TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING"

Transkripsi

1 TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING 1 Ni Luh Yadnya Wati, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {yadnyawati12@gmail.com, anantawikramatunggaatmadja@gmail.com, aris_herawati@yahoo.com}@undiksha.ac.id Abstrak Pura merupakan salah satu bentuk organisasi keagamaan publik nonpemerintahan dan organisasi nirlaba sehingga pura juga dituntut untuk membuat sebuah pertanggungjawaban kepada para kramanya. Salah satu pura ini adalah Pura Desa Banyuning. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi kelian Pura Desa Banyuning mengambil kebijakan penetapan tarif pada sumber air desa yang disediakan oleh pura, dan 2) untuk mengetahui bagaimana sistem pelaporan dana air desa sebagai pendapatan tambahan pada Pura Desa Banyuning. Jenis data penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan melalui 3 tahapan, antara lain: 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, dan 3) Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) yang melatarbelakangi kelian Pura Desa Banyuning mengambil kebijakan tarif adalah karena kurangnya dana yang dimiliki oleh Pura Desa Banyuning untuk membayar biaya rekening air dan perbaikan tempat pencarian air sehingga kelian Pura Desa Banyuning menaikkan tarif untuk mendapat pemasukan yang lebih banyak, 2) Terdapat 3 jenis pemasukan pura yang berasal dari peturunan, dana punia dan pendapatan tambahan dari air desa. Alasan Pura Desa Banyuning membuat laporan keuangan secara sederhana dikarenakan; transaksi yang tidak rutin terjadi dan jumlahnya sangat kecil sehingga tidak perlu dibuatkan laporan keuangan yang mendetail serta lingkup organisasi yang kecil. Kata kunci: Pura, akuntabilitas, dan pengelolaan keuangan. Abstract A temple is one of the forms of nongovernment religious and nonprofit organization. Thus it is required to be accountable to its members. One of the temples is Banyuning Village Temple. The aims of this study were 1) to find out the reason kelian of Banyuning Village Temple decided to charge the price for the use of village water provided by the temple, and 2) to find out the system of financial reporting of the village water as an additional income of Banyuning Village Temple. The data of this study were qualitative data. The methods of data collection were observation, in-depth interview, library research and documents recording. The data analysis done followed three steps: 1) Data Reduction, 2) Data Display, and 3) Conclusion Drawing. The results showed that 1) the reason kelian of Banyuning Village Temple decided on the charge of the price was the lack of money to pay water bill and for rehabilitation of water source. Thus the kelian of Banyuning Village Temple raised the price to get more income. 2) there are 3 types of addition from the water of the village. They are peturunan, dana punia and additional income from the village water. The reason Banyuning Village Temple makes financial reports in a simple way is the fact that the transaction is routine and the amount is very small. Thus no need to make a detailed financial report and the scope of the organization is small.

2 Keywords: Temple, accountability, and financial management. PENDAHULUAN Pentingnya pelaksanaan akuntabilitas dengan menjalankan prinsipprinsip good governance yang meliputi transparansi dan rasa keadilan di dalam setiap organisasi merupakan fenomena yang harus dicermati oleh setiap organisasi agar organisasi tersebut dipercaya oleh para stakeholder. Tidak hanya organisasi bisnis yang dituntut untuk menerapkan konsep transparansi dan akuntabilitas di dalam pelaporannya, namun organisasi nirlaba pun sudah mulai mendapat tuntutan untuk menyampaikan laporan keuangannya secara terbuka dan akuntabel. Pura sebagai salah satu organisasi publik non-pemerintah dan organisasi nirlaba bidang keagamaan juga tidak luput dari berbagai kritik dan tuntutan agar pura menyusun sebuah laporan keuangan yang transparan dan akuntabel. Hal ini sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 tahun 2011 tentang organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan. Transparansi dan akuntabilitas bagi setiap organisasi baik organisasi privat maupun organisasi publik non-pemerintah termasuk organisasi pura sangat dibutuhkan karena setiap organisasi mempunyai keterkaitan dengan pihak internal dan ekstrenal organisasi. Grai et al. (2006) mengatakan bahwa akuntabilitas yang di dalamnya meliputi penyampaian laporan secara transparan merupakan hak masyarakat atau kelompok dalam masyarakat yang timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat. Pada sisi lain transparansi dan akuntabilitas merupakan hak dan kewajiban organisasi (Lehman dalam Dewi, 2015), namun dalam praktiknya di Non Government Organization (NGO) masih sangat lemah (Fries, 2003 & Moore, 2001 dalam Dewi, 2015). Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seorang atau badan hukum atau pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (BPKP 2011, dalam Maria 2016). Menurut Karina (dalam Maria 2016) transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yaitu tentang kebijakan, proses, pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Dengan adanya transparansi maka setiap anggota atau individu dalam sebuah organisasi akan percaya dengan dana yang dikelola akuntan maupun percaya dengan organisasinya. Transparansi dan akuntabilitas saling berhubungan jika dilihat dari artinya yaitu transparansi mengarah pada keterbukaan dan akuntabilitas berkaitan dengan kewajiban dari akuntan akan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, yang dapat dilihat dari laporan keuangannya. Pura Desa Banyuning sebagai sebuah organisasi keagamaan yang bersifat publik non-pemerintah dan organisasi nirlaba pada dasarnya sama seperti organisasi keagamaan lainnya yang mendapatkan dana dari peturunan para anggota sebagai dana pokok dalam melaksanakan kegiatannya. Selain itu terdapat pula dana punia atau sumbangan sukarela yang diberikan masyarakat kepada pura yang biasanya diberikan pada saat upacara-upacara keagamaan. Kemudian Pura Desa Banyuning juga mendapatkan dana tambahan dari kegiatan program yang dilakukan oleh kelian Pura Desa Banyuning. Program tersebut adalah penyediaan air bersih untuk seluruh masyarakat. Program ini memang bukan program yang hanya dilakukan di Pura Desa Banyuning, pura-pura lain seperti Pura Mayun dan Pura Dalem Banyuning juga menyediakan sarana air bersih yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat. Perbedaannya disini adalah jika pada Pura Mayun dan Pura Dalem Banyuning tidak mematok harga untuk setiap pencarian air

3 dan sistem pembayarannya masih bersifat punia atau sesari yaitu setiap warga yang mencari air bebas menyumbangkan uangnya seikhlasnya, namun pada Pura Desa Banyuning terdapat tarif harga yang harus dibayar oleh setiap masyarakat yang mencari air yaitu Rp 1000 per galonnya. Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian adalah yang pertama apakah yang sebenarnya menjadi latarbelakang kelian Pura Desa Banyuning mengambil kebijakan penetapan tarif pada sumber air desa yang disediakan oleh pura. Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia, karena air merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam menunjang kebutuhan manusia. Di bumi ini 70% penyusunnya adalah air. Namun dari persentase tersebut hanya 3% merupakan air tawar di tanah yang dapat dikonsumsi oleh manusia sisanya adalah air laut. Bahkan unsur penyusun dari tubuh dan otak kita 75 persennya adalah air. Hal ini menunjukkan air merupakan unsur yang sangat penting bagi manusia. Air sebagai anugrah pertama dan utama dalam Pandangan Hindu mendapat tempat dan penghormatan instimewa dalam kehidupan Umat Hindu di Bali. Agama Hindu oleh masyarakat Bali bahkan pernah disebut sebagai Agama Tirtha atau Agama Air (Paruman Pandita, Nopember 1949) karena hampir tidak ada satu pun ritual yang diselesaikan tanpa kehadiran air, keberadaan air dipandang sangat penting dalam siklus kehidupan skala (jasmani) maupun niskala (rohani). Sementara itu, perkembangan zaman telah membawa paradigma baru terhadap keberadaan air. Fungsi dan makna air mengalami perubahan inheren dalam perkembangan pengetahuan dan kebutuhan manusia. Modernitas menempatkan air sebagai sumber daya alam semata, sumber daya yang wajar dieksploitasi untuk seluas-luasnya bagi kebutuhan kesejahtraan hidup manusia secara langsung maupun tidak langsung. Air adalah komoditi layaknya barang dagangan yang layak dijual, didistribusikan untuk dikonsumsi masyarakat. Selain itu, dengan seiring perkembangan zaman organisasi nirlaba seperti pura pun dituntut untuk memiliki pemasukan sendiri guna membiayai aktivitas keagamaan maupun aktivtas lainnya yang dilakukan oleh pura. Pada dasarnya organisasi nirlaba memiliki banyak sumber pendapatan atau pendanaan. Salah satunya adalah dengan melakukan suatu program seperti menyediakan pelayanan air bersih untuk masyarakat dan masyarakat harus membayar harga namun tetap di bawah harga normal. Yang menjadi permasalahan kedua dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sistem pelaporan dana air desa sebagai pendapatan tambahan pada Pura Desa Banyuning. Laporan keuangan organisasi nirlaba pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tujuan laporan keuangan organisasi komersial, yaitu menyajikan informasi yang relevan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Namun, karena adanya perbedaan tujuan organisasi, menyebabkan adanya perbedaan pada kalangan pemakai laporan keuangan dan isi dari laporan keuangan tersebut. Organisasi desa sebagai salah satu organisasi sektor nirlaba pada dasarnya merupakan organisasi sektor publik sehingga organisasi desa harus menyajikan laporan keuangan kepada masyarakat atau pada para anggotanya. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 01, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Jopie Yusuf (2000) menjelaskan bahwa ada 5 tujuan diadakan laporan keuangan yaitu: 1) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba, 2) Memberikan informasi

4 keuangan untuk membantu pemakai laporan dalam menafsir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba, 3) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. Memberikan informasi penting lainnya mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi, 4) Mengungkapkan sejauh mana informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan untuk kebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan, dan 5) Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. Setiap laporan keuangan khususnya laporan keuangan pada organisasi sektor publik harus memiliki karakteristik transparansi dan akuntabilitas. Hal ini disebabkan karena organisasi sektor publik nantinya harus memberikan pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan sehingga keterbukaan dalam pengelolaan keuangan pada sektor publik harus sangat dijaga. Lalolo (2003) menjelaskan bahwa transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan serta hasil yang dicapai. Sedangkan Mardiasmo dalam Kristianten (2006) menyebutkan transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang membutuhkan yaitu masyarakat. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (LAN,1999). Akuntabilitas menurut Ellwood dalam Mardiasmo (2010) terdiri dari lima dimensi yaitu, 1) Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (accountability for probity and legality), 2) Akuntabilitas Proses (process accountability), 3) Akuntabilitas Program (program accountability), 4) Akuntabilitas Kebijakan (policy accountability), dan 5) Akuntabilitas Finansial. Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi kelian Pura Desa Banyuning mengambil kebijakan penetapan tarif pada sumber air desa yang disediakan oleh pura, dan 2) Untuk mengetahui bagaimana sistem pelaporan dana air desa sebagai pendapatan tambahan pada Pura Desa Banyuning. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana peneliti melakukan penelitian terhadap kajian pustaka dan observasi langsung ke lapangan untuk mendapat jawaban dari masalah penelitian tentang akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana air desa sebagai pendapatan tambahan pada Pura Desa Banyuning. Terdapat tiga unsur penting dalam penelitian kualitatif yaitu, 1) data, yang berasal dari berbagai sumber seperti wawancara dan pengamatan langsung, 2) untuk mendapatkan temuan atau teori terdapat berbagai prosedur analisis dan interprestasi yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif. Kedua prosedur ini mencakup teknik-teknik untuk memahami data serta 3) laporan yang disampaikan berbentuk laporan tertulis dan lisan. Laporan ini dapat dikemukakan dalam jurnal ilmiah atau konferensi. Penelitian ini dilakukan di salah satu air desa yang ada di Kelurahan Banyuning Singaraja. Tepatnya di Lingkungan Banyuning Timur yaitu di depan Pura Desa Banyuning. Alasan peneliti melakukan penelitian di sumber air desa ini adalah karena dari sekian sumber air desa yang ada di Kelurahan Banyuning hanya air desa ini yang menerapkan sistem tarif atau mematok harga untuk setiap pencarian air dan juga terdapat penjaga yang mengawasi setiap masyarakat yang mencari air di Pura Desa Banyuning. Selain itu, sumber air ini merupakan sumber air desa yang paling

5 banyak dicari oleh masyarakat sehingga dana air desa ini dapat menjadi pendapatan tambahan bagi Pura Desa Banyuning. Data dari penelitian ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan informan yang memahami masalah penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah Kelian Pura Desa Banyuning, Bendahara Pura Desa Banyung, penjaga tempat air yang terdapat di Pura Desa Banyuning dan beberapa warga yang biasa mencari air di Pura Desa Banyuning. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah, a) observasi untuk mengetahui gambaran umum mengenai situasi dan permasalah di lokasi penelitian, b) wawancara mendalam dengan informan guna memperoleh jawaban dari permasalahan penelitian, c) studi kepustakaan guna mendapatkan landasan teori yang relevan dengan permasalahan penelitian, dan d) dokumentasi untuk membuktikan proses penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri dari, a) reduksi yang merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data yang muncul dari wawancara, b) penyajian data yaitu penyampaian hasil yang diperoleh dari wawancara, dan c) penarikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Setting tunggal dalam penelitian ini adalah Pura Desa Banyuning. Pura Desa Banyuning terletak di Desa Pakraman Banyuning tepatnya di Gang Tantri, Jalan Setia Budi, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Bali. Desa Pakraman Banyuning sendiri berbatasan langsung dengan Laut Bali di sebelah utara, Desa Sari Mekar Petandakan di sebelah selatan, Kelurahan Penarukan di sebelah timur serta di sebelah barat berbatasan langsung dengan Kelurahan Kendran Astina. Berdasarkan data yang dikutip dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Desa Banyuning memiliki luas 10,01 km 2 yang terdiri dari 6 (enam) Banjar Adat, yaitu Banjar Banyuning Timur, Banjar Banyuning Barat, Banjar Banyuning Utara, Banjar Banyuning Selatan, Banjar Banyuning Tengah dan Lingkungan Padang Keling. Pura Desa Banyuning ini sendiri letaknya di Banjar Banyuning Timur. Pura Desa Banyuning merupakan pura yang diempon atau disungsung oleh krama desa pakraman Banyuning asli, dalam artian hanya krama asli dari desa pakraman Banyuning lah yang membuat banten dalam kegiatan upacara yang dilaksanakan disana dan hanya krama desa pakraman Banyuning asli yang dikenakan peturunan ketika diadakan upacara agama. Hal ini berbeda dengan pura-pura lain yang ada di Banyuning yang dapat diempon oleh penduduk Banyuning sekalipun bukan krama desa pakraman Banyuning asli. Asal mula terbentuknya Pura Desa Banyuning adalah diawali dengan terbentuknya Desa Pakraman Banyuning yaitu dimulai dari kurangnya transportasi yang menyebabkan masyarakat Banyuning kesulitan mengakses keluar desa. Hal ini kemudian bertambah susah ketika ada peristiwa kematian karena awalnya Banyuning tidak mempunyai kuburan sendiri. Karena kejadian ini kemudian para petinggi di Banyuning memohon kepada Raja Buleleng untuk membuat kuburan sendiri sekaligus mendirikan desa pakraman sendiri. Setelah permohonan tersebut disetujui oleh Raja Buleleng lalu untuk melengkapi Kahyangan Tiga yang ada di Banyuning maka dibangunlah Pura Desa Banyuning. Latar Belakang Pengambilan Kebijakan Tarif Dalam kehidupan sehari-hari setiap makhluk hidup tentunya sangat membutuhkan air. Air merupakan salah satu elemen penting yang terdapat di bumi. Air memiliki banyak sekali kegunaan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi yang paling utama yang dimiliki oleh air adalah untuk menjaga kelangsungan hidup yaitu sebagai pengisi cairan di dalam tubuh. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat Banyuning bahwa dalam kehidupan mereka sehari-hari mereka tidak dapat terlepas dari yang namanya air. Namun berdasarkan penuturan kelian Pura Desa Banyuning, pada zaman dahulu di Banyuning sangat susah untuk

6 mendapakan air bersih, masyarakat menggunakan air sungai untuk kegiatan sehari-hari mereka sehingga kebersihan air yang masyarakat Banyuning konsumsi sangat tidak terjamin. Keadaan inilah yang membuat para prajuru di Pura Desa Banyuning akhirnya berinisiatif untuk mencarikan air bersih agar masyarakat Banyuning tidak lagi mengkonsumsi air yang tidak bersih. Kemudian dibuatkanlah saluran air bersih di Pura Desa Banyuning. Air yang mengalir disana sangat bersih dan dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat Banyuning. Seiring berjalannya waktu kebutuhan ekonomi masyarakat semakin berkembang. Air desa yang terdapat di Pura Desa Banyuning tidak lagi dikonsumsi oleh masyarakat Banyuning saja namun para pendatang yang ada di lingkungan Banyuning pun mulai mencari air di Pura Desa Banyuning. Keadaan ini membuat biaya perbaikan dan biaya rekening air yang harus ditanggung pura pun semakin membengkak. Seperti yang kita ketahui setiap organisasi baik sektor publik maupun swasta, organisasi besar maupun kecil dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya pastilah mendapatkan sumber pemasukan yang didapat melalui pelayanan berupa produk maupun jasa yang di tawarkan. Selain pemasukan, setiap organisasi tentu saja pasti akan mengeluarkan biaya untuk membiayai rumah tangga mereka. Organisasi keagamaan seperti pura juga pasti akan mengeluarkan biaya yang digunakan ketika melaksanakan piodalan atau biaya-biaya lainnya yang bertujuan untuk memajukan organisasi itu sendiri. Karena keadaan inilah setiap organisasi diharapkan untuk memiliki pemasukan atau pendapatan yang cukup untuk memenuhi semua biaya yang akan dikeluarkan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dana yang dimiliki oleh Pura Desa Banyuning sangatlah sedikir bila dibandingkan dengan pura-pura lain di Banyuning. Hal ini disebabkan karena tidak sembarang orang yang bisa menjadi pengempon dari Pura Desa, setiap masyarakat yang ada di Banyuning bisa saja sembahyang di Pura Desa Banyuning, namun yang bisa menjadi krama asli atau pengempon dari Pura Desa hanyalah krama desa pakraman Banyuning asli. Sementara itu jumlah krama desa pakraman Banyuning asli hanyalah sedikit dan di Banyuning sudah banyak pendatang dari luar Banyuning. Berbeda dengan purapura lain seperti Pura Dalem yang bisa diempon oleh warga yang bukan krama desa pakraman Banyuning asli selama warga tersebut telah masuk banjar di Banyuning. Karena keadaan inilah yang kemudian membuat prajuru Pura Desa Banyuning kemudian memikirkan cara untuk menambah pemasukan pura, karena para prajuru tidak ingin terlalu memberatkan para krama pura. Selain itu biaya rekening air desa yang harus ditanggung oleh Pura Desa Banyuning pun setiap bulannya semakin meningkat sementara itu Pura Desa Banyuning tidak memiliki pemasukan apa-apa untuk membayar biaya air tersebut. Akhirnya prajuru Pura Desa Banyuning memutuskan untuk memungut punia kepada setiap warga yang mencari air di Pura Desa Banyuning. Punia yang dipungut sangatlah sedikit hanya Rp 500 per galonnya. Namun walaupun sudah diterapkan pembayaran Rp 500 per galonnya tetap saja tidak mampu menutupi pembayaran rekening air yang harus ditanggung oleh Pura Desa Banyuning. Menghadapi keadaan ini para prajuru Pura Desa Banyuning kembali merasa kebingungan untuk mendapatkan dana guna menutupi pengeluaran yang digunakan untuk membayar rekening air. Apalagi ditambah kenyataan bahwa tidak semua masyarakat mau memberikan punia ketika mereka mencari air. Kemudian sejak pertengahan tahun 2016 prajuru Pura Desa Banyuning kembali mengambil kebijakan untuk meningkatkan punia yang diminta kepada masyarakat yang mencari air menjadi Rp per galonnya. Untuk mensukseskan kebijakan ini kelian Pura Desa Banyuning juga mempekerjakan seorang penjaga yang bertugas menunggui tempat pencarian air tersebut sekaligus memastikan bahwa setiap warga yang mencari air membayar sesuai dengan jumlah galon yang mereka cari. Setelah diterapkannya kebijakan ini

7 terlihat jelas perbedaan dalam hal pemasukan yang diterima oleh Pura Desa Banyuning dari tempat pencarian air tersebut. Bendahara Pura Desa Banyuning mengatakan bahwa setelah kebijakan ini diterapkan jumlah pemasukan yang diterima oleh pura semakin meningkat dan cukup untuk membiayai perbaikan serta membayar rekening air setiap bulannya. Selain itu pendapatan yang diterima juga digunakan untuk menggaji penjaga air tersebut yaitu sebesar 20% dari total pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Bahkan pendapatan dari air desa tersebut juga cukup untuk membayar tukang bersih-bersih yang bertugas setiap Purnama dan Tilem sehingga krama Pura Desa Banyuning tidak harus mengeluarkan uang lagi untuk melakukan pembayaran tersebut. Sistem Pelaporan Keuangan Pura Desa Banyuning Berbicara tentang praktik pengelolaan keuangan tentunya tidak bisa lepas dari adanya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan merupakan suatu bentuk responsibility dari pihak yang bertugas mengelola terhadap pihak yang memberikan tugas ataupun mandat. Spiro dalam Nradha (2008) mendefinisikan Responsibility sebagai Accountability yang merujuk pada perhitungan dan laporan pelaksanaan tugas. Accountability ini akan disampaikan kepada atasan atau pemberi tugas oleh bawahan atau yang diberi kekuasaan dalam batas-batas kekuasaan yang diterimanya. Hal ini juga sudah mulai diterapkan oleh para pengurus Pura Desa Banyuning dalam mengelola keuangan pura. Pura Desa Banyuning memeliki beberapa pemasukan, diantaranya: 1) peturunan, peturunan merupakan pemungutan yang sangat unik di Bali yang dilakukan pada organisasi kecil seperti pura dan subak dengan mewajibkan para anggotanya untuk membayar sejumlah uang yang nantinya dana peturunan itu digunakan untuk memfasilitasi organisasi kecil tersebut dalam menjalankan aktivitas operasionalnya seperti melakukan rentetan upacara agama seperti piodalan, ngaben, pawiwahan dan pelestarian lingkungan pura dan subak tersebut. Pura Desa Banyuning sendiri tidak memiliki patokan khusus dalam memungut peturunan. Kisaran peturunan yang dipungut oleh Pura Desa Banyuning berkisar dari Rp sampai Rp Peturunan disesuaikan dengan kebutuhan Pura. 2) Dana Punia, merupakan pemberian yang baik dan suci dengan tulus ikhlas sebagai salah satu bentuk pengamalan ajaran dharma (Pandu, 2016). Dana Punia yang diperoleh di Pura Desa Banyuning biasanya berasal dari krama pura yang tinggal di luar kota. 3) Selain memperoleh pendapatan dari iuran atau peturunan dari para kramanya serta pendapatan dari dana punia pura yang diperoleh pada saat piodalan dilaksanakan, Pura Desa Banyuning juga memperoleh pendapatan tambahan yang berasal dari air desa yang dikelola oleh Pura Desa Banyuning. Air desa ini merupakan salah satu duen desa yang dimiliki oleh Desa Pakraman Banyuning Dari total pemasukan yang diterima oleh Pura Desa Banyuning pada bulan Nopember 2016 yaitu sebesar Rp pendapatan yang berasal dari air desa berjumlah Rp atau sekitar 52,94% dari total pendapatan yang diterima oleh Pura Desa Banyuning pada bulan Nopember Sedangkan pendapatan lain yang diterima oleh Pura Desa Bnayuning hanya sebesar Rp atau sekitar 47,06% dari total pendapatan yang diterima oleh Pura Desa Banyuning pada bulan Nopember Pendapatan lain-lain ini berasal dari tunggakan krama yang belum membayar peturunan dan juga diterima dari Desa Gede. Pendapatan ini tidak tetap karena tidak setiap bulan ada krama yang membayar tunggakan sehingga dapat dikatakan bahwa air desa ini merupakan salah satu pendapatan utama dari Pura Desa Banyuning. Hasil dari punia air ini lalu digunakan untuk membayar rekening air tersebut kepada desa dan sisanya digunakan untuk membiayai kegiatan pura setiap bulannya, seperti untuk membayar petugas kebersihan dan digunakan untuk pembiayaan Purnama dan Tilem sehingga

8 Pura Desa tidak harus memungut peturunan lagi kepada para kramanya. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan di Pura Desa Banyuning adalah Kelian Pura, dimana peran kelian pura disini adalah mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah dilaporkan oleh bendahara pura yang untuk selanjunya laporan tersebut di rekap dan disesuaikan pada pelaporan pertanggungjawaban kepengurusan kelian pura. Bendahara pura, peran bendahara pura disini adalah menerima pemasukan dan mengurus segala pengeluaran pura. Bendahara berkewajiban mencatat serta melaporkan setiap transaksi yang terjadi di pura. Sistem Pelaporan Keuangan Pura Desa Banyuning Setiap organisasi diwajibkan untuk menyajikan dan membuat pelaporan keuangan, dimana tujuannya dibuat laporan keuangan adalah untuk mempertanggungjawabkan segala aktifitas yang dilaksanakan dalam periode akuntansi. Meskipun pura termasuk organisasi yang kecil tetapi pertanggungjawaban dari pengurus pura kepada krama pura menjadi suatu hal yang sangat penting karena pertanggungjawaban ini berfungsi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengurus pura, sehingga secara otomatis akan meningkatkan kinerja dari pengurus pura. Hampir di setiap pura yang ada di Bali melakukan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan cara mengumumkan pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan. Dengan bermodalkan kepercayaan dan rasa memiliki sesama krama menjadi pedoman untuk menjalankan sistem pengelolaan keuangan yang bersih bagi krama pura yang ada di Bali. Berkaitan dengan Sistem pelaporan keuangan pura yang ada di Pura Desa Banyuning secara umum laporan yang direalisasikan terbilang sangat sederhana dimana kesederhanaan ini yang menjadi permasalahan saat ini, apakah kesederhanaan laporan ini dikategorikan realistik atau tidak. Di Pura Desa Banyuning untuk pertanggungjawaban dana air desa yang diterima oleh pura biasanya disampaikan ketika paruman yang dilakukan sebulan sekali tepatnya setiap Buda Umanis setiap bulannya. Adapun sistem pelaporan akuntansi yang berlaku pada Pura Desa Banyuning adalah sistem penerimaan kas dan sistem pengeluaran kas. Pada sistem penerimaan kas yang direalisasikan pada pembukuan adalah mengenai jumlah pemasukan pura yang di dapatkan melalui pemasukan dari air desa sedangkan pada sistem pengeluaran kas yang direalisasikan pada pembukuan adalah mengenai sejumlah biaya yang di keluarkan oleh pura pada saat melaksanakan aktivitas operasionalnya baik didalam melakukan pembayaran rekening air setiap bulannya, menggaji penjaga air, melakukan perbaikan tempat pencarian air maupun dalam melaksanakan upacara Purnama dan Tilem. Sistem pelaporan keuangan yang ada di Pura Desa Banyuning sendiri sangatlah sederhana, pertama kali aktivitas Pura Desa Banyuning di dalam kaitannya dengan sistem pelaporan keuangan air desa dimulai dari pembukaan kotak punia tempat pencarian air desa yang terdapat di Pura Desa Banyuning. Pembukaan kotak punia ini biasanya dilakukan setiap sepuluh hari sekali atau ketika kotak punia tersebut penuh. Pembukaan kotak punia ini dilakukan oleh seluruh pengurus Pura Desa Banyuning. Setelah melakukan pembukaan lalu hasilnya dihitung bersama-sama dan dicatat oleh bendahara pura. Kemudian setelah satu bulan jumlahnya digabung dan dibuatkan catatan singkat mengenai jumlah pemasukan yang diperoleh selama satu bulan. Lalu ketika diadakan paruman setiap Buda Umanis jumlah tersebut diumumkan kepada seluruh krama yang hadir pada saat paruman. Setelah diadakan rapat dengar mengenai pendapat-pendapat krama lalu seluruh pendapatan tersebut dikurangi dengan biaya rekening air yang harus ditanggung selama satu bulan. Hasil pendapatan tersebut juga digunakan untuk menggaji penjaga ditempat pencarian air tersebut yaitu sebesar 20% dari total pendapatan yang diterima selama bulan tersebut. Selain itu pendapatan dari air desa tersebut juga digunakan untuk membayar tukang bersih-bersih setiap

9 Purnama dan Tilem kemudian apabila masih ada sisa akan di tabung di LPD dan diketahui oleh kelian pura, pengurus pura dan para krama Pura Desa Banyuning. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pura Desa Banyuning memiliki sebuah tempat pencarian air yang dibangun khusus untuk mensejahtrakan krama desa pakraman Banyuning agar tidak kesusahan dalam mencari air. Awalnya pencarian air ini digratiskan untuk seluruh krama yang mencari air, namun seiring dengan perkembangan zaman harga rekening air semakin meningkat dan Pura Desa Banyuning tidak memiliki cukup dana untuk melakukan pembayaran air setiap bulannya. Kemudian dilakukan pemungutan punia untuk setiap pencarian air di Pura Desa Banyuning yaitu sebesar Rp 500 per galonnya. Sejak tahun 2016 punia tersebut dinaikkan kembali menjadi Rp 1000 pergalonnya. Hal ini disebabkan karena Pura Desa Banyuning tidak memiliki cukup dana atau pemasukan untuk membayar rekening air setiap bulannya, sementara itu harga rekening air terus saja meningkat sehingga kebijakan ini pun diterapkan guna menutupi pembayaran rekening air setiap bulannya. 2. Sistem pelaporan keuangan yang dibuat oleh Pura Desa Banyuning khususnya untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari tempat pencarian air tersebut masih terbilang cukup sederhana, hal ini dibuktikan pada hasil observasi dan dokumentasi dengan melihat sistem pembukuan keuangan yang disajikan pura seperti hanya mencatat pemasukan dan pengeluaran pura menjadi satu tidak dalam bentuk kolom dan tidak membuat laporan keuangan lengkap (neraca, laba/rugi, atau laporan komprehensif) masih jauh dari standar pelaporan keuangan akuntansi yang berlaku di Indonesia. Saran Adapun saran yang dapat diberikan terkait transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan di pura yaitu adalah sebaiknya untuk ke depannya, Pura Desa Banyuning membuat laporan keuangan yang lengkap, agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan meskipun pura tergolong organisasi kecil yang terdapat di desa. Karena dengan tidak berpedoman pada standar hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan anggota dadia mengenai pelaporan keuangan yang direalisasikan. DAFTAR PUSTAKA Anadhi, I Gede Made Wisata Melukat: Perspektif Air Pada Era Kontemporer. E-Journal. Vol. 1, No. 2. Universitas Udayana. Ani, Mari Pengaruh Akuntabilitas, Transparasnsi dan Pengawasan Intern terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Good Governance. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Budiadnyana, Kadek Supri Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa dalam Perspektif Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 (Studi Kasus pada Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Dewi, Ni Ketut Juni Kalmi Analisis Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Di Tingkat Dadia (Studi Kasus Pada Dadia Punduh Sedahan Di Desa Pakraman Bila Bajang). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Dewi, Suriani Suan Konsep Akuntabilitas Keuangan dalam Organisasi Keagamaan. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. DSAK PSAK No. 45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi

10 Nirlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia Irfan, H, Muhammad Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Departemen Agama RI. Lalolo, Loina Krina Indikator dan Tolok Ukur Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi. Jakarta: BAPPENAS, Sekretariat Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan yang Baik. Pandu, Gede Arie Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Dadia Yang Dilandasi Konsep Budaya Tri Hita Karana Studi Kasus Pada Dadia Pasek Tangkas Kori Agung Di Desa Pakraman Tegallenga). Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Simanjuntak, D.A dan Yeni Januarsi Akuntabilitas dan Pengelolaan Keuangan Masjid. Makalah disampaikan di Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Banten: Universitas Sultan Ageng. Wandari, Desak Nyoman Tri Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Ketepatan Waktu dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money pada Instansi Pemerintah di Kabupaten Buleleng. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha. Wirawan, I Made Adi Tri Hita Karana: Kajian Teologis, Sosiologi dan Ekologi Menurut Weda. Surabaya: Paramita.

1.1. Latar Belakang Penelitian

1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem politik, ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perubahan-perubahan yang cukup mendasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sebagai lembaga yang bertanggungjawab penuh terhadap masyarakat atau publik, karena pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyediakan pelayanan publik

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ANALISIS KONTRIBUSI NAUB TERHADAP BESARNYA BIAYA UPACARA PADA BEBERAPA PURA DI LINGKUNGAN DESA PAKRAMAN TABOLA, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI 1 Made Ayu Ruscita Dewi, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyusun laporan keuangannya, suatu Badan Layanan Umum (BLU)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyusun laporan keuangannya, suatu Badan Layanan Umum (BLU) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyusun laporan keuangannya, suatu Badan Layanan Umum (BLU) mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN 1 Ni Putu Ayu Primayanti, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Sesuai

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 I Kadek Surya Mandarin, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan yang baik

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO Mahasiswa Jurusan : Abdul Mukhlis Akuba : Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan setiap masyarakat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus berusaha memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam akuntansi keuangan daerah, salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam memasuki era informasi dan globalisasi, khususnya dalam pembangunan ekonomi, globalisasi ini berdampak kepada pembentukan aliansi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum, seperti peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, Indonesia memasuki era baru sehubungan bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi

Lebih terperinci

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia AKUNTABILITAS DAN TRANSPARASI PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA DI DESA PAKRAMAN BANGKANG, DESA BAKTISERAGA KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI 1 Putu Dian Handayani, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan sektor publik di Indonesia semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik baik di pusat maupun di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Laporan keuangan berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelola organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. ABSTRACT The financial statements is the most efficient for organizations to communicate with stakeholder groups that are considered to have an interest in controlling the strategic aspects of certain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah adalah lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita masyarakat suatu bangsa, membuat dan melaksanakan keputusan bersama untuk mencapai cita-cita tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi yang terjadi pada sektor publik di Indonesia juga diikuti dengan adanya tuntutan demokratisasi, tentunya dapat menjadi suatu fenomena global bagi bangsa

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era demokrasi dalam melaksanakan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintah yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Desa merupakan hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembagalembaga publik sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada publik. Sekarang terdapat perhatian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Daerah 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan SKPD merupakan suatu hasil dari proses pengidentifikasian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat atas kinerja pemerintah menjadi suatu tuntutan yang umum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang dimiliki

Lebih terperinci

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Ni Made Ampriyanti (1215351166) Ni Luh Gede Krisna Dewi (1215351169) Ni Ketut Werdhi Astuti (1215351179) Vazria Ulfa Liandini (1215351191) Ni Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting sejak dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu sejak Januari 2001. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil tersebut harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil tersebut harus memiliki manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yang kemudian menjadi latar belakang penelitian adalah dipaparkannya opini auditor eksternal dalam sebuah situs internet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan komponen yang penting dalam menjalankan suatu organisasi. Melalui pencatatan dan pelaporan, akan tergambar jelas aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok perwujudan good governance yang saat ini sedang diupayakan di Indonesia.Pemerintah diminta

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

2016, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo No.847, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. PSAK. Poltekpel. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 63 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN POLITEKNIK PELAYARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan ilmu yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya. Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil dan harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setelah adanya era reformasi, arus besar untuk mengelola daerah masingmasing semakin kuat. Untuk menyeimbangkan permintaan tersebut dalam hal pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya teknologi yang berpengaruh terhadap perkembangan organisasi sektor publik maupun swasta dan semakin cerdasnya masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya)

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya) PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya) NIKEN NUR ANJANI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Good Governance Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin menimbulkan tingkat persaingan yang lebih kompetitif. (Harahap, 2007). Menurut IAI PSAK no: 1, tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin menimbulkan tingkat persaingan yang lebih kompetitif. (Harahap, 2007). Menurut IAI PSAK no: 1, tahun 2012. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini perusahaan dituntut untuk lebih efisien, efektif, dan ekonomis dalam menentukan besarnya biaya operasional perusahaan, karena faktor ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anggaran Pendapatan 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa : Anggaran Publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahannya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, di setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government Governance, termasuk di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance), pemerintah terus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di sektor swasta, sehingga kedudukannya dianggap lebih rendah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di sektor swasta, sehingga kedudukannya dianggap lebih rendah dan i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi sektor publik sering kali dipandang sebagai organisasi yang dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan

Lebih terperinci

Minat Mahasiswa Program S1 Akuntansi dalam Menempuh Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha

Minat Mahasiswa Program S1 Akuntansi dalam Menempuh Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Minat Mahasiswa Program S1 Akuntansi dalam Menempuh Program Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Anantawikrama Tungga Atmadja a*, Tetra Pujawan b, I Gede Nandra Hary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat yang efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan publik. Organisasi sektor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. PSAK. Politeknik. Ilmu Pelayaran. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta MENGUNGKAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA LEMBAGA LOKAL SUBAK DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PEDESAAN (Studi Kasus pada Subak Tabola, Desa Pakraman Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi

Lebih terperinci

Standarisasi akuntansi dan pelaporan

Standarisasi akuntansi dan pelaporan AKUNTANSI PARPOL Latar Belakang Standarisasi akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan partai politik, akan memberikan informasi kepada publik bagaimana partai tersebut memperoleh dana, kecakapannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap kepala daerah, hal ini bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan uang negara sesuai

Lebih terperinci

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan 2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah 2.1.1. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG Sumber gambar span.depkeu.go.id I. PENDAHULUAN Reformasi keuangan negara di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya paket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi yang bersifat profit oriented atau

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi yang bersifat profit oriented atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam melaksanakan strategi yang telah ditetapkan, perlu melakukan pengukuran kinerja beserta evaluasi. Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan good coorporate governance dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management (NPM), dengan tiga prinsip utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia memiliki kewajiban untuk secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karaktaristik organisasi keagamaan dapat dikupas melalui arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karaktaristik organisasi keagamaan dapat dikupas melalui arti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karaktaristik organisasi keagamaan dapat dikupas melalui arti organisasi keagamaan. Secara etimologis, organisasi keagamaan dapat diartikan sebagai organisasi yang fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya otonomi daerah yang ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, memberi kewenangan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. timbul karena adanya hubungan antara organisasi dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntabilitas bagi setiap organisasi baik organisasi privat maupun organisasi publik non pemerintah termasuk organisasi Gereja sangat dibutuhkan. Setiap organisasi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung di Indonesia telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi seperti perusahaan swasta, unit pemerintah, organisasi amal, lembaga pendidikan dan lain-lain memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Sektor Publik menjadi semakin signifikan. Seiring dengan perkembangan, APBN telah

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK I. UMUM Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (1) pure-profit organization, (2) quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit

BAB I PENDAHULUAN. (1) pure-profit organization, (2) quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Organisasi adalah sekelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi

Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Jurnal Akuntansi Bisnis dan Ekonomi Volume 1 No. 2, September 2015 ISSN PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Dinas Daerah

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Hal ini ditandai dengan kurang

Lebih terperinci