Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Transkripsi

1 MEMAKNAI KONSEP KESEIMBANGAN ANTAR KOMPONEN TRI HITA KARANA DALAM PENGANGGARAN ORGANISASI SUBAK (STUDI KASUS PADA SUBAK KALICULUK, DESA PAKRAMAN DENCARIK, KECAMATAN BANJAR) 1 Kadek Ari Saputra 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Ni Kadek Sinarwati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {arispt18@gmail.com,anantawikramatunggaatmadja@gmail.com, Abstrak Subak merupakan cerminan dari konsep Tri Hita Karana, sehingga segala kegiatan operasionalnya juga berpedoman pada hal tersebut. Sudah menjadi hal yang umum di bali bahwa dalam melaksanakan unsur-unsur Tri Hita Karana haruslah seimbang, tidak ada yang menduduki porsi istimewa. Hal ini akan menjadi problematika saat konsep Tri Hita Karana ini menjadi dasar di dalam penganggaran yang dilakukan oleh subak karena masing-masing unsur Tri Hita Karana tidak mendapat dana yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) penganggaran yang dilakukan dalam subak Kaliculuk, Desa Dencarik, Kecamatan Banjar yang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. 2) konsep keseimbangan Tri Hita Karana yang diterapkan dalam proses penganggaran pada Subak Kaliculuk, Desa Dencarik, Kecamatan Banjar. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang mentitikberatkan pada deskripsi serta interpretasi perilaku manusia. Informan penelitian dipilih secara purposive yakni orang-orang yang terlibat langsung dalam kegiatan operasional subak. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Data ini selanjutnya diolah melalui tiga tahapan, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) analisis data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) penganggaran yang dilakukan di dalam subak sepenuhnya berpedoman pada Tri Hita Karana. 2) Keseimbangan yang dimaksud dalam Tri Hita Karana ini adalah keseimbangan dalam hal pelaksanaan bukan keseimbangan dalam pembagian dananya di dalam penganggaran yang dilakukan oleh subak. Kata kunci: subak, penganggaran, Tri Hita Karana Abstract Subak is a reflection of the concept of Tri Hita Karana, so that all the operational activities are also guided by it. It is common in Bali that in implementing the elements of Tri Hita Karana must be balanced, no element occupies a special portion. It will be problematic when the concept of Tri Hita Karana becomes the foundation in budgeting conducted by Subak because each element of Tri Hita Karana does not receive the same funds. This study aimed at determining: 1) the budgeting conducted in Subak Kaliculuk, Dencarik village, Banjar Subdistrict in accordance with the concept of Tri Hita Karana. 2) the Tri Hita Karana balance

2 concept applied in budgeting process at Subak Kaliculuk, Dencarik village, Banjar Subdistrict. This research was conducted through qualitative method that focused on the description and interpretation of human behavior. The research informants were chosen purposively, i.e. those people directly involved in the subak operational activities. The data were obtained through interviews, observation and document studies. This data was then processed through three stages, namely: 1) the reduction of data, 2) data, 3) data analysis and conclusion. The results showed that: 1) the budgeting conducted in subak entirely based on Tri Hita Karana. 2) the balance meant in the Tri Hita Karana was the balance in terms of the implementation, not the balance in the distribution of funds in the budgeting conducted by Subak. Keywords: subak, budgeting, Tri Hita Karana PENDAHULUAN Bali merupakan salah satu provinsi yang sampai saat ini masih menjunjung tinggi kearifan lokal dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Kearifan dan budaya yang masih sangat kental ini menyebabkan segala perbuatan yang di lakukan tidak lepas dari kearifan dan kebudayaan lokal disana. Salah satu kearifan lokal yang nyata sampai saat ini berkembang di masyarakat Bali yaitu subak. Kata "Subak" merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Bali, kata tersebut pertama kali dilihat di dalam prasasti Pandak Bandung yang memiliki angka tahun 1072 M. Menurut peraturandaerah pemerintah daerah Provinsi Bali No.02/PD/DPRD/l972 Subak adalah suatu masyarakat hukum adat yang memiliki karakteristik sosioagraris- religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Subak menjadi organisasi yang penting di masyarakat Bali karena mayoritas penduduk di Bali bermata pencaharian sebagai petani, sehingga tidak jarang destinasi wisata di Bali juga banyak mengambil atau mengeksplore daerah pertanian sebagai sasarannya. Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional dengan aspek yang religius. Aspek religius ini merupakan cerminan konsep Tri Hita Karana yang pada hakekatnya terdiri dari Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Sutawan (2004). Konsep Parhyangan dalam sistem subak ditunjukkan dengan adanya Pura pada wilayah subak dan pada komplek persawahan petani. Konsep Palemahan, ditunjukkan dengan adanya kepemilikan sawah untuk setiap subak. Konsep Pawongan ditunjukkan dengan adanya organisasi petani yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat, adanya anggota subak, pengurus subak, dan pimpinan subak. Subak di Bali dilaksanakan dengan berlandaskan ajaran Tri Hita Karana, yaitu yang berarti hubungan yang harmonis atau penyebab terwujudnya kesejahteraan hidup yang diwujudkan dalam bentuk: Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Hakikat ajaran Tri Hita Karana juga diungkapkan oleh I Ketut Wiana (2004:141) yang menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekeliling, dan hubungan dengan ke Tuhanan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Unsur-unsur di dalam Tri Hita Karana harus dilaksanakan secara utuh dan terpadu di dalam pengimplementasiannya. Unsur Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan tidak ada yang menduduki porsi yang istimewa. Dia senantiasa seimbang dalam pemikiran, seimbang dalam ucapan dan seimbang pula dalam segala tindakan. Peneliti menggunakan Subak Kaliculuk sebagai objek penelitian. Subak

