Tugas Review Jurnal Internasional Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tugas Review Jurnal Internasional Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010)"

Transkripsi

1 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) JUDUL Diduga Gangguan Genetik pada Kromosom Anomali : Laporan Pertama dari Jammu dan Kashmir Parvinder Kumar, Ashma Gupta, Roopali Fotra, Upma, Sunil Raina, Surbhi Sethi, T.R.Raina and Subash Gupta Institute of Human Genetic; Human Genetic Research cum Counselling Centre, University of Jammu, /Govt. Medical College Jammu, Jammu, , Jammu and Kashmir, India KEYWORDS Down Syndrome, Klinefelter Syndrome, Turner Syndrome, Delayed Milestones, Mosaicism ABSTRACT Dalam periode empat tahun ( ), total 161 orang dari kelompok usia yang berbeda menyajikan klinis profil seperti sindrom genetik menentu, beberapa anomali kongenital, perawakan pendek, dysmorphism wajah, perilaku tidak normal, keterbelakangan mental, down sindrom di rujuk ke Penelitian Genetika Manusia Konseling pusat, studi Jammu. Kromosom dilakukan dalam semua kasus yang dimaksud, ketika kromosom kelainan terdeteksi di 91 (56.52%) individu. Selain studi kromosom, beberapa faktor non-sitogenetika seperti usia ibu, laki laki: perempuan rasio, urutan kelahiran dan kerabat juga telah diteliti untuk mengetahui kemungkinan hubungan faktor-faktor ini dengan penyimpangan kromosom pada pasien yang dirujuk. PENDAHULUAN Kelainan kromosom, penyebab anomali kongenital manusia membuat kontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas manusia (Verma dan Dosik 1980;. Navsaria et al 1993; Mohammad 1997 dan Anupam et al. 2003). Kelainan ini dapat berakibat fatal ketika perkembang janin gagal mencapai jangka waktu penuh dan akan dibatalkan atau janin mungkin tidak kompatibel dengan rahim Kelas : 4-A Page 1

2 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) dalam kehidupan, tetapi anak lahir dengan fenotipik gross anomali membuat anak berbeda dan dokter mencurigai kondisi tersebut. (Berry 1991). Anomali kongenital memiliki kromosom, selain menyebabkan fenotipik gross anomali juga tetap menjadi penyebab utama mental retardasi (Pashayan et al 1973;. Anupam et al. 2003). Sejauh ini, lebih dari 100 kromosom mengalami gangguan dan telah dilaporkan, namun, trisomi 21 tetap umum dengan insiden 1:650-1:1000 kelahiran hidup (Hassold dan Sherman 2000; Sanjeev et al. 2002). Trisomi 21 penyebab Down syndrome. Selain menjadi terkemuka penyebab keterbelakangan mental, sindrom ini bertahan untuk jangka waktu lama ( Sanjeev et al. 2002). Non-disjunction dari kromosom nomor 21 menyebabkan aneuploidi nya (Wright 1990). Yang tepat penyebab non-disjungsi tetap tidak diketahui, meskipun upaya telah dilakukan pada hubungan usia ibu dengan kelahiran Down syndrome. Urutan kelahiran, kondisi ekonomi, latar belakang pedesaan/perkotaan, kerabat, jenis kelamin anak yang terkena dampak dan usia tua adalah beberapa parameter tambahan yang perlu harus bekerja secara ekstensif. Studi Kromosom dilakukan pada 161 disebut kasus ini bertujuan untuk mengetahui kejadian penyimpangan kromosom dalam kasus yang dirujuk. Selain studi kromosom, upaya juga telah telah dibuat untuk bekerja di luar asosiasi mungkin parameter non-sitogenetika seperti usia ibu, urutan kelahiran, kondisi sosial ekonomi, latar belakang perkotaan/perdesaan, dan jenis kelamin yang terkena dampak anak-anak dengan sindrom Down kelahiran yang anomali kongenital yang umum. BAHAN DAN METODE Studi kromosom pada 161 kasus yang dirujuk adalah dilakukan dari GTG banded pelat metafase berikut Seabright (1971). Menyebar GTG melengkapi banded yang karyotyped. tabel 1 menunjukkan kategorisasi klinis sebagaimana dimaksud kasus. Kelas : 4-A Page 2

3 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) HASIL Hasil yang diamati dari studi kromosom. Tabel 1: Pengkategorian kasus klinis disebut (161) No. Diagnosis Klinis Jumlah Pasien Persentase 1. Down syndrome 80 49,7 2. Delayed milestones 50 31,1 3. Turner syndrome 18 11,2 4. Klinefelter syndrome 11 6,8 5. Patau syndrome 02 1,2 Total ,0 dan kariotipe disiapkan diberikan dalam tabel 2 Trisomi 21, XO, XXY dan trisomi 13 adalah kelainan kromosom terdeteksi pada 91 dari 161 kasus dimaksud. Trisomi 21 bebas serta mosaik adalah kromosom yang paling umum terdapat kelainan yang terdeteksi di 71 dari 91 kasus. Di antara 80 sindrom klinis Bawah, khas Trisomi 21 terdeteksi pada 59 kasus sedangkan, sisanya 21 kasus memiliki kariotipe normal dan di antara 50 kasus dengan Delayed milestones, mosaicism dari trisomi 21 terdeteksi hanya 12 kasus sedangkan sisanya 38 kasus Kelas : 4-A Page 3

4 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) telah biasa kariotipe. Sehingga membuat total 71 kasus di mana Trisomi 21 terdeteksi ( lihat Gambar.1 dan 2 ). Dari 18 perempuan klinis Turner, 11 diantaranya ditemukan memiliki kromosom seks XO konstitusi (lihat Gambar.3) dan sisanya tujuh telah biasa kariotipe dimana kedua X -kromosom yang utuh. 7 dari 11 sindrom Klinefelter klinis ditemukan memiliki 47 kromosom seks XXY konstitusi ( lihat Gambar. 4 ). Trisomi 13 bisa terdeteksi hanya dalam 2 kasus dan kedua kasus tersebut secara klinis didiagnosis sebagai sindrom Patau ( Tabel 2 ). Gambar. 1. Photokaryotype dari laki-laki down syndrome Usia Ibu : Tingkat Kelahiran 71 kasus memiliki Trisomi 21 (keduanya bebas dan mosaicism) adalah tertinggi di antara ibu antara tahun usia (Tabel 3). Sex Anak: Dari 71 genetik dikonfirmasi Bawah sindrom (Kedua dengan gratis Trisomi 21 dan Mosaikisme dari 21), 45 (63,38%) yang laki-laki dan 26 (36,61%) adalah perempuan dengan perkiraan 02:01 laki-laki terhadap Kelas : 4-A Page 4

5 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) perempuan. Urutan Kelahiran: Mayoritas (54,92%) dari Down anak sindrom dilahirkan sebagai edisi 1 (Tabel 4). Kerabat: Sebagian besar pasangan yang non-kerabat. Jumlah Pasangan = 71 Non kerabat Couple = 58 (81.69%) Kerabat Couple = 13 (18.30%). PEMBAHASAN Studi Kromosom dilakukan pada 161 kasus kelainan bawaan menunjukkan kromosom kelainan pada 91 kasus (56,52%) dengan trisomi 21 menjadi yang paling umum (78%). Tinggi persentase kelainan kromosom bisa dihubungkan dengan fakta bahwa sebagian besar kasus dimaksud telah penuh sesak nafas fitur yang berbeda sindrom. Trisomi 21 terdeteksi pada 71 kasus tetap kromosom yang paling umum kelainan dalam penelitian ini. berikut Trisomi 21, kelainan kromosom berikutnya adalah kondisi XO (12,08%). Kelas : 4-A Page 5

6 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) Gambar. 2. Photokaryotype dari down syndrome perempuan Tabel 2: Kelainan kromosom terdeteksi. Total Number Free Trysomi 21 Mosaic Trysomi 21 XO Condition XXY Condition Studi Kromosom pada individu yang dicurigai memiliki Gangguan genetik telah dilakukan oleh Verma dan Dosik (1980), Shah et al. (1990), Nkanza dan Tobani (1991), Mohammad (1997), Waheid et al. (2008b) dan berbagai pekerja lainnya. Para pekerja ini telah melaporkan variasi luas dalam frekuensi kelainan kromosom pada studi mereka. Pada penelitian ini, kromosom penyimpangan terdeteksi pada 56.52% dan dengan demikian angka ini lebih tinggi dari sebagian besar sebelumnya laporan. Kelas : 4-A Page 6

7 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) Gambar. 3. Photokaryotype dari sindrom Turner Kelas : 4-A Page 7

8 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) Tabel 3: Hubungan antara usia ibu dan kelahiran Down syndrome. No. Usia Ibu (Tahun) Jumlah Kelahiran Persentase , , , ,4 Total ,0 Tabel 4: Persentase frekuensi urutan kelahiran dari Penderita sindrom Down. No. Urutan Kelahiran Jumlah Pasien Persentase 1. 1 st Birth Order 39 54, nd Birth Order 19 26, rd Birth Order 08 11, th Birth Order 02 2, th Birth Order 03 4,2 Literatur yang ada pada penyimpangan kromosom menunjukkan trisomi 21 menjadi yang paling umum. Temuan Hadir yang mirip dengan laporan yang tersedia. Trisomi 21 dalam penelitian ini adalah 78%, ini nilai hampir mirip dengan laporan sebelumnya, dimana trisomi 21 di anomali kongenital memiliki tercatat menjadi 74,6% (Gardener dan Sutherland 1996). Namun frekuensi mosaicism di sindrom Down bervariasi antara 0-4% (Wright 1990;. Sanjeev et al, 2002). Kelas : 4-A Page 8

9 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) Gambar. 4. Photokaryotype dari sindrom Klinefelter Dalam penelitian ini sekitar 13,18% pasien dengan Down syndrome memiliki mosaicism. Mayoritas dari mosaik Down syndrome yang lahir dari ibu di bawah 30 tahun. Oleh karena itu dalam penelitian ini, frekuensi persentase mosaicism di Down syndrome lebih tinggi maka laporan sebelumnya. Kelahiran down syndrome sering kali terkait dengan usia ibu oleh berbagai pekerja (Multon et al 1996 ;.. Sanjeev et al 2002; Anupam et al. 2003; Waheid et al. 2008a). Seperti dilansir pekerja, peningkatan usia ibu memiliki umumnya menjadi hubungan yang terkait dengan non disjungsi kromosom nomor 21. Hal ini mungkin disebabkan kelebihan dari pematangan sel telur. Diperkirakan bahwa 80 % Down sindrom dilahirkan untuk wanita < 35 tahun, namun, dalam penelitian ini hanya 6 (8,4 %) perempuan berada pada kelompok usia >35 tahun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, sebagian besar ibu adalah <35 tahun. Trisomi 21 bisa menjadi konsekuensi dari non-disjungsi yang mungkin terjadi selama gametogenesis atau dalam pembelahan 1 atau 2 (Pullian dan Huether Kelas : 4-A Page 9

10 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) 1986, Wright 1990). Nondisjunction bisa terjadi kapan saja, oleh karena itu anakanak dengan trisomi 21 dapat lahir dari ibu dari semua kelompok umur. Karena dalam penelitian ini Mayoritas ibu <35 tahun, oleh karena itu mungkin, dihubungkan dengan fakta bahwa sebagian besar kehamilan terjadi pada wanita yang lebih muda. Oleh karena itu, saat ini Temuan tentang hubungan usia ibu dengan kelahiran sindrom Down yang mirip dengan laporan sebelumnya. Down syndrome biasanya dianggap sebagai Produk Kelelahan (Berry 1991). Pada saat ini, 39 (54.92%) Down syndrome adalah 1 di urutan kelahiran dan 19 (26,76%) dalam urutan kelahiran 2. Setelah urutan kelahiran 2 kejadian itu sangat rendah. Hadir temuan karena itu bertentangan dengan laporan sebelumnya, pelaporan sindrom Down sebagai anomali kongenital yang paling umum. KESIMPULAN Di antara sekelompok individu dengan fenotip kelainan di mana karyotyping itu dilakukan, frekuensi kromosom autosomal penyimpangan ditemukan jauh lebih tinggi daripada anomali kromosom seks. Trisomi 21 adalah paling sering. Penggambaran yang tepat dari seorang mayor Trisomi autosomal hanya mungkin menggunakan klinis pemeriksaan dan alat sitogenetika. pengakuan orang tua dengan kelainan kromosom adalah penting, karena risiko kekambuhan tinggi di beberapa kasus. Pengetahuan ini memungkinkan tepat konseling genetik untuk diproduksi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis berterima kasih kepada para dokter dari Jammu untuk merujuk kasus untuk kromosom studi. Penulis juga berterima kasih kepada Jammu dan Kashmir Negara Dewan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk menyediakan bantuan keuangan untuk penelitian ini. Kelas : 4-A Page 10

11 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) REFERENSI Berry R Benefit of repeat cytogenetic studies in Fig. a high risk pediatric population. American Journal of Human Genetics, 49(4): 257. Gardener RJ, Sutherland GR Elements of medical cytogenetics. In: RJ Gardener, CR Sutherland (Eds.): Chromosomal Abnormalities and Genetic Counselling. Oxford: Oxford University Press, pp Kothare Sanjeev, Shetty Neera, Dave Usha Maternal ages chromosomal profile in 160 Down syndrome cases Experience of a Tertiary Genetic Centre from India. Int J Hum Genet, 2(1): Kour Anupam, Mahajan Surbhi, Singh Jai Rup Cytogenetic Profile of individuals with Mental Retardation. Int J Hum Genet, 3(1): Hassold TA, Sherman S 2000.Down syndrome: Genetic recombination and origin of the extra chromosome 21. Clin Genet, 57: Mohammed M Mokhtar 1997.Chromosomal aberration in children with suspected genetic disorders. Eastern Mediterranean Health Journal, 3(1): Multon D, Alberman E, Hook ED Cytogenetics and epidemiological finding in Down syndrome, England and Wales 1989 to Journal of Medical Genetics, 33: Navsaria D, Mathews T, Robert A Conte, Verma Ram S Chromosomal anomalies in 1000 children referred with suspected genetic disorders. Human Heredity, 43(3): Kelas : 4-A Page 11

12 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) Nkanza NK, Tobani CT 1991.Chromosomal abnormalities. Experience in Harare hospital. East African Medical Journal, 7: Pashayan H, Dallaire L and Macleod P Bilateral aniridia, multiple webs and severe mental retardation in a 47,XXY/XXXY mosaic. Clinical Genetics, 4: Pullian LH, Huether CA Translocation Down syndrome in Ohio : epidemiologic and cytogenetic factors and mutation rate estimates. American Journal of Human Genetics, 39: Seabright M 1971.A rapid banding technique for human chromosomes. Lancet, 2: Shah V, Krishna DS, Murthy SK 1990.Cytogenetic studies in a population suspected to have chromosomal abnormalities. Indian Journal of Pediatrics, 57: Verma RS and Dosik H 1980.Incidence of major chromosomal abnormalities in Fig. referred populations for suspected chromosomal aberrations: a report of 537 cases. Clinical Genetics, 17: Waheid KB, Raina TR, Parvinder K, Shalu S, Subash G 2008a. Down Syndrome: chromosome study of 118 Cases from the state of Jammu & Kashmir (J&K), India. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism, 12(6&7): 5-8. Waheid KB, Parvinder K, Raina TR, Subash G 2008b. Double trisomy with 48, XXX+21 karyotype in a Down s syndrome child from Jammu and Kashmir, India. Journal of Genetics, 87(3): Kelas : 4-A Page 12

13 Tugas Review Kamla-Raj 2010 Int J Hum Genet, 10(1-3): (2010) Wright SW The frequency of Trisomy and translocation in Down syndrome. Journal of Pediatrics, 70: Kelas : 4-A Page 13

BAB I PENDAHULUAN. Anomali kongenital atau kelainan kongenital didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anomali kongenital atau kelainan kongenital didefinisikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anomali kongenital atau kelainan kongenital didefinisikan sebagai kelainan struktural maupun fungsional yang terdapat saat lahir dan berbeda dari keadaan normal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas intelektual ditandai dengan gangguan fungsi kognitif secara signifikan dan termasuk komponen yang berkaitan dengan fungsi mental dan keterampilan fungsional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmatnya penulis dapat

KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmatnya penulis dapat i ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmatnya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul Distribusi Penderita Sindrom Down Berdasarkan Analisis Sitogenetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anomali kongenital didefinisikan sebagai kelainan struktur atau fungsi dan mencakup kelainan metabolik, yang terjadi sejak dalam kandungan dan muncul saat lahir. Kelainan

Lebih terperinci

Panduan Konseling Pasien tentang Genetika Reproduksi. Konten pendidikan disediakan oleh

Panduan Konseling Pasien tentang Genetika Reproduksi. Konten pendidikan disediakan oleh Panduan Konseling Pasien tentang Genetika Reproduksi Konten pendidikan disediakan oleh Daftar isi Ikhtisar a 3 Kelainan kromosom 12 37 44 51 54 57 Panduan Konseling ini ditujukan untuk memberikan informasi

Lebih terperinci

Hereditas dan Lingkungan

Hereditas dan Lingkungan Hereditas dan Lingkungan Oleh : Santi E. Purnamasari, M.SI. Fak Psikologi UMBY 2012 Heredity and The Environment Kromosom dan gen --- genotype & phenotype Genotype : sekumpulan gen khusus yang dimiliki

Lebih terperinci

2 kromosom Y diduga mempunyai pengaruh terhadap fenotip seks secara tidak langsung.8 Hal ini dapat dipahami oleh karena kromosom Y mengandung lokus kr

2 kromosom Y diduga mempunyai pengaruh terhadap fenotip seks secara tidak langsung.8 Hal ini dapat dipahami oleh karena kromosom Y mengandung lokus kr BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ambigus genitalia adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya organ genitalia eksterna yang tidak jelas laki-laki atau perempuan, atau mempunyai gambaran kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlambatan perkembangan fisik, ketidakmampuan belajar, penyakit jantung, Sindrom Down dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterlambatan perkembangan fisik, ketidakmampuan belajar, penyakit jantung, Sindrom Down dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Down 2.1.1 Definisi dan klasifikasi Sindrom Down adalah suatu kondisi dimana terdapat tambahan kromosom pada kromosom 21 atau dikenal juga dengan istilah trisomi 21

Lebih terperinci

ANALISIS KROMOSOM PADA PENDERITA DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL DI LABORATORIUM CEBIOR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS KROMOSOM PADA PENDERITA DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL DI LABORATORIUM CEBIOR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS KROMOSOM PADA PENDERITA DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL DI LABORATORIUM CEBIOR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA BUKITTINGGI

KARAKTERISTIK PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA BUKITTINGGI Artikel Penelitian KARAKTERISTIK PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA BUKITTINGGI Raysa Ramayumi 1, Adnil Edwin Nurdin 2, Siti Nurhajjah 3 Abstrak Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ seksual seorang wanita. Dimana definisi menstruasi adalah keluarnya darah,

BAB I PENDAHULUAN. organ seksual seorang wanita. Dimana definisi menstruasi adalah keluarnya darah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amenore adalah tidak terjadinya atau abnormalitas siklus menstruasi seorang wanita pada usia reproduktif. 1 Menstruasi merupakan tanda penting maturitas organ seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tiga kriteria utama, yaitu gangguan fungsi intelektual secara bermakna,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tiga kriteria utama, yaitu gangguan fungsi intelektual secara bermakna, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Disabilitas intelektual (dahulu dikenal dengan retardasi mental) didiagnosis dengan tiga kriteria utama, yaitu gangguan fungsi intelektual secara bermakna, gangguan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disabilitas intelektual (DI) adalah keadaan dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat

Lebih terperinci

KELAINAN KROMOSOM. Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM

KELAINAN KROMOSOM. Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM KELAINAN KROMOSOM Oleh: E.Suryadi Fakultas kedokteran UGM Penyakit kromosom disebabkan oleh kelainan kromosom, baik yang terjadi pada autosom maupun pada kromosom kelamin. Kelainan kromosom sering juga

Lebih terperinci

Hubungan Sindroma Down dengan Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, dan Faktor Lingkungan

Hubungan Sindroma Down dengan Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, dan Faktor Lingkungan JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011 Hubungan Sindroma Down dengan Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, dan Faktor Lingkungan The Relationship Between Down Syndrome and Maternal

Lebih terperinci

Pendahuluan. Kelainan dan penyakit genetika. Kariotipe kromosom. Deteksi Mutasi DNA. Teknik pengecatan pada kromosom 5/25/2016

Pendahuluan. Kelainan dan penyakit genetika. Kariotipe kromosom. Deteksi Mutasi DNA. Teknik pengecatan pada kromosom 5/25/2016 Pendahuluan Kelainan dan penyakit genetika Anas Tamsuri Penyakit atau kelainan yang terjadi pada materi genetik akan diturunkan pada turunannya Penyakit atau kelainan genetik terbagi 2 Kelainan kromosom

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN

HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN HUBUNGAN GANGGUAN PENDENGARAN DENGAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK SINDROM DOWN Arge Raviadi Muhammad 1, Asri Purwanti 2, Kanti Yunika 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

KROMOSOM Variasi jumlah dan Struktur. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KROMOSOM Variasi jumlah dan Struktur. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KROMOSOM Variasi jumlah dan Struktur By Luisa Diana Handoyo, M.Si. KROMOSOM Kromosom merupakan pembawa bahan genetik yang terdapat di dalam inti sel setiap makhluk hidup. Kromosom berbentuk batang panjang

Lebih terperinci

PROFIL SITOGENETIKA DAN DISMORFOLOGI PADA PASIEN DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL

PROFIL SITOGENETIKA DAN DISMORFOLOGI PADA PASIEN DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL PROFIL SITOGENETIKA DAN DISMORFOLOGI PADA PASIEN DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Hasil Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN ANALISA GENETIKA

MODUL PEMBELAJARAN ANALISA GENETIKA MODUL PEMBELAJARAN ANALISA GENETIKA Disusun untuk bahan pembelajaran Matakuliah Analisa Genetika Blok V/Semester 3 Program Studi S1 Kebidanan Penyusun Safrina Dewi R., MSi.Med. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pada retardasi mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Down Sindrom (mongoloid) adalah suatu kondisi di mana materi genetik tambahan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak, dan kadang mengacu pada retardasi mental.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah diamanahkan Allah SWT untuk menjalani proses kehamilan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. telah diamanahkan Allah SWT untuk menjalani proses kehamilan. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran seorang anak sangatlah ditunggu oleh kedua orang tua yang telah diamanahkan Allah SWT untuk menjalani proses kehamilan. Proses yang berlangsung selama 37 minggu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN PERKEMBANGAN ANAK SINDROM DOWN

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN PERKEMBANGAN ANAK SINDROM DOWN HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN PERKEMBANGAN ANAK SINDROM DOWN Rudy Santoso 1, Galuh Hardaningsih 2, Farid Agung Rahmadi 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down

1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down 1. Nama Penyakit/ Diagnosis : Sindrom Down 2. Definisi : Sindrom down atau yang dikenal dengan Trisomy 21 merupakan kelainan kromosom berupa penambahan sebagian atau seluruh kromosom 21. Kelainan kromosom

Lebih terperinci

Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21

Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 21 Sari Pediatri, Vol. 7, No. 2, September 2005: 97-04 Pemeriksaan Dermatoglifik dan Penilaian Fenotip Sindrom Down Sebagai Uji Diagnostik Kariotip Aberasi Penuh Trisomi 2 Sjarif Hidajat*, Herry Garna*, Ponpon

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah salah satu nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada kedua orang tua sebagai karunia, rahmat, titipan, dan juga sebagai cobaan untuk melihat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TERJADINYA KELAHIRAN SINDROMA DOWN

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TERJADINYA KELAHIRAN SINDROMA DOWN HUBUNGAN ANTARA USIA IBU HAMIL DENGAN RESIKO TERJADINYA KELAHIRAN SINDROMA DOWN Ana Rahmawati Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang email : rahma_na@yahoo.com Telepon: 081233410909

Lebih terperinci

Konstipasi adalah penyakit dengan kelainan. Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down. Ina Rosalina, Sjarif Hidayat

Konstipasi adalah penyakit dengan kelainan. Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down. Ina Rosalina, Sjarif Hidayat Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 6, No. Vol. 1, 6, Juni No. 1, 2004: Juni 10-15 2004 Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down Ina Rosalina, Sjarif Hidayat Konstipasi adalah keterlambatan atau

Lebih terperinci

Pola Pewarisan Sifat. Pola Pewarisan Sifat

Pola Pewarisan Sifat. Pola Pewarisan Sifat Pola Pewarisan Sifat Pola Pewarisan Sifat Setiap makhluk hidup/organisme menurunkan/mewariskan sifat-sifat khas kepada keturunannya Di mana terletak informasi pewarisan sifat? Bagaimana cara makhluk hidup

Lebih terperinci

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex *Alel Ganda *Sebuah gen memiliki alel lebih dari satu *Golongan darah : *gen I A, I B, I O *Warna Kelinci :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung adalah organ yang sangat vital bagi manusia, jantung merupakan pompa muskular yang menggerakan darah untuk membawa nutrien dan gas ke semua sel, jaringan, organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN KECEMASAN PADA IBU PENDERITA RETARDASI MENTAL SINDROMIK DI SLB-C BANJARMASIN

GAMBARAN KEJADIAN KECEMASAN PADA IBU PENDERITA RETARDASI MENTAL SINDROMIK DI SLB-C BANJARMASIN Norhidayak, dkk. Gambaran Kecemasan pada Ibu GAMBARAN KEJADIAN KECEMASAN PADA IBU PENDERITA RETARDASI MENTAL SINDROMIK DI SLB-C BANJARMASIN Tinjauan Terhadap Usia Anak, Paritas dan Tingkat Pendidikan Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, fungsional dan metabolik yang ada sejak lahir. 1 Dalam sumber yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, fungsional dan metabolik yang ada sejak lahir. 1 Dalam sumber yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cacat lahir, malformasi kongenital dan anomali kongenital adalah istilah-istilah sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktural, perilaku,

Lebih terperinci

GAMBARAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK PENDERITA DOWN SYNDROME DI SLB YPAC MANADO

GAMBARAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK PENDERITA DOWN SYNDROME DI SLB YPAC MANADO GAMBARAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK PENDERITA DOWN SYNDROME DI SLB YPAC MANADO Chrisly E. N. D. Rampi 1, Paulina Gunawan 2,D. H. C. Pangemanan 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun,

Lebih terperinci

ANALISIS KROMOSOM PADA PENDERITA DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL DI LABORATORIUM CEBIOR

ANALISIS KROMOSOM PADA PENDERITA DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL DI LABORATORIUM CEBIOR ANALISIS KROMOSOM PADA PENDERITA DENGAN ANOMALI KONGENITAL MULTIPEL DI LABORATORIUM CEBIOR Made Saskaprabawanta 1, Sultana MH Faradz 2, Tri Indah Winarni 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran

Lebih terperinci

Kelainan Genetik Klasik: Tinjauan Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur an

Kelainan Genetik Klasik: Tinjauan Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur an Kelainan Genetik Klasik... Mudarrisa: (Nur Patria Jurnal Tjahjani Kajian & Pendidikan Anggun Zuhaida) Islam, Vol. 5, No. 2, Desember 2013: 222-250 Kelainan Genetik Klasik: Tinjauan Penciptaan Manusia dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak kongenital adalah bentuk kekeruhan lensa yang terlihat pada anak sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan melihat ada

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna

Lebih terperinci

Tren Asma Prevalensi dan Insiden di Ontario, Kanada, : A Study Penduduk

Tren Asma Prevalensi dan Insiden di Ontario, Kanada, : A Study Penduduk Tren Asma Prevalensi dan Insiden di Ontario, Kanada, 1996-2005 : A Study Penduduk Andrea S. Gerson, Juni Guan, Chengning Wang dan Teresa Untuk * Correspondence Dr Andrea Gershon, Institute for Clinical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah, kehadirannya mengubah hidup menjadi lebih berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena kehadirannya juga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyakit kanker nomor tiga paling banyak diderita wanita di seluruh dunia. Diperkirakan 529.000 kasus baru tahun 2008 dan > 85% kejadian secara

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN SINDROMA FRAGILE-X DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD)

ABSTRAK HUBUNGAN SINDROMA FRAGILE-X DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) ABSTRAK HUBUNGAN SINDROMA FRAGILE-X DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDER (ASD) Irvan Reza, 2007. PEMBIMBING I: Sylvia Soeng, dr, M. Kes. PEMBIMBING II: Teresa Liliana W., S. Si. Sindroma fragile-x merupakan

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI) Dyah Surya Kusumawati (Prodi S1 Keperawatan) Stikes Bhakti

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH. PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : FATHIRAH AINA BT. ZUBIR NIM : 070100405 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Deteksi Sindrom Fragile X dengan Pemeriksaan Sitogenetik dan PCR Pada Siswa SLB Hj. Soemiyati Himawan Semarang ARTIKEL ILMIAH

Deteksi Sindrom Fragile X dengan Pemeriksaan Sitogenetik dan PCR Pada Siswa SLB Hj. Soemiyati Himawan Semarang ARTIKEL ILMIAH Deteksi Sindrom Fragile X dengan Pemeriksaan Sitogenetik dan PCR Pada Siswa SLB Hj. Soemiyati Himawan Semarang Detection of Fragile X Syndrome by Cytogenetic and PCR Examination among Mentally Retarded

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Sindroma Down Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Penderita sindroma Down atau yang sering disebut sebagai down s syndrom mampu tumbuh dan berkembang jika terdeteksi sejak dini, yakni sejak lahir

Lebih terperinci

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI UKURAN FREKWENSI KEJADIAN PENYAKIT UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI FITRA YELDA Secara garis besar kejadian dapat berupa : Morbiditas /kesakitan Mortalitas / kematian Ada 3 macam parameter matematis yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1

BAB I PENDAHULUAN. bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hingga saat ini kanker serviks uteri merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Abortus spontan adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis

BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) 2.1.1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis adalah keadaan dimana seseorang memiliki kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada organisme. Hubungan genetika dengan ilmu ortodonsia sangat erat dan telah diketahui sejak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN MUTASI. Dr. Refli., MSc 11/21/2015. Jurusan Biologi FST UNDANA kromosom )

PENDAHULUAN MUTASI. Dr. Refli., MSc 11/21/2015. Jurusan Biologi FST UNDANA kromosom ) MUTASI Dr. Refli., MSc Jurusan Biologi FST UNDANA 2015 1 Pengertian kromosom ) PENDAHULUAN Pengertian: perubahan materi genetik menghasilkan perbedaan morfologi fisiologi antara parental dan filial genetik

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik

Lebih terperinci

merupakan faktor penting untuk pembentukan self disclosure dan akan mempermudah self disclosure seseorang kepada orang lain (Mastuti, 2001). Pada umum

merupakan faktor penting untuk pembentukan self disclosure dan akan mempermudah self disclosure seseorang kepada orang lain (Mastuti, 2001). Pada umum Self Disclosure Orang Tua yang mempunyai Anak Down Syndrome Amira (10505011) Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran Self disclosure pada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian neonatus masih cukup tinggi dan tidak ada perubahan selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga 2012 sebesar 3,4%,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. 1 Pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

SINDROMA KLINEFELTER Ernawati Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak

SINDROMA KLINEFELTER Ernawati Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak SINDROMA KLINEFELTER Ernawati Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Sindroma Klinefellter adalah suatu kelainan kromosompadapria, dimana orang yang dilahirkan dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipantau selama 3,5 tahun mempunyai kompliksai yang paling sering adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makrosomia merupakan komplikasi diabetes mellitus gestasional tersering. Makrosomia didefinisikan bayi lahir dengan berat badan 4000g. Hasil penelitian di ujung pandang

Lebih terperinci

ANALISIS SITOGENETIKA PADA PASIEN DENGAN AMENORE PRIMER DI CENTER FOR BIOMEDICAL RESEARCH (CEBIOR) SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS SITOGENETIKA PADA PASIEN DENGAN AMENORE PRIMER DI CENTER FOR BIOMEDICAL RESEARCH (CEBIOR) SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS SITOGENETIKA PADA PASIEN DENGAN AMENORE PRIMER DI CENTER FOR BIOMEDICAL RESEARCH (CEBIOR) SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita ABSTRAK GAMBARAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADAPENDERITA DIARE DI DESA KINTAMANI KABUPATEN BANGLI BALI TAHUN 2015 Steven Awyono Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Diare masih merupakan penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan

BAB II LANDASAN TEORI. pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Anak Berkebutuhan Khusus 1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik,

Lebih terperinci

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO. Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO. Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL TREATMENT CENTRE (PNTC) KARANGANYAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL TREATMENT CENTRE (PNTC) KARANGANYAR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DOWN SYNDROME DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL TREATMENT CENTRE (PNTC) KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUP DR.SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nama Mahasiswa : Heni Anggraini NIM : 201010104201 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

DETEKSI DINI, DIAGNOSIS KELAINAN KONGENITAL. dr.jalila Zamzam, Sp.A

DETEKSI DINI, DIAGNOSIS KELAINAN KONGENITAL. dr.jalila Zamzam, Sp.A DETEKSI DINI, DIAGNOSIS KELAINAN KONGENITAL dr.jalila Zamzam, Sp.A Deteksi Dini Tujuan : mencari kelainan koreksi penyimpangan tumbuh kembang dapat diatasi Dilakukan dengan : pendekatan epidemiologi (faktor

Lebih terperinci

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia. Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya yaitu masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai anak yang terbatas untuk bermain, bekerja atau melakukan hal-hal yang anakanak lain seusianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang berlangsung selama (minimal) 24 jam atau lebih, ada keterlibatan

Lebih terperinci

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects Sebagai seorang dosen, Prof. Cece mengajar beberapa mata kuliah yang terkait dengan bidang keahliannya yaitu di bidang pemuliaan dan genetika ternak. Untuk program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular pembunuh nomor satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat 9,6

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) terutama menyerang kulit dan saraf tepi. Penularan dapat terjadi dengan cara kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit. infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berdasarkan WHO (2012), rubela adalah penyakit infeksi virus RNA yang menular dan belum ada pengobatan khusus untuk infeksi rubela. Virus rubela bersifat teratogen

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya Tuberkulosis terjadi pada paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS KELAMIN

PENENTUAN JENIS KELAMIN PENENTUAN JENIS KELAMIN Reproduksi : Asex individu baru scr genetik = induk Sex muncul variasi individu baru Perbedaan jenis kelamin dipengaruhi oleh faktor : Lingkungan -- keadaan fisiologis (hormon),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hirschsprung s disease merupakan penyakit motilitas usus kongenital yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada myenteric dan submucosal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang

Lebih terperinci

17/02/2016. Mei Vita Cahya Ningsih. Chromosome 21

17/02/2016. Mei Vita Cahya Ningsih. Chromosome 21 Mei Vita Cahya Ningsih Chromosome 21 1 2 1/33 1/40 1/50 Risk 1/67 1/100 1/200 0 25 30 35 40 45 50 Mother's Age 3 Kelainan bawaan sejak lahir yg terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisme (Down s Syndrome)

Lebih terperinci

57 konsentrasi pada profil sitogenetik kromosom Y penderita. Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran abnormalitas kr

57 konsentrasi pada profil sitogenetik kromosom Y penderita. Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran abnormalitas kr 56 BAB 6 RINGKASAN Ambigus genitalia adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya organ genitalia eksterna yang tidak jelas lakilaki atau perempuan, atau mempunyai gambaran kedua jenis kelamin. Kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan lesi yang sering ditemukan pada wanita dan berbahaya, serta merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Adapun beberapa penyebab yang lain yaitu eklamsia, infeksi, partus lama dan

Lebih terperinci