ANALISIS PENGUKURAN LETAK CENTER OF GRAVITY ROKET MENGGUNAKAN LEBIH DARI DUA TIMBANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGUKURAN LETAK CENTER OF GRAVITY ROKET MENGGUNAKAN LEBIH DARI DUA TIMBANGAN"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGUKURAN LETAK CENTER OF GRAVITY ROKET MENGGUNAKAN LEBIH DARI DUA TIMBANGAN Seti adi** setil RINGKASAN Pengukuran letak titik pusat gravitasi (center of gravity) harus dilakukan sebelum uji terbang roket dilaksanakan, ini dilakukan untuk keperluan kestabilan aerodinamik. Untuk pelaksanaan pengukuran umumnya cukup menggunakan dua timbangan, asalkan kapasitas per lbuah timbangan cukup untuk menerima sebagian besar dari berat sendiri total roket Namun demikian sangat mungkin fasilitas timbangan yang dipunyai kapasitasnya tidak mencukupi, atau mungkin karena suatu hal ada kerusakan pada timbangan yang kapasitasnya mencukupi, sehingga menggunakan lebih dari dua buah timbangan adalah sebagai tujuan alternatif. Roket RX-420 mempunyai berat total mendekati 1000 kg. Sebelum pada akhirnya diperoleh timbangan yang kapasitas nya mencapai 1000 ton, awal nya timbangan yang dimiliki oleh bidang struktur kapasitasnya 200 kg dan 500 kg. Untuk itu dianalisis bagaimana jika menggunakan lebih dari dua timbangan, sesuai dengan fasilitas yang ada. Metode yang digunakan adalah seperti perhitungan analisis struktur statis tidak tertentu, pada struktur balok menerus (continuous beam). Selanjutnya hasil pengukuran dilapangan dibandingkan dengan simulasi, didapat hasil sebesar 0,7%. Kata kunci: pusat gravitasi, timbangan, balok menerus ABSTRACT Rocket center of gravity measurement is recommended before each flight test to ensure the rocket static stability margin value. In common practices, using two Peneliti pada Pusat Teknologi Wahana Dirgantara - LAPAN 12

2 support a half of the rocket weight. In the case of one of the weight balances is not capable to support the rocket s half weight, it is proposed to use more than two weight balances as an altemative. In this paper, it will be discussed how to verify the measurement using more than two balances. Statically indeterminate structure method of the continuous beam is used. Rocket RX-420 weighed about 1000 kg is used as a study case. Calculation result compared to the center of gravity measurementis small as 0,7%.. Key words: centre of gravity, weight balances, continous beam 1. PENDAHULUAN Setiap benda yang masif, baik yang diam maupun yang bergerak, akan mempunyai letak titik pusat gravitasi atau center of gravity (cg). Pada benda yang mempunyai massa yang tetap, letak cg cenderung tetap, tetapi pada benda yang mengalami pengurangan massa, umum nya letak cg akan berubah. Sebagai contoh roket yang sedang diuji terbang, adalah benda bergerak yang mengalami pengurangan massa akibat bahan bakar atau propelan roket yang terbakar, oleh karena itu letak cg akan bepindah. Perpindahan letak cg dari roket cenderung mengarah ke belakang karena kontribusi berat terbesar adalah nosel dan sirip. Selain letak cg yang perlu dihitung, letak titik pusat tekanan atau center of pressure (cp) juga perlu dihitung untuk mengetahui kestabilan roket selama terbang. Selama penerbangan letak cp cenderung bergerak ke depan, sehingga jarak cg dan cp cenderung mendekat atau berimpit. Jarak antara cg dengan cp akan mempengaruhi kestabilan gerak roket, semakin jauh jaraknya, roket akan makin stabil dan sebaliknya roket akan tidak stabil jika jaraknya mendekat. Dengan demikian sangat penting untuk mengetahui letak cg dan cp, namun dalam makalah ini lebih ditekankan kepada pengukuran letak cg. Selama ini untuk mendapatkan letak cg, sebagai permulaan dilakukan perhitungan lebih dahulu dengan simulasi matematika melalui perangkat lunak, kemudian hasil nya divalidasi dengan timbangan sebagai alat untuk mengukur letak cg secara langsung. Selanjutnya hasil simulasi, dengan hasil pengukuran secara langsung melalui timbangan dapat dibandingkan. 13

3 Sejak tahun 2004 perancangan dan pembuatan alat pengukur cg telah dilakukan oleh Bidang Struktur Mekanika 3 (4), Pusat Teknologi Wahana Dirgantara. Ketika itu alat pengukur cg merupakan sebuah trolley yang terbuat dari struktur rangka batang pipa besi, kemudian dibagian atasnya diletakkan dua buah timbangan pada suatu kedudukan. Untuk melakukan pengukuran cg, letak atau posisi roket perlu sedikit diatur, pengaturan letak roket dilakukan dengan cara mendorong maju dan menarik mundur dengan menggunakan crane. Bila roket yang diukur berukuran kecil dan ringan seperti RX-100 atau RX-150 hal ini bisa dilakukan dengan cukup mudah, akan tetapi untuk roket yang agak besar dan berat seperti RX-250 atau RX-320 akan sulit dan hasilnya kurang teliti. Padahal orde ketelitian pengukuran cg roket harus dalam satuan mm agar hasilnya betul-betul akurat, karena hal ini akan menentukan kestabilan roket selama terbang. (4). Sebagai tambahan disini, awalnya timbangan yang dimiliki Bidang Struktur adalah yang beratnya 60 kg, 200 kg dan 500 kg, yang mana ini masih cukup untuk mengukur cg dari roket RX-250 maupun RX-320 yang masing-masing beratnya sekitar 330 kg dan 600 kg. Namun untuk roket RX-420 yang beratnya sekitar 1000 kg, kapasitas timbangan yang ada tidak mencukupi, untuk itu disini akan dicoba memakai timbangan lebih dari dua buah, sebagai alternatif sebelum diperoleh timbangan yang kapasitasnya memadai. 2. TUJUAN waktu uji terbang Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kestabilan aerodinamik pada 3. LANDASAN TEORI Untuk mengukur letak cg umumnya dilakukan dengan dua buah timbangan, namun demikian bila keadaan tidak memungkin kan, dapat juga dilakukan dengan tiga buah timbangan atau lebih, hal ini dilakukan misal karena kapasitas timbangan tidak cukup untuk dapat mengukur berat roket yang terlalu besar, atau timbangan yang ada sedang tidak bisa dipakai karena rusak atau sebab lain. Tentu saja bila memakai timbangan lebih dari dua buah, perlu sedikit pemahaman tentang teori analisis struktur atau mekanika gaya untuk struktur statis tidak tertentu (indeterminate structures) pada 14

4 balok menerus (continuous beam), yaitu balok yang ditumpu oleh lebih dari dua tumpuan sendi (hinge), bisa tiga tumpuan, empat tumpuan dan seterusnya. Jika mengukur letak cg menggunakan dua buah timbangan, itu dapat dimodelkan pada balok struktur statis tertentu (determinate stmctures) dengan dua tumpuan (simple beam) dengan ada beban terpusat yang dipikul diatasnya yang merupakan berat struktur roket. Besar reaksi dari masing-masing tumpuan perletakan adalah angka yang terbaca pada layar monitor timbangan tersebut. Untuk mendapatkan letak cg roket, cukup dengan membuat keseimbangan momen pada salah satu perletakan = 0, yang menghasilkan persamaan satu variabel, maka akan didapat letak dari cg, yang merupakan jarak (beban terpusat salah satu tumpuan perletakan.). Tumpuan 1 n Tumpuan 2 W! W2 Gambar 3-1 : Roket Terletak Pada Dua Tumpuan Timbangan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1, dengan membuat jumlah momen pada timbangan 1 = 0 atau L Mt = 0 (1), secara mekanika gaya dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Wtol x Ld - W2 x L = 0, dengan demikian nilai Ld didapat, yaitu : U = ( W2 x L) / Wtot... (3-1) 15

5 Dengan didapatkannya nilai La, maka letak titik berat roket dapat diketahui. Keterangan: Wtot = Wj + W2 = Berat total roket Wi = Reaksi pada tumpuan 1 = Berat roket pada timbangan 1. W2 = Reaksi pada tumpuan 2 = Berat roket pada timbangan 2. Ld = Jarak titik berat roket ke tumpuan timbangan 1. Lb = Jarak titik berat roket ke tumpuan timbangan 2. L = Jarak antar tumpuan timbangan 1 dengan timbangan 2. Nilai Wj dan W2 diketahui dari angka yang terbaca pada layar timbangan. Untuk dapat menghitung letak cg pada dua timbangan, secara mekanika gaya atau analisa struktur, perlu dibuat model matematis seperti pada Gmbar 3.2, yaitu balok sederhana dengan dua tumpuan (simple beam). Gambar 3.2 : Model Matematis Mengukur Cg Dengan Dua Timbangan Data-data yang perlu diketahui, sebelum pengukuran letak cg dilakukan adalah : Ltot = Panjang total roket, dari ujung nosecone sampai ujung nosel. L Jarak ujung nosecone sampai tumpuan timbangan T. Li Jarak ujung nosel sampai tumpuan timbangan TT. 16

6 Dengan demikian letak cg didapat, yang diukur dari ujung nosecone. Lcg = Li + Lj = Letak titik berat roket, dihitung dari ujung nosecone... (3-2) Selanjutnya untuk menghitung letak cg pada tiga timbangan atau empat timbangan, juga perlu dibuat model balok dengan tiga atau empat tumpuan atau disebut balok menerus (continuous beam), dan seterusnya jumlah tumpuan sesuai dengan jumlah timbangan. 4. METODE PENGUKURAN CG DENGAN DUA TIMBANGAN Metode pelaksanaan pengukuran cg dapat dilakukan dengan dua cara, yang dapat di jelaskan sbb.: a. Cara pertama, menaruh 2 buah timbangan diatas alas yang rata, lalu mengukur jarak antara kedua timbangan. b. Menaruh roket yang akan diukur cg nya diatas kedua timbangan tersebut. Angka yang tertera pada layar monitor timbangan merupakan reaksi dari tumpuan pada model matematis. c. Dengan perhitungan keseimbangan statis momen 0, akan didapat letak titik berat roket (persamaan 3-1). d. Cara kedua adalah mengatur letak roket dengan cara mendorong dan memundurkan roket sampai diperoleh angka pada layar kedua timbangan sama besar. e. Letak cg roket dengan sendirinya ada ditengah-tengah kedua timbangan. Untuk roket yang berukuran kecil, dan bobotnya masih ringan atau sedang, cara kedua masih cukup mudah dilakukan, tetapi untuk roket yang berat seperti RX- 320 dan RX-420 cara pertama lebih mudah dilakukan. Selanjutnya jika pengukuran cg menggunakan lebih dari dua timbangan, pada prinsipnya cara pertama digunakan, hanya saja jumlah reaksi yang ada lebih dari satu, namun variabel dari persamaan keseimbangan tetap satu. 17 L

7 Gambar 4-1 : Pengukuran Cg Roket RX-420 Uji Terbang Gambar 4-1 diatas adalah pengukuran letak cg RX-420 yang uji terbang nya telah dilaksanakan pada 2 Juli Pengukuran menggunakan alat bantu crane dan menggunakan timbangan yang sudah dibeli dengan kapasitas yang sudah mencukupi. Untuk mengukur letak cg menggunakan tiga buah atau empat buah timbangan, itu dapat dimodelkan seperti pada balok struktur statis tidak tertentu dengan tiga atau empat buah tumpuan (continuous bearri). Keberadaan resultan dari berat total roket, merupakan beban terpusat yang dapat diasumsikan terletak diantara tumpuan kedua dengan tumpuan ketiga, atau diantara tumpuan ketiga dengan tumpuan keempat. Besar nya reaksi dari masing-masing tumpuan perletakan adalah angka yang terbaca pada layar monitor timbangan tersebut. Selanjutnya untuk mendapatkan letak cg roket, 18

8 cukup dengan membuat keseimbangan statika momen, yaitu semua momen yang bekerja pada salah satu tumpuan = O, yang menghasilkan persamaan dengan satu variabel. Untuk mudah nya keseimbangan momen diambil dari timbangan yang paling tepi, yang berarti dekat nosecone atau nosel. Dari persamaan tersebut akan didapat letak dari cg, yang merupakan jarak dari beban terpusat terhadap perletakan yang tepi Pengukuran Dengan Tiga Timbangan Analisis struktur dapat dilakukan dengan metode hitungan pada struktur statis tidak tertentu (indeterminate stnictures) yang cukup dikenal, baik dengan metode distribusi momen (moment distribution method) maupun dengan metode ubahan sudut (slope deflection method), analisis dilakukan untuk mendapatkan besarnya reaksi tumpuan tersebut diatas. Prinsip dari metode distribusi momen adalah, ketidak seimbangan momen yang ada ditumpuan tengah, dibuat menjadi seimbang dengan cara perhitungan yang berulang atau cara iterasi, sampai ketidak seimbangan momen mencapai kondisi konvergen. Sedangkan prinsip dari metode ubahan sudut, jumlah ketidak seimbangan momen yang terjadi pada tumpuan tengah dibuat sama dengan nol, untuk mendapatkan persamaan-persamaan dengan ubahan sudut sebagai fungsinya. Dengan menyelesaikan persamaan linear, selanjutnya akan didapat momen keseimbangan pada tumpuan tengah. R. = el R 2 = 1,25 gl R 3 = 0,375 gl Gambar 4-2 : Model Matematis Mengukur Cg Dengan Tiga Timbangan 19

9 Untuk struktur balok menerus dengan tiga tumpuan, dengan beban yang bekeija berupa beban terbagi rata g, maka reaksi yang terjadi dimasing-masing tumpuan adalah, Rj = 0,375 gl, R2 = 1,25 gl, R3 = 0,375 gl dan momen keseimbangan yang bekeija pada tumpuan kedua adalah M2 = 0,125gl, sedangkan Mi = M3 = 0 p) - Komponen struktur roket berurat disebut dari depan terdiri dari nosecone, tabung muatan roket yang berisi instrumentasi muatan, tabung motor roket yang diujung-ujung bagian dalam nya berada cap Han nosel, lalu tabung dudukan sirip yang merupakan tempat keempat sirip didudukkan. Komponen struktur roket tersebut baik dimensi maupun jenis material pembentuknya berbeda, hal itu menyebabkan beban berat sendiri nya berbeda-beda, tidak terdistribusi secara merata, sehingga besarnya reaksi yang bekeija pada tumpuan besarnya tidaklah seperti tersebut diatas, perlu dicari momen keseimbangan pada tumpuan kedua, yang akhirnya didapat sebesar 0.125gl 2. Struktur roket yang akan diukur letak cg nya diletakkan pada tiga buah timbangan, beban berat sendiri struktur roket tidaklah terdistribusi secara merata seperti disebut diatas, namun demikian tidak perlu rumit dengan teori struktur statis tidak tertentu, cukup melihat besarnya angka yang tertera pada layar monitor timbangan, yang mana itu merupakan reaksi pada tumpuan. Maka dengan membuat keseimbangan statika momen sama dengan nol, akan didapat letak cg seperti pada gambar mndel matematis Pengukuran Dengan Empat Timbangan R, = 0,4gl R 2 = l,lgl 20 R 3 = l,lgl R* = 0,4gl 20

10 Gambar 4-3 : Model Matematis Mengukur Cg Dengan Empat Timbangan Struktur roket yang akan diukur letak cg nya diletakkan pada empat buah timbangan,. Melihat besarnya angka yang tertera pada layar monitor timbangan, (reaksi pada tumpuan), maka dengan membuat keseimbangan statika momen sama dengan nol, akan didapat letak cg seperti pada gambar model matematis Penerapan Balok Menerus Dengan Tiga Timbangan Contoh kasus dilakukan pada struktur tabung roket : aluminium alloy 6061T6 dengan data sebagai berikut, panjang tabung total = 489 cm, diameter luar OD = 15,2 cm, diameter dalam ID = 14 cm, tebal 0,6 cm. Berat Jenis material y = 2,7 t/m 3 = 2,7 gr/cm 3. Dari data tersebut, berat persatuan panjang dari tabung g = 7,444 kg/m\ g = 7,444 kg/m Gambar4.4: Model Matematis Mencari Reaksi Tumpuan Tiga Timbangan Dari model matematis pada Gambar 4.4., dengan menggunakan metode perhitungan struktur statis tidak tertentu, didapat hasil R! = 1,63 g; R2 = 1,66 g dan R3 = 1,60 g. Nilai ini setara dengan angka yang tertera pada layar monitor timbangan, yaitu Ri = 12,12 kg; R2 = 12,36 kg dan R3 = 11,92 kg. Dengan demikian metode perhitungan yang digunakan, dapat diterapkan. 21

11 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pengukuran letak cg roket RX-420 dilakukan di Unit Fabrikasi Pustekwagan, pada tanggal 17 Juni Timbangan yang digunakan Merk Cardinal yang dibuat oleh negara Amerika, model Nu 204-V, memakai batterei 12 Volt, arus 300 ma dan kapasitas 1000 kg. Dengan mereferensi Gambar 3.2, data-data yang dicatat ketika struktur roket diletakkan diatas dua tumpuan timbangan adalah sebagai berikut: Ltot = Panjang total roket = 622 cm. Lt = Jarak ujung nosecone sampai tumpuan timbangan 1 = 285 cm. L2 = Jarak ujung nosel sampai tumpuan timbangan 2 = 122 cm.. L = Jarak antar tumpuan timbangan 1 dengan timbangan 2 = 215 cm. Angka yang terbaca pada monitor timbangan 1 = Wj = Berat roket pada timbangan 1 = 697,8 kg, sedangkan yang terbaca pada monitor timbangan 2 = W2 = Berat roket pada timbangan 2 = 320,8 kg. Dengan memakai persamaan (2-1), akan didapat jarak cg ke tumpuan timbangan 1 yaitu: I*= (W2xL)/Wtot = 67,7 cm Dengan memakai persamaan (2-2), didapat letak cg yang diukur dari ujung nosecone. Lcg = Lj + Ld = 352,7 cm Sedangkan hasil perhitungan dengan simulasi Software Autodesk Mechamcal Desktop, yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2009, input berat total roket yang didapat sebesar 999,43 kg, titik berat terletak 350,18 cm dari ujung nosecone. Dengan mengamini nilai letak cg 352,7 cm sebagai validasi, didapat % perbedaan yang kecil yaitu sebesar 0,7%. Perbedaan berat terjadi karena mungkin ada komponen yang belum terhitung beratnya, yang tentu saja akan menyebabkan letak cg juga berbeda, naimm demikian hasil simulasi akan sangat membantu, karena paling tidak perbedaan pengukuran langsung dengan timbangan, seharusnya tidak akan terpaut jauh dari hasil shnnlagi dengan perangkat hmak 5.2. Pembahasan Untuk alternatif penggunaan lebih dari dua timbangan, kapasitas timbangan yang dimiliki adalah, 200 kg sebanyak dua buah, kapasitas 500 kg juga sebanyak dua 22

12 buah. Pelaksanaan pengukuran cg yang menggunakan lebih dari dua buah timbangan perlu hati-hati, karena harus memperhatikan kerataan level permukaan semua timbangan, agar badan roket ketika pengukuran dilakukan harus benar-benar menyentuh alas timbangan. Kalau tidak demikian maka hasil yang didapat tidak akan sesuai. Jika menggunakan 3 buah timbangan, dengan analisis struktur seperti diatas, akan mengakibatkan timbangan yang nomor dua menerima reaksi beban berat roket yang cukup besar, lebih besar dari setengah berat total roket. Mengingat berat roket RX-420 sekitar 1000 kg, maka kapasitas timbangan ke-dua yang memakai kapasitas timbangan 500 kg tidak cukup menerima beban. Oleh karena itu menggunakan tiga buah timbangan dengan kapasitas yang dimiliki seperti tersebut diatas, tidak direkomendasikan. Sedangkan jika menggunakan 4 buah timbangan, dengan analisis struktur seperti diatas, timbangan yang nomor dua dan nomor tiga menerima reaksi beban berat roket yang tidak begitu besar, besar nya kurang dari setengah berat total roket. Dengan demikian memakai 4 buah timbangan lebih memungkinkan, karena menerima reaksi perletakan yang lebih rendah dibandingkan 3 buah timbangan. Hal yang juga perlu dicatat disini adalah, meskipun ada beberapa buah timhangan sebagai tumpuan, namun analisis struktur tetap seperti struktur statis tertentu, karena beberapa reaksi tumpuan langsung didapat dari angka yang terbaca pada layar monitor timbangan. Dan dengan membuat keseimbangan statika momen sama dengan nol, akan didapat letak dari cg. Dari bab pembahasan ini akan dapat ditarik beberapa kesimpulan. 6. KESIMPULAN a. Dari pengukuran cg roket RX-420, didapat nilai letak cg 352,7 cm diukur dari ujung nosecone, terdapat perbedaan yang kecil yaitu sebesar 0,7% dibandingkan dengan simulasi Software, menunjukkan pengukuran tersebut cukup akurat.. b. Untuk menggunakan lebih dari dua timbangan harus memperhatikan level kerataan permukaan semua timbangan, agar badan roket yang akan ditimbang benar-benar 23

13 menyentuh alas timbangan, karena kalau tidak demikian, hasil yang didapat tidak akan sesuai. c. Jika menggunakan 3 buah timbangan akan mengakibatkan timbangan yang nomor dua, menerima reaksi beban yang cukup besar, lebih besar dari setengah berat total roket, maka kapasitas timbangan ke-dua tidak cukup menerima beban. Oleh karena itu menggunakan 3 buah timbangan tidak direkomendasikan. d. Menggunakan 4 buah timbangan lebih memungkinkan, karena menerima reaksi perletakan yang lebih rendah dibandingkan dengan 3 buah timbangan. Timbangan yang nomor dua dan nomor tiga menerima reaksi beban berat roket yang besar nya kurang dari setengah berat total roket e. Sangat mungkin mengukur letak cg untuk roket yang lebih besar, seperti RX-530 yang sedang direncanakan, dengan beberapa buah timbangan. DAFTAR PUSTAKA 1. Budi Djatmiko A, Rancang Bangun Alat Untuk Menentukan Titik Berat Roket, Seminar Nasional Iptek Dirgantara IX, LAPAN, Oktober Daniel L Schodek, Structure, 2" 1 Edition, A. Simon & Schuster Company Englewood Clifis, New Jersey, "Gambar Teknik Struktur Motor Roket RX-420", Bidang Struktur Mekanika, Pustekwagan, Mujtahid Rancang Bangun Sistem Pengatur Letak Roket Untuk Pengukuran Center Of Gravity Roket Seminar Nasional Iptek Dirgantara IX, LAPAN, Oktober Wang, Chu-Kia, Intermediate Structural Anatysis, Mc Graw-Hill Book Company New York,

Endang Mugia GS. Peneliti Bidang Teknologi Avionik, Lapan ABSTRACT

Endang Mugia GS. Peneliti Bidang Teknologi Avionik, Lapan   ABSTRACT Pengaruh Nilai Koefisien Aerodinamika... (Endang Mugia GS.) PENGARUH NILAI KOEFISIEN AERODINAMIKA DAN PADA KESTABILAN TERBANG GERAK PERIODE PENDEK (SHORT PERIOD) RKX-200 LAPAN [EFFECT OF AERODYNAMICS COEFFICIENT

Lebih terperinci

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º

PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º Penentuan Gaya Hambat Udara pada Peluncuran... (Turah Sembiring) PENENTUAN GAYA HAMBAT UDARA PADA PELUNCURAN ROKET DENGAN SUDUT ELEVASI 65º Turah Sembiring Peneliti Pusat Teknologi Penerbangan, LAPAN e-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BALOK NON PRISMATIS MENGGUNAKAN METODE PERSAMAAN SLOPE DEFLECTION

ANALISIS STRUKTUR BALOK NON PRISMATIS MENGGUNAKAN METODE PERSAMAAN SLOPE DEFLECTION ANALISIS STRUKTUR BALOK NON PRISMATIS MENGGUNAKAN METODE PERSAMAAN SLOPE DEFLECTION Agus Setiawan Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING)

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING) Karakteristik Dinamik Struktur Roket RKN. (Sugiarmadji HPS) KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING) Sugiarmadji HPS Peneliti Pusat Teknologi Wahana

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA

RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA RANCANG BANGUN ROKET LAPAN DAN KINERJANYA Sutrisno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN RINGKASAN Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) merupakan suatu instansi pemerintah yang mclakukan penelitian

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA BOM LATIH PERCOBAAN BLP-500 DAN BLP 25

PENELITIAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA BOM LATIH PERCOBAAN BLP-500 DAN BLP 25 PENELITIAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA BOM LATIH PERCOBAAN BLP-500 DAN BLP 25 Agus Aribowo, Sulistyo Atmadi *( Yus Kadarusman Marias ") ) Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Tcrapan, LAPAN

Lebih terperinci

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 2 Juni 2010 : 60-65 ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN Ediwan Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara LAPAN e-mail:

Lebih terperinci

PERANCANGAN TABUNG MOTOR ROKET RX-150-LPN BERDASARKAN ANALISIS PERHITUNGAN DAN EKSPERIMEN

PERANCANGAN TABUNG MOTOR ROKET RX-150-LPN BERDASARKAN ANALISIS PERHITUNGAN DAN EKSPERIMEN PERANCANGAN TABUNG MOTOR ROKET RX-150-LPN BERDASARKAN ANALISIS PERHITUNGAN DAN EKSPERIMEN Atik Bintoro Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara ABSTRACT The rocket motor tube is primary construction

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET BERTINGKAT RX-420/RX-250 PADA KONDISI FREE- FLYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Setiadi Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN e-mail

Lebih terperinci

Konsep Keseimbangan & Pemodelan Struktur

Konsep Keseimbangan & Pemodelan Struktur Mata Kuliah : Statika Kode : TSP 106 SKS : 3 SKS Konsep Keseimbangan & Pemodelan Struktur Pertemuan 3 & 4 TIU : Mahasiswa dapat menghitung reaksi perletakan pada struktur statis tertentu TIK : Mahasiswa

Lebih terperinci

2 Mekanika Rekayasa 1

2 Mekanika Rekayasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN S ebuah konstruksi dibuat dengan ukuran-ukuran fisik tertentu haruslah mampu menahan gaya-gaya yang bekerja dan konstruksi tersebut harus kokoh sehingga tidak hancur dan rusak. Konstruksi

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm Simulasi dan Perhitungan Spin Roket... (Ahmad Jamaludin Fitroh et al.) SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 00 mm Ahmad Jamaludin Fitroh *), Saeri **) *) Peneliti Aerodinamika, LAPAN

Lebih terperinci

MODUL 3 : METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN Judul :METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN UNTUK MENYELESAIKAN STRUKTUR STATIS TIDAK TERTENTU

MODUL 3 : METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN Judul :METODA PERSAMAAN TIGA MOMEN UNTUK MENYELESAIKAN STRUKTUR STATIS TIDAK TERTENTU MOU 3 1 MOU 3 : METO PERSMN TIG MOMEN 3.1. Judul :METO PERSMN TIG MOMEN UNTUK MENYEESIKN STRUKTUR STTIS TIK TERTENTU Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan memahami bagaimanakah

Lebih terperinci

Golongan struktur Balok ( beam Kerangka kaku ( rigid frame Rangka batang ( truss

Golongan struktur Balok ( beam Kerangka kaku ( rigid frame Rangka batang ( truss Golongan struktur 1. Balok (beam) adalah suatu batang struktur yang hanya menerima beban tegak saja, dapat dianalisa secara lengkap apabila diagram gaya geser dan diagram momennya telah diperoleh. 2. Kerangka

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2016/2017 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL Mata kuliah : Mekanika Teknik Kode MK : TIN 106 Mata kuliah prasyarat : - (tidak ada)

Lebih terperinci

Mekanika Rekayasa III

Mekanika Rekayasa III Mekanika Rekayasa III Metode Hardy Cross Pertama kali diperkenalkan oleh Hardy Cross (1993) dalam bukunya yang berjudul nalysis of Continuous Frames by Distributing Fixed End Moments. Sebagai penghargaan,

Lebih terperinci

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak. BAB I. PENDAHULUAN Mekanika : Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang bereaksi pada benda tersebut. Dibedakan: 1. Mekanika benda tegar (mechanics

Lebih terperinci

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320

PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320 PENELITIAN PRESTASI TERBANG ROKET SONDA SATU TINGKAT RX-320 Turah Semblring Penellti Pusterapan. LAPAN ABSTRACT Research to find the optimum performance of the rocket is done by using one stage of RX-320

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KEMIRINGAN RANGKA BATANG RASUK PARALEL TERHADAP LENDUTAN

KAJIAN PENGARUH KEMIRINGAN RANGKA BATANG RASUK PARALEL TERHADAP LENDUTAN KAJIAN PENGARUH KEMIRINGAN RANGKA BATANG RASUK PARALEL TERHADAP LENDUTAN Ginardy Husada 1,Kanjalia Tjandrapuspa Tanamal 2 1,2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN PADA RANGKA ATAP TERHADAP LENDUTAN

PENELITIAN PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN PADA RANGKA ATAP TERHADAP LENDUTAN PENELITIAN PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN PADA RANGKA ATAP TERHADAP LENDUTAN Disusun Oleh: Ginardy Husada Maria Christine JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2012 PENELITIAN

Lebih terperinci

MEKANIKA REKAYASA III TC301

MEKANIKA REKAYASA III TC301 DESKRIPSI SILABUS SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MEKANIKA REKAYASA III TC301 PENYUSUN BUDI KUDWADI, Drs., MT. NIP. 131 874 195 PROGRAM STUDI D3 - TEKNIK SIPIL JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN FAKULTAS

Lebih terperinci

IGNITER ROKET LAPAN. Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN

IGNITER ROKET LAPAN. Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN IGNITER ROKET LAPAN Heru Supriyatno Peneliti Bidang Propelan, LAPAN Berita Dirgantara Vol. 10 No. 1 Maret 2009:8-12 RINGKASAN Igniter merupakan komponen dari motor roket yang berfungsi sebagai penyala

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu I.1 Golongan Struktur Sebagian besar struktur dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga golongan berikut: balok, kerangka kaku,

Lebih terperinci

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN STRUKTUR ROKET RX-320 PADA WAKTU HANDLING DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (FEM)

ANALISIS DEFLEKSI DAN TEGANGAN STRUKTUR ROKET RX-320 PADA WAKTU HANDLING DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (FEM) Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 7 o. 2 Desember 2009:112-119 AALISIS DEFLEKSI DA TEGAGA STRUKTUR ROKET RX-320 PADA WAKTU HADLIG DEGA METODE ELEME HIGGA (FEM) Sugiarmadji HPS, Setiadi Peneliti Bidang Struktur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SLOPE DEFLECTION PADA STRUKTUR STATIS TAK TENTU DENGAN KEKAKUAN YANG TIDAK MERATA DALAM SATU BALOK.

PENGGUNAAN METODE SLOPE DEFLECTION PADA STRUKTUR STATIS TAK TENTU DENGAN KEKAKUAN YANG TIDAK MERATA DALAM SATU BALOK. PENGGUNN ETOE SLOPE... (JEY WIJY, KK) PENGGUNN ETOE SLOPE EFLETION P STRUKTUR STTIS TK TENTU ENGN KEKKUN YNG TIK ERT L STU LOK. Jemy Wijaya dan Fanywati Itang Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG Mata Kuliah Mekanika Fluida Oleh: 1. Annida Unnatiq Ulya 21080110120028 2. Pratiwi Listyaningrum 21080110120030 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Lintang Madi Sudiro (2106100130) Jurusan Teknik Mesin FTI ITS,Surabaya 60111,email:lintangm49@gmail.com

Lebih terperinci

MEKANIKA REKAYASA III

MEKANIKA REKAYASA III MEKANIKA REKAYASA III Dosen : Vera A. Noorhidana, S.T., M.T. Pengenalan analisa struktur statis tak tertentu. Metode Clapeyron Metode Cross Metode Slope Deflection Rangka Batang statis tak tertentu PENGENALAN

Lebih terperinci

METODE ANALISIS BALOK -. CANGKANG. DALAM SISTEM STRUKTUR TESIS MAGISTER. Oleh Fachri Panusunan Nasution

METODE ANALISIS BALOK -. CANGKANG. DALAM SISTEM STRUKTUR TESIS MAGISTER. Oleh Fachri Panusunan Nasution METODE ANALISIS BALOK -. CANGKANG. DALAM SISTEM STRUKTUR TESIS MAGISTER Oleh Fachri Panusunan Nasution 25099 033 BIDANG KHUSUS REKAYASA STRUKTUR PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTTTUT

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang demikian kompleks, metode eksak akan sulit digunakan. Kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. yang demikian kompleks, metode eksak akan sulit digunakan. Kompleksitas BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada saat ini, pesatnya perkembangan teknologi telah memunculkan berbagai jenis struktur pelat yang cukup rumit misalnya pada struktur jembatan, pesawat terbang, bangunan,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SLOPE DEFLECTION PADA STRUKTUR PORTAL BERGOYANG STATIS TAK TENTU DENGAN KEKAKUAN YANG TIDAK MERATA DALAM SATU BALOK DAN KOLOM

PENGGUNAAN METODE SLOPE DEFLECTION PADA STRUKTUR PORTAL BERGOYANG STATIS TAK TENTU DENGAN KEKAKUAN YANG TIDAK MERATA DALAM SATU BALOK DAN KOLOM PENGGUNN METODE SOPE DEFETION... (JEMMY WIJY, DKK PENGGUNN METODE SOPE DEFETION PD STRUKTUR PORT ERGOYNG STTIS TK TENTU DENGN KEKKUN YNG TIDK MERT DM STU OK DN KOOM Jemy Wijaya dan Fanywati Itang Jurusan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. karunia-nya kepada saya sebagai penulis, sehingga tersusunya makalah momen

KATA PENGANTAR. karunia-nya kepada saya sebagai penulis, sehingga tersusunya makalah momen KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada pujaan alam Allah SWT atas rahmat, dan karunia-nya kepada saya sebagai penulis, sehingga tersusunya makalah momen distribusi portal 3 lantai Makalah ini

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL

KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL KAJIAN TENTANG RANCANGAN MOTOR ROKET RX100 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAYA DORONG OPTIMAL Errya Satrya 1 ; Holder Simorangkir 2 1 Staf peneliti Pusat Roket LAPAN, Rumpin Serpong 2 Universitas IndoNusa Esa

Lebih terperinci

Kata kunci: kekakuan, koefisien distribusi, faktor pemindah, momen primer, goyangan.

Kata kunci: kekakuan, koefisien distribusi, faktor pemindah, momen primer, goyangan. PENGGUNN METODE CROSS PD STRUKTUR PORT ERGOYNG STTIS TK TENTU DENGN KEKKUN TIDK MERT DM STU OK DN KOOM. Jemy wijaya 1) Fanywati Itang ) 1) ) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Untar Email: jemyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang Mata Kuliah : Statika & Mekanika Bahan Kode : CIV 102 SKS : 4 SKS Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang Pertemuan 9 Kemampuan akhir yang diharapkan Mahasiswa dapat melakukan analisis reaksi perletakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 139 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Dari hasil analisa dan perhitungan data yang sudah didapat dengan menggunakan program yang telah dibuat berdasarkan teori yang ada maka dapat ditarik beberapa

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR Oleh : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, M.Sc., Ph.D. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

ANALIS1S STRUKTUR NOSEL RX320 DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN S45C

ANALIS1S STRUKTUR NOSEL RX320 DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN S45C ANALIS1S STRUKTUR NOSEL RX320 DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN S45C Edtwan Penelitl Bldang Struktur, LAPAN ABSTRACT In May and July 2008, flight test of RX 320 rocket were successfully conducted. However there

Lebih terperinci

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA Engelbertha Noviani Bria Seran NRP: 0321011 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT. ABSTRAK Salah satu bagian

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC. Widiajaya PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN CONNECTING ROD DAN CRANKSHAFT MESIN OTTO SATU SILINDER EMPAT LANGKAH BERKAPASITAS 65 CC Widiajaya 0906631446 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN PERSAMAAN GERAK ROKET TIGA DIMENSI TIPE RKX- 200 LAPAN DAN SIMULASINYA

ANALISA KESTABILAN PERSAMAAN GERAK ROKET TIGA DIMENSI TIPE RKX- 200 LAPAN DAN SIMULASINYA ANALISA KESTABILAN PERSAMAAN GERAK ROKET TIGA DIMENSI TIPE RKX- 200 LAPAN DAN SIMULASINYA MOHAMMAD RIFA I 1208100703 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum BAB IV BAHAN PENELITIAN 4.1 Bahan Penelitian Bahan yang dipakai dalam penelitian ini berupa kayu, baut dan pelat baja. 1.Kayu Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55

ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55 ANALISA BEBAN MAKSIMUM YANG DAPAT DIANGKAT CRAWLER CRANE XCMG QUY55 Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: HIDAYAT WIDYARSONO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Modifikasi itu dapat dilakukan dengan mengubah suatu profil baja standard menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Modifikasi itu dapat dilakukan dengan mengubah suatu profil baja standard menjadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Struktur suatu portal baja dengan bentang yang besar sangatlah tidak ekonomis bila menggunakan profil baja standard. Untuk itu diperlukannya suatu modifikasi pada profil baja

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTUR BAJA SEBAGAI ALTERNATIF REVIEW DESIGN STRUKTUR BETON BERTULANG (STUDI KASUS PADA GEDUNG LPTK FT UNY) PROYEK AKHIR

KAJIAN STRUKTUR BAJA SEBAGAI ALTERNATIF REVIEW DESIGN STRUKTUR BETON BERTULANG (STUDI KASUS PADA GEDUNG LPTK FT UNY) PROYEK AKHIR KAJIAN STRUKTUR BAJA SEBAGAI ALTERNATIF REVIEW DESIGN STRUKTUR BETON BERTULANG (STUDI KASUS PADA GEDUNG LPTK FT UNY) PROYEK AKHIR Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Outline TM. XXII : METODE CROSS. TKS 4008 Analisis Struktur I 11/24/2014. Metode Distribusi Momen

Outline TM. XXII : METODE CROSS. TKS 4008 Analisis Struktur I 11/24/2014. Metode Distribusi Momen TKS 4008 Analisis Struktur I TM. XXII : METODE CROSS Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Outline Metode Distribusi Momen Momen Primer (M ij ) Faktor

Lebih terperinci

14/12/2012. Metoda penyelesaian :

14/12/2012. Metoda penyelesaian : Sebuah benda berada dalam keseimbangan di bawah pengaruh gaya-gaya yang berpotongan jika : 1. Benda itu diam dan tetap diam (static equilibrium). 2. Benda itu bergerak dengan vektor kecepatan yang tetap

Lebih terperinci

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul Sistem Struktur 2ton y Sambungan batang 5ton 5ton 5ton x Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul a Baut Penyambung Profil L.70.70.7 a Potongan a-a DESAIN BATANG TARIK Dari hasil analisis struktur, elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Roket Roket adalah suatu wahana antariksa yang dapat menjelajah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sir Isaac Newton, seorang ahli matematika, scientist, dan seorang

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKLURUSAN DAN KETIDAKSIMETRISAN PEMASANGAN SIRIP PADA PRESTASI TERBANG ROKET RX-250-LPN

PENGARUH KETIDAKLURUSAN DAN KETIDAKSIMETRISAN PEMASANGAN SIRIP PADA PRESTASI TERBANG ROKET RX-250-LPN PENGARUH KETIDAKLURUSAN DAN KETIDAKSIMETRISAN PEMASANGAN SIRIP PADA PRESTASI TERBANG ROKET RX-250-LPN Sulistyo Atmadi, Ahmad Riyadi Peneliti Bidang Aerodinamika dan Struktur, LAPAN ABSTRACT The performance

Lebih terperinci

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

STRUKTUR STATIS TAK TENTU . Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu Struktur statis tertentu : Suatu struktur yang mempunyai kondisi di mana jumlah reaksi perletakannya sama dengan jumlah syarat kesetimbangan statika.

Lebih terperinci

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak

Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.

Lebih terperinci

BAB II KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB II KESETIMBANGAN BENDA TEGAR BAB II KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Benda tegar adalah elemen kecil yang tidak mengalami perubahan bentuk apabila dikenai gaya. Struktur dua dimensi dapat diartikan sebuah struktur pipih yang mempunyai panjang

Lebih terperinci

ELECTRIC TROLLEY CRANE DENGAN DAYA ANGKAT MANUAL (RANGKA) PROYEK AKHIR

ELECTRIC TROLLEY CRANE DENGAN DAYA ANGKAT MANUAL (RANGKA) PROYEK AKHIR ELECTRIC TROLLEY CRANE DENGAN DAYA ANGKAT MANUAL (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi D III Teknik Mesin Disusun oleh : SUKIYANTO

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda

DINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm

SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL FISIKA SMA N 1 SINGARAJA 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh gambar di atas adalah.. mm A. 2, 507 ± 0,01 B. 2,507 ± 0,005 C. 2, 570 ± 0,01 D. 2, 570 ± 0,005 E. 2,700 ±

Lebih terperinci

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Gaya Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja

Lebih terperinci

Statika Struktur selasa, 18:20 s/d 20:30, S01 oleh hadi saputra

Statika Struktur selasa, 18:20 s/d 20:30, S01 oleh hadi saputra Statika Struktur selasa, 18:20 s/d 20:30, S01 oleh hadi saputra Presensi Penilaian: Kehadiran : 10% UTS dan UAS : 40% Tugas I+II+III+IV : 50% Komposisi Tugas I : PR Kuliah ke 1 sd 3 Komposisi Tugas II

Lebih terperinci

Novi Andria Peneliti Pusat Teknologi Roket, Lapan ABSTRACT

Novi Andria Peneliti Pusat Teknologi Roket, Lapan   ABSTRACT Analisis Faktor Koreksi Perhitungan Trayektori... (Novi Andria) ANALISIS FAKTOR KOREKSI PERHITUNGAN TRAYEKTORI ROKET LAPAN, STUDI KASUS: RX200 LAPAN-ORARI (CORRECTION FACTOR ANALYSIS OF TRAJECTORY CALCULATION

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 31 BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 4.1 MENGHITUNG PUTARAN POROS PISAU Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada pisau yang dapat diketahui dengan persamaan

Lebih terperinci

I. DEFORMASI TITIK SIMPUL DARI STRUKTUR RANGKA BATANG

I. DEFORMASI TITIK SIMPUL DARI STRUKTUR RANGKA BATANG Materi Mekanika Rekayasa 4 Statika : 1. Deformasi pada Konstruksi Rangka atang : - Cara nalitis : metoda unit load - Cara Grafis : - metoda welliot - metoda welliot mohr 2. Deformasi pada Konstrusi alok

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA RANGKA RUANG (SPACE TRUSS) DENGAN MEMBANDINGKAN CARA PERHITUNGAN MANUAL DENGAN PROGRAM SAP2000

APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA RANGKA RUANG (SPACE TRUSS) DENGAN MEMBANDINGKAN CARA PERHITUNGAN MANUAL DENGAN PROGRAM SAP2000 APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA RANGKA RUANG (SPACE TRUSS) DENGAN MEMBANDINGKAN CARA PERHITUNGAN MANUAL DENGAN PROGRAM SAP2000 Sanci Barus 1, Syahrizal 2 dan Martinus 3 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUJIAN KEKUATAN MEKANIK WADAH BAHAN BAKAR PADA BULK SHIELDING REAKTOR KARTINI MENGGUNAKAN CATIA V5 R20

SIMULASI PENGUJIAN KEKUATAN MEKANIK WADAH BAHAN BAKAR PADA BULK SHIELDING REAKTOR KARTINI MENGGUNAKAN CATIA V5 R20 SIMULASI PENGUJIAN KEKUATAN MEKANIK WADAH BAHAN BAKAR PADA BULK SHIELDING REAKTOR KARTINI MENGGUNAKAN CATIA V5 R20 Dedy Haryanto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Email : ptrkn@batan.go.id

Lebih terperinci

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA Himawan Indarto 1, Bambang Pardoyo 2, Nur Fahria R. 3, Ita Puji L. 4 1,2) Dosen Teknik Sipil Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit Mata Pelajaran Hari / tanggal Waktu SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit Petunjuk : a. Pilihan jawaban yang paling benar diantaraa huruf A, B, C, D dan E A. Soal

Lebih terperinci

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu Mata Kuliah : Statika Kode : TSP 106 SKS : 3 SKS Struktur Rangka Batang Statis Tertentu Pertemuan 10, 11, 12 TIU : Mahasiswa dapat menghitung reaksi perletakan pada struktur statis tertentu Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS)

PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS) Proses Produksi Propelan RX 550 Menuju Terwujudnya...(Sutrisno) PROSES PRODUKSI PROPELAN RX 550 MENUJU TERWUJUDNYA ROKET PENGORBIT SATELIT (RPS) Sutrisno Peneliti Pusat Teknologi Wahana Dirgantara, LAPAN

Lebih terperinci

GAYA DAN HUKUM NEWTON

GAYA DAN HUKUM NEWTON GAYA DAN HUKUM NEWTON 1. Gaya Gaya merupakan suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton (N). Gbr. 1 Gaya berupa tarikan pada sebuah balok Pada gambar 1 ditunjukkan sebuah balok

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Fluida Statis - Latihan Soal

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Fluida Statis - Latihan Soal ANTIREMED KELAS 10 FISIKA Fluida Statis - Latihan Soal Doc. Name: K13AR10FIS0601 Version : 2014-09 halaman 1 01. Seorang wanita bermassa 45 kg memakai sepatu hak tinggi dengan luas permukaan bawah hak

Lebih terperinci

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol. Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya yang bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya yang sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah

Lebih terperinci

MEKANIKA REKAYASA. Bagian 1. Pendahuluan

MEKANIKA REKAYASA. Bagian 1. Pendahuluan MEKANIKA REKAYASA Bagian 1 Pendahuluan i ii Mekanika Rekayasa Bagian 1 PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah swt. Tuhan pemilik alam semesta, dan tak lupa pula shalawat beriring salam kepada pelopor ilmu

Lebih terperinci

METODA CONSISTENT DEFORMATION

METODA CONSISTENT DEFORMATION Modul ke: 01 Analisa Struktur I METODA CONSISTENT Fakultas FTPD Acep Hidayat,ST,MT Program Studi Teknik Sipil Struktur Statis Tidak Tertentu Analisis Struktur Analisis struktur adalah proses untuk menentukan

Lebih terperinci

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL

KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL KEKAKUAN KOLOM BAJA TERSUSUN EMPAT PROFIL SIKU DENGAN VARIASI PELAT KOPEL Achmad Basuki Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNS Surakarta. E-mail: achmadbasuki@yahoo.com Abstract Steel has advantages

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST. TUGAS AKHIR Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib PEMBIMBING Yohanes, ST. Msc SYAMSUL ARIF 2110 106 023 LATAR BELAKANG Kualitas dari

Lebih terperinci

MESIN PENGADUK ADONAN MAKANAN (RANGKA)

MESIN PENGADUK ADONAN MAKANAN (RANGKA) MESIN PENGADUK ADONAN MAKANAN (RANGKA) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: RIDWAN ARIYANTO NIM. I 8613030 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK MESIN OTOMOTIF

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia adalah perusahaan pembuatan pesawat terbang di dalam industrinya terdapat juga unit lain yang memproduksi di luar pesawat terbang. Yaitu unit

Lebih terperinci

Kapal juga harus memenuhi kondisi keseimbangan statis (static equilibrium condition) selain gaya apung oleh air.

Kapal juga harus memenuhi kondisi keseimbangan statis (static equilibrium condition) selain gaya apung oleh air. A.A. B. Dinariyana Jurusan Teknik istem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan IT urabaya 2011 Kapal/bangunan apung memerlukan gaya apung (buoyancy) untuk melawan berat dari kapal/bangunan apung itu sendiri.

Lebih terperinci

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe LEBAR SAYAP BALOK T DAN BALOK L PADA PORTAL SIMETRIS DUA BENTANG Syukri Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT This research conducted to evaluate effective length of

Lebih terperinci

Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method) etode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection ethod) etode defleksi kemiringan dapat digunakan untuk menganalisa semua jenis balok dan kerangka kaku statis tak-tentu tentu. Semua sambungan dianggap kaku,

Lebih terperinci

SELEKSI PEMILIHAN MATERIAL UNTUK TABUNG ROKET RX 420

SELEKSI PEMILIHAN MATERIAL UNTUK TABUNG ROKET RX 420 Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 8 No. 2 Desember 2010:82-88 SELEKSI PEMILIHAN MATERIAL UNTUK TABUNG ROKET RX 420 Elvis A. Sumaraw Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN e-mail : elvis.sumaraw@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia tidak terpisahkan dengan adanya penerapan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat menunjang dan mempermudah kegiatan yang dilakukan. Seperti

Lebih terperinci

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik da beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Contoh : contoh struktur sederhana

Lebih terperinci

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122 ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122 Ahmad Jamaludin Fitroh, Saeri Peneliti Pustekwagan, LAPAN Email : ahmad_fitroh@yahoo.com ABSTRACT The simulation and calculation of boundary

Lebih terperinci

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Kuliah kedua STATIKA Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya Pendahuluan Pada bagian kedua dari kuliah Statika akan diperkenalkan

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA, ANALISIS DINAMIKA DAN KESTABILAN GERAK DUA DIMENSI MODUS LONGITUDINAL ROKET RX 250 LAPAN

PERHITUNGAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA, ANALISIS DINAMIKA DAN KESTABILAN GERAK DUA DIMENSI MODUS LONGITUDINAL ROKET RX 250 LAPAN PERHITUNGAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA, ANALISIS DINAMIKA DAN KESTABILAN GERAK DUA DIMENSI MODUS LONGITUDINAL ROKET RX 25 LAPAN Singgih Satrio Wibowo Dosen Program Studi Teknik Aeronautika Jurusan Teknik

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. SIL/TSP/SPR 206/28 Revisi: 00 Tgl : 27 Mei 2010 Hal 1 dari 6 MATA KULIAH : MEKANIKA TEKNIK II KODE MATA KULIAH : SPR 206 SEMESTER : GENAP PROGRAM STUDI : 1. PEND.TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN (S1) 2.

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS ABSTRAK STUDI PERBANDINGAN DISTRIBUSI GAYA GESER PADA STRUKTUR DINDING GESER AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN BERBAGAI METODE ANALISIS Franklin Kesatria Zai NIM: 15007133 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR

ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR 1 ANALISIS DAN PENGUJIAN PERILAKU DARI VARIASI LUBANG PADA BATANG ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PENAMPANG PERSEGI TERHADAP BEBAN LENTUR (ANALYSIS AND TESTING BEHAVIOR OF VARIATION HOLE IN REINFORCED

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida MEKANIKA FLUIDA Zat dibedakan dalam 3 keadaan dasar (fase), yaitu:. Fase padat, zat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar dikerjakan pada benda padat. 2. Fase

Lebih terperinci