ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH: SEPTI KHAIRUNNISA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN SEPTI KHAIRUNNISA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia di Amerika Serikat (dibimbing oleh Wiwiek Rindayati) Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia merupakan industri yang diunggulkan oleh Indonesia karena selain sebagai penghasil devisa juga menyerap banyak tenaga kerja. Ekspor TPT Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Namun, krisis keuangan global yang awalnya bermula dari Amerika Serikat kini telah mempengaruhi stabilitas ekonomi seluruh dunia dimana salah satunya yaitu Indonesia. Krisis finansial ini tidak saja berdampak kepada sektor keuangan ataupun perbankan Indonesia namun juga berpengaruh terhadap sektor riil. Krisis yang memberikan dampak hampir ke seluruh negara dan ke semua sektor ini telah menyebabkan adanya perubahan dalam volume komoditas ekspor Indonesia termasuk salah satunya yaitu ekspor tekstil dan produk tekstil. Tujuan ekspor utama dari TPT Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (EU), dan Jepang. Namun, setelah adanya penghapusan kuota pada tahun 2005 dan adanya krisis global pada pertengahan tahun 2008, dikhawatirkan adanya penurunan permintaan ekspor dari pasar Internasional dalam hal ini terutama AS. Maka, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun 2008 dan jenis TPT yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah TPT jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam dengan kode HS Analisis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Minitab 14 dan Eviews 4.1, dengan variabel dependen volume ekspor kemeja pria yang dimaksud dan variabel independen nya GDP riil AS, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota dan dummy krisis global. Pada saat dihapuskannya kuota yaitu tahun 2005, persentase ekspor garmen ke AS khususnya kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam adalah sebesar 13,50 persen sedangkan pada tahun 2004 yaitu satu tahun sebelum dihapuskannya kuota persentase nya sebesar 10,69 persen terhadap total ekspor kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam dari tahun Sedangkan pada saat terjadinya krisis global yaitu pada pertengahan tahun 2008, nilai ekspor kemeja pria yang terbuat dari cotton sempat

3 mengalami penurunan yaitu pada bulan Oktober sebesar 27 persen dan pada bulan November sebesar 3,7 persen. Meskipun demikian, penurunan tersebut tidak berlangsung lama karena pada bulan Desember nilai ekspornya kembali relatif stabil. Setelah dilakukan estimasi terhadap model permintaaan ekspor TPT Indonesia di AS untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam, diperoleh hasil bahwa secara statistik dan ekonometrik hasil regresi dapat digunakan sebagai model permintaan TPT Indonesia di AS untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam. Dari estimasi tersebut dihasilkan nilai R-square sebesar 62,8 persen dan adj- R-square sebesar 60,9 persen yang artinya 62,8 persen keragaman yang terjadi pada volume ekspor Indonesia ke AS mampu dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabelvariabel yang terdapat dalam model, sedangkan 37,2 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Variabel yang berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor yaitu GDP riil AS, dummy kuota dan dummy krisis global. Variabel yang berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor adalah harga ekspor dan nilai tukar riil. Variabel dummy kuota dan dummy krisis global tidak sesuai dengan teori ekonomi karena mempunyai pengaruh yang positif sehingga walaupun Indonesia sudah tidak menikmati fasilitas kuota atau kepastian pasar dan terjadinya krisis pada negara pengimpor, permintaan ekspor nya justru lebih besar sedangkan pengaruh variabel GDP riil AS, harga ekspor, dan nilai tukar riil terhadap permintaan ekspor sesuai dengan teori ekonomi. Saran kebijakan yang dapat diberikan penulis adalah variabel harga yang mempunyai pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya-upaya yang lebih dalam usaha peningkatan daya saing sehingga mampu menjual dengan harga yang kompetitif di pasar tujuan ekspor, sedangkan saran yang terkait dengan penelitian ini adalah cakupan data yang lebih luas agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih baik antara variabel dependen volume ekspor dan dummy krisis global. Serta diharapkan adanya penambahan variabel independen seperti jumlah penduduk AS dan harga ekspor dari negara pesaing. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dapat lebih dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di AS khususnya untuk jenis kemeja pria yang terbuat dari cotton yang tidak dirajut atau disulam.

4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT Oleh SEPTI KHAIRUNNISA H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Septi Khairunnisa Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Wiwiek Rindayati NIP: Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D NIP: Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2009 Septi Khairunnisa H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Septi Khairunnisa lahir di Pekalongan pada tanggal 16 September Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, dari pasangan Soediarto dan Sri Sukesti. Pendidikan penulis diawali dari TK Ma had Islam Pekalongan kemudian dilanjutkan di SD Ma had Islam IV Pekalongan dan lulus pada tahun Setelah menamatkan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Ma had Islam Pekalongan kemudian menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Pekalongan. Lalu pada tahun 2005 penulis masuk ke jenjang pendidikan perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor dengan program mayor-minor melalui jalur SPMB dan pada tahun 2006 penulis memperoleh mayor di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis antara lain Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (HIPOTESA) tahun sebagai staf divisi Research and Development (Re-D) kemudian Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) tahun sebagai anggota dan pada saat tahun 2007 sebagai bendahara IMAPEKA. Kegiatan kepanitiaan yang pernah diikuti adalah Gebyar Nusantara (2006), HIPOTEX-R (2007), masa perkenalan FEM dan Departemen Ilmu Ekonomi (2007), Economic Tour HIPOTESA goes to BI-BPS (2007), Economic Views (2007) dan diesnatalis FEM IPB (2007).

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia di Amerika. Tak lupa shalawat serta salam tercurah kepada manusia paling tawazun di muka bumi ini Rasulullah Muhammad SAW yang berkat jasanya lah kita dapat merasakan nikmatnya Islam. Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua Orangtua tercinta Bapak Soediarto dan Ibu Sri Sukesti, kakakkakak ku Mbak Novi dan Mas Eka, Mas Yan, Mbak Itha, Mbak QQ, Mbak Emma dan Mas Udien, serta tak lupa kedua keponakan ku Melvy dan Wayda yang telah memberikan perhatian, semangat, motivasi, dukungan baik moral maupun material serta doa nya. 2. Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, pengarahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik dalam teknik penulisan skripsi sehingga menjadi lebih baik. 5. Andung J.W. (Pusat Pelayanan Data Departemen Perdagangan, Jakarta) atas bantuan dan informasi yang diberikan. 6. Rizky Adi Prabowo atas bantuan, semangat, doa, perhatian dan motivasi yang diberikan selama ini. 7. Harmony 2 Lorong Ceria: Naiyna, Verdha, Diah, Djatul, Sri, Nemo, N cep, Mbak Asih, Ima, Nisa, Meta dan Sella atas bantuan, semangat, doa, persahabatan, keceriaan dan kebersamaan selama ini. 8. Teman satu PS: Rian Ce, Hengky dan Naufal atas dukungan dan doa nya.

9 9. Teman-teman IE 42: Rani, Rian Ce, Muth, Fitra, Lesty, Maryam, Babeh, Tanjung, Uci, Cipoet, Nchie, Lina dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan, doa dan semangatnya. 10. Cici e, Mas Yudhi dan Mbak Rina atas bantuan, semangat dan doa yang diberikan. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2009 Septi Khairunnisa H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Teoritis Teori Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Komparatif Teori Permintaan Ekspor Kurs (Exchange Rate) Teori Regresi Industri Tekstil dan produk Tekstil Krisis Global Kuota Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Konseptual Hipotesis III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Perumusan Model Elastisitas... 32

11 3.5 Pengujian Model Kriteria Statistik Kriteria Ekonometrik IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Perkembangan Ekspor Kemeja Pria yang Terbuat dari Cotton yang Tidak Dirajut atau Disulam V. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia di Amerika Serikat Solusi Alternatif Kebijakan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Peranan masing-masing Sektor terhadap Ekspor non-migas Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (orang) dan Share-nya (persen) terhadap masing-masing Sektor Ekonomi Tahun Penentuan Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Ekspor Tekstil dan Garmen Indonesia terhadap Ekspor non-migas Tahun Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang Tahun Total Volume Ekspor Kemeja Pria ke AS Tahun Persentase Ekspor Kemeja Pria yang Terbuat dari Cotton yang Tidak Dirajut atau Disulam ke AS Tahun Nilai Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat untuk Kemeja Pria Bulan Juli-Desember Tahun Total Nilai Impor Kemeja Pria AS Tahun Hasil Dugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS Nilai Matriks Korelasi dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS Matriks Korelasi Nilai VIF dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS Rata-Rata Pengeluaran Konsumen AS Tahun

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Perdagangan Internasional Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan Volume Ekspor Impor TPT Indonesia Tahun (ton)... 40

14 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Variabel-Variabel dalam Model Permintaan Ekspor TPT Indonesia di AS Hasil Output Pendugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS Nilai Matriks Korelasi dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS Nilai VIF dari Hasil Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS Uji Heteroskedastisitas Model Permintaan Ekspor TPT Indonesia di AS Uji Unit Root Residual Uji Kointegrasi Residual dari Model Permintaan Ekspor TPT Indonesia untuk Kemeja Pria di AS... 72

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya terutama sumberdaya alam mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengelola sumberdaya tersebut menjadi komoditas-komoditas unggulan perdagangan. Terlebih lagi didukung oleh banyaknya jumlah sumberdaya manusia. Dengan banyaknya sumberdaya manusia yang tersedia, Indonesia sudah seharusnya mampu mengolah sumberdaya alam tersebut menjadi komoditas atau sektorsektor unggulan sehingga Indonesia memiliki keunggulan komparatif terhadap negara lain dalam melakukan perdagangan antar negara. Salah satu sektor yang merupakan sektor unggulan Indonesia adalah sektor industri. Sektor industri merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia karena kontribusinya yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi tersebut dapat dilihat dari cukup tingginya peran sektor industri sebagai penghasil devisa terbesar non-migas dan terhadap penyerapan tenaga kerja. Walaupun peranan dalam total ekspor non-migas mengalami penurunan yaitu pada tahun 2008 menjadi sebesar 82,79 persen dibanding sebelumnya pada tahun 2007 sebesar 83,10 persen, tetapi sektor ini tetap mampu menempati urutan pertama dalam komposisi ekspor non-migas Indonesia. Peranan dari masing-masing sektor ekonomi terhadap ekspor non-migas nasional dapat dilihat dalam Tabel 1.

16 Tabel 1. Peranan masing-masing Sektor terhadap Ekspor non-migas Tahun (%) No. Sektor Sektor Pertanian 3,98 4,19 2. Sektor Industri 83,10 82,79 3. Sektor Pertambangan 12,92 13,01 4. Komoditi sektor lainnya 0,01 0,01 Sumber: Departemen Perdagangan, 2009 Selain menjadi penghasil devisa terbesar, sektor industri merupakan sektor urutan keempat yang menyerap banyak tenaga kerja setelah sektor jasa. Sehingga tidak diragukan lagi kemampuan sektor industri manufaktur dalam mengurangi tingkat pengangguran Indonesia. Pada urutan pertama, dari tahun 2004 hingga tahun 2008 tetap diduduki oleh sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja sebanyak (40,30%) orang pada bulan Agustus 2008, lalu diikuti oleh sektor perdagangan pada urutan kedua sebanyak (20,70%) orang pada tahun yang sama pula. Dari tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor industri berada pada urutan ketiga yaitu setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Besarnya tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor industri pada tahun 2007 adalah orang atau 12,38 persen, tetapi pada bulan Agustus 2008 industri pengolahan/manufaktur tergeser oleh sektor jasa yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar orang (12,77%) sedangkan industri manufaktur hanya sebesar orang atau 12,24 persen. Sehingga pada tahun 2008 industri manufaktur berada pada urutan keempat. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap penyerapan tenaga kerja dari tahun 2004 hingga tahun 2008 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini.

17 Tabel 2. Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia (orang) dan Share-nya (%) terhadap masing-masing Sektor Ekonomi Tahun Sektor (Nov) Pertanian, kehutanan, perikanan (43,33%) (43,96%) Pertambangan (Agust) (42,05%) (Agust) (41,23%) (Agust) (40,30%) (1,10%) (0,96%) (0,97%) (0,99%) (1,04%) Industri manufaktur (11,81%) (12,72%) (12,46%) (12,38%) (12,24%) Listrik, gas dan air (0,24%) (0,21%) (0,24%) (0,18%) (0,20%) Bangunan (4,85%) (4,86%) (4,92%) (5,26%) (5,30%) Perdagangan, hotel dan restoran Transportasi dan komunikasi (20,40%) (5,85%) (19,06%) (6,02%) (20,13%) (5,93%) (20,57%) (5,96%) (20,70%) (6,03%) Keuangan, asuransi dan jasa (1,20%) Jasa-jasa (1,22%) (1,41%) (1,40%) (1,42%) (11,22%) (10,99%) (11,89%) (12,03%) (12,77%) Total (100%) (100%) (100%) (100%) (100%) Sumber: BPS, 2009 Industri tekstil dan produk tekstil Indonesia, yang merupakan salah satu bagian dari industri manufaktur, sudah mulai berkembang sejak tahun 1970-an. Industri ini diawali dengan masuknya investasi Jepang pada industri hulu yaitu industri yang memproduksi serat atau fiber dan proses pemintalan menjadi benang. Industri pertekstilan Indonesia sempat mengalami pasang surut, tetapi sampai pada pertengahan tahun 2007 industri tekstil dan produk tekstil (TPT)

18 Indonesia masih dapat bertahan. Hal tersebut dibuktikan bahwa industri TPT merupakan industri yang strategis dan menjadi andalan penerimaan devisa nomor dua terbesar non-migas bagi Indonesia dari sektor industri setelah minyak kelapa sawit. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Perindustrian, pada tahun 2007 lalu devisa TPT mencapai US$ 9,81 miliar, lebih besar dibandingkan nilai ekspor 2006 yang mencapai US$ 9,4 miliar dan sampai dengan bulan Mei 2008 nilai ekspor TPT telah mencapai US$ 4,34 miliar. Pada tahun 2006 juga, industri ini memberikan kontribusi sebesar 11,7 persen terhadap total ekspor nasional, 20,2 persen terhadap surplus perdagangan nasional, dan 3,8 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional ( Selain dari devisa, industri TPT juga menyerap tenaga kerja yang mencapai 10,6 persen pada tahun 2008 dari total angkatan kerja orang (API, 2009). Bila dilihat dari kinerjanya, industri TPT ini pernah mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2003, tetapi sejak tahun 2004 kinerjanya terus mengalami peningkatan. Nilai ekspor dari industri TPT ini sebagian merupakan kontribusi dari industri garmen atau pakaian jadi sebesar 55,7 persen atau US$ 52,7 juta. Sedangkan industri pemintalan sebesar 18,9 persen dan industri pertenunan sebesar 15,6 persen (Miranti, 2007). Industri TPT nasional mengekspor sekitar 75 persen produknya ke berbagai negara dan hanya 25 persen yang dipasok untuk pasar domestik dengan negara tujuan ekspor industri TPT nasional sebagian besar adalah Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang. Pada tahun 2006, ekspor ke AS mencapai 41,3 persen, Uni Eropa 16,5 persen, dan Jepang 3,7 persen.

19 Namun, dihapuskannya kuota pada tahun 2005 dikhawatirkan mempengaruhi volume ekspor TPT Indonesia ke negara-negara yang sebelumnya menetapkan kuota yang sekaligus juga merupakan negara tujuan utama ekspor TPT nasional seperti AS dan Uni Eropa. Dengan diberlakukannya kuota, Indonesia telah mempunyai jaminan untuk memperoleh pasar di negara tersebut sehingga Indonesia tidak perlu bersaing dengan negara lain untuk memperoleh pasar. Dengan dihapuskannya kuota, Indonesia harus bersaing dengan negaranegara pengekspor TPT dunia seperti Cina dan India untuk memperoleh pasar yang potensial. Selain penghapusan kuota, adanya krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2008 telah memberikan dampak ke seluruh dunia dan secara tidak langsung juga berdampak ke Indonesia sehingga sektor-sektor perekonomian nasional juga terganggu. Salah satu dari sektor tersebut adalah industri TPT. Padahal, negara-negara tujuan utama ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia adalah Amerika, Uni Eropa dan Jepang yang merupakan negara yang paling terpuruk karena krisis global. Karena adanya krisis global, menyebabkan penurunan daya beli masyarakat di negara-negara tersebut sehingga mereka mengalami penurunan kemampuan finansial, maka mereka lebih mengutamakan untuk membeli barang kebutuhan pokok. Dengan adanya penurunan daya beli maka dampak akhir yang terjadi yaitu melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap volume ekspor Indonesia ke negara-negara itu.

20 1.2 Rumusan Masalah Adanya penghapusan kuota pada tahun 2005 membuat Indonesia harus bersaing secara ketat dengan negara pengekspor TPT dunia. Hal tersebut mempengaruhi kinerja ekspor TPT Indonesia khususnya untuk negara tujuan Amerika Serikat. Selain itu, krisis keuangan global yang awalnya bermula dari Amerika Serikat kini telah mempengaruhi stabilitas ekonomi seluruh dunia dimana salah satunya yaitu Indonesia. Krisis finansial ini tidak saja berdampak kepada sektor keuangan ataupun perbankan Indonesia namun juga berpengaruh terhadap sektor riil. Indonesia sebagai partner dagang Amerika dan Eropa, kini mulai merasakan dampak dari adanya krisis finansial global yang sedang terjadi saat ini. Krisis yang memberikan dampak hampir ke seluruh negara dan ke semua sektor ini serta mulai dihapuskannya kuota pada awal tahun 2005 telah menyebabkan adanya perubahan dalam volume ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Dengan adanya perdagangan antara satu negara dengan negara lain, maka terganggunya stabilitas ekonomi suatu negara besar atau adidaya seperti Amerika akan menyebabkan masalah yang serius bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hubungan perdagangan yang dilakukan Indonesia dengan partner dagangnya adalah suatu hubungan sebab akibat karena impor suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain, sehingga penurunan impor di suatu negara akan mempengaruhi tekanan ekspor negara lain.

21 Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global? 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Menganalisis perkembangan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global. 2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di AS dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global. 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, diharapkan akan memberikan manfaat bagi: 1) Pemerintah Indonesia selaku pengambil kebijakan dan pihak lainnya yang terkait sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan ekonomi, dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia di AS. 2) Mahasiswa dan kalangan akademisi lainnya sebagai bahan pelengkap dan informasi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan permasalahan dalam skripsi.

22 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia di Amerika Serikat dalam kaitannya dengan pasca penghapusan kuota dan krisis global. Namun, jenis TPT yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah jenis pakaian jadi kemeja pria yang terbuat dari kapas atau cotton yang tidak dirajut atau disulam dengan kode HS Alasan mengapa hanya kemeja pria yang terbuat dari kapas atau cotton yang tidak dirajut atau disulam yang dimasukkan dalam model analisis regresi adalah karena jenis kemeja pria ini memiliki volume ekspor yang terbesar ke AS dibandingkan dengan jenis kemeja pria lainnya ataupun jenis pakaian jadi lainnya sehingga dianggap dapat mewakili. Selain itu, salah satu variabel independen dalam model yaitu variabel harga merupakan hasil pembagian antara nilai ekspor dengan volume ekspor kemeja pria yang terbuat dari kapas atau cotton yang tidak dirajut atau disulam, sehingga hasil yang diperoleh merupakan harga rata-rata dari satu jenis komoditas saja dan bukan ratarata dari semua jenis pakaian jadi. Dengan demikian, pada saat dilakukan estimasi terhadap model permintaan ekspor TPT Indonesia di AS, variabel harga tersebut memiliki error yang minimum sehingga hasil estimasinya mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori Perdagangan Internasional Perdagangan luar negeri adalah suatu perdagangan antarnegara yang memiliki kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda serta dengan kesepakatan tertentu dan memenuhi kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan diterima secara internasional (Putong, 2003). Sedangkan menurut Lipsey (1997), perdagangan internasional diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas antar negara. Dengan adanya perdagangan, setiap negara akan menggunakan sumberdaya nya dengan efisien dan melakukan spesialisasi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Suatu perdagangan terjadi dikarenakan adanya kebutuhan dalam negeri untuk memenuhi serta mendapatkan suatu manfaat atau keuntungan yang lebih. Dengan adanya perdagangan, setiap negara akan memfokuskan untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dihasilkannya secara efisien atau spesialisasi produksi, sementara negara lain yang melakukan perdagangan adalah untuk memperoleh barang dan jasa lain yang tidak diproduksinya. Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan luar negeri (Putong, 2003), antara lain: 1. Untuk memperoleh barang atau sumber daya yang tidak dapat dihasilkan di dalam negeri.

24 2. Untuk mendapatkan barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam negeri, namun kualitasnya tidak sebaik produksi negara lain atau kualitasnya belum memenuhi syarat. 3. Untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern, dengan tujuan untuk memberdayakan sumber daya alam di dalam negeri. 4. Untuk memperluas pasaran produk yang dihasilkan di dalam negeri 5. Untuk memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya perdagangan internasional atau perdagangan antar negara, berikut ini akan di ilustrasikan dengan Gambar 1 dibawah ini. P P P S x P 3 P 2 P 1 0 A" * Ekspor S x S P A' 3 B B * E * P E 2 B' E' Negara A Dunia Negara B A * Impor D A D x X 0 X 0 D x X Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional Pada gambar diatas, diasumsikan ada dua negara yang akan melakukan perdagangan yaitu Negara A dan Negara B. Dimana gambar tersebut menunjukkan kondisi tanpa perdagangan dan dengan perdagangan dengan contoh komoditi yang diperdagangkan adalah kain. Apabila dalam kondisi tanpa perdagangan, pasar kain di Negara B dan di Negara A berada pada tingkat harga yang berbeda. Tanpa adanya perdagangan dengan Negara B, maka titik pertemuan

25 antara permintaan dan penawaran di Negara A akan berada pada tingkat harga yang lebih rendah yaitu pada P 1 atau terletak pada titik A. Begitu pula dengan Negara B, jika Negara B tidak melakukan perdagangan dengan Negara A maka tingkat harga yang terjadi menjadi lebih tinggi yaitu pada tingkat harga P * 3 atau pada titik A'. Dengan dibukanya perdagangan antara Negara A dengan Negara B, maka orang akan memperoleh kebebasan dari keharusan untuk menyeimbangkan permintaan dan penawarannya di negara masing-masing. Hal tersebut akan membuka kesempatan bagi pembeli kain di Negara B dan penjual kain di Negara A. Para pembeli di Negara B akan mengetahui bahwa mereka akan dapat memperoleh harga kain yang lebih murah dari luar negeri yaitu Negara A sehingga mereka akan menerima harga pada P 2, sedangkan penjual di Negara A tidak perlu untuk menetapkan harga yang lebih rendah (P 1 ) tetapi dapat menetapkan harga yang lebih tinggi yaitu pada P 2. Sehingga harga akhir yang diciptakan oleh perdagangan dunia dapat ditentukan dan dianalisis. Kelebihan permintaan (excess demand) di Negara B sebanding dengan kelebihan penawaran (excess supply) di Negara A yang akhirnya terjadi hanya pada satu tingkat harga saja yaitu pada harga P 2. Pada tingkat harga ini excess demand Negara B atau B'E' yaitu besarnya komoditi yang diimpor sama dengan excess supply Negara A atau BE yaitu besarnya komoditi yang diekspor. Keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia memperlihatkan bahwa kurva perdagangan diturunkan dari kurva permintaan dan penawaran dari suatu negara. Kurva yang menunjukkan permintaan Negara B terhadap kain impor

26 dari Negara A adalah kurva excess demand begitu pula kurva penawaran ekspor kain dari Negara A yang merupakan kurva excess supply. Kurva permintaan dan penawaran perdagangan saling bertemu pada titik E * yang mencerminkan harga dunia yang berlaku untuk komoditi kain dengan adanya perdagangan antar negara Teori Keunggulan Komparatif Keunggulan komparatif adalah keunggulan relatif yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi berbagai komoditas (Lipsey, 1997). Jika masing-masing negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam suatu komoditi mengkhususkan berproduksi dalam komoditi tersebut, maka produksi dunia akan mampu ditingkatkan sehingga akan memberikan peluang bagi setiap negara untuk melakukan perdagangan serta memperoleh manfaat dari perdagangan tersebut. Keunggulan komparatif itu sendiri timbul karena adanya negara-negara yang mempunyai biaya dan kesempatan yang berbeda dalam memproduksi barang atau komoditas tertentu. Bila suatu negara memiliki keunggulan komparatif dalam suatu barang, tetapi tanpa ada perdagangan maka harga relatif untuk barang tersebut akan lebih rendah daripada di negara yang tidak memiliki keunggulan komparatif untuk barang tersebut. Perdagangan akan meningkatkan harga relatif barang tersebut sehingga akan menciptakan suatu insentif bagi perusahaan-perusahaan di negara yang memiliki keunggulan komparatif untuk lebih meningkatkan produksinya. Selain itu, jumlah komoditi yang akan dikonsumsi menjadi lebih banyak jika dibandingkan dengan tanpa perdagangan.

27 Berdasarkan hukum keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo (Salvatore, 1997), meskipun suatu negara kurang efisien dibandingkan dengan negara lain dalam memproduksi dua jenis komoditi, tetapi masih tetap ada dasar untuk melakukan perdagangan yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara. Dimana negara pertama harus mampu berspesialisasi dalam berproduksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut yang lebih kecil atau komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif. Sedangkan untuk mengetahui sebab-sebab munculnya keunggulan komparatif di tiap-tiap negara serta dampak-dampak yang ditimbulkan oleh adanya hubungan dagang terhadap pendapatan faktor produksi di kedua negara yang melakukan perdagangan dijelaskan melalui teori Heckscher-Ohlin. Teori Heckscher-Ohlin (Salvatore, 1997) menyatakan bahwa komoditi yang diekspor oleh suatu negara adalah komoditi yang produksinya menyerap lebih banyak faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara tersebut, dan akan mengimpor komoditi yang membutuhkan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Karena dalam teori Heckscher-Ohlin lebih menekankan pada perbedaan kepemilikan faktor-faktor produksi antara suatu negara dengan negara lain yang merupakan landasan dalam menentukan keunggulan komparatif masing-masing negara maka teori ini juga disebut sebagai teori kepemilikan faktor atau teori proporsi faktor. Teori ini menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi serta mengekspor komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara itu dan mengimpor

28 komoditi atau barang yang banyak menyerap faktor produksi yang langka dan mahal di negara itu Teori Permintaan Ekspor Permintaan dari suatu barang atau komoditi timbul dikarenakan adanya keinginan dan kemampuan konsumen untuk membeli suatu barang tertentu. Pengertian dari permintaan (Lipsey, 1995) itu sendiri adalah jumlah suatu komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga. Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta adalah negatif sehingga hukum permintaan menyebutkan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta semakin besar, begitu pula sebaliknya. Sementara itu, penentuan permintaan dari suatu pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor (Lipsey, 1995), yaitu: 1. Harga komoditi itu sendiri 2. Rata-rata pendapatan rumah tangga Kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menyebabkan jumlah komoditi yang diminta lebih banyak pada setiap harga tertentu. 3. Harga-harga lainnya Harga-harga lainnya yang dimaksud adalah harga barang substitusi dan harga barang komplementer. Naiknya harga pada barang substitusi suatu komoditi maka akan menyebabkan permintaan dari komoditi itu meningkat. Sedangkan naiknya harga barang komplementer suatu komoditi akan menyebabkan permintaan dari komoditi itu turun.

29 4. Selera Selera mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan keputusan seseorang untuk membeli suatu barang. 5. Distribusi pendapatan Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan semakin banyak jumlah komoditi atau barang yang akan dibeli bagi mereka yang memperoleh tambahan pendapatan, begitu pula sebaliknya. 6. Jumlah penduduk Kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan lebih banyak komoditi yang akan dibeli pada setiap tingkat harga. Permintaan ekspor suatu negara didefinisikan sebagai permintaan suatu negara tertentu terhadap suatu komoditi. Sama halnya dengan permintaan suatu komoditi dalam suatu pasar, permintaan ekspor juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu harga domestik negara tujuan ekspor (HD it ), harga impor negara tujuan ekspor (HI it ), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor (YP it ), selera penduduk negara tujuan ekspor (S it ). Selain itu juga dipengaruhi oleh harga di pasar Internasional (HX), nilai tukar (NT) dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor (POP it ). Dalam fungsi ini dimasukkan variabel dummy krisis global dan dummy kuota karena terkait dengan kondisi dunia saat ini yang sedang mengalami krisis keuangan global dan setelah kuota dihapuskan. Secara umum fungsi ekspor suatu komoditi: Xt= f (HD t, HD it, HI it, YP it, S it, HX it, NT it, POP it, D 1, D 2 ) (2.1)

30 dimana: X t HD t HD it HI it YP it = volume ekspor pada bulan ke-t = harga domestik negara pengekspor pada bulan ke-t = harga domestik negara tujuan ekspor pada bulan ke-t = harga impor negara tujuan ekspor pada bulan ke-t = pendapatan perkapita penduduk (GDP) negara tujuan ekspor pada periode ke-t S it HX t NT t = selera penduduk negara tujuan ekspor pada bulan ke-t = harga ekspor bulan ke-t = nilai tukar riil (nilai tukar negara pengekspor/nilai tukar negara tujuan ekspor) pada bulan ke-t POP it = jumlah penduduk negara tujuan ekspor pada bulan ke-t D 1 D 2 = variabel dummy kuota = variabel dummy krisis global Kurs (Exchange Rate) Yang disebut dengan kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2003). Ada dua macam kurs yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal atau nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara, contohnya jika kurs antara dolar AS dengan Rupiah adalah Rp per dolar maka orang yang ingin memiliki dolar harus menukar Rp untuk setiap dolar yang ingin didapatkannya. Sedangkan kurs riil atau real exchange rate adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs

31 riil ini menyatakan tingkat dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain sementara itu jika orang mengatakan kurs antara dua negara maka yang dimaksud adalah kurs nominal. Untuk melihat bagaimana hubungan antara kurs riil dengan kurs nominal dapat dilihat dalam perhitungan dibawah ini: Tingkat harga barang domestik yang diperdagangkan dengan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang domestik dan pada tingkat kurs yang terjadi. Maka jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah sedangkan barang-barang domestik relatif lebih mahal, begitu pula sebaliknya yaitu jika kurs riil rendah maka barang-barang luar negeri relatif lebih mahal sedangkan barang-barang domestik relatif lebih murah. 2.2 Teori Regresi Analisis regresi merupakan analisis yang berkaitan dengan ketergantungan satu variabel yaitu variabel tak bebas, terhadap satu atau lebih variabel lain yaitu variabel yang menjelaskan (explanatory variable) atau variabel bebas dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas (Gujarati, 1978). Untuk menganalisis model yang memiliki lebih dari satu variabel bebas digunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda yaitu model dimana variabel tak bebas (dependent variable) tergantung pada dua atau lebih variabel bebas (independent variable) atau variabel yang menjelaskan (Nachrowi, 2006). Dengan semakin banyaknya variabel bebas yang digunakan maka semakin besar pula kemampuan regresi

32 untuk menjelaskan variabel dependen sehingga faktor-faktor lain di luar model yang dicerminkan oleh error semakin kecil atau minimum. Untuk mendapatkan error yang minimum ini digunakan metode kuadrat terkecil biasa atau OLS (Ordinary Least Square). Sesuai dengan prinsip OLS, untuk memperoleh persamaan regresi maka harus mencari nilai dugaan dari koefisien-koefisiennya. Dalam persamaan regresi, penduga masing-masing koefisien harus memiliki sifatsifat penduga yang baik. Berdasarkan penelitian Gauss-Markov dalam Nachrowi (2006) bahwa penduga koefisien memiliki sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) atau mempunyai sifat yang linier, tidak bias, dan variannya minimum. 2.3 Industri tekstil dan Produk Tekstil Tekstil berasal dari bahasa latin yaitu textiles yang berarti tenunan atau menenun (Djafri, 2003). Akan tetapi, secara umum tekstil dapat diartikan sebagai barang atau benda yang bahan bakunya berasal dari serat, yang umumnya kapas, polyester dan rayon, yang dipintal menjadi benang lalu dianyam/ditenun atau dirajut menjadi kain. Jenis dari kain ada empat macam, yaitu kain grey atau kain blacu, kain finished seperti kain putih, kain rajut, dan kain non-woven. Setelah dilakukan penyempurnaan atau finishing, kain ini digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Sementara itu, pengertian dari produk tekstil adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tekstil baik setengah jadi maupun jadi. Ada beberapa jenis dari produk tekstil, yaitu pakaian jadi atau garment yang merupakan berbagai jenis pakaian yang siap pakai, tekstil rumah tangga dan kebutuhan industri.

33 Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia terbagi dalam tiga sektor industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir (Djafri, 2003), yaitu: 1) Sektor industri hulu (upstream), yaitu sektor industri yang memproduksi serat/fiber (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang. Sifat dari sektor industri ini adalah padat modal, berskala besar, dan jumlah tenaga kerjanya relatif sedikit, tetapi output per tenaga kerjanya besar. 2) Sektor industri menengah (midstream) adalah sektor industri yang mencakup proses penganyaman benang menjadi kain mentah lembaran yang melalui proses pertenunan (weaving) dan rajut (knitting), kemudian diolah secara lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan pencapan (printing) menjadi kain jadi. Sektor industri ini memiliki karakteristik atau sifat semi padat modal, teknologi menengah dan modern, serta jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu. 3) Sektor industri hilir (downstream) ini merupakan industri manufaktur pakaian jadi (garment), di dalamnya termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga industrinya bersifat padat karya. 2.4 Krisis Global Krisis finansial global yang bermula dari Amerika yang sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2007, pada awalnya terjadi karena adanya kredit macet

34 perumahan (subprime mortgage) atau di Indonesia ini disebut sebagai KPR. Berdasarkan peraturan yang berlaku di Amerika, pemberian kredit perumahan hanya akan diberikan kepada warga Amerika yang memenuhi syarat tertentu. Namun, karena harga properti atau perumahan di Amerika sedang naik maka pemberian kredit tersebut dilakukan dengan mudah tanpa melihat apakah warga Amerika tersebut layak atau tidak. Bahkan perusahaan pembiayaan kredit rumah tersebut berani untuk memberikan kredit tetap selama tiga tahun sehingga menyebabkan banyak orang untuk membeli rumah dan akan kembali menjualnya dalam tiga tahun, yang menjadi permasalahan adalah perusahaan pembiayaan kredit rumah tersebut memberikan kepada warga atau penduduk yang sebenarnya tidak layak untuk memperoleh pembiayaan sehingga keadaan tersebut yang menyebabkan adanya kredit macet. Sedangkan untuk memberikan kredit tersebut, perusahaan pembiayaan memperoleh dana jangka pendek dengan menjual ataupun menerbitkan surat utang kepada lembaga investasi dan investor di seluruh dunia termasuk lembaga keuangan. Ketika terjadi kredit macet, perusahaan pembiayaan itu tidak mampu membayar utangnya kepada lembaga investasi dan lembaga-lembaga keuangan dunia yang membeli surat utangnya sehingga terjadilah kelangkaan likuiditas pada lembaga keuangan tersebut. Sebagai negara adidaya, kondisi kelangkaan likuiditas yang dialami oleh lembaga keuangan besar Amerika juga mempengaruhi kondisi likuiditas lembaga keuangan lain baik di Amerika sendiri maupun lembaga keuangan lain dunia yang menginvestasikan dananya melalui instrumen lembaga keuangan besar Amerika. Dari permasalahan itulah awal krisis global yang benar-

35 benar terjadi sekitar bulan Agustus 2008 hingga sekarang. Sedangkan lembagalembaga keuangan dunia yang terkena dampak dari krisis global itu adalah bankbank di Amerika Serikat itu sendiri, Eropa, serta Asia terutama Jepang. 2.5 Kuota Sejak tahun 1960, perdagangan tekstil dan pakaian jadi identik dengan proteksi dan diskriminasi. Diawali dengan pembentuan Short Term Arrangement (STA) pada tahun 1961 yang kemudian diikuti dengan Long Term Arrangement pada tahun Kedua perjanjian tersebut hanya mengatur tentang perdagangan kain katun. Lalu, pada tahun 2004 hingga berakhirnya Putaran Uruguay perdagangan tekstil diatur oleh MFA atau Multi Fibre Arrangement, yaitu suatu kerangka kerja perjanjian bilateral atau aksi unilateral yang membentuk sistem kuota impor ke negara-negara yang industrinya sedang menghadapi kerugian akibat peningkatan impor yang cepat. Dalam MFA, cakupan produk yang dibatasi dan diawasi perdagangannya lebih luas yaitu hingga pakaian jadi dan MFA ini menerapkan pembatasan dan pengawasan terhadap tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan cara kuota. Meskipun pembatasan ekspor TPT dilakukan dengan sukarela, tetapi pada kenyataannya kuota ditetapkan secara unilateral dan sangat tergantung pada negara pengimpor sehingga dapat dikatakan bahwa dengan penerapan kuota ini negara berkembang sebagai negara produsen dan pengekspor TPT adalah korban karena sifat dari kuota yang diskriminatif dan unilateralis. Namun, dilain pihak MFA juga memberikan akses untuk memperoleh pangsa pasar dengan harga yang menguntungkan, sehingga bagi negara berkembang MFA sangat membantu untuk

36 memasuki pasar dan memperoleh harga yang menguntungkan di pasar negara maju seperti AS dan UE. Negara-negara yang mengenakan kuota adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan Kanada. MFA berakhir pada tanggal 31 Desember 1994 dan digantikan dengan Agrreement on Textile and Clothing (ATC). ATC merupakan perjanjian transisi untuk membebaskan perdagangan TPT secara penuh dalam waktu 10 tahun secara bertahap sehingga pada saat berakhirnya ATC yaitu pada tanggal 1 Januari 2005 semua TPT telah terintegrasi secara penuh ke dalam sistem WTO dan artinya berakhirlah sistem kuota dimana negara pengimpor tidak lagi dapat mendiskriminasi para eksportir. Perjanjian ini mengatur tahapan dan cara pengintegrasian TPT, peningkatan pertumbuhan, transitional safeguard, kepentingan negara-negara kecil dan terbelakang, dan lain-lain. Integrasi dilakukan dengan empat tahap dan produk yang sudah diintegrasikan tidak lagi dapat dikenakan kuota, selain itu pada setiap tahapannya harus mencakup empat tipe utama tekstil dan pakaian jadi, yaitu benang, serat bahan (fabrics), made-up textile products, dan pakaian jadi. 2.6 Penelitian Terdahulu Kusumawardiani (2005) melakukan penelitian mengenai analisis perkembangan ekspor TPT dan peran pasar kuota bagi Indonesia menunjukkan bahwa adanya pasar kuota di Indonesia membawa dampak yang positif dan negatif, namun perkembangan ekspor TPT selama periode cenderung meningkat meskipun bersifat fluktuatif. Sementara itu, variabel yang berpengaruh secara nyata mempengaruhi peningkatan ekspor tekstil ke negara kuota AS adalah

37 GNP riil dan nilai tukar riil, sedangkan untuk ekspor pakaian jadi variabel yang mempengaruhi secara nyata adalah GNP riil, nilai tukar riil, dummy krisis dan dummy pergejolakan niai tukar. Untuk tujuan negara non-kuota Singapura, peningkatan ekspor tekstil dan pakaian jadi dipengaruhi secara nyata oleh GDP riil dan dummy krisis. Prihartini (2004) dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil Indonesia ke Singapura, menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan menggunakan data dari tahun untuk data ekspor benang tekstil dan tahun untuk data ekspor kain tenunan kapas. Secara uji serempak, variabel-variabel yang diduga yang meliputi harga riil di Indonesia, harga riil di Singapura, pendapatan per kapita Singapura, nilai tukar riil Indonesia Singapura dan variabel dummy berpengaruh secara nyata terhadap ekspor benang tekstil dan kain tenunan kapas ke Singapura. Sedangkan secara parsial, harga riil di Indonesia dan dummy tidak nyata mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura namun variabel harga riil di Singapura, pendapatan per kapita Singapura dan nilai tukar riil Indonesia Singapura mempengaruhi ekspor benang tekstil Indonesia ke Singapura secara nyata. Sementara itu, variabel harga riil di Indonesia, harga riil di Singapura dan nilai tukar riil tidak nyata mempengaruhi ekspor kain tenunan kapas namun variabel pendapatan per kapita Singapura dan dummy mempengaruhi ekspor kain tenunan kapas Indonesia ke Singapura secara nyata. Chintia (2008) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di Uni Eropa dengan

38 menggunakan metode analisis OLS. Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu volume ekspor TPT, GDP per kapita, harga ekspor, nilai tukar dan dummy kuota. Dari hasil estimasi tersebut, semua variabel yang digunakan sesuai dengan teori yang berlaku kecuali harga ekspor TPT negara pesaing. 2.7 Kerangka Pemikiran Konseptual Ekspor TPT Indonesia setiap tahun menunjukan angka peningkatan. Namun dengan adanya penghapusan kuota dan krisis finansial global yang melanda negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, volume ekspor TPT Indonesia dikhawatirkan akan mengalami penurunan. Padahal, seperti yang telah diketahui ekspor TPT yang merupakan bagian dari industri manufaktur adalah komoditas ekspor yang diunggulkan oleh Indonesia karena selain sebagai penghasil devisa terbesar juga menyerap banyak tenaga kerja. Dari permasalahan tersebut diatas, selanjutnya dianalisis bagaimana perkembangan permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia dalam kaitannya dengan adanya penghapusan kuota dan krisis global serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia. Maka alur pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan pada kerangka pemikiran operasional pada gambar 2.

39 2.8 Hipotesis Berdasarkan studi penelitian terdahulu dan tinjauan pustaka yang merupakan teori dan konsep ekonomi, maka dari penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis yaitu: 1. Permintaan ekspor TPT berpengaruh positif terhadap volume ekspor TPT Indonesia. Semakin besar jumlah TPT yang diminta maka akan memberikan rangsangan bagi Indonesia sebagai pengekspor TPT untuk meningkatkan volume ekspor TPT nya. 2. GDP AS berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Penurunan dalam GDP per kapita AS akan menyebabkan turunnya daya beli negara pengimpor. Bila daya beli dari AS mengalami penurunan, maka AS akan mengurangi konsumsi nya sehingga akan berdampak pada penurunan permintaan ekspor TPT Indonesia. 3. Harga ekspor TPT Indonesia berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Jika harga ekspor TPT Indonesia semakin tinggi maka akan semakin rendah permintaan ekspor TPT Indonesia. 4. Nilai tukar atau kurs riil rupiah terhadap dolar berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Jika kurs riil rendah, maka harga barang domestik relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang luar negeri, maka orang-orang Indonesia akan sedikit membeli barang impor dan orang asing akan banyak membeli barang dari Indonesia sehingga permintaan ekspor Indonesia akan meningkat.

40 5. Dihapuskannya kuota berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Dengan dihapuskannya kuota maka Indonesia harus bersaing dengan negara-negara pengekspor TPT dunia untuk memperoleh pasar di dunia terutama AS sehingga diduga akan menurunkan permintaan ekspor Indonesia. 6. Adanya krisis global berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor TPT Indonesia. Negara yang terkena dampak dari krisis global khususnya AS, menyebabkan kelangkaan finansial di negara tersebut sehingga mereka akan mengurangi impor terhadap suatu barang. Maka negara-negara pengekspor termasuk Indonesia akan mengalami penurunan permintaan ekspor.

41 Krisis Finansial AS Krisis Ekonomi Global Perdagangan dunia melemah Permintaan Ekspor Manufaktur turun Penghapusan kuota Ekspor TPT Indonesia Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia Implikasi kebijakan Kondisi perekonomian Indonesia Keterangan: : bagian yang dianalisis Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

42 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series secara bulanan dari bulan Januari tahun 2000 hingga bulan Desember tahun Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber antara lain melalui internet, seperti Bank Indonesia, Bureau of Economic Analysis, Bureau Labor Statistics dan Census Bureau Amerika Serikat dan BPS, serta dari instansiinstansi seperti Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Departemen Perdagangan, dan Departemen Perindustrian. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data volume ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Dipilih Amerika Serikat karena AS merupakan negara tujuan ekspor utama TPT Indonesia khususnya kemeja pria diantara Jepang dan Uni Eropa dan sekaligus sebagai negara yang sebelumnya menerapkan kuota impor serta negara yang paling terpuruk yang terkena dampak dari adanya krisis global. Selain itu, diperlukan pula data GDP riil AS, harga ekspor TPT Indonesia terhadap AS dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar AS. 3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda dan persamaan dalam model diduga dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Minitab 14 dan Eviews 4.1.

43 dimana: Model regresi linier secara umum dapat dituliskan sebagai berikut: Y i = β 0 + Σβ i X i + u i ; i = 1, 2, n (3.1) Y i β 0 β i X i u i n = variabel tak bebas (dependent variable) = intersep = slope = variabel bebas yang menjelaskan variabel tak bebas Y (independent variable) = error term = banyaknya variabel independen dalam fungsi Sementara itu, asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi koefisien regresi dengan menggunakan metode OLS yaitu: 1. E(u i ) = 0 atau E (u i x i ) = 0 atau E(Y) = β 0 + Σβ i X i atau dengan kata lain pada saat X i terobservasi, pengaruh u i terhadap Y diabaikan atau u i tidak mempengaruhi E(Y) secara sistematis, u i menyatakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Y, tetapi tidak terwakili dalam model. 2. Tidak ada korelasi antara u i dan u j {cov (u i, u j ) = 0}; i j. 3. Homoskedastisitas yaitu besarnya varian u i sama atau var (u i ) = σ 2 untuk setiap i. 4. Kovarian antara u i dan X i nol {cov (u i, X i ) = 0}, atau dengan kata lain artinya tidak ada korelasi antara u i dan X i. Sehingga jika ada hubungan dimana X i meningkat dan mengakibatkan u i juga meningkat atau ketika X i menurun, u i akan menurun pula maka dapat dikatakan bahwa hal tesebut menunjukkan adanya korelasi antara u i dan X i.

44 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang nyata antar peubah X atau variabel-variabel independen nya. Jika asumsi-asumsi tersebut diatas terpenuhi, maka koefisien regresi yang diduga bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimate). Namun, kadangkala ada kemungkinan terjadinya spurious regression atau regresi palsu yang disebabkan adanya variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam model tidak stasioner sehingga jika variabel-variabel tersebut dibuat regresi akan menghasilkan regresi yang tampaknya baik yaitu dengan R 2 tinggi, uji hipotesis yang signifikan, dan sebagainya. Menurut Granger dan Newold, jika R 2 > statistik Durbin Watson maka dapat dicurigai hasil regresi tersebut adalah regresi palsu (Nachrowi, 2006). Untuk mengetahui apakah regresi yang dihasilkan tersebut regresi palsu atau bukan, maka dapat dilakukan uji kointegrasi. Jika residual atau u t stasioner, maka antara variabel dependen dengan variabel independennya dikatakan terkointegrasi. Sehingga jika dapat dibuktikan bahwa antara variabel dependen dengan variabel independennya terkointegrasi maka dapat disimpulkan regresi tersebut bukanlah regresi palsu tetapi regresi yang terkointegrasi. 3.3 Perumusan Model Variabel-variabel bebas yang digunakan adalah GDP riil negara tujuan ekspor, harga ekspor, nilai tukar riil, dummy kuota dan dummy krisis global. Sementara itu, variabel dependennya yaitu volume ekspor TPT Indonesia terhadap Amerika Serikat (AS).

45 Sehingga model persamaan regresi nya dapat dituliskan sebagai berikut: X t = f (GDP t, PX t, NT t, D t ) (3.2) X t = α + β 1 GDP t β 2 PX t β 3 NT t β 4 D 1 β 5 D 2 + u t (3.3) dimana: X t α β t = volume ekspor TPT Indonesia ke AS pada bulan ke-t (kg) = autonomous ekspor (kg) = parameter yang diduga GDP t = GDP riil Amerika Serikat pada bulan ke-t (milyar dollar) PX t NT t = harga ekspor TPT Indonesia ke AS pada bulan ke-t (US$/kg) = nilai tukar mata uang Indonesia terhadap mata uang AS pada bulan ke-t (Rp./US$.) D 1 D 2 u t = dummy kuota, 1 = tanpa kuota, 0 = ada kuota = dummy krisis global, 1 = saat krisis global, 0 = sebelum krisis global = error term pada periode ke-t Namun, untuk melihat perubahan suatu variabel yang diakibatkan oleh perubahan variabel lain, maka digunakan Model Log-Log atau double log. Misalkan suatu model didefinisikan sebagai berikut: ln Y = ln β 1 + β 2 ln X Keunggulan dari model log-log ini terdapat pada koefisien slope β 2 pada contoh model diatas. Karena nilai slope tersebut merupakan suatu ukuran elastisitas Y terhadap X atau dapat dikatakan koefisien slope merupakan tingkat perubahan pada variabel Y (dalam persen) karena perubahan pada variabel X (dalam persen).

46 Sehingga bentuk persamaan permintaan ekspor TPT setelah diubah menjadi model log-log adalah sebagai berikut: ln X t = ln α + β 1 ln GDP t - β 2 ln PX t - β 3 ln NT t - β 4 D 1 - β 5 D 2 + u t (3.4) 3.4 Elastisitas Secara matematis, suatu elastisitas dapat ditentukan dengan rumus: Elastisitas: ( Y/Y) / ( X/X) = (3.5) = dan =, maka (3.6) (ln Y) = dan (ln X) =, sehingga (3.7) =. = elastisitas (3.8) dimana: Y = rata-rata nilai peubah Y X = rata-rata nilai peubah X Dalam pernyataan diatas menunjukkan bagaimana variabel Y menanggapi, ceteris paribus, perubahan sebesar 1 persen dalam variabel X. 3.5 Pengujian Model Setelah mengestimasi parameter regresi dengan OLS, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengujian terhadap parameter tersebut. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian statistik, ekonometrik dan pengujian ekonomi. Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependennya. Sedangkan pengujian secara ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah parameter

47 yang diestimasi melakukan pelanggaran atau tidak terhadap asumsi klasik OLS. Sedangkan pengujian ekonomi dilakukan untuk melihat apakah tanda dan besaran koefisien dugaan yang diperoleh sesuai dengan teori ekonomi Kriteria Statistik Uji-t Pengujian ini digunakan untuk menghitung koefisen regresi secara individu atau masing-masing dari variabel bebas dan bagaimana pengaruhnya apakah nyata atau tidak terhadap variabel dependennya. Hipotesis dalam pengujian ini dapat dituliskan sebagai berikut: H 0 : β t = 0 H 1 : β t 0; t = 1, 2,.., n Dari hipotesis tersebut, dapat diartikan bahwa jika probabilitas nilai t-statistiknya mempunyai nilai yang kurang dari derajat kepercayaan yang digunakan (α) maka tolak H 0 atau mempunyai arti bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan atau nyata terhadap variabel dependennya. Begitu pula sebaliknya, jika H 0 diterima maka variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Untuk menghitung t-statistiknya, digunakan rumus sebagai berikut: dimana: b β t Seβ = Parameter dugaan = Parameter hipotesis = Standar eror parameter β Jika nilai t yang diperoleh pada taraf nyata sebesar α ternyata lebih besar dari t- tabel (t-stat > t-tabel) maka tolak H 0, sehingga dapat dikatakan bahwa koefisien β

48 duga tidak sama dengan 0 dan variabel yang diuji mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel dependennya atau dapat dikatakan bahwa β duga signifikan secara statistik. Namun sebaliknya jika t-statistik lebih kecil dari t-tabel (t-stat < t-tabel) pada taraf nyata sebesar α maka terima H 0 yang berarti bahwa koefisien β duga sama dengan 0 dan variabel yang diuji tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel dependennya. Uji F Uji F digunakan untuk melakukan uji hipotesis koefisien atau slope regresi secara bersamaan. Pengujian terhadap uji F ini dilihat dari nilai probabilitas F- statistiknya. Jika F-statistiknya menunjukkan nilai yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan maka tolak H 0 yang artinya bahwa paling tidak ada satu atau seluruh variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependennya atau signifikan secara statistik. Uji p-value Uji p-value ini biasanya ditampilkan pada penggunaan output komputer. Uji ini digunakan untuk menguji bagaimana suatu model signifikan atau tidak, baik secara parsial atau keseluruhan. Jika nilai dari p-value lebih kecil dari taraf nyata sebesar α, maka dapat dinyatakan bahwa variabel bebas mempengaruhi secara nyata terhadap variabel dependennya, dan jika p-value nya lebih besar dari taraf nyata sebesar α maka variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependennya.

49 Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Nilai koefisien determinasi (R 2 ) mencerminkan seberapa besar variasi atau keragaman dari variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel bebas. Besarnya nilai dari R 2 ini adalah 0 < R 2 <1. Jika nilai nya sama dengan 0 (R 2 = 0) maka artinya keragaman dari variabel dependen tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel bebasnya. Sedangkan jika nilai R 2 = 1 maka artinya keragaman dari variabel dependen secara keseluruhan dapat diterangkan oleh variabel independennya. Jadi, baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R 2 nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu Kriteria Ekonometrik Multikolinearitas Dalam suatu model, jika multikolinearitas tinggi maka akan diperoleh nilai R 2 yang tinggi, tetapi tidak ada koefisien regresi yang signifikan secara statistik. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat koefisien korelasi antar variabel bebasnya. Model dianggap tidak mempunyai kolinearitas jika nilai korelasi antar variabel bebasnya kurang dari 0,8. Namun, jika nilainya lebih dari 0,8 maka terdapat multikolinearitas dalam model tersebut. Selain itu, multikolinearitas juga dapat dideteksi dengan melihat nilai VIF atau Variance Inflation Factor. Kolinearitas dianggap ada jika nilai VIF > 10, yang artinya menganggap model tidak mempunyai kolinearitas jika korelasi antar variabel bebas hanya mencapai 0,9. Dimana VIF = dengan R 2 adalah koefisien determinasi antara variabel bebas ke-j dengan variabel bebas lainnya.

50 Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah antara galat atau eror terdapat hubungan dalam suatu persamaan regresi. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin-Watson (DW). Akibat dari adanya autokorelasi ini adalah bahwa penduga yang diperoleh dengan menggunakan OLS tidak lagi bersifat BLUE, walaupun masih bersifat tak bias dan konsisten. Untuk melihat seberapa kuat adanya pengaruh autokorelasi, dapat ditunjukkan dari koefisien korelasinya atau ρ. Besarnya koefisien tersebut adalah -1 < ρ < 1. DW = (3.10) Dari persamaan diatas maka diperoleh nilai statistik DW yaitu 0 d 4, dengan d menggambarkan koefisien DW, jika statistik DW bernilai 2 maka ρ akan bernilai 0, yang berarti tidak ada autokorelasi. Jika statistik DW bernilai 0, maka ρ akan bernilai 1 yang berarti ada autokorelasi positif dan jika DW bernilai 4 maka ρ akan bernilai -1 yang berarti ada autokorelasi negatif. Adanya autokorelasi akan menyebabkan estimasi dari standar eror dan varian koefisien regresi yang diperoleh akan underestimate atau lebih kecil dari nilai sebenarnya. Sehingga koefisien R 2 akan besar, uji-f dan uji-t menjadi tidak valid lagi. Namun, untuk mempermudah mengetahui apakah terdapat autokorelasi atau tidak, dapat digunakan Tabel 3 berikut ini. Jika nilai d berada diantara 1,54 dan 2,46 maka tidak ada autokorelasi dan bila nilai d berada diantara 0 hingga 1,10 maka terdapat autokorelasi positif, dan seterusnya.

51 Tabel 3. Penentuan Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Tolak H 0, berarti ada autokorelasi positif Tidak dapat diputuskan Terima H 0, berarti tidak ada autokorelasi Tidak dapat diputuskan Tolak H 0, berarti ada autokorelasi negatif 0 d L d u 2 4-d u 4-d L 4 1,10 1,54 2,46 2,90 Sumber: UPP STIM YKPN, 2007 Heteroskedastisititas Heteroskedastisitas adalah bila varian residual atau error tidak konstan atau berubah-ubah. Karena adanya heteroskedastisitas maka akan mengakibatkan varian koefisien regresi cenderung akan besar. Sehingga akan berakibat pada uji hipotesis baik uji-t maupun uji-f tidak lagi akurat. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan uji White dengan melihat pada nilai R 2 nya. Jika nilai probabilitas R 2 melebihi nilai kritis dengan α yang dipilih, maka hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas, begitu pula sebaliknya.

52 IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA 4.1. Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia Industri tekstil atau yang lebih dikenal dengan sebutan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini tengah menghadapi masa-masa yang dapat dikatakan cukup sulit. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh dua faktor, pertama yaitu faktor internal yang merupakan masalah dalam industri TPT itu sendiri dan kedua yaitu faktor eksternal berupa penghapusan kuota tekstil dan pakaian jadi yang dimulai sejak tanggal 1 Januari Negara-negara yang memberlakukan kuota untuk ekspor TPT Indonesia antara lain yaitu Amerika Serikat, Uni Eropa dan Kanada. Pemberlakuan ekspor TPT ini dimulai dengan adanya kesepakatan Multi Fibre Arrangement (MFA) pada tahun 1974 dan berakhir pada tanggal 31 Desember Namun, setelah MFA berakhir, hal tersebut digantikan dengan Agreement on Textile and Clothing (ATC) WTO. ATC merupakan perjanjian transisi untuk membebaskan perdagangan TPT selama sepuluh tahun atau berakhir pada akhir 2004 dan itu artinya bahwa perdagangan TPT telah dibebaskan dari kuota. Sebenarnya, dengan adanya pemberlakuan kuota justru mendatangkan manfaat bagi ekspor TPT Indonesia karena Indonesia tidak perlu bersaing dengan negara produsen TPT dunia untuk memperoleh pasar untuk produk TPT nya. Di Indonesia, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) termasuk produk garmen merupakan salah satu sektor unggulan ekspor Indonesia. Oleh karena itu industri ini mempunyai peran penting bagi Indonesia. Peranannya dalam komposisi ekspor nasional cukup besar yaitu senilai 10.4 milyar US$ pada tahun

53 2008, namun bila dilihat dari share nya terhadap non migas, tekstil dan garmen terus mengalami penurunan sejak tahun 2005 sampai tahun 2008 menjadi hanya sebesar 9,67% dibandingkan pada tahun 2004 yang sebesar 13,67%. Besarnya komposisi dan share ekspor tekstil dan garmen Indonesia terhadap ekspor non migas dari tahun 2004 hingga 2008 ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Ekspor Tekstil dan Garmen Indonesia terhadap Ekspor non-migas Tahun (milyar US$) Komposisi Total Ekspor Nasional 71,6 85,7 100,8 118,0 139,3 Non Migas 55,9 66,4 79,6 93,1 107,6 Tekstil dan garmen 7,6 8,6 9,4 10,0 10,4 Share Tekstil dan Garmen terhadap Ekspor Nasional (%) (Migas + non Migas) ShareTekstil dan Garmen terhadap Non Migas (%) Sumber: API, ,68% 10,04% 9,37% 8,48% 7,47% 13,67% 12,95% 11,87% 10,74% 9,67% Untuk mengetahui seberapa besar volume ekspor impor TPT Indonesia dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2004 hingga 2008, dapat dilihat pada Gambar 3. Dari tahun ke tahun, volume ekspor Indonesia terus menunjukkan peningkatan tetapi diikuti pula dengan peningkatan impornya. Peningkatan impor yang cukup tajam terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 39,84 persen atau volume impornya menjadi ton. Sedangkan untuk ekspor, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 10,32 persen atau meningkat dari ton pada tahun 2004 menjadi ton pada tahun 2005.

54 Sumber: Departemen Perindustrian, 2009 Gambar 3. Perkembangan Volume Ekspor Impor TPT Indonesia Tahun (ton) Meskipun menghadapi cukup banyak kendala, salah satunya yaitu banyaknya negara pesaing, namun industri TPT tetap mampu bertahan. Hal ini dibuktikan dengan masih besarnya nilai ekspor TPT ke negara-negara partner dagang. Negara partner dagang atau negara tujuan ekspor utama TPT Indonesia tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan Jepang. Untuk nilai ekspor dari masing-masing tiga negara tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5. Jika dibandingkan antara ketiga negara tersebut, maka AS merupakan negara pengimpor TPT Indonesia terbesar diantara Uni Eropa dan Jepang. Dari tahun 2004 hingga tahun 2008, nilai ekspor TPT secara keseluruhan (tekstil dan garmen) ke AS meningkat sebesar 61,87 persen dan menduduki tingkat pertama yaitu sebesar 2.620,4 juta US$ pada tahun 2004 dan terus meningkat sampai tahun 2008 dengan mencapai nilai sebesar 4.241,4 juta US$. Meski nilai ekspor secara

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT OLEH: SEPTI KHAIRUNNISA H14052988 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh kemajuan zaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membuat dampak yang cukup besar bagi industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore

Lebih terperinci

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG

MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG MENCERMATI KINERJA TEKSTIL INDONESIA : ANTARA POTENSI DAN PELUANG Oleh : Ermina Miranti 1 Meskipun tak putus didera masalah, hingga saat ini Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia masih memainkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H )

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H ) PENGARUH TOTAL KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H14051239) DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA 1976 2006 OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H 14104067 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN 1993-2013 JURNAL PUBLIKASI OLEH : Nama : Futikha Kautsariyatun Rahmi Nomor Mahasiswa : 12313269 Jurusan : Ilmu Ekonomi FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya alam (SDA) dan energi sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) OLEH HENGKY GAMES JS H14053064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) OLEH : LESTY PHYTALOKA H14050165 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi dan Fungsi Konsumsi Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Barangbarang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan

I PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997

ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA. JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997 ANALISIS IMPOR SERAT DI INDONESIA S JURUSAPd ILMU-IIILMU SOSLAL EKONOMI P ERTmM FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTIUUW BOGOR 1997 RTNGKASAN ERN1 SUKMADINI ASIKIN. Analisis Impor Serat Kapas di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri manakala perekonomian dan. dilakukan, cadangan devisa Indonesia saat ini paling banyak masih

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri manakala perekonomian dan. dilakukan, cadangan devisa Indonesia saat ini paling banyak masih BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan banyak penggunaan dana untuk melakukan pembangunan. Selain dari pajak dan hibah sumber dana pemerintah juga diperoleh dari cadangan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT Oleh : ROLAS TE SILALAHI A14304008 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Oleh : RADIX ADININGAR

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci