Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG)"

Transkripsi

1 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) i

2 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) ii JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN GORONTALO (JTPG) PROGRAM STUDI MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN POLITEKNIK GORONTALO VOLUME 1, NOMOR 1, MEI 2016 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) adalah jurnal ilmiah tentang hasil-hasil penelitian dan pengetahuan sistematis rekayasa dan teknologi dalam bidang teknologi pertanian dan teknik mesin. Jurnal ini direncanakan terbit dua kali setiap tahun, dengan susunan dewan redaksi berikut ini : Pelindung/ Pengarah : Direktur Politeknik Gorontalo Ketua Dewan Redaksi : Yunita Djamalu Dewan Redaksi Utama : Evi Sunarti Antu Iqrima Staddal Burhan Liputo Siradjuddin Haluti Devitta Purnamasary Mohidin Mitra Bestari : Elva Karmawati (Puslit Bangbun Bogor) Idat Galih Permana (IPB) Mahludin Baruadi (UNG) Dewan Redaksi Pelaksana : Nur Ain Kasim Aditya Akuba Novan Kamba Alamat Redaksi/ Penerbit : Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Jalan Muchlis Rahim, Panggulo Kec. Botupingge, Kab. Bone Bolango, Gorontalo Telp/ Fax : (0435)825380/ jtpg@poligon.ac.id

3 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) iii JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN GORONTALO (JTPG) PROGRAM STUDI MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN POLITEKNIK GORONTALO VOLUME 1, NOMOR 1, MEI 2016 Daftar Isi Judul Penelitian Pengantar Dewan Redaksi Daftar Isi Halaman ii iii Rancang Bangun Alat Pemotong Lontong Kerupuk Menggunakan 1 Tali Senar (Eska Hiola, Evi Sunarti Antu, Yunita Djamalu) Rancang Bangun Mesin Peras Tebu Sistem Mekanik Tiga Roll 8 Menggunakan Motor Bensin (Harun Doe, Yunita Djamalu, Burhan Liputo) Rancang Bangun Mesin Penggiling Jagung Dua Fungsi Dengan Cara 21 Manual Dan Mekanis (Hendra Pangalima, Evi Sunarti Antu, Yunita Djamalu) Rancang Bangun Alat Pengering Ikan Asin Efek Rumah Kaca Berbentuk 38 Prisma Segi Empat Dengan Variasi Batu Sebagai Penyimpan Panas (Sukarmanto Abdjul, Yunita Djamalu, Evi Sunarti Antu) Rancang Bangun Mesin Perontok Bulu Ayam 50 (Supardi Biu, Farid Darise) Merancang Mesin Pengaduk Pakan Ayam Sistem Vertikal Menggunakan 62 Motor Listrik (Syarif Abdullah, Farid Darise, Siradjuddin Haluti ) Re desain Alat Pengering Jagung Tipe rumah kaca (hybrid) 71 (Fitriyan Giu, Yunita Djamalu, Evi Sunarti Antu) Rancang Bangun Alat Ragum Mini 82 (Tawil antuke, Farid Darise) Rancang Bangun Mesin Pemecah Buah Kakao 94 (Faisal Rahman, Farid Darise, YunitaDjamalu)

4 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 1 RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR Eska Hiola 1), Evi Sunarti Antu 2), Yunita Djamalu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan khas Indonesia yang banyak disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Salah satu tahapan pengolahan pada pembuatan kerupuk adalah tahapan pemotongan, namun selama ini tahapan pemotongan pada dodolan mentah lebih banyak dengan menggunakan alat manual (pisau) dengan ketebalan yang dihasilkan tidak seragam dan kapasitas yang sedikit. Alat pemotong lontong kerupuk manual adalah suatu alat tepat guna yang dapat mempercepat dan mempermudah proses pemotongan. Pada alat pemotong lontong kerupuk tersebut hasil pemotongannya seragam. Desain alat pemotong secara manual manual menggunakan mata pisau baja dari tali senar mampu memotong lontong kerupuk lebih efektif dari segi keseragaman tebal dan lebih efisien dari segi waktu. Hasil pengujian alat pemotong lontong kerupuk secara manual dilakukan pada lontong kerupuk dengan berat 1,3 ons, panjang lontong 35 cm dan berdiameter 30 mm membutuhkan waktu 25,4 detik dengan ketebalan kerupuk yang terpotong adalah 2-3 mm, kapasitas efektif adalah 175,4 ons/detik. Kata Kunci : Lontong kerupuk,alat pemotong, Tali senar I. PENDAHULUAN Kerupuk atau krupuk adalah suatu jenis makanan ringan yang dibuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup. Pengertian lain menyebutkan bahwa kerupuk merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk produk yang mempunyai densitas rendah selama proses penggorengan. Kerupuk disebut juga makanan ringan (snack) maupun lauk yang dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis. Salah satu tahapan pengolahan pada pembuatan kerupuk adalah tahapan pemotongan, namun selama ini tahapan pemotongan pada dodolan mentah lebih banyak dengan menggunakan alat manual (pisau) dengan ketebalan yang dihasilkan tidak seragam dan kapasitas yang sedikit. Oleh sebab itu penulis merancang bangun alat pemotong lontong kerupuk guna mengefisiensikan waktu pemotong dan juga agar ketebalan kerupuk seragam. Dalam pengujian alat pemotong kerupuk peneliti menggunakan lontong beras, karena beberapa daerah di Gorontalo banyak mengkonsumsi kerupuk dari lontong beras ini. II. TINJAUAN PUSTAKA Prinsip Kerja Alat Pemotong Perkembangan teknologi telah banyak membantu umat manusia dalam

5 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 2 memudahkan melakukan pekerjaanpekerjaan yang dihadapi sehingga diperoleh efisiensi kerja yang tinggi. Adanya penemuan baru di bidang teknologi adalah salah satu bukti bahwa kebutuhan umat manusia selalu bertambah dari waktu ke waktu disamping untuk memenuhi kebutuhan manusia munculnya penemuan baru dilatar belakangi oleh penggunaan tenaga manusia yang terbatas yang masih dilakukan dengan cara tradisional akan dialihkan keteknologi tepat guna, yang tujuannya agar mendapatkan suatu efisiensi serta efektifitas yang lebih baik dari sebelumnya Alat pemotong lontong kerupuk manual adalah suatu alat tepat guna yang dapat mempercepat dan mempermudah proses pemotongan, Pada alat pemotong lontong kerupuk tersebut hasil pemotongannya seragam yaitu 2-3 mm sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan alat pemotong lontong kerupuk merupakan alternatif didalam pemanfaatan teknologi alat tepat guna. Untuk itu penulis tertarik untuk membuat alat tersebut Alat Pembanding Gambar 2. Mesin pemotong yang sudah Ada Sumber: Agrowinda,2015 Spesifikasi mesin pemotong lontong TP : PTK-200 Kafasitas : Kg/jam Dimensi : 75 cm x 60cm x120 cm Motor : ½ Hp Bahan rangka : Mild steel Pisau : baja Merek : Agrowindo Kelebihan dan Kekurangan Alat Pembanding Kelebihan alat yang sudah ada memiliki hasil potongan kerupuk sangat seragam yaitu 2mm, kecepatan potong lontong lebih cepat dengan hasil potongan lontong kerupuk lebih banyak Kekurangan alat yang sudah ada yaitu Konstruktur rangka belum sempurna Tidak memiliki bak penampung hasil irisan lontong kerupuk Tidak dipasarkan Gambar 1. Alat pemotong yang sudah Ada Sumber : Davil Gooz, 2012 Kapasitas Alat Pemotong Kapasitas pemotong lontong adalah berat lontong hasil pemotong per satuan dalam ons/dtk. Berat lontong yang akan digunakan pada tiap-tiap penelitian ini

6 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 3 seberat 1,2 ons -1,3 ons, sedangkan untuk menentukan hasil kapasitas Alat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober Proses rancang bangun dan pembuatan alat dilakukan di bengkel umum dan bengkel las Politeknik Gorontalo. 3. Setelah proses pemotongan kaki alat dilanjutkan dengan proses pemotongan palang alat dengan ukuran panjang 40 cm sebanyak 4 potong dan palang kecil dengan ukuran 35 cm sebanyak 6 potongan Alat Dan Bahan 1. Mistar baja 2. Jangka sorong 3. Siku 4. Meter 5. Penitik 6. Gergaji tangan Bahan yang digunakan dalam pembuatan yaitu sebagai berikut 1. Besi siku 2. Elektroda 3. Pipa plastik 4. Senar gitar 5. Bering 6. Baut 7. Plat stainless Gambar 5. Palang alat pemotong lontong 4. Proses ke empat yaitu proses perancangan rangka dengan cara meyatukan/mengelas bagian yang telah terpotong pada langka ke 2 dan langka ke 3 Prosedur Tahapan Pembuatan Alat 1. Menyediakan bahan yaitu besi siku dengan ukuran panjang 400 cm lebar 3 4 sebanyak 1 ujung 2. Memotong bagian kaki alat terlebi dahulu yaitu dengan panjang 75 cm sebanyak 4 ujung seperti gambar di bawah ini Gambar 6. Rangka alat pemotong Gambar 4. Kaki alat pemotong 5. Proses selanjutnya proses pembuatan mata pisau dengan cara kita hurus menyediakan senar gitar lalu kita potong dengan panjang 35 cm setelah itu kita kaitkan senar dari bagian satu ke bagian yang satunya lihat gambar dibawah:

7 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 4 Penjelasan Tiap Bagian Bagian Alat Gambar 7. Mata pisau alat pemotong lontong Peningkatan Produktivitas Alat Tahapan peningkatan produktivitas (Umar Husein, 1999) Pengukuran Evaluasi Perencanaan Peningkatan elemen alat Desain Rancang Alat Pemotong Lontong Kerupuk 1. Pegas berfungsi sebagai bahan yang mendukung dalam proses pemotongan lontong yaitu untuk menarik kembali tuas yang kita tekan dalam proses pemotongan 2. Tuas penekan yaitu berfungsi sebagai penekan, untuk proses pemotongan 3. Slinder penekan yaitu bahan yang menjaga atau yang mengstabilkan lontong disaat proses pemotongan 4. Lubang atau jalur mata pisau yaitu berfungsi untuk menjaga agar mata pisau tidak bergerak dari dudukan atau ukuran yang sudah di buat. 5. Mata pisau (senar gitar) berfungsi sebagai alat pemotong lontong 6. Rak penampung yaitu untuk menampung hasil potongan lontong yang dihasilkan dari pemotongan alat 7. Rangka yaitu sebagai elemen yang menggabungkan setiap elemen-elemen dari alat Bagian Bagian dari alat 1. Rangka Gambar 8. Desain alat pemotong Keterangan : 1. pegas 2. Tuas penekan 3. Slinder penekan 4. Lubang atu jalur mata pisau 5. Mata pisau baja (senar gitar) 6. Bak penampung kerupuk 7. Rangka Gambar 9. Rangka alat pemotong kerupuk

8 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 5 2. Mata pisau pemotong III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji lapangan Gambar 10. Mata pisau alat pemotong lontong 3. Bak penampung Pengujian alat pemotong lontong kerupuk untuk yang berekonomi lemah dilakukan dengan cara uji fungsional. Pengujian alat dilaksanakan di laboratorium las fabrikasi Politeknik Gorontalo. Sistem kerja alat pemotong lontong kerupuk secara manual ini mampu memotong lontong kerupuk dengan hasil potongan 2-3 mm Tabel 1. Hasil Pengujian alat m m m m N o Pengujian Panjang Lontong Berat lontong Keseluruhan Hasil (detik) 1 I 16 cm 1,2 ons 18 Gambar 11. Bak penampung kerupuk 4. Slinder penekan 2 II 16 cm 1,3 ons 27 3 III 16 cm 1,3 ons 31 Hasil Pemotongan 5. pegas Gambar 12.slinder penekan Hasil pengujian rata-rata di dapatkan dari hasil pengujian alat dengan panjang lontong yang diuji 16 cm dan berat keseluruhan lontong dalam tiga kali pengujian 3,8 ons dengan waktu yang di hasilkan dari tiga kali pengujian yaitu 76 detik Uji Fungsional Gambar 13. Pegas Uji fungsional dilaksanakan untuk mengetahui apakah komponen/bagian dari alat pemotong sudah bekerja dengan baik. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa semua komponen/bagian telah berfungsi dengan baik. Hasil pengujian diperoleh pemotong yang baik yang dapat dilihat dari hasil potongan lontong yang terpotong mencapai 100% dan panjang

9 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 6 potongannya bervariasi antara 2-3 mm. Hasil pemotongan terlihat pada gambar 14. t = = 1,24 ons = = 25,4 detik =, = 0,0075/jam K p=,, = 173,4 0ns/jam Hasil Pengujian Alat Gambar 14. Hasil pemotongan lontong Kerupuk Kapasitas Kerja Alat Kapasitas alat pemotong lontong ditentukan oleh kecepatan operator pemotong lontong. Kapasitasnya akan berbanding lurus dengan meningkatnya kecepatan operator, namun mutu hasil potongan belum memenuhi persyaratan yang diinginkan karena masih belum langsung terpisah. Pada pengujian alat ini lontong yang digunakan lontong beras yang memiliki panjang 16cm dan berat pada pengujian pertama yaitu 1,2 ons, pengujian kedua 1,3 ons, dan pada pengujian ketiga yaitu 1,3, ons Menentukan kapasitas kerja alat pemotong lontong pada pengujian ini adalah berat lontong hasil pemotongan per satuan dalam ons/dtk, Berat lontong yang akan digunakan pada tiap-tiap penelitian ini seberat 1,2-1,3ons, sedangkan utnuk menentukan hasil kapasitas alat pemotong dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : W C x 3600 t 1 W rata =,,, =, Kapasitas efektif mesin dihitung dengan persamaan: W =1,3 ons t = 25,4 detik C = 175,4 ons/jam V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil pengujian alat pemotong lontong kerupuk secara manual yang telah dibuktikan dari hasil pemotongan dengan berat 1,3 ons dan panjang lontong 35 cm, berdiameter 30 mm membutukan waktu yang sangat cepat untuk pemotong akan membutukan 25,4 detik dengan ketebalan kerupuk yang terpotong adalah 2-3 mm, kapasitas efektif adalah 175,4 ons/detik Saran Dilihat dari proses pembuatan alat pemotong lontong kerupuk dan fungsi alat ini maka saran penulis adalah 1. Penempatan ukuran rangka yg tepat 2. Sebelum perancangan alat pemotong lontong kerupuk kita harus meyediakan gambar tersebut 3. banyak kekurangan dalam pembuatan alat jadi penulis menyarankan dapat di kembangkan fungsi atau konstruksinya

10 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 7 DAFTAR PUSTAKA Hadi utomo, K Mekanisasi Pertanian. IPB Press.Bogor Jekson Simare-Mare ( ). Menguji pengaruh dan jumlah mata pisau dalam pengirisan dengan menggunakan mesin pengiris mekanis. Rasid,Doni Perbedaan Tingkat Kesukaan Konsumen pada Kerupuk dengan Mensubtitusi limba udang jakarta Umar Husein (1999:9). Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) denan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

11 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 8 RANCANG BANGUN MESIN PERAS TEBU SISTEM MEKANIK TIGA ROLL MENGGUNAKAN MOTOR BENSIN Harun Doe 1), Yunita Djamalu 2), Burhan Liputo 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Tebu merupakan bahan pokok pembuatan gula pasir dan juga bisa dimanfaatkan sebagai minuman tanpa bahan pemanis buatan. Tebu adalah tanaman hasil pertanian yang banyak di temui di Gorontalo khususnya di Kabupaten Boalemo, dimana sebagian besar masyarakatnya terlibat dalam budidaya tanaman ini. Penulis merancang alat yang dapat menghasilkan sari tebu yang berguna sebagai minuman. Pengolahan tebu menggunakan mesin peras dua roll menghasilkan produksi yang kurang baik dan tingkat keselamatan kerja yang kurang terjamin. Oleh sebab kekurangan pada mesin peras tebu dua roll maka penulis mendesain ulang mesin ini menjadi mesin peras tebu sistem mekanik tiga roll menggunakan penggerak motor bensin. Tujuan penelitian yaitu membuat desain mesin peras tebu sistem mekanik tiga roll dengan penggerak motor bensin. Metode penelitian ini yaitu obseravasi, studi literatur dan merancang bangun serta memodifikasi alat. Spesifikasi desain alat adalah kapasitas mesin ±60 kg/jam, dimensi alat 70 cm x 35 cm x 80 cm, berat ± 65kg, tenaga penggerak motor bensin 5,5 pk. Pengujian mesin peras tebu dilakukan untuk mengetahui hasil rancang bangun dapat berfungsi sesuai dengan desain yang diharapkan. Hasil pengujian mesin peras tebu menghasilkan sari tebu yang lebih bersih, lebih banyak dan keselamatan operator lebih terjamin Kata kunci : Rancang bangun, Mesin Peras, Tebu I. PENDAHULUAN Tebu merupakan salah satu hasil pertanian yang penting. dimana telah diketahui selama ini bahwa tebu merupakan bahan pokok untuk pembuatan gula. Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan, 2004) Kebutuhan masyarakat Gorontalo akan gula selalu meningkat dari waktu ke waktu untuk berbagai macam keperluan produk seperti gula pasir, gula halus, bahan pencampur makanan dan bahan pencampur minuman. Pada dasarnya bahan utama dari pembuatan produk ini adalah merupakan bahan sari tebu. Proses pengambilan sari air tebu ini dapat dilakukan dengan cara memeras

12 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 9 tebu hingga terperas dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemeras tebu sederhana. Pengolahan tebu yang masih menggunakan cara manual merupakan salah satu pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar dan biaya yang banyak. Dalam pengolahan tebu secara manual proses pemerasannya menghasilkan produksi yang kurang baik, dan tingkat keselamatan kerja yang kurang terjamin. Hal ini disebabkan dengan adanya kekurangan pada alat peras tebu yang menggunakan cara manual dalam proses perasannya dibandingkan dengan mesin peras tebu yang telah menggunakan mesin penggerak. Jika dibandingkan dengan mesin peras tebu dengan pengolahan tebu secara manual, cara tersebut memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak menggunakan motor penggerak, tidak menggunakan landasan tebu, serta untuk alat penggeraknya masih memerlukan tenaga manusia. Dalam pengolahan tebu yang masih menggunakan penggerak mesin sistem mekanik dua roll merupakan salah satu mesin yang dirancang oleh manusia yang bertujuan untuk mempermudah proses peras tebu. Dalam mesin ini memiliki beberapa kelebihan salah satunya menggunakan motor penggerak yang tujuannya mempermudah dan mempercepat perasannya dan menghasilkan hasil produksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan alat peras tebu yang menggunakan tenaga manusia atau manual. Tetapi dalam mesin peras tebu ini tingkat keselamatan kerjanya tidak dapat terjamin pula karena mesin ini masih belum menggunakan landasan tebu. Kekurangan lainnya yang dimiliki mesin ini yaitu hasil produksi tebu yang kotor karena dalam mesin ini tidak terdapat saringan, mesin ini tidak memiliki bak penampung berguna dalam menampung sari tebu serta mesin ini pula tidak mmiliki kran air yang berfungsi untuk mengeluarkan sari tebu yang ada di dalam bak penampung. Dengan adanya kekurangankekurangan di atas baik yang menggunakan alat manual maupun mesin penggerak sistem mekanik dua roll, maka dari itu penulis mengembangkan mesin peras tebu ini menjadi mesin yang lebih efisien dari mesin yang telah ada dengan faktor utama dari pengembangan mesin yaitu keselamatan kerja yang dapat terjamin. II. LANDASAN TEORI Tebu (sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumputrumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Gambar 1. Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja. Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos.

13 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 10 Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas (Farid, 2003) Proses Alat Peras Tebu Dalam perasan tebu diperlukan mesin peras tebu guna mempercepat proses pemerasannya. Kapasitas mesin yang ditentukan oleh kebutuhan industry atau berdasarkan konsumen. Proses operasional mesin cukup mudah yaitu dengan meletakkan tebu pada poros as yang telah diulir. Mesin peras tebu mampu memeras tebu dalam jumlah yang banyak sesuai dengan keinginan penggunanya. Mesin ini juga dapat memeras tebu dengan kecepatan tinggi sesuai dengan motor yang digunakan, kapasitas tebu yang diperas lebih banyak dari pada perasan tebu yang hanya menggunakan mekanik dua roll. Peras Tebu Menggunakan Dua Roll Dalam pengolahan tebu yang masih menggunakan penggerak mesin sistem mekanik dua roll merupakan salah satu mesin yang dirancang untuk mempermudah proses peras tebu. Mesin ini memiliki kelebihan yaitu mesin ini menggunakan motor penggerak dan menghasilkan hasil produksi yang lebih baik bila di bandingkan dengan alat peras tebu yang menggunakan tenaga manusia atau manual. Tetapi mesin ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu : 1. Hasil produksi yang kotor, karena dalam mesin ini tidak mempunyai saringan 2. Mesin ini tidak memiliki bak penampung yang berguna untuk menampung sari tebu yang telah di peras. 3. Mesin ini juga tidak memiliki kran air yang berfungsi untuk mengeluarkan sari tebu yang terdapat pada bak penampung 4. Tingkat keselamatan dalam mesin ini tidak dapat terjamin karena mesin ini belum menggunakan landasan tebu. Gambar 2. Mesin Peras Tebu Dua Roll (Ragil Nugroho, 2011) Mesin Peras Tebu Sistem Mekanik Tiga Roll Mesin peras tebu yang menggunakan tiga roll merupakan hasil pengembangan mesin peras tebu yang telah ada, yaitu mesin peras tebu dua roll. Gambar 3. Mesin Peras Tebu Tiga Roll (Nuansa Media Iklan, 2015) Faktor utama dari pengembangan mesin ini yaitu keselamatan kerja yang dapat terjamin, karena dalam mesin telah terdapat landasan tebu. Pengembangan

14 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 11 lainnya yang dilakukan dalam mesin ini antara lain : 1. Menambahkan sistem mekanik tiga roll 2. Menambahkan bak penampung yang berfungsi sebagai penampungan sari tebu yang telah di peras 3. Menambahkan saringan tebu yang berguna untuk menyaring ampas tebu Mesin Peras Tebu SCP 160 B Jenis-Jenis Mesin Peras Tebu 1. Mesin Peras Tebu Manual Gambar 6. Mesin Peras Tebu SCP 160 B (Ramesia Mesin, Jawa Barat. 2014) Gambar 4. Mesin Peras Tebu Manual (CV. Glodok Jaya Teknik, 2014) Spesifikasi : Dimensi : 44 cm x 37 cm Berat : 37 cm Spesifikasi : Input power : 0, 75 watt, Voltage ( V) : , Frequency ( Hz) : 50 / 60, Efficiency ( Kg/ H) : Size ( cm) : 42 x 34 x 63, 5 Weight : 57 kg Mesin Peras Tebu Tiga Roll 2. Mesin Peras Tebu Menggunakan Motor Bensin Gambar 7. Mesin Peras Tebu Tiga Roll (U.D Golden Prima, Jawa Timur. 2014) Gambar 5. Mesin Peras Tebu Motor Bensin (Nuansa Media Iklan, 2015) Spesifikasi : Kecepatan Putar : 25 rpm Kapasitas : 40 kg/jam Berat : 60 kg Dimensi : mm Motor Penggerak : Bensin 5,5 HP Spesisfikasi : Dimensi : 50 x 45 x 110 cm Pow : 1 HP din / 5, 5 HP mtr bensin Diameter roll : 3 inch ( stainless steel)

15 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 12 Elemen Mesin Peras Tebu : 1. Perakitan rangka. Rangka dibuat degan bahan besi siku 4 x 4 dan 5 x 5 degan tinggi 1000 mm lebar 700 mm dan lebar 250 mm. 2. Poros degan Ø 31.8 mm panjang 600 mm 3. Pegas degan Ø 31.8 mm panjang 100 mm 4. Roll peras degan Ø 50 mm panjang 30 mm 5. Penyaring fungsinya untuk menampung ampas yang sudah di peras 6. Gearbox berfungsi sebagai untuk mentransmisikan daya. 7. Bak penampung fungsinya untuk menampung sari tebu yang sudah di Peras 8. Kran fungsinya untuk mengeluarkan sari tebu yang sudah di peras Perhitungan Sistem Pengantar Roda Gigi Perhitungan sistem transmisi roda gigi di lakukan untuk mengetahui kecepatan kerja mesin dalam melakukan perasan tebu. Adapun rumus yang dipakai untuk menentukan perencanaan sistem transmisi roda gigi adalah : 1. Kapasitas mesin peras tebu W C 3600 t 1 Keterangan : C = Kapasitas mesin peras tebu (kg/jam) W = Bobot bahan perasan yang ditampung dari lubang keluaran selama waktu tertentu (kg/jam) t 1 = Waktu yang ditentukan untuk menampung melalui lubang keluaran (detik) (Hadiutomo K, 2012) 2. Menentukan perbandingan kecepatan pengantar roda gigi n2output d n input d r v 1 Keterangan : n 2 output = Diameter roda gigi 1 n 1input = Diameter roda gigi 2 r v = Kecepatan transmisi 3. Jarak Bagi Lingkar Keterangan : Ƶ d t 4. Modul d t m d 1 2 = Jumlah Gigi = Diameter Roda Gigi = Jarak Bagi Lingkaran Keterangan : m = Modul Ƶ = Jumlah Gigi d = Diameter roda gigi sumber : Silarso, hal 214 Spesifikasi Pegas Spesifikasi pegas adalah : Jumlah lilitan =22 lilitan Diameter batang pegas = 8.5 mm Diameter pegas = 4.5 mm Tinggi pegas = 180 mm

16 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 13 III. METEDOLOGI PENELITIAN Mulai Mengidentifikasi Dan Menganalisis Tinjauan Pustaka - Membuat Konsep Rancangan Mesin Peras Tebu Menggunakan Motor Bensin - Membuat Komponen-Komponen Mesin Peras Tebu - Merakit Komponen-Komponen Mesin Peras Melakukan Pengujian Mesin Peras Dua Roll Tidak Menganalisis Hasil Uji Melakukun Pengujian Mesin Peras Tiga Roll 1. Hasil Uji mesin peras tebu dua roll 2. Hasil Uji mesin peras tebu 3 roll Uji I < Uji II Selesai Ya 5. Merakit komponen: Perakitan alat dilakukan sesuai dengan konsep awal pada perencanaan atau perancangan alat diantaranya membuat komponen, rangka mesin, assembling sampai proses finishing. 6. Melakukan pengujian: Setelah proses perakitan mesin selesai dilakukan pengujian dan pengambilan data pada saat proses uji coba alat. 7. Menganalisis: Menganalisis hasil pengujian setelah proses pengujian alat. 8. Membandingkan: Membandingkan Hasil Pengujian setelah menganalisis hasil pengujian. 9. Uji 1 dan 2: Hasil pengujian diperoleh setelah proses pengujian di akukan. 10. Membuat naskah: Pembuatan laporan penelitian setelah diketahui hasil pengujian 1 dan pengujian Kesimpulan:Membahas tentang ringkasan hasil apa saja yang diperoleh dari penelitian alat. Gambar 8. Diagram alur penelitian 1. Mengidentifikasi dan menganalisis : Mengidentifikasi dan menganalisis fungsi komponen alat peras tebu manual. 2. Tinjauan pustaka : Mencari teori atau referensi yang mendukung proses perancangan mesin.. 3. Membuat konsep : Membuat konsep desain mesin, meliputi gambar kerja dan bahan material yang dibutuhkan dalam perakitan alat. 4. Membuat komponen:.membuat komponen-komponen mesin. Desain Mesin Peras Tebu Dengan Tiga Roll 1. Konstruksi Mesin Peras Tebu Mesin peras tebu ini kontruksinya berukuran panjang 960 mm, lebar 300 mm dan tinggi 1020 mm. Gambar 9. Konstruksi Mesin Peras Tebu

17 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Ukuran Gambar Rangka Gambar 9. Rangka mesin peras tebu Roll Peras Gambar 10. Roll Peras 3. Metode Penelitian Penelitian adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses pembuatan produk. Tahap penelitian tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatankegiatan lain yang menyusulnya. Sehingga, sebelum sebuah produk dibuat terlebih dahulu untuk proses perancangan yang nantinya menghasilkan sebuah gambar sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat, maka dilakukan penelitian. Setelah penulis meneliti alat peras tebu yang awalnya bekerja dengan manual, sedangkan dengan manual pekerjaan untuk memeras tebu, tidak maksimal terutama hanya sedikit yang bisa di peras oleh alat tersebut. Kemudian penulis berfikir untuk memodifikasi alat tersebut, yang tadinya sistem manual, di modifikasi dengan menggunakan motor bensin agar lebih efisien pengerjaannya dan peras tebu akan lebih cepat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Casing Gambar 11. Casing Bak Penampung Gambar 12. Bak penampung Teori Desain Perancangan Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses pembuatan produk. Tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatankegiatan lain yang menyusulnya (Darmawan, 1999:1). Sehingga sebelum sebuah produk dibuat, terlebih dahulu dilakukan proses perancangan yang nantinya menghasilkan sebuah gambar sketsa atau gambar sederhana dare product yang akan dibuat. Gambar sketsa yang telah dibuat kemudian digambar kembali dengan aturan gambar sehingga dapat dimengerti oleh semua perancangan adalah hasil akhir dari proses perancangan dan sebuah produk dibuat setelah dibuat gambar-gambar rancangannya, dalam hal ini gambar kerja. Perancangan dan pembuatan produk adalah dua kegiatan yang penting.

18 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 15 Artinya, rancangan hasil kerja perancang tidak ada gunanya jika rancangan tersebut tidak dibuat. Begitu juga sebaliknya, pembuat tidak dapat merealisasikan benda teknik tanpa terlebih dahulu dibuat gambar rancangannya (Darmawan, 1999:2). Gambar rancangan yang akan dikerjakan oleh pihak produksi berupa gambar dua dimensi yang dicetak pada kertas dengan aturan dan standar gambar kerja yang ada. Prosedur Pembuatan Mesin Peras Tebu Sistem Mekanik Tiga Roll 1. Persiapan Alat dan Bahan Alat dan Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan mesin peras tebu sistem mekanik tiga roll adalah Mesin Bubut Mesin Frais Mesin Las Mesin Gerinda Tangan Jangka Sorong Mistar Baja Penggores Gergaji Potong Siku Presisi Palu Sikat Baja Masker Las Betel Sarung Tangan Ragum Bahan yang digunakan : Besi Poros Besi Siku Besi U Besi Plat Bantalan Pegas Baut, Ring, dan Mur Paku Ripet Elektroda V-Belt Pulli Kran Air Saringan GearBox Dempul Isamu Thinner Cat Dasar Cat Alumunium Cat Hijau Daun 2. Pembuatan Mesin Peras Tebu 1. Tahap pertama yaitu membuat rangka mesin degan bahan besi U 5 x 5 dengan tinggi 1000 mm panjang 700 mm dan lebar 250 mm. Gambar 13. Rangka Mesin 2. Tahap kedua di lanjutkan dengan pembuatan roll peras pada mesin bubut untuk membentuk alur sehingga tebu dapat ditarik dan diperas. Gambar 14. Roll Peras 3. Tahap ketiga pembuatan casing. Dimana casing ini dibuat pada mesin mesin pres agar dapat dibentuk sesuai dengan gambar yang ada di bawah

19 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 16 ini. Casing berfungsi sebagai penutup roll 3. Elemen Pendukung 1. V-Belt V-bellt berfungsi sebagai media penerus putaran dari pulli satu (sebagai puli utama). Gambar 15. Casing 4. Tahap ke empat yaitu pemasangan penyaring yang tujuannya untuk memisahkan hasil perasan dengan ampas tebu Gambar 18. V-bellt 2. Pulli Pulli berfungsi Sebagai pengerak dari sistem V- belt. Gambar 16. Penyaring 5. Tahap kelima yaitu pembuatan bak penampung, dimana bak ini di buat dari plat aluminium. Tujuannya untuk menampung sari tebu. Gambar 17. Bak Penampung Gambar 19. Puli 3. Bantalan Bantalan adalah fungsinya yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang ber lebihan. 6. Tahap selanjutnya yaitu pemasangan kran air yang tujuannya untuk mengalirkan sari tebu yang berasal dari bak penampung. Gambar 20. Bantalan Gambar 18. Kran Air 4. Pasak Pasak fungsinya untuk sebagai pengunci yang disisipkan diantara poros sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya

20 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 17 tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Gambar 21. Pasak Gear Box Gearbox berfungsi sebagai untuk mentransmisikan daya. Gambar 4.13 Mesin Peras Tebu Sistem Mekanik Tiga Roll Gambar 22. GearBox 6. Motor Penggerak (Motor Bakar) Motor bakar adalah jenis mesin kalor yang termasuk Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engine). Spesifikasi : Dimensi : 960 x 300 x 1020 mm Berat : ± 65 kg Tenaga Penggerak : Motor Bensin 5,5 PK Kapasitas Perasan : ± 350 kg/jam Keterangan : 1. Penekan 6. Casing 2. GearBox 7. Roll Peras 3. Penampung Ampas 8. Pulli dan V- Belt 4. Rangka Alat 9. Bak Penampung 5. Motor Bensin 10. Bantalan Gambar 23. Motor Bakar Cara Kerja Mesin Peras Tebu Motor bensin terlebih dahulu dihidupkan setelah putaran stabil

21 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 18 selanjutnya dilakukan dengan memasukkan tebu yang sudah dibersihkan agar mendapatkan sari tebu yang higinies. Pengujian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Mesin dihidupkan dengan beban putaran mesin 2800 rpm. 2. Memasukan tebu yang di siapkan dengan panjang 35 cm, kemudian stopwatch diamati berapa waktu yang dibutuhkan mesin dalam proses perasan tebu. 3. Melakukan pengamatan terhadap kerja mesin dengan melakukan pengujian sebanyak 3 kali untuk mengetahui apakah mesin berjalan dengan baik atau terjadi masalah. Tabel 1. Hasil Pengujian Kapasitas Mesin Peras Tebu Tiga Roll No Panjan Pengujian Berat g Tebu JLH Ulang (kg) (mm) 1 Pertama ptng 2 kedua ptng 3 ketiga ptng Sumber : Data setelah diolah, 2015 De tik 6,5 65 6,3 63 6,2 62 6,5 6,3 6,2 W rata 3 = 6,33 kg t 3 = 66,67 dtk 6,33 C ,67 = 0,095 x 3600 = 342 kg/jam Kapasitas hasil mesin peras tebu tiga roll w C 3600 t W rata 1 6,5 6,3 6,2 3 = 6,33 kg t 3 = 63,33 dtk 6,33 C ,33 = 0,10 x 3600 = 360 kg/jam Tabel 2. Hasil Pengujian Mesin Peras Tebu Dua Roll No Panjang Pengujian Berat Tebu Jumlah Ulang (kg) (mm) Detik 1 Pertama potong 6, kedua potong 6, ketiga potong 6,2 65 Sumber : Data setelah diolah, 2015 Kapasitas hasil mesin peras tebu dua roll w C 3600 t 1 Hasil Perbandingan Mesin Dua Roll dan Tiga Roll Dari hasil pengujian serta pengamatan yang dilakukan terhadap dua mesin peras tebu ini, dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari proses perasan dimana mesin peras tebu tiga roll menghasilkan sari tebu yang bersih. Hal ini disebabkan adanya penyaring pada mesin ini yang berfungsi sebagai penampung ampas tebu. Sedangkan untuk mesin peras tebu dua roll menghasilkan sari tebu yang kotor karena tidak memiliki penyaring sebagai penampung ampas tebu.

22 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Kapasitas mesin peras tebu tiga roll lebih banyak menghasilkan sari tebu bila di bandingkan dengan dua roll. Karena pada mesin peras tebu tiga roll sistem kerja relatif cepat. 3. Keselamatan operator pada mesin peras tebu tiga roll lebih terjamin, karena adanya roll pengantar yang berfungsi mengantarkan ampas tebu ke bak penampung. Sedangkan untuk mesin peras tebu dua roll kurang terjamin keselamatan kerja karena mesin ini belum menggunakan roll pengantar. Perhitungan Sistem Pengantar Roda Gigi dan Pegas pada Mesin Peras Tebu Tiga Roll 1. Perhitungan Pengantar Roda Gigi Data-data yag diketahui : Daya (N) = 5,5 pk Putaran (n 1) = 2800 Jumlah gigi gear box (Ƶ) = 42 gigi Diameter roda gigi 1(d 1) = 130 mm = 5,3 Diameter roda gigi 2 (d 2) = 130 mm = 5,3 2. Menentukan Perbandingan Kecepatan Pengantar Roda Gigi n2output d1 130 r v n input d 130 r v 1 r v = 1 mm Jadi perbandingan kecepatan pengantar roda gigi adalah 1 mm. 3. Analisis Jarak Bagi Lingkar dan Modul Jarak bagi lingkar merupakan jarak sepanjang lingkaran pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau keliling lingkaran pitch dibagi dengan jumlah gigi. 2 d t 3, t ,2 t 42 t = 9,70 mm Jadi jarak bagi lingkar adalah 9,70 mm Modul adalah perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi. m d 130 m 42 m = 3,09 mm Jadi Modul adalah 3,09 mm 4. Spesifikasi Pegas Spesifikasi pegas adalah : Jumlah lilitan = 22 lilitan Diameter batang pegas = 8.5 mm Diameter pegas = 4.5 mm Tinggi pegas = 160 mm V. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil rancang bangun mesin peras tebu adalah sebagai berikut : cm x dimensi alat 35 cm x 80 cm, dan Sistem pengantar yang dipakai adalah gearbox. 2. Dari hasil analisis uji mesin peras tebu dengan sistem mekanik tiga roll dapat menghasilkan produksi lebih cepat dibandingkan dengan sistem mekanik dua roll. Dua roll menghasilkan perasan 342 kg/jam. 3. Kapasitas hasil produksi mesin peras tebu dengan sistem mekanik tiga roll dalam 11 potong tebu dengan panjang masing-masing 350 mm, dan berat tebu secara keseluruhan 6,33

23 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 20 kg, dengan waktu 63,33 detik menghasilkan perasan 360 kg/jam. Saran Bagi para pembaca yang ingin meneliti lebih lanjut mesin peras tebu ini sebaiknya yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah : 1. Sebaiknya tebu yang akan diperas hanya sekali peras. 2. Masih membutuhkan roda pada kaki rangka untuk memudahkan pemindahan mesin 3. Getaran pada casing masih terlalu besar, sehingga harus diperlakukan bahan bantu peredam. DAFTAR PUSTAKA CV. Glodok Jaya Teknik, peras-tebu-dipusat-perdagangan. 11 Oktober Farid. B Perbanyakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Secara In Vitro Pada Berbagai Konsentrasi IBA dan BAP. J. Sains dan Teknologi. 3: Hadiutomo, K Mekanisasi Pertanian. IPB Pres. Bogor. Nuansa Media Iklan, peras tebu tanggerang. 11 Oktober Ragil Nugroho, giling tebu kian manis dengan naiknya permintaan sari tebu. 11 Oktober Ramesia Mesin, Oktober Sularsono, Kiyokatsu Suga. Elemen Mesin. Jilid 3. PT. Pradya Paramitha, Jakarta, U.D Golden Prima, Oktober 2015.

24 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 21 RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING JAGUNG DUA FUNGSI DENGAN CARA MANUAL DAN MEKANIS Hendra Pangalima 1),Evi Sunarti Antu 2), Yunita Djamalu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Jagung merupakan salah satu pangan strategis yang bernilai ekonomi karena kedudukannya sebagai salah satu sumber karbohidrat. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Dimana biji jagung sering kali digunakan sebagai campuran beras dengan cara biji jagung dihancurkan terlebih dahulu menjadi butiran lebih kecil melalui proses penggilingan. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang mampu melakukan proses penggilingan dengan hasil yang baik dan praktis. Tujuan pembuatan alat ini untuk menghasilkan suatu alat penggiling biji jagung yang mudah digunakan. Mesin penggiling jagung ini mempunyai dua cara pengoperasian yakni dengan cara manual dan mekanis. Pada mesin penggiling jagung ini menggunakan motor bensin 5.5 PK. Motor bensin ini yang berfungsi sebagai sumber tenaga utama pada pengoperasian mesin penggiling jagung. Kapasitas efektif dari mesin penggiling jagung ini apabila menggunakan motor bensin yaitu 11 kg/jam dan di giling dengan tiga kali proses penggilingan untuk mendapatkan hasil beras jagung. Sedangkan pada pengoperasian dengan cara manual yaitu menggunakan tuas/handel manual dengan cara di putar sehingga jagung pipil dapat tergiling hingga menjadi beras jagung. Kapasitas efektif mesin penggiling jagung apa bila menggunakan penggerak manual/handel ini adalah 4 kg/jam dan di giling dengan tiga kali proses penggilingan untuk mendapatkan hasil beras jagung. Mesin penggiling jagung pada intinya berfungsi untuk menjadikan jagung pipil menjadi beras jagung. Kata Kunci : Rancang Bangun, Jagung, Penggiling I. PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu pangan strategis yang bernilai ekonomi karena kedudukannya sebagai salah satu sumber karbohidrat. Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, produksi jagung nasional tahun 2004 adalah 11,35 juta ton pipilan kering dan tahun 2005 diperkirakan produksi ini menjadi sebesar 12,01 juta ton atau meningkat sebanyak 788 ribu ton (7,02 persen) dibandingkan denan produk tahun 2004 (BPS, 2005). Jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok, jagung juga dimanfaatkan dalam kondisi muda maupun kering. Untuk kebutuhan industri pakan, pangan dan industri lainnya umumnya digunakan jagung kering sebagai bahan bakunya. Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan

25 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 22 output yang lebih baik. Pembangunan tanpa teknologi ialah hal yang mustahil. Keduanya berjalan saling mengikat, dalam pembangunan tentu akan sangat berbeda dalam segi kepraktisan maupun hasil bangunan apabila industri tersebut mengadopsi teknologi dibandingkan ia memakai cara tradisional. Sehingga penggunaan mesins penggiling jagung sangatlah membantu karena lebih efisien, menghemat waktu dan tenaga. Untuk mendapatkan mutu jagung yang baik dan bermutu tinggi tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh penanganan panen yang kurang tepat, kurang efisien, boros waktu dan tenaga kadangkala hasilnya masih kurang baik. Demikian pula pada proses penggilingannya yang kurang tepat dapat menghasilkan mutu jagung yang kurang baik atau rusak dan lain sebagainya. Peluang untuk meningkatkan produktivitas dan mutu jagung melalui sentuhan teknologi mekanisasi pertanian dalam penanganan panen masih cukup terbuka melalui pemanfaatan potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Mesin penggiling jagung untuk menunjang pembangunan, dan tentunya banyak alat lainnya. Dan dapat mengurangi pengunaan tenaga manusia dengan dimensi yang kompak maka alat ini diharapkan dapat membantu mempercepat proses kerja dan penghematan dapat dilakukan. Salah satu kendala dalam mendapatkan hasil gilingan yang berfariasi adalah pengunaan mesin giling jagung yang belum sesuai dengan biaya operasi. Teknologi penggilingan jagung selama ini di dapatkan dari mesin yang bekerja dengan prisip tumbukan (hamm er mill). Metode ini paling sering di gunakan, ada yang kapasitas besar 2-2,5 ton/jam.dan berkapasitas kecil kg/jam jadi mesin ini dapat di katakan efektif. Walaupun begitu mesin ini ada beberapa kelemahan yaitu hasil gilingan yang bervariasi lama sekali didapatkan, saringan seringkali tersumbat, dan daya yang dibutuhkan yakni kapasitas yang besar (mesin/alat yang besar) dengan muatan penuh komponen-komponen di dalamnya terdiri dari besi sering patah, ini sangat menghambat produksi sehingga tidak menguntungkan. II. LANDASAN TEORI Tanaman Jagung Tanaman Jagung (Zea Mays L) diduga berasal dari Meksiko Selatan kemudian menyebar keseluruh dunia (Efendi, 1985). Di Indonesia daerahdaerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I.Yogyakarta, NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Maluku (Annonimous, 2005). Jagung yang terbanyak ditanam di Indonesia dalah jagung tipe mutiara, misalnya jagung arjuna dan tipe setengah mutiara, misalnya jagung harapan dan pioneer-2. Disamping itu terdapat juga jagung berondong, jagung gigi kuda serta jagung manis. Menurut sifatnya, jagung dibedakan sebagai berikut : (Purwono dan Hartono Rudi. 2010). 1. Menurut warna butir jagung : putih, kuning, merah dan sebagian berwarna ungu. 2. Menurut bentuk butiran jagung : butir gepeng dan bulat 3. Menurut konsistensi biji : biji butir keras (flint) dan biji lunak. Kadar protein, lemak, phospor, dan tiamin lebih tinggi di dalam jagung bahkan aktivitas vitamin A jagung kuning menunjukkan kadar tinggi, sedangkan beras tidak mengandung vitamin A. Sebaliknya perbandingan kadar Ca terhadap P di dalam jagung terlalu rendah sehingga tidak mendukung penyerapan Ca di dalam usus.jagung memiliki rasa yang lebih enak karena kadar pati yang hanya 10-11% tapi dengan kadar gula (5-6%) yang lebih tinggi. Namun demikian jagung

26 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 23 memerlukan unsure hara lebih banyak terutama unsur N,yaitu sebesar kg N yang hanya membutuhkan 70 kg N, Sehingga tanaman jagung dapat digolongkan sebagai tanaman yang rakus. Mesin Penggiling Mesin penggiling jagung mesin yang berfungsi untuk menghancurkan butiran jagung menjadi beras jagung, yang terdiri dari hopper unit penggiling, bagian pengeluaran hasil dan digerakkan oleh motor penggerak. Dalam proses penggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan mengayak bahan tersebut. Gambar 1. Alat Penggiling Jagung Penghancuran dilakukan dengan penerapan gaya tekan dan gaya pengguntingan yang akhirnya menyebabkan bahan pecah, melepaskan sebagian besar energi yang digunakan sebagai panas. Mesin untuk penghancuran beroperasi pada umunya baik secara tekanan penggilingan ataupun pengasatan atau juga dengan penggilingan dengan menggabungkan gaya pukulan dan gaya gunting. Peralatan penghancur zat padat dibagi atas mesin pemecah, mesin penggiling, mesin ultra halus, dan mesin pemotong. Mesin pemecah bertugas melakukan kerja berat memecah bongkahbongkah besar menjadi kepingankepingan kecil. Mesin penggiling memperkecil lagi umpan hasil pecahan menjadi serbuk. Mesin pemotong menghasilkan partikel yang ukuran dan bentuknya tertentu. Tujuan dari pemecahan dan penggilingan yaitu untuk menghasilkan partikel-partikel kecil dari yang lebih besar. Salah satu efisiensi operasi adalah yang didasarkan atas energi yang diperlukan untuk membuat permukaan tambahan. Luas permukaan satu satuan massa partikel sangat besar dengan diperkecilnya ukuran partikel. Istilah penggiling atau mesin giling diberikan berbagai jenis mesin pemecah, pemangkas dan dengan tugas menengah, hasil mesin pemecah biasanya dilakukan ke dalam mesin giling, dimana umpan yang digiling sampai menjadi serbuk atau tepung. Mesin-mesin pemecah, penggiling, dan pemotong tidak dapat diharapkan akan beroperasi dengan baik kecuali kalau ukuran umpan cocok dan umpan itu masuk dengan laju yang seragam. Dalam beberapa masalah pengecilan, bahan umpan itu terlalau sulit pecah dengan kompresi, impact dan atrisi. Dalam hal ini, umpan harus dipotong menjadi partikel-partikel dengan dimensi tertentu. Persyaratan ini bisa dipengaruhi oleh piranti yang memotong, merajang, atau merobek umpan itu menjadi produk dengan karakteristik yang dikehendaki. Perencanaan Sistem Transmisi Pulli dan Sabuk V Elemen mesin yang biasa digunakan untuk memindahkan gaya serta putaran yang berasal dari motor adalah V- belt. Beberapa alternative pertimbangan yaitu daya dan putaran yang digunakan relative kecil sehingga dengan V-belt cukup mampu untuk memindahkan gaya dan putaran yang dipakai tersebut. Dari segi ketersediaan di pasaran, V-belt banyak tersedia dan murah serta menguntungkan dan untuk segi

27 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 24 kenyamanan penggunaan V-belt tidak menghasilkan bunyi bising. V-belt terbuat dari karet dengan inti dari bahan tetoron atau bahan sejenis. Penampang V-belt berbentuk trapesium. V-belt dibelitkan disekeliling alur luar pulli yang juga berbentuk V. Bagian sabuk yang membelit pulli akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah. V-belt dipakai untuk menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama. Daya yang dipindahkan dapat ditingkatkan dengan mengatur V-belt pada posisi sebelah menyebelah. Jarak sumbu antar poros harus sebesar 1,5 sampai 2,0 kali diameter pulli besar. Putaran dari pulli yang memiliki kecepatan sudut akan memberikan efek berupa kecepatan linier pada V-belt. Sumber : Sularso, hal 166 Sehingga kecepatan linier untuk V-belt dirumuskan sebagai berikut: v d pulli n pulli Keterangan : v = kecepatan linier V-belt (m/s) = diameter pulli (mm) d pulli n pulli = putaran pulli (rpm) Sumber : Wayan Berata, hal 166 Menghitung Panjang Sabuk Panjang sabuk yang melingkari pulli dihitung dengan rumus: Gambar 2. Tipe-tipe Sabuk Menghitung Kecepatan Linier Sabuk V Karena V-belt pada umumnya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang dipakai adalah perbandingan reduksi i (i > 1). Perbandingan yang terjadi dirumuskan sebagai berikut: L 2C d pulli2 d pulli1 ( d 2. pulli2 Keterangan : L = panjang sabuk (mm) C = jarak poros (mm) Sumber : Wayan Berata, hal 178 d 4. C pulli1 2 ) n1 R 2 1 i n R u 2 1 Keterangan : n 1 = kecepatan pulli kecil (rpm) n 2 = kecepatan pulli besar (rpm) R 1 = radius pulli kecil (mm) = radius pulli besar (mm) R 2 Gambar.3 Skema Belt Dan Pulli

28 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 25 Menghitung Jarak Antara Poros (C) Jarak poros C dapat dirumuskan sebagai berikut: 2 2 b b 8( R2 R1 ) C 4 Sumber : A. Deutschman, hal 670 Keterangan: bl( R ) 1 R2 Sumber : A. Deutschman, hal 666 Menghitung Putaran Motor Dari perbandingan antara kecepatan pulli kecil dan pulli besar yang setara dengan perbandingan diameter pulli besar dan pulli kecil, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: R R Keterangan : R 1 = radius pulli kecil (mm) = radius pulli besar (mm) R 2 Sumber : A. Deutschman, hal Menghitung Gaya Tarik pada V-belt Bila V-belt dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka tegangan di seluruh panjang V-belt adalah sama. Tegangan ini disebut tegangan awal. Bila V-belt mulai bekerja meneruskan momen, maka tegangan akan bertambah pada sisi tarik dan berkurang pada sisi kendor. Jika besar gaya pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah dan n n 1 2 F 1 F 2 F e (Kg), maka besar gaya tarik efektif (Kg) untuk menggerak pulli adalah : F e Sumber : Sularso, hal 171 Bila kita ingin memperkirakan tegangan pada V-belt, dapat digunakan rasio antara 1:3 dan 1:5, untuk saat ini dipilih rasio 1 : 5. Keterangan : dan = gaya pada belt (Kg) F1 F 2 Sumber : Deutschman, hal 660 Menghitung Torsi pada Pulli Torsi yang dihitung adalah torsi yang bekerja pada pulli sebagai fungsi waktu. Dirumuskan sebagai berikut: D pulli T F. 2 Keterangan : T = Torsi F = gaya keliling yang timbul (kg) = diameter pulli (mm) D pulli Sumber : A. Deutschman, hal 660 Perencanaan Poros F 1 F 2 F F 1 2 Dilihat dari fungsinya poros merupakan elemen utama dalam meneruskan daya dan putaran. Sebagian besar mekanisme yang mentransmisikan daya dilakukan melalui putaran dan hanya poros yang dapat melakukan mekanisme tersebut. Klasifikasi poros antara lain adalah: 5

29 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Shaft adalah poros yang ikut berputar memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang digerakkan. 2. Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada poros tersebut yang juga berfungsi sebagai pendukung. 3. Spindle adalah poros yang pendek yang terdapat pada mesin perkakas dan aman terhadap momen bending 4. Line Shaft (poros transmisi) adalah suatu poros yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari poros penggerak ke mekanisme tersebut. 5. Jack Shaft adalah poros yang pendek yang biasanya dipakai pada dongkrak mobil. 6. Flexible Shaft adalah poros yang berfungsi memindahkan daya dari dua mekanisme, dimana perputaran poros membentuk sudut poros yang lain. Perhitungan yang dilakukan dalam perencanaan poros adalah menentukan: Gaya-gaya yang bekerja pada poros, F (kg) Keterangan : F = (F + F ) / F = gaya radial yang bekerja pada poros (kg) F = gaya tangensial yang bekerja pada poros (kg) = celah tekanan () Sumber : A. Deutschman, hal 338 Tegangan Geser Maksimum max Fr F t 0.5 N Syp tan Keterangan: N Syp max = angka keamanan untuk bahan = tegangan luluh bahan (lb/in²) = tegangan geser maximum Sumber : A. Deutschman, hal 339 Torsi Poros, (Lb.In) Keterangan : N = daya yang terjadi pada silinder (Hp) n = putaran motor (rpm) Sumber : A. Deutschman, hal 340 Diameter Poros, Dp (Rpm) Keterangan : = tegangan geser maksimum M T p max T p 3 D p T p n 16 (. max N (lb/in²) = torsi poros (lbin) = momen maksimum poros (lb.in) Sumber : A. Deutschman, hal 341 Perencanaan Pasak ) M Pasak adalah bagian dari elemen mesin yang berguna untuk menjaga hubungan putaran relatif antara poros penggerak dan poros yang digerakkan. Tipe-tipe dari pasak memiliki spesifikasi yang tergantung pada torsi transmisi yang 2 Tp 2

30 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 27 terjadi oleh beban yang bekerja, seperti beban statis, beban bervariasi dan beban bolak-balik Maka didapat dimensi pasak sebagai berikut: W H = maksimum lebar pasak (mm) = Maksimum Tinggi Pasak (Mm) Tegangan Ijin Pasak,Ssyp (Kg/Mm²) Gambar 4. Penampang pasak Tipe-tipe pasak yang umum digunakan antara lain: 1. Pasak datar segi empat (standart square keys) 2. Pasak datar standart (standart flat keys) 3. Pasak bidang lingkaran (woodruff keys) 4. Pasak Bintang (splines) 5. Pasak tirus (tapered keys) Pasak yang sering digunakan di dalam suatu perencanaan adalah pasak datar segi empat (standart square keys), yaitu pasak memanjang yang paling sering digunakan, yang mana pasak ini memiliki dimensi lebar (W) dan tinggi (H) yang sama, dan tinggi pasak tersebut separuh bagian terbenam kedalam poros dan separuh lagi masuk kedalam hubungan. Perumusan-perumusan yang dipakai dalam perencanaan pasak, antara lain: Penentuan Dimensi Dan Tipe Pasak Diporos Harus Diketahui Besaran-Besaran Sebagai Berikut: Diketahui: D p = diameter poros Tipe pasak yang direncanakan = persegi (square) S Syp Keterangan: Syp = 0.58 x Syp = tegangan luluh bahan (psi) Sumber : Wayan Barata, hal 47 Gaya yang terjadi pada pasak, F (kg). Karena posisi gaya yang terjadi pada pasak tidak diketahui secara tepat maka diasumsikan gaya tersebut beraksi pada diameter poros terluar. Keterangan : = torsi pada poros T p D p (kg.mm) = diameter poros (mm) Panjang Pasak Yang Menerima Gaya Kompresi,Lc (Mm) Lc Keterangan: Tp 2. T F D p 4. Tp p Syp W. L. Dp N W 4. Tp. Dp Syp N = torsi yang terjadi pada poros (kg/mm).

31 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 28 Dp W L Syp N = Diameter poros (mm) = lebar pasak (mm) = panjang pasak (mm) = tegangan luluh bahan (kg/mm²) = angka keamanan untuk bahan pasak sumber : A. Deutchman, hal 367 Luas Pasak Yang Menerima Gaya Kompresi, Ac (Mm²) Keterangan : W = maksimum lebar pasak (mm) L = panjang pasak akibat gaya kompresi (mm) Sumber : A. Deutchman, hal 368 Tegangan kompresi yang diijinkan,sc (kg/mm²) Keterangan: F A c A c 0,5. W. L S c F A = gaya yang terjadi pada poros (kg) = luasan pasak yang menerima gaya kompresi (mm²) Sumber : A. Deutchman, hal 369 Panjang pasak yang menerima gaya geser, Ls (mm) 2. Tp W. L. Dp c Syp N Keterangan: Tp Dp W L Syp N = torsi yang terjadi pada poros (kg/mm) = Diameter poros (mm) = lebar pasak (mm) = panjang pasak (mm) = tegangan luluh bahan (kg/mm²) = angka keamanan untuk bahan Pasak Sumber : Wayan Barata, hal 48 Luasan pasak yang menerima gaya geser Keterangan : W = maksimum lebar pasak (mm) = panjang pasak akibat gaya L c kompresi (mm) Sumber : A. Deutchman, hal 366 Tegangan geser yang diijinkan Keterangan: F A s 2. Tp L s Syp W. Dp. N A W. L s = gaya yang terjadi pada poros (kg) = luasan pasak yang menerima gaya kompresi (mm²) Sumber : A. Deutchman, hal 366 S s F A s c

32 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 29 Panjang pasak minimum Untuk mencegah hubungan dari kerusakan pada poros menggunakan pasak jenis datar, maka panjang hubungan setidaknya 25% lebih besar dari diameter poros dan panjang pasak minimum setidaknya sekitar 25% lebih besar dari diameter poros. Sehingga panjang pasak minimum dapat ditentukan sebagai berikut: L min D p 25%. D p Bantalan Gelinding (Rolling Bearing) Bantalan adalah elemen yang berfungsi menumpu poros berbeban, sehingga putaran poros dapat berlangsung secara halus dan aman. Bantalan dapat disamakan fungsinya dengan pondasi pada suatu gedung. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik, maka prestasi mesin akan menurun. Perumusan yang dipakai dalam perencanaan bantalan bola (ball bearing) yaitu: Penentuan dimensi dan beban yang bekerja pada bantalan harus diketahui besaran-besaran sebagai berikut: D p = Diameter bore bantalan = diameter poros (mm) Bantalan rencana = seri bantalan 02 single row deep groove ball bearing Maka didapat: 1.Bearing bore, d (mm) 2.Outside diameter, D (mm) 3.Max flliet radius, f (mm) 4.Lebar, B (mm) 5.Beban statis dasar,c 0(kg) 6.Beban dinamis dasar, C (kg) Beban ekuivalen yang bekerja pada bantalan P ( X. V. Fr Y. Fa ) Gambar 5. Skema bantalan gelinding bola(ball bearing) Beberapa macam bantalan gelinding yaitu: 1.Bantalan gelinding bola (ball bearing) 1. Radial ball bearing 2. Angular ball bearing 3. Thrust ball bearing 2.Bantalan gelinding roll (roller bearing) 1. Cylinder roller bearing 2. Needle roller bearing 3. Tapered roller bearing 4. Sherical roll bearing Keterangan: V F r Fa X Y = faktor rotasi dengan ring dalam yang berputar = gaya radial bantalan (kg) = 20% x F 2= gaya aksial (kg) = faktor beban radial = faktor beban aksial Beban ekuivalen pembanding yang bekerja pada bantalan Keterangan: V F r P V. F r = faktor rotasi dengan ring dalam yang berputar = gaya radial bantalan (kg) Sumber : Wayan Barata, hal 84

33 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 30 Lama pemakaian bantalan Keterangan: P C b L 10 h c P = beban ekuivalen bantalan (kg) = beban dinamis dasar (kg) = 3 = konstanta ball bearing III. METEDOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Penelitian Tahap penelitian disajikan pada gambar di bawah ini: Gambar 6. Diagram Alir Penelitian Tahapan Penelitian 10 6 ( 60. n ) Penelitian ini dilakukan atas beberapa tahap, yaitu survei lapangan yang bertujuan untuk melihat keadaan di lapangan, mengetahui permasalahpermasalahan yang sering dihadapi oleh b masyarakat dan mengetahui langkahlangkah yang perlu dilakukan dengan mencari data-data dari berbagai sumber seperti buku dan internet. Selanjutnya dilakukan perancangan mesin penggiling jagung, dengan menetapkan kapasitas penggilingan dan menentukan jenis mesin penggiling jagung yang akan dibuat. 1. Identifikasi Masalah Menguraikan tentang pengelompokan dan pemilihan suatu masalah yang akan di teliti. 2. Analisis masalah Menguraikan tentang bagaimana cara menganalisis dan menyelesaikan masalah yang telah dikelompokan. 3. Tinjauan Pustaka Menguraikan tentang dasar-dasar teori yang di gunakan dalam penyusunan untuk menyelesaikan permasalahan. 4. Perancangan alat Menguraikan tentang cara merancangan alat. 5. Pembuatan Alat Menguraikan tentang proses pembuatan alat. 6. Pengujian Alat Menguraikan tentang pengujian alat yang telah dibuat dan di rancang sedemikian rupa yang nantinya mendapatkan ha sil yang diinginkan. 7. Analisis dan Kesimpulan Menguraikan tentang hasil yang di dapat dari penelitian atau pengujian diatas dan dapat menyimpulkan bahwa alat/mesin penggiling jagung dua fungsi dengan cara manual dan mekanik layak digunakan. Alat dan Bahan Pendukung Alat Pendukung 1. Mesin bubut 2. Mesin frais 3. Mesin las 4. Gerinda potong 5. Gerinda tang

34 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Mistar baja 7. Jangka Sorong 8. Penitik 9. Palu Besi 10. Palu Karet 11. Mesin Bor Bahan Pendukung 1. Besi U 5x5mm Tebal 3mm. 2. Pelat eser 2x3m Tebal 1,5 mm 3. Elektroda E6013Ø 2,6. 4. Besi AS ST40 Ø Bearing Ø Bearing Ø V-belt. 8. Pulley Ø 19 mm 9. Baut 10. Batu gerinda potong 11. Batu gerinda rata 12. Stenliss AS Ø 2 inchi Desain Gambar Mesin Penggiling Jagung Konstruksi Mesin Pengggiling Jagung Mesin penggiling jagung ini konstruksinya berukuran panjang 56,5 cm lebar 55,5 cm dan tinggi 129 cm Gambar 7. Kontruksi Mesin Penggiling Jagung Ket : 1. Corong penampung jagung (hopper) 2. Pully 3. Poros 4. Dudukan Pisau 5. V-Belt 6. Motor Bensin 5,5 PK 7. Dinding Pengaman Gilingan (casing) 8. Pisau Penggiling 9. Bantalan 10. Pegas 11. Penyetel 12. Rangka Mesin Penggiling 13. Corong Tempat Keluar Jagung Dimensi Rangka Mesin Jumlah : 1 Buah Bahan yang di gunakan: Besi U 5x5 cm dan tebal 3 mm. Elektroda E6013 Ø2,6 Ukuran yang dibuat : P 56,5 cm, L 55,5 cm, T 87,5 cm Mesin yang digunakan : Mesin gerinda, : Mesin las, : Mesin gergaji. Proses pengerjaan: 1. Siapkan bahan yang akan digunakan untuk perancangan rangka 2. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran benda kerja dengan ukuran material. 3. Mengukur panjang besi U yang akan dipotong sesuai ukuran rangka yaitu dengan dimensi 56.5 cm x 55.5 cm x 87.5 cm kemudian menandainya. 4. Potong besi U dengan ukuran 56.5 cm sebanyak 4 buah, 55.5 cm 4 buah, dan 87.5 cm 4 buah dengan menggunakan mesin gergaji. 5. Lakukan pengelasan las titik terlebih dahulu pada batang besi U dan besi U

35 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 32 yang lain hingga seluruh komponen tersambung dengan baik. 6. Melakukan las penuh pada sambungan rangka. 7. Menghaluskan hasil las dengan gerinda tangan. 200 mm mm 50 mm 200 mm 200 mm Gambar 9. Corong / Hopper Gambar 8. Rangka Mesin Penggiling Jagung Corong Penampung Jagung (Hopper). Jumlah Bahan yang di gunakan: Plat eser tebal 1,5 mm Elektroda E6013 Ø2,6 Ukuran yang di buat : T= 22 cm. LB = 11x11 cm. LA= 20x20 cm : 1 Buah Mesin yang di gunakan : Gurinda Tangan, : Mesin Las, Proses pengerjaan: 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran benda kerja dengan ukuran material. 2. Menandai bagian-bagian yang akan dipotong sesuai dengan ukuran. 3. Memotong plat sesuai ukuran 4. Menekuk Plat agar terbentuk menggunakan alat penekuk plat 5. Mengelas tiap-tiap bagian hingga menjadi bentuk 6. Kemudian membersihkan sisa trak pada benda kerja tersebut menggunakan mesin gerinda tangan Poros Jumlah : 2 Buah Bahan yang di gunakan: ST 40 Ukuran yang di buat : Panjang 450 mm, dan Ø 19 mm (1 buah) Panjang 345 mm dan Ø 19 mm (1 Buah) Mesin yang digunakan : Mesin bubut : Mesin gergaji Proses pengerjaan: 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran benda kerja dengan ukuran material. 2. Memotong benda kerja 2 buah menggunakan mesin gergaji. 3. Kemudian Melakukan bubut rata hingga Ø 19 sebanyak 2 buah. Pisau Penggiling Gambar 10. Poros Jumlah : 1 Buah Bahan yang di gunakan: Stenlish AS Ø 2 inchi Ukuran yang di buat : Panjang 11cm, dan Ø 2 inchi 450 mm Ø19 mm

36 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 33 Mesin yang digunakan : Mesin bubut, : Mesin Frais, : Mesin gergaji Proses pengerjaan: 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran benda kerja dengan ukuran material. 2. Mengkartel benda kerja pada mesin bubut 3. Mengalalur benda kerja dengan kedalaman alur 5 mm dan jarak 5 mm 4. Kemudian mengefrais benda kerja pada mesin frais menggunakan mata frais ST 37 yang berdiameter Ø 5 mm, dengan kedalaman hasil frai 5 mm. 50, Gambar 11. Pisau Penggiling Dudukan Pisau. Jumlah Bahan yang di gunakan: Stenlish AS Ø 2 inchi : 1 Buah Ukuran yang di buat : Panjang 11cm, dan Ø 2 inchi Mesin yang digunakan : Mesin bubut, : Mesin Frais, : Mesin gergaji Proses pengerjaan: 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran 2. benda kerja dengan ukuran material. 3. Mengkartel benda kerja pada mesin bubut 4. Mengalalur benda kerja dengan kedalaman alur 5 mm dan jarak 5 mm 5. Kemudian mengefrais benda kerja pada mesin frais menggunakan mata frais ST 37 yang berdiameter Ø 5 mm, dengan kedalaman hasil frai 5 mm. Gambar 12. Dudukan Pisau Dinding Pengaman Gilingan (casing) Jumlah Bahan yang digunakan : Plat eser tebal 1,5 mm. Elektroda E6013 Ø2,6 : 1 Buah Ukuran yang di buat : P = 36 cm x L = 34,7 cm x T = 20 cm Mesin yang digunakan : Gurinda Tangan : Mesin Las Proses pengerjaan: 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran benda kerja dengan ukuran material. 2. Menandai bagian-bagian yang akan dipotong sesuai dengan ukuran. 3. Memotong plat sesuai ukuran 4. Mengelas tiap-tiap bagian hingga menjadi bentuk 5. Kemudian membersihkan sisa trak pada benda kerja tersebut menggunakan mesin gerinda tangan Gambar 13. Casing Tampak Samping

37 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 34 Gambar 14. Casing Tampak Depan Gambar 16. Corong Tempat Keluar Jagung Finishing Gambar 15. Dinding Pengaman Gilingan Corong Tempat Keluar Jagung Jumlah Bahan Elektroda E6013 Ø2,6. Ukuran yang di buat : 1 Buah. : Plat eser tebal 1,5 mm. : T = 17 cm, L = 12cm, P = 60 cm Mesin yang di gunakan : Gurinda tangan. : Mesin las. Proses pengerjaan: 1. Mempelajari gambar dan memeriksa ukuran benda kerja dengan ukuran material. 2. Menandai bagian-bagian yang akan dipotong sesuai dengan ukuran. 3. Memotong plat sesuai ukuran. 4. Mengelas tiap-tiap bagian hingga menjadi bentuk. 5. Kemudian membersihkan sisa trak pada benda kerja tersebut menggunakan mesin gerinda tangan. Bahan yang di gunakan - Dumpul isamu ½ Kg. - Batu gurinda rata 2 buah. - Cat aclose 2 kaleng ½ Kg (2 warna). - Tiner 1 liter. Alat yang di gunakan - Mesin gerinda tangan. - Kuas 1Buah. Proses pengerjaan: 1. Membersihkan tip-tiap komponen mesin yang masih kotor. 2. Menutup sudut-sudut komponen mesin seperti rangka, dinding corong dengan menggunakan dumpul, ini berguna agar hasil pengecetan bagian bagian tersebut menjadi rapi. 3. Mengecet komponen-komponen mesin tersebut di atas. 4. Selesai Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan urutan langkah pengerjaan dari bahan baku sampai menjadi benda kerja yang dikehendaki sesuai dengan ukuran yang telah direncanakan. didalam pengerjaan harus memperhatikan efisiensi waktu, kemudahan pengerjaan dan faktor perakitan, proses pengerjaan ini berfungsi sebagai petunjuk bagi operator dalam membuat suatu komponen. rencana pengerjaan mempunyai arti penting yaitu sebagai acuan untuk menentukan waktu

38 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 35 perakitan sehingga pada akhirnya dapat diketahui besar biaya yang diperlukan. Selain itu juga dapat diketahui tahap-tahap dalam proses pengerjaan serta mesinmesin yang digunakan. Dari tahap-tahap pengerjaan ini dapat diketahui lamanya waktu dan besarnya biaya pengerjaan. Proses pengerjaan ini disusun secara berurutan dan bertahap dari awal sampai terbentuknya benda jadi dengan didasarkan pada pengalaman dan teori. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Mesin Penggiling Jagung Secara utuh konstruksi mesin penggiling jagung dapat dilihat pada gambar lampiran. Secara garis besar mesin ini terdiri dari bagian rangka, corong penampung jaung, system transmisi dan tenaga penggerak. Rangka terbuat dari besi U 5x5 yang berfungsi sebagai penopang utama mesin, Pisu penggiling dan dudukan pisau merupakan bagian inti pada proses kerja mesin penggilig jagung ini, Dinding mesin penggiling terbuat dari plat eser dengan ketebalan 0,5 mm. Sedangkan pada bagian bawah dilengkapi dengan corong keluar. Transmisi berfungsi untuk meneruskan gerak dari penggerak utama menuju gerakan putar poros yang terpasang pada pisau penggiling. Sistem transmisi terdiri dari pulley dan sabuk. Tenaga penggerak pada mesin ini menggunakan motor bensin 5.5 PK. Motor bensin ini yang berfungsi sebagai sumber tenaga utama pada pengoperasian mesin penggiling jagung. Sistem Kerja Mesin Penggiling Jagung Motor bensin dijalankan dan setelah putaran motor stabil, dilakukan dengan cara meletakan butiran-butiran jagung/jagung pipil kedalam corong penampung jagung, kemudian jagung pipil akan masuk pada rumah penggiling jagung yang di bawahnya terdapat pisau penggiling yang berputar dan dudukan pisau. Jagung pipil akan langsung di giling melalui pisau penggling tersebut kemudia jagung pipil akan keluar melalui corong tempat keluar jagung dengan bentuk jagung yang sudah tergiling. Perencanaan Sistem Transmisi Perencanaan Pulli dan V-Belt 1. Kecepatan Pulli Keliling 1 Dan 2 V 1 = 2 m/s V 2 = 27,19 m/s 2. Sudut Kontak 1 Sin α = 0,19 = 12, ,68 4. Gaya Keliling Yang Timbul Pada Pulli 1 Dan 2 F = 280,5kg 5. Torsi Pada Pulli 1 T 1 = 10687,05 kg mm 6. Torsi Pada Pulli 2 T 2 = 42748,2 kg mm 7. Panjang V-Belt 1 L = 1748,20mm 8. Mencari Tegangan Tarik Dan Tegangan Kendor Kekendoran V-Belt ( F 1) Tipe Belt: B A min = 554 Luasan Penampang Belt ZA = 16,696 Ketegangan V-Belt (F 1) A max = 9600,2 psi 9. Tegangan Maksimum Yang Timbul Dari Operasi V-Belt 103,12 psi max

39 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Jumlah Putaran V-Belt U 1rps 11. Umur V-belt H = 388,86 jam kerja Perencanaan Poros 1. Gaya Radial Yang Terjadi Pada Poros Fr = 376,66 lb 2. Tegangan Bahan Maksimum, max(psi) = 17,600 psi max 3. Torsi Poros, Tp (lb.in) T = 123,75 lb in 4. Tegangan Tarik Pada Pulli = 20,625 lb Untuk mencari F 2 F 2 = 5,15 lb untuk mencari F 1 Fd = 25,775 lb 5. Reaksi Gaya Arah Horizontal R A + R B = 0, , ,775 = 27,1358 lb m 0 Rb = 27,0337 lb Mencari R A R A= 0,1021 lb 6. Momen Lentur Horizontal Bidang A C M C = 0, 1021 x 0,205 Bidang C B M B = 27,0337 x 0,24 Bidang D B M B = 0,13 lb in 7. Reaksi Gaya Arah Vertikal F y 0 R A + R B = 27, Bidang Momen M = 0,01 lb in 9. Pengecekan Tegangan Pada Poros max 1584 lb/in Syarat poros aman 2 s Syp Syp AMAN Perencanaan Pasak 1. Gaya Yang Terjadi Akibat Torsi F = 334,45 lb 2. Ditinjau Dari Tegangan Geser S s = 854,27 lb/in² 3. Ditinjau Dari Tegangan Kompresi S c = 1708,55 lb/in² Syarat pasak aman S c S syp S c S c 206, AMAN Perencanaan Bantalan 1. Daya Yang Hilang (Akibat Gesekkan) HP = 5,5 2. Umur Bantalan L 10 = 419,14 jam

40 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 37 V. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian rancang bangun mesin penggiling jagung adalah proses penggilingan menghancurkan butiran jagung menjadi beras jagung Mesin ini dibuat melalui hasil perhitungan analisa teknik meliputi semua komponenya dengan beberapa macam bahan diantaranya adalah, besi U, plat. Mesin ini bekerja dengan sistem kerja continue yang dapat digunakan sesuai fungsinya dan diuji coba menggunakan daya 5.5 PK. Kapasitas efektif penggiling jagung 11 Kg/Jam dengan menggunakan motor penggerak. Sedangkan kapasitas efektif penggiling jagung dengan menggunakan tuas manual yaitu 4 Kg/jam. Dibandingkan dengan manual, mesin memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi karena mesin ini bekerja dengan baik, desain rangka cukup kokoh untuk menahan getaran dari mesin penggerak. Saran 1. Dari hasil perancangan alat menunjukkan operasi mesin berjalan baik, tetapi perlu adanya penyempurnaan dan pembaharuan terutama pada mekanisme penggilingan yang memerlukan rancangan pada pisau penggiling agar dapat menghasilkan penggilingan yang lebih cepat lagi. 2. Ketahanan alat perlu di uji secara berkesinambungan ( continue) untuk mengetahui performa mesin yang lebih sempurna. 3. Perlu adanya perhitungan analisis biaya, dengan tujuan untuk mengetahui biaya yang diperlukan dalam pembuatan alat, sebagai rekomendasi bagi masyarakat dalam penggunaan alat secara ekonomis. DAFTAR PUSTAKA A.D Deutcsman Machine Design Theory and Practice, Machinilan Publisihing, New Yourk, 1975 Purnomo, Hari Pengantar teknik Industri penerbit. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sularsono, Kiyokatsu Suga. Elemen Mesin. Jilid 3. PT. Pradya Paramitha, Jakarta, Wayan Barata Elemen mesin I dan II Jurusan Teknik Mesin, FT IITS Surabaya, 1986

41 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 38 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN ASIN EFEK RUMAH KACA BERBENTUK PRISMA SEGI EMPAT DENGAN VARIASI BATU SEBAGAI PENYIMPAN PANAS Sukarmanto Abdjul 1) Yunita Djamalu 2), Evi Sunarti Antu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Program Studi Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Standar SNI kadar air untuk ikan layang adalah 40%. Sedangkan Tubuh ikan segar mengandung 56%-80% air. Untuk mendapatkan standar tersebut, ikan harus melewati proses pengeringan. Pada prinsipnya, Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin sehingga kegiatan bakteri terhambat dan jika mungki dapat mematikan bakteri tersebut. Pengeringan pada umumnya masih dilakukan masyarakat Gorontalo dengan memanfaatkan tenaga matahari secara langsung. Namun kekurangannya pada tahap pekerjaan ini sangat bergantung pada musim, waktu pengeringan yang lama, tenaga kerja yang banyak, dan tempat penjemuran yang luas. Salah satu metode pengeringan buatan yang telah dikembangkan saat ini adalah pengering efek rumah kaca. Pada penelitian ini dirancang alat pengering dengan tipe efek rumah kaca yang berbentuk prisma dengan menambahkan variasi batu dibawah pengering yang difungsikan untuk penyimpan panas dan exhaust dibagian atas pengering. Dari hasil pengujian kadar air awal ikan adalah 68,86%. Dengan penjemuran secara konvensional selama 3 (tiga) hari kadar air ikan menjadi 24,74%, Dan dengan menggunakan alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas dalam waktu 3(tiga) hari kadar air menjadi 16,07%. Suhu yang tersimpan dalam batu sebagai penyimpan panas setelah pukul WITA adalah 30 C sampai 37 C dengan rata-rata suhu 26 C. Kata kunci : Rancang bangun, efek rumah kaca, Ikan asin I. PENDAHULUAN Pengeringan ikan sebagai salah satu cara pengawetan yang paling mudah, murah, dan merupakan cara pengawetan yang tertua. Dilihat dari segi penggunaan energi, Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dianggap tidak memerlukan biaya sama sekali. Pengeringan akan bertambah baik dan cepat apabila sebelumnya ikan digarami dengan jumlah garam yang cukup untuk menghentikan kegiatan bakteri pembusuk. Meskipun pengeringan itu akan merubah sifat daging ikan dan ketika sifatnya masih segar, tetapi nilai gizinya relativ tetap. Kadar air yang mengalami penurunan akan mengakibatkan kandungan protein didalam bahan mengalami peningkatan (Adawyah, 2007). Masyarakat Gorontalo terutama diwilayah sekitar pesisir pantai melakukan pengeringan ikan asin dengan cara manual

42 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 39 dengan menggunakan lahan kosong atau rak yang dirancang khusus untuk meletakan ikan agar terkena sinar matahari langsung. Namun cara ini masih mempunyai kelemahan, selain membutuhkan lahan yang besar untuk proses pengeringan, memerlukan waktu yang lama dalam untuk mencapai kadar air yang diinginkan, cara ini juga sangat memungkinkan ikan yang dijemur terkontaminasi dengan debu/kotoran yang berterbangan. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif alat pengering yang dapat meningkatkan kualitas ikan asin dan mempercepat proses pengeringan yaitu dengan alat pengering efek rumah kaca yang divariasikan dengan batu sebagai penyimpan panas. II. LANDASAN TEORI Ikan Asin Ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah rusak. Penyebabnya adalah daging ikan mempunyai kadar air yang sangat tinggi, ph netral, teksturnya lunak, Dan kandungan gizinya tinggi sehingga menjadi medium yang sangat baik untuk pertumbuhan jasad renik, terutama bakteri. Gambar 1. ikan asin Pengawetan ikan tradisional di Indonesia meliputi pengasinan, Pemindangan, Pembuatan Peda, Terasi, Petis, Dan lain-lainnya. Pembuatan ikan asin merupakan yang paling sederhana dengan biaya yang murah. Kadar air akhir ikan asin kering yang baik menurut SNI di Indonesia ditetapkan berdasarkan SNI yakni 40% adapun syarat mutu ikan asin kering dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Syarat mutu Ikan Asin Kering Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu Organoleptic Nilai minimal 6,5 Kapang Negative Mikrobiologi TPC,Maksimum Koloni/gram 1X10 Eschericia coli, maks MPN/gram < 3 Salmonella* per 25 gram Negative Vibrio cholerae* Per 25 gram Negative Staphylococcus aureus* Per 25 gram 1X10³ Kimia Air, maksimum %b/b 25 Garam, maksimum %b/b Abu tak larut dalam asam, maks %b/b 1,5 (Sumber : Margono, 1993, N.A., 2006) Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Pengertian proses pengeringan berbeda dengan proses penguapan (evaporasi). Prinsip Dasar Pengeringan Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama - tama panas harus ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah

43 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 40 terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus ditransfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan yang digunakan. Dengan sangat terbatasnya kadar air pada bahan yang telah dikeringkan, maka enzimenzim yang ada pada bahan menjadi tidak aktif dan mikroorganisme yang ada pada bahan tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dihambat, bahkan beberapa jenis dimatikan karena mikroorganisme seperti umumnya jasad hidup yang lain membutuhkan air untuk proses metabolismenya. Mikroorganisme hanya dapat hidup dan melangsungkan pertumbuhannya pada bahan dengan kadar air tertentu. Walaupun setelah proses pengeringan secara fisik masih terdapat (tersisa) molekul-molekul air yang terikat, tetapi molekul air tersebut tidak dapat dipergunakan oleh mikrooganisme. Disamping itu enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang sudah dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya. Berdasarkan hal tersebut, berarti kalau kita bermaksud mengawetkan bahan melalui proses pengeringan, maka harus diusahakan kadar air yang tertinggal tidak mungkin dipakai untuk aktivitas enzim dan mikroorganisme. (Rachmawan, 2001). Efisiensi Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efisien. Proses yang efisien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan lebih cepat. Efisiensi Pengeringan Efisiensi pengeringan adalah hasil perbandingan antara panas yang secara teoritis dibutuhkan dengan penggunaan panas yang sebenarnya dalam pengeringan dimana evaluasi ini lebih kepada proses pengeringan (Setiawan, 2008). Jumlah kalor (panas) y ang digunakan untuk pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Keterangan: Q1 Q2 Q3 = =Jumlah panas yang digunakan = Panas sensible air = Panas laten penguapan air Dimana Q1 (jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan bahan) didapat dari: 2 =. ( ~ ) Q2 (Panas sensible air) yaitu panas yang digunakan untuk menaikkan suhu air didalam bahan yang didapat dari rumus : 2 =. ( ~ ) Q3 (Panas laten penguapan air) yaitu jumlah panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan yang didapat dari : 3 =. h Untuk menentukan banyaknya kalor (panas) yang diberikan oleh udara panas pada bahan yang dikeringkan digunakan rumus sebagai berikut: =.. ( )

44 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 41 Untuk menentukan efisiensi pengeringan dapat digunakan rumus : Diagram Alir = 100 % Efisiensi pengering dievaluasi berdasarkan panas yang dihasilkan dalam rumah kaca, dimana jumlah kalor yang di gunakan di bagi dengan energi input. Jumlah kalor (panas) yang digunakan : = Energi input pada rumah kaca dapat di tuliskan dalam persamaan : = ( ).. Dimana ; 1 (t) adalah rata rata intensitas matahari, A adalah luas bak pengering dan t adalah waktu dalam menit (Setiawan, 2008). Tidak Mulai Identifikasi Masalah Analisis Masalah Tinjauan Pustaka Perancangan Alat Pembuatan Alat Panas yang tersimpan Analisa panas yang tersimpan dilakukan dengan mengukur suhu pada alat pengering setelah proses pengeringan berlangsung yaitu, Pada pukul sampai dengan WITA. Titik pengukuran panas yang tersimpan dilakukan pada 5 (lima) titik pengukuran yaitu pada atap bagian dalam, pada bak pengering, pada dinding bagian dalam, pada ruang pengering dan pada lingkungan sekitar. III. METEDOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini menjelaskan mengenai gambaran umum pada pembuatan Rancang bangun pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas. Pengujian Alat Ya Kesimpulan Selesai Gambar 2. Diagram Alir 1. Identifikasi masalah Menguraikan tentang pengelompokan dan pemilihan suatu masalah yang akan di teliti. 2. Analisis masalah Menguraikan tentang bagaimana cara menganalisis dan menyelesaikan masalah yang telah dikelompokan. 3. Tinjauan Pustaka Menguraikan tentang dasar-dasar teori yang di gunakan dalam

45 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 42 penyusunan untuk menyelesaikan permasalahan. 4. Perancangan alat Menguraikan tentang cara merancangan alat. 5. Pembuatan alat Membuat dan Menguraikan komponen-komponen alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas. 6. Uji coba alat Menguraikan tentang pengujian alat yang telah dibuat dan di rancang sedemikian rupa yang nantinya mendapatkan hasil yang diinginkan. 7. Kesimpulan Setelah pembahasan disimpulkan apa saja hasil yang diperoleh dari pengujian. Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni dan bertempat di Labolatorium las fabrikasi logam dan labolatorium mesin umum produksi, prodi Mesin dan Peralatan Pertanian jurusan teknik mesin Politeknik Gorontalo. Alat dan Bahan Alat Alat bantu perakitan yang digunakan untuk mempermudah proses perakitan, diantaranya: 1. Mesin Las berfungsi untuk menyatukan dua buah besi siku yang telah dipotong untuk kontruksi rangka. 2. Bor tangan berfungsi untuk melubangi benda kerja untuk pemasangan paku rivet. 3. Penitik berfungsi untuk menandai benda kerja yang akan dipotong maupun yang akan dibor. 4. Penyiku berfungsi untuk membuat sudut siku 90 pada rangka agar simetris. 5. Meter roll berfungsi untuk mengukur panjang benda kerja yang akan dipotong. 6. Gerinda tangan berfungsi untuk meratakan benda kerja sebelum dilas. 7. Gunting plat berfungsi untuk menggunting plat sebagai tempat untuk meletakan batu untuk penyimpan panas pada alat pengering. 8. Lem kaca berfungsi untuk menyatukan kaca sebagai penerima radiasi matahari. 9. Gerinda potong berfungsi untuk memotong besi siku sebagai rangka alat pengering. Bahan Adapun bahan yang akan digunakan dalam pembuatan alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas adalah sebagai berikut : Besi siku tebal, plat garvanis, Kaca tebal 5, Exhaust fan, batu, kasa, paku rivet, Pipa PVC ø 4ʺ, besi siku tipis, Cat, Tinner, Elektroda, besi siku aluminium. Desain alat Gambar 3. Desain alat pengering tipe ERK bentuk Prisma

46 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 43 Keterangan : 1. Penutup Blower 2. Blower 3. Rangka alat 4. Rangka 1 5. Rangka 2 6. Rangka 3 7. Rangka kaca 8. Lubang udara 9. Rangka batu sebagai penyimpan panas 10. Kaca dinding alat 11. Pintu Metode Perancangan Alat 1. Rak 1 berfungsi sebagai tempat produk yang akan dikeringkan. Menyediakan besi siku tipis yang berukuran 30 mm x 30 mm untuk bingkai dari rak alat, kemudian memotongnya dengan ukuran yang sesuai dengan lebar alat, setelah selesai bingkainya kemudian kita menyediakan kasa untuk wadah dari rak alat. 2. Pembuatan Rangka Alat. Menyiapkan besi siku tebal 40mm x 40mm yang akan dipotong sesuai ukuran yang di berikan pada rangka alat. 3. Pembuatan rak batu sebagai penyimpan panas Menyediakan batu, plat garvanis 98 cm x 98 cm, Paku rivet, kemudian memotong plat garvanis dengan ukuran yang telah diberikan sesuai dengan lebar alat, setelah plat terpotong, kemudian dibentuk wadah segi empat, setelah terbentuk kemudian diletakan pada rangka alat sebagai tempat batu untuk penyimpanan panas. Gambar 5. Rak susunan batu sebagai penyimpan Panas 4. Pembuatan Rumah Kaca. Menyediakan kaca 36 cm x 98 cm dengan panjang 168 cm, Kemudian kita potong sesuai dengan ukuran yang telah kita berikan, setelah kaca selesai di potong, kemudian kita letakan sebagai dinding dari alat tersebut. 5. Pembuatan Lubang Udara Menyediakan 2 buah pipa PVC 4 yang berdiameter 10 cm, kemudian kita membuat lubang sebanyak 2 buah pada bagian samping bawah alat pengering sebagai tempat melekatnya 2 buah pipa tersebut. Gambar 4. Rak penampungan ikan asin

47 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 44 Spesifikasi Alat Alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas memiliki tinggi alat 2000cm dengan lebar alat 1000cm. Dan mempunyai kapasitas 8Kg ikan layang asin. Suhu Rak 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Lapangan Berikut ini adalah grafik-grafik hasil pengukuran yang telah dilakukan selama tiga hari. Untuk pengukuran suhu dan kadar air pada setiap harinya dilakukan dari pukul WITA sampai dengan pukul WITA. Suhu pada alat pengering selama pengujian Suhu Rak 1 Gambar 7. Grafik Suhu Rak 2 Pada rak 2 ini proses pengeringannya juga tidak jauh berbeda dengan yang ada pada rak 2 dimana proses pengeringan dari kedua rak ini mengandalkan panas dari sinar surya yang terdapat pada batu, dinding kaca dari alat pengering juga dapat membantu dalam proses pengeringan ini. Berdasarkan tabel di atas dapat membuktikan bahwa suhu panas yang ada di dalam alat pengering lebih tinggi dari suhu panas yang ada di lingkungan, suhu panas yang ada pada rak 2 bisa dikatakan sama, suhu terendahnya 25ºc dan bisa mencapai 62ºc. Suhu Rak 3 Gambar 6. Grafik Suhu Rak 1 Rak 1 adalah sebagai tempat dimana ikan asin ditempatkan kemudian dimasukan kedalam pengering, Dimana alat pengering ini akan ditembus oleh cahaya matahari. Proses pengeringannya menggunakan suhu panas yang ada di dalam batu dihisap oleh blower dan disirkulasikan didalam alat pengering. Suhu panasnya bisa mencapai 62ºc dan suhu terendahnya 25ºc. Gambar 8. Grafik Suhu Rak 3 Pada gambar diatas menggambarkan proses pengeringan pada rak 3 dimana proses pengeringan dirak 3 juga mengandalkan panas dari sinar surya yang terdapat pada batu, dinding kaca dari alat pengering dapat membantu dalam proses pengeringan ini. Berdasarkan gambar di atas dapat membuktikan bahwa suhu panas yang ada di dalam alat pengering lebih tinggi di bandingkan dengan suhu

48 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 45 panas yang ada di lingkungan, suhu panas yang ada pada rak 3 bisa dikatakan sama, suhu terendahnya 25ºc dan bisa mencapai 65ºc. Panas yang tersimpan Panas yang tersimpan diukur setelah proses pengeringan yaitu dari pukul sampai dengan WITA. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di peroleh data pengeringan penyimpan panas terbaik adalah pada rak batu dengan suhu lingkungan yang lebih rendah dari rak lainnya namun memiliki tingkat penyimpan panas yang lebih baik. Data tersebut dapat dilihat pada grafik Tabel dan Grafik Panas yang tersimpan Panas yang tersimpan pada rak 1 Pada gambar diatas Merupakan tampilan grafik yang menampilkan suhu panas yang tersimpan pada rak 2 dengan suhu terendah pada hari ke-1 dan ke-2 pukul WITA mencapai 25 C dan suhu tertinggi yaitu pada hari ke-1 mencapai 42 C. Panas yang tersimpan pada rak 3 Gambar 11. Grafik panas yang tersimpan pada rak 3 Berdasarkan Gambar 11 diatas dapat membuktikan bahwa suhu yang tersimpan pada rak 3, Pada pukul WITA yaitu 42ºC. dan pada pukul WITA yaitu 27ºC. Gambar 9. Grafik panas yang tersimpan pada rak 1 Gambar diatas menunjukkan bahwa panas yang tersimpan pada rak 1 pada hari ke-1 dan ke-2 pada pukul WITA memiliki suhu terendah 25 C dan pada hari ke-3 pukul WITA memiliki suhu tertinggi mencapai 43 C. Panas yang tersimpan pada rak 2 Kadar air Kadar air ikan asin masing-masing rak setelah pengeringan dengan pengeringan efek rumah kaca (ERK) dengan menggunakan variasi batu sebagai penyimpan panas dapat disajikan dengan rumus sebagai berikut : Kadar air basis kering : Mdb = W0 Wd x100% W d Keterangan : W 0 = Massa aԝal bahan (%) W d = Massa akhir bahan (%) M db = Kadar air basis kering (%) Gambar 10. Grafik panas yang tersimpan pada rak 2

49 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 46 Kadar air basis kering rak 1 : Dik : M db = W W W x 100% =,, = 0,151x100% = 15,46% M db=, (,, ) x100% =,,, =,, = 0,201 x 100% = 20,12% Kadar air basis kering rak 2 : W W M db= W x 100% =, (,, ) x100% =,,, =,, = 0,160x100% = 16,07% Kadar air basis kering rak 3 : W W M db = W x 100% =, (,, ) x 100% =,,, Kadar air basis kering tradisional (lamporan) : M db = W - W W = x 100% =, (,, ) x 100% =,,, =,, = 0,247x100% = 24,74% Efisiensi pengeringan Menghitung efisiensi pengeringan : Data yang diketahui: Berat ikan yang akan dikeringkan = 8 kg Suhu Masuk ( ) = 45 0 C Suhu awal ikan ( ) = 41 0 C Suhu akhir ikan = 42 0 C Laju aliran udara didalam pengering) = 2 m/s (standar) Panas Jenis ikan ( ) =3,601 Kj/kg 0 C

50 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 47 Panas Jenis air ( ) = 4,2 Kj/kg 0 C Kadar air awal = 68,86% Kadar air yang diinginkan = 40 % Waktu yang diinginkan untuk =1080 menit mencapai kadar air 40% Panas Laten Penguapan air = 2260 Kj/kg Massa kering yaitu massa dimana kadar air bahan 0% = 8 (1 0,6886) = 2,4912 Bagian bahan yang kering adalah : = 2, ,4 = 4,152 Banyaknya uap air yang harus diuapkan sampai kadar air 40% adalah : = 8 4,152 = 3,848 Menentukan Hasil + + Melalui Tahap Berikut: Menentukan : =. ( ) Keterangan : Q 1 =Jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan bahan mk = Massa kering ikan cp = Panas jenis ikan T p = Temperatur akhir ikan Ta = Temperatur awal ikan Dik: mk = 2,4912 kg cp =3,601 Kj/kg 0 C T p = 41 c T a = 45 c Dit: Q 1 =? Penye: =. ( ) = 2,4912 x 3,601(45-41) = 8,971x4 =35,884kj Menentukan : Keterangan: Q 2 =. ( ) = Panas sensible air = Massa air = Panas jenis air = Temperatur akhir ikan = Temperatur awal ikan Dik: ma = 0,6886 % ca = 4,2 kj/kg 0 C T p = 41 c T a = 45 c Dit: Q 2 =? Penye: =. ( ) = 0,6886 x 4,2 (41-45) = 11,5684kj Menentukan : =. h Keterangan : Q 3 = Panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan = Banyaknya uap air h = Panas laten penguapan air Dik: mw = 3,848 kg h = 2260 kj/kg Dit: Q 3 =? Penye: =. h = 3,848 x 2260

51 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 48 = 8696,48kj Menentukan Q : Keterangan: Q 1 Mk Cp T p T a + + = Jumlah panas yang Digunakan untuk memanaskan bahan = Massa kering ikan (kg) = Panas jenis ikan (kj/kg c) = Temperatur akhir ikan = Temperatur awal ikan Dik Q 1 = 35,884 kj Q 2 = 11,5684 kj Q 3 = 8696,48 kj Dit Q =? Penye: Q = Q 1 + Q 2 + Q 3 =35, , ,48 = 8743,9kj Untuk menentukan banyaknya kalor (panas) Untuk menemukan hasil q maka terlebih dahulu melakukan pencarian nilai dari dengan menggunakan rumus: = Keterangan: Dik Dit =? Peny = = masa pada rak 2 = Volume = 1,254kg = 0,126m3 =,, = 9,952kg/m3 V.PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada pengujian yang telah dilakukan terhadap alat pengering dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Sebaran suhu ruang pengering selama percobaan memiliki pola yang relative seragam dengan kisaran suhu ruang rata-rata adalah 53 C pada rentang 45 C 60 C. 2. Pada proses pengujian alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas ini digunakan ikan layang dengan berat awal 8Kg dengan kadar air awal 68,86%. Dan setelah dilakukan pengeringan pada alat pengering didapatkan kadar air 15,46%. 3. Panas yang tersimpan pada alat pengering dari pukul WITA sampai pada pukul WITA yaitu 40 C dengan suhu ruang berkisar antara 30 C sampai 37 C. 4. Alat pengering ikan asin efak rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas mempunyai efisiensi pengeringan 26,15% Saran Untuk penelitian selanjutnya, di harapkan kepada seluruh pihak yang bersangkutan, agar kiranya dapat mengembangkan alat pengering ikan asin efek rumah kaca berbentuk prisma segi empat dengan variasi batu sebagai penyimpan panas dengan memperhatikan seluruh kegiatan, sehingga bisa lebih mengoptimalkan proses kerja alat pengering.

52 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 49 DAFTAR PUSTAKA Adawiyah R Pengolahan dan pengawetan Ikan Bumi aksara : Jakarta Ekechuwu, O.V., Norton, B (1999), Review of Solar-Energy Drying System I:an Overview of Drying Principle and theory, international Journal of Energy Conversion & management Margono, Tri dkk, Buku Panduan Teknologi Pangan Setiawan, FD 2008, perwatan mekanikal mesin produksi maximus, Yogyakarta Rachmawan, O Pengering, pendinginan dan pengemasan komuditi pertanian. Depdiknas. Jakarta

53 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 50 RANCANG BANGUN MESIN PERONTOK BULU AYAM Supardi Biu 1), Farid Darise 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun mesin perontok bulu ayam dan menghitung sistem transmisi pada mesin perontok bulu ayam. Proses perancangan mesin perontok bulu ayam dilakukan dengan tahapan yaitu perencanaan dan penjelasan tugas/fungsi, perencanaan konsep produk (gambar kerja). Analisis teknik menghitung system transmisi meliputi puli dan v-bell, poros, bantalan, dan pasak. Tenaga penggerak mesin perontok bulu ayam direncanakan menggunakan motor listrik 1 hp. Hasil perancangan menghasilkan mesin perontok bulu ayam dengan spesifikasi ukuran panjang 850, lebar 500 dan tinggi 695 mm. Kapasitas produksi mesin pencacah rumput 750 kg/jam. Sumber penggerak mesin adalah motor listrik dengan putaran Sistem transmisi menggunakan V-belt dengan poros penggerak berdiameter 25.4 mm. Kontruksi rangka terbuat dari profil U 40x40x3 mm dengan bahan St 42 dan tube menggunakan besi plat dengan tebal 1.2 mm. Taksiran harga jual untuk mesin perontok bulu ayam ini senilai Rp tidak termasuk motor bensin. Kata kunci : Rancang bangun, Mesin Perontok, bulu ayam I. PENDAHULUAN Provinsi Gorontalo adalah salah satu daerah sentra peternakan di Indonesia. Dapat dilihat pada data pertumbuhan produksi ternak ayam buras dan ayam ras pedaging pada tahun 2012 sampai 2013 meningkat, untuk ayam ras pedaging 499 ribu per tahun dan ayam buras pertahun dengan pertumbuhan 3,58%. Dari data tersebut menunjukan permintaaan akan komsumsi daging ayam sebagai sumber protein hewani sangat tinggi, ini dapat dilihat dengan berkembangnya industri kuliner dan usaha restaurant dan masyarakat lokal yang memanfaatkan daging ayam sebagai menu utama pendamping makanan pokok Daging ayam merupakan sumber protein utama setelah ikan.daging ayam yang dikomsumsi masyarakat terdiri dari dua jenis yaitu ayam ras pedaging dan ayam buras atau ayam kampung. Masalah yang dialami para peternak dan industri kuliner yaitu dalam penanganan permbersihan bulu ayam, masyarakat masih menggunakan cara manual dalam merontokan bulu ayam yang mempunyai kelemahan membutuhkan waktu yang lama dalam proses perontokan, Proses kerja mesin ini sangat sederhana, tinngal memasukan ayam yang sudah dipotong (mati) kemudian disiram dengan air panas, setelah itu ayam di

54 masukan kedalam mesin lalu hidupkan mesin dan tunggu beberapa menit,maka hasilnya bulu ayam tercabut dengan baik dan cepat dan lebih efisien dari segi waktu. Mesin perontok bulu ayam adalah suatu mesin yang digunakan untuk merontokkan bulu ayam dengan menggunakan sistem mekanik, yang terdiri dari elemen mesin berupa tube atau silinder putaran sentrifugal atau putaran vertikal dengan perontok pluking finger yang terbuat dari karet. Mesin perontok bulu ayam atau unggas ini menggunakan sistem putaran vertikal, hal ini merupakan hasil design dari mesin perontok bulu ayam tersebar dimasyarakat luas, perbedaan dengan rancangan peneliti terdapat pada tempat keluarnya bulu ayam, pada mesin sebelumnya tidak memiliki tempat untuk mengeluarkan bulu ayam, mesin menggunakan motor listrik untuk memudahkan pemakai dalam proses pengambilan ayam setelah selesai proses perontokan. Diharapkan rancang bangun mesin ini dapat membantu para peternak ayam dan pengusaha rumah makan dalam proses penanganan perontokan bulu ayam yang optimal, higenis dan cepat dalam proses (Muladno, 2010) Dari permasalah ini penulis merancang sebuah mesin perontok bulu ayam untuk mengoptimalkan proses perontokan, proses perontokan bertujuan untuk merontokan bulu ayam secara cepat dan optimal. II. LANDASAN TEORI Deskripsi Ayam Nama ayam kampung sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Ayam ini hampir dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun keberadaanya terus didesak oleh ayam ras (broiler), tetapi ayam ini mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat. Potensi yang besar dari ayam jawa ini memang tidak diragukan lagi. Ayam kampung, jenisnya beraneka ragam. Sebutan ayam kampung biasanya disesuaikan dengan keadaan tubuh, bulu dan daerah asal. Ayam ini banyak dipelihara di daerah pedesaan dengan cara tradisional, sehingga hasilnya kurang menguntungkan. Sesungguhnya jika dipelihara secara serius, ayam jawa ini mampu memenuhi kebutuhan hidup lebih banyak. Dengan kata lain cocok untuk dijadikan usaha yang menjanjikan. (Murtidjo, 1992). Pada dasarnya pemeliharaan ayam kampung telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat pedesaan. Bagi mereka, ayam kampung merupakan sumber mata pencaharian sehari-hari. Biasanya, mereka memelihara ayam kampung dengan sistem umbaran. Sistem pemeliharaannya memang masih sangat sederhana. Namun, dari telur dan daging yang dihasilkan oleh ayam kampung peliharaan, para peternak di pedesaan mampu memenuhi kebutuhan hidup keluargannya. Ayam kampung telah menjadi salah satu pilihan usaha penyedia telur dan daging sehingga dapat dijadikan ternak andalan (Permentan, 2006). Definisi Mesin Perontok Bulu Ayam Mesin perontok bulu ayam adalah suatu mesin yang digunakan untuk merontokkan bulu ayam dengan menggunakan sistem mekanik, yang terdiri dari elemen mesin berupa tube atau silinder putaran sentrifugal atau putaran vertikal dengan perontok pluking finger yang terbuat dari karet. Mesin perontok bulu ayam atau unggas ini dengan menggunakan sistem putaran vertikal, hal ini merupakan hasil design dari mesin perontok bulu ayam tersebar dimasyarakat luas, perbedaan dengan rancangan peneliti terdapat pada tempat keluarnya bulu ayam, pada mesin sebelumnya tidak memiliki tempat untuk mengeluarkan bulu ayam, mesin menggunakan motor listrik untuk memudahkan pemakai dalam proses

55 pengambilan ayam setelah selesai proses perontokan. Mesin perontok bulu ayam dibuat menggunakan bahan stainlees steel untuk memudahkan dalam pembersihan mesin dengan kapasitas isi dari tube dua ekor ayam dengan dimensi, mesin Rangka mesin terbuat besi siku dengan panjang masing-masing: P = 50 cm; L = 40 cm; T = 40 cm untuk kerangka. Tube sentrifugal berbahan stainless steel 0.8 mm dengan karet perontok ( Pluking Finger) pada bagian tube dan disc transmisi berukuran 10 cm, dimesnsi tube Diameter Ø 40 cm, Tinggi 50 cm, Diameter disc transmisi 35 cm. Proses perontokan Proses kerja mesin ini sangat sederhana tinggal memasukan ayam yang sudah dipotong(mati) kemudian disiram dengan air panas, setelah itu ayam dimasukan kedalam mesin dan hidupkan mesin dan tunggu beberapa menit,maka hasilnya bulu ayam tercabut dengan baik. Hal ini menjadi kegiatan mencabut bulu ayam menjadi lebih efisien dari segi waktu,jumlah biaya dan tenaga kerja. Perencanaan Sistem Transmisi Pulli dan Sabuk V Elemen mesin yang biasa digunakan untuk memindahkan gaya serta putaran yang berasal dari motor adalah V- belt. Beberapa alternative pertimbangan yaitu daya dan putaran yang digunakan relative kecil sehingga dengan V-belt cukup mampu untuk memindahkan gaya dan putaran yang dipakai tersebut. Dari segi ketersediaan di pasaran, V-belt banyak tersedia dan murah serta menguntungkan dan untuk segi kenyamanan penggunaan V-belt tidak menghasilkan bunyi bising. V-belt terbuat dari karet dengan inti dari bahan tetoron atau bahan sejenis. Penampang V-belt berbentuk trapesium. V-belt dibelitkan disekeliling alur luar pulli yang juga berbentuk V. bagian sabuk yang membelit pulli akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah. V-belt dipakai untuk menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama. Daya yang dipindahkan dapat ditingkatkan dengan mengatur V-belt pada posisi sebelah menyebelah. Jarak sumbu antar poros harus sebesar 1,5 sampai 2,0 kali diameter pulli besar.putaran dari pulli yang memiliki kecepatan sudut akan memberikan efek berupa kecepatan linier pada V-belt. Gambar 1. Tipe-tipe Sabuk Menghitung Kecepatan Linier Sabuk V Karena V-belt pada umumnya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang dipakai adalah perbandingan reduksi i (i>1). Perbandingan yang terjadi dirumuskan sebagai berikut: Sehingga kecepatan linier untuk V-belt dirumuskan sebagai berikut: d pulli n pulli v Keterangan : v = kecepatan linier V-belt (m/s) d = diameter pulli (mm) pulli n pulli = putaran pulli (rpm) Sularso, hal 166

56 Menghitung Panjang Sabuk Panjang sabuk yang melingkari pulli dihitung dengan rumus: L 2C d pulli 2 d pulli1 ( d 2. Keterangan: L = panjang sabuk (mm) C = jarak poros (mm) pulli 2 d 4. C Menghitung Jarak Antara Poros (C) pulli1 Jarak poros C dapat dirumuskan sebagai berikut: b C b Keterangan: 2 8( R 4 2 R ) b L ( R ) 1 R2 Menghitung Gaya Tarik pada V-belt Bila V-belt dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka tegangan di seluruh panjang V-belt adalah sama. Tegangan ini disebut tegangan awal. Bila V-belt mulai bekerja meneruskan momen, maka tegangan akan bertambah pada sisi tarik dan berkurang pada sisi kendor. Jika besar gaya pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah F1 dan F 2 e (Kg), maka besar gaya tarik efektif F (Kg) untuk menggerak pulli adalah : F e F 1 F 2 Bila kita ingin memperkirakan tegangan pada V-belt, dapat digunakan rasio antara 1:3 dan 1:5, untuk saat ini dipilih rasio 1 : ) F F Keterangan: F1 dan F 2 = gaya pada belt (Kg) Menghitung Torsi pada Pulli Torsi yang dihitung adalah torsi yang bekerja pada pulli sebagai fungsi waktu. Dirumuskan sebagai berikut: T F. D pulli 2 Dimana: T = Torsi F = gaya keliling yang timbul (kg) D = diameter pulli (mm) pulli Perencanaan Poros Dilihat dari fungsinya poros merupakan elemen utama dalam meneruskan daya dan putaran. Sebagian besar mekanisme yang mentransmisikan daya dilakukan melalui putaran dan hanya poros yang dapat melakukan mekanisme tersebut. Klasifikasi poros antara lain adalah: 1. Shaft adalah poros yang ikut berputar memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang digerakkan. 2. Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada poros tersebut yang juga berfungsi sebagai pendukung. 3. Spindle adalah poros yang pendek yang terdapat pada mesin perkakas dan aman terhadap momen bending 4. Line Shaft (poros transmisi) adalah suatu poros yang langsung berhubungan dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi

57 memindahkan daya dari poros penggerak ke mekanisme tersebut. 5. Jack Shaft adalah poros yang pendek yang biasanya dipakai pada dongkrak mobil. 6. Flexible Shaft adalah poros yang berfungsi memindahkan daya dari dua mekanisme, dimana perputaran poros membentuk sudut poros yang lain. Perhitungan yang dilakukan dalam perencanaan poros adalah menentukan: Gaya-gaya yang bekerja pada poros, F (kg) Fr F t tan F = ( + ) / Keterangan: = gaya radial yang bekerja pada poros (kg) = gaya tangensial yang bekerja pada poros (kg) = celah tekanan () Diameter Poros, Dp (Rpm) D p M Tp (. max ) Keterangan: max = tegangan geser maksimum (lb/in²) = torsi poros (lbin) T p M = momen maksimum poros (lb.in) Perencanaan Pasak Pasak adalah bagian dari elemen mesin yang berguna untuk menjaga hubungan putaran relatif antara poros penggerak dan poros yang digerakkan. Tipe-tipe dari pasak memiliki spesifikasi yang tergantung pada torsi transmisi yang terjadi oleh beban yang bekerja, seperti beban statis, beban bervariasi dan beban bolak-balik Tegangan Geser Maksimum 0.5 max Syp N Keterangan: N = angka keamanan untuk bahan Syp = tegangan luluh bahan (lb/in²) = tegangan geser maximum max Torsi Poros, T p (Lb.In) N T p n Keterangan: N = daya yang terjadi pada silinder (Hp) n = putaran motor (rpm) Gambar 2. Penampang pasak Tipe-tipe pasak yang umum digunakan antara lain: 1. Pasak datar segi empat ( standart square keys) 2. Pasak datar standart ( standart flat keys) 3. Pasak bidang lingkaran ( woodruff keys) 4. Pasak Bintang (splines) 5. Pasak tirus (tapered keys) Pasak yang sering digunakan di dalam suatu perencanaan adalah pasak datar segi empat ( standart square keys), yaitu pasak memanjang yang paling sering

58 digunakan, yang mana pasak ini memiliki dimensi lebar (W) dan tinggi (H) yang sama, dan tinggi pasak tersebut separuh bagian terbenam kedalam poros dan separuh lagi masuk kedalam hubungan. Tegangan Ijin Pasak,Ssyp (Kg/Mm²) S Syp = 0.58 x Syp Keterangan: Syp = tegangan luluh bahan (psi) Gaya yang terjadi pada pasak, F (kg). Karena posisi gaya yang terjadi pada pasak tidak diketahui secara tepat maka diasumsikan gaya tersebut beraksi pada diameter poros terluar. T p D p 2. T p F D p = torsi pada poros (kg.mm) = diameter poros (mm) Panjang Pasak Yang Menerima Gaya Kompresi,Lc (Mm) 4. Tp Syp W. L. Dp N 4. Tp Lc Syp W. Dp. N Keterangan: Tp = torsi yang terjadi pada poros (kg/mm) Dp = Diameter poros (mm) W = lebar pasak (mm) L = panjang pasak (mm) Syp = tegangan luluh bahan N (kg/mm²) = angka keamanan untuk bahan Luas Pasak Yang Menerima Gaya Kompresi, Ac (Mm²) A c 0,5. W. L Keterangan: W = maksimum lebar pasak (mm) L = panjang pasak akibat gaya kompresi (mm) Tegangan kompresi yang diijinkan,sc (kg/mm²) F Sc Ac Keterangan: F = gaya yang terjadi pada poros (kg) = luasan pasak yang menerima A c gaya kompresi (mm²) Panjang pasak yang menerima gaya geser,ls (mm) 2. Tp W. L. Dp Syp N 2. Tp L s Syp W. Dp. N Keterangan: Tp = torsi yang terjadi pada poros (kg/mm) Dp = Diameter poros (mm) W = lebar pasak (mm) L = panjang pasak (mm) Syp = tegangan luluh bahan (kg/mm²) N = angka keamanan untuk bahan pasak

59 Luasan pasak yang menerima gaya geser berfungsi dengan baik, maka prestasi mesin akan menurun. A W. s L c Keterangan: W = maksimum lebar pasak (mm) L c = panjang pasak akibat gaya kompresi (mm) Tegangan geser yang diijinkan S s F A s Keterangan: F = gaya yang terjadi pada poros (kg) = luasan pasak yang menerima A s gaya kompresi (mm²) Panjang Pasak Minimum Untuk mencegah hubungan dari kerusakan pada poros menggunakan pasak jenis datar, maka panjang hubungan setidaknya 25% lebih besar dari diameter poros dan panjang pasak minimum setidaknya sekitar 25% lebih besar dari diameter poros. Sehingga panjang pasak minimum dapat ditentukan sebagai berikut: L min D p 25%. D p Bantalan Gelinding (Rolling Bearing) Bantalan adalah elemen yang berfungsi menumpu poros berbeban, sehingga putaran poros dapat berlangsung secara halus dan aman. Bantalan dapat disamakan fungsinya dengan pondasi pada suatu gedung. Jika bantalan tidak Gambar 3. Skema bantalan gelinding bola (ball bearing) Beberapa macam bantalan gelinding yaitu: 1. Bantalan gelinding bola (ball bearing) 2. Radial ball bearing 3. Angular ball bearing 4. Thrust ball bearing 5. Bantalan gelinding roll (roller bearing) 6. Cylinder roller bearing 7. Needle roller bearing 8. Tapered roller bearing 9. Sherical roll bearing Perumusan yang dipakai dalam perencanaan bantalan bola ( ball bearing) yaitu: 1. Penentuan dimensi dan beban yang bekerja pada bantalan harus diketahui besaran-besaran sebagai berikut: Diameter bore bantalan = diameter poros = D (mm) p Bantalan rencana = seri bantalan 02 single row deep groove ball bearing Maka didapat: 1. Bearing bore, d (mm) 2. Outside diameter, D (mm) 3. Max flliet radius, f (mm) 4. Lebar, B (mm) 5. Beban statis dasar, C o (kg) 6. Beban dinamis dasar, C (kg)

60 2. Beban ekuivalen yang bekerja pada bantalan Keterangan: V F r P ( X. V. Fr Y. Fa ) = faktor rotasi dengan ring dalam yang berputar = gaya radial bantalan (kg) F a = 20% x ( F 2 ) = gaya aksial (kg) X = faktor beban radial Y = faktor beban aksial 3. Beban ekuivalen pembanding yang bekerja pada bantalan Keterangan: V F r P V. F r = faktor rotasi dengan ring dalam yang berputar = gaya radial bantalan (kg) 4. Lama pemakaian bantalan L 10h c P b 10 6 (60. n) Keterangan: P = beban ekuivalen bantalan (kg) C = beban dinamis dasar (kg) b = 3 = konstanta ball bearing III. METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Tahap penelitian di sajikan pada gambar di bawah ini Gambar 6. Diagram alir penelitian Gambar 4. Diargam Alir Tahapanan Penelitian Penelitian ini dilakukan atas beberapa tahapan, yaitu survey lapangan yang bertujuan untuk melihat keadaan dilapangan, mengetahui permasalahanpermasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat dalam mengetahui langkahlangkah yang perlu dilakuakan dengan mencari data-data berbagai sumber seperti buku dan internet. 1. Identifikasi masalah Bagaimana konsep alat dan dan judul yang akan di buat berdasarkan referensi alat yang pernah ada. 2. Tinjawan pustaka Menguraikan tentang dasar dasar teori yang di gunakan dalam penyusunan untuk penyelesaian masalah. 3. Analisis Masalah Bagaimana cara menguraikan analisis dan menyelesaikan masalah yang telah di kelompokkan. 4. Perancangan Dan Pembuatan Alat

61 Menguraikan proses perancangan alat dan cara pembuatan konsep alat. 5. Pengujian Alat 6. Menguraikan proses pengujian alat, yang awalnya dari perancangan sampai pembuatan alat yang nantinya akan diuji, hasil dari pengujian ini akan mengetahui hasil kapasitas mesin. 7. Kesimpulan Mengetahui hasil yang di dapat dari pengujian alat dan dapat menyimpulkan bahwa mesin pengaduk pakan sistem vertikal menggunakan motor listrik layak digunakan. Konstruksi Rangka Mesin Pengaduk Pakan ayam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Bagian-bagian Mesin Pengaduk Pakan 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk perancangan rangka alat/mesin pengaduk pakan. 2. Siapkan gambar kerja/job shet mesin pengaduk pakan ayam 3. Periksa dahulu mesin yang akan digunakan, apakah layak pakai atau tdak layak digunakan 4. Potonglah besi U ukurn 5x5 cm menggunakan mesin gerinda potong dengan panjang besi u cm 4 buah cm 9 buah cm 6 buah 5. Setelah selesai pemotongan besi U, kemudian rakit potongan-potongan besi U menggunakan mesin las MMAW mnejadi rangka mesin pengaduk pakan. Gambar 5. Spesifikasi Mesin Pengaduk Pakan Ayam Spesifikasi: 1. Dimensi alat : T= 120 cm, L= 43 cm 2. Berat : ± 50 kg 3. Tenaga penggerak :Motor listrik 4. Kapasitas :40 kg/3 menit 5. Operator : 1 orang 6. Harga jual :Rp ,- 7. Bahan : Besi U5x5, Plat Stainless, Besi As, Pulley, Bearing, Elektroda, Baud Dan Mur. 6. Setelah proses perancangan rangaka maka bagian landasan tabung dilubangi dengan menggunakan mesin bor tangan menggunakan mata bor M8 dan untuk kedudukan bearing menggunakan mata bor M Tabung adalah sebuah wadah tempat pencampuran pakan, tabung ini menggunakan Plat Stainless pemotongan plat menggunakan gunting besi dengan diameter yaitu : 1. Tinggi tabung 80 cm 2. Lebar tabung 141,3 cm 3. Penutu tabung r Setelah platstainless dipotong menggunakan gunting besi, maka akan di buatkan lingkaran dengan

62 menggunakan mesin rol plat sampai terlihat seperti tabung. Gambar 8. Tabung Pengaduk 9. Setelah plat di rol maka bagian tabung disambungkan dengan cara melipat saling berkaitan sehingga tabung membentuk sempura 10. Sebelum bagian bagawah tabung ditutup maka plat berbentuk lingkaran r 21 di lubangi dengan menggunakan bor duduk menggunakan mata bor M 8, sesuai lubang yang sebelumnya yang seperti pada rangka. 11. Setelah bagian bawah di bor maka di sambungkan pada tabung untuk penutup bawah. Pengelasan ini menggunakan elektroda khususstainless. Untuk bagian lubang keluarnya pakn di potong dengan girinda tangan berbentuk segi empat 12. Setelah proses bagian tabung maka akan membuat pisau pengaduk dengan ukuran; 1. Poros as Ø250,4 dengan panjang 90 cm 1 buah 2. Besi cor M 8 65 cm 3 buah 13. Setelah pemotong maka pisau pengaduk akan di rakit sesuai gambar dibawah ini. Gambar 6. Pisau Pengaduk Pakan 14. Setelah proses perakitan pisau pengaduk maka bagian rangaka dengan tabung disatukan sesuai gambar kerja 15. Kemudian pisau pengaduk dimasukan pada tabung maka as agan tergantung pada bearing yang menahan bering yaitu baut Setelah itu mesin akan di rancang sesuai pada gamabar 17. Didalam proses perancangan untuk bagian kita harus berhati-hati, terutama bagian pemasangan, terutama bagian pisau pengaduk. Hasil Pengujian Bahan Pakan Ternak Pada Mesin Pengaduk Pakan Ternak Prosedur pencampuran Timbang bobot bahan yaitu pakan yang akan dicampur, minimum seberat setengah dari kapasitas mesin pencampuran Masukan bahan pakan ke dalam ruang pencampuran melalui lubang pengumpah/pemasukan, kemudian operasikan mesin sampai putaran optimal. Lama waktu pencampuran yang ditentukan 2 menit sampai 3 menit sekali proses Setelah bahan pakan yang dicampur homogen, keluarkan bahan dari lubang pengeluaran, tampung bahan pakan ayam yang telah dicampur. Kemudian timbang dan cotat bobot bahan pakan ayam yang telah dicampur tersebut. Proses pengambilan data hasil pengadukan dilamukan setiap kg/menit, lama pengambilan data 1 s/d 2 jam Pengambilan data pengujian Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja mesin

63 apakah mevin berjalan dengan baik sesuai dengan rancangan fungsional, motode pengujian dilakukan dengan pengamatan terhadap kinerja setiap elemen mesin dengan tujuan mengetahui kevalahan rancangan pada rangkaian elemen dan dari proses data kapasitas, efesiensi alat dapat diketahui. Instrumen yang dipakai dalam pengujian yaitu bahan ampas tahu, dedak padi, jagung, stopwatch, timbangan, dan wadah, kemudian dilanjutkan dengan uji kapasitas efektif alat. Pengujian struktural mesin juga perlu diamati yaitu mengenai ketahanan rangka, getaran yang ditimbulkan, putaran motor atau injene,dan yang paling utama dalam proses ini yaitu keselamatan pengguna atau operator mesin. Pengujian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Mesin dihidupkan dengan putaran motor listrik 2400 rpm. b. Masukan pakan ayam degan takaran antara limba tahu 30 kg dan jagung 10 kg kemudian stopwatch diaktifkan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan mesin dalam proses pengadukan pakan. c. Melakukan pengamatan terhadap kerja mesin apakah mesin berjalan dengan baik atau terjadi trouble. d. Pengujian dilakukan selama 9 kali pengujian sesuai bahan yang kita campurkan, pengujian ini untuk mendpatkan data yang valid sehingga yang didapat sesuai kapasitas mesin. e. Selanjutnga yaitu proses pengolahan data untuk mengetahui kapasitas pengadukan pakan ayam kg/jam dan kapasitas efektifitas mesin dalam menghasilkan pengadukan yang merata sesuai yang diinginkan. f. Kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah kemampuan kerja mesin tersebut untuk memeberikan hasil (kilogram) persatuan waktu.kapasitas kerja suatu mesin terdiri dari kapasitas teoritis Hasil pengujian Setelah alat selesai dikerjakan tahapan selanjutnya yaitu pengujian efeiensi alat, tahapan ini peneliti mengevaluasikan kembali cara kerja, sistem operasi alat yang bertujuan mengetahui apakah elemen pada alat bekerja dengan baik. Setelah operasi alat selesai dan tidak terjadi trouble maka tahapan terakhir yaitu menghitung kapasitas efektif mesin, dan kapasitas produksi perjam yang dihasilkan dari proses pengadukan pakan. Proses pengujian mein pengaduk pakan ayam dijelaskan pada tabel berikut ini Tabel 1. Pengujian Limbah Tahu Dan Jagung Hasil pengujian rata-rata kapasitas pencampuran mesin pengaduk pakan ternak: NO Berat Waktu (kg) (detik) Ket Baik Baik Baik Totol Rata-rata = = = 795,58kg/jam Tabel 2. Pengujian Limbah Tahu Dan Dedak Padi NO Berat Waktu (kg) (detik) Ket Baik Baik Baik Totol Rata-rata

64 Hasil pengujian pertama rata-rata kapasitas pencampuran mesin pengaduk pakan ternak : = = = 531,36 kg/jam Tabel 3. Pengujian Dedak Padi Dan Jagung Berat Waktu NO Ket (kg) (detik) Baik Baik Baik Totol Rata-rata Hasil pengujian rata-rata kapasitas pencampuran mesin pengaduk pakan ternak : = = = 446,28 kg/jam Kapasitas pencampuran bahan limbah tahu dan jagung adalah 795,8 kg/jam, limbah tahu dan dedak padi 531,36 kg/jam dan dedak padi dan jagung adalah 446,28 kg/jam (b). Pengujian limbah tahu dan dedak padi dengan rata-rata berat 40 kg dan waktu 271 detik. (c) Pengujian dedak padi dan jagung dengan rata-rata berat 30 kg dan waktu 242 detik. 2. Hasil perhitungan kapasitas mesin pengaduk pakan ayam sistem vertikal menggunakan motor listrik. (a). Pengujian limbah tahu dan jagung dengan kapasitas kg/jam. (b). Pengujian limbah tahu dan dedak padi dengan kapasitas kg/jam. (c). Pengujian dedak padi dan jagung dengan kapasitas kg/jam Saran 1. Getaran pada rangka mesin sehingga diperlukan landasan baut pada kaki rangka. 2. Perlu adanya perhitungan analisis biaya, dengan tujuan untuk mengetahui biaya yang diperlukan dalam proses pembuatan alat, karena alat membutuhkan biaya yang banyak. DAFTAR PUSTAKA Muladno, 2010, Menata Pembibitan ternak di Indonesia dalam menjamin ketersediaan bibit/benih ternak Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar. Fakultas Peternakan.IPB Murtijo, M.A.B Pedoman Beternak Ayam Boiler, Kanisius, Yogyakarta Sularsono, Kiyokatsu Suga. Elemen Mesin. Jilid 3. PT. Pradya Paramita, Jakarta, 1997 V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam hasil pengujian alat yang dilakukan saya mengambil 3 sample pengujian yaitu : (a). Pengujian limbah tahu dan jagung dengan ratarata berat 40 kg dan waktu 181 detik.

65 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 62 MERANCANG MESIN PENGADUK PAKAN AYAM SISTEM VERTIKAL MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK Syarif Abdullah 1), Farid Darise 2), Siradjuddin Haluti 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Titik tolak keberhasilan dalam berternak adalah kemampuan menyediakan pakan yang sempurna. Dalam arti pakan dengan nilai gizinya tinggi dan tersedia secara kontinyu. Banyak para peternak dalam pengadukan pakan masih dilakukan dengan cara manual. Hal ini memungkinkan bahan pakan tidak akan tercampur dengan sempurna. Untuk itu dirancang sebuah alat yang digunakan untuk mencapur pakan ternak dengan system vertical dan menggunakan motor listrik untuk mempercepat pengadukan. Dalam hasil pengujian alat yang dilakukan menggunakan 3 sample pengujian yaitu : (a). Pengujian limbah tahu dan jagung dengan rata-rata berat 40 kg dan waktu 181 detik. (b). Pengujian limbah tahu dan dedak padi dengan rata-rata berat 40 kg dan waktu 271 detik. (c) Pengujian dedak padi dan jagung dengan rata-rata berat 30 kg dan waktu 242 detik. Hasil perhitungan kapasitas mesin pengaduk pakan ayam sistem vertikal menggunakan motor listrik. (a). Pengujian limbah tahu dan jagung dengan kapasitas kg/jam. (b). Pengujian limbah tahu dan dedak padi dengan kapasitas kg/jam. (c). Pengujian dedak padi dan jagung dengan kapasitas kg/jam Kata kunci : ternak, pakan, system vertical. 1. PENDAHULUAN Pakan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ternak. Kebutuhan pakan ternak meliputi jenis, jumlah dan kualitas bahan pakan yang diberikan kepada ternak secara langsung akan dapat mempengaruhi tingkat produksi dan produktifitas ternak yang dipelihara. Tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya ternak sangat dipengaruhi oleh total biaya pakan yang dikeluarkan, dimana biaya pakan dapat mencapai 60-70% dari seluruh biaya produksi yang diperlukan untuk usaha budidaya ternak (Anonim, 2010). Upaya pengoptimalan hasil dalam usaha budidaya ternak tidak dapat terlepas dari tiga unsur, yaitu bibit, manajemen dan pakan. Pakan ternak memberikan sumbangsih keberhasilan yang sangat signifikan dalam usaha ini. Karena selain menyajikan unsur hara atau nutrisi yang penting juga biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80%. Sehingga segala upaya guna menyajikan bentuk pakan yang mampu memenuhi kebutuhan gizi ayam serta memberikan efisiensi secara ekonomis tentunya sangatlah dibutuhkan. Dengan harapan

66 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 63 produktivitas tampil secara optimal dan keuntunganpun dapat dicapai secara signifikan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada beberapa peternakan ayam di Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, beberapa permasalahan yang timbul adalah proses pengadukan pakannya masih manual atau menggunakan tenaga manusia, membutuhkan waktu yang lama serta hasil pengadukan yang tidak merata. Berdasarkan hal tersebut dirancang mesin pengaduk pakan ternak dengan system vertical dengan menggunakan motor listrik yang dapat membantu mengatasi masalah para peternak dalam pengadukan bahan pelet. Dalam proses mesin pengaduk pakan ternak ini bertujuan untuk mengaduk bahan pakan agar menjadi homogen. Mesin ini mempercepat proses pengadukan jauh lebih efektif dan mempunyai kapasitas yang besar dibandingkan pengadukan secara manual. Berdasarkan kapasitas tampungan, mesin pencampuran bahan pupuk organik tipe auger horizontal di bagi menjadi 3 kelas yaitu: 1. Kelas A adalah mesin pencampuran yang mempunyai kapasitas tampung lebih kecil 100 kg. 2. Kelas B adalah mesin pencampuran yang mempunyai kapasitas tampung 100 kg sampai dengan 500 kg 3. Kelas C adalah mesin pencampuran yang mempunyai kapasitas lebih besar 500 kg. Konstruksi Konstruksi mesin pencampur bahan pupuk organik di tinjau pada gambar 1,2 dan gambar 3 II. LANDASAN TEORI Mesin Pencampur Bahan Pupuk Organik (Mixer) Tipe Auger Mesin pencampur bahan baku pupuk organik ( mixer) tipe auger adalah mesin yang digunakan untuk mengaduk bahan pupuk organik yang berasal dari biomasa seperti cacahan rumput, jerami padi, batang jagung, pucuk tebu dan lainlain dengan bakteri fermentasi berbentukcair atau padat (bubuk) dan kotoran hewan sehingga merata, dengan menggunakan pengaduk tipe auger horisontal. Gambar 1. Mesin Pencampur (Mixer) Bahan Pupuk Organik Tipe Auger Horizontal Keterangan : 1. Lubang pemasukan bahan pupuk organik (hopper) 2. Diding ruang pencampuran 3. Lubang pengeluaran hasil pencampuran 4. Kerangka mesin pencampuran Mesin Pencampuran Tipe Vertikal Klasifikasi Dan Spesifikasi Mesin Pencumpuran Gambar 2. Penampang Mesin Pencampura Bahan Pupuk Organik Tipe Vertikal

67 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 64 Gambar 3. Penampang Mesin Pencampur Bahan Pupuk Organik Tipe Horizontal Perancangan Alat Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Pada tahap perancangan tersebut dibuat keputusankeputusan penting yang mempengaruhi kegiatan lain yang menyusulnya. Dalam melaksanakan tugas merancang, perancang memakai dan memanfaatkan ilmu dasar teknik, hasil- hasil penelitian, informasi dan teknologi, yang semuanya dalam versi pengembangan dan kemajuan yang mutakhir. Dalam Utomo dan Arrizqi (2011) perancangan dan pembuatan produk adalah dua kegiatan manunggal. Artinya rancangan hasil kerja tidak ada gunanya jika rancangan tersebut tidak dibuat, sebaliknya pembuat tidak dapat merealisasikan benda teknik tanpa terlebih dahulu dibuat gambar rancangannya. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa gambar rancangan produk adalah hasil akhir perancangan, dan merupakan dasar atau titik awal pembuatan produk oleh pembuat produk. Dapat dinyatakan di sini bahwa pembuatan atau penyusunan gambar rancangan produk oleh perancang dicapai melalui fase-fase dalam proses perancangan yang panjang. a. Dalam proses perancangan akan menggunakan : 1. Pengalaman dan pengetahuannya tentang perancangan. 2. Semua pengetahuan yang terkait dengan produk dan pembuatan produk yang sedang dirancangnya. 3. Dalam proses perancangan perlu adanya gambar teknik yang berfungsi sebagai media komunikasi yang dirasakan cukup efektif sehingga informasi lengkap tentang pembuatan peralatan dapat dipahami oleh pembuat. 4. Disamping itu pada proses pembuatannya membutuhkan tahapan -tahapan pembuatan dari segi ide hingga menjadi sebuah mesin yang beroperasi. Pemecahan masalah harus memperhatikan kriteria-kriteria dalam perancangan b. Kriteria wajib yaitu ketentuan yang harus dipenuhi dalam rancang bangun ini adalah sebagia berikut : 1. Mampu mengaduk pakan. 2. Mampu mengaduk pakan dengan waktu yang relative cepat dan hasil yang maksimal. 3. Mesin harus mudah dan aman dalam pengoperasian. 4. Hasil produksi lebih berkuatitas dan lebih efisien. c. Kriteria harapan yaitu ketentuan yang diinginkan terdapat pada hasil rancang bangun ini sebagai berikut : 1. Perawatan dan perbaikan mudah. 2. Harga pembuatan mesin mudah dibandingkan dengan harga mesin yang ada di pasaran. 3. Komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mesin diharapkan dapat dengan mudah didapat di pasaran atau dibuat dengan biaya yang terjangkau. 4. Penampilan atau estetika mesin menarik. Kapasitas Pencampuran Menutut Irwato (1983), kapasitas kerja sesuai mesin atau alat adalah

68 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 65 kemampuan kerja mesin atau alat mesin tersebut untuk memberikan hasil (hektar,kilogram,liter) persatuan waktu. Menurut Daywin dkk (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai kemampuan alat atau mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh:ha, kg,lt) persatuan waktu (jam). Dari suatu kapasitas kerja dapat di konversikan menjadi produk kw per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor, jadi suatu kapasitas kerja menjadi: Ha/Kw/Kg/Kw, jam atau LT/Kw jam. Persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja kapasitas pencampuran adalah (Hadiutomo, 2012) : C = Keterangan : C = Kapasitas mesin pengaduk pakan ayam (kg/jam) W = Bobot bahan pakan yang ditampung selama waktu tertentu (kg) t1 =Waktu yang ditempuh (detik) - Penggerak : Motor diesel 12 PK Gambar 5. Mesin pengaduk pakan horisontal Spesifisikasi: -Tipe :Horizontal -Kapasitas :40 kg/jam - Dimensi :80x85x120 cm - Power :8 HP III. METODOLOGI PENELITIAN Diagram Alir Tahap penelitian di sajikan pada gambar di bawah ini Definisi Mesin Pengaduk Pakan Yang Pernah Ada Gambar 4. Mesin pengaduk pakan Spesifasikasi: -Tipe :Vertikal - Kapasitas :60 kg/proses - Dimensi :1000x10000x1200 mm - Rangka : besi siku - Bahan : Platezzer Gambar 6. Diagram alir penelitian Tahapanan Penelitian Penelitian ini dilakukan atas beberapa tahapan, yaitu survey lapangan yang bertujuan untuk melihat keadaan dilapangan, mengetahui permasalahan-

69 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 66 permasalahan yang sering dihadapi oleh masyarakat dalam mengetahui langkahlangkah yang perlu dilakuakan dengan mencari data-data berbagai sumber seperti buku dan internet. 1. Identifikasi masalah Bagaimana konsep alat dan dan judul yang akan di buat berdasarkan referensi alat yang pernah ada. 2. Tinjawan pustaka Menguraikan tentang dasar dasar teori yang di gunakan dalam penyusunan untuk penyelesaian masalah. 3. Analisis Masalah Bagaimana cara menguraikan analisis dan menyelesaikan masalah yang telah di kelompokkan. 4. Perancangan Dan Pembuatan Alat Menguraikan proses perancangan alat dan cara pembuatan konsep alat. 5. Pengujian Alat Menguraikan proses pengujian alat, yang awalnya dari perancangan sampai pembuatan alat yang nantinya akan diuji, hasil dari pengujian ini akan mengetahui hasil kapasitas mesin. 6. Kesimpulan Mengetahui hasil yang di dapat dari pengujian alat dan dapat menyimpulkan bahwa mesin pengaduk pakan sistem vertikal menggunakan motor listrik layak digunakan. Konstruksi Rangka Mesin Pengaduk Pakan ayam Gambar 7. Spesifikasi Mesin Pengaduk Pakan Ayam Spesifikasi: - Dimensi alat : T= 120 cm, L= 43 cm - Berat : ± 50 kg - Tenaga penggerak :Motor listrik - Kapasitas :40 kg/3 menit - Operator : 1 orang - Harga jual :Rp ,- - Bahan : Besi U5x5, Plat Stainless, Besi As, Pulley, Bearing, Elektroda, Baud Dan Mur. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Bagian-bagian Mesin Pengaduk Pakan 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk perancangan rangka alat/mesin pengaduk pakan. 2. Siapkan gambar kerja/job shet mesin pengaduk pakan ayam 3. Periksa dahulu mesin yang akan digunakan, apakah layak pakai atau tdak layak digunakan 4. Potonglah besi U ukurn 5x5 cm menggunakan mesin gerinda potong dengan panjang besi u cm 4 buah - 43 cm 9 buah - 15 cm 6 buah 5. Setelah selesai pemotongan besi U, kemudian rakit potongan-potongan besi U menggunakan mesin lasmmaw mnejadi rangka mesin pengaduk pakan. 6. Setelah proses perancangan rangaka maka bagian landasan tabung dilubangi dengan menggunakan mesin bor tangan menggunakan mata bor M8 dan untuk kedudukan bearing menggunakan mata bor M Tabung adalah sebuah wadah tempat pencampuran pakan, tabung ini menggunakan Plat Stainless

70 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 67 pemotongan plat menggunakan gunting besi dengan diameter yaitu : - Tinggi tabung 80 cm - Lebar tabung 141,3 cm - Penutup tabung r Setelah platstainless dipotong menggunakan gunting besi, maka akan di buatkan lingkaran dengan menggunakan mesin rol plat sampai terlihat seperti tabung. Gambar 8. Tabung Pengaduk 9. Setelah plat di rol maka bagian tabung disambungkan dengan cara melipat saling berkaitan sehingga tabung membentuk sempurna 10. Sebelum bagian bagawah tabung ditutup maka plat berbentuk lingkaran r 21 di lubangi dengan menggunakan bor duduk menggunakan mata bor M 8, sesuai lubang yang sebelumnya yang seperti pada rangka. 11. Setelah bagian bawah di bor maka di sambungkan pada tabung untuk penutup bawah. Pengelasan ini menggunakan elektroda khususstainless. Untuk bagian lubang keluarnya pakn di potong dengan girinda tangan berbentuk segi empat 12. Setelah proses bagian tabung maka akan membuat pisau pengaduk dengan ukuran; 1. Poros as Ø250,4 dengan panjang 90 cm 1 buah 2. Besi cor M 8 65 cm 3 buah 13. Setelah pemotong maka pisau pengaduk akan di rakit sesuai gambar dibawah ini. Gambar 9. Pisau Pengaduk Pakan 14. Setelah proses perakitan pisau pengaduk maka bagian rangaka dengan tabung disatukan sesuai gambar kerja 15. Kemudian pisau pengaduk dimasukan pada tabung maka as agan tergantung pada bearing yang menahan bering yaitu baut Setelah itu mesin akan di rancang sesuai pada gamabar 17. Didalam proses perancangan untuk bagian kita harus berhati-hati, terutama bagian pemasangan, terutama bagian pisau pengaduk. Hasil Pengujian Bahan Pakan Ternak Pada Mesin Pengaduk Pakan Ternak Prosedur pencampuran Timbang bobot bahan yaitu pakan yang akan dicampur, minimum seberat setengah dari kapasitas mesin pencampuran Masukan bahan pakan ke dalam ruang pencampuran melalui lubang pengumpah/pemasukan, kemudian operasikan mesin sampai putaran optimal. Lama waktu pencampuran yang ditentukan 2 menit sampai 3 menit sekali proses Setelah bahan pakan yang dicampur homogen, keluarkan bahan dari lubang pengeluaran, tampung bahan pakan ayam yang telah dicampur.

71 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 68 Kemudian timbang dan cotat bobot bahan pakan ayam yang telah dicampur tersebut. Proses pengambilan data hasil pengadukan dilamukan setiap kg/menit, lama pengambilan data 1 s/d 2 jam Pengambilan data pengujian Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kinerja mesin apakah mevin berjalan dengan baik sesuai dengan rancangan fungsional, motode pengujian dilakukan dengan pengamatan terhadap kinerja setiap elemen mesin dengan tujuan mengetahui kevalahan rancangan pada rangkaian elemen dan dari proses data kapasitas, efesiensi alat dapat diketahui. Instrumen yang dipakai dalam pengujian yaitu bahan ampas tahu, dedak padi, jagung, stopwatch, timbangan, dan wadah, kemudian dilanjutkan dengan uji kapasitas efektif alat. Pengujian struktural mesin juga perlu diamati yaitu mengenai ketahanan rangka, getaran yang ditimbulkan, putaran motor atau injene,dan yang paling utama dalam proses ini yaitu keselamatan pengguna atau operator mesin. Pengujian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: d. Mesin dihidupkan dengan putaran motor listrik 2400 rpm. e. Masukan pakan ayam degan takaran antara limba tahu 30 kg dan jagung 10 kg kemudian stopwatch diaktifkan untuk menghitung waktu yang dibutuhkan mesin dalam proses pengadukan pakan. f. Melakukan pengamatan terhadap kerja mesin apakah mesin berjalan dengan baik atau terjadi trouble. g. Pengujian dilakukan selama 9 kali pengujian sesuai bahan yang kita campurkan, pengujian ini untuk mendpatkan data yang valid sehingga yang didapat sesuai kapasitas mesin. h. Selanjutnga yaitu proses pengolahan data untuk mengetahui kapasitas pengadukan pakan ayam kg/jam dan kapasitas efektifitas mesin dalam menghasilkan pengadukan yang merata sesuai yang diinginkan. i. Kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah kemampuan kerja mesin tersebut untuk memeberikan hasil (kilogram) persatuan waktu.kapasitas kerja suatu mesin terdiri dari kapasitas teoritis Hasil pengujian Setelah alat selesai dikerjakan tahapan selanjutnya yaitu pengujian efeiensi alat, tahapan ini peneliti mengevaluasikan kembali cara kerja, sistem operasi alat yang bertujuan mengetahui apakah elemen pada alat bekerja dengan baik. Setelah operasi alat selesai dan tidak terjadi trouble maka tahapan terakhir yaitu menghitung kapasitas efektif mesin, dan kapasitas produksi perjam yang dihasilkan dari proses pengadukan pakan. Proses pengujian mein pengaduk pakan ayam dijelaskan pada tabel berikut ini Tabel 1. Pengujian Limbah Tahu Dan Jagung NO Berat Waktu (kg) (detik) Ket Baik Baik Baik Totol Rata-rata Hasil pengujian rata-rata kapasitas pencampuran mesin pengaduk pakan ternak: = =

72 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 69 = 795,58kg/jam Tabel 2. Pengujian Limbah Tahu Dan Dedak Padi NO Berat Waktu (kg) (detik) Ket Baik Baik Baik Totol Rata-rata Hasil pengujian pertama rata-rata kapasitas pencampuran mesin pengaduk pakan ternak : = = = 531,36 kg/jam Tabel 3. Pengujian Dedak Padi Dan Jagung NO Berat Waktu (kg) (detik) Ket Baik Baik Baik Totol Rata-rata Hasil pengujian rata-rata kapasitas pencampuran mesin pengaduk pakan ternak : = = = 446,28 kg/jam Kapasitas pencampuran bahan limbah tahu dan jagung adalah 795,8 kg/jam, limbah tahu dan dedak padi 531,36 kg/jam dan dedak padi dan jagung adalah 446,28 kg/jam V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam hasil pengujian alat yang dilakukan saya mengambil 3 sample pengujian yaitu : (a). Pengujian limbah tahu dan jagung dengan ratarata berat 40 kg dan waktu 181 detik. (b). Pengujian limbah tahu dan dedak padi dengan rata-rata berat 40 kg dan waktu 271 detik. (c) Pengujian dedak padi dan jagung dengan rata-rata berat 30 kg dan waktu 242 detik. 2. Hasil perhitungan kapasitas mesin pengaduk pakan ayam sistem vertikal menggunakan motor listrik. (a). Pengujian limbah tahu dan jagung dengan kapasitas kg/jam. (b). Pengujian limbah tahu dan dedak padi dengan kapasitas kg/jam. (c). Pengujian dedak padi dan jagung dengan kapasitas kg/jam Saran 3. Getaran pada rangka mesin sehingga diperlukan landasan baut pada kaki rangka. 4. Perlu adanya perhitungan analisis biaya, dengan tujuan untuk mengetahui biaya yang diperlukan dalam proses pembuatan alat, karena alat membutuhkan biaya yang banyak. DAFTAR PUSTAKA Anonim Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil dan Proses Pengolahan Pakan. Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.

73 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 70 Daywin, F.J Sitompul, R.G. Hidayat, I. 2008, Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di lahan kerja Graha Ilmu. Yogyakarta Hadiutomo, K Mekanisasi Pertanian. IPB Press. Bogor Irwanto, A.K Alat Dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Utomo dan Arrizqi Rancang Bangun Mesin Pengaduk Pakan Ternak Berbentuk Butiran-Butiran Kecil. Tugas Akhir. Universitas Diponegoro. Semarang

74 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 71 RE DESAINALAT PENGERING JAGUNG TIPE RUMAH KACA (Hybrid) Fitriyan Giu 1), YunitaDjamalu 2), Evi Sunarti Antu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Teknologi pemrosesan bahan pangan khususnya jagung terus berkembang dari waktu ke waktu. Hal tersebut menyebabkandibutuhkannya teknologi-teknologi pemrosesan jagung yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, salah satunya adalah teknologi pengeringan tipe ERK.Perancangan alat pengeing tipe efek rumah kaca (hybrid) ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dari jangung itu sendiri dan juga meningkatkan kualitas penanganan jagung pasca panendalam hal ini pada saat melakukan kegiatan pengeringan,serta membandingkan efisiensi pengeringan menggunakan ERK (hybrid) dengan pengeringan tradisional atau alami di lingkungan terbuka,efisiensi ini meliputi perbedaan suhu dan presentase kadar air yang terkandung dalam jagung setelah dilakukan pengeringan.desaing rangka pengering berukuran panjang 100 cm tinggi 152 cm lebar 80 cm dengan sudut kemiringan atap 60 0,pintu dilapisi karet list, satu tak atas terbuat dari kaca bening dengan ketebalan 5 mm, memiliki 3 corong udara dengan panjang masing masing,corong atas 45 cm, corong belakang 30 cm, dan corong depan 30 cm.satu rak dibawah terbuat dari aluminium plat dngan ketebalan 1,8 cm.proses pengukuran suhu mengunakan alat ukur suhu (termometer) yang diletakan pada rak penampung produk,rak batu,dan pada ruang terbuka. Kata kunci: redesain,alat pengering,jagung,tipe rumah kaca (hybrid) I. PENDAHULUAN Jagung merupakan kebutuhan pokok bagi manusia di samping beras, gandum dan sandang lainnya. Secara garis besar masalah pangan dan sistem pangan umumnya dibagi atas subsistem produksi, pengadaan dan konsumsi. Bahan pangan tersebut akan mengalami perubahanperubahan yang tidak diinginkan antara lain pembusukan dan ketengikan ( Barus, P., 2009). Teknologi pemrosesan bahan pangan khususnya jagung terus berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi ini didorong oleh kebutuhan pangan manusia yang terus meningkat yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia. Pada saat yang sama, luas lahan penghasil jagungmakin menyempit. Hal tersebut menyebabkandibutuhkannya teknologiteknologi pemrosesan jagung yang mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, salah satunya adalah teknologi pengeringan tipe ERK (Rohman, S., 2008). Pengeringan memiliki pengertian yaitu aplikasi panas di bawah kondisi

75 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 72 terkontrol yang berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui penguapan. Keuntungan dari pengeringan adalah dapat meningkatkan stabilitas penyimpanan. Hal ini dikarenakan terjadinya pengurangan berat dan volume produk akibat dari pengurangan kandungan air. Keuntungan lainnya adalah pengemasan menjadi lebih mudah serta biaya untuk pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan menjadi lebih murah. Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan produk melalui pengurangan water activity. Pengurangan ini dilakukan dengan cara menghambat pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim, tanpa harus menginaktifkannya. Proses pengeringan mempunyai kelemahan yaitu kualitas dan nilai nutrisi dalam pangan menjadi rusak. Faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah kecepatan aliran udara pengering, jumlah bahan, serta sifat bahan. Pengeringan merupakan suatu proses penghilangan sejumlah air dari material dengan prinsip perbedaan kelembaban antara udara pengering dengan bahan makanan yang dikeringkan. Terdapat tiga jenis proses pengeringan, yaitu pengeringan kontak langsung, pengeringan vakum dan pengeringan beku. Metode pengeringan yang dapat digunakan untuk mengeringkan pangan, yaitu pengeringan alami (menggunakan panas dari sinar matahari dan pengeringan dengan udara), dan pengeringan buatan (menggunakan alat pengering). Bahan pangan yang dikeringkan umumnya mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya. Olehnya saya bertujuan untuk merancang alat pengering tipe rumah kaca dengan sistem Hybrid untuk mengetahui bagaimana hasil pengeringan yang di peroleh dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas bahan yang akan di keringkan. II. LANDASANTEORI Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Perusahaan swasta pun juga belum memproduksi jagung secara optimal. Jagung juga sebagai makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa makanan ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan jagung meningkat di masyarakat. Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi

76 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 73 dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi jagung di Indonesia. Jagung merupakan salah satu contoh tanaman C4 yang berarti lebih banyak membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman C4 merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi sehingga tanaman ini dapat membentuk rantai carbon sebanyak 4 buah dalam menambat carbon dioksida (CO 2) dalam melangsungkan fotosintesis. Untuk tanaman jagung tidak perlu diadakan naungan karena salah satu tanaman C4. Sehingga jagung lebih cocok dalam suhu antara C dan ketinggian antara m dari permukaan laut. Tanaman jagung juga termasuk tanaman monokotil yang berarti tidak memiliki kayu pada bagia batangnya dan termasuk dalam famili rumputrumputan. Pengeringan adalah suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yangditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima uap cairan. Proses pengeringan dapat mengawetkan bahan pangan karena sebagian air dalam bahan pangan dihilangkan sehingga mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh pada jumlah air yang terbatas, demikian pula enzim yang dapat menstimulasi reaksi-reaksi kimia dalambahan pangan tidak dapat aktif tanpa air. Dua proses penting yang terjadi dalam proses pengeringan adalah; a) Perpindahan panas yang mengakibatkan penguapan air Perpindhan massa yang menyebabkan pergerakan air atau uap air melalui bahan pangan yang mengakibatkannya terpisah dari bahan pangan. Fungsi pengeringan : a) Memperkecil volume bahan sehingga memudahkan dan mengefisiensikan dalam penyimpanan,pengemasan,dan pendistribusian b) Mencegah penurunan mutu produk oleh perubahan sifat fisik dan kimia Metode pengeringan merupakan suatu cara yang diterapkan/digunakan dalam proses pengeringan. Metode Pengeringan dapat dikategorikan dengan cara yang berbeda. Secara umum, metode pengeringan terdiri dari dua metode yaitu pengeringan manual/alami ( natural drying) dan pengeringan buatan/mekanis (artificial drying) Pada pengeringan natural/alami panas pengeringan dipengaruhi oleh udara sekitar atau matahari. Sedangkan pengeringan pengeringan buatan ( artificial) dilakukan dengan menggunakan panas tambahan. Pengeringan Rumah Kaca (Greenhouse) Pengering efek rumah kaca adalah alat pengering berenergi surya yang memanfaatkan efek rumah kaca yang terjadi karena adanya penutup transparan pada dinding bangunan serta plat absorber sebagai pengumpul panas untuk menaikkan suhu udara ruang pengering. Lapisan transparan memungkinkan radiasi gelombang pendek dari matahari masuk ke dalam dan mengenai elemen-elemen bangunan. Hal ini menyebabkan radiasi gelombang pendek yang terpantul berubah menjadi gelombang panjang dan terperangkap dalam bangunan karena tidak dapat menembus penutup transparan sehingga menyebabkan suhu menjadi tinggi. Proses inilah yang dinamakan efek rumah kaca. (Kamaruddin et al., 1996).

77 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 74 Gambar 1. Efek Rumah Kaca Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Kecepatan Pengeringan Faktor yang berhubungan dengan udara pengering Yang termasuk golongan ini adalah: a) Suhu: Makin tinggi suhu udara maka pengeringan akan semakin cepat b) Kecepatan aliran udara pengering: Semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin cepat c) Kelembaban udara: Makin lembab udara, proses pengeringan akan semakin lambat d) Arah aliran udara: Makin kecil sudut arah udara terhadap posisi bahan, maka bahan semakin cepat kering Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan Yang termasuk golongan ini adalah: a) Ukuran bahan: Makin kecil ukuran benda, pengeringan akan makin cepat b) Kadar air : Makin sedikit air yang dikandung, pengeringan akan makin cepat Konsep perpindahan kalor Perpindahan kalor dibedakan menjadi tiga jenis yaitu perpindahan kalor secara radiasi, perpindahan kalor secara konduksi dan perpindahan kalor secara konveksi. a) Perpindahan kalor secara radiasi Perpindahan kalor secara radiasi ialah perpindahan kalor secara langsung tanpa memerlukan medium.konsep ini dapat kita pahami dengan memperhatikan kejadian alam seperti ketika menjemur kpakaian,panas yang di hasilkan oleh matahari dapatmengeringkan pakaian tanpa melalui media atau perantara. b) Perpindahan kalor secara konduksi Perpindahan kalor dengan cara konduksi ialah perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan molekul zat-zat perantaranya. Umumnya Perpindahan kalor secara konduksi terjadi pada zat padat.contoh sederhana dari konsep ini dapat kita temukan ketika kita menyetrika pakaian,panas yang berasal dari setrika dapat berpindah ke pakaian tanpa menbuat molekul dari setrika tersebut menyatu dengan pakaian. c) Perpindahan kalor secara konveksi Perpindahan kalor dengan cara konveksi ialah perpindahan kalor dengan disertai perpindahan molekul-molekul zat perantaranya. Berbeda dengan perpindahan kalor secara konduksi yang hanya memindahkan kalornya saja sedangkan zat perantara tidak ikut berpindah pada perpindahan kalor secara konveksi baik kalor maupun molekul zat ikut berpindah. Perpindahan kalor dengn cara konveksi terjadi pada zat cair atau fluida dan gas. perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada saat merebus air. Awalnya yang mendapat panas ialah bagian air bagian bawah, air yang panas bergerak ke atas dan air yang belum panas turun ke bawah mengisi tempat yang kosong, begitupun seterusnya hingga semua air menjadi panas dan mendidih pada suhu 100⁰C. Kaca Bening (Tempered Glass) Gambar 2. Kaca Bening

78 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 75 Kaca yang diperkeras dengan memanaskan kaca hingga suhu 700 C melalui tempery process, kemudian didinginkan mendadak dengan menghembuskan udara ke seluruh permukaan kaca. Kaca yang biasa digunakan Bening, Panasap, dan stopsol. Kelebihan kekuatan 3-5 kali dari kaca biasa. Besi Hollow (Carbon Steel) Besi hollow merupakan profil yang sering digunakan dalam konstruksi bangunan, teruatama dalam konstruksi acessoris seperti pagar, railling dan pintu gerbang. besi hollow juga dapat digunakan untuk support pada pemasangan plafon Gambar 4. Pipa PVC Perhitungan Kadar Air Kadar air basis basah (wet besis) Mb = x100% Keterangan : Mb = Kadar air basis basah (%) Wo = Masa awal bahan (%) Wd = masa akhir bahan (%) Mdb = kadar air basis kering (%) Kadar air besis kering (dry basis) : Mdb = x100% Gambar 3. Besi Holow (Carbon Steel) Pipa PVC Polyvinyl chloride (PVC) adalah pipa yang terbuat dari plastik dan beberapa kombinasi vinyl lainya.emiliki sifat yang tahah lama dan tidak gampang rusak.pipa PVC juga tidak berkarat dan tidak akan membusuk.oleh karen itu,pvc ini paling sering digunakan dalam sistem irigasi/perairan dan pelindung kabel.di indonesia standar ukuran yang dipakai untuk sistem perairan rumah tangga atau lainya adalah standar JIS(japanese industrial standart),sedangkan untuk PDAM biasanya memakai standar nasional SNI.Macam macam ukruan pipa PVC dengan standar JIS (satuan inci) yang dimulai dari AW1/2 sampai AW 10 (atau lebih),d1 1/4 sampai D 10 (atau lebih) dan C 5/8 sampai C 5. Keterangan : Mb = Kadar air basis basah (%) Wo = Masa awal bahan (%) Wd = masa akhir bahan (%) Mdb = kadar air basis kering (%) RP = Rak Pengering Efisiensi Pengeringan Efisiensi pengeringan adalah perbandingan antara panas yang dibutuhkan untuk proses pengeringan yang didapat secara teoritis dengan penggunaan panas yang sebenarnya dalam pengeringan dimana proses perbandingan tersebut didapat dengan kegiatan pengeringan.efisiensi pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Menghitung efisiensi pengeringan :

79 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 76 Data yang diketahui: Berat jagung yang akan dikeringkan =... kg Suhu Masuk (T1) =... 0 C Suhu awal jagung (Tp) =... 0 C Suhu akhir jagung =... 0 C Laju aliran udara didalam pengering (standar) =...m/s Panas Jenis jagung (Cp) =...kj/kg 0 C Panas Jenis air =... KJ/kg 0 C Kadar air awal =...% Kadar air yang diinginkan =...% Waktu yang diinginkan untuk mencapai kadar air 7% =... menit Panas Laten Penguapan air =... KJ/kg Massa kering yaitu massa dimana kadar air bahan 0% =. Bagian bahan yang kering adalah : = Banyaknya uap air yang harus diuapkan sampai kadar air 7% adalah : Menentukan Tahap Berikut: 1. Menentukan Q 1 =.. HasilQ, Q + Q Melalui =. ( ) Q 1 = jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan bahan mk = massa kering jagung (kg) Cp = panas jenis jagung (kj/kg c) Tp = temperatur akhir jagung ( c) T = temperatur awal jagung ( c) Q 2 Ma Ca Tp T = panas sensible air (kj) = masa air (kg) = panas jenis air (kj/kg) = temperatur akhir jagung ( c) = temperatur awal jagung ( c) 3. Menentukan Q 3 =. h Keterangan : Q 3 = panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan (kj) mw = kadar air yang diinginkan (kg) hfg = panas laten penguapan air (kj/kg) = + + Keterangan : Q 1 = jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan bahan mk = massa kering jagung (kg) Cp = panas jenis jagung (kj/kg c) Tp = temperatur akhir jagung ( c) = temperatur awal jagung ( c) T Untuk menentukan banyaknya kalor (panas) Untuk menemukan hasil q maka terlebih dahulu melakukan pencarian nilai dari dengan menggunakan rumus: = Keterangan: m = massa pada rak 2 V = volume 2. Menentukan Q 2 Keterangan: =. ( )

80 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 77 Nilai V menggunakan rumus: V = L a x t Panas yang diberikan oleh udara panas pada bahan yang dikeringkan digunakan rumus sebagai berikut: =.. ( ) Keterangan: q = banyaknya kalor (panas) p = massa jenis V = kecepatan udara cu = laju aliran udara T = suhu awal jagung T = suhu bak pengering III. METODEPENELITIAN Mulai Identifikasi Masalah Analisis Masalah Tinjauan Pustaka Re-Desain Alat Pengering ERK Menentukan Efisiensi Pengeringan Tidak Pemilihan produk (Jagung Hibrida) = 100% Penyediaan Alat Ukur η = efisiensi pengeringan Q = hasil penjumlahan Q 1, Q 2, Q 3 q = kalor (panas) yang diberikan udara Panas yang Tersimpan Analisa panas yang tersimpan dilakukan dengan mengukur suhu pada alat pengering setelah proses pengeringan berlangsung yaitu, Pada pukul sampai dengan WITA. Titik pengukuran panas yang tersimpan dilakukan pada rak batu sebagai media penyimpan panas,dan juga pada rak produk. Penyediaan Bahan Uji Pengujian Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 5. Diagram alur penelitian

81 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 78 Desain Alat Pengering ERK (Hybird) Gambar 6. Desain Alat Pengering ERK (Hybird) Gambar 9. Pintu Gambar 10. Rak Penampung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 7. Tampak Samping Gambar 8. Tampak Depan Teori Desain Perancangan Perancangan alat dimulai dengan pembuatan rangka yang terbuat dari pipa kotak besi dengan dimensi alat; panjang 107 cm, tinggi 152 cm, dan lebar 80 cm.selanjutnya pembuatan rak produk yang tebuat dari besi siku kuran 3x3 cm dengan demensi; panjang 100 cm dan lebar 80 cm,serta rak batu sebagai media penyimpan panas dengan menggunakan besi siku ukuran 5 cm dengan dimensi; panjang 100 cm dan lebar 80 cm.kemudian pembuatan pintu rak produk dan rak batu dengan dimensi masing masing; pintu untuk rak produk tinggi 54 cm dan lebar 86 cm,sedangkan rak batu tinggi 26 cm dan lebar 86 cm,untuk pintu di tambahkan lubang untuk saluran angin dengan diameter 10 cm dan di pasangkan pipa dengan panjang 30 cm menggunakan lem perekat silikon sedangkan Semua pengerjaan rangka alat dilakukan dengan proses pengelasan

82 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 79 MMAW.Selanjutnya proses penyatuan semua bagian alat pengering ERK. Data Pengujian di lingkungan namun penurunan suhu pada rak batu lebih lambat di karenakan ruang ruangan tertutup dan terdapat batu sebagai media penyimpan panas. Suhu Lingkungan Suhu Rak Produk Suhu ºC Waktu hari ke -1 hari ke -2 suhu c hari ke-1 hari ke-2 Gambar 11. GrafikSuhu Lingkungan Berdasarkan grafik di atas bisa di simpulkan bahwa suhu tertinggi yang dapat dicapai dengan pengeringan memanfaatkan lingkungan adalah 51 c dan suhu terendah adalah 26.Suhu dilingkungan tidak stabil dan pada setiap harinya berubah ubah. suhu c 20 Suhu Rak Batu waktu Gambar 12. Grafik Suhu Kolektor Dalam pengujian ini rak batu yang berfungsi sebagai media penyimpan panas berfungsi dengan baik,panas yang tersimpan pada rak batu berfungsi sebagai sumber panas ketika sumber utama yaitu matahari mulai terbenam.dari grafik di atas bisa kita simpulkan bahwa suhu tertinggi pada rak batu adalah 43 c,memang tidak lebih tinggi dari suhu hari hari Waktu Gambar 12. Grafik Suhu Rak I Rak produk sebagai tempat dimana jagungtempatkan memiliki suhu tertinggi 55 ºc dikarenakan terbuat dari kaca dan tertutup sehingga tingkat suhu lebih tinggi dari lingkungan,dan juga laju penurunan panas yang terjadi pada rak produk terbilang lambat dikarenakan dibagian bawah rak terdapat rak batu yang berfungsi sebagai penyimpan panas.jadi suhu panas yang ada pada rak produk didapat fungsi kaca yang memanipulasi panas yang didapat dari matahari dan juga rak batu yang dapat memindahkan panas secara konduksi. Perhitungan Kadar Air Sampel jagung basah Dik: wo = 3,0164 gram Wd = gram Dit: mb =? Penye: Mb = x 100% Mb =,, x 100%, Mb =, x 100%, Mb =0,286 x 100% Mb =28,6 % Sampel Jagung Kering Dik: Wo = 3,0215 gram

83 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 80 Wd = gram Dit: Mdb RP =? Penye: Mdb = x100% Mdb =,, x, 100% Mdb =, x 100%, Mdb = 0,189 x 100% Mdb =18,9 % Sampel Jagung Kering Pada Lingkungan Dik: Wo = 3,0294 gram Wd = 2,4909 gram Dit: Mdb Lk =? Penye: Mdb = x 100% Mdb =,, x, 100% Mdb =, x 100%, Mdb =0,216 x 100% Mb Lk=21,6 % Panas Yang Tersimpan Panas yang tersimpan diukur setelah proses pengeringan yaitu dari pukul sampai dengan WITA. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di peroleh data pengeringan penyimpan panas terbaik adalah pada rak batu dengan suhu lingkungan yang lebih rendah dari rak lainnya namun memiliki tingkat penyimpan panas yang lebih baik. V. PENUTUP Kesimpulan Dari proses pengeringan menggunakan alat pengering Jagungtipe ERK hybrid diambil data maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Panas yang di dapat dari matahari untuk proses pengeringan dapat dimanipulasi dengan ERK yang utamanya adalah kaca dan juga dapat disimpan dengan batu sebagai media penyimpan panas. 2. Proses pengeringan jagung lebih efisien dan kualitas dari jagung terjaga sebab tertutup dalam ruang pengering yang ada pada alat pengering tipe ERK. 3. Proses pengeringan menggunakan alat pengering tipe ERK hybrid hanya membutuhkan waktu pengeringan yang relatif singkat dibandingkan dengan proses pengeringan alami. 4. Jagung yang dikeringkan menggunakan alat pengering tipe ERK hybrid tidak memerlukan pengawasan terhadap hewan karena di letakan di ruang tertutup. Saran 1. Dari hasil perancangan alat hasil yang didapat baik,namun masih dapat dimaksimalkan dengan merubah bentuk untuk mendapatkan panas yang lebih maksimal. 2. Rancangan pada rak penyimpan batu masih dapat di maksimalkan dengan mengganti bahannya. 3. Efektifitas alat perlu di uji di cuaca yang minim sumber panasnya. Diharapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam perancangan dan pengujian alat pengering tipe ERK hybrid kiranya dapat memberikan saran dan kritikan untuk lebih optimalnya alat pengering ERK hybrid,sehingga bisa membantu proses pengeringan untuk masyarakat luas. DAFTAR PUSTAKA Barus D Pemanfaatan bahan pengawet dan antioksidan alami pada industi bahan makanan. Universitas Sumatra Utara, Medan Robert E. Treybal.1980.Mass Transfer Operation. Third edition. by Mc

84 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 81 Graww-Hill International Book Company. Faris, Hidayat Rancang Bangun Oven Berkapasitas 0,5 KG Bahan Basah Dengan Penambahan Buffle Untuk Mengarahkan SirkulasiUdara Panas Di Dalam Oven.FTI-ITS Program StudiD3 Teknik Mesin. Dyah,wulandani.2007 Konstruksi alat pengering efek rumah kaca (erk hybrid). Newlan,O Leopold.1997 Agricultural engineering.wesport Connecticut.USA. Kartasapoetra, Ance Gunarsih Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

85 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 82 RANCANG BANGUN ALAT RAGUM MINI Tawil Antuke 1), Farid Darise 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Ragum merupakan alat yang digunakan untuk kerja bangku. Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan tinggi pekerja yang akan bekerja, Sebagai patokan adalah apabila ragum dipasang pada meja kerja, maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari pekerja pada posisi berdiri sempurna. Dalam penjepitan benda kerja tidak diharapkan permukaan benda kerja mengalami kerusakan atau cacat karena jepitan rahang ragum, Guna mengatasi hal itu, maka pada saat melakukan penjepitan benda kerja dengan ragum hendaknya rahang ragum dilapisi dengan pelapis, Pelapis tersebut terbuat dari bahan yang lunak seperti baja lunak, pelat tembaga, karet pejal dan pelat seng yang tebal. Tujuan penelitian ini merancang bangun ragum mini portable untuk kerja bangku khususnya menjepit benda kerja yang berukuran kecil misalnya pembuatan duplikat kunci, pengikiran, pengetapan,dll. Metode penelitian yang digunakan dalam proses ini yaitu pengumpulan data awal, perancangan, pembuatan gambar dan pengerjaan pembuatan ragum portable. Berdasarkan hasil penelitian dihasilkan ragum mini portable yang mudah dibawa kemana saja sehingga memudahkan dalam proses kerja bangku. Lebar pada rahang ragum dapat membuka maksimal 50 mm. Ragun Mini adalah salah satu alat bantu yang sering digunakan di bengkel-bengkel permesinan maupun bengkel-bengkel otomotif. Fungsi Ragum mini untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja. Dengan demikian ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang dijepitnya. Pisau frais yang digunakan Ø20 mm pada chuck mesin frais. Pembuatan rel ragum menggunkan mata pisau Ø5 mm. Kata Kunci : Rancang Bangun, Ragum Mini, Kerja Bangku I. PENDAHULUAN Kerja bangku ( benchwork) adalah aktivitas kerja yang dilakukan dengan tenaga dan keahlian dari manusia di meja kerja. Teknik Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan kerja bangku di dalam dunia teknik permesinan sebagai dasar untuk materi teknik permesinan pada tingkat selanjutnya. Kegiatan kerja bangku lebih dititikberatkan pada pembuatan benda kerja dari material logam dengan perkakas tangan, dan dilakukan di bangku kerja. Pekerjaan kerja bangku meliputi berbagai jenis kontruksi geometris yang sesuai dengan jobsheet atau perintah kerja. Persyaratan kualitas terletak kepada pemahaman seseorang dalam praktek kerja bangku dan pelaksanaannya di tempat kerja yang meliputi tingkat ketrampilan dasar penguasaan alat tangan,

86 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 83 tingkat kesulitan produk yang dibuat, dan tingkat kepresisian hasil kerja. Kerja bangku tidak hanya menitikberatkan pada pencapaian hasil kerja, tetapi juga pada prosesnya. Dimana pada proses tersebut lebih menitikberatkan pada etos kerja yang meliputi ketekunan, disiplin, ketahanan, serta teknik sebagai dasar sebelum melanjutkan ke pengerjaan yang menggunakan mesin-mesin produksi. Aktivitas dalam kerja bangku meliputi : 1) Pengikiran (filling) 2) Penggergajian (sawing) 3) Penandaan (marking) 4) Pemahatan (chiselling) Dalam hal ini fungsi Ragum sebagai alat untuk menjepit benda kerja sangat penting. Ragum adalah suatu alat penjepit untuk menjepit benda kerja yang akan dikikir, dipahat, digergaji, di tap, di sney, dan lain lain. Dengan adanya Ragum, benda kerja yang akan digergaji, di sney, dikikir ataupun dipahat bisa dengan kencang dijepit sehingga memudahkan dalam proses pengerjaan dan hasil dari sebuah proses akan maksimal. Dari permasalahan diatas maka1 perlu dilakukan penelitian dengan merancang dan membuat ragum mini yang berfungsi sebagai alat penjepit yang mudah dibawa kemana-mana dan lebih efisien terutama pada kerja bangku, sehingga proses finishing bisa dilakukan dengan baik terutama pada elemen-elemen kecil. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu alat ragum mini yang meningkatakan produk kerja bangku, yaitu dengan merancang bangun alat ragum mini yang mudah dibawa kemana saja. Proses kerja bangku haruslah menggunakan ragum mini agar menghasilkan kualitas dan kuantitas yang baik. II. LANDASAN TEORI Ragum Ragum berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja. Dengan demikian ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang dijepitnya, Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka pada mulut ragum/ kedua rahangnya harus rata sehingga benda kerja dapat dijepit dengan kuat. Rahang-rahang ragum digerakkan oleh batang ulir yang dipasangkan pada rumah ulir. Apabila batang ulir digerakkan/diputar searah jarum jam, maka rahang ragum akan menutup, tetapi bila diputar berlawanan dengan arah jarum jam maka rahang ragum akan membuka Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan tinggi pekerja yang akan bekerja, Sebagai patokan adalah apabila ragum dipasang pada meja kerja, maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari pekerja pada posisi berdiri sempurna. Dalam penjepitan benda kerja tidak diharapkan permukaan benda kerja mengalami kerusakan atau cacat karena jepitan rahang ragum, Guna mengatasi hal itu, maka pada saat melakukan penjepitan benda kerja dengan ragum hendaknya rahang ragum dilapisi dengan pelapis, Pelapis tersebut terbuat dari bahan yang lunak seperti baja lunak, pelat tembaga, karet pejal dan pelat seng yang tebal. Alat Pendukung Utama Yang Dipakai 1. Mesin bubut konvensional. 2. Mesin Frais 3. Mesin bor 4. Tap 5. Kertel 6. Alat ukur dan penggunaannya Analisis Pengerjaan Mini Komponen komponen Ragum dibuat dengan beberapa proses

87 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 84 pengerjaan pada mesin dan peralatan tangan menurut fungsi dari mesin dan alat tersebut. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan komponen Trecker magnet ini adalah : Mesin Bubut Konvensional Mesin bubut adalah mesin perkakas yang mempunyai gerak utama berputar dan berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda silindris dengan jalan menyayat benda tersebut dengan suatu alat penyayat/tool, posisi benda berputar sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam bergerak ke kanan/ke kiri secara manual (dengan tangan) maupun secara otomatis searah dengan sumbu mesin bubut menyayat benda kerja. Pada mesin bubut konvensional dapat dikerjakan berbagai jenis pekerjaan pembubutan diantaranya membubut rata, membubut rata bertingkat, membubut tirus, membubut ulir, mengebor, membubut alur, dan lain sebagainya. Gambar 1. Mesin Bubut Konvensional Untuk dapat membuat komponen tertentu dengan ketelitian tertentu, maka mesin bubut harus memiliki kualitas geometris yang dapat menjamin diperolehnya suatu produk dengan kualitas geometris yang diinginkan. Selain karakteristik pahat yang digunakan, beberapa parameter yang digunakan dalam proses permesinan sangat menentukan hasil dari proses pembubutan. Beberapa jenis pahat HSS yang dipergunakan dalam proses pembubutan yaitu: Gambar 2. Jenis-Jenis Pahat Dan Penggunaanya Keterangan Gambar : 1). Pahat rata tekuk kanan, 2). Pahat rata lurus kanan, 3). Pahat rata lurus kiri, 4). Pahat rata muka kanan, 5). Pahat pucuk samping kanan, 6). Pahat ulir, 7). Pahat poles pucuk, 8). Pahat poles lebar, 9). Pahat rata samping kanan, 10). Pahat rata samping kiri, 11). Pahat alur, 12). Pahat ulir segitiga, 13). Pahat potong, 14). Pahat bubut profil, 15). Pahat bubut rata dalam, 16). Pahat sudut dalam, 17). Pahat alur dalam, 18). Pahat alur dalam, 19). Pahat ulir dalam. Komponen komponen dari Ragum mini yang dikerjakan pada mesin bubut ialah : poros ulir,gagang pengancing, dan ulir yang digunakan pda poros ulir adalah ulir segi empat. Mesin Frais Mesin frais adalah mesin perkakas yang digunakan untuk mengerjakan/ menyelesaikan suatu permukaan benda kerja dengan menggunakan pisau frais (cutter) sebagai pahat penyayat yang berputar pada sumbu mesin. Mesin frais termasuk mesin perkakas yang mempunyai gerak utama berputar dan dengan demikian, pisau frais sebagai alat potong benda kerja berputar dan dipasang pada arbor mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor dan diputar oleh sumbu utama mesin. (lihat gambar 3).

88 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 85 Gambar 3. Mesin Frais Pada dasarnya gerakan dari meja mesin frais itu dapat dilakukan dalam dua arah, yaitu gerakan datar (membujur dan melintang) dan gerakan tegak (naik - turun), gerakkan dari meja frais ini dapat dilakukan dengan tangan atau secara otomatis. Bahkan ada jenis mesin frais yang dilengkapi dengan gerak meja berputar/serong. Dengan variasai gerak yang kompleks tersebut, maka berbagai jenis pekerjaan seperti alur roda gigi, blok bertingkat, bidang bersudut, dan melubang dapat dikerjakan dengan mudah apabila didukung pula oleh variasi cutter yang memadai.(rohyana 2000). Komponen komponen dari Ragum mini yang dikerjakan pada mesin frais ialah : Badan Ragum mini,rahang gerak,rel. Mesin Bor Mesin bor adalah suatu alat pembuat lubang dan peluas lubang pada benda kerja dengan mata bor sebagai penyayat lubang dan reamer sebagai peluas lubangnya. Mata bor umumnya terbuat dari bahan baja karbon alat (carbon tool steel) dengan kandungan karbon mencapai 1,2 %. Selain itu, mata bor yang sering digunakan adalah mata bor jenis High Speed Steel (HSS) yang mempunyai kandungan tungsten hingga mencapai 18 %. Hal ini menjadikan mata bor tahan terhadap panas dan putaran tinggi. Gambar 4. Mesin Bor Jenis mata bor yang sering digunakan dalam proses permesinan adalah mata bor dengan sudut 118, meskipun terdapat jenis mata bor lain dengan sudut yang lebih besar atau lebih kecil dari 118. Hal ini disesuaikan dengan jenis bahan yang akan dibor, dimana jika sudutnya lebih besar dari 118 ( ) biasanya digunakan untuk mengebor bahan logam yang sulit dibor, seperti baja tempa dan baja campuran. Sedangkan, mata bor dengan sudut lebih kecil dari 118 ( ) biasanya digunakan untuk mempermudah penetrasi ketika mengebor bahan kuningan, baja tuang lunak dan alumunium dengan campuran rendah (Daryanto 1987 ). Komponen komponen dari Ragum mini yang dikerjakan pada mesin bor ialah : Pengeboran poros rel, rahang gerak. Beberapa catatan yang dapat dilihat sebelum praktek mengebor pada mesin bor adalah sebagai berikut : 1) Feeding a. 0,02 0,05 mm/putaran untuk mata bor < Ø 3 mm. b. 0,05 0,1 mm/putaran untuk mata bor = Ø 3 Ø 6 mm c. 0,1 0,2 mm/putaran untuk mata bor = Ø 6 Ø 12 mm d. 0,2 0,4 mm/putaran untuk mata bor = Ø 12 Ø 25 mm

89 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 86 Tap Tap adalah alat yang digunakan untuk membuat ulir bagian dalam lubang. Tap dibuat dari baja perkakas yang dikeraskan. Pada bagian badan tap digerinda berbentuk ulir luar, dengan tiga atau empat alur memanjang yang disebut mata sayat (sisi potong bentuk ulir). Satu set tap ada 3 buah, terdiri dari tap no. 1, no. 2, dan no. 3. Untuk dapat membedakan nomor tap, dapat diketahui dengan 2 cara yaitu: Melihat ketirusan bagian ujung tap Ujung tap yang tirusnya lebih panjang menandakan nomor tap pertama. Melihat goresan (garis) yang ada pada batang tap (lihat gambar 5) Satu garis adalah tap no.1; Dua garis adalah tap no.2; dan Tak bergaris adalah tap no.3. Bentuk dan kondisi pemotongan ulir dalam. (lihat gambar 5). lurus yang ditimbulkan pada permukaan benda kerja. Tujuan kartel adalah untuk membentuk permukaan benda agar tidak licin pada saat dipegang ketika dipergunakan. Proses kartel terjadi melalui penekanan satu unit roda kartel yang telah dikeraskan terhadap benda kerja yang berputar, sehingga terbentuk gerigi berbentuk garis atau tonjolan kerucut. Kartel mempunyai 2 jenis yaitu : 1. Kartel ganda silang Kartel jenis ini terdiri dari dua buah roda kartel yang mempunyai alur roda yang arahnya berbeda (bersilang ) tetapi mempunyai kisar yang sama. Hasil dari pengkartelan ini berupa bentuk permukaan benda yang beralur belah ketupat dengan puncak piramid (diamond) Gambar 5. Tap Gambar 11. Kartel Ganda Silang Jenis Sambungan Engsel Tap no.1 : Bagian ujungnya sangat tirus, digunakan untuk permulaan mengetap. Tap no.2 : Tirus pada bagian ujungnya lebih pendek, pemakaiannya setelah tap no.1 Tap no.3 : Tap ini adalah yang terakhir digunakan sehingga berbentuk ulir yang 100% (penuh). Pada ujungnya hanya diberi tirus sangat sedikit, agar dapat membentuk ulir tembus. Kartel Mengkartel atau knurling adalah proses membentuk permukaan benda kerja hingga berbentuk diamond atau gerigi Gambar 12. Bentuk Roda Kartel Ganda Silang Alat Ukur dan Penggunaannya Salah satu alau ukur yang dipakai untuk menyelesaikan klem sejajar adalah jangka sorong. Jangka sorong adalah sebuah tipe kaliper batang berbentuk L dilengkapi dengan rahang yang tegak lurus yang dapat digeser untuk menentukan ukuran. Ukuran yang presisi diperoleh dengan adanya skala vernier sehingga diperoleh ketelitian mencapai 0.02 mm. Jangka sorong digunakan untuk

90 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 87 mengukur panjang bagian luar, panjang bagian dalam, maupun kedalaman ukuran dari suatu benda. III. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Kegiatan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengelasan ( Welding) Program Studi Mesin dan Permesinan Pertanian Politeknik Gorontalo, waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian (Flow Chart) MULAI TINJAUAN MEMBUAT KONSEP DIMENSI MESIN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah Kerja Pembuatan Alat Pembuatan Badan Ragum a. Pengerjaan Pada Mesin Frais 1) Siapkan dan periksa mesin dan semua peralatan yang akan digunakan pada mesin frais. 2) Atur kecepatan putaran mesin sesuai dengan diameter pisau dan bahan benda kerja. 3) Ikatlah pisau frais Ø20 mm pada chuck mesin frais 4) Ikat benda kerja pada ragum mesin frais. 5) Setting pisau frais pada benda kerja secara horizontal (melintang dan memanjang), atur skala ukurannya pada kedudukan nol. Setting pada kedudukan vertikal, atur skala ukurannya pada kedudukan nol. 6) Setelah itu turunkan pisau frais sedalam 1 mm. Pengepraisan siap dilakukan pada sisi pertama sedalam 1 mm dan panjang 140 mm dengan arah memanjang. MENYEDIAKAN MESIN DAN BAHAN PERANCANGAN DAN Tidak UJI COBA KESIMPULA N SELESAI Gambar 2.3 Diagram Alir Y Gambar 19. Proses Pengefraisan Benda Kerja 7) Periksa tebal pemakanan dengan jangka sorong sebelum finishing untuk memastikan ketepatan ukurannya. 8) Jika sudah tepat lakukan finishing sebesar 0,5 mm pada sisinya. 9) Lakukan pemakanan pada sisi yang kedua dengan langkah seperti pada pemakanan sisi pertama dan sisi

91 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 88 banda kerja berikutnya, hingga benda kerja berbentuk kotak. 10) Lakukan pengikiran halus pada sisi yang tajam karena proses pengefraisaan 11) Setelah benda kerja berbentuk kotak kemudian kita ikatkan kembali pada ragum mesin frais untuk pembuatan rahang tetap 12) Ikatlah pisau frais Ø20 mm pada chuck mesin frais 13) Lakukan pemakanan 3-5 mm pada pembuatan rahang tetap Gambar 20. Proses Pembuatan badan ragum Pembuatan Rahang Gerak a. Pengerjaan Pada Mesin Frais 1) Atur kecepatan putaran mesin sesuai dengan diameter pisau dan bahan benda kerja. 2) Ikatlah pisau frais Ø20 mm pada chuck mesin frais 3) Ikat benda kerja pada ragum mesin frais. 4) Setting pisau frais pada benda kerja secara horizontal (melintang dan memanjang), atur skala ukurannya pada kedudukan nol. Setting pada kedudukan vertikal, atur skala ukurannya pada kedudukan nol. 5) Setelah itu turunkan pisau frais sedalam 1 mm. Pengepraisan siap dilakukan pada sisi pertama sedalam 1 mm dan panjang 30 mm dengan arah memanjang. 6) Buatlah jalur rel pada rahang gerak menggunakan pisau prais yang berdiameter 4 mm Gambar 21. Proses Pengefraisan Rahang Gerak Pembuatan Rel a. Pengerjaan Pada Mesin Frais 1) Ikatlah pisau frais Ø5 mm pada chuck mesin frais 2) Ikat benda kerja pada ragum mesin frais. 3) Setting pisau frais pada benda kerja secara horizontal (melintang dan memanjang), atur skala ukurannya pada kedudukan nol. Setting pada kedudukan vertikal, atur skala ukurannya pada kedudukan nol. 4) Setelah itu turunkan pisau frais sedalam 3-5 mm. Pengepraisan siap dilakukan pada sisi pertama sedalam 3-5 mm dan panjang 80 mm dengan arah memanjang. Pembuatan Batang ulir a. Pengerjaan pada mesin bubut. 1) Siapkan peralatan yang diperlukan, yaitu : pahat bubut rata luar, pahat bubut ulir segitiga luar, pahat alur luar, jangka sorong, center drill, senter putar, chuck bor, mal ulir segitiga luar, sisir ulir segitiga luar, mata bor, kikir segitiga untuk membersihkan ulir lakukan pengecekan pada alat tersebut sebelum digunakan. 2) Siapkan benda kerja dan lakukan pengecekan ukurannya. 3) Periksa mesin yang akan digunakan dan perlengkapannya 4) Siapkan job sheet benda kerja dan pasanglah pada bagian mesin yang telah disediakan.

92 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 89 5) Ikat benda kerja pada chuck mesin bubut dengan ketentuan panjang benda kerja yang keluar dari bibir chuck ± 130 mm. 6) Pasanglah pahat pada tool post yang dilandasi ganjal pelat dengan ketentuan sisi potong mengarah ke benda kerja dan dengan jarak penonjolan ujung pahat yang minimum. 7) Pastikan kedudukan pahat telah setinggi sumbu mesin dan benda kerja. 8) Lakukan pembubutan facing seperlunya pada benda kerja 9) Kemudian buatlah lubang senter pada benda kerja. 10) Lanjutkan dengan bubut rata hingga diameter benda kerja menjadi 16 mm dan panjang yang dibubut ± 130 mm. 11) Champerlah ujung benda kerja sebesar 1 x 45º.. 12) Tahan benda kerja dengan menggunakan senter putar 13) Setelah itu bubut benda kerja sepanjang 120 mm menjadi Ø 16 mm. Gambar 23. Proses Pembubutan Rata 14) Buatlah alur pada jarak 120 mm dari ujung benda kerja dengan diameter 14 mm dan lebar 5 mm. 15) Atur tuas-tuas otomatis ulir untuk membuat ulir dengan ukuran M116x1,5 16) Atur kecepatan putaran mesin. 17) Setting pahat pada benda kerja 18) Lakukan pemakanan tipis untuk memeriksa kisar ulir yang akan dibuat. 19) Lakukan penguliran dengan pemakanan awal 0,2;0,5 mm. 20) Tambah pemakanan 0,1 mm pada setiap penguliran berikutnya 21) Lakukan penguliran dengan berhatihati, perhatikan hasil uliran yang sedang dikerjakan. 22) Sisakan 0,2 mm dari penguliran untuk finishing 23) Untuk finishing pemakanan dilakukan dengan mengulangi pembubutan sebanyak 3 kali atau lebih jika perlu tanpa adanya penambahan pemakanan. 24) Pasang kembali pahat bubut fashing, lakukan bubut fashing hingga lubang senter hilang dan panjang benda kerja menjadi 120 mm. Pembuatan Gagang Pengancing a. Pengerjaan Pada Mesin Bubut. 1) Siapkan peralatan yang diperlukan, yaitu: pahat bubut rata luar/dalam, pahat bubut ulir segitiga luar/dalam, pahat alur luar, jangka sorong, center drill, senter putar, chuck bor, mal ulir segitiga luar, sisir ulir segitiga luar, kikir segitiga untuk membersihkan ulir lakukan pengecekan pada alat tersebut sebelum di gunakan. 2) Siapkan benda kerja dan lakukan pengecekan ukurannya. 3) Periksa mesin yang akan digunakan dan perlengkapannya 4) Siapkan job sheet benda kerja dan pasanglah pada bagian mesin yang telah disediakan 5) Ikat benda kerja pada chuck mesin bubut dengan ketentuan panjang benda kerja yang keluar dari bibir chuck 70 mm. 6) Bersihkan bagian tool post untuk menjepit pahat bubut rata 7) Pasanglah pahat pada tool post yang dilandasi ganjal pelat dengan ketentuan sisi potong mengarah kebenda kerja dan dengan jarak penonjolan ujung pahat yang

93 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 90 minimum (tidak lebih dari 1 ½ tinggi penampang pahat). 8) Pastikan kedudukan pahat telah setinggi sumbu mesin dan benda kerja. 9) Lakukan pembubutan facing seperlunya pada benda kerja. 10) Lanjutkan dengan bubut rata hingga diameter benda kerja menjadi 22 mm dan panjang yang dibubut berukuran 65 mm. 11) Lakukanlah pembubutan champer terhadap ujung benda kerja dengan ketentuan 1 x 45º. 12) Buatlah lubang senter dengan senter drill. 13) Ikat mata bor pada chuck bor, dekatkan mata bor pada benda kerja dan kuncilah kepala lepas 14) Pengeboran dilakukan secara bertahap, mulai dari pengeboran Ø5 mm, Ø8 mm, Ø10 mm dan 14,5 mm. diameternya kira kira lebih kecil 0,2 mm. 20) Pasang kartel pada tool post. Atur kartel pada kedudukan senter. (lihat gambar 28). Gambar 27. Posisi Senter Kartel Pada Benda Kerja 21) Atur kecepatan putaran mesin (biasanya 1/5 dari putaran normal). 22) Tekan kartel hingga roller-rollernya menekan benda kerja dengan tekanan yang sama.(kartel tidak perlu dimiringkan karena permukaan yang akan dikartel lebih kecil dari permukaan mata kartel). 23) Lakukan pengkartelan awal dengan memajukan kartel sedalam 0,5 mm. 24) Geserlah kekanan dan kekiri arah pengkartelan secara otomatis (lihat gambar 28). Gambar 26. Proses Pengeboran 15) Lakukan secara perlahan dan hati-hati hingga tembus 16) Jangan lupa untuk memberikan pendingin pada proses pengeboran. 17) Lakukan pembubutan dalam hingga diameter dalam benda kerja Ø14,5 mm dan panjang 65 mm. 18) Setelah itu ikat kembali benda kerja dan tahan dengan menggunakan senter putar. 19) Selanjutnya pengkartelan dengan Ø22 mm sepanjang 65 mm Catatan: Karena benda kerja yang dikartel mengembang, supaya hasil kartel ukurannya tetap, bubutlah Gambar 28. Proses Pengkartelan 25) Tambah kedalaman pemakanan secara bertahap (0,5 mm) hingga kartelan berbentuk sempurna (berbentuk piramid). 26) Pendingin harus selalu digunakan dan gunakanlah yang sifatnya membersihkan bram. 27) Kemudian proses pengeboran pada rahang gerak dengan Ø16 mm dan kedalaman 10 mm. 28) Dilanjutkan pengeboran pada rahang tetap dengan Ø16 mm.

94 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 91 29) Setelah itu pengeboran pada rel dan bagian bawah badan ragum yang dengan Ø10 mm. b. Pengetepan (membuat ulir dalam) 1) Peroses selanjutnya adalah pengetapan (membuat ulir dalam) 2) Siapkanlah tap M16x1,5 3) Ikat tap pada tangkainya dengan kuat 4) Jepit benda kerja pada ragum tegak lurus, berilah alas sebelum benda kerja dijepit ragum. 5) Mulailah melakukan pengetapan dengan tap no 1 secara perlahan 6) Tekan tap dengan kuat pada awal pengetapan dengan posisi tegak lurus hingga ujung tap masuk dan mengadakan pemakanan. 7) Berilah cairan pelumas pada saat pengetapan 8) Jika sudah tembus, lanjutkan dengan tap no 2 kemudian no 3. 9) Setelah pengetapan selesai bersihkan ulir benda kerja. 10) Kumudian pengetapan rel menggunakan M10x1,5 11) Proses pembuatan benda kerja selesai dan tinggal merangkainya menjadi Ragum Mini. Fungsi dan Bagian-Bagian Ragum Mini 4. Gagang Pengancing 5. Rel Badan Ragum Mini Dan Rahang Tetap Fungsi dari badan ragum yaitu dimana terdapat rahang tetap dan fungsinya untuk mencekam dengan kuat atau memberikan tekanan tetap. Gambar 31. Badan Ragum mini dan rahang tetap Rahang Gerak Rahang Gerak berfungsi juga untuk mencekam dengan kuat atau memberikan tekanan tetap. Gambar 32. Rahang Gerak Gagang Pengancing Gagang Pengancing berfungsi menggerakan rahang gerak melalui poros ulir. Gambar 30. Ragum Mini Keterangan Gambar : 1. Rahang Tetap 2. Rahang. 3. Poros Ulir Gambar 33. Gagang Pengancing

95 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 92 Poros Ulir Poros Ulir berfungsi menggerakan rahang gerak. kayu/jeruji di atas lantai. Untuk beberapa jenis pekerjaan tertentu, teknik pengaturan tinggi ragum yang sesuai dapat dilakukan dengan aturan tersendiri V. KESIMPULAN & SARAN Gambar 34. Poros Ulir Rel Rel berfunsi untuk tempat rahang gerak agar bisa mencekam benda kerja dengan baik Gambar 35. Rel 4.3. Cara Penggunaan Ragum Mini Ragum adalah alat untuk menjepit benda kerja.untuk membuka rahang ragum dilakukan dengan cara memutar tangkai/tuas pemutar ke arah kiri (berlawanan arahjarum jam) sehingga batang berulir akan menarik landasan tidak tetap pada rahang tersebut, demikian pula sebaliknya untuk pekerjaan pengikatan benda kerja tangkai pemutar diputar ke arah kanan (searah jarum jam). Untuk beberapa jenis pekerjaan tertentu, teknik pengaturan tinggi ragum yang sesuai dapat dilakukan dengan aturan tersendiri. Tinggi ragum harus disesuaikan dengan bentuk dari benda yang akan dikerjakan dan dengan ketinggian orang yang menggunakan. Untuk pengikiran yang menggunakan tenaga yang besar, ragum harus di pasang lebih rendah. Untuk orang yang tinggi, biasanya ketinggian ragum diatur oleh alas yang rata, sedangkan untuk orang yang pendek, tinggi yang sesuai dapat diatur oleh alas Kesimpulan Pross pembuatan ragum terdiri dari beberapa proses pengerjaan, pengerjaan pertama pembuatan badan ragum menggunakan proses pemesinan (Frais Prosess) pisau frais yang digunakan Ø20, pemakanan dilakukan secara bertahap dengan kedalaman 1-2 mm. Proses kedua adalah pengerjaan rahang gerak pada ragum. Mengatur kecepatan putaran mesin sesuai dengan diameter pisau dan bahan benda kerja. Pisau frais yang digunakan Ø20 mm pada chuck mesin frais. Pembuatan rel ragum menggunkan mata pisau Ø5 mm. Proses pembuatan ragum selanjutnya dilakukan pada pengerjaan (Turning Machine Prosses), pada proses bubut ini dilakukan beberapa bagian yaitu: pembuatan batang ulir, pengerjaan batang ulir terdiri dari beberapa proses diantaranya proses pembubutan rata memanjang tangkai penarik, proses pembubutan ulir tangkai penarik berulir. Pembuatan gagang pengancing terdiri dari beberapa proses yaitu, proses bubut champer, preoses pengeboran, pengerjaan kartel, proses pengkartelan badan trekel, sampai dengan pembuatan ulr dalam menggunakan proses tap manual proses. Saran 1. Ragum mini sebaiknya digunakan pada pengerjaan-pengerjaan yang tidak terlalu besar untuk menjaga ketahanan pada ragum mini tersebut. 2. Keterbatasan jangkauan ragum mini dalam mencekam benda kerja adalah kelemahan dari alat ini, untuk itu diharapkan dengan penulisan project

96 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 93 tugas akhir ini pembaca dapat menjadikan tulisan ini sebagai referensi awal dalam membuat ragum yang lebih baik lagi di masa mendatang dengan kapasitas jangkauan ragum yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Peternakan, 2013 Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Khurmi, R.S. & Gupta, J.K., A Text Book of Machina Design. Eurasia Publishing House (Pvt) Ltd. Suhariyanto.2006.Diktat Elemen Mesin I.Surabaya: Jurusan D3 Teknik Mesin FTI-ITS. Sularso, Kiyoto Suga. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Cetakan ke tiga Gambar-gambar Mesin Diakses tanggal 25 Januari KlasterAyamRasTasikmalaya.aspx diakses tanggal 26 Januari Mesin-Pencabut-Bulu- Unggas.Html#Sthas.Ojwtwrgq.Dp uf A.D Deutcsman Machine Design Theory And Practice Machinilan Publishing. New Yourk, 1975 Sularso, Ir, Kiyokatsu Suga Dasar Perencanaan Mesin Wayan Barata Elemen Mesin I Dan II Jurusan Teknik Mesin,Ft Iits Surabaya, 1986

97 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 94 RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BUAH KAKAO Faisal Rahman 1), Farid Darise 2), YunitaDjamalu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kampus Puncak Desa Panggulo Bone Bolango 2) Tim Pengajar pada Departemen Mesin dan Peralatan Pertanian, Politeknik Gorontalo Abstrak Kakao (Theobroma cacao L.) ini merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang buahnya dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai macam makanan dan minuman yang mengandung lemak dan protein yang bermutu tinggi. Mutu biji kakao yang baik dapat diperoleh melalui tahapan penanganan pasca panen yang tepat yaitu pemanenan, sortasi, buah, pemeraman/penyimpanan, pemecahan buah, fermentasi, pencucian dan perendaman, pengeringan, sortasi biji kering, pengemasan dan penyimpanan. Tujuan utama kami dalam menciptakan inovasi teknologi ini adalah untuk mengganti peran manusia dalam menciptakan suatu rekayasa produksi dengan teknologi yang sedang berkembang saat ini supaya hasil yang di dapat lebih efektif, efisien dan berkualitas. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian rancang bangun mesin pemecah buah kakao ini adalah metode empiris dan eksperimen, yaitu pengambilan data dari sumber studi pustaka lalu mengaplikasikanya dalam satu permodelan dimensi dengan perencanaan dan perhitungan yang diwujudkan dalam satu bentuk nyata berupa mesin pemecah buah kakao. Tujuan penelitian merancang bangun alat pemecah buah kakao dengan menggunakan motor penggerak, mengetahui sistem kerja dari mesin pemecah buah kakao, membahas elemen elemen pada alat pemecah buah kakao, mengetahui kapasitas produktifitas alat dalam proses pemecahan buah kakao. Dimensi alat panjang 71 cm, tinggi 109 cm dan lebar 54 cm. Daya motor yang digunakan 5,5 Hp. Dengan kapasitas produksi mesin kg / jam. Hasil pengujian menunjukan bahwa kecepatan pemecahan buah kakao pada pengujian pertama menggunakan buah kakao sebanyak 8,4 kg/28 detik. Pada pengujian kedua diperoleh kecepatan pemecahan buah kakao 8 kg/27detik. Pengujian ketiga diperoleh hasil pemecahan buah kakao sebanyak 7,6 kg/24 detik. Kata Kunci : Rancang Bangun, Sistem Transmisi, Kakao I. PENDAHULUAN Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik, Pembangunan pertanian tanpa teknologi ialah hal yang mustahil, Keduanya berjalan secara beriringan dan saling mengikat. Dalam pembangunan pertanian tentu akan sangat berbeda dalam segi kepraktisan maupun hasil tani apabila petani tersebut mengadopsi teknologi dibandingkan ia memakai cara tradisional (Wahyudi, T, 2008) Teknik pertanian meliputi usaha tani ( teknik penanaman, pemupukan, pengairan, perlindungan tanaman secara terpadu) dan pasca panen (p engolahan hasil pengenalan alat perontok yang dapat

98 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 95 menekan kehilangan hasil, penyimpanan hasil pertanian yang dapat meningkatkan kualitas produk pertanian) dan teknologi yang digunakan dalam pertanian, seperti mesin mesin. Pemecahan kakao dapat dilakukan dengan alat pemukul, sabit, palu atau saling memukulkan buah yang satu dengan yang lainnya. Pemecahan buah kakao merupakan kegiatan dalam pasca panen yang membutuhkan tenaga yang banyak sehingga sering mengalami penundaan karena keterbatasan kemampuan petani melakukan kegiatan ini. Seorang petani yang sudah mahir memecah buah kakao hanya mampu memecah kurang lebih 800 buah per hari ditambah satu orang lagi tenaga kerja untuk mengeluarkan biji dari buah. Berdasarkan uraian di atas maka mesin pemecah buah kakao ini dibuat untuk mengatasi salah satu masalah yang dihadapi petani pada proses penanganan pasca panen buah kakao. Untuk itu peneliti bertujuan untuk membuat mesin pemecah kakao yang lebih efisien untuk mempermudah masyarakat dalam memproduksi buah kakao. II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kakao di Indonesia mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masayarakat, karena disamping sebagai sumber devisa negara, juga sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber penghasilan masyarakat. Produksi kakao di Indonesia mencapai ton pertahun atau setara dengan 15 % dari total produksi kakao di dunia. Indonesia menempati posisi ketiga penghasil kakao di dunia, setelah pantai gading dan Ghana dengan luas areal hektare dan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir areal perkebunanya meningkat pesat dengan tingkat pertumbuhan rata rata 8% pertahun (Karmawati dkk, 2010). Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar, et al, 1989). Mesin Pemecah Buah Kakao Dalam kamus besar bahasa Indonesia di definisikan (Soenaryo, 1987) bahwa Mesin adalah perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam. Hal yang hampir sama dikemukakan oleh (Salim, 1991) menyatakan bahwa Mesin adalah alat yang mempunyai daya gerak atau tenaga baik dijalankan dengan motor listrik penggerak maupun tenaga manusia. Dari definisi yang dikemukakan oleh kedua sumber diatas, tampak bahwa sumber pertama mendefinisikan mesin sebagai kendaraan, sedangkan sumber kedua mesin sebagai alat yang dapat membantu untuk meringankan kerja manusia. Jadi mesin pemecah buah kakao adalah suatu alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia dalam pemecahan buah kakao. Elemen - Elemen Mesin Pemilihan elemen-elemen pada perancangan dan pembuatan mesin pemecah kakao ini juga harus memperhatikan kekuatan bahan, safety factor, dan ketahanan dari berbagai komponen tersebut. Elemen mesin tersebut adalah motor bensin, poros, puli, bantalan, pasak, dan v-belt.

99 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 96 Menghitung Kecepatan Linier Sabuk V Karena V-belt pada umumnya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang dipakai adalah perbandingan reduksi i (i > 1). Perbandingan yang terjadi dirumuskan sebagai berikut: n1 R n2 R Sularso, hal 166 Keterangan: n 1 Putaran pulli pada motor n Putaran pulli pada poros d 1 Diameter pulli pada motor d 2 Diameter pulli pada poros F1 = kekendoran F2 = Ketegangan Sehingga kecepatan linier untuk V-belt dirumuskan sebagai berikut: d pulli n pulli v Keterangan: v = kecepatan linier V-belt (m/s) d = diameter pulli (mm) n pulli pulli = putaran pulli (rpm) Wayan Berata hal 166 Sudut kontak 2 Gambar 2. puli dan v-belt R1 R2 Sin α = = arc sin α c = - 2 α 1 = arc sin α Gaya keliling yang timbul pada pulli 1 dan N F kg V Menghitung Torsi pada pulli d pulli1 T F kg/mm 2 A. Deutschman, hal 660 Menghitung Panjang Sabuk Panjang sabuk yang melingkari pulli dihitung dengan rumus: L2C d pulli2 d pulli 1. 1 ( d 2 Keterangan: L = panjang sabuk (mm) C = jarak poros (mm) Wayan Berata, hal 166 pulli2 d 4. C Menghitung Putaran Motor Dari perbandingan antara kecepatan pulli kecil dan pulli besar yang setara dengan perbandingan diameter pulli besar dan pulli kecil, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: R R 2 1 n 1 n Wayan Berata, hal 178 Keterangan : R R 1 2 = radius pulli kecil (mm) ) 2 pulli 1 2 = radius pulli besar (mm) Menghitung Gaya Tarik pada V-belt Bila V-belt dalam keadaan diam atau tidak meneruskan momen, maka tegangan di seluruh panjang V-belt adalah sama. Tegangan ini disebut

100 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 97 tegangan awal. Bila V-belt mulai bekerja meneruskan momen, maka tegangan akan bertambah pada sisi tarik dan berkurang pada sisi kendor. Jika besar gaya pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah 1 dan F (Kg), maka besar gaya tarik 2 efektif F (Kg) untuk menggerak pulli adalah : F e e F 1 F 2 Bila kita ingin memperkirakan tegangan pada V-belt, dapat digunakan rasio antara 1:3 dan 1:5, untuk saat ini dipilih rasio 1 : 5. F 1 5 F2 Keterangan: F1 dan F 2 = gaya pada belt (Kg) A. Deutschman, hal 670 F K 2 0 Keterangan : faktor tarikan untuk V-belt (tetapan) = 0.7 = tegangan awal untuk sebuah V- 0 Maka, Tipe Penampang Luas Penampang A (cm²) Tinggi belt h (mm) belt(tetapan) = 12 kg 2 cm K kg cm Luasan penampang belt F Z. A cm² K Tabel 1. Dimensi belt O A B C D E F Mencari tegangan tarik dan tegangan kendor Kekendoran V-belt ( F 1 ) Tipe belt :? A C 2. h min 1 Ketegangan V-belt ( F 2 ) A A ~ Z. A C 3 max. Maka, tipe V-belt yang akan dipilih adalah tipe : Tegangan maksimum yang timbul dari operasi V-belt 2 F (. v1 ) ( Eb. h) max 0 ( 2. Z. A) (10. g) D Sularso, hal 171 min Penerapan V-belt Data diameter dan jarak sumbu pulli yang digunakan: D (diameter pulli penggerak) 1 D 2 (diameter pulli yang digerakkan) Menentukan jenis dan kekuatan dari belt meliputi: Tegangan yang timbul apabila seluruh beban bekerja pada belt Keterangan: = tegangan awal untuk V-belt F Z A γ 0 = 12 kg 2 cm = Gaya keliling yang terjadi = Jumlah V-belt = 1 buah = Luas Penampang = 0,86 cm² = Berat jenis rubber kanvas = 1.25 ~ 1.50 kg 3 cm

101 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 98 G E b h D V 1 min = Percepatan gravitasi = 9.81 m 2 det = Modulus elastisitas rubber kanvas = 600 ~ 1000 kg 2 cm = Tinggi belt = Diameter pulli terkecil = 75 mm = Kecepatan pulli penggerak Perancangan poros Dilihat dari fungsinya poros merupakan elemen utama dalam meneruskan daya dan putaran. Sebagian besar mekanisme yang mentransmisikan daya dilakukan melalui putaran dan hanya poros yang dapat melakukan mekanisme tersebut. Perhitungan yang dilakukan dalam perencanaan poros adalah menentukan: Maka F (. v ( E. h) 2, 1 b max 0 kg 2 ( 2. Z. A) (10. g) D cm min Jumlah putaran V-belt Umur belt V U L ) rps N base H U x ( ) fat max Keterangan : N = Basis dari fatique test (tetapan) base 7 = 10 putaran U = Jumlah putaran V-belt x = Jumlah pulli yang berputar = 2 m = 8 faktor bahan V-belt (tetapan) = Fatique limit untuk V-belt fat (tetapan) = 90 kg 2 cm = Tegangan maksimum yang timbul max dari operasi V-belt Maka, N base H. U x ( ) fat max m m jam kerja Gaya-gaya yang bekerja pada poros, F (kg) Fr F t tan Keterangan: F = ( + ) / = gaya radial yang bekerja pada poros (kg) = gaya tangensial yang bekerja pada poros (kg) = celah tekanan () Tegangan Geser Maksimum 0.5 max Syp N Keterangan: N = angka keamanan untuk bahan Syp = tegangan luluh bahan (lb/in²) = tegangan geser maximum max A. Deutschman, hal 338 Torsi Poros, T p (Lb.In) N T p n

102 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 99 Keterangan: N = daya yang terjadi pada silinder (Hp) n = putaran motor (rpm) Momen terbesar M 2 = M 2 2 BH + M BV Tegangan maksimum 3 D p 16 (. max ) M 2 Tp Keterangan: = tegangan geser maksimum max (lb/in²) T = torsi poros (lbin) M p = momen maksimum poros (lb.in) Penentuan Dimensi Dan Tipe Pasak Diporos Harus Diketahui Besaran-Besaran Sebagai Berikut: Diketahui: D = diameter poros p Tipe pasak yang direncanakan = persegi (square) Maka didapat dimensi pasak sebagai berikut: W = maksimum lebar pasak (mm) H = Maksimum Tinggi Pasak (Mm) Tegangan Ijin Pasak, Ssyp (Kg/Mm²) S Syp = 0.58 x Syp Keterangan: Syp = tegangan luluh bahan (psi) Gaya yang terjadi pada pasak, F (kg). Karena posisi gaya yang terjadi pada pasak tidak diketahui secara tepat maka 2 diasumsikan gaya tersebut beraksi pada diameter poros terluar. 2. T F Dp p T p = torsi pada poros (kg.mm) D p = diameter poros (mm) Panjang Pasak Yang Menerima Gaya Kompresi,Lc (Mm) 4. Tp Syp W. L. Dp N 4. Tp Lc Syp W. Dp. N Keterangan : T p = torsi yang terjadi pada poros (kg/mm) Dp = Diameter poros (mm) W = lebar pasak (mm) L = panjang pasak (mm) Syp = tegangan luluh bahan (kg/mm²) N = angka keamanan untuk bahan pasak Luas Pasak Yang Menerima Gaya Kompresi, Ac (Mm²) A c 0,5. W. L Keterangan : W = maksimum lebar pasak (mm) L = panjang pasak akibat gaya kompresi (mm) Tegangan kompresi yang diijinkan,sc (kg/mm²) F Sc Ac Wayan Barata, hal 47

103 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 100 Keterangan : F = gaya yang terjadi pada poros (kg) A = luasan pasak yang menerima c gaya kompresi (mm²) Panjang pasak yang menerima gaya geser,ls (mm) Keterangan: Tp = torsi yang terjadi pada poros (kg/mm) Dp = Diameter poros (mm) W = lebar pasak (mm) L = panjang pasak (mm) Syp = tegangan luluh bahan (kg/mm²) N = angka keamanan untuk bahan pasak Luasan pasak yang menerima gaya geser A W. Keterangan : W L c s L c = maksimum lebar pasak (mm) = panjang pasak akibat gaya kompresi (mm) Tegangan geser yang diijinkan F S s As Wayan Barata, hal 48 Keterangan : F = gaya yang terjadi pada poros (kg) A = luasan pasak yang menerima s 2. Tp L s Syp W. Dp. N gaya kompresi (mm²) L min D p 25%. D p Kapasitas produksi mesin hasil uji coba Pengujian dengan 20 buah kakao dengan 3 kali pengujian : W C 3600 detik kg/jam t 1 Keterangan : C = Kapasitas Kerja Mesin (kg / jam) W = Berat Bahan (kg) t 1 = Waktu Pemecahan (jam) III. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan pada rancang bangun mesin pemecah buah kakao ini adalah metode empiric dan eksperimen. Perancangan Struktural Kerangka alat terbuat dari besi siku dandilingkupi oleh pelat baja. Mesin 5,5 hp diletakkan dibagian bawah. Dengan menggunakan sabut-v (v- belt) tenaga mesin ditransmisikan ke palu pemecah buah. Tempat pemasukan buah (hopper) berada di bagian atas sehingga buah masuk ke dalam ruang pemecah buah dengan gaya gravitasi. Dimensi kerangka utama alat adalah - tinggi 900 mm, - panjang 710 mm - lebar 540 mm. - Diameter puli alat mm (8 inci) dan - diameter puli motor bensin adalah sama, yaitu 76.2 mm (3 inci). Panjang pasak minimum Perancangan fungsional

104 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 101 Cara kerja alat yang secara diagram dapat dilihat pada Gambar berikut Gambar 1. Cara kerja alat HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian-bagian Kontruksi Mesin pemecah buah kakao 1. Konstruksi Rangka Rangka pada alat ini berfungsi sebagai tempat kedudukan motor bensin dan semua komponen-komponen dari mesin pemecah buah kakao. Konstruksi rangka alat terbuat dari besi siku 4x4 mm. 2. Poros Poros (As) yang digunakan pada rancang bangun ini terbuat dari besi baja dengan panjang 700 mm, dan diameter poros yang dipakai 1 ¼ inci atau sama dengan 31,2 mm. Poros pada alat ini berfungsi sebagai tempat dudukan palu pemecah. 3. Hopper Hopper dibuat dari besi plat dengan ketebalan 1.2 mm, hopper yang dirancang untuk pemasukan buah memiliki ukuran dengan tinggi 280 mm, lebar 31 cm. Corong pemasukan (Hopper) berfungsi sebagai penampung buah kakao yang akan dipecah sebelum masuk kedalam palu pemecah. Hopper terbuat dari besi plat dengan tebal 2 mm. 4. Ruang Pemecah Ruang pemecah terbuat dari besi baja dengan panjang 1500 mm, lebar 450 mm, dan ketebalan 8 mm. Pada bagian atas ruang pemecah terdapat penutup dan lubang pemasukan buah. Bagian penutup memiliki ketebalan 1.5 mm, panjang 710 mm dan lebar 540.5mm. sedangkan bagian lubang pamasukan buah dibuat dengan ukuran 16 x 16. Pada bagian bawah terdapat lubang pengeluaran dengan panjang mm dan lebar 300 mm. Kemudian pada lubang pengeluaran dilengkapi dengan corong yang terbuat dari plat ezel dengan ketebalan 1.2 mm. Ukuran corong pengeluaran yang dikonstruksi memiliki lebar 360 mm dan tinggi 190 mm dan panjang mm. Perencanaan Diameter Pulli dan V-Belt Data - data yang diketahui : 1. Motor Yang Digunakan = Motor Bensin 2. Putaran maksimum = 1400 Rpm 3. Putaran Puli, n1 = 3800 Rpm 4. Putaran Puli, n 2 = 1425 Rpm 5. Daya Maksimum, N = 5.5 Hp 6. Diameter Puli Motor d 1 = 76,2 mm 7. Diameter Puli Poros d 2 = 203,2 mm 8. Jarak Poros 1 Dan 2 c 1 = 555 mm 9. R 1 Pulli Motor = 38,1 mm 10. R 2Pulli Poros = 101,6 mm 11. V = 5,7 m/s 12. Gaya keliling yang timbul F = 98,42 kg 13. Luas penampang Z.A = 5, 86 mm 14. Sudut Kontak =176, Kekendoran V-Belt F 1 = Ketegangan V-Belt F 2 = Torsi Pada Puli T 1 = 1410,84 kg/mm T 2 = 3762,25 kg/mm 18. Panjang V-Belt = 1555,92 mm

105 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) Umur V-Belt = 38,58 Jam kerja 20. Jumlah Putaran V-Belt U = 9 Rps Diasumsikan untuk mencari panjang V-belt terlebih dahulu mencari panjang V-belt pada jarak masing masing antar poros. 1. Kecepatan Pulli Keliling 1 dan 2 V = ,4 m/s V 1 = 5,7 m/s 2. Sudut Kontak 1 dan 2 ϴ = 176,18 o 3. Gaya Keliling Yang Timbul Pada Pulli 1 Dan 2 F = 98,42 kg 4. Torsi Pada Pulli 1 T 1 = 3749,802 kg/mm 5. Torsi Pada Pulli 2 T 2 = 9999,47 kg/mm 6. Panjang V-belt L = 1555,92 mm 7. Mencari Tegangan Tarik Dan Tegangan Kendor Kekondoran V-belt F 1 A min = 534 Ketegangan V-belt F 2 A max = 3252,3 8. Tegangan Maksimum Yang Timbul Dari Operasi V-belt = 96,89 kg/cm 2 max 9. Jumlah Putaran V-belt U = 3 rps 10. Umur V-belt H = 254,60 Jam Kerja Perancangan Poros 1 Tegangan bahan maksimum max (psi) = psi max 2 Torsi poros T = 110,52 lb in 3 Tegangan tarik pada pulli F 2 F 1 = 27,63 lb 4 Reaksi Gaya Horizontal R B = 178,60 lb R A = 5,111 lb m B = 6,65 lb in m = 6,53 lb in 5 Pengecekan tegangan pada poros = 289, psi max Perencanaan Pasak 1. Gaya yang terjadi akibat torsi F = 176,4 lb 2. Ditinjau dari tegangan S s = 416,13 lb/in 2 = lb in s 3. Ditinjau dari tegangan kompersi S c = 848, Perencanaan bantalan 1. Gaya radial Fr = 249,48 lb 2. Daya yang hilang akibat gesekan Hp = 0, Umur bantalan L 10 = 35638,43 jam Perhitungan Kapasitas Kerja Kapasitas pemecah hasil uji coba Kapasitas produksi mesin pemecah buah kakao dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : W C 3600 detik kg/jam t 1 8 C 3600 detik 26,3 C kg/jam Dari hasil perhitungan kapasitas produksi diatas diperoleh hasil pemecahan buah kakao per jam sebanyak kg. Dimana hasil yang didapat berasal dari berat rata-rata kakao yang telah ditimbang kemudian dibagi dengan rata-rata waktu dari tiga kali pengujian dan dikalikan dengan jumlah waktu 1 jam (3600 detik). V. PENUTUP

106 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 103 Kesimpulan Dari hasil konstruksi Mesin pemecah buah kakao yang dirancang telah memenuhi syarat teknis ( engineering). Diperoleh konstruksi mesin pemecah buah kakao yang efektif dan efisien. Bagianbagian mesin ini secara garis besar terdiri atas rangka, unit pemasukan ( Corong Pemasukan Buah), ruang pemecah, unit pemecah/palu, corong keluar, system transmisi dan tenaga penggerak. Semua elemen mesin telah diuji berjalan dan berfungsi dengan baik. Presentase hasil pecahan buah kakao dilakukan 3 kali percobaan, yaitu pada percobaan pertama, kedua, dan ketiga berturut-turut sebanyak 8,4 kg / 28 detik, 8 kg / 27 detik dan 7,6 kg / 24 detik. Dengan hasil rata-rata produktifitas sebesar kg / jam Proses pemecahan buah berlangsung dengan baik dan sempurna. Dimana presentase kerusakan biji diperkirakan berkisar antara 0,05-0,10%. Dari data pengujian tersebut menunjukkan bahwa Mesin pemecah buah kakao dapat menghasilkan kapasitas produktifitas yang tinggi. Melalui pengujian yang telah dilakukan, rancang Mesin pemecah buah kakao ini merupakan alat yang layak dipakai sebagai alat dan mesin pertanian yang efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Aaron D, Deutschman, Michels, Wilson, Charles E. 1975, Machine Design Theory and Practice, New York, USA : Macmilan Publishing Co. Inc Haditomo, K, Rekayasa Retana. IPB Pres Bogor. Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J. Munarso, K. Ardana Dan Rubiyo Budidaya Dan Paska Panen Kakao. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan. 92 Hal. Mulato W dan Misnawi S Petunjuk Teknis Produk Primer Dan Sekunder Kakao. Jember : Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia. Sularso. (2000) Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Wayan berata, 1997; Elemen Mesin 2. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Saran Diharapkan pada mahasiswa perlu ada kehati-hatian dalam perancangan alat serta ketelitian pada pengujian dan pengoperasian alat. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan ada pembaharuan pada Mesin pemecah buah kakao terutama pada bagian unit pemasukan buah ( Corong Pemasukan Buah) yang terlalu kecil.

107 ISSN: Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 104

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR

RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 1 RANCANG BANGUN ALAT PEMOTONG LONTONG KERUPUK MENGGUNAKAN TALI SENAR Eska Hiola 1), Evi Sunarti Antu 2), Yunita Djamalu 2) 1) Mahasiswa Politeknik Gorontalo,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING JAGUNG DUA FUNGSI DENGAN CARA MANUAL DAN MEKANIS

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING JAGUNG DUA FUNGSI DENGAN CARA MANUAL DAN MEKANIS Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 1 RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING JAGUNG DUA FUNGSI DENGAN CARA MANUAL DAN MEKANIS Hendra Pangalima 1),Evi Sunarti Antu ), Yunita Djamalu ) 1) Mahasiswa Politeknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM Ir.Soegitamo Rahardjo 1, Asep M. Tohir 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 16 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah modifikasi alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian terdiri dari : (1) proses desain, () konstruksi alat, (3) analisis desain dan (4) pengujian alat. Adapun skema tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Alat dan Bahan A. Alat 1. Las listrik 2. Mesin bubut 3. Gerinda potong 4. Gerinda tangan 5. Pemotong plat 6. Bor tangan 7. Bor duduk 8. Alat ukur (Jangka sorong, mistar)

Lebih terperinci

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut 16 III. METODE PEMBUATAN A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut Amanah, jalan raya candimas Natar, Lampung Selatan. Pembuatan mesin pengaduk adonan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Email: zulnadiujeng@gmail.com ABSTRAK Dalam rangka mempertahankan usaha peternak ayam di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK

PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK PERAKITAN ALAT PENGAYAK PASIR SEMI OTOMATIK Nama : Hery Hermawanto NPM : 23411367 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ridwan, ST., MT Latar Belakang Begitu banyak dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa

Pengolahan lada putih secara tradisional yang biasa Buletin 70 Teknik Pertanian Vol. 15, No. 2, 2010: 70-74 R. Bambang Djajasukmana: Teknik pembuatan alat pengupas kulit lada tipe piringan TEKNIK PEMBUATAN ALAT PENGUPAS KULIT LADA TIPE PIRINGAN R. Bambang

Lebih terperinci

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data. BAB III PROSES MANUFAKTUR 3.1. Metode Proses Manufaktur Proses yang dilakukan untuk pembuatan mesin pembuat tepung ini berkaitan dengan proses manufaktur dari mesin tersebut. Proses manufaktur merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat dan bahan Peralatan yang digunakan untuk membuat alat troli bermesin antara lain: 1. Mesin las 2. Mesin bubut 3. Mesin bor 4. Mesin gerinda 5. Pemotong plat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen komponen yang akan dibuat adalah komponen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahan-bahanyang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014 di Laboratorium Daya, Alat, dan Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS BAWANG GORENG UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS BAWANG GORENG UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA 115 Rusdi Nur, Rancang Bangun Mesin Peniris Bawang Goreng untuk Meningkatkan RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS BAWANG GORENG UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA Rusdi Nur 1)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE A. BAHAN BAB III BAHAN DAN METODE Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Besi plat esser dengan ketebalan 2 mm, dan 5 mm, sebagai bahan konstruksi pendorong batang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TIORI

BAB II LANDASAN TIORI BAB II LANDASAN TIORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Pemecah Kedelai Mula-mula biji kedelai yang kering dimasukkan kedalam corong pengumpan dan dilewatkan pada celah diantara kedua cakram yang salah satunya

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS (1) Sobar Ihsan, (2) Muhammad Marsudi (1)(2) Prodi Teknik Mesin, Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB Jln. Adhyaksa (Kayutangi)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Pembuatan Dan Pengujian Pembuatan alat penelitian ini dilakukan di Bengkel Berkah Jaya, Sidomulyo, Lampung Selatan. Kemudian perakitan dan pengujian dilakukan Lab.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG KERUPUK RAMBAK SISTEM DOBEL PISAU DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH FIBER DI UKM KERUPUK RAMBAK

TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG KERUPUK RAMBAK SISTEM DOBEL PISAU DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH FIBER DI UKM KERUPUK RAMBAK TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG KERUPUK RAMBAK SISTEM DOBEL PISAU DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH FIBER DI UKM KERUPUK RAMBAK Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Sfaf Pengajar, Program Studi D3 Mesin Otomotif

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM Oleh: WICAKSANA ANGGA TRISATYA - 2110 039 005 NEVA DWI PRASTIWI 2110 039 040 Dosen Pembimbing: Ir. SYAMSUL HADI, MT. Instruktur Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM PLANNING AND CALCULATION COM SHELLER MACHINE WITH A CAPACITY OF 300 KG/HOUR Oleh: MUHAMMAD AZIIS LYAN SETYAJI 11.1.03.01.0057

Lebih terperinci

BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA

BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA BENGKEL JAYA MANDIRI UTAMA SURABAYA - INDONESIA Jl. Kalilom Lor Indah No.25 Kenjeran Surabaya Telp. 0858 5183 2778 / 0878 5461 8031 E-mail : bkljayamandiri01@gmail.com MESIN BATAKO SEMI OTOMATIS SPESIFIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan 4.1.1. K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Aliran Diagram aliran merupakan suatu gambaran dasar yang digunakan dasar dalam bertindak. Seperti pada proses perencanaan diperlukan suatu diagram alir yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat ditunjukkan pada diagram alur penelitian yang ada pada gambar 3-1. Mulai Identifikasi Masalah Penentuan Kriteria Desain

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perencanaan mesin adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perencanaan mesin adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan mesin adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu atau sekelompok manusia guna memperoleh suatu alat yang bermanfaat bagi kemajuan manusia dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Mesin Pencacah Cengkeh

Mesin Pencacah Cengkeh Volume 10 No 1, April 2017 Hlm. 59-64 ISSN 0216-9495 (Print) ISSN 2502-5325 (Online) Mesin Pencacah Cengkeh Ah. Sulhan Fauzi 1, Engga Predianto 2, Fatkur Rhohman 3 1,2,3 Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK Abstrak Suyadi, Sunarto, dan Faqihuddin Nur Rachman Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kayu Kayu adalah salah satu material konstruksi yang cukup lama dikenal dalam masyarakat dan merupakan material konstruksi yang dapat dirubah secara alami. Beberapa penyebab

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Sukadi* Novarini** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS BAB III PERANCANGAN SISTEM ATAP LOUVRE OTOMATIS 3.1 Perencanaan Alat Bab ini akan menjelaskan tentang pembuatan model sistem buka-tutup atap louvre otomatis, yaitu mengenai konstruksi atau rangka utama

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES TARTONO 202030098 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pembuatan Proses pengerjaan adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membuat komponen-komponen pada mesin pemotong umbi. Pengerjaan yang dominan dalam

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT

RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT RANCANG BANGUN MESIN PEMARUT KELAPA SKALA RUMAH TANGGA BERUKURAN 1 KG PER WAKTU PARUT 9 MENIT DENGAN MENGGUNAKAN MOTOR LISTRIK 100 WATT Joko Hardono Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Tangerang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN

PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN PERANCANGAN MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE VDI 2221 Oleh TRIYA NANDA SATYAWAN 22409793 Latar Belakang Sampah botol plastik merupakan limbah yang dihasilkan oleh rumah dan pabrik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MESIN PENYOSOH SORGUM Oleh : Ana Nurhasanah, Novi Sulistyosari, Mardison dan Abi Prabowo Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

PENGEMBANGAN MESIN PENYOSOH SORGUM Oleh : Ana Nurhasanah, Novi Sulistyosari, Mardison dan Abi Prabowo Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian PENGEMBANGAN MESIN PENYOSOH SORGUM Oleh : Ana Nurhasanah, Novi Sulistyosari, Mardison dan Abi Prabowo Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Permasalahan umum yang dihadapi dalam pemanfaatan biji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Alat Penggiling Daging Alat penggiling adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan daging. Alat penggiling ini di dukung oleh tenaga dinamo mesin motor bakar yang

Lebih terperinci