BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA. (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent)
|
|
- Hadi Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent) MILDA REYNA Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa-siswi SMK Dr. Tjipto Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya dan Skala Bullying pada Remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja yang ditunjukkan dengan nilai r xy = 0,429 dan p = 0,001 (p < 0,01). Kata Kunci : konformitas, teman sebaya, bullying, remaja Abstract This study aims to empirically determine the correlation between conformity to peer groups with bullying in adolescent. The hypothesis was that there is a positive correlation between conformity to peer groups with bullying in adolescent. This research used 60 students on SMK Dr. Tjipto Semarang. This study used an cluster random sampling technique. This study Data in this studi was collected using two scales, conformity to peer groups scale and bullying in adolescent scale. Data analysis using Product Moment Correlation. The Results showed that there was a significant correlation between conformity to peer groups with bullying in adolescent, indicated by r xy = and p = (p <0,01). Key words: conformity, friend with same age, bullying, adolescent 12
2 Pendahuluan Masa remaja adalah masa yang menguntungkan sekaligus masa mencari identitas diri. Dikatakan menguntungkan karena pada masa remaja ini seorang remaja diberi kesempatan atau waktu untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. Masa remaja juga bisa dikatakan masa dimana seseorang berangsurangsur menuju kematangan baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial, dan emosinya. Dalam kehidupan remaja, banyak faktor yang mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka, seperti pola asuh, lingkungan, sistem religi, budaya, sosial politik atau pendidikan. Dan pada masa remaja ini, pengaruh teman sebaya terhadap sikap dan perilaku mereka lebih besar daripada pola asuh atau keluarga. Hal ini disebabkan remaja lebih banyak berada diluar rumah bersama teman sebayanya. Tentang pengaruh kelompok sebaya terhadap si remaja, Conger, Papalia dan Olds, 2001 (dalam Jahja, 2011) menegaskan bahwa kelompok sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap remaja yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian menarik, musik, atau film apa yang bagus. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, disinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman sebaya. Jadi, di dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan disitupulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukanya. Kecuali itu, kelompok sebaya merupakan hiburan utama bagi anak-anak belasan tahun. Berdasarkan alasan tersebut kelihatanlah kepentingan vital masa remaja Bagi remaja bahwa kelompok sebaya terdiri anggota-anggota tertentu di teman-temannya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya ia sendiri bergantung. Bila dibandingkan dengan konflik antara remaja dengan orang tua, konflik remaja dengan teman sebayanya tergolong lebih sengit. Perkembangan sosial pada remaja ada dua macam gerak, yaitu yang pertama memisahkan diri dari orang tua, dan yang kedua adalah menuju kearah teman-teman sebaya. Dua macam gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap peralihan status intern anak muda. Seorang remaja berusaha untuk melepaskan diri dari lingkungan orang tua dengan maksud menemukan dirinya. Proses tersebut berlangsung melalui identifikasi terhadap kelompok teman sebaya (peers group). Proses tersebut menampakkan suatu konformitas terhadap teman sebaya (Monks, 2002). Selama masa remaja, pengaruh pengelompokan sosial cenderung meningkat, yang sering tampak dalam pelanggaran yang dilakukan 13
3 anggota-anggotanya. Dalam pembentukan suatu kelompok pada remaja, tidak secara spontan atau tiba-tiba terbentuk. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pelajar SMA (4 Desember 2009), mereka mengatakan bahwa suatu kelompok itu terbentuk karena adanya kebersamaan, memiliki minat dan hobi yang sama sehingga terjalinlah suatu persahabatan antar anggota kelompok tersebut. Perilaku bullying erat kaitannya dengan konformitas (Papalia dan Olds, dalam Jahja, 2011). Tidak jarang seseorang merubah nilai-nilai dan norma-norma yang dianutnya dan bahkan mungkin pula pola perilakunya. Perubahan yang terjadi akibat adanya interaksi dan pengaruh dari pihak lain. Kadang hal itu terjadi dengan tidak disadari oleh remaja tersebut, akan tetapi mungkin pula proses tersebut terjadi karena ada unsur disengaja. Pada masa sekolah, seorang remaja memasuki usia geng, yaitu usia pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pihak yang sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini. Seorang remaja menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang bertahap menggantikan perilaku. Tidak adanya penerimaan teman sebaya akan menimbulkan gangguan perkembangan psikis dan sosial dari remaja yang bersangkutan. Menurut Baron dan Byrne (dalam Ayu, dkk, 2009: 16) konformitas terjadi ketika individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan menaati norma sosial yang ada. Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang diterima. Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi (Monks, 2002). Konformitas akan tampak pada saat individu lain hadir, disaat itulah seorang individu akan meniru perilaku orang lain seperti yang diharapkan, tetapi pada saat tidak ada individu lain, seorang individu menunjukkan perilaku yang berbeda. Penelitian Ellan menyatakan bahwa kadang individu konform tanpa memikirkan dampak dari konformitas yang dilakukannya Konformitas remaja terhadap teman sebayanya akan semakin tinggi, apabila dalam kelompok tersebut anggota-anggotanya melakukan hal yang sama. Mereka akan marah jika teman-teman mereka diremehkan, dilalaikan, atau dicemoohkan anak lainnya. Reaksi yang mereka lakukan ini bisa bersifat melakukan kekerasan, yang bisa berupa reaksi fisik, atau kata-kata, dan dapat ringan atau kuat. Banyak contoh kasus bullying yang terjadi di sekolah maupun di lingkungan sekitar sekolah, dan pada kali ini peneliti mengambil contoh kasus yang terjadi di salah satu sekolah di Semarang, karena berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, ternyata ditemukan perilaku bullying di sekolah tersebut dan kejadian tersebut terjadi pada bulan November, bullying itu 14
4 dilakukan oleh salah satu geng anak kelas 3 terhadap salah satu siswa kelas 1. Mereka melakukan konfrotasi fisik terhadap anak kelas 1 tersebut karena anak itu dituduh telah menyebar fitnah terhadap salah satu anggota geng mereka yang mereka nilai bisa merusak nama baik geng tersebut. Akibat dari perilaku tersebut, siswa yang menjadi korban perilaku bullying ini pingsan karena rasa takut yang dialaminya. Berdasarkan uraian diatas, menimbulkan pertanyaan apakah ada hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan perilaku bullying pada remaja. Bullying Pengertian bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu defines yang diakui secara universal, sehingga belum ada pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying menurut Pearce diidentifikasikan sebagai suatu perilaku yang tidak dapat diterima (Ponny, 2008: 3). Bullying, menurut Ken Rigby adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yan lebih kuat, tidak bertanggung jawab, dan biasanya dilakukan berulang. (Ponny, 2008: 3). Motif yang mendasari adalah penyalahgunaan kekuasaan serta hasrat menjalankan intimidasi dan dominasi sehingga memang benar bahwa bullying terkait dengan kekuasaan. Sedangkan menurut Heinemann menjelaskan bahwa bullying adalah sebagai aksi yang dimulai dan dilakukan oleh sekelompok orang ( Ponny, 2008: 20). Aksi ini terjadi secara sesaat dan mendadak, oleh karena siswa anggota kelompok tersebut tersingung oleh tindakan siswa lain yang mengganggu atau merusak kedamaian kelompok tersebut, Siswa kemudian menyerang. Berdasarkan uraian diatas, pengertian korban bullying adalah ketika seseorang secara terangterangan disakiti oleh tindakan orang lain dan setiap saat atau terus-menerus mendapat perlakuan negatif baik secara mental maupun fisik oleh seseorang atau lebih, dan korban tidak memiliki kekuatan untuk mencegah terjadinya kekejaman tersebut. Ponny (2008: 22) menggolongkan bentuk bullying ada dua, yaitu: a. Bullying fisik Ini adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapa pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh-contoh bullying fisik antara lain mengigit, menarik rambut, memukul, menendang, mengunci dan mengintimidasi korban di ruangan, memukul, mendorong, mengancam, mencakar, merusak kepemilikan, dan penggunakan senjata tajam. b. Bullying non fisik 1) Verbal: berkata jorok pada korban, berkata menekan, menyebarluaskan kejelekan korban, menghasut, pemalakan, dan pemerasan. 2) Non verbal: mengasingkan, mengirim pesat menghasut, curang, muka mengancam, hentakan, dan menakuti. 15
5 Dari uraian di atas dapat disimpulkan ada tiga bentuk bullying yang dialami oleh korban yaitu bullying secara fisik, dan bullying secara verbal. Konformitas Kelompok Teman sebaya Menurut Baron dan Byrne (dalam Ayu, dkk, 2009:16) konformitas terjadi ketika individu mengubah tingkah laku mereka dengan tujuan menaati norma social yang ada. Menurut Hurlock (dalam Ayu,dkk, 2009:16 ) menambahkan bahwa peningkatan konformitas tersebut disebabkan waktu yang lebih banyak dihabiskan remaja bersama teman daripada bersama keluarga. Sedangkan menurut Konformitas kelompok merupakan perilaku menyerah pada tekanan kelompok walaupun tidak ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat oleh kelompok tersebut. Individu melakukan konformitas atas dasar keinginan untuk berbuat benar, serta pengaruh negatif karena rasa takut mendapat celaan dari lingkungan sosial (Myers, dalam Indria dan Nindyati, 2007: 89). Myers juga menambahkan bahwa konformitas adalah suatu perubahan sebagai akibat tekanan kelompok, hal ini dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk selalu menyamakan perilakunya terhadap kelompok, sehingga terhindar dari dari celaan, keterasingan atau cemooh. Sedangkan menurut Sarwono (Suharsono dan Haryono, 2009: 62) koformitas adalah perilaku sama dengan orang lain yang didorong oleh keinginan sendiri. Konformitas tidak selalu jelek dan tidak selalu baik, begitu pula perilaku yang konformitas yang terjadi pada kelompok teman sebaya. Banyak perilaku yang muncul pada anak karena mereka hanya mengikuti norma yang ada pada kelompoknya. Contohnya membolos sekolah, tawuran, merokok, dan lain sebagainya hanya karena mengikuti teman-teman dalam kelompoknya. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan perilaku tersebut berarti mereka merupakan bagian dari kelompok tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa konformitas kelompok teman sebaya adalah perilaku individu yang ingin mengikuti pendapat kelompok teman sebaya atas keinginan sendiri atau paksaan orang lain untuk menghindari celaan atau keterasingan tanpa melihat baik buruknya bagi individu tersebut. Davidoff membagi aspek-aspek konformitas sebagai berikut : a. Kerelaan dan penerimaan Seseorang melakukan sesuatu atas dasar kesadarannya sendiri. b. Kerelaan tanpa penerimaan Seseorang rela melakukan sesuatu tetapi sebenarnya orang tersebut kurang dapat menerima hal tersebut. c. Penerimaan tanpa kerelaan Seseorang dapat menerima segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya tetapi orang tersebut enggan melakukannya. d. Tanpa kerelaan atau tanpa penerimaan 16
6 Hubungan antara Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya dengan Perilaku Bullying pada Remaja. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aspek-aspek konformitas kerelaan dan penerimaan, kerelaan tanpa penerimaan, penerimaan tanpa kerelaan, dan tanpa kerelaan atau tanpa penerimaan. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja, dan sebaliknya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan bullying pada remaja. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya, maka semakin tinggi bullying pada remaja, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Dr. Tjipto Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan Skala Konformitas terhadap Kelompok Teman Sebaya dan Skala Bullying pada Remaja. Analisis data menggunakan teknik korelasi Product Moment. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa r xy = 0,429 dan p = 0,001 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan bullying pada remaja. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Perilaku bullying erat kaitannya dengan konformitas (Papalia dan Olds, dalam Jahja, 2011). Tidak jarang seseorang merubah nilai-nilai dan norma-norma yang dianutnya dan bahkan mungkin pula pola perilakunya. Perubahan yang terjadi akibat adanya interaksi dan pengaruh dari pihak lain. Kadang hal itu terjadi dengan tidak disadari oleh remaja tersebut, akan tetapi mungkin pula proses tersebut terjadi karena ada unsur disengaja. Konformitas kelompok muncul karena adanya rasa takut terhadap celaan yang dilakukan oleh teman-temannya (Sears, dkk, 2004: 85). Bagi remaja yang tidak menunjukkan bullying akan mendapatkan kritik dari teman-temannya yang berani menunjukkan bullying dan menganggapnya tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Individu melakukan bullying agar tidak terlihat berbeda dengan orang lain, apalagi dengan kelompoknya. Perbedaan dengan kelompok acuan cenderung dicela sehingga membuat tertekan, menjadi frustrasi dan terasing. Keadaan emosional yang demikian cenderung akan meningkatkan perilaku konformitas yang bertujuan untuk menghindari celaan atau penolakan dari kelompok acuannya dengan melakukan bentuk-bentuk bullying. Santrock (2003: 221) menyatakan konformitas atau conformity muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa anak. 17
7 Konformitas terhadap teman sebaya akan semakin meningkatkan kecenderungan untuk melakukan bullying karena ketakutan dikucilkan oleh teman sebaya dan dianggap sebagai penakut. Pengertian konformitas menurut Kiester dan Kiester (dalam Sarwono, 2005: 172) menyatakan bahwa konformitas kelompok adalah perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik sungguh-sungguh maupun yang dibayangkan saja. Konformitas kelompok dapat mendorong remaja untuk menunjukkan bentuk-bentuk bullying sebagai bentuk keterikatan dengan kelompoknya. Simpulan Bullying. Jakarta: PT Gramedia Widiasara Indonesia. Santrock, J. W Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Achmad Chusairi, S. Psi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Sarwono, S. W Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sears, D.O, Fredman, J. L., dan Peplau, L.A Psikologi Sosial : jilid 2. Alih bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. Suharsono, M dan Haryono, A.W Sikap Terhadap Demonstrasi Ditinjau Dari Konformitas Pada Kelompok Teman Sebaya. Jurnal Psikodemensia. Volume. 8 No. 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan bullying pada remaja, dan sebaliknya. Daftar Pustaka Ayu, dkk Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya Dengan Intensi Merokok Pada Remaja Perempuan Di SMA Kesatrian 1 Semarang. Jurnal Psycho Idea. Tahun 7, No. 2. Indria, K., dan Nindyati, A. D Kajian Konformitas dan Kreativitas Affective Remaja. Jurnal Provitae. Vol. 3. No. 1. Hal Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Jahja, Yudrik Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Monks, F.J., dkk Psikologi Perkembangan:Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Ponny, R.A Meredam 18
PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG
PERILAKU KONSUMTIF PRODUK FASHION DITINJAU DARI KONFORMITAS PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 3 SEMARANG Bagus Haryo Suseno Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Bullying Bullying memiliki berbagai definisi yang beragam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian
Lebih terperinciPERILAKU AGRESIF REMAJA DITINJAU DARI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA (Aggressive Behavior in Adolescence Review from Peer Conformity)
PERILAKU AGRESIF REMAJA DITINJAU DARI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA (Aggressive Behavior in Adolescence Review from Peer Conformity) ZHAFARINA Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Tujuan yang ingin
Lebih terperinciPERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA
PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH
Lebih terperinciPENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA
PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian waktunya. Remaja berada di sekolah dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore, bahkan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu
Lebih terperinciKECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.
KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO Fonda Desiana Pertiwi, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Lebih terperinciKEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK
KEHARMONISAN KELUARGA DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA SISWA SMK Yolanda Candra Arintina 1, Nailul Fauziah 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang
Lebih terperinciHubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep
Hubungan Konformitas dengan Motivasi Belajar Santri Puteri di Pondok Pesantren Nurul Islam Karang Cempaka Bluto Sumenep Oleh : Roziana Amalia (10410057) Dosen Pembimbing : Drs. H. Yahya.,MA Santri yang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi perlu dilakukan dalam menganalisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan korelasi Product Moment. Uji
Lebih terperinciHubungan Konsep Diri Dengan Konformitas Teman Sebaya Dalam Kegiatan Perkuliahan
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA Ahmad Muammar Khumaini Jurusan Psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP
HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP Jumiyanti (jumiyanti963@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The objective of this research was to
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.
Lebih terperinciPERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto
Lebih terperinciPERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA. (Prosocial Behavior Among Student) Eva Nuari Lensus. Abstrak
PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA (Prosocial Behavior Among Student) Eva Nuari Lensus Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris perilaku prososial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA PEREMPUAN DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG Oleh : Andita Ayu Sartika*) Endang Sri Indrawati**) Dian Ratna Sawitri**) ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social
Lebih terperinciDwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA (STUDI KORELASI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO) Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment untuk mencari hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif
Lebih terperinciKONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI IPS
KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI IPS Yasinta Amalia Febriyani, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciHubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI
Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONFORMITAS 2.1.1. Pengertian Konformitas Setiap manusia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA Randi Agung Pranata, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL
1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. aturan dan norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Vandalisme 2.1.1 Pengertian Vandalisme. Menurut Sarwono (2006) masa remaja merupakan periode yang penuh gejolak emosi tekanan jiwa sehingga remaja mudah berperilaku menyimpang
Lebih terperinci*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto
STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG POLA KELEKATAN REMAJA DENGAN TEMAN SEBAYA PADA PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 1 AYAH, KEBUMEN DESCRIPTIVE STUDY ON THE QUANTITATIVE PATTERN ADOLESCENT ATTACHMENT WITH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode perkembangan yang sangat banyak mengalami krisis dalam perkembangannya. Masa ini sering juga disebut dengan masa transisi karena remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah menyatu cukup lama, bahkan minuman keras seperti arak dan berem termasuk tuak merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN SOSIAL DENGAN PERGAULAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMAK
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN SOSIAL DENGAN PERGAULAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMAK Pebriani Dinata Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: pebriani_dinata@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X Dinda Puspa Handika, Imam Setyawan* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro E-mail: dinda.handika@gmail.com, imamsetyawan.psiundip@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja 2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan
Lebih terperinciPelayanan Bimbingann dan Konseling
Konselor Volume 3 Number 4 December 2014 ISSN: 1412-9760 Received October 09, 2014; Revised Nopember 10, 2014; Accepted December 30, 2014 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Perilaku Sosial Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era moderen seperti ini seseorang sangatlah mudah untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA
HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada
Lebih terperinciHUBUNGAN KEDEWASAAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP CARA BERSOSIALISASI
HUBUNGAN KEDEWASAAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS SAM RATULANGI TERHADAP CARA BERSOSIALISASI 1 Citra F. Karim 2 Jehosua S.V. Sinolungan 2 Henry Opod
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA ANGAKATAN 2013 DIPLOMA III FAKULTAS TEKNIK JURUSAN KIMIA DAN SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam
Lebih terperinciKECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN Alvindi Ayu Agasni 1, Endang Sri Indrawati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto
Lebih terperinciPERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan
Jurnal Psikologi September 2014, Vol. II, No. 2, hal 80-88 PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Liestianti Surya Putri 1, Hastaning Sakti 2 1,2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara yang rasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia
1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI JUDI PADA KOMUNITAS FANS CLUB X INDONESIA REGIONAL SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI JUDI PADA KOMUNITAS FANS CLUB X INDONESIA REGIONAL SEMARANG Yahya Ghozy Baisa, Endang Sri Indrawati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah kemampuan untuk
Lebih terperinciHubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa
Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis
Lebih terperinciKEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA SMA DITINJAU DARI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
ISSN 1410-9859 KEKERASAN DALAM PACARAN PADA SISWA SMA DITINJAU DARI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA Anna Dian Savitri, S.Psi, M.Si,Psikolog Fitria Linayaningsih, S.Psi.,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tindakan Vandalisme Berikut ini akan di uraikan beberapa landasan teori tentang tindakan vandalisme dan konformitas negatif yang menjadi dasar atau landasan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan tingkat kenakalan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari analisis data dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan negatif antara bimbingan sosial dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA kelas XI yang mayoritas berusia 16 sampai 18 tahun merupakan siswa yang berada pada masa remaja awal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA kelas XI yang mayoritas berusia 16 sampai 18 tahun merupakan siswa yang berada pada masa remaja awal. Menurut Hurlock (2004: 206) remaja berasal dari istilah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku menolong sering muncul dalam masyarakat, dimana perilaku ini diberikan guna meringankan penderitaan orang lain, misalnya menolong orang lain yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh
23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya pemberitaan di media massa terkait dengan tindak kekerasan terhadap anak di sekolah, nampaknya semakin melegitimasi tuduhan miring soal gagalnya sistem
Lebih terperinciINTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.
Lebih terperinci