BAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan. Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini publik dikejutkan dengan adanya kasus kecurangan yang menjadi perhatian publik. Seperti di Amerika Serikat kasus kecurangan tersebut menjadi berita utama (Mesmer-Magnus dan Viswesvaran, 2005). Kasus kecurangan yang menghebohkan dunia pasar modal di Amerika Serikat adalah kasus yang terjadi di perusahaan Enron. Pada kasus tersebut, Enron melakukan manipulasi pada laporan keuangannya agar terlihat baik kinerjanya. Enron memanipulasi dengan cara melakukan mark-up pada pendapatannya sebesar $600 juta dan menyembunyikan hutangnya sebesar $1,2 miliar. Kasus lainnya adalah kasus yang terjadi di Worldcom. Kasus tersebut muncul ketika harga saham milik Worldcom yang awalnya pada tahun 2000 sebesar $150 miliar jatuh menjadi $150 juta pada tahun Jatuhnya harga saham tersebut dikarenakan di dalam laporannya Worldcom mengakui beban jaringan sebagai pengeluaran modal (Sulistomo, 2011). Kasus kecurangan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan tersebut melibatkan orang yang berada di dalam organisasi. Selain melibatkan orang atau pihak di dalam perusahaan atau organisasi, kasus kecurangan tersebut juga melibatkan orang atau pihak di luar perusahaan atau organisasi. Pihak di

2 luar perusahaan yang ikut terlibat antara lain Kantor Akuntan Publik seperti Arthur Andersen, PriceWaterHouseCooper, dan KPMG yang ikut andil dalam kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, TICO, dan Adelphia (Semendawai et al., 2011). Terungkapnya berbagai kasus tersebut tidak lepas dari seseorang yang mempunyai keberanian untuk mengungkap tentang kecurangan yang ada di perusahaannya. Orang yang berani untuk mengungkapkan adanya kecurangan tersebut disebut whistleblower. Ada beberapa nama yang terkenal sebagai seorang pengadu (Whistleblower), di antaranya Sherron Watkins yang merupakan wakil presiden Enron. Sherron Watkins menjadi seorang pengadu dengan cara menulis surat kepada direktur Kenneth Lay yang berisi tentang keluhan praktik akuntansi yang diterapkan oleh Enron terlalu agresif yang dapat membahayakan bagi perusahaan Enron sendiri. Selain Sherron Watkins ada nama Cynthia Cooper yang menjadi pengadu di perusahaan Worldcom. Cynthia Cooper merupakan wakil presiden divisi internal audit yang melaporkan tindakan kecurangan kepada kepala komite audit Max Bobbitt. Istilah pengadu (whistleblower) di Indonesia baru mulai populer di kalangan publik ketika munculnya kasus seorang Perwira Tinggi Polri yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal (BARESKRIM) bernama Komisaris Jenderal Susno Duadji yang mengungkapkan adanya mafia pajak di instansinya. Kasus tersebut melibatkan seorang pegawai Direktorat Jenderal Pajak bernama Gayus Tambunan terkait dengan kasus pencucian uang dan korupsi. Dalam testimoni

3 yang diberikan kepada media massa, Komjen Susno Duadji menyatakan bahwa Gayus Tambunan terlibat dalam rekayasa perkara yang membebaskan dirinya dari dakwaan pencucian uang. Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut meliputi hakim Pengadilan Negeri Tangerang, seorang jaksa senior, seorang petinggi Polri yang merupakan bekas bawahannya, dan asisten Wakil Kepala Polri pada waktu itu (Semendawai et al., 2011). Kasus lain yang terjadi di Kepolisian adalah kasus simulator SIM yang melibatkan perwira tinggi Polri bernama Djoko Susilo dan rekan-rekannya. Kasus tersebut terungkap dari seorang pengadu yang bernama Sukotjo Bambang. Beliau adalah direktur dari PT Inovasi Teknologi Indonesia yang merupakan rekan kerja dari perusahaan pemenang tender. Beliau melaporkan adanya korupsi proyek simulator SIM kepada KPK dan ICW. Pada proyek tersebut terjadi perilaku tidak etis berupa pembuatan empat perusahaan bodong untuk mengikuti proses tender yang sebenarnya sudah diketahui dan ditetapkan pemenang tender untuk proyek tersebut. Selain praktek tidak etis, pada proyek tersebut terjadi penggelembungan (mark-up) harga yang cukup signifikan. Selain kasus yang terungkap di atas, terdapat seorang pengadu yang berusaha mengungkapkan skandal yang terjadi di tempatnya bekerja. Seorang pengadu tersebut bernama Agus Condro yang merupakan anggota DPR RI periode Beliau mengungkapkan telah terjadi skandal berupa suap dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tahun 2000an yang melibatkan dirinya dan beberapa teman koleganya di DPR RI. Suap

4 tersebut berupa travel cheque senilai Rp 500 juta yang terdiri dari 10 lembar Rp 50 juta. Suap tersebut diberikan kepada Agus Condro dan teman-teman koleganya di DPR RI sehari setelah pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang dimenangkan oleh Miranda Gultom (Semendawai et al., 2011). Mulai bermunculnya orang-orang yang mengadukan atau mengungkap praktek-praktek kecurangan yang ada di perusahaan atau instansi tempat mereka bekerja menandakan bahwa dari segi kuantitas pengadu mengalami perkembangan. Hal ini dikarenakan kesadaran dari para karyawan atau individu untuk membongkar dan menghentikan praktek-praktek yang dapat merugikan baik perusahaan ataupun negara serta menegakkan prinsip-prinsip Good Governance. Perusahaan dan instansi-instansi pemerintah saat ini didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Governance agar terbebas dari praktek-praktek kecurangan, ilegal, dan melanggar hukum. Salah satu program untuk mewujudkan Good Governace dalam sebuah perusahaan atau institusi adalah penerapan sistem pengaduan (whistleblowing system) yang merupakan sarana bagi para karyawan yang ada di dalam atau luar organisasi untuk mengadukan adanya praktek-praktek kecurangan yang ada. Bagi institusi, hal ini merupakan bagian dari reformasi birokrasi di tubuh pemerintahan untuk menjadikan pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel. Selain itu bagi perusahaan, adanya sistem pengaduan dapat membantu untuk mengungkap paktek-praktek yang dapat merungikan perusahaan. Dengan adanya sistem pengaduan karyawan mempunyai sarana

5 pengaduan yang tepat untuk melaporkan adanya praktek-praktek kecurangan atau perilaku tidak etis yang ada di tempat mereka bekerja. Penerapan sistem pengaduan ini akan berjalan efektif jika terdapat komitmen dari seluruh anggota organisasi untuk berpartisipasi menggunakan sistem ini (Winardi, 2013). Bentuk partisipasi ini berupa pemberian informasi tentang adanya indikasi kecurangan yang terjadi di organisasi tersebut. Selain adanya komitmen dari semua anggota untuk menggunakan sistem ini sebagai media pelaporan, sistem ini akan berjalan jika terdapat komitmen dari organisasi berupa perlindungan terhadap seorang pengadu. Komitmen tersebut dibutuhkan untuk menjamin karyawan terbebas dari risiko pembalasan yang dilakukan oleh organisasi baik dari atasannya maupun dari rekan kerjanya (Mesmer-Magnus dan Viswesvaran, 2005). Karyawan mempunyai sikap yang positif terhadap penerapan sistem pengaduan tetapi hanya beberapa orang saja yang benar-benar melakukannya (Park dan Blenkinsopp, 2009). Hasil survey yang dilakukan oleh Keenan dan Krueger (Park dan Blenkinsopp, 2009) pada beberapa perusahaan yang menerapkan sistem pengaduan, menyatakan bahwa hanya 32% sistem pengaduan yang dapat berjalan secara efektif. Sedikitnya jumlah prosentase tersebut dikarenakan masih adanya rasa takut berupa risiko pembalasan yang mungkin saja dapat diterima. Dengan masih adanya risiko yang dapat diterima oleh seorang pengadu secara tidak langsung akan memengaruhi niat individu untuk melapor.

6 Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi niat seseorang untuk menjadi seorang pengadu, di antaranya adalah faktor yang berasal dari individu. Faktor yang berasal dari individu meliputi sikap positif atau negatif seseorang terhadap sistem pengaduan, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Park dan Blenkinsopp, 2009). Faktor individual bukan merupakan satusatunya faktor yang dapat mempengaruhi niat seseorang dalam menggunakan sistem pengaduan (Winardi, 2013). Faktor situasional juga dapat memengaruhi niat seseorang dalam menggunakan sistem pengaduan karena niat tersebut kemungkinan akan berubah pada situasi-situasi tertentu. Organisasi yang mempunyai karakteristik yang kuat cenderung mempunyai situasi yang sulit bagi seorang pengadu untuk mengungkap adanya kecurangan karena seorang pengadu akan dianggap sebagai penghianat dan tidak setia terhadap organisasi (Uys dan Senekal, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Schultz et al. (1993) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat keseriusan kesalahan dan tindakan pelaporan serta hubungan negatif antara biaya pelaporan dan tindakan pelaporan. Selain itu Cortina dan Magley (2003) menganggap bahwa status dari pelaku kejahatan akan memengaruhi niat seseorang dalam menggunakan sistem pengaduan. Kedua penelitian tersebut merupakan faktor situasional yang dapat memengaruhi niat seseorang dalam menggunakan sistem pengaduan (Winardi, 2013).

7 1.2 Rumusan Masalah Saat ini kasus korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa di Negara Indonesia. Korupsi dapat menyebabkan gangguan terhadap perekonomian bangsa karena menghambat pertumbuhan ekonomi dan juga menyebabkan kerugian berupa kehilangan uang yang harus ditanggung oleh Negara (Winardi, 2013). Pelaku dari kasus korupsi beraneka macam mulai dari menteri, kepala daerah, aparat penegak hukum, anggota dewan, dan pelaku usaha. Korupsi harus diberantas karena merupakan penyakit yang bisa menghambat perekonomian Indonesia. Kehadiran sistem pengaduan dapat membantu dalam mengungkap kasus korupsi yang ada di organisasi. Sistem pengaduan ini akan berjalan secara efektif jika orang di dalam organisasi ikut berpartisipasi dengan menggunakan sistem ini untuk memberikan informasi tentang indikasi adanya korupsi kepada pihak-pihak yang sudah ditunjuk (Winardi, 2013). Saat ini institusi Polri mendapat perhatian dari rakyat terkait dengan terungkapnya berbagai macam kasus korupsi yang melibatkan anggota dan perwira tinggi Polri. Sebagai institusi penegak hukum, Polri tidak bisa lepas dari oknum-oknum yang memanfaatkan kedudukan Polri untuk melakukan kecurangan dan praktek-praktek tidak etis. Sebagai contoh adalah kasus mafia pajak yang dibongkar oleh Komjen Susno Duadji yang melibatkan para anggota Polri dan juga kasus simulator SIM yang melibatkan perwira tinggi Polri. Korupsi yang melibatkan para anggota Polri ini sudah mencoreng nama institusi Polri maka dari itu saat ini Polri melakukan kegiatan bersih-bersih

8 sebagai bentuk dari reformasi di tubuh Polri agar terciptanya institusi yang bersih, transparan, dan akuntabel. Institusi Polri dianggap mempunyai karakteristik yang kuat sehingga sulit untuk membongkar kejahatan di instansi tersebut. Karakteristik yang kuat tersebut merupakan faktor situasional yang dapat mempengaruhi niat seseorang untuk melaporkan tindakan kecurangan. Seorang anggota yang mempunyai pangkat dan posisi rendah masih merasa segan dengan pangkat dan nama besar atasannya serta kuatnya solidarisme di antara para jenderal untuk menjaga satu sama lain. Cap penghianat akan diberikan kepada seorang pengadu karena dianggap tidak setia terhadap rekan kerjanya (Uys dan Senekal, 2008) dan risiko pembalasan berupa sanksi administratif, mutasi, penundaan pangkat, dan kriminalisasi berpotensi akan diterima (Zhang., Chiu., dan Wei., 2008) Dengan kuatnya karakteristik yang ada di institusi tersebut serta semangat untuk memberantas praktek-praktek tidak etis dan korupsi maka Polri menerbitkan peraturan tentang penerapan sistem pengaduan di insititusi kepolisian. Penerapan sistem pengaduan tersebut tercantum dalam Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 21 Tahun 2012 Tentang Perlindungan Terhadap pelapor Pelanggaran Hukum Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sistem pengaduan ini berguna bagi para anggota Polri yang mengetahui tentang adanya indikasi tindakan kecurangan pada instansinya untuk melaporkan kepada pihak yang sudah ditunjuk. Hal yang ditakutkan oleh seorang pengadu adalah adanya risiko pembalasan yang bisa saja

9 diterimanya. Sebagai contoh adalah kasus dari Komjen Susno Duadji yang membongkar adanya mafia pajak yang melibatkan para anggota Polri. Komjen Susno Duadji yang dapat dibilang sebagai seorang pengadu ini justru dikriminalisasi dan dihukum penjara karena membongkar skandal tersebut. Seharusnya dengan adanya peraturan tersebut membuat seorang pengadu secara hukum terlindungi dari risiko pembalasan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah sikap berpengaruh positif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan? 2. Apakah norma subjektif berpengaruh positif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan? 3. Apakah kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan? 4. Apakah tingkat keseriusan kesalahan berpengaruh positif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan? 5. Apakah biaya pelaporan berpengaruh positif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan? 6. Apakah status dari pelaku kejahatan berpengaruh positif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan?

10 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menguji pengaruh sikap terhadap niat menggunakan sistem pengaduan. 2. Menguji pengaruh norma subjektif terhadap niat menggunakan sistem pengaduan. 3. Menguji pengaruh kontrol perilaku terhadap niat menggunakan sistem pengaduan. 4. Menguji pengaruh tingkat keseriusan kesalahan terhadap niat menggunakan sistem pengaduan. 5. Menguji pengaruh biaya pelaporan terhadap niat menggunakan sistem pengaduan. 6. Menguji pengaruh dari status pelaku kejahatan terhadap niat menggunakan sistem pengaduan. 1.5 Kontribusi Penelitian 1. Bagi Akuntansi Kontribusi yang pertama, bahwa hasil dari penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kurangnya penelitian tentang whistleblowing di Indonesia. Kontribusi yang kedua, bahwa penelitian ini menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) yang dapat memprediksi niat seseorang dalam membongkar rahasia, kecurangan, dan perilaku tidak etis di organisasi.

11 2. Bagi Praktisi Kontribusi yang pertama, bahwa hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam penerapan sistem whistleblowing. Kontribusi yang kedua, hasil penelitian ini berguna bagi para pembuat kebijakan yang ingin menerapkan whistleblowing pada organisasinya. Jika para pembuat kebijakan mengetahui apa yang membuat anggota atau karyawannya untuk memutuskan melakukan whistleblowing, maka ini akan memudahkan para pembuat keputusan untuk membuat sebuah regulasi atau aturan. Kontribusi yang ketiga, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan alternatif bagi para pengawas untuk memeroleh bukti dan membongkar kejahatan kecurangan yang ada di organisasinya. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang relevan, penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis.

12 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi dari sumber data, teknik pengambilan data, dan analisis data yang akan digunakan. BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan dari pengolahan data. BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. kasus kecurangan yang menjadi perhatian. Kecurangan (fraud) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kasus kecurangan yang menjadi perhatian. Kecurangan (fraud) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini publik dikejutkan dengan banyaknya kasus kecurangan yang menjadi perhatian. Kecurangan (fraud) merupakan perbuatan tidak jujur yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang auditor internal memiliki beberapa peran, salah satu peran auditor internal ialah sebagai Whistleblower, dimana Whistleblower bertugas untuk melakukan Whistleblowing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005). Pada kasus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005). Pada kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus perusahaan Enron, WoldCom, Anderson, dan Tyco merupakan contoh kasus besar yang terungkap karena adanya laporan dari orang dalam perusahaan tersebut (Mesmer-Magnus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai kasus pelanggaran etika di bidang akuntansi yang melibatkan orang internal organisasi telah terjadi di dunia. Salah satunya adalah kasus Enron yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad kedua puluh, dunia dikejutkan dengan skandal Enron dan WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh karyawannya (Menk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan,

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini whistleblowing telah menarik perhatian dunia. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan besar melakukan kecurangan seperti penipuan, korupsi dan tindakan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi di Indonesia masih menjadi salah satu persoalan yang paling besar. Berdasarkan penelitian Corruption Perception Index (CPI) tahun 2015 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang dituntut untuk memiliki perilaku jujur dalam melakukan pekerjaan yang dilakukannya. Namun pada kenyataannya, sebagian orang merasa bahwa kejujuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan berbagai upaya mencegah hal tersebut. Menurut penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan berbagai upaya mencegah hal tersebut. Menurut penelitian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan di seluruh dunia, telah mendorong berbagai negara dan asosiasi usaha untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia masih terdapat banyak masalah yang terjadi di berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi dan citra seorang akuntan yang masih menimbulkan keraguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan global saat ini, banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak memiliki tata kelola yang baik sehingga tidak ada pemisahan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama beberapa tahun terakhir, telah terjadi banyak skandal akuntansi perusahaan besar yang mengguncang dunia. Salah satu yang paling mengundang perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepercayaan di masyarakat menjadi hal yang penting karena melibatkan profesi dan citra dari diri akuntan. Di Indonesia masih banyak masalah yang terjadi di

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : RISTIYANA /FEB/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2014

SKRIPSI. Oleh : RISTIYANA /FEB/EA. Kepada FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2014 PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MENGUNGKAPKAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) ( Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi UPN Veteran Jatim ) SKRIPSI Oleh : RISTIYANA 1013215024/FEB/EA Kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Akuntan publik atau auditor merupakan salah satu pihak yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di dunia. Salah satu tugas penting

Lebih terperinci

perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah keuangan yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan

perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah keuangan yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kecurangan korporasi dan pelanggaran organisasional telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tindakan kecurangan dapat terjadi baik di sektor swasta maupun di sektor pemerintahan. Pada sektor pemerintahan, menurut Hardjapamekas (2008), ada

Lebih terperinci

Babak Baru Mafia Pajak?

Babak Baru Mafia Pajak? Babak Baru Mafia Pajak? Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Harian Kompas, 20 Desember 2010 Â Dugaan kasus mafia pajak yang â diledakkanâ mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Negara Indonesia menjamin

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Negara Indonesia menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan kepemerintahan yang baik adalah penyelenggaraan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Negara Indonesia menjamin terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejumlah masalah keuangan beberapa perusahaan terkemuka menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak nya jumlah kasus pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejumlah masalah keuangan beberapa perusahaan terkemuka menyebabkan reputasi akuntan menjadi sorotan banyak pihak. Cukup banyak kasus pelanggaran akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu etika dalam dunia bisnis dan profesi mulai semakin menjadi perhatian publik saat ini. Terungkapnya kasus-kasus pelanggaran etika yang terjadi berdampak pada menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era seperti sekarang ini, kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak pernah ada habisnya. Perkembangan dunia telah membawa pengaruh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan dan Auditor tentunya menjadi pilihan mahasiswa Akuntansi untuk meneruskan jenjang karirnya. Maraknya kasus-kasus keuangan membuat para calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para akuntan masih buruk. Pelanggaran-pelanggaran tersebut membuat timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. para akuntan masih buruk. Pelanggaran-pelanggaran tersebut membuat timbulnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya kasus pelanggaran akuntansi yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri mencerminkan bahwa sikap profesional dan perilaku etis para akuntan masih

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT STUDI KASUS WORLDCOM Disusun Oleh : 1. Muhammad Hasanuddin Tuasamu 16.19.0231 2. Richard Sibarani 16.19.0234 3. Sulaiman 16.19.0237 PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya profesi akuntan menunjukan citra akuntan yang tidak profesional

BAB I PENDAHULUAN. khususnya profesi akuntan menunjukan citra akuntan yang tidak profesional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Whistleblowing telah menarik perhatian dunia untuk saat ini. Hal ini dikarenakan banyaknya kasus-kasus mengenai peyalahgunaan keahlian khususnya profesi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kecurangan (fraud) di lingkungan instansi pemerintah masih sering terjadi

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kecurangan (fraud) di lingkungan instansi pemerintah masih sering terjadi BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecurangan (fraud) di lingkungan instansi pemerintah masih sering terjadi dan terkadang sulit untuk diatasi, meskipun telah diciptakan sebuah sistem

Lebih terperinci

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia Mencegah Korupsi di Bidang Pengadaan Barang & Jasa Instansi Pemerintah Oleh : Adnan Topan Husodo (Wakil Koordinator ICW) Fakultas Hukum UI, 22 Juni 2010 Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat, terutama perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penerbitan laporan keuangan secara umum untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan pada periode tersebut. Laporan keuangan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan

BAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa akuntansi merupakan populasi yang diharapkan menjadi akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan kredibilitas tinggi. Ikatan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan penerapan suatu bisnis yang tidak hanya mengutamakan profit semata, namun juga people dan planet semakin meningkat. Suatu organisasi dituntut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kecurangan korporasi dan pelanggaran organisasional telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Semakin banyaknya kasus-kasus besar yang terkait dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak kecurangan yang dilakukan oleh aparatur sipil negara seperti perilaku

BAB I PENDAHULUAN. tindak kecurangan yang dilakukan oleh aparatur sipil negara seperti perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata dengan mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan arah kebijakan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era ini, sebuah pemerintahan dituntut untuk melakukan suatu kinerja dengan pendekatan good governance. Semua aspek pemerintahan dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud merupakan permasalahan yang perlu untuk dikaji, dicari solusinya, dan dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga marak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis moneter pada tahun 1998, merupakan tonggak awal terjadinya reformasi yang menuntut terwujudnya Good Governance. Pengertian Good Governance menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan unsur penting bagi pihak internal maupun eksternal dalam perusahaan sebagai informasi tentang kondisi keuangan perusahaan yang selanjutnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jasa akuntan publik pada saat ini sangat dibutuhkan bagi para pelaku bisnis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan investor, kreditur, dan instansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan

BAB I PENDAHULUAN. Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geus (1997) mengungkapkan fakta yang menarik tentang rata-rata harapan hidup perusahaan di Jepang dan Eropa, serta bagaimana agar perusahaan dapat berumur panjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian dengan menjelaskan fenomena yang terjadi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku penurunan kualitas audit,

Lebih terperinci

bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan top executive di tangan bupati/walikota. Politisasi birokrasi masih cukup kental mewarnai

bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan top executive di tangan bupati/walikota. Politisasi birokrasi masih cukup kental mewarnai Latar Belakang Masalah Reformasi memaksa terjadinya perubahan struktur dengan penyesuaian daerah otonom, dimana disadari pemerintahan tidak lagi bercorak korporatis dan sentralistik pada kepemimpinan top

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan suatu perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instansi selaku pengguna barang atau jasa membutuhkan barang atau jasa untuk melaksanakan fungsinya dan untuk mencapai kinerjanya. Instansi atau organisasi

Lebih terperinci

Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011

Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011 Instruksi Presiden RI setelah Rapat Terbatas Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, 17 Januari 2011 Senin, 17 Januari 2011 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SETELAH RAPAT TERBATAS BIDANG POLITIK, HUKUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Maraknya praktek korupsi serta kecurangan-kecurangan lain dalam suatu Perusahaan menyebabkan kegelisahan masyarakat serta para investor selaku pihak eksternal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa yang berkualitas. Salah satunya berkaitan dengan etika, isu etika dan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa yang berkualitas. Salah satunya berkaitan dengan etika, isu etika dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia pendidikan banyak hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas. Salah satunya berkaitan dengan etika, isu etika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya pelaporan kecurangan. Menurut Hwang et al. (2008) pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya pelaporan kecurangan. Menurut Hwang et al. (2008) pelaporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemberantasan kecurangan bergantung pada tiga proses yaitu preventif, detektif dan investigatif. Proses preventif merupakan proses utama dalam memberantas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahsajian fakta-fakta material yang dilakukan secara sengaja dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. penyalahsajian fakta-fakta material yang dilakukan secara sengaja dengan cara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecurangan merupakan ketidakjujuran dalam bentuk penipuan yang disengaja atau penyalahsajian fakta-fakta material yang dilakukan secara sengaja dengan cara yang merugikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1198, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Pengaduan Masyarakayt. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI

Lebih terperinci

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana yang tidak sedikit,

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT

PERAN SERTA MASYARAKAT PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran

BAB I PENDAHULUAN. serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.

Lebih terperinci

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG PENANGANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP PELAPOR PELANGGARAN HUKUM DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang samasama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis semakin meningkat juga perhatian masyarakat terhadap isu-isu etika dalam dunia bisnis dan

Lebih terperinci

Adnan Buyung Pesimistis Kasus Dhana Bakal Sampai ke Hulu

Adnan Buyung Pesimistis Kasus Dhana Bakal Sampai ke Hulu http://www.suarapembaruan.com/home/adnan-buyung-pesimistis-kasus-dhana-bakal-sampai-ke-hulu/17691 Adnan Buyung Pesimistis Kasus Dhana Bakal Sampai ke Hulu Kamis, 1 Maret 2012 0:27 Adnan Buyung Nasution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu manfaat dari jasa akuntan sistem adalah memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu manfaat dari jasa akuntan sistem adalah memberikan informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan sistem adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terkandung di dalamnya tidak menampilkan informasi yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terkandung di dalamnya tidak menampilkan informasi yang sebenarnya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manajemen laba dapat digambarkan sebagai suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan produktivitas dan P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan dari modernisasi perpajakan adalah menigkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan

Lebih terperinci

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1189, 2014 LPSK. Dugaan Pelanggaran. System Whistleblowing. PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WHISTLEBLOWING SYSTEM ATAS DUGAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya, kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada umumnya, kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Pada umumnya, kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi tindakan yang lazim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 19 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada awal abad 21, sejak munculnya kasus Enron yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Meskipun

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014 SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN TINDAK LANJUT PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia. Disampaikan oleh : A.H.Semendawai, SH, LL.

Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia. Disampaikan oleh : A.H.Semendawai, SH, LL. Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator Dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia Disampaikan oleh : A.H.Semendawai, SH, LL.M Ketua LPSK RI Latar Belakang LPSK dirancang untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi yang didirikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai dengan misi dan peran miliknya. Saat menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Masalah Mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Polri, merupakan salah satu pelaku penegak hukum disamping

BAB I PENDAHULUAN. dengan Polri, merupakan salah satu pelaku penegak hukum disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang disingkat dengan Polri, merupakan salah satu pelaku penegak hukum disamping pengacara, jaksa dan hakim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut pada tahun 2001, etika bisnis menjadi pokok bahasan dibalik peristiwa tersebut. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam pengambilan keputusan yang baik maupun buruk. Kelompok maupun individu pasti memiliki nilai-nilai etika didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Opini going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP,2001). Opini audit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha di Indonesia beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang tidak menggembirakan disebabkan oleh krisis ekonomi dunia dan berbagai faktor

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan kecurangan akuntansi merupakan tindakan yang tidak terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan jasanya. Perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. dan kertas, dan komunikasi. Manajemen Enron telah melakukan window

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dikeluarkan. dan kertas, dan komunikasi. Manajemen Enron telah melakukan window BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak akan pernah habisnya untuk dibicarakan dan telah menarik banyak perhatian media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh berasal dari pemanfaatan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Pajak memiliki Nature Business. mencari data sendiri terkait wajib pajak. Oleh karena Account Representative dan

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Pajak memiliki Nature Business. mencari data sendiri terkait wajib pajak. Oleh karena Account Representative dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Direktorat Jendral Pajak memiliki Nature Business yang sangat memungkinkan terjadinya Fraud/korupsi dan ketidakpatuhan pegawai pajak didalam lingkungan internal maupun

Lebih terperinci

Memahami WHISTLEBLOWER

Memahami WHISTLEBLOWER Memahami WHISTLEBLOWER Memahami WHISTLEBLOWER Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban 2011 Memahami WHISTLEBLOWER Penulis : Abdul Haris Semendawai, SH., LLM., Ferry Santoso, Wahyu Wagiman, Betty Itha Omas,

Lebih terperinci

Pengaruh Personal Cost Reporting, Status Wrong Doer dan Tingkat Keseriusan Kesalahan Terhadap Whistleblowing Intention

Pengaruh Personal Cost Reporting, Status Wrong Doer dan Tingkat Keseriusan Kesalahan Terhadap Whistleblowing Intention Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 10, No. 1, Mei 2017, 11-20 11 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Pengaruh Personal Cost Reporting, Status Wrong Doer dan Tingkat Keseriusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu erat kaitannya dengan etika, baik ketika manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata etika sudah melekat dalam setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya. Sebagai suatu subyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa yang semakin berkembangnya demokrasi dan birokrasi seperti saat ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya transparansi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penilai Internal. Ditjen Kekayaan Negara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 /PMK.06/2014 TENTANG

Lebih terperinci

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun

Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke kantor pajak untuk tahun Nama : Arif Agung Purnama Tugas : Ak. Topik Khusus Kelas : Akuntansi A Kronologi Kasus Dugaan Penggelapan Pajak oleh IM3 IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara memanipulasi Surat Pemberitahuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG KOMITE KOORDINASI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Semua pihak termasuk pemerintah mencoba mengatasi

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci