BAB V IMPLIKASI, SIMPULAN, DAN SARAN. menurunkan niat individu untuk melaporkan kecurangan yaitu hubungan

Transkripsi

1 BAB V IMPLIKASI, SIMPULAN, DAN SARAN 5.1 Diskusi dan Implikasi Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor yang dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk melaporkan tindakan kecurangan yaitu insentif (dalam jalur pelaporan) melalui variabel yang dikenal sebagai variabel yang menurunkan niat individu untuk melaporkan kecurangan yaitu hubungan emosional (Rocha dan Kleiner, 2005; dalam Liyanarachchi dan Newdick, 2009) dan status pelanggar (Near dan Miceli, 1995). Sesuai dengan gagasan dari penelitian Liyanarachchi dan Newdick (2009) yang menyebutkan bahwa perlu menguji variabel hubungan emosional (loyalitas) untuk melihat kecenderungan individu melaporkan kecurangan. Selain itu, membuktikan penelitian yang dilakukan oleh Kaplan et al. (2012) mengenai jalur pelaporan dan mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan oleh Dworkin (2007); Xu dan Ziegenfuss (2008); Dyck et al. (2010); dan Putri (2012) yang menyatakan bahwa insentif memiliki peran positif dalam pelaporan kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian, insentif dalam jalur pelaporan dengan identitas dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk melaporkan kecurangan. Hal ini mendukung beberapa gagasan dari penelitian sebelumnya bahwa insentif dapat mendorong niat individu melaporkan kecurangan (Dworkin, 2007; Xu dan Ziegenfuss, 2008; Dyck et al., 2010; dan Putri, 2012). Individu tertarik pada uang karena uang merupakan salah satu tujuan utama seseorang bekerja, sehingga

2 sangat banyak organisasi yang memberikan reward kepada karyawannya dalam bentuk insentif setelah melakukan tindakan atau kegiatan yang dapat membawa kebaikan bagi organisasinya. Secara lebih rinci, pada saat individu memiliki hubungan emosional yang tinggi, hasil menunjukkan bahwa insentif pada jalur pelaporan dengan identitas lebih efektif meningkatkan niat melaporkan kecurangan dibandingkan dengan jalur pelaporan dengan identitas tanpa insentif. Individu mengambil resiko untuk melaporkan kecurangan dengan insentif sebagai reward-nya. Tetapi pada pada saat membandingkan jalur pelaporan dengan identitas dan insentif jalur pelaporan tanpa identitas, individu yang memiliki hubungan emosional yang tinggi cenderung memilih jalur pelaporan tanpa identitas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perasaan yang dalam antara pelapor kecurangan dengan pelaku kecurangan. Perasaan ini yang membuat individu tidak ingin membuat rekannya mengalami masalah apabila tindakan kecurangannya dilaporkan. Hasil ini mengkonfirmasi temuan Larmer (1992); Corvino (2002); Vandekerckove dan Commers (2004) bahwa hubungan emosional (loyalitas) berpengaruh negatif terhadap niat melaporkan kecurangan. Meskipun diberikan insentif, kecenderungan individu untuk melaporkan kecurangan masih rendah apabila pilihannya adalah melaporkan kecurangan pada jalur pelaporan dengan identitas dan insentif jalur pelaporan tanpa identitas. Pada saat individu memiliki hubungan emosional yang rendah, dengan membandingkan ketiga jalur pelaporan, hasil menunjukkan bahwa insentif pada jalur pelaporan dengan identitas lebih efektif dalam meningkatkan niat untuk

3 melaporkan kecurangan dibandingkan dengan jalur pelaporan dengan identitas tanpa insentif dan jalur pelaporan tanpa identitas. Pada saat membandingkan dua jalur pelaporan yaitu jalur pelaporan dengan identitas tanpa insentif dengan jalur pelaporan tanpa identitas, maka tidak terdapat perbedaan niat individu untuk melaporkan kecurangan. Hal ini menunjukkan bahwa individu tidak memiliki pertimbangan emosional sehingga menunjukkan data diri bukan menjadi hal yang dikhawatirkan. Hasil ini mendukung penelitian Kaplan et al. (2012) mengenai jalur pelaporan dengan identitas dan tanpa identitas. Pada saat status pelanggar tinggi, hasil menunjukkan bahwa jalur pelaporan dengan identitas dan insentif lebih efektif meningkatkan niat melaporkan kecurangan dibandingkan jalur pelaporan dengan identitas tanpa insentif. Individu merasa bahwa peran mereka di perusahaan adalah memberikan kebaikan pada perusahaan. Meskipun terdapat kemungkinan ancaman dari pelaku kecurangan yang memiliki posisi lebih tinggi di perusahaan, individu akan memutuskan untuk melaporkan tindakan kecurangan. Artinya, kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya ancaman dapat dikendalikan dengan insentif. Hal ini mendukung penelitian Mesmes-Magnus dan Viswesvaran (2005) yang menyebutkan bahwa retaliasi berhubungan negatif dengan pelaporan kecurangan. Pada saat status pelanggar rendah, dengan membandingkan tiga jalur pelaporan, jalur pelaporan dengan identitas dan insentif menjadi pilihan. Tetapi pada saat membandingkan jalur pelaporan dengan identitas tanpa insentif jalur pelaporan tanpa identitas, maka kedua jalur pelaporan tersebut tidak berbeda secara signifikan terhadap niat melaporkan kecurangan. Hal ini disebabkan karena

4 individu tidak memiliki kekhawatiran mengenai kemungkinan ancaman dari pelaku kecurangan karena posisi pelapor kecurangan lebih tinggi dibandingkan dengan pelaku kecurangan. Hasil ini mendukung penelitian Kaplan et al. (2012) yang menyebutkan bahwa pada saat tidak terdapat hasil negatif dari pelaporan kecurangan maka penggunaan jalur pelaporan dengan identitas dan jalur pelaporan tanpa identitas tidak berbeda secara signifikan. Penelitian ini memberikan beberapa implikasi. Secara praktik, hasil penelitian ini memberikan saran bagi organisasi untuk mempertimbangkan mekanisme jalur pelaporan dan insentif dalam mengelola sistem pengendalian internal perusahaan. Insentif dapat mendorong individu untuk melaporkan kecurangan. Selain itu, dengan adanya identitas pelapor kecurangan, maka pihak yang berwenang dapat lebih mudah menelusuri dan mengungkap kasus kecurangan melalui komunikasi dengan pelapor kecurangan. Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan kontribusi literatur terkait pemahaman bahwa status pelanggar dapat dikendalikan melalui model insentif dan jalur pelaporan. Hal ini sesuai dengan reinforcement theory yang menjelaskan bahwa perilaku/tindakan individu didasarkan pada konsekuensi atau hasil dari tindakan tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow. Secara metodologis, penelitian ini memfasilitasi kelemahan penelitian sebelumnya. Pertama, menggunakan tiga kasus kecurangan untuk melihat konsistensi niat individu melaporkan kecurangan. Kedua, menggunakan desain eksperimen untuk melihat niat serta perilaku individu melaporkan kecurangan dengan memasukkan manipulasi variabel independen. Ketiga, menggunakan konteks Akuntansi

5 Manajemen karena penelitian sebelumnya banyak menggunakan konteks audit, padahal pada praktiknya akuntan manajemen memiliki tanggungjawab untuk mendeteksi adanya kecurangan. 5.2 Simpulan Berdasarkan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Insentif dapat digunakan untuk meningkatkan kecenderungan individu melaporkan kecurangan pada saat menggunakan jalur pelaporan dengan identitas. Pernyataan tersebut sesuai dengan reinforcement theory yang menyatakan bahwa individu akan berperilaku sesuai dengan konsekuensi yang akan diperoleh. Konsekuensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsekuensi positif berupa insentif. Pada saat individu dihadapkan pada jalur pelaporan dengan identitas, maka individu akan mempertimbangkan penghargaan yang akan diterima atas tindakan pelaporan kecurangan. Individu pada dasarnya membutuhkan uang sehingga insentif dapat menentukan tindakan mereka. Penjelasan tersebut didukung oleh teori kebutuhan menurut Maslow. Maslow menyebutkan bahwa salah satu dari lima hierarki kebutuhan individu adalah penghargaan. Melalui penghargaan maka niat individu untuk melaporkan kecurangan dapat meningkat. 2. Pada saat individu memiliki hubungan emosional yang tinggi dengan pelaku kecurangan, niat individu untuk melaporkan kecurangan lebih dapat ditingkatkan dengan menggunakan jalur pelaporan tanpa identitas.

6 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa individu cenderung untuk menyimpan informasi kecurangan dibandingkan mengungkapkannya karena sikap loyal yang dimiliki terhadap pelaku kecurangan. Pada kondisi ini, individu tidak dapat dimotivasi menggunakan insentif. Mereka lebih memilih jalur pelaporan tanpa identitas, karena mereka memiliki pertimbangan akan hasil negatif dari tindakan pelaporan kecurangan apabila identitas mereka diketahui. Dalam teori kebutuhan menurut Maslow, individu yang berada dalam kondisi ini memiliki preferensi yang tinggi pada kebutuhan akan kasih sayang atau sosial dibandingkan dengan kebutuhan akan penghargaan. Hasil negatif yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah putusnya hubungan kekeluargaan, pertemanan, bisnis, dan lain sebagainya. 3. Pada saat individu memiliki hubungan emosional rendah dan status pelanggar rendah, maka penggunaan jalur pelaporan dengan identitas dan tanpa identitas sama-sama efektif. Pernyataan tersebut mendukung hasil penelitian Kaplan et al. (2012), dalam kondisi tidak terdapat hasil atau dampak negatif dari tindakan melaporkan kecurangan maka jalur pelaporan dengan identitas dan tanpa identitas tidak berbeda secara signifikan. Penjelasan tersebut didukung oleh teori kebutuhan menurut Maslow yang menyatakan bahwa individu membutuhkan kasih sayang atau sosial dan membutuhkan keselamatan. Pada kondisi hubungan emosional dan status pelanggar yang rendah, individu tidak menghadapi

7 dilema pengungkapan mengenai hasil negatif dari tindakan pelaporan kecurangan yang akan mereka terima. 4. Keefektifan insentif pada jalur pelaporan dengan identitas saat status pelanggar tinggi dipengaruhi oleh hubungan emosional. Pada kondisi ini individu memiliki pertimbangan psikologis mengenai kebutuhan akan kasing sayang atau sosial dan kebutuhan akan keselamatan, sesuai dengan teori kebutuhan menurut Maslow. Individu cenderung mengabaikan insentif pada saat memiliki hubungan emosional yang tinggi. Artinya kebutuhan akan kasih sayang dan sosial lebih tinggi dari kebutuhan akan keselamatan. Dengan kata lain, individu cenderung mengabaikan status pelanggar tetapi memiliki pertimbangan yang lebih pada hubungan emosional. Semakin tinggi hubungan emosional maka insentif tidak dapat meningkatkan niat melaporkan kecurangan. 5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, sampel yang digunakan sebagian besar adalah mahasiswa yang belum bekerja, sehingga mereka masih memiliki idealisme yang tinggi untuk mengungkap kecurangan bagaimanapun konsidinya. Kedua, jenis kecurangan di dunia kerja lebih banyak dibandingkan kasus dalam ekserimen ini yang menggunakan tiga kasus, sehingga jawaban dari partisipan untuk melaporkan kecurangan cenderung konsisten. Ketiga, penelitian ini menggunakan insentif tunai dan tidak menggunakan insentif berdasarkan besarnya kerugian akibat kecurangan yang dilakukan.

8 5.4 Saran untuk Penelitian Selanjutnya Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai peluang untuk menambah temuan baru. Pertama, partisipan sebagian besar adalah mahasiswa yang belum bekerja sehingga terdapat kemungkinan mereka menjawab karena idealisme mereka sehingga perlu dibuktikan kembali. Kedua, penelitian selanjutnya dapat menggunakan jenis insentif yang berbeda sesuai dengan yang disarankan oleh Xu dan Ziegenfuss (2008) untuk melihat insentif seperti apa yang lebih efektif dalam meningkatkan niat melaporkan kecurangan. Ketiga, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan filosofi etis individu karena perbedaan filosofi etis dapat mempengaruhi keputusan individu untuk melaporkan kecurangan. Filosofi etis dapat diukur menggunakan instrumen yang banyak digunakan dalam penelitian psikologi.