BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Reksa dana Alternatif investasi yang tengah digalakan bagi masyarakat luas adalah reksa dana. Berdasarkan UU no. 9/1995 pasal 1 ayat 27 disebutkan reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal dan kemudian selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi. Efek yang diperdagangkan dalam membentuk portofolio reksa dana adalah efek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Jenis instrumennya dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, commercial paper dan obligasi, serta saham. Investasi tersebut mempunyai jangka waktu pendek, menengah dan panjang. Namun, umumnya reksa dana diinvestasikan pada instrumen berjangka waktu menengah dan panjang dengan harapan memeperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan invesatsinya yang dilakukan dalam jangka waktu pendek. II.2 Industri Reksa dana di indonesia Reksa dana yang dimulai banyak didirikan pada tahun 1996 sesungguhnya bukanlah hal yang baru diindonesia. Reksa dana telah hadir di Indonesia sejak tahun

2 1977 melalui PT Danareksa yang instrumennya disebut sertifikat danareksa. Namun, pada waktu itu belum bervariasi dan penyebarannya masih sangat terbatas akibat berbagai kendala. Kemudian pada tahun 1995 berdiri sebuah reksa dana tertutup yaitu PT BDNI Reksa Dana. Berdirinya reksa dana ini merupakan cikal bakal semaraknya reksa dana di Indonesia. Pendirian reksa dana terus berkembang dimana 25 reksa dana in dikelola oleh 12 manajer investasi. Krisis keuangan pada tahun 1997 di Indonesia dan dengan kebijakan pemerintah mengeluarkan kebijakan memperbesar rentang band dollar menjadi 12%, dan tingkat bunga mengalami kenaikan sehingga masyarakat menarik dananya dari reksa dana dan diakhir tahun 1997 total nilai aktiva bersih reksa dana turun menjadi Rp 4,9 triliun. Sampai akhir 1998 nilai aktiva bersih reksa dana mengalami penurunan menjadi Rp 3 triliun yang di picu oleh tingginya tingkat suku bunga yang mencapai 70 persen yang membuat investor lebih memilih untuk berinvestasi di deposito di bandingkan reksa dana. Pada tahun 2001 reksa dana mengalami pertumbuhan yang normal dengan total nilai aktiva bersih menjadi Rp 8 triliun dengan jumlah reksa dana menjadi 108 reksa dana. Perkembangan reksa dana ini terus bertambah dengan berbagai inovasi yang dilakukan manajer investasi. Para manajer investasi melakukan kerjasama dengan perbankan untuk menjual reksa dana sehingga total reksa dana mengalami peningkatan yang cukup tajam menjadi Rp 46,6 triliun dengan jumlah reksa dana sebanyak 131 reksa dana.

3 II.3 Jenis-jenis Reksa dana Bodie, et.al (2005) membagi reksa dana ke dalam 7 jenis reksa dana berdasarkan instrumen efek pembentuk portofolio reksa dana dan imbal hasil yang diberikan oleh reksa dana tersebut. Reksa dana menurut Bodie et.al yaitu: 1. Reksa dana pasar uang Dana yang diperoleh oleh para investor di investasikan kedalam efek-efek pasar uang. Keunggulan dari reksa dana in adalah risiko yang ditanggung investor sangat kecil, namun kelemahannya yaitu memiliki tingkat imbal hasil yang kecil pula. 2. Reksa dana pendapatan tetap Sebagian besar dana ditempatkan pada instrumen pendapatan tetap, seperti pada obligasi pemerintah maupun obligasi perusahaan. Pada umumnya obligasi memberikan pembayaran per periode dalam jumlah yang tetap, sehingga investor reksa dana ini memperoleh pendapatan periodik yang jumlah tetap pula. 3. Reksa dana Campuran Dana diinvestasikan ke dalam instrumen pendapatan tetap dan instrumen saham dengan komposisi yang relatif sama. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan dari pokok dana investasi sekaligus mengejar imbal hasil yang lebih tinggi.

4 4. Reksa dana Saham Dana diinvestasikan sebagian besar pada saham-saham yang dimasa mendatang akan diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari pada umumnya. Sekitar 4-5% dari dana tersebut akan ditempatkan pada efek pasar uang untuk menjaga likuiditas akibat penarikan dana yang dilakukan oleh para investor. 5. International Fund Dana ditempatkan pada instrumen-instrumen efek yang bukan berasal dari negara penerbit obligasi. Contohnya seperti manajer investasi yang berlokasi di Indonesia yang membeli efek-efek portofolio reksa dana dari bursa di Jepang. 6. Asset allocation and flexible fund Serupa dengan reksa dana campuran yang diinvestasikan dalam efek saham dan obligasi sekaligus tetapi juga difokuskan pada suatu sektor yang potensial sesuai dengan perkiraan manajer investasi. Pada reksa dana ini kemampuan market timing mutlak diperlukan. 7. Reksa dana Indeks Pada reksa dana ini dana diinvestasikan pada indeks pasar saham, maupun indeks obligasi. Reksa dana ini ditawarkan kepada investor kecil karena kecilnya biaya investasi dan cenderung menggunakan passive investment strategy tanpa perlu membuat suatu analisa pilihan efek.

5 Selanjutnya, Manurung (2007) mengelompokkan reksa dana berdasarkan risiko dan reksa dana tersebut. Risiko tersebut dikelompokkan dari yang terendah sampai tertinggi berdasarkan jenis instrumen yang menjadi investasi reksa dana tersebut. Bila reksa dana tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat pengembalian dan risiko maka reksa dana yang mempunyai tingkat pengembalian yang rendah dan risiko rendah dikenal dengan reksa dana Pasar Uang. Kemudian, risikonya lebih tinggi dan tingkat pengembaliannya sedikit lebih tinggi dikenal dengan Reksa dana Obligasi. Risiko lebih tinggi dan tingkat pengembalian lebih tinggi maka reksa dana disebut sudah memasuki reksa dana campuran yaitu campuran instrumen saham dan instrumen berpendapatan tetap. Kemudian reksa dana yang mempunyai risiko tinggi dan tingkat pengembalian tinggi disebut dengan reksa dana pertumbuhan agresif. Jenis reksa dana tersebut dapat diperhatikan paga gambar 1.1. Gambar 1.1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Tingkat Pengembalian dan Risiko Tingkat Pengembalian Reksa Dana Pertumbuhan Agresif Reksa Dana Pertumbuhan Reksa Dana Pertumbuhan dan pendapatan Reksa Dana Pendapatan Reksa Dana Seimbang Reksa Dana Obligasi Reksa Dana Pasar Uang Risiko Sumber : Adler Manurung, Reksa dana Investasiku, 2007

6 II.4 Pemilihan Reksa Dana Manurung (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan oleh investor dalam memilih investasi ke dalam reksa dana yaitu; pertama, menentukan tujuan investasi dimana dalam tahapan ini sudah terkandung bahwa dana yang dimiliki untuk investasi jangka menengah atau panjang. Aspek kedua yaitu membandingkan sekelompok reksa dana yang akan di investasikan. Untuk lebih baik, jangan menginvestasikan hanaya pada satu reksa dana supaya terjadi diversivikasi. Aspek ketiga yaitu mengenali pengelola reksa dana. Pengelola reksa dana baik secara perorangan maupun perusahaan perlu diketahui dengan cermat melalui membaca prospektus dari reksa dana tersebut. Aspek keempat yaitu sponsor dari reksa dana. Sponsor reksa dana menjadi sebuah kriteria untuk melihat seberapa jauh komitmen dan bonafiditas dari sponsor tersebut, karena berdirinya reksa dana tidak terlepas dari pengorbanan sponsor. Aspek kelima yaitu pengalaman mengelola dana atau sering dikenal dalam bahasa Inggris yaitu track recorddari pengelola dana tersebut, sebaiknya track record dalam mengelola dana di Indonesia. Aspek keenam yaitu kemudahan melakukan transaksi untuk membeli dan meredeem reksa dana tersebut serta jasa pelayanan yang diberikan manajer investasi. Aspek ketujuh, yaitu jumlah investor perorangan dari reksa dana yang bersangkutan. Jumlah investor reksa dana ini sangat penting karena semakin banyak

7 pemegang reksa dananya maka stabilitas dari reksa dana tersebut terjamin dan penurunan nilai aktiva yang tajam tidak terjadi. II.5 Risiko Karena keputusan investasi dilakukan sekarang, sedangkan return baru akan diperoleh di masa yang akan datang yang diliputi ketidakpastian, maka keputusan investasi tersebut mengandung risiko. Marzuki Usman (1994) menyatakan, risiko yang mungkin dihadapi investor antara lain : a) Risiko daya beli (Purchasing Power Risk) Sifat investor dalam menangani faktor risiko di pasar modal terdiri dari 2 (dua), yaitu investor yang tidak menyukai risiko (risk averter) dan investor yang menyukai risiko (risk taker). Bagi risk averter akan memilih jenis investasi yang memberikan keuntungan minimal sama dengan investasi sebelumnya. Investor mengharapkan mendapatkan return yang tidak terlalu lama, karena khawatir adanya inflasi yang tinggi, menyebabkan pendapatan riil yang diperoleh menjadi kecil. b) Risiko Bisnis Risiko bisnis adalah suatu risiko menurunnya kemampuan mendapatkan laba yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan perusahaan membayar bunga atau dividen.

8 c) Risiko Tingkat Bunga Kenaikan tingkat bunga umumnya menyebabkan menurunnya harga-harga saham di pasar modal. d) Risiko Pasar (Market Risk) Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua harga saham di pasar modal mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila kondisi pasar lesu (bearish), harga saham juga cenderung mengalami penurunan. e) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) Risiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan dengan tanpa mengalami suatu kerugian yang berarti. Ukuran-ukuran yang biasa dipakai untuk mengukur risiko-risiko diatas adalah besarnya penyimpangan return aktual terhadap return yang diharapkan (expected return) sebagai akibat terjadinya kemungkinan sukses atau gagalnya investasi yang dilakukan. Risiko saham biasa diukur dengan menggunakan pengukuran variance (varians) atau standar deviasi. Dengan demikian, adanya unsur ketidakpastian dalam investasi membuat investor tidak hanya berpikir semata mata return saja, tetapi juga mempertimbangkan adanya risiko investasi. Risiko investasi dapat pula dikelompokkan menjadi risiko sistematis dan risiko yang tidak sistematis. Risiko sistematis adalah merupakan risiko yang tidak dapat dihindari sebagai akibat perubahan kondisi perekonomian nasional, regional dan global yang tidak sesuai dengan harapan. Penting bagi investor nasional untuk

9 memprediksi kondisi perekonomian nasional, regional dan global, karena aktivitas ekonomi tersebut akan mempengaruhi industri dan perusahaan dalam pencapaian laba dan akhirnya akan mempengaruhi fluktuasi harga saham perusahaan. Risiko non sistematis adalah risiko yang timbul dari faktor internal dan eksternal perusahaan (faktor mikro). Adanya moral hazzard dalam perusahaan, semakin tingginya tingkat persaingan, risiko usaha, cepatnya perkembangan teknologi akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan harga sahamnya. II.6 Strategi aktif II.6.1 Strategi Aktif Pemilihan Sekuritas Strategi aktif pemilihan sekuritas dengan model Treynor Black bertujuan untuk mengoptimalkan mean variance dari portofolio berrisiko, sehingga didapat Capital Allocation Line yang lebih baik daripada Capital Market Line. Dari sekuritassekuritas yang ada di pasar dipilih sekuritas-sekuritas yang mispriced (undervalued) yang diharapkan akan memberikan abnormal return atau extra exected return. Namun tidak seluruh sekuritas tersebut dipilih dan disusun dalam satu portofolio tersendiri, karena pertimbangan biaya analisa yang harus dilakukannya dan prinsip diversifikasi. Akan tetapi hasil dari pemilihan sekuritas tersebut akan digabung dengan portofolio indeks pasar untuk membentuk satu portofolio aktiva berrisiko yang lebih baik.

10 Model Treynor Black mengasumsikan bahwa pasar modal mendekati efisien. Prinsip-prinsip dasarnya adalah sebagai berikut : a. Analisa sekuritas hanya bisa dilakukan pada sebagian kecil sekuritas saja. Sekuritas-sekuritas lainnya yang tidak dianalisa dianggap berharga wajar. b. Untuk mendapatkan diversifikasi yang efisien, maka digunakan portofolio indeks pasar sebagai portofolio dasar. Portofolio indeks pasar ini disebut portofolio pasif. c. Perkiraan harapan hasil investasi dan varian dari portofolio indeks pasar sudah tersedia. d. Tujuan dari analisa sekuritas adalah untuk membentuk satu portofolio aktif dari sejumlah kecil sekuritas yang dipilih tersebut adalah sekuritas yang mispriced. e. Perkiraan makro ekonomi untuk portofolio pasif dan perkiraan makro dan mikro ekonomi untuk portofolio aktif digunakan untuk menentukan portofolio optimal yang berrisiko, yang merupakan gabungan dari portofolio aktif dan portofolio pasif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa sekuritas menurut Treynor Black adalah sebagai berikut: a. Memperkirakan beta dan residual dari setiap sekuritas yang akan dianalisa. Sedangkan required rate of return dari setiap sekuritas dihitung dari beta dan perkiraan makro, serta excess market return b. Dengan derajad mispricing tertentu untuk setiap sekuritas, expected return dan expected abnormal return dapat ditentukan (alpha).

11 c. Dengan menggunakan nilai perkiraan alpha, beta dan residual risk dari setiap sekuritas yang dianalisa, maka bobot optimal dari setiap sekuritas dalam portofolio aktif dapat ditentukan. d. Memperkirakan alpha, beta dan residual risk dari portofolio aktif sesuai dengan bobot sekuritas dalam portofolio. Untuk setiap sekuritas yang dianalisa misalkan sekuritas K dinyatakan tingkat hasil investasinya (rate of return) sebagai : r k = r f + β k (r m -r f ) + e k + α k...(2-1) Dimana : r f adalah tingkat bunga bebas risiko β k adalah risiko sistematis r m adalah tingkat hasil investasi pada portofolio indeks pasar e k adalah firm specific disturbance atau non systematic components of return α k adalah extra expected return atau abnormal return Jadi, untuk setiap sekuritas yang dianalisa, harus diperkirakan nilai-nilai dari α k, β k, σ 2 (e k ). Bila semua nilai α k sama dengan nol, maka portofolio yang optimal. Tetapi pada umumnya α k bernilai positif atau negatif. Kumpulan dari sekuritas-sekuritas yang dianalisa tersebut akan membentuk suatu portofolio aktif, misalkan portofolio A. Portofolio A ini akan membentuk suatu efficient frontier yang terletak diatas effiecient frontier portofolio indeks pasar. Akibatnya portofolio A mempunyai Capital Allocation Line (CAL) yang terletak

12 diatas Capital Market Line (CML). Hal ini disebabkan karena portofolio A disusun dari sekuritas-sekuritas dengan nilai α positif, sedangkan semua sekuritas membentuk portofolio indeks pasar diasumsikan mempunyai nilai alpha sama dengan nol. Harapan tingkat hasil investasi(expected return) portofolio A adalah : E(rA) = αa + rf+ βa [E(rM) rf]...(2-2) Sedangkan total varian portofolio aktif A terdiri dari komponen varian sistematik σ 2 (e A ). Kovarian portofolio aktif A dengan portofolio pasar adalah β 2 σ 2 M Portofolio aktif A bukan merupakan portofolio yang optimal karena tidak memenuhi kriteria diversifikasi. Oleh karena itu portofolio A ini digabung dengan portofolio indeks pasar sehingga membentuk satu portofolio yang optimal. Misalkan W bagian di portofolio aktif A, dan (1-w) di portofolio indeks pasar, maka tingkat hasil investasinya dinyatakan sebagai berikut : r p = W + r A + (1-w) r M...(2-3) Dengan tujuan untuk mengoptimalkan Sharpe s Measure dari portofolio optimal tersebut, maka akan didapat 1 bobot optimal W *, sehingga terbentuk 1 CAL yang menyinggung efficient frontier portofolio A. W * = W o / 1+(1-β A ). W o...(2-4) Atau W o = ((α A / σ 2 (e A )) / [E (r m ) - r f ] / σ 2 m...(2-5) Dari persamaan 2-5 terlihat bahwa bagian pembilan merupakan reward dari mispricing terhadap risiko non sistematis. Reward ini dibagi dengan reward to variability portofolio indeks pasar. Hal ini disebabkan karena W o adalah bobot optimal di portofolio aktif A, bila beta portofolio aktif sama dengan nol.

13 Reward to variability ratio dari portofolio optimal ini terdiri dari Sharpe s Measure dari portofolio pasif dan aktif. S 2 p = S 2 m + (α A / σ 2 (e A )) S 2 p = [(E (r m ) r f ) / r m ] 2 + [α A / α (e A )] 2...(2-6) Dari persamaan 2-6 terlihat bahwa portofolio optimal mempunyai Sharpe s Measure lebih tinggi dari portofolio indeks pasar, sebesar α A / α (E A ). Ratio alpha terhadap residual standard deviation ini akan maksimal bila untuk setiap sekuritas yang dianalisa (misalkan sekuritas K dari jumlah n sekuritas) memenuhi syarat pembobotan sebagai berikut : W k = (α k / σ 2 (e k )) / n i α 1 / σ 2 (e i )...(2-7) Persamaan 2-7 menunjukkan bahwa bobot setiap sekuritas dalam portofolio aktif tergantung pada rasio derajad kesalahan harga sekuritas (α k ), terhadap risiko non sistematis (σ 2 (e k )). Kembali pada persamaan 2-6, Sharpe s Measure dari portofolio optimal mengalami peningkatan terhadap Sharpe s Measure portofolio pasif yang dikuadratkan, sebesar [α A / σ (e A )] 2. Rasio ini menjadi ukuran kinerja dari portofolio aktif dan disebut appraisal ratio. Untuk setiap sekuritas yang dianalisa dapat dihitung konstribusinya pada kinerja portofolio aktif. Misalkan terdapat n sekuritas yang dianalisa, maka appraisal ratio portofolio aktif tersebut sama dengan jumlah appraisal ratio dari setiap sekuritas [α A / σ (e A )] 2 = n i [α i / σ (e i )] 2...(2-8)

14 Appraisal ratio dari setiap sekuritas merupakan ukuran konstribusi sekuritas kepada kinerja portofolio aktif. II.6.2 Strategi Aktif Market timing Market timing merupakan strategi aktif dalam mengelola portofolio, dimana manajer investasi memindahkan atau memperbesar bobot dana dalam suatu aktiva yang diperkirakan akan memberikan hasil investasi yang lebih tinggi. Perubahan pembobotan dana ini bisa dilakukan diantara aktiva bebas risiko di pasar uang dan aktiva berisiko di pasar modal, antara aktiva berpendapatan tetap (obligasi) dan aktiva ekuitas di dalam satu aktiva berisiko, atau antara satu ekuitas sektor tertentu dan sektor lainnya di dalam 1 aktiva ekuitas yang merupakan bagian dari satu aktiva berisiko. Perubahan pembobotan ini dengan sendirinya merubah beta portofolio dan harapan hasil investasi. Pengambilan keputusan market timing didasari pada peramalan perubahan parameter-parameter ekonomi makro yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat hasil investasi pasar uang dan pasar modal. Bahkan perubahan parameter-parameter ekonomi makro tersebut akan berdampak pada sektor-sektor industri yang sensitif dan mempengaruhi tingkat pengembalian efek ekuitas per sektoral bahkan persaham. Bila pasar modal diperkirakan akan bullish, maka strategi market timing akan mengubah portofolionya sehingga beta portofolio akan dirubah menjadi lebih kecil. Keputusan Manajer Investasi dalam merubah beta portofolio, biasanya dilakukan dengan mengubah komposisi antara aktiva bebas risiko dan aktiva berisiko

15 atau antara aktiva berpendapatan tetap dan aktiva ekuitas. Sedangkan perubahan komposisi dalam aktiva ekuitas merupakan keputusan dalam memperbaiki kualitas aktiva berisiko, bukan untuk tujuan market timing. Tingkat keberhasilan menerapkan strategi market timing ditentukan oleh keberhasilan memperkirakan tingkat kembalian di pasar uang dan pasar modal. Oleh karena itu untuk mengukur kemampuan market timing, diperlukan proporsi peramalan (forecast) yang benar tentang bull market dimana tingkat hasil investasi pada portofolio indeks pasar di pasar modal lebih besar daripada tingkat bunga bebas risiko di pasar uang, dan proporsi peramalan yang benar tentang bear market, dimana tingkat hasil investasi pada portofolio indeks pasar di pasar modal lebih kecil daripada tingkat bunga bebas risiko di pasar uang. Misalkan γ (t) adalah var peramalan market timing (Manajer Investasi yang menerapkan strategi market timing), dimana γ (t) = 1 bila peramalan yang dibuat pada saat (t-1) untuk periode t, benar terjadi bahwa Z m > R (t), sehingga probabilitas γ yang bersyarat pada tingkat kembalian hasil investasi pasar didefinisikan sebagai : P 1 (t) = Prob [γ (t) = 0 Zm (t) R (t)] 1-P 1 (t) = Prob [γ (t) = 0 Zm (t) R (t)] P 2 (t) = Prob [γ (t) = 0 Zm (t) > R (t)] 1 - P 2 (t) = Prob [γ (t) = 0 Zm (t) > R (t)]... (2-9) Dengan demikian P 1 (t) adalah probabilitas bersyarat dari peramalan yang benar dengan syarat Z m R (t). Dan P 2 (t) adalah probabilitas bersyarat dari peramalan yang benar dengan syarat Z m > R (t). Dalam hal ini diasumsikan bahwa baik P 1 (t) dan P 2 (t)

16 tidak tergantung dari besarnya Z m - R (t), sehingga P 1 (t) + P 2 (t) dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peramalan dalam strategi market timing. II.6.3 Penilaian Kinerja Portofolio Yang Dikelola Secara Aktif Menurut Zvi Bodie (2003), penilaian kinerja portofolio pasif yang memounyai mean variance konstan dapat dibenarkan secara statistik untuk interval waktu pengukuran yang tidak terlalu panjang. Namun untuk portofolio yang dikelola secara aktif, dimana komposisinya sering berubah, maka penilaian kinerja portofolio berdasarkan asumsi mean variance yang konstan tidak dapat dibenarkan. Bila asumsi mean variance portofolio aktif konstan, maka perubahan tingkat hasil investasi (mean return) yang disebabkan oleh perubahan pada pembobotan dana pada portofolio tidak dianggap sebagai suatu strategi. Sehingga seakan-akan strategi aktif kelihatan lebih berisiko dan memberikan Sharpe s Measure yang lebih rendah dari sebenarnya. Oleh karena itu untuk mengukur kinerja portofolio yang dikelola secara aktif harus digunakan pendekatan pada tingkat kesuksesan melakukan strategi perubahan pembobotan (market timing) yang tercermin pada tingkat hasil investasi dari portofolio tersebut relatif terhadap tingkat hasil investasi dari portofolio tersebut relatif terhadap tingkat hasil investasi pada portofolio indeks pasar. Selain itu kualitas portofolio aktif yang ditentukan oleh pemilihan sekuritas sehingga membentuk CAL yang lebih baik, juga harus diperhitungkan sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio secara keseluruhan. Dengan pendekatan ini, maka kinerja

17 portofolio yang dikelola secara aktif bisa dinilai berdasarkan data-data lampau excess return relatif terhadap bunga bebas risiko. II.6.4 Penilaian Kemampuan Market timing Menurut Henrikkson & Merton (1984), mengembangkan prosedur statistik untuk menilai kemampuan market timing dengan test parametrik dan non parametrik. Bila peramalan-peramalan yang dilakukan Manajer Investasi bisa diamati, maka prosedur non parametrik dapat digunakan tanpa harus memperhitungkan distribusi tingkat hasil investasi. Namun bila peramalan-peramalan tersebut tidak diamati, maka prosedur parametrik dapat digunakan dengan asumsi pada model CAPM ataupun model multifaktor. Prosedur parametrik dapat digunakan untuk mengukur kemampuan market timing dengan menggunakan data-data tingkat hasil investasi portofolio di masa lalu secara urut waktu (time series). Dengan menggunakan kerangka CAPM, dimana bentuk keseimbangan tingkat hasil investasi sekuritas akan konsisten dengan Security Market Line, maka persamaan regresi untuk tingkat hasil investasi dapat dinyatakan sebagai berikut : Zp(t) R(t) = (α + β). ( x (t) +ε (t)...(2-10) Dimana, Zp(t) = realized return dari portofolio x(t) = Zm(t) R(t) adalah realized excess return dari portofolio indeks pasar

18 ε (t) adalah bentuk acak residual, yang diasumsikan memenuhi kondisi sebagai berikut : E[ε (t)] = 0, E[ε (t) x(t)] = 0, E[ε (t) ε (i-t)] = 0, dimana i = 1, 2, 3...(2-11) Model Henrikkson & Merton mengasumsikan bahwa perbedaan tingkat risiko sistematis portofolio yang dipilih oleh Manajer Investasi merupakan fungsi dari peramalan. Berdasarkan asumsi tersebut, maka model ini adalah mengasumsikan ada dua (2) target tingkat risiko yang tergantung pada peramalan apakah tingkat harapan tingkat investasi pada portofolio indeks pasar lebih besar daripada tingkat bunga bebas risiko. Jika ada satu target beta, bila diperkirakan Zm(t) > R(t) dan 1 target beta lainnya untuk Zm(t) R(t). Misal η 1 menyatakan target beta portofolio yang dipilih bila diperkirakan Zm(t) R(t) dan η 2 menyatakan target beta portofolio yang dipilih bila diperkirakan Zm(t) > R(t). Bila β (t) adalah beta portofolio pada saat t, maka β(t) = η 1 untuk peramalan down market dan β(t) = η 2 untuk peramalan up market. Untuk peramalan yang rasional maka η 2 > η 1. Dengan asumsi bahwa β(t) tidak bisa diamati, maka β(t) merupakan suatu varied random. Misalkan b adalah nilai harapan tidak bersyarat (unconditional) dari β(t), maka b dapat dinyatakan : b = q [P 1 η 1 + (1-P 1 ) η 2 ] + (1+q) [P 2 η 2 + (1-P 2 ) η 1 ]... (2-12) Dimana

19 q adalah peramalan atau probabilitas tidak bersyarat sehingga Zm(t) R(t) Misalkan variabel acak θ(t) = [β(t) - b], maka θ(t) merupakan anticipated component of beta, dan distribusinya bisa dinyatakan sebagai berikut : Bersyarat pada x(t) 0, θ = θ 1 θ 2 = η η 2[ 1 qp1 (1 q)(1 P 2), dengan probabilitas = P 1 1 θ 1 =, dengan probabilitas...(2-13) Bersyarat pada, =, dengan probabilitas =, dengan probabilitas =...(2-14) Dari persamaan 2-13 dan 2-14 tersebut dengan bersyarat pada, maka nilai harapan dapat dinyatakan sebagai berikut : E, E, untuk,...(2-15) E E, untuk,... (2-16) Tingkat hasil investasi portofolio per periode dan peramalan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk :

20 ...(2-17) Dimana, adalah harapan penambahan tingkat hasil investasi pada portofolio dari proses pemilihan sekuritas (microforecasting). adalah bentuk acak residual. Dengan analisa regresi variabel dummy (least squared regression) dapat dipisahkan penambahan kinerja portofolio dari proses pemilihan sekuritas(microprocessing). Spesifikasi regresi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :...(2-18) Dimana, Dari persamaan 2-18 tersebut, nilai harapan tingkat hasil investasi portofolio yang bersyarat pada x(t) > 0, dapat dinyatakan sebagai berikut : a...(2-19) Sedangkan nilai harapan tingkat hasil investasi yang bersyarat pada, ditulis sebagai berikut:...(2-20) Untuk menganalisa koefisien-koefisien regresi dan bentuk kesalahan (error term) dari hasil bersamaan 2-18, maka varian dan kovarian bentuk nilai harapan dan varian dari variabel acak dan (t). Dimana dan didefinisikan sebagai berikut :

21 min max...(2-21) Sedangkan varian dan kovarian dari variabel-variabel pada persamaan 2-18, dinyatakan sebagai berikut:, i = 1, (2-22) Dari persamaan 2-18 dan 2-22, perkiraan varian dummy pada sampel besar untuk dan dapat dinyatakan sebagai berikut : =,, =...(2-23) =, = =...(2-24) Kemampuan market timing dinyatakan oleh pada persamaan Nilai akan sama dengan nol, bila tidak kemampuan market timing atau bila Manajer Investasi tidak melakukan suatu tindakan apapun atas ramalan-ramalannya. Tidak

22 mempunyai kemampuan market timing berarti, sedangkan tidak melakukan tindakan atas ramalan-ramalannya berari. Nilai negatif dari perkiraan koefisien regresi tidak berarti bahwa kemampuan market timing nya sama dengan negatif. Hal ini disebabkan karena bila, akan melanggar asumsi dan. Oleh karena itu perlu dilakukan uji tingkat signifikansi untuk mengetahui apakah benar nilai tidak sama dengan nol. Dengan transformasi linier persamaan 2-18 dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai berikut :...(2-25) Dimana, Bila x(t) > 0, maka dan (t) dan x (t), sehingga merupakan intepretasi intuitif sehingga beta reksa dana untuk up market dan down market. Sebaliknya bila x (t) 0, maka merupakan interpretasi intuitif sehingga beta untuk market return. Untuk jumlah sampel yang besar, perkiraan regresi dan akan sesuai dengan interpretasi tersebut. Sehingga dapat dituliskan sebagai berikut : = =...(2-26)

23 ...(2-27) Dimana, Jadi penilaian kemampuan market timing dengan menggunakan spesifikasi tersebut, berarti membuktikan apakah benar lebih besar daripada. Hal ini berarti membuktikan apakah benar bahwa beta portofolio lebih besar daripada saat up market daripada saat down market. Menurut Sharpe (1995), ada dua yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan market timing yang dilakukan oleh Manajer Investasi, dimana secara statistik digunakan parameter pengukuran a,b, dan c yaitu : a. Regresi Kuadratik...(2-28) b. Regresi Variabel Dummy...(2-29) Dimana merupakan random error term, dan adalah dummy variable, dengan memberikan nilai nol (0) untuk setiap periode t ketika atau pada down market (bear market) dan nilai minus (-1) untuk periode t pada saat atau pada saat up market (bull market).

24 II.6.5 Penilaian Tingkat Keberhasilan Sekuritas Peningkatan kinerja portofolio yang disumbangkan oleh proses pemilihan sekuritas (microforecasting) juga bisa diukur dengan menggunakan persamaan Perkiraan variabel dummy untuk sampel besar dari dapat dinyatakan sebagai berikut :...(2-30) Dengan demikian dari persamaan 2-26, 2-27, dan 2-28, model regresi pada persamaan 2-18 dapat digunakan untuk memperkirakan kontribusi dan microforecasting (proses pemilihan sekuritas) dan macroforecasting (market timing) pada kinerja portofolio secara keseluruhan. II.6.6 Bentuk Kesalahan Bentuk kesalahan dalam persamaan 2-18, merupakan kesalahan perkiraan nilai beta ( ) terhadap nilai beta yang sebenarnya ( ) sebenarnya didefinisikan :, bila, dan peramalan dari market timing tidak benar,, bila sebaliknya, bila, dan peramalan dari market timing benar,, bila sebaliknya,, bila, dan peramalan dari market timing tidak benar,, bila sebaliknya, bila, dan peramalan dari market timing benar,

25 , bila sebaliknya, Maka dapat dinyatakan : E( ) = E( ) = 1- E( ) = 1-P 2 E( ) = P 2...(2-31) Dari persamaan 2-18, perkiraan kesalahan untuk setiap periode dituliskan sebagai berikut :...(2-32) Dimana, mencakup seluruh kesalahan yang dihasilkan dari perkiraan mikro. Karena peramalan mikro independen terhadap x, maka juga independen terhadap x. Dalam ilmu statistika, menurut law of large numbers bila jumlah sampel pengamatan N sangat besar, maka ( ), ( ), ( ), dan ( ) akan mendekati nilai-nilai harapannya. Oleh karena itu dari persamaan 2-30, dapat ditulis sebagai berikut : Jadi untuk jumlah sampel yang sangat besar, perkiraan koefisien koefisien dengan variabel dummy pada persamaan 2-18, akan menghasilkan perkiraan yang

26 tidak bias, tetapi karena tidak statis sehingga standard deviasi dari merupakan fungsi x(t), maka akan muncul heteroskedastisitas ini, maka dapat dilakukan dengan generalized least squared estimation. II.7 Metode Penilaian Kinerja dengan Sharpe Measure Sharpe memperkenalkan pengukuran penyesuaian risiko yaitu reward to variability ratio (RVAR) pada tahun RVAR diperoleh dengan membandingkan rata-rata kelebihan tingkat keuntungan portofolio dari rata-rata tingkat bunga bebas risiko yang juga disebut premi risiko portofolio dengan risiko portofolio. Tujuan dari analisa koefisien Sharpe adalah untuk mengukur sejauh mana diversivikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan keuntungan dengan risiko tertentu. Sharpe s Measure menyajikan suatu rasio ukuran kinerja dengan memperhitungkan tingkat imbal hasil dan risiko standar deviasi sekaligus. Formula Sharpe s Measure adalah : Sharpe Measure = R p R f σ p (3.1) Dimana, R p = rata-rata tingkat imbal hasil suatu portofolio pada suatu periode R f = rata-rata tingkat imbal hasil aset bebas risiko pada suatu periode σ p = standar deviasi portofolio Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk tiap unit risiko yang diambil. Semakin tinggi nilai Sharpe s

27 Measure maka semakin baik kinerja reksa dana tersebut. Penghitungan rata-rata harian pertahun imbal hasil reksa dana (R p ) dapat menggunakan metode aritmethic mean. Formula sampel aritmethic mean (Levin, 1998) adalah : X ΣX = (3.2) N Dimana, X = aritmethic mean Σ X = penjumlahan nilai dari semua sampel N = jumlah periode elemen dalam sampel II.8 Metode Penilaian Kinerja dengan Treynor Measure Berbeda dengan metode Sharpe, reward to volatility ratio(rvol) diperkenalkan oleh Jack Treynor pada tahun 1965 untuk mengukur besarnya premi risiko per beta portofolio, apabila beta portofolio berubah satu satuan. Pengukuran dengan Treynor s Measure juga didasarkan atas risk premium, namun didalam metode Treynor digunakan sebagai pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuatif relatif terhadap risiko pasar. Beta (β) dalam konsep CAPM merupakan systematic risk atau risiko pasar yang mencerminkan prilaku portofolio terhadap indeks pasar. Formula Treynor s Measure adalah : Treynor s Measure = R p R f β p (3.3)

28 Dimana, R p = rata-rata tingkat imbal hasil suatu portofolio pada suatu periode R f = rata-rata tingkat imbal hasil aset bebas risiko pada suatu periode β p = beta imbal hasil suatu portofolio terhadap imbal hasil indeks pasar. Sama halnya dengan metode Sharpe semakin tinggi nilai Treynor s Measure maka semakin baik kinerja reksa dana tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi Dalam arti luas investasi berarti mengorbankan rupiah sekarang untuk rupiah di masa depan. Karena berkaitan dengan masa depan, ada 2 (dua) atribut yang melekat yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian Menurut Hilway(1956) penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan sesorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Suatu perusahaan dapat menerbitkan saham dan menjualnya di pasar. beban bunga tetap seperti jika meminjam ke bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

Dua model keseimbangan:

Dua model keseimbangan: Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) CAPM adalah model hubungan antara tingkat return harapan dari suatu aset

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran dan Evaluasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data historis, sehingga tidak ada suatu kepastian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas teori dasar portofolio dan teori kinerja portofolio. Secara spesifik teori kinerja portofolio ini akan digunakan pada bab bab selanjutnya untuk mengevaluasi kinerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai pengolahan data-data yang berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data tersebut akan menghasilkan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar Garis pasar modal Garis pasar sekuritas Estimasi Beta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan tipe sampel yang berbasis pada kemungkinan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL XVIII DAFTAR GAMBAR XX DAFTAR LAMPIRAN XXI DAFTAR PERSAMAAN XXI DAFTAR ISTILAH XXII 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 7

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu alternatif bagi para pemodal untuk berinvestasi. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Portofolio Harry Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan masyarakat dalam melakukan investasi. Tingginya tingkat pengembalian dari instrumen investasi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PORTFOLIO

EVALUASI KINERJA PORTFOLIO MATERI 14 EVALUASI KINERJA PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/27 Bab ini membahas tahapan penting dalam proses investasi, yaitu tahap evaluasi kinerja portofolio. Dalam tahap ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan sejumlah dana pada asset

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) disebutkan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Lebih terperinci

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL MARKET LINE/CML) GARIS PASAR SEKURITAS (SECURITY MARKET LINE/SML) PENGUJIAN TERHADAP CAPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial adalah kondisi ketika kita hidup berkecukupan, mempunyai pendapatan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah pendapatan tetap yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan. Reksa dana yang

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

RISIKO & RETURN PADA ASSET

RISIKO & RETURN PADA ASSET RISIKO & RETURN PADA ASSET Return Investasi ( Jml diterima Jml inv ) Return = Jml investasi Apabila: Investasi Rp100 juta Hasil yang diperoleh Rp110 juta Lama investasi 1 tahun Rate of Return = (110 100)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti yaitu bagaimanakah perbedaan kinerja

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan

Lebih terperinci

Model-model Keseimbangan

Model-model Keseimbangan Materi 5 Model-model Keseimbangan Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MODEL-MODEL MODEL KESEIMBANGAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PORTOFOLIO PASAR GARIS PASAR MODAL (CAPITAL GARIS PASAR SEKURITAS

Lebih terperinci

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan

Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan. suatu Negara membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Pasar modal merupakan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal sebagai salah satu pilar perekonomian, yang menggambarkan perekonomian suatu negara, perlu dibangun dan dikembangkan. Pembangunan suatu Negara membutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Risiko Investasi Pada Saham, pernah dilakukan oleh Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan Properti yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Analisis Kinerja Portofolio Melihat kinerja portofolio perlu dilakukan sebelum melakukan keputusan investasi. Dengan membandingkan kinerja antar reksa dana, maka investor mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. atas investasi yang mereka lakukan. Hal ini sekarang bukan menjadi masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia memerlukan dana investasi yang sangat besar agar mampu menciptakan kesempatan kerja baru dan meningkatkan tingkat pertumbuhan Produk Nasional

Lebih terperinci

Rita Indah Mustikowati, SE, MM

Rita Indah Mustikowati, SE, MM Rita Indah Mustikowati, SE, MM TINGKAT PENGEMBALIAN Tingkat pengembalian disebut juga return Return berarti keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan Pengembalian investasi adalah dalam bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN Fitaning Intan Pradani R. Rustam Hidayat Topowijono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Reksa Dana Definisi reksa dana berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Husnan (1996) menyatakan bahwa manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi Indonesia selama tahun 2003 ternyata mampu bertahan dan mengalami pertumbuhan walaupun menghadapi situasi yang kurang menguntungkan bagi pemulihan perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang lebih besar pada masa mendatang. Investasi merupakan penanaman dana yang bertujuan untuk mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Mossin (1966) telah menjadi model utama dalam bidang keuangan sampai sekarang.

Lebih terperinci

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset M a n a j e m e n K e u a n g a n 59 Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai definisi, teknik perhitungan, jenis, dan hubungan antara risiko dan hasil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat atau investor masih banyak yang memiliki masalah dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan investasi yang semakin maju terutama investasi di pasar modal Indonesia menjadi salah satu alternatif investasi yang menguntungkan. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return) Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang. Pasar modal mempunyai peran penting dalam menggali dana dari masyarakat. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Pustaka 3.1.1.Teori Portofolio Teori portofolio modern berkembang sejak ditemukan cara berinvestasi yang efisien dan optimal oleh Harry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. usia yang semakin lanjut. Hal ini juga dapat dikarenakan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan seseorang yang saat ini masih berusia produktif dalam bekerja dapat menurun kinerjanya dikarenakan usia yang semakin lanjut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 67 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tingkat Pengembalian Investasi Reksa dana Populasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah reksa dana jenis pendapatan tetap periode Januari 2008

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sample Adapun kriteria yang digunakan dalam memilih sample adalah sebagai berikut: 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham 2. Reksa dana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat awal seorang investor berniat melakukan transaksi di pasar modal, biasanya mereka akan mendasarkan keputusannya pada beberapa informasi yang dimilikinya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi obyek penelitian, desain penelitian, variabel dan skala pengukuran, metode pengumpulan data, jenis data, dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Saham merupakan surat berharga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current

BAB I PENDAHULUAN. merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice current 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO. MATERI 15 dan 16.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO. MATERI 15 dan 16. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 15 dan 16 KERANGKA PIKIR UNTUK EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO Evaluasi Kinerja portofolio akan terkait dua isu utama : 1. Mengevaluasi apakah return portofolio yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga perantara (intermediasi) antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal menyediakan alternatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Portofolio Teori investasi lebih menganjurkan investor untuk membentuk portofolio dalam berinvestasi saham. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reksa dana merupakan salah satu cara berinvestasi agar bisa memenuhi kebutuhan di masa depan. Menurut Undang Undang No. 8 tentang Pasar Modal, Reksa dana adalah wadah

Lebih terperinci

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi.

Bab I. Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan. jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Seseorang yang memiliki uang akan selalu berusaha mengoptimalkan jumlahnya. Dengan kata lain setiap orang memerlukan investasi. Halim (2003:1) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan paling mendasar bagi manusia adalah keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, kebutuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Teknik dan Pengambilan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Pendapatan Tetap yang terdaftar di Badan Pengawas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. berbagai macam cara menginvestasikan sejumlah dana pada real aset seperti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Investasi bisa berkaitan

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO RETURN Definisi : merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Komponen Return : Yield dan Capital Gain ( Loss). Yield

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut Tandelilin (2001 : 3), investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan

Lebih terperinci

MATERI 14 EVALUASI KINERJA PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 14 EVALUASI KINERJA PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 14 EVALUASI KINERJA PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/27 Bab ini membahas tahapan penting dalam proses investasi, yaitu tahap evaluasi kinerja portofolio. Dalam tahap ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu bagian penting dari sektor perekonomian suatu negara Apabila kondisi perekonomian suatu negara sedang membaik dan diikuti dengan perkembangan

Lebih terperinci

OVERVIEW. Dua model keseimbangan: Arbitrage Pricing Theory (APT) Capital Asset Pricing Model (CAPM) 3/40

OVERVIEW. Dua model keseimbangan: Arbitrage Pricing Theory (APT) Capital Asset Pricing Model (CAPM) 3/40 OVERVIEW Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) PENDAHULUAN TENTANG CAPM Penentuan asset pricing suatu sekuritas individual dan/atau portofolio merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 ANALISIS PERFORMANCE DAN SYSTEMATIC RISK PORTOFOLIO INDEKS LQ-45 BERDASARKAN JENSEN MODEL Ferikawita Magdalena Sembiring Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir 66 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir yang tidak stabil disebabkan oleh beberapa hal yaitu krisis ekonomi, naik turunnya harga

Lebih terperinci