PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN
|
|
- Sugiarto Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PENELITIAN PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA DI LINGKUNGAN XVII KELURAHAN TANJUNG REJO, MEDAN Evi Karota-Bukit*, Yesi Ariani.** ABSTRAK Penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja. Sebanyak 0 orang orangtua dengan anak remaja usia tahun yang memenuhi kriteria penelitian direkrut menjadi responden dengan menggunakan teknik simple random sampling dari Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki persepsi positif terhadap definisi dan tujuan (96,7%), bimbingan dalam (76,6%), isi (90%) dan persepsi terhadap menurut nilai, pengalaman dan agama (60%). Selanjutnya secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan 86,7% orangtua di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan memiliki persepsi positif tentang bagi remaja. Dari hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa orangtua mendukung bagi remaja. Walaupun mayoritas orangtua dalam penelitian ini memiliki persepsi positif tentang, namun masih ada orangtua dengan persepsi negatif (1,%). Dengan demikian penyampaian informasi dan penyuluhan kesehatan oleh perawat komunitas masih diperlukan untuk memberikan persepsi positif bagi orangtua tentang. Dengan persepsi yang positif orangtua dapat memberikan pembelajaran yang baik kepada anak remajanya sehingga remaja dapat mengontrol dirinya dan berprilaku sesuai tuntunan agama dan norma di masyarakat. Kata kunci: persepsi, remaja Penulis adalah : * Staf Pengajar Keperawatan Komunitass PSIK FK USU ** Asisten Dosen Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK USU PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Sifat-sifat peralihan tersebut terlihat jelas karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005
2 lagi memiliki status anak-anak (Calon, 195 dalam Monks, 1998). Hal ini menimbulkan gejolak dalam dirinya, baik psikis maupun emosional. Mereka berusaha untuk mencari identitas diri dengan melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sepermainan atau teman sekolah (Tukan, 1994). Perubahan-perubahan besar dan penting mengenai kematangan jasmani dan rohani terjadi pada masa ini, terutama fungsi seksual. Seks merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan status biologis seseorang yaitu laki-laki atau perempuan, juga menggambarkan prilaku seksual secara spesifik seperti hubungan seksual. Sedangkan seksualitas bersifat totalitas, holistik yang melibatkan aspek biopsikososial-kultural dan spiritual (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang sesuatu dan selalu mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa, termasuk masalah seks (Sarwono, 2000). Masalah ini sering sekali mencemaskan para orang tua, pendidik, pemerintah dan sebagainya, karena banyak remaja yang melakukan penyimpangan seksual sebagai cara dari pelarian berbagai persoalan, serta kurangnya kemampuan anak remaja untuk mengendalikan diri (PKBI, 200). Prilaku seks remaja hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja di beberapa kota besar, diantaranya Sarwono (1970 dikutip dari Yeni, 1996) dari 117 remaja di Jakarta 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Eko (198 dikutip dari Widjanarko, 1999) meneliti 401 remaja menemukan 8,2% pernah melakukan seks dan % menganggap hubungan seks pranikah wajar. Satoto 1992 (dikutip dari Yeni, 1996) melaporkan 4,1% (n=86) pelajar SMP-SMU di Semarang pernah melakukan hubungan seks. Tjitarsa 1995 (dikutip dari Hidayana & Saifuddin, 1999) meneliti bahwa 50% (n=2947) kasus kehamilan di sebuah klinik besar di Denpasar adalah wanita belum menikah dan sebagian besar berusia di bawah 25 tahun. Pada remaja, pendidikan seks/informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi mengenai masalah seksual menjadi penting, mengingat remaja berada pada potensi seksual yang aktif akibat dorongan seksual yang dipengaruhi perubahan hormonal (Mu tadin, 2002). Menurut Hurlock (1999) dari sumber informasi yang mereka dapatkan, hanya sedikit yang mendapatkannya dari orang tua. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi lain, misalnya di sekolah, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Bila tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat, sumber informasi negatif sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja. Sehingga informasi yang benar harus diberikan oleh orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga ataupun dari sekolah melalui. Banyak orang tua yang tidak memberikan kepada anak remajanya karena mereka berpendapat bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang alamiah yang akan diketahui setelah menikah dan menganggap masalah seks sebagai masalah yang tabu untuk dibicarakan, walaupun banyak media yang telah memfasilitasi tentang (Mu'tadin, 2002). Selain itu, komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dengan anak, dan tidak terbuka terhadap pertanyaan yang diajukan anak tentang seks mengakibatkan anak mudah terpengaruh melakukan tindakan seksual (Sarwono, 2000). Perbedaan persepsi ini dapat saja terjadi karena nilai, sikap dan pengalaman seseorang terhadap seksualitas serta norma yang ada di lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan perbedaan ini bisa muncul (Darwisyah, 200; Habsyah, 1996; PKBI, 200). Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei
3 Minimalnya penelitian tentang bagi remaja khususnya di Medan, maka penelitian ini penting untuk mengetahui gambaran persepsi dari orang tua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi persepsi orang tua terhadap bagi remaja di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Pertanyaan Penelitian Bagaimana persepsi orang tua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan? Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi perawat, tim kesehatan untuk pengembangan materi penyuluhan kesehatan tentang peran orangtua dalam memberikan pendidikan seks remaja. 2. Sebagai bahan informasi bagi orangtua untuk mengetahui lebih banyak tentang pentingnya bagi remaja.. Sumber informasi dan data dasar bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. 2. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah orangtua dengan anak remaja. Ada sebanyak 145 KK dari 455 KK yang direkrut menjadi sampel penelitian. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada ketentuan 20% dari populasi (Arikunto, 1998), sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 0 orang. Adapun kriteria penelitian adalah orangtua yang memiliki anak remaja usia -21 tahun, dapat membaca, menulis dan menggunakan bahasa Indonesia serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian.. Pertimbangan Etik Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari PSIK FK USU dan Kepala Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Menjelaskan tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian, serta partisipasinya sebagai subjek dalam penelitian ini bersifat suka rela. Responden berhak untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada tekanan dan menjaga kerahasiaan responden, serta data hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. 4. Instrumen Penelitian Instrumen berupa kuisioner yang disusun oleh peneliti didasarkan pada konsep dan tinjauan pustaka. Kuisioner terdiri dari dua bagian: (1) informasi karakteristik responden yang berisi usia anak remaja, usia responden, jenis kelamin, agama, pendidikan dan pekerjaan responden. (2) persepsi orang tua terhadap pendidikan seks bagi remaja menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item (Mardalis, 1995). Skor pernyataan positif sangat setuju = 4, setuju =, tidak tahu = 0, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju= 1 dan skor untuk pernyataan negatif sangat setuju = 1, setuju = 2, tidak tahu = 0, tidak setuju =, sangat tidak setuju = Pengumpulan Data Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian dan meminta kesediaannya untuk menjadi responden. Peneliti menjelaskan tentang cara pengisian kuisioner dan mengisi kuisioner secara teliti sesuai dengan apa yang dirasakan/dialaminya. Setelah selesai kuisioner dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya. 6. Analisa Data Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program SPSS versi 11.0 dan hasil analisa Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005
4 data ditampilkan dalam bentuk table distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan Hasil hitungan persentase dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif, yaitu: <40 % : Persepsi tidak baik 40% - 55% : Persepsi kurang baik 56% - 75% : Persepsi cukup baik 76% - 0% : Persepsi baik Persepsi Negatif Persepsi positif HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Karakteristik Responden Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa usia responden berada pada rentang tahun 50% dan berusia tahun 50%, dengan usia termuda adalah tahun dan usia tertua adalah 56 tahun dan rata-rata berusia 42,5 tahun (SD= 5,95). Berdasarkan usia anak remaja responden, terbanyak pada kelompok usia -15 tahun dan 17- tahun (42,9% dan 6,6%) dengan rata-rata usia 16 tahun (SD= 2,54). Sebagian besar responden adalah perempuan 60%, beragama Islam 90%, tingkat pendidikan SMU 60%. Berdasarkan jenis pekerjaan, diketahui responden terbanyak adalah Ibu rumah tangga 50% dan PNS 40%. Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan (N= 0). Karakteristik No Responden 1. Usia Responden tahun tahun Mean = 42,5 SD= 5,95 2. Usia remaja -15 tahun 16- tahun tahun Mean = 16 SD= 2,54. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 4. Agama f % ,9 6,6 20, Islam Kristen 5. Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS Wiraswasta ,7 60 1, Persepsi Orangtua Terhadap Pendidikan Seks Bagi Remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan. Dari 0 orang responden diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap definisi dan tujuan sebanyak 76,7% termasuk dalam kategori cukup baik dan 20% berada pada kategori baik. Persepsi orang tua terhadap isi didapatkan bahwa 60% termasuk dalam kategori cukup baik dan 0% pada kategori baik. Persepsi orang tua terhadap bimbingan dalam memberikan bagi remaja 7,% termasuk dalam kategori cukup baik sedangkan 20% termasuk kategori kurang baik. Diketahui persepsi orang tua terhadap berdasarkan nilai, pengalaman dan agama orang tua,% berada pada kategori baik, dan berada pada kategori cukup baik 56,7% (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi orang tua terhadap bagi remaja (N= 0). No Persepsi orangtua terhadap bagi remaja 1. Defenisi, tujuan Baik Kategori Persepsi Cukup baik Kurang Baik Tidak Baik 6 (20) 2(76,7) 1 (,) 0 (0) 2. Isi pendidikan eks 9 (0) (60) () 0 (0). Bimbingan dalam 4. Nilai, pengalaman,agama orangtua 1 (,) 22 (7,) 6 (20) 1 (,) 1 (,) 17 (56,7) 9 (0) () Tabel. menunjukkan mayoritas responden memiliki persepsi positif tentang definisi, tujuan 96,7%, isi 90%, bimbingan dalam Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei
5 76,7%, dan berdasarkan nilai, pengalaman dan agama 60%. Tabel. Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja (N= 0). Persepsi orang tua terhadap No remaja 1. Defenisi dan tujuan 2. Isi. Bimbingan dalam 4. Nilai, pengalaman dan agama orang tua Frekuensi Persentasi 96,7, 90 76,6 2, Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi orang tua terhadap bagi remaja di Lingkungan XVII Kelurahan Tanjung Rejo, Medan adalah 26 orang (86,7%) memiliki persepsi positif dan 4 orang (1,%) memiliki persepsi negatif (Tabel 4). Tabel 4. Distibusi frekuensi dan persentasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja di Kelurahan Tanjung Rejo, Medan (N= 0). No Kategori Frekuensi Persentasi 1. Persepsi positif 26 86,7 2. Persepsi negatif 4 1, 1. Pembahasan Desain penelitian ini deskriptif untuk mengidentifikasi persepsi orangtua terhadap bagi remaja. Sebanyak 0 orang responden berusia tahun 50% dan berusia tahun 50% dengan anak remaja usia -21 tahun (M=16 tahun). Data menunjukkan bahwa ada responden yang menikah pada usia muda (21 tahun) sehingga mereka kurang mempunyai pengalaman dalam memberikan pendidikan seks bagi anak mereka sehingga mempengaruhi persepsi mereka terhadap. Persepsi orang tua terhadap bagi remaja sangat berpengaruh terhadap perkembangan seksual anak, dimana orang tua atau lingkungan keluarga merupakan landasan dasar dalam membentuk kepribadian anak (Gunarsa,199). Pendidikan seks merupakan upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis dan psikososial sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia dengan menanamkan nilai moral, etika dan komitmen agama (Thera, 2000). Persepsi orang tua dinilai dalam 4 aspek yaitu persepsi orang tua terhadap definisi tujuan, isi, dan bimbingan dalam serta pengaruh nilai, agama pengalaman, terhadap. Diketahui persepsi orangtua terhadap definisi dan tujuan positif (96,7%) dan persepsi orangtua terhadap isi (90%). Persepsi orang tua terhadap bimbingan dalam memberikan juga positif (76,7%), namun masih ada orang tua yang berpersepsi negatif (2,%). Persepsi ini timbul karena karena masih ada orang tua yang tidak tahu kapan sebaiknya memberikan bagi anaknya. Pendidikan seks sebaiknya diberikan sejak dini dengan terencana sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama saat anak menjelang usia remaja, dimana proses kematangan fisik dan mental mulai berkembang dewasa (Djiwandono, 2001). Sebagian orang tua beranggapan bahwa ibu lebih berperan dalam memberikan pada anak, padahal sebenarnya ayah dan ibu mempunyai peranan yang sama, karena orang tua merupakan sumber informasi utama bagi anak (Gunarsa, 199). Sedangkan persepsi orang tua terhadap berdasarkan nilai, pengalaman dan agama orang tua menunjukkan bahwa (60%) memiliki 14 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005
6 persepsi positif. Adanya responden yang memiliki persepsi negatif (40%) dimungkinkan karena nilai-nilai yang diyakini sebagian orang tua adalah membicarakan tentang seks secara terbuka pada anak masih merupakan hal yang tabu dan dapat mendorong anak untuk berprilaku seksual yang buruk (PKBI, 200). Selanjutnya ada orang tua yang tidak tahu bagaimana cara memberikan pendidikan seks yang tepat pada anak, karena mereka tidak memiliki pengalaman tentang hal tesebut pada masa remaja mereka. Namun demikian, sebagian responden mempersepsikan bahwa agama tidak melarang memberikan pada anak selama tidak disalahgunakan (Widjanarko,1999). Persepsi orang tua terhadap dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman orang tua (Darwisyah, 200; Habsyah, 1996). Banyak pandangan masyarakat awam tentang seks adalah sesuatu yang cenderung negatif dan tabu untuk dibicarakan kepada putra-putri mereka. Hal ini dimungkinkan karena mereka tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang remaja. Pendapat ini dibenarkan oleh Rahmat (1992) dan Habsyah (1996) yang mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Disamping itu faktor nilai dan budaya dapat mempengaruhi persepsi responden terhadap seperti yang dikemukakan oleh PKBI (200). Pandangan orang tua yang sempit dalam memahami agama terhadap juga dapat mempengaruhi persepsi negatif pada orang tua tersebut (Widjanarko, 1999). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Darwisyah, R. (200). Seksualitas remaja Indonesia. Djiwandono,W.E.S. (2001). Menjawab pertanyaan-pertanyaan anak anda tentang seks. Jakarta: Gramedia. Habsyah. (1996). Peran ayah vis-à-vis ibu dan pranata social lainnya dalam remaja. Jakarta: Atmajaya Research. Hamid, S. A. (1999). Buku ajar aspek psikoseksual dalam keperawatan. Jakarta: Widya Medica Hidayana, M.I, dkk. (1997). Prilaku seksual remaja di kota dan di desa; Kasus Sumatera Utara. Jakarta: FISIP UI Monks,J.F,dkk. (1998). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: UGM Press. Mu tadin,z.(2002). Pendidikan seks pada remaja Nugraha, D.B. (2000). Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta: Bumi Aksara. Sarwono,W.S. (2000). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo. Tukan, S.J. (1994). Metode, perkawinan dan keluarga. Jakarta: Erlangga. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei
BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki
Lebih terperinciPENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS
PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS Juliana S.R. Marpaung*, Setiawan ** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran,
Lebih terperinciHUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat kematangan seksual yaitu antara usia 11 sampai 13 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual. Langkah pertama
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai macam keinginan dalam dirinya. Menurut Freud ( dalam Suryabrata, 2001: 132)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat ini semua informasi tidak tertutup oleh ruang dan waktu, karena saat ini telah terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga memudahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahap kehidupan yang penuh tantangan dan terkadang sulit dihadapi, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja ialah suatu waktu kritis seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan menyangkut moral, etika, agama,
Lebih terperinci, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah
Lebih terperinciPERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN
PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja sering dipahami sebagai suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan biologis atau
Lebih terperinciPERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29, 9 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bentuk pola asuh orang tua terhadap anak merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
Lebih terperinciJurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL Dewi Nurul Sari Akbid La Tansa Mashiro Jl.Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung dewiluvmama12@yahoo.com Abstract The aim of this
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Menurut Robby Susatyo,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Rois Husnur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap
BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang saat ini semakin cepat dan berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam system dunia yang mengglobal
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah Seluruh responden merupakan remaja yang rentang usianya antara 15-19 tahun di RW 19 Kelurahan Jebres. Sebagian besar responden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang
BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang menjadi sebuah kebutuhan dan paling penting dalam hidup seseorang agar dapat menjalani kehidupan secara aktif dan produktif. Apabila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan, merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin
Lebih terperinciDewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)
P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciHUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh
Lebih terperinciPOLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN
POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas
Lebih terperinciVolume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung
Lebih terperinciPERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI
PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI Suprapti, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Masa remaja adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri, lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat diwujudkan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciKECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.
KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya manusia yang potensial perlu diciptakan dengan baik secara fisik, mental maupun psikososial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN Perilaku Orangtua Siswa SMP Santo Thomas 3 Medan Dalam Pemberian Informasi Mengenai Pendidikan Seks Tahun 2013 I. Kata Pengantar Dengan hormat, sehubungan dengan penelitian saya dalam
Lebih terperinciFormulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga. Oleh : Jemprianto Nababan
Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Persepsi Ibu Tentang Fungsi Keluarga Oleh : Jemprianto Nababan Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan yang baik adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil
Lebih terperinciDUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI
DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian survei, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka dan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)
Lebih terperinciPERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I
PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : DWI ARI
Lebih terperinciSKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat
SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka Konsep dalam penelitian ini ada 2 variabel, yaitu variabel independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Perubahan pada masa remaja mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosial. Perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki
Lebih terperinciMasa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak (S
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FILM DRAMA ROMANTIS DENGAN KECENDERUNGAN SEKS PRANIKAH PADA REMAJA Ardhi Pratama Putra Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Media masa mempunyai pengaruh
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI Oleh Indi Yunita 132012002 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan I Lampiran 3 Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan II Lampiran 4 Surat Pengambilan Data Penelitian Lampiran 5 Surat Selesai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah
Lebih terperinciDUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen
Lebih terperinciRiska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
42 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Dari data yang telah terkumpul dilaksanakan uji asumsi. Tujuan uji asumsi tersebut adalah untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis
Lebih terperinciHUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA
HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J
PERBANDINGAN PERSEPSI MAHASISWA DARI LULUSAN BERBASIS UMUM DAN AGAMA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI LINGKUNGAN SEKITAR UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati urutan nomor 4 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Barat pada tahun 2005 dihuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun. Remaja juga identik dengan dimulainya
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth: Saudara/Saudari... Bersama ini saya, Mahardika Aisyiyah Nasution (25 Tahun) sedang menjalani Program Pendidikan Pasca Sarjana di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.
45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP SEKSUALITAS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK RAMINI MEDAN TAHUN 2009
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP SEKSUALITAS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK RAMINI MEDAN TAHUN 2009 DESY MAISYARAH HARAHAP NIM : 095102057 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIKFAKULTAS KEPERAWATAN
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DELYANA 201410104149 PROGRAM STUDI BIDAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi perubahan biologis, psikologis, dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Salah satu
Lebih terperinciDAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PEER GROUP DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari hasil survey BKKBN tahun
Lebih terperinciSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada Remaja Kelas X dan XI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian untuk melihat gambaran penyesuaian diri terhadap pasangan pada remaja, maka dapat ditarik kesimpulan yang dilihat dari profil umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu untuk mencapai dewasa. Selama masa remaja ini individu mengalami proses dalam kematangan mental, emosional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan fungsi, serta proses
Lebih terperinciYusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan
PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015 Yusnidar 1*) 1 Dosen Politeknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016 Wiwik Dwi Arianti Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Pernikahan usia muda merupakan pernikahan
Lebih terperinci