3 kaliculuk merupakan salah satu subak yang berada di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar. Subak yang beranggotakan 124 krama ini tentu saja juga berpedoman pada Tri Hita Karana. Hal mengenai konsep Tri Hita Karana tersebut juga sudah diatur dalam awigawig subak Kaliculuk yang menyatakan bahwa Tri Hita Karana merupakan landasan operasionalnya. Salah satu tahapan dalam operasionalisasi organisasi subak adalah proses penyusunan anggaran. Mulyadi (2001) menyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Jadi, anggaran ini merupakan rencana jangka pendek (biasanya satu tahun) perusahaan untuk melaksanakan sebagian rencana jangka panjang yangt berisi langkah-langkah strategik untuk mewujudkan strategi objektif tertentu deserta taksiran sumber daya yang diperlukan. Sedangkan Penganggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang telah disahkan (Nafarin, 2000). Khusus dalam kegiatan penganggaran subak, dana yang tersedia sewajarnya dianggarkan untuk ketiga fokus kegiatan Subak yaitu Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Ketiga fokus tersebut mendapatkan dana yang seimbang sesuai dengan pelaksanaan Tri Hita Karana yang harus seimbang, utuh, dan terpadu. (I Ketut Wiana, 2004) Masing-masing komponen Tri Hita Karana harus seimbang, namun dalam pengamatan ditemukan adanya ketidakseimbangan porsi anggaran untuk masing-masing komponen Tri Hita Karana. Dana yang dianggarkan dalam subak Kaliculuk tidak seimbang untuk ketiganya karena kebutuhan antara Palemahan dengan Pawongan dan Parahyangan berbeda-beda. Penganggaran yang dilakukan dalam subak Kaliculuk sepenuhnya berpedoman pada konsep Tri Hita Karana. Khusus untuk kegiatan Parahyangan mereka menganggarkan dana dari awal sebesar 8 juta rupiah yang menyangkut seluruh kegiatan hari raya keagamaan yang dilakukan oleh subak, seperti memperingati hari-hari raya Galungan, kuningan, Nyepi, Tumpek maupun Purnama Tilem yang dilakukan oleh umat Hindu yang sebagian besar dianut oleh krama subak. Dana tersebut digunakan untuk membeli banten, saranasarana upakara, dan sesari untuk pemangku. Anggaran untuk kegiatan Pawongan sepenuhnya digunakan untuk kegiatan Simpan Pinjam yang dilakukan oleh subak untuk kramanya. Kegiatan simpan pinjam ini mencerminkan juga konsep Tri Hita Karana karena hal ini dicerminkan dengan adanya krama atau anggota subak yang berhubungan satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk membantu krama subak yang mengalami masalah dana dalam menggarap lahan pertaniannya. Anggaran yang terakhir yaitu anggaran Palemahan digunakan untuk memperbaiki saluran irigasi, dan juga untuk membangun senderan-senderan. Palemahan yang merupakan hubungan manusia dengan lingkungannya diwujudkan dalam hal tersebut. Anggaran Palemahan ini cukup besar karena pengurus subak beralasan di situasi tertentu misalnya banjir, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan bisa sangat parah dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Peneliti menemukan kasus yang ada di Subak Kaliculuk dimana realisasi dari anggaran tersebut tidaklah sesuai karena dana yang digunakan cenderung lebih besar ke kegiatan Parahyangan. Hal ini terjadi karena Subak sedang melakukan pembangunan pura Subak yang membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga beberapa tahun terakhir dana yang terealisasi lebih ke kegiatan Parahyangan, sehingga dalam menghadapi situasi-situasi dalam bidang Palemahan yang sifatnya mendadak, subak ini menjadi keteteran. Dana Palemahan dalam subak Kaliculuk belum terealisasi, dikarenakan dana-dana Palemahan biasanya banyak keluar saat musim penghujan yang banyak terjadi

4 saat-saat akhir tahun. Selain itu, dana dari Palemahan tersebut juga sudah habis terealisasi untuk Parahyangan (pembangunan pura subak). Masalah ketidakseimbangan dan perbedaan realisasi anggaran ini kemudian menjadi motivasi utama peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai pemahaman pihak-pihak yang terkait terhadap makna keseimbangan komponen-komponen Tri Hita Karana, dan dapat membandingkan penganggaran pada akuntansi dan penganggaran secara sederhana pada subak dengan konsep Tri Hita Karana. METODE Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif, yakni penelitian yang dinyatakan dalam katakata dan gambar. Metode penelitian kualitatif atau yang sering juga disebut metode penelitian interaksionis simbolis, fenomenologi maupun studi kasus (Atmadja,2006). Dalam penelitian ini, jenis kasus yang diteliti dibatasi pada keseimbangan yang diterapkan dalam proses penganggaran pada subak. Penelitian ini dilaksanakan pada subak Kaliculuk yang ada di Desa Dencarik, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Adapaun alasan yang memotivasi dilakukannya penelitian di Subak Kaliculuk karena terdapat ketidakseimbangan pelaksanaan unsur-unsur Tri Hita Karana dalam anggaran dan perealisasian dana, dan Penganggaran yang dilakukan cukup sederhana, dan fleksibel. Subjek atau informan dari penelitian ini yakni memilih orang-orang yang dinilai memiliki pengetahuan dan menguasai objek penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka informan dalam penelitian ini antara lain Kelian Subak, Bendahara Subak serta krama subak. Sementara objek dari penelitian ini adalah hanya dibatasi pada keseimbangan unsur-unsur Tri Hita Karana dalam penganggaran yang dilakukan oleh subak. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti, tanpa perantara. Dalam hal ini, data primer adalah hasil-hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan subjek penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan pelengkap bagi data primer yaitu diperoleh dari sumber penelitian dengan mempelajari referensi yang memiliki hubungan dengan sasaran penelitian. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait penyelengaraan kegiatan operasional subak. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Data ini selanjutnya diolah melalui tiga tahapan, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) analisis data dan penarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi data, yakni: penggunaan sumber dan Triangulasi dengan teori atau penjelasan banding (rival explanation). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Subak Kaliculuk, Desa Dencarik, Kecamatan Banjar. Seperti organisasi yang lainnya, subak juga melaksanakan penganggaran walaupun lingkupnya yang cukup sederhana. Penganggaran dalam subak selain sederhana juga kental akan unsur Tri Hita Karananya sehingga segala sesuatu aspek kegiatan dalam subak berpedoman pada Tri Hita Karana. Hal itu sudah jelas tercantum dalam awig-awig subak bahwa kegiatannya berlandaskan Ti Hita Karana. Memang seluruh kehidupan di Bali berpegang teguh pada konsep Tri Hita Karana namun, dalam hal ini subak merupakan cerminan dari konsep Tri Hita Karana tersebut karena semua kegiatannya mencerminkan dari ketiga unsur Tri Hita Karana entah itu Pawongan, Palemahan, dan Parahyangan. Proses Penganggaran pada Subak yang Berlandaskan Tri Hita Karana Berbeda dengan yang ada di subak kaliculuk, proses penganggarannya cukup sederhana. Proses penganggaran yang dilakukan harus tetap berpedoman pada

5 pengeluaran tahun lalu disamping juga memperhatikan kondisi harga barangnya. Selain itu, pada awig-awig subak yang mengatakan bahwa operasional subak harus berdasarkan prinsip Tri Hita Karana, sehingga secara garis besarnya penganggarannya dikelompokkan menjadi anggaran Palemahan, Pawongan, dan Parahyangan. Sumber-sumber Pendanaan Subak yang Berlandaskan Tri Hita Karana Dana dalam subak tidaklah langsung ada begitu saja, melainkan ada beberapa hal yang menjadi sumber dari pendanaan dalam subak. Secara teori terdapat beberapa sumber-sumber pemasukan, ada yang berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh organisasi itu sendiri yang disebut dengan pemasukan reguler, adapula yang berasal dari luar kegiatan organisasi yang biasa disebut dengan pemasukan nonreguler. Menurut penuturan dari kelian subak I komang Cakra beliau mengatakan bahwa: Ada 3 sumber utama pendanaan dalam subak ini yang pertama Dari BKK (Bantuan Khusus Keuangan), yaitu bantuan langsung dari pemerintah kemudian ada peturunan atau iuran, jadi iuran ini sebenarnya baru dipungut untuk kepentingan dana yang mendadak dan kas subak tidak mampu untuk menutupinya, kemudian ada juga denda, yang merupakan sanksi berupa uang apabila ada krama yang tidak ikut ngayah Berdarkan penuturan pengurus subak tersebut maka berikut adalah sumbersumber pemasukan dari Subak Kaliculuk. 1. Pemerintah. Bantuan kepada subak melalui BKK ini dimaksudkan untuk memelihara dan melestarikan organisasi subak yang cenderung lahannya semakin menyusut, akibat peralihan lahan pertanian yang tidak dapat dihindari. ( 8/02/28/ /dana.bantuan.suba k.akan.naik) Tujuan pemberian dana dari pemerintah ini jika dikaitkan ke dalam Tri Hita Karananya hal tersebut masuk ke dalam Palemahan yaitu hubungan manusia dengan lingkungannya, karena dalam hal ini pemerintah mengucurkan dana kepada subak agar subak dengan pengelolaan lingkungannya yang utama menjadi tetap beroperasi dan di sisi lain lingkungan tetap terjaga. Bisa dibilang ini adalah cara lain dari pemerintah untuk menjaga lingkungan dengan ikut melestarikan subak. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ketut Suastika juga mengatakan peningkatan bantuan tersebut ditujukan untuk mengurangi urunan atau iuran 'krama' (masyarakat) Bali. "Dengan bantuan dari pemerintah yang lebih banyak, otomatis uang yang dikeluarkan 'krama' menjadi berkurang," katanya, Minggu (9/3/2014). Pernyataan tersebut mencerminkan salah satu unsur Tri Hita Karana yaitu Pawongan yang merupakan hubungan antar sesama manusia, karena pemerintah sangat memperhatikan krama subak sehingga beban yang ditanggung dalam subak untuk masing-masing krama sedikit berkurang. 2. Iuran krama subak. Peturunan atau merupakan sistem pemungutan yang sangat unik di Bali yang dilakukan pada organisasi kecil seperti dadia dan subak dengan mewajibkan para anggotanya untuk membayar sejumlah uang yang nantinya dana peturunan itu digunakan untuk memfasilitasi organisasi kecil tersebut didalam menjalankan aktifitas operasionalnya seperti melakukan rentetan upacara agama seperti ngusaba, perayaan hari raya agama,

6 dan pelestarian lingkungan dadia atau subak tersebut. Hal ini dapat disimak dalam wawancara dengan bendahara subak, I Nyoman Merta, Iuran atau peturunan memang kami pungut, namun tidak menentu. Sebenarnya subak kami sudah ada kas subak. Namun, hal kas itu tentu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan semuanya. Jadi untuk menutupi kekurangan-kekurangannya kami ambil dari iuran krama Iuran atau peturunan dari subak ini serperti yang dijelaskan memang tidak menentu, jika tiba-tiba ada iuran maka hal itu akan dimusyawarahkan terlebih dahulu. Jika dikaitkan dengan Tri Hita Karana hal ini bisa masuk ke Parahyangan, Pawongan maupun Palemahan sesuai dengan peruntukan dana tersebut. Karena untuk masalah kekurangan dana tidak bisa diprediksi oleh pengurus subak. 3. Denda. Denda merupakan hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan, undang-undang, dan sebagainya). Kalau pada subak tentu saja Denda ini diterapkan untuk dikenakan kepada krama subak yang tidak ikut ngayah maupun yang melanggar awig-awig subak. Seperti penuturan bendahara subak, I Nyoman Merta berikut Selain iuran dan bantuan pemerintah kami juga mendapat masukan dana dari denda-denda yang masuk. Besaran denda ini tergantung dari awig-awig yang dilanggar Sesuai dengan penuturan Bendahara subak maka iuran ini dapat dikaitkan ke dalam Tri Hita Karana, yaitu unsur Pawongan karena yang terkandung di sini adalah prinsip keadilan. Semua yang melanggar bakalan kena denda, tanpa memandang status sosial. Hal ini menjadikan toleransi antar krama subak menjadi tetap terjaga. 4. Bunga. Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Bunga ini di dapat dari kegiatan simpan pinjam yang dilakukan oleh subak untuk membantu krama subak. Bendahara subak, I Nyoman Merta menuturkan sebagai berikut Sesuai dengan persetujuan pak kelian sama krama, kas subak kami gunakan untuk kegiatan simpan pinjam. Jadi misalnya ada krama yang lagi kesusahan karena tidak ada uang, bisa meminjam di subak, dan bunganya 5 %. Jadi krama subak tidak pusing lagi mencari kemana-mana apalagi bunga untuk meminjam di subak lebih kecil dibandingkan di luar Kegiatan simpan pinjam yang dilakukan ini memang cukup bermanfaat, selain menambah pemasukan dari subak juga dapat menjaga kesehjateraan dari krama subak. Hal ini dikarenakan krama subak bisa memperoleh pinjaman, dan membayarnya saat panen tiba. Jika dikaitkan dalam Tri Hita Karana hal ini masuk ke ranah Pawongan. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Proses Penganggaran Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses dimana para individu, yang kinerjanya dievaluasi dalam memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan memiliki pengaruh serta kontribusi dalam penyusunan target anggaran, hal ini sejalan dengan pendapat Milani (1975) bahwa partisipasi penganggaran adalah luasnya pengaruh, keterlibatan dan kontribusi manajer bawahan dalam penyusunan anggaran. Kelian Subak dan Bendahara memang yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran, namun hasilnya tetap dimusyawarahkan ke krama agar

7 mereka juga merasa dilibatkan dalam penganggaran ini. Jika dikaitkan dalam Tri Hita Karana ini termasuk Pawongan karena adanya hubungan antar krama subak. Jadi dalam partisipasi anggaran ini tetap yang diutamakan adalah kekeluargaan. Bendahara dan kelian subak memang yang bertugas menyusun anggaran, di sisi lain para krama juga harus dilibatkan, sehingga sampai sekarang tidak ada yang namanya konflik antara krama dengan pengurus subak mengenai masalah keuangan. Selain karena adanya keterbukaan, para krama juga percaya terhadap kelian maupun pengurus-pengurus yang lainnya. Konsep Keseimbangan antar Komponen Tri Hita Karana dalam Penganganggaran Subak Kaliculuk Tri Hita Karana, berasal dari bahasa sanskerta, dari kata Tri yang berarti tiga, Hita berarti sejahtera dan Karana berarti penyebab. Pengertian Tri Hita Karana adalah tiga hal pokok yang menyebabkan kesejahteraan dan kemakmuran hidup manusia. Konsep ini muncul berkaitan erat dengan keberadaan hidup bermasyarakat di Bali. Berawal dari pola hidup ini muncul dan berkaitan dengan terwujudnya suatu desa adat di Bali. Bukan saja berakibat terwujudnya persekutuan teritorial dan persekutuan hidup atas kepentingan bersama dalam bermasyarakat, juga merupakan persekutuan dalam kesamaan kepercayaan untuk memuja Tuhan atau Sang Hyang Widhi. Adapun unsur-unsur Tri Hita Karana ini meliputi: 1. Hubungan manusia dengan Tuhannya; 2. Hubungan manusia dengan sesamanya dan; 3. Hubungan manusia dengan lingkungannya. Subak adalah cerminan langsung dari filosofi dalam agama Hindu Tri Hita Karana (tiga penyebab kebaikan), yang mempromosikan hubungan yang harmonis antara individu dengan alam semangat (Parahyangan), dunia manusia (Pawongan), dan alam (Palemahan). Hal ini akan menjadi menarik apabila kita telusuri lebih jauh bagaimana juga penganggaran yang di lakukan oleh subak karena adanya unsur-unsur Tri Hita Karana tersebut. Agar lebih jelas berikut adalah pemaparan dari masing-masing konsep budaya lokal Tri Hita Karana serta penganggarannya. a. Parahyangan Setiap orang pasti ingin mencapai suatu yang maksimal, maka dari itu untuk mencapai suatu yang maksimal seseorang harus berusaha, karena sesuatu yang maksimal haruslah diperoleh dari sebuah pengorbanan. Sama halnya dalam memuja Tuhan, sebagai manusia kita harus berbakti kepada Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Kegiatan Parahyangan dalam subak ini dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pemujaan seperti pelaksanaan purnama dan tilem setiap bulannya, pelaksanaan Hari raya besar seperti Galungan, Kuningan, dan Nyepi, hingga kegiatan yang paling besar yaitu ngusabe. Ada juga kegiatan pemeliharaan dan pembangunan pura subak. Pelaksanaan kegiatan tersebut membutuhkan anggaran dana sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kelian subak, I Komang Cakra berikut Kami menganggarkan dana setiap tahun untuk kegiatan harihari raya sebesar 8 juta. Itu belum termasuk untuk ngusabe dan pemeliharaan maupun pembangunannya. Untuk kegiatan ngusabe kami anggarkan setiap 2 tahun dimana dana yang kira2 dihabiskan adalah sebesar 30 juta. Ada juga pembangunan pura subak yang kami anggarkan sebesar 50 juta, yang kami anggarkan langsung dari bantuan pemerintah Sesuai dengan penuturan dari kelian Subak, sudah sangat jelas bahwa anggaran yang dikeluarkan oleh subak untuk Parahyangan setiap tahunnya adalah minimal 8 juta.

8 b. Pawongan Pawongan adalah konsep tentang bagaimana membina hubungan harmonis antara sesama manusia. Sebagai seorang individu kita harus mampu mengendalikan diri untuk mencapai terwujudnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia karena di dalam diri kita masih tersimpan ego, serta memiliki rasa iri hati terhadap orang lain. Subak mewujudkan hal ini dalam bentuk interaksi antar krama subak. Tidak ada yang dibedabedakan dalam krama subak ini karena semuanya sama. Jika ada yang melanggar awig-awig akan dikenakan denda, mulai dari membayar uang sampai tidak mendapat air irigasi. Subak Kaliculuk menganggarkan kas subak untuk dijadikan sarana simpan pinjam bagi krama yang membutuhkan, agar bisa membantu krama subak yang kesulitan dana. c. Palemahan Palemahan adalah konsep hubungan manusia dengan alam, bagaimana manusia memperlakukan alam dan dimana dalam masyarakat tradisi masyarakat tradisional ini identik dengan berbagai bentuk ritual penghormatan pada segala bentuk ciptaan yang ada di alam. Terutama masyarakat Hindu di Bali memiliki cara khusus untuk mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih pada alam yaitu lewat Yajna. Di mana Yajna ditunjukan untuk para dewa yang diyakini bersemayam di berbagai sumber kehidupan yang terdapat di alam. Mengenai masalah hubungan dengan lingkungan dalam subak sudah tidak perlu ditanyakan lagi, karena setiap kegiatannya seperti pertanian dan perkebunan berhadapan secara langsung dengan lingkungan. Bisa dikatakan Palemahan inilah kegiatan utama dari subak. Penganggarannya untuk masalah lingkungan inipun, dianggarkan cukup besar yaitu sebesar 50 juta pada tahun Sebagian besar pelaksanaan Tri Hita Karana dalam Subak Kaliculuk memang persis seperti yang dijelaskan sebelumnya. Unsur-unsur di dalam Tri Hita Karana tersebut harus diaplikasikan secara utuh dan terpadu di dalam pengimplementasiannya. Unsur Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan tidak ada yang menduduki porsi yang istimewa. Tri Hita Karana yang dilakukan haruslah seimbang. Seperti subak pada umumnya subak kaliculuk juga melaksanakan operasionalnya dengan berpedoman penuh pada Tri Hita Karana, termasuk pada penganggarannya. Sehingga pengganggaran yang dilakukan semestinya juga seimbang untuk masingmasing komponen Tri Hita Karana tersebut. Anggaran ini memang tidak seimbang jika dilihat dari konsep keseimbangan Tri Hita Karana yang menyatakan bahwa ketiga unsurnya harus seimbang, dikarenakan hal tersebut memang tidak seimbang dari segi pendanaannya. Penganggaran di sini juga cukup menarik, karena realisasi anggaran dari yang seharusnya sebesar 50 juta tersebut semuanya dilimpahkan untuk membangun gapura dari pura subak yang mana hal tersebut masuk ke dalam ranah Parahyangan. Kondisi ini mencerminkan antara penganggaran dan realisasi tidak sesuai. Menurut penuturan dari Bendahara subak, I Nyoman Merta Dana ini dianggarkan fleksibel jadi bisa digunakan untuk apa saja selama itu dalam kegiatan subak. Misalnya saja jika Parahyangannya sudah bagus yaa kita limpahkan dana ini kegiatan yang lain yang membutuhkan tidak mesti setiap tahun memaksakan dana itu untuk memenuhi unsur Tri Hita Karana

9 Alasan dana untuk Palemahan dilimpahkan ke Parahyangan yaitu dikarenakan Pura Subak sedang membutuhkan dana untuk pembangunannya sehingga dana yang sebesar 50 juta ini dilimpahkan kesana disamping sarana-sarana irigasi dari subak Kaliculuk juga cukup baik sehingga tidak akan banyak memakan banyak dana. Kesimbangan antar komponen Tri Hita Karana dalam Subak Kaliculuk sebenarnya sudah cukup terlihat dalam pelaksanaan Parahyangan, Pawongan, maupun Palemahan. Hal ini bisa diliat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subak seperti gotong royong yang rutin dilakukan, hari raya besar selalu diperingati, rapat-rapat rutin dilaksanakan, bahkan kegiatan simpan-pinjamnya terus dilakukan sampai sekarang. Perlu diketahui bahwa semua kegiatan tersebut mencerminkan unsur-unsur Tri Hita Karana dan tidak semuanya juga membutuhkan dana di dalam pelaksanaannya. Inti dari keseimbangan ini bukan pembagian dana untuk ketiganya namun pelaksanaan ketiganya. Menurut kelian subak, I Komang Cakra, Memang Tri Hita Karana adalah pedoman kami di dalam menjalankan operasional subak, tapi dana bukanlah tolak ukur kami untuk melaksanakan Tri Hita Karana tersebut. Intinya pada subak sudah melaksanakan kegiatan Tri Hita Karana Tersebut Benar yang dikatakan oleh kelian subak bahwa pelaksanaan unsur Tri Hita Karana tersebut tidak tergantung pada uang saja, memang sebagian besar dari pelaksanaannya itu membutuhkan dana tetapi dana itu tetap saja hanya sebagai pelengkap untuk melaksanakan Tri Hita Karana tersebut dan digunakan untuk halhal yang penting dan mendesak bagi subak. Banyak hal juga yang bisa dilakukan untuk memenuhi unsur-unsur Tri Hita Karana tersebut tanpa menggunakan dana, misalnya saja dengan menggunakan tenaga. Jadi sudah jelas keseimbangan yang dimaksud oleh wiana di sini adalah, keseimbangan dalam pelaksanaan ketiganya, bukanlah keseimbangan dalam pembagian dana untuk ketiga unsur Tri Hita Karana. Pelaksanaan Tri Hita Karana juga tidak hanya bisa dilakukan dengan kegiatan fisik saja yang sebagian besar menggunakan dana di dalam pelaksanaannya, misalnya dalam hal Parahyangan bisa dengan meningkatkan kualitas diri serta saling menolong antar sesama mahluk ciptaan Tuhan juga sebagai salah satu jalan untuk menjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan. Unsur Pawongan dapat ditunjukkan dengan pengendalian diri untuk menahan segala gejolak emosi dan keinginan di dunia ini. Apabila kita sebagai individu mampu untuk mengendalikan diri maka akan terwujudnya tat twam asi. Pengendalian diri dalam subak dicerminkan dengan hubungan antar krama yang saling mengasih satu sama lain dan pengendalian diri dari pengurus subak untuk mengeloala keuangan subak dengan baik. Hal itu sudah mereka tunjukkan, mereka ikhlas mengurusi subak Kaliculuk ini dengan ikhlas dan tidak dibayar. Unsur Palemahan juga dapat di wujudkan dengan sifat gotong royong. Kata gotong royong dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu) mengerjakan suatu pekerjaan secara bersama-sama. Gotong royong ini mengacu pada kegiatan untuk menjaga lingkungan subak, misalnya saja membersihkan aliran irigasi agar air irigasi tidak tersumbat. Gotong royong yang dilakukan pun tidak membutuhkan dana, cukup tenaga yang diberikan dari krama. Gotong royong seperti ini bukan hanya masuk ke ranah Palemahan namun juga masuk ke Pawongan karena adanya interaksi antar krama dalam melaksanakan gotong royong tersebut. Ini membuktikan bahwa hanya dengan kerja berarti sudah melaksanakan yang namanya unsur-unsur Tri Hita Karana tersebut. Tidak perlu baru ada dana saja baru bisa mencukupi unsur-unsur dari Tri Hita Karana.

10 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Bab sebelumnya telah dipaparkan secara mendetail berbagai permasalahan pokok maupun fenomena dari penelitian ini dan dikaitkan dengan jawaban-jawaban narasumber ataupun informan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, terkait penganggaran dalam Subak Kaliculuk dengan unsur-unsur Tri Hita Karana. Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : 1. Subak merupakan cerminan dari konsep Tri Hita Karana karena semua kegiatannya mencerminkan dari ketiga unsur Tri Hita Karana entah itu Pawongan, Palemahan, dan Parahyangan. Hal ini menyebabkan kegiatan operasional yang dilakukan seperti penganggarannya pun dikaitkan dengan unsur Tri Hita Karana tersebut, sehingga ada anggaran Parahyangan, Pawongan, maupun Palemahan. Seluruh aktivitas yang mengenai masalah anggaran dari proses sampai pemasukanpemasukan dananya mengandung unsur-unsur Tri Hita Karana di dalamnya, misalnya rancangan anggaran yang harus disampaikan ke krama sehingga tercipta yang namanya unsur Pawongan, proses realisasi anggaran yang harus mencerminkan keadaan sebenarnya untuk menghindari kecurangan sebagai nurani dari pengurus subak yang percaya akan karma dari Tuhan yang masuk ke Parahyangan, dan pemberian bantuan dari pemerintah untuk mempertahankan lingkungan pertanian yang masuk Palemahan. 2. Unsur-unsur di dalam Tri Hita Karana harus dilaksanakan secara utuh dan terpadu. Unsur Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan tidak ada yang menduduki porsi yang istimewa. Tri Hita Karana yang dilakukan haruslah seimbang. Keseimbangan yang dimaksud di sini adalah keseimbangan dalam pelaksanaannya bukan keseimbangan dalam pembagian dananya. Banyak hal yang bisa dilakukan tanpa menggunakan dana. Misalnya saja gotong royong yang dilakukan oleh subak, meskipun anggarannya tidak ada tapi unsur Palemahannya tetap terpenuhi. Begitu juga dengan unsur-unsur Tri Hita Karana yang lainnya. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan di dadia yaitu sebagai berikut. 1. Untuk menyelaraskan hubungan yang harmonis antara tuhan, sesama manusia dan lingkungan seharusnya pengimplementasian ajaran Tri Hita Karana diterapkan secara maksimal, bukan hanyan sekedar pelaksanaan fisik tapi juga pelaksanaan psikis dari masing-masing pribadi krama subak, 2. Sebaiknya untuk ke depannya, Subak Kaliculuk membuat laporan keuangan entah itu dari RAB sampai laporan pertanggung jawaban yang lengkap, dan disimpan agar yang membutuhkan dapat segera mengetahui informasinya, 3. Dalam membuat penganggaran sebaiknya jangan terlalu terpaku pada tahun-tahun sebelumnya apalagi untuk hal yang belum pasti agar tidak kelabakan saat dibutuhkan dana pada saat kondisi-kondisi yang mendadak. DAFTAR PUSTAKA Anonim Dana Bantuan Subak Akan Naik. Tersedia pada /02/28/ /dana.bant uan.subak.akan.naik. (diakses tanggal 20 Desember 2016) Atmadja, Anantawikrama Tungga, Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Singaraja: Undiksha Press. M. Nafarin, 2004, Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa,

11 Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta. Provinsi Bali. Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Bali No.02/PD/DPRD/L972 Tentang Irigasi Pitana, I G Subak, Sistem Irigasi Tradisional di Bali (Sebuah Deskripsi Umum). Dalam: Pitana, I G., editor. Subak Sistem Irigasi Tradisional di Bali, Sebuah Canangsari. Denpasar: Upada Sastra. Sutawan, N Struktur dan Fungsi Subak. Makalah Seminar Peranan Berbagai Program Pembangunan dalam Melestarikan Subak. Bali: Universitas Udayana. Republik Indonesia Undangundang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara. Wiana, I Ketut Mengapa Bali disebut Bali?. Surabaya: Paramita Tri Hita Karana Menutut Konsep Hindu. Surabaya: Paramita Pitana, I G Subak, Sistem Irigasi Tradisional di Bali (Sebuah Deskripsi Umum). Dalam: Pitana, I G., editor. Subak Sistem Irigasi Tradisional di Bali, Sebuah Canangsari. Denpasar: Upada Sastra

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Syarief, 2011). Jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan menjadi 275 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Pengaruh Perubahan Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak Di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana

Pengaruh Perubahan Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak Di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Pengaruh Perubahan Penguasaan Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Eksistensi Subak Di Desa Medewi Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Oleh Putu Gede Wira Kusuma Made Suryadi, I Nyoman Suditha *) Jurusan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan

Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan (Kasus Subak Mungkagan, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung) I PUTU TESSA ANDIKA,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh BAB VI KESIMPULAN Desa Jungutbatu yang secara administratif terletak di kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali menyimpan sejumlah pesona alam dan kebudayaan tersendiri. Desa ini berada di pulau

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan daerah lima tahun kedepan yang dituangkan dalam RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016-2021

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir Subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian beririgasi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia PENILAIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA PADA PERKUMPULAN PETANI PENGGUNA AIR (P3A) SUBAK TIBU BELENG DI DESA PENYARINGAN KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA 1 Ni Nyoman Dhiras

Lebih terperinci

Bab Tiga Metode Penelitian

Bab Tiga Metode Penelitian Bab Tiga Metode Penelitian Seperti Menatap Cermin Ketertarikan saya dengan bidang pertanian berawal ketika pada masa kanak-kanak sampai remaja (masa Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas) sering menemani

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 62

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 62 PENERAPAN TRI HITA KARANA DALAM MEMBANGUN KEHARMONISAN MASYARAKAT TRANSMIGRASI HINDU ASAL BALI DI DESA NUSA AGUNG KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN (Kajian Filosofis) Oleh I Wayan Sudarma, Relin D.E,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig) Bab Sembilan Kesimpulan Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berperan penting dalam penyediaan dan pemenuhan pangan bagi masyarakatnya. Dengan adanya eksplositas

Lebih terperinci

PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI

PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI Oleh I Nyoman Yatna Dwipayana Genta I Made Sarjana Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip University Governance di Universitas

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB VI PENUTUP Simpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T (Transportation, Technology, Telecommunication, Tourism) yang disebut sebagai The Millenium 4.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN DI DALAM KONDISI DUALISME PEMERINTAHAN DESA Oleh : Luh Putu Yandi Utami. Wayan P. Windia Ketut Sudantra

PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN DI DALAM KONDISI DUALISME PEMERINTAHAN DESA Oleh : Luh Putu Yandi Utami. Wayan P. Windia Ketut Sudantra PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN DI DALAM KONDISI DUALISME PEMERINTAHAN DESA Oleh : Luh Putu Yandi Utami Wayan P. Windia Ketut Sudantra Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

Bali. Pola Tata Ruang Tradisional Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai daerah yang terkenal akan kebudayaannya bisa dikatakan sudah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap orang yang mengunjungi Bali sepakat bahwa

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN 1 Ni Putu Ayu Primayanti, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi tradisional petani yang mengelola air irigasi dapat ditemui di berbagai belahan dunia, salah satunya adalah sistem irigasi subak di Bali. Subak merupakan

Lebih terperinci

SINERGI DESA ADAT DAN DESA DINAS DALAM PENGELOLAAN ASET DESA UNTUK MEWUJUDKAN HARMONISASI (STUDI PADA DESA ADAT DAN DESA DINAS SAMBANGAN)

SINERGI DESA ADAT DAN DESA DINAS DALAM PENGELOLAAN ASET DESA UNTUK MEWUJUDKAN HARMONISASI (STUDI PADA DESA ADAT DAN DESA DINAS SAMBANGAN) SINERGI DESA ADAT DAN DESA DINAS DALAM PENGELOLAAN ASET DESA UNTUK MEWUJUDKAN HARMONISASI (STUDI PADA DESA ADAT DAN DESA DINAS SAMBANGAN) I Ketut Teguh Yudha Satrya Ni Kadek Sinarwati, Nyoman Trisna Herawati

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ANALISIS KONTRIBUSI NAUB TERHADAP BESARNYA BIAYA UPACARA PADA BEBERAPA PURA DI LINGKUNGAN DESA PAKRAMAN TABOLA, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI 1 Made Ayu Ruscita Dewi, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PROFIL INFORMAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil dari masing-masing informan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PROFIL INFORMAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil dari masing-masing informan BAB IV PROFIL INFORMAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil dari masing-masing informan yang menjadi objek penelitian. Sesuai yang telah diuraikan pada sub bab metodologi, informan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta MENGUNGKAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA LEMBAGA LOKAL SUBAK DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PEDESAAN (Studi Kasus pada Subak Tabola, Desa Pakraman Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pekerjaan dengan tingkat tekanan yang tinggi adalah auditor internal. Pekerjaan ini memiliki beban kerja yang berat, batas waktu pekerjaan yang

Lebih terperinci

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN Abstract Oleh Dewa Made Pancadana A.A. Gede Oka Parwata Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR Oleh: Komang Gede Indra Parisuda Ngakan Ketut Dunia Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang)

PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang) 481 PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang) I Wayan Gde Wiryawan, Wayan Suandhi, I Ketut Widnyana, I Wayan Wahyu Wira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Upaya-upaya peningkatan daya tarik yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat pada tahun 2008-2010 menunjukkan hasil yang positif bagi pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III TEMUAN DATA. penelitian ini yaitu umur responden dan luas perubahan peruntukan lahan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III TEMUAN DATA. penelitian ini yaitu umur responden dan luas perubahan peruntukan lahan BAB III TEMUAN DATA 3.1 Identitas Responden Identitas responden merupakan data diri yang dimiliki oleh individu untuk mengetahui karakteristik guna mengenali dan mengetahui jati diri dan informasi informasi

Lebih terperinci

IDA BAGUS SUDARMA PUTRA

IDA BAGUS SUDARMA PUTRA TESIS HAKIKAT DAN PERANAN SANKSI ADAT DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT TERHADAP AWIG-AWIG (STUDI KASUS DI DESA PAKRAMAN KERAMAS KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR) IDA BAGUS SUDARMA PUTRA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah BAB IV ANALISA DATA A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Keadaan kerukunan di Desa Balonggarut antara Islam dan Hindu masuk dalam kategori damai tanpa konflik. Meskipun dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, bangsa, dan kesukuan. Hal ini kedudukannya sama dengan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. golongan, bangsa, dan kesukuan. Hal ini kedudukannya sama dengan masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kemajemukan baik dalam adat istiadat golongan, bangsa, dan kesukuan. Hal ini kedudukannya sama dengan masingmasing agama yang memiliki pandangan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA ` BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING 1 Ni Luh Yadnya Wati, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM OM SWASTI ASTU OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BH Primer 1. Norma atau kaedah dasar yakni Pembukaan UUD 1945. 2. Peraturan dasar (BT UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian dalam kaitannya pada perancangan dan perencanaan Ekowisata Rice Terrace di Jatiluwih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

Putu Sukma Kurniawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRACT

Putu Sukma Kurniawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha   ABSTRACT PERAN ADAT DAN TRADISI DALAM PROSES TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN (STUDI KASUS DESA PAKRAMAN BULELENG, KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI) Putu Sukma

Lebih terperinci

PERILAKU LEGISLATIF BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PRAKTIK PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK (APBDes) DESA SUBUK

PERILAKU LEGISLATIF BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PRAKTIK PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK (APBDes) DESA SUBUK PERILAKU LEGISLATIF BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PRAKTIK PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK (APBDes) DESA SUBUK 1 Ketut Agus Perdana, 1 Ni Kadek Sinarwati, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup

Lebih terperinci

TOLERANSI UMAT ISLAM TERHADAP UPACARA AGAMA HINDU DI CANDI CETHO DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

TOLERANSI UMAT ISLAM TERHADAP UPACARA AGAMA HINDU DI CANDI CETHO DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI TOLERANSI UMAT ISLAM TERHADAP UPACARA AGAMA HINDU DI CANDI CETHO DUSUN CETHO DESA GUMENG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

KURANGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS PADA DESA MANIKLIYU KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI)

KURANGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS PADA DESA MANIKLIYU KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI) KURANGNYA PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (STUDI KASUS PADA DESA MANIKLIYU KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI) I Wayan Adi Suarnata 1, Anantawikrama Tungga Atmaja 2, Ni Luh

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN PERTANIAN DAN PERGESERAN IMPLEMENTASI KONSEP TRI HITA KARANA

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN PERTANIAN DAN PERGESERAN IMPLEMENTASI KONSEP TRI HITA KARANA PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN PERTANIAN DAN PERGESERAN IMPLEMENTASI KONSEP TRI HITA KARANA (Studi Kasus Pada Petani Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali) SKRIPSI. Disusun oleh

Lebih terperinci

KEARIFAN LOKAL PADE GELAHANG DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI SUBAK

KEARIFAN LOKAL PADE GELAHANG DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI SUBAK KEARIFAN LOKAL PADE GELAHANG DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI SUBAK Dewa Kadek Darmada Anantawikrama Tungga Atmadja Ni Kadek Sinarwati Universitas Pendidikan Ganesha,

Lebih terperinci

survei Branding Bali

survei Branding Bali survei Branding Bali Flow Process Bali Branding Tahap I : 10-12 minggu Tahap II : 2-4 minggu Tahap III : 3-4 minggu Tahap IV : 3-4 minggu Tahap V Tahap I: Insight Finding Tahap II: Penyamaan Persepsi Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, hak-hak perempuan mulai dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. Kebijakan tentang perempuan sekarang ini sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu asset devisa Negara Indonesia yang cukup tinggi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang hidup dengan keanekaragaman yang sangat kompleks. Keanekaragaman yang terjadi dikarenakan faktor budaya yang

Lebih terperinci

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset. Judul : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Aset LPD di Kabupaten Gianyar Nama : Ni Made Jeny Lestari Dewi NIM : 1315351091 Abstrak Pertumbuhan

Lebih terperinci

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana TANGGUNG JAWAB PENJAMIN ATAS KREDIT YANG DIBERIKAN TERHADAP WARGA LUAR DESA PAKRAMAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI DESA PAKRAMAN RENON KECAMATAN DENPASAR SELATAN Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah

Lebih terperinci

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA. Ni Wayan Suarmini * Abstrak

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA. Ni Wayan Suarmini * Abstrak PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA Ni Wayan Suarmini * Abstrak Arus globalisasi telah melanda dunia saat ini, batas-batas suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia terdapat dua buah sistem irigasi yakni sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah dan sistem irigasi yang dibangun atas swadaya masyarakat itu sendiri

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2008-2009 Oleh : NI KOMANG CAHYANI NIM : 0706305173 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN KONSEP VALUE FOR MONEY AUDIT

PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN KONSEP VALUE FOR MONEY AUDIT PENILAIAN KINERJA BERDASARKAN KONSEP VALUE FOR MONEY AUDIT UNTUK PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2009-2013 SKRIPSI Oleh : I MADE MARAYASA NIM :

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE PADA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi Kasus Pada Desa Telaga, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng) 1 Febby Rosielita 2 Ni Luh Gede Erni Sulindawati

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS Sirajuddin Saleh, & Hariati Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu,

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PERORANGAN MODAL SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGI TERHADAP KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT YOGYAKARTA DAN BALI

LAPORAN PENELITIAN PERORANGAN MODAL SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGI TERHADAP KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT YOGYAKARTA DAN BALI LAPORAN PENELITIAN PERORANGAN MODAL SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL: STUDI SOSIOLOGI TERHADAP KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT YOGYAKARTA DAN BALI Ujianto Singgih Prayitno BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK (STUDI KASUS: LURAH PEREMPUAN DI KELURAHAN KESIMAN KECAMATAN DEPASAR TIMUR)

GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK (STUDI KASUS: LURAH PEREMPUAN DI KELURAHAN KESIMAN KECAMATAN DEPASAR TIMUR) GAYA KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM JABATAN PUBLIK (STUDI KASUS: LURAH PEREMPUAN DI KELURAHAN KESIMAN KECAMATAN DEPASAR TIMUR) Ni Luh Putu Wijayanti 1), Ni Nyoman Dewi pascarani 2), I Ketut Winaya 3) 1,2,3)

Lebih terperinci

1.1 Profil Keluarga Dampingan

1.1 Profil Keluarga Dampingan BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Udayana periode XIII Tahun 2016 merupakan salah satu bentuk pengabdian mahasiswa di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten di Bali yang memiliki peran sentral dalam pertanian. Kabupaten Tabanan yang memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali,

Lebih terperinci

PERANAN MASYARAKAT DALAM KEMANDIRIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA (Studi Di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

PERANAN MASYARAKAT DALAM KEMANDIRIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA (Studi Di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) PERANAN MASYARAKAT DALAM KEMANDIRIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA (Studi Di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) Nikander Neksen dan Agung Suprojo Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Lebih terperinci

EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA

EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA EKSISTENSI TRADISI ADAT NGONCANG DI DESA PEGADUNGAN, KACAMATAN SUKASADA, KABUPATEN BULELENG DITINJAU DARI SEGI NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ARTIKEL OLEH NI PUTU DIAH LISTIANI 0914041069 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN GIANYAR

POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN GIANYAR POTENSI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN GIANYAR oleh Dewa Gde Ari Surya Wibawa Cok Istri Anom Pemayun Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas HukumUniversitas Udayana ABSTRACT Gianyar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN

EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN TESIS EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN I GUSTI NGURAH ARYA ASTANA NIM 1391061048 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGARUH UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP OTONOMI DESA ADAT DI BALI

PENGARUH UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP OTONOMI DESA ADAT DI BALI PENGARUH UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP OTONOMI DESA ADAT DI BALI Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH., MH ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bidang pertanian, subak merupakan suatu organisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bidang pertanian, subak merupakan suatu organisasi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Subak 2.1.1 Pengertian dan tujuan subak Dalam bidang pertanian, subak merupakan suatu organisasi yang melaksanakan pengairan tradisional serta menjadi bagian dari budaya yang

Lebih terperinci

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERBASIS TRI HITA KARANA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (STUDI EMPIRIS PADA MASYARAKAT DESA SANUR)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERBASIS TRI HITA KARANA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (STUDI EMPIRIS PADA MASYARAKAT DESA SANUR) 266 PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BERBASIS TRI HITA KARANA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (STUDI EMPIRIS PADA MASYARAKAT DESA SANUR) Putu Wenny Saitri, I Ketut Sunarwijaya Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract 1 PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI Ida Bagus Gede Candra Prayoga Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana Abstract Cultural values are

Lebih terperinci

Ni Wayan Ayu Suparmi, Ida Bagus Made Astawa, Sutarjo. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ni Wayan Ayu Suparmi, Ida Bagus Made Astawa, Sutarjo. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia DIFERENSIASI PERSPEKTIF ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG (STUDI KASUS DI DESA PAKRAMAN TALEPUD, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR) Ni Wayan Ayu Suparmi, Ida Bagus

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN Oleh: Ida Bagus Agung Mahadiputra Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci