BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Implementasi Kepatuhan Proses Pemberian Kredit Modal Kerja dan. Temuan Kepatuhan Divisi Terkait dengan Kredit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Implementasi Kepatuhan Proses Pemberian Kredit Modal Kerja dan. Temuan Kepatuhan Divisi Terkait dengan Kredit"

Transkripsi

1 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Kepatuhan Proses Pemberian Kredit Modal Kerja dan Temuan Kepatuhan Divisi Terkait dengan Kredit Tata Cara Pelaksanaan Proses Pemberian Kredit di PT. Bank X Pusat Dalam setiap pemberian kredit modal kerja yang diberikan oleh PT. Bank X Pusat diperlukan beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh setiap divisi yang terkait, agar meminimalisir terjadinya resiko kredit macet yang diakibatkan oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Berikut ini merupakan implementasi dari prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh tiap- tiap divisi terkait sehubungan dengan pemberian kredit kepada debitur yang layak menerima kredit tersebut Implementasi Pemberian Kredit Oleh Auditee PT. Bank X Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan pemberian kredit yang diberikan oleh PT. Bank X Pusat dimana data telah diolah oleh penulis: a. Proses pemberian kredit oleh Account Officer Account Officer yang bertugas sebagai in front liner ( auditee), dimana Account Officer mencari nasabah ( debitur) yang berhak untuk menerima kredit dari PT. Bank X Pusat. Setelah Account Officer memiliki keyakinan bahwa debitur tersebut berhak menerima kredit, maka dilakukan wawancara oleh Account Officer 58

2 kepada debitur sehubungan dengan kredit yang diminta oleh debitur tersebut. Beberapa wawancara yang ditanyakan oleh Account Officer diantaranya tentang : i. Besarnya plafond kredit yang diminta oleh debitur, besarnya bunga yang diajukan, dan biaya administrasi yang harus dibayarkan kepada Bank X Pusat. ii. Bentuk jaminan yang diberikan oleh debitur ( jaminan perorangan,jaminan tangible/berwujud, jaminan kebendaan non fisik) dalam hal ini, Account Officer akan meminta berkas file jaminan kepada bagian Appraisal dimana tugas Appraisal adalah : menilai Market value dan liquidation value sesuai dengan harga pada daerah jaminan tersebut diajukan serta informasi jaminan sesuai dengan fakta dilapangan. Penilaian Appraisal ini sangat penting, karena menyangkut penilaian analisa Credit pada tahap selanjutnya. iii. Latar Belakang dan usaha debitur. Latar belakang dan usaha debitur ini sangat penting untuk analisa berikutnya yang dilakukan oleh Credit Review sesuai dengan aspek 5C, 5P dan 3R. aspek yang disebut dengan analisis 5C yaitu: 1. Character Watak dan kepribadian dari calon debitur merupakan salah satu pertimbangan sebelum menetapkan pemberian kredit. Dalam hal ini Credit Review menganalisa latar belakang dari debitur 59

3 tersebut. Apakah debitur tersebut memiliki kelakuan baik dan pengechekan DHN ( Daftar Hitam Nasabah) dilakukan kembali untuk mengetahui calon debitur memiliki blacklist dalam BI atau tidak.dan permintaan SID BI cheking kepada Admin Kredit dimana secara tidak langsung, untuk mengetahui calon debitur ini pernah mengalami masalah dengan memenuhi kewajibannya atau tidak dengan 5 golongan Kolektibilitas yaitu : Lancar, DPK ( Dalam Perhatian Khusus),Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. 2. Capacity Credit Review perlu mengetahui dengan pasti kemampuan usaha debitur. Berapa jumlah pendapatan debitur dalam sebulannya. Besarnya pendapatan tiap usaha tidak dapat ditentukan, tetapi pendapatan calon debitur yang mampu akan terus meningkat dan diharapkan kelak calon debitur akan mempu membayar kewajibannya kepada PT. Bank X 3. Capital ( Modal) Credit Review perlu meminta laporan keuangan dan menganalisanya dengan cermat. Pada PT. Bank X Pusat, persyaratan jika calon debitur memiliki aset lebih dari Rp. 25 Milyar, maka Laporan keuangan harus di audited. Karena akan menyangkut pembelian kredit jangka pendek dan jangka panjang. 4. Condition of economy ( Kondisi ekonomi) 60

4 Kondisi yang sedang terjadi akan memberikan dampak positif atau negatif terhadap usaha calon debitur. Misalnya : tsunami, longsor, gempa bumi, dll. 5. Collateral ( Jaminan / Agunan) Jaminan merupakan bagian penting dalam kredit, jaminan perlu di teliti dengan cermat dengan maksud jika debitur tidak dapat melakukan kewajibannya dan tidak mampu menyelesaikan kreditnya maka agunan tersebut akan diambil alih. Jaminan yang dapat diterima sesuai dengan peraturan BI di Pada PT.Bank X Pusat berupa : a. Jaminan karena undang-undang dan karena perjanjian seperti jaminan umum, hak privelege dan hak retensi (UU KUHP perdata pasal 1132, pasal 1134 ayat (1)). Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah jaminan yang diadakan oleh perjanjian yang diadakan pihak sebelumnya seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan fiducia. b. Undang undang Hukum Perdata pada pasal 1131 menyatakan bahwa segala kebendaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perserorangan. Hal ini berarti seluruh harta kekayaan milik debitur akan menjadi jaminan pelunasan atas utang debitur kepada kreditur. 61

5 c. Jaminan kebendaan : 1) Gadai diatur dalam KUH Perdata Pasal , yaitu suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan oleh debitur untuk mengambil pelunasan. 2) Hak tanggungan; UU No.4/1996, yaitu jaminan yang dibebankan hak atas tanah, atau tidak berikut benda-benda lain untuk pelunasan hutang debitur yang memberikan kedudukan yang diutamakan pada kreditur. 3) Fiducia, UU No.42/1999, yaitu hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dibebani hak tanggungan sebagai agunan bagi pelunasan hutang debitur. Jaminan diatas merupakan hanya bisa dianggap sebagai jaminan tambahan dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/69/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/1/UKU masingmasing tanggal 7 September 1993 perihal Saham sebagai Agunan Tambahan Kredit. Jenis-jenis jaminan yang dapat diterima adalah : a) Bangunan : a. Rumah b. Ruko c. Gedung 62

6 d. Wisma e. Pabrik f. Gudang g. Apartemen h. Rusun i. Kios b) Tanah c) Mobil d) Deposito e) Piutang f) Mesin g) Saham h) Emas i) Stock Barang j) Jaminan Pribadi k) Jaminan Perusahaan l) Lainnya. Selain itu Prinsip 5P juga dilakukan oleh Credit Review dalam menganalisa kredit, diantaranya: a. Party ( golongan) Credit Review perlu menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa bagian yaitu : character,capacity, dan capital. 63

7 Penggolongan ini diperlukan untuk memberikan arahan bagi Credit Review PT. Bank X bagaimana caranya untuk menyikapi calon debitur. Dan ketentuan Undang- undang yang mengatur tentang usaha debitur tersebut. b. Purpose ( tujuan) Tujuan penggunaan fasilitas kredit tersebut harus jelas dan sesuai dengan konsep economy conditions. apakah sesuai dengan usaha yang sedang digeluti oleh debitur, dan dalam aspek ekonominya memiliki segi positif atau tidak. c. Payment ( pembayaran) Pendapatan debitur dapat diperkirakan cukup untuk pengembalian kredit serta bunga cicilannya. Pada PT. Bank X Pusat terlihat dari perhitungan WI Need debitur. d. Profitability ( kemampuan memperoleh laba) Setelah dianalisis, maka perlu diperhitungkan apakah debitur mampu memperoleh laba/ keuntungan dalam forecast usahanya yang diukur dengan jumlah bunga dan kredit yang dimiliki debitur. Jika debitur memiliki laba, maka dinyatakan bahwa usahanya tergolong baik. e. Protection ( Perlindungan) 64

8 Credit Review perlu menganalisa jaminan calon debitur cukup aman atau tidak serta untuk menghindari peristiwa/resiko yang tidak dinginkan terjadi. Prinsip 3 R sebagai bahan analisa Credit Review dalam menganalisa kredit calon debitur yaitu : 1. Returns/Returning ( hasil yang dicapai) Hasil yang diperkirakan ( diestimasikan ) dari laporan keuangan debitur untuk mengukur analisa kecukupan pembalian kredit serta bunganya. 2. Repayment ( Pembayaran Kembali) Credit Review akan menghitung pembayaran kembali debitur yang harus sudah dapat diramalkan dan rencana jadwal pengembalian kreditnya kepada Bank. Dalam hal ini PT. Bank X memiliki standar untuk melihat kemampuan membayar debitur yang terlihat dalam Repayment Capacity dimana minimal RC menurut Intern Bank X Pusat adalah 1,5 kali, Sedangkan menurut aturan BI adalah 2,5 kali sebagai standar kecukupan pembayaran kembali. Repayment capacity sangat berhubungan Kredit Modal Kerja 3. Risk Bearing Ability 65

9 Pengandaian analisis jika calon debitur gagal/tidak mampu lagi membayar kewajibannya, maka untuk menutup kerugian tersebut, maka kredit tersebut dicover oleh jaminan atau asuransi. iv. Laporan Keuangan Debitur ( termasuk Laporan keuangan Neraca dan Laba /Rugi ). Laporan keuangan debitur ini melibatkan aset dan utang debitur. untuk melihat RC dan WI need yang akan dianalisa oleh debitur. v. KTP,NPWP, SIUP, TDP atau berbagai surat yang berhubungan dengan usaha debitur yang melibatkan usaha debitur sudah terdaftar dalam undang- undang serta bersifat Legal. Setelah itu, beberapa dokument tersebut akan diproses dan setelah selesai akan dikumpulkan berupa file kredit. Sebelum file kredit tersebut diberikan kepada Credit Review, Account Officer akan melakukan pengchekan Daftar Hitam Nasabah yang diminta dari bagian Customer Service,setelah itu Account Officer melakukan permintaan SID BI cheking kepada Admin Kredit dan penilaian jaminan oleh bagian Appraisal. Setelah semua dokument lengkap dan data- data telah diproses oleh Account Officer, maka langkah selanjutnya adalah memberikan file kredit tersebut kepada Credit Review. b. Proses Kredit oleh Credit Review 66

10 Setelah file kredit diberikan oleh Account Officer, maka Credit Review akan memproses data tersebut untuk diolah dimana fungsi Credit Review untuk melengkapi kekurangan laporan yang dibuat oleh Account Officer dan membuat analisa kelayakan debitur untuk menerima kredit atau tidak sebelum diserahkan kepada Risk Manajement / komitee kredit, Implementasi Pemberian Kredit Oleh Audit Kepatuhan a. Risk Manajement Setelah file kredit dan lembar analisa telah diberikan oleh Credit Review, maka hal yang dilakukan oleh seorang risk management adalah melakukan SKMR. Kebijakan dan prosedur yang terdapat pada SKMR PT. Bank X Pusat adalah : i. Penyediaan dana pada satu debitur maupun group/kelompok usaha dengan fasilitas/plafond sbesar Rp. 5 Milyar, kreiteria pemberian pemberian kredit dapat berubah sesuai dengan SE direksi ii. Review oleh SKMR dilakukan setelah Analisa Kredit KP dilakukan oleh Credit Review. Hasil SKMR disetujui oleh direktur kepatuhan sebelum kredit dimintakan persetujuan kepada Komitee Kredit iii. Review yang dilakukan oleh SKMR berupa rekomendasi atas penilaian risiko yang terkandung dalam pemberian kredit, SKMR tidak memiliki wewenang sebagai pemutus kredit. 67

11 b. Compliance Setelah dari Risk Management dan sebelum kepada direktur kepatuhan, Analisa kredit dan review SKMR akan dilihat oleh Compliance dengan memberikan komentar sesuai dengan kepatuhan yang ada pada peraturan BI ataupun undang undang yang berlaku di Indonesia. Tujuan dari complience dalam pemberian kredit adalah untuk mereview pekerjaan masing masing divisi yang berkaitan dengan kredit sesuai dengan SOP dan peraturan Bank Indonesia ataupun perundang undangan. Jika debitur kredit sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan undang undang dan ketentuan BI, Setelah semua peraturan BI dan Undang undang sudah dilakukan saksama oleh masing masing divisi yang terkait dengan kredit maka akan dibuat suatu laporan kepatuhan kredit atas nama debitur tersebut apakah debitur sudah memenuhi persyaratan sesuai BI atau belum dan pihak Compliance dapat memberikan saran, dan setelah itu file kredit tersebut diberikan kepada direktur kepatuhan dan komitee kredit Implementasi Pemberian Kredit oleh Komitee Kredit Setelah dilakukan analisa oleh analisa kredit, Risk Management dan audit kepatuhan, maka komitee kredit akan melihat aspek- aspek dari debitur tersebut apakah layak atau tidak untuk diberikan kredit, maka dewan komitee akan memberikan komentar perihal tentang kredit tersebut. dan setelah itu file kredit tersebut akan diserahkan kembali kepada Credit Review untuk dibuat surat kuasa setelah adanya 68

12 keputusan dari rapat kredit yang dihadiri oleh komitee kredit, Dewan Komisaris, dan auditee tentang kredit tersebut. Setelah Dewan Komisaris menentukan keputusan apakah kredit tersebut diterima atau ditolak, maka jika kredit tersebut diterima, surat kuasa akan dibuat oleh Credit Review. jika kredit tersebut ditolak maka Account Officer akan membuat banding kredit kepada komitee kredit Implementasi Pemberian Kredit oleh Administrasi Kredit Setelah Surat Kuasa oleeh Credit Review dimana didalamnya tertera 2 nama dewan komitee kredit ( jika kredit kurang dari Rp. 5 Milyar) dan jika kredit Rp. 5 Milyar maka didalam surat tersebut akan tertera 3 nama dewan komitee kredit ( termasuk komisaris utama). Setelah itu bagian Admin Kredit akan membuat Surat Keputusan Kredit dan setelah itu analisa kredit, file kredit, serta seluruh berkas kredit akan diberikan kepada bagian Admin Legal untuk diperiksa kembali jaminan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan undang- undang di Indonesia atau ada kekeliruan pemriksaan jaminan. Persyaratan yang diminta oleh Credit Review dan komitee kredit akan diminta lagi oleh bagian Admin Legal ini sebelum kredit tersebut cair. Setelah seluruh berkas di lengkapi, maka bagian Admin Kredit akan memberikan Surat Kuasa dan SPDK ini kepada Notaris untuk diresmikan secara hukum dan setelah itu kredit bisa langsung dicairkan.setelah kredit cair maka akan dilakukan monitoring oleh pengawas kredit dan Pengendalian internal ( management kredit) yang dilakukan oleh SKAI. Berdasarkan wawancara yang telah diberikan oleh PT. Bank X Pusat dalam Pelaksanaan system pengendalian intern perkreditan yang efektif dapat membantu manajemen Bank 69

13 dalam menjaga aset Bank, menjamin tersedianya pelaporan perkreditan yang andal, meningkatkan kepatuhan Bank terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati hatian. Sistem pengendalian intern perkreditan meliputi : 1. Pengawasan oleh manajemen dan budaya pengendalian antara lain diwujudkan dalam penetapan tingkat risiko kredit yang dapat ditolerir oleh Komisaris, penetapan kebijakan dan strategi perkreditan oleh Direksi, mengevaluasi dan menindaklanjuti temuan dan rekomendasi dari Bank Indonesia, SKAI dan auditor ekstern, mengadakan pertemuan berkala antara Direksi, Komisaris dan pejabat eksekutif untuk membahas masalah masalah perkreditan. 2. Identifikasi dan penilaian risiko diwujudkan dengan penetapan limit risiko kredit dan membuat profil risiko kredit yang terus dikinikan secara periodik oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko. Identifikasi dan penilaian risiko ini meliputi risiko kualitatif dan risiko kuantitatif. Secara berkala Satuan Kerja Manajemen Risiko melakukan kaji ulang untuk mengantisipasi adanya risiko yang belum dikendalikan. 3. Kegiatan pengendalian dan pemisahan fungsi diwujudkan dengan evaluasi berkala dari Direksi baik melalui pertemuan dengan pejabat Bank maupun melalui laporan kinerja operasional. Selain itu SKAI secara rutin juga melakukan kaji ulang operasional dan melaporkan hasilnya kepada Direksi. Kegiatan pengendalian juga mencakup kecukupan kebijakan dan prosedur perkreditan, mekanisme pengawasan ganda pada 70

14 setiap tahap proses perkreditan, pengamanan aset Bank dan debitur, serta system administrasi. 4. Sistem akuntansi, informasi dan komunikasi yang memadai diwujudkan dalam system pencatatan, penyediaan data debitur yang akurat dan konsisten. Informasi perkreditan harus dapat dijangkau oleh seluruh pihak yang berkepentingan baik ekstern maupun intern. Ketersediaan bukti dan dokumentasi perkreditan harus memadai untuk mendukung proses jejak audit. 5. Kegiatan pemantauan dan tindakan koreksi penyimpangan. Secara berkala Bagian Pengawasan Kredit bersama SKAI melakukan pemantauan atas semua aspek perkreditan dan melaporkannya kepada Direksi. Apabila terdapat penyimpangan terhadap ketentuan atau prosedur perkreditan, harus segera ditindaklanjuti dan dimonitor penyelesaiannya oleh pengawas kredit Kredit Macet/ Bermasalah Setelah diadakan wawancara dengan bagian Legal kredit bagian kredit bermasalah di PT. Bank X Pusat, maka didapatkan laporan sebagai berikut: 1. Kredit yang dapat diajukan untuk dihapuskan (hapus buku dan atau hapus tagih) hanya untuk kredit yang telah diklasifikasikan macet dan telah dilakukan berbagai upaya untuk memperoleh kembali kredit yang diberikan antara lain penagihan kepada debitur, restrukturisasi kredit, meminta pembayaran dari pihak yang memberikan garansi dan penyelesaian kredit melalui pengambilalihan agunan. Serta minimal memenuhi salah satu kriteria berikut: 71

15 a. keadaan usaha dan keuangan debitur sudah tidak memungkinkan lagi bagi debitur untuk membayar sisa hutangnya, b. tidak terdapat sumber pembayaran lain yang dapat diandalkan debitur untukmelunasi hutangnya, c. tidak terdapat lagi agunan ataupun nilai agunan tidak lagi mencukupi untuk menutupi sisa hutang debitur, d. penyelesaian kredit telah diserahkan ke Pengadilan Negeri. Setiap permohonan penghapusan kredit, harus diajukan secara tertulis dengan mencantumkan jenis penghapusan kredit yang diinginkan (hapus buku dan atau hapus tagih), jumlah penghapusan dan alasan penghapusan. Permohonan penghapusan akan diverifikasi lebih dahulu oleh bagian Pengawasan Kredit sebelum mendapat persetujuan dari Direksi dengan diketahui oleh Komisaris. Persetujuan Direksi untuk penghapusan kredit akan dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi. Cabang wajib mengadministrasi dan mendokumentasi yang dihapus semua data dan informasi kredit yang dihapuskan. Data dan informasi tersebut mencakup namun tidak terbatas pada alasan dan atau dasar pertimbangan penghapusan dan upaya yang dilakukan untuk memperoleh kembali kredit yang diberikan seperti restrukturisasi kredit, meminta pembayaran dari pihak yang memberikan garansi, dan penyelesaian kredit melalui pengambilalihan agunan. Agunan Yang Di Ambil (AYDA) adalah aktiva non produktif yang diperoleh Bank baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan Minimal setahun sekali bagian Pengawasan Kredit akan membuat laporan mengenai kredit yang telah dihapuskan kepada Direksi dan Komisaris. 72

16 Prosedur dan tata cara hapus buku dan hapus tagih diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Direksi Implementasi Kepatuhan Dalam Proses Pemberian Kredit Modal Kerja Kepatuhan dibutuhkan dalam proses pemberian kredit modal kerja dimana masing masing divisi kredit yang terkait sudah menjalankan SOP ( standar operasional) dengan baik. Setelah diadakan wawancara dengan bagian Account Officer, Credit Review, Risk Management, Compliance, Legal, dan Admin Kredit, maka PT. Bank X Pusat sudah melaksanakan ketentuan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia terhubung dengan pemberian Kredit Modal Kerja. Hal konkrit yang terlihat bahwa PT. Bank X telah melakukan kepatuhan dalam Proses alur Pemberian kredit yang sesuai dengan BI yaitu : i. PSAK 55 dimana aset dan laporan keuangan debitur bisa dipertanggung jawabkan dan dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak kreditur ( PT. Bank X) dan memastikan aset keuangan dan Pengukuran aset keuangan yang mengalami penurunan nilai mencerminkan nilai wajar agunannya. Agunan tersebut tidak diakui sebagai aset secara terpisah dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai kecuali memenuhi kriteria pengakuan aset sesuai dengan PSAK lain. Misalnya : Laporan Keuangan (Neraca dan Laba rugi audited) dan dokumentasi yang terdaftar dalam undang undang. ii. Sesuai dengan PBI No 5/8/PBI/2003 dan perubahan No. 11/25/PBI/2009 Risk Management telah melakukan tugasnya dengan membuat SKMR dan 73

17 analisa resiko. Serta Satuan Kerja Audit kepatuhan yang telah dilakukan oleh Compliance untuk mengetahui apakah masing masing divisi sudah melakukan tugasnya sesuai dengan SOP atau belum yang bertujuan agar PT. bank X menjadi Bank yang sehat dan memiliki pertumbuhan aset yang meningkat. iii. Sesuai dengan PBI No 14/22/PBI/2012 dimana kredit tidak diperbolehkan overdraft yang dilihat dari kinerja Account Officer dalam memeriksa Rekening Koran debitur agar tidak terjadi overdraft, dan jika terjadi overdraft maka Account Officer akan membuat suatu laporan kepada Kantor Pusat dan ketentuan ( denda) sesuai dengan Undang- undang intern Bank yang berlaku. Selain itu dalam PBI tersebut tertulis bahwa kredit harus diikat dengan suatu perjanjian kredit ( akad kredit) dengan adanya materai. Dalam hal ini pihak Credit Review yang membuat Surat kuasa sehubungan dengan pengikatan kredit telah mencantumkan materai sebagai legalitas atas perjanjian kredit tersebut telah disetujui dengan adanya tanda tangan komitee kredit di atas materai tersebut. iv. Sesuai dengan undang- undang No. 30/17/UPPB tanggal 27 Februari 1998 penggolongan kolektibilitas kredit pada BI cheking ( SID). Dalam hal ini Admin Kredit PT. Bank X harus melakukan pengkinian pembayaran kewajiban oleh debitur telah berjalan lancar atau tidak dan dilaporkan pada BI, hal ini merupakan siklus yang penting pada kredit agar Account Officer dan Credit Review dapat menganalisa debitur tersebut memiliki reputasi 74

18 yang baik atau tidak untuk masa yang akan datang dalam pembayarannya kepada pihak Bank yang telah dilakukan dengan cermat oleh auditee PT. Bank X Pusat v. Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/69/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/1/UKU jaminan gadai, hipotik, dan fiducia merupakan jaminan tambahan. Credit Review menganalisa jaminan dengan cermat sesuai dengan ketetapan BI tentang jaminan utama, dan jaminan tambahan. Penilaian jaminan sangat penting dalam kredit agar dapat mengantisipasi jika kredit tersebut bermasalah dan ketika jaminan tersebut dijual kembali tidak akan jauh berbeda dengan penilaian appraisal Studi Kasus Berikut ini adalah studi kasus Lembar Kerja analisa yang dilakukan oleh Credit Review (berdasarkan NRK,MAK, Laporan Keuangan yang didapat dari Account Officer dan penilaian jaminan oleh Appraisal), Risk Management, Compliance ( kepatuhan), Temuan SKAI yang terkait dengan sample salah seorang debitur yang mengajukan kredit kepada PT. Bank X Pusat. Lembar kerja beberapa divisi tidak dapat di lampirkan karena berdasarkan sistem komputerisasi. Lembar Disposisi Credit Review 75

19 Surat Dari PT. BANK X CABANG JAKARTA BARAT Tanggal/No. Surat Perihal Diteruskan Kepada Paraf komitee kredit 12/12/13/0058/NRK/JKT/XII/2013 KREDIT BARU, A/N RUDI Credit Review Xxxxx Tanggal komitee kredit Xxxxx memberikan saran Instruksi/ Informasi KMK Baru sebesar Rp ,-, Loan Demand berjalan sebesar Rp ,-, suku bunga 15% p.a, provisi 0,5 % p.a, jangka waktu 12 bulan, pengikatan : Notariil, Tujuan usaha : Tambahan modal kerja. Jaminan KMK Baru :1). 1 unit T/B dengan SHM No. xxxxx. Luas Tanah : 400 M² dan Luas Bangunan : 370 M² ( IMB No. xxx atas nama Rudi ( debitur)). Letak jaminan di Jl. Melati 2, Jakarta Barat. Nilai Pasar Rp ,- Nilai Likuidasi Rp

20 2). 1 unit T/B dengan SHM No. xxxxx. Luas Tanah : 240 M² dan Luas Bangunan ( 2 lantai) : 270 M² ( IMB No. xxx atas nama Rudi ( debitur)). Letak jaminan di Jl. Melati 3, Jakarta Barat. Nilai Pasar Rp ,- Nilai Likuidasi Rp ,- Sehingga total jaminan KMK Baru menjadi: Nilai Pasar Rp ,- Nilai Likuidasi Rp ,- Perhitungan CR : x100%:140% Perhitungan CR : x100%: Jaminan PTX-OD berjalan 1 bilyet deposito Bank X dengan no. reg xxxxx atas nama Rudi ( debitur), suku bunga 14%, jangka waktu dengan nominal RP ( CR : 100%). Perhitungan CR : x 100% CR= 100% 77

21 Latar Belakang debitur Debitur berusia 48 tahun memiliki istri yang bernama Ina berusia 46 tahun, dan telah dikaruniai 2 orang anak. Debitur memiliki usaha yang bergerak di bidang kontraktor PT.Sinar selama 10 tahun yang dalam operasionalnya dibantu oleh anak dan beberapa rekannya. Susunan kepengurusan berikut : Rudi Direktur Utama Ani- Wadirut Yudi Direktur Trade Cheking Supplier : adalah sebagai Contact person : Bp. Gunawan ( Tlp ) Contact person : Bp. Harry ( Tlp ) Hasil BI Checking a/n. Rudi ( Direktur Utama) posisi data terakhir tgl , diketahui : Bank : X, fasilitas : Loan Demand dengan plafond sebesar Rp ,- dengan o/s sebesar Rp ,- dengan status Kol. 2 Hasil BI Checking a/n. Ani ( Wakil Direktur Utama) posisi data terakhir tgl. 78

22 , diketahui : Bank : ZX, fasilitas : KK dengan plafond sebesar Rp ,- dengan o/s sebesar Rp ,- dengan status Lancar Hasil BI Checking a/n. Yudi ( Direktur I) posisi data terakhir tgl , diketahui : Bank : Y, fasilitas : KK dengan plafond sebesar Rp ,- dengan o/s sebesar Rp ,- dengan status Lancar. Hasil BI cheking atas nama PT. Sinar : Nihil AKTIVITAS KEUANGAN R/K Bank X acc atas nama debitur periode ( Agustus s/d oktober'13) Rata mutasi kredit : Rp ,- Rata mutasi debit : Rp ,- Rata-rata Saldo pemakaian :Rp ,- / 98 % dari plafond Perhitungan rata- rata saldo pemakaian yaitu : Rp ,- x 100% = 98% Rp ,- Estimasi Repayment Capacity Pendapatan : Rp ,- ( menurut L/R cabang ) Hpp (90%) : Rp ,- (-) Gross profit: Rp ,- SGA exp : Rp ,- EBIT Rp ,- KMK Bank X Rp ,- 79

23 NPBT Rp ,- RC 8.7 kali Estimasi Repayment Capacity Pendapatan : Rp ,- ( konservatif 90% L/R cabang ) Hpp (90%) : Rp ,- (-) Gross profit: Rp ,- SGA exp : Rp ,- EBIT Rp ,- KMK Bank X Rp ,- (-) NPBT Rp ,- RC 5.6 kali Perhitungan Repayment capacity ( RC) EBIT : Rp : 5.6 kali Total kewajiban Rp ,- SARAN 1. usaha debitur sudah berjalan selama 10 tahun 2. Terdapat Kol. 2 pada Bank X dengan fasilitas PTX- OD 3. Aktivitas R/K Bank X dengan Rata- rata mutasi kredit sebesar Rp ,- dengan frekuensi sebanyak 7 kali 4. RC menurut L/R cabang sebesar 8,7 kali dan RC berdasarkan konservatif 90% dari L/R cabang yaitu sebesar 5,6 kali. Berdasarkan data dan informasi diatas maka permohonan fasilitas kredit Baru a/n. Rudi Syarat : 1) Persyaratan Administrasi dan Legal sempurna sesuai ketentuan yg berlaku di Bank X 2) R/K di Bank X lebih aktif lagi dan tidak diperkenankan OD (Overdraf). 3) Selesaikan Kol. 2 pada Bank X dengan 80

24 fasilitas Loan Demand (data diolah) Lembar Kerja Kepatuhan 1.Nama Debitur 2.Kantor Cabang 3.Jenis Usaha 4.Fasilitas Pinjaman Rudi Jakarta Barat Kontraktor Baru 5.Dokumen kredit a. KTP b. SIUP c. TDP d. NPWP e. Lap. Keuangan 6. Plafon Kredit 7. Jenis Pinjaman 8. BI cheking 9. Jaminan 10. Keterkaitan debitur dengan pengurus / kepemilikan Bank Ada ( atas nama Rudi dan Ina ( istri debitur) ) Ada ( atas nama nama PT. Sinar ( usaha debitur) Ada ( PT. Sinar) Ada ( PT. Sinar) Ada ( Neraca dan L/R des 2013) PRK Baru Rp ,- PRK Kol.2 ( DPK) pada PT Bank X dengan fasilitas KMK Ada (2 unit Tanah dan Bangunan ) Tidak Terkait 81

25 11. Batas Maksimum Pemberian kredit tersebut Tidak Melanggar BMPK (data diolah) Temuan SKAI 1. Dari hasil pemeriksaan debitur Rudi dengan fasilitas PRK Rp ,- dengan tujuan modal kerja dan telah menjadi debitur di PT. Bank X sejak Sejak tertanggal sampai sekarang memiliki Kol. 2 ( DPK) dengan fasilitas PTX-OD dan belum diselesaikan. 2. Jaminan berupa 2 unit Rumah 1. Debitur memohon agar diberikan jangka waktu agar dapat menyelesaikan Kol. 2 ( DPK) agar dapat kembali lancar dikarenakan proyek debitur masih berbentuk piutang dan belum dibayar oleh customernya. Pada saat ini debitur memohon kredit baru KMK untuk tambahan modal kerja proyek yang sedang dijalani oleh debitur dan telah terlampir SPK proyek yang sedang dikerjakan. 2. tinggal debitur yang terdapat di jl. Melati 2. Dichek kembali sehubungan dengan harga tanah dan bangunan. Lembar Kerja Risk Management 82

26 Dengan perhitungan dan analisa yang telah dibuat Credit Review, maka Risk Management membuat laporan analisa resiko dengan kesimpulan yaitu pemberian kredit kepada Bapak. Rudi tergolong Moderate Risk ( Resiko menengah) Temuan Audit Kepatuhan Permasalahan Dari Temuan Audit Kepatuhan Dalam Proses Pemberian Kredit Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan divisi kepatuhan terkait dengan pemberian kredit kepada debitur, maka diperoleh temuan sebagai berikut dimana data telah diolah oleh penulis ( Studi kasus 4.1.2) Adanya human error dan ketidak patuhan yang dilakukan dapat mengakibatkan potensi kerugian bagi badan usaha maupun potensi kredit bermasalah pada pihak Bank. 1. Hasil review terlihat pada debitur Pak Rudi ( kolektibilitas 2), Audit Kepatuhan dan SKAI melihat adanya permasalahan yang terjadi yang dapat menyebabkan kredit bermasalah bagi pihak Bank. Manipulasi Rekening Koran yang dilakukan oleh debitur, hal ini membuat analisa menjadi tidak sesuai dengan implementasi usaha debitur. Dalam prosedur 83

27 yang di tetapkan seharusnya auditee melakukan penyelidikan sebelum data tersebut dianalisa dan diberikan kepada bagian divisi lain yang terkait dengan kredit tersebut. Dalam kasus ini dilakukan review yang lebih mendalam apakah auditee tersebut sengaja melakukan kecurangan atau tidak serta apakah pihak debitur yang sengaja melakukan kecurangan dengan mengganti beberapa rekening yang overdraft menjadi rekening yang aktif dalam aktivitas usahanya. Jika auditee tersebut sengaja melakukan kecurangan oleh dasar pemberian apapun yang diberikan oleh debitur kepada auditee maka tindakan auditee tersebut tidak terpuji dan dapat dikenakan sanksi ( dapat berupa PHK) 2. Audit Kepatuhan dan SKAI melihat adanya permasalahan yang terjadi dikarenakan nilai jaminan debitur yang terdiri atas tanah dan bangunan di buat lebih tinggi di banding harga pasar. Menurut laporan Account Officer dan Appraisal, jaminan tersebut dilakukan dengan cara survey dan melakukan wawancara dengan tetangga debitur mengenai perihal nilai tanah dan jaminan tersebut. Setelah diselidiki, permasalahan tersebut muncul di karenakan debitur melakukan kecurangan dengan meminta pertolongan kepada tetangganya agar melakukan suatu manipulasi tentang harga tanah dan bangunan di wilayah tersebut. Seharusnya pihak Account Officer dan Appraisal melakukan pengecekhan melalui badan pertanahan yang bisa dipercaya dalam pemeriksaan tanah dan bangunan tersebut. Jika ternyata ditemukan suatu tindakan kurang terpuji pihak 84

28 Account Officer dan pihak Appraisal agar kredit tersebut dapat diberikan maka pihak perusahaan akan memberikan sanksi. 3. Audit Kepatuhan melihat adanya human error yang dilakukan oleh divisi terkait ( back office) misalnya Credit Review dalam melakukan perhitungan ataupun analisa kreditnya dikarenakan Credit Review tidak melihat ke lokasi, tetapi hanya menerima laporan dari Account Officer dan Appraisal mengenai usaha debitur dan laporan keuangan debitur. Credit Review hanya memastikan bahwa debitur tersebut layak atau tidak mendapatkan kredit sebelum diserahkan kepada Komitee kredit. Pada PT. Bank X Pusat, Credit Review tidak terjun ke lapangan, hanya mengandalkan Account Officer dan Apprasial dalam laporan analisanya di karenakan, jumlah kredit yang sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk meninjau ke lapangan ( tempat debitur) dan biaya transportasi dapat di minimalisir. Sedangkan human error yang terjadi pada Risk Management adalah kesalahan dalam menentukan berita yang berhubungan dengan usaha debitur ataupun kesalahan perhitungan yang terlampir pada SKMR yang telah di buat oleh Risk Management. 4. Audit Kepatuhan melihat adanya pelanggaran BWMK (Batas Wewenang Maksimal Kredit) yang diberikan Komisaris Utama kepada setiap cabang untuk memiliki wewenang terhadap memberikan batas maksimal kredit, adanya pelanggaran intenal terhadap pemberian batas kredit. Pelanggaran tersebut di lakukan oleh salah satu cabang yang melakukan tindakan yang 85

29 kurang terpuji. Pemberian kredit cabang XY dengan BWMK sebesar Rp ,- tetapi dalam prakteknya cabang memberikan kredit sebesar Rp ,- kepada debitur ( suami/kepala rumah tangga) dan Rp ,- kepada istri debitur. Walaupun berbeda individu tetapi adanya ketentuan one obligor ( menjadi satu kesatuan) sehingga total kredit yang diberikan kepada sepasang suami istri tersebut sebesar Rp ,-. Cabang yang melakukan tindakan yang kurang terpuji tersebut diberikan sanksi dan dicabut BWMK yang telah diberikan selama beberapa periode. 4.2 Kelebihan dan Kekurangan Kepatuhan dalam Pemberian Kredit Modal Kerja di PT. Bank X Pusat Kelebihan Kepatuhan Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja di PT. Bank X Pusat Kelebihan yang terdapat pada fungsi kepatuhan dalam pemberian kredit modal Kerja di Bank X Pusat yaitu adanya Pengendalian Internal kredit yang membantu bank untuk meningkatkan kepatuhan terhadap undang undang yang berlaku dengan memiliki tujuan agar Bank menjadi Sehat dan aman. PT Bank X Pusat telah menerapkan kepatuhan walaupun ada tindakan yang kurang terpuji yang dilakukan oleh sedikit Auditee tetapi seluruh pihak karyawan telah menerapkan aturan yang berlaku sehingga PT. Bank X menjadi bank yang sehat dan mengalami pertumbuhan aseet yang baik, dengan adanya laporan dari salah 86

30 satu Komitee Kredit yang menjelaskan bahwa PT. Bank X Pusat memiliki pertumbuhan aset yang meningkat yang sudah lebih dari 20 triliun dan persentase Kredit macet mencapai kurang dari 5% ( laporan secara real belum diberikan karena seluruh laporan masih di audit oleh auditor eksternal ) Kelemahan Kepatuhan Dalam Pemberian Kredit Modal Kerja di PT. Bank X Pusat a. Kelemahan pada kepatuhan yaitu belum optimalnya kepatuhan yang dilakukan oleh masing masing divisi yang terkait dengan kredit tersebut di lihat dari kesalahan yang di sengaja ataupun yang tidak disengaja oleh staff kredit. Contohnya : terdapat salah perhitungan dalam Repayment capacity yang telah dilakukan oleh Credit Review, kesalahan informasi yang didapat Risk Management sehubungan dengan informasi usaha debitur sehingga mempengaruhi analisa SKMR. 4.3 Batas Maksimum Pemberian Kredit Menurut informasi dari Compliance ( kepatuhan) Pada Bank X terdapat BMPK yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, dan belum terdapat pelanggaran pada BMPK internal Bank X Pusat karena kehati- hatian pada aktivitas BMPK internalnya agar dapat mengikuti peraturan Bank Indonesia. Sesuai dengan PBI No. 7/3/PBI/2005 tentang BMPK ketentuan umum, maka pihak Bank X Pusat memiliki ketentuan BMPK yaitu ditetapkan paling tinggi sebesar 90% dari 20% 87

31 dari modal bank ( untuk individu/ pihak tidak terkait ) dan untuk group/ kelompok tidak terkait dengan ketetapan paling tinggi sebesar 90% dari 25% dari modal Bank. 88

LAMPIRAN 1. (Sumber : BPS) Tabel 1.1

LAMPIRAN 1. (Sumber : BPS) Tabel 1.1 L1 LAMPIRAN 1 (Sumber : BPS) Tabel 1.1 Working Papper Account Officer Berikut ini adalah wawancara yang dilakukan penulis dengan account officer PT. Bank X dengan sample cabang Jakarta Barat. : Apa saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah salah satu perusahaan perbankan swasta yang terdapat di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah salah satu perusahaan perbankan swasta yang terdapat di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Latar Belakang Perusahaan Objek penelitian ini adalah salah satu perusahaan perbankan swasta yang terdapat di Indonesia khususnya di Jakarta Selatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 3.1...Sejarah singkat PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Tabel 3.2...Indikator Variabel X dan Variabel Y Tabel 3.3...Bobot atau Kuesioner Tabel 3.4... Data Responden Tabel 4.1...Data

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit L1 INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA Pemberian Kredit No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Apakah koperasi memiliki standar operasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT JUDUL SKRIPSI : ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK BRI AGRO KANTOR CABANG PEMBANTU DEPARTEMEN KEHUTANAN, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisa Sistem Analisa merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem dan merupakan tahap fundamental yang sangat menentukan kualitas sistem informasi yang dikembangkan. Analisa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR ( Studi Kasus Calon Debitur Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Hayam Wuruk Jakarta) Agriando 22209826 LATAR BELAKANG Kepercayaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Murabahah bil Wakalah pada Produk ib Investasi Line Facility di Bank Jateng Cabang Syariah Semarang Produk Pembiayaan ib Investasi adalah salah

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin 45 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Penyajian Data 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Banjarmasin Akad musyārakah ada beberapa prosedur yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/26/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

Custom. Survey,BI Checking,Apprais. Marketing ACC. Aplikasi Kredit. Tanda tangan KBO, Branch. Komite. Checkin g. Ditola. Bagian. Acc.

Custom. Survey,BI Checking,Apprais. Marketing ACC. Aplikasi Kredit. Tanda tangan KBO, Branch. Komite. Checkin g. Ditola. Bagian. Acc. Flow Chart Pemberian Kredit Custom Marketing Survey,BI Checking,Apprais ACC Aplikasi Kredit Tanda tangan KBO, Branch Komite Bagian Checkin g Ditola Acc Unit Kelengkapan Notaris Admin Kredit Drawdown Facility

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Strategi Anti Fraud Pembiayaan Dalam dunia perbankan pembiayaan atau perkreditan bukanlah bidang yang dapat dihindari oleh bank dan merupakan salah satu sumber pemasukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah : 1. Nasabah Melakukan Pengajuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk Obyek penelitian adalah Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk kebijakan kredit tersebut mengatur

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit

Lebih terperinci

Prosedur Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah dan Pengendalian Internal KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. Kantor Cabang Bekasi

Prosedur Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah dan Pengendalian Internal KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. Kantor Cabang Bekasi Prosedur Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah dan Pengendalian Internal KPR di PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. Kantor Cabang Bekasi Nama : Aulia Kurniasari NPM : 51213499 Program Studi Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto, BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Hasil dari analisa data dan pembahasan hasil analisa data pada penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Murabahah merupakan salah satu akad yang dipakai

Lebih terperinci

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik

BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI. mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem pengendalian yang baik BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI 7.1 Ringkasan Pengendalian internal dalam sebuah organisasi adalah sangat penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure. a. Ketentuan Umum dalam melakukan penilaian agunan adalah :

BAB IV PEMBAHASAN. perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure. a. Ketentuan Umum dalam melakukan penilaian agunan adalah : BAB IV PEMBAHASAN A. Pembiayaan Mikro 75 ib BRISyariah Merupakan produk pembiayaan khusus untuk pengusaha baik perorangan maupun badan usaha non badan hukum dengan total exposure seluruh pembiayaan produk

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang BAB III PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang PT. BPRS Suriyah Semarang dalam memberikan Produk Pembiayaan, termasuk Pembiayaan Murabahah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek penyaluran kredit,

Lebih terperinci

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, mengenai Studi Tentang Analisis Keuangan untuk Menilai Kelayakan Pemberian Kredit

Lebih terperinci

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh:

Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah. (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Analisis Sistem Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (Studi Kasus pada PT. Bank Central Asia, Tbk Cabang Tulungagung) Oleh: Rizka Maulidhia Enanto (0610233175) Dosen Pembimbing: Lutfi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengelolaan risiko yang dilaksanakan oleh PT Bank Tabungan Negara (persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Kebutuhan Primer, Kebutuhan Sekunder, dan Kebutuhan Tersier. Kebutuhan Primer merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2010). Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2010). Menurut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1. Pengertian Bank Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; MANAJEMEN RISIKO Penerapan Manajemen Risiko yang dilaksanakan oleh Bank Bumi Arta berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI (BPR MDM)

V GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI (BPR MDM) V GAMBARAN UMUM PT BPR MITRA DAYA MANDIRI (BPR MDM) 5.1 Sejarah PT BPR Mitra Daya Mandiri (BPR MDM) PT. BPR Mitra Daya Mandiri pada awalnya didirikan pada tanggal 17 Juli 1992, di hadapan Notaris Misahardi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 26 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

Lebih terperinci

No. 14/ 26 /DKBU Jakarta, 19 September 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 14/ 26 /DKBU Jakarta, 19 September 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 14/ 26 /DKBU Jakarta, 19 September 2012 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB III UPAYA YANG DILAKUKAN PT.

BAB III UPAYA YANG DILAKUKAN PT. 77 BAB III UPAYA YANG DILAKUKAN PT. BANK MANDIRI CABANG IMAM BONJOL MEDAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KELALAIAN DEBITUR DALAM PERPANJANGAN KREDIT MODAL KERJA A. Prinsip Kehati-hatian Dalam Kredit Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja BAB IV PEMBAHASAN A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja 1. Permohonan Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan murabahah modal kerja, maka nasabah harus mengisi formulir (lampiran

Lebih terperinci

PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.14/ 26 /DKBU Tanggal 19 September 2012 Perihal : Pedoman Kebijakan dan Prosedur Perkreditan Bagi Bank Perkreditan Rakyat PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/10/PBI/2015 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE ATAU RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN PROPERTI DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

Kesimpulan. Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria / indikator penilaian tersebut diatas, disimpulkan bahwa :

Kesimpulan. Berdasarkan analisis terhadap seluruh kriteria / indikator penilaian tersebut diatas, disimpulkan bahwa : Kesimpulan Sesuai dengan ketentuan POJK No.55/POJK.03/2016 tanggal 09 Desember 2016 tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Umum dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.13/SEOJK.03/2017 tanggal 17 Maret

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah dari keseleruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG BAB IV PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG A. Pengertian Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ib pada Bank BRISyariah Kantor Cabang Padang 1. Pengertian

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT SWADANA PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG BEKASI

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT SWADANA PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG BEKASI PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT SWADANA PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG BEKASI Nama : Nurul Fiqih Budianti NPM : 56213721 Program Studi : DIII Manajemen Keuangan Pembimbing : Dr. Ir. Rina Sugiarti, MM. LATAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki prosedur pembiayaan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dengan melihat uraian diatas maka penulis menyusun laporan kerja praktek dan menuangkannya dengan judul PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini Indonesia mengalami krisis ekonomi, untuk keluar dari krisis ini maka Indonesia meningkatkan pembangunan di segala sektor, baik sektor ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Kota Malang Periode 2009-2011) Femia Yuni Pratiwi Darminto

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA 11 PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PINJAMAN MODAL USAHA DENGAN DANA POLA BERGULIR

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /SEOJK.03/2017 TENTANG PEDOMAN STANDAR SISTEM PENGENDALIAN INTERN BAGI BANK UMUM - 1 - DAFTAR ISI I. LATAR BELAKANG... 2 II. RUANG LINGKUP SISTEM PENGENDALIAN

Lebih terperinci

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. akuntansi pelaporan dan kredit ritel dan konsumer pada Bank BJB Cabang Buah

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. akuntansi pelaporan dan kredit ritel dan konsumer pada Bank BJB Cabang Buah BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis yaitu pada bidang akuntansi pelaporan dan kredit ritel dan konsumer pada Bank BJB

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Penerapan Tata Kelola BPR Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment ) Tata Kelola BPR Profil BPR Nama BPR Alamat BPR Posisi Laporan Modal Inti BPR Total Aset BPR Bobot Faktor BPR PT BPR KEPRI BINTAN JL. D.I. Panjaitan KM. IX No.

Lebih terperinci

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut? Questioner 1. Apakah Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan Bank? Ya, Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan bank. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia melalui SK Direktur BI No.27/162/KEP./Dir. tgl

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ 38 /DPNP tanggal 31 Desember 2010 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pembiayaan Modal Kerja di Bri Syariah KC Semarang 1. Pembahasan Pembiayaan modal kerja di BRI Syariah KC Semarang adalah sebuah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI. Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI A. Sejarah Ringkas Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang didirikan berdasarkan Syari ah. Bank ini didirikan karena masih banyak terdapat umat islam yang belum

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH

BAB IV. ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH 66 BAB IV ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH A. Analisis Standard Operational Procedure (SOP) Pembiayaan Griya ib Hasanah di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55.

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55. BAB II PROSES BISNIS Untuk menggambarkan proses bisnis PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk., perlu dipahami ketentuan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah melalui Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Zulfikri Irhamdani 115020407111020 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini persaingan dalam bisnis perbankan sangat ketat. Persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar bank, tetapi persaingan juga datang dari lembaga

Lebih terperinci

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap

serta mencatat semua transaksi pemberian kredit bank secara lengkap DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Operasionalisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 35 BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Didalam suatu lembaga keuangan baik negeri maupun swasta yang menyediakan berbagai macam produk layanan kredit, prosedur pemberian kredit sangatlah

Lebih terperinci

Sumber : Bapak Guritno (Internal Auditor) dan Ibu Irul (Kabag Umum) pada. 1. Apa saja jenis-jenis kredit yang ada pada PT. BPR Rasuna?

Sumber : Bapak Guritno (Internal Auditor) dan Ibu Irul (Kabag Umum) pada. 1. Apa saja jenis-jenis kredit yang ada pada PT. BPR Rasuna? Wawancara Penelitian Sumber : Bapak Guritno (Internal Auditor) dan Ibu Irul (Kabag Umum) pada Bulan Mei 2017. A. KREDIT 1. Apa saja jenis-jenis kredit yang ada pada PT. BPR Rasuna? Ibu Irul mengatakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/21/PBI/2001 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) PT. BANK ANTARDAERAH BANK DEVISA Laporan Penilaian Sendiri (Self Assessment) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Posisi : 30 Juni 2015 (Revisi OJK) 1. Peringkat Faktor GCG dan Definisi Peringkat

Lebih terperinci

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA Nama : GITA FALINI NPM : 24214583 Kelas : 3EB30 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Silvia Avira, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Kredit

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang

Lebih terperinci