok orang belajar bersama secara realtime melalui internet atau intranet. Proses ini mungkin juga menggunakan media diskusi secara text-based maupun dengan audio video. d. Group-based e-learning asynchronously, yaitu situasi dimana sekelompok orang belajar bersama melalui internet atau intranet namun tidak secara realtime (tidak pada waktu yang bersamaan). Contoh dari kelompok ini adalah diskusi yang terjadi pada mailing list atau pun learning management system. Penggunaan salah satu kelompok dalam mengimplementasikan e-learning pada sebuah organisasi dapat disesuaikan dengan kondisi organisasi tersebut. Sebagai contoh apabila organisasi yang akan menerapkan e-learning belum memiliki jaringan intranet atau internet yang memadai yang dapat menghubungkan seluruh organisasi, maka jenis e-learning yang berupa

30 16 individualized self-paced e-learning offline bisa menjadi alternatif implementasi saat ini. 2.4 Model Pembelajaran Online Som Naidu mengutip pernyataan dari Robin Mason menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan model dalam mengimplementasikan pembelajaran secara online yaitu [8] : a. Partially online Model ini biasa juga dikenal dengan istilah blended learning atau wrap around courses. Model ini menggabungkan antara sumber-sumber materi yang ada saat ini dimana dilakukan secara offline dengan komponenkomponen pembelajaran online. Model ini bisa menggunakan LMS atau mailing list sederhana untuk melakukan diskusi secara asynchronous. Model ini tidak menghilangkan metode pembelajaran secara konvensional namun berfungsi sebagai pelengkap. b. Fully online-learning course Model ini juga dikenal sebagai integrated courses. Model ini berupaya mengimplementasikan hampir semua aktivitas pembelajaran secara online. Istilah hampir semua digunakan disini karena disadari bahwa tidak semua aktifitas dapat dilakukan secara online atau tidak disarankan karena lebih baik dilakukan secara konvensional. Sebagai contoh, peserta pembelajaran mungkin mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda termasuk lebih menyukai belajara dari textbook di perpustakaan dari pada secara online. Model ini hampir dapat dipastikan menggunakan LMS, dimana materi-materi yang digunakan tersaji secara elektronik dan diskusi-diskusi yang dilakukan juga dilakukan secara online baik secara synchronous maupun asynchronous. 2.5 Kelebihan dan Kekurangan E-learning Beberapa kelebihan yang ditawarkan dengan pengimplementasian e- learning, sebagaimana yang dijelaskan oleh Effendi dan Hartono Zhuang antara lain [10]:

31 17 a. Mengurangi biaya pelatihan. Diantara manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan e-learning adalah mampu mengurangi biaya pelatihan. Dengan adanya e-learning maka tidak perlu biaya untuk transportasi pegawai dari tempat kerjanya ke tempat dilangsungkannya diklat, khususnya untuk pegawai yang berada pada wilayah yang berbeda. Dengan adanya e-learning tidak perlu melakukan penggandaan materi ajar untuk masing-masing peserta karena semua materi dapat diperoleh dari e-learning tersebut. Dengan adanya e-learning maka tidak perlu adanya konsumsi yang disediakan untuk seluruh peserta dan instruktur. Dengan demikian maka e-learning dapat memberikan manfaat yang nyata dalam penghematan biaya pelaksanaan diklat jika dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. b. Fleksibilitas waktu dan tempat Dengan metode diklat yang konvensional, maka seluruh peserta dan instruktur harus hadir pada waktu tertentu di tempat pelaksanaan diklat. Hal ini berarti tidak adanya fleksibilitas waktu untuk memilih kapan waktu yang akan digunakan untuk melakukan proses pembelajaran. Dengan e-learning maka hal tersebut dapat dihindari. Dengan e-learning maka peserta pembelajaran dapat mengakses pelajaran kapan saja dan dari mana saja, kecuali untuk metode conference yang tentunya membutuhkan sinkronisasi waktu. c. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran Dalam metode pembelajaran konvensional, setiap peserta pembelajaran akan menjalani proses pembelajaran yang sama dengan materi yang sama. Hal ini akan menyebabkan peserta pembelajaran yang dapat menyerap pelajaran lebih cepat harus menunggu temannya yang lain yang lebih lambat, atau sebaliknya. Dengan e-learning maka keharusan kesamaan kecepatan pembelajaran tersebut bukanlah menjadi keharusan, karena setiap peserta dapat menentukan sendiri kapan dia ingin mempelajari sebuah materi, bahkan jika ingin melanjutkan ke level selanjutnya sekalipun tanpa harus menunggu peserta lainnya.

32 18 d. Standarisasi pengajaran Dalam proses pembelajaran konvensional, proses pengajaran akan sangat tergantung pada kondisi instruktur yang memberikan pengajaran. Apabila instruktur yang memberikan materi sedang dalam kondisi yang baik, maka proses pengajaran yang dilakukan akan baik pula, dan begitu pula sebaliknya. Dengan e-learning maka proses pembelajaran akan terstandarisasi dimana proses yang dijalani oleh tiap peserta akan sama. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dalam e-learning tidak terpengaruh oleh kondisi instruktur melainkan ditentukan oleh peserta pembelajaran itu sendiri. e. Efektivitas pengajaran Dengan e-learning maka proses belajara mengajar dapat didesain lebih interaktif dan aplikatif. Keterbatasan pada dunia nyata dapat diatasi dengan adanya simulasi secara virtual. Instruktur yang membosankan dapat diatasi dengan interaksi yang lebih menarik pada sistem e-learning tersebut. Selain itu, dengan e-learning peserta pembelajaran dapat menentukan sendiri mata pelajaran yang sesuai dengan dirinya sehingga efektifitas pembelajaran akan lebih mudah tercapai. f. Kecepatan distribusi Dalam pembelajaran konvensional, akan diperlukan waktu baik untuk perjalanan peserta pembelajaran ke tempat dilangsungkannya pembelajaran maupun dikirimkannya media pembelajaran ke tempat tersebut. Dengan adanya e-learning maka waktu untuk pendistribusian tersebut bisa dihemat. Selama komputer atau perangkat yang digunakan untuk mengakses e- learning terhubung dalam jaringan yang sama maka akan dapat membuka materi-materi yang terdapat dalam e-learning. g. Ketersediaan on-demand Dalam pembelajaran konvensional tidak berlaku prinsip kelas ada saat dibutuhkan, melainkan peserta harus siap saat kelas ada. Dari sini terlihat bahwa ketersediaan kelas tidak bisa fleksibel karena memerlukan penyiapan ruangan dan sarana prasarana lainnya. Dengan adanya e-learning, selama kelas virtual telah disiapkan dengan segala perangkatnya (materi dan

33 19 kelengkapan lainnya), maka kelas tersebut dapat diakses kapan saja dan dari mana saja saat dibutuhkan. h. Otomatisasi proses administrasi Keuntungan terakhir yang dapat diperoleh dari e-learning adalah bahwa proses administrasi dapat diotomasi. Proses administrasi yang meliputi data peserta pembelajaran, materi pelajaran, tanggal akses, dan sebagainya dapat difasilitasi oleh learning management system yang berfungsi sebagai platform dari e-learning itu sendiri. Sedangkan untuk keterbatasannya, Effendi dan Hartono Zhuang menjelaskan sebagai berikut: a. Budaya self learning Penerapan e-learning menuntut adanya budaya self learning, dimana seseorang memiliki kesadaran dan memotivasi dirinya sendiri untuk belajar. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang sebagian besar masih sangat tergantung pada instruktur untuk keberhasilannya, maka dalam e- learning keberhasilan pembelajaran sepenuhnya ditentukan oleh peserta pembelajaran. Oleh karena itu, budaya self learning yang belum terbentuk akan bisa menjadi faktor penghambat implementasi e-learning tersebut. b. Investasi Sebelumnya telah dijelaskan bahwa e-learning dapat mengurangi biaya pelaksanaan diklat. Namun demikian pada tahap awal dimana infrastruktur belum tersedia maka akan membutuhkan investasi yang cukup besar untuk menyediakannya. Selain itu pembuatan konten materi yang interaktif tentunya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu perencanaan implementasi e-learning yang baik sangat diperlukan disini sehingga organisasi bisa membandingkan antara biaya dan manfaat yang bisa didapat. c. Teknologi Beragamnya solusi teknologi e-learning yang ada saat ini, maka bisa jadi terdapat ketidakcocokan (incompatibility) dengan teknologi yang digunakan organisasi saat ini. Hal ini khususnya apabila organisasi memutuskan untuk

34 20 membeli paket e-learning yang sudah ada di pasaran. Untuk itu kompatibilitas teknologi perlu menjadi perhatian disini. d. Infrastruktur Salah satu komponen utama dalam e-learning adalah infrastruktur. Tanpa adanya infrastruktur tersebut, seperti akses jaringan misalnya, akan menjadi faktor utama terhambatnya akses seseorang terhadap e-learning tersebut. e. Materi Walaupun e-learning memiliki kemampuan untuk menyajikan materi secara lebih menarik dan interaktif, namun tidak semua pelajaran dapat disajikan dalam bentuk e-learning. Pelajaran yang membutuhkan banyak aktivitas fisik akan lebih terasa manfaatnya apabila dipraktikkan langsung dibandingkan hanya melihat atau melakukan simulasi secara virtual. Senada dengan kelebihan yang diungkapkan oleh Effendi, Sasikumar juga menyebutkan sejumlah kelebihan dari e-learning sebagai berikut [7]: a. Kekurangan tenaga pengajar Kekurangan tenaga pengajar yang handal telah banyak dialami berbagai institusi pendidikan sekarang ini. Aspek finansial dan lingkungan kerja yang kurang menarik membuat pekerjaan ini tidak menjadi prioritas seseorang ketika mencari pekerjaan. Dengan kondisi tersebut, maka e-learning bisa menjadi salah satu solusi dimana tenaga pengajar dapat difungsikan lebih dari sebelumnya. Misalnya, dengan menggunakan e-learning maka tenaga pengajar dari berbagai daerah dapat berkontribusi tanpa harus terkendala jarak dan waktu. Dengan demikian maka kendala tenaga pengajar disuatu daerah bisa teratasi. b. Pembelajaran dimana saja dan kapan saja Keterbatasan utama dalam pembelajaran secara tradisional adalah bahwa setiap orang baik pelajar maupun pengajar, peserta pembelajaran maupun instruktur harus berada pada tempat yang sama pada waktu yang bersamaan. Keterbatasan ini dapat diselesaikan dengan penerapan e-learning yang memungkinkan instruktur melakukan turorial dari mana saja, kapan saja, dan begitu juga peserta dapat mengakses dari mana saja [11]. Dengan e-learning maka setiap orang memiliki keleluasaan untuk belajar dari mana saja, kapan

35 21 saja, dan memilih pelajaran yang disukai untuk diambil pada waktu yang tepat baginya. c. Meningkatkan pengalaman pembelajaran Pada metode pembelajaran tradisional, maka setiap peserta pembelajaran akan mendapatkan pengalaman belajar yang sama. Hal ini disebabkan mereka berada pada situasi yang sama, tempat yang sama, dan waktu yang sama. E- learning menawarkan kemampuan untuk melakukan personalisasi bagi setiap peserta didik sehingga dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran mereka. Dengan kemampuan multimedia yang memadai, simulasi yang baik yang dapat menggambarkan kondisi real, dan penyesuaian materi yang disampaikan dengan progress pembelajaran peserta didik, menjadi salah satu kunci pembelajaran menjadi lebih efektif. d. Kreasi konten Penerapan budaya online, termasuk pula dalam proses belajar mengajar, memungkinkan setiap orang membagi pengetahuan yang dimiliki dengan orang lain di seluruh dunia. Dengan demikian akan mendorong tumbuhnya kreatifitas dalam pembuatan konten dengan banyaknya masukan dari berbagai sumber yang bisa diakses secara online. e. Meningkatkan mutu pengajaran Dengan dimudahkannya komunikasi secara online, termasuk juga antar para instruktur, maka peningkatan mutu pembelajaran akan semakin baik. Materimateri yang dapat diakses secara online memungkinkan banyaknya masukanmasukan dari berbagai pihak yang akhirnya mendorong kualitas materi tersebut semakin baik. f. Evaluasi yang sistematis Dengan menerapkan e-learning, maka assessment dan proses evaluasi dapat dilakukan secara lebih terstruktur dan terdokumentasi dengan baik. Proses assessment dan evaluasi tidak lagi terkendala permasalahan terkait kertas dan sebagainya. Proses rekapitulasi dan penarikan kesimpulan pun menjadi lebih cepat dan efisien.

36 E-learning Readiness Readiness yang berarti kesiapan, didefinisikan sebagai siap secara mental atau fisik untuk suatu pengalaman atau aksi (Webster s Dictionary). Sejalan dengan definisi tersebut, Borotis dan Poulymenakou mendefinisikan e-learning readiness sebagai kesiapan mental atau fisik suatu organisasi untuk suatu pengalaman pembelajaran [12]. Berdasarkan definisi tersebut, maka e-learning readiness didefinisikan sebagai kesiapan sebuah organisasi, baik secara mental maupun fisik, untuk mengimplementasikan e-learning. Adapun untuk mengukur kesiapan mental dan fisik tersebut, maka perlu dilihat kondisi organisasi saat ini dibandingkan dengan faktor-faktor dasar yang diperlukan untuk dapat mengimplementasikan e-learning secara baik. Model e-learning readiness dirancang untuk menyederhanakan proses perolehan informasi tersebut dengan menghasilkan suatu nilai kesiapan e- learning. Nilai kesiapan e-learning merupakan sebuah skala yang dikembangkan untuk menilai kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan e-learning. Tidak ada rumusan baku dalam membuat skala tersebut. Berbagai ahli berusaha mengembangkan skala tersebut dengan instrumen pengukuran masing-masing. Sebagai contoh, pada Gambar 2.2 ditunjukkan skala pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan oleh Chapnick yang terdiri dari delapan faktor, dan pada Gambar 2.3 ditunjukkan skala pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan oleh Aydin dan Tasci yang terdiri dari 4 faktor. Gambar 2.2 Skala Penilaian ELR Chapnick

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 5 Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Definisi E-Learning Terdapat berbagai definisi mengenai e-learning. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : 1. E-learning adalah proses belajar yang difasilitasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA

ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA Henki Bayu Seta 1), Theresia Wati 2), Nurhafifah Matondang 3) 1), 2) Teknik Informatika

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3)

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3) ISSN : 1693 1173 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Dalam Rangka Menuju Profesionalitas Guru Hardi Santoso 3) Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada paradigma lama proses belajar mengajar pada umumnya berlangsung di ruang kelas dan ditandai dengan kehadiran pendidik di muka kelas. Pendidik memiliki tanggung

Lebih terperinci

2.1 Dasar Teori E-Learning

2.1 Dasar Teori E-Learning 2.1 Dasar Teori 2.1.1 E-Learning Istilah e-learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi

Lebih terperinci

Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa

Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa Software User Manual E-Learning Panduan Bagi Mahasiswa [E-learning Mahasiswa] Page 0 KATA PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu pilar bangsa yang perlu diselenggarakan dan ditingkatkan pelaksanaannya.

Lebih terperinci

IbM KELAS VIRTUAL UNTUK SMPN 6 DAN SMAN2 SALATIGA

IbM KELAS VIRTUAL UNTUK SMPN 6 DAN SMAN2 SALATIGA IbM KELAS VIRTUAL UNTUK SMPN 6 DAN SMAN2 SALATIGA Helmie Arif Wibawa, Indra Waspada, Panji Wisnu Wirawan Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Email: Helmie.arif@gmail.com Abtrak. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akhir-akhir ini. Pengaruhnya telah merubah tata cara manusia bersikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akhir-akhir ini. Pengaruhnya telah merubah tata cara manusia bersikap dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat akhir-akhir ini. Pengaruhnya telah merubah tata cara manusia bersikap dan berperilaku, terutama dalam

Lebih terperinci

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning

e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Outline Definisi E-learning Konsep e-learning 1 2 3 4 e-learning: Konsep dan Pemanfaatan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://blog.uny.ac.id/hermansurjono Outline Definisi e-learning Konsep e-learning E-learning framework Komponen e-learning Pemanfaatan

Lebih terperinci

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1

Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 Mengapresiasi e-learning Berbasis MOODLE Basori 1 A. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk

Lebih terperinci

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang Learning: dahulu vs sekarang Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kepala Puskom UNY hermansurjono@uny.ac.id http://blog.uny.ac.id/hermansurjono http://herman.elearning-jogja.org

Lebih terperinci

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL)

S Pembelajaran berbasis komputer (CBL) S CD pembelajaran S Multimedia pembelajaran S Aplikasi tutorial S Games, dll. S Pembelajaran berbasis web (WBL) Belajar: dahulu vs sekarang Perkembangan Teknologi E-Learning Herman Dwi Surjono, Ph.D. Dosen FT dan PPs UNY Kepala Puskom UNY http://blog.uny.ac.id/hermansurjono http://herman.elearning-jogja.org http://www.facebook.com/hermands

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN E-LEARNING SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN ONLINE DI SMP NEGERI 8 BANDUNG

PEMBANGUNAN E-LEARNING SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN ONLINE DI SMP NEGERI 8 BANDUNG PEMBANGUNAN E-LEARNING SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN ONLINE DI SMP NEGERI 8 BANDUNG Eko Budi Setiawan 1), Moch. Vama Yusman 2) 1), 2) Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur 112-114

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan Internet. E-Learning memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang

BAB II LANDASAN TEORI. Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang BAB II LANDASAN TEORI A. Self-Directed Learning 1. Pengertian belajar Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

Perpustakaan adalah diklat pertama yang saat ini sedang disiapkan untuk dijadikan e-learning. Banyaknya perpustakaan yang tersebar di seluruh

Perpustakaan adalah diklat pertama yang saat ini sedang disiapkan untuk dijadikan e-learning. Banyaknya perpustakaan yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat, maka penerapannya juga telah merambah di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan dan pelatihan (diklat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication Technology ( ICT ) yang. keuntungan yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang sudah berlangsung merupakan kenyataan terhadap kemajuan jaman yang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Hal ini terjadi berkat dari perkembangan dan

Lebih terperinci

Pengembangan Portal Belajar Online

Pengembangan Portal Belajar Online Pengembangan Portal Belajar Online PENDAHULUAN Permasalahan B A B 1 Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya yang harus dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh hasil yang optimal. Hal ini

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG

PEMANFAATAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG PEMANFAATAN E-LEARNING SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG Merry Agustina Fakultas Ilmu KomputerUniversitas Bina Darma Palembang Jl. A. Yani No. 12 Plaju Palembang 30264 email

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi persepsi Sensasi yang ditransmisikan ke otak adalah bentuk mentah dari energi yang harus diinterpretasi dan diorganisasi melalui sebuah proses yang disebut

Lebih terperinci

rendah. Kepuasan dan ketidakpuasan kerja pada pegawai ini sudah menjadi sorotan penting bagi BPK. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)

rendah. Kepuasan dan ketidakpuasan kerja pada pegawai ini sudah menjadi sorotan penting bagi BPK. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) ABSTRAK Sumberdaya manusia mempunyai peran yang penting dalam mencapai tujuan organisasi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan karena sumberdaya manusia adalah aset organisasi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran

Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran Merry Agustina Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Plaju Palembang 30264 merry_agst@mail.binadarma.ac.id Abstrak Seiring

Lebih terperinci

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan

untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan PJJ& TIK untuk mengembangkan kualifikasi tenaga kesehatan Direktorat Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, KEMENRISTEKDIKTI, 2017 Uwes A. Chaeruman Pendidikan Jarak Jauh proses

Lebih terperinci

Digital Library & Distance Learning Lab. Petunjuk Teknis Penggunaan Sistem E-Learning untuk Peserta Ajar

Digital Library & Distance Learning Lab. Petunjuk Teknis Penggunaan Sistem E-Learning untuk Peserta Ajar Petunjuk Teknis Penggunaan Sistem E-Learning untuk Peserta Ajar KATA PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu pilar bangsa yang perlu diselenggarakan dan ditingkatkan pelaksanaannya. Perguruan Tinggu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat. ini telah banyak memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat. ini telah banyak memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat ini telah banyak memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada manusia. Komputer sebagai salah satu

Lebih terperinci

II. KELAS MAYA. A. Tujuan Pembelajaran. B. Uraian Materi

II. KELAS MAYA. A. Tujuan Pembelajaran. B. Uraian Materi II. KELAS MAYA Deskripsi Pembelajaran dengan memanfaatkan kelas maya (cyber class) merupakan sebuah upaya untuk mendorong pembelajaran yang dilaksanakan kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan di Indonesia sedang menuju pada suatu perubahan besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan di Indonesia sedang menuju pada suatu perubahan besar. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan di Indonesia sedang menuju pada suatu perubahan besar. Beberapa tahun yang lalu, siswa hanya terfokus pada kegiatan belajar selama kurang lebih 5 jam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan Organisasi yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, serta dengan di dorong oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. Mengharuskan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PENDIDIK DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya media pembelajaran dapat menghantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI yang tidak dapat dihindari

Lebih terperinci

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen

WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri SMH Banten WORKSHOP Pelatihan Pembelajaran Online Dosen Oleh : Edy Nasri,M.Kom Serang, 26 April 2017 Pembelajaran Online Sistem pembelajaran online adalah hasil

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning)

PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning) PROSES PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA ELEKTRONIK (e-learning) Oleh : Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom *) ABSTRAK Konsep dan mekanisme kegiatan pembelajaran di jaman sekarang sudah bergeser ke proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompetitif dan dinamis. Hal ini memaksa Bank untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompetitif dan dinamis. Hal ini memaksa Bank untuk memaksimalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan di Indonesia saat ini sudah mencapai kondisi yang sangat kompetitif dan dinamis. Hal ini memaksa Bank untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki.

Lebih terperinci

MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING

MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING MEMBANGUN DIMENSI MANUSIA-TUGAS DALAM PENGEMBANGAN E-LEARNING Shabrina Syntha Dewi 16702251022 shabrina.syntha2016@student.uny.ac.id Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak E-Learning

Lebih terperinci

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007

fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007 fesejarah Teknisi Jardiknas Written by Administrator Wednesday, 10 January 2007 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan Pendirian Negara Republik Indonesia antara lain adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan sikap profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. Teknologi komunikasi dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu

Lebih terperinci

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010)

Sisdiknas No. 20/2003. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. PP No. 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (perbaikan atas PP 17/2010) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN 2011 Aturan yang digunakan Sisdiknas No. 20/2003 SK Mendiknas No. 107/U/2001 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

APLIKASI E-LEARNING DENGAN OPEN SOURCE WEBELS

APLIKASI E-LEARNING DENGAN OPEN SOURCE WEBELS Media Informatika Vol. 8 No. 1 (2009) APLIKASI E-LEARNING DENGAN OPEN SOURCE WEBELS Ana Hadiana Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. H. Juanda 96 Bandung 40132 E-mail: anahadiana@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadikan suatu informasi tersebut berguna bagi setiap individu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, perkembangan teknologi sudah semakin pesat dan informasi yang ada di sekitar kita juga semakin banyak. Maka dengan adanya informasi tersebut dapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERAN TEKNOLOGI INFORMASI / SISTEM INFORMASI DALAM MENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR: STUDI KASUS STMIK MIKROSKIL MEDAN

UNIVERSITAS INDONESIA PERAN TEKNOLOGI INFORMASI / SISTEM INFORMASI DALAM MENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR: STUDI KASUS STMIK MIKROSKIL MEDAN UNIVERSITAS INDONESIA PERAN TEKNOLOGI INFORMASI / SISTEM INFORMASI DALAM MENUNJANG PROSES BELAJAR MENGAJAR: STUDI KASUS STMIK MIKROSKIL MEDAN DRAFT TESIS MURDIATY 0606155436 PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA.

IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA. IMPLEMENTASI E-LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA munir@upi.edu PENGANTAR e-learning suatu istilah yang digunakan terhadap proses belajar mengajar berbasis online tanpa dibatasi

Lebih terperinci

PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO

PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO PENERAPAN BLENDED LEARNING DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO Oleh: Wiwin Sunarsi Tubagus, S.Si Widyaiswara Pertama Balai Diklat Keagamaan Manado Abstrak : Artikel ini membahas

Lebih terperinci

Pendahuluan. Buku Panduan WebCT 4.1 Untuk Pengajar. Definisi e-learning :

Pendahuluan. Buku Panduan WebCT 4.1 Untuk Pengajar. Definisi e-learning : 1 Pendahuluan Definisi e-learning Banyak perubahan dengan sangat cepat tentang e-learning, sebelum kata Elearning menjadi popular banyak kata-kata pembelajaran yang telah digunakan dan masih tetap digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat menentukan daya saing antar bangsa. Oleh karena itu sektor pendidikan harus terus ditingkatkan mutunya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kualitas manusia, oleh sebab itu pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

The next big killer application for the Internet is going to be education John Chambers, CEO of Cisco Systems

The next big killer application for the Internet is going to be education John Chambers, CEO of Cisco Systems Pengantar e-learning dan Pengembangannya The next big killer application for the Internet is going to be education John Chambers, CEO of Cisco Systems Pendahuluan Seiring dengan perkembangan Teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 6 Pengembangan Ajar Berbasis Web/ Internet/ Elektronik Jenis Software OS/ Operating System: software yang

Lebih terperinci

Makalah disajikan pada acara Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke 3 Tahun 2010 di Bandung Jawa Barat.

Makalah disajikan pada acara Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke 3 Tahun 2010 di Bandung Jawa Barat. Mengelola Portal E-Learning Bagi Pustakawan di Nusantara: Gagasan membangun portal www.ahlipustaka.com Oleh : Revi Kuswara (email: revikuswara@heikelmedia.net) Makalah disajikan pada acara Konferensi Perpustakaan

Lebih terperinci

vensy vydia ACCELERATED LEARNING DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN E LEARNING SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN

vensy vydia ACCELERATED LEARNING DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN E LEARNING SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN ACCELERATED LEARNING DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN E LEARNING SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN Abstrak Perkembangan metode pembelajaran didunia pendidikan dalam beberapa tahun terakhir sangatlah pesat dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENILAIAN PRESTASI KERJA TERHADAP PENGEMBANGAN INDIVIDU KARYAWAN DI PT BAKRIE METAL INDUSTRIES TUGAS AKHIR

HUBUNGAN PENILAIAN PRESTASI KERJA TERHADAP PENGEMBANGAN INDIVIDU KARYAWAN DI PT BAKRIE METAL INDUSTRIES TUGAS AKHIR HUBUNGAN PENILAIAN PRESTASI KERJA 360 0 TERHADAP PENGEMBANGAN INDIVIDU KARYAWAN DI PT BAKRIE METAL INDUSTRIES TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Ady Supriyanto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab

BAB II KAJIAN TEORI. strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab 23 BAB II KAJIAN TEORI A. Media Pembelajaran Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: financial self-efficacy, faktor sosiodemografi, pengelolaan keuangan pribadi

ABSTRAK. Kata kunci: financial self-efficacy, faktor sosiodemografi, pengelolaan keuangan pribadi ABSTRAK Kesejahteraan keuangan merupakan kondisi dimana seseorang memiliki kontrol atas keuangan sehari-hari, punya kapasitas untuk menghadapi masalah keuangan, berada di jalur yang benar menuju tujuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN Tabel 5.1 Tabel Rata-Rata Persentase Hasil Pengolahan Data Keterangan Frekuensi Persentase(%) Jawaban Pelaksanaan Audit Planning the Audit

Lebih terperinci

Referensi PJJ Konsorsium Aptikom Standar Teknologi Pembelajaran Versi Maret 2014 disusun oleh Konsorsium APTIKOM

Referensi PJJ Konsorsium Aptikom Standar Teknologi Pembelajaran Versi Maret 2014 disusun oleh Konsorsium APTIKOM PEDOMANPJJ 004 Referensi PJJ Konsorsium Aptikom 1 Kebutuhan Teknologi Seperti telah diketahui bersama, dalam e-learning peserta didik tidak memiliki kesempatan bertatap muka langsung secara fisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, permasalahan yang akan dibahas, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta uraian tentang sistematika penulisan. 1.1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan Dalam bab I ini akan dijelaskan latar belakang yang mendasari munculnya ide pembuatan rancangan IT Governance dengan mengacu pada kerangka kerja COBIT. Disamping itu akan dibahas juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang terbatas kini dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. hanya bisa dilakukan dalam ruang dan waktu yang terbatas kini dapat dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informatika (TI) dapat begitu cepat mengubah pola interaksi manusia. Interaksi melalui kegiatan berkomunikasi yang pada mulanya hanya

Lebih terperinci

Agenda Presentasi Perubahan Paradigma Pendidikan

Agenda Presentasi Perubahan Paradigma Pendidikan Agenda Presentasi Perubahan Paradigma Pendidikan 1 Perubahan Paradigma Pengajaran Old Paradigm Model Teacher Centered Teaching New Paradigm Model Student/Learner Centered Student Resources 2 Model dalam

Lebih terperinci

1 P edo m a n P J J S 2 A p t i k o m T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n

1 P edo m a n P J J S 2 A p t i k o m T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n 1 P edo m a n P J J S 2 A p t i k o m T e k n o l o g i P e m b e l a j a r a n Kebutuhan Teknologi Seperti telah diketahui bersama, dalam e-learning peserta didik tidak memiliki kesempatan bertatap muka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami banyak perkembangan dan ini merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat, menuntut masyarakat untuk mengikuti perkembangannya. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam mengembangkan bangsa. Saat ini muncul beberapa jenis proses pendidikan, salah satunya adalah e-learning. Berdasarkan

Lebih terperinci

UJIAN ONLINE PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF (Obyek jurusan Multimedia SMK NU Ungaran)

UJIAN ONLINE PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF (Obyek jurusan Multimedia SMK NU Ungaran) 20.. INFOKAM Nomor I / Th. V / Maret / 09 UJIAN ONLINE PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF (Obyek jurusan Multimedia SMK NU Ungaran) Oleh : Djarot Nugroho Dosen AMIK JTC Semarang ABSTRAK Teknologi sistem informasi

Lebih terperinci

E-LEARNING MANAGEMEN SYSTEM (LMS)

E-LEARNING MANAGEMEN SYSTEM (LMS) KPL070 Materi Diklat Pengantar E-learning Dan Konsep LMS Tujuan : Peserta dapat memahami konsep E-learning dan LMS Waktu : 2 jam Isi Materi : 1. Konsep E-learning 1.1. Definisi E-learning Istilah elearning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menyentuh segala bidang termasuk bidang pendidikan dan pelatihan. Rosenberg mengemukakan bahwa salah satu

Lebih terperinci

Pelatihan Menggunakan E learning Bagi. Guru SMK N 4 Yogyakarta

Pelatihan Menggunakan E learning Bagi. Guru SMK N 4 Yogyakarta Pelatihan Menggunakan E learning Bagi Guru SMK N 4 Yogyakarta Oleh: Yoga Guntur Sampurno M. Pd (yoga_gs@uny.ac.id) Ibnu Siswanto M.Pd. (ibnusiswanto@uny.ac.id) Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN KESIAPAN UNIT PELAKSANA TEKNIS KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN GIANYAR DALAM MENGHADAPI AKREDITASI TAHUN 2016

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN KESIAPAN UNIT PELAKSANA TEKNIS KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN GIANYAR DALAM MENGHADAPI AKREDITASI TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN KESIAPAN UNIT PELAKSANA TEKNIS KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN GIANYAR DALAM MENGHADAPI AKREDITASI TAHUN 2016 IDA AYU TRISNADYA AMANDA NIM.1220025050 PROGRAM STUDI KESEHATAN

Lebih terperinci

ANALISIS USABILITY TERHADAP SISTEM LECTIVE GEGULANG BERBASIS USE QUESTIONNAIRE

ANALISIS USABILITY TERHADAP SISTEM LECTIVE GEGULANG BERBASIS USE QUESTIONNAIRE ANALISIS USABILITY TERHADAP SISTEM LECTIVE GEGULANG BERBASIS USE QUESTIONNAIRE Gita Indah Marthasari* 1, Nur Hayatin 2 1,2 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak Person : Gita Indah Marthasari e-mail:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PROSES PELAKSANAAN BIMBINGAN TEKNIS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS PROVINSI DI.

UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PROSES PELAKSANAAN BIMBINGAN TEKNIS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS PROVINSI DI. UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PROSES PELAKSANAAN BIMBINGAN TEKNIS KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS PROVINSI DI. YOGYAKARTA) TESIS HANI KHOTIJAH SUSILOWATI 0806441200 FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA KULIAH INFORMATION TECHNOLOGY BERBASIS MULTIMEDIA

APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA KULIAH INFORMATION TECHNOLOGY BERBASIS MULTIMEDIA Seminar Nasional Teknologi Informasi 2016 A12 APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA KULIAH INFORMATION TECHNOLOGY BERBASIS MULTIMEDIA Iwan Rijayana Program Studi Sistem Informasi, Universitas Widyatama

Lebih terperinci

Metode Belajar di MEDIU

Metode Belajar di MEDIU Metode Belajar di MEDIU Dalam proses belajar mengajar di MEDIU, ada 4 metode utama yang digunakan: a) Aktifitas belajar mengajar : i- Kuliah ii- Tutorial iii- Kuliah Online b) Aktifitas pendukung belajar:

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TIK DAN MULTIMEDIA

MODEL PEMBELAJARAN TIK DAN MULTIMEDIA MODEL PEMBELAJARAN TIK DAN MULTIMEDIA Dr. Dedi Rohendi, MT UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA dedir@upi.edu Pendahuluan Tiga revolusi besar dalam peradaban manusia: Revolusi industri Ditemukannya mesin-mesin

Lebih terperinci

Analisis Faktor Kesiapan Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta)

Analisis Faktor Kesiapan Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta) Analisis Faktor Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta) Bagus Muhammad Akbar Magister Teknik Infromatika Program Pasca Sarjana Fakultas

Lebih terperinci

E-EDUCATION. 6. Komputer dan Pendidikan PTSI C

E-EDUCATION. 6. Komputer dan Pendidikan PTSI C E-EDUCATION Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M, 1995). Ivan Illich

Lebih terperinci

Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada

Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada Kerangka Acuan Kegiatan Hibah Pengembangan e-learning Universitas Gadjah Mada 2017 Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) Universitas Gadjah Mada 1 K erangka Acuan Hibah e- Learning UGM Ikhtisar Pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP

PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP PENGGUNAAN METODE E-LEARNING DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PADA MATA PELAJARAN TIK TINGKAT SMP DISUSUN OLEH : ANDI AFIFUDDIN GURU MTs. THOLABUDDIN MASIN 2007 1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada saat ini sudah sangatlah pesat. Telah tersediakan beragam layanan yang mendukung untuk perkembangan teknologi,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Ringkasan Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertukaran informasi di dunia maya ini dapat juga diterapkan pada proses belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. pertukaran informasi di dunia maya ini dapat juga diterapkan pada proses belajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka proses belajarpun mengalami perubahan. Adanya media internet memudahkan kita untuk dapat mengakses ke berbagai sumber

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET Elly Yanuarti STMIK Atma Luhur, Pangkalpinang, Bangka Belitung m4_4yie@ymail.com ABSTRACT Use of internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, melalui pengembangan potensi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Konsep

Lebih terperinci

Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Electronic Learning (e-learning) Suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI VOUCHER ELEKTRONIK (STUDI KASUS PRODUK PRA BAYAR PT XYZ)

EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI VOUCHER ELEKTRONIK (STUDI KASUS PRODUK PRA BAYAR PT XYZ) EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI VOUCHER ELEKTRONIK (STUDI KASUS PRODUK PRA BAYAR PT XYZ) HALAMAN JUDUL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen IRWAN SAIDI 06 06 16

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi CAROLINA VIVIEN CHRISTIANTI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 484 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan ini disusun merujuk kepada hasil dan pembahasan penelitian studi tentang Struktur, Pelaksanaan, Perangkat, dan Pengendalian Sistem Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan akan sistem informasi yang berkembang sangat pesat dan canggih sudah merupakan suatu kebutuhan dan tuntutan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan sumberdaya organisasi yang sangat penting untuk dikelola, meliputi data dan informasi, perangkat keras, perangkat lunak, dan tenaga. Operasional

Lebih terperinci

BINUS UNIVERSITY. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Strata Satu Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2007/ 2008

BINUS UNIVERSITY. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Strata Satu Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2007/ 2008 BINUS UNIVERSITY Jurusan Sistem Informasi Program Studi Strata Satu Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2007/ 2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI LEARNING MANAGEMENT SYSTEM PADA PT. SERASI AUTO

Lebih terperinci

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. caca.e.supriana@unpas.ac.id

Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. caca.e.supriana@unpas.ac.id Virtual Office Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas i Pasundan Caca E Supriana S Si MT Caca E. Supriana, S.Si., MT. caca.e.supriana@unpas.ac.id Kantor virtual 2 Kantor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam zaman dimana teknologi terus berkembang secara pesat, banyak aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam zaman dimana teknologi terus berkembang secara pesat, banyak aktivitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam zaman dimana teknologi terus berkembang secara pesat, banyak aktivitas yang semakin dipermudah dengan adanya teknologi. Berbagai macam teknologi diintegrasikan

Lebih terperinci

Tatyana Dumova Point Park University, USA. Kegunaan Kuis Online : Mengevaluasi Persepsi Mahasiswa

Tatyana Dumova Point Park University, USA. Kegunaan Kuis Online : Mengevaluasi Persepsi Mahasiswa Tatyana Dumova Point Park University, USA Kegunaan Kuis Online : Mengevaluasi Persepsi Mahasiswa Abstrak Fokus studi ini adalah penilaian, komponen penting dari pengajaran dan pembelajaran. Mengkaji kegunaan

Lebih terperinci

2016 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI E-TRAINING DI PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL REGIONAL I BANDUNG

2016 STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI E-TRAINING DI PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NONFORMAL DAN INFORMAL REGIONAL I BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan tonggak kekuatan suatu bangsa, bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang bagus. Seiring berkembangnya zaman,

Lebih terperinci