Lampiran 1 Parameterisasi untuk siklus nutrien umum yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1 Parameterisasi untuk siklus nutrien umum yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung"

Transkripsi

1 121 Lampiran 1 Parameterisasi untuk siklus nutrien umum yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung Parameter Deskripsi Satuan Nilai yang digunakan Koefisien ekstingsi cahaya pada air alami m Nilai dari Literatur Ket. Diestimasi dari rata-rata kedalaman sechidisk fraksi fotosintetik aktif dari radiasi matahari yang datang c koefisien atenuasi cahaya spesifik terhadap DOC m -1 (gcm -3 ) g koefisien atenuasi cahaya spesifik terhadap POC m -1 (gcm -3 ) c Kebutuhan oksigen sedimen maksimum pada 25 o C gm -2 hari c konstanta setengan jenuh DO pengaruh dari SOD g DO m c temperatur pengganda untuk SOD h tunning Kesamaan DO pada inteface air dan udara g DO m -3 Persamaan Doatm=f(p,T,S) c koefisien transfer oksigen yang tergantung dari kecepatan angin m s -1 Persamaan ko2 = f(u, T,S) c tekanan parsial CO 2 di interface air dan udara atm 3.5E-4 3.5E-4 c kecepatan transfer gas untuk CO 2 m s -1 Persamaan kpco2 = f u, T,S) c produksi ion air - Persamaan KW = f(t) d konstanta keasaman pertama dan kedua - Persamaan Ka1,2 = f (T) c rasio stoikiometri DO terhadap C selama fotosintesis dan respirasi g DO (g C) hubungan stoikiometri rasio stoikiometri DO terhadap N selama nitrifikasi g DO (g N) hubungan stoikiometri kecepatan settling detritus partikulat POM digunakan untuk POC, PON, POP m s -1 Persamaan diameter partikel POM m 5.E-6 5.E-6 c densitas partikel POM kg m e tunning Laju dekomposisi maksimum POC terhadap DOC pada 25 o C hari c Laju dekomposisi maksimum POP terhadap DOPpada 25 o C hari e tunning laju denitrifikasi maksimum pada keadaan anoksia pada 25 o C hari e,f ;.9 b ; tunning dihitung dari hukum Stoke

2 122 Lampiran 1 (Lanjutan) Parameterisasi untuk siklus nutrien yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung 122 Nilai yang Ket. Parameter Deskripsi Satuan digunakan Nilai dari Literatur temperatur pengganda denitrifikasi e tunning konstanta setengah jenuh denitrifikasi yang tergantung oksigen g DO m e ;.15 a tunning laju nitrifikasi maksimum dibawah oksigen jenuh pada 25 o C hari e ;.5 b ;.1 a tunning temperatur pengganda nitrifikasi e konstanta setengah jenuh nitrifikasi yang tegantung oksigen g DO m e ; a tunning temperatur pengganda fluks nutrien sedimen d tunning laju pelepasan maksimum PO 4 dari sedimen pada 25 o C g m -2 hari e tunning konstanta setengah jenuh pelepasan PO 4 dari sedimen tergantung pada DO g DO m c laju pelepasan maksimum NH 4 dari sedimen pada 25 o C g m -2 hari e tunning konstanta setengah jenuh pelepasan NH 4 dari sedimen tergantung pada DO g DO m c laju pelepasan maksimum NO 3 dari sedimen pada 25 o C g m -2 hari e konstanta setengah jenuh pelepasan NO 3 dari sedimen tergantung pada DO g DO m c laju pelepasan maksimum DOC dari sedimen pada 25 o C g m -2 hari c konstanta setengah jenuh pelepasan DOC dari sedimen tergantung pada DO g DO m c Laju dekomposisi maksimum PON terhadap DON pada 25 o C hari c Keterangan: a Gregoire&Becker, 24 b Hang et al., c Hipsey et al., 26 d Megrey et al., 26 e Spillman et al., 27 f Sugimoto et al., 21 g Wang et al., 28 h Wanninkhof,

3 123 Lampiran 2 Parameterisasi untuk fitoplankton yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung.8 d ; a tunning x Nilai yang Nilai dari literatur Ket. Parameter Deskripsi Satuan digunakan x y x y Laju pertumbuhan potensial maksimum hari e ; 3 b Cahaya jenuh untuk produksi maksimum µe m -2 s e 14. b ;44-71 e Koefisien atenuasi spesifik m -1 (g C m -3 ) e ;.8 a.1 e Konstanta setengah jenuh untuk uptake fosfor g P m e ;.5 f.3 ;.17 b ;.1 ;.2 a 2 g tunning x Konstanta setengah jenuh untuk uptake nitrogen g N m e ; e ;.2 a ;. 2 g 2 b ;.12 g Rasio N internal minimum g N (g C) e ;2.8 g e ;2.5 g Rasio N internal maksimum g N (g C) ;6.5 e g ; 5. g e Laju uptake N maksimum g N (g C) -1 hari e tunning x,y Rasio P internal minimum g P (g C) e tunning x,y Rasio P internal Maksimum g P ( gc) e tunning x,y Laju Uptake P maksimum g P (g C) -1 hari tunning x,y.6 e Laju Fiksasi N g N (g C) -1 hari -1 e Pengurangan pertumbuhan dibawah fiksasi N e Temperatur pengganda untuk pertumbuhan g 1.8 g Temperatur standar o C g 19 f ; 16-2 c tunning x,y Temperatur optimum o C d ;27 g 15 e ;33 g tunning x,y Temperatur Maksimum o C g 39 c ;-39 c tunning x,y 123

4 124 Lampiran 2 (Lanjutan) Parameterisasi untuk fitoplankton yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung Nilai yang Nilai dari literatur Parameter Deskripsi Satuan digunakan x y x y Koefisien laju kehilangan metabolis hari e.21 e Temperatur pengganda untuk kehilangan metabolis e 1.5 e Fraksi produksi yang hilang selama fotosintesis e.14 e Fraksi respirasi relatif terhadap total kehilangan metabolis e.25 e Fraksi laju kehilangan metabolik menjadi DOM e.2 e Kecepatan migrasi maksimum ke kedalaman cahaya optimum m s a e Kecepatan migrasi maksimum ke kedalaman N optimum m s e-5 5.5e-5 e e Diameter sel µm e 5.5 e kecepatan penenggelaman m s e.17 g ;.3 f Ket. 124 Keterangan : x, y menyatakan kelompok fitoplankto, x adalah dinoflagelata; y adalah kelompok diatom a Fennel et al., 23; b Gregoire and Becker, 24; c Griffin et al., 21; d Hang et al., ; e Hipsey et al., 26; f Spillman et al., 27 g Sugimoto et al., 21; 124

5 125 Lampiran 3 Parameterisasi untuk zooplankton yang disimulasikan dalam simulasi CAEDYM di Teluk Lampung Parameter Deskripsi Satuan Nilai yang digunakan Laju Grazing g C m -3 (g Z m -3 ) -1 hari Nilai dari literatur Keterangan 1. d ; b ;.9 a ;.9 e ;.2 c tunning Efisiensi Grazing a Koefisien laju respirasi hari d ;-2. b ;.5 c tunning koefisien laju mortalitas hari c tunning Fraksi faecal pellet dari grazing hari d Fraksi ekskresi dari grazing hari d ;.5 a Fraksi faecal pellet yang tenggelam langsung ke d sedimen Temperatur pengganda untuk pertumbuhan d tunning Temperatur Standar o C 2 2 b,d Temperatur Optimum o C 27 d ;33 b tunning Temperatur Maksimum o C d ;39 b tunning Respirasi yang tergantung temperatur d Konstanta setengah jenuh untuk grazing g C m d tunning Rasio Internal Nitrogen terhadap karbon g N (g C) d Rasio internal fosfor tehadap karbon g P (g C) d kesukaan zooplankton pada peridinium d kesukaan zooplankton pada zooplankton pemangsa b kesukaan zooplankton pada makro zooplankton b kesukaan zooplankton pada mikro zooplankton -.. b kesukaan zooplankton pada POC d Keterangan: a Gregoire&Becker, 24; b Griffin et al., 21; c Hang et al., ; d Hipsey et al., 26; e Megrey et al.,

6 126 Lampiran 4 Pola sebaran arus hasil simulasi bulan Januari pada kondisi pasang purnama A. Saat pasang tertinggi B. Saat surut terendah 126

7 127 Lampiran 5 Pola sebaran arus hasil simulasi bulan Februari pada kondisi pasang purnama A. Saat pasang tertinggi B. Saat surut terendah

8 128 Lampiran 6 Pola sebaran arus hasil simulasi bulan April pada kondisi pasang purnama A. Saat pasang tertinggi B. Saat surut terendah

9 1 Lampiran 7 Pola sebaran arus hasil simulasi bulan Mei pada kondisi pasang purnama A. Saat pasang tertinggi B. Saat surut terendah

10 13 Lampiran 8 Pola sebaran arus hasil simulasi bulan Juli pada kondisi pasang purnama A. Saat pasang tertinggi B. Saat surut terendah

11 131 Lampiran 9 Pola sebaran arus hasil simulasi bulan Agustus pada kondisi pasang purnama A. Saat pasang tertinggi B. Saat surut terendah

12 132 Lampiran 1 Pola sebaran arus potongan membujur barat-timur hasil simulasi pada kondisi pasang purnama Pasang tertinggi Surut Terendah Agustus Juli Mei April Februari Januari

13 133 Lampiran 11 Pola sebaran arus potongan melintang utara-selatan hasil simulasi pada kondisi pasang purnama Pasang tertinggi Surut Terendah Agustus Juli Mei April Februari Januari

14 134 Lampiran 12 Perbandingan sebaran horisontal temperatur ( o C) rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasi Agustus Juli Mei April Februari Januari

15 135 Lampiran 13 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan temperatur Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

16 136 Lampiran 14 Perbandingan data rata-rata bulanan Temperatur ( o C) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan. oc Stasiun 1 oc Stasiun Ke- oc Stasiun 3 oc Stasiun 4 oc 3 28 Stasiun 5 oc 28 Stasiun oc Stasiun 7 oc 3 28 Stasiun oc Stasiun 9 o C 28.5 Stasiun

17 137 Lampiran 15 Persamaan garis korelasi temperatur antara hasil model dan hasil observasi y =.919x R² = Stasiun y =.9683x R² = Stasiun y =.979x R² =.782 Stasiun y =.9964x +.25 R² =.7682 Stasiun y =.852x R² =.7611 Stasiun y =.9756x R² =.7723 Stasiun y = 1.122x R² = Stasiun y =.9537x R² =.79 Stasiun y = 1.327x R² = Stasiun 8 y = 1.846x R² =.7637 Stasiun

18 138 Lampiran 16 Perbandingan sebaran horisontal salinitas (psu) rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasi Agustus Juli Mei April Februari Januari

19 139 Lampiran 17 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan salinitas Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

20 14 Lampiran 18 Perbandingan data rata-rata bulanan Salinitas (psu) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan. psu Stasiun 1 psu Stasiun 2 32 psu Stasiun 3 psu Stasiun Stasiun Stasiun 6 psu 32.5 psu psu Stasiun 7 psu Stasiun psu Stasiun 9 psu Stasiun 1

21 141 Lampiran 19 Persamaan garis korelasi salinitas antara hasil model dan hasil observasi y =.9688x R² = Stasiun y =.9474x R² = Stasiun y =.9498x R² =.8945 Stasiun Observsi y =.9832x R² = Stasiun y =.9993x R² =.8821 Stasiun y =.984x R² =.8891 Stasiun y =.9781x R² =.8578 Stasiun y =.976x R² =.8943 Stasiun y =.9579x R² =.895 Stasiun y =.9555x R² =.8666 Stasiun

22 142 Lampiran 2 Perbandingan sebaran horisontal oksigen terlarut () rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasi Agustus Juli Mei April Februari Januari

23 143 Lampiran 21 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan oksigen terlarut Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

24 144 Lampiran 22 Perbandingan data rata-rata bulanan Oksigen Terlarut (mg/l) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun 1

25 145 Lampiran 23 Persamaan garis korelasi oksigen terlarut antara hasil model dan hasil observasi 8 7 y =.8775x R² = Stasiun y =.9172x R² = Stasiun y =.93x R² =.759 Stasiun y =.9418x R² =.8912 Stasiun y =.9621x +.75 R² = Stasiun y = 1.114x R² =.8179 Stasiun y =.971x R² = y =.9211x R² =.8499 Stasiun 6 Stasiun y =.818x R² =.8697 Stasiun y =.9372x R² =.8742 Stasiun

26 146 Lampiran 24 Perbandingan sebaran horisontal NH 4 () rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasil Agustus Juli Mei April Februari Januari

27 147 Lampiran 25 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan NH 4 Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

28 148 Lampiran 26 Perbandingan data rata-rata bulanan NH 4 (mg/l) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan Stasiun Stasiun Stasiun 3.15 Stasiun Stasiun 5.15 Stasiun Stasiun 7.15 Stasiun Stasiun 9.15 Stasiun

29 149 Lampiran 27 Persamaan garis korelasi NH 4 antara hasil model dan hasil observasi y = 1.315x R² = y = x -.91 R² =.8597 Stasiun Stasiun 3.15 y = 1.213x R² = Stasiun y = x R² = y = 1.285x -.84 R² =.8913 Stasiun 7 Stasiun y = 1.447x R² =.9665 Stasiun y = 1.3x R² = y = x -.39 R² =.8961 Stasiun 4 Stasiun y = x -.21 R² =.6871 Stasiun y = x -.33 R² =.8599 Stasiun

30 15 Lampiran 28 Perbandingan sebaran horisontal NO 3 () rata-rata bulanan dari data observasi dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasil Agustus Juli Mei April Februari Januari

31 151 Lampiran Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan NO 3 Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

32 152 Lampiran 3 Perbandingan data rata-rata bulanan NO 3 (mg/l) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun 8.2 Stasiun 9.2 Stasiun

33 153 Lampiran 31 Persamaan garis korelasi NO 3 antara hasil model dan hasil observasi y = 1.888x -.37 R² =.9486 Stasiun y =.9774x R² =.8753 Stasiun y = 1.81x R² = y =.9639x R² =.8557 Stasiun y =.9445x +.17 R² =.8553 Stasiun Stasiun y =.9963x R² =.873 Stasiun y = 1.46x R² = y = 1.617x +.33 R² =.8439 Stasiun 4 Stasiun y = 1.67x +.89 R² = y = 1.43x +.58 R² =.8887 Stasiun 8 Stasiun

34 154 Lampiran 32 Perbandingan sebaran horisontal PO 4 () rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasil Agustus Juli Mei April Februari Januari

35 155 Lampiran 33 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan PO 4 () Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

36 156 Lampiran 34 Perbandingan data rata-rata bulanan PO 4 (mg/l) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun 7 1 Stasiun Stasiun 9 1 Stasiun 1.5.5

37 157 Lampiran 35 Persamaan garis korelasi PO 4 antara hasil model dan hasil observasi y = 1.496x +.38 R² =.8827 Stasiun y = 1.737x +.38 R² =.8739 Stasiun y = 1.114x R² = Stasiun y =.917x R² = Stasiun y = 1.187x R² = Stasiun y = x +.6 R² =.7696 Stasiun y =.9284x R² = Stasiun y = x R² = Stasiun y = x +. R² = Stasiun y = x R² =.912 Stasiun

38 158 Lampiran 36 Perbandingan sebaran horisontal rata-rata bulanan karbon organik terlarut data hasil simulasi (mgc/l) dari sebaran horosontal ratarata bulanan data Karbon organik partikulat (mgc/l) hasil observasi lapangan Data Lapangan Hasi Agustus Juli Mei April Februari Januari

39 159 Lampiran 37 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan karbon organik terlarut Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

40 16 Lampiran 38 Perbandingan data rata-rata bulanan karbon organik terlarut (mg/l) hasil simulasi ( ) dan karbon organik partikulat hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan. 1 Stasiun 1 1 Stasiun Stasiun 3 1 Stasiun Stasiun 5 1 Stasiun Stasiun 7 1 Stasiun Stasiun 9 1 Stasiun 1.5.5

41 161 Lampiran 39 Persamaan garis korelasi antara karbon organik terlarut hasil model dan karbon organik partikulat hasil observasi y = 1.111x R² =.8963 Stasiun y =.9934x +.44 R² =.8874 Stasiun y = x +.13 R² =.8911 Stasiun y =.9422x R² =.8942 Stasiun y =.9915x +.6 R² =.8964 Stasiun y = 1.538x R² =.8926 Stasiun y = 1.39x +.9 R² =.8936 Stasiun y = 1.936x +.5 R² =.8999 Stasiun y = 1.485x R² =.8959 Stasiun y =.9523x R² =.8939 Stasiun

42 162 Lampiran 4 Perbandingan sebaran horisontal Klorofil-a () rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasil Agustus Juli Mei April Februari Januari

43 163 Lampiran 41 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan Klorofil-a Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

44 164 Lampiran 42 Perbandingan data rata-rata bulanan Klorofil-a (mgchl/l) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan..1 Stasiun 1.1 Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun 8 Ke Stasiun Stasiun 1

45 165 Lampiran 43 Persamaan garis korelasi klorofil-a antara hasil model dan hasil observasi y = 1.47x +.83 R² =.8996 Stasiun y = 1.14x +.99 R² =.8948 Stasiun y = 1.675x +.84 R² =.8914 Stasiun y =.9745x +.12 R² = Stasiun y = 1.56x +.15 R² =.899 Stasiun y = x +.25 R² =.8992 Stasiun y = 1.715x +.67 R² =.8925 Stasiun y = 1.152x R² =.8811 Stasiun y = 1.972x +.72 R² =.8971 Stasiun y =.9692x R² =.8921 Stasiun

46 166 Lampiran 44 Perbandingan sebaran horisontal Zooplankton (mgc/l) rata-rata bulanan dari data observasi lapangan dan data hasil simulasi. Data Lapangan Hasil Agustus Juli Mei April Februari Januari

47 167 Lampiran 45 Pola sebaran vertikal rata-rata bulanan Zooplankton Barat-Timur Utara-Selatan Agustus Juli Mei April Februari Januari

48 168 Lampiran 46 Perbandingan data rata-rata bulanan Zooplankton (mgc/l) hasil simulasi ( ) dan data hasil observasi lapangan ( ) di stasiun 1-1, garis vertikal menunjukkan standar error bulanan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun 1

49 169 Lampiran 47 Persamaan garis korelasi zooplankton antara hasil model dan hasil observasi y = 1.111x R² =.8963 Stasiun y =.9934x +.44 R² =.8874 Stasiun y = x +.13 R² =.8911 Stasiun y =.9422x R² =.8942 Stasiun y =.9915x +.6 R² =.8964 Stasiun y = 1.538x R² =.8926 Stasiun y = 1.39x +.9 R² =.8936 Stasiun y = 1.936x +.5 R² =.8999 Stasiun y = 1.485x R² =.8959 Stasiun y =.9523x R² =.8939 Stasiun

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 69 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model Hidrodinamik Perairan Teluk Lampung 4.1.1 Pola Sebaran Arus Hasil simulasi model hidrodinamika untuk pola sebaran arus horizontal disajikan pada Lampiran 4 9, sedangkan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi komunitas plankton sampai tingkat genus di Pulau Biawak terdiri dari 18 genus plankton yang terbagi kedalam 14 genera

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji 13 3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitiaan telah dilaksanakan di perairan Teluk Gerupuk, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 2). Jangka waktu pelaksanaan penelitian terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii ABSTRAK...

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN PRODUKTIVITAS PRIMER DAN SEKUNDER BAB 1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suatu ekosistem dapat terbentuk oleh adanya interaksi antara makhluk dan lingkungannya, baik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. Menurut B u t c h e r ( 1 9 5 9 ) klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo Genus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi dan Kelimpahan Plankton Hasil identifikasi plankton sampai tingkat genus pada tambak udang Cibalong disajikankan pada Tabel 1. Hasil identifikasi komunitas plankton

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga November 2011.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga November 2011. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga November 2011. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan kegiatan, yaitu tahapan pertama kegiatan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam air atau

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM HBNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERHAN PADA PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Perkembangan pembangunan yang semakin pesat mengakibatkan kondisi Teluk Ambon, khususnya Teluk Ambon Dalam (TAD)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam dengan tepi yang umumnya curam.air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah

Lebih terperinci

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 EKOSISTEM Topik Bahasan: Aliran energi dan siklus materi Struktur trofik (trophic level) Rantai makanan dan

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fitoplankton Chaetoceros sp. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum Heterokontophyta, kelas Bacillariophyta) berbentuk uniseluler, walaupun demikian terdapat

Lebih terperinci

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM

ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM ARUS ENERGI DALAM EKOSISTEM Transformasi Energi dan Materi dalam Ekosistem KONSEP ENERGI Energi : kemampuan untuk melakukan usaha Hukum Thermodinamika 1 : Energi dapat diubah bentuknya ke bentuk lain,

Lebih terperinci

PERAN ZOOPLANKTON DALAM DINAMIKA NUTRIEN DI TELUK LAMPUNG MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL HIDRODINAMIKA 3-DIMENSI DAN MODEL BIOGEOKIMIA EKO EFENDI

PERAN ZOOPLANKTON DALAM DINAMIKA NUTRIEN DI TELUK LAMPUNG MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL HIDRODINAMIKA 3-DIMENSI DAN MODEL BIOGEOKIMIA EKO EFENDI PERAN ZOOPLANKTON DALAM DINAMIKA NUTRIEN DI TELUK LAMPUNG MENGGUNAKAN GABUNGAN MODEL HIDRODINAMIKA 3-DIMENSI DAN MODEL BIOGEOKIMIA EKO EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroalga Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan mikroorganisme prokariotik atau eukariotik yang dapat berfotosintesis dan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat hidup dalam kondisi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 RQ = Respiration Quotient (1) N = Lama inkubasi (4 jam) 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem CO 2 4.1.1 Selat Nasik Parameter sistem CO 2 yang diukur terdiri dari ph, DIC, total alkalinitas dan tekanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Limbah Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai biomassa panen, kepadatan sel, laju pertumbuhan spesifik (LPS), waktu penggandaan (G), kandungan nutrisi,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Danau merupakan perairan tergenang yang berada di permukaan tanah, terbentuk akibat proses alami atau buatan. Danau memiliki berbagai macam fungsi, baik fungsi

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA BY: Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya, karena hasil

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp. 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis sp. Mikroalga merupakan tanaman yang mendominasi lingkungan perairan. Morfologi mikroalga berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen) 2.1.1. Sumber DO di perairan Oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut di dalam air (Wetzel 2001). DO dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plankton adalah organisme mikroskopis yang hidup melayang bebas di perairan. Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah organisme berklorofil

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS AIR

MANAJEMEN KUALITAS AIR MANAJEMEN KUALITAS AIR Ai Setiadi 021202503125002 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA Dalam budidaya ikan ada 3 faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan budidaya,

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Perairan sungai adalah suatu perairan yang di dalamnya dicirikan dengan adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (perairan lotik).

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3. 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Lido, Bogor, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106 48 26-106 48 50 BT dan 6 44 30-6 44 58 LS (Gambar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisik Kimiawi dan Biologi Perairan Dari hasil penelitian didapatkan data parameter fisik (suhu) kimiawi (salinitas, amonia, nitrat, orthofosfat, dan silikat) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Alami Ikan Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangbiakan ikan baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan air laut. Fungsi utama

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pendahuluan Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi kontrol, kultivasi menggunakan aerasi (P1) dan kultivasi menggunakan karbondioksida

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Oseanografi Pesisir Kalimantan Barat Parameter oseanografi sangat berperan penting dalam kajian distribusi kontaminan yang masuk ke laut karena komponen fisik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK ejurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 013 ISSN: 303600 PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp Leonardo Bambang Diwi Dayanto *, Rara Diantari dan

Lebih terperinci

BAB V FORMULASI MODEL KOMPUTER

BAB V FORMULASI MODEL KOMPUTER BAB V FORMULASI MODEL KOMPUTER 5. Model Limpasan Permukaan Konsep runoff secara ideal telah ditransformasikan untuk segmen yang kecil berdasarkan prinsip kesetimbangan air (water balance). Model ini mengkombinasikan

Lebih terperinci

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia dimulai pada abad ke-18. Sejak tahun 1815 penambangan timah di pulau Bangka dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda dan berlanjut sampai PT.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

Abdul Wahid Surhim 2014

Abdul Wahid Surhim 2014 Abdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Persamaan Kimia Pola Reaktivitas Kimia Berat Atom dan Molekul Mol Rumus Empirik dari Analisis Informasi Kuantitatif dari Persamaan yang Disetarakan Membatasi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Variabilitas Kesuburan Perairan dan Oseanografi Fisika 4.1.1. Sebaran Ruang (Spasial) Suhu Permukaan Laut (SPL) Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) di perairan Selat Lombok dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS PERAIRAN TELUK EKAS BERDASARKAN KOMPONEN FISIKA-KIMIA

STUDI KUALITAS PERAIRAN TELUK EKAS BERDASARKAN KOMPONEN FISIKA-KIMIA Available online at SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/sosio-fitk SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2 (1), 2015, 58-66 STUDI

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 85 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Karakteristik Limbah Pemeriksaan karakteristik limbah cair dilakukan untuk mengetahui parameter apa saja yang terdapat dalam sampel dan menentukan pengaruhnya

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 21 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dalam dua tahapan, yaitu pengambilan data lapangan dan simulasi pemodelan. Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada bulan Januari

Lebih terperinci

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP.

ENERGI IPA UNTUK KELAS 7 SMP. ENERGI www.funtutor.co.id PENGERTIAN ENERGI Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan suatu perubahan. Kendaraan bermotor tidak akan berjalan tanpa ada bahan bakar Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Komposisi Mikrooganisme Penyusun Komposisi mikroba penyusun bioflok yang diamati dalam penelitian ini meliputi kelimpahan dan jenis bakteri dalam air media pemeliharaan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN SAHABUDDIN PenelitiPada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan Perikanan Dipresentasikan pada Kuliah umum Praktik Lapang Terpadu mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Selat Bali Selat adalah sebuah wilayah perairan yang menghubungkan dua bagian perairan yang lebih besar, dan karenanya pula biasanya terletak diantara dua

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4. Lokasi penelitian di Perairan Selat Nasik, Belitung, April 2010.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4. Lokasi penelitian di Perairan Selat Nasik, Belitung, April 2010. 15 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di perairan Selat Nasik Kabupaten Belitung pada bulan April 2010 dan di perairan Estuari Donan Cilacap pada bulan Juni

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta Hasil pengamatan lapangan nitrat, amonium, fosfat, dan DO bulan Maret 2010 masing-masing disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kepadatan 5 kijing, persentase penurunan total nitrogen air di akhir perlakuan sebesar 57%, sedangkan untuk kepadatan 10 kijing

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERPENGAWASAN PADA AERATION BASIN DENGAN TEKNIK CUMULATIVE OF SUM (CUSUM) Bambang Pramono (2408100057) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT Aeration basin Aeration

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Laut Belawan Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia yang berjarak ± 24 km dari kota Medan berhadapan dengan Selat Malaka yang sangat padat lalu lintas kapalnya

Lebih terperinci

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini merupakan cabang dari ekologi dan Anda telah mempelajarinya. Pengetahuan Anda yang mendalam tentang ekologi sangat membantu karena ekologi laut adalah perluasan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelapisan Massa Air di Perairan Raja Ampat Pelapisan massa air dapat dilihat melalui sebaran vertikal dari suhu, salinitas dan densitas di laut. Gambar 4 merupakan sebaran menegak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di ekosistem perairan rawa. Perairan rawa merupakan perairan tawar yang menggenang (lentik)

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN Novi Indriyawati, Indah Wahyuni Abida, Haryo Triajie Jurusan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) Berkaitan dengan siklus oksigen Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016

PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016 PEMBAHASAN SBMPTN KIMIA 2016 DISUSUN OLEH Amaldo Firjarahadi Tane 1 31. 32. MATERI: SISTEM PERIODIK UNSUR Energi pengionan disebut juga energi ionisasi. Setiap unsur bisa mengalami energi ionisasi berkali-kali,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk Lampung

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk Lampung 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Teluk Lampung Terdapat dua musim dominan yang menggerakkan siklus musiman di daerah studi yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau berhubungan dengan

Lebih terperinci

YUDI MIFTAHUL ROHMANI

YUDI MIFTAHUL ROHMANI Faktor Pembatas OLEH: YUDI MIFTAHUL ROHMANI Pendahuluan Liebig menyatakan bahwa jumlah bahan utama yang dibutuhkan apabila mendekati keadaan minimum kritis cendrung menjadi pembatas. Ditambahkannya bahwa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia memiliki banyak hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan 15 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik merupakan salah satu indikator kesuburan lingkungan baik di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan kualitas tanah dan di perairan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

(a) Profil kecepatan arus IM03. (b) Profil arah arus IM03. Gambar III.19 Perekaman profil arus dan pasut stasiun IM03 III-17

(a) Profil kecepatan arus IM03. (b) Profil arah arus IM03. Gambar III.19 Perekaman profil arus dan pasut stasiun IM03 III-17 (a) Profil kecepatan arus IM3 (b) Profil arah arus IM3 Gambar III.19 Perekaman profil arus dan pasut stasiun IM3 III-17 Gambar III.2 Spektrum daya komponen vektor arus stasiun IM2 Gambar III.21 Spektrum

Lebih terperinci

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU KEPADATAN DAN BIOMASSA LAMUN Thalassia hemprichii PADA BERBAGAI RASIO C:N:P SEDIMEN DI PERAIRAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU SEMINAR KOMPREHENSIF Dibawah Bimbingan : -Dr. Sunarto, S.Pi., M.Si (Ketua Pembimbing)

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci