PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pendekatan Logika Fuzzy untuk Memprediksi IPK Akhir Mahasiswa Matematika Institut Pertanian Bogor ini adalah karya saya dengan arahan dan bimbingan dari komisi pembimbing serta belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh pihak lain telah penulis sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, November 2008 Ana Marnida NRP G

3 3 ABSTRACT ANA MARNIDA. A Fuzzy Logic Approach to Predict Mathematics Students Achievement Cummulative Index at Bogor Agricultural University. Under direction of SRI NURDIATI and TEDUH WULANDARI. Among several models which can be used to predict achievement cummulative index is a fuzzy model. In this thesis, a fuzzy model will be used to determine and to predict achievement cummulative index of mathematics students at Bogor Agricultural University. IPK TPB and IPK Gabungan are used as input of the fuzzy model. The model will produce IPK Akhir as an output. The model will transform input variables into output variable by four steps i.e. fuzzification, rule evaluation, aggregation and defuzzification. The output of the model will be compared with the true value of the variable. The result shows that the standard error of output is about Finally the model will be used to predict the IPK Akhir of the students. Keywords: fuzzy model, achievement cummulative index, prediction

4 4 RINGKASAN ANA MARNIDA. Pendekatan Logika Fuzzy untuk Memprediksi IPK Akhir Mahasiswa Matematika Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan TEDUH WULANDARI. Keberhasilan seorang mahasiswa dapat dilihat dari indeks prestasi yang dicapainya. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diekspresikan tidak saja secara numeris, tetapi juga direpresentasikan dalam bentuk kualitatif secara linguistik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan IPK Akhir menggunakan pendekatan logika fuzzy serta memprediksi rata-rata IPK Akhir mahasiswa Matematika IPB berdasarkan IPK Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan huruf mutu mata kuliah Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang serta Analisis Real yang diperoleh sebelumnya. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy. Penelitian ini menggunakan model Mamdani. Ada beberapa tahapan yang digunakan dalam model Mamdani, antara lain fuzzifikasi, yaitu mengubah variabel input menjadi fuzzy input. Variabel input yang telah didefinisikan dibagi menjadi beberapa himpunan fuzzy dan kemudian dicari masing-masing nilai kuartilnya. Setelah itu dicari fungsi keanggotaan dari tiap variabel input. Dalam tahap fuzzifikasi ini akan diperoleh derajat keanggotaan konstanta linguistik ke-j untuk setiap peubah input ke-i, yaitu μ ij. Tahap kedua adalah evaluasi aturanaturan dasar, yaitu memproses variabel input ke dalam aturan aturan dasar. Karena setiap variabel input terdiri dari 3 konstanta linguistik, maka jika ada 2 variabel input akan terdapat 3 2 aturan dasar. Tahap ketiga adalah agregasi, yaitu memproses derajat keanggotaan output yang tumpang tindih, sehingga untuk setiap anggota domain output hanya memiliki satu derajat keanggotan. Karena ada banyak aturan dasar yang dievaluasi, ada kemungkinan lebih dari satu derajat keanggotaan untuk setiap konstanta linguistik output. Selain itu ada kemungkinan satu nilai output memiliki derajat keanggotaan yang berbeda, karena perbedaan konstanta linguistik. Dalam Mamdani Inference Rule, untuk setiap konstanta linguistik output yang dipergunakan adalah derajat keanggotaan yang paling besar atau maksimum untuk setiap nilai output. Tahap terakhir adalah defuzzifikasi, yaitu upaya mengonversi derajat keanggotaan setiap anggota domain variabel output hasil proses logika fuzzy menjadi satu nilai output yang merupakan hasil akhir yang diharapkan. Metode defuzzifikasi yang dipergunakan adalah Center of Gravity (centroid), CoG. Setelah dilakukan tahapan menggunakan pendekatan logika fuzzy maka dapat diprediksi variabel output y yaitu IPK Akhir mahasiswa matematika angkatan Ini dapat dilakukan dengan memberikan nilai untuk variabel output y untuk mahasiswa angkatan Setelah dilakukan keempat tahapan pada pendekatan logika fuzzy diperoleh bahwa rata-rata IPK Akhir dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy adalah 2.84, sedangkan rata-rata IPK Akhir sebenarnya adalah Jadi terdapat perbedaan sebesar Ini menunjukkan bahwa IPK Akhir dapat didekati dengan logika fuzzy. Adanya perbedaan sebesar 0.13 disebabkan oleh pembulatanpembulatan. Pada tabel juga dapat ditentukan standard error sebesar Ini berarti bahwa model pendekatan logika fuzzy dapat digunakan untuk menentukan IPK Akhir mahasiswa matematika IPB. Hasil prediksi IPK Akhir mahasiswa

5 5 matematika untuk angkatan 2004 mendekati kelompok SEDANG. Hal ini terlihat dari sepuluh mahasiswa matematika angkatan 2004 yang diambil secara acak, sebanyak 70% berada pada kisaran dan hanya 20% berada pada kisaran serta 10% berada pada kisaran Kata kunci: model fuzzy, indeks prestasi kumulatif, prediksi

6 cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik dan tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

7 7 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 8 Judul Tesis Nama NRP : Pendekatan Logika Fuzzy untuk Memprediksi IPK Akhir Mahasiswa Matematika Institut Pertanian Bogor : Ana Marnida : G Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc Ketua Teduh Wulandari, MSi Anggota Diketahui Ketua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal ujian : 6 November 2008 Tanggal lulus :

9 9 Karya tulis ini aku persembahkan kepada: * Suamiku tercinta yang selalu memberi dorongan dan semangat * Anak-anakku tersayang Rahana Munisa, Najwa Adila, Mutia Aulia dan Habib Muzaki * Saudara-saudaraku yang selalu mengharapkan keberhasilanku PRAKATA

10 10 Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat, serta seluruh umat manusia yang mengikuti petunjuk dan ajaran beliau. Penulis merasa bahagia telah dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Pendekatan Logika Fuzzy untuk Memprediksi IPK Akhir Mahasiswa Matematika Institut Pertanian Bogor. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains Program Studi Matematika Terapan pada Departemen Matematika Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Departemen Agama RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis dapat belajar dan menyelesaikan Program Magister Matematika Terapan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc dan ibu Teduh Wulandari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menyusun tesis ini, serta ibu Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS selaku penguji yang telah banyak memberikan saran. Permohonan maaf yang tak terhingga penulis sampaikan kepada anakanakku Rahana Munisa, Najwa Adila, Mutia Aulia dan Habib Muzaki atas kurangnya perhatian dan kasih sayang selama ini. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada segenap dosen dan karyawan Departemen Matematika, rekanrekan mahasiswa S2 baik BUD maupun reguler, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Teriring do a Jazakumullaahu khoiron katsiira semoga amal kebaikan mereka diterima di sisi Allah SWT, dan mendapat balasan yang setimpal. Amin. Penulis juga meyakini, bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, maka dari itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini membawa berkah dan manfaat. Bogor, November 2008 Ana Marnida RIWAYAT HIDUP

11 Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 18 Maret Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan bapak Taharuddin Gaus dan ibu Chadijah. Penulis menempuh pendidikan dari tingkat dasar dan menengah di Palembang hingga tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan diploma P3TK-FKIP Universitas Sriwijaya pada jurusan Pendidikan Matematika dan lulus tahun Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan sarjana pada jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas PGRI Palembang dan lulus tahun Tahun 1998 mengikuti seleksi penerimaan Pegawai Negeri Sipil di Departemen Agama Kabupaten Ogan Komering Ilir dan diterima sebagai guru Matematika di MTsN Tanjung Laut Ogan Komering Ilir dari tahun 1999 sampai Tahun 2001 pindah tugas ke MTsN Sakatiga hingga sekarang. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis mengikuti seleksi yang diselenggarakan Departemen Agama RI untuk melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Matematika Terapan di Departemen Matematika Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan lulus pada tahun

12 12 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS DAFTAR ISI

13 13 Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xv PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Himpunan Crisp dan Himpunan Fuzzy... 3 Peubah Linguistik... 4 Operasi Himpunan dan Logika Fuzzy... 4 Sistem Inferensi Fuzzy... 5 Model Linguistik... 6 Max-Min (Mamdani) Inference Rule... 8 Defuzzifikasi METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan Data Pembentukan Model Fuzzy HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Tahapan Pembentukan Model Fuzzy KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL

14 14 Halaman 1 Nilai kebenaran operasi AND, OR dan NOT Tabel kebenaran dari modus ponen Nilai IPK mahasiswa matematika tahun Batasan parameter untuk tiap variabel input Batasan parameter hasil normalisasi Derajat keanggotaan variabel x Derajat keanggotaan variabel x Banyaknya aturan dasar dari dua variabel input Rata-rata variabel input dan output untuk sepuluh angkatan Analisis variabel output y tahun Batasan parameter minimum dan maksimum Kisaran IPK Akhir mahasiswa matematika tahun Kisaran Prediksi IPK Akhir mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.1 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.2 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.3 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.4 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.5 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.6 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.7 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.8 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.9 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.10 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Lampiran 1.11 Data nilai mahasiswa matematika angkatan DAFTAR GAMBAR

15 15 Halaman 1 Langkah analisis logika fuzzy menurut Babuska Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada variabel input dan output Domain IPK TPB mahasiswa matematika tahun Domain IPK Gabungan mahasiswa matematika tahun Fungsi keanggotaan pada variabel x Fungsi keanggotaan pada variabel x Fungsi keanggotaan pada variabel output Grafik perbandingan y output eksak dan dengan logika fuzzy DAFTAR LAMPIRAN Halaman

16 16 1 Data nilai mahasiswa matematika angkatan Perhitungan standard error 9 aturan dengan μ berbeda PENDAHULUAN Latar Belakang

17 17 Keberhasilan seorang mahasiswa dapat dilihat dari indeks prestasi yang dicapainya. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diekspresikan tidak saja secara numeris, tetapi juga direpresentasikan dalam bentuk kualitatif secara linguistik. Penyajian secara linguistik ini dapat menimbulkan ambiguitas atau keraguan. Konsep logika fuzzy merupakan alternatif untuk menyatakan sesuatu yang tidak dapat didefinisikan dengan tepat. Menurut Marimin (2005), logika fuzzy merupakan bagian dari logika Boolean yang digunakan untuk menangani konsep derajat kebenaran antara benar dan salah. Saat ini logika fuzzy dikembangkan sebagai pengukuran beragam fenomena ambiguitas secara sistematis yang mencakup konsep peluang. Menurut Kusumadewi (2002), selama beberapa dekade yang lalu logika fuzzy telah digunakan pada lingkup domain permasalahan yang cukup luas. Sejak tahun 1985 terjadi perkembangan yang sangat pesat pada logika fuzzy, terutama dalam hubungannya dengan penyelesaian masalah kendali yang bersifat timevarying. Beberapa peneliti telah menggunakan pendekatan logika fuzzy untuk menghitung indeks. Miceli (1998) menggunakan logika fuzzy untuk mengukur kemiskinan. Cornelissen, et al (2001) menggunakan logika fuzzy untuk menilai keberlanjutan pada sistem produksi pertanian (sustainability on agriculture production systems). Suliadi (2003) menggunakan pendekatan logika fuzzy untuk menentukan indeks pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan logika fuzzy untuk menentukan prediksi IPK Akhir mahasiswa matematika Institut Pertanian Bogor. Dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy, tingkat keberhasilan mahasiswa dalam bentuk IPK Akhir dapat diprediksi pada akhir semester 6. Penelitian ini dibatasi untuk memprediksi IPK Akhir mahasiswa matematika IPB berdasarkan IPK Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan huruf mutu mata kuliah Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang, serta Analisis Real selama sepuluh tahun terakhir. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

18 18 1 Memformulasikan model pendekatan logika fuzzy menggunakan variabel input IPK TPB dan IPK Gabungan dari mata kuliah Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang dan Analisis Real. 2 Memverifikasi model pendekatan logika fuzzy yang diformulasikan dengan menggunakan IPK Akhir mahasiswa matematika IPB dari angkatan 1994 sampai Menggunakan model pendekatan logika fuzzy tersebut untuk memprediksi IPK Akhir mahasiswa matematika IPB angkatan TINJAUAN PUSTAKA

19 19 Pada tahun 1965, L.A Zadeh memperkenalkan tulisannya tentang himpunan fuzzy yang mampu mengekspresikan kebingungan (ambiguity). Sistem fuzzy merupakan suatu cara pengambilan keputusan melalui pendekatan logika fuzzy. Sistem ini memiliki kemampuan untuk mengembangkan sistem intelejen dalam lingkungan yang tidak pasti atau tidak tepat. Teori himpunan fuzzy memungkinkan adanya derajat keanggotaan suatu objek dalam suatu himpunan untuk menyatakan suatu peralihan keanggotaan secara bertahap. Himpunan Crisp dan Himpunan Fuzzy Menurut Jamshidi et al (1993), suatu himpunan klasik (crisp) X didefinisikan sebagai sekumpulan objek atau benda yang memiliki sifat atau karakteristik yang sama. Himpunan tersebut biasa disebut himpunan semesta dengan setiap elemennya dinotasikan sebagai x. Misalkan himpunan A himpunan yang memuat koleksi dari beberapa anggota X. Himpunan A disebut himpunan bagian dari X. Dalam teori himpunan dikenal notasi berikut ini: x X x anggota X x A x anggota A x A x bukan anggota A. Misalkan μ ( x ) adalah fungsi keanggotaan himpunan klasik A. Untuk x A anggota himpunan semesta, maka dapat dinyatakan sebagai berikut: 1, jika x A μa( x) = 0, jika x A. Fungsi keanggotaan di atas secara tegas membedakan, apakah suatu elemen x merupakan anggota himpunan A ( μ ( x ) = 1) atau bukan anggota himpunan A A ( μ ( x ) = 0). Konsep ini selaras dengan konsep logika matematika, dimana suatu A logika hanya akan bernilai benar atau salah. Menurut Jamshidi et al (1993), himpunan fuzzy A adalah himpunan dengan batas antara anggota dan bukan anggota dinyatakan secara kabur. Himpunan fuzzy A memuat elemen dengan derajat keanggotaan yang bervariasi. Suatu himpunan fuzzy A adalah himpunan yang didefinisikan oleh fungsi keanggotaan μ ( x ) yang memetakan x ke dalam interval [0,1] atau ditulis A

20 20 sebagai μ : x [0,1]. Fungsi keanggotaan tersebut biasa disebut derajat A keanggotaan. Derajat keanggotaan 1 menyatakan bahwa elemen tersebut anggota himpunan, 0 menyatakan bahwa elemen tersebut bukan anggota himpunan, sedangkan derajat keanggotaan antara 0 dan 1 menunjukkan bahwa elemen tersebut anggota himpunan secara parsial. Derajat keanggotaan secara ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut: 1, x anggota penuh A μa( x) = [0,1], x anggota parsial A 0, x bukan anggota A, (Babuska 2001 dalam Suliadi 2003). Peubah Linguistik Peubah linguistik adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan kefuzzian. Beberapa bentuk seperti rendah, sedang, tinggi dan lain-lain disebut dengan konstanta linguistik. Peubah asal yang berupa numerik disebut dengan peubah dasar. Jang (1995) memberikan definisi peubah linguistik sebagai berikut: Suatu peubah linguistik L didefinisikan dalam bentuk kuantupel (quintuple) yaitu (x, T(x), X, G, M), dengan x adalah peubah dasar (base variable), T(x) adalah himpunan dari konstanta linguistik (linguistic term), X adalah domain dari x, G adalah aturan sintaks yang membangkitkan konstanta linguistik dan M adalah aturan semantik yang memberi arti terhadap konstanta linguistik. Operasi Himpunan dan Logika Fuzzy Logika fuzzy memiliki kemampuan untuk merepresentasikan basis pengetahuan linguistik pada model matematis. Logika fuzzy menggunakan derajat keanggotaan pada selang [0,1] untuk beragam kemungkinan pilihan yang didasarkan pada suatu nilai variabel. Logika fuzzy dapat membangkitkan derajat keanggotaan pada suatu nilai secara berangsur-angsur dan lebih baik dibandingkan tanpa fuzzy (Marimin 2005).

21 21 Operasi himpunan fuzzy seperti gabungan, irisan dan komplemen dapat diperoleh dari perluasan operasi himpunan klasik ke himpunan fuzzy. Pada himpunan atau logika klasik nilai kebenaran dari operasi irisan ( AND ), gabungan ( OR ) dan komplemen ( NOT ) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai Kebenaran Operasi AND, OR dan NOT AND OR NOT A B A B A B A B A A Operasi pada himpunan fuzzy pada dasarnya adalah operasi terhadap derajat keanggotaannya. Operasi himpunan fuzzy yang sering digunakan adalah operasi Zadeh. Menurut Babuska (2001) dalam Suliadi (2003), Zadeh memperkenalkan operasi-operasi irisan, gabungan, dan komplemen sebagai berikut: Jika A adalah komplemen dari himpunan A, maka μ ( x)=1 μ ( x). Jika C = A B, maka μ ( x) = min[ μ ( x), μ ( x)] = μ ( x) μ ( x). C A B A B Jika C = A B, maka μ ( x) = max[ μ ( x), μ ( x)] = μ ( x) μ ( x). C A B A B A A Sistem Inferensi Fuzzy Menurut Jang (1997), sistem inferensi fuzzy adalah proses penarikan kesimpulan dari suatu data yang diturunkan oleh data yang baru atau nilai-nilai kebenaran dari input data. Data baru mungkin sebagai kesimpulan akhir atau pada multi step reasoning sebagai kesimpulan menengah yang merupakan input untuk langkah berikut. Penyelesaian masalah dalam logika fuzzy didasarkan atas aturan-aturan If- Then. Bentuk umum aturan dasar tersebut adalah: If antecedent proposition Then consequent proposition. Fuzzy proposition merupakan suatu pernyataan, seperti x adalah tinggi, dengan tinggi merupakan konstanta linguistik (linguistic term, linguistic label), yang

22 22 didefinisikan oleh himpunan fuzzy dengan domain dari peubah x, dengan x juga merupakan peubah dasar. Antecedent proposition yang juga disebut premis selalu merupakan fuzzy proposition. Berdasarkan bentuk dari consequent proposition, secara umum model dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Model Tsukamoto Pada model ini setiap consequent pada aturan yang berbentuk If-Then harus direpresentasikan dalam suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara klasik (crisp) berdasarkan α-predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot. 2. Model Linguistik (Linguistic fuzzy model) Pada model ini baik antecedent maupun consequent merupakan fuzzy proposition. Model ini disebut juga dengan model Mamdani. Contoh: If x adalah A i Then y adalah B i dengan x adalah A i sebagai antecedent proposition dan y adalah B i sebagai consequent proposition serta A i dan B i adalah konstanta linguistik untuk x dan y 3. Model Takagi-Sugeno (TS fuzzy model) Pada model ini consequent proposition berupa fungsi dari anggota himpunan klasik (crisp set). Contoh: If x adalah A i Then y = aix+ bi dengan x adalah A i sebagai antecedent proposition dan y = aix+ bi sebagai consequent proposition, serta A i adalah konstanta linguistik untuk x dan y = a x+ b adalah fungsi dari anggota himpunan klasik (Jang 1997). i i Model Linguistik Menurut Babuska (2001) dalam Suliadi (2003), secara umum ada empat langkah dalam analisis model linguistik, yaitu fuzzifikasi, evaluasi aturan-aturan dasar, agregasi dan defuzzifikasi. Input pada model linguistik berupa data yang merupakan anggota dari himpunan klasik. Melalui keempat tahap tersebut akan dihasilkan peubah output berupa data yang merupakan anggota himpunan klasik.

23 23 Banyaknya peubah output bisa lebih dari satu, tergantung permasalahan yang dihadapi. Pada penelitian ini digunakan model linguistik atau model Mamdani. Tahapan pada model ini dapat dilihat pada Gambar 1. Crisp input Fuzzy input Fuzzy output Crisp output x 1 x 2 x n R 1 if x 1 is A 11 and and x n is A n1 then y is B 1 R 1 if x 1 is A 11 and and x n is A n1 then y is B 1 : : : : : : R 1 if x 1 is A 11 and and x n is A n1 then y is B 1 y Tahap 1 : Fuzzification Tahap 2 : Rule Evaluation Tahap 3 : Aggregation Tahap 4: Defuzzificatio Gambar 1 Langkah analisis logika fuzzy menurut Babuska (2001) dalam Suliadi (2003) Penjelasan dari keempat tahapan pada Gambar 1 di atas dapat dilihat pada ilustrasi berikut. Misalkan x 1, x 2,... x n adalah peubah input, dan diinginkan keluaran berupa satu peubah output y. Misalkan ada k i konstanta linguistik untuk peubah x i, yaitu A ij, dengan i = 1,2,,n dan j = 1,2,, k i. Peubah y memiliki p konstanta linguistik, yaitu Bl, l = 1,2,,p. Banyaknya aturan dasar ada r, yaitu R m dengan m = 1,2,,r. Pada tahap pertama, melalui proses fuzzifikasi akan dihasilkan derajat keanggotaan setiap peubah linguistik x i untuk setiap konstanta linguistiknya ( A ij ), yang akan dijadikan input pada tahap kedua. Tahap kedua memproses masukan ke dalam aturan-aturan dasar If-Then. Pada tahap kedua ini, dari setiap aturan dasar (R m ) akan dihasilkan derajat keanggotaan satu dari p konstanta linguistik peubah y, sesuai dengan aturan dasar tersebut. Banyaknya aturan dasar diperoleh dari banyaknya kombinasi semua konstanta linguistik peubah input. Misalkan ada dua peubah input x 1, x 2 dan satu peubah output y dengan konstanta linguistiknya masing-

24 24 masing A A1 A2 B B1 B2 C C1 C2 dasar yaitu : = {, }, = {, } dan = {, }, maka akan ada empat aturan R 1 : If x = Aandx= B Then misal: If x = Aandx= B Then y = C R 2 : If x = A and x = B Then misal: If x = A and x = B Then y = C R 3 : If x = A and x = B Then misal: If x = A and x = B Then y = C R 4 : If x = A and x = B Then misal: If x = A and x = B Then y = C Meskipun demikian beberapa aturan dasar bisa digabung menjadi satu. Misalkan aturan 1 dan 2 di atas dapat digabung menjadi ; If x1 A1 and x2 B1 or x2 B2 = ( = = ), atau sama dengan If x = Atheny= C Karena banyaknya aturan dasar adalah r, maka akan dihasilkan r derajat keanggotaan konstanta linguistik peubah output y, yang berarti untuk setiap konstanta linguistik peubah output bisa memiliki lebih dari satu derajat keanggotaan. Setiap anggota domain himpunan y kemungkinan memiliki derajat keanggotaan yang tumpang tindih yang berasal dari derajat keanggotaan beberapa konstanta linguistik yang berbeda, sehingga dilakukan tahap ketiga yaitu proses agregasi. Tahap ketiga adalah proses agregasi, yaitu memproses derajat keanggotaan peubah y yang tumpang tindih sehingga untuk setiap anggota domain himpunan y hanya memiliki satu derajat keanggotaan. Pada akhir tahap ini semua konstanta linguistik y tidak diperlukan lagi. Tahap keempat adalah tahap untuk mengubah derajat keanggotaan setiap anggota domain peubah output menjadi satu nilai peubah output ( y out disebut defuzzifikasi. ). Tahap ini Max-min (Mamdani) Inference Rule Max-min Inference Rule atau biasa disebut Mamdani Inference Rule adalah metode pengambilan keputusan yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam model linguistik (Jang 1997). Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan tahap 2 (Rule evaluation) dan tahap 3 (Aggregation).

25 25 Menurut Jang (1997), misalkan ada satu peubah input x dan satu peubah output y. Pada tahap kedua terdapat aturan dasar yang berupa fuzzy implication, yaitu If x adalah A i Then y adalah B i. Pada tahap ini yang akan dicari adalah derajat keanggotaan implikasi A B, yaitu μ ( x A B, y ) sehingga harus ditentukan apakah yang akan digunakan adalah μ A ( x), μb ( y) atau yang lainnya. Pengambilan keputusan dari aturan-aturan dasar berlandaskan pada aturan modus ponen, yaitu: aturan data atau fakta : If x adalah A Then y adalah B : x adalah A kesimpulan : y adalah B. Argumen di atas dapat ditulis: p : x adalah A q : y adalah B. Akan dibuktikan apakah argumen di atas merupakan tautologi dengan menggunakan tabel kebenaran. i i Tabel 2 Tabel kebenaran dari modus ponen p q p q ( p q) p (( p q) p) q B B B B B B S S S B S B B S B S S B S B Dari tabel kebenaran terlihat bahwa argumen di atas merupakan tautologi, sehingga argumen dapat dikatakan sah. Aturan dasar If x adalah A Then y adalah B dinyatakan dalam fungsi keanggotaan μ (, xy A B ) [0:1] dimana μ ( x A B, y ) menunjukkan derajat kebenaran dari relasi antara x dan y. Dalam Mamdani implication didefinisikan :

26 26 μ ( x A B, y ) = min[ μa( x), μb( y)] = μa( x) μb( y). Karena itu untuk aturan dasar ke-m dengan input X=x o dihitung μ (, ) = min[ μ ( x0 ), μ ( y)], x y A B 0 Ai untuk konstanta linguistik B i yang bersesuaian dengan R m (Jang 1997). Bi Hasil dari tahap 2 berupa derajat keanggotaan μ ( x A B, y ) untuk setiap aturan dasar R m. Dari r aturan dasar tersebut, untuk setiap konstanta linguistik peubah output dapat dihasilkan lebih dari satu derajat keanggotaan. Pada tahap 3 akan dilakukan penggabungan (aggregation) beberapa derajat keanggotaan yang tumpang tindih, sehingga untuk setiap anggota domain peubah output y hanya akan ada satu derajat keanggotaan. Pada metode Mamdani, kesimpulan dari tahap agregasi diperoleh dari μ ( y) = max{ μ ( y)}, y Y dan l = 1,2,..., p. Bl Br Defuzzifikasi Menurut Jang (1997), defuzzifikasi merupakan upaya untuk mengonversi derajat keanggotaan setiap anggota domain peubah output y hasil proses fuzzy logic menjadi satu nilai output, yang merupakan hasil akhir yang diharapkan dalam suatu proses model fuzzy linguistik. Ada beberapa metode defuzzifikasi menurut Enklund, et all (2000) dalam Suliadi (2003), yaitu: Centre of Gravity (centroid),cog y out = s s yμ ( y) dy μ ( ydy ) B untuk y kontinu dan B, y out = n i= 1 n i= 1 yiμb( yi), μ ( y ) B untuk y diskret i dengan S adalah support dari μ B( y). Metode ini pada dasarnya mencari titik keseimbangan daerah solusi fuzzy dengan menghitung rata-rata

27 27 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi μ B( y) didefinisikan sebagai nilai y pertama pada domain Y yang memiliki derajat keanggotaan tertinggi. y = min{ y Y/ μ ( y) = max μ( y)}. out B Dengan cara yang sama, metode Last of Maxima (LoM) dapat diperoleh dari nilai y terakhir pada domain Y yang memiliki derajat keanggotaan tertinggi. y = max{ y Y/ μ ( y) = max μ( y)}. out B Mean of Maxima (MoM) Mean of Maxima (MoM) adalah rata-rata dari FoM dengan LoM. min{ y Y / μb( y) = max μ( y)} + max{ y Y / μb( y) = max μ( y)} yout =. 2 METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dari Departemen Matematika IPB. Variabel input adalah nilai IPK TPB dan huruf mutu mata kuliah Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang serta Analisis Real yang diubah dalam IPK tersendiri.

28 28 Dari keenam mata kuliah tersebut akan dilihat pengaruhnya terhadap IPK Akhir mahasiswa matematika IPB. Adapun alasan dipilihnya keenam mata kuliah di atas karena keenam mata kuliah tersebut dianggap mewakili kemampuan mahasiswa dalam penguasaan matematika. Data yang akan diamati adalah data mahasiswa matematika IPB yang telah menempuh dan lulus keenam mata kuliah di atas selama sepuluh tahun terakhir. Setiap angkatan diambil sepuluh mahasiswa secara acak. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel input, yaitu: x 1 = nilai IPK TPB, x 2 = nilai IPK gabungan kelima mata kuliah. Variabel output y adalah IPK Akhir mahasiswa matematika IPB dari tahun 1994 sampai tahun Variabel output y yang akan diprediksi adalah IPK Akhir mahasiswa matematika IPB tahun Pembentukan Model Fuzzy Pembentukan model fuzzy terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1. Fuzzifikasi, yaitu mengubah variabel input menjadi fuzzy input. Variabel input yang telah didefinisikan dibagi menjadi beberapa himpunan fuzzy dan kemudian dicari masing-masing nilai kuartilnya. Setelah itu dicari fungsi keanggotaan dari tiap variabel input. Fungsi keanggotaan yang dipergunakan berupa trapesium dan segitiga yang berpola linear. Dalam tahap fuzzifikasi ini akan diperoleh derajat keanggotaan konstanta linguistik ke-j untuk setiap peubah input ke-i, yaitu keanggotaan untuk input variabel x 1 dan x 2 adalah: μ ij. Fungsi

29 29 μ 1, x Q1 Q x x = Q x Q 0, x Q2 2 RENDAH [ ], Q2 Q1 1 2 μ 0, x Q atau x Q x Q x = Q x Q SEDANG[ ], 1 2 Q2 Q1 Q3 x, Q 2 x Q 3 Q3 Q2 μ 0, x Q2 x Q x = Q x Q 1, x Q3. 2 TINGGI[ ], Q3 Q2 2 3 Q 1 Q 2 Q 3 Gambar 2 Fungsi keanggotaan himpunan fuzzy pada variabel input dan output 2. Evaluasi aturan-aturan dasar, yaitu memproses variabel input ke dalam aturan aturan dasar If-Then. Menurut Jang (1997), bentuk umum aturan dasar adalah: If antecedent proposition Then consequent proposition. Operasi logika AND menggunakan operasi yang dibuat oleh Zadeh, yaitu α predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunanhimpunan yang bersangkutan. Secara umum dapat dituliskan:

30 30 μ = A B min ( μa[ x], μb[ y]). Menurut Suliadi (2003), jika ada r konstanta linguistik dan p variabel input maka banyaknya aturan dasar adalah r p. Karena setiap variabel input terdiri dari 3 konstanta linguistik, maka jika ada 2 variabel input akan terdapat 3 2 aturan dasar. Consequent proposition ditentukan dengan metode rata-rata. Metode ini menganggap bahwa baik variabel input maupun variabel output mempunyai konstanta linguistik dengan arah yang sama, naik atau turun (misal: semakin baik, semakin buruk). Meskipun demikian jumlah konstanta linguistik boleh berbeda antara peubah input, maupun antara input dengan output. Setiap antecedent proposition dicari padanannya dengan consequent proposition dan selanjutnya rata-rata beberapa consequent proposition padanan ini dijadikan sebagai consequent proposition aturan dasar. Karena variabel input maupun output berupa IPK sama-sama memiliki 3 konstanta linguistik, maka penentuan consequent proposition akan mudah. 3. Agregasi, yaitu memproses derajat keanggotaan output yang tumpang tindih, sehingga untuk setiap anggota domain output hanya memiliki satu derajat keanggotan. Karena ada banyak aturan dasar yang dievaluasi, ada kemungkinan lebih dari satu derajat keanggotaan untuk setiap konstanta linguistik output. Selain itu ada kemungkinan satu nilai output memiliki derajat keanggotaan yang berbeda, karena perbedaan konstanta linguistik. Dalam Mamdani Inference Rule, untuk setiap konstanta linguistik output yang dipergunakan adalah derajat keanggotaan yang paling besar atau maksimum untuk setiap nilai output (Jang 1997). 4. Defuzzifikasi, yaitu upaya mengonversi derajat keanggotaan setiap anggota domain variabel output hasil proses logika fuzzy menjadi satu nilai output yang merupakan hasil akhir yang diharapkan. Metode defuzzifikasi yang dipergunakan adalah Center of Gravity (centroid), CoG.

31 31 Setelah dilakukan verifikasi model menggunakan data mahasiswa matematika angkatan 1994 sampai 2003 maka dapat diprediksi variabel output y untuk mahasiswa angkatan Ini dapat dilakukan dengan memberikan kisaran nilai untuk variabel output y berturut-turut 0.25, 0.5, dan 0.75 masing-masing untuk tingkatan RENDAH, SEDANG dan TINGGI.

32 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data yang digunakan adalah data mahasiswa matematika IPB yang telah menempuh mata kuliah TPB pada semester 1 dan 2, Aljabar Linear pada semester 3, Pemrograman Linear pada semester 4, Analisis Numerik dan Pengantar Teori Peluang pada semester 5 serta Analisis Real pada semester 6. Variabel output y akan dilihat dari angkatan 1994 hingga angkatan 2003 yang telah memiliki IPK akhir. Variabel output y yang akan diprediksi adalah angkatan 2004 yang belum memiliki IPK akhir. Setiap angkatan diambil sepuluh mahasiswa secara acak dan ditentukan y output dengan menggunakan langkah-langkah pada model fuzzy. Keadaan mahasiswa yang dipilih sebanyak sepuluh orang tiap angkatan beserta IPK TPB dan nilai mutu kelima mata kuliah di atas dapat dilihat pada Lampiran 1. IPK TPB adalah IPK dari mata kuliah yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama. Mata kuliah ini adalah mata kuliah yang wajib diikuti mahasiswa pada semester 1 dan 2 dengan jumlah sebanyak 36 SKS. Domain IPK TPB dari sepuluh angkatan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. IPK TPB Maksimum Tahun Minimum Gambar 3 Domain IPK TPB mahasiswa matematika tahun Gambar 3 menunjukkan nilai IPK TPB terbesar dan terkecil hasil analisis data yang diperoleh dari sepuluh mahasiswa yang diambil secara acak setiap tahun

33 33 selama sepuluh angkatan. Dari gambar juga dapat diketahui bahwa IPK TPB tertinggi dicapai pada tahun 2001 sebesar IPK TPB terendah dicapai pada tahun 1999 sebesar IPK Gabungan adalah nilai IPK yang merupakan gabungan dari nilai mutu lima mata kuliah yaitu Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang dan Analisis Real. Domain IPK Gabungan dari sepuluh angkatan dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. IPK GAB Maksimum Tahun Minimum Gambar 4 Domain IPK Gabungan mahasiswa matematika tahun Gambar 4 menunjukkan nilai IPK Gabungan terbesar dan terkecil hasil analisis data yang diperoleh dari sepuluh mahasiswa yang diambil secara acak setiap tahun selama sepuluh angkatan. Dari gambar juga dapat diketahui bahwa IPK Gabungan tertinggi dicapai pada tahun 2000 yaitu sebesar IPK Gabungan terendah dicapai pada tahun 1998, 1999, 2002 dan 2003 sebesar Secara keseluruhan data nilai IPK TPB serta IPK Gabungan terbesar dan terkecil dapat dilihat pada Tabel 3.

34 34 Tabel 3 Nilai IPK terbesar dan terkecil serta rata-rata IPK mahasiswa matematika tahun IPK TPB IPK Gabungan Tahun Terbesar Terkecil Ratarata Terbesar Terkecil Ratarata Pada tabel terlihat bahwa IPK TPB mempunyai nilai yang lebih bervariasi dibandingkan dengan IPK Gabungan. Hal ini disebabkan IPK TPB merupakan gabungan dari 14 mata kuliah dengan total 36 SKS, sedangkan IPK Gabungan adalah gabungan dari 5 mata kuliah dengan total 15 SKS. Sebagian besar IPK TPB mencapai maksimum terbesar dibandingkan dengan IPK Gabungan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain mata kuliah TPB adalah mata kuliah yang sebagian besar telah dipelajari sebelumnya oleh mahasiswa di sekolah lanjutan. Mata kuliah TPB juga adalah mata kuliah dasar yang memudahkan mahasiswa untuk mempelajari dan memahaminya. IPK Gabungan adalah gabungan dari nilai mata kuliah Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang dan Analisis Real. Kelima mata kuliah tersebut adalah mata kuliah inti, tetapi nilainya secara relatif lebih rendah sehingga membutuhkan perhatian. Faktor lain yang tak kalah penting adalah peran dosen pengasuh mata kuliah dalam menyampaikan materi akan mempengaruhi keberhasilan mahasiswa.

35 35 Tahapan Pembentukan Model Fuzzy 1. Fuzzifikasi Dari kedua variabel input x yaitu IPK TPB dan IPK Gabungan masingmasing dibagi dalam empat daerah, yaitu kuartil 1, kuartil 2 dan kuartil 3. Setelah dicari rata-rata kuartil semua variabel input untuk seluruh angkatan, diperoleh batasan parameter sebagai berikut: Tabel 4 Batasan parameter untuk tiap variabel input Kuartil IPK TPB (x 1 ) IPK Gabungan (x 2 ) Q Q Q Dari Tabel 4, untuk IPK TPB terlihat bahwa kurang dari 50% mahasiswa memperoleh IPK Dengan Q 1 sebesar 2.92 serta Q 3 sebesar 3.10 menunjukkan bahwa 25% memperoleh IPK kurang dari 2.92 dan 25% memperoleh IPK lebih dari Untuk IPK Gabungan terlihat bahwa kurang dari 50% mahasiswa memperoleh IPK Dengan Q 1 sebesar 2.53 dan Q 3 sebesar 2.76 menunjukkan bahwa 25% mahasiswa memperoleh IPK kurang dari 2.53 dan 25% memperoleh IPK lebih dari IPK Gabungan dinormalisasi terhadap IPK TPB. Hal ini dilakukan agar IPK Gabungan berada pada range yang sama dengan IPK TPB. Seperti dilihat pada Tabel 2, selama sepuluh angkatan rata-rata IPK Gabungan berada di bawah ratarata IPK TPB. Normalisasi dilakukan dengan cara membagi selisih maksimum dan minimum IPK TPB dengan selisih maksimum dan minimum IPK Gabungan dan dikali dengan setiap input dari IPK Gabungan. IPK TPB : max = 3.21 IPK Gab : max = 2.80 min = 2.65 min = 2.28 Δ= = 0.56 Δ = = 0.52

36 Input IPK Gab = x( ) = x(1.0769) Cara lain untuk melakukan normalisasi adalah dengan membagi batas minimum IPK TPB dan IPK Gabungan kemudian dikali dengan input dari IPK Gabungan Input IPK Gab = x( ) = x(1.1623) Dari hasil kedua normalisasi di atas dipilih cara pertama karena faktor pengali yang dihasilkan lebih kecil, sehingga perbedaan antara data sebenarnya dengan data hasil normalisasi tidak terlalu besar. Selanjutnya dibuat batasan parameter baru sebagai berikut: Tabel 5 Batasan parameter hasil normalisasi Kuartil IPK TPB (x 1 ) IPK Gabungan (x 2 ) Q Q Q Dengan mengganti nilai pada masing-masing kuartil sebagai batasan parameter, maka fungsi keanggotaan untuk variabel x 1 adalah: μ μ RENDAH SEDANG 1, x x1 [ x1] =, 2.92 x , x , x atau x x [ x1] =, 2.92 x x1, 3.02 x μ TINGGI 0, x x [ x1] =, 3.02 x , x1 3.10

37 37 Untuk variabel x 1, himpunan RENDAH dan TINGGI menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan yang berbentuk open left shoulder dan open right shoulder. Himpunan SEDANG menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan berbentuk triangular (Gambar 5). Gambar 5 Fungsi keanggotaan pada variabel x 1 Pada Gambar 5 terlihat bahwa derajat keanggotaan bernilai 1 untuk IPK TPB antara 2.65 sampai 2.92 pada himpunan RENDAH. Untuk himpunan SEDANG, derajat keanggotaan bernilai 1 untuk IPK TPB Pada himpunan TINGGI, derajat keanggotaan bernilai 1 untuk IPK TPB antara 3.10 sampai Tabel 6 menunjukkan hasil penghitungan derajat keanggotaan dari rata-rata variabel x 1 untuk sepuluh angkatan. Tabel 6 Derajat keanggotaan variabel x 1 Angkatan IPK TPB (x 1 ) Derajat Keanggotaan [x 1 ] RENDAH SEDANG TINGGI

38 38 Dari Tabel 6 diperoleh gambaran bahwa untuk tahun 1994, IPK TPB yang diperoleh adalah Hal ini berarti bahwa IPK TPB mendekati himpunan SEDANG dengan derajat keanggotaan sebesar 1. Untuk tahun 1995 IPK TPB yang diperoleh sebesar Ini menunjukkan bahwa IPK TPB juga mendekati himpunan SEDANG dengan derajat keanggotaan sebesar 0.90 dan mendekati himpunan RENDAH dengan derajat keanggotaan Demikian seterusnya hingga tahun 2003 diperoleh IPK TPB sebesar Ini berarti bahwa IPK TPB mendekati himpunan RENDAH dengan derajat keanggotaan sebesar 1. Fungsi keanggotaan untuk variabel x 2 adalah: μ μ RENDAH SEDANG 1, x x2 [ x2] =, 2.72 x , x , x atau x x [ x2] =, 2.72 x x2, 2.90 x μ TINGGI 0, x x [ x2] =, 2.90 x , x Pada variabel x 2, himpunan RENDAH dan TINGGI menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan yang berbentuk open left shoulder dan open right shoulder. Himpunan SEDANG menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan berbentuk triangular (Gambar 6).

39 39 Gambar 6 Fungsi keanggotaan pada variabel x 2 Pada Gambar 6 terlihat bahwa derajat keanggotaan bernilai 1 untuk IPK Gabungan antara 2.46 sampai dengan 2.72 pada himpunan RENDAH dan antara 2.97 sampai dengan 3.02 pada himpunan TINGGI. Untuk himpunan SEDANG, derajat keanggotaan bernilai 1 pada IPK Gabungan Tabel 7 menunjukkan hasil penghitungan derajat keanggotaan dari rata-rata variabel x 2 untuk sepuluh angkatan. Tabel 7 Derajat keanggotaan variabel x 2 Angkatan IPK Gab (x 2 ) Derajat Keanggotaan [x 2 ] RENDAH SEDANG TINGGI Dari Tabel 7 diperoleh gambaran bahwa untuk tahun 1994 IPK Gabungan yang diperoleh adalah Hal ini berarti bahwa IPK Gabungan mendekati himpunan SEDANG dengan derajat keanggotaan sebesar 0.94 dan mendekati

40 40 himpunan RENDAH dengan derajat keanggotaan Untuk tahun 1995 IPK Gabungan yang diperoleh sebesar Ini menunjukkan bahwa IPK Gabungan mendekati himpunan TINGGI dengan derajat keanggotaan sebesar 1. Demikian seterusnya hingga tahun 2003 diperoleh IPK Gabungan sebesar Ini berarti bahwa IPK Gabungan mendekati himpunan RENDAH dengan derajat keanggotaan sebesar 1. Fungsi keanggotaan untuk variabel output y sebagai IPK akhir adalah: μ μ RENDAH SEDANG 1, y y [ y] =, 2.65 y , y , y 2.65 atau y 3.02 y 2.65 [ y] =, 2.65 y y, 2.84 y μ TINGGI 0, y 2.84 y 2.84 [ y] =, 2.84 y , y 3.02 Variabel numerik adalah IPK Akhir sebagai hasil akhir output sistem yang disesuaikan dengan hasil analisis data untuk selanjutnya direpresentasikan pada fungsi keanggotaan yang terdapat pada Toolbox MATLAB 7.0. IPK Akhir hasil output sistem kemudian dibandingkan dengan IPK Akhir sebenarnya. Bentuk kurva yang digunakan untuk merepresentasikan output sistem sama dengan kurva yang digunakan untuk merepresentasikan variabel input IPK TPB dan IPK Gabungan. Hal ini didasarkan pada hasil analisis data yang telah diperoleh.

41 41 Gambar 7 Fungsi keanggotaan pada variabel output Pada variabel output, himpunan RENDAH dan TINGGI menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan yang berbentuk open left shoulder dan open right shoulder. Himpunan SEDANG menggunakan pendekatan fungsi keanggotaan berbentuk triangular (Gambar 7). Dari gambar juga terlihat bahwa derajat keanggotaan bernilai 1 untuk IPK Akhir antara 2.46 sampai 2.65 pada himpunan RENDAH dan antara 3.02 sampai 3.21 pada himpunan TINGGI. Untuk himpunan SEDANG, derajat keanggotaan bernilai 1 pada IPK Akhir Pembentukan Aturan-aturan Dasar Karena setiap variabel input terdiri atas 3 konstanta linguistik dan terdapat 2 variabel input maka akan terdapat 3 2 = 9 aturan dasar yang diperoleh. Sebelumnya dicari terlebih dahulu derajat keanggotaan rata-rata kedua variabel yang diperoleh selama sepuluh angkatan terakhir dengan menggunakan rumus fungsi keanggotaan. Penentuan kombinasi derajat keanggotaan y output didasarkan pada besarnya standard error. Setelah diuji beberapa kombinasi derajat keanggotaan y output (Lampiran 2), maka dipilih kombinasi derajat keanggotaan y output dengan standard error terkecil. Tabel 7 menunjukkan banyaknya aturan dasar dengan 2 variabel input dengan kombinasi derajat keanggotaan y output 1, 0.8 dan 0.2.

42 42 Tabel 8 Banyaknya aturan dasar dari 2 variabel input Aturan x 1 (IPK TPB) x 2 (IPK Gabungan) y output Derajat 1 R R R 1 2 R S R R T S S R S S S S 1 6 S T S T R S T S T T T T 1 Tabel 8 menyajikan aturan dasar yang merupakan kombinasi dari dua variabel input dengan tiga konstanta linguistik. Aturan pertama memiliki bentuk : If IPK TPB RENDAH and IPK gabungan RENDAH Then IPK akhir RENDAH. Derajat keanggotaan untuk aturan pertama, kelima dan kesembilan adalah 1 karena konstanta linguistik pada consequent proposition yang dicari dari rata-rata konstanta linguistik pada antecedent proposition bernilai sama. Derajat keanggotaan untuk aturan kedua, keempat, keenam dan kedelapan adalah 0.2 karena konstanta linguistik pada consequent proposition yang dicari dari rata-rata konstanta linguistik pada antecedent proposition memiliki dua nilai yang sama. Derajat keanggotaan pada aturan ketiga dan ketujuh adalah 0.8 karena konstanta linguistik pada consequent proposition yang merupakan rata-rata konstanta linguistik pada antecedent proposition memiliki satu nilai yang sama. Tahapan agregasi dan defuzzifikasi dilakukan dengan menggunakan bantuan Toolbox MATLAB 7.0 dan dapat dicari y output dengan pendekatan logika fuzzy. Hasil rata-rata kedua variabel input dan variabel y output untuk sepuluh angkatan dapat dilihat pada Tabel 9.

43 43 Tabel 9 Rata-rata variabel input dan variabel output untuk sepuluh angkatan Angkatan x 1 (IPK TPB) x 2 IPK Akhir IPK Akhir (IPK Gabungan) Sebenarnya dengan Fuzzy Rata-rata Dari Tabel 9 terlihat bahwa rata-rata IPK Akhir dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy adalah 2.84, sedangkan rata-rata IPK Akhir sebenarnya adalah Jadi terdapat perbedaan sebesar Ini menunjukkan bahwa IPK Akhir dapat didekati dengan logika fuzzy. Adanya perbedaan sebesar 0.13 disebabkan oleh pembulatan-pembulatan. Pada tabel juga terlihat bahwa rata-rata IPK TPB adalah 2.99 dan rata-rata IPK Gabungan adalah 2.84 serta rata-rata IPK Akhir adalah Ini berarti bahwa IPK TPB dan IPK Gabungan berpengaruh terhadap IPK Akhir. Grafik perbandingan antara IPK Akhir sebenarnya dengan IPK Akhir menggunakan pendekatan logika fuzzy selama sepuluh tahun dapat dilihat pada Gambar 8.

44 44 IPK Tahun IPK Akhir Sebenarnya IPK Akhir dg Fuzzy Gambar 8 Grafik perbandingan y output eksak dan dengan pendekatan logika fuzzy Pada Gambar 8 terlihat bahwa untuk seluruh angkatan, IPK Akhir dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy lebih kecil dari IPK Akhir sebenarnya. Ini disebabkan karena pemilihan mata kuliah Aljabar Linear, Pemrograman Linear, Analisis Numerik, Pengantar Teori Peluang dan Analisis Real sebagai IPK Gabungan belum dapat mewakili mata kuliah yang lain di departemen Matematika. Adapun alasan pemilihan kelima mata kuliah di atas sebagai IPK Gabungan sebelumnya adalah karena kelima mata kuliah tersebut dianggap sebagai mata kuliah inti dari seluruh mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa matematika. Dengan menguasai kelima mata kuliah tersebut diharapkan mahasiswa matematika tidak menemui kesulitan untuk menyelesaikan studinya. Kenyataannya kelima mata kuliah tersebut masih dianggap sulit oleh sebagian besar mahasiswa matematika. Ini dapat dilihat dari rata-rata IPK Gabungan selama sepuluh angkatan masih lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata IPK TPB. Perbedaan IPK Akhir sebenarnya dan IPK Akhir yang dicari dengan menggunakan pendekatan logika fuzzy adalah sebesar Perbedaan yang terbesar dari kesepuluh angkatan terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar Hal ini dapat disebabkan mata kuliah yang lain selain mata kuliah yang diambil sebagai IPK Gabungan memperoleh hasil yang lebih baik. Dengan standard error sebesar dapat dikatakan bahwa model pendekatan logika fuzzy dapat digunakan untuk menentukan IPK Akhir mahasiswa matematika IPB.

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi B( y) didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic.

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Fuzzy Systems Fuzzy Logic Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Masalah: Pemberian beasiswa Misalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEPRIBADIAN SISWA BERDASARKAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MI MIFTAHUL ULUM GONDANGLEGI MALANG) Wildan Hakim, 2 Turmudi, 3 Wahyu H. Irawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Himpunan Tegas (Crisp)

Himpunan Tegas (Crisp) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Suatu cara untuk merepresentasikan dan menangani masalah ketidakpastian (keraguan, ketidaktepatan, kekuranglengkapan informasi, dan kebenaran yang bersifat sebagian). Fuzzy System

Lebih terperinci

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI III.1 Teori Logika fuzzi III.1.1 Logika fuzzi Secara Umum Logika fuzzi adalah teori yang memetakan ruangan input ke ruang output dengan menggunakan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Hilda Lutfiah, Amar Sumarsa 2, dan Sri Setyaningsih 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

Logika Fuzzy. Farah Zakiyah Rahmanti 2016

Logika Fuzzy. Farah Zakiyah Rahmanti 2016 Logika Fuzzy Farah Zakiyah Rahmanti 2016 Topik Bahasa Alami Crisp Logic VS Fuzzy Logic Fungsi Keanggotaan (Membership Function) Fuzzifikasi (Fuzzyfication) Inferensi (Inference) Komposisi (Composition)

Lebih terperinci

Penerapan Logika Fuzzy

Penerapan Logika Fuzzy 1 Penerapan Logika Fuzzy M. Faisal Baehaki - 13506108 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 1 m_faisal_b@yahoo.com

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY FUZZY EXPERT SYSTEM FUZZY INFERENCE SYSTEM FUZZY REASONING Toto Haryanto MATA KULIAH SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR FUZZY Domain Masalah Fuzzifikasi

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan)

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan) PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan) Komang Wahyudi Suardika 1, G.K. Gandhiadi 2, Luh Putu Ida Harini 3 1 Program

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pemahaman dari logika fuzzy dan data mining. Pada bab ini juga akan dijelaskan bagian-bagian yang perlu diketahui dalam logika fuzzy dan data mining, sehingga

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY oleh: 1 I Putu Dody Lesmana, 2 Arfian Siswo Bintoro 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO

PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO PENENTUAN KUALITAS CABE MERAH VARIETAS HOT BEAUTY DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM TSUKAMOTO oleh TAUFIQ HANIF TRI SUSELO M0107017 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah suatu kumpulan atau koleksi objek-objek yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Objek ini disebut elemen-elemen atau anggota-anggota dari himpunan (Frans

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Luh Kesuma Wardhani, Elin Haerani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. LOGIKA FUZZY UTHIE Intro Pendahuluan Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang ilmuwan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) 1Venny Riana Agustin, 2 Wahyu H. Irawan 1 Jurusan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENALARAN FUZZY SISTEM PAKAR DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENALARAN FUZZY Digunakan untuk menghasilkan suatu keputusan tunggal / crisp saat defuzzifikasi Penggunaan akan bergantung

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan Ria Rahmadita Surbakti 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED riarahmadita@gmail.com

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA

REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, 6 November 2017 REVIEW PENERAPAN FUZZY LOGIC SUGENO DAN MAMDANI PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PRAKIRAAN CUACA DI INDONESIA Anisa Citra Mutia, Aria Fajar Sundoro,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA SIFAT MENGGUNAKAN METODE KNOWLEDGE GRAPH USEP RAHMAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB Sri Kusumadewi Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab Oleh: Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System

Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System 1 Crisp Set Crisp set membedakan anggota dan non anggota dengan batasan pasti Misalkan A sebuah crisp set dan x anggota A maka : A [x]=1 Jika y bukan anggota A maka

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Denny Cristiono T.S., Yugowati P.,Sri Yulianto J.P. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen

Lebih terperinci

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR Seminar Nasional Informatika 23 (semnasif 23) ISSN: 979-2328 UPN Veteran Yogyakarta, 8 Mei 23 FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR Sundari Retno Andani ) ) AMIK Tunas Bangsa

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMILIHAN LAPTOP MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY TSUKAMOTO

REKOMENDASI PEMILIHAN LAPTOP MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY TSUKAMOTO REKOMENDASI PEMILIHAN LAPTOP MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY TSUKAMOTO oleh ENDRA PRATAMA M0112030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

Lebih terperinci

Logika Himpunan Fuzzy

Logika Himpunan Fuzzy Logika Himpunan Fuzzy 1 Fungsi Keanggotaan untuk crisp logic True False 1 0 80F Panas Temperature f temperature >= 25C, Panas (1 atau Benar); f temperature < 25C, tidak Panas (0 atau Salah). Fungsi keanggotaan

Lebih terperinci

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB Metode Fuzzy Analisis Keputusan TIP FTP UB Pokok Bahasan Pendahuluan Logika Klasik dan Proposisi Himpunan Fuzzy Logika Fuzzy Operasi Fuzzy Contoh Pendahuluan Penggunaan istilah samar yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Nofriadi * 1), Havid Syafwan 2) 1) Program Studi Sistem Informasi, STMIK Royal Kisaran Jl. Prof. M. Yamin 173 Kisaran, Sumatera

Lebih terperinci

JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal

JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal 12 JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 253-264 APLIKASI FUZZY INFERENCE SYSTEM METODE MAMDANI UNTUK REKOMENDASI PEMILIHAN BIDANG KAJIAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI MATEMATIKA UNSOED Yusuf Nur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G

PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G PENGEMBANGAN FUZZY INFERENSI SISTEM UNTUK SELEKSI METODE PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK TINGKAT LANJUT INDAH MUSI INDRIA DEWI G651034074 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

Tahap Sistem Pakar Berbasis Fuzzy

Tahap Sistem Pakar Berbasis Fuzzy Company LOGO Penalaran Mamdani dan Tsukamoto Pada pendekatan Fuzzy Inference System Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor 2011 www.company.com

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004) BAB IV METODOLOGI 4.1 Sistem Pengoperasian Waduk. Tujuan di bangun suatu sistem waduk sangat mempengaruhi strategi pengoperasian sistem waduk yang bersangkutan. Dalam mengembangkan model optimasi pengoperasian

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH

ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH ANALISIS PEMBENTUKAN WORD GRAPH KATA BENDA MENGGUNAKAN TEORI KNOWLEDGE GRAPH HAIRUL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE FUZZY

PERBANDINGAN METODE FUZZY PERBANDINGAN METODE FUZZY DENGAN REGRESI LINEAR BERGANDA DALAM PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI (Studi Kasus : Produksi Kelapa Sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Medan Tahun 2011-2012) SKRIPSI SISKA

Lebih terperinci

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC)

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) 2. Himpunan Samar 2.. Himpunan Klasik dan Himpunan Samar Himpunan klasik merupakan himpunan dengan batasan yang tegas (crisp) (Jang, Sun, dan Mizutani, 24). Sebagai contoh :

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu ditemui evaluasi-evaluasi untuk menguji tingkat pemahaman terhadap suatu bahan yang dipelajari. Evaluasi-evaluasi ini tidak boleh

Lebih terperinci

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN: 2460-6464 Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum 1 Fitria Tri Suwarmi, 2 M. Yusuf Fajar,

Lebih terperinci

Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan. Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman

Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan. Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Arifudin Prabowo Kurniawan 13305144011 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH KECERDASAN BUATAN SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH AMARILIS ARI SADELA (E1E1 10 086) SITI MUTHMAINNAH (E1E1 10 082) SAMSUL (E1E1 10 091) NUR IMRAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC DALAM MENENTUKAN PENDUDUK MISKIN (STUDI KASUS PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PAGARALAM)

IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC DALAM MENENTUKAN PENDUDUK MISKIN (STUDI KASUS PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PAGARALAM) IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC DALAM MENENTUKAN PENDUDUK MISKIN (STUDI KASUS PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PAGARALAM) Junius_Effendi* Email : Cyberpga@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperlajari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari penulis sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab landasan teori bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai metode atau pun teori yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini, sehingga dapat membangun pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO

PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO PENERAPAN LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI METODE TSUKAMOTO PADA PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS DI PEREMPATAN MANDAN KABUPATEN SUKOHARJO oleh KARTIKA DEWAYANI M0112048 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto Masalah kinerja pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto sangat mendapat perhatian. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU)

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU) STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU) Desi Vinsensia Program Studi Teknik Informatika STMIK Pelita Nusantara

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH 68 REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH Septiani Nur Hasanah 1, Nelly Indriani Widiastuti 2 Program Studi Teknik Informatika. Universitas Komputer Indonesia. Jl.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit BAB IV PEMBAHASAN A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Aplikasi fuzzy logic untuk pengambilan keputusan pemberian kredit

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjurusan di SMA Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Fuzzy Logic Fuzzy logic pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasi pikiran manusia

Lebih terperinci

Analisis Sistem Estimasi Produksi Menggunakan Metode Fuzzy Berbasis Web

Analisis Sistem Estimasi Produksi Menggunakan Metode Fuzzy Berbasis Web T E S L A VOL. 19 NO.1 MARET 2017 Analisis Sistem Estimasi Produksi Menggunakan Metode Fuzzy Berbasis Web Boby Wisely Ziliwu 1 dan Suhartati Agoes 1 Abstract: Products demand number of that many in the

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS

IMPLEMENTASI METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS IMPLEMENTASI METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT KEBISINGAN LALU LINTAS Alfa Saleh Teknik Informatika, Fak Ilmu Komputer Universitas Potensi Utama Jl KL Yos Sudarso KM 65 No3-A, Tanjung Mulia,

Lebih terperinci

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan

Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan dan Pustakawan Scientific Journal of Informatics Vol., No. 1, Mei 2016 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/inde.php/sji e-issn 2460-0040 Metode Fuzzy Inference System untuk Penilaian Kinerja Pegawai Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan dalam situasi tertentu. Sistem

Lebih terperinci