3 HANTARAN ELEKTROLITIK.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 HANTARAN ELEKTROLITIK."

Transkripsi

1 3 HANTARAN ELEKTROLITIK. Pusat perhatian: Pengukuran hantaran suatu larutan elektrolit yang mengabaikan pengaruh antar-muka elektrolit-elektroda. Pengaruh konstribusi masing-masing ion dalam larutan terhadap hantaran larutan. Hubungan antar hantaran sebagai suatu sifat transport dengan proses difusi. Mempelajari membran dan liquid junction potential yang muncul akibat perbedaan kecepatan transport ion. 3.1 Hantaran (Conductivity) Pada suatu sistem yang dapat mengalirkan listrik (kawat atau larutan elektrolit) akan memiliki tahanan, (resistance, R) yang mengikuti Hk. Ohm R=. i Pada umumnya tahanan hanya bergantung pada temperatur dan jenis media dan tidak tergantung pada besarnya potensial dan arus yang diberikan, tahanan seperti ini disebut sebagai tahanan yang bersifat ohmic. Beberapa tahanan dalam elektrokimia bersifat non-ohmic, namun untuk kemudahan dalam pendekatan maka tahanan dalam suatu sistem elektrolit dianggap bersifat ohmic. Tahanan adalah suatu besaran yang bersifat ekstensif : karena tahanan merupakan fungsi dari ukuran (dan bentuk). Untuk sistem yang memiliki penampang yang seragam (uniform) dapat berlaku tahanan jenis, (resistivity, ) yang besarnya adalah =R A, dengan A adalah luas area, L adalah panjang, dan R adalah tahanan. L Tahanan jenis adalah suatu besaran yang bersifat intensif. 1 ) yang R merupakan kebalikan dari tahanan, dan juga hantaran jenis, (conductivity, ) yang merupakan kebalikan dari tahanan jenis. Pada sistem elektrolit lebih mudah bila digunakan pengertian hantaran (conductance, S S= Hantaran jenis di rumuskan sebagai 1 L = = RA Satuan yang digunakan: Tahanan : (ohm) Tahanan jenis :. m (3.1)

2 Hantaran : S (siemens) Hantaran jenis : S.m-1 Bagaimana mengukur hantaran atau tahanan pada suatu larutan elektrolit, mengingat saat elektroda dicelupkan dalam larutan akan terdapat tahanan dan kapasitansi yang timbul pada antarmuka elektrodalarutan. Sehingga perlu diingat cara untuk mengukur tahanan suatu larutan tanpa melibatkan tahanan yang timbul akibat adanya tahanan dan kapasitansi dari lapis rangkap listrik. Untuk memudahkan evaluasi maka untuk suatu sel elektrokimia digunakan rangkaian ekivalen sel. (Cell equivalen circuits) Rangkaian ekivalen sel untuk sel elektrokimia. Dalam sistem elektroda vs larutan elektrolit selalu memberikan suatu potensial listrik. Lapisan rangkap listrik dari suatu sistem elektroda vs larutan elektrolit bersifat seperti suatu kapasitor listrik. Pada antar muka elektroda vs larutan elektrolit akan terjadi impendansi faradaic yang timbul akibat proses transpor massa terbatas (finite rate of mass transport) dan transfer elektron pada permukaan elektroda Dalam sistem rangkaian ekivalen sel, dilakukan pendekatan untuk memudahkan analisa. Pendekatan tersebut menyatakan bahwa suatu sistem sel listrik elektrolit dapat di wakilkan (direpresentasikan) dengan serangkaian sirkuit listrik yang merupakan rangkaian sejumlah kapasitor, induktor, resistor dan sumber listrik. Akibat adanya faktor-faktor tersebut diatas, maka sifat listrik dan kapasitif merupakan jumlah dari semua faktor tersebut diatas. Sehingga dapat digambarkan sebagai/seakan akan suatu rangkaian listrik yang dikenal sebagai rangkaian ekivalen sel yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Rangkaian ekivalen sel suatu sistem elektrokimia. 1 dan 2 adalah beda potensial pada kedua sistem elektroda-larutan, E. C1 dan C2 adalah kapasitansi lapisan rangkap listrik pada kedua elektroda. ZF1 dan ZF2 adalah impendansi faradaic R adalah tahanan dari larutan.

3 Tujuan utama adalah bagaimana mengukur R tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya ( 1, 2, C1, C2, ZF1, ZF2). Bila sebuah amperometer di hubungkan pada sel elektrokimia yang memiliki rangkaian ekivalen sel seperti pada Gambar 3.1. maka dari hukum Ohm besarnya tahanan adalah sebesar, R sel= 1 2 i Dari Gambar 3.1, terlihat bahwa besarnya tahanan yang diukur dengan amperometer juga menyertakan besarnya impedansi faradaic, sehingga hasil pengukuran tidak sepenuhnya menggambarkan nilai R yang sesungguhnya. Impendansi faradaic bersifat nonohmic, yaitu besarnya tahanannya tidak tetap, tetapi merupakan fungsi dari potensial. Bila sejumlah arus di ambil dari sel, maka potensial sel tidak memiliki nilai kesetimbangannya, sehingga lebih menyulitkan perhitungan impedansi faradaic. Ini bisa diatasi dengan menggunakan elektroda yang identik dalam larutan yang homogen sehingga 1= 2 sehingga potensial sel keseluruhan adalah nol. Pendekatan lainnya dapat dilakukan dengan memberikan sumber potensial dari luar, tetapi elektrolisis akan merubah komposisi dari larutan sehingga akan dihadapi problem tahanan faradaic. Penyelesaian dilakukan dengan menggunakan arus bolak balik (ac) untuk pengukuran tahanan sel. Saat arus ac dilewatkan pada sistem dan bila pengukuran hanya dilakukan pada komponen ac maka 1 dan 2 dapat diabaikan. Besarnya impedansi dari kapasitor akibat adanya arus ac adalah 1/ C dengan frekuensi sudut dari arus. Untuk suatu kapasitor sebesar 10 F dan frekuensi arus 1000 Hz, akan diperoleh impedansi dari kapasitor adalah sebesar 16, karena tahanan faradaic bergantung pada potensial dc akan lebih besar dari impedansi lapisan rangkap kapasitor. Berdasarkan Gambar 3.1, jalur utama arus ac akan melalui kapasitansi dari lapisan rangkap listrik. Untuk suatu kapasitor berlaku C= C1C2 sehingga rangkaian ekivalen sel dapat di sederhanakan C 1 C 2 menjadi rangkaian pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Rangkaian ekivalen sel untuk elektroda besar dalam arus ac Pengukuran tahanan larutan. Pengukuran tahanan Rx biasanya menggunakan jembatan Wheatstone (Lihat Gambar 3.3).

4 Gambar 3.3. Rangkaian Wheatstone untuk pengukuran arus langsung Besarnya tahanan pada Rangkaian Wheatstone adalah R x =R s R1 R2 Untuk pengukutan tahanan suatu larutan, Rangkaian Wheatstone dimodifikasi menjadi seperti pada Gambar 3.4 Gambar 3.4. Rangkaian Wheatstone untuk pengukuran tahanan dan kapasitansi sel elektrokimia yang menggunakan arus ac. Baterai diganti dengan osilator frekuensi audio yang biasanya beroperasi pada 1000 Hz dan galvanometer diganti oleh detektor a.c (misal osiloskop atau speaker). Jembatan garam dipasang sebuah capasitor Cs yang dapat diatur, sehingga kapasitif dan resistif dari tahanan dapat diselaraskan/balanced. Sangat penting untuk dapat dibuat elektroda yang relatif besar agar lapis ganda kapasitansi, ( doublelayer capasitance) memiliki nilai yang besar juga. Agar proses pada elektroda tidak diganggu dengan pengukuran konduktansi maka digunakan elektroda yang inert misalnya platina. Dengan merujuk pada persamaan 3.1, terlihat bahwa konduktifitas tidak hanya tergantung pada tahanan yang terukur tetapi juga merupakan fungsi jarak antar elektroda juga luas permukaan elektroda. Karena faktor geometri ini sulit untuk ditentukan, lebih umum sel konduktansi di kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan suatu larutan yang diketahui konduktansinya. Dengan cara ini geometri dari

5 elektroda tidak perlu diukur tapi konstanta sel dapat di ketahui, L/A. Hantaran Molar (Molar Conductivity). Teknik pengukuran hantaran dari larutan di kembangkan oleh Erman. Ditemukan bahwa besar arus yang lewat pada suatu jalur dalam sel elektrokimia akan bertambah besar dengan besarnya konsentrasi dari larutan ion tersebut. Gambar 3.5. Dua jenis sel hantaran. (a) Sel dengan elektroda yang dengan jarak yang tertentu (b) Sel yang dapat di celupkan dalam larutan yang disimpan pada suatu gelas kimia. Digunakan hantaran molar untuk mengakomodasi faktor diatas. hantaran molar adalah = /C C adalah konsentrasi dalam mol m-3, sedangkan satuan dari adalah S m2mol-1. Hantaran molar merupakan fungsi dari: konsentrasi, jenis elektrolit. Variasi dari besarnya hantaran sangat terlihat jelas pada konsentrasi yang sangat rendah untuk larutan elektrolit yang berbeda. Gambar 3.6. Hantaran molar berbagai jenis garam pada suhu 298 K vs akar dari konsentrasi. Garis putus putus menggambarkan ektrapolasi ke arah pengenceran tak hingga. (3.2)

6 Kohlrausch memberikan hubungan antara hantaran molar pada pengenceran tak hingga dengan konsentrasi. = 0 s C (3.3) 0 = hantaran molar pada pengenceran tak hingga. Hantaran ion Pada larutan sangat encer, perilaku larutan adalah mendekati ideal. Pada keadaan encer ini hantaran molar adalah jumlah hantaran dari ion-ion yang terdapat pada elektrolit tersebut. Jika 1 mol garam menghasilkan + mol kation dengan besar hantaran molar 0+ dan - mol anion dengan besar hantaran molar 0-, maka berlaku: = (3.4) Karena tidak mungkin dapat dihitung hantaran molar masing-masing ion, hubungan matematika diatas dapat digunakan untuk menghitung selisih hantaran suatu jenis ion dengan mencari selisih hantaran molar dari ion yang kation/anionnya sama. misal: 0 KCl 0 NaCl = Sm2 mol -1 0 K + 0 Na+ = Sm 2 mol -1 Bila dibandingkan antara KI dengan NaI x 10-4 Sm2mol-1. KBrO3 dengan NaBrO3 perbedaanya adalah 23.3 x 10-4 Sm2mol-1. Bilangan transport(transference Number) Saat arus melewati larutan elektrolit, arus tersebut dibawa oleh kation yang bergerak ke katoda dan sebagian lagi oleh anion yang bergerak ke anoda. Bilangan transport adalah fraksi dari total arus yang dibawa oleh ion positif dan negatif. t + = + + / t -= - - / dan karena = maka bilangan transpor haruslah bernilai 1, t + t -=1 Salah satu metoda untuk mencari bilangan transpor adalah dengan menggunakan sel Hittrof. (3.5)

7 Gambar 3.7. Sel Hittorf untuk penentuan bilangan transpor. Cara pengukuran menurut metoda Hittorf. Arus listrik di alirkan pada sel yang di konfigurasi seperti yang terlihat pada Gambar 3.7. Pada kolom paling kiri dan kanan diisikan dengan elektrolit yang ingin di cari bilangan transpornya. Misalnya bila diinginkan mencari bilangan tranport larutan AgNO3 maka sebagai elektroda digunakan adalah logam Ag. Pada katoda ion Ag+ akan mengendap saat arus dialirkan dan saat bersamaan pada anoda ion Ag+ pergi ke larutan. Seandainya digunakan muatan sebesar 1 Faraday dilewatkan pada sistem sel Hittorf, maka banyaknya arus di dalam sistem ruah dari larutan setara akan dibawa oleh ion Ag+ dan NO3- setara dengan fraksi t+ dan t-. Dapat diambil kesimpulan bahwa sebanyak t+ mol Ag+ akan pergi dari kolom anoda menuju ke kolom yang berada di tengah, dan juga jumlah yang sama akan pindah dari kolom tengah menuju kolom katoda. Disisi lainnya, sebanyak t- mol NO3- akan bermigrasi dari kolom menuju ke kolom anoda. Sehingga kolom anoda akan kehilangan t+ mol Ag+ akibat transfer tetapi medapat sejumlah 1 mol Ag+ akibat proses pelarutan dari elektroda anoda yang akan memberikan jumlah total sebesar 1 t - mol. Akan terjadi peningkatan jumlah NO3- sebesar t -=1 t +. Pada kolom katoda akan terjadi pengurangan jumlah Ag+ dan NO3-. Bila setiap larutan dalam setiap kolom dianalisa setelah dilakukan pengaliran arus, maka jumlah mol Ag+ yang bertambah di kolom anoda dan jumlah mol Ag+ yang berkurang di katoda dapat dihitung. Sehingga bilangan transpor dapat dihitung. Mobilitas Ionik (Ionic Mobility) Cara lain untuk menghitung/menentukan keaktifan ion adalah dengan menggunakan mobilitas ion, yang didefinisikan sebagai kecepatan untuk setiap satuan kekuatan medan listrik,

8 u i= v i E (3.6) Diketahui dari Hk. Ohm i=. Jika beda potensial suatu sel yang berjarak L adalah, maka R kekuatan medan adalah, E= L dengan modifikasi persamaan hantaran jenis = R= L akan diperoleh RA L A sehingga i= A E (3.7) Pada sebuah sistem dengan larutan elektrolit sebesar 1 m3 memiliki sebanyak Ci mol ion yang membawa muatan sebesar zif coloumb mol-1 dan bergerak dengan kecepatan vi. Maka sumbangannya tersebut terhadap kerapatan arus adalah, i =C i z i F v i A i (3.8) dengan menggabungkan Persamaan (3.7) dengan persamaan (3.8) akan diperoleh. v i = i E C i zi F atau dengan Persamaan (3.6), u i= i C i z i F Pada akhirnya bila di kombinasikan dengan persamaan (3.2), = u i= i z i F, (hantaran molar) akan diperoleh, C (3.9) Koefisien Friksi Jika ion suatu elektrolit bergerak dalam larutan, ion tersebut akan mengalami gaya tarikan viskositas yang sebanding dengan kecepatan ion, F i= f i v i Dengan fi : koefisien friksi.

9 Dalam suatu keadaan yang setimbang, ion akan bergerak dengan kecepatan yang tetap sedemikian rupa sehingga gaya tarikan viskositas saling menghilangkan terhadap gaya dorong listrik, ziee, sehingga, F i=z i e E f i v i=0 atau u i= v i z i e = E f i (3.10) dengan menggunakan persamaan 3.9 diperoleh, i= z i2 F e fi (3.11) Catatan: Gerak ion dalam larutan akhirnya dapat digambarkan dengan 3 jenis metoda: konduktifitas ion molar, mobilitas ion, dan koefisien friksi. Jari-jari Hukum Stokes. Pendekatan lain untuk menggambarkan laju suatu ion yang bergerak dalam larutan. Cara ini dilakukan dengan menggunakan Hukum Stokes, yaitu membayangkan bahwa suatu ion merupakan sebuah bola pejal yang memiliki jari jari sebesar ri, koefisien friksi menurut Stokes adalah, f i=6 r i (3.12) subtitusi kedalam Persamaan 3.10, dan dengan menggantikan e=f / N A akan didapat. r i= z i F 6 N A u i (3.13) Ion yang bergerak dengan lebih cepat akan memiliki jari-jari Stokes yang kecil, dan yang bergerak lambat akan memiliki jari-jari yang besar. Namun hukum Stokes tidak akurat untuk ion-ion yang kecil, setidaknya Hukum Stokes dapat memberikan gambaran kasar tentang ukuran ion efektif saat bergerrak dalam larutan. Tabel 3.1 Memberikan perbandingan antara jari-jari Stokes yang diperoleh dengan cara perhitungan dengan ukuran dari jari jari ion kristalnya. Pengamatan terhadap ion alkali menunjukkan bahwa jari jari kristal bertambah Li< Na<K, tetapi jarijari stokes bertambah kecil, hal ini hanya dapat terjadi bila litium sangat terpolarisasi sehingga terikat kuat pada molekul pelarutnya, sehingga saat ion tersebut bergerak molekul-molekul pelarut ikut bergerak, yang mengakibarkan ukuran ionnya bertambah besar. Pada deret F-, Cl-, Br- dan I-, ternyata memiliki jari jari stokesnya yang relatif sama, walau ukuran ionnya bertambah besar. Hal ini juga ikut konsisten dengan ukuran ion yang semakin besar dan

10 semakin kurang terpolarisasi akan megnikat lebih sedikit molekul pelarut sehingga lebih sedikit molekul pelarut yang terikat dan bergerak sebagai suatu kesatuan. Ion-ion isoelektronik dari Na+, Mg2+, Al3+ juga memperlihatkan bahwa kation akan lebih tersolvasi yang membuat ukuran jari-jari stokesnya bertambah. Bagaimana dengan Ion OH- vs F-.? Tabel 3.1.`Stokes Law dan Jari-jari Kristal untuk beberapa ion Perlakuan teoritis dari hantaran Kohlrausch menemukan bahwa hantaran adalah berbanding dengan akar dari konsentrasi. Ini menarik perhatian beberapa teoritis seperto Onsager yang menurunkan Huku pembatas hantaran (conductance limiting law). Hasil penyelesaian Onsanger adalah 2 0 z 1 z 2 F z z 2 F q = x A R T N A 1 q 6 N A x A 0 2 (3.14) Dengan xa adalah tebal lapisan atmosfir ion, dan viskositas pelarut, z1 dan z2 adalah muatan ion positif dan ion negatif dan q= z1 z 2 z 1 z 2 z 2 t 1 z 1 t 2 dengan t1 dan t2 adalah bilangan transference. Bila z1 dan z2 (untuk elektrolit 1:1 atau 2:2), q= ½ dan akan tidak tergantung pada bilangan transferencenya. Ungkapan pertama pada hukum pembatas Onsager muncul dari efek relaksasi atmosfir ion. Saat suatu ion tertarik pada medan listrik, ion tersebut juga akan dipengaruhi gaya berlawanan yang muncul akibat ion atmosfirnya yang akan cenderung menghambat gerak ion tersebut dan akan menurunkan daya

11 hantar ion tersebut. Pengaruhnya bertambah besar dengan bertambahnya kerapatan ion dalam atmosfirnya. Ungkapan kedua timbul dari efek elektroforetik. Saat ion bergerak dalam larutan, maka ia akan cenderung 'membawa' atmosfir ion bersamanya yang akan mengakibatkan gaya 'viscous drag' yang berlawanan dengan arah gerak dari ion tersebut. Hukum ini hanya berlaku pada konsentrasi yang sangat rendah dibawah M. 3.2 Aplikasi Hantaran Pengukuran Konstanta Disosiasi Pengukuran hantaran memainkan peranan yang sangat penting dalam penggolongan asam, basa, dan garamnya yaitu sebagai elektrolit kuat dan lemah. Pada elektrolit kuat terdapat hubungan yang linear antara terhadap C, dilain pihak pada konsentrasi yang moderat elektrolit yang lemah memiliki hantaran yang kecil dan meningkat dengan berkurangnya konsentrasi elektrolit tersebut. Menurut Arrhenius, konstanta disosiasi bagi elektrolit lemah adalah rasio hantaran molar vs hantaran molar pada pengenceran tak hingga. = 0 (3.14) Misal untuk: HOAc H 2 O H 3 O+ OA harga konstantanya kesetimbangan diberikan oleh: K a= [ H 3 O + ] [ OAc- ] [ HOAc ] Konsentrasi masing-masing spesi dapat diperoleh dari: [ H 3 O + ]=[ OAc- ]= C [ HOAc ]= 1 C dengan memasukkan dalam konstanta kesetimbangan maka diperoleh; K a= 2 C 1 C dalam mol L-1, dan dengan memasukkan dalam persamaan 3.14 diperoleh

12 / 0 2 C K a= 1 / 0 (3.15) Persamaan diatas dikenal sebagai hukum pengenceran Ostwald dan dapat disusun ulang menjadi, C =K a 0 2 1/ K a 0 Bila dibuat grafik aluran C vs. 1/ akan memberikan garis lurus dengan kemiringan dan intersept memberikan harga hantaran molar pada pengenceran tak hingga dan konstanta kesetimbangan. Penentuan Jenis Muatan Elektrolit Bila suatu senyawa kimia baru yang bersifat elektrolit ditemukan, adalah penting untuk mengetahui besar muatan yang dibawa oleh ion positif dan negatifnya. Hal ini dapat menjadi salah satu metoda karakterisasi untuk senyawa kimia tersebut. Jika konduktifitas molar pada berbagai konsentrasi dapat dicari, maka dapat aluran dari terhadap C dapat dibuat. Dari plot tersebut akan di dapat harga 0, dan harga hantaran untuk berbagai jenis larutan elektrolit akan berada pada rentang daerah tertentu. Titrasi Konduktometri Adalah salah satu teknik elektroanalitik yang umum digunakan. Sebagai contoh pada titrasi HCl dengan NaOH. Pada awal hantaran dari HCl dikarenakan oleh adanya ion H3O+ dan Cl-. Saat titrasi mulai dilakukan peran H3O+ di gantikan oleh Na+, dan karena hantaran molar ion Na+ lebih kecil dari H3O+ maka hantaran larutan berkurang. Gambar 3.8. Titrasi konduktometri HCl oleh NaOH. Setelah melewati titik akhir ekivalen, NaOH berlebih mulai terbentuk dalam larutan, karena hantaran molar ion OH- sangat besar, maka hantaran dari larutan kembali meningkat.

13 3.3 Difusi Hantaran listrik termasuk dalam sifat fisik yang tergolong pada sifat transport. Sifat transport lainnya adalah : hantaran termal, transport panas yang muncul karena perbedaan temperatur. viskositas, transport momentum karena pengaruh perbedaan kecepatan.difusi, transport materi karena adanya perbedaan potensial listrik atau perbedaan konsentrasi. Hukum difusi Fick. Gerak suatu molekul/ion dalam larutan yang tidak mengalami gaya listrik atau gaya gravitasi hanya merupakan gerak acak termal saja. Seandainya pada selang waktu t sebuah partikel berpindah sejauh x dalam arah sumbu x. Penempatan rata-rata, x, adalah sama dengan nol karena molekul mungkin bergerak ke arah x positif maupun negatif, tetapi jika penempatan di kuadratkan dahulu baru dirata-ratakan, x 2, akan tidak bernilai nol. Perhatikan larutan yang memiliki gradien konsentrasi pada arah sumbu x, dan kita memperhatikan daerah yang kecil dengan cross-section yang memiliki luas A dan panjang 2 x. Volume ini dibagi dua, seperti pada Gambar 7. Asumsi bahwa konsentrasi rata-rata volum sebelah kiri adalah N1 dan sebelah kanan adalah N2, maka jumlah partikel di masing-masing bagian adalah N 1 A x dan N 2 x. Gambar 3.9. Model deskripsi dari difusi. Jika pada selang waktu t rata-rata setengah dari partikel bergerak ke kiri, dan setengahnya lagi bergerak ke kanan, maka jumlah partikel yang melintasi bidang pembagi dari kiri ke kanan adalah 1/2 N 1 A x dan yang melintasi dari kanan ke kiri adalah 1/ 2 N 2 A x, maka jumlah total partikel yang melewati bidang pembatas (dari kiri ke kanan) adalah 1/2 N 1 N 2 A x, dan dengan membagi dalam selang waktu memberikan laju perpindahan rata-rata, Laju= N 1 N 2 A x 2 t Berdasarkan asumsi bahwa gradien konsentrasi adalah linear, maka gradien konsentrasi dapat dinyatakan dalam, (3.16)

14 N 1 N 2= N x x Dengan memasukkan dalam persamaan 3.16 diperoleh Laju= A x 2 N 2 t x (3.17) Persamaan 3.17 menggambarkan jumlah partikel yang melewati bidang referens yang memiliki luas A persatuan waktu. Jika dibagi dengan A dan bilangan Avogadro maka akan diperoleh flux J dalam mol persatuan luas cross section per satuan waktu. J = D C x 3.18 dengan D sebagai koefisien difusi yang diberikan oleh, x 2 D= 2 t 3.19 Hukum Empiris Kedua Fick. Pada volum yang sangat kecil dari suatu area dengan ketebalan dx. Flux arus yang masuk volume J dx. Perbedaan antar flux masuk x dan flux keluar adalah jumlah bertambahnya partikel dalam volume tersebut persatuan waktu. Dengan adalah J x, dan flux yang keluar adalah J x dx = J x membagi volum ini dengan dx, akan dapat dihitung waktu perubahan konsentrasi, C J ( x ) J ( x dx ) = dt dx J+ x = c. t Diferensiasi dari Pers akan memberikan 2 J C = D 2 x dx Sehingga, 2 C C = D 2 t dx (3.21) Persamaan 3.21 disebut sebagai Hukum Kedua Fick. Persamaan 3.21 ini merupakan persamaan diferensial orde 2, dan persamaan ini dapat diselesaikan dengan memperhitungkan berbagai faktor batas yang diterapkan. Persamaan dengan memperhatikan faktor konsentrasi sebagai fungsi jarak dan waktu menjadi: C ( x, t ) = D t C ( x,t ) dx 2 2 Dengan menggunakan transformasi Laplace untuk (A.1) C ( x, t ) sebagai fungsi s ( x, s ) maka diperoleh

15 2 c ( x, s ) s ( x, s ) C ( x,0) D = 2 x 1 x C ( x, t ) = C0 1 erf 2 2 Dt (A.2) (A.3) Perhatikan bila suatu larutan di satukan dengan suatu pelarut murni sehingga keadaan awal menjadi C = C * untuk x < 0, dan C = 0 untuk x > 0. Pada keadaan ini maka kondisi untuk batas menjadi C 0 bila x + penyelesaian dibagi pada 2 daerah yaitu C C * bila x dan x< 0 dan < 0 < x < +dengan persayaratan bahwa C ( x, t ) dan J ( x, t ) adalah kontinu pada x = 0, sehingga untuk x > 0 diperoleh 2 c ( x, s ) (A.4) D s c (x, s ) 0 = 2 x Penyelesaian umum untuk persamaan diatas adalah c( x, s ) = A(s )exp ( s / Dx ) B (s )exp ( s+ / Dx Dengan nilai A dan B ditentukan dari kondisi batas. Salah satu kondisi batas yang memerlukan bahwa x ( x, s ) menjadi = 0. Untuk x < 0 persamaan A.2 menjadi 2 x ( x, s ) * D s c '( x, s ) C x = A '(s+ )exp ( s / Dx ) + bila x (A.5) sehingga nilai B (A.6) Penyelesaian umum untuk persamaan ini adalah c '( x, s ) = C * / s ) B '(s )exp ( s / Dx+ ) (A.7) c '( x, s ) C * / s bilai x sehingga A (s)=0. Bila C (0, t ) = C ' (0, t ), maka c (0, s ) = c '(0, s ) (ini merupakan syarat kontinuitas), sehingga Kondisi batas mensyaratkan bahwa diperoleh c(0, s ) = A(s ) c '(0, s ) = C * / s B '(s+ ) Akhirnya A( s ) B '(s ) C * /= s Fluks aliran yang setara terdapat pada c(0, s ) c '(0, s ) = x x x = 0 yang berarti bahwa Dengan diferensiasi persamaan A.7 dan dengan memberi nilai s / D A( s ) Sehingga s / DB= '(s ) x = 0 akan diperoleh +

16 A( s ) = B '(s ) C * / 2= s Maka persamaan A.7 menjadi C* c ( x, s ) = exp 2s C* exp 2s C* c '( x, s ) = s x s x D s x D > 0 x < 0 Dengan melakukan transformasi inversnya maka di dapat C* x C ( x, t ) = 1 erf 2 2 Dt C '( x, t ) = C x 0 C* x 1 erf 2 2 Dt * > x 0 Kedua fungsi terakhir adalah fungsi ganjil dari argumen nya yaitu kedua fungsi tersebut adalah fungsi yang identik yaitu C* x C ( x, t ) = 1 erf 2 2 Dt erf adalah fungsi ketidak telitian yang besarnya adalah erf (ψ ) = 2 π ψ 0 2 e u du < erf ( ψ ) =erf ( ), sehingga ψ

17 Hubungan antara Difusi dan Mobilitas. Proses Difusi dapat dianggap sebagai gerakan partikel dalam larutan yang di akibatkan karena adanya gradient konsentrasi. Kecepatan difusi sebanding dengan potensial gradien, νi= 1 µi fi N A x (3.25) Dengan vi adalah kecepatan partikel i, fi adalah koefisian friksi partikel i NA adalah bilangan Avogadro. Bila partikel adalah berupa ion, maka potensial kimia tidak hanya bergantung pada keaktifan, tetapi juga bergantung pada potensial listriknya sehingga,] µi = 0 i µ RT + ln ai (3.26) + zi F Φ Diferensiasi 3.26 dan kemudian di substitusi ke (3.25) akan memberikan Persamaan Nernst-Planck. d ln ai 1 vi = kt fi dx zi e dφ dx + (3.27) Batasan 1: Keaktifan adalah seragam/uniform, tetapi potensial tidak, sehingga persamaan 3.27 menjadi, ze vi = + i E fi karena E = d / Φ dx, dan dengan membagi persamaan 3.27 dengan E, akan didapat v zi e (3.28) ui = i = E fi Batasan 2: Harga potensial elektrik dianggap tetap sehingga Pers 3.27 hanya mengandung suku pertama saja. Jika konsentrasi dari spesi I adalah Ci dan rata-rata kecepatan adalah vi maka flux dari J i adalah Ci vi atau C kt d ln ai Ji = i fi dx ai = Ci γ i maka, d ln γ i kt d ln Ci J i = Ci Ci +(3.29) fi dx dx Berhubung keaktifan dapat di tulis Bila diasumsikan bahwa koefisien keaktifan tidak tergantung pada x (karena larutan sangat encer/ideal) maka suku kedua dapat dihilangkan dan Pers menjadi, kt dci Ji = fi dx yang merupakan hukum 1 Fick dengan Di = kt fi (3.30)

18 Karena koefisien friksi ada dalam kedua persamaan (3.29) dan (3.30) maka hubungan antara koefisien difusi dengan mobilitas elektrik adalah, Di = kt ui zi e RT =ui zi F (3.31) Persamaan 3.31 sering disebut sebagai Hubungan Einstein. Dengan menggabungkan Pers 3.9 dan 3.31 maka akan didapat hubungan antara koefisien difusi dan hantaran ion, Di = kt zi2e2 i Λ (3.32) Akhirnya terdapat tiga buah alat ukur untuk menentukan properti dari transport ion dalam suatu larutan, yaitu hantaran molar Λ, mobilitas ion u dan koefisien difusi D. Ion Konduktifitas Mobilitas Koef Difusi Na+ 50 x x x Mg x x x Al x x x Data pada tabel menunjukkan: Konduktifitas meningkat seiring dengan bertambahnya muatan. Difusi berkurang seiring dengan bertambahnya muatan, Mobilitas tidak tergantung pada muatan. Hal ini menunjukkan bahwa bila muatan bertambah maka besarnya lapisan solvasi ikut bertambah. Koefisien Difusi tidak bergantung pada muatan karena pengaruh solvasi di imbangi dengan pengaruh muatan dari ionnya. Konduktifitas adakah ukuran untuk kecepatan ion dalam medan listrik dan juga bergantung pada muatan yang dibawanya. >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

19 3.4 Fenomena Elektrokinetik dan sistem koloid Sistem koloid dibentuk dari suspensi fasa terdispersi dalam suatu sistem pendispersi, dalam sistem ini kedua fasa tidak terpisah. Koloid yang umum adalah suatu padatan yang tersuspensi dalam suatu cairan, dan ukuran partikel padatan memiliki diameter antar cm. Partikel padat tersuspensi ini bermuatan yang akan menimbulkan tolakkan antara partikel tersuspensi sehingga membuat koloid menjadi lebih stabil. Karena partikel bermuatan, maka akan terbentuk daerah antarmuka listrik yang memiliki karakteristik seperti suatu elektroda logam. Hal ini akan memberikan kestabilan terhadap sistem koloid. Keadaan ini memungkinkan dibuatnya partikel koloid padat dalam cair sebagai suatu elektroda untuk proses elektrolisis. Kelebihan sistem ini adalah luas permukaan elektroda yang sangat besar, dan setiap partikel dapat bertindak sebagai anoda maupun katoda pada saat yang bersamaan. Karena partikel dalam koloid bermuatan, maka akan terbentuk suatu lapisan antarmuka. Banyak sifat pada lapisan antarmuka partikel koloid ini yang sama dengan lapisan antarmuka elektroda padat. Karenanya studi perihal koloid dapat memberikan informasi yang lebih baik perihal sifat lapisan rangkap listrik pada daerah antar muka. Fenomena yang berguna untuk mempelajari partikel koloid adalah fenomena elektrokinetik. Fenomena ini adalah studi tentang pergerakkan fasa padat yang memiliki beda muatan pada permukaan relatif terhadap fasa larutan yang elektrolit. Bila di berikan beda potensial untuk sistem ini akan mengakibatkan gerak, dan bila partikel digerakkan maka akan timbul beda potensial. Penelitian pada fenomena partikel koloid adalah fenomena elektrokinetik yang muncul akibat bergeraknya partikel padat yang memiliki suatu muatan dalam suatu larutan. Secara garis besar Fenomena ini dapat di bagi menjadi 2 kelompok utama yaitu: Partikel padat bermuatan yang bergerak melalui suatu larutan dan dipengaruhi oleh suatu medan listrik (elektrophoresis) atau dipengaruhi oleh gaya gravitasi (seimentation). Cairan yang bergerak pada suatu permukaan padat yang bermuatan dan dipengaruhi oleh medan listrik atau suatu tekanan. Tabel berikut memperlihatkan fenomena-fenomena tersebut

20 Dikenal ada 4 efek yang diakibatkan oleh gerakan larutan elektrolit yang melalui permukaan bermuatan. Efek ini dikenal sebagai Fenomena Elektrokinetik, yang terdiri atas: Streaming current Streaming potential Electroosmosis Electroosmotik pressure. Gambar (a) Perangkat yang digunakan untuk mengukur dan mengamati fenomena Streaming Current atau Streaming Potensial. (b) Ion yang bergerak dalam kapiler, dengan anion yang terabsorpsi pada pemukaan, muatan positif bergerak sepanjang pipa terbawa arus elektrolit. Bila larutan elektrolit bergerak dalam pipa kapiler seperti yang terlihat pada Gambar 3.10 maka pada

