BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan,
|
|
- Suhendra Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini whistleblowing telah menarik perhatian dunia. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan, korupsi dan tindakan tidak etis lainnya yang pada akhirnya terungkap. Beberapa kasus besar yang terungkap adalah kasus perusahaan Enron, Worldcom, Anderson, dan Tyco (Magnus dan Viswesvaran, 2005). Pada kasus Enron, saat itu Enron melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan perusahaan agar kinerja perusahaan terlihat baik. Enron memanipulasi pendapatan dengan melakukan mark up pendapatan sebesar $600 juta. Pada waktu itu, beberapa auditor internal yang bekerja di perusahaan Enron gagal untuk melaporkan ketidaketisan yang terjadi di dalam perusahaan karena mereka takut hal tersebut dapat membahayakan karir dan mengancam keselamatan mereka, meskipun tindakan tersebut sangat membahayakan perusahaan, investor, dan nilai perusahaan. Tidak hanya Enron, perusahaan Worldcom juga mengalami hal yang sama. Kecurangan yang terjadi pada perusahaan ini akhirnya terungkap oleh seseorang yang berasal dari dalam perusahaan tersebut. Kasus ini bermula ketika harga saham Worldcom dari $150 milyar pada tahun 2000 jatuh menjadi $150 juta pada tahun Dalam laporannya Worldcom mengakui bahwa perusahaan mengklasifikasikan beban jaringan sebagai pengeluaran modal mereka. Pada bulan Mei 2002 auditor Cynthia Cooper melaporkan masalah tersebut kepada kepala komite audit Max Bobbit. Kemudian Max Bobbit meminta KPMG selaku 1
2 eksternal audit untuk melakukan investigasi (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, 2011). Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia kasus mengenai kecurangan yang pada akhirnya terbongkar juga terjadi pada institusi pemerintah. Diawali oleh pernyataan Susno Duadji di media massa mengenai adanya praktik mafia hukum yang menyeret Gayus Tambunan kepada publik. Gayus Tambunan adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang terlibat dalam kasus pencucian uang dan korupsi puluhan miliar rupiah. Posisi Susno Duadji dalam struktur Kepolisian RI sebenarnya sangat kuat untuk mengungkap perkara Gayus. Hanya saja saking kuatnya tembok solidaritas diantara atasan dan koleganya di Mabes Polri, laporan Susno menjadi tak terselesaikan secara tuntas. Hingga pada akhirnya Susno melaporkan praktik kecurangan tersebut kepada pihak luar seperti media massa dan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Sudah cukup banyak nama yang tercatat sebagai whistleblower atau orang yang melaporkan kecurangan atau pelanggaran. Beberapa diantaranya adalah Cynthia Cooper untuk kasus perusahaan Worldcom, Sheron Watkins untuk kasus perusahaan Enron, Jeffrey Wigand untuk kasus perusahaan rokok, Vincentius Amin Sutanto untuk kasus manipulasi pajak trilyunan rupiah perusahaan perkebunan raksasa milik konglomerat Sukanto Tanoto, Yohanes Waworuntu untuk kasus operator layanan sistem administrasi badan hukum (sisminbakum) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Susno Duadji untuk kasus praktek mafia di jajaran yudikatif di Indonesia, Agus Condro untuk kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, dan Yulianis yang dijadikan sebagai saksi terkait kasus suap wisma atlet. 2
3 Dewasa ini, termasuk di Indonesia, banyak muncul kasus yang berkaitan dengan perilaku etis seorang pekerja dalam lingkungan kerjanya. Sebut saja kasus mengenai whistleblowing. Penelitian mengenai whistleblowing telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu (Miceli dan Near, 1984; Arnold dan Ponemon, 1991; Chiu, 2003; Liyanarachi dan Newdick, 2009; Park dan Blenkinsopp, 2009; Zhang et al., 2009; Ahmad et al., 2011) dan banyak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan whistleblowing. Penelitian terdahulu telah menekankan tentang pentingnya sebuah model yang komprehensif yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku whistleblower (Schultz et al., 1993; Kaplan, 2001; Miceli dan Near, 2002; Park dan Blenkinsopp, 2009). Terdapat dua model penelitian yang telah digunakan sebagai model acuan terkait penelitian whistleblowing: 1) model penelitian Schultz et al., (1993), dan 2) model penelitian Theory of Planned Behavior (teori perilaku terencana) milik Ajzen (1991). Model penelitian yang dikemukakan oleh Schultz et al., (1993) telah digunakan untuk menjelaskan niat whistleblowing pada beberapa konteks penelitian di bidang Akuntansi (Schultz et al., 1993; Chiu, 2002; Kaplan et al., 2009). Diluar konteks Akuntansi, teori perilaku terencana milik Ajzen (1991) juga telah digunakan untuk memprediksi niat whistleblowing pada petugas polisi (Park dan Blenkinsopp, 2009); tenaga kesehatan profesional (Randall dan Gibson, 1991); dan personil militer (Ellis dan Arieli, 1999). Menurut Near dan Miceli (1985), whistleblowing adalah pengungkapan yang dilakukan oleh anggota organisasi (mantan karyawan atau karyawan) secara ilegal, praktek-praktek tidak bermoral atau tidak sah dibawah kendali pemberi 3
4 kerja mereka, kepada orang atau pihak lain yang mampu mempengaruhi tindakan mereka. Namun pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Dworkin dan Near (1997), bahwa whistleblowing merupakan suatu tindakan warga negara yang baik, yang harus didorong bahkan diberi penghargaan. Orang yang melakukan whistleblowing dikenal dengan istilah whistleblower, yang mana bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti peniup peluit atau pengungkap fakta. Whistleblowing adalah usaha untuk mencapai sebuah tujuan ekonomi dan sosial, sehingga pelakunya mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar tujuan tersebut tercapai. Namun kenyataan yang sering terjadi adalah mereka akan mendapat banyak ancaman. Elliston (1982) menyatakan bahwa sebagai karyawan mereka memiliki sedikit hak dan akan lebih banyak ditolak oleh karyawan lain. Dalam mengungkap suatu pelanggaran atau kejahatan di perusahaan atau suatu lembaga pemerintahan, seorang whistleblower memang dapat dilatari berbagai motivasi, seperti pembalasan dendam, ingin menjatuhkan institusi tempatnya bekerja, mencari selamat atau niat untuk menciptakan lingkungan organisasi tempatnya bekerja yang lebih baik. Namun, motivasi utama whistleblower hanya ingin melakukan sesuatu yang benar pada organisasi tempat mereka bekerja (Miceli et al., 1991). Sebenarnya para whistleblower telah mengetahui resiko yang mungkin diterimanya. Seperti halnya yang dilakukan oleh Susno Duadji, tindakannya sebagai whistleblower berani mengambil resiko atas kasus yang diungkapkan walaupun hal tersebut memberikan konsekuensi kepada karir, kehidupan pribadi maupun masyarakat kepada mereka. Selain itu, Agus Condro juga mengalami 4
5 konsekuensi akibat laporannya sendiri. Meski dia yang mengungkapkan adanya skandal, namun dia diganjar hukuman yang sama dengan koleganya dan tak menerima keringanan hukuman. Whistleblowing bukan merupakan isu yang baru dalam penelitian di bidang etika. Penelitian mengenai hal ini telah banyak dilakukan dan kebanyakan mencoba menguraikan faktor-faktor apa yang mempengaruhi individu untuk melakukan whistleblowing (Chiu, 2003). Terdapat banyak anteseden yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan whistleblowing dan beberapa penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki hal tersebut. Beberapa peneliti menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi niat seorang pegawai dalam melakukan whistleblowing adalah sikap, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku (Ellis dan Arieli, 1999; Park dan Blenkinsopp, 2009), penalaran moral (Liyanarachi dan Newdick, 2009), dan pertimbangan etis (Chiu, 2002; Zhang et al., 2009; Ahmad et al., 2011). Model dalam penelitian ini merupakan gabungan dari 2 (dua) model penelitian terdahulu, yaitu model penelitian Park dan Blenkinsopp (2009) dan model penelitian Chiu (2003). Park dan Blenkinsopp (2009) menemukan bahwa seseorang memiliki niat melakukan whistleblowing karena dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku. Sedangkan Chiu (2003) menemukan bahwa ethical judgment (pertimbangan etis) mempengaruhi niat untuk melakukan whistleblowing dengan dimoderasi oleh locus of control. Hasil analisis regresi menyatakan bahwa locus of control setiap responden memoderasi hubungan antara pertimbangan etis dengan kecenderungan melakukan whistleblowing. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan locus 5
6 of control internal lebih mungkin untuk bertanggungjawab dalam membuat keputusan etis daripada mereka dengan locus of control eksternal (Tsui dan Gul, 1996; Chiu, 2003). Sebelumnya telah banyak penelitian yang menekankan tentang pentingnya perilaku whistleblowing (Near dan Miceli, 1985; Randal dan Gibson, 1991; Schultz et al., 1993). Miceli dan Near (2002) menyatakan bahwa kebanyakan whistleblower pertama kali mengungkapkan penemuannya kepada internal perusahaan sebelum melaporkannya kepada publik. Whistleblowing memiliki jalur pelaporan internal dan eksternal yang tersedia untuk melaporkan pelanggaran organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua whistleblower awalnya mencoba untuk melaporkan pelanggaran melalui jalur internal sebelum menggunakan (atau sebagai pengganti) jalur eksternal. Whistleblowing eksternal mengacu pada suatu tindakan yang mana seorang karyawan mengungkapkan kesalahan yang dilakukan dalam organisasi kepada seseorang diluar organisasi itu, baik secara anonim atau dengan mengidentifikasi. Sedangkan whistleblowing internal mengacu pada tindakan pelaporan kesalahan kepada seseorang ditingkat atas dalam organisasi (Miceli dan Near, 1984). Negara Indonesia belum memiliki peraturan terkait whistleblowing. Indonesia baru memiliki UU No. 13 tahun 2006 yang mengatur tentang perlindungan terhadap saksi dan korban. Secara substansial UU tersebut hanya mengatur tentang kejahatan publik yang meliputi proses perlindungan saksi dan korban dari tahap penyelidikan sampai pada keluarnya keputusan pengadilan, sedangkan whistleblowing konteksnya adalah mengungkap fakta pada suatu organisasi. Namun, di Indonesia sudah ada Pedoman Sistem Pelaporan dan 6
7 Pelanggaran (SPP) atau Whistleblowing System (WBS) yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada 10 November Di Indonesia, kesadaran terhadap pentingnya sistem pelaporan dan perlindungan terhadap whistleblower mulai meningkat. Beberapa lembaga seperti Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) terus mempromosikan praktikpraktik tata kelola yang baik (good governance), termasuk di sektor swasta. Perusahaan-perusahaan besar dan memiliki manajemen yang baik juga sudah mulai menerapkan sistem pelaporan untuk menerima laporan dari karyawan atau whistleblower (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, 2011). Lembaga yang dapat menerima pelaporan whistleblower belum berkembang di sektor swasta, karena masih dominan ditangani oleh perusahaan secara internal. Misalnya, melalui lembaga Ombudsman atau tim audit yang dibentuk oleh perusahaan atau dewan komisaris perusahaan (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, 2011). Sementara di lingkup sektor pemerintahan, baru lembaga-lembaga pengawas atau lembaga negara ad hoc yang menerima laporan dugaan praktik menyimpang dari aparat pemerintah. Misalnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Komisi Kejaksaan, Komisi Yudisial (KY), Komisi Hak Nasional Asasi Manusia (Komnas HAM), dan Ombudsman. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap para auditor, Arnold dan Ponemon (1991) menyatakan bahwa auditor harus memiliki level pertimbangan etis yang tinggi, karena hal tersebut dapat meningkatkan sensitivitas seorang individu untuk lebih mengkritisi kejadian, masalah dan konflik. Auditor dengan 7
8 kapasitas pemikiran etis yang lebih tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis. Louwers et al., (1997) menyatakan bahwa pengembangan dan penalaran moral memainkan peran penting dalam semua area profesi. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, penalaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Trevino (1986) bahwa tahapan pengembangan penalaran moral individual menentukan bagaimana seorang individu berpikir tentang dilema etis, proses memutuskan apa yang benar dan apa yang salah, kesadaran akan benar dan salah saja tidak cukup untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan etis. Near dan Miceli (1985) menyatakan bahwa tidak ada teori umum atau komprehensif tentang mengapa beberapa karyawan berniat untuk melaporkan perilaku ilegal atau tidak etis sebuah organisasi, sementara yang lain tidak. Menurut teori perilaku terencana (TPT), determinan langsung dari tingkah laku individu adalah intensinya untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Intensi seseorang dapat diprediksi melalui 3 hal utama, yaitu sikapnya terhadap hal tersebut, norma subyektif yang ia miliki, dan persepsi kontrol perilaku (Ajzen, 1991). Penelitian Dalton (2010) menyebutkan bahwa TPT mencakup beberapa variabel yang tidak termasuk dalam Schultz et al., (1993). Dalam penelitiannya, Schultz tidak memperhitungkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melaporkan kesalahan (misalnya perilaku yang dirasakan), atau potensi manfaat (misalnya menghentikan aktivitas ilegal atau memperbaiki iklim etis 8
9 sebuah perusahaan tertentu) yang mungkin timbul dari keputusan individu untuk melaporkan kesalahan. Menurut Ajzen (1991), perilaku seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sangat dipengaruhi oleh niat. Sehingga niat tersebut dapat digunakan sebagai prediktor kemauan seseorang dalam berperilaku (Ahmad et al., 2011). Niat berperilaku merupakan indikasi kesiapan seseorang untuk melakukan perilaku, sehingga niat berperilaku merupakan anteseden langsung dari perilaku itu sendiri. Menurut Bandura (1982), niat merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu di masa depan dan mempunyai kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku, sehingga merupakan variabel antara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu sikap atau variabel lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa niat (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan suatu pekerjaan dan diasumsikan sebagai faktor pemotivasi yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi perilaku. Mudrack (1993) mengemukakan bahwa sebenarnya masih ada faktor lain yang kemungkinan dapat memperkuat pengaruh sikap atau perilaku seseorang dalam melakukan niat whistleblowing. Salah satunya adalah karakteristik individu yang disebut locus of control. Pendapat tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Near dan Miceli (1985), bahwa karakter personal individu seperti locus of control akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan keputusan etis. Selain itu, Chiu (2003) juga mengemukakan bahwa dengan menjadikan locus of control sebagai variabel moderasi memberikan hasil yang 9
10 berbeda, yaitu responden yang memiliki locus of control internal akan lebih mudah untuk melakukan whistleblowing. Louwers et al., (1997) yang meneliti tentang perilaku auditor menyatakan bahwa berdasarkan pada teori locus of control, perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of control-nya. Individu yang memiliki locus of control internal akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik audit dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Individu dengan locus of control internal adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sedangkan individu dengan locus of control eksternal percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Karenanya auditor dengan locus of control eksternal akan lebih besar kemungkinannya untuk memenuhi permintaan klien. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muawanah dan Indriantoro (2001) terhadap para auditor membuktikan bahwa locus of control internal menimbulkan pertimbangan etis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembawaan locus of control eksternal. Penelitian tersebut juga telah membuktikan bahwa interaksi antara locus of control dengan pertimbangan etis mempengaruhi perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Dalam level pertimbangan etis yang rendah terdapat kecenderungan auditor kurang independen. Sebaliknya, pada level pertimbangan etis yang tinggi, ada kecenderungan auditor untuk menolak permintaan klien, 10
11 dengan kata lain auditor menjadi lebih independen. Dan kecenderungan ini berbeda untuk karakteristik locus of control yang internal dan eksternal. Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka penelitian ini ingin menguji pengaruh pertimbangan etis dan teori perilaku terencana (sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku) terhadap niat pegawai untuk melakukan whistleblowing internal dengan locus of control sebagai variabel pemoderasi, pada salah satu lembaga Intelijen keuangan yang ada di Indonesia. Financial Intelligence Unit (FIU) atau lembaga Intelijen keuangan pada umumnya dibentuk untuk melawan praktek pencucian uang (money laundering). Di Indonesia, lembaga semacam ini disebut dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) atau dengan istilah asing disebut dengan The Indonesian Financial Transaction Report and Analysis Centre (INTRAC). Intelijen merupakan hasil kegiatan proses kerja sistematik yang terdiri atas pengumpulan informasi, evaluasi, integrasi, dari semua tahapan kerja sebelumnya, dan interpretasi dari seluruh informasi yang didapatkan serta perkiraan yang kemudian dibuat berdasarkan interpretasi yang diperoleh (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1989). PPATK termasuk salah satu lembaga yang sudah membangun sistem pelaporan pelanggaran dan perlindungan yang lebih jelas. Peraturan mengenai sistem pelaporan pelanggaran (whistleblowing system) di PPATK telah diatur dalam Peraturan Kepala PPATK Nomor PER-05/1.01/PPATK/04/09, tentang Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran. Peraturan tersebut dibuat untuk mendorong partisipasi aktif pimpinan, pegawai dan pemangku kepentingan dalam upaya mencegah dan/atau mengungkap praktik atau tindakan yang bertentangan 11
12 dengan good governance. Motivasi melakukan penelitian ini karena belum banyak penelitian di Indonesia yang menguji niat pegawai untuk melakukan whistleblowing dengan menggunakan pegawai lembaga Intelijen keuangan sebagai responden. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penelitian terbatas pada whistleblowing yang menggunakan auditor internal sebagai responden (Arnold dan Ponemon, 1991; Miceli et al., 1991; Xu dan Ziegenfuss, 2008). Miceli et al., (1991) yang meneliti tentang perilaku auditor menemukan bahwa auditor internal lebih mungkin untuk melakukan whistleblowing jika itu dinilai menjadi bagian dari tanggung jawab mereka. Park et al., (2008) melakukan penelitian terhadap mahasiswa Korea Selatan, Turki dan Inggris mengenai sikap mereka terhadap whistleblowing. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap antara mahasiswa di negara yang berbeda terhadap whistleblowing. Dengan adanya perbedaan tersebut peneliti ingin menguji apakah ada perbedaan yang signifikan jika sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai di lembaga Intelijen keuangan. Penelitian ini akan memperkaya literatur dan secara teoritis dapat memberikan bukti tambahan tentang keberadaan dan deskripsi dari dimensi iklim etika yang berbeda berkenaan dengan whistleblowing yang dilakukan pegawai lembaga Intelijen keuangan di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap niat whistleblowing, masih terdapat inkonsistensi terkait hasil penelitian tersebut. Park et al., (2008) yang melakukan penelitian terhadap sikap mahasiswa Korea Selatan, 12
13 Turki dan Inggris menemukan bahwa terdapat perbedaan sikap antara mahasiswa di negara yang berbeda tersebut terhadap whistleblowing. Namun pada penelitiannya yang lain, dengan memasukkan variabel teori perilaku terencana Park dan Blenkinsopp (2009) menemukan bahwa sikap, norma subyektif dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap niat whistleblowing. Forte (2005) yang melakukan penelitian terhadap manajer dan eksekutif di Amerika menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara locus of control dan penalaran moral terhadap niat whistleblowing. Namun Chiu (2003) dalam penelitiannya terhadap manajer di Cina menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara pertimbangan etis dan niat whistleblowing dengan memasukkan variabel locus of control sebagai variabel moderasi. Dengan demikian rumusan masalah tersebut menimbulkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pertimbangan etis berpengaruh positif pada niat whistleblowing internal? 2. Apakah sikap berpengaruh positif pada niat whistleblowing internal? 3. Apakah norma subyektif berpengaruh positif pada niat whistleblowing internal? 4. Apakah persepsi kontrol perilaku berpengaruh positif pada niat whistleblowing internal? 5. Apakah locus of control memoderasi pengaruh pertimbangan etis pada niat whistleblowing internal? 6. Apakah locus of control memoderasi pengaruh sikap pada niat whistleblowing internal? 13
14 7. Apakah locus of control memoderasi pengaruh norma subyektif pada niat whistleblowing internal? 8. Apakah locus of control memoderasi pengaruh persepsi kontrol perilaku pada niat whistleblowing internal? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh positif pertimbangan etis pada niat whistleblowing internal. 2. Menguji pengaruh positif sikap pada niat whistleblowing internal. 3. Menguji pengaruh positif norma subyektif pada niat whistleblowing internal. 4. Menguji pengaruh positif persepsi kontrol perilaku pada niat whistleblowing internal. 5. Menguji locus of control sebagai pemoderasi pengaruh pertimbangan etis pada niat whistleblowing internal. 6. Menguji locus of control sebagai pemoderasi pengaruh sikap pada niat whistleblowing internal. 7. Menguji locus of control sebagai pemoderasi pengaruh norma subyektif pada niat whistleblowing internal. 8. Menguji locus of control sebagai pemoderasi pengaruh persepsi kontrol perilaku pada niat whistleblowing internal. 14
15 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan dibidang manajemen sumberdaya manusia dalam pengembangan literatur, khususnya mengenai teori perilaku terencana, teori perkembangan moral, dan whistleblowing. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi praktisi (manajer) dalam mengembangkan pengetahuan terkait dengan sistem perlindungan bagi whistleblower, jalur pelaporan, dan program pelatihan terkait dengan etika manajemen (pertimbangan etis, sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku). Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat membantu pimpinan dalam merekrut pegawai yang baik untuk bekerja di kantornya, yaitu dengan cara merekrut pegawai yang memiliki tingkat pertimbangan etis yang tinggi. Jika harus merekrut pegawai dengan tingkat pertimbangan etis yang rendah, sebaiknya pimpinan memilih pegawai yang mempunyai locus of control internal. 1.5 Sistematika Penulisan berikut: Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai 15
16 BAB I Pendahuluan Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan dan kontribusi penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Pengembangan Teori dan Hipotesis Bab ini merupakan uraian landasan teori-teori yang menjadi dasar analisis penelitian, yaitu teori pengembangan moral kognitif, teori perilaku terencana, niat whistleblowing dan pengembangan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian, ruang lingkup penelitian, sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjelaskan tentang hasil penyebaran kuesioner, karakteristik responden, hasil pengolahan dan analisis data penelitian BAB V Simpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Bab ini menyajikan penjelasan tentang kesimpulan penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya 16
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005). Pada kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perusahaan Enron, WoldCom, Anderson, dan Tyco merupakan contoh kasus besar yang terungkap karena adanya laporan dari orang dalam perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar
BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang auditor internal memiliki beberapa peran, salah satu peran auditor internal ialah sebagai Whistleblower, dimana Whistleblower bertugas untuk melakukan Whistleblowing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus kecurangan yang menjadi perhatian. Kecurangan (fraud) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini publik dikejutkan dengan banyaknya kasus kecurangan yang menjadi perhatian. Kecurangan (fraud) merupakan perbuatan tidak jujur yang menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi di Indonesia masih menjadi salah satu persoalan yang paling besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad kedua puluh, dunia dikejutkan dengan skandal Enron dan WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh karyawannya (Menk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan orang internal organisasi telah terjadi di dunia. Salah satunya adalah kasus Enron yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan dan Auditor tentunya menjadi pilihan mahasiswa Akuntansi untuk meneruskan jenjang karirnya. Maraknya kasus-kasus keuangan membuat para calon
Lebih terperinciperhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah keuangan yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kecurangan korporasi dan pelanggaran organisasional telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tindakan kecurangan dapat terjadi baik di sektor swasta maupun di sektor pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepercayaan di masyarakat menjadi hal yang penting karena melibatkan profesi dan citra dari diri akuntan. Di Indonesia masih banyak masalah yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian publik saat ini. Terungkapnya kasus-kasus pelanggaran etika yang terjadi berdampak pada menurunnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Akuntan publik atau auditor merupakan salah satu pihak yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di dunia. Salah satu tugas penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan profit semata, namun juga people dan planet semakin meningkat. Suatu organisasi dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan global saat ini, banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak memiliki tata kelola yang baik sehingga tidak ada pemisahan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia masih terdapat banyak masalah yang terjadi di berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi dan citra seorang akuntan yang masih menimbulkan keraguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adanya pelaporan kecurangan. Menurut Hwang et al. (2008) pelaporan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemberantasan kecurangan bergantung pada tiga proses yaitu preventif, detektif dan investigatif. Proses preventif merupakan proses utama dalam memberantas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang dilakukannya. Namun pada kenyataannya, sebagian orang merasa bahwa kejujuran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan sektor publik sudah semakin kompleks, demikian halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah kecurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindak kecurangan yang dilakukan oleh aparatur sipil negara seperti perilaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata dengan mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan arah kebijakan program
Lebih terperinciBAB V IMPLIKASI, SIMPULAN, DAN SARAN. menurunkan niat individu untuk melaporkan kecurangan yaitu hubungan
BAB V IMPLIKASI, SIMPULAN, DAN SARAN 5.1 Diskusi dan Implikasi Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor yang dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk melaporkan tindakan kecurangan yaitu insentif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi banyak skandal akuntansi perusahaan besar yang mengguncang dunia. Salah satu yang paling mengundang perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001). Akuntan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA MELAKUKAN TINDAKAN WHISTLEBLOWING (STUDI PADA MAHASISWA AKUNTANSI STIE ASIA MALANG)
56 JIBEKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2017: 56-63 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA MELAKUKAN TINDAKAN WHISTLEBLOWING (STUDI PADA MAHASISWA AKUNTANSI STIE ASIA MALANG) Mellisa Fitri
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk berkonfrontasi (menegur) pelaku korupsi. Semakin tinggi tingkat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh positif variabel kejelasan (clarity) pada kecenderungan untuk berkonfrontasi (menegur) pelaku korupsi. Semakin tinggi tingkat kejelasan, kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal tahun 1970-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan berbagai upaya mencegah hal tersebut. Menurut penelitian yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan di seluruh dunia, telah mendorong berbagai negara dan asosiasi usaha untuk melakukan
Lebih terperinciPENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL, PERTIMBANGAN ETIS, DAN KOMPONEN PERILAKU TERENCANA TERHADAP INTENSI WHISTLEBLOWING INTERNAL
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah Pengaruh Komitmen Volume Profesional, 4 Nomor Pertimbangan 1 2016, 142 Etis... - 159 P-ISSN: 2355-0228, E-ISSN: 2502-8316 journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis moneter pada tahun 1998, merupakan tonggak awal terjadinya reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good Governance menurut
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan perluasan dari
Lebih terperinciMemahami WHISTLEBLOWER
Memahami WHISTLEBLOWER Memahami WHISTLEBLOWER Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 2011 Memahami WHISTLEBLOWER Penulis : Abdul Haris Semendawai, SH., LLM., Ferry Santoso, Wahyu Wagiman, Betty Itha Omas,
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B
PENGARUH LOCUS OF CONTROL, KOMITMEN PROFESI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU AUDITOR DALAM SITUASI KONFLIK AUDIT DENGAN KESADARAN ETIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (SURVEI PADA KANTOR AKUNTAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)
KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO) KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Negara Indonesia menjamin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik adalah penyelenggaraan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Negara Indonesia menjamin terwujudnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertimbangan Etis Setiap pengambilan keputusan akan lengkap dan sempurna jika melibatkan pertimbangan etis sebab pertimbangan etis merupakan suatu kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis, perusahaan perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur yang telah berkembang dengan pesat akan selalu berhadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para akuntan masih buruk. Pelanggaran-pelanggaran tersebut membuat timbulnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya kasus pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri mencerminkan bahwa sikap profesional dan perilaku etis para akuntan masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi merupakan suatu sistem yang mengolah data keuangan menjadi suatu informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan bagi pemakainya. Pemakai informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan interaksinya dan aspek-aspek kehidupan nasional. BUMN harus. bidang pengendalian dan pengawasan, Wardoyo (2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan misi yang dimilikinya saat ini menghadapai tantangan kompetisi global dunia usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin kompleks. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak akan pernah habisnya untuk dibicarakan dan telah menarik banyak perhatian media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan tinggi dewasa ini adalah good governance, suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah meningkat belakangan ini, terlebih setelah kasus skandal-skandal khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian pada isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi secara dramatis telah meningkat belakangan ini, terlebih setelah kasus skandal-skandal khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi, permasaran, keuangan, pemerintahan, dan lain-lain. Perilaku dan tindakan etis setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era ini, sebuah pemerintahan dituntut untuk melakukan suatu kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam suatu organisasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN. melakukan whistleblowing. Penelitian ini mengacu pada penelitian Liyanarachchi
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penalaran moral, retaliasi, rasa bersalah dan rasa malu terhadap kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menuntut adanya transparansi atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa akuntan publik pada saat ini sangat dibutuhkan bagi para pelaku bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak lain. Auditor yang memiliki profesi sebagai penyedia jasa pemeriksa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan diatur oleh kode etik akuntan. Kode Etik Akuntan yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama menguraikan latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Corporate governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia bisnis, kebutuhan akan penggunaan jasa akuntan publik dewasa ini semakin meningkat, terutama kebutuhan atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Umumnya, kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
0 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan berisi informasi internal penting perusahaan yang akan digunakan oleh pihak-pihak berkepentingan seperti pemegang saham, manajemen perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan unsur penting bagi pihak internal maupun eksternal dalam perusahaan sebagai informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat seiring. berkembangnya masa yang bergerak ke arah globalisasi. Bukan hanya bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat seiring dengan berkembangnya masa yang bergerak ke arah globalisasi. Bukan hanya bisnis pada sektor barang, bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari informasi tersebut (Sulistiawan, 2003). Akibatnya, guna mendapatkan manfaat atau keuntungan yang maksimal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, perusahaan yang bukan perusahaan go public cenderung menyajikan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya dalam laporan pajak agar biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa perusahaan besar seperti Enron, Merck, Allied Carpet, Sunbean, World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak perusahaan besar jatuh karena terlibat dalam skandal keuangan perusahaan. Skandal keuangan yang terjadi di beberapa perusahaan besar di Indonesia bahkan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha telah merambah ke berbagai negara termasuk Indonesia. Dampak dari persaingan tersebut memberikan konsekuensi yang positif maupun negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu media yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era seperti sekarang ini, kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak pernah ada habisnya. Perkembangan dunia telah membawa pengaruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkannya perlu secara terus menerus ditingkatkan
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT
PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejumlah masalah keuangan beberapa perusahaan terkemuka menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak kasus pelanggaran akuntansi
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014
SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor
Judul : Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan Demokratis, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor Pada Kinerja Auditor Nama : I Wayan Candra NIM : 1206305063 ABSTRAK Kinerja auditor dipengaruhi
Lebih terperinciInstruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011
Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SETELAH RAPAT TERBATAS BIDANG POLITIK, HUKUM,
Lebih terperinci2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t
No. 110, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Pengaduan Internal. Penanganan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PENGADUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya perekonomian menjadikan kasus kecurangan keuangan yang terjadi juga semakin beragam. Dua kasus besar yang menyita perhatian dunia seperti kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Maraknya praktek korupsi serta kecurangan-kecurangan lain dalam suatu Perusahaan menyebabkan kegelisahan masyarakat serta para investor selaku pihak eksternal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam pengambilan keputusan yang baik maupun buruk. Kelompok maupun individu pasti memiliki nilai-nilai etika didalam
Lebih terperinciPEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS)
PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM (WBS) TAHUN 2014 Kata Pengantar Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya, maka sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang. (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Informasi akuntansi termasuk laporan keuangan memang mengandung sejumlah data yang dapat dikaji sebagai bahan penelitian (Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatu akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non
Lebih terperinciBabak Baru Mafia Pajak?
Babak Baru Mafia Pajak? Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Harian Kompas, 20 Desember 2010 Â Dugaan kasus mafia pajak yang â diledakkanâ mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukkan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesatpada saatini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macamusaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perdagangan 10 Juli 2002, indeks Dow Jones anjlok menjadi 8.813, suatu
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal Januari 2002, terror 11 September 2001 telah berhasil diatasi oleh bursa Amerika Serikat (AS) karena indeks Dow Jones di awal Januari 2002 mencapai 10.635 dan Nasdaq
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan menunjukkan buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena maraknya tingkat
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : RISTIYANA /FEB/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2014
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MENGUNGKAPKAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) ( Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UPN Veteran Jatim ) SKRIPSI Oleh : RISTIYANA 1013215024/FEB/EA Kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman biasanya selalu diiringi dengan perubahan perilaku manusia, dimana seringkali perilaku manusia dikaitkan dengan isu etis, yang mana seorang profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejumlah masalah keuangan beberapa perusahaan terkemuka menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak nya jumlah kasus pelanggaran
Lebih terperinciKebijakan Pengungkap Fakta
KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA 1. Ikhtisar Amcor berkomitmen terhadap standar tertinggi praktik etis dan hubungan yang jujur, serta perlindungan bagi individu yang melaporkan kejadian atau dugaan terjadinya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP I. SIMPULAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran konteks kerja dan kekhawatiran auditor
BAB V PENUTUP I. SIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran konteks kerja dan kekhawatiran auditor mendapat sanksi profesional dalam rerangka teori kognitif sosial untuk menjelaskan bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, keberadaan dan peran auditor yang sangat strategis dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan meningkatkan kompetisi dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kecurangan (fraud) di lingkungan instansi pemerintah masih sering terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecurangan (fraud) di lingkungan instansi pemerintah masih sering terjadi dan terkadang sulit untuk diatasi, meskipun telah diciptakan sebuah sistem
Lebih terperinci