BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Dewi Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONFORMITAS Pengertian Konformitas Setiap manusia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma dalam psikologi sosial disebut konformitas (Levianti, 2008). Menurut Asmalia (2014) bahwa konformitas mengandung dua unsur yaitu selaras (congruence) dan gerak (movement), maksudnya selaras adalah persetujuan atau kesamaan antara respon oleh individu dengan respon yang secara sosial dianggap benar, sedangkan gerak adalah perubahan respon dalam kaitannya dengan standar sosial konformitas ini tidak hanya mengandung unsur keselarasan, tetapi juga mengandung unsur gerak, yaitu perubahan respon. Apabila tidak ada perubahan respon, maka keselarasan tidak dapat dikatakan sebagai konformitas. Menurut Chaplin (2009) konformitas, dalam kamus psikologi, diartikan sebagai kecenderungan individu untuk memperoleh sikap dan tingkah laku yang sudah berlaku atau dianut oleh lingkungan sekitarnya. Myers (2014) mengungkapkan bahwa konformitas adalah suatu perubahan sikap percaya sebagai akibat tekanan dari kelompok. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas merupakan suatu pengaruh sosial dimana individu mengubah
2 sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku. Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok (Arnada, 2014). Sears (didalam Teruna, 2013) menyatakan konformitas sebagai bentuk khusus dari ketaatan yang dilakukan ada tekanan kelompok. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah suatu sikap seseorang yang mengalami tekanan dari kelompoknya untuk dapat mengubah keyakinan, tingkah laku agar sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok tersebut Macam-macam Konformitas Menurut Myers (2014) menyatakan bahwa konformitas ada beberapa macam, yaitu: a. Pemenuhan Konformitas yang temasuk pada beraksi dalam persetujuan dengan permintaan tersirat maupun tersurat sementara sementara pribadi tidak setuju. Contohnya Dika seorang anggota geng princess yang selalu mengikuti aturan penampilan cantik, meskipun dia tidak menyukai aturan tersebut.
3 b. Kepatuhan Bertindak sesuai dengan perintah atau petunjuk seacra langsung, dimana memahami terutama untuk mendapatkan penghargaan dan menghindari hukuman. Contohnya putri sesorang anggota geng kansaz yang selalu mengikuti aturan gengnya, supaya tidak menyimpang dari geng tersebut. c. Penerimaan Konformitas yang melibatkan baik bertindak dan menyakini agar sesuai dengan tekanan sosial. Contohnya Rika adalah salah satu anggota dari geng kansaz, dia selalu menerima informasi yang diberikan oleh gengnya Faktor konformitas Menurut Baron & Byrne ( didalam Arnada, 2014) mengungkapkan ada 3 faktor yang mempengaruhi konformitas, antara lain : a. Kohesivitas (cohesiveness) Menurut Myers (2014) kohesivitas merupakan suatu perasan kita, dimana tingkat anggota dari suatu kelompok tertarik satu sama lainnya. Sebagai ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap suatu kelompok, ketika kohesivitas tinggi, ketika kita suka dan mengagumi suatu kelompok orangorang tertentu, tekanan untuk melakukan konformitas bertambah besar. Contohnya kelompok KSI, didalam tersebut masing-masing individu berpakaian muslimah yang kerudungnya panjang dan lebar. Model ini sangat mempengaruhi kepada orang-orang yang menyukai kelompok tersebut, apalagi memiliki ketertarikan terhadap orang yang populer tadi. Sehingga individu akan
4 cenderung mengikutinya dengan kata lain, tekanan untuk melakukan konformitas semakin tinggi. b. Ukuran kelompok Ukuran kelompok merupakan suatu studi terkini yang menemukan bahwa konformitas itu cenderung meningkat, sehingga meningkatnya ukuran kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita untuk ikut serta. Contohnya Rani seorang siswa lulusan SMA mempunyai keingian dan ketertarikan untuk melanjutkan studi di Padang, hal ini menunjukan bahwa rani ingin menutup aurat dan bergabung dalam kelompok KSI, karena dia mempunyai kesamaan dalam menutup aurat dengan kelompoknya. Rani tersebut akan percaya perubahan sikapnya akibat aturan yang ada dalam kelompok tersebut akan diikutinya. c. Norma sosial deskriptif dan norma sosial injungtif. Norma sosial deskriptif merupakan norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini mempengaruhi tingkah laku dengan cara memberi tahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada situasi tersebut. Sedangkan norma injungtif merupakan suatu tingkah laku apa yang dapat diterima atau tidak diterima pada situasi tertentu. Contohnya membuang sampah sembarangan, maka mereka harus bertingkah laku untuk membuang sampah ke tempat sampah. Selain itu norma injungtif juga dapat mengaktifkan motif sosial untuk
5 melakukan hal yang benar dalam situasi tertentu tanpa mengindahkan apa yang orang lain lakukan Aspek-aspek konformitas Menurut Myers (2014) membagi aspek-aspek yang terdapat pada konformitas adalah: a. Pengaruh Normatif Penyesuaian tingkah laku seseorang terhadap mencari dukungan serta mengikuti aturan tingkah laku kelompok agar dapat di terima dalam kelompoknya, yang menghindari penolakan, dan mengikuti aturan yang ada. Contohnya Ani seseorang mahasiswa baru yang masuk ke dalam kelompok musik, dia harus bisa menyesuiankan dirinya dan mengikuti aturan yang berlaku dalam kelompok tersebut. b. Pengaruh Informasional Suatu kesamaan perilaku dan keyakinan individu dengan kelompoknya dimana persamaan perilaku menerima informasi di sebabkan adanya bukti dan informasi mengenai kenyataan yang diberikan oleh orang lain dapat diterima. Contohnya Ani yang berada dalam kelompok musik, maka dia harus menengarkan dan memepercayai informasi yang ada di dalam kelompok tersebut.
6 2.2. PERILAKU BULLYING Pengertian Perilaku Bullying Secara etimologi kata bully berarti penggerak, orang yang mengganggu orang lemah. Sedangkan menurut istilah bullying dalam bahasa Indonesia bisa menggunakan menyakat (berasal dari kata sakat) dan pelakunya (bully) disebut penyakat. Menyakat bearti mengganggu, mengusik, dan merintangi orang lain. Bullying adalah perilaku agresif dan negatif pada seseorang secara berulangkali menyalahgunakan ketidak seimbangan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti korban secara mental (wiyani, 2012). Menurut Priyatna (2010) bullying merupakan suatu tindakan yang disengaja oleh pelaku pada korbannya dan dilakukan berulang-berulang kali. Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti orang lain. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan senang (Lestari 2016). Menurut Maharani, dkk (2015) yaitu suatu tekanan yang intimidasi dilakukan terus-menerus hanya untuk menyakiti seseorang secara fisik dan emosional. Perilaku bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak yang lebih rendah atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan dan kepuasan tertentu (Wiyani, 2012).
7 Penyebab Perilaku Bullying Menurut Ariesto dan Kholilah (dalam Tis ina 2015) penyebab terjadinya bullying antara lain : a. Keluarga Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah, orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying. b. Sekolah Aksi bully di sekolah dapat terjadi pada anak-anak yang menjadi korban dari anak lainnya sekelompok, Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
8 c. Faktor Kelompok Sebaya Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Bullying termasuk tindakan yang disengaja oleh pelaku pada korbannya, yang dimaksudkan untuk menggangu seorang yang lebih lemah. Faktor individu dimana kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku bullying, Semakin baik tingkat pengetahuan remaja tentang bullying maka akan dapat meminimalkan atau menghilangkan perilaku bullying Aspek-Aspek perilaku Bullying Menurut Rigby (di dalam Saifullah, 2016) ada beberapa aspek-aspek bullying yaitu: a. Verbal Mengatakan sesuatu yang merupakan untuk menyakiti atau menertawakan seseorang (menjadikannya bahan lelucon) dengan menyebut serta menyapanya dengan nama yang menyakiti hatinya, menceritakan kebohongan dan menyebarkan rumor yang keliru tentang seseorang. Contohnya siswa memberi gelajar pada gurunya seperti kingkong, princess, hitam, gendut, dan sebagainya. b. Idirect Sepenuhnya menolak atau mengeluarkan seseorang dari kelompok pertemuan dan meninggalkannya dari berbagai hal secara disengaja
9 mengirimkan catatan serta mencoba membuat siswa yang lain tidak menyukainya. Contohnya menfitna teman yang tidak di sukai dalam kelompok tersebut, supaya teman-teman yang lainnya juga ikut tidak menyukainya dan bisa mengeluarkannya dari kelompok tersebut. c. Phisyical Memukul, menendang, mendorong, mempermainkan dan meneror serta melakukan hal-hal yang bertujuan untuk menyakiti. Contohnya seorang siswa mendorong temannya yang tidak dia sukai di dalam kelas, ketika temannya itu ke arahnya memandangnya Dampak Perilaku Bullying Menurut Priyatna (2010) menyatakan bahwa penting sekali pada bagi orang tua untuk memahami bahwa bullying itu sama sekali bukan bagian normal dari masa kanak-kanak yang harus dilewati. Tindakan bullying itu berakibat buruk bagi korban, saksi, sekaligus bagi si pelakunya itu sendiri dan bahkan efeknya terkadang membekas sampai si anak telah menjadi dewasa. Dampak buruk yang dapat terjadi pada anak yang menjadi korban bullying yaitu: 1. Kecemasan Kecemasan adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan seseorang yang bersifat emosional, seperti merasa kekuatan, sehingga muncul sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekatnya. Contohnya sekelompok siswa memukul temannya, sehingga temannya itu merasa cemas ketika bertemu dengan sekelompok siswa tersebut.
10 2. Merasa kesepian Kesepian adalah keadaan emosi yang tidak bahagia yang diakibatkan oleh hasrat akan hubungan akrab tetapi tidak dapat mencapainya. Sehingga kesepian terjadi ketika individu mengharapkan adanya hubungan sosial yang dekat dan tidak mampu untuk membangunnya. Contohnya seseorang yang terkucilkan dari teman-temannya, pada hal dia ingin ikut bergabung dengan mereka, sehingga dia merasa kesepian. 3. Rendah diri Rendah diri merupakan apabila orang merasa rendah diri, ia akan mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya pada orang lain, dan menghindar untuk berbicara di depan umum, karena takut orang lain menyalahkannya. Contohnya seseorang dalam kelompok merasa dikucilkan sehingga dia merasa diasingkan dalam kelompok, sehingga merasa rendah diri dari temannya. 4. Tingkat kompetensi sosial yang rendah Kompetensi sosial adalah suatu kemampuan, kecakapan atau keterampilan individu dalam bekerja sama, membangun interaksi social efektif dengan lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai tujuan. Contohnya seseorang terkucil dalam kelompoknya sehingga menimbulkan tingkat kompetensi sosialnya rendah.
11 Sementara si pelaku bullying pun tidak akan terlepas dari resiko berikut: a. Sering terlibat dalam perkelahian Perkelahian merupakan suatu interaksi negatif yang berupa adu kata-kata dan fisik yang dilakukan oleh beberapa orang atau golongan. Contohnya seseorang siswa yang selalu bermasalah dengan temannya, sehingga terjadi terkelahian. b. Menjadi biang kerok di sekolah Orang yang menjadi penyebab terjadinya suatu kericuhan (keributan), yang berupa berbagai kekerasan yang mulai dari fisik, verbal, dan psikologis. Contohnya seorang siswa yang berkelahi setiap hari di sekolah, sehingga tidak asing lagi bagi teman-temannya berkelahi. Sementara untuk mereka yang biasa menyaksikan tindakan bullying pada kawan-kawannya berada dalam resiko yaitu: 1. Menjadi penakut Perasaan takut dapat berakibat negatif bila menimbulkan perasaanperasaan yang menegangkan, bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut. Contohnya seorang siswa yang melihat temanya dipukul oleh beberapa temannya, sehingga dia merasa takut dengan melihat kejadian tersebut. 2. Mengalami kecemasan Kecemasan merupakan perasaan yang berisi ketakutan mengenai rasa yang mendatangkan tanpa sebab. Contohnya seseorang yang melihat temannya
12 dipukul oleh beberapa teman yang lainnya, sehingga menimbulkan kecemasan ketika bertemu dengan teman yang memukul temannya tersebut. 3. Rasa keamanan diri yang rendah Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal, hingga tidak nyaman di waktuwaktu seperti pergi sekolah, istirahat, atau pulang sekolah. Contohnya seseorang yang melihat temannya dipukul oleh teman yang lain saat pulang sekolah, maka dia tidak mau pulang sekolah sendirian, karena dia merasa kurang aman di sekolah jika pulang sendirian saja tersebut REMAJA Pengertian Remaja Menurut Papalia dan Olds mendefinisikan masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umunya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2011). Menurut Hall (dalam Sarwono, 2015), masa remaja (adolescence) adalah usia tahun, yaitu masa topan badai (strum and drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Sedangkan Adams dan Gullota mendefinisikan masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Adapun Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16/17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
13 karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. (Jahja, 2011) Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja yang bersifat konseptual. Remaja adalah suatu masa ketika (Sarwono, 2015). 1) Individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya samapai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri. WHO membagi kurun usia remaja menjadi dua bagian, yaitu remaja awal tahun dan remaja akhir tahun. Dalam hal ini, Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia tahun sebagai usia pemuda. Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan remaja menurut PBB yaitu tahun (Sarwono, 2015) Tugas Perkembangan Masa Remaja Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1999) (dalam Ali & Asrori, 2011) adalah: a. Mampu menerima keadaan fisik b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok maupun lawan jenis
14 d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Penelitian Relevan Penelitian ini sebelumnnya sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain namun ada perbedaannya yaitu di variabel dan subjeknya yang akan di teliti, yaitu: Penelitian yang pernah dilakukan oleh Fajrin (2013) yang berjudul Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja di SMK PGRI Semarang yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku bullying pada remaja. Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut, perilaku bullying yang dilakukan adalah: membentak, meledek, mencela, memaki-maki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah Penelitian relevan selanjutnya adalah yang dilakukan oleh Lailah (2015) yang berjudul Hubungan antara konformitas teman sebaya dan
15 pola asuh otoriter dengan dengan perilaku bullying pada remaja, menyatakan bahwa adanya hubungan konformitas teman sebaya dan pola asuh otoritar terhadap perilaku bullying pada remaja Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) yang berjudul Pengaruh konformitas teman sebaya terhadap perilaku bullying pada SMAN 1 Depok Jogyakarta, menyatakan bahwa variabel perilaku bullying dapat dipengaruhi oleh konformitas teman sebaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fajrin, Lailah, dan Dewi tersebut, perbedaan dengan penelitian ini adalah siswa XI membuly teman-temannya yang lemah di sekolah, juga berbeda lokasinya, subjek, dan variabelnya, serta penelitian Fajrin, Lailah, dan Dewi tersebut berada di kota besar sehingga membuat siswa di sana bebas bergaul, disebabkan karena pengaruh linggungan di kota besar tersebut sangat tinggi sedangkan dalam penelitian penulis ini adalah siswa yang tidak bebas bergaul, karena siswa berada di kampung yang pergaulan bebasnya rendah Hubungan Konformitas dengan Perilaku Bullying Menurut Kiesler (dalam Sarwono, 2001) bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Konformitas yaitu kecenderungan suatu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku, pengaruh sosial dimana setiap individu mengubah sikapnya,
16 perilakunya dan keyakinannya, karena adanya tekanan dari kelompok (Teruna, 2010). Kuatnya pengaruh sosial yang ada dalam konformitas dibuktikan secara ilmiah dalam penelitian Solomon Asch (Prihardani, 2012). Asch melakukan eksperimen dengan memberikan tugas persepsi sederhana kepada seorang partisipan pada penelitiannya untuk menjawab pertanyaan Mana garis yang sama dengan garis standar? Ketika menjawab, seorang partisipandidampingi oleh 6-8 orang yang juga ikut menjawab pertanyaan yang sama. Namun, sebenarnya 7 orang diantaranya merupakan confederates, yaitu asisten penelitian yang bertugas membelokkan jawaban si partisipan. Para confederates diminta Asch untuk memberikan jawaban yang salah arti memilih B sebagai jawabanya, sementara partisipan sendiri memilih C (jawaban yang memang benar). Hal ini dilakukan berulang kali. Pada waktu tertentu, partisipan yang tadinya memberikan jawaban yang benar mengubah jawaban yang benar mengubah jawabannya mengikuti jawaban mayoritas orang yang ada di sekelilingnya. Dari seluruh partisipan yang terlibat dalam eksperimen ini, 76% mengikuti jawaban salah dari confederates. Eksperimen Asch ini menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan konformitas mengikuti penilaian orang lain, ditengah tekanan kelompok yang mereka rasakan. Dari eksperimen Asch dapat disimpulkan bahwa saat indivdu menemukan penilaian, tindakan, dan kesimpulannya berbeda dengan banyak orang, ia cenderung akan mengubah dan mengikuti norma yang dikemukakan oleh kebanyakkan orang. Apabila kelompok tersebut melakukan
17 perilaku bullying, maka siswa akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok tersebut Kerangka Konseptual Siswa SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA kabupaten Pesisir SelatanJurusan Akuntasi kelas XI KONFORMITAS Aspeknya a. Pengaruh normatif. b. Pengaruh c. Informasional. Perilaku Bullying Aspeknya a. Verbal b. Indirect c. Psikologis Gambar.1. Dari gambar 1 kerangka konseptual tersebut, dapat di uraikan bahwa Siswa SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan berada pada masa remaja pertengahan yaitu rata-rata berusia tahun dan juga dalam perkembangan mencari identitas dirinya. Dalam proses mencari identitas diri, remaja bergabung dengan kelompok tertentu. Remaja belajar banyak hal-hal yang baru termasuk mendapatkan sumber informasi. Kuatnya kepercayaan remaja tersebut terhadap kelompoknya yang di sebut konformitas. Konformitas ini merupakan suatu perubahan sikap percaya sebagai akibat tekanan adanya norma-
18 norma dalam kelompok. Konformitas dapat mempengaruhi sikap seseorang, dengan pengaruh normatif dan informational. Jika pengaruhnya kuat maka akan menimbulkan perilaku mengolokolokan, merokok, cabut, menertawakan teman, memberi gelar pada teman dan salah satunya perilaku bullying. Perilaku bullying merupakan perilaku tidak normal, tidak sehat dan secara sosial tidak dapat diterima, bullying adalah tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang siswa atau kelompok siswa pada siswa lain bahkan sekelompok siswa terhadap guru (Wiyani, 2012). Perilaku bullying yang dilakukan yaitu berupa kekerasan fisik, verbal dan psikologis. Tinggi atau rendahnya konformitas siswa disebabkan oleh beberapa Aspek konformitas ini juga menimbulkan perilau bullying, yaitu pertama pengaruh normatif yang merupakan penyesuaian tingkah laku seseorang untuk mencari dukungan supaya dapat diterima dalam kelompok, pada pengaruh ini akan timbul aspek perilaku bullying yaitu verbal yang memberikan nama gelar pada guru seperti gendut, hitam, princess, dan kingkong. Indirect yaitu mengeluarkan teman dalam kelompok dengan cara dengan menfitnahnya. Phisycal yaitu memukul dan mempermainkan bertujuan untuk menyakiti. Kedua informasional merupakan keyakinan seseorang terhadap kelompoknya dengan menerima informasi yang ada dalam kelompok tersebut. Sehingga siswa yang memiliki konformitas yang tinggi, bearti dia cenderung mengikuti aspek tersebut, sedangkan siswa yang memiliki konformitas yang rendah, cenderung tidak mengikuti aspek konformitas. Siswa yang melakukan konformitas akan menimbulkan perilaku bullying, dimana mereka dalam kekuasaan yang kuat dan merasa bahwa diri mereka orang-orang
19 yang berkuasa didalam kelas disebabkan karena meraka itu bersatu dalam kelompoknya untuk menindas orang-orang yang lemah (konformitas), sehingga terjadilah perilaku bullying di dalam kelas. Seseorang yang berperilaku bullying diakibalkan oleh konformitas yang dipengaruhi oleh aspeknya. Perilaku bullying ada beberapa aspek, sebagaimana digambarkan pada gambar 1 tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu penyebab terjadinya perilaku bullying pada siswa diakibatkan pengaruh konformitas Hipotesis Hipotesis merupakan kesimpulan teoritik yang masih dibuktikan kebenarannya melalui analisis terdapat bukti-bukti empirik (Arikunto, 2006). adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H a = Ada hubungan antara Konformitas dengan perilaku Bullying di SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir selata.
BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat dimana remaja menghabiskan sebagian waktunya. Remaja berada di sekolah dari pukul tujuh pagi sampai pukul tiga sore, bahkan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah
Lebih terperinciBULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA. (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent)
BULLYING DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA (Bullying Reviewed from Conformity to Peer Groups Among Adolescent) MILDA REYNA Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kedisiplinan Siswa 2.1.1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Bullying Bullying memiliki berbagai definisi yang beragam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masa remaja dianggap sebagai masa yang paling sulit dalam tahap perkembangan individu. Para psikolog selama ini memberi label masa remaja sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang, sebagaimana siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) pada umumnya, akan melalui proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang tidak hanya mengajarkan peserta didiknya pengetahuan secara kognitif akan tetapi juga mengajarkan kepada peserta didiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. aturan dan norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Vandalisme 2.1.1 Pengertian Vandalisme. Menurut Sarwono (2006) masa remaja merupakan periode yang penuh gejolak emosi tekanan jiwa sehingga remaja mudah berperilaku menyimpang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan masyarakat di zaman modern terus mengalami peningkatan pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Persaingan yang semakin
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.
12 BAB I Pendahuluan I.A Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak tetapi tidak pula golongan dewasa. Remaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciH, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING
BAB I PENDAHULUAN Pokok bahasan yang dipaparkan pada Bab I meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penelitian. A.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik perubahan secara fisik, kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Beberapa tokoh mengemukakan bullying dalam berbagai definisi yang beragam. Sullivan (2000) menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI AGRESI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YAYASAN KEJURUAN TEKNOLOGI BARU (SMK YKTB) 2 KOTA BOGOR Oleh: Amalina Ghasani 15010113130113 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.
BAB I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian Nama : SR Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 19 April 1999 Usia : 14 tahun Agama : Islam Alamat Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling indah dan masa yang penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja
Lebih terperinciPssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita
Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami
Lebih terperinciPssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita
Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Kata konsumtif mempunyai arti boros, makna kata konsumtif adalah sebuah
Lebih terperinciUNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H.
UNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahrga Daerah Istimewa Yogyakarta Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.
Lebih terperinciBULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017
BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa kelas XI SMK Saraswati Salatiga yang populasinya berjumlah 478 siswa. Kelas XI SMK Saraswati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian perilaku bullying Randall (2002) berpendapat bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciINTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, yang diistilahkan dengan adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini bagi masyarakat, aksi-aksi kekerasan baik yang dilakukan secara individual maupun massal sudah menjadi berita harian. Aksi-aksi kekerasan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat pada saat sekarang ini, telah membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut UU no. 20/03 tentang sistem pendidikan Nasioanl pasal 1 ayat (1) menerangkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja 2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciDAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING
DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa
Lebih terperinciGambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode perkembangan yang sangat banyak mengalami krisis dalam perkembangannya. Masa ini sering juga disebut dengan masa transisi karena remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa
Lebih terperinci