21 dinding dalam kapiler akan terabsorpsi ion. Akibat adanya ion yang terabsorpi pada permukaan maka akan ada muatan yang timbul pada permukaan pipa kapiler (surface charge). Akibat adanya surface charge ini kemudian akan terbentuk lapisan muatan pada larutan yang kabur (diffuse space charge) pada area yang berbatasan dengan area surface charge ini. Saat larutan bergerak lapisan surface charge ini akan terbawa mengalir ke ujung pipa kapiler. Bila pada kedua ujung dari kapiler di pasang elektroda, maka akan terdeteksi adanya arus terdapat diantara kedua elektroda ini. Arus yang timbul ini yang dikenal sebagai streaming current. Jika ammeter diganti dengan voltmeter, pada dasarnya tidak ada tidak ada arus yang mengalir antara kedua elektroda tersebut dan ion akan bergerak sepanjang kapiler yang kemudian akan terakumulasi pada salah satu elektroda. Akibat proses ini, akan timbul perbedaan potensial yang signifikan antara kedua ujung kapiler. Perbedaan potensial ini yang dikenal sebagai streaming potensial. Bila percobaan dilakukan dengan larutan elektrolit yang homogen, streaming potensial akan semakin besar dengan jalannya percobaan dan akan terus bertambah sampai perbedaan potensial cukup besar untuk melakukan migrasi ion melawan arus yang akan menghapuskan aliran ion yang bergerak searah aliran elektrolit. Kemudian proses ini berlangsung kembali. Kedua efek streaming current dan streaming potensial dapat digabungkan dalam satu persamaan fenomena. i= 1 P 2 (3.20) Dengan demikian, bila arus i dibiarkan untuk mengalir tanpa hambatan pada sirkuit luar, =0, dan arus akan sebanding dengan perbedaan tekanan P yang menimbulkan aliran elektrolit. Namun bila arusnya bernilai nol (misal karena hambatan eksternal yang tinggi atau proses kinetik elektrodanya berlangsung lambat, maka perbedaan potensial akan teramati, dan besarnya adalah sebanding dengan besarnya tekanan yang diberikan namun memiliki arah gerak yang berlawanan dengan arah gerak dari arus elektrolit. Efek yang berhubungan dengan sifat ini akan terjadi. Bila seandainya bukan tekanan yang diberikan pada sistem yang menjadi pengamatan, tetapi pada kedua ujung elektroda diberikan perbedaan potensial, akibatnya pada larutan di fasa ruah ion positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan ion negatif akan bergerak menuju elektroda positif. Akan terjadi tarikan yang kecil pada fasa ruah (karena muatannya adalah nol), sedang pada permukaan space charge yang dipengaruhi oleh medan listrik, akan menahan laju aliran elektrolit. Bila lapisan kulit silinder pada permukaan kapiler bergerak maka tahanan aliran akan ikut menahan laju aliran yang ada pada tengah tengah kaliper. Efek aliran yang berada dalam pengaruh potensial listrik ini yang di sebut sebagai electroosmosis. Bila percobaan electroosmosis dilakukan dan arus dibiarkan sedemikian rupa sehingga perbedaan tekanan mulai terbentuk, aliran elektrolit ini lama kelamaan akan makin lambat dan akhirnya akan berhenti saat tekanan melawan dan akhirnya akan menghilangkan pengaruh medan tersebut. Gejala ini dikenal sebagai elecroosmotic pressure. Kedua gejala ini dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan j= 3 P 4 (3.21)

22 dengan j sebagai flux dari larutan saat melalui kapiler. Dengan demikian bila tidak ada perbedaan tekanan, besarnya flux adalah sebanding dengan potensial listrik,, Bila flux benilai nol, perbedaan tekanan adalah sebanding dengan perbedaan listrik dengan arah yang berlawanan. Potensial Zeta Efek elektrokinetik muncul karena terjadi gerakkan dari lapisan ion yang terdapat pada lapisan baur diffusse layer relatif terhadap permukaan padat. Dapat dimodelkan bahwa lapisan Helmholtz adalah lapisan yang diam dan lapisan Gouy adalah lapisan yang bergerak. Model ini menggambarkan bahwa terdapat suatu lapisan permukaan yang bergerak slipping surface yang terdapat pada lapisan baur. Potensial yang terdapat pada permukaan yang bergeser ini adalah dikenal sebagai potensial elektrokinetik (electrokinetic potential) atau dikenal juga dengan potensial zeta,. Untuk penyelesaian secara analitik, maka operator r = e [ rx a /xpa] yang dipakai pada persamaan Poisson harus menyesuaikan dengan bentuk geometri dari model yang digunakan. Sehingga untuk model yang memiliki simetri tabung, maka koordinat silinder yang digunakan (r, a/x A, dan z). Dengan asumsi bahwa 2 hanya merupakan fungsi dari jarak terhadap dinding kapiler, maka persamaan Poisson dapat mengabaikan d / d dan r sehingga dapat di susun ulang menjadi; r = 0 d r dr r d dr (3.22) Bila diasumsikan bahwa a, yang merupakan jari-jari dari kapiler, dan besarnya jari-jari ini jauh lebih besar dibandingkan tebal lapisan baur xa, maka persamaan untuk potensial dari poisson dapat menggunakan untuk penyelesaian untuk bidang planar r = exp [ r a / x A ] (3.23) dengan koordinat r merupakan jarak terhadap pusat dari kapiler. Harus diambil pendekatan bahwa nilai a / x A cukup besar sehingga potensial pada pusat kapiler bernilai nol. Perhitungan koefisien Koefisien pada persamaan 3.20 dan 3.21 dapat di selesaikan dengan menggunakan model GouyChapman. Koefisien 1 adalah arus per perbedaan tekanan pada potensial nol. Karena arus yang timbul dari muatan yang bergeser dari kerapatan muatan r yang bergerak dengan kecepatan v r, maka arus dalam bentuk integral adalah i= 0 v r r 2 r dr (3.24) Dengan memasukkan r dari persamaan 3.23 kedalam persamaan 3.22 dan dilakukan diferensiasi maka akan diperoleh kerapatan muatan (charge density).

23 r = 0 r 1 r xa xa exp r xa (3.25) Bila larutan yang memiliki kekentalan mengalir melewati tabung silinder dengan jari-jari a, kecepatan diberikan sebagai fungsi r oleh Persamaan Poiseuille; a 2 r 2 4 L v r = P (3.26) Dengan P merupakan perbedaan tekanan antara jarak L antar tabung. Dengan mensubsitusi persamaan 3.25 dan persamaan 3.26 ke dalam persamaan 3.24 dan dilakukan integral maka akan diperoleh. i= [ ] 0 P a a 2 a 2 4 x 2A 1 a 2 4 x 2A exp 2 L xa xa (3.27) karena a x A, dua suku terakhir dapat diabaikan sehingga. 1= a 2 0 i = P L (3.28) Koefisien 2 merupakan arus per unit potensial bila ada tidak ada perbedaan tekanan antara kedua ujung kapiler. Pada keadaan kondisi seperti ini perbedaaan arus dengan potensial berhubungan dengan hukum Ohm. i=. Besarnya tahanan R untuk suatu silinder dengan jari-jari a, panjang, L, dan R resistivity adalah R= i= L, sehingga besarnya arus adalah; a2 a2 L (3.29) Dengan koefisiennya adalah 2= i a2 = L (3.30) Dengan menggunakan penurunan yang mirip akan diperoleh: 3= a4 8 L (3.31) dan 4 = 1 (3.32) Dengan melihat hubungan awal yaitu : i= 1 P 2 (3.33) j= 3 P 4 (3.34)

24 akhirnya diperoleh: Streaming potensial adalah perbedaan potensial yang timbul per satuan tekanan pada arus nol, dan secara kuantitatif diungkapkan Streaming Potential = i=0= 1 0 = 2 (3.35) dengan adalah potensial zeta, sebagai resistivity, dan merupakan viskositas dari larutan. Streaming current adalah arus listrik per flux pada beda potensial nol. Streaming current = i j = i= = 3 a2 (3.36) Electroosmotic pressure adalah perbedaan tekanan per satu satuan potensial listrik pada flux nol. Eletroosmotic pressure = P = j= = 2 3 a (3.37) Electroosmotic flow adalah flux listrik per satuan listrik pada perbedaan tekanan nol. Electroosmotic = j i = P =0 4 = 0 2 (3.38) Electrophoresis Dalam elektroforesis, padatan bergerak dalam fasa cair karena terdapat medan listrik yang diterapkan pada sistem tersebut. Akibat medan listrik ini maka partikel akan bergerak dan kecepatan geraknya mencapai maksimum saat gaya listrik sebanding dengan gaya friksinya. Fenomena elektroforesis dikarakterisasi dari electrophoretic mobility, u, yaitu kecepatan persatuan kekuatan medan listrik: u= v E (3.39) dengan v dalam (m s-1) dan E dalam (V m-1) Bila suatu partikel berbentuk bola yang memiliki radius a yang melalui suatu medium pendispersi yang memiliki viskositas, maka akan berlaku Hukum Stokes dengan gaya tahanan viskositas adalah sebesar: F visc= 6 a v (3.40) Gaya ini merupakan gaya yang akan melawan gaya tarik listrik yang besarnya adalah F elec =Q E (3.41) dengan Q merupakan muatan dari partikel tsb dan E adalah kekuatan medan listrik. Bila kerapatan muatan listrik bernilai makan muatan total dari partikel tersebut adalah Q=4 a2. Dan untuk suatu partikel yang bergerak dalam larutan, kerapatan muatan efektif adalah berkaitan dengan besarnya

25 potensial ZETA,. = 0 a 1 a xa Dengan menggabungkan persamaan-persamaan diatas maka akan dapat dicari gaya listrik pada partikel yaitu : F elec =4 a 0 E 1 a xa saat partikel mencapai kecepatan maksimum, percepatan dari partikel tersebut adalah nol. Dan menurut hukum Newton resultante dari gaya-gaya yang bekerja haruslah bernilai nol juga. Sehingga diperoleh 4 a 0 E 1 a 6 a v=0 xa (3.42) dengan demikian kecepatan elektroforesis (elekctrophoretic mobility) adalah u= v 2 0 = E 3 (3.43) Persamaan 3.43 diturunkan dengan mengambil pengandaian bahwa a x A. Bila ukuran partikel sangat besar dibandingkan dengan ukuran dari atmosfir ion, maka permukaan dianggap planar dan gerakkan adalah relatif terhadap suatu permukaan. Perhitungan akan menjadi mirip dengan perhitungan untuk mencari koefisien elektrikinetik 4. Yang akan memberikan u= 0 (3.44) Untuk suatu partikel yang berukuran sedang, pendekatan yang rumit harus dilakukan dan ini merupakan fungsi dari ukuran, bentuk, orientasi dari partikel. Tetapi secara umum ditemukan bahwa proporsional dengan konstanta dielektrik dan potensial zeta dan berbanding terbalik dengan viskositasnya. Untuk kasus ini sering kali kecepatan elektroforesis dinyatakan sebagai u= f 0 (3.45) Sedimentation Potential Partikel koloid dipengaruhi oleh gaya grafitasi, baik secara alami maupun setrifuga. Sedimentasi suatu partikel seringkali akan menaikkan medan listrik. Hal ini terjadi karena saat partikel bergerak, sebagian awan ioniknya akan tertinggal. Adalah sangat sulit untuk mengukur besar potensial ini. Potensial ini juga merupakan efek yang tidak diinginkan saat proses centrifuga dilakukan. Salah satu cara untuk mengurangi efek ini adalah dengan menambahkan elektrolit inert dengan konsentrasi yang tinggi.

Hal ini akan memberikan kestabilan terhadap sistem koloid.

Hal ini akan memberikan kestabilan terhadap sistem koloid. 1.1 Fenomena Elektrokinetik dan sistem koloid Sistem koloid dibentuk dari suspensi fasa terdispersi dalam suatu sistem pendispersi, dalam sistem ini kedua fasa tidak terpisah. Koloid yang umum adalah suatu

Lebih terperinci

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A 2011 11030234016 Pengertia n Konduktometri Metode analisis yang memanfaatkan pengukuran daya hantar listrik, yang dihasilkan dari sepasang elektroda

Lebih terperinci

FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN. 1. Lapis rangkap listrik 2. Potensial Zeta 3. Jenis potensial

FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN. 1. Lapis rangkap listrik 2. Potensial Zeta 3. Jenis potensial FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN 1. Lapis rangkap listrik. Potensial Zeta 3. Jenis potensial LAPIS RANGKAP LISTRIK Suatu permukaan dengan kerapatan muatan homogen (mis. bermuatan positif) kontak dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Perlakuan Pasif untuk Tegangan Membran 1.1 Tinjauan Perlakuan Variasi Konsentrasi Gambar 11 memperlihatkan grafik tegangan membran telur terhadap variasi konsentrasi larutan

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

BAB VI. ELEKTROFORESIS

BAB VI. ELEKTROFORESIS BAB VI. ELEKTROFORESIS A. PENDAHULUAN Elektroforesis adalah teknik pemisahan yang didasarkan pada kemampuan analit bergerak melalui media konduktif sebagai akibat diaplikasikannya arus listrik. Media yang

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL)

Lebih terperinci

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan

C w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat

1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat 1. Jenis kristal ion 2. Elektrolit zat padat 3. Pengukuran konduktifitas 4. Aplikasi elektrolit zat padat Alkali halida Dalam alkali halida (mis. NaCl), kation lebih mobil drpd anion. Ion Na + dapat berpindah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Elektrolisis Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik, agar reaksi kimia yang tidak berlansung secara remodinamika, dapat dibuat berlangsung. Sedangkan sel

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

1. Bilangan Oksidasi (b.o) Reaksi Redoks dan Elektrokimia 1. Bilangan Oksidasi (b.o) 1.1 Pengertian Secara sederhana, bilangan oksidasi sering disebut sebagai tingkat muatan suatu atom dalam molekul atau ion. Bilangan oksidasi bukanlah

Lebih terperinci

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri Konduktimeter dan Analisis Konduktometri Pemicu : 1. Jelaskan bagian bagian yang dibutuhkan dari alat konduktometri secara umum! 2. Jelaskan pengertian dari analisis konduktometri, konduktivitas, konduktansi,

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 MODUL PEMBIMBING : Titrasi Konduktometri : Riniati S.Pd., M.Si. Tanggal Praktikum : 25 April 2013 Tanggal Penyerahan : 2 Mei Oleh :

Lebih terperinci

C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara konduktometri D. Kajian Pustaka 1. Konduktometri

C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara konduktometri D. Kajian Pustaka 1. Konduktometri A. Judul Percobaan : Titrasi Konduktometri B. Waktu Percobaan Sebelum : 10 April 2014, pkl 07.00 wib Sesudah : 10 April 2014, pkl 10.00 wib C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro PETUNJUK UMUM 1. Tuliskan NAMA dan ID peserta di setiap lembar jawaban dan lembar kerja. 2. Tuliskan jawaban akhir di kotak yang disediakan untuk di lembar Jawaban. Lembar kerja dapat digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Dr. Ivandini Tribidasari A.

ELEKTROKIMIA Dr. Ivandini Tribidasari A. kimiapararel2009@gmail.com ELEKTROKIMIA Dr. Ivandini Tribidasari A. Bab Minggu ke- Judul 1 1 Pendahuluan dan Overview of Electrode Process 2 2 Potential dan Termodinamika Sel 3 3 Kinetika Reaksi Elektroda

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 15-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 15 Difusi Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 ELEKTROKIMIA

BAB II DASAR TEORI 2.1 ELEKTROKIMIA BAB II DASAR TEORI 2.1 ELEKTROKIMIA Barang-barang logam yang dibuat, dibentuk, dicetak hingga menjadi wujud yang dikehendaki membutuhkan tahap penyelesaian atau finishing. Pada tahap ini terdapat bermacam-macam

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

ELEKTROKIMIA. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS ELEKTROKIMIA Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN Hukum Newton - Viskositas RYN 1 ALIRAN BAHAN Fluid Model Moveable Plate A=Area cm 2 F = Force V=Velocity A=Area cm 2 Y = Distance Stationary

Lebih terperinci

g ) 102.( 6 10 ) 2 10

g ) 102.( 6 10 ) 2 10 6. Sebuah bola ditembakkan dari tanah ke udara. Pada ketinggian 9, m komponen kecepatan bola dalam arah x adalah 7,6 m/s dan dalam arah y adalah 6, m/s. Jika percepatan gravitasi g = 9,8 m/s, maka ketinggian

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pemilihan Elektrolit Pada penelitian ini digunakan empat jenis elektrolit yang berbeda, yaitu KCl, KNO 3, NaCl dan KF. Pemilihan keempat elektrolit tersebut ini didasarkan

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

ELEKTROFORESIS. Muawanah. Sabaniah Indjar Gama

ELEKTROFORESIS. Muawanah. Sabaniah Indjar Gama ELEKTROFORESIS Muawanah Sabaniah Indjar Gama Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik Atau pergerakan partikel

Lebih terperinci

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini. Dari gambar dapat disimpulkan bahwa tebal keping adalah... A. 4,30 mm B. 4,50 mm C. 4,70

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si Isana_supiah@uny.ac.id LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2002 TERMODINAMIKA

Lebih terperinci

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK Arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) yaitu arus listrik yang besar dan arahnya yang selalu berubah-ubah secara periodik. 1. Sumber Arus Bolak-balik Sumber arus bolak-balik

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Kesetimbangan Ionik Pokok Bahasan Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Teori tentang asam dan basa Arrhenius: Asam: zat yg

Lebih terperinci

Materi yang terdapat di alam jika ditinjau dari ukuran konduktivitasnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

Materi yang terdapat di alam jika ditinjau dari ukuran konduktivitasnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok: BAB III KONDUKTOMETRI Bab ini akan membicarakan sifatsifat larutan yang keraitan dan kelistrikan yang tidak dipengaruhi oleh reaksi elektrodanya. Pembicaraan mengenai masalah tersebut pada bab ini, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik Bab 3 Pemodelan Matematika dan Metode Numerik 3.1 Model Keadaan Tunak Model keadaan tunak hanya tergantung pada jarak saja. Oleh karena itu, distribusi temperatur gas sepanjang pipa sebagai fungsi dari

Lebih terperinci

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata GEOFISIKA EKSPLORASI [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata PENDAHULUAN Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis IV. Arus Listrik Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis listrik alam kilat Pada tahun 1800: Alessandro Volta menemukan baterai listrik

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) ARUS LISTRIK Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) Konduktor terisolasi Elektron-elektron tersebut tidak mempunyai

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam) Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum

Lebih terperinci

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA SEL ELEKTROKIMIA (Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Prak.Kimia Fisika) NAMA PEMBIMBING : Ir Yunus Tonapa NAMA MAHASISWA : Astri Fera Kusumah (131411004)

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL. (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik)

LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL. (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik) LAPORAN PRAKTIKUM SELF POTENSIAL (Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Metode Survei Geofisik) Oleh : Irwan Romadon (M0212046) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2

Elektroda Cu (katoda): o 2. o 2 Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ELEKTROKIMIA Disusun Oleh : Kelompok 3 Kelas C Affananda Taufik (1307122779) Yunus Olivia Novanto (1307113226) Adela Shofia Addabsi (1307114569) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Zat Padat dan Fluida Pertanyaan Apa itu fluida? 1. Cairan 2. Gas 3. Sesuatu yang

Lebih terperinci

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri 1. Jika bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dengan jari-jari lengkungan 20 cm adalah nyata dan diperbesar dua kali, maka bendanya terletak di muka cermin sejauh : A. 60 cm B. 30 cm C. 20 cm Kunci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Kelistrikan Suatu Batuan Sifat kelistrikan yang terdapat di bumi dapat dimanfaatkan untuk membantu penelitian geolistrik. Aliran arus listrik di dalam

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UJI COBA MATA PELAJARAN KELAS/PROGRAM ISIKA SMA www.rizky-catatanku.blogspot.com PAKET SOAL 1.c LATIHAN SOAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012 : FISIKA : XII (Dua belas )/IPA HARI/TANGGAL :.2012

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

Arus Listrik dan Resistansi

Arus Listrik dan Resistansi TOPIK 5 Arus Listrik dan Resistansi Kuliah Fisika Dasar II TIP,TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM ikhsan_s@ugm.ac.id Arus Listrik (Electric Current) Lambang : i atau I. Yaitu:

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA I. Tujuan Percobaan Menentukan jumlah muatan pada larutan sampel II. Alat dan Bahan Alat yang digunakan 1. Conductivity meter 1 buah 2. Gelas beker 100

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas

11/25/2013. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Teori Kinetika Gas. Tekanan. Tekanan. KINETIKA KIMIA Teori Kinetika Gas Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) KINETIKA KIMIA Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia IKATAN KIMIA IKATAN KIMIA Gaya yang memegangi atom atau ion membentuk molekul atau kristal disebut Ikatan Kimia. Elektron memegang peran penting dalam pembentukan ikatan kimia. Peranan elektron dalam pembentukan

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

TITRASI POTENSIOMETRI

TITRASI POTENSIOMETRI TITRASI PTENSIMETRI TITRASI PTENSIMETRI I. TUJUAN PERCBAAN Menentukan titik ekivalen secara potensiometri. II. DASAR TERI Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

MODUL SEL ELEKTROLISIS

MODUL SEL ELEKTROLISIS MODUL SEL ELEKTROLISIS Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. Kompetensi dasar : 2.2. Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET Induksi Elektromagnetik Hasil Yang harus anda capai Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi Setelah mempelajari Bab ini

Lebih terperinci

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini.

1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1. Diameter suatu benda diukur dengan jangka sorong seperti gambar berikut ini. 1 Diameter maksimum dari pengukuran benda di atas adalah. A. 2,199 cm B. 2,275 cm C. 2,285 cm D. 2,320 cm E. 2,375 cm 2.

Lebih terperinci