BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 26 BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Landasan Teori Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek. Pozen (1998) menyatakan bahwa A mutual fund is an investment company that pools money from shareholders and invests in a diversified of securities. Sedangkan Giles et.al (2013) menyatakan bahwa a fund is a pool of money contributed by a range of investors who may be individuals or companies or other organisations, which is managed and invested as a whole, on behalf of those investors. Manurung (2008) menguraikan bahwa reksa dana mempunyai beberapa karakteristik yaitu: pertama, kumpulan dana dari pemilik, dimana pemilik reksa dana adalah berbagai pihak yang menginvestasikan atau memasukkan dananya ke reksa dana dengan berbagai variasi. Kedua, diinvestasikan kepada efek yang dikenal. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat tersebut diinvestasikan ke dalam instrumen investasi seperti rekening koran, deposito, surat utang jangka pendek (repurchase agreement/repo, commercial paper/cp), dan promissory notes/pn), surat utang jangka panjang (seperti medium term notes/mtn), obligasi dan obligasi konversi, dan efek saham maupun efek yang berisiko tinggi (opsi, future, dan 26

2 27 sebagainya). Ketiga, reksa dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi dapat berupa lembaga maupun perorangan. Sebagai lembaga, manajer investasi harus mempunyai izin perusahaan untuk mengelola dana, dimana izin tersebut diperoleh dari Badan Pengawas Pasar Modal (sekarang menjadi Otoritas Jasa Keuangan). Keempat, reksa dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang. jangka menengah dan jangka panjang merupakan refleksi dari investasi reksa dana tersebut, karena umumnya reksa dana melakukan investasi kepada instrumen investasi jangka panjang seperti medium term notes, obligasi, dan saham. Kelima, reksa dana merupakan produk investasi yang berisiko. Berisikonya reksa dana karena instrumen investasi yang menjadi portofolio reksa dana tersebut dan pengelola reksa dana (manajer investasi) yang bersangkutan. Dari beberapa pengertian dan karakteristik reksa dana diatas, dapat disimpulkan bahwa reksa dana merupakan wadah yang berupa lembaga ataupun perorangan yang menghimpun dana dari masyarakat pemodal atau investor (biasanya manajer investasi) kemudian dikelola dan diinvestasikan dalam bentuk instrumen-instrumen keuangan jangka menengah maupun jangka panjang baik yang diperdagangkan di pasar modal maupun di lembaga-lembaga keuangan dengan risiko sesuai dengan instrumen keuangan yang menjadi underlying-nya Bentuk, Sifat, dan Jenis Reksa Dana Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, disebutkan bahwa reksa dana dapat berbentuk: 1) Perseoran

3 28 Reksa dana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. 2) Kontrak investasi kolektif Kontrak investasi kolektif adalah kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP) di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif menghimpun dana dengan menerbitkan UP kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan di pasar uang. Reksa dana yang berbentuk perseroan dapat bersifat terbuka atau tertutup. reksa dana terbuka adalah reksa dana yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Menurut Manurung (2008), reksa dana terbuka adalah reksa dana dimana pemegang unit menjual unitnya langsung kepada manajer investasi terkecuali exchange traded fund (ETF). Manajer Investasi wajib membeli unit penyertaan yang dijual kembali oleh investor. Harga unit penyertaan ditentukan oleh harga penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Oleh karenanya, investor tidak mengetahui harga jual atau beli dari unit penyertaan dan akan diketahui pada esok harinya. Artinya, investor tidak bisa melakukan arbritase pada reksa dana.

4 29 Sedangkan reksa dana tertutup adalah reksa dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada pemodal. Manurung (2008) menjelaskan bahwa dalam reksa dana tertutup merupakan reksa dana yang transaksi perdagangan unit penyertaan dilakukan melalui bursa saham. Unit penyertaan reksa dana tertutup sama seperti saham. Oleh karenya, pemegang saham reksa dana tertutup harus menjual ke Bursa melalui broker saham untuk mendapatkan dananya. Jumlah saham reksa dana tertutup tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu terkecuali adanya tindakan perusahaan (corporate action). Harga saham reksa dana tertutup bervariasi sesuai dengan portofolionya. Biasanya, harga saham reksa dana tertutup selalu lebih rendah daripada nilai akiva bersihnya karena adanya biaya transaksi. reksa dana tertutup ini sudah tidak ada lagi di Indonesia, dimana hanya ada satu yang berdiri yaitu reksa dana BDNI. Jenis reksa dana berdasarkan konsentrasi portofolionya berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-08/PM/1997 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Reksa Dana Terbuka, antara lain: 1) Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds) Reksa dana ini hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Reksa dana ini mempunyai risiko yang relatif lebih rendah dibanding reksa dana jenis lainnya. Hal ini sebabkan investasi yang dipilih mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun (short term investment) seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Deposito dan Surat pengakuan Hutang (SPH). 2) Reksa Dana Pendapatan Tetap ( Fixed Income Funds)

5 30 Reksa dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivitas aktifnya dalam bentuk efek hutang. Reksa dana ini mempunyai risiko relatif lebih besar dari reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang relatif stabil. 3) Reksa Dana Saham ( Equity Funds) Reksa dana ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktiva aktifnya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Walaupun risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan dua reksa dana sebelumnya, namun reksa dana saham ini menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingginya risiko disebabkan sifat harga saham yang fluktuatif. Tapi sebaliknya, dalam jangka panjang, tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini sesuai untuk investasi jangka panjang. 4) Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds) Reksa dana ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham diatas. Reksa dana jenis ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi dari reksa dana pendapatan tetap Investasi Bodie et.al (2014) mendefinisikan investasi sebagi komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lain dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Menurut Reilly and Brown (2010), definisi formal tentang investasi adalah suatu perjanjian atau komitmen saat ini terhadap nilai dollar untuk suatu periode

6 31 waktu tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan pembayaran masa mendatang yang akan dikompensasikan kepada investor atas waktu dari dana yang dijanjikan, expected rate dari inflasi, dan ketidakpastian pada pembayaran di masa mendatang. Investor dapat menempatkan dananya dalam sebuah aset. Bodie et.al (2014) membedakan bentuk investasi antara aset rill (real assets) dan aset keuangan (financial assets). Aset riil dalam ekonomi berupa tanah, bangunan, mesin, dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Kebalikan dari aset riil, aset keuangan seperti saham dan obligasi tidak lebih dari selembar kertas atau bahkan data komputer yang tidak berperan secara langsung dalam kapasitas produksi dalam ekonomi. Aset keuangan ini merupakan bentuk klaim seorang individu atas aset riil mereka, jelasnya aset keuangan adalah klaim atas pendapatan yang diperoleh aset riil atau klaim atas pendapatan dari pemerintah. Menempatkan dana pada financial assets dapat dilakukan secara langsung (direct investing) atau tidak langsung (indirect investing). Direct investing dapat dilakukan dengan membeli langsung pada efek yang terdiri dari tiga instrumen yaitu pada instrumen pasar uang, instrumen pasar modal, atau instrumen pasar turunan. Memilih direct investing akan membutuhkan waktu yang lebih banyak terutama jika berinvestasi langsung pada instrumen saham karena membutuhkan waktu dan pikiran yang lebih banyak dalam memonitor pergerakan harga saham. Alternatif investasi yang dapat diambil oleh investor yang mempunyai waktu terbatas dapat mengambil indirect investing melalui reksa dana Risk dan Return Saham Melihat dari definisi investasi yang dijelaskan di atas, terdapat dua

7 32 komponen penting dari investasi yaitu tingkat pengembalian (return) dan tingkat ketidakpastian (risk). Adanya hubungan yang searah antara tingkat pengembalian (return) dengan tingkat risiko, yang dikenal dengan istilah risk return trade off (Bodie et.al, 2014). Prinsip pertama ini menjelaskan bahwa seorang investor tidak akan bersedia menanggung risiko yang lebih besar jika tidak ada tambahan return yang akan diperoleh di masa mendatang. Oleh karena itu sangatlah penting bagi seorang investor untuk mengerti secara lebih baik tentang tingkat pengembalian (return) dan risiko. Konsep risiko dan return dipopulerkan oleh Harry M. Markowitz dengan memperkenalkan model yang disebut sebagai two parameter model, yang intinya mengatakan bahwa investor seharusnya memfokuskan pada dua parameter : 1) return atau tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu aset, dan 2) risiko yang dilihat melalui standar deviasi return aset tersebut. Terdapat hubungan positif antara tingkat keuntungan yang disyaratkan dengan risiko. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Risiko didefinikan sebagai ketidakpastian dari hasil yang didapat di masa mendatang atau probabilitas dari kerugian atas pendapatan di masa mendatang (Reilly dan Brown, 2010). Terdapat dua jenis risiko dalam investasi yaitu (Reilly dan Brown, 2010): 1) Risiko non-sistematis (nonsystematic risk, unique risk, diversifiable risk). Risiko non-sistematis merupakan risiko yang dapat dieliminasi dengan cara diversifikasi atau berinvestasi dalam berbagai jenis saham dari berbagai sektor karena berasal dari kondisi internal perusahaan. Risiko ini biasa disebut dengan total risk yang digambarkan dengan varians atau standar deviasi.

8 33 Risiko ini hanya berdampak terhadap suatu saham atau sektor tertentu. 2) Risiko sistematis (systematic risk, market risk, nondiversifiable risk). Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dieliminasi karena risiko ini berasal dari kondisi makroekonomi atau pasar. Risiko ini dilambangkan dengan koefisien beta. Apabila risiko ini muncul dan terjadi, maka semua jenis saham akan terkena dampaknya. Macam-macam risiko inflasi sendiri di antaranya adalah risiko inflasi, risiko tingkat suku bunga, dan risiko pasar. Perhitungan risiko investasi dapat dirumuskan (Bodie et.al.2014): Total Risk = Systematic Risk + Unsystematic Risk σ(r p ) = β p. σ(r m ) + σ(ε) dimana: σ(r p ) = total risk portofolio β p. = beta portofolio σ(r m ) = market risk σ(ε) = unsystematic risk Return merupakan hasil dari sebuah investasi. Dalam pasar modal, pada umumnya seorang yang melakukan investasi pada saham memiliki harapan untuk mendapatkan hasil investasi berupa capital gain dan dividen. Capital gain diperoleh jika harga jual saham lebih besar dibandingkan harga belinya. Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan perusahaan kepada pemegang sahamnya. Bila perusahaan mengalami kerugian biasanya tidak ada dividen yang dibagikan. Return juga merupakan rasio keuntungan atau kerugian dari sebuah investasi atau dari sejumlah uang yang diinvestasikan. Return sering didefinisikan

9 34 sebagai level arus kas tertentu, dimana tingkat return yang diperlukan akan dihitung dari arus kas tersebut. Seorang investor pada umumnya memiliki harapan atas tingkat rata-rata return yang dibutuhkan yang biasa dikenal dengan istilah required return. Tujuan imbal hasil (return) sendiri adalah untuk memenuhi kemakmuran investor. Return sebuah investasi diukur dari return yang diterima pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Investor menginvestasikan sejumlah dananya untuk masa yang akan datang dan ketika masa itu tiba, investor dapat mendapatkan pengembalian sesuai strategi yang mereka lakukan agar hasilnya dapat sesuai dengan yang mereka harapkan, baik itu lebih rendah maupun lebih tinggi (Jones, 2010). Perhitungan return saham yang diterima pada suatu periode atau dinamakan Holding Period Return atau HPR (Bodie et.al, 2014) adalah: HPR = (P 1 P 0 ) + D 1 P 0 dimana: P 1 P 0 D 1 = harga saham pada akhir periode = harga saham pada awal periode = dividen pada akhir periode Perhitungan Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Imbal Hasil Reksa Dana Untuk melakukan penghitungan tingkat pengembalian reksa dana maka investor harus memahami penghitungan dari NAB karena perhitungan tingkat pengembalian tersebut menggunakan NAB tersebut (Manurung, 2008). Manurung (2008) selanjutnya menjelaskan bahwa nilai NAB dihitung dari nilai total aset

10 35 portofolio setelah memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan reksa dana (misalnya biaya akuntan publik, biaya notaris, komisi manajemen, komisi kustodion, dan biaya konsultan hukum) yang kemudian dibagi dengan jumlah unit penyertaan. Perhitungan nilai NAB reksa dana saham dilakukan oleh bank kustodion dimana harga saham yang diperoleh dari harga penutupan di bursa pada hari yang bersangkutan. Untuk reksa dana pendapatan tetap yang portofolionya dapat berupa deposito, obligasi, dan surat utang lainnya, perubahan NAB pada umumnya karena pertambahan tingkat bunga atas portofolionya. Perhitungan NAB untuk reksa dana pasar uang agak berbeda dengan perhitungan NAB untuk jenis reksa dana lainya. Berdasarkan peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan bahwa NAB reksa dana pasar uang ditentukan sebesar Rp1.000,00 setiap harinya. Apabila reksa dana pasar uang mendapatkan bunga atau adanya akrual bunga maka akrual tersebut dibagikan kepada investor sehingga unit penyertaan investor bertambah setiap hari. Perhitungan tingkat pengembalian hasil investasi pada reksa dana diukur sebagai kenaikan atau penurunan dalam nilai aset bersih ditambah distribusi pendapatan seperti dividen atau distribusi keuntungan modal yang diperlihatkan sebagai fraksi dari nilai aset bersih pada awal periode investasi (Bodie et.al, 2014). Tingkat imbal hasil reksa dana dapat dirumuskan sebagai berikut: Tingkat imbal hasil = (NAB 1 NAB 0 ) + dividen + keuntungan modal NAB Strategi Pengelolaan Portofolio Salah satu tahapan dalam pengelolaan investasi adalah pemilihan strategi

11 36 portofolio. Strategi portofolio dibedakan menjadi strategi pengelolaan portofoli aktif dan strategi pengeloaan portofolio pasif. Dalam strategi portofolio aktif, periode pengelolaan sangat temporer dimana manajer investasi sering mengganti saham untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Dalam hal ini manajer investasi tidak merasa rugi bila melakukan cut loss jika ada saham lain yang menjanjikan tingkat pengembalian yang tinggi dibandingkan dengan saham yang dimiliki saat ini (Manurung, 2008). Morrisson (1976) menyatakan bahwa ada dua pandangan penting untuk dapat sukses dalam mengelola portofolio aktif yaitu harus mempunyai ide yang bagus bagaimana pandangan alternatif investasi yang lain dan harus tidak setuju dengan konsensus atau tidak setuju terhadap gelombang pergerakan harga. Pengelolaan portofolio aktif selalu berkonsentrasi pada jumlah saham yang kecil dikenal dengan pemilihan saham (stock selection) dan melakukan perubahan keluar atau masuk dengan terdiversifikasinya portofolio dikenal dengan pendekatan pasar (market timing). Oleh karenanya, pekerjaan manajer investasi bukanlah meramalkan tingkat pengembalian secara akurat tetapi meramalkan secara akurat tingkat pengembalian portofolio dibandingkan dengan tingkat pengembalian pasar. Strategi portofolio aktif dalam matrik keputusan taktik portofolio (Ambachtsheer, 1972) menyebutkan bahwa pada kotak pertama pada Tabel 3.1 dimana manajer investasi harus mempunyai kemampuan yang baik dalam meramalkan pasar dan juga mempunyai kemampuan yang baik dalam memilih saham yang harganya dibawah harga yang wajar (undervalue). Strategi yang kedua adalah strategi pengelolaan pasif. Manurung (2008) menjelaskan dalam strategi ini

12 37 diasumsikan bahwa pasar sangatlah efisien dan akibatnya manajer investasi tidak akan dapat sukses dalam mengelola portofolio dengan menggunakan pendekatan Kemampuan Menilai Tabel 3.1: Matrik Keputusan Taktik Portofolio Memampuan Meramalkan Pasar Sekuritas Undervalue Bagus (Good) Lemah (Poor) Bagus (Good) 1. Konsentrasi pada sejumlah saham yang undervalue 2. Ubah risiko saham (beta) keatas dan kebawah jangka berdasarkan pasar rata-rata panjang ramalan Lemah (Poor) 3. Investasi dengan diversifikasi yang sangat luas (saham terdaftar) 4. Ubah risiko saham (beta) keatas dan kebawah jangka berdasarkan pasar rata-rata panjang ramalan 1. Konsentrasi pada sejumlah saham yang undervalue 2. Pertahankan beta pada tingkat yang diharapkan dalam jangka panjang 3. Investasi dengan diversifikasi yang sangat luas (saham terdaftar) 4. Pertahankan beta pada tingkat yang diharapkan dalam jangka panjang Sumber: Portofolio Theory and Stock Analysis (Ambachtsheer, 1972), diterjemahkan oleh Manurung (2008) kondisi pasar (market timing) dan pemilihan saham (stock selection). Oleh karenanya, portofolio harus sangat terdiversifikasi dengan tingkat risiko yang ditentukan sebelumnya dan saham-saham yang menjadi portofolio tidak banyak

13 38 berubah untuk jangka panjang. Biasanya, strategi portofolio pasif ini ditandai dengan tingkat turnover perdagangan cukup kecil, biaya transaksi kecil, selalu mengurangi pengeluaran pengelolaan, dan risiko yang cukup kecil. Untuk strategi ini dapat diperhatikan pada kuadran keempat dimana manajer investasi mempunyai kemampuan yang lemah dalam meramalkan pasar dan juga mempunyai kemampuan yang lemah dalam memilih saham yang harganya dibawah nilai wajar (undervalue) Strategi Aktif Pengelolaan Portofolio: Market Timing dan Stock Selection Kemampuan market timing memberikan arti kemampuan manajer investasi untuk meramalkan pasar dalam situasi naik atau turun atau pada saat imbal hasil pasar lebih besar dari tingkat suku bunga bebas risiko (R m > R f ) atau ketika imbal hasil pasar lebih kecil dari tingkat suku bunga bebas risiko (R m < R f ). Dengan pemahaman atas pasar di masa mendatang, manajer investasi bisa mengambil keputusan mengubah portofolio untuk menaikkan tingkat pengembalian. Beberapa pihak menyebutkan bahwa market timing adalah kemampuan manajer investasi dalam rangka mengelola portofolio yaitu membeli saham-saham dengan beta diatas satu pada saat pasar anak naik, dan menjualnya dengan mengganti membeli sahamsaham dengan beta dibawah satu ketika pasar akan turun (Manurung, 2008). Kemampuan manajer investasi dalam pemilihan saham (stock selection) merupakan kemampuan memilih saham yang tepat yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari suatu portofolio sehingga memberikan imbal hasil yang lebih baik daripada imbal hasil pasar dengan tanpa memperhitungkan adanya biaya transaksi. Dalam kemampuan stock selection ini, manajer investasi harus dapat

14 39 mengidentifikasi saham-saham yang harga pasarnya lebih rendah dari harga intrinsiknya (undervalued) untuk dibeli dan menjual saham yang harga pasarnya telah melebihi nilai intrinsiknya (overvalued). Metode yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap kemampuan manajer investasi dalam hal market timing dan stock selection dengan menggunakan model market timing ability. Treynor dan Mazuy (1966) pertama kali memperkenalkan model market timing ability dengan metode regresi untuk melihat kemampuan market timing. Persamaan model regresi yang dikenalkan oleh Treynor dan Mazuy sebagai berikut (Manurung, 2008): R i R f = α + β * (R m - R f ) + φ * (R m - R f ) 2 Kemampuan stock selection ditunjukkan α atau alpha dalam persamaan diatas, jika nilai α positif maka dapat dikatakan bahwa manajer investasi mempunyai kemampuan dalam memilih saham yang tepat dan sebaliknya. Sedangkan kemampuan market timing ditunjukkan oleh nilai φ dari persamaan diatas, jika nilai φ positif maka dapat dikatakan bahwa manajer investasi mempunyai kemampuan merubah-ubah aset dalam portofolionya pada saat yang tepat, dan sebaliknya apabila nilai φ negatif maka dapat dikatakan manajer investasi tidak mempunyai kemampuan yang memadai dalam merubah-ubah aset dalam portofolionya pada saat yang tepat. Henriksson dan Merton (1981) memperkenalkan metode yang lebih sederhana untuk menganalisis kemampuan market timing dan stock selection. Henriksson dan Merton menyatakan bahwa beta portofolio yang tinggi diharapkan

15 40 pada pasar dengan kondisi kinerja baik (bullish) dan beta kecil pada pasar kinerja lainnya (bearish). Model regresi yang dikenalkan Henriksson dan Merton (1981) sebagai berikut: R i R f = α + β * (R m - R f ) + φ *D* (R m - R f ) dengan D adalah variabel dummy dengan nilai 1 untuk r m > r f dan nilai 0 untuk lainnya. Kemampuan stock selection dalam model Henriksson dan Merton juga ditunjukkan oleh konstanta α dalam persamaan tersebut. Jika nilai α positif maka dapat dikatakan bahwa manajer investasi mempunyai kemampuan dalam memilih saham yang tepat dan sebaliknya. Kemampuan market timing juga ditunjukkan oleh nilai φ dari persamaan model tersebut, jika nilai φ positif maka dapat dikatakan bahwa manajer investasi mempunyai kemampuan dalam merubah-ubah aset dalam portofolionya pada saat yang tepat atau dapat dikatakan manajer investasi memiliki market timing ability dan sebaliknya. Model Henriksson-Merton memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan model Treynor-Mazuy, yaitu beta portofolio dibatasi dengan memilih salah satu dari dua nilai. Dalam hal ini tingkat risiko yang berkaitan dengan return pasar ialah pada saat pasar sedang bullish (up-market beta) dan pada saat pasar sedang bearish (down-market beta), padahal tingkat risiko terhadap pasar semakin tinggi seiring dengan risk premium yang semakin tinggi, dan tidak hanya terbagi menjadi dua nilai.

16 Hasil Penelitian Sebelumnya Hasil Penelitian di Luar Negeri Treynor-Mazuy (1966) mempelopori penelitian tentang kemampuan market timing dan mengembangkan suatu model pengujian market timing manajer investasi reksa dana. Treynor-Mazuy melakukan penelitian terhadap 57 reksa dana untuk periode dengan menggunakan data tahunan. Hasil penelitian hanya menemukan 1 reksa dana yang secara signifikan memiliki kemampuan market timing. Jensen (1968) melakukan penelitian terhadap 115 manajer reksa dana pada periode dalam memprediksi kemampuan tingkat imbal hasil reksa dana. Data yang digunakan oleh Jensen merupakan data tahunan. Pengukuran yang digunakan berdasarkan teori capital asset pricing model (CAPM) Sharpe, Lintner, dan Treynor. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa manajer investasi reksa dana tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam memilih saham yang menguntungkan. Henriksson (1984) melakukan observasi terhadap 116 reksa dana dengan menggunakan data bulanan dari Februari 1968 sampai dengan Juni Penelitian Henriksson menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton (1981) dalam menghitung performance reksa dana tersebut. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa manajer investasi dari reksa dana tersebut tidak memiliki market timing ability dan secara keseluruhan 62% dari reksa dana tersebut memiliki market timing ability negatif. Dan hanya 11 reksa dana yang memiliki koefisien c yang signifikan positif. Chang dan Lewellen (1984) meneliti kemampuan market timing dan stock

17 42 selection dari reksa dana di Amerika Serikat periode yang terdiri dari 67 reksa dana dengan menggunakan data bulanan. Metode penelitian yang digunakan single factor market model dengan persamaan regresi. Hasil penelitian tidak menemukan bukti adanya kemampuan market timing dan stock selection yang superior terhadap portofolio yang diteliti. Bello dan Janjigian (1997) mengembangkan model Treynor dan Mazuy dalam menghitung kemampuan market timing dan stock selection terhadap 633 reksa dana saham domestik di Amerika. Data penelitian yang digunakan berupa data return bulanan untuk periode 1984 sampai dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hasil yang signifikan positif atas kemampuan market timing, begitu pula kemampuan stock selection. Akan tetapi korelasi antara kemampuan market timing dan stock selection menghasilkan nilai yang negatif. Rao (2000) meneliti hubungan antara market timing dan kinerja 570 reksa dana selama periode 1987 sampai dengan 1996 dengan menggunakan data tahunan. Peneliti menggunakan model pengukuran Merton dan Henriksson. Hasil penelitian menunjukkan, pada level signifikan 1% hanya terdapat 4 reksa dana yang mempunyai kemampuan positif market timing, dan hanya 1 yang positif mempunyai kemampuan stock selection. Jika level signifikan menjadi 5%, terdapat 29 reksa dana yang mempunyai kemampuan stock selection. Bollen dan Busse (2001) melakukan penelitian tentang kemampuan market timing pada manajer investasi reksa dana saham di Amerika Serikat tahun Sampel reksa dana yang digunakan terdiri dari 230 reksa dana dan menggunakan data harian. Metode penelitian yang digunakan mengacu pada model Henriksson dan Merton. Hasilnya menunjukkan bahwa tes yang berdasarkan

18 43 regresi standar memiliki kekuatan yang lebih, dalam mendeteksi aktivitas market timing secara signifikan ketika menggunakan data harian namun tidak menjelaskan tentang stock selection ability. Sehgal dan Jhanwar (2008) melakukan penelitian tentang stock selection skill dan market timing abilities pada manajer reksa dana di India selama periode tahun dengan menggunakan sampel 59 buah reksa dana saham. Mereka menyimpulkan pada daily basis, 28% dari sampelnya menunjukan alpha secara signifikan (selectivity coefficient), namun manajer investasi reksa dana di India tidak memiliki kemampuan market timing yang signifikan jika menggunakan data bulanan. Cuthbertson dan Nitzche (2010) melakukan investigasi terhadap industri reksa dana saham di Jerman dalam rentang waktu 20 tahun yakni dari tahun 1990 sampai dengan Data reksa dana saham yang digunakan berupa data bulanan. Metode yang digunakan adalah false discovery rate (FDR) dalam menghitung model seleksi dan pengukuran kinerja reksa dana saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode FDR menunjukkan bahwa manajer investasi tidak mempunyai kemampuan market timing dan hanya menemukan 0,5% reksa dana yang mempunyai kinerja alpha positif dan hanya 27% yang mempunyai kinerja alpha negatif. Kaur (2013) melakukan studi evaluasi tentang kinerja reksa dana saham di India, juga menganalisis kinerja manajer investasi dalam mendiversifikasi portofolio, kemampuan market timing dan stock selection. Model Treynor dan Mazuy digunakan untuk mengukur kemampuan market timing manajer investasi reksa dana saham, sedangkan model Fama Three Factor digunakan untuk

19 44 mengukur kemampuan stock selection. Data yang digunakan merupakan data harian dengan rentang waktu antara tahun 2008 sampai dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 besar reksa dana saham di India mempunyai kemampuan market timing dan stock selection, hal ini ditunjukkan dengan alpha yang signifikan positif Hasil Penelitian di Indonesia Brahmana (2003) menguji kemampuan market timing dan stock picking manajer reksa dana saham di Indonesia untuk periode Juli 1999 sampai Maret 2003 dengan menggunakan data harian. Sampel data reksa dana saham yang digunakan sejumlah 17 reksa dana saham. Metode penelitian dengan menggunakan model Henriksson-Merton dan Treynor Mazuy atau disebut HM (TM) dengan mengadaptasi model Charhat four factor model (1997). Model HM (TM) memperlihatkan 23,53% (29,41%) dari seluruh sampel reksa dana saham memiliki stock picking positif signifikan jika dibandingkan dengan data bulanan yang hanya mampu mendeteksi 5,88% saja, dan sebanyak 17,65% ditemukan memiliki market timing ability yang positif signifikan dengan menggunakan data harian dibandingkan dengan menggunakan data bulanan, sama sekali tidak mampu mendeteksi adanya kemampuan market timing. Wardhani (2003) dengan data bulanan pada periode 1998 sampai dengan 2001 dengan menggunakan model pengujian Henriksson dan Merton yang dikombinasikan dengan model Charhat, menemukan bahwa dari 18 reksa dana saham yang diteliti tidak ditemukan satupun yang memiliki positif signifikan stock selection ability dan hanya satu saja yang memiliki positif signifikan kemampuan

20 45 market timing. Ardiyanto (2004) meneliti kemampuan market timing dan stock selection terhadap 14 reksa dana saham di Indonesia periode 2000 sampai dengan 2003 dengan menggunakan data bulanan. Penelitian menggunakan model Treynor- Mazuy dan Henriksson-Merton. Hasil penelitian berdasarkan model Treynor dan Mazuy menunjukkan bahwa tidak ada manajer investasi yang mempunyai kemampuan stock selection dan market timing. Sementara itu, hasil penelitian berdasarkan Henriksson dan Merton menunjukkan bahwa hanya satu reksa dana yang mempunyai kemampuan stock selection dan tidak ada satu pun reksa dana yang mempunyai kemampuan market timing. Kaslani (2004) melakukan penelitian terhadap 12 reksa dana saham untuk periode 1999 sampai dengan 2003 dengan menggunakan data bulanan dan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Henriksson dan Merton. Dari hasil penelitian ini ditemukan hanya satu reksa dana saham yang mempunyai kemampuan pemilihan sekuritas yang baik dan tidak ada yang memiliki kemampuan market timing. Partawidjaja (2005) memakai model Henriksson dan Merton untuk bisa memberikan gambaran mengenai kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi reksa dana saham. Data yang digunakan dalam periode pengamatan adalah data bulanan selama periode Januari 2001 sampai dengan Mei Dari hasil uji panel yang dilakukan, hampir semua manajer investasi mempunyai kemampuan market timing yang buruk. Sedangkan kemampuan stock selection jauh lebih baik, tetapi hanya memberikan nilai tambah yang sedikit terhadap excess return portofolio manajer investasi tersebut.

21 46 Harahap (2006) mengidentifikasi kemampuan market timing terhadap 32 reksa dana saham untuk periode pengamatan dari Nopember 2003 sampai dengan 30 Juni 2006 dengan menggunakan model Henriksson dan Merton. Hasil regresi terhadap reksa dana yang digunakan sebagai sampel, hanya 2 reksa dana yang memiliki kemampuan market timing. Christian (2009) melakukan evaluasi terhadap 23 produk reksa dana saham yang mewakili 79% dari total aset yang dikelola manajer investasi pada periode bullish (pasar naik) dan bearish (pasar menurun). Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian dari bulan Januari 2006 sampai dengan Desember Dengan menggunakan metode Treynor dan Mazuy tidak ditemukan satupun reksa dana saham yang memiliki kemampuan market timing dan stock selection yang signifikan. Mardiasih (2012) meneliti kemampuan manajer investasi dalam market timing dan stock selection dengan menggunakan model regresi kuadratik Treynor dan Mazuy. Data yang digunakan berupa data bulanan dari tahun 2006 sampai dengan Dari 10 reksa dana yang dijadikan sampel, hanya satu reksa dana saham yang mempunyai kemampuan market timing. Sedangkan dilihat dari kemampuan stock selectionnya, tidak ada satupun yang secara statistik memiliki kemampuan stock selection yang signifikan positif. Putri (2012) mengukur kemampuan 16 reksa dana saham dengan melihat kemampuan market timing dan stock selection yang dilakukannya. Periode pengamatan yang dilakukan dari tahun 2006 sampai dengan tahun Hasil penelitian dengan menggunakan model Treynor-Mazuy dan Henriksson-Merton, sebagian besar manajer investasi dalam penelitian ini tidak memiliki kemampuan

22 47 market timing dan hanya ada empat reksa dana saham yang memili kemampuan market timing. Panjaitan (2013) menganalisis kemampuan reksa dana saham yang diukur dari memampuan stock selection dan market timing. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 51 reksa dana saham dengan data bulanan yang terdaftar selama periode 2009 sampai dengan Metode yang digunakan dalam melakukan analisis kemampuan market timing dan stock selection, peneliti menggunakan Treynor-Mazuy dan Henriksson-Merton. Hasil kemampuan stock selection menunjukkan sebagian besar reksa dana saham tidak mempunyai skill dalam memilih saham, karena hanya ditemukan 2 reksa dana saham yang mempunyai alpha signifikan positif. Juga sebagian besar reksa dana saham tidak memiliki kemampuan market timing, dengan model Treynor dan Mazuy hanya 6 reksa dana saham yang signifikan dan dengan model Henriksson dan Merton ditemukan hanya 9 yang memiliki alpha yang positif.

23 Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian kinerja reksa dana saham yang mengukur kemampuan stock selection dan market timing dengan data harian dan bulanan ini dapat digambarkan sebagai berikut: Peningkatan NAB reksa dana saham Kinerje reksa dana saham dilihat dari kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi Return Market (IHSG) Excess return reksa dana saham Risk Free Rate (Sertifikat Bank Indonesia) Model Regresi Treynor-Mazuy Data Harian Data Bulanan Market Timing (φ) Stock Selection (α) Market Timing (φ) Stock Selection (α) Gambar 3.1: Kerangka Pemikirian Penelitian

24 Hipotesis H1 : Manajer investasi reksa dana saham memiliki kemampuan stock selection atau manajer investasi mempunyai kemampuan dalam memilih saham yang tepat (asumsi variabel lainnya konstan) pada data harian. H 0 : β 0 0, manajer investasi tidak mempunyai kemampuan stock selection H 1 : β 0 > 0, manajer investasi mempunyai kemampuan stock selection ( β 0 ekuivalen dengan α ) H2 : Reksa dana saham memiliki kemampuan market timing atau kemampuan membeli atau menjual saham yang tepat (asumsi variabel lainnya konstan) pada data harian. H 0 : β 2 0, manajer investasi tidak mempunyai kemampuan market timing H 1 : β 2 > 0, manajer investasi mempunyai kemampuan market timing ( β 2 ekuivalen dengan φ ) H3 : Manajer investasi reksa dana saham memiliki kemampuan stock selection atau manajer investasi mempunyai kemampuan dalam memilih saham yang tepat (asumsi variabel lainnya konstan) pada data bulanan. H 0 : β 0 0, manajer investasi tidak mempunyai kemampuan stock selection H 1 : β 0 > 0, manajer investasi mempunyai kemampuan stock selection ( β 0 ekuivalen dengan α ) H4 : Reksa dana saham memiliki kemampuan market timing atau kemampuan membeli atau menjual saham yang tepat (asumsi variabel lainnya konstan) pada data bulanan. H 0 : β 2 0, manajer investasi tidak mempunyai kemampuan market timing H 1 : β 2 > 0, manajer investasi mempunyai kemampuan market timing ( β 2 ekuivalen dengan φ )

25 50 H5 : Terdapat perbedaan hasil market timing untuk penggunaan data harian dan bulanan H 0 : Sig t hitung > 0,05, tidak terdapat perbedaan hasil market timing maupun stock selection untuk penggunaan data harian dan bulanan H 1 : Sig t hitung < 0,05, terdapat perbedaan hasil market timing maupun stock selection untuk penggunaan data harian dan bulanan H6 : Terdapat perbedaan hasil stock selection untuk penggunaan data harian dan bulanan H 0 : Sig t hitung > 0,05, tidak terdapat perbedaan hasil market timing maupun stock selection untuk penggunaan data harian dan bulanan H 1 : Sig t hitung < 0,05, terdapat perbedaan hasil market timing maupun stock selection untuk penggunaan data harian dan bulanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini atau di investasikan pada berbagai jenis pilihan instrumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27). Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas teori dasar portofolio dan teori kinerja portofolio. Secara spesifik teori kinerja portofolio ini akan digunakan pada bab bab selanjutnya untuk mengevaluasi kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL XVIII DAFTAR GAMBAR XX DAFTAR LAMPIRAN XXI DAFTAR PERSAMAAN XXI DAFTAR ISTILAH XXII 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 7

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksa Dana Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Investasi bisa berkaitan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS RACHMADINI ADI PUTRI FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA TESIS RACHMADINI ADI PUTRI FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA PENGUKURAN KEMAMPUAN STOCK SELECTION DAN MARKET TIMING REKSA DANA SAHAM DI INDONESIA TESIS RACHMADINI ADI PUTRI 0906654531 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 59 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran data yang diolah dalam penelitian. Beberapa ukuran yang digunakan dalam memberikan deskripsi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Single Index Model Pada dasarnya Single Index Model menyederhanakan masalah portofolio dengan mengkaitkan hubungan antara setiap saham dalam portofolio

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN Fitaning Intan Pradani R. Rustam Hidayat Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal sekarang telah berkembang sangat pesat. Pasar modal Indonesia memiliki peran yang sangat besar terhadap perekonomian negara. Dari berbagai macam instrumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen

I. PENDAHULUAN. tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan semakin berkembangnya perekonomian dunia maka tersedia berbagai pilihan instrumen investasi. Adanya alternatif instrumen investasi memungkinkan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund b. Panin Dana Maksima c. Trim Syariah Saham BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian a. Makinta Growth Fund Makinta Growth Fund merupakan reksa dana yang dikelola oleh Makinta Securities. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori 3.1.1. Pengertian Investasi Investasi adalah penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan masyarakat dalam melakukan investasi. Tingginya tingkat pengembalian dari instrumen investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan paling mendasar bagi manusia adalah keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor

BAB II Tinjauan Pustaka. Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 14 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Reksa Dana Menurut Standar Akuntansi Keuangan 2002 yaitu dalam PSAK Nomor 49, pengertian reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif investasi bagi para. (Pratomo dan Ubaidillah Nugraha, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu pilar ekonomi di Indonesia yang dapat menjadi penggerak perekonomian nasional melalui peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK

ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK ANALISIS KINERJA REKSA DANA SAHAM MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari beberapa reksa dana saham. Penulis melakukan penelitian pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti zaman sekarang, perkembangan ekonomi semakin kompleks sehingga memunculkan beragam alternatif dalam berinvestasi. Investasi adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL

Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Pertemuan ke-1 INVESTASI & PERANAN PASAR MODAL Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat memahami konsep dasar investasi, lingkungan investasi, dan peranan pasar modal terhadap investor dan perusahaan yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan seseorang yang saat ini masih berusia produktif dalam bekerja dapat menurun kinerjanya dikarenakan usia yang semakin lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial adalah kondisi ketika kita hidup berkecukupan, mempunyai pendapatan yang lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Hillway (1956) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu

BAB I PENDAHULUAN. sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kegiatan investasi pada instrumen keuangan menjadi suatu pilihan yang banyak dipilih oleh para pemilik modal untuk dapat mengembangkan aset yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensasi atas penundaan tersebut. 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di dalamnya terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi yang semakin maju terutama investasi di pasar modal Indonesia menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Investasi 2.1.1 Definisi dan Tujuan Investasi Investasi adalah komitmen penempatan sejumlah dana pada satu atau lebih aset yang akan disimpan pada jangka waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang diminati oleh investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada saham. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai pengolahan data-data yang berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data tersebut akan menghasilkan hasil

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci : market timing; portfolio; stocks; excess return portfolio; reksa dana saham

ABSTRAK Kata Kunci : market timing; portfolio; stocks; excess return portfolio; reksa dana saham KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana merupakan salah satu cara berinvestasi agar bisa memenuhi kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal, Reksa dana adalah wadah

Lebih terperinci

Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD)

Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Program Pelatihan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana (WAPERD) Pengetahuan Dasar Mengenai Reksa Dana Oleh : Welin Kusuma ST, SE, SSos, SH, SS, SAP, SStat, MT, MKn, RFP-I, CPBD, CPPM, CFP,, Aff.WM, BKP,

Lebih terperinci

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007

REKSA DANA. PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 REKSA DANA PT DANAREKSA INVESTMENT MANAGEMENT, August 2007 Reksa Dana UNDANG-UNDANG PASAR MODAL No. 8 tahun1995, BAB I, Pasal 1 Ayat 27 : Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal

Lebih terperinci

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan perekonomian suatu negara, perlu dibangun dan dikembangkan. Pembangunan suatu Negara membutuhkan

Lebih terperinci

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager

REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI. Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * Keywords: investment, mutual fund, investment manager REKSA DANA SEBAGAI PILIHAN BENTUK INSTRUMEN INVESTASI Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja * ABSTRACT There are various types of investment instruments that can be chosen by investors in accordance with

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Menurut Hilway(1956) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan sesorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Investasi adalah hal yang dilakukan oleh masyarakat agar mendapatkan tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau kekayaaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Teori Portofolio Teori portofolio modern menekankan pertanyaan tentang diversifikasi efisien, yaitu bagaimana mendapatkan pertukaran terbaik antara risiko dan return dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Investasi 2.1.1 Manajemen Investasi Menurut Pratomo dan Nugraha (2005), Investasi adalah Membeli suatu aset yang diharapkan dimasa datang dapat dijual kembali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor untuk menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor untuk menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi mempunyai peranan yang penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tanpa adanya investasi maka pertumbuhan perekonomian suatu negara akan berhenti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi.

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Halim (2003:1) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

Rikas Dwi Cahyo¹. ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom

Rikas Dwi Cahyo¹. ¹Manajemen (Manajemen Bisnis Telekomunikasi & Informatika), Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Telkom Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2010 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL YANG DIBENTUK OLEH SINGLE INDEX MODEL DAN ROYS CRITERION (STUDI KASUS SAHAM- SAHAM LQ45 PERIODE FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dunia, khususnya perekonomian Indonesia, masyarakat dunia semakin menyadari kebutuhannya untuk berinvestasi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi mereka. Pada dasarnya investasi pada Reksa Dana bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi yang semakin berkembang saat ini. Salah satu upaya menarik minat investor domestik di pasar modal dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana efektif sebagai penggalang dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Aktivitas pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Reksa dana Alternatif investasi yang tengah digalakan bagi masyarakat luas adalah reksa dana. Berdasarkan UU no. 9/1995 pasal 1 ayat 27 disebutkan reksa dana adalah

Lebih terperinci

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL)

INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) INSTRUMEN INVESTASI BAGI PEMODAL YANG MEMILIKI DANA TERBATAS (INVESTOR INDIVIDUAL) Oleh: DEDEN MULYANA Disampaikan pada Seminar Bulanan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi 15 Mei 2013 Pendahuluan Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang besar dan risiko yang kecil dalam usahanya tersebut. Banyak strategi yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 23 BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1 Kajian Teori 3.1.1 Investasi Menurut Bodie et.al, (2014) pengertian investasi adalah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lain dengan

Lebih terperinci

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh:

REKSADANA. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang. Disusun Oleh: REKSADANA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pasar Modal dan Uang Disusun Oleh: Fitria Mayasari Evi Atikah Sari Arif Puji Utomo B.241.09.0051 B.241.10.0017 B.241.10.0047 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Pasar Modal

STIE DEWANTARA Pasar Modal Pasar Modal Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 3 Pengertian Dalam arti sempit Pasar Modal = Bursa efek, yaitu tempat terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II. pengetahuan yang terbatas. Reksa dana mulai lahir di Indonesia pada tahun

BAB II. pengetahuan yang terbatas. Reksa dana mulai lahir di Indonesia pada tahun 15 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Unit trust, mutual fund atau investment fund adalah istilah-istilah yang memiliki pengertian sama dengan reksa dana. Reksa dana merupakan sarana untuk menghimpun

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN STOCK SELECTION DAN MARKET TIMING MANAJER INVESTASI PADA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA

ANALISIS KEMAMPUAN STOCK SELECTION DAN MARKET TIMING MANAJER INVESTASI PADA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA ANALISIS KEMAMPUAN STOCK SELECTION DAN MARKET TIMING MANAJER INVESTASI PADA REKSADANA SAHAM DI INDONESIA MICHAEL VINCENTIUS PANJAITAN Michael_panjaitan@yahoo.com ABSTRACT The purpose of this study is to

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. finansial (deposito, saham, obligasi). Menurut Tandelilin (2010), investasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Investasi 1. Pengertian dan Tujuan Investasi Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Aktivitas investasi yang umumnya dilakukan adalah menginvestasikan

Lebih terperinci

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang

Filosofi Investasi. Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Investasi Filosofi Investasi Menunda/mengurangi konsumsi hari ini untuk mendapatkan keuntungan di masa datang Macam Investasi Investasi Aktiva Berwujud Aktiva Finansial Investasi di Aktiva Berwujud Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial assets) merupakan salah satu bentuk dari investasi selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada pasar modal merupakan salah satu cara bagi masyarakat pemodal untuk memperoleh keuntungan dengan cepat. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah sejumlah dana yang digunakan dengan harapan dapat memberikan keuntungan tertentu di masa yang akan datang. Investasi

Lebih terperinci

Aprisya Falahearlya. Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya

Aprisya Falahearlya. Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya Pasar dan Lembaga Keuangan SUMMARY Reksadana (Mutual Fund) By : Aprisya Falahearlya Pengertian Reksa Dana Menurut UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Teori Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut Tandelilin (2010: 1) investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegitan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1.Teori Portofolio Teori portofolio modern berkembang sejak ditemukan cara berinvestasi yang efisien dan optimal oleh Harry

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menerima dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya mengelola dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menerima dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya mengelola dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Reksa Dana 2.1.1. Pengertian Reksa Dana Secara umum, reksa dana adalah kegiatan manajer investasi dalam menerima dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya mengelola dana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return) Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci