SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING HARDIYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING HARDIYANTI"

Transkripsi

1 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING HARDIYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ABSTRAK HARDIYANTI. Sintesis dan Karakterisasi β-tricalcium Phosphate dari Cangkang Telur Ayam dengan Variasi Suhu Sintering. Dibimbing oleh KIAGUS DAHLAN dan SETIA UTAMI DEWI. β-tricalcium phosphate termasuk kelompok senyawa kalsium fosfat. β-tricalcium phosphate diperoleh dengan mereaksikan senyawa kalsium oksida dan asam fosfat menggunakan metode presipitasi pada suhu larutan 50 o C dan dilakukan enam variasi suhu sintering yaitu 800 o C, 900 o C, 1000 o C, 1100 o C, 1200 o C, dan 1300 o C. Kalsium oksida dalam penelitian ini berasal dari cangkang telur yang telah dikalsinasi 1000 o C selama 5 jam. Karakterisasi sampel yang diperoleh menggunakan alat x-ray diffractometer, fourier transform infrared spectrometer, scanning electron microscope, dan particle size analyzer. Hasil karakterisasi x-ray diffractometer menunjukkan bahwa β-tricalcium phosphate yang paling optimum dihasilkan pada suhu 1000 o C dengan persentase 76,97%, ukuran kristal 57,47 nm, derajat kristalinitas sebesar 84,51%, sedangkan dari hasil karakterisasi fourier transform infrared spectrometer dapat diidentifikasi kehadiran gugus hidroksil pada bilangan gelombang 3600 cm -1 sampai 3200 cm -1 dan gugus fosfat pada bilangan gelombang 1200 cm -1 sampai 500 cm -1. Kehadiran gugus hidroksil dan fosfat pada bilangan gelombang tersebut mengindikasikan kehadiran senyawa kalsium fosfat. Dari hasil karakterisasi scanning electron microscope diperoleh bahwa sampel β- tricalcium phosphate pada suhu 1000 o C berbentuk granul dengan ukuran 0,6 µm dan jarak antar pori rata-rata 1 µm, sedangkan hasil dari particle size analyzer menunjukkan ukuran partikel pada sampel β-tricalcium phosphate pada suhu 1000 o C sebesar 427,90 nm. Kata kunci : β-tricalcium Phosphate, x-ray diffractometer, fourier transform infrared spectrometer, scanning electron microscopy, particle size analyzer.

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Sintesis dan Karakterisasi β-tricalcium Phosphate dari Cangkang Telur Ayam dengan Variasi Suhu Sintering adalah benar-benar hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan Dr. Kiagus Dahlan dan Setia Utami Dewi, M.Si dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Hardiyanti

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul : Sintesis dan Karakterisasi β-tricalcium Phosphate dari Cangkang Telur Ayam dengan Variasi Suhu Sintering. Nama : Hardiyanti NIM : G Disetujui, Dr. Kiagus Dahlan Pembimbing I Setia Utami Dewi, M.Si Pembimbing II Diketahui, Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus:

5 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING HARDIYANTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 02 Maret 1990 dari pasangan Bapak Sutopo dan Ibu Pardiyah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1995 TK Gladi Siwi lubang-buaya, SDN 13 Pagi tahun jakarta-timur, tahun SMPN 272 lubang-buaya jakrta-timur, tahun SMU Negeri 67 Halim Perdana Kusumah, dan pada tahun yang sama, penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswi, Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika Dasar TPB dari tahun 2011 sampai sekarang.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT untuk rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Sintesis dan Karakterisasi β-tricalcium Phosphate dari Cangkang Telur Ayam dengan Variasi Suhu Sintering. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Kiagus Dahlan dan Ibu Setia Utami Dewi M.Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam membimbing dan memotivasi penulis. 2. Kedua orang tua Bapak Sutopo dan Ibunda Pardiyah, Mba Opie, dan Mas Dika yang selalu memberikan motivasi dan suntikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ardian Arif M.Si dan Bapak Faozan Ahmad M.Si selaku penguji yang telah memberikan saran serta masukan untuk perbaikan. 4. Bapak Sulistioso Giat Sukaryo, MT yang telah berkenan membantu dalam peminjaman alat furnace. 5. Bapak Didik sebagai operator x-ray diffraction (XRD) yang sangat membatu dalam perolehan data. 6. Bapak Drs.M.N.Indro,M.Sc yang telah membantu dalam proses perbaikan skripsi ini. Pak Firman, Pak Jun, Pak Toni, Staf Dosen dan Pegawai Departemen Fisika yang telah membantu. 7. Sahabat terbaikku Anggi Maniur S.Si. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik, lucu dan selalu memberi warna di hidup penulis. 8. Sahabat-sahabatku Anak Burung (hesti, kamei, siti), terima kasih untuk dukungannya selama ini. 9. Bambang Adhi, Epa Rosidah, Roy nizar, Fery Nurdin, Ari W yang selalu memberikan tawa dan canda kapanpun dan dimanapun (hiburan gratis). 10. Novi selvia, Mba Ais, Fika, Ajeng, Irma yang sudah membantu penulis dalam penelitian ini. 11. Nissa Sukmawati, Ella Rahmadani, Dwi Kurniati dan teman-teman fisika 45 yang tidak bisa disebutkan semuanya. 12. Teman-teman kosan wisma nabila Nissa, Nova, Cici, Ranti, Pia, Adis, Wita, dan Dini. Terima kasih untuk semangat dan kebersamaannya. Semoga penelitian tugas akhir ini dapat bermanfaat. Segala saran dan kritik yang dapat membangun sangat diharapkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Bogor, Januari 2013 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar belakang... 1 Tujuan... 1 Perumusan masalah... 1 Hipotesis... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Tricalcium phosphate... 1 X-ray diffraction (XRD)... 3 Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR)... 4 Scanning electron microscopy (SEM)... 4 Particle size analysis (PSA)... 4 BAHAN DAN METODE... 4 Tempat dan Waktu Penelitian... 4 Bahan dan Alat... 5 Prosedur Penelitian... 5 A. Sintesis β-tcp Kalsinasi cangkang telur ayam Sintesis β-tcp... 5 B. Karakterisasi β-tcp Karakterisasi XRD Karakterisasi FTIR Karakterisasi SEM Karakterisasi PSA... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 6 A. Hasil sintesis sampel Kalsinasi cangkang telur ayam Sintesis sampel... 6 B. Hasil karakterisasi sampel Karakterisasi XRD Karakterisasi FTIR Karakterisasi SEM Karakterisasi PSA KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 13

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Bentuk-bentuk β-tcp dan fungsinya Efisiensi Sampel β-tcp Komponen fase sampel β-tcp Parameter kisi dan presentase ketepatan sampel β-tcp Ukuran dan derajat kristalinitas sampel β-tcp... 8 vii

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur molekul TCP Pola difraksi sinar-x dari β-tcp Pola FTIR dari β-tcp Skema difraksi sinar-x berdasarkan hukum bragg Pola difraksi sinar-x β-tcp pada suhu 800 o C (a), 900 o C (b), dan 1000 o C(c) Pola difraksi sinar-x β-tcp pada suhu 1100 o C (a), 1200 o C (b), dan 1300 o C(c) Spektra FTIR β-tcp pada suhu 800 o C (a), 900 o C (b), dan 1000 o C(c) Spektra FTIR β-tcp pada suhu 1100 o C (a), 1200 o C (b), dan 1300 o C(c) Hasil Karakterisasi SEM β-tcp pada suhu sintering 1000 o C dengan perbesaran 5000x (a), 10000x (b), dan 20000x (c) viii

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Diagram alir penelitian Peralatan yang digunakan untuk sintesis β-tcp Keterangan sintesis β-tcp Perhitungan massa pada sintesis kalsium fosfat JCPDS fasa β-tcp (a) dan HA (b) JCPDS fasa OCP (c) dan α-tcp (d) ix

12

13 PENDAHULUAN Latar belakang Tulang merupakan penopang tubuh manusia sehingga tulang menjadi komponen penting bagi manusia dan harus dijaga serta dipertahankan kekuatannya. 1 Kerusakan pada tulang menyebabkan terganggunya fungsi tubuh. Kerusakan tulang yang paling sering terjadi adalah patah tulang (fraktur). Patah tulang adalah retaknya bagian tulang, biasanya disertai dengan cedera jaringan di sekitarnya. 2 Untuk mengatasi patah tulang (fraktur) yang lazim dilakukan diantaranya yaitu dengan cara menggips ataupun memasang pen (implant). Implant merupakan istilah yang digunakan untuk logam yang ditanamkan ke dalam tubuh untuk mengatasi tulang yang rusak atau patah. 3 Namun, saat ini pemasangan implant masih relatif mahal. Selain itu, logam yang digunakan juga harus memiliki biokompatibilitas yang tinggi agar tidak menyebabkan korosi pada logam oleh cairan tubuh. Korosi logam pen dapat menimbulkan reaksi peradangan (inflamasi) di sekitar jaringan yang diimplankan sehingga akan sangat berbahaya bagi tubuh. Untuk tulang yang retak atau cedera ringan biasanya tidak dibutuhkan implant, tetapi untuk bagian yang cedera tersebut diberikan material pengganti tulang yang bisa membantu mempercepat pemulihan tulang dan dapat menggantikan struktur jaringan yang hilang tanpa menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Material yang digunakan dalam tubuh disebut biomaterial. Biomaterial yang biasanya digunakan sebagai pengganti tulang adalah hydroxyapatite (Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 ) dan beta-tricalcium phosphate (β-ca 3 (PO 4 ) 2 ). Kedua material ini memiliki komposisi kimia yang mendekati struktur tulang dan gigi. 4 Beta-tricalcium phosphate (β TCP) dapat dipakai sebagai pengganti tulang yang potensial karena bersifat biocompatible, 5 bioresorbable (mudah diserap), dan bersifat osteokonduktifitas. Biocompatible adalah kemampuan biomaterial untuk menyesuaikan dengan kecocokan tubuh penerima. Osteokonduktifitas adalah kemampuan biomaterial untuk mendukung pelekatan selsel osteoblas baru dan osteoprogenitor, memiliki struktur yang saling berhubungan sehingga sel-sel baru dapat berpindah dan pembuluh darah baru dapat terbentuk. Osteoprogenitor adalah sel yang berfungsi untuk membentuk jaringan tulang. 6 Beta-Tricalcium Phosphate (β TCP) dapat disintesis dengan mereaksikan senyawa kalsium dan fosfat. Salah satu bahan alami yang mengandung kalsium yang cukup tinggi adalah cangkang telur ayam. Cangkang telur ayam memiliki kandungan %berat kalsium karbonat sebesar 97% sedangkan 3% sisanya terdiri dari fosfor, magnesium, kalium, natrium, seng, mangan, besi dan tembaga. 7 Sehingga cangkang telur berpotensi menjadi sumber kalsium pada sintesis β TCP. Kalsium dari bahan alami dapat meningkatkan biokompabilitas material. Selain itu, diharapkan pula pemakaian cangkang telur sebagai sumber kalsium dapat menghasilkan β TCP dari bahan alami yang banyak tersedia di alam. Tujuan 1. Membuat senyawa β-tcp dari cangkang telur menggunakan metode presipitasi dengan suhu larutan 50 o C. 2. Mengetahui suhu sintering optimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan β-tcp. 3. Mempelajari struktur β TCP menggunakan x-ray diffractometer (XRD), komponen gugus kompleks menggunakan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), morfologi bahan menggunakan scanning electron microscope (SEM) dan particle size analyzer (PSA) untuk menentukan ukuran partikel. Perumusan masalah Berapa suhu sintering optimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan β-tcp? Hipotesis Suhu sintering optimum pada sintesis β-tcp adalah 1000 o C-1100 o C. TINJAUAN PUSTAKA Tricalcium phosphate Tricalcium phosphate (TCP) adalah senyawa dengan rumus kimia Ca 3 (PO 4 ) 2. TCP merupakan senyawa kalsium fosfat yang memiliki rasio molaritas Ca/P sebesar 1,50 dengan massa jenis 3,07 g/cm 3. 8 TCP memiliki empat polymorph yaitu α, β, γ,dan super-α. Polymorph α-tcp terbentuk pada suhu 1120 o C sampai 1470 o C. β-tcp terbentuk pada suhu 1120 o C, sedangkan polymorph super-α dapat dibentuk pada temperatur kira-kira di atas 1470 o C. Gambar 1 di bawah ini adalah struktur molekul tricalcium phosphate (TCP). 9

14 2 Tabel 1 Bentuk-bentuk β-tcp dan fungsinya Bentuk Fungsi Gambar 1 Struktur molekul TCP. 9 Untuk saat ini, TCP polymorph yang sering digunakan dalam penelitian implantasi tulang adalah α dan β-tcp. 10 Kristal α -TCP memiliki bentuk sel monoklinik dengan parameter kisi a=1,28877 nm, b=2,7280 nm, c=1,5219 nm sedangkan β-tcp memiliki bentuk sel heksagonal dengan parameter kisi a=1,0439 nm dan parameter kisi c= 3,7375 nm. 9 Saat dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi HA akan bertransformasi menjadi TCP. Oleh karena itu, untuk mensintesis TCP diperlukan suhu yang tinggi. 9 Polymorph α-tcp lebih banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Namun α-tcp memiliki sifat mekanik yang rendah. 11 Adapun sifat dari β-tcpp adalah berpori dan mampu terdegradasi secara biologis dengan laju yang tinggi, bioresorbable, bioaktif dan osteokonduktif. Salah satu sifat mekanik dari β-tcp yaitu relatif tidak mudah patah dibandingkan dengan α-tcp. 9 Hydroxyapatite (HA) adalah mineral alami yang berupa kalsium apatit dengann rumus kimia Ca 10 ( PO 4 ) 6 (OH) 2 dan massa jenis 3,08 gr/cm 3 serta memiliki fasaa kristal dan senyawa kalsium fosfat yang stabil. HA merupakan biomaterial pengganti tulang dan gigi. Jika dibandingkan dengan HA, β-tcpp lebih bersifat bioresorbable (mudah diserap) ). 9 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Takatoshi 9 dinyatakan bahwa implantasi β- TCP padaa kelinci menunjukkann sifat bioresobable karena mudah diserap sedangkan pada HA tidak. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa tingkat kelarutan β- TCP lebih tinggi dibanding HA. Besarnya kadar kelarutan β-tcp adalah tiga sampai lima kali lebih baik dibandingkan HA. Selain itu, kajian in vitro menunjukkan bahwaa α-tcp menunjukkan kadar kelarutan lebih baik daripada β-tcp. Sehingga dapat diurutkan berdasarkan tingkat kelarutannya bahwa HA< β-tcp< α TCP. Bentuk β-tcp sangat beragam dan setiap bentuk memiliki fungsi masing-masing. Tabel 1 memperlihatkan bentuk-bentuk β-tcp serta fungsinya sebagai bahan biomaterial Hulbert Serbuk Kristal dengan ukuran nano Serbuk atau granul yang berpori Granul (butiran kecil) Filler untuk memperbaiki kecacatan tulang Memperbaiki bagian tulang dan merangsang pertumbuhan jaringan tulang baru Implan jaringan Filler untuk tulang dan gigi Bentuk kristal β-tcp dalam bentuk granul halus dapat diserap sempurna, sedangkan dalam bentuk blok hanya diserap sebagian. 11 Abadi et al, 12 membuat sintesis β-tcp berukuran nano dari Ca(NO 3 ) 2 dengan (NH 4 ) 2 HPO 4. Larutan (NH 4 ) 2 HPO 4 0,8 M pada ph=10,8 dengan metode presipitasi pada larutan Ca(NO 3 ) 2 1,2 M pada ph=10,8 dengan laju tetes 3 ml/menit dan proses stirring selama 16 jam. Kemudian dicuci dengan H 2 O dan etanol 98% untuk meningkatkan karakteristik pemecahan molekul, setelah itu endapannya dipanaskan pada suhu 80 o C selama 24 jam. β-tcp dihasilkan dengan kalsinasi pada suhu 8000 o C selama 2 jam. Gambar 2 dan 3 di bawah ini adalah pola difraksi sinar-x dan pola FTIR untuk β-tcp hasil sintesis Abadi et al. Gambar 2 Pola difraksi sinar-x dari β-tcp.

15 3 Gambar 3 Pola FTIR dari β-tcp. Reaksi pembentukan β-tcp adalah sebagai berikut : H 2 O (l) + 3CaO (l) + 2H 3 PO 4(l) Ca 3 (PO 4 ) 2(l) + 4H 2 O (l)..(1) Sintesis β-tcp dapat dibuat dari bahan kimia murni maupun dari bahan alami. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis β-tcp dari bahan alami yaitu cangkang telur. Cangkang telur mengandung kalsium karbonat sebesar 97% dan 3% sisanya terdiri dari fosfor, magnesium, kalium, natrium, seng, mangan, besi, dan tembaga. 7 Cangkang telur yang telah dikalsinasi pada suhu 1000 o C selama 5 jam akan merubah kalsium karbonat (CaCO 3 ) menjadi kalsium oksida (CaO). Cangkang telur yang telah dikalsinasi dapat digunakan untuk sintesis β-tcp sebagai sumber CaO berbahan alam. 13 Berikut ini adalah reaksi pembentukan CaO dari cangkang telur: CaCO 3(s) CaO (s) + CO 2(g)...(2) X-ray diffraction (XRD) X-ray diffractometer (XRD) merupakan alat yang digunakan untuk mengarakterisasi struktur kristal dan ukuran kristal dari suatu bahan padat. Semua bahan yang mengandung kristal tertentu ketika dianalisa menggunakan XRD akan memunculkan puncak puncak yang spesifik. 14 XRD adalah suatu metode yang didasari oleh difraksi sinar-x. Data yang diperoleh dari metode karakterisasi XRD adalah sudut hamburan (sudut Bragg) versus intensitas. Sudut difraksi sangat bergantung kepada lebar celah kisi sehingga mempengaruhi pola difraksi, sedangkan intensitas cahaya difraksi bergantung dari berapa banyak kisi kristal yang memiliki orientasi yang sama. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan sistem kristal, parameter kisi, derajat kristalinitas, dan fasa yang terdapat dalam suatu sampel. 15 Apabila suatu material dikenai sinar-x, maka intensitas sinar yang direfleksikan oleh kisi kristal lebih rendah dari sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atomatom dalam material tersebut. Berkas sinar x yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada pula yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar -x yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Syarat terjadinya difraksi harus memenuhi hukum Bragg: 2d sin θ = n λ... (3) Dimana d adalah jarak antar bidang kristal, λ adalah panjang gelombang saat melewati kisi kristal, Ө adalah sudut datang, dan n adalah bilangan gelombang. Jika atom-atom tersusun periodik dalam kristal, gelombang terdifraksi akan terdiri dari interferensi maksimun tajam (peak) yang simetri, peak yang terjadi berhubungan dengan jarak antar atom. 16 Ukuran kristal (D) dapat dihitung menggunakan persamaan schrrer yang dapat dilihat pada persamaan berikut: D =...(4) Nilai k adalah konstanta untuk material biologi yang bernilai 0,94, λ adalah panjang gelombang yang digunakan pada alat XRD yaitu 0,15406 nm, dan β adalah full width at half maximum (FWHM) dari garis difraksi skala 2Ө. 16 Pada proses terjadinya difraksi sinar-x berdasarkan hukum bragg (Gambar 4) yaitu saat berkas sinar-x jatuh pada bidang P1 dan P2 yang terpisah sejauh d, maka akan terbentuk sudut terhadap bidang yang menumbuk titik A dan B. Sementara itu kedua berkas akan mencapai maksimum apabila mempunyai fase yang sama. 16 Gambar 4 Skema difraksi Sinar-x berdasakan hukum Bragg. 16

16 4 Pola sinar-x berbagai bahan telah dikumpulkan dalam data joint committee of power difraction standard (JCPDS). Hasil analisis pola XRD sampel yang akan dianalisis komposisi fasanya dapat dibandingkan dengan pola XRD terukur pada JCPDS. Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dapat mengidentifikasi kandungan gugus kompleks dalam senyawa kalsium fosfat, tetapi tidak dapat digunakan untuk menentukan unsur-unsur penyusunnya. Spektroskopi inframerah memanfaatkan energi vibrasi gugus penyusun senyawa kalsium fosfat, yaitu: gugus PO 3-4, gugus CO 2-3,dan gugus OH Spektrum senyawa kalsium fosfat juga dapat dilihat pada bilangan gelombang maksimum 562 cm -1 dan 602 cm -1 Pita absorpsi CO 3 (karbonat) terlihat pada bilangan gelombang 1545 cm -1, 1450 cm -1, dan 890 cm -1. Pita absorpsi OH - dapat terlihat dalam spektrum kalsium fosfat, yaitu pada bilangan gelombang sekitar 3576 cm -1 dan 632 cm -1. Air di permukaan akan hilang dan tidak dapat balik pada pemanasan di bawah suhu 200 o C. 17 Analisis sampel pada spektroskopi FTIR diawali dengan dipancarkannya sinar inframerah dari sumber benda hitam. Sinar tersebut melaju dan melewati celah yang mengontrol jumlah energi yang disediakan untuk sampel. Sinar ini masuk ke dalam interferometer dimana ada kode khusus. Hasil interferogramnya kemudian keluar dari interferometer. Sinar tersebut kemudian memasuki ruang sampel, di mana sinar tersebut ditransmitasikan keluar atau dipantulkan kembali oleh permukaan sampel, tergantung dari tipe analisis yang diselesaikan. Setelah itu, sinar tersebut masuk ke detektor untuk analisis akhir. 18 Scanning electron microscopy (SEM) Scanning electron microscope (SEM) digunakan untuk mengamati morfologi suatu bahan. Prinsipnya adalah sifat gelombang dari elektron yakni difraksi pada sudut yang sangat kecil. Elektron dapat dihamburkan oleh sampel yang bermuatan (karena sifat listriknya). Sifat gelombang dari elektron yakni difraksi pada sudut yang sangat kecil. Elektron dihamburkan oleh sampel yang bermuatan (karena sifat listriknya). Jika sampel yang digunakan tidak bersifat konduktif, maka sampel terlebih dahulu harus dilapisi (coating) dengan emas. Citra yang terbentuk menunjukkan struktur dari sampel yang diuji. 19 Kata kunci dari prinsip kerja SEM adalah scanning, yang berarti bahwa berkas elektron menyapu permukaan sampel, titik demi titik dengan sapuan membentuk garis demi garis. Adapun prinsip kerja SEM mirip dengan mikroskop optik, namun memiliki perangkat yang berbeda. Pertama berkas elektron disejajarkan dan difokuskan oleh magnet yang didesain khusus berfungsi sebagai lensa. Energi elektron biasanya 100 kev yang menghasilkan panjang gelombang kira-kira 0,04 nm. Spesimen sasaran sangat tipis agar berkas yang dihantarkan tidak diperlambat atau dihamburkan terlalu banyak. Bayangan akhir diproyeksikan ke dalam layar pendar atau film. Berbagai distorsi yang terjadi akibat masalah pemfokusan dengan lensa magnetik membatasi resolusi hingga sepersepuluh nanometer. 19 Particle size analysis (PSA) Particle size analyzer (PSA) dapat digunakan untuk menentukan ukuran partikel. Ukuran partikel dapat diketahui melalui gambar yang dihasilkan. Ukuran tersebut dinyatakan dalam jari-jari untuk partikel yang berbentuk bola. 20 PSA juga digunakan untuk mengukur konsentrasi partikel massa secara langsung dalam medium cairan. Sampel berupa padatan dimasukkan ke wadah cairan dan dicampur sampai penyebaran aliran suspensi sampel berupa padatan yang homogen dan penyebaran cairan dipompa melalui sel. 21 Penentuan ukuran dan distribusi partikel menggunakan PSA dapat dilakukuan dengan (1) difraksi sinar laser untuk partikel dari ukuran submikron sampai dengan milimeter, (2) counter principle untuk mengukur dan menghitung partikel yang berukuran mikron sampai dengan milimeter, dan (3) penghamburan sinar untuk mengukur partikel yang berukuran mikron sampai dengan nanometer. 20 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Sintesis sampel untuk suhu 800 o C, 900 o C, dan 1000 o C dilakukan di Laboratorium Biofisika Material, Departemen Fisika, FMIPA-IPB. Sedangkan untuk sintesis sampel untuk suhu 1100 o C, 1200 o C, dan 1300 o C dilakukan di PTBIN, BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional), Serpong. Karakterisasi

17 5 XRD dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Gunung Batu. FTIR dan PSA dilakukan di Departemen Fisika IPB. Sedangkan untuk karakterisasi SEM dilakukan di pusat penelitian dan pengembangan geologi kelautan (PPGL)- Bandung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei Bahan dan alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkang telur ayam, larutan H 3 PO 4 dan aquabidest. Alat yang digunakan terdiri dari neraca analitik, sudip, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, labu ukur 100 ml, gelas kimia 250 ml, furnace, hot plate stirrer, aluminium foil, kertas saring, pompa vakum, mortar, buret, perangkat XRD, perangkat spektroskopi FTIR, perangkat SEM, dan perangkat PSA. Prosedur penelitian Prosedur penelitian ini meliputi dua tahapan yaitu sintesis sampel dan karakterisasi sampel. A. Sintesis sampel 1. Kalsinasi cangkang telur ayam Pada penelitian ini, sumber kalsium yang digunakan berasal dari cangkang telur yang telah dikalsinasi. Proses perlakuan cangkang telur meliputi pembersihan, pengeringan dan kalsinasi. Proses kalsinasi diawali dengan membersihkan cangkang telur dari kotoran makro, membuang membran cangkang telur kemudian cangkang dikeringkan di udara terbuka dikalsinasi selama 5 jam pada suhu 1000 o C. 2. Sintesis sampel Sintesis sampel dihasilkan dari cangkang telur ayam yang telah dikalsinasi sebagai sumber kalsium (Ca) dan fosfat (P) yang berasal dari senyawa H 3 PO 4. Kemudian masing-masing sumber kalsium dan fosfat dilarutkan dengan aquabides sampai 100 ml. Pada penelitian ini digunakan larutan CaO dengan konsentrasi 1,2 M dan larutan H 3 PO 4 dengan konsentrasi 0,8 M. Metode yang digunakan adalah presipitasi yaitu dengan cara meneteskan 100 ml larutan H 3 PO 4 ke dalam 100 ml larutan CaO dari cangkang telur sambil dipanaskan dan diaduk menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan putar 300 rpm pada suhu 50 o C. Kemudian disaring menggunakan pompa vakum dan dilakukan proses sintering selama 7 jam dengan variasi suhu 800 o C, 900 o C, 1000 o C, 1100 o C, 1200 o C, dan 1300 o C. Berdasarkan penelitian Aisyah 22 sintesis β-tcp yang paling optimum dihasilkan pada suhu 1000 o C dengan waktu sintering 7 jam. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan waktu 7 jam dengan variasi suhu sintering. B. Karakterisasi sampel Setelah sintering maka dilakukan tahap karakterisasi sampel. Tahap ini penting dilakukan agar dapat diketahui sifat-sifat fisik dari sampel. Karakterisasi tersebut meliputi uji XRD, FTIR, SEM, dan PSA. 1. Karakterisasi XRD Karakterisasi difraksi sinar-x diperlukan untuk mengetahui fasa yang terdapat pada sampel, menentukan ukuran kristal dan kristalinitas. Karakterisasi sinar-x dilakukan menggunakan alat XD-610 Shimadzu yaitu dengan meletakkan 200 mg sampel β-tcp pada alumunium yang berdiameter 2 cm. Kemudian sampel tersebut akan dikarakterisasi menggunakan alat XRD XD- 610 dengan sumber Cu yang memiliki panjang gelombang 1,5406 Ǻ. Sedangkan sudut difraksi yang digunakan yaitu sebesar 10 o sampai 60 o. 2. Karakterisasi FTIR Karakterisasi FTIR dilakukan menggunakan alat FTIR dengan tipe ABB MB-3000 dengan jangkauan cm -1. Sebanyak 2 mg sampel β-tcp dicampur dengan 100 mg KBr, kemudian dibuat pelet lalu dikarakterisasi. 3. Karakterisasi SEM Karakterisasi SEM digunakan untuk mengamati morfologi dari suatu bahan. Karakterisasi SEM dilakukan menggunakan alat SEM dengan tipe JEOL JCM-35C. Sampel diletakkan pada plat alumunium yang memiliki dua sisi kemudian dilapisi dengan lapisan emas setebal 48 nm. Sampel yang telah dilapisi dengan emas kemudian diamati menggunakan SEM dengan tegangan 22 kv dengan perbesaran 5000x, 10000x, dan 20000x. 4. Karakterisasi PSA Karakterisasi PSA dilakukan menggunakan alat PSA dengan tipe VASCO- Particle Size Analyzer. PSA bertujuan untuk menentukan ukuran partikel dan distribusinya dari sampel. Distribusi ukuran tersebut dapat diketahui dari gambar yang dihasilkan. Sampel diambil sebanyak 1 gram kemudian

18 6 dilarutkan dengan 8 ml asam asetat kemudian diaduk sampai homogen. Kemudian larutan dimasukkan ke dalam disposiable plastik cuvet maksimal 1 tetes. Sampel diukur dengan zeta nano particle analyzer dengan run sebanyak 5 kali pengukuran per sampel. Pada atenuator lebar celah yang optimum yaitu sekitar 6-8. Jika sampel keruh maka atenuator akan berada di bawah 6, sehingga sampel perlu diencerkan. Untuk sampel yang terlalu transparan maka atenuator akan berada di atas 8 sehingga perlu dilakukan penambahan sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil sintesis sampel 1. Kalsinasi cangkang telur ayam. Kalsinasi 55,44 gram cangkang telur kering pada suhu 1000 o C menghasilkan 30,12 gram serbuk CaO yang berwarna putih. Kalsinasi perlu dilakukan untuk menghilangkan kandungan organik dan magnesium. Pada proses kalsinasi juga terjadi konversi senyawa CaCO 3 menjadi CaO. Massa hasil kalsinasi lebih kecil daripada massa sebelum kalsinasi karena kandungan organik yang semakin berkurang seiring dengan bertambahnya suhu sintering serta hilangnya kandungan magnesium. Kandungan organik dapat tereliminasi pada temperatur o C, sedangkan untuk magnesium akan hilang pada suhu 650 o C Sintesis Sampel. Pembuatan sampel diperoleh dengan mereaksikan 4,81 gram massa CaO dengan H 3 PO 4 sebanyak 4,59 ml. Dari pencampuran tersebut dihasilkan efisiensi rata-rata sampel sebesar 56,22%. Nilai efisiensi untuk setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Efisiensi adalah suatu ukuran perbandingan antara massa sebelum dan massa hasil. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin besar suhu sintering maka semakin kecil massa yang dihasilkan. Selain itu, juga dapat dilihat bahwa nilai persentase dari efisiensi yang semakin berkurang seiring dengan bertambahnya suhu. Hal ini disebabkan oleh inhibitor yang berada di dalam sampel akan hilang seiring dengan kenaikan suhu sintering. Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia, dalam hal ini yang dimaksud dengan inhibitor salah satunya adalah OH -. Sehingga semakin tinggi suhu sintering maka semakin sedikit kandungan OH - pada sampel. Tabel 2 Efisiensi Proses Pembuatan Sampel (Presipitasi-Sintering) Suhu ( o C) Massa CaO (g) Massa H 3 PO 4 (g) Massa hasil Sampel (g) Efisiensi (%) 800 4,81 7,84 7,70 60, ,81 7,84 7,59 60, ,81 7,84 7,54 59, ,81 7,84 6,90 54, ,81 7,84 6,52 51, ,81 7,84 6,42 50,76 Efisiensi Rata-rata 56,22 B. Hasil karakterisasi sampel 1. Karakterisasi XRD Dalam penelitian ini karakterisasi x-ray diffraction dilakukan untuk menentukan fasa, ukuran kristal dan kristalinitas setiap sampel. Untuk menentukan fasa β-tcp dari setiap sampel yaitu dengan membandingkan setiap puncak sampel dengan puncak dari β-tcp (βtricalcium phosphate), HA (hydroxyapatite), OCP (octa calcium phosphate), dan α-tcp (αtricalcium phosphate). Pola difraksi β-tcp, HA, OCP, dan α-tcp yang akan dicocokkan dengan sampel berasal dari database joint comittee on powder diffraction standars (JCPDS) dengan nomor untuk β- TCP, untuk HA, untuk OCP dan untuk α-tcp. Pola XRD untuk semua sampel dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6. Sampel pada suhu 800 o C (Gambar 5(a)) terbentuk tiga fase yang berbeda yaitu HA, β- TCP, dan OCP. Pada suhu ini lebih didominasi oleh HA dan β-tcp. Fase HA memiliki 2 puncak tertinggi yaitu pada sudut 2Ө sebesar 31,82 o dan pada sudut 32,94 o. Selain itu fase β-tcp dan OCP juga telah menempati salah satu puncak tertinggi. Untuk β-tcp yaitu pada sudut 2Ө sebesar 31,04 o dan untuk OCP pada sudut 2Ө sebesar 34,42 o. Fase β-tcp sudah mulai terbentuk pada suhu 800 o C yaitu pada sudut 2Ө sebesar 13,68 o. Pada suhu 900 o C (Gambar 5 (b)) pola XRD menunjukkan bahwa terdapat tiga fase yaitu HA, β-tcp, dan OCP. Pada suhu ini sampel lebih didominasi oleh HA dan β-tcp.

19 7 Pada suhu 900 o C tidak mengalami perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan suhu 800 o C, hanya saja puncak β-tcp lebih tinggi dan fase HA memiliki puncak yang lebih rendah dibandingkan dibandingkan suhu 800 o C. Hal ini menunjukkan mulai bertambahnya intensitas pada β-tcp dan berkurangnya nilai intensitas pada fase HA dibandingkan sebelumnya. Pada suhu 1000 o C (Gambar 5 (c)) pola XRD menunjukkan bahwa terdapat tiga fase yaitu HA, β-tcp, dan OCP. Pada suhu 1000 o C, fase β-tcp lebih mendominasi dibandingkan yang lainnya. Tiga puncak tertingginya didominasi oleh β-tcp yaitu pada sudut 2Ө sebesar 27,8 o, 31,04 o, dan 34,38 o. Untuk sampel pada suhu 1100 o C (Gambar 6(a)) pola XRD menunjukkan terbentuknya tiga fase yaitu HA, β-tcp, dan OCP. Fase yang paling dominan adalah fase β-tcp dan HA. Pada fase β-tcp memiliki 3 puncak tertingginya yaitu pada sudut 2Ө sebesar 27,94 o, 31,16 o, dan 34,5 o, namun intensitasnya lebih kecil dibandingkan suhu 1000 o C. Sedangkan HA menempati 2 puncak tertingginya yaitu pada sudut pada sudut 2Ө sebesar 31,9 o dan 33,6 o. Untuk suhu 1200 o C (Gambar 6 (b)) pola XRD menyatakan bahwa terdapat tiga fase yaitu HA, β-tcp, dan OCP. Pada suhu ini lebih didominasi dengan munculnya fase dari β-tcp dan OCP. Fase β-tcp terdapat di dua puncak tertingginya yaitu pada sudut 2Ө sebesar 27,92 o dan 31,12 o. Sedangkan fase OCP terdapat di satu puncak tertingginya yaitu pada sudut 2Ө sebesar 34,46 o. Pada suhu 1300 o C (Gambar 6 (c)) pola XRD menyatakan bahwa terdapat empat fase yaitu HA, β-tcp, OCP, dan α-tcp. Namun untuk fase HA dan α-tcp pada suhu ini memiliki persentase yang relatif kecil. Pada suhu ini didominasi oleh β-tcp dan OCP. Dua puncak tertingginya ditempati oleh β- TCP yaitu pada sudut 2Ө sebesar 27,92 o dan 31,18 o. Dan satu puncak tertingginya dimiliki oleh OCP yaitu pada 2Ө sebesar 34,52 o. Munculnya α-tcp pada suhu 1300 o C disebabkan karena α-tcp terbentuk pada suhu 1120 o C sampai 1470 o C dan pada suhu 1300 o C ini merupakan fase transisi dari β-tcp menjadi α-tcp. Nilai persentase komponen fase pada setiap sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 5 Pola difraksi sinar-x sampel pada suhu 800 o C (a), 900 o C (b), dan 1000 o C (c). Gambar 6 Pola difraksi sinar-x sampel pada suhu 1100 o C (a), 1200 o C (b), dan 1300 o C (c).

20 8 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa fase β- TCP sudah mulai terbentuk pada suhu 800 o C dengan persentase 47,25%. Kemudian pada suhu 900 o C menurun menjadi 42,09%. Pada suhu 1000 o C fase β-tcp naik menjadi 76,97% dan merupakan persentase terbesar dibandingkan suhu yang lainnya. Pada suhu 1100 o C persentase β-tcp turun menjadi 60,05% dan persentase β-tcp kembali naik pada suhu 1200 o C menjadi 67,23% kemudian turun menjadi 51,17% pada suhu 1300 o C. Sehingga dapat diketahui bahwa sintesis β-tcp maksimum terbentuk pada suhu 1000 o C dengan persetase 76,97%. Untuk parameter kisi dan ketepatannya disajikan pada Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai ketepatan untuk a maupun c sudah diatas 99%, kecuali sampel β-tcp pada suhu 800 o C. Hal ini dikarenakan pada suhu 800 o C fasa yang dominan terbentuk bukan β-tcp melainkan fasa HA. Hasil perhitungan parameter kisi a dan c menunjukkan bahwa parameter kisi berada pada kisaran nilai parameter β-tcp. Untuk ukuran kristal dan derajat kristalinitas untuk setiap sampel β- TCP dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa tingginya suhu sintering berpengaruh terhadap derajat kristalinitas dan ukuran kristal. Ukuran kristal β-tcp digunakan berdasarkan tujuan aplikasinya pada tulang. Tulang yang memiliki fungsi untuk melindungi organ internal tubuh akan memiliki ukuran kristal yang besar. Sehingga dibutuhkan ukuran kristal yang besar untuk tulang tersebut, misalnya tulang iga dan tulang kepala. Untuk tulang yang memiliki fungsi sebagai penyokong tubuh akan membutuhkan ukuran kristal yang lebih kecil dibandingkan tulang iga dan tulang kepala, contoh tulang penyokong adalah tulang tibia. Tulang tibia memiliki ukuran kristal yang lebih kecil karena selama hidupnya tulang ini mendapat tekanan dari berat tubuh yang harus disokongnya. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa derajat kristalinitas yang paling baik ada pada sampel pada suhu 1300 o C sebesar 92,93%. Tabel 3 Komponen Fase Sampel Suhu ( o C) Komponen (%) β-tcp HA OCP α-tcp ,25 37,20 15, ,09 47,30 10, ,97 17,93 5, ,05 20,20 19, ,23 10,43 22, ,17 8,85 29,95 10,03 Tabel 4 Suhu ( o C) Parameter Kisi dan Persentase Ketepatan Sampel β-tcp Parameter Kisi Ketepatan (%) a(ǻ) c (Ǻ) a c ,84 43,58 78,82 83, ,44 37,45 99,82 99, ,44 37,41 99,82 99, ,44 37,42 99,82 99, ,44 37,41 99,82 99, ,41 37,27 99,93 99,71 Tabel 5 Ukuran dan Derajat Kristalinitas Sampel Suhu ( o C) Ukuran Kristal (nm) Derajat Kristalinitas (%) ,16 80, ,75 86, ,47 84, ,69 91, ,82 81, ,58 92,93

21 9 Derajat kristalinitas adalah besaran yang menyatakan banyaknya kandungan kristal dalam suatu material dengan membandingkan luasan kurva kristal dan luasan kurva amorf. Pengukuran derajat kristalinitas langsung dari program karakterisasi XRD, sedangkan untuk ukuran kristal didapat dari persamaan scherrer (Persamaan 4, halaman 7). Dari hasil karakterisasi XRD untuk variasi suhu sintering 800 o C, 900 o C, 1000 o C, 1100 o C, 1200 o C, dan 1300 o C menunjukkan bahwa fase β-tcp yang paling optimum terbentuk pada suhu 1000 o C (Gambar 5 (c)) dengan persentase 76,97%, ukuran kristal 57,47 nm, dan derajat kristalinitas 84,51%. Pada penelitian Abadi et al 12 disebutkan bahwa fase β-tcp mulai terbentuk pada suhu 800 o C dengan menggunakan sumber kalsium Ca(NO 3 ) 2 dan sumber fosfat (NH 4 ) 2 HPO 4. Pada penelitian Aisyah 22 yang menggunakan cangkang telur dan H 3 PO 4 dengan memvariasikan waktu tahan, menunjukkan bahwa pada suhu 1000 o C dengan waktu tahan 7 jam dapat menghasilkan β-tcp yang paling optimum. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan prekursor pembentuk senyawa kalsium fosfat menyebabkan hasil sintesis memiliki fase yang berbeda. 2. Karakterisasi FTIR Analisis adanya karbonat dalam kristal diamati dari spektra FTIR untuk setiap variasi suhu sintering. Spektra FTIR menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin berkurang gugus OH -. Gugus OH - yang teridentifikasi menunjukkan bahwa pada sampel tersebut masih mengandung H 2 O. Gugus OH - terdapat pada puncak pita pada bilangan gelombang 3600 cm -1 sampai 3200 cm -1. Selain itu juga terdapat gugus PO Gugus PO 4 terdapat pada puncak pita pada garis bilangan 1200 cm -1 sampai 500 cm -1. Puncak pita pada bilangan gelombang 1200 cm -1 sampai 500 cm -1 menunjukkan pita 3- transmitansi untuk PO 4 pada Ca 3 (PO 4 ) 2 sebagai karakteristik β-tcp. Pita-pita tersebut menyatakan kehadiran senyawa kalsium fosfat. Berikut ini akan ditunjukkan grafik spektra FTIR untuk sampel β-tcp pada suhu 800 o C (Gambar 7 (a)), suhu 900 o C (Gambar 7 (b)), suhu 1000 o C (Gambar 7 (c)). Sedangkan grafik spektra FTIR pada suhu 1100 o C dapat dilihat pada Gambar 8 (a), suhu 1200 o C (Gambar 8 (b)), dan suhu 1300 o C (Gambar 8 (c)). Gambar 7 Spektra FTIR β-tcp pada suhu 800 o C (a), 900 o C (b), 1000 o C (c). Gambar 8 Spektra FTIR β-tcp pada suhu 1100 o C (a), 1200 o C (b), 1300 o C (c).

22 10 Dari spektra FTIR dapat dilihat bahwa pita 3- transmitansii PO 4 yang paling lebar adalah pada suhu 1300 o C. Hal ini menguatkan hasil dari XRD yang menunjukkan bahwa derajat kristalinitas yang paling tinggi pada suhu 1300 o C yaitu sebesar 92,93%. 3. Karakterisasi SEM Karakterisasi SEM diperlukan untuk mengetahui bentuk morfologi sampel. Sampel yang diuji SEM hanya sampel β-tcp pada suhu 1000 o C. Berikut ini (Gambar 9) adalah hasil karakterisasi SEM dengan perbesaran 5000x, 10000x, dan 20000x. Dari hasil karakterisasi SEM tersebut dapat diketahui bahwaa sampel β-tcp menunjukkann kristal berbentuk granul dengan ukuran sekitar 0,6 µm dengan jarak antar pori rata-rata 1 µm. Hal ini sesuai dengan sifat β- TCP yaitu berpori. 4. Karakterisasi PSA Untuk mengetahui ukuran partikel dan distribusi dari sampel maka digunakan pengukuran PSA. Sampel β-tcp yang akan dikarakterisasi dengan PSA adalah sampel yang mengandung β-tcpp dengan persentase paling banyak yaitu pada suhu 1000 o C. Dari hasil PSA didapat ukuran partikel β-tcpp pada suhu 1000 o C sebesar 427,90 nm. Gambar 9 (a) (b) (c) Hasil Karakterisasi SEM β-tcp pada suhu sintering 1000 o C dengan perbesaran 5000x (a), 10000x (b), dan 20000x (c). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sintesis β-tcp diperoleh dengan mereaksikan senyawa kalsium dan fosfat. Dalam penelitian ini, sumber kalsium yang digunakan berasal dari cangkang telur yang sudah dikalsinasi pada suhu 1000 o C selama 5 jam, sedangkan sumber fosfat berasal dari larutan H 3 PO 4. Karakterisasi x-ray diffraction (XRD) dan fourier transform infrared (FTIR) dilakukan untuk semua sampel β-tcp yaitu padaa suhu 800 o C, 900 o C, 1000 o C, 1100 o C, 1200 o C dan 1300 o C. Karakterisasi XRD pada suhu 800 o C dan 900 o C dapat diketahui bahwa fasaa yang paling dominanan yaitu fasa HA dan β-tcp. Pada suhu 900 o C intensitass β-tcp lebih tinggi dibandingkann pada suhu 800 o C. Padaa suhu 1000 o C fasa yang paling dominan adalah β- TCP dengan intensitas yang lebih tinggi dari suhu 800 o C dan 900 o C. Sedangkan untuk suhu 1100 o C fasa yang paling dominan adalah fasa HA dan β-tcp. Perbedaan pada suhu 1100 o C adalah pada intensitas β-tcp yang lebih kecil dibandingkann pada suhu 1000 o C tetapi tetap lebih besar dibandingkann suhu 800 o C dan 900 o C. Untuk suhu 1200 o C dan 1300 o C fasaa yang paling dominan adalah β-tcp dan OCP. Perbedaannyaa hanya pada intensitas OCP pada suhu 1300 o C lebih besar dibandingkan pada suhu 1200 o C. Sedangkan untuk fasa β- TCP pada suhu o C dan 1300 o C intensitasnya hampir samaa dengan intensitas β-tcp pada suhu 1100 o C. Dari karakterisasi XRD maka dapat diketahui suhu optimum untuk menghasilkan β-tcp adalah 1000 o C yaitu dengann persentasee 76,97%, ukuran kristal 57,47 nm, derajat kristalinitas sebesar

23 11 84,51%, ketepatan a sebesar 99,82%, dan ketepatan c sebesar 99,93%. Karakterisasi FTIR pada suhu 800 o C, 900 o C, 1000 o C, 1100 o C, 1200 o C dan 1300 o C menunjukkan bahwa gugus OH - akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya suhu. Hal ini karena gugus OH - berasal dari H 2 O. 3- Sedangkan untuk gugus PO 4 semakin kecil seiring dengan bertambahnya suhu. Untuk karakterisasi scanning electron microscopy (SEM) dan particle size analysis (PSA) hanya dilakukan untuk sampel yang memiliki persentase β-tcp paling besar yaitu terdapat di suhu 1000 o C. Karakterisasi SEM menunjukkan bahwa sampel β-tcp pada suhu 1000 o C adalah kristal berbentuk granul dengan ukuran sekitar 0,6 µm dengan jarak antar pori rata-rata 1 µm. Sedangkan untuk karakterisasi PSA diketahui bahwa ukuran partikel untuk sampel β-tcp pada suhu 1000 o C adalah 427,90 nm. Saran Untuk penelitian lanjutan, maka langkahlangkah yang perlu dilakukan agar fase β-tcp yang terbentuk maksimum adalah: 1. Pada saat proses presipitasi, laju tetes larutan H 3 PO 4 harus dibuat konstan yaitu 10 detik per tetes. 2. Suhu larutan juga harus stabil yaitu sebesar 50 o C. 3. Penyimpanan sampel β-tcp juga perlu diperhatikan yaitu harus di wadah kedap udara, tidak terkena matahari secara langsung dan tersimpan pada suhu kamar sekitar 27 o C. DAFTAR PUSTAKA 1 Sari, Y. W., Prasetyanti, F., & Dahlan, K.(2009). Sintesis hidroksiapatit dari cangkang telur menggunakan dry method. Jurnal Biofisika., 5 (2), Anonim. (2010). Patah Tulang (fraktur). [Terhubung Berkala]. medicastore.com. (18 februari 2012). 3 Miranda. (2011). Implant Logam. [Terhubung Berkala]. kuliahteknobiomedik.wordpress.com (19 Februari 2012). 4 Takazaki, Jet al. (2009). BMP-2 Release and Dose-Response Studies in Hydroxyapatite and β-tricalcium Phosphate. Bio-Medical Materials and Engineering 19: Kannan, et al. (2009). Synthesis and Structure Refinement of Zinc-Doped β- Tricalcium Phosphate Powder. Journal of The American Ceramic Society., 92 (7), Laurenchin, C. T. (2009). Bone Graft Subtitute Materials. [Terhubung Berkala]. www. emedicine. com (19 Februari 2012) 7 Butcher, G.D. et al. (1990). Concept of Eggshell Quality. (19 Februari 2012) 8 Dewi, S. U. (2009). Pembuatan Komposit Kalsium Fosfat-Kitosan dengan Metode Sonikasi. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 9 Shi, D. (2003). Biomaterial and Tissue Engineering. New York: Springer. 10 Salahi, E., Heinrich, J. G. (2003). Synthesis an Thermal Behaviour of β- Tricalcium Phosphate. British Ceramic Transactions., (2), Kasim, S. R. B., (2008). Sintesis β-tcp dengan Kaedah Basah Serta Penghasilan dan Pencirian Komposit β- TCP/CPP. [Tesis]. Malaysia: Universitas Sains Malaysia. 12 Abadi, M. B. H. et al. (2010). Synthesis of nano β-tcp and Effects on The Mechanical and Biological Properties of β-tcp/hdpe/uhmwpe Nanocomposits. ProQuest Science., 31 (10), Chen F, Z-C Wang, C-J Lin. (2002). Preparation and characterization of nanosized hydroxyapatite particles and hydroxyapatite/chitosan nano-composite foruse in biomedical materials. Materials Letters.. 57, Anonim. -. XRD (X-Ray Powder Diffraction). [Terhubung Berkala]. (19 Ferbruari 2012). 15 Masrukan. (2008). Analisis Kualitatif dengan Menggunakan Teknik Difraksi Sinar X pada Penambahan Unsur Zr

24 12 terhadap Pembentukan Fasa Paduan U- Zr. Urania., 14 (2), Culliti BD. (2001). Element of X-Ray Diffraction, Third Edition. New Jersey : Prentice Hall. 17 Soejoko, D. S., and Sri Wahyuni. (2002). Spektroskopi Inframerah Senyawa Kalsium Fosfat Hasil Preipitasi, Makara seri Sains., (6) 3, Stuart, B. (2005). Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications. New York: John Wiley&son, Inc 19 Prabakaran, K., Balamurugan, A., & Rajeswari, S. (2005) Development of Calcium Phosphate Based Apatite from Hen s Eggshell. Bull. Mater. Sci., 28 (2), Hasanah, S. M. (2009). Optimasi Pembuatan Mikrosfer Polipaduan Poliasamlaktat dengan Polikaprolakton. [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor. 21 Anonim.-. Particle Size and Particle Size Distribution, Short Tutorial. [Terhubung Berkala]. (19 Februari 2012). 22 Aisyah, I. (2011). Sintesis dan Karakterisasi β-tricalcium Phosphate Berbasis Cangkang Telur Ayam di Udara Terbuka dengan Variasi Waktu Sintering. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

25 Lampiran 1 Diagram alir penelitian Persiapan alat dan bahan Pembersihan cangkang telur dari membran dan kotoran makro Kalsinasi cangkang telur pada suhu 1000 o C selama 5 jam Pembuatan larutan Ca dan larutan H 3 PO 4 Presipitasi Penyaringan Sintering pada suhu 800 o C,900 o C, 1000 o C, 1100 o C, 1200, dan 1300 o C. Serbuk sampel Karakterisasi XRD Karakterisasi FTIR Penentuan suhu optimum β-tcp Karakterisasi SEM Karakterisasi PSA Analisis data Penyusunan laporan

26 14 Lampiran 2 Peralatan yang digunakan untuk sintesis β-tcp (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (a) Neraca analitik (f) Pompa vakum (b) Furnace (g) Beaker glass (c) Heating plate (h) Crucible (d) Burette (i) Mortar (e) Penyaring (j) Labu takar

27 15 Lampiran 3 Keterangan sintesis β-tcp (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (a) (b) Cangkang telur ayam yang sudah dibersihkan Cangkang telur ayam yang sudah dikeringkan (f) (g) Presipitasi Penyaringan (c) Kalsinasi cangkang telur ayam (h) Sintering (d) CaO hasil kalsinasi (i) Penghalusan sampel (e) Penghalusan serbuk CaO (j) Serbuk sampel

28 16 Lampiran 4 Perhitungan massa pada sintesis kalsium fosfat Perhitungan senyawa kalsium dan H 3 PO 4 berdasarkan rumus di bawah ini: m = MxBMxV Keterangan: m adalah massa zat terlarut (gram) M adalah konsentrasi larutan (Molar = mol/liter) BM adalah bobot molekul (gram/ mol) V adalah volume larutan (Liter) Dimana: BM Ca = 40,08 gram/mol BM H 3 PO 4 = 17,449 gram/mol Massa Ca = M x Mr x Volume pelarut = 1,2 mol/l x 40,08 gram/mol x 0,1 L = 4,8096 gram. Massa H 3 PO 4 dalam ml: M 1 x V 1 = M 2 x V 2 17,449 x V 1 = 0,8 x 100 ml V 1 =, V 1 = 4,585 ml

29 17 Lampiran 5 JCPDS fasa β-tcp (a) dan HA (b) (a) (b)

30 18 Lampiran 6 JCPDS fasa OCP (c) dan α-tcp (d) (c) (d)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (2): 42-48 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE DARI CANGKANG TELUR AYAM DENGAN VARIASI SUHU SINTERING Hardiyanti, K. Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar belakang Tulang merupakan penopang tubuh manusia sehingga tulang menjadi komponen penting bagi manusia dan harus dijaga serta dipertahankan kekuatannya. 1 Kerusakan pada tulang menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat

Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Pengaruh Sintering dan Penambahan Senyawa Karbonat pada Sintesis Senyawa Kalsium Fosfat Kiagus Dahlan, Setia Utami Dewi Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang

Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING

SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING Jurnal Biofisika 8 (1): 42-53 SINTESIS DAN KARAKTERISASI β-tricalcium PHOSPHATE BERBASIS CANGKANG KERANG RANGA PADA VARIASI SUHU SINTERING N. Selvia,* K. Dahlan, S. U. Dewi. Bagian Biofisika, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April

Lebih terperinci

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal.

Keywords: Blood cockle shell, characterization, hydroxyapatite, hydrothermal. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit dari Cangkang Kerang Darah dengan Proses Hidrotermal Variasi Suhu dan ph Bona Tua 1), Amun Amri 2), dan Zultiniar 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia 2) Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 40% kerusakan jaringan keras tubuh karena tulang rapuh, kanker tulang atau kecelakaan banyak terjadi di Indonesia, sisanya karena cacat bawaan sejak

Lebih terperinci

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI

SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI SINTESIS HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI CANGKANG TELUR AYAM DAN POROGEN DARI KITOSAN INDRI PUTRI SITORESMI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI

SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI SINTESIS β-tricalcium PHOSPHATE DENGAN SUMBER KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM MAYA KUSUMA DEWI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitas cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari alternatif bahan rehabilitas yang baik dan terjangkau,

Lebih terperinci

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit

Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit TPM 14 Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit Silvia Reni Yenti, Ervina, Ahmad Fadli, dan Idral Amri Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang meliputi dua tahap. Tahap pertama dilakukan identifikasi terhadap komposis kimia dan fase kristalin

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI

SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH, SERAPAN ATOMIK, SERAPAN SINAR TAMPAK DAN ULTRAVIOLET HIDROKSIAPATIT DARI CANGKANG TELUR FIFIA ZULTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI

OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI i OBSERVASI MORFOLOGI DAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG TERBUAT DARI CANGKANG TELUR AYAM KAMPUNG DAN AYAM RAS CUCU CAHYATI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA SINTESIS KOMPOSIT BIOMATERIAL (β-ca 3 (PO 4 ) 2 ) (ZrO) BERBASIS CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA

KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA KAJIAN KOMPOSISI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS DENGAN METODE HIDROTERMAL NURUL YULIS FA IDA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI Nurul Fitria Apriliani 1108 100 026 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA

KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA KAJIAN STRUKTUR DAN MORFOLOGI HIDROKSIAPATIT YANG DISINTESIS MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL BAGOES PERMADA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan 29 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat yaitu di Laboratorium

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 7 Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 3. Sumber Cahaya (Polikromatis) 4. Fiber Optik 5. Holder 6. Samp 7. Gambar 7 Perangkat spektrofotometer UV-VIS. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang

Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Sintesis dan Karakterisasi Bone Graft dari Komposit Hidroksiapatit/Kolagen/Kitosan (HA/Coll/Chi) dengan Metode Ex-Situ sebagai Kandidat Implan Tulang Synthesis and Characteritation of Bone Graft from Hydroxyapatite/Collagen/Chitosan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hidrogen klorida (HCl) dan waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15, maka penelitian ini dilakukan dengan tahapan

Lebih terperinci

1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang

1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Tempat dan Waktu Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cangkang Telur 2.2. Mineral Tulang 2 diharapkan mampu memberikan kemudahan dan nilai ekonomis bagi masyarakat yang nantinya membutuhkan produk dari biomaterial untuk kesehatan. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012 sampai Desember 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 59 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil perhitungan dan pengujian material uji akan ditampilkan pada Bab IV ini. Hasil perhitungan didiskusikan untuk mengetahui komposisi

Lebih terperinci