Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Transkripsi

1 ANALISIS KONTRIBUSI NAUB TERHADAP BESARNYA BIAYA UPACARA PADA BEBERAPA PURA DI LINGKUNGAN DESA PAKRAMAN TABOLA, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI 1 Made Ayu Ruscita Dewi, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {ruscitadewi22@gmail.com, anantawikramatunggaatmadja@gmail.com, aris_herawati@yahoo.co.id}@undiksha.ac.id Abstrak Ngayah merupakan salah satu tradisi yang ada di Bali yang dilaksanakan pada saat menjelang diadakannya upacara. Dengan berbagai kondisi masyarakat saat ini, banyak krama yang tidak bisa ngayah sehingga memilih menjadi krama penaub. Krama penaub hanya perlu membayar satu kali dalam setahun. Di Desa Pakraman Tabola penentuan besaran yang harus dibayarkan ditentukan di masing-masing banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) alasan krama lebih memilih ngayah dibandingkan naub, 2) proses penentuan besaran dana naub dan akuntabilitas pengelolaannya, 3) kontribusi dana naub terhadap besarnya biaya upacara di pura. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif yang lebih menekankan pada persepsi dan perilaku manusia. Penelitian ini dilaksanakan dengan empat tahapan yaitu 1)pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) penyajian data, 4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Alasan Krama Desa Pakraman Tabola memilih ngayah dibandingkan dengan naub yaitu dapat berinteraksi dengan krama yang lain untuk meningkatkan rasa solidaritas antar krama, mendapat ilmu mengenai bebantenan, dan wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 2) Proses penentuan besarnya dana naub didasarkan pada hasil kesepakatan pada saat sangkep dan akuntabilitas pengelolaannya juga disampaikan pada saat sangkep. 3) Dana naub tidak berkontribusi terhadap biaya upacara di Pura Puseh Tabola, tetapi berkontribusi terhadap biaya upacara di Pura Dalem dan juga Pura Melanting Desa Pakraman Tabola. Kata kunci : Ngayah, banten, naub, akuntabilitas. Abstract Ngayah is one of the traditions in Bali that is held just before a ceremony. With the various conditions of the society today, many village members who could not ngayah, so choose to be penaub members. Penaub members only need to pay once a year. In Tabola Pakraman Village, the determination of the amount to be paid was determined in each banjar hamlet. This research aimed at determining: 1) the reason village/hamlet members preferring ngayah than naub, 2) the process of determining the payment amount of naub and the accountability of its management, 3) the contribution of naub funds to the total amount of ceremonial costs at the temple.

2 This research was conducted through a qualitative method that emphasized more on human perception and behavior. This study was conducted in four stages: 1) data collection, 2) data reduction, 3) data presentation, 4) conclusions drawing. The results of this study indicated that: 1) The reason of Tabola Pakraman Village members to choose ngayah than naub was to interact with other village members in order to increase the sense of solidarity among them, to obtain knowledge about bebantenan offerings, and as a form of devotion to Ida Sang Hyang Widhi Wasa The Almighty God. 2) The process of determining the amount of naub payment was based on the agreement at sangkep village meetings and management accountability was also delivered at the time of sangkep. 3) Naub fund did not contribute to the ceremonial cost at Tabola s Puseh temple, but contributed to the ceremonial cost at Dalem Temple and also at Melanting Temple of Tabola Pakraman Village. Keywords: Ngayah, banten, naub, accountability. PENDAHULUAN Herimanto dan Winarno (2010) menyebutkan bahwa manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai makhluk individu memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya Masyarakat Bali sebagai suatu kesatuan geografis, suku, ras, agama memiliki nilai kearifan lokal yang telah teruji dan terbukti daya jelajah sosialnya dalam mengatasi masalah kehidupan sosial. Provinsi Bali mengenal keberadaan Desa Dinas dan Desa Pakraman (Desa Adat). Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001, Bab V Pasal 9, menjelaskan bahwa desa pakraman memiliki hak kendali dan kekuasaan penuh terkait dengan pengelolaan keuangan, baik itu harta dan kekayaan yang bersifat fisik maupun material yang berlandaskan dengan Awigawig Desa Pakraman dan nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat desa pakraman tersebut. Sistem pengelolaan keuangan desa pakraman tidak sama halnya dengan sistem pengelolaan keuangan desa dinas. Sistem pengelolaan keuangan desa pakraman tidak merujuk pada regulasi yang sama dengan desa dinas melainkan kepada awig-awig yang telah diatur secara sah dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun Christensen dkk., (dalam Halim dan Kusufi, 2013) mendefinisikan akuntansi sebagai bentuk akuntabilitas publik, transparansi, dan prediktabilitas kinerja organisasi. Hal ini merupakan suatu penekanan besar yang ditujukan pada organisasi publik yang menghendaki keterbukaan, transparansi, perlakuan adil, ketidakberpihakan (pada golongan) dan prediktibilitas. Pertanggungjawaban dibuat dalam bentuk laporan keuangan sampai saat ini belum ditunjang dengan sistem dan prosedur yang memadai, hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan resmi yang dibuat baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang secara khusus mengatur mengenai pembuatan laporan keuangan organisasi keagamaan sebagai wujud akuntabilitas dan transparansi dalam dalam pengelolaan keuangan di pura. Dengan adanya laporan keuangan yang andal dari organisasi keagamaan sangat diharapkan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada pengempon pura itu sendiri, sehingga persepsi maupun hal negatif terkait dengan

3 pengelolaan keuangan pura pun dapat dihindari. Berdasarkan tradisi setempat, setiap pura biasanya melaksanakan upacara setiap setahun sekali. Dalam pelaksanaan upacaranya menggunakan sarana banten, maupun perlengkapan lainnya yang jumlahnya lumayan banyak. Hal itu menjadi tanggung jawab pengempon pura tersebut. Biasanya sebelum hari pelaksanaan upacara, krama desa ngayah untuk mempersiapkan segala perlengkapan upacara tersebut. Ngayah berarti krama dengan tulus ikhlas membantu persiapan upacara, tanpa adanya imbalan. Namun bagi krama desa yang sibuk dengan pekerjaan yang lain dan tidak bisa ditinggalkan, atau krama tersebut merantau ke luar daerah dan tidak bisa ikut ngayah, maka krama tersebut bisa mengambil langkah naub. Naub dapat diartikan bahwa krama hanya perlu membayar dengan uang ataupun perlengkapan upacara, sesuai dengan kesepakatan krama setempat tanpa harus ikut ngayah. Bergeraknya desa pakraman kepada kegiatan ekonomis menimbulkan kekhawatiran bahwa virusvirus sekularisasi dan pathogen individualisme telah merambah dan menggerogoti tubuh desa pakraman, sehingga mungkin pada akhirnya berbagai kegiatan di desa pakraman akan disubstitusi dengan ekonomi uang. Kekhawatiran seperti ini mendapatkan penyangkalan dari Mantra (1991), dalam Pitana (1994) yang melakukan penelitian di Desa Adat Ubud. Dikemukakannya bahwa berbagai perubahan yang terjadi di Ubud hanya mengenai lapisan luar dari kebudayaan Bali, yang sejalan dengan kemajuan ekonomi masyarakat. Apabila semua krama memilih naub dan tidak mau ngayah, maka pihak desa pakraman akan membeli banten dan segala perlengkapan upacara tersebut yang harganya bisa dibilang mahal. Sedangkan nominal panaub tersebut masih kecil dibandingkan dengan harga banten. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pakraman Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Alasan peneliti memilih Desa Pakraman Tabola karena, Desa Pakraman Tabola masih taat dengan adat istiadat ataupun tradisi yang diturunkan dari leluhurnya. Namun seiring berjalannya waktu, ada krama desa yang bekerja di luar desa pakraman, sehingga mereka menjadi krama penaub. Krama penaub, yaitu anggota yang karena bekerja jauh di luar desa diperkenankan tidak hadir secara fisik dalam setiap kegiatan desa, tetapi sebagai gantinya yang bersangkutan harus membayar uang penaub. Alasan kedua yaitu dalam menjalankan roda organisasinya, para aparat desa maupun banjar tidak mendapat gaji dalam melaksanakan tugasnya selama menjabat karena Desa Pakraman Tabola masih menggunakan sistem ngayah secara ikhlas sehingga pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan bukan hanya ditujukan kepada sesama manusia atau masyarakat namun juga kepada Tuhan. Dengan tidak adanya sistem gaji tersebut maka kecurangankecurangan bisa saja dilakukan sehingga akan mengakibatkan kurangnya akuntabilitas dalam mengelola keuangan. Berkaitan dengan hal tersebut maka terdapat beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1) alasan krama lebih memilih ngayah dibandingkan naub, 2) proses penentuan besaran dana naub dan akuntabilitas pengelolaannya, 3) kontribusi dana naub terhadap biaya upacara pada beberapa pura di lingkungan Desa Pakraman Tabola. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan dalam kondisi alamiah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai orang atau objek yang diteliti. Sumber data dalam penelitian ini merupakan sumber data yang dikumpulkan dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data langsung yang memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Informan dipilih dalam penelitian ini secara purposive

4 sampling. Berbagai teknik triangulasi digunakan untuk menjamin kesahihan data. Data diolah dengan menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman (1986) dalam Ghony dan Alamshur (2012) yang meliputi tiga proses yaitu: Proses reduksi data, proses penyajian data, dan proses menarik kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Alasan Krama Lebih Memilih Ngayah Ngayah merupakan salah satu tradisi masyarakat di Bali yang sangat melekat pada umat Hindu di Bali. ngayah berarti melakukan suatu pekerjaan dengan tulus ikhlas tanpa adanya suatu imbalan yang ditujukan kepada sesama maupun kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Dari segi konsep, ngayah hampir sama dengan gotong royong. Namun ngayah tidak semata-mata melakukan pekerjaan dan saling tolong menolong, tetapi juga memiliki manfaat religius. Ngayah biasanya dilakukan pada saat menjelang adanya suatu upacara, baik itu di pura ataupun di lingkungan desa pakraman untuk mempersiapkan segala perlengkapan upacara baik itu tempat upacara maupun sarana upacara (banten). Hal ini juga disampaikan oleh Pratiwi (2015) Ngayah merupakan modal sosial masyarakat Bali yang dalam pelaksanaannya didasari dengan rasa tulus ikhlas. Sehingga beban pelaku ritual dalam pembuatan banten dan perlengkapan upacara dapat dibantu dengan adanya ngayah atau metulungan dari krama desa tersebut yang dilakukan secara swadaya kolektif atau gotong royong. Masyarakat tersebut disebut dengan krama penaub. Krama Penaub merupakan anggota desa pakraman yang tidak perlu ikut ngayah ataupun kegiatan yang ada di wilayah desa pakraman. Naub artinya luput atau bebas. Naub pekarya artinya bebas dari ayahan banjar atau tidak kena denda untuk urunan dan selain pekarya/denda saat petedunan itu wajib dibayarkan oleh yang bersangkutan (penaub). Di Desa Pakraman Tabola terdapat beberapa kriteria untuk krama penaub, diantaranya: pertama jika krama tersebut bertempat tinggal di luar desa/banjar yang bersangkutan. Kedua, jika krama tersebut mempunyai kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan dan juga jika dalam keadaan sakit atau tidak bisa ngayahang banjar Krama tersebut hanya perlu membayar sejumlah yang telah ditentukan. Jadi krama penaub lebih dimudahkan dari pada krama yang ngayah, hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Keliang Banjar Tengah Desa Pakraman Tabola (I Gusti Ngurah Putra, 50 tahun) pada Senin, 20 November 2017 sebagai berikut: Krama yang menjadi krama penaub lebih diuntungkan saat banyaknya upacara atau kegiatan di banjar atau desa pakraman, karena mereka tetap hanya membayar seharga yang ditentukan sedangkan bagi krama yang ngayah nike banyak pengorbanan waktu dan tenaga. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu Krama Desa Pakraman Tabola (I Gusti Ayu Sayang, 51 tahun) pada Senin, 11 Desember 2017 sebagai berikut: Menurut tiang krama penaub lebih gampang dari pada yang ngayah, yang naub tinggal bayar sekali saja dalam setahun, sedangkan yang ngayah banyak waktu yang dikorbankan. Berdasarkan dari kutipan wawancara diatas, terlihat bahwa krama penaub lebih diuntungkan dari pada krama yang ngayah karena mereka hanya perlu membayar 1x dalam setahun. Tidak sebanding dengan pengorbanan waktu dan tenaga oleh krama yang ngayah. Krama yang ngayah mengorbankan waktunya seharian untuk mempersiapkan segala keperluan upacara baik itu berupa banten maupun mepersiapkan tempat dan perlengkapan upacara lainnya. Namun, tidak sedikit masyarakat yang masih mau untuk ngayah. Mereka yang masih tinggal di wilayah desa pakraman dengan tulus ikhlas bersedia untuk mengorbankan waktu dan tenaganya untuk ngayah di pura ataupun di lingkungan desa pakraman. Hal ini terlihat dari pernyataan yang disampaikan oleh salah satu krama Desa Pakraman Tabola (I Gusti Ayu Sayang, 51 tahun) pada Senin, 11 Desember 2017 berikut ini:

5 Kalau ngayah dapat bertemu dengan krama yang lain, bisa sambil belajar mengenai banten, selain itu ngayah kan sebagai wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa jadi ada rasa puas saat ikut ngayah. Hal ini juga yang disampaikan oleh salah satu Krama Desa Pakraman Tabola, (I Made Surata, 43 tahun) pada Senin, 25 Desember 2017 sebagai berikut: Ya kalau ngayah nike tiang anggap sebagai yadnya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, selain nike juga dapat bersosial dengan sesama krama. Berdasarkan dari kutipan wawancara diatas terlihat bahwa terdapat beberapa alasan krama mau untuk ikut ngayah diantaranya yaitu dapat bertemu dengan krama yang lainnya dan juga dapat belajar membuat banten. Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah masyarakat akan selalu membutuhkan manusia lainnya. Aristoteles ( SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dengan masyarakat. Karena sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan dengan mudah tanpa bantuan orang lain. Selain itu dengan ngayah, krama dapat belajar membuat banten dan perlengkapan upacara yang lainnya. Ngayah tidak hanya diartikan sebagai saling membantu dengan sesama krama di desa pakraman, tetapi juga dikatakan sebagi wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Desa Pakraman Tabola memiliki beberapa kriteria yang menjadi syarat jika krama memilih naub. Oleh karena itu tidak sembarangan krama dapat menjadi krama penaub. Ngayah tidak hanya diartikan sebagai saling membantu dengan sesama krama di desa pakraman, tetapi juga dikatakan sebagi wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Upacara yang dilaksanakan di pura di lingkungan Desa Pakraman Tabola bersifat sangat sakral, hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi sangat dijunjung tinggi di desa ini. Oleh karena itu, krama yang ngayah akan mendapat kepuasan bathin saat ngayah. Ngayah merupakan salah satu bentuk yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu. Proses Penentuan Besaran Dana Naub dan Akuntabilitas Pengelolaannya Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan Keliang Desa Pakraman Tabola penentuan besaran dana naub dan pengelolaannya diatur di banjar masing-masing. Hal ini mengacu pada Robbins dan Timothy, (2011) yang menyatakan bahwa manajer (Keliang Desa Pakraman) menyelesaikan tugas melalui individu lain, mereka membuat keputusan, mengalokasikan sumber daya, dan mengatur aktivitas anak buahnya untuk mencapai tujuan. Di Desa Pakraman Tabola terdapat 11 banjar adat dengan 1 banjar yang dikhususkan. Dari semua banjar yang terdapat di lingkungan Desa Pakraman Tabola, maka seluruhnya terdapat krama pengarep. Krama yang menjadi krama penaub sebanyak 381 krama. Rata-rata besaran penaub yang harus dibayarkan yaitu berkisar antara Rp Rp Proses penentuan dana naub di seluruh banjar yang ada di Desa Pakraman Tabola menggunakan teknik yang sama, yaitu mengikuti hasil dari musyawarah dengan krama banjar pada saat pesangkepan di banjar masing-masing. Dalam hal ini pihak pengurus banjar/keliang banjar bersikap demokratis dalam pengambilan keputusan. Dengan musyawarah seluruh krama banjar dapat menyalurkan aspirasi dan pendapatnya terkait dengan penentuan dana naub. Oleh karena itu keputusan yang diambil dapat diterima dengan akal sehat, karena sudah dipertimbangkan baik dan buruknya terlebih dahulu sehingga tidak ada krama yang

6 merasa keberatan. Herimanto dan Winarno (2010) menyatakan bahwa dalam berbagai kelompok sosial, manusia membutuhkan norma-norma sebagai pengaturannya. Terdapat norma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku bagi manusia dan kelompoknya. Salah satunya yaitu Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antara sesama. Banjar merupakan salah satu kelompok sosial yang ada di wilayah desa pakraman. setiap anggota/krama banjar harus mematuhi adat istiadat yang berlaku di lingkungannya. Setelah ditentukan berapa dana yang harus dibayarkan oleh krama penaub, maka krama penaub membayar dana tersebut setiap tahun. Pembayaran dilakukan sebelum diadakannya Upacara Ngaro (Piodalan di banjar). Dana tersebut dikelola di masing-masing banjar. Pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana tersebut yaitu Keliang Banjar, Penyarikan (sekretaris) dan Juru Raksa (bendahara). Desa pakraman di Bali memang tidak mengenal adanya sistem gaji dalam melaksanakan organisasinya, begitu pula dengan Keliang Banjar Desa Pakraman Tabola dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak mendapatkan hak istimewa yang sesuai dengan tugas dan kewajibannya yang biasanya berupa gaji atau tanggungan lainnya. Pihak prajuru desa dan juga keliang banjar hanya mendapat yang disebut dengan pesolasan. Pesolasan ini artinya dana dari pendapatan desa yang diambil 11%, kemudian akan dibagikan lagi ke seluruh prajuru desa dan juga keliang banjar. Namun sebagian besar mengembalikan dana tersebut kepada pihak desa, yang akan ditabung untuk mempersiapkan segala keperluan upacara di pura-pura ataupun kegiatan lainnya. Banjar adat merupakan organisasi sektor publik yang memiliki ruang lingkup paling sempit. Walaupun demikian, banjar juga memiliki kewajiban yang sama dengan organisasi publik lainnya yaitu mengelola asset yang dimiliki, dimana pengelolaannya harus dapat dipertanggungjawabkan kepada krama banjar. Pengelolaan keuangan yang baik juga diperlukan oleh suatu organisasi termasuk organisasi keagamaan dengan ruang lingkup yang sempit yaitu banjar. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari anggapan dari krama banjar bahwa pengurus melakukan tindakan-tindakan kecurangan yang dapat merugikan banyak pihak. Seperti yang dinyatakan oleh Musmini dan Sirajudin (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Makna Akuntansi Sosial dan Sustainabilitas Sekaa Suka Duka menyatakan bahwa makna akuntansi sosial dan sustainabilitas sekaa dari sudut pandang para anggota. Mereka memaknai akuntansi pertanggungjawaban sosial sebagai tanggung jawab moral. Tanggung jawab moral didasari oleh adanya kesadaran untuk saling membantu. Akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan di organisasi sektor publik penting untuk dilakukan. Menurut Atmadja, dkk.(2013:13) Akuntabilitas publik berarti pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and balances system) antara pemerintah dengan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat terlihat pada kepercayaan dari krama banjar kepada keliang banjar untuk mengelola dana naub dan dana yang lainnya dalam organisasi banjar tersebut. Apabila dikaitkan dengan teori keagenan maka Krama banjar sesungguhnya merupakan principal sedangkan pihak pengurus banjar berkedudukan sebagai agen. Sutaryo dan Jakawinarna (2013) menyebutkan bahwa berdasarkan teori agensi, karakteristik utama hubungan keagenan terletak pada kontrak pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari principal kepada agen. Hal ini sama halnya dengan yang terjadi di setiap banjar di Desa Pakraman Tabola, dimana pihak pengurus banjar sebagai agent yang diberikan wewenang serta tanggung jawab untuk mengelola dana naub yang ada di banjar oleh krama banjar selaku pihak principal. Proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pihak pengurus banjar

7 dilakukan dengan secara rutin mengadakan sangkep atau paruman di setiap banjar. Hal ini diungkapkan langsung oleh Keliang Banjar Tengah Desa Pakraman Tabola (I Gusti Ngurah Putra, 50 tahun) pada Senin, 20 November 2017 dalam kutipan wawancara sebagai berikut: Setiap bulan nike ada 3 kali sangkep, hari soma wage sangkep di desa pakraman yang hadir hanya keliang banjar dan prajuru desa, hari anggarkasih sangkep di banjar yang hadir keliang banjar dan keliang tempekan, dan hari budamanis sangkep di banjar yang dihadiri oleh semua krama banjar. Berdasarkan kutipan wawancara tersebut dijelaskan bahwa pesangkepan rutin dilaksanakan. Seluruh banjar yang ada di lingkungan Desa Pakraman Tabola melaksanakan pesangkepan pada hari Buda Umanis di banjar masing-masing. Pesangkepan ini dihadiri oleh pengurus banjar dan seluruh krama banjar. Pesangkepan biasanya membahas hal-hal yang menjadi permasalahan yang terjadi di lingkungan banjar termasuk proses pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh pihak pengurus banjar dan juga hasil pesangkepan yang dilaksanakan sebelumnya di desa pakraman yang dilaksanakan pada hari Soma Wage. Pelaksanaan pesangkepan yang rutin dilaksanakan ini menggambarkan profesionalitas dan rasa bertanggung jawab oleh pengurus banjar dalam pengelolaan yang dilakukan. Dalam proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pihak pengurus banjar, juru raksa atau bendahara akan menyiapkan laporan keuangan banjar yang didalamnya termasuk dana penaub pada setiap bulannya. Mengenai apa saja pemasukan dan pengeluaran di setiap bulannya. Tidak semua krama banjar mengerti mengenai laporan keuangan yang bersifat modern, yang artinya sesuai dengan standar akuntansi yang dibuat dengan sistem yang terkomputerisasi. Biasanya pihak pengurus banjar akan menyampaikan secara lisan laporan pertanggungjawabannya secara sederhana agar mudah dimengerti oleh seluruh krama banjar. Hal ini sejalan dengan salah satu karakteristik kualitatif suatu informasi, informasi akan bermanfaat jika informasi tersebut mudah dipahami dan digunakan oleh pemakai. Pengguna informasi harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil operasional perusahaan lewat pelaporan keuangan. Informasi akan berguna jika informasi tersebut mudah dipahami oleh pemakai atau para pengambil keputusan (Herawati, 2011). Akuntabilitas publik merupakan perwujudan dari terciptanya Good Governance. Bastian (2014) menyatakan bahwa governance berarti proses pengambilan keputusan di dalam ruang pimpinan lembaga. Proses pengambilan keputusan pemerintah merupakan proses utama dalam komunikasi atarpimpinan unit dan organisasi pemerintahan, sehingga analisis tata pemerintahan yang baik berfokus pada komunikasi antarpimpinan formal, pimpinan informal maupun pihak lain yang terlibat dalam pengambilan keputusan publik. Pelaksanaan keputusan yang dibuat merupakan implementasi struktur formal maupun struktur informal dalam pelaksanaan keputusan. Pelaksana keputusan bisa saja menyalahgunakan kekuasaannya dan melakukan hal-hal yang tidak benar. Namun apabila dipatuhi, maka segala sesuatu yang tidak diinginkan akan terhindarkan. Selain itu, kepercayaan dari krama Desa Pakraman Tabola terhadap para pemimpinnya, baik itu keliang banjar dan jajarannya maupun Prajuru Desa Pakraman Tabola merupakan modal sosial yang harus dihormati. Hal ini sejalan dengan ajaran dalam Agama Hindu, yaitu Karma Phala. Karma Phala artinya apapun yang kita lakukan akan mendapatkan hasil yang sesuai. Jika kita berbuat baik akan mendapatkan hasil yang baik pula. Jika kita berbuat buruk maka akan mendapatkan hasil yang buruk juga. Kontribusi Dana Naub Terhadap Biaya Upacara Banten merupakan sarana utama yang digunakan umat Hindu dalam melaksanakan suatu upacara. Bagaimanapun tingkatan upacara yang dilakukan pasti menggunakan banten sebagai sarana upacara. Di bali dikenal

8 adanya tingkatan upacara agama, yaitu nista, madya, dan utama. Dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Biaya upacara baik itu untuk tingkatan nista, madya, ataupun utama tentu saja memerlukan biaya untuk membeli dan mempersiapkan segala perlengkapan upacara. Pada saat menjelang upacara, pihak Desa Pakraman Tabola akan menyerahkan sejumlah dana dari kas desa kepada keliang banjar yang mendapatkan tugas untuk melaksanakan pujawali di Pura Puseh Tabola. Pihak banjar diberikan kepercayaan untuk mengelola dana tersebut. Jika terjadi kekurangan dana, maka pihak banjar dapat meminta dana lagi kepada pihak desa pakraman. Oleh karena itu biaya upacara pada Pura Puseh Desa Pakraman Tabola seluruhnya berasal dari dana pendapatan desa. Dana penaub yang sebelumnya sudah masuk ke kas banjar tidak berkontribusi terhadap besarnya biaya upacara pada Pura Puseh Desa Pakraman Tabola Pelaksanaan piodalan di Pura Melanting di Desa Pakraman Tabola juga dipercayakan kepada banjar yang mendapat giliran untuk melaksanakan pujawali. Termasuk juga segala persiapan dalam pembuatan keperluan upacara. Pihak desa pakraman akan menyerahkan sejumlah dana yang berasal dari kas desa untuk digunakan membiayai kegiatan upacara. Sama halnya dengan di Pura Puseh, pada pelaksanaan upacara di Pura Melanting krama tidak dikenakan urunan. Dana untuk upacara tersebut murni berasal dari pendapatan Desa Pakraman Tabola. Untuk upacara di Pura Dalem Hyang Taluh pihak banjar akan menerapkan sistem urunan (iuran) dikarenakan tidak mendapat tanggungan dana dari pihak desa pakraman. Dana dari urunan tersebut akan digunakan untuk membiayai segala persiapan upacara, seperti membeli bahanbahan untuk banten dan berbagai keperluan upacara yang lainnya. Pada upacara besar seperti Karya Agung yang dilaksanakan pada tahun 2014 yang lalu, dibentuklah panitia pelaksana yang bertugas untuk melaksanakan upacara. Pada saat itu banjar-banjar yang menjadi pengempon Pura Dalem Hyang Taluh diberikan tugas untuk bertanggung jawab dalam bagian dari pelaksanaan upacara Karya Agung tersebut. Termasuk juga persiapan banten dan segala keperluan upacara lainnya. Pihak panitia pelaksana menyerahkan sejumlah dana kepada keliang banjar yang akan digunakan untuk mempersiapkan keperluan upacara. Keliang banjar diberikan kepercayaan untuk mengelola dana tersebut. Pada saat terjadinya kekurangan dana, karena biaya upacara yang besar, maka berdasarkan kesepakatan pihak banjar akan mengambil dana dari kas banjar. Kas banjar ini bersumber dari urunan (iuran), dana dari penaub, pekarya (denda), dan juga sumbangan dari pihak ketiga atau dana punia. Maka secara tidak langsung dana penaub berkontribusi pada besarnya biaya upacara di Pura Dalem Hyang Taluh. Selain upacara-upacara besar yang diadakan di pura-pura di lingkungan Desa Pakraman Tabola, upacara yang lingkupnya lebih kecil dilaksanakan yaitu piodalan di Pura Banjar atau disebut dengan Upacara Ngaro. Upacara ini dilaksanakan rutin setiap tahun di pura banjar masing-masing pada Sasih Karo (bulan kedua dalam perhitungan kalender Bali). Pada kalender Masehi biasanya jatuh di bulan Agustus. Seluruh persiapan upacara ini menggunakan kas banjar untuk membiayainya, termasuk juga dana penaub. Tidak ada dana dari pihak Desa Pakraman Tabola untuk upacara ini. Oleh karena itu dana penaub ini paling berkontribusi pada Upacara Ngaro di banjar. Selain digunakan untuk mendanai upacara dana penaub tersebut juga digunakan untuk pembangunan banjar dan juga Pura Banjar (Patokan). Dana yang digunakan berasal dari kas banjar termasuk dana dari urunan (iuran) krama banjar dan juga dana penaub. Dana naub yang sudah masuk ke kas banjar disimpan di Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Tabola. Pihak pengurus tidak ada yang membawa uang banjar. LPD sebagai suatu lembaga keuangan yang dimiliki oleh desa pakraman yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa pakraman. kegiatan usaha yang dilakukan yaitu menghimpun dana dari krama desa dalam

9 bentuk tabungan ataupun deposito, kemudian menyalurkan pinjaman kepada krama desa. Oleh karena itu, dana penaub yang disimpan di LPD dapat berkontribusi terhadap kemajuan desa pakraman. Dana tersebut akan disalurkan oleh LPD melalui pinjaman yang hanya diberikan kepada krama desa setempat. Sehingga akan terjadi perputaran uang di wilayah desa pakraman dan krama desa akan terhindar dari rentenir. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Latar belakang Krama Desa Pakraman Tabola memilih ngayah dibandingkan dengan naub yaitu dapat berinteraksi dengan krama yang lain untuk meningkatkan rasa solidaritas antar krama. Selain itu dengan ngayah, krama dapat belajar membuat banten dan perlengkapan upacara yang lainnya. Ngayah tidak hanya diartikan sebagai saling membantu dengan sesama krama di desa pakraman, tetapi juga dikatakan sebagi wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Desa Pakraman Tabola memiliki beberapa kriteria yang menjadi syarat jika krama memilih naub Oleh karena itu tidak sembarangan krama dapat menjadi krama penaub. Proses penentuan besaran dana naub di Desa Pakraman Tabola ditentukan di banjar masing-masing. Proses penentuan dana naub di seluruh banjar yang ada di Desa Pakraman Tabola menggunakan teknik yang sama, yaitu mengikuti hasil dari musyawarah dengan krama banjar pada saat pesangkepan di banjar masing-masing. Salah satu banjar juga menentukan besaran dana naub berdasarkan besarnya denda petedunan. Jadi semakin besar denda petedunan di banjar tersebut, maka semakin besar pula dana naub yang harus dibayarkan. Proses pengelolaan dan naub terdiri dari tiga bagian utama yaitu tahap penerimaan kas yang dilaksanakan oleh juru raksa banjar, tahap pengeluaran kas untuk membiayai kegiatan yang ada di banjar, dan tahap pertanggungjawaban yang dilaksanakan oleh juru raksa banjar. Pertanggungjawaban ini rutin dilaksanakan setiap bulan pada saat pesagkepan. Dana naub yang terdapat di masingmasing banjar di Desa Pakraman Tabola akan dipergunakan untuk kepentingan bersama. Pada saat banjar mendapat giliran untuk melaksanakan upacara di pura-pura yang terdapat di lingkungan desa pakraman dana tersebut dapat digunakan. Jika upacara yang dilaksanakan di Pura Puseh Tabola maka pihak desa pakraman akan menyerahkan dana dari pendapatan desa, dan jika kekurangan maka pihak banjar yang mendapat giliran dapat meminta dana lagi. Jadi dana dari banjar termasuk juga dana naub tidak berkontribusi terhadap biaya upacara di Pura Puseh Tabola. Namun jika upacara dilaksanakan di Pura Dalem dan juga Pura Melanting, dana yang digunakan yaitu dana yang berasal dari urunan (iuran) krama banjar. Apabila dana tersebut kurang maka pihak banjar akan mengambil dari kas banjar. Jadi dana naub berkontribusi terhadap biaya upacara di Pura Dalem dan juga Pura Melanting Desa Pakraman Tabola. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan maka saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu diharapkan semua organisasi termasuk banjar yang ruang lingkupnya sempit hendaknya menggunakan sistem akuntansi yang secara konsisten sehingga dapat menciptakan akuntabilitas publik. Selain itu hendaknya pada saat dilakukan pemungutan dana penaub, krama penaub diberikan bukti pembayaran.. Dengan hal tersebut maka kecurigaan yang berkembang di sekitar krama dapat dihindari. Besarnya dana naub juga perlu diperhitungkan dengan benar agar sesuai dengan pengorbanan krama yang ngayah. Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya yaitu: penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sehingga hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasi karena penelitian hanya dilakukan pada satu lokasi penelitian. Keterbatasan waktu penelitian dalam menemui informan. Selain itu masalah komunikasi dengan informan juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yaitu sulitnya penyampaian maksud dan tujuan kepada informan. Serta keterbatasan

10 kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Atmadja, Anantawikrama Tungga dkk Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Singaraja: UNDIKSHA. Ghony, M.Djunaidi dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Halim, Abdul dan Muhamad Syam Kusufi Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Herawati, Nyoman Trisna Akuntansi Pengantar 1 Jurusan Akuntansi. Singaraja: Fakultas Ilmu Sosial. Herimanto dan Winarno Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara Musmini, Lucy Sri dan Sirajudin. Makna Akuntansi Sosial dan Sustainabilitas. Sekaa Suka Duka. Jurnal Akuntansi Multiparadigma Volume 7, Nomor 2 (hlm ). Peraturan Daerah Provinsi Bali Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman. Pitana, I Gede Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Denpasar: BP. Pratiwi, Gusti Ayu Made Firma Eksistensi Pelaporan Keuangan Pada Upacara Ngaben Masal di Banjar Pakraman Banyuning Tengah dan Banyuning Barat, Desa Pakraman Banyuning, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Jurusan Akuntansi Program S1, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge Perilaku Organisasi, Edisi 12, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 I Kadek Surya Mandarin, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam mendorong

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING 1 Ni Luh Yadnya Wati, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL UNTUK USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT MISKIN SERTA PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL DI PROVINSI BALI GUBERNUR

Lebih terperinci

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia AKUNTABILITAS DAN TRANSPARASI PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA DI DESA PAKRAMAN BANGKANG, DESA BAKTISERAGA KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI 1 Putu Dian Handayani, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Bali sebelum adanya LPD telah banyak terbentuk kelompok sekeha-sekeha yang intinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PERPUTARAN KAS, TINGKAT KECUKUPAN MODAL, LOAN TO DEPOSIT RATIO

PENGARUH TINGKAT PERPUTARAN KAS, TINGKAT KECUKUPAN MODAL, LOAN TO DEPOSIT RATIO PENGARUH TINGKAT PERPUTARAN KAS, TINGKAT KECUKUPAN MODAL, LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH NASABAH PADA PROFITABILITAS LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KECAMATAN BULELENG PERIODE 2008-2010

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset. Judul : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Aset LPD di Kabupaten Gianyar Nama : Ni Made Jeny Lestari Dewi NIM : 1315351091 Abstrak Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa memperhatikan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN 1 Ni Putu Ayu Primayanti, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta

¹Ni Made Shanti Widnyani, ¹ Anantawikrama Tungga Atmadja, ²Gede Adi Yuniarta MENGUNGKAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA LEMBAGA LOKAL SUBAK DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI PEDESAAN (Studi Kasus pada Subak Tabola, Desa Pakraman Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten

Lebih terperinci

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli Made Andika Hadiputra Evaganna 1*, Putu Sukardja 2, Ketut Darmana 3 [123] Prodi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO Oleh I Gede Made Gandhi Dwinata I Made Sarjana Ni Putu Purwanti Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia MEMAKNAI KONSEP KESEIMBANGAN ANTAR KOMPONEN TRI HITA KARANA DALAM PENGANGGARAN ORGANISASI SUBAK (STUDI KASUS PADA SUBAK KALICULUK, DESA PAKRAMAN DENCARIK, KECAMATAN BANJAR) 1 Kadek Ari Saputra 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 2017 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ====================================================================== ANGGARAN DASAR U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADDIMAH

Lebih terperinci

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village MENINGKATNYA INTENSITAS KONFLIK DESA PAKRAMAN DI BALI Anak Agung Istri Ngurah Dyah Prami Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1021005005 E-mail: dyahprami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia sebagai mata rantai dalam jajaran industri pariwisata,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2010 Seri: A PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA TRIDATU PASUPATI PADA KAORI GROUP DI KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA TRIDATU PASUPATI PADA KAORI GROUP DI KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENETAPKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA TRIDATU PASUPATI PADA KAORI GROUP DI KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR 1 I Wayan Sukresna, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 16 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai penyangga utama pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN REALISASI DANA PETURUNAN KRAMA DESA DALAM PELAKSANAAN SABHA DI DESA BALI AGA (Studi Kasus Pada Desa Pakraman Pedawa)

PENGELOLAAN DAN REALISASI DANA PETURUNAN KRAMA DESA DALAM PELAKSANAAN SABHA DI DESA BALI AGA (Studi Kasus Pada Desa Pakraman Pedawa) PENGELOLAAN DAN REALISASI DANA PETURUNAN KRAMA DESA DALAM PELAKSANAAN SABHA DI DESA BALI AGA (Studi Kasus Pada Desa Pakraman Pedawa) 1 Putu Edy Suryadi Yasa, 1 Nyoman Trisna Herawati, 2 Anantawikrama Tungga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat

BAB I PENDAHULUAN. Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat memiliki hak ekonomi dan sosial yang merupakan kekuasaan untuk mengatur hubungan

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD Oleh : PUTU AYU NOVIANTARI SUKRANINGSIH NIM : 1206013061 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 8, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI KAIN ENDEK SUTRA WARNA ALAM UNTUK MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK PADA USAHA TENUN IKAT SWASTIKA (TRADITIONAL WEAVERS) 1 Ni Putu Ayu Damayanti 1 I Gusti Ayu Purnamawati,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 34 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA WONOSARI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA MAKARTI MULYA DESA WONOSARI, KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, hak-hak perempuan mulai dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. Kebijakan tentang perempuan sekarang ini sudah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar akan

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X)

MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X) MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X) Oleh : I GUSTI AYU VINGKY SURYA DEWI NIM : 1406013057 Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk optimalisasi sumber pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 67 77 Peraturan

Lebih terperinci

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana EFEKTIFITAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN TABANAN Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt)

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt) AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt) 1 Kadek David Warisando 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, Menimbang Mengingat : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN ANAK AGUNG NGURAH BAGUS CANDRA DINATA NIM. 0916051193 FAKULTAS HUKUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi I. Pendahuluan Visi pembangunan pertanian di Indonesia adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtra khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

I G A AGUNG ASTIA DEWI

I G A AGUNG ASTIA DEWI PENGARUH ALOKASI BELANJA RUTIN DAN BELANJA MODAL PADA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2010-2013) SKRIPSI Oleh: I G A AGUNG ASTIA DEWI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA TESIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN PADA RETURN SAHAM PADA EX-DIVIDEND DAY DI BURSA EFEK INDONESIA NYOMAN SHUADNYANA PUTRA NIM. : 0791662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 15 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN ANGGARAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA DENPASAR BARAT

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA DENPASAR BARAT PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA DENPASAR BARAT Oleh: FRANSISKA FIBRIANI ARRY PURWANTI NIM : 0615351235 PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk PT Astra International Tbk Desember 2015 PEDOMAN DIREKSI 1. Pengantar Sebagai perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, PT Astra International Tbk ( Perseroan atau Astra ) memiliki

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG Salinan PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PERSETUJUAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROOGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Desa merupakan hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR m BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN Abstract Oleh Dewa Made Pancadana A.A. Gede Oka Parwata Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci