VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI"

Transkripsi

1 VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel penjelas / bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Uji asumsi-asumsi klasik dilakukan dengan pengujian asumsi OLS (Ordinary Least Square) untuk memastikan bahwa model penelitian memenuhi atau tidak melanggar asumsi-asumsi klasik. Asumsi utama yang mendasari model regresi linier klasik dengan menggunakan metode OLS adalah : 1. Linier dalam parameter, terspesifikasi dengan benar, dan memiliki error term yang bersifat additif 2. Nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan dari variabel disturbance atau error term adalah nol. 3. Kovarians antara variabel disturbance dengan variabel Xi adalah nol. 4. Varians dari variabel residu disturbance adalah sama (homoskedastisitas) 5. Tidak ada korelasi antar variabel disturbance pada pengamatan satu dengan pengamatan lain (autokorelasi) 6. Tidak ada korelasi sempurna antar variabel-variabel bebas (multikolinieritas) 7. Variabel error term memiliki distribusi normal (asumsi ini bersifat optional, namun biasanya disertakan). Sedangkan hasil analisis regresi adalah berupa koefisien regresi untuk masingmasing variabel independen. Variabel ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan 2 (dua)

2 258 tujuan : pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen; kedua, mengoptimalkan korelasi antara nilai aktual dan nilai estimasi varaibel dependen berdasarkan data yang ada. Pengujian asumsi-asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan melalui uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas Uji Multikolinieritas Multikolinieritas sempurna (perfect multicollinierity) adalah suatu pelonggaran terhadap asumsi bahwa tidak ada hubungan sempurna antar variabel independen dalam sebuah persamaan regresi. Multikolinieritas sempurna itu jarang terjadi, yang sering dijumpai adalah multikolinieritas tidak sempurna dimana dua atau lebih variabel berkorelasi berat pada serangkaian data yang sedang diamati. Walaupun tidak melonggarkan asumsi, namun tetap menyebabkan persoalan-persoalan yang serius. Apabila ada dua variabel independen berkorelasi secara signifikan dalam suatu rangkaian sampel tertentu, kapan saja satu variabel itu berubah, maka variabel independen lain akan cenderung berubah juga dan program komputer dengan OLS akan mengalami kesulitan untuk membedakan pengaruh dari satu variabel independen dengan pengaruh variabel independen yang lain terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam sebuah sampel variabelvariabel independen dapat lebih memiliki irama yang sama daripada dalam sampel yang lain, tekanan multikolinieritas dapat berubah sangat hebat. Sementara itu, konsekuensi dari suatu multikolinieritas adalah : 1. Hasil-hasil estimasi tetap tidak bias. Apabila sebuah estimasi persamaan mengandung multikolinieritas, koefisien-koefisien estimasi regresi b i akan

3 259 tetap memusat di seputar i pada populasi yang benar apabila semua asumsi klasik dipenuhi oleh suatu persamaan yang terspesifikasi dengan benar. 2. Varian dan standar error akan meningkat. Ini adalah konsekuensi yang pokok pada multikolinieritas. Oleh karena dua atau lebih variabel-variabel penjelas saling berkorelasi secara signifikan, akan menjadi sulit untuk mengidentifikasi secara tepat efek-efek terpisah dari variabel-variabel yang berkolinieritas. Ketika sulit membedakan efek dari satu variabel dengan efek dari variabel lain, maka kemudian ada kemungkinan membuat kesalahan-kesalahan besar dalam mengestimasi i sebelum menghadapi multikolinieritas. Akibatnya, koefisienkoefisien estimasi walaupun tetap tidak bias, tetapi berasal dari distribusi yang mengandung varian yang lebih besar dan demikian juga standar errornya. 3. Nilai t akan turun. Multikolinieritas cenderung menurunkan nilai t pada koefisien-koefisien estimasi. 4. Hasil-hasil estimasi akan menjadi sangat peka terhadap perubahan-perubahan spesifikasi. Tambahan atau penghapusan sebuah variabel penjelas atau beberapa observasi akan sering menyebabkan perubahan-perubahan besar pada nilai-nilai b jika ada multikolinieritas. Jika satu variabel dihapus, walaupun variabel itu nampaknya tidak signifikan, koefisien-koefisien dari variabelvariabel yang tertinggal di dalam persamaan seringkali akan berubah secara drastis. Satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan memeriksa koefisien-koefisien korelasi sederhana antar variabel-variabel penjelas. Apabila r adalah tinggi nilai absolutnya, maka diketahui bahwa ada dua variabel penjelas tertentu berkorelasi dan masalah multikolinieritas ada di dalam persamaan

4 260 itu. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan indikasi multikolinieritas yang berat. Beberapa penelitian menentukan 0.8 dan menjadi semakin prihatin terhadap munculnya multikolinieritas apabila koefisien korelasi melebihi 0.8 (Sarwoko, 2005). Hasil analisis terhadap faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan menunjukkan bahwa korelasi antar variabel-variabel penjelas relatif kecil, di bawah nilai 0.8 seperti dapat dilihat pada Tabel 57 berikut ini. Dengan demikian, masalah multikolinieritas pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan relatif kecil atau tidak ada. Tabel 57. Korelasi Antar Variabel Penjelas Faktor-Faktor Penyebab Deindustrialisasi dari Sisi Permintaan Variabel SHINVEST SHEXPORT SHIMPNMIGAS SHINVEST Pearson Correlation Sig. (2-tailed) SHEXPORT Pearson Correlation Sig. (2-tailed) SHIMPNMIGAS Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sumber : Hasil Analisis, 2011 Sementara itu, hasil analisis terhadap faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran juga menunjukkan bahwa secara umum korelasi antar variabelvariabel penjelas relatif kecil di bawah nilai 0.8, kecuali untuk korelasi antara variabel UPAH dan HITECHN yang relatif besar yaitu seperti dapat dilihat pada Tabel 58. Dengan demikian, secara umum masalah multikolinieritas pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran juga relatif kecil atau tidak ada.

5 261 Tabel 58. Korelasi Antar Variabel Penjelas Faktor-Faktor Penyebab dari Sisi Penawaran Variabel LISTRIK BBM UPAH HITECHN LISTRIK Pearson Correlation Sig. (2-tailed) BBM Pearson Correlation Sig. (2-tailed) UPAH Pearson Correlation Sig. (2-tailed) HITECHN Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Sumber : Hasil Analisis, 2011 Di samping menggunakan uji korelasi untuk melihat ada tidaknya masalah multikolinieritas, salah satu cara lain untuk mengukur multikolinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) yang merupakan suatu cara mendeteksi multikolinieritas dengan melihat sejauh mana sebuah varibel penjelas dapat diterangkan oleh semua varibel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. Terdapat satu VIF untuk masing-masing variabel penjelas di dalam sebuah persamaan regresi. VIF adalah suatu estimasi besar multikolinieritas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelas. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinieritas telah menaikkan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Menganalisis derajat multikolinieritas dengan cara mengevaluasi nilai VIF(bi). Semakin tinggi VIF suatu variabel tertentu, semakin tinggi varian koefisisen estimasi pada variabel tersebut (dengan asumsi varian error term adalah konstan). Dengan demikian, semakin tinggi VIF, semakin berat dampak dari multikolinieritas. Pada umumnya, multikolinieritas dikatakan berat

6 262 apabila angka VIF dari suatu variabel melebihi 10. Sementara itu, berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan, nilai VIF dari variabel-variabel SHINVEST, SHEXPORT, dan SHIMPNMIGAS berturut-turut 1.28; 1.06; dan 1.31 dimana nilainya masih jauh di bawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa masalah multikolinieritas pada model regresi faktor-faktor penyebab dari sisi permintaan relatif kecil atau dapat diabaikan. Di sisi lain, berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran, nilai VIF dari variabel-variabel LISTRIK, BBM, UPAH, dan HITECHN berturut-turut 2.27; 2.47; 9.35; dan 5.20 dimana nilainya masih jauh di bawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa masalah multikolinieritas pada model regresi faktor-faktor penyebab dari sisi penawaran relatif kecil atau dapat diabaikan Uji Autokorelasi Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Dengan kata lain masalah ini seringkali ditemukan apabila menggunakan data runtut waktu. Hal ini disebabkan karena gangguan pada individu / kelompok yang sama pada periode berikutnya; pada data cross secsional, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu/ kelompok yang berbeda. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji Durbin-Watson (DW-Test) dengan ketentuan : 1. Bila nilai DW lebih besar daripada batas atas (upper bound, U), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak ada autokorelasi positif;

7 Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah (lower bound, L), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, artinya ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW terletak diantara batas atas dan batas bawah, maka tidak dapat disimpulkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi untuk melihat faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan menghasilkan nilai DW sebesar 1.09, sehingga tidak dapat disimpulkan apakah ada masalah autokorelasi atau tidak. Sementara itu, model regresi untuk melihat faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran menghasilkan nilai DW sebesar 2.40, artinya tidak ada korelasi positif. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi yang serius pada model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat pertumbahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkumnya dalam spesifikasi model. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang daripada data runtut waktu, namun juga sering juga muncul dalam analisis yang menggunakan data ratarata. Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas salah satunya dapat menggunakan metode Park. Metode Park mengandung prosedur dua tahap. Tahap pertama, melakukan estimasi suatu model persamaan regresi tanpa mempersoalkan apakah data mengandung heterokedastisitas atau tidak. Selanjutnya persamaan diestimasi dengan menggunakan metode OLS sehingga akan menghasilkan

8 264 nilai estimasi residual e. Karena umumnya nilai varian tidak diketahui, maka hal ini dapat ditaksir dengan menggunakan e 2 sebagai proxy. Langkah ini merupakan prosedur kedua dari Metode Park. Selanjutnya dilakukan transpormasi logaritma natural terhadap variabel-variabel penjelas dan nilai residual yang dikuadratkan. Koefisien-koefisien parameter yang baru jika ternyata signifikan secara statistik, maka hal ini akan mengindikasikan adanya kehadiran heterokedastisitas pada data yang digunakan. Sebaliknya jika tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa disturbance error bersifat homoscedasticity. Persamaan-persamaan ekonometrika untuk menguji adanya heterokedastisitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Park untuk model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan menunjukkan bahwa koefisien-koefisien parameter tidak signifikan secara statatis seperti dapat dilihat pada Tabel 59. Hal ini menunjukkan bahwa disturbance error pada model regresi faktorfaktor penyebab deindustrialisasi dari sisi permintaan bersifat homoscedasticity sehingga masih memenuhi asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS. Tabel 59. Hasil Uji Heterokedastisitas Mengggunakan Metode Park untuk Model Regresi Linier Faktor Penyebab Deindustrialiasi dari Sisi Permintaan Penduga Variabel Parameter INTERCEPT LN_SHCREDIT LN_SHEXPORT LN_SHIMPNMIGAS Sumber : Hasil Analisis, 2011 Standar error t-hitung Peluang Sementara itu, berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode Park untuk model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran menunjukkan bahwa koefisien-koefisien parameter tidak signifikan secara statistik

9 265 seperti dapat dilihat pada Tabel 60. Hal ini juga menunjukkan bahwa disturbance error pada model regresi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi penawaran bersifat homoscedasticity sehingga masih memenuhi asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS. Tabel 60. Hasil Uji Heterokedastisitas Mengggunakan Metode Park untuk Model Regresi Linier Faktor Penyebab Deindustrialiasi dari Sisi Penawaran Penduga Variabel Parameter INTERCEPT LN_LISTRIK LN_BBM LN_UPAH LN_HITECHN Sumber : Hasil Analisis, 2011 Standar error t-hitung Peluang Berdasarkan hasil pengujian terhadap asumsi-asumsi yang telah dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi linier faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun penawaran masih memenuhi asumsi-asumsi yang dipersyaratkan dalam metode OLS yaitu bahwa model-model regresi linier tersebut tidak terdapat masalah serius mengenai multikolinieritas, disturbance error tidak terjadi autokorelasi, dan disturbance error bersifat homoscedasticity. Dengan demikian metode OLS dapat digunakan untuk mengestimasi parameter faktor-faktor penyebab deindustrialisasi baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri Indikator deindustrialisasi dalam penelitian ini dilihat dari perubahan pangsa output sektor industri. Sektor industri sendiri terdiri atas dua subsektor yaitu

10 266 industri minyak dan gas bumi (migas) dan industri non-migas. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa peranan industri migas dalam perekonomian nasional mengalami fluktuasi dari tahun 1993 sampai dengan 2001, dan terus mengalami penurunan mulai dari tahun 2001 sampai mencapai titik terendah pada tahun 2009 yaitu mencapai 2.14 persen seperti dapat dilihat pada Tabel 61 di bawah ini. Tabel 61. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dari Tahun 1994 sampai dengan Tahun 2010 (Persen) Tahun Industri Migas Industri Non-Migas Sektor Industri Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Pada Gambar 34 di bawah ini, terlihat bahwa pangsa nilai tambah subsektor industri migas pada periode tahun mencapai puncaknya pada tahun 2001 yang mencapai angka 3.53 persen. Pangsa nilai tambah subsektor industri

11 migas secara konsisten terus mengalami penurunan mulai tahun 2001 dan mencapai titik terendah pada tahun Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 (Diolah) Gambar 34. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Subsektor Industri Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tahun Sementara itu, pangsa nilai tambah subsektor industri terus mengalami peningkatan dari persen pada tahun 1993 dan mencapai puncaknya pada tahun 2004 yang mencapai angka persen seperti dapat dilihat pada Gambar 35 berikut ini. Pangsa nilai tambah sektor industri non-migas pernah mengalami stagnasi pada periode krisis ekonomi yaitu tahun karena sektor industri non-migas terkena dampak langsung dari krisis ekonomi tersebut. Sementara itu, secara keseluruhan pangsa nilai tambah sektor industri yang merupakan penjumlahan dari subsektor industri migas dan subsektor industri nonmigas mengikuti pola pangsa nilai tambah subsektor industri non-migas. Pangsa nilai tambah sektor industri non-migas secara konsisten terus mengalami

12 268 peningkatan dari tahun 1993 sampai mencapai puncaknya pada tahun 2004 yang mencapai angka persen. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 (Diolah) Gambar 35. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Subsektor Industri Non- Migas Tahun Selanjutnya dari periode tahun 2004, pangsa nilai tambah sektor industri terus mengalami penurunan dan mencapai angka persen pada tahun 2009 seperti dapat dilihat pada Gambar 36. Penurunan pangsa nilai tambah sektor industri tersebut mengarah pada kondisi yang disebut dengan deindustrialisasi. Pada pola yang normal yang ditemui pada negara-negara yang telah melewati fase industrialisasi, penurunan pangsa nilai tambah sektor industri umumnya terjadi pada angka sekitar 35 persen. Artinya, setelah pangsa nilai tambah sektor industri mencapai 35 persen, pangsa nilai tambahnya terus mengalami penurunan karena peranannya mulai digantikan oleh sektor jasa.

13 269 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 (Diolah) Gambar 36. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri Tahun Dalam penelitian ini, digunakan dua model regresi linier yang diestimasi dengan OLS untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa output sektor industri sebagai variabel terikat (dependent variable) baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran Faktor-Faktor Penyebab Deindustrialisasi dari Sisi Permintaan Untuk hasil estimasi persaman perilaku deindustrialisasi dari sisi permintaan, secara umum tanda koefisien sesuai dengan yang diharapkan walaupun terdapat hasil estimasi pangsa investasi sektor industri yang tidak signifikan sampai dengan = Hal ini juga didukung oleh koefisien determinasi yang umumnya di atas 85 persen. Hasil analisis pada Tabel 62, menunjukkan bahwa pangsa investasi dan pangsa ekspor produk industri berpengaruh secara positif terhadap pangsa nilai

14 270 tambah sektor industri. Sementara itu, pangsa impor produk non-migas berpengaruh secara negatif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Tabel 62. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Perilaku Deindustrialisasi dari Sisi Permintaan Penduga Parameter Variabel INTERCEPT SHINVEST SHEXPORT SHIMPNMIGAS R 2 = Sumber : Hasil Analisis, Standar error t-hitung Peluang < Untuk faktor investasi dalam penelitian ini diproksi dengan menggunakan data nilai pangsa kredit perbankan yang disalurkan pada sektor industri. Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor pangsa investasi, secara umum tanda koefisien parameter sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda positif dan signifikan sampai dengan = 0.2 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 62. Dalam jangka panjang pangsa investasi pada sektor industri, berpengaruh positif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Peningkatan pangsa investasi pada sektor industri akan mendorong peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri, demikian pula sebaliknya. Pangsa investasi untuk sektor industri mengalami fluktuasi sepanjang periode tahun 1991 sampai dengan 2006 seperti dapat dilihat pada Gambar 37. Pangsa investasi untuk sektor industri mencapai puncaknya pada tahun 2000 yang mencapai angka persen. Penurunan pangsa investasi untuk sektor industri terjadi pada periode tahun 1993 sampai dengan 1996 dan tahun 2000 sampai dengan tahun 2006.

15 271 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 37. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Pangsa Kredit untuk Sektor Industri Tahun Peningkatan pangsa investasi untuk sektor industri pada tahun searah dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Sementara itu, penurunan pangsa investasi untuk sektor industri pada tahun searah dengan penurunan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Dengan demikian, pangsa investasi sektor industri memegang peranan yang sangat penting dalam kontribusinya pada perubahan pangsa nilai tambah sektor industri.

16 272 Tabel 63. Perkembangan Pangsa Kredit yang Disalurkan Perbankan pada Berbagai Sektor Ekoomi Tahun (Persen) Sektor Pertanian Perindustrian Pertambangan Perdagangan Jasa-jasa lainnya Jumlah Sektor Pertanian Perindustrian Pertambangan Perdagangan Jasa-jasa lainnya Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 (Diolah) Sementara itu, jika dilihat dari jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor industri mengalami fluktuasi sepanjang periode tahun 1991 sampai dengan 2006 seperti dapat dilihat pada Gambar 38. Fluktuasi terjadi pada masa krisis ekonomi tahun dimana kredit yang disalurkan untuk sektor industri menurun dari Rp triliun menjadi Rp triliun sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 64. Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor industri pada tahun dan searah dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama.

17 273 Tabel 64. Perkembangan Jumlah Kredit yang Disalurkan Perbankan pada Berbagai Sektor Ekoomi Tahun (Rp Miliar) Sektor Pertanian Perindustrian Pertambangan Perdagangan Jasa-jasa lainnya Jumlah Sektor Pertanian Perindustrian Pertambangan Perdagangan Jasa-jasa lainnya Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 (Diolah) Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 38. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Jumlah Kredit untuk Sektor Industri Tahun

18 274 Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor pangsa ekspor produk industri, secara umum tanda koefisien parameter sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda positif sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 62. Dalam jangka panjang pangsa ekspor produk industri, berpengaruh positif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Nilai ini berarti bahwa semakin tinggi pangsa ekspor produk industri akan meningkatkan pangsa nilai tambah sektor industri, demikian pula sebaliknya. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 39. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Pangsa Ekspor Produk Industri Tahun Pangsa ekspor produk industri Indonesia pada periode 1991 sampai dengan 2006 mengalami fluktuasi yang cukup tajam sebagai imbas dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pada periode tersebut, pangsa ekspor produk industri

19 275 mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yang mencapai persen dan mencapai angka terendah pada tahun 1991 sebesar persen seperti dapat dilihat pada Gambar 40. Peningkatan pangsa ekspor produk industri pada tahun searah dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 40. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Nilai Ekspor Non-Migas Tahun Pada Gambar 40, terlihat bahwa untuk nilai ekspor produk industri terus mengalami peningkatan dari tahun 1993 sampai dengan 2006 dimana pada tahun 2006 ekspor produk industri mampu menyumbangkan devisa sebesar US $ 79.6 miliar. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa peningkatan nilai ekspor produk industri pada tahun juga searah dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Dengan demikian, ekspor produk industri

20 276 memegang peranan yang sangat penting dalam kontribusinya pada perubahan pangsa nilai tambah sektor industri. Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor pangsa impor produk non-migas, secara umum tanda koefisien semua lag sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda negatif. Dalam jangka panjang pangsa impor produk non-migas, berpengaruh negatif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Nilai ini berarti bahwa semakin menurun pangsa impor produk non-migas akan meningkatkan pangsa nilai tambah sektor industri, demikian pula sebaliknya. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 41. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Pangsa Impor Produk Non-migas Tahun Pangsa impor produk non-migas Indonesia pada periode 1991 sampai dengan 2006 terus mengalami penurunan. Pada periode tersebut, pangsa impor produk non-migas menurun dari persen tahun 1991 menjadi hanya persen

21 277 pada tahun 2006 seperti dapat dilihat pada Gambar 41. Penurunan pangsa impor produk non-migas pada tahun searah dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Pada Gambar 42, terlihat bahwa untuk nilai impor produk non-migas terus mengalami fluktuasi dari tahun 1991 sampai dengan 2006 dimana pada tahun 2006 impor produk non-migas menyedot devisa sebesar US $ 42.1 miliar. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa penurunan impor produk non-migas pada tahun dan diikuti dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Dengan demikian, impor produk non-migas memegang peranan yang penting dalam kontribusinya pada perubahan pangsa nilai tambah sektor industri. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 42. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Nilai Impor Produk Non-migas Tahun

22 Faktor-Faktor Penyebab Deindustrialisasi dari Sisi Penawaran Untuk hasil estimasi persamaan perilaku deindustrialisasi dari sisi penawaran, secara umum tanda koefisien sesuai dengan yang diharapkan walaupun terdapat hasil estimasi pengaruh harga riil energi listrik yang tidak signifikan sampai dengan = Hal ini juga didukung oleh koefisien determinasi yang umumnya di atas 90 persen. Hasil analisis pada Tabel 65, menunjukkan bahwa tingkat teknologi yang dimiliki sektor industri berpengaruh secara positif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Sementara itu, upah riil tenaga kerja sektor industri dan harga riil BBM berpengaruh secara negatif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Tabel 65. Hasil Estimasi Parameter Persamaan Perilaku Deindustrialisasi dari Sisi Penawaran Penduga Variabel Parameter INTERCEPT UPAH LISTRIK E-8 BBM TECH E-10 R 2 = Sumber : Hasil Analisis, 2011 Standar error t-hitung Peluang E < Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor upah tenaga kerja sektor industri, secara umum tanda koefisien parameter sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda negatif sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 65. Dalam jangka panjang upah riil tenaga kerja sektor industri, berpengaruh negatif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi upah riil tenaga kerja sektor industri akan menurunkan pangsa nilai tambah sektor industri, demikian pula sebaliknya.

23 279 Nilai upah riil tenaga kerja sektor industri pada periode 1991 sampai dengan 2007 terus mengalami penurunan seperti dapat dilihat pada Gambar 43. Penurunan upah riil tenaga kerja sektor industri pada tahun diikuti dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 43. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Nilai Upah Riil Sektor Industri Tahun Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor harga riil energi listrik, secara umum tanda koefisien parameter sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda negatif walaupun secara statistik tidak signifikan. Tidak signifikannya harga riil energi listrik karena pangsa biaya energi listrik dalam struktur biaya produksi sektor industri non-migas relatif kecil, sehingga penurunan atau peningkatan harga energi listrik tidak terlalu mempengaruhi perubahan pangsa sektor industri. Hal lain yang terjadi karena peningkatan harga energi listrik, tidak

24 280 hanya berpengaruh pada output sektor industri, tetapi juga sektor-sektor yang lain. Perubahan pada output sektor industri dan sektor lainnya sebagai akibat dari perubahan harga energi listrik relatif berlangsung seimbang sehingga tidak mengubah pangsa output masing-masing sektor. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 44. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Harga Listrik Tahun Harga riil energi listrik pada periode 1991 sampai dengan 2006 terus mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Pada periode tersebut, harga riil energi listrik menurun dari Rp 9 354/Satuan Barrel Minyak (SBM) pada tahun 1993 menjadi Rp 5 506/SBM pada tahun 1999 seperti dapat dilihat pada Gambar 44. Penurunan harga riil energi listrik pada tahun diiringi dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama.

25 281 Sebaliknya peningkatan harga riil energi listrik pada tahun , tidak diikuti dengan penurunan pangsa nilai tambah sektor industri, bahkan pangsa nilai tambah sektor industri justru meningkat. Hal yang sama juga terjadi pada saat harga riil energi listrik turun pada tahun yang tidak diikuti dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri. Hal ini terjadi karena pengaruh jangka panjang harga riil energi listrik terhadap pangsa nilai tambah sektor industri tidak terlalu signifikan, walaupun tandanya tetap negatif. Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor harga riil Bahan Bakar Minyak (BBM), secara umum tanda koefisien parameter sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda negatif sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 65. Dalam jangka panjang harga riil BBM, berpengaruh negatif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Nilai ini berarti bahwa semakin meningkat harga riil BBM maka akan menurunkan pangsa nilai tambah sektor industri, demikian pula sebaliknya. Harga riil BBM pada periode 1991 sampai dengan 2006 terus mengalami fluktuasi. Pada periode tersebut, harga riil BBM terendah adalah Rp 1 589/Satuan Barrel Minyak (SBM) pada tahun 1999 seperti dapat dilihat pada Gambar 45. Penurunan harga riil BBM pada tahun diiringi dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode yang sama. Sebaliknya peningkatan harga riil BBM pada tahun , tidak diikuti dengan penurunan pangsa nilai tambah sektor industri, bahkan pangsa nilai tambah sektor industri justru meningkat. Hal yang berbeda terjadi pada saat harga riil BBM naik pada tahun yang diikuti dengan penurunan pangsa nilai tambah sektor industri. Hal ini terjadi karena pengaruh jangka panjang harga riil BBM terhadap pangsa nilai tambah sektor industri tidak terlalu signifikan, walaupun tandanya tetap negatif.

26 282 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 45. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Harga Bahan Bakar Minyak Tahun Hasil estimasi parameter model regresi untuk faktor teknologi yang diproksi dari data nilai ekspor produk-produk berteknologi tinggi, secara umum tanda koefisien sebagian besar lag sesuai dengan yang diharapkan yaitu bertanda positif sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 65. Dalam jangka panjang faktor teknologi, berpengaruh positif terhadap pangsa nilai tambah sektor industri. Nilai ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat teknologi yang dimiliki sektor industri maka akan meningkatkan pula pangsa nilai tambah sektor industri, demikian pula sebaliknya. Nilai ekspor produk-produk berteknologi tinggi pada periode 1991 sampai dengan 2006 mengalami fluktuasi. Pada periode tersebut, nilai ekspor produk berteknologi tinggi yang terbesar adalah US $ 6.57 miliar pada tahun 2005 seperti dapat dilihat pada Gambar 46. Peningkatan nilai ekspor produk berteknologi tinggi pada tahun diiringi dengan peningkatan pangsa nilai tambah sektor

27 283 industri pada periode yang sama. Sebaliknya penurunan nilai ekspor produk berteknologi tinggi pada tahun , diikuti dengan penurunan pangsa nilai tambah sektor industri. Dengan demikian, tingkat teknologi yang diproksi dari nilai ekspor produk berteknologi tinggi memegang peranan yang penting dalam kontribusinya pada perubahan pangsa nilai tambah sektor industri. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 (Diolah) Gambar 46. Perkembangan Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri dan Nilai Ekspor Produk Teknologi Tinggi Tahun Upaya Keluar dari Deindustrialisasi Melalui Reindustrialisasi Pada periode tahun , dapat dibagi menjadi dua periode yaitu periode pertama tahun dan periode kedua tahun Hasil analisis trend pada kedua periode tersebut yang ditampilkan pada Tabel 66, terlihat bahwa pada periode pertama, pangsa nilai tambah sektor industri mengalami trend positif sebesar 2.27 persen per tahun. Sementara itu, analisis trend pada periode kedua menunjukkan bahwa pangsa nilai tambah sektor industri mengalami trend

28 284 negatif yaitu persen/tahun. Penurunan pangsa nilai tambah sektor industri pada periode kedua ini mengarah pada gejala deindustrialisasi. Untuk keluar dari kondisi deindustrialisasi tersebut, dibutuhkan upaya-upaya meningkatkan kembali peranan dan kontribusi sektor industri melalui reindustrialisasi. Tabel 66. Trend Beberapa Variabel yang Digunakan dalam Penelitian (Persen) No. Variabel Pangsa Nilai Tambah Sektor Industri Jumlah Kredit untuk Sektor Industri Nilai Ekspor Non-migas Nilai Impor Non-migas Pendapatan per Kapita Harga Energi Listrik Harga BBM Nilai Upah Riil Pangsa Kredit Sektor Industri Pangsa Ekspor Produk Industri Pangsa Impor Produk Non-migas Nilai Ekspor Produk Teknologi Tinggi Sumber : Hasil Analisis, 2011 Sementara itu, pada periode tahun , investasi yang direpresentasikan dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan sebesar rata-rata 8.2 persen. Sementara itu, ekspor pada periode yang sama mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7.9 persen per tahun. Di sisi lain, impor mengalami peningaktan sebesar rata-rata 8.4 persen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 67. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa nilai tambah sektor industri sebagai indikator terjadinya deindustrialisasi, menunjukkan bahwa dari sisi permintaan deindustrialisasi dipengaruhi secara negatif oleh pangsa investasi dan pangsa ekspor produk industri serta dipengaruhi secara positif oleh pangsa impor produk-produk non-migas.

29 285 Tabel 67. Nilai PDB dan Trendnya Menurut Penggunaan Tahun (Triliun Rp) Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB a. Perubahan Inventori b. Diskrepansi Statistik Ekspor Dikurangi : Impor PDB Penggunaan Trend (Persen) 1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB a. Perubahan Inventori b. Diskrepansi Statistik Ekspor Dikurangi : Impor PDB Sumber : Badan Pusat Statistik, Diolah Sementara itu, dari sisi penawaran deindustrialisasi dipengaruhi secara negatif oleh tingkat teknologi yang dimiliki oleh sektor industri dan dipengarui secara positif oleh upah riil tenaga kerja sektor industri dan harga riil bahan bakar minyak. Pada Tabel 67 ditampilkan nilai trend berbagai variabel yang mempengaruhi terjadinya deindustrialisasi di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi deindustrialisasi dan analisis trend pada Tabel 67, maka reindustrialisasi dapat dilakukan melalui serangkaian upaya berikut ini. 1. Walaupun jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor industri terus mengalami peningkatan dengan trend positif persen per tahun, namun jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang disalurkan untuk sektorsektor lain sehingga menyebabkan pangsa kredit yang disalurkan ke sektor

30 286 industri terus mengalami penurunan dengan trend negatif persen per tahun. Untuk mendorong pangsa nilai tambah sektor industri, maka harus dilakukan upaya-upaya untuk terus meningkatkan investasi baik dalam bentuk penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. 2. Walaupun nilai ekspor produk industri terus mengalami peningkatan dengan trend positif persen, namun nilainya masih dapat terus didorong agar trend pangsa ekspor produk industri dapat ditingkatkan lebih dari trend yang saat ini terjadi sekitar 0.14 persen per tahun. Untuk meningkatkan pangsa nilai tambah sektor industri, maka harus dilakukan upaya-upaya untuk mendorong ekspor produk-produk industri. 3. Trend nilai impor produk-produk non-migas masih relatif tinggi yaitu persen per tahun. Untuk mendorong pangsa nilai tambah sektor industri, maka trend nilai impor ini harus dapat dikurangi dengan mendorong upaya-upaya untuk penggunaan dan perlindungan produk-produk industri dalam negeri dengan pengenaan hambatan-hambatan non tarif yang tidak bertentangan dengan aturan organisasi perdagangan dunia (WTO). 4. Trend penurunan harga riil energi listrik pada periode terjadinya deindustrialissi yang relatif rendah. Untuk mendorong pangsa nilai tambah sektor industri, maka perlu ada kebijakan mengenai harga energi listrik yang kondusif bagi pengembangan sektor industri baik dari sisi harga maupun kecukupannya. 5. Trend kenaikan harga riil bahan bakar minyak pada periode terjadinya deindustrialisasi yang relatif tinggi yaitu persen per tahun. Untuk mendorong pangsa nilai tambah sektor industri, maka perlu ada kebijakan

31 287 mengenai harga bahan bakar minyak yang kondusif bagi pengembangan sektor industri baik dari sisi harga maupun kecukupannya. 6. Trend kenaikan ekspor produk-produk yang berteknologi tinggi yang mencerminkan tingkat teknologi dan produktivitas yang dimiliki sektor industri masih relatif rendah yaitu hanya 3.03 persen per tahun. Untuk meningkatkan pangsa nilai tambah sektor industri, maka harus dilakukan upaya-upaya untuk peningkatan teknologi yang dimiliki sektor industri dan peningkatan produktivitas sektor industri. Berdasarkan analisis besaran-besara variabel di atas, maka simulasi kebijakan reindustrialisasi dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan kembali sektor industri sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional sehingga sektor industri tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional dan pangsa sektor industri meningkat kembali di masa-masa mendatang. Strategi reindustrialisasi disintesis berdasarkan faktor-faktor yang signifikan menyebabkan deindustrialisasi yaitu : 1. Peningkatan investasi di sektor industri non-migas sebesar 10 persen per tahun. 2. Peningkatan ekspor produk-produk industri non-migas sebesar 10 persen. 3. Penurunan impor produk-produk industri non-migas sebesar 5 persen. 4. Peningkatan produktivitas sektor industri non-migas sebesar 10 persen. 5. Subsidi harga bahan bakar minyak sebesar 1.57 persen. 6. Pengembangan kelompok industri prioritas seperti kelompok industri agro, kelompok industri basis manufaktur, dan kelompok industri alat angkut dengan mendorong peningkatan investasi sebesar 10 persen dan peningkatan ekspor sebesar 10 persen pada kelompok industri yang dianalisis.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan terhadap ekonomi Indonesia dalam waktu 1996-2013, oleh karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software SPSS versi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil uji itas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. A. Uji Statistik Deskriptif BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi tentang satuan pengukuran,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. 1. Faktor-faktor penyebab deindustrialisasi dari sisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persamaan Regresi Linear Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat dan akurat dibantu dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam ruang lingkup sektor pertanian. Waktu penelitian untuk mengumpulkan data

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, yang bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-korelasional (kausal) yang menjelaskan adakah hubungan dan seberapa besar pengaruh tiap-tiap variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari penelitian yang dilakukan. Objek dalam penelitian adalah impor migas Indonesia periode 1988-2007

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada Bank Syariah Mandiri dari periode Maret 2006 Juni 2014.Setelah seluruh data yang diperlukan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang digunakan dengan menggunakan program SPSS versi

bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang digunakan dengan menggunakan program SPSS versi 57 BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data IV. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan oleh peneliti di bagian awal, penelitian ini menghasilkan berbagai hal yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel 43 III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Runtun Waktu Data runtun waktu (time series) merupakan data yang dikumpulkan, dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di Indonesia periode tahun 1988 2007. Sehingga data yang digunakan merupakan data time series

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Model yang Digunakan dalam penelitian dan Hipotesis Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Model yang Digunakan dalam penelitian dan Hipotesis Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1. Model yang Digunakan dalam penelitian dan Hipotesis Penelitian Analisa untuk penelitian mengenai variabel-variabel determinan permintaan akan minyak tanah akan dilakukan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap jumlah wisatawan dan implikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika 6 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah ekspor non migas Indonesia ke Amerika Serikat periode 1983-006 yang tercermin dari besarnya nilai ekspor non

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di BEI selama tahun Sedangkan sampelnya adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. terdaftar di BEI selama tahun Sedangkan sampelnya adalah dengan 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2012-2014. Sedangkan sampelnya adalah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai populasi dan proses pengumpulan data untuk kepentingan analisis data penelitian. Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat tahun 2007 sampai dengan 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat tahun 2007 sampai dengan 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Dan Data Penelitian Pengambilan data dilakukan di Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan melalui internet. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek penelitian Bagian ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel harga saham (Y)

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel harga saham (Y) 54 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4. 1. Statistik Deskriptif Hasil statistik deskriptif terhadap variabel penelitian disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4 Des criptive Statistics Mean Std. Deviation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah semua klasifikasi dan mempublikasikan Laporan Keuangan bulanan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan 2015. Alasan pemilihan perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. untuk mengetahui pengaruh modal perusahaan (X1), produktivitas tenaga kerja

BAB V ANALISIS DATA. untuk mengetahui pengaruh modal perusahaan (X1), produktivitas tenaga kerja 75 BAB V ANALISIS DATA Analisis data dalam penelitiaan ini menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh modal perusahaan (X1), produktivitas tenaga kerja (X2), upah tenaga kerja (X3),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas merupakan prinsip sebab akibat. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Setiap penelitian membahas mengenai objek dan subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek terdiri dari dua variabel bebas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB III METODE PENELITIAN.  Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2013. Penulis melakukan pengambilan data dari situs www.djpk.kemenkeu.go.id.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang mempunyai ciri memusatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam buku Sugiono, menurut tingkat explanasinya atau tingkat penjelas yaitu dimana penelitian yang menjelaskan kedudukan variabelvariabel yang diteliti serta

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 140

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 140 45 BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.. ANALISIS DESKRIPTIF Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), maka

Lebih terperinci

IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Untuk perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen item masing-masing

IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Untuk perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen item masing-masing 41 IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Validitas dan Reliabilitas. Untuk perhitungan validitas dan reliabilitas instrumen item masing-masing variabel pada penelitan yang dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai 51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 61 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Populasi dan Sampel Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Modal Intelektual, Kepemilikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Obyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Indonesia. 2. Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut : a. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pertanyaan beranjak dari benarkah semua indikator ekonomi

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang pertambangan. Perusahaan yang terdaftar

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang pertambangan. Perusahaan yang terdaftar BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang pertambangan. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Diskripsi Data Diskripsi hasil penelitian ini didasarkan pada skor dari kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan iklim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kontribusi Sektor Pertanian bagi PDRB di Kabupaten Simeulue Kabupaten Simeulue mempunyai sembilan sektor yang memiliki peranan besar dalam kontribusi terhadap PDRB. Indikator

Lebih terperinci