BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Sudomo Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak negara dunia menyadari bahwa betapa pentingnya energi, sehingga keberadaan energi sekarang ini menjadi isu global yang intens/sering dibicarakan. Fenomena pertumbuhan kebutuhan pasokan energi suatu negara tidak lagi seimbang. Naiknya tingkat konsumsi tidak diimbangi oleh produksi energi itu sendiri. Kekurangan akan energi dalam negeri memebentuk kebijakan negara dalam pemenuhan pasokan dalam negeri. Kebutuhan akan energi membuat banyak negara, terutama negara besar berusaha untuk menjalin kerjasama energi dengan negara lainnya (Goldman 2008, p. 204). Dalam hal ini, tak terkecuali dengan Rusia, dimana negara tersebut sedang mulai melakukan ekspansi untuk mengeksplorasi ladang mineral di luar negeri (Goldman 2008, p. 204). Kebutuhan akan energi mineral di dunia menandakan betapa pentingnya energi bagi suatu negara. Rusia tidak hanya bisa mengandalkan cadangan energi dari dalam negeri untuk suplai dalam negeri maupun luar negeri. Kemudian hal inilah menjadi alasan bagi Rusia untuk ekspansi ke luar guna mengamankan suplai energi. Sebagian besar kawasan Asia Tengah merupakan bekas wilayah pendudukan Uni Soviet. Wilayah tersebut menyimpan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Sumber energi yang ada di sana diantaranya adalah minyak bumi, gas alam, batubara dll (Lala 2012, p. 5). Dengan potensi yang begitu besar, hal itu menjadi daya tarik bagi negara-negara maju untuk berinvestasi di sana. Negara-negara Asia Tengah sebagian diantaranya adalah negara-negara yang baru merdeka. Kondisi yang tidak stabil secara ekonomi dan militer membuat mereka mau tidak mau harus melakukan kerjasama dengan negara lain demi memenuhi kebutuhan tersebut. 10
2 Rusia sebagai negara yang mempunyai pengaruh di Asia Tengah dan tentunya tidak ingin kehilangan akses energi di kawasan tersebut. Khususnya Kazakhstan yang merupakan negara dengan cadangan energi yang cukup besar diantara negara-negara lainnya. Hal ini merupakan suatu daya tarik bagi Rusia untuk berekspansi energi ke Kazakhstan. Ekspansi terhadap energi milik negara lain, khususnya Kazakhstan akan memberikan keuntungan secara ekonomi, namun untuk melakukan hal tersebut, maka diperlukan kebijakan tepat dalam mencapainya. Atas alasan tersebut dalam tesis ini penulis akan membahas tentang kepentingan Rusia dalam ekspansi energi ke Kazakhstan. B. Rumusan Masalah Ekspansi energi Rusia ke Kazakhstan dilakukan dengan dua cara yaitu investasi untuk mendapatkan akses energi dan politik jalur pipa (distribusi energi). Berdasarkan hal tersebut lebih lanjut penulis akan memfokuskan masalah penelitian ini mengenai: Mengapa Rusia melakukan politik energi (ekspansi energi) terhadap Kazakhstan? C. Kajian Pustaka Politik untuk mendapatkan sumber daya energi era kontemporer ini telah banyak dilakukan. Kebutuhan domestik dan ekspor energi menjadi alasan utama dalam melakukan kerjasama. Dalam penelitian ini penulis akan mengulas politik luar negeri Rusia terhadap negara-negara Asia Tengah, terutama terhadap Kazakhstan. Secara sumber daya Rusia memiliki cukup banyak cadangan energi dalam negeri, namun untuk memenuhi kebutuhan baik dalam negeri maupun ekspor, Rusia membutuhkan sumber cadangan negara lain guna menyeimbangkan antara kebutuhan dalam negeri dan ekspor energi. 11
3 Bangkitnya Ekonomi Rusia Setelah Pemerintahan Vladimir Putin Bagian kajian pustaka ini, penulis memulai dari buku Roger E. Kanet, yaitu Russia Re-Emerging Great Power. Buku ini berisi tentang bangkitnya Rusia secara politik dan ekonomi setelah keterpurukan pasca Uni soviet dan era presiden Yeltsin. Bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia mengalami krisis ekonomi yang parah (Kanet 2007, p. 13). Runtuhnya Uni soviet disebabkan oleh instabilitas ekonomi dan pergolakan nasionalisme oleh negara-negara anggota. Oleh sabab itu Uni Soviet tidak lagi dapat mempertahankan keutuhan negara pada saat itu. Akibat pecahnya Uni Soviet kemudian menginggalkan warisan krisis ekonomi kepada negara-negara bekas anggota, tak terkecuali Rusia yang memang merasakan dampak terparah akibat runtuhnya Uni Soviet. Dalam keadaan ekonomi yang tidak stabil mendorong pemerintah Rusia pasca Uni Soviet yaitu Boris Yeltsin untuk mereformasi pemerintahan dari komunis menjadi demokratis (Fahrurodji 2005, p. 201). Selain itu Yeltsin mereformasi sistem ekonomi Rusia menjadi lebih liberal (BBC 2007). Namun pada kenyataan hal itu tidak membantu Rusia untuk bangun dari keterpurukan, justru sebaliknya Rusia mengalami keterpurukan lebih parah. Penyebab makin terpuruknya ekonomi Rusia disebabkan oleh ketidakpastian arah ekonomi Rusia yang saat itu melakukan liberalisasi ekonomi. Liberalisasi yang awalnya dimaksudkan untuk membangun kembali perekonomian yang sempat ambruk, malah tidak membantu apapun (Busthomi 2010, p. 29). Sebagai Presiden Rusia periode , Presiden Yeltsin dihadapkan pada masalah politik dalam negeri (Busthomi 2010, p. 29). Banyak menteri dipecat dan bahkan banyak mengganti perdana menteri pada masa pemerintahannya. Hal ini kemudian menyebabkan dia tidak bisa fokus dalam membangun perekonomi Rusia. Seperti yang dikatakan oleh Ariel Cohen (What Rusia Must Do to Recover from its Economic Crisis), liberalisasi ekonomi Rusia memberi dampak pada terjualnya asset- 12
4 aset negera ke ranah privat (Busthomi 2010, p. 36). Ini sejalan dengan prinsip IMF (International Monetary Fund), di mana IMF menekan adanya privitasasi terhadap perusahaaan-perusahaan milik negara. Pemerintahan Yeltsin melakukan pinjaman kepada IMF untuk memperbaiki masalah ekonomi Rusia. Namun pada kenyataannya pinjaman uang kepada IMF bukanlah solusi baik bagi Rusia (Busthomi 2010, p. 36). Pada 2000 Boris Nikolayevich Yeltsin secara mendadak mengundurkan diri sebagai presiden. Dia kemudian digantikan oleh salah satu pembantunya yaitu Vladimir Hankock Vladimirovich Putin. Ada perbedaan mendasar dengan apa yang dilakukan oleh Putin dan Yeltsin, di mana Putin melakukan nasionalisasi aset-aset produksi strategis negara. Putin menekankan status kekuatan besar Rusia, kemandirian dan kepentingan nasional dapat dijelaskan dengan menumbuhkan kekuatan ekonomi Rusia setelah krisis yang parah pada 1990-an, terutama mengenai ekspor energi (Kanet 2007, p. 15). Tindakan Putin merupakan kontradiksi dari Yeltsin. Pada masa pemerintahan Putin, Rusia mulai menampakkan kemajuan ekonomi dengan melakukan perubahan yang berbeda dari pendahulunya. Secara perlahan dan pasti perekonomian Rusia mulai membaik (Mankoff 2009, p. 4). Dari sumber buku yang lain, yaitu buku dari Jeffrey Mankoff Russian Foreign Policy The Return of Great Power Politics, kebangkitan Rusia memiliki banyak bersumber dari energi: minyak dan gas, yang mana Rusia merupakan eksportir utama. Pertumbuhan ekonomi dari energi, kemudian membebaskan mereka dari ketergantungan pada kreditor asing, dan mengerahkan tekanan pada pelanggan minyak dan gas (Mankoff 2009, p. 5). Hal ini juga ditegaskan oleh Kusnanto Anggoro dalam jurnalnya yang berjudul Geopolitik Energi, yang penulis kutip dari tesis Galih Setiawan. Menurut Anggoro, Putin banyak melakukan manuver politik politik energi untuk menumbuhkan kembali ekonomi Rusia, dan berusaha memaksimalkan kekuatannya sebagai pengahasil minyak dan gas alam sebagai senjata utama untuk menekan Barat (Septiawan 2011, p. 18). 13
5 Memang tidak dapat dimungkiri Rusia di era kepemimpinan Vadimir Putin, Rusia menjadi negara yang diperhitungkan dalam bidang energi. Terbukti dengan banyaknya negara Eropa menggunakan sumber energi dari Rusia, terutama gas alam. Ketergantungan Eropa terhadap pasokan gas dari Rusia, tentunya memberikan keuntungan bagi Rusia dari segi ekonomi dan politik. Kebijakan energi Rusia menjadi lebih berkontribusi terhadap pendapatan negara dan perusahaan Rusia seperti Gazprom dan LuKoil menjadi perusahaan negara yang mampu bersaing dalam kompetisi global (Setiawan 2011, p. 18). Dengan sumber daya alam yang melimpah, tidak heran Rusia bisa secara singkat menjadi pemain besar dan berpengaruh dalam bidang energi. Ekspansi Energi Rusia ke Kawasan Asia Tengah Tidaklah mengherankan jika Asia Tengah merupakan bagian penting dari bagian geopolitik Rusia. Letak yang terpencil, terisolasi, dan sebagian merupakan bekas satelit Soviet, kawasan ini layaknya tuan rumah bagi kekayaan minyak dan gas yang sangat besar (Shadrina 2010, p. 109). Rusia merumuskan kawasan tersebut sebagai pusat dari tatanan regional baru, telah menjadi bagian penting dan strategis (Shadrina 2010, p. 109). Diskusi pada bagian ini berawal dari ketertarikan penulis pada penelitian Elena Shadrina yang berjudul Russia s Foreign Energy Policy: Norms, Ideas and driving Dynamics. Tidak hanya puas dengan sumber daya mineral dalam negeri, Rusia pun mencoba meraih kembali ladang-ladang mineral bekas Uni Soviet. Di Asia Tengah, Kazakhstan memiliki sumber daya minyak, Turkmenistan memiliki cadangan gas yang luar biasa, sementara Azerbaijan diberkahi dengan minyak dan gas (Shadrina 2010, p. 109). Seperti yang diketahui rejim Uni Soviet banyak meninggalkan tambang minyak, batubara dan gas di negara pecahan. Hal itulah yang coba diraih kembali, dengan keunggulan secara ekonomi dan teknologi, serta tidaklah 14
6 susah bagi Rusia untuk melakukan eksplorasi ke luar wilayah Rusia, terutama dengan Negara-negara pecahan Uni Soviet khususnya Asia Tengah. Menurut penulis yang didasari dari tulisan Shadrina, pecahnya Uni Soviet kemudian mewarisi tambang mineral kepada negara-negara pecahannnya, inilah yang kemudian coba dikuasai kembali oleh Rusia. Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan maju, sekiranya wajar apabila Rusia mulai melakukan ekspansi ke negara-negara yang mempunyai cadangan energi besar. Ditambah lagi dengan keadaan negara pecahan yang secara politik dan ekonomi belum stabil. Situasi ini memberikan keuntungan bagi Rusia untuk memberi pendekatan berbeda terhadap negara pecahan Uni Soviet. Dari jurnal Jeffrey Mankoff (Council on Foreign Relations: Eurasian Energy Security) laut Kaspia merupakan bagian penting dari infrastruktur pipa gas bagi Rusia dan menyediakan cadangan minyak dan gas yang menjanjikan (Mankoff, Council on Foreign Relations: Eurasian Energy Security 2009, p. 22). Rusia mempunyai ikatan secara historis di kawasan Kaspia karena infrastruktur pipa di kawasan tersebut sebagian besar adalah peninggalan periode Uni Soviet. Sehingga jauh lebih mudah untuk Turkmenistan dan Kazakhstan untuk mengekspor hidrokarbon mereka melalui Rusia (Mankoff, Council on Foreign Relations: Eurasian Energy Security 2009, p. 22). Sejalan dengan penjabaran Ariel Cohen dalam bukunya Russian Foreign Policy Kazakhstan: Energy Cooperation With Russia - Oil, Gas and Beyond. Menurut Ariel Cohen Kazakhstan merupakan dengan deposit (cadangan) uranium terbesar ketiga di dunia. Sebagian besar deposit nuklir milik Kazakhstan adalah peninggalan dari masa Uni Soviet, namun fasilitas pengayaan uranium masih dipegang oleh Rusia (Cohen 2006, p. 35). Secara jumlah deposit Kazakhstan mempunyai kesempatan menjadi negara yang kaya. Akan tetapi dengan status 15
7 fasilitas pengayaan masih dipegang oleh Rusia, sehingga menyulitkan Kazahkstan dalam mengembangkan sumber daya uranium milik mereka. Strategi Ekspansi Energi Rusia Untuk mendapatkan energi dari negara lain, sudah barang tentu diperlukan strategi politik luar negeri yang tepat. Oleh karena itu dalam uraian di bawah, penulis akan memaparkan berbagai macam strategi ekspansi energi Rusia. Namun terlebih dahulu penulis akan memaparkan posisi politik energi Rusia sebagai langkah awal penjelasan selanjutnya. Ada beberapa sumber pustaka yang berkaitan dengan energi sebagai alat politik Rusia. Mula-mula penulis mulai dari buku Michael Fredholm berjudul The Russian Energy Strategy & Energy Policy: Pipeline Diplomacy or Mutual Dependence?. Setelah Uni Soviet bubar, pemerintah Rusia mulai membuat kebijakan energi baru. Pada September 1992, pemerintah menyetujui utama ketentuan Konsep Kebijakan Energi di bawah Kondisi Ekonomi Baru yang bertujuan untuk tahun 2010 (Fredholm 2005, p. 2). Kebijakan energi ini diformulasikan untuk memberikan Rusia dengan pasokan energi, untuk menjamin kemerdekaan dan keamanan Rusia, dan mendukung potensi Rusia dalam ekspor energi. Selanjutnya penulis tertarik dengan tesis yang ditulis oleh M. Khoirunnada Politik Energi rusia Untuk Peningkatan Perekonomian dan Penguatan Pengaruh Politik (Studi Kasus: Perselisihan Gas Rusia-Ukraina ). Tesis ini mengaitkan antara kebangkitan ekonomi di bidang energi sebagai penguatan pengaruh politik (Khoirunnada 2010, p. 18), yang mana berangkat dari asumsi R. G. Gidadhubli, yaitu: Apart from economic gainfrom energy resources, the Russian state has used oil and gas as a political weapon to increase its influence within 16
8 the CIS and in particular witht he central Asian states, Byelorussia and Ukraine." (Gidadhubli 2003, p. 2025) Setelah runtuhnya Uni Soviet status superpower (adikuasa) Rusia sempat memudar, namun sekiranya Rusia akan tetap menjadi kekuatan besar karena kekuatan energinya (Khoirunnada 2010, p. 74). Kepemimpinan politik Rusia di bawah Vladimir Putin sangat menonjol dalam kebijakan luar negeri Rusia saat ini, yang dalam pelaksanaannya mempengaruhi baik terhadap masyarakat Rusia sendiri maupun terhadap tetangga mereka di negara-negara lain (Khoirunnada 2010, p. 74). Rusia menyebut senjata energi dengan pedang bermata dua, bahwa Rusia membutuhkan pendapatan dari penjualan energi untuk memperkuat ekonomi dan kebangkitan politik luar negeri Rusia (Khoirunnada 2010, p. 77). Walaupun dia tidak secara spesifik menjelaskan pengaruh politik Rusia terhadap Kazakhstan, karena dia fokus pada studi kasus di Ukraina. Tapi penulis mencermati adanya keterkaitan kekuatan ekonomi dan energi Rusia mampu menanamkan pengaruhnya di Asia tengah, khususnya Kazakhstan sebagai fokus tesis ini. Menarik untuk menggali lebih jauh lagi asumsi dari Gidadhubli mengenai pengruh politik energi Rusia di Asia tengah. Selanjutnya, penulis juga mencoba menyambungkan kembali diskusi bagian ini dengan buku yang ditulis oleh Alexandros Petersen dan Katinka Barysch (Russia, China And The Geopolitics Of Energy In Central Asia). Dalam ulasannya, Rusia telah lama menganggap Asia Tengah menjadi yang halaman belakang sendiri, suatu daerah di mana ia secara tradisional menikmati pengaruh politik dan pengaruh ekonomi (Barysch 2011, p. 27). Di kawasan tersebut Rusia berupaya mempertahankan pengaruhnya melalui kontak ekonomi dan bilateral langsung, dan juga melalui membangun organisasi regional (Barysch 2011, p. 27). Keterikatan secara historis, menurut hemat penulis menjadi alasan paling masuk akal bagi Rusia mempertahankan pengaruh politiknya. 17
9 Selanjutnya ada ide yang menarik dari pengaruh politik Rusia di Asia Tengah, yakni pembentukan aliansi gas antara Rusia dan Kazakhstan terdapat dalam buku yang ditulis oleh Ariel Cohen (Russian Foreign Policy Kazakhstan: Energy Cooperation With rusia - Oil, Gas and Beyond). Dalam bukunya tersebut dia banyak membahas tentang berbagai kerjasama antara Rusia dan Kazakhstan. Aliansi ini juga betujuan sebagai kartel gas internasional, dimana aliansi ini nantinya mampu mengatur harga gas dunia. Rusia dan Kazakhstan tergabung dalam organisasi negara produsen gas di Asia Tengah atau Eurasian Gas Alliance. Organisasi ini beranggotakan Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Azerbaijan (Cohen 2006, p. 25). Rusia membutuhkan aliansi tersebut untuk mempengaruhi kebijakan di pasar gas dunia. Dalam bukunya tersebut dia banyak membahas tentang berbagai kerjasam antara Rusia dan Kazakhstan. Penulis sangat tertarik dengan ulasan Ariel Cohen dalam bukunya, walaupun buku tersebut hanya sekedar mendeskripsikan. Hal inilah yang membuat penilis untuk mengkaji alasan dibalik aliansi tersebut. Penulis sangat tertaik dengan ulasan Cohen dalam bukunya, walaupun buku tersebut hanya sekedar mendeskripsikan. Hal inilah yang membuat penulis untuk mengkaji alasan dibalik aliansi tersebut. Rusia yang dipandang sebagai kekuatan baru dunia dalam bidang energi ditengah kondisi energi yang semakin menipis. Negara yang sempat collapse ini secara mengejutkan bangkit dari keterpurukan di awal era millenium. Kebangkitan Rusia seperti yang sudah di jelaskan diatas, ditandai dengan bangkitnya ekonomi, hal ini tidak terlepas dari sumbangsih hasil energi. Menarik bagi penulis untuk menelaah kembali jalan terjal perjalanan Rusia dalam mengembalikan masa kejayaan tempo dulu. Meskipun harus diakui tema tentang fenomena keangkitan Rusia dikancah global telah banyak dikaji. Namun penulis menyadari adanya kekurangan dari 18
10 berbagai tulisan-tulisan sebelumnya. Dalam hal ini penulis akan mencoba melengkapi tulisan-tulisan sebelumnya dari sudut pandang geopolitik dan geostrategi, yang lebih dikhususkan dalam ekspansi mineral dan penguatan kembali pengaruh politik Rusia di negara-negara bekas Uni Soviet. Sebagai jalan penulis menganalisa tema ini, penulis masih mempunyai perhatian terhadap konsep-konsep dari perspektif realism, terlebih konsep geopolitik dan geostraegi. Penulis memilih konsep tersebut untuk menjadi jalan analisa penulis dalam tesis ini. Tanpa memandang sebelah mata terhadap perspektif lainnya, penulis mencermati beberapa perspektif yang memang agak tepat dalam diskusi terkait politik energi rusia terhadap Kazakhstan. Balik lagi ke konsep yang penulis akan gunakan yaitu konsep geopolitik. Alasan penulis memakai konsep ini adalah adanya kebijakan geopolitik Rusia di kawasan Asia Tengah, yang mana Rusia tidak ingin kawasan ini dipengarui oleh kekuatan asing yang lain, seperti Amerika Serikat dan Cina. Dan apabila dicermati juga dengan keinginan presiden Rusia Vladimir Putin yang berkeinginan kembali kembali kejayaan Uni Soviet lalu dengan kebijakan geostrateginya. Penulis juga sejalan dengan apa yang disebutkan oleh O Luoghlin dan Talbort, bahwasanya geopolitik yang dilakukan oleh Rusia mencerminkan perilaku yang sama pada masa Uni Soviet (Talbot 2005, p. 25). Penting untuk diketahui kebijakan geopolitik Rusia tidak hanya semata-mata demi kepentingan sumber daya energi, tapi juga demi terciptanya satu identitas tunggal di wilayah bekas Uni Soviet (Talbot 2005, p. 25). Bangkitnya Rusia pada era Putin setidaknya menegaskan kembali pengaruh Rusia di kawasan sekitar Rusia. Lebih lanjut penjejelasan terkait geopolitik Rusia terhadap negara-negara tetangganya akan penulis jelaskan pada bagian kerangka konseptual. 19
11 D. Kerangka Konseptual Keberadaan energi memang sangat terkait dengan kekusaan secara politik dan ekonomi. Menurut pandangan Steven Cohen, ada dua faktor utama untuk memahami: kecanduan akan energi dan konsentrasi kekuasaan ekonomi dan politik dalam bisnis energi (S. Cohen 2013). Kecanduan atau tepatnya ketergantungan energi menjadi salah satu alasan betapa menariknya energi. Penulis sejalan dengan yang dikemukakan oleh Steven Cohen diatas bahwa adanya kecanduan ekonomi, yaitu terkait dengan bisnis yang menguntungkan. Sehingga menimbulkan usaha kreatif suatu negara guna mendapatkan sumber energi. Secara politik pun energi mampu mempengaruhi posisi politik suatu negara (penjelasan selanjutnya dalam kerangka konseptual). Politik energi merupakan politik dari suatu negara dalam rangka mendapatkan keuntungan ekonomi, pengaruh politik dan akses energi (Gidadhubli 2003, p. 2025). Penguasaan terhadap sumber daya dan pendistribusian energi bisa menjadi daya tarik bagi suatu negara melakukan politik luar negeri. Rusia merupakan negara adidaya energi yang menggunakan sumber daya sebagai dasar pembangunan ekonomi dan sebagai instrumen untuk melaksanakan kebijakan dalam dan luar negeri (Stanislaw 2008, p. 9). Pernyataan dari Stanislaw barangkali dapat menggambarkan politik energi yang dijalankan oleh Rusia sekarang ini dalam upaya mempengaruhi kebijakan luar negeri terhadap Kazakhstan. Geopolitik Konsep geopolitik secara etimologi kata geopolitik berasal dari kata Yunani, yaitu geo berarti bumi dan politeia, poli berarti masayarakat yang berdiri sendiri dan teia berarti urusan (Suradinata 2005, p ). Sedangkan secara epistimologi geopolitik merupakan studi dari kajian wilayah geografis yang ditujukan untuk menjelaskan, memahami dan memprediksi perilaku politik luar negeri suatu negara. 20
12 Kajian geopolitik telah ada sejak abad ke19, ketika ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan penjelasan dan prediksi yang deterministik (Soros 2007, p. 331). Hal tersebut merupakan analisis politik dalam hubungan dengan fitur geografis seperti akses ke laut atau sumber daya alam. Menurut tinjauan geopolitik, sebagian besar perilaku negara-negara ditentukan oleh kondisi geografis, politik, dan ekonomi (Soros 2007, p. 331). Menurut Henry Kissinger, akar realism geopolitik sudah dikenal lama sejak masa lampau, bahkan sampai Cardinal Richelieu menyatkan bahwa negara tidak mempunyai prinsip, hanya kepentingan. Doktrin ini mempunyai sedikit kesamaan dengan doktrin liassez-faire. Bagi liassez-faire, subyek itu adalah individu partisipan pasar, bagi geopolitik subyek itu adalah negara (Soros 2007, p. 331). Dari buku Matin John dkk, mereka mendefinisian political geography (politik geografi) sebagai studi tentang proses-proses politik, yang berbeda dengan ilmu politik lainnya, yang penekanannya diberikan kepada pengaruh geografi suatu negara dan analisis spasial (Martin John 2004, p. 4). Definisi tersebut menjelaskan pengaruh yang cukup signifikan bagi suatu negara dalam menentukan kebijakan politik luar negeri, yang terkait dengan kondisi geografis. Menurut penulis dalam definisi tersebut bahwasanya politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain sangat ditentukan oleh letak geografii, di samping itu untuk memetakan kekuatan politik negara-negara lainnya. Selain itu, geopolitik juga mampu membuka rute perdagangan baru dan inovasi teknologi dalam transportasi dan/atau komunikasi, ada secara independen dari motivasi strategis para politisi atau geostrategi mereka (Dannreuther 2010, p. 3). Negara yang melindungi wilayah rumah mereka (dan kuasanya), dan politik mengontrol sumber daya dan jalur transportasi mereka akan meningkatkan dan mempertahankan kekuatan relatif mereka (Dannreuther 2010, p. 3). 21
13 Kondisi Asia Tengah yang kurang stabil, namun mempunyai arti penting yang signifikan sebagai domain geopolitik. Tanpa terkecuali Rusia yang memang memandang kawasan ini sebagai ruang taman belakang mereka (istilah yang digunakan oleh Alexandros Petersen dan Katinka Barysch). Geopolitik yang cermat akan mengukuhkan posisi politik Rusia dan memang hal itulah yang diinginkan, karena tidak mengherankan bahwa negara-negara di kawasan tersebut masih dipengaruhi oleh bayang-bayang Uni Soviet (Rusia). Secara historis geopolitik sangat berkaitan, bahkan menurut Gearóid Ó Tuathail, kedekatan imprealisme zaman dahulu juga mempengaruhi geopolitik suatu negara (Sloan 2013, p. 163). Dengan konsep geopolitik ini, penulis berpendapat bahwa Rusia dengan sangat jeli dan cermat mengamati posisi geografisnya. Letak geografis yang bertetangga langsung dangan Kazakhstan merupakan faktor penting bagi suksesnya politik energi terhadap Kazakhstan. Terutama dengan memanfaatkan kondisi geografis Kazahkstan yang landlock atau negara yang terisolasi karena tidak mempunyai laut. Kondisi ini sangat dimanfaatkan oleh Rusia untuk jadi posisi tawar yang lebih baik, karena mau tidak mau Kazakhstan harus mau bekerjasama, khususnya di bidang penyaluran pipa gas. Sedangkan konsep geostrategi, menurut pandangan penulis terdapat adanya dorongan ekspansi terhadap sumber daya alam (ekonomi) mendorong Rusia melakukan politik energi terhadap Kazakhstan. Konsep geopolitik ini juga membantu penulis menganalisis, adanya keinginan Rusia untuk mengalisis kebijakan geopolitik Rusia yang tertuang dalam kebijakan ekspansi energi. Perilaku ekspansif Rusia terhadap Kazakhstan dapat diketahui dengan adanya upaya politik jalur pipa yang dilakukan oleh Rusia untuk memonopoli jalur distribusi energi (minyak dan gas) Kazakhstan. Seperti yang sudah diketahui bahwa Kazakhstan banyak menyimpan cadangan mineral, diantaranya minyak dan batu bara. Selain itu, Kazakhstan sangat penting untuk pengaruh politik Rusia di Asia tengah. 22
14 Posisi Kazakhstan bagi Rusia sangatlah penting, apalagi dalam merebut pengaruh di laut nan kaya sumber daya alam di laut kaspia. Secara logika geopolitik yang didasarkan pada kenyataan bahwa daerah Asia Tengah memiliki posisi geostrategis penting. Oleh karena itu Rusia cenderung untuk menjaga kredibilitas dan posisi strategis di Kazakhstan. Dengan demikian, Rusia mencoba untuk membatasi upaya aktor eksternal lainnya untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan lokal (Ivascenkova 2011, p. 18). Penggunaan konsep geopolitik sebagai alat analisis guna memberikan dan menanamkan pengaruh terhadap mantan sekutu (Uni Soviet). Hal ini diperlukan untuk memantapkan posisi politik di kawasan tetangga (Mitrova 2014, p. 7). Senada dengan R. G. Gidadhubli, dia juga memaparkan Rusia menggunakan energi dalam kebijakan geopolitik dan geostrategi di Asia Tengah (Gidadhubli 2003, p. 2025). Penekanan analisa penulis terkait dengan politik energi Rusia terhadap Kazakhstan, yaitu pada kebijakan ekspansi (investasi dan politik jalur pipa) sebagai instrumen dasar penulis dalam menganalisa tesis ini. Disamping konsep geopolitik penulis juga menyajikan konsep near abroad policy. Penggunaan konsep ini ditujukan guna memperoleh analisis yang lebih mendalam lagi tentang tema tesis ini. Near Abroad Policy Kebijakan near abroad dalam tatanan geopolitik memberi pengaruh signifikan pada keberhasilan Rusia dalam merangkul negara-negara tetangga. Dalam perspektif eurasianist mengungkapkan bahwa Rusia membutuhkan kerjasama yang solid dengan dengan negara-negara tetangganya bila mereka ingin mengulang kembali masa kejayaan seperti era Uni Soviet lalu. Kebijakan Rusia terkait dengan near abroad policy di bidang energi dilakukan dengan dua macam cara, yaitu Coercive Energy Policy dan Cooperative Energy 23
15 Policy. Menurut Ryan C. Maness Coercive Energy Policy dilakukan jika negaranegara tetangga tidak lagi mau bekerjasama dengan Rusia dan cenderung berpaling kepada Barat khususnya Amerika Serikat. Amerika Serikat dan Rusia selalu terlibat dalam persaingan, isu-isu yang berkaitan dengan energi dalam ruang pasca-soviet yang melibatkan Amerika Serikat menjadi sangat menonjol, yang dapat menyebabkan kebijakan energi koersif luar negeri yang terlalu politik dan ekonomi terhadap tetangga dekat yang kian dekat dengan pemerintah Amerika Serikat atau perusahaanperusahaan energinya (Maness 2013, p ). Kebijakan koersif Rusia telah diberlakukan di negara trans Kaukasus, Krimea, dan yang terbaru Ukraina di provinsi Donetsk. Sedangakan Cooperative Energy Policy merupakan kebijakan dengan melakkukan kerjasama dengan para tetangga dekat yang dekat dengan Rusia. Rusia cenderung mempertahankan pengaruhnya melalui kebijakan Cooperative Energy Policy, hal ini terlihat jelas dengan hubungan yang cukup harmonis antara Rusia dengan Kazakhstan. Keinginan Rusia untuk mengontrol cadangan energi di Kazakhstan dan Asia Tengah pada umumnya. Bisa dilihat dari pergeseran kebijakan luar negeri Rusia terhadap pendekatan yang lebih lembut dalam hubungan bilateral dengan Kazakhstan. Rusia berusaha untuk mempertahankan rezim yang sedang berkuasa karena ramah dengan Rusia (Ivascenkova 2011, p. 17). Oleh karena itu secara serius Rusia mendukung pemerintahan Nazarbayev dan yang sedang berusaha untuk mempercepat Kazakhstan melalui kerjasama ekonomi yang menguntungkan (Ivascenkova 2011, p ). Rusia mengejar kerjasama ekonomi dalam rangka meningkatkan pengaruhnya di Kazakhstan dan untuk mempromosikan kepentingan melalui hubungan ekonomi. E. Argumen Utama Rusia melakukan politik energy (ekspansi) terhadap Kazkhstan dengan cara investasi dan politik jalur pipa (Cooperative Energy Policy) untuk mendapatkan akses 24
16 energi dan menjadi mitra utama Kazakhstan dalam distribusi energi. Selain itu secara geopolitik Rusia ingin mempertahankan posisi politiknya terhadap Kazakhstan melalui politik energi terhadap Kazakhstan. F. Jangkauan penelitian Jangkauan penulisan dalam penelitian ini digunakan untuk menghindari penyimpangan pembahasan yang terlalu jauh dan tetap konsisten dengan argumen utama untuk menjawab pokok permasalahan yang telah diajukan. Jangka waktu penelitian ini bertolak dari era presiden Putin dari tahun 2001 sampai sekarang, sehingga batasan waktunya terfokus dan spesifik. Namun tidak menutup kemungkinan untuk memasukkan peristiwa yang terjadi di luar kurun waktu tersebut yang masih relevan dengan fenomena penelitian dalam tesis ini. G. Sistematika Penulisan Bab I berisi tentang bab pendahuluan yang terdiri dari sembilan poin tentang, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, literatur review, argumen utama, metode penilitaian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan analisis politik energi Rusia terhadap Kazakhstan. Mulai dari pengaruh Presiden Putin, Re-nasionalisasi perusahaan energi swasta, dan Reorientasi politik luar negeri Rusia dibawah Presiden Putin. Adapun analisis politik energi Rusia adalah mempertahankan suplai energi, ekspansi ke luar dan investasi ke ladang energi milik Kazakhstan (menguatkan posisi perusahaan Rusia), serta melakukan kebijakan politik jalur pipa dengan cara monopoli kontrol atas jalur pipa tersebut. Bab III membahas pengaruh energi Rusia sebagai tujuan pencapaian ekonomi dan pengaruh politik terhadap Kazakhstan. Pada bab ini juga membahas berbagai kerjasama energi antara Rusia dan Kazakhstan, dalam upaya pengelolaan bersama transportasi energi dan gas milik Kazakhstan. 25
17 Bab IV merupakan kesimpulan dari analisis dari semua bab sebelumnya. 26
BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat
BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan salah satu dari negara yang tergabung dalam rezim Uni Soviet pada masanya. Setelah runtuhnya Uni Soviet Rusia menjadi negara eks- Soviet terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciGlobalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat
Lebih terperinciBAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan
BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciSINGKATAN DAN ISTILAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang
BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah satu bagian dari fenomena yang menarik. Karena dalam penggabungan semacam ini menjadi
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH
RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH 151070247 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x ABSTRACT... xi ABSTRAK... xii
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia
90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciKEBIJAKAN NEAR ABROAD RUSIA DI KAWASAN ASIA TENGAH TAHUN NINA RACHMAWATI 1 NIM : Abstract:
ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4) : 1043-1054 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip.org Copyright 2013 KEBIJAKAN NEAR ABROAD RUSIA DI KAWASAN ASIA TENGAH TAHUN 2000-2011 NINA RACHMAWATI 1 NIM
Lebih terperinciBAB IV Kepentingan Pemerintah Rusia di Wilayah Asia Tengah era Vladimir Putin dalam keanggotaannya di The Commonwealth of Independent States
BAB IV Kepentingan Pemerintah Rusia di Wilayah Asia Tengah era Vladimir Putin dalam keanggotaannya di The Commonwealth of Independent States Rusia dan Asia Tengah dalam dunia internasional memiliki sejarah
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan yang tertuang di dalam Bab I sampai dengan Bab IV tesis ini, maka sebagai penegasan jawaban atas permasalahan penelitian yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis di dunia. Asia tengah merupakan penghubung antara Asia Timur dan Timur Tengah yang kaya akan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti memilih judul kerjasama Rusia-Jerman dalam bidang gas, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya
BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperincimelakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high
BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperincisanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.
BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat
Lebih terperinci2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA
AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012 menyebabkan tekanan besar pada harga komoditas dagang dan permintaan sumber daya alam. Dampak tekanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinci4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia
iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang menjadi masalah serius. Amerika Serikat merupakan negara adidaya dimana ketika perekonomiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi
Lebih terperinciBAB III. Sejarah Terbentuknya The Commonwealth of Independent States. dan Hubungan Rusia dengan Negara Anggota
BAB III Sejarah Terbentuknya The Commonwealth of Independent States dan Hubungan Rusia dengan Negara Anggota The Commonwealth of Independent States merupakan salah satu inisiatif yang di usulkan oleh Rusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terutama pasca krisis keuangan dunia yang menjadi titik awal pergerakan
1 BAB I PENDAHULUAN Akhir perang dingin menjadi bukti abad pergeseran ekonomi dunia. Terutama pasca krisis keuangan dunia yang menjadi titik awal pergerakan ekonomi dunia. Tidak hanya ekonomi, politik
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5
Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan
Lebih terperinciSKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050
SEMINAR NASIONAL SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050 Periode 40 tahun ke depan bukan merupakan waktu yang panjang bagi penentuan masa depan sebuah negara dan bangsa. Berbagai keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinciKesimpulan. Universitas Indonesia
102 Kesimpulan Hadirnya PetroChina sebagai BUMN yang memiliki karakteristik sebagai MNC memupuskan pendapat bahwa BUMN tidak memiliki kemampuan daya saing dengan perusahaan energi internasional. PetroChina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keamanan energi saat ini menjadi isu yang sangat penting untuk dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara. Pentingnya ketersediaan sumber
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia merupakan negara di bagian Timur Eropa dan Asia bagian Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk kerajaan yang bernama kerajaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1
Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciPengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya
177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.
Lebih terperinciyang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer
BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.
Lebih terperinciSISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA
9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciRealisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciMUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM
MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai negara selalu menarik untuk dikaji karena begitu kuatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Amerika Serikat dalam menjalin kerjasama dengan berbagai negara selalu menarik untuk dikaji karena begitu kuatnya kepentingan yang dibawa oleh Amerika
Lebih terperinciResensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.
Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciKANTOR PUSAT KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA DI KAWASAN KEMAYORAN JAKARTA ( dengan penekanan desain konsep arsitektur Renzo Piano)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR KANTOR PUSAT KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA DI KAWASAN KEMAYORAN JAKARTA ( dengan penekanan desain konsep arsitektur Renzo Piano) Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciMemahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku
Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skripsi ini berusaha menganalisa kegagalan Presiden Rusia Boris Nikolayevich Yeltsin (Boris Yeltsin) dalam melakukan pembaharuan atau reformasi ekonomi negara selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kerjasama merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang pentingnya kerjasama dengan
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinci