MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland')

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland')"

Transkripsi

1 MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland') Oleh Farah Meilavia Faradilla A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland') Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh Farah Meilavia Faradilla A PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN FARAH MEILAVIA FARADILLA. Mutasi Induksi Melalui Sinar Gamma pada Dua Kultivar Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland'). Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai LD 50 sinar gamma pada dua kultivar anthurium dan mengetahui respon dua kultivar anthurium terhadap iradiasi sinar gamma. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Desa Kayu Manis, Bogor dari bulan November 2007 hingga Maret Iradiasi dengan sinar gamma dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR BATAN) Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah genotipe Anthurium andreanum yang terdiri dari dua kultivar yaitu anthurium Mini dan anthurium Holland. Faktor kedua adalah dosis iradiasi yang terdiri atas 10 taraf dosis yaitu (kontrol) 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 Gray. Setiap perlakuan terdiri dari 9 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diperlukan sebanyak 180 tanaman. Nilai LD 50 dengan iradiasi sinar gamma pada bibit A. andreanum 'Mini' diperoleh sebesar Gy dan pada bibit A. andreanum 'Holland' diperoleh sebesar Gy. Setiap kultivar A. andreanum memberikan respon yang berbeda terhadap dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan. Radiosensitivitas A. andreanum 'Holland' lebih tinggi daripada A. andreanum 'Mini' dilihat dari nilai LD 50 yang diperoleh dan respon yang diberikan terhadap dosis iradiasi yang diaplikasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter kualitatif pada peubah bentuk daun kedua kultivar anthurium tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok antara tanaman yang diradiasi dengan tanaman kontrol. Hasil penelitian karakter kualitatif pada peubah warna daun menunjukkan adanya perubahan antara tanaman kontrol (dark green 137A) dengan tanaman yang diradiasi (dark green 144A dan green 137C).

4 Judul : MUTASI INDUKSI MELALUI SINAR GAMMA PADA DUA KULTIVAR Anthurium andreanum (A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland') Nama : Farah Meilavia Faradilla NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc. Agr NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Mei Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daryo dan Ibu Tarwiyah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 11 Pagi Jakarta pada tahun 1992 dan lulus tahun Tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah di SLTPN 161 Jakarta. Pendidikan lanjutan atas ditempuh di SMUN 47 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama masa studi penulis mendapatkan beasiswa Student Equity (TPSDP). Penulis aktif dalam organisasi Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB sebagai anggota. Tahun 2008 penulis menjadi ketua pelaksana Program Kreativitas Mahasiswa IPB dengan judul Pemanfaatan Poh-pohan sebagai Makanan Ringan (Keripik).

6 KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik. Selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi, penulis memperoleh bantuan dan saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc. Agr. sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis hingga tersusunnya skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen-dosen di program studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat. 3. Kedua orang tua yang tiada henti mendoakan dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis. 4. Adik-adikku (Nola dan Gilang) dan keluarga besar yang telah memberikan semangat dengan bantuan dan doa yang diberikan. 5. Dr. M. Syukur, SP MSi dan Ir. Megayani Sri Rahayu, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Para staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama masa studi di IPB. 7. Para staf dan pegawai BATAN yang telah membantu penulis. 8. Para staf dan pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. 9. Sahabatku (Efi, Sinta, Mutia, Gilang, Dian, Melina, Siti, Rizka, dan Emiria). 10. Teman-teman PMTTB 41 atas dukungan, motivasi dan bantuannya selama ini. 11. Dwi Yono atas dorongan dan bantuannya. 12. Imel, Feti, dan Mega sebagai teman seperjuangan penulis dalam penelitian. 13. Raihana crew (Ipik, Rika, Giega, Uwai, Ayes, Nia, Dian, Riska, Aziza, Mba Diah, Mba Adis) dan exlukita.

7 14. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini. Akhir kata penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari hasil penelitian ini, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Bogor, Juni 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN...1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA...3 Botani... 3 Syarat Tumbuh... 4 Perbanyakan Tanaman Anthurium... 5 Mutasi... 6 Sinar Gamma... 7 Pemuliaan Mutasi... 8 BAHAN DAN METODE...10 Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN...14 Kondisi Umum Karakter Kuantitatif Karakter Kualitatif KESIMPULAN DAN SARAN...31 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA...32 LAMPIRAN....34

9 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Persentase Tanaman yang Hidup Dua Bulan Setelah Iradiasi Rekapitulasi Hasil Uji F Peubah Karakter Kuantitatif Anthurium andreanum Rata-Rata Tinggi Tanaman pada Kedua Kultivar yang Diuji Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Tinggi Tanaman Rata-Rata Panjang Tangkai Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun Rata-Rata Panjang Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Rata-Rata Lebar Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Daun Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Lebar Daun Rata-Rata Jumlah Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Jumlah Daun Warna Daun Dua Kultivar Anthurium pada Beberapa Perlakuan Dosis Iradiasi Sinar Gamma Lampiran 1. Dosis dan Lamanya Waktu Radiasi Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 6 MSI Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 8 MSI Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 10 MSI Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 12 MSI Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 14 MSI Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 16 MSI Sidik Ragam Tinggi Tanaman Anthurium pada 18 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 2 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 4 MSI... 37

10 11. Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 6 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 8 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 10 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 12 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 14 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 16 MSI Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Anthurium pada 18 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 2 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 4 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 6 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 8 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 10 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 12 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 14 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 16 MSI Sidik Ragam Panjang Daun Anthurium pada 18 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 2 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 4 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 6 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 8 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 10 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 12 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 14 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 16 MSI Sidik Ragam Lebar Daun Anthurium pada 18 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 2 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 4 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 6 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 8 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 10 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 12 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 14 MSI Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 16 MSI... 44

11 44. Sidik Ragam Jumlah Daun Anthurium pada 18 MSI Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Tinggi Tanaman pada 18 MSI Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun pada 18 MSI Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Daun pada 18 MSI Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Lebar Daun pada 18 MSI Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Jumlah Daun pada 18 MSI Warna Daun pada A. andreanum Mini Warna Daun pada A. andreanum Holland... 49

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Anthurium andreanum Kultivar Mini dan Holland Iradiator Gamma Chamber 4000A Tanaman Anthurium yang Terserang Hama dan Gulma (a) Serangan Kutu Putih (b) Serangan Kutu Daun (c) Serangan Tungau (d) Serangan Gulma Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium Mini Setelah Iradiasi Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium Holland Setelah Iradiasi Perbedaan Tinggi Tanaman Anthurium Mini dan Anthurium Holland Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Tinggi Tanaman pada 18 MSI Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun pada 18 MSI Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Daun pada 18 MSI Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Lebar Daun pada 18 MSI Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Jumlah Daun pada 18 MSI Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A. andreanum Mini Setelah Iradiasi Sinar Gamma Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A. andreanum Holland Setelah Iradiasi Sinar Gamma Perbedaan Warna Daun Tanaman Kontrol dan Tanaman yang Diradiasi Sinar Gamma... 29

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Anthurium merupakan tanaman dari famili Araceae. Tanaman anthurium berkerabat dengan tanaman hias lain seperti philodendron, aglaonema, alokasia dan keladi hias. Anthurium adalah tanaman dengan jumlah genus terbanyak dalam famili Araceae, diperkirakan ada sekitar jenis anggota genus anthurium 1. Secara umum anthurium dibedakan menjadi dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium bunga. Daya tarik anthurium daun terletak pada bentuk dan penampilan daunnya yang menarik, sedangkan anthurium bunga terletak pada keragaman bunga pada seludang daun dan tongkol bunga. Kelebihan bunga anthurium salah satunya karena kesegaran bunga ini bisa bertahan lama. Bila berada di pohon, bunga bisa tetap segar selama sekitar 25 hari, tetapi bila dipotong, hanya bisa bertahan kurang lebih 15 hari 2. Anthurium dapat dibudidayakan di daerah beriklim subtropis. Salah satu negara subtropis yang mengembangkan anthurium adalah Belanda yang berhasil menciptakan aneka jenis anthurium bunga. Thailand adalah negara di kawasan Asia Tenggara yang merintis pemuliaan jenis anthurium baru. Beberapa jenis anthurium luar negeri sudah dibudidayakan dan dikoleksi di Indonesia. Daerah sentra penanaman anthurium antara lain Brastagi, Bogor, Cianjur dan Malang (Rukmana, 1997). Saat ini anthurium banyak digemari di seluruh negara. Penggemar bunga anthurium selalu berubah-ubah. Para konsumen di berbagai negara cenderung memilih warna yang sesuai dengan selera masing-masing. Bunga berwarna putih disukai orang-orang Jepang, akan tetapi orang Amerika justru memilih warna merah muda, dan orang Australia serta Indonesia cenderung menggemari anthurium merah (Rukmana, 1997). Peningkatan keragaman dari anthurium sangat diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen yang cenderung berbeda. Selain itu dengan peningkatan keragaman dari anthurium, dapat meningkatkan nilai ekonomi dari 1 Diakses pada 24 Desember Diakses pada 10 Mei 2008

14 2 tanaman itu sendiri. Keragaman tersebut dapat diciptakan melalui berbagai cara, diantaranya hibridisasi, koleksi, introduksi, dan induksi mutasi. Teknik pemuliaan konvensional seperti hibridisasi, koleksi, dan introduksi memerlukan waktu yang cukup lama untuk memperoleh keragaman, sehingga akan lebih mudah bila dilakukan melalui induksi mutasi. Induksi mutasi dapat dilakukan melalui mutagen kimia dan mutagen fisik. Sinar gamma adalah mutagen fisik yang sering dilakukan untuk menimbulkan mutasi khususnya pada tanaman hias. Materi tanaman yang diradiasi tidak terbatas pada biji, tapi dapat juga berupa stek maupun kalus dengan tujuan meningkatkan keragaman dan memperbaiki karakter tanaman 3. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan nilai LD 50 sinar gamma pada dua kultivar anthurium. 2. Mengetahui respon dua kultivar anthurium terhadap iradiasi sinar gamma. Hipotesis 1. Terdapat nilai LD 50 yang berbeda pada dua kultivar anthurium. 2. Setiap kultivar anthurium memberikan respon yang berbeda terhadap masing-masing dosis sinar gamma yang diaplikasikan. 3 online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1 &artid=669. Diakses pada 18 November 2007

15 TINJAUAN PUSTAKA Botani Anthurium merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan yang beriklim tropis terutama di Columbia, Peru dan Amerika Latin. Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu anthos (bunga) dan oura (ekor). Tanaman anthurium diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Arecales Famili : Araceae Genus : Anthurium Spesies : Anthurium andreanum Anthurium termasuk tanaman tahunan (perennial) dan berbatang basah (herbaceous). Batang umumnya tidak terlihat pada permukaan tanah, melainkan tumbuh di bawah permukaan tanah. Batangnya beruas-ruas dan digunakan sebagai tempat melekatnya tangkai daun dan mata tunas. Anthurium dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu anthurium bunga dan anthurium daun. Anthurium bunga biasa dijadikan bunga potong. Ciri anthurium bunga antara lain tanaman produktif berbunga sepanjang tahun, bentuk dan warna seludang bunganya bermacam-macam dan ukuran daun relatif kecil. Contohnya adalah Anthurium andreanum, A. ferriense dan A. scherzerianum. Ciri anthurium daun antara lain kurang produktif berbunga, berdaun lebar dan penampilan daun bermacam-macam. Contoh anthurium daun adalah A. crystallinum, A. hookeri dan lain-lain. Ukuran daun anthurium bunga kecil sampai sedang, dengan permukaan daun licin atau mengkilap. Bentuk daun bervariasi, meski umumnya berbentuk jantung. Tangkai daun panjang, tumbuh kuat menopang helaian daun, tingginya bisa mencapai 80 cm atau lebih (Tim Redaksi Flonaserial, 2006). Akarnya

16 4 tumbuh dari pangkal batang, berbentuk bulat kecil dan panjang, dapat menembus tanah mencapai 40 cm- 60 cm dari permukaan tanah (Rukmana, 1997). Anthurium andreanum termasuk anthurium bunga. Nama Anthurium andreanum berasal dari ahli tumbuhan Perancis Edouard Andre. Pada tahun 1876 Edouard Andre menemukan jenis anthurium ini tumbuh di Columbia kemudian mengirimkannya ke nurseri Jaen Linden di Belgia. Penyebarannya terdapat di Equador dan Columbia. Anthurium andreanum tumbuh di hutan sekitar m di atas permukaan laut. Kultivar dari spesies ini sudah dihibridisasi sejak beberapa tahun silam dan merupakan awal mula dari bunga potong yang penting di Hawai 4. Anthurium andreanum cv. mighty mouse atau biasa disebut anthurium Mini, tanamannya kecil, seludang bunga berwarna merah cerah dengan tongkol berwarna krem, bentuk daun agak bulat, dan batang berwarna hijau. Anthurium Holland bentuk daunnya lebih panjang dan ukuran seludang bunga lebih besar dibanding anthurium Mini dan batangnya ada yang berwarna merah (Gambar 1). Anthurium Mini Anthurium Holland Gambar 1. Anthurium andreanum Kultivar Mini dan Holland Syarat Tumbuh Anthurium dapat ditanam dalam tanah maupun pot. Tanaman anthurium di daerah tropik dapat beradaptasi di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Daerah atau lingkungan tumbuh yang paling baik untuk pertumbuhan anthurium adalah di dataran menengah sampai 4 Diakses pada 24 Desember 2007

17 5 dataran tinggi dengan ketinggian m dpl. Suhu yang dibutuhkan untuk hidup anthurium cukup panas, antara 14-28ºC dan kelembaban udara antara 80-90%. Anthurium bunga lebih menyenangi tempat teduh atau semi naungan. Tanaman anthurium membutuhkan sinar matahari tapi tidak secara langsung. Tanaman anthurium bisa dilindungi dengan menggunakan paranet 65% untuk daerah dataran rendah dan paranet 55% untuk daerah dataran sedang (Tim Redaksi Flonaserial, 2006). Lahan untuk penanaman anthurium harus dipilih tanah yang subur, gembur, banyak mengandung zat organik, tidak mengandung hama atau penyakit tular tanah, ph antara dan aerasi serta drainasenya baik (tidak menggenang). Penanaman anthurium dalam pot atau gelas plastik membutuhkan medium tanah dengan campuran bahan anorganik dan organik. Bahan anorganik berupa tanah dan pasir. Bahan organik berupa kompos, pupuk kandang, cacahan batang pakis, humus, dan arang. Perbanyakan Tanaman Anthurium Tanaman anthurium berbunga sempurna dan berumah satu, yaitu pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Meskipun demikian penyerbukan sendiri pada bunga anthurium jarang terjadi karena waktu matang bunga betina dan bunga jantan tidak bersamaan (Rukmana, 1997). Anthurium dapat diperbanyak secara generatif dengan biji. Biji anthurium berbentuk bulat telur terbalik yang dihasilkan melalui proses penyerbukan alami atau buatan. Umumnya biji dihasilkan setelah tiga bulan yang ditandai dengan warna coklat atau oranye pada buah. Anthurium juga dapat diperbanyak secara vegetatif dengan pemisahan anakan dan stek. Pemisahan anakan dilakukan jika rumpun anthurium sudah mempunyai 2-3 anakan. Masing-masing anakan sudah mengeluarkan akar baru dan bisa dipisahkan dari induknya. Perbanyakan vegetatif dengan stek pada anthurium ada dua macam, yaitu stek batang dan stek pucuk. Stek batang dilakukan dengan cara memotong batang yang berada di bawah permukaan tanah, kemudian mata tunas ditanam. Stek pucuk dilakukan dengan cara memotong

18 6 bagian atas tanaman, dengan menyertakan 1-3 akar (Tim Redaksi Flonaserial, 2006). Perbanyakan generatif umumnya dilakukan oleh pemulia dengan tujuan untuk menghasilkan jenis anthurium baru melalui teknik hibridisasi. Perbanyakan vegetatif memiliki keuntungan antara lain mempunyai sifat seperti induknya dan cepat mendapatkan tanaman berukuran besar atau menghasilkan bunga. Mutasi Mutasi adalah perubahan genetik baik sejumlah gen atau susunan kromosom maupun gen tunggal. Secara molekuler, mutasi terjadi karena adanya perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA kromosom yang menyebabkan terjadinya perubahan pada protein yang dihasilkan. Mutasi dapat terjadi pada setiap bagian dan pertumbuhan tanaman, namun lebih sering terjadi pada bagian sel yang aktif membelah, misalnya tunas dan biji (Poespodarsono, 1991). Mutasi pada tanaman dapat menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tanaman baik bentuk maupun warna juga perubahan pada sifat lainnya. Tanaman hasil mutasi dinamakan mutan, sedangkan generasinya dinyatakan dengan M 1, M 2, dan seterusnya. Tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, generasinya dinyatakan dengan MV 1, MV 2, dan seterusnya. Poespodarsono (1991) meyatakan bahwa mutasi dibagi menjadi tiga yaitu mutasi kromosom, mutasi gen dan mutasi genom. Mutasi kromosom menunjukkan perubahan kromosom yang bisa berakibat berubahnya susunan beberapa gennya. Mutasi gen dapat terjadi dua arah, yaitu dari dominan keresesif atau sebaliknya. Mutasi genom dapat menyebabkan perubahan banyak gen, namun menurut Herawati (2000), mutasi berdasarkan perubahan yang terjadi dapat digolongkan menjadi mutasi gen dan mutasi kromosom. Mutasi gen adalah perubahan yang sangat kecil terjadi didalam struktur molekuler dari gen, yang dibagi menjadi dua yaitu pergantian pasangan basa dan perubahan kerangkanya. Mutasi kromosom adalah perubahan struktur yang meliputi penambahan, kehilangan atau penempatan kembali segmen kromosom. Stansfield (1983) menyatakan mutasi alami merupakan kejadian langka, karena kebanyakan gen mempunyai sifat yang relatif stabil. Laju mutasi spontan

19 7 di alam sangat rendah, sekitar 1x10-5 atau Penyebab mutasi alami antara lain sinar kosmos, batuan radioaktif dan sinar ultra violet matahari. Walaupun mutasi merupakan kejadian langka, mutasi dapat dilakukan melalui faktor yang menyebabkan mutasi yang disebut mutagen. Menurut Poespodarsono (1991) mutagen dikelompokkan menjadi tiga, yaitu 1) mutagen fisik iradiasi seperti sinar X, sinar α, sinar β, sinar γ, 2) mutagen fisik non-radiasi, seperti sinar UV, serta 3) mutagen kimia seperti EMS (ethylene methane sulfonate), NMU (nitrosomethyl urea), NTG (nitrosoguanidine), dan sebagainya. Mutasi fisik non-radiasi berdaya tembus rendah, sehingga umumnya digunakan untuk mutasi mikroorganisme. Mutasi yang banyak dilakukan dari ketiga mutagen tersebut dengan menggunakan mutagen fisik dengan radiasi atau penyinaran, terutama yang diaplikasikan pada tanaman hias. Radiasi pada tanaman hias dilakukan untuk mendapatkan sifat baru yang belum dimiliki oleh induk tanaman. Sumber radiasi yang digunakan antara lain sinar gamma, sinar neutron, sinar beta dan sinar X. Dosis mutagen yang diberikan mempengaruhi kecepatan mutasi. Semakin tinggi dosis mutagen, semakin sering terjadi mutasi dan kematian gen yang tidak diharapkan. Dosis yang diharapkan efektif ialah yang hanya mengakibatkan kematian 50% dari populasi yang mendapat perlakuan. Dosis ini disebut Lethal Dosis 50 (Welsh dan Mogea, 1991). Sinar Gamma Sinar gamma paling sering digunakan untuk meradiasi karena mudah diaplikasikan dan menghasilkan frekuensi mutasi yang tinggi 5. Sinar gamma adalah sebuah bentuk energi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas seperti penghancuran elektron dan proton 6. Sinar gamma ditemukan pada tahun 1900 oleh P. Villard setelah ditemukannya sinar alfa dan sinar beta oleh E. Rutherford dan F. Soddy. Radiasi sinar gamma biasanya diperoleh dari disintegrasi radioisotopradioisotop Cesium-137 dan Cobalt-60. Cs-137 adalah radionuklida hasil fusi 5 &artid=669. Diakses pada 18 November Diakses pada 18 November 2007

20 8 uranium dan waktu paruhnya adalah 35.6 tahun. Co-60 adalah radionuklida yang dapat dihasilkan melalui aktivasi neutron dari berbagai jenis bahan yang mengandung unsur Cobalt dan waktu paruhnya adalah 5.3 tahun (Lubis, 1990). Tingkat radiasi energi sinar gamma yang dihasilkan reaktor nuklir mencapai lebih dari 10 MeV. Daya tembusnya ke dalam jaringan sangat dalam, bisa mencapai beberapa cm dan bersifat merusak jaringan yang dilewatinya (Van Harten, 1998). Target utama dari perlakuan radiasi pengion yang dihasilkan sinar gamma adalah DNA. Perubahan kecil dalam suatu basa DNA dapat menyebabkan mutasi gen. Poespodarsono (1991) menyatakan bahwa radiasi bisa menyebabkan mutasi karena adanya tenaga kinetik yang tinggi yang membebani sel sehingga dapat mengubah atau mempengaruhi reaksi kimia yang mengakibatkan perubahan susunan kromosom. Pemuliaan Mutasi Istilah pemuliaan mutasi umumnya digunakan untuk menunjukkan pemakaian mutagen oleh pemulia tanaman dalam usahanya untuk menciptakan keragaman dari mutasi buatan. Bedanya dengan pemuliaan konvensional yaitu pada pemuliaan konvensional pemulia tergantung pada keragaman alami yang dapat diperoleh dari rekombinasi gen dan hibridisasi (Crowder, 1986). Poehlman (1983) menyatakan teknik pemuliaan mutasi tidak terpisah dari teknik yang lain. Pemuliaan mutasi merupakan alat untuk menghasilkan keragaman jenis tanaman baru yang mungkin dapat dipergunakan untuk teknik pemuliaan konvensional. Boertjes dan Van Harten (1988) mengemukakan kelebihan utama dari pemuliaan mutasi adalah kemungkinan untuk merubah satu atau beberapa karakter tanpa merubah karakter penting lain yang sudah ada. Keberhasilan dari pemuliaan mutasi akan terlihat bagus ketika pemulia mencari mutan spesifik yang belum ada dan sudah ada teknik screening untuk mengidentifikasi tanaman mutan apabila dihasilkannya mutasi. Hibridisasi diperlukan untuk memindahkan karakter mutan ke dalam genotipe yang seimbang dan stabil, sebelum digunakan sebagai kultivar baru (Poehlman, 1983). Di Indonesia berbagai penelitian tentang induksi mutasi pada tanaman khususnya tanaman hias telah dilakukan. Kaepiyah (2004) melakukan penelitian

21 9 pengaruh radiasi sinar gamma terhadap keragaman semaklonal tanaman anyelir. Hasil penelitian tersebut menghasilkan perubahan warna bunga dari merah oranye menjadi warna merah muda pada perlakuan dosis dan rad. Hasil penelitian Kendarini (2006) pada tanaman krisan yang menggunakan empat kultivar yaitu Fiji White, Fiji Dark, Stroika, dan Puma White menunjukkan adanya perubahan warna bunga. Kultivar Fiji White berwarna putih menjadi kuning, kuning tua, dan bunga putih dengan ujung floret berwarna hijau. Kultivar Fiji Dark berwarna pink menjadi pink pucat, pink lebih gelap, salem, dan pink kekuning-kuningan. Hasil penelitian Kaniasari (2005) yang menggunakan planlet mawar dengan tiga kultivar yaitu Megawati, Putri, dan Talitha menghasilkan nilai LD 50 yang berbeda-beda yaitu Gy, Gy, dan Gy. Kultivar Megawati yang diradiasi pada dosis 25 Gy dan 40 Gy menghasilkan tanaman yang tahan penyakit embun tepung.

22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2007 hingga Maret Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Desa Kayu Manis, Bogor. Iradiasi dengan sinar gamma dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR BATAN) Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland' yang berumur kurang lebih tiga bulan. Bahan lain yang digunakan adalah media tanam (Super Metan Plus) yang merupakan campuran dari tanah, kompos, pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1, pupuk daun (Gandasil D), pupuk NPK (Dekastar plus) dan pestisida organik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari iradiator Gamma Chamber 4000 A, paranet 65%, gelas plastik, penggaris, hand sprayer, gembor, The Royal Horticulture Colour Chart (RHCC) dan label. Gambar 2. Iradiator Gamma Chamber 4000A

23 11 Metode Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah genotipe Anthurium andreanum yang terdiri dari dua kultivar yaitu anthurium Mini dan anthurium Holland. Faktor kedua adalah dosis iradiasi yang terdiri atas 10 taraf dosis yaitu (kontrol) 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 Gray. Setiap perlakuan terdiri dari 9 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diperlukan sebanyak 180 tanaman. Model matematis rancangan yang digunakan yaitu : Yijk = µ + αi + ßj + (αß)ij + εijk Keterangan : Yijk = Nilai pengamatan pengaruh kultivar ke-i, dosis radiasi ke-j, ulangan ke-k µ = Nilai rataan populasi αi = Pengaruh kultivar ke-i (i = 1, 2) ßj = Pengaruh dosis iradiasi ke-j (j = 1,2...10) (αß)ij = Pengaruh interaksi kultivar ke-i dengan dosis iradiasi ke-j εijk = Pengaruh galat percobaan kultivar ke-i, dosis ke-j dan ulangan ke-k Data yang diperoleh diuji dengan uji F. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan DMRT pada taraf 5%. Nilai LD 50 didapatkan berdasarkan persentase tanaman hidup per kultivar dengan mengunakan program curve-fit analysis. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahap sebagai berikut : 1. Persiapan bahan Tahapan ini meliputi persiapan tempat dan media tanam. Green house dan rak yang digunakan dibersihkan. Setelah itu dilakukan persiapan media tanam. Media tanam yang digunakan mengandung tanah, pupuk kandang, dan kompos. Media tersebut dimasukkan dalam gelas plastik yang sudah diberi label, kemudian disusun berdasarkan taraf perlakuan.

24 12 2. Iradiasi bibit dengan sinar gamma Akar tanaman anthurium dibersihkan dari media tanah, lalu tanaman di masukkan ke dalam kantong kertas yang telah diberi label sesuai dengan taraf iradiasinya. Bahan tanaman baik yang diradiasi maupun yang tidak diradiasi (0 Gy) dibawa ke BATAN untuk memastikan tindakan yang diberikan seragam untuk semua tanaman. Tanaman diradiasi dengan menggunakan alat Gamma Chamber 4000A. Iradiasi yang dilakukan merupakan iradiasi tunggal atau acute irradiation, yaitu teknik pemberian iradiasi dengan satu kali penyinaran. Lamanya waktu radiasi sesuai dengan dosisnya. 3. Tahap pemeliharaan Tanaman yang sudah diradiasi dipindahkan ke dalam gelas plastik yang sudah diisi media tanam. Tanaman ini diletakkan di dalam greenhouse dengan paranet 65%. Penyiraman dilakukan dua hari sekali. Pupuk NPK diberikan satu bulan sekali, sedangkan pupuk daun diberikan satu minggu sekali. Apabila terdapat serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan pestisida organik yang diberikan dua minggu sekali dengan dosis anjuran, sedangkan untuk pencegahan diberikan satu bulan sekali. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap berbagai peubah sebagai berikut : 1. Tinggi tanaman (cm), dihitung dari permukaan tanah sampai panjang daun tertinggi 2. Panjang tangkai daun (cm), dihitung dari permukaan tanah sampai tangkai tertinggi 3. Jumlah daun per tanaman 4. Ukuran daun yang meliputi panjang dan lebar daun (cm), dihitung pada daun yang terpanjang dan terlebar 5. Keragaman daun yang meliputi bentuk dan warna daun (diamati dengan RHCC)

25 13 6. Persentase tanaman hidup setelah iradiasi, dihitung berdasarkan jumlah tanaman yang hidup dibagi dengan total tanaman untuk masing-masing kultivar pada dosis radiasi tertentu.

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi iklim di daerah Kayu Manis, Salabenda, Bogor berdasarkan data BMG selama penelitian berlangsung dari bulan November 2007 Maret 2008, memiliki kisaran suhu ºC, curah hujan mm/bulan dan kelembaban %. Kondisi iklim tersebut sesuai untuk pertumbuhan tanaman anthurium. Hama yang menyerang tanaman anthurium pada penelitian ini adalah kutu putih, kutu daun, tungau dan siput. Kutu putih biasanya berada di bawah permukaan daun dan batang, hama ini menghisap cairan sel. Hama kutu daun mengeluarkan cairan madu yang dapat mengundang kehadiran semut dan bergerombol pada pucuk daun. Hama tungau yang menyerang anthurium ini berukuran kecil, berwarna merah kecoklatan dan melekat erat pada daun dan tangkai daun anthurium. Ketiga hama tersebut dikendalikan dengan penyemprotan pestisida organik. Hama siput memakan daun anthurium sehingga menyebabkan daun berlubang. Upaya pengendaliannya dengan cara mekanis yaitu diambil lalu dibuang. Hama-hama tersebut hanya menyerang beberapa tanaman dan tidak sampai menyebabkan kematian pada tanaman anthurium. Gulma yang sering ditemukan di rumah plastik adalah gulma yang berasal dari rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sehingga tidak menggangu pertumbuhan tanaman anthurium. (a) (b) (c) (d) Gambar 3. Tanaman Anthurium yang Terserang Hama dan Gulma (a) Serangan Kutu Putih (b) Serangan Kutu Daun (c) Serangan Tungau (d) Serangan Gulma

27 15 Lethal Dosis 50 LD 50 adalah dosis yang menyebabkan kematian 50 % dari populasi yang diradiasi. Kisaran dari taraf dosis iradiasi yang diaplikasikan sangat penting dalam menentukan dosis yang optimum pada tanaman yang akan diradiasi (Boertjes dan Van Harten, 1988), namun belum ditemukan literatur yang mendukung untuk penggunaan dosis optimum iradiasi sinar gamma pada bibit tanaman A. andreanum sehingga digunakan aplikasi taraf dosis Gy. Literatur yang mendukung hanya ada pada aplikasi iradiasi menggunakan kultur jaringan pada kalus dengan dosis optimum 7.5 Gy (Boertjes dan Van Harten, 1988). Nilai LD 50 didapat dari perhitungan persentase tanaman yang hidup setelah iradiasi dengan menggunakan curve fit analysis. Menurut Aisyah (2006), analisis statistik pada program ini merupakan penggabungan antara modeldriven analysis dan data-driven analysis sehingga model persamaan matematika yang diperoleh dari pola kematian populasi genotipe-genotipe yang digunakan tidak harus sama antara genotipe yang satu dengan yang lainnya. Model dengan koefisien korelasi (r) yang tertinggi yang digunakan. Tabel 1. Persentase Tanaman yang Hidup Dua Bulan Setelah Iradiasi Dosis Tanaman Hidup (%) (Gray) Mini Holland Persentase tanaman hidup yang diamati mulai 1 MSI (Minggu Setelah Iradiasi) hingga 8 MSI menunjukkan respon yang berbeda antara A. andreanum 'Mini' dan A. andreanum 'Holland'. Kultivar anthurium Mini dapat bertahan hidup pada dosis 40 Gy dan 60 Gy, sedangkan kultivar anthurium Holland dari dosis 10 Gy sampai 90 Gy mulai banyak yang mati. Tabel 1 menunjukkan bahwa

28 16 secara umum persentase tanaman hidup pada kultivar anthurium Mini lebih besar daripada kultivar anthurium Holland, kecuali pada dosis 80 Gy. Radiosensitivitas adalah tingkat sensitivitas tanaman terhadap radiasi. Hal yang mempengaruhi radiosensitivitas antara lain kultivar tanaman, jenis bahan yang menerima radiasi, jenis radiasi, dan teknik iradiasi (Aisyah, 2006). Menurut Datta (2001) dalam Aisyah (2006), radiosensitivitas dapat diamati dari nilai LD 50, adanya hambatan pertumbuhan atau letalitas, mutasi somatik, patahan kromosom, serta jumlah dan ukuran kromosom. Roy (2000) menyatakan bahwa radiosensitivitas berbeda-beda antar spesies tanaman. Radiosensitivitas tergantung pada kandungan inti sel (semakin banyak kandungan DNA, tanaman semakin sensitif), jumlah kromosom (semakin sedikit jumlah kromosom, tanaman semakin sensitif), tingkat ploidi (semakin tinggi tingkat ploidi, semakin rendah sensitivitasnya). Selain faktor genetik, kondisi iklim dan lingkungan lainnya sebelum dan sesudah perlakuan dari biji atau bagian tanaman yang diradiasi juga mempengaruhi radiosensitivitas. Persentase Tanaman Hidup S = r = Dosis Iradiasi (Gy) Gambar 4. Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium Mini Setelah Iradiasi Pola sebaran persentase tanaman hidup pada anthurium Mini dideskripsikan dengan fungsi Polynomial Fit yang merupakan fungsi terbaik pada curve-fit analysis dengan nilai keterandalan model r = dan memiliki

29 17 persamaan Y= x x x 3 (Gambar 4). Nilai LD 50 yang diperoleh dari hasil persamaan tersebut sebesar Gy. Persentase Tanaman Hidup S = r = Dosis Iradiasi (Gy) Gambar 5. Kurva Persentase Tanaman Hidup pada Anthurium Holland Setelah Iradiasi Pola sebaran persentase tanaman hidup pada anthurium Holland dideskripsikan dengan fungsi Polynomial Fit yang merupakan fungsi terbaik pada curve-fit analysis dengan nilai keterandalan model r = dan memiliki persamaan Y= x x 2 (Gambar 5). Nilai LD 50 yang diperoleh dari hasil persamaan tersebut sebesar Gy. Pada pengujian LD 50 (Gambar 4 dan 5) terlihat bahwa masing-masing kultivar menunjukkan tingkat radiosensitivitas yang berbeda. Dilihat dari nilai LD 50 yang diperoleh, maka diduga bahwa radiosensitivitas anthurium Holland lebih tinggi dibanding radiosensitivitas anthurium Mini. Menurut Aisyah (2006) setiap spesies tanaman atau setiap klon dalam suatu spesies tanaman mempunyai tingkat sensitivitas terhadap radiasi yang berbeda-beda.

30 18 Karakter Kuantitatif Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Uji F Peubah Karakter Kuantitatif Anthurium andreanum Sumber MSI Tinggi Panjang Tangkai Panjang Lebar Jumlah Keragaman Tanaman Daun Daun Daun Daun Kultivar 2 ** ** ** ** 4 ** ** ** ** 6 ** ** ** ** ** 8 ** ** ** ** ** 10 ** ** ** ** ** 12 ** ** ** ** ** 14 ** ** ** ** ** 16 ** ** ** ** ** 18 ** ** ** * tn Dosis 2 * * tn ** 4 ** ** ** ** 6 ** ** ** ** ** 8 ** ** * ** ** 10 ** ** ** ** ** 12 ** ** ** ** ** 14 ** ** ** ** ** 16 ** ** ** ** ** 18 ** ** ** ** ** Kultivar* Dosis 2 tn tn tn ** 4 ** ** * ** 6 * ** ** * * 8 ** * * * * 10 ** * * * tn 12 ** ** ** ** tn 14 ** * ** ** tn 16 ** * ** ** tn 18 ** ** ** ** * Ket: * berbeda nyata pada taraf 5%. ** berbeda nyata pada taraf 1%. tn tidak berbeda nyata, MSI (Minggu Setelah Iradiasi). Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5)

31 19 Hasil uji F pada tabel 2 menunjukkan bahwa kultivar Anthurium andreanum, dosis iradiasi sinar gamma, dan interaksi antara kultivar dan dosis iradiasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelima peubah karakter kuantitatif yang diamati. Pada perlakuan faktor tunggal kultivar anthurium terdapat perbedaan yang nyata hampir di semua peubah yang diamati kecuali peubah jumlah daun 18 MSI. Perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata hampir di semua peubah yang diamati, kecuali pada peubah lebar daun 2 MSI. Hal ini diduga karena kultivar A. andreanum yang digunakan memberikan respon yang berbeda terhadap perlakuan dosis iradiasi sinar gamma yang diaplikasikan. Interaksi antara dua kultivar A. andreanum dan dosis iradiasi yang diaplikasikan juga memberikan perbedaan yang nyata, kecuali pada peubah panjang tangkai daun 2 MSI, panjang daun 2 MSI, lebar daun 2 MSI, dan jumlah daun MSI. a. Tinggi Tanaman Tabel 3 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman. Kultivar anthurium Mini memiliki rataan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada kultivar anthurium Holland dari 6 MSI sampai 18 MSI. Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Tinggi Tanaman (cm) Kultivar 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI Mini 3.010a 2.966a 2.884a 2.739a 2.691a 2.430a 2.273a Holland 2.023b 2.078b 2.018b 1.933b 1.830b 1.809b 1.799b Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5)

32 20 Tabel 4. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Tinggi Tanaman Dosis Tinggi Tanaman (cm) (Gy) 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI a 3.345a 3.396a 3.428a 3.449a 3.660a 3.758a bc 2.220bcd 2.223bcd 2.097bc 1.871b 1.852bc 1.868bc ab 2.794abc 2.741abc 2.388bc 2.252b 2.204bc 1.789bc abc 2.628bcd 2.376bcd 2.258bc 2.264b 2.120bc 2.129b bc 2.324bcd 2.329bcd 2.216bc 2.365b 2.331b 2.226b bc 2.088cd 2.101cd 2.106bc 2.136b 1.979bc 1.963b ab 2.945ab 2.951ab 2.884ab 2.484b 2.170bc 2.031b bc 2.475bcd 2.439bcd 2.385bc 2.394b 2.311b 2.369b c 1.950d 1.928d 1.689c 1.752b 1.469cd 1.126c bc 2.456bcd 2.031cd 1.913c 1.641b 1.104d 1.106c Ket:angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman. Tanaman kontrol memiliki rata-rata tinggi tanaman tertinggi dari 6 MSI sampai 18 MSI. Hal ini menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan tinggi tanaman kontrol. Rataan tinggi tanaman terendah ada pada dosis 80 Gy, tetapi setelah 12 MSI rataan tinggi tanaman terendah ada pada dosis 90 Gy. Menurut Boertjes dan Van Harten (1988), setelah perlakuan iradiasi terjadi pengaruh yang dibedakan menjadi kerusakan fisiologis (utama) dan kerusakan genetik (mutasi). Kerusakan fisiologis tersebut dapat berupa kematian sel, terhambatnya pembelahan sel, pengaruh pertumbuhan rata-rata, peningkatan frekuensi pembentukan jaringan dan perubahan pada kapasitas bereproduksi. Boertjes dan Van Harten (1988) menyatakan bahwa kerusakan fisiologis biasanya tidak diturunkan dan biasanya hanya terjadi pada generasi pertama dari populasi tanaman yang diradiasi (M1).

33 21 Kontol Mini Mini Dosis 30 Gy Kontrol Holland Holland Dosis 90 Gy Gambar 6. Perbedaan Tinggi Tanaman Anthurium Mini dan Anthurium Holland Mini Holland Gambar 7. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Tinggi Tanaman pada 18 MSI Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan tinggi tanaman (Gambar 7). Rataan tinggi tanaman terendah pada anthurium Mini ada pada dosis 80 Gy, dan rataan tinggi tanaman terendah pada anthurium Holland ada pada dosis 10 Gy. b. Panjang Tangkai Daun Tabel 5 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah panjang tangkai daun. Kultivar anthurium Mini memiliki rataan panjang tangkai daun lebih tinggi daripada kultivar anthurium Holland dari awal sampai akhir pengamatan.

34 22 Tabel 5. Rata-Rata Panjang Tangkai Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Kultivar Panjang Tangkai Daun (cm) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI Mini 2.623a 2.468a 2.426a 2.377a 2.307a 2.207a 2.166a 2.045a 1.836a Holland 1.804b 1.734b 1.640b 1.692b 1.638b 1.569b 1.500b 1.489b 1.477b Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Tabel 6. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun Dosis Panjang Tangkai Daun (cm) (Gy) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI a 2.577a 2.559a 2.669a 2.667a 2.698a 2.707a 2.839a 2.892a abc 1.982bc 1.907bc 1.824bcd 1.833bc 1.752bc 1.606bc 1.563bcd 1.567b ab 2.403ab 2.271ab 2.243abc 2.161abc 1.906bc 1.823bc 2.149b 1.496bc bc 2.123abc 2.088abc 2.118bcd 1.927bc 1.808bc 1.845bc 1.727bc 1.626b c 1.862c 1.844bc 1.881bcd 1.868bc 1.844bc 1.932bc 1.891bc 1.814b bc 1.831c 1.859bc 1.741cd 1.733c 1.727bc 1.752bc 1.643bcd 1.632b abc 2.372ab 2.348ab 2.302ab 2.318ab 2.261ab 1.974b 1.763bc 1.663b bc 2.108abc 1.997bc 2.013bcd 1.977bc 1.931bc 1.948bc 1.854bc 1.871b bc 1.628c 1.574c 1.616d 1.610c 1.432c 1.403bc 1.253cd 1.013c abc 2.124abcd 1.881bc 1.936bcd 1.628c 1.523c 1.341c 0.989d 0.991c Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap rata-rata panjang tangkai daun. Tanaman kontrol memiliki rataan panjang tangkai daun tertinggi dari awal sampai akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang tangkai daun tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan panjang tangkai daun tanaman kontrol. Induksi dengan mutagen sebenarnya merupakan perlakuan yang merusak, bukan penyusunan, pengaturan atau perekayasaan gen. Oleh karena itu kerusakan yang terjadi berlaku umum yaitu semua sel akan dirusak sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman mengalami gangguan (Ismachin 1994 dalam Suskandari 1999). Rataan panjang tangkai daun terendah ada pada dosis 40 Gy, setelah 2 MSI rataan tanaman terendah ada pada dosis 80 Gy, tetapi setelah 12 MSI rataan panjang tangkai daun terendah ada pada dosis 90 Gy. Hal ini diduga karena efek

35 23 iradiasi sinar gamma bersifat acak. Ishak (1997) menyatakan mutasi akibat iradiasi bersifat random karena energi yang dipancarkan akibat iradiasi akan mengenai sasarannya secara acak. Mini Holland Gambar 8. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Tangkai Daun pada 18 MSI Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan panjang tangkai daun (Gambar 8), kecuali pada 2 MSI. Rataan panjang tangkai daun terendah pada anthurium Mini ada pada dosis 80 Gy, dan rataan panjang tangkai daun terendah pada anthurium Holland ada pada dosis 10 Gy. c. Ukuran Daun Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah ukuran daun, baik panjang maupun lebar daun. Kultivar anthurium Mini memiliki rata-rata daun terpanjang dan daun terlebar dari awal sampai dengan akhir pengamatan.

36 24 Tabel 7. Rata-Rata Panjang Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Kultivar Panjang Daun (cm) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI Mini 2.188a 2.105a 2.054a 2.026a 1.965a 1.877a 1.831a 1.696a 1.597a Holland 1.659b 1.603b 1.526b 1.576b 1.502b 1.441b 1.373b 1.366b 1.352b Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Tabel 8. Rata-Rata Lebar Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Kultivar Lebar Daun (cm) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI Mini 1.865a 1.811a 1.775a 1.751a 1.715a 1.609a 1.587a 1.487a 1.413a Holland 1.495b 1.455b 1.394b 1.400b 1.374b 1.304b 1.248b 1.235b 1.233b Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma (Tabel 2) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap peubah lebar daun pada 2 MSI. Pada tabel 9 dan tabel 10 terlihat bahwa dari awal sampai akhir pengamatan, tanaman kontrol memiliki rataan panjang dan lebar daun tertinggi. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang dan lebar daun tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan panjang dan lebar daun tanaman kontrol, seperti pada karakter tinggi tanaman dan panjang tangkai daun. Rataan panjang dan lebar daun terendah pada tanaman yang teradiasi tidak berpola seperti halnya pada karakter panjang tangkai daun, sehingga dapat diduga hal yang sama seperti pada penjelasan karakter panjang tangkai daun.

37 25 Tabel 9. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Panjang Daun Dosis Panjang Daun (cm) (Gy) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI a 2.223a 2.221a 2.225a 2.269a 2.277a 2.294a 2.473a 2.514a abc 1.792bcd 1.691bcd 1.597bc 1.600bc 1.528bc 1.371bc 1.352bcd 1.355bc ab 2.080ab 1.979abc 1.899abc 1.889abc 1.682bc 1.610bc 1.539bc 1.311bc abc 1.867abcd 1.818abcd 2.082ab 1.686bc 1.594bc 1.601bc 1.532bc 1.534b bc 1.706bcd 1.679bcd 1.687bc 1.689bc 1.668bc 1.678bc 1.673b 1.601b c 1.603cd 1.588cd 1.524c 1.505c 1.510c 1.527bc 1.438bc 1.427b abc 2.116ab 2.039ab 2.057ab 2.029ab 1.988ab 1.748b 1.557bc 1.472b bc 1.799abcd 1.716bcd 1.730abc 1.709bc 1.660bc 1.678bc 1.647b 1.643b bc 1.452d 1.437d 1.451c 1.451c 1.283c 1.272bc 1.154cd 0.944c abc 1.903abc 1.734bcd 1.756abc 1.507c 1.402c 1.239c 0.948d 0.948c Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Tabel 10. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Lebar Daun Dosis Lebar Daun (cm) (Gy) 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI a 1.923a 1.953a 1.974a 1.948a 1.963a 2.067a 2.117a abcd 1.512bcd 1.420c 1.436bc 1.363bc 1.241bc 1.232bcd 1.236bc ab 1.735abc 1.681abc 1.673abc 1.461bc 1.429bc 1.387bc 1.210bc abcd 1.599abcd 1.602abc 1.502bc 1.424bc 1.437bc 1.349bc 1.356b bcd 1.497bcd 1.496bc 1.494bc 1.487bc 1.484b 1.483b 1.427b cd 1.418cd 1.353c 1.366c 1.338bc 1.354bc 1.294bc 1.275bc ab 1.793ab 1.816ab 1.818ab 1.711ab 1.539b 1.373bc 1.319b abcd 1.540bcd 1.538bc 1.509bc 1.475bc 1.492b 1.456b 1.464b d 1.293d 1.359c 1.312c 1.152a 1.155bc 1.065cd 0.917c abc 1.536bcd 1.542bc 1.359c 1.209c 1.082c 0.907d 0.908c Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Mini Holland Gambar 9. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Panjang Daun pada 18 MSI

38 26 Mini Holland Gambar 10. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Lebar Daun pada 18 MSI Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran daun baik panjang maupun lebar daun (Gambar 9 dan 10) kecuali pada panjang dan lebar daun 2 MSI. Rataan panjang dan lebar daun terendah pada anthurium Mini ada pada dosis 80 Gy, dan rataan panjang dan lebar daun terendah pada anthurium Holland ada pada dosis 10 Gy. d. Jumlah Daun Tabel 11 menunjukkan bahwa kedua kultivar anthurium berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun kecuali pada 18 MSI. Kultivar anthurium Mini memiliki rata-rata jumlah daun terbanyak dibandingkan kultivar anthurium Holland dari awal sampai dengan akhir pengamatan. Tabel 11. Rata-Rata Jumlah Daun pada Kedua Kultivar Anthurium yang Diuji Jumlah Daun (cm) Kultivar 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI Mini 2.017a 1.861a 1.836a 1.769a 1.738a 1.651a 1.554a 1.423a 1.329a Holland 1.628b 1.525b 1.478b 1.447b 1.398b 1.346b 1.259b 1.237b 1.191a Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5)

39 27 Tabel 12. Pengaruh Faktor Tunggal Dosis Iradiasi terhadap Peubah Jumlah Daun Dosis Jumlah Daun (cm) (Gy) 2 MSI 4 MSI 6 MSI 8 MSI 10 MSI 12 MSI 14 MSI 16 MSI 18 MSI a 2.134a 2.221a 2.130a 2.208a 2.221a a 2.204a 2.243a bc 1.601bcd 1.500c 1.443cd 1.411cd 1.371bc 1.237bc 1.207bcd 1.155bc a 1.996ab 1.941ab 1.826abc 1.766bc 1.532bc 1.492b 1.386b 1.168bc bc 1.640bcd 1.620bc 1.604bcd 1.455bcd 1.427bc 1.387bc 1.349b 1.298b bc 1.531cd 1.521bc 1.509cd 1.521bcd 1.521bc 1.412bc 1.300bc 1.212bc bc 1.509cd 1.452c 1.392cd 1.365cd 1.352bc 1.276bc 1.233bcd 1.137bcd ab 1.994ab 1.950ab 1.950ab 1.885ab 1.761b 1.491b 1.383b 1.330b bc 1.769abc 1.721bc 1.632bcd 1.629bcd 1.576b 1.509b 1.413b 1.399b c 1.269d 1.269c 1.242d 1.206d 1.113c 1.018c 0.936cd 0.795d bc 1.490cd 1.373c 1.353d 1.232d 1.111c 1.001c 0.887d 0.867cd Ket: angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%. Data merupakan hasil transformasi (x + 0.5) Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan faktor tunggal dosis iradiasi sinar gamma menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap peubah jumlah daun anthurium. Tanaman kontrol memiliki rataan jumlah daun terbanyak dari awal sampai akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan pertumbuhan jumlah daun tanaman anthurium yang diradiasi lebih lambat dari pertumbuhan jumlah daun tanaman kontrol. Mini Holland Gambar 11. Grafik Pengaruh Dosis Iradiasi Sinar Gamma dan Kultivar Anthurium terhadap Peubah Jumlah Daun pada 18 MSI Interaksi antara dosis iradiasi sinar gamma dan kultivar anthurium memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan jumlah daun (Gambar 11) kecuali pada interaksi 10 MSI sampai 16 MSI. Rataan jumlah daun terendah pada

40 28 anthurium Mini ada pada dosis 80 Gy, dan rataan jumlah daun terendah pada anthurium Holland ada pada dosis 10 Gy. Perbedaan dari karakter kuantitatif yang diamati pada ukuran dan jumlah daun antara tanaman kontrol dan tanaman yang diradiasi pada kedua kultivar A. andreanum dapat dilihat dari Gambar 12 dan Gambar 13. Gambar 12. Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A. andreanum Mini Setelah Iradiasi Sinar Gamma Gambar 13. Perbedaan Karakter Kuantitatif Ukuran dan Jumlah Daun pada A. andreanum Holland Setelah Iradiasi Sinar Gamma

41 29 Karakter Kualitatif Selain karakter kuantitatif, pengamatan karakter kualitatif juga dilakukan pada akhir pengamatan, antara lain terhadap morfologi vegetatif tanaman yang meliputi bentuk dan warna daun. Secara visual bentuk daun pada A. andreanum Mini tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara tanaman yang diradiasi dengan tanaman kontrol, begitu juga dengan bentuk daun A. andreanum Holland. Kondisi tersebut juga terjadi pada induksi mutasi pada bentuk daun spesies melati Jasminum mensyi yang diradiasi melalui sinar gamma (Hapsari, 2004). Karakter kualitatif warna daun menunjukkan adanya perubahan antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diradiasi (Gambar 14). Tanaman kontrol kedua kultivar mempunyai warna daun dark green 137A. Kedua kultivar anthurium pada dosis 60 Gy mempunyai warna daun yang sama yaitu dark green 144A. Warna daun pada A. andreanum Mini dosis 10 Gy, 40 Gy dan 50 Gy sama dengan warna daun A. andreanum Holland dosis 30 Gy yaitu dark green 144A dan green 137C (Tabel 13). Dark green 137A Dark green 144A Green 137C Gambar 14. Perbedaan Warna Daun Tanaman Kontrol dan Tanaman yang Diradiasi Sinar Gamma Warna daun pada anthurium Mini dosis 80 Gy dan 90 Gy tidak dapat diidentifikasi karena semua tanaman pada dosis tersebut mati. Ratnasari (2007) menyatakan perubahan warna daun menjadi lebih terang dapat disebabkan oleh mutasi yang mengakibatkan gangguan fisiologis pada sintesis klorofil yang mengakibatkan defisiensi klorofil.

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA

IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA Latar Belakang IV. INDUKSI MUTASI DENGAN SINAR GAMMA MELALUI IRADIASI TUNGGAL PADA STEK PUCUK ANYELIR (Dianthus caryophyllus) DAN UJI STABILITAS MUTANNYA SAMPAI GENERASI MV3 Pendahuluan Perbaikan sifat

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Anthurium Wave of Love Tanaman Anthurium Wave of Love termasuk ke dalam famili Araceae, berbatang sukulen dan termasuk tanaman perennial. Ciri utama famili

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A34403064 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Kondisi laboratorium tempat dilakukan percobaan memiliki suhu berkisar antara 18-22 0 C dan kelembaban mencapai 90%. Kondisi tersebut merupakan kondisi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Iles-iles

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Iles-iles 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Iles-iles Iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume; sin. A. blumei (Scott.) Engler; sin. A. oncophyllus Rain) termasuk famili Araceae. Sistematika iles-iles menurut klasifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN STEK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH HORMONIK TERHADAP KEBERHASILAN STEK Sansevieria trifasciata Tiger Stripe

PENGARUH BAHAN STEK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH HORMONIK TERHADAP KEBERHASILAN STEK Sansevieria trifasciata Tiger Stripe PENGARUH BAHAN STEK DAN KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH HORMONIK TERHADAP KEBERHASILAN STEK Sansevieria trifasciata Tiger Stripe Oleh Nur Laela Wahyuni Meilawati A34404043 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

Lebih terperinci

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A

KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI. Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A KERAGAAN KARAKTER PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk.) HASIL INDUKSI MUTASI SINAR GAMMA DI TIGA LOKASI Oleh Muhammad Yusuf Pulungan A34403065 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO SRI IMRIANI PULUNGAN A24051240 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA

EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA EVALUASI LAPANGAN KERAGAMAN GENOTIPE-GENOTIPE SOMAKLONAL ARTEMISIA (Artemisia annua L.) HASIL INDUKSI MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA oleh Purwati A34404015 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO

PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO PENGARUH KONSENTRASI IAA, IBA, BAP, DAN AIR KELAPA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR POINSETTIA (Euphorbia pulcherrima Wild Et Klotzch) IN VITRO Oleh : Pratiwi Amie Pisesha (A34303025) DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian secara keseluruhan terbagi dalam tiga percobaan sebagai berikut: 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 2. Studi Keragaan Karakter Agronomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh

PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN. Oleh PENGARUH PUPUK GROWMORE (20:20:20) DAN GROW QUICK F TERHADAP PERTUMBUHAN ENTRES ADENIUM (Adenium obesum) SETELAH PEMANGKASAN Oleh Whenny Fahruroh A34404009 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENGARUH MUTASI INDUKSI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN DUA SPESIES PHILODENDRON

PENGARUH MUTASI INDUKSI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN DUA SPESIES PHILODENDRON PENGARUH MUTASI INDUKSI DENGAN IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN DUA SPESIES PHILODENDRON (Philodendron bipinnatifidum cv. crocodile teeth dan P. xanadu) Oleh RIA MELINA A34404069 PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan iradiasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Proliferasi Kalus Embriogenik Kalus jeruk keprok Garut berasal dari kultur nuselus yang diinduksi dalam media dasar MS dengan kombinasi vitamin MW, 1 mgl -1 2.4 D, 3 mgl -1 BAP, 300

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO

PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO PENGGUNAAN KOMPOSISI MEDIA DASAR DAN BAP UNTUK INDUKSI ORGANOGENESIS ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii) SECARA IN VITRO Oleh Riyanti Catrina Helena Siringo ringo A34404062 PROGRAM STUDI PEMULIAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Percobaan 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk

Lebih terperinci

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,, Medan dan diharapkan dapat pula berguna bagi pihak-pihak membutuhkan. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Rosales; Famili : Papilionaceae (Leguminosae);

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PENINGKATAN PRODUKSI BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) MELALUI PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH PACLOBUTRAZOL PADA BERBAGAI KONSENTRASI Oleh WAHYU OKTAVIANI A 34104010 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Varietas Ciherang) Padi merupakan kebutuhan vital bagi manusia Indonesia sehari-hari, disebabkan setiap hari orang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Untuk menjaga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara Agraris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir semua

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.) Oleh: Mardhyillah Shofy A34103042 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

Oleh MUHAMMAD ISA NURUZAMAN A

Oleh MUHAMMAD ISA NURUZAMAN A PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN JUMLAH BENIH DALAM POLIBAG TERHADAP VIABILITAS BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SERTA KETAHANANNYA SELAMA TRANSPORTASI Oleh MUHAMMAD ISA NURUZAMAN A34404066 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI Oleh : ANUM PETALARIFARRDHI A 34303057 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN KADAR AIR BENIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

TEKNIK PENGUKURAN KADAR AIR BENIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG TEKNIK PENGUKURAN KADAR AIR BENIH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG Oleh Pifit Fitri Sa diyah A34404026 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan H.R. Soebrantas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM Oleh ASIYATUL MAHFUDLOH A34104012 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A

SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr) Oleh Efi Mulyati A34404022 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine soya/ Glycine max L.) berasal dari Asia Tenggara dan telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah ditanam di negara tersebut dan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci