BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam perilaku yang unik, yang membedakan individu satu dengan individu lainnya dalam persoalan gaya hidup. Bagi sebagian orang gaya hidup sebagai sesuatu yang sangat penting, karena sebagai bentuk ekspresi diri. Gaya hidup dapat memberikan pengaruh yang positif ataupun negatif bagi seseorang terutama mahasiswi. Mahasiswi dalam perkembanganya berada pada kategori remaja akhir yang berada pada rentang usia 18 sampai 21 tahun (Monks dkk. 2002). Menurut Papalia, dkk. (2008) usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja atau adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood. Usia perkembangan individu ini ditandai dengan pencarian identitas, adanya pengaruh dari lingkungan, serta sudah mulai membuat keputusan. Mahasiswi memang sangat mudah mengikuti mode dan tren yang berlaku disekelilingnya. Mereka suka memakai pakaian yang bagus, sepatu bermerek, tas bermerek, dan perlengkapan kuliah yang branded. Sifat ini menyebabkan mereka terus berupaya menggunakan barang-barang bermerek tersebut untuk memperkuat identitasnya dilingkungan sekitar. Kemajuan dunia fashion yang semakin berkembang dan beranekaragam secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan wanita. Wanita tidak bisa lepas 1

2 2 dari tren fashion yang terus berubah, sehingga menjadikan mereka ingin menggunakan produk yang bermerek eksklusif atau produk impor. Reyond (dalam Hasibuan, 2010) menyatakan bahwa wanita lebih banyak membelanjakan uangnya dari pada pria untuk keperluan penampilan seperti pakaian, kosmetik, asesoris, tas, dan sepatu. Merek sebagai suatu pertimbangan mahasiswi membeli produk, karena merek sering dihubungkan dengan kualitas produk yang digunakan serta dapat memberikan kepuasan. Berdasarkan hasil prapenelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menyebar 30 kuesioner di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta didapatkan hasil bahwa 76,6% mahasiswi lebih memilih menggunakan produk impor daripada menggunakan produk lainnya walaupun kegunaannya sama dan memiliki harga yang lebih terjangkau. Mereka beranggapan bahwa produk fashion merek eksklusif atau produk impor lebih berkualitas. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 04 Maret 2015 dengan tiga mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, diketahui bahwa bagi wanita khususnya mahasiswi penampilan adalah salah satu faktor yang penting untuk mencerminkan diri seseorang. Beberapa mahasiswi mengaku dengan menggunakan produk yang bermerek eksklusif atau produk impor maka status mereka akan terangkat, lebih percaya diri, dan diterima di lingkungannya. Hurlock ( 2006) mengungkapkan bahwa, wanita menyadari penampilan yang menarik sangat membantu statusnya dalam hubungan dengan lingkungan, bidang bisnis, dan perkawinan. Status pada dasarnya menunjukkan posisi yang dimiliki seseorang dalam sejumlah kelompok atau organisasi yang

3 3 melekat pada posisi tersebut. Pendapat demikian sesuai dengan pendapat dari Berger (Sobur, 2006), yang menjelaskan bahwa status berhubungan dengan peran seseorang. Penampilan sangat berpengaruh bagi hubungan seseorang dengan teman sebayanya sehingga membuat mahasiswi memperlihatkan simbol-simbol yang menunjukkan dirinya dengan menggunakan produk yang bermerek eksklusif atau produk impor agar dapat diterima di lingkunganya. Mereka menjadi fanatik dengan produk impor dan mencari merek terkenal untuk menunjang penampilannya. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa, penggunaan produk bermerek eksklusif atau produk impor menjadi tren tersendiri di kalangan mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, terdapat anggapan bahwa seseorang dapat dikatakan keren apabila menggunakan produk dengan merek yang eksklusif. Seseorang cenderung menggunakan produk sebagai patokan derajat status sosial, dengan menggunakan produk bermerek eksklusif atau produk impor seolah-olah menjadikan seseorang lebih percaya diri, lebih dihargai, dan diterima oleh kelompoknya. Selain itu teman sebaya juga sangat mempengaruhi seseorang dalam menggunakan produk yang bermerek esklusif atau produk impor. Mahasiswi menggunakan produk bermerek eksklusif atau produk impor selain untuk menunjukkan identitas dirinya yang sesuai dengan teman sebayanya, juga untuk memperoleh pengakuan dari teman sebayanya. Contoh penggunaan sepatu di kalangan mahasiswi, mereka lebih memilih menggunakan sepatu bermerek eksklusif atau produk impor daripada yang

4 4 lainnya, mereka beranggapan bahwa sepatu bermerek eksklusif atau produk impor lebih bagus dan berkualitas. Saat itulah penggunaan produk bermerek eksklusif atau produk impor menjadi gaya hidup. Sathish dan Rajomohan (2012) menyatakan bahwa, gaya hidup adalah sebuah sistem terintegrasi dari sikap seseorang, nilai-nilai, kepentingan, pendapat dan tingkah laku seseorang. Hawkins dan Mothersbaugh, (2007) menyatakan bahwa, gaya hidup seseorang mempengaruhi kebutuhan, keinginan, serta perilakunya. Pembentukan gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya pengalaman, kelas sosial, kelompok, keluarga, dan ciri pribadinya (Hawkins dan Mothersbaugh, 2007). Mahasiswi akan merasakan kepuasan tersendiri saat menggunakan produk bermerek eksklusif atau produk impor. Hal tersebut sejalan yang diungkapkan oleh Sutojo (1998) bahwa, remaja menyenangi penggunaan barang yang memiliki merek bergengsi, mahal, dan eksklusif disebabkan karena merek dapat memberikan kepuasan kepada mereka sebagai suatu gaya hidup. Wanita khususnya mahasiswi memang mudah mengikuti mode dan tren yang berlaku disekelilingnya. Nas Sande (dalam Susianto, 1993) menyatakan bahwa, wanita akan mencari suasana yang mendukung dalam proses kehidupan dengan menampilkan dan mengembangkan gaya hidup tertentu yang berguna untuk memperkuat identitasnya. Salah satunya dengan menggunakan produk-produk yang bermerek eksklusif atau produk impor. Ketika seseorang melakukan sesuatu dengan orang lain, mereka mungkin ingin agar sesuai dengan kelompoknya, memenuhi harapan kelompok, sehingga mereka berperilaku atau berpikir dengan cara mirip dengan kelompoknya Wilkie

5 5 (dalam Wu & Huan, 2010). Mahasiswi dengan segala kemampuan dan pertemanannya ternyata memberikan banyak gambaran yang menampilkan gaya hidup tertentu, di antaranya gaya hidup yang menggunakan produk-produk fashion dengan merek eksklusif atau produk impor. Gaya hidup yang mengutamakan merek seperti itu merupakan gaya hidup brand minded. Brand minded merupakan pola pikir seseorang terhadap produk-produk yang cenderung berorientasi pada merek eksklusif (McNeal, 2007). Gaya hidup brand minded merupakan suatu gaya hidup yang berorientasi pada penggunaan produk bermerek internasional atau produk impor. Brand minded digunakan untuk menafsirkan loyalitas seseorang terhadap merek suatu produk. Kebanyakan orang mengasumsikan bahwa, istilah ini lebih pada merek produk tertentu atau produk impor yang memiliki nilai eksklusifitas dari pada produk lain dan tentunya memiliki harga yang lebih mahal dari produk sejenisnya. Merek-merek impor di antaranya (seperti Louis Vuitton, Michael Kors Hammer, Gucci, YSL, Nike, Adidas, Hermes, Kickers, Charles & Keith, Esprit, Mango, dan Tom Taylor) menjadi pilihan mahasiswi ketika menggunakan barang dibandingkan dengan merek lokal yang sejenis. Seseorang dapat begitu loyal bahkan fanatik terhadap merek-merek eksklusif atau produk impor. Sutojo (1988) mengungkapkan bahwa, seseorang yang menyukai pembelian barang yang memiliki merek bergengsi, mahal, dan eksklusif disebabkan karena merek tersebut dapat memberikan kepuasan kepada mereka sebagai suatu bagian gaya hidup.

6 6 Merek bagi sebagian orang merek tidak hanya sekedar nama, tapi didalamnya mengandung makna dan kualitas produk yang bersangkutan. Bahkan dalam perkembangannya lebih lanjut merek menandai simbol dan status dari produk tersebut Anggraini (dalam Patricia & Handayani, 2014). Produk dengan merek tertentu bagi wanita sering kali memiliki makna yang sangat penting seperti sebagai penggambaran cita rasa yang baik dan statusnya. Ketika seseorang mengingat atau menggunakan produk impor tersebut, asosiasi orang langsung tertuju pada simbol kecantikan dan kemewahan. Mereka juga lebih memilih menggunakan barang yang dibeli di mall dari pada di pasar, walaupun memiliki kegunaan yang sama. Manusia moderen saat ini tidak lagi sekedar membeli barang, mereka tidak hanya membeli pakaian, tas, dan sepatu, tetapi mereka membeli merek. Seseorang membedakan kualitas produk berdasarkan merek (Sobur, 2006). Sobur (2006) mengungkapkan m erek merupakan nama penting bagi sebuah produk. Merek merupakan simbol dan indikator kualitas dari suatu produk. Produk yang bermerek eksklusif atau produk impor telah menjadi simbol status bagi seseorang yang menggunakannya. Seseorang yang menyukai fashion barangbarang branded sudah tidak memikirkan bagus atau tidaknya jahitan dan bahannya. Seseorang dihadapkan begitu banyaknya merek fashion dan ia tidak dapat mengevaluasi kualitas tiap-tiap merek, seringkali ia akan memilih menggunakan merek produk impor sebagai indikator kualitas. Seseorang membedakan mutu produk berdasarkan merek. Pada dasarnya, pakaian atau

7 7 fashion yang digunakan individu merupakan indikator yang sesuai dalam menyatakan gaya hidup orang yang mengenakanya. Individu sebagai mahkluk sosial mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Manusia mempunyai motif dan dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi (Walgito, 2003). Adanya kebutuhan yang tinggi dalam berteman menjadikan mahasiswi sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan kelompoknya, salah satunya dengan menggunakan produk fashion bermerek eksklusif atau produk import yang sama dengan teman-temannya. Perubahan sikap seseorang yang disebabkan oleh adanya keinginan menjadi sama dengan lingkungannya disebut konformitas. Konformitas timbul ketika seseorang meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan adanya tekanan yang nyata atau yang dibayangkan oleh seseorang (Santrock, 2003). Pengaruh sosial dimana seseorang mengubah sikap atau tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial disebut konformitas (Sears, Freedman, & Peplau, 2006). Adanya tekanan secara nyata maupun tidak yang terjadi dalam kelompok menyebabkan wanita rela menghabiskan uangnya agar dapat menggunakan produk dengan merek eksklusif. Banyaknya tujuan yang ingin diperoleh oleh seseorang dengan bersikap konformis, antara lain agar dapat diterima dengan mudah oleh kelompok, diakui eksistensinya, menjaga hubungan baik dengan kelompok, dan untuk menghindari sanksi dari kelompok (Surya, 1999).

8 8 Konformitas yang dilakukan oleh mahasiswi dengan menggunakan fashion bermerek internasional atau produk impor menyebabkan mereka cenderung menghabiskan lebih banyak uang saku untuk menunjang penampilan. Hal ini dilakukan agar mereka dapat diterima oleh teman-temannya dan mendapat pengakuan. Besarnya pengaruh kelompok dikarenakan mahasiswi lebih banyak berada diluar rumah bersama teman-temannya daripada bersama dengan keluarganya. Konformitas merupakan salah satu bentuk penyesuaian dengan melakukan perubahan perilaku agar sesuai dengan norma kelompok. Seseorang yang mempunyai tingkat konformitas tinggi akan lebih banyak ketergantungan dengan kelompoknya dan mudah mengikuti apa yang dilakukan oleh temantemannya. Mereka beranggapan bahwa peraturan kelompok adalah peraturan yang paling benar sehingga berbagai usaha dilakukan seseorang agar dapat diterima oleh kelompoknya. Myers ( 2012) menjelaskan, bahwa terdapat dua dasar pembentukan konformitas yaitu pengaruh normatif dan pengaruh informasional. Pengaruh normatif merupakan penyesuaian diri terhadap keinginan atau harapan dari orang lain untuk mendapatkan penerimaan. Myers juga menambahkan bahwa dalam pengaruh ini seseorang berusaha menyesuaikan diri dalam kelompok agar tidak mendapat penolakan atau pengasingan dari kelompoknya. Pengaruh informasional merupakan adanya penyesuaian individu ataupun keinginan individu untuk memiliki pemikiran yang sama sebagai akibat dari adanya pengaruh menerima pendapat maupun asumsi pemikiran kelompok. Mereka beranggapan bahwa informasi dari kelompok lebih kaya dibandingkan dengan

9 9 informasi pribadi, sehingga individu cenderung untuk konform dalam menyamakan pendapat atau sugesti. Konformitas tidak selalu dihubungkan dengan mengikuti sesuatu hal yang negatif. Menurut Rakhmat (200 1), konformitas terjadi karena dipengaruhi oleh faktor situasional dan faktor personal. Penelitian Mardani (2 007) mengenai hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan gaya hidup experiencers pada Siswa Kelas XI SMA Labschool Jakarta menunjukkan, bahwa terdapat hubungan positif antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan gaya hidup experiencers pada siswa kelas XI SMA Labschool Jakarta, sehingga semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya maka akan semakin tinggi kecenderungan gaya hidup experiencersnya. Sebaliknya semakin rendah konformitas terhadap teman sebaya maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup experiencers. Gaya hidup experiencers adalah cara seseorang dalam menjalani hidup, memanfaatkan waktu dan uangnya dalam kehidupan sehari-hari. Individu dengan gaya hidup ini memiliki ciri yaitu menyukai hal-hal baru, cenderung menyukai kegiatan diluar ruangan, cenderung impulsif, serta cenderung menghabiskan uang mereka pada pakaian, makanan cepat saji, musik, dan nonton film. Hal ini mengindikasikan bahwa konformitas berpengaruh terhadap perilaku dan sikap gaya hidup seseorang. Faktor kepribadian merupakan faktor internal yang memainkan peranan yang sangat penting menentukan perilaku seseorang (Pujijogyanti, 19 95). Faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi gaya hidup brand minded adalah

10 10 konsep diri. Menurut Hurlock ( 2006), konsep diri merupakan inti dari pola kepribadian seseorang. Konsep diri merupakan gambaran mengenai diri seseorang yang meliputi penampilan fisik, kondisi psikologis dan berkaitan dengan tujuan atau motif seseorang. Konsep diri merupakan sekumpulan informasi kompleks yang berbeda mengenai diri seseorang (Baron & Byrne, 20 05). Berbagai informasi dapat diperoleh mahasiswi melalui internet ataupun temannya. Informasi yang masuk menjadi pilihan dalam menyikapi perubahan nilai-nilai yang sesuai dengan konsep dirinya. Individu akan mempertimbangkan informasi yang diperoleh apakah sesuai dengan kepribadian atau tidak. Termasuk persoalan gaya hidup brand minded (menggunakan produk fashion bermerek eksklusif atau produk impor) di lingkungannya. Dapat dikatakan bahwa, penerimaan dan penolakan terhadap informasi yang diperoleh tergantung dari konsep diri yang dimiliki oleh individu. Konsep diri dapat bersifat positif ataupun negatif. Konsep diri yang positif pada individu mempengaruhi kemampuannya dalam penyesuaian diri serta juga berpengaruh pada penerimaan diri sebagai mana adanya. Sebaliknya konsep diri yang negatif dapat menghambat penyesuaian diri individu serta dapat menyebabkan adanya perasaan penolakan terhadap dirinya (Dariyo,2004). Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya (Hurlock, 2006). Kehidupan sehari-hari mahasiswi bebas bergaul dengan siapa saja. Mereka juga dapat dengan mudah memperoleh informasi dari berbagai sumber. Hal ini mempengaruhi gaya hidup individu, seperti dikalangan mahasiswi

11 11 yang menggunakan produk fashion merek eksklusif atau produk impor. Gaya hidup yang berorientasi pada penggunaan produk fashion merek eksklusif atau produk impor tidak bisa lepas pada perilaku menghabiskan uang, ingin selalu tampil menarik, dan ingin selalu menggunakan produk terbaru. Hal ini menimbulkan sikap untuk bersaing dalam penampilan. Pembentukan konsep diri pada individu itu sendiri dipengaruhi oleh penerimaan terhadap kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Dariyo (2004), sejauh mana seseorang menyadari dan menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, maka akan mempengaruhi pembentukan konsep diri. Menurut Rakhmat (2001 ), konsep diri memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku seseorang, yaitu seseorang akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki. Seseorang dengan menerima dan menyadari segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, akan mempengaruhi pembentukan konsep dirinya. Seseorang dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang ia miliki dalam dirinya maka akan tumbuh konsep diri yang positif, sedangkan seseorang yang tidak dapat menerima dan menyadari kekurangan dan kelebihan yang ia miliki maka akan cenderung menumbuhkan konsep diri yang negatif. Seseorang yang mempunyai konsep diri yang positif dapat menerima kelebihan serta kekurangan yang ada dalam dirinya, sehingga dalam menggunakan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya, tidak hanya mengejar kesenangan semata dengan selalu menggunakan produk yang bermerek eksklusif atau produk impor.

12 12 Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 20 01) menjelaskan mengenai lima ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif dan negatif. Individu dengan konsep diri yang positif adalah, pertama merasa yakin akan kemampuannya. Kedua, merasa dirinya setara dengan orang lain. Ketiga, menerima segala pujian tanpa rasa malu. Keempat, menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak semuanya disetujui oleh masyarakat. Kelima, mampu memperbaiki diri karena mampu menggungkapkan aspek kepribadian yang tidak disukai dan berusaha mengubahnya. Sedangkan ciri individu dengan konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik orang lain, responsif terhadap pujian, tidak pandai dan tidak sanggup menggungkapkan penghargaan ataupun pengakuan pada orang lain, merasa tidak disenangi oleh orang lain, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap keenganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Penelitian Putri (2009 ) mengenai hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme pada remaja menunjukkan, bahwa terdapat hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme pada remaja, artinya bahwa semakin tinggi konsep diri maka gaya hidup hedonisme semakin rendah, sebaliknya semakin rendah konsep diri maka gaya hidup hedonismenya semakin tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap perilaku dan gaya hidup seseorang. Sejalan dengan apa yang diungkapkan Sarwono (2009) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Konsep diri sangat berpengaruh pada gaya hidup seseorang, seperti apa kita

13 13 menggambarkan diri kita maka gaya hidup yang harus kita jalani adalah sesuai dengan gambaran kita. Berdasarkan Fenomena di atas menimbulkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian mengenai keterkaitan antara konsep diri dan konformitas dengan gaya hidup brand minded. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dan konformitas dengan gaya hidup brand minded pada mahasisiwi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dan konformitas dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS? 2. Apakah terdapat hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS? 3. Apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan konformitas dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS. b. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS.

14 14 c. Untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan menambah wawasan mengenai keterkaitan antara konsep diri dan konformitas dengan gaya hidup brand minded pada mahasiswi Fakultas Hukum UNS. b. Manfaat Praktis 1) Dapat membantu individu untuk lebih memahami dan mengidentifikasi kebutuhannya dalam mengambil keputusan dalam menggunakan produk khususnya produk fashion. 2) Dapat menjadi referensi penelitian-penelitian yang akan datang.

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era moderen seperti ini seseorang sangatlah mudah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Aktivitas berbelanja merupakan suatu aktivitas yang awam atau umum dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya semua orang yang hidup di dunia ini memiliki kebutuhan untuk membuatnya bertahan hidup. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Brand Minded. sederhana bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup ( life style) menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Brand Minded. sederhana bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup ( life style) menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Brand Minded 1. Pengertian Gaya Hidup Brand Minded Menurut Moven dan Minor (2001 ) gaya hidup didefinisikan secara sederhana bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu BAB I PEMBUKAAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu pengaruh terlihat dari perubahan perilaku membeli pada masyarakat.parma (2007)

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa depan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis dengan belajar, yang berguna bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Arus globalisasi yang terus berkembang memberikan perubahan pada perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini, masyarakat seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk produk fashion pada masa sekarang ini memiliki banyak model dan menarik perhatian para pembeli. Mulai dari jenis pakaian, tas, sepatu, alat make up, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah 11 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan usia 11 tahun adalah usia ketika

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Remaja pada siswa kelas XI SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan bertambahnya pusat perbelanjaan dengan menawarkan berbagai macam produk yang ditawarkan akan menambah persaingan yang semakin ketat didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah sekelompok kecil dari masyarakat yang berkesempatan mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam mendalami bidang yang diminatinya di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL Diajukan Oleh Widowati Wahyuningsih 20141020033 Kepada: PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya Pembangunan Nasional Indonesia diiringi dengan tingkat kompleksitas masyarakat yang lebih tinggi. Adanya kemajuan ini secara nyata menyebabkan hasrat konsumtif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi memberikan dampak terhadap gaya hidup khususnya bagi kaum remaja saat ini. Hal tersebut dikarenakan mudahnya mereka mengakses informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saatini, khususnya di bidang fashion yaitu istilah gaya atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern saatini, khususnya di bidang fashion yaitu istilah gaya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern saatini, khususnya di bidang fashion yaitu istilah gaya atau mode. Banyak merek tas luar negeri yang masuk di Indonesia termasuk yang dikenal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi hubungan individu dengan orang lain. Dengan fasilitas yang ditawarkan Blackberry, akan membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Kata konsumtif mempunyai arti boros, makna kata konsumtif adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau sifat, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila, yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merupakan salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila, yang 35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, khususnya pada mahasiswa Program Studi Sosiologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.Pengertian Perilaku Konsumtif A.Perilaku Konsumtif Konsumtif merupakan istilah yang biasanya dipergunakan pada permasalahan, berkaitan dengan perilaku konsumen dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga mempunyai cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada orang memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi, ekonomi-industri, sosial budaya dan bidang lainnya. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini banyak hal yang berubah, perubahan terjadi di dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi informasi, ekonomi-industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengelola keuangan pribadi bagi sebagian orang adalah kegiatan yang tidak perlu dipelajari lagi, karena dianggap sebagai kegiatan yang setiap hari kita lakukan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun dengan pembagian menjadi tiga masa, yaitu masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja tengah 15-18 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri mahasiswa/i pendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2016). Belakangan ini, fenomena perkembangan fashion yang sedang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan Negara Muslim terbesar didunia, dengan jumlah penduduk Muslim mencapai 88% atau ± 205 juta jiwa (Indonesia halal food expo, 2016). Belakangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak dari tahun ketahun. Modernisasi di gunakan untuk tahapan perkembangan sosial yang di dasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Life style atau gaya hidup, salah satu unsur penting di kalangan masyarakat modern. Gaya hidup sudah menjadi bagian dari salah satu ciri-ciri masyarakat modern, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari kegiatan konsumsi. Pada era yang semakin modern ini, pola konsumsi masyarakat mengalami perubahan yang cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini menarik untuk diteliti

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik khas yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup yang membedakan dirinya dengan makhluk hidup yang lain,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pria Metroseksual II. A. 1. Pengertian Pria Metroseksual Definisi metroseksual pertama kalinya dikemukakan oleh Mark Simpson (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah china, India, dan Amerika Serikat. Saat ini Indonesia menempati posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang semakin berkembang disertai dengan kemajuan teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang ditawarkan di pasaran. Produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin begitu ketat. Seperti halnya terjadi pada perkembangan industri bisnis sepatu yang saat ini tingkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pakaian menjadi salah satu kebutuhan yang di rasa semakin meningkat sejak masuk ke bangku kuliah. Terutama bagi mahasiswi, pakaian menjadi salah satu penanda eksistensi diri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH II.1 Pengertian Harga diri (Self-Esteem (SE)) II.1.1 Definisi Harga diri (Self-Esteem) Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan fashion saat ini sudah semakin pesat. Banyaknya model - model pakaian yang kian beragam dan juga berbagai merek yang bermunculan menjadi ciri

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dijelaskan beberapa hal mengenai definisi kontrol diri, aspek kontrol diri, faktor yang mempengaruhi kontrol diri, definisi perilaku konsumtif, faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah menginjak usia 14-18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern. Pada konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Definisi Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah sebagai bagian dari aktivitas atau kegiatan mengkonsumsi suatu barang dan jasa yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini telah mengakibatkan banyak dunia usaha baru bermunculan yang menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Perusahaan bersaing dengan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin maju dan canggih menumbuhkan berbagai pengaruh bagi penggunanya. Adapun kemajuan teknologi tersebut tidak lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Gaya hidup saat ini telah menjadi suatu identitas individu maupun kelompok. Hal ini sudah terjadi

Lebih terperinci

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 45-50 Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri R. A. Adinah Suryati Ningsih, Yudho Bawono dhobano@yahoo.co.id Program Studi Psikologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, fashion menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fashion adalah istilah umum untuk gaya atau mode. Fashion dan wanita merupakan dua hal yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Setiap wanita ingin tampil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Perilaku KonsumtifBarang Bermerek Terkenal

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Perilaku KonsumtifBarang Bermerek Terkenal BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku KonsumtifBarang Bermerek Terkenal 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Barang Bermerek Terkenal Menurut Sumartono (2002), perilaku konsumtif adalah suatu bentuk tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali mahasiswi. Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara Indonesia rnulai rnengalarni krisis ekonorni dirnana krisis tersebut rnengakibatkan kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, peran mahasiswa sebagai penerus cita-cita bangsa dan pembawa perubahan bagi kehidupan bangsa Indonesia sangatlah di harapkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis global dunia ritel, khususnya produk fashion asing yang masuk ke Indonesia saat ini semakin mengalami peningkatan. Berdasarkan Merdeka.com, Head

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis A. Gaya Hidup Hedonis Hedonisme dikembangkan oleh dua orang filosof Yunani, Epicurus (341-270 SM) dan Aristippus of Cyrine (435-366 SM). Mereka

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu manusia satu sama lain saling membutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu manusia satu sama lain saling membutuhkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi intelektual tinggi dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya. Manusia pun adalah makhluk sosial karena tidak

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KONFORMITAS DAN TIPE GAYA HIDUP TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN STARBUCKS COFFEE DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KONFORMITAS DAN TIPE GAYA HIDUP TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA KONSUMEN STARBUCKS COFFEE DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dari skripsi ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat/signifikansi penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan barang-barang konsumsi (consumer goods). Bisnis ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang mewarnai abad ke- 21 telah memunculkan suatu gaya hidup baru yang diberi label modern. Globalisasi memungkinkan tumbuhnya gaya hidup global,

Lebih terperinci