SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN"

Transkripsi

1 SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN 1 Ni Putu Ayu Primayanti, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {ayu.primayanti@gmail.com, anantawikramatunggaatmadja@gmail.com, Abstrak Catur Desa merupakan organisasi sektor publik berbasis tradisional keagamaan yang terbentuk dari persatuan masyarakat dari empat desa. Salah satu kegiatan organisasi ini adalah melaksanakan Alilitan Karya. Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan organisasi ini masih dilakukan secara sederhana karena belum ditunjang sistem dan prosedur yang memadai dalam pengelolaan keuangannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu dengan cara deskriptif yang menekankan aspek mendalam pada suatu fenomena yang dialami subjek penelitian secara holistik. Data dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi yang kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis interaktif dengan tiga tahapan yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) menarik kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memahami latar belakang pelaksanaan Alilitan Karya yang dilaksanakan Catur Desa Adat Dalem Tamblingan, (2) memahami proses pengelolaan keuangan dalam Alilitan Karya, dan (3) memahami persepsi masyarakat tentang pengelolaan keuangan Alilitan Karya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Alilitan Karya merupakan karya yang dilakukan setiap dua tahun sekali untuk mewujudkan Tri Hita Karana, (2) pengelolaan keuangan pada Catur Desa sudah dilakukan dengan baik mulai dari perencanaan, penerimaan, pengeluaran, penyusunan laporan, dan pertanggungjawaban keuangan, dan (3) Catur Desa sudah melakukan akuntabilitas dengan baik dan dapat mewujudkan good governance dimana masyarakat sekarang memiliki kepercayaan dan lebih loyal terhadap organisasi yang dibuktikan dengan keberhasilan pelaksanaan Alilitan Karya pada satu periode. Kata kunci: Catur Desa, Alilitan Karya, Akuntabilitas, Good Governance Abstract Catur Desa is an organization activity in the public sector conducted based on religious tradition established coordinatedly among four different traditional villages. One of the programs conducted in the organization is known as Alilitan karya (a series of ritual activity). The financial accountability of this program activity was still relatively very simple, since it has not already supported by sufficient system and well managed financial procedures. This study was conducted by utilizing descriptive quanlitative design by focusing on deep analysis into one phenomena experienced holistically by the subjects involved in the study. The data were collected based on a deep interview, observation, and documentation study which were analyzed by using interactive technique following three stages, such as: (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) concluding. This study had a purpose to: (1) understand the background of why Alilitan Karya program was conducted in the Catur Desa Adat (four local villages people of) Dalem Tamblingan, (2) understanding the process of financial management in

2 the program of Alilitan Karya activity, and (3) understanding the people s perception about the financial management of Alilitan Karya program. The results of the study indicated that (1) Alilitan Karya is a program conducted regularly once in two years to realize the concept of Tri Hita Karana, a Hindu wellknown concept of life, (2) the financial management of the program in the Catur Desa had been properly implemented starting from the planning, inflow, expenses, and financial report design, and (3) Catur Desa had already implemented financial accountability properly and had mad sufficient realization of good governance principle where the people had their own trust and loyal to the management of the organization which was proved by the success of the program implementation of Alilitan Karya in this period. Keywords: Catur Desa, Alilitan Karya, Accountability, Good Governance. PENDAHULUAN Bali merupakan pulau yang memiliki keunikan sendiri karena alamnya yang terkenal indah. Selain itu, adat istiadat dan aspek spiritual yang masih dijunjung secara turun-temurun oleh masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Salah satu aspek spiritual itu adalah pelaksanaan Alilitan Karya yang dilaksanakan Catur Desa Adat Dalem Tamblingan. Catur Desa merupakan organisasi yang tumbuh dari hubungan yang erat antara masyarakat di empat desa secara adat. Keempat desa tersebut meliputi desa Gobleg, Munduk, Gesing, dan Umejero. Keempat desa tersebut berada di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Adanya organisasi ini tidak lepas dari kesepakatan keempat desa tersebut untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam dan kesucian pura-pura yang ada di Danau Tamblingan (Sumber : ss.com/ diakses pada tanggal 18 Juni 2016). Salah satu kegiatan yang dilaksanakan Catur Desa adalah Allilitan karya. Allilitan karya merupakan upacara keagamaan yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali sebagai wujud dari pelaksanaan Tri Hita Karana. Dimana filosofi Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kemakmuran yang bersumber pada keharmonisan antara hubungan manusia dengan Tuhannya (parahyangan), manusia dengan sesama (pawongan), dan manusia dengan lingkungannya (palemahan) (Gorda, 1999; Wiana 1995). Dalam pelaksanaan Alilitan Karya, organisasi Catur Desa pasti memerlukan dana yang cukup besar karena terdiri dari beberapa rangkaian upacara. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bendahara II Alilitan Karya yang dilakukan Nyoman Sudiarmawan, sumber dana untuk pelaksanaan Alilitan Karya ini terdiri dari beberapa sumber yaitu dana punia, tanah pelaba pura, sesari, dan kekenaan. Beberapa dari sumber dana tersebut merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat, seperti dana punia dan kekenaan. Walaupun dana yang berasal dari masyarakat tersebut bersifat sukarela, tetapi perlu juga adanya pengelolaan keuangan yang baik agar tujuan dari pelaksanaan Alilitan Karya tersebut dapat tercapai dengan baik. Menurut pasal 1 ayat 8 dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam organisasi sektor publik, khususnya Catur Desa, tentu sangat penting untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan organisasi ke publik melalui laporan keuangan karena berkaitan dengan akuntabilitas. Akuntabilitas ini merupakan bentuk pemerintah mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Puspita dalam Lestari 2014). Akuntabilitas ini mempunyai cakupan yang luas dimana menurut Yulianita (2008:20) akuntabilitas ada dua yaitu akuntabilitas intern (pertanggungjawaban kepada Tuhan) dan akuntabilitas ekstern

3 (pertanggungjawaban kepada lingkungannya secara formal dan informal). Kemudian Simanjuntak (2011:9) menyebutkan bahwa akuntabilitas publik terdiri dari akuntabilitas vertikal (akuntabilitas kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horizontal (akuntabilitas pada masyarakat umum dan lembaga lainnya yang setara). Sedangkan menurut Ellwod dalam Mardiasmo (2009:22) akuntabilitas dibagi menjadi empat dimensi yaitu: 1) akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum, 2) akuntabilitas proses, 3) akuntabilitas program, 4) akuntabilitas kebijakan. Pengungkapan laporan keuangan ini merupakan faktor penting dimana jika tidak dilaksanakan maka akan menunjukkan sistem pengendalian yang kurang baik sehingga dapat memberikan celah untuk melakukan penyelewengan. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut, maka organisasi harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara transparan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap organisasi (Lestari 2014). Dimana kepercayaan tersebut dapat mewujudkan good governance. Good governance merupakan bentuk pemerintahan yang diidam-idamkan oleh setiap negara yang dapat diwujudkan dengan adanya hubungan baik antara pemerintah dan masyarakat dimana masyarakat bertanggung jawab, aktif, memiliki kesadaran dalam suatu persoalan dan pemerintah memiliki sikap tanggap, terbuka tentang pengelolaan organisasinya dan melibatkan diri dalam persoalan (Yunus, 2005). Good governance dapat terwujud jika memebuhi tiga elemen yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi (Pratiwi, 2015). Transparan berarti keterbukaan informasi kepada masyarakat dimana masyarakat mudah mendapatkan informasi mengenai organisasi terutama pengelolaan keuangan. Kemudian dalam partisipasi, masyarakat bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Terakhir yaitu akuntabilitas yang merupakan pertanggungjawaban organisasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan organisasi termasuk pengelolaan keuangan. Sistem organisasi pada Catur Desa ini cukup unik karena menggunakan sistem tunggal dimana masa jabatan orang tersebut adalah seumur hidup dan turun-temurun layaknya sistem kerajaan. Sistem seperti ini biasanya rentan terhadap penyelewengan wewenang yang dilakukan pejabatnya tetapi hal ini tidak berlaku bagi Catur Desa karena terlihat masyarakat memiliki kepercayaan dan sikap yang loyal terhadap organisasi dikarenakan pengelolaan keuangan yang dilakukan sudah cukup baik sehingga praktik pengelolaan keuangan Catur Desa menarik untuk diangkat. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana latar belakang pelaksanaan Alilitan Karya yang dilaksanakan Catur Desa Adat Dalem Tamblingan, 2) Bagaimana proses pengelolaan keuangan dalam Alilitan Karya, dan 3) Bagaimana persepsi masyarakat tentang pengelolaan keuangan Alilitan Karya. METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dimana metode yang digunakan adalah teknik analisis mendalam yaitu mengkaji permasalahan perkasus karena masalah yang satu akan berbeda dengan masalah lainnya. Lokasi penelitian ini adalah desa Gobleg yang merupakan pusat dari kegiatan organisasi Catur Desa. Dalam penelitian ini secara garis besar menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer yang berasal dari informan di lapangan dan data sekunder yang berasal dari hasil studi dokumen. Dalam memilih informan, teknik yang digunakan adalah teknik purposive sample. Penunjukan informan ini ditentukan dengan pertimbangan keterlibatan informan dalam pengelolaan keuangan. Selanjutnya data dianalisis dengan model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, 1992 dalam Moleong, 2005) meliputi: (1) Reduksi data (data reduction), (2) Penyajian data (data display), dan (3) Menarik kesimpulan (verifikasi).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Catur Desa Adat Dalem Tamblingan Catur Desa Adat Dalem Tamblingan merupakan organisasi sektor publik yang bersifat tradisional keagamaan yang diakui secara adat yang terbentuk dari rasa persatuan masyarakatnya. Dimana unsur air yang ada di Danau Tamblingan dianggap sebagai pemersatu Catur Desa. Dari sejarah Catur Desa, diperkirakan dulunya masyarakat Catur Desa tinggal di daerah sekitar Danau Tamblingan pada abad ke 10M sampai 14M tetapi karena alasan menjaga kesucian Danau Tamblingan maka masyarakat tersebut berpindah dan menyebar sehingga terbentuklah Catur Desa. Walaupun sudah menyebar, tetapi keempat desa ini memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dan kesucian daerah sekitar Danau Tamblingan. Desa ini terdiri dari Desa Gobleg, Munduk, Gesing dan Umejero. Dalam organisasi Catur Desa, keempat desa tersebut disebut banjar adat karena Catur Desa dianggap sebagai satu kesatuan desa. Kemudian yang membawahi banjar adat tersebut adalah tempek dan dadia yang menjadi perwakilan masyarakat masing-masing desa. Struktur Organisasi Catur Desa Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat Catur Desa dalam menjaga kelestarian alam dan kesucian daerah sekitar Danau Tamblingan adalah Alilitan Karya. Dalam melaksanakan Alilitan Karya ini tentu saja diperlukan adanya organisasi dalam pelaksanaannya. Dalam Catur Desa ada dua sistem dalam hal organisasi, yaitu sistem kepatutan (tradisional) dan sistem pemilihan melalui paruman. Sistem kepatutan merupakan sistem yang sudah ada sejak jaman dahulu berdasarkan drestha (aturan adat secara tradisional) dimana orang-orang yang menjadi pelaksana upacara adalah orang-orang yang menduduki jabatan tersebut berdasarkan garis keturunan dan tidak ada yang bisa menggeser posisi tersebut. Masa jabatan untuk sistem organisasi ini ada seumur hidup dan jika terjadi kekosongan maka yang bisa menggantikan hanyalah dari keluarga tersebut. Jabatan berdasarkan kepatutan ini meliputi Ida Ngurah Bendesa Dalem Tamblingan (Pangrajeg), Ida Ngurah Pacek, Ida Ngurah Mangku Agung Dalem Tamblingan, Ida Ngurah Pengengeng, Ida Ngurah Pengenter, Ida Ngurah Kubayan dan Ida Ngurah Narita. Sedangkan sistem berdasarkan pemilihan pada saat paruman adalah orang-orang yang dipilih yang dianggap mampu dalam mengemban tugas sebagai panitia pembantu pelaksana upacara yang terdiri dari ketua panitia, sekretaris, bendahara, dan beberapa sie yang diperlukan dalam upacara seperti sie upacara, sie belanja, sie perlengkapan dan transportasi, sie konsumsi, sie kebersihan, sie keamanan, sie kesenian, dan sie pengerah tenaga. Masa jabatan untuk panitia ini adalah satu periode Alilitan Karya dan jika Alilitan Karya sudah selesai dilaksanakan maka panitia akan dibubarkan. Latar Belakang Pelaksanaan Alilitan Karya Alilitan Karya merupakan pelaksanaan karya yang dilakukan setiap dua tahun sekali berdasarkan persasihan yang ada dalam drestha adat dalem tamblingan dan sudah dilakukan secara turun-temurun dan untuk rangkaian Alilitan Karya dilaksanakan secara bersamasama. Menurut Gunung, dkk Alilitan Karya dilaksanakan dari tilem kasa sampai purnama sasih kalima. Pada tilem sasih kasa dilaksanakan Karya Dalu bermakna sebagai pembersihan. Kemudian pada purnama sasih karo melaksanakan Bongkol Karya bermakna menguatkan dan membersihkan pertiwi. Pada purnama sasih katiga mereresik di masing-masing merajan. Selanjutnya purnama sasih kapat melaksanakan Karya Pangrakih sekaligus karya di Pura Gubug. Pada tilem sasih kapat melaksanakan Madyaning karya yang dilanjutkan dengan melasti ke Segara Agung bermakna membersihkan dan menguatkan permukaan bumi beserta isinya. Puncaknya adalah upacara Pengayu-ayu pada purnama sasih kalima yang bermakna ngenteg linggih jagad dan ngenteg linggih kemertaan. Pelaksanaan Alilitan Karya ini tujuan keseluruhannya

5 adalah untuk memohon kemertaan dan sebagai wujud dari pelaksanaan Tri Hita Karana atau tiga penyebab kemakmuran yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara: manusia dengan Tuhannya (parahyangan), manusia dengan alam lingkungannya (palemahan), dan manusia dengan sesamanya (pawongan) (Gorda, 1999; Wiana 1995) dilakukan oleh krama dari keempat desa mengingat keempat desa ini percaya bahwa Danau Tamblingan merupakan sumber kehidupan dari masyarakat Catur Desa sehingga perlunya menjaga keharmonisan dengan sesama masyarakat dan juga menjaga keharmonisan lingkungan sekitar Danau Tamblingan. Tentunya yang sangat penting adalah keharmonisan dengan Tuhan. Proses Pengelolaan Keuangan dalam Alilitan Karya Pengelolaan keuangan dimulai dari perencanaan keuangan yang biasanya akan diadakan paruman atau rapat sebelum pelaksanaan karya. Dalam paruman biasanya membicarakan tentang kekenaan banten, kercen, penunjang upacara, dan barang yang dikenakan ke masing-masing banjar adat (desa), subak abian dan subak bangket. Untuk kekenaan banten, masing-masing banjar adat dan subak harus menyetorkan banten pada saat upacara, kekenaan yang berupa kercen dan penunjang upacara berupa uang dan masing-masing banjar adat dan subak harus menyetorkan sesuai dengan nominal yang ditentukan pada saat paruman awal, dan terakhir adalah kekenaan berupa barang yang pembagiannya bisa berbeda-beda. Untuk pembagian kekenaan ini ditentukan oleh Pengenter yang dalam struktur tradisional merupakan penggerak upacara yang bertanggungjawab untuk membuat perencanaan karya mulai dari dudonan (susunan) acara, membuat daftar banten dan barang-barang yang diperlukan untuk karya, dan menentukan pembagian kekenaan ke masing-masing banjar adat, subak abian, dan subak bangket. Pengenter akan memberikan jumlah banten yang akan dikenakan pada masing-masing banjar adat dan subak kemudian masing-masing banjar adat dan subak tersebut akan mengondisikan apakah akan membeli atau krama membuat sendiri dan juga menentukan jumlah pembagiannya ke masing-masing KK (kepala keluarga) melalui paruman tersendiri. Sumber penerimaan dana untuk Alilitan Karya, yaitu: 1) kekenaan yang merupakan sumber dana tetap yang berasal dari banjar adat, subak abian, dan subak bangket, (2) dana punia adalah sumbangan sukarela dari krama, (3) tanah pelaba pura merupakan hasil panen dari cengkeh yang ditanami di pura yang merupakan parahyangan Catur Desa, (4) sesari berasal dari uang yang dihaturkan krama di banten mereka pada saat sembahyang. Dalam kekenaan kepada masing-masing krama ada istilah luputan. Luputan ini adalah orang-orang yang tidak mendapat kekenaan. Yang luput adalah prajuru desa adat, prayogya (pemangku), sekehe gong, pecalang, dll yang merupakan orang-orang yang sudah ngayah dan menjadi panitia dalam Alilitan Karya. Selain itu, orang yang sudah lingsir/tua (umurnya di atas 60 tahun) juga luput. Peraturan ini sudah ada di setiap banjar adat dan jika ada krama yang tidak membayar kekenaan maka pelayanan adatnya akan ditunda sampai kewajibannya terpenuhi. Pengeluaran dana untuk Alilitan Karya, meliputi: 1) ATK, komunikasi, dan informasi, 2) penunjang upacara dan kercen banten, 3) konsumsi dan penunjang konsumsi, 4) perlengkapan, 5) kebersihan, 6) pengeluaran lain-lain. Pembelanjaan dilakukan oleh sie belanja dimana sie upacara yang membutuhan sesuatu yang untuk keperluan upacara maka berhubungan langsung dengan sie belanja dan berkoordinasi dengan bendahara untuk pembelian dan uangnya kemudian jika disetujui maka bendahara akan memberikan uang kepada sie belanja dan bendahara mencatat tanggal, jumlah uang yang diminta, dan orang yang belanja. Setelah melakukan pembelanjaan maka sie belanja harus menyerahkan nota belanja, sisa uang (jika ada), dan

6 menunjukkan barang yang dibeli kepada bendahara. Selanjutnya, adalah penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan. Laporan pertanggungjawaban ini dibuat oleh bendahara dan dikoordinasikan dengan ketua panitia. Jika laporan pertanggungjawaban tersebut dianggap sudah sesuai antara penerimaan dengan pengeluaran yang ada dan tidak ada kesalahan dalam pencatatan selanjutnya laporan pertanggungjawaban diketik oleh sekretaris. Dalam pembuatan laporan pertanggungjawaban keuangan tertulis rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran masing-masing bagian. Pada halaman selanjutnya, akan dijelaskan secara rinci mengenai penerimaan dari berbagai sumber kemudian penjelasan secara rinci mengenai pengeluaran di masing-masing bagian pengeluaran. Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran dana pada saat karya ditunjukkan dengan gambar 1 berikut ini: Gambar 1. Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran dana pada saat karya. Sumber: Data Hasil Studi Dokumentasi, 2016). Pencatatan untuk laporan pertanggungjawaban keuangan dilakukan secara sederhana dengan mencatat penerimaan dari masing-masing sumber dana secara terperinci dari tanggal, keterangan dan jumlahnya. Tidak berbeda jauh dengan penerimaan dana, format laporan pengeluaran dana sama dengan penerimaan dana hanya saja ada keterangan nomor nota. Jika ada pada saat sie belanja melakukan pembelanjaan dan ada nota maka nota tersebut diberi nomor oleh bendahara. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pencatatan. Tetapi jika tidak ada nota, maka bisa dibuatkan catatan barang yang dibeli di kertas biasa secara jelas mengenai nama barang dan harganya sebagai pengganti nota tetapi tetap harus diperiksa oleh bendahara. Pada pembelian yang tidak ada nota maka diberi keterangan T/N (tanpa nota) tetapi tetap harus ada koordinasi dengan bendahara dan dituliskan nama orang yang berbelanja sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Laporan pertanggungjawaban keuangan ini dibuat secara sederhana dan tidak ada aturan baku mengenai hal tersebut karena belum memiliki sistem dan prosedur yang memadai dalam hal pengelolaan keuangan terutama dalam laporan keuangan. Tetapi yang terpenting adalah krama sebagai pemangku kepentingan mengerti tentang laporan keuangan yang dibuat tersebut dan akhirnya bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi. Pertanggungjawaban keuangan di Catur Desa sudah dilaksanakan dengan baik. Laporan pertanggungjawaban keuangan secara tertulis dan mendetail baru dilaksanakan pada tahun Catur Desa menggunakan sistem presentasi dalam melakukan pertanggungjawaban yaitu dilakukan dengan tatap muka secara langsung (Bastian 2010, ). Untuk presentasi ini dilakukan dengan beberapa cara, yang pertama adalah melaporkan langsung kepada krama mengenai keuangan secara umum pada saat upacara walaupun hanya data sementara. Cara kedua yang dilakukan adalah melaksanakan paruman untuk melaporkan pertanggungjawaban keuangan secara mendetail yang dihadiri oleh beberapa perwakilan. Hal tersebut disampaikan oleh Pangrajeg Catur Desa, I Gusti Agung Ngurah Pradnyan sebagai berikut: Seperti yang tadi, laporannya seperti quick count tadi saat karya secara umum ten detail pang nau masyarakatne maan kene, mone maan dana punia. Untuk pasti ada rapat nanti yang datang kelian banjar adat, ketua tempek, ketua dadia, dan seluruh panitia, pemangku, balian nike.

7 Seperti yang dijelaskan Pangrajeg Catur Desa bahwa laporan keuangan yang disampaikan kepada seluruh krama pada saat upacara berupa keadaan keuangan sementara secara global. Hal itu dilakukan agar masyarakat mengetahui keadaan keuangan Catur Desa sehingga bisa menimbulkan kepercayaan terhadap organisasi. Kemudian untuk paruman dihadiri oleh beberapa perwakilan yaitu kelian banjar adat, ketua tempek, ketua dadia, dan seluruh panitia, pemangku, balian. Setelah dilakukan paruman, maka perwakilan tersebut nantinya akan melaporkan hasil paruman pertanggungjawaban keuangan tersebut ke masyarakat melalui paruman di tempek atau sangkep di dadia tersendiri karena tempek dan dadia tersebut merupakan organisasi yang paling dekat dengan masyarakat seperti yang disampaikan bendahara II Alilitan Karya, Nyoman Sudiarmawan: Biasanya yang diundang jero mangku, kelian banjar adat, kelian tempek. Kelian tempek ini yang paling bawah, dia perwakilan masyarakat paling bawah. Dia yang menyampaikan kepada masyarakat paling bawah. Kan ada paruman tempek biasanya disana disampaikan lagi... Hal senada juga disampaikan Bendahara II Catur Desa, I Nyoman Sucana sebagai berikut:...terakhir kan tiang serahkan ke semua dadia semua mendapatkan tanggapan nanti dia yang memberitahukan ke krama, kalau tiang yang langsung ke krama kan tidak mungkin. Care diriki tiap-tiap dadia nike punya ye sangkepan nanti disana diumumkan kena berapa, saldo-saldo sehingga semua tahu. Care dadia tiange tiap tumpek sangkep, itu 6 bulan sekali nanti disana diberitahukan sehingga semua transparan. Hal tersebut merupakan cara yang efektif karena jumlah krama yang sangat banyak. Walaupun hanya melalui perwakilan, informasi pada saat paruman di Catur Desa harus disampaikan oleh masingmasing perwakilan kepada kramanya. Persepsi Masyarakat tentang Pengelolaan Keuangan Alilitan Karya Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Catur Desa tidak terlepas dari dari pengelolaan dana yang berasal dari sumbangan sukarela dari krama yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Namun, bukan berarti masyarakat tidak terlalu mementingkan pertanggungjawaban keuangan dari pelaksana dan panitia pembantu. Ada sistem atau nilai yang dianut organisasi atau lembaga yang mengelola keuangan perlu mengedepankan akuntabilitas baik dalam pengelolaan maupun pada laporan keuangannya (Badu dan Hambali, 2014). Hal itu harus dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pelaksana dan panitia upacara sehingga masyarakat menjadi loyal dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan organisasi Catur Desa ini dan eksistensi Catur Desa bisa terjaga dan bisa ditingkatkan. Karena itulah akuntabilitas dalam organisasi keagamaan juga penting. Pada umumnya masyarakat menerima apapun keputusan yang diambil karena pada saat paruman sudah diwakili oleh kelian mereka dan keputusan yang diambil biasanya merupakan keputusan yang bertujuan untuk menuju kearah yang lebih baik. Terlihat juga bahwa orang-orang yang menjadi pelaksana upacara dan panitia pembantu pelaksana upacara merupakan orangorang yang memang dianggap memiliki kelas sosial menengah ke atas atau disebut elit karena memiliki keunggulan dibandingkan masyarakat biasa (Plato dalam Hartono dan Aziz, 1990). Pelaksana dan panitia upacara dianggap memiliki kepatutan dan kemampuan lebih dalam pengambilan keputusan dan dalam melaksanakan tugasnya dalam menjalankan Alilitan Karya. Hal yang penting bagi kelompok elit (dalam hal ini merupakan pelaksana dan panitia upacara) adalah loyalitas masyarakat kepadanya sehingga dalam menjalankan tugasnya harus dilaksanakan dengan baik karena ada norma agama dan norma

8 sosial yang berlaku. Norma agama merupakan hal yang tidak bisa dipermainkan karena umat Hindu percaya bahwa tindakan apapun harus dilaksanakan sesuai ajaran Dharma atau kebaikan agar tujuan kemakmuran bisa dicapai. Kemudian norma sosial merupakan norma yang berlaku di masyarakat jika elit tersebut melakukan penyelewengan maka akan dikucilkan di masyarakat tetapi jika melaksanakan tugas dengan baik maka masyarakat akan loyal. Pengelolaan keuangan yang dilakukan Catur Desa juga sudah baik, misalnya: bendahara yang cukup ketat dalam pemberian uang kepada sie belanja dan juga penggunaan kwitansi dalam penerimaan dana punia untuk mempermudah dalam pencatatan. Tujuannya adalah untuk melakukan kontrol dalam pengelolaan keuangan. Pangrajeg Catur Desa menyadari pentingnya pencatatan keuangan dan transparansi akan pengelolaan keuangan akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemimpin dan pengelola organisasi tersebut sehingga tidak ada kecurigaan yang muncul dari krama kepada pelaksana dan panitia upacara. Pangrajeg Catur Desa, I Gusti Agung Ngurah Pradnyan juga menuturkan bahwa transparansi dan pengelolaan keuangan yang lebih baik bisa membuat masyarakat lebih loyal dan banyak melakukan dana punia karena merasa menjadi bagian dalam pembangunan yang dipaparkan sebagai berikut: Kuncinya ke masyarakat, masyarakat jangan dibodohi. Apa yang ada itu kita sampaikan niscaya pasti sukses. Ada hasil kita sampaikan apalagi setelah karya. Yen care pilgub pilkada kan ade perhitungan quick count sesegera mungkin kita sampaikan ke masyarakat yang masih di karya secara global. Itu yang memotivasi masyarakat menjadi simpati untuk yadnya, mepunia. Sederhana aja. Hal itu bisa dijadikan sebagai suatu keberhasilan pelaksanaan karya pada tahun 2015 dimana selama satu periode tersebut terlihat transparansi pelaporan keuangan dan adanya sisa dalam pelaksanaan karya yang jumlahnya cukup besar. Padahal pada saat mulai pelaksanaan karya ini, kas Catur Desa Rp.0 tetapi sekarang Catur Desa sudah memiliki kas yang cukup besar sampai pelaksanaan karya terakhir dan uang kas yang bisa digunakan untuk cadangan kas di karya selanjutnya atau untuk pembangunan pura. Pada saat selesai karya di tahun 2015, krama sepakat untuk melaksanakan pembangunan salah satu pura yaitu Pura Batu Mancer yang termasuk parahyangan Catur Desa. Catur Desa sudah melaksanakan akuntabilitas sebagai kewajiban dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam menjalankan misi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan sebelumnya (Puspita, 2011 dalam Lestari, 2014). Lebih jauh lagi, Catur Desa sudah melaksanakan akuntabilitas intern dan akuntabilitas ekstern (Yulianita, 2008:20). Akuntabilitas ekstern sudah dilakukan Catur Desa kepada kramanya melalui pengumuman dan paruman secara jelas dan transparan. Akuntabilitas intern dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran dan kepercayaan bahwa apapun yang akan saya lakukan maka akan mendapat balasannya yaitu sesuai dengan hukum Karma Phala. secara etimologis, Karma Phala terdiri dari dua kata yaitu Karma yang berarti perbuatan dan Phala yang berarti hasil sehingga Karma Phala berarti hasil perbuatan. Dimana hukum Karma Phala ini mengajarkan bahwa jika kita berbuat baik maka hasilnya akan baik tetapi sebaliknya jika melakukan perbuatan yang kurang baik maka akan mendapatkan hasil yang kurang baik pula. Hal ini juga menunjukkan bahwa Catur Desa sudah melaksanakan akuntabilitas kejujuran yaitu penghindaran penyalahgunaan wewenang dan akuntabilitas hukum yaitu adanya kepatuhan terhadap hukum. Kemudian pada akuntabilitas proses, menurut Mardiasmo (2009) bahwa akuntabilitas proses tersebut menyangkut dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan

9 prosedur administrasi. Hal itu sudah dilaksanakan oleh Catur Desa dengan membuat laporan pertanggungjawaban tertulis dan juga segala bentuk penerimaan dan pengeluaran ada pencatatannya walaupun masih dalam bentuk sederhana. Terkait dengan tujuan pelaksanaan karya, Catur Desa sudah melaksanakan karya dengan baik sampai selesai walaupun pada awalnya tidak memiliki kas, tetapi pada akhir periode Catur Desa sekarang sudah memiliki kas dari berbagai sumber penerimaan dan karya bisa dilaksanakan sampai selesai. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan akuntabilitas program yang terkait dengan pertimbangan apakah tujuan telah ditetapkan dapat dicapai atau tidak (Mardiasmo, 2009). Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil (Mardiasmo, 2009) dimana pada Catur Desa, kebijakan yang diambil berdasarkan kesepakatan dengan semua perwakilan dari masyarakat pada organisasi paling bawah dan apapun keputusan paruman mengenai kinerja organisasi dan keuangannya akan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Masyarakat di desa sebagian besar tidak terlalu mempermasalahkan keuangan yang dilaksanakan di pura ataupun yang berhubungan dengan adat karena menurut masyarakat yang terpenting adalah ngayah tetapi seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat sekarang banyak yang sudah mulai kritis dan menginginkan adanya pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan sehingga bisa menimbulkan good governance. Good governance dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola, yaitu: transparan, akuntabel, dan partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran (Pasal 2, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007). Dimana organisasi telah secara terbuka (transparan) dalam mempertanggungjawabkan kinerja organisasi dan keuangannya (akuntabilitas) dan juga melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan (partisipasi). karena organisasi telah secara terbuka (transparan) dalam mempertanggungjawabkan kinerja organisasi dan keuangannya (akuntabilitas) dan juga melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan (partisipasi). Pada Catur Desa sudah dijelaskan mengenai pertanggungjawaban yang sudah dilaporkan tertulis dan mendetail mengenai aliran uang masuk dan keluar secara transparan kepada masyarakat dengan cara presentasi atau mengumumkan lewat forum atau pertemuan secara langsung kepada krama dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan karya seperti pengambilan keputusan secara langsung atau melalui perwakilan dan juga dalam pelaksanaan karya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Alilitan Karya merupakan pelaksanaan karya yang dilakukan setiap dua tahun sekali berdasarkan persasihan yang ada dalam drestha Adat Dalem Tamblingan dan sudah dilakukan secara turun-temurun. Dimana Alilitan Karya ini dilaksanakan krama Catur Desa dengan tujuan untuk mewujudkan Tri Hita Karana atau tiga penyebab kemakmuran. Hubungan baik dengan Tuhan diwujudkan dengan melaksanakan persembahyangan untuk memohon kemertaan kepada Tuhan. Kemudian hubungan baik dengan manusia diwujudkan dengan meningkatkan keakraban antarmasyarakat melalui ngayah yang dilakukan secara bersama-sama. Terakhir yaitu menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar daerah Danau Tamblingan. (2) Pengelolaan keuangan sudah dilaksanakan dengan baik dimulai dari perencanaan yang dilaksanakan pada saat paruman dimana pada saat paruman tersebut membicarakan tentang pembagian kekenaan ke masing-masing banjar adat, subak abian, dan subak bangket yang nantinya masing-masing organisasi tersebut akan membagi ke masing-masing kramanya. Selain kekenaan, penerimaan untuk Alilitan

10 Karya berasal dari sesari, dana punia, dan tanah pelaba pura. Pada masing-masing banjar adat ada istilah luputan atau beberapa orang yang tidak mendapat kekenaan karena sudah menjadi pelaksana, panitia, dan yang sudah tua (umurnya diatas 60 tahun). Untuk pembelanjaan dilakukan oleh sie belanja yang diminta oleh sie upacara untuk membeli keperluan untuk upacara dengan berkoordinasi dengan bendahara untuk masalah jumlah uang dan barang-barang yang akan dibeli dan ketika melakukan pembelanjaan harus ada bukti berupa nota atau catatan pembelian. Pencatatan dilakukan secara sederhana yang berisi rincian mengenai penerimaan dan pengeluaran. Pertanggungjawaban keuangan dilakukan dengan cara presentasi atau tatap muka melalui beberapa cara yaitu penyampaian pada saat upacara mengenai keadaan keuangan sementara secara global dan juga melaksanakan paruman mengenai laporan pertanggungjawaban keuangan secara jelas dan mendetail yang dihadiri oleh perwakilan masing-masing banjar adat, subak abian dan subak bangket. (3) Pelaksana dan panitia Alilitan Karya di Catur Desa sudah melakukan tugasnya dengan baik yang sudah memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas dan dapat mewujudkan good governance yang harus memenuhi unsur akuntabilitas, transparansi dan partisipatif. Unsur akuntabilitas ini mencakup pada sistem pencatatan tertulis yang dilakukan secara mendetail mengenai penerimaan dan pengeluaran kas untuk keperluan Alilitan Karya. Kemudian transparansi yaitu keterbukaan dari panitia mengenai keadaan keuangan Catur Desa dan walaupun masih data sementara tetapi tetap dilaporkan. Terakhir yaitu partisipatif yaitu keterlibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan karya. Saran Dalam kegiatan Alilitan Karya selanjutnya perlu mengoptimalkan sistem pertanggungjawaban keuangan dengan cara menempelkan laporan pertanggung jawaban keuangan pada papan-papan pengumuman yang ada di pura-pura yang termasuk dalam parahyangan Catur Desa. Selain itu, masing-masing perwakilan kelian tempek dan ketua dadia untuk membagikan hardcopy dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh bendahara kepada krama sehingga dapat mengetahui dengan jelas penerimaan dan pengeluaran kas. Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasi karena hanya berlaku pada organisasi tersebut. Selain itu, keterbatasan waktu dalam penggalian informasi melalui wawancara dan yang terakhir adalah keterbatasan peneliti dalam menginterpretasikan pendapat informan. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan keterbatasan ini dapat diatasi dengan cara menambah rentang waktu penelitian dan juga lebih memahami tentang penelitian kualitatif. DAFTAR PUSTAKA Anonim Dalam Kuasa Sang Pangrajeg. Tersedia pada wordpress.com/. (Diakses tanggal 18 Juni 2016). Badu, Ronald S dan Hambali, Imran Rosman Studi Ethnosains: Dilema Transparansi dan Akuntabilitas dalam Pelaporan Sumbangan Donatur dan Pengelolaan Keuangan Masjid (Studi Kasus di Kabupaten Gorontalo). Laporan Hasil Penelitian Dana PNBP Fakultas Tahun Anggaran Gorontalo: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo. Bastian, Indra Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Gorda, I Gst. Ngr Tri Hita Karana sebagai Sumber Nilai Keberadaan Desa Adat di Propinsi Bali. Widya Satya Dharma Jurnal Kajian Hindu, Budaya dan Pembangunan Sekolah Tinggi Ekonomi Satya

11 Dharma Singaraja. No.1 Halaman Gunung, Jro MK Nyoman, dkk.. Menelusuri Jati Diri Pemeluk Siwa Muka Bulakan Dalem Tamblingan. Hartomo, H dan Aziz, Arnicun. MKDU: Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Lestari, Ayu Komang Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (Sebuah Studi Interpretif pada Organisasi Publik Non Pemerintahan). Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Akuntansi Program S1, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi: Yogyakarta. Moleong, Lexy. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Simanjuntak, D.A dan Yeni, Januarsi Akuntabilitas dan Pengelolaan Keuangan di Masjid. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Banten. Wiana, I Kt, Penataan dan Pelembagaan Agama Hindu di Bali. Dalam Usadi Wiryatnaya dan Jean Couteau ed., Bali di Persimpangan Jalan. Denpasar: Nusa Data Indo Budaya. Yulianita, Dewi, N.W Akuntabilitas dalam Bingkai Filosofi Tri Hita Karana: Suatu Eksplorasi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Dharmajati Tukadmungga, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Brawijaya, Malang. Yunus, M. BS. (2005). Refleksi 100 Hari Pemerintahan SBY: Sulitnya Membangun Good Governance. Harian Suara Merdeka. Pratiwi, Gusti Ayu Made Firma Eksistensi Pelaporan Keuangan Pada Upacara Ngaben Masal di Banjar Pakraman Banyuning Tengah dan Banyuning Barat, Desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali). Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Akuntansi Program S1, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Republik Indonesia Peraturan Menteri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Republik Indonesia Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia AKUNTABILITAS DAN TRANSPARASI PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA DI DESA PAKRAMAN BANGKANG, DESA BAKTISERAGA KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI 1 Putu Dian Handayani, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING 1 Ni Luh Yadnya Wati, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt)

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt) AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt) 1 Kadek David Warisando 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 I Kadek Surya Mandarin, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ANALISIS KONTRIBUSI NAUB TERHADAP BESARNYA BIAYA UPACARA PADA BEBERAPA PURA DI LINGKUNGAN DESA PAKRAMAN TABOLA, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI 1 Made Ayu Ruscita Dewi, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta MENGUNGKAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA LEMBAGA LOKAL SUBAK DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PEDESAAN (Studi Kasus pada Subak Tabola, Desa Pakraman Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng

Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng 1 I Putu Andi SuarJaya Putra 1 Kadek Sinarwati, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia MEMAKNAI KONSEP KESEIMBANGAN ANTAR KOMPONEN TRI HITA KARANA DALAM PENGANGGARAN ORGANISASI SUBAK (STUDI KASUS PADA SUBAK KALICULUK, DESA PAKRAMAN DENCARIK, KECAMATAN BANJAR) 1 Kadek Ari Saputra 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia MEMBEDAH AKUNTABILITAS PRAKTIK PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN KUBUTAMBAHAN, KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI (Sebuah Studi Interpretif pada Organisasi Publik Non Pemerintahan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB VI PENUTUP Simpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di sektor swasta, sehingga kedudukannya dianggap lebih rendah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di sektor swasta, sehingga kedudukannya dianggap lebih rendah dan i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi sektor publik sering kali dipandang sebagai organisasi yang dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

Ni Kadek Ayu Kencana Putri, 1. Jurusan Akuntansi Program S1Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ni Kadek Ayu Kencana Putri, 1. Jurusan Akuntansi Program S1Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia RANCANGAN IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA USAHA MIKRO (STUDI KASUS PADA USAHA JAHIT SANDY BOTTOMS TAILOR) 1 Ni Kadek Ayu Kencana Putri, 1 Ni Kadek Sinarwati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip University Governance di Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Penelitian

1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem politik, ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perubahan-perubahan yang cukup mendasar.

Lebih terperinci

KEARIFAN LOKAL PADE GELAHANG DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI SUBAK

KEARIFAN LOKAL PADE GELAHANG DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI SUBAK KEARIFAN LOKAL PADE GELAHANG DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN ORGANISASI SUBAK Dewa Kadek Darmada Anantawikrama Tungga Atmadja Ni Kadek Sinarwati Universitas Pendidikan Ganesha,

Lebih terperinci

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SMP NEGERI 4 RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR (Accountability and Transparancy of Handling Operational Expense

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

MENGULAS KONTRIBUSI LABA LPD DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DESA DAN DANA SOSIAL BERLANDASKAN TRI HITA KARANA DI LPD DESA ADAT JIMBARAN

MENGULAS KONTRIBUSI LABA LPD DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DESA DAN DANA SOSIAL BERLANDASKAN TRI HITA KARANA DI LPD DESA ADAT JIMBARAN MENGULAS KONTRIBUSI LABA LPD DALAM MENUNJANG DANA PEMBANGUNAN DESA DAN DANA SOSIAL BERLANDASKAN TRI HITA KARANA DI LPD DESA ADAT JIMBARAN Ni Luh Nik Parelawati 1, Nyoman Trisna Herawati 2, I Gusti Ayu

Lebih terperinci

PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG

PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG PENGKEMASAN PAKET WISATA TRACKING DENGAN KONSEP TRI HITA KARANA DI DESA MUNDUK-BULELENG Nyoman Surya Maha Putra I Wayan Suardana I Putu Sudana Email: nyomansuryamahaputra@yahoo.com PS. S1 Industri Perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN

EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN TESIS EFEKTIVITAS TRI HITA KARANA AWARD SEBAGAI ALAT PROMOSI PARIWISATA BALI BERKELANJUTAN I GUSTI NGURAH ARYA ASTANA NIM 1391061048 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Good Governance Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR. Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2 ANALISIS PENGUKURAN KINERJA VALUE FOR MONEY PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLITAR Amelia Ika Pratiwi 1 dan Ela Nursandia 2 1 Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Jl.

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA Maryeta Ernesta Ndiki Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Email: ernesta.melo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai pemerintahan yang bersentuhan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Locus of control, Budaya Organisasi, Tri Hita Karana, Kinerja.

ABSTRAK. Kata kunci: Locus of control, Budaya Organisasi, Tri Hita Karana, Kinerja. Judul : Pengaruh Locus of Control dan Budaya Organisasi berbasis Tri Hita Karana pada Kinerja Badan Pengawas Lembaga Perkreditan Desa sebagai Auditor Internal di Kabupaten Karangasem. Nama : Ni Luh Yuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali) SKRIPSI Disusun oleh: Muhammad Herman (08230036)

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

Putu Sukma Kurniawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRACT

Putu Sukma Kurniawan Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha   ABSTRACT PERAN ADAT DAN TRADISI DALAM PROSES TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN (STUDI KASUS DESA PAKRAMAN BULELENG, KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI) Putu Sukma

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN Aris Gunawan Wicaksono. H. Andre Purwanugraha

IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN Aris Gunawan Wicaksono. H. Andre Purwanugraha IMPLEMENTASI DANA DESA DI KECAMATAN BANJARNEGARA PADA TAHUN 2015 Aris Gunawan Wicaksono H. Andre Purwanugraha Program Studi Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl. Babarsari No. 43-33, Yogyakarta.

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik

BAB II METODE PENELITIAN. memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya, yaitu bersifat holistik (menyeluruh)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dilihat dari obyek penelitiannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Moleong (2010) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mengenai Komodifikasi Upacara Ngaben di Desa Pakraman Sanur dalam Era Gloalisasi adalah pendekatan kualitatif.

Lebih terperinci

SISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danguru Terhadap

SISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danguru Terhadap SISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danguru Terhadap Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pengayaan IPS di SMP Negeri 7 Kintamani) Oleh I

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO

PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO Diana Fathiyah Ibrahim Bafadal Teguh Triwiyanto Email: diana3fathiyah@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era ini pemerintahan kita dituntut untuk mereformasi seluruh bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk mencapai terciptanya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: DWI HANDAYANI A210130022

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN Yulita Atik Marchita, Asih Widi Lestari Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERBANDINGAN SKALA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS- ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) Isnita Lastyarini, Usada, Siti Kamsiyati PGSD FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perumusan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran pembangunan daerah lima tahun kedepan yang dituangkan dalam RPJMD Semesta Berencana Kabupaten Badung Tahun 2016-2021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga publik, baik di pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG SKRIPSI ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG (Kajian Bentuk, Fungsi Dan Makna) OLEH I WAYAN WIDYA DHARMAYASA NIM. 09. 1.4.4.1. 0240 E-Mail : widyadharma2261@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset. Judul : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Aset LPD di Kabupaten Gianyar Nama : Ni Made Jeny Lestari Dewi NIM : 1315351091 Abstrak Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan ikatan sosial dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai

METODE PENELITIAN. Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang mengkaji atau menganalisis fenomena di masyarakat mengenai ritual keagamaan dan perjudian yang dilakukan oleh masyarakat etnis Bali ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah adalah salah satu hasil reformasi birokrasi, dimana pemerintah pusat melimpahkan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah untuk mengurus

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 UniversitasPendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 UniversitasPendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ANALISIS PERSEPSI STAKEHOLDERS INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA PAKRAMAN SIDETAPA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI (Sebuah Studi

Lebih terperinci

PERTANYAAN MENGENAI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS.

PERTANYAAN MENGENAI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS. LAMPIRAN 32 LAMPIRAN 1 33 LAMPIRAN 2 34 LAMPIRAN 3 PERTANYAAN MENGENAI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS. PROFIL ORGANISASI Gambaran secara umum tentang organisasi (5W+1H)? - Kapan masjid dibangun? Masjid

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar *) Pendidikan Ekonomi-BKK Akuntansi, FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Kota Denpasar merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan selalu diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Disebut kualitatif karena penelitian

Lebih terperinci

Gusti Ayu Made Firma Pratiwi, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Gusti Ayu Made Firma Pratiwi, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia EKSISTENSI PELAPORAN KEUANGAN PADA UPACARA NGABEN MASAL DI BANJAR PAKRAMAN BANYUNING TENGAH DAN BANYUNING BARAT, DESA PAKRAMAN BANYUNING, KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI 1 Gusti Ayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penjelasan pertama pada pendahuluan akan menjelaskan mengenai latar belakang dengan melihat kondisi yang ada secara garis besar dan dari latar belakang tersebut didapatkan suatu rumusan

Lebih terperinci

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015) PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015) Debby Ch. Rende Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Lebih terperinci

Oleh Mimin Yatminiwati STIE Widya Gama Lumajang. Abstrak

Oleh Mimin Yatminiwati STIE Widya Gama Lumajang. Abstrak IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA BERDASARKAN PERMENDAGRI NO.113 TH. 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA (Studi pada Kantor Desa Tempeh Lor Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang)

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Veronika Erlin Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL PRASYARAT... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... v HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah ilmu yang saat ini berkembang dengan pesat, khususnya dalam bidang akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan adalah salah satu bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu langkah prosedur

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

ANALISIS REALISASI PROGRAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BULELENG MELALUI PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

ANALISIS REALISASI PROGRAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BULELENG MELALUI PENGUKURAN VALUE FOR MONEY ANALISIS REALISASI PROGRAM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BULELENG MELALUI PENGUKURAN VALUE FOR MONEY Kt. Sudiarsa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Sektor Publik menjadi semakin signifikan. Seiring dengan perkembangan, APBN telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PUNIA DI DADIA PREBALI, DESA GOBLEG, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PUNIA DI DADIA PREBALI, DESA GOBLEG, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PUNIA DI DADIA PREBALI, DESA GOBLEG, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG Luh Putu Dewi Sulistiani, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BANGUNHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL FINANCIAL MANAGEMENT OF BANGUNHARJO VILLAGE SEWON BANTUL Oleh : Damar Santo Prastowo, Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial,

Lebih terperinci

Keywords: partnership, chief of village, body consultative of village, village regulation.

Keywords: partnership, chief of village, body consultative of village, village regulation. KEMITRAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN KEPALA DESA DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA (Studi Kasus di Desa Bakalanpule Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan) Farisia Dwi Puspitarini, Bambang Supriyono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T (Transportation, Technology, Telecommunication, Tourism) yang disebut sebagai The Millenium 4.

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG

MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG MOTIVATION OF CITIZENS WHO RUN FOR VILLAGE CHIEF IN THE VILLAGE OF RANDUAGUNG, SUBDISTRICT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUDAYA KERJA PADA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUDAYA KERJA PADA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUDAYA KERJA PADA PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. Bahwa reformasi birokrasi bertujuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPORTASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPORTASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI, KOMUNIKASI, DAN TRANSPORTASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING Riky Indra Prihantoro 1), Siti Istiyati 2), Hartono 3) PGSD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif menurut Lexy J Moleong adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci