BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Bisnis Internasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Bisnis Internasional"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Bisnis Internasional Menurut Robbins dan Coulter (2012: 36) dalam bukunya yang berjudul Management, manajemen adalah kegiatan mengoordinasi dan mengatur aktivitas dan pekerjaan lainnya sehingga selesai dengan efisien dan efektif. Efisien artinya mendapatkan output semaksimal mungkin dengan input yang lebih sedikit. Sedangkan yang dimaksud dengan efektif adalah doing the right things yaitu mengerjakan pekerjaan yang membantu mencapai tujuan suatu organisasi. Fungsi manajemen terdiri dari planning, organizing, leading, dan controlling. Planning (perencanaan) yaitu menetapkan tujuan, menyusun strategi untuk mencapai tujuan tersebut dan mengembangkan rencana agar aktivitas menjadi terintegrasi dan terkoordinasi. Organizing (pengorganisasian) adalah menentukan kebutuhan yang diperlukan, bagaimana mencapai atau menyelesaikannya dan siapa yang dapat melakukannya. Leading (pemimpinan) adalah fungsi manajemen yang melibatkan kegiatan memotivasi, mengarahkan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan menghadapi orang-orang agar tercapai tujuan organisasi. Sedangakan controlling (pengendalian) adalah mengawasi setiap aktivitas untuk memastikan aktivitasaktivitas tersebut berjalan dan tercapai sesuai rencana (Robbins dan Coulter, 2012: 37). Manajemen dibutuhkan oleh semua jenis, ukuran, tingkat, wilayah kerja dan seluruh ruang lingkup organisasi di manapun mereka berada. Hal ini disebut dengan universality of management atau universalisitas manajemen. Dalam semua lingkup organisasi ini, manajer harus merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengontrol (Robbins dan Coulter, 2012: 45).

2 Gambar 2. 1 Kebutuhan Universal Manajemen Sumber: Robbins dan Coulter (2012: 45) Manajemen global adalah manajemen bisnis dan organisasi dengan ketertarikan kepada lebih dari dua negara. Kunci sukses perusahaan dalam bisnis internasional bergantung pada perspektif global yang dimiliki oleh manajer global. Perspektif global tersebut harus kuat, peka terhadap budaya dan memiliki informasi mengenai masalah dan peristiwa internasional terkini (Schemerhorn dan Bachrach, 2015: 87). Pada hakikatnya manajemen adalah sebuah proses dalam pembuatan keputusan. Ada tiga keputusan yang harus dibuat manajer perusahaan ketika dihadapkan pada prospek globalisasi. Keputusan pertama adalah apakah melakukan go international atau tidak. Ketika keputusan tersebut dibuat, manajer harus memutuskan keterlibatan internasionalnya dan menetapkan struktur organisasi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan global. Jadi, dalam membangun bisnis berskala internasional, dibutuhkan manajemen yang baik di mana berperan penting dalam kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan. Planning, organizing, leading dan controlling jauh lebih sulit ketika sebuah bisnis beroperasi di beberapa negara (Jane, 2012).

3 Menurut Schemerhorn dan Bachrach (2015: 87), bisnis internasional adalah melakukan transaksi yang menghasilkan laba dari barang dan jasa melintasi batasbatas nasional. Menurut mereka alasan perusahaan melakukan bisnis internasional adalah: 1. Keuntungan: Mendapatkan laba melalui perluasan operasi. 2. Pelanggan: Masuk pasar baru untuk mendapatkan pelanggan baru. 3. Pemasok: Mendapat akses ke bahan-bahan, produk dan jasa. 4. Tenaga Kerja: Mendapat akses ke pekerja yang lebih murah atau berbakat. 5. Modal: Membuka jalan ke dalam sumber finansial yang lebih besar. 6. Resiko: Menyebarkan aset di antara beberapa negara. 7. Perkembangan Ekonomi: Membantu ekonomi lokal. 2.2 Pemasaran Internasional Dalam bukunya Cant et al. (2007: 19), Marketing atau pemasaran didefinisikan sebagai kombinasi tugas manajemen dan keputusan ditujukan untuk memenuhi peluang dan ancaman yang sedemikian rupa dalam lingkungan yang dinamis di mana menawarkan pada pasar akan kepuasan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga tujuan dari perusahaan, konsumen dan masyarakat tercapai. Cateora dan Graham (2007: 11) mendefinisikan pemasaran internasional sebagai kinerja dari aktivitas-aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mengarahkan barang dan jasa perusahaan kepada pelanggan atau pengguna di lebih dari satu negara untuk mendapatkan keuntungan. Satu-satunya perbedaan antara definisi pemasaran domestik dan pemasaran internasional adalah bahwa dalam kasus pemasaran internasional, aktivitas pemasaran dilakukan di lebih dari satu negara. 2.3 Internasionalisasi Hollensen (2011: 6) menyebutkan internasionalisasi berarti melakukan bisnis di beberapa negara di dunia. Internasionalisasi juga didefinisikan sebagai proses di mana perusahaan meningkatkan kertelibatannya pada proses internasionalisasi (Kaffash et al., 2012). Definisi lainnya yaitu, internasionalisasi adalah sejauh mana sebuah perusahaan terlibat dalam bisnis internasional. Yang termasuk internasionalisasi adalah ekspor, adanya anak perusahaan asing, kepemilikan saham

4 oleh pihak asing dan penunjukan pihak asing dalam struktur organisasi (Chelliah, 2010). Lebih lanjut, berdasarkan pendekatan orientasi keputusan (decision-oriented approach) proses internasionalisasi suatu perusahaan diidentifikasikan Hollensen (2011: 6) menjadi 5 proses yaitu: 1. Keputusan melakukan internasionalisasi 2. Memutuskan pasar mana yang akan dimasuki 3. Strategi masuk pasar 4. Mendesain program pemasaran global 5. Implementasi dan koordinasi program pemasaran global Kompetitif global perusahaan bergantung pada hasil dari kelima proses di atas yang disebut Hollensen (2011: 38) sebagai perencanaan pemasaran global. Tujuan dari perencanaan pemasaran global ini adalah menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dalam pasar global. Normalnya perusahaan melewati proses rumit untuk mengembangkan rencana pemasaran global. Pada UMKM prosesnya lebih informal, namun pada organisasi yang lebih besar proses yang dilewati lebih sistematis. Pada UMKM seringkali dikarakteristikan sebagai entrepreneurial dan model pembuat keputusan berorientasi pada tindakan di mana memungkinkan perubahan drastis pada strategi karena pembuat keputusannya intuitif, sporadis dan tidak terstruktur. Dengan kata lain, UMKM lebih fleksibel dibandingkan perusahaan skala besar dan mampu bereaksi lebih cepat terhadap perubahan lingkungan internasional yang tiba-tiba (Hollensen, 2011: 38). 2.4 Motif Internasionalisasi Alasan mendasar mengapa suatu perusahaan melakukan ekspor adalah untuk menghasilkan uang. Namun, biasanya dalam suatu bisnis jarang yang hanya terpengaruh oleh satu faktor saja. Biasanya mereka termotivasi oleh beberapa faktor sehingga mengambil langkah internasionalisasi. Adapun motif suatu perusahaan melakukan ekspor diklasifikasikan menjadi dua motif, yaitu motif proaktif dan motif reaktif (Hollensen, 2011: 50-56).

5 1. Motif proaktif Motif proaktif merujuk pada dorongan internal untuk mencoba perubahan strategi, di mana berasal dari kepentingan perusahaan di dalam memanfaatkan kompetensi unik atau peluang pasar. Yang termasuk motif proaktif adalah: a. Profit dan Tujuan Pertumbuhan (profit and growth goals) Keinginan akan keuntungan jangka pendek sangat penting bagi UMKM jika mereka berada pada tahap ketertarikan awal di ekspor. Motivasi untuk bertumbuh juga mungkin penting untuk ekspor awal perusahaan. Semakin kuat motivasi perusahaan untuk tumbuh, semakin besar kegiatan yang dihasilkannya, termasuk aktivitas mencari peluang-peluang baru dalam rangka memenuhi pertumbuhan dan ambisi mengejar keuntungan. b. Dorongan manajerial (managerial urge) Dorongan manajerial adalah motivasi yang mencerminkan keinginan, dorongan dan antusiasme manajemen terhadap kegiatan pemasaran global. Antusiasme ini bisa muncul hanya karena manajer ingin menjadi bagian dari perusahaan yang beroperasi secara internasional. c. Kompetensi teknologi/ produk yang unik (technology competence/ unique product) Perusahaan mungkin memproduksi barang atau jasa yang tidak banyak diproduksi oleh pesaing internasional. Jika produk atau teknologi mereka unik, maka akan terbentuk nilai kompetitif berkelanjutan yang membawa kepada kesuksesan. Perusahaan yang memproduksi produk yang berkualitas akan semakin menerima permintaan dari pasar internasional karena persepsi kompetensi yang ditawarkannya. d. Peluang pasar asing/ informasi pasar (foreign market opportunities/ market information) Peluang pasar mendorong perusahaan untuk melakukan internasionalisasi. Akses pengetahuan dan informasi seperti mengenai konsumen luar negeri dan situasi pasar dapat membuat perusahaan termotivasi untuk melakukan pemasaran global. e. Skala Ekonomi (economies of scale) Menjadi pelaku pemasaran global memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan output dan memperluas pembelajaran. f. Keuntungan pajak (tax benefits)

6 Keuntungan pajak juga dapat memainkan peran utama memotivasi suatu perusahaan untuk melakukan ekspor. Di Amerika Serikat, mekanisme pajak yang diberi nama Foreign Sales Corporation (FSC) telah diinstitusikan untuk membantu eksportir. Dalam perjanjian itu, perusahaan diberikan keringanan pajak sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah dan meningkatkan keuntungan. 2. Motif reaktif Motif reaktif menunjukkan bahwa perusahaan bereaksi terhadap tekanan atau ancaman di pasar dalam negeri maupun luar negeri dan menyesuaikannya secara pasif dengan cara mengubah aktivitas mereka dari waktu ke waktu. Yang termasuk motif reaktif utama adalah: a. Tekanan persaingan (competitive pressures) Bentuk utama dari motif reaktif adalah tekanan persaingan. Perusahaan mungkin takut kehilangan market share domestik karena bersaing dengan perusahaan yang mendapatkan keuntungan dari skala ekonomi dari aktivitas pemasaran global. b. Pasar domestik: kecil dan jenuh (domestic market: small and saturated) Untuk beberapa perusahaan, pasar domestik mungkin tidak dapat terus menerus memenuhi skala ekonomi sehingga perusahaan secara otomatis melakukan ekspor sebagai strategi market entry. c. Kelebihan produksi/ kelebihan kapasitas (overproduction/ excess capacity) Jika penjualan domestik di bawah ekspektasi, gudang penyimpanan bisa-bisa tidak mampu menyimpan produk yang tidak terjual. Situasi ini dapat memicu perusahaan untuk melakukan ekspor agar tidak terjadi kelebihan produk di gudang. d. Permintaan asing (unsolicited foreign orders) Banyak perusahaan kecil menjadi sadar pada peluang di pasar ekspor karena produk mereka menghasilkan permintaan dari luar negeri. Permintaan ini dapat dihasilkan dari iklan di jurnal perdagangan yang memiliki saluran di seluruh dunia, melalui pameran dan dengan cara lain. e. Perpanjangan penjualan produk musiman (extend sales of seasonal products) Kondisi permintaan musiman mungkin berbeda antara pasar domestik dengan pasar internasional lainnya. Hal ini dapat menjadi motivasi untuk eksplorasi

7 pasar luar negeri yang dapat mengakibatkan permintaan lebih stabil sepanjang tahun. f. Kedekatan dengan pelanggan internasional/ jarak psikologis (proximity to international customer/ psychological distance) Kedekatan jarak fisik dan psikologis pasar internasional seringkali menjadi motivasi utama dalam aktivitas ekspor bagi suatu perusahaan. 2.5 Strategi Masuk Pasar Entry mode pasar asing adalah proses internasionalisasi di mana suatu entitas perusahaan yang awalnya skala nasional kemudian memperluas pasar mencapai area internasional dengan medium ekspor yang kemudian mengarah pada joint venture atau kemudian menjadi wholly owned subsidiary. Entry mode menurut Hollensen (2011: 320) adalah suatu pengaturan institusional masuknya produk dan jasa perusahaan ke pasar luar negeri baru. Dalam memilih strategi entry mode, Hollensen (2011: 320) menyatakan ada tiga aturan yaitu: 1. Aturan naif Pembuat keputusan menggunakan semua entry mode yang sama untuk semua pasar asing. Aturan ini mengabaikan heterogenitas dari pasar asing. 2. Aturan pragmatis Pembuat keputusan menggunakan entry mode yang dapat bekerja untuk setiap pasar asing. Perusahaan akan mencari alternatif entry mode lain jika entry mode awal tidak menguntungkan. Pada kasus ini, tidak semua alternatif potensial diinvestigasi, dan entry mode yang bisa diterapkan belum tentu yang terbaik. 3. Aturan strategi Pendekatan ini membandingkan dan mengevaluasi semua alternatif entry mode secara sistematis sebelum keputusan dibuat. Aplikasi aturan ini akan memilih entry mode yang dapat memaksimalkan kontribusi profit selama periode perencanaan strategis. Hollensen (2011: 320) juga mengatakan bahwa dari semua aturan di atas, UMKM mungkin memilih aturan pragmatis atau malah aturan naif. Berhubung UMKM menghadapi keterbatasan sumber daya dalam bentuk keuangan, informasi dan kapasitas manajemen yang lebih tinggi juga hambatan eksternal seperti

8 ketidaksempurnaan pasar dan regulasi, mereka cenderung terpaksa untuk mengambil bentuk internasionalisasi yang tidak membutuhkan komitmen tinggi. Hal ini menjelaskan mengapa ekspor masih merupakan jenis yang paling sering aktivitas internasionalnya. Untuk alasan yang sama, UMKM memilih perjanjian kontrak lebih sering daripada perusahaan besar dan lebih memilih saham minoritas dengan kepemilikan penuh (Marshall, 2014). 2.6 Entry Mode Pasar Asing Di kutip dari Hollensen (2008: ), ada banyak strategi cara masuk pasar asing yang kemudian dibagi menjadi tiga kelompok besar; mode ekspor (export modes), mode menengah (intermediate modes) dan mode hirarkis (hierarchical modes) Ekspor Ekspor adalah usaha suatu perusahaan memasuki pasar asing dengan cara menjual barang yang diproduksi di negara perusahaan tersebut berasal (Kotler dan Armstrong, 2012: 562). Daniels et al. (2015: 566) mendefinisikan ekspor sebagai kegiatan penjualan barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan di satu negara kepada konsumen yang tinggal di negara lain. Ekspor biasanya pilihan strategi masuk pasar asing paling umum bagi perusahaan-perusahaan yang berada di langkah awal mereka untuk internasionalisasi. Langkah ini dipilih karena terbatasnya pengetahuan tentang pasar luar negeri dan transaksi, biaya lebih rendah, sangat fleksibel, dan risiko tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan investasi asing langsung alias foreign direct investment (FDI) atau usaha patungan (joint venture). Alasan tersebut menjelaskan mengapa perusahaan lokal melakukan kegiatan manufakturnya di pasar dalam negeri, tetapi kegiatan pemasaran, distribusi, dan penjualan dikelola di pasar ekspor, biasanya bersama perantara seperti agen atau distributor (Cavusgil et al., 2012: ). Ada beberapa saluran ekspor yang tersedia bagi perusahaan. Saluran tersebut dapat dibagi menjadi tiga golongan: ekspor langsung, ekspor tidak langsung dan ekspor kooperatif (Hollensen, 2008: 216). a. Ekspor langsung (direct export) Ekspor langsung mengacu pada penjualan produk dan atau jasa langsung kepada perantara independen, yang dapat berupa agen atau distributor terletak

9 di target pasar asing. Agen dan distributor adalah perantara independen dalam rantai pasokan internasional (Hollensen, 2008: 222). Direct exporting adalah pendekatan ambisius di mana membutuhkan keterlibatan perusahaan dalam mengelola proses ekspor dan memikirkan berbagai aspek seperti bagaimana memasarkan produk ke pembeli luar negeri (Daniels et al., 2015: 576). Jadi dengan kata lain, tugas utama agen adalah untuk menemukan pelanggan untuk eksportir serta menjual produk mereka, dan tergantung pada kinerja, ukuran pasar dan kepentingannya, dan persaingan di antara agen dan eksportir, dan penerimaan komisi. Perusahaan agen tidak khawatir tentang pembiayaan, promosi, atau harga jual karena hal itu telah dilakukan antara eksportir dan pelanggan. Seorang distributor membeli produk dari eksportir untuk diri sendiri, menyimpannya dan menjualnya untuk harga yang dianggap paling menguntungkan bagi mereka. b. Ekspor tidak langsung (indirect export) Ekspor tidak langsung terjadi ketika eksportir menggunakan organisasi ekspor independen yang yang terletak di negara sendiri untuk mengekspor produkproduknya ke luar negeri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produsen tidak benar-benar berpartisipasi dalam kegiatan penjualan internasional karena produk yang dibawa ke luar negeri oleh orang lain. Metode ekspor tidak langsung biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang telah membatasi tujuan ekspansi internasional, ingin membuang surplus produksi, atau memiliki sumber daya yang cukup untuk go internasional sendiri dan ingin masuk hati-hati tanpa harus melakukan terlalu banyak di awal (Albaum dan Duerr, ; Hollensen, 2008: 218). Dengan kata lain, melalui ekspor tidak langsung perusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan pengalaman dan sumber daya dari eksportir yang lebih berpengalaman untuk mengembangkan usahanya secara internasional dengan komitmen, kontrol dan resiko kecil. Ada lima entry mode utama ekspor tidak langsung yaitu agen ekspor, broker, perusahaan manajemen ekspor (EMC) juga disebut rumah ekspor, perusahaan perdagangan, dan piggyback yang merupakan singkatan dari Pick-a-Back. c. Ekspor kooperatif (cooperative export) Kelompok pemasaran ekspor dibentuk oleh sekelompok usaha manufaktur yang menginginkan masuk pasar ekspor, tetapi memiliki keterbatasan sumber

10 daya dan keterampilan untuk melakukannya sendiri. Karena alasan itulah, para pemilik manufaktur membentuk kelompok pemasaran ekspor ini. yang berarti bahwa masing-masing memiliki fungsi hulu sendiri yaitu RdanD dan produksi, tetapi mereka bekerja sama dalam fungsi hilir melalui agen berbasis luar negeri bersama. Fungsi hilir mengacu pada pemasaran, penjualan dan layanan (Hollensen, 2008: 227) Entry Modes Menengah Disebut juga sebagai entry modes kontraktual, terdiri dari seperangkat perjanjian, seperti waralaba, lisensi, joint venture dan kontrak manufaktur. Strategi ini didasarkan pada kontrak tertentu antara dua atau lebih perusahaan yang berbeda melakukan bisnis. a. Lisensi (licensing) Lisensi adalah salah satu strategi entry mode intermediate biasanya digunakan oleh perusahaan teknologi tinggi. Lisensi adalah perjanjian yang memberikan satu perusahaan hak untuk menggunakan kekayaan intelektual untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan royalti atau kompensasi lain seperti pengetahuan atau produk. Lisensi adalah alternatif yang baik untuk pasar di mana ekspor sangat sulit karena hambatan seperti bea masuk dan hambatan non-tarif, atau sekadar ketidakpraktisan menggunakan penjualan langsung atau menjual melalui perantara seperti agen dan distributor. Namun, jenis strategi entry mode ini hanya dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki kekayaan intelektual (Cavusgil et al., 2012: 464). Perjanjian lisensi dapat dibagi dalam dua jenis utama: lisensi perizinan perdagangan dan hak cipta dan lisensi know-how (pengetahuan). Perjanjian lisensi pengetahuan adalah kontrak di mana suatu perusahaan memberikan teknologi atau manajemen pengetahuan tentang cara pembuatan produk. Perjanjian lisensi merek dagang terdiri dari kontrak di mana suatu perusahaan memberikan perusahaan lain izin untuk menggunakan nama, logo atau karakter dalam pertukaran untuk royalti. Hak cipta memberikan pemilik hak eksklusif untuk mereproduksi, mendistribusikan, melakukan, menampilkan, atau mempersiapkan hasil produk lisensi secara publik (Cavusgil et al., 2012: 467). b. Waralaba (franchising)

11 Waralaba adalah bentuk yang lebih maju dari lisensi di mana pemilik, pemilik waralaba, memberikan hak kepada investor atau pengusaha, penerima waralaba, menggunakan konsep bisnis, merek itikad baik dan bisnis strategi lengkap dengan imbalan kompensasi, biasanya royalti, yang merupakan persentase tertentu dari pendapatan (Jimenez, 2012: 165). Ada dua jenis utama dari waralaba yaitu waralaba produk dan nama dagang, dan waralaba format bisnis. Dalam waralaba produk dan perdagangan nama, pemasok waralaba membuat kontrak dengan dealer untuk membeli atau menjual produk atau lini produk. Dalam waralaba format bisnis, di bawah kondisi kontrak pemilik waralaba memberikan, format bisnis atau konsep keseluruhan bisnis untuk franchisee negara tujuan (Hollensen, 2008: 233). c. Kontrak manufaktur (contract manufacturing) Kontrak manufaktur adalah situasi di mana sebuah perusahaan mengendalikan Research and Development pemasaran, distribusi, penjualan dan jasa dari produk-produknya di pasar internasional, tapi memberikan tanggung jawab untuk produksi ke perusahaan lain yang terletak di pasar luar negeri sasaran. Dengan kata lain outsourcing manufaktur ke mitra eksternal, khusus dalam produksi dan teknologi produksi (Hollensen, 2008: 228). Dalam kontrak manufaktur pembayaran dari kontraktor ke perusahaan yang dikontrakan biasanya berdasarkan per unit, sehingga perusahaan yang dikontrak mampu menghasilkan lebih banyak uang. Keuntungan dari metode ini adalah hal itu memberikan perusahaan kontraktor cukup banyak fleksibilitas karena jika perusahaan dikontrak tidak memenuhi standar kualitas, atau tidak dapat menangani proses pengiriman sesuai kemauan kontraktor, mereka dapat mengubah ke produsen lain, tergantung dari durasi kontrak yang dibuat (Hollensen, 2008: 230). d. Usaha patungan (joint venture/ strategic alliance) Joint venture atau perusahaan patungan terjadi ketika perusahan sedikitnya dua negara yang berbeda (biasanya salah satu berasal dari lokal), mendirikan sebuah perusahaan baru untuk menghasilkan produk atau menyediakan jasa bersama-sama. Aliansi strategis kurang lebih sama dengan joint venture. Namun, perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa dalam aliansi strategis, sebagian besar para pihak tidak menempatkan ekuitas atau

12 berinvestasi dalam aliansi sedangkan jika perusahaan patungan mereka berinvestasi (Albaum dan Duerr, 2011: 550) Entry Modes Hirarkis Entry mode ini mengarah pada keinginan perusahaan memegang kendali penuh atas operasi di pasar asing. Jenis entri ini membutuhkan banyak komitmen, sumber dana finansial, dan keberanian untuk mengambil resiko, tetapi di sisi lain, jenis entri ini paling menguntukan dan memberi kendali (Hollensen, 2008: 242). Bentuk entry modes hirarkis adalah foreign direct investments (FDI) yang dapat diklasifikasikan dari bentuk investasinya, yaitu: a. Akusisi Akusisi adalah investasi langsung dengan membeli perusahaan yang telah ada. Bentuk investasi ini disukai perusahaan yang ingin segera masuk ke dalam pasar atau masuk ke dalam pasar yang telah jenuh karena banyaknya kompetitor. Kelebihan akusisi adalah cepat untuk melakukan bisnis di pasar luar negeri karena perusahaan yang diakusisi sudah memiliki fasilitas, peralatan dan sumber daya manusia juga pemasok dan pelanggan. Tetapi kelemahannya adalah mahal, beresiko tinggi dan kemungkinan terjado masalah pada komunikasi dan koordinasi antara perusahaan pengakusisi dan perusahaan yang diakusisi (Cavusgil et al., 2012: 444). b. Merger Merger adalah jenis lain dari akusisi di mana dua perusahaan bergabung menjadi satu perusahaan besar yang baru. Contohnya adalah Disney dan Pixar (Cavusgil et al., 2012: 445). c. Greenfield investment Jenis ini berarti perusahaan memulai dari awal membangun produksi, pemasaran atau fasilitas administrasi baru di luar negeri. Alasan perusahaan menggunakan jenis entri ini adalah kemungkinan tidak adanya target akusisi yang cocok, atau perusahaan ingin membuat operasionalnya sendiri. (Cavusgil et al., 2012: 446) d. Brownfield investment Investasi brownfield mengarah pada situasi di mana perusahaan membeli atau menyewa fasilitas lama seperti pabrik yang sudah dipakai, untuk memulai aktivitas produksi baru (Cavusgil et al., 2012: 446)

13 e. Wholly-owned subsidiaries Selain bentuk FDI di atas, ada juga wholly-owned subsidiaries, yaitu membangun anak perusahaan di luar negeri. Anak perusahan ini menjadi milik dan dijalankan oleh pemilik perusahaan tersebut. Tetapi anak perusahaan ini akan menyesuaikan dengan peraturan, norma dan pajak negara tujuan supaya dapat menjalankan bisnisnya (Hollensen, 2008: 244). 2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Entry Mode Keputusan perusahaan dalam memilih entry mode tergantung pada beberapa faktor. Kaffash et al. (2012) membagi faktor-faktor ini menjadi dua kategori yaitu: 1. Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi entry mode selection ini tidak dapat dikendalikan atau dipengaruhi oleh perusahaan. Yang termasuk faktor eksternal adalah: a. Faktor negara target pasar (target country market factors) Jika target pasar besar dan memiliki pertumbuhan potensial yang bagus, perusahaan cenderung ingin menggunakan banyak sumber daya untuk pasar tersebut dan akan memilih strategi entry mode FDI atau berpartisipasi dalam joint venture. Sebaliknya, jika ukuran target pasar kecil atau di lokasi geografis terpencil, perusahaan dapat memilih untuk menggunakan strategi entry mode ekspor atau perjanjian kontrak seperti lisensi atau waralaba (Hollensen, 2012: 225). b. Faktor produksi negara target (target country production factors) Ketika biaya produksi dalam negeri tinggi dan kurang/buruknya infrastruktur seperti transportasi, pelabuhan dan komunikasi di dalam negeri, produksi lokal lebih di negara target lebih disukai. Di sini perusahaan mungkin akan mempertimbangkan entry mode hirarkis dan mendirikan anak perusahaan di dalam target pasar asing yang mana biaya produksi lebih rendah (Hollensen, 2012: 225). c. Faktor lingkungan negara target (target country environmental factors) Yang termasuk faktor lingkungan adalah faktor politik, ekonomi, hambatan masuk negara target dan sosial-budaya (Kaffash et al., 2012). Kestabilan ekonomi menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam memutuskan entry mode. Ketidakstabilan ekonomi seperti neraca pembayaran yang lemah

14 berdampak pada pengetatan impor atau devaluasi nilai tukar. Perang, resesi dan masalah politik seperti kebijakan dan regulasi tarif, kuota dan batasan lainnya juga akan memberikan dampak. Jika terjadi hal demikian maka entry modes hirarkis atau entry modes menengah dapat digunakan. Kesenjangan budaya sosial antara perusahaan lokal dan luar negeri juga memiliki dampak besar dalam pemilihan entry mode. Aspek budaya sosial mengarah pada kesamaan atau perbedaan dua negara dalam budaya perusahaan, tingkat pendidikan, praktik bisnis dan industrial atau bahasa. Jika terlalu banyak perbedaan sosial budaya antar negara, perusahaan tidak akan banyak berinvestasi maka dari itu joint venture atau entry mode rendah resiko seperti ekspor tidak langsung adalah yang paling tepat (Hollensen, 2012: 224). d. Resiko negara target (target country risk) Hal lain yang mungkin akan dihadapi perusahaan ketika memasuki pasar baru adalah resiko negara dan ketidakpastian permintaan. Resiko bisa saja berupa resiko ekonomi, politik atau sosial budaya. Jadi diperlukan analisis metode dan resiko pasar sebelum masuk ke dalam pasar baru. Bila resiko negara tinggi, perusahaan lebih memilih entry mode yang melibatkan komitmen sumber daya yang rendah seperti ekspor (Hollensen, 2012: 224). e. Tingkat persaingan (competition level) Persaingan pasar yang ketat biasanya tidak terlalu memberikan keuntungan dan investasi dan komitmen yang besar tidak terlihat begitu berharga. Maka dari itu perusahaan lebih memilih ekspor di mana tidak membutuhkan banyak sumber daya. Jika pasar terkonsentrasi di mana hanya ada beberapa pemain besar, jenis pasar ini memberikan sedikit kemungkinan untuk memberikan perusahaan daya tawar dan membawa kepada situasi monopolistik. Pada situasi tersebut, biasanya pasar berada di bawah beberapa perantara ekspor. Untuk menghindari perilaku tersebut, perusahaan menggunakan entry mode hirarkis seperti akusisi atau greenfield investment (Hollensen, 2012: 225). 2. Faktor internal Faktor internal menekankan kepada apa yang terjadi di dalam perusahaan. Faktor ini terdiri dari besarnya perusahaan, jumlah pengalaman internasional dan karakteristik produk atau jasa. a. Besar perusahaan (size of firm)

15 Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemilihan entry mode adalah ukuran perusahaan. Perusahaan yang lebih kecil memiliki sumber keuangan dan SDM yang terbatas dan memperbesar resiko gagal bila memilih mode inverstasi asing. Sebaliknya, perusahaan yang lebih besar memiliki sumber daya produktif, kekuatan pasar lebih besar, pengetahuan serta skala ekonomi. Jadi perusahaan besar lebih berpeluang besar mengadopsi mode yang membutuhkan modal investasi besar (Bedi dan Kharbanda, 2014). b. Faktor produk (product factors) Karakteristik produk atau jasa seperti nilai, berat, ukuran dan bahan pembuatan. Sifat produk berbeda-beda dan menjadi faktor penentu pemilihan entry mode. Contohnya, produk yang membutuhkan layanan purna jual seperti instalasi, pelatihan dan sebagainya, bagian pemasaran dan penjual perantara di dalam pasar asing mungkin tidak bisa menanganinya. Jadi lebih baik perusahaan menggunakan entry mode hirarki dan mendirikan anak perusahaan sendiri (wholly owned subsidiary) di mana memungkinkan untuk menawarkan layanan purna jual tersebut dengan leluasa. (Hollensen, 2012: 223) c. Pengalaman internasional (international experience) Selain itu pengalaman internasional perusahaan dan karakteristik produk atau jasa merupakan faktor penting di mana akan menentukan proses internasionalisasi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak pengalaman internasional seperti tahu bagaimana sesuatu berkerja, mempunyai kontrak yang baik dan sebagainya, mereka mampu mengambil lebih banyak resiko dan memasukan lebih banyak sumber daya ke dalam pasar asing. Mereka akan memilih entry mode FDI seperti wholly owned subsidiary (Hollensen, 2012: 223). d. Karakteristik entry mode yang diinginkan (desired mode characteristic) Setiap pengambil keputusan mempunyai karakteristik sendiri dalam memilih entry mode. Tergantung dari jenis dan umur perusahaan, produk atau jasa yang mereka mau jual dan manajemennya, suatu perusahaan mungkin menginginkan kontrol yang lebih banyak atas operasi internasional. Hal ini berarti membutuhkan lebih banyak komitmen sumber daya juga semakin tinggi resiko yang akan dihadapi dan berkurang fleksibilitas. Jika perusahaan lebih memilih untuk tidak mengambil banyak resiko dalam operasi internasional, mereka akan memilih ekspor atau intermediate mode seperti lisensi karena tidak

16 membutuhkan banyak investasi keuangan dan komitmen. Ketika sebuah perusahaan berusaha untuk banyak mengontrol dalam suatu pasar luar negeri ia lebih suka untuk berinvestasi di anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki (wholly owned subsidiary) atau bahkan brownfield atau investasi greenfield. Meskipun demikian, hal ini membutuhkan komitmen sumber daya yang signifikan. Jika sebuah perusahaan kekurangan (misalnya sumber daya keuangan untuk mendirikan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki atau fasilitas baru di luar negeri), mereka mungkin ingin masuk dalam joint venture, di mana mereka memiliki sebagian besar kendali atas perusahaan patungan tersebut. Perusahaan perlu mempertimbangkan juga fleksibilitas terkait dengan entry mode tertentu. Mode ekspor memberikan fleksibilitas yang paling bagi perusahaan untuk menarik diri dari pasar internasional jika diperlukan, tetapi entry mode menengah (perjanjian kontraktual dan usaha kolaboratif) membatasi kemungkinan fleksibilita tersebut karena adanya perjanjian dan keterlibatan perusahaan lain. Yang paling sedikit fleksibel adalah hierarchical mode, karena mereka paling memerlukan investasi ekuitas (Hollensen, 2012: ). 2.8 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Definisi Ada banyak definisi UMKM berbeda berdasarkan negara asalnya. Kushnir (2010) mengungkapkan bahwa definisi UMKM dapat bergantung pada beberapa faktor seperti budaya bisnis, ukuran populasi negara, industri, dan tingkat integrasi internasional ekonomi. Atau bisa juga definisi tersebut merupakan hasil dari lobi bisnis untuk definisi tertentu supaya perusahaan mereka berkualifikasi dalam program dukungan pemerintah. Beberapa definisi UMKM yang ada misalnya OECD (2005: 17) menjelaskan definisi UMKM sebagai, perusahaan tidak bercabang, independen, yang mempekerjakan kurang dari jumlah tertentu karyawan. Yang termasuk Usaha Menengah adalah perusahaan dengan pekerja yang memiliki omzet tidak lebih dari 10 juta euro. Sedangkan yang termasuk Usaha Kecil adalah perusahaan yang memiliki orang pekerja dan omzet tidak melebihi dari 10 juta euro. APEC mengatakan bahwa definisi UMKM dapat berdasarkan beberapa kriteria. Tidak ada satu definisi yang sama diadopsi oleh negara-negara anggota

17 APEC. Untuk kirteria definisi UMKM lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. 1 Kriteria Definisi UMKM Jumlah Penjualan/ Aset Modal/ Sektor tenaga kerja pendapatan investasi Australia X Brunei Darussalam X Canada X X X Chile X X China X X X X Hongkong, China X X Indonesia X X X Japan X X X Korea X X X X Malaysia X X Mexico X X New Zealand X Papua New Guinea X Peru X X Philippines X X Russia X X Singapore X X X Chinese Taipei X X X X Thailand X X X United States X X X Vietnam X X Sumber: APEC (2010) Di Indonesia sendiri, juga banyak definisi UMKM yang dikeluarkan oleh pemerintah. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UMKM), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (termasuk Usaha Mikro) adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

18 (tidak termasuk tanah dan bahan bangunan tempat usaha). Sementara yang dimaksud dengan Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp Rp (tidak termasuk tanah dan bangunan). Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik atau BPS (2009), UMKM diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja fulltime. Bila suatu usaha memiliki 5-19 karyawan disebut sebagai Usaha Kecil. Dan lebih dari 20 sampai 99 karyawan masuk dalam kategori Usaha Menengah. UU RI No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (2008) menyatakan: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yaitu: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini yaitu:

19 a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah). Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan yang dinamakan Usaha Mikro adalah usaha yang: 1. Usaha produktif berdiri sendiri, milik perorangan atau badan usaha perorangan 2. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp (tidak termasuk tanah dan bangunan) 3. Penjualan tahunan paling banyak Rp Lalu yang termasuk Usaha Kecil adalah usaha yang: 1. Usaha produktif berdiri sendiri, milik perorangan atau badan usaha perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang dari Usaha Menengah maupun Usaha Besar. 2. Memiliki kekayaan bersih Rp Rp (tidak termasuk tanah dan bangunan) 3. Memiliki jumlah tenaga kerja 5 19 orang 4. Penjualan tahunan Rp Rp Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Menengah adalah usaha yang: 1. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri milik perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang dari Usaha Kecil atau Usaha Besar. 2. Memiliki kekayaan bersih Rp Rp (tidak termasuk tanah dan bangunan) 3. Memiliki jumlah tenaga kerja orang 4. Memiliki penjualan tahunan Rp Rp Perbedaan Usaha Besar dan UMKM Hollensen (2011: 12) membandingkan perbedaan antara perusahaan berskala besar dan UMKM ditinjau dari segi karakteristiknya sebagai berikut:

20 Tabel 2. 2 Karakteristik Usaha Besar dan UMKM Usaha Besar Sumber daya Banyak sumber daya Internationalisasi sumber daya Formasi Formasi strategi dengan strategi/ proses hati-hati pembuatan Mode pembuatan keputusan keputusan adaptif pada langkah-langkah bertahap kecil (contohnya setiap produk baru: inovasi kecil bagi Usaha Besar) Organisasi Formal/hirarkis Independen Pengambilan resiko Cenderung menghindari resiko Fokus pada peluang jangka panjang Fleksibilitas Rendah Mengambil Ya keuntungan dari skala ekonomi dan economies of scope Penggunaan Menggunakan teknik sumber daya terdepan: database, informasi konsultan eksternal, internet Sumber: Diadaptasi dari Hollensen (2011: 12) 2.9 Kerangka Pemikiran ini: UMKM Sumber daya terbatas Eksternalisasi sumber daya (outsourcing) Muncul strategi formasi Model pembuatann keputusan entreprenual (contohnya setiap produk baru: inovasi yang di pertimbangkan bagi UMKM) Pemilik/manajer terlibat langsung dan mendominasi seluruh pembuatan keputusan. Informal Pemilik biasanya memiliki kekuatan/kharisma untuk menginspirasi/mengendalikan seluruh organisasi Kadang-kadang mengambil resiko, kadang-kadang menghindari resiko Fokus pada peluang jangka pendek Tinggi Terbatas Informasi dikumpulkan dengan tindakan informal dan cara yang tidak mahal: sumber daya internal, komunikasi antar muka Kerangka pikiran dari penelitan ini dapat ditampilkan melalui diagram berikut

21 UMKM di DKI Jakarta Internasionalisasi Motif Internasionalisasi Keputusan Entry Mode Pasar Asing Pemilihan Aturan Entry Mode Reduksi Data Model Data Penarikan/Verifikasi Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Entry Mode Implikasi Penelitian Sumber : Penulis (2015) Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL I. PENGERTIAN PEMASARAN INTERNASIONAL Pemasaran internasional (international marketing) adalah penerapan konsep, prinsip, aktivitas, dan proses manajemen pemasaran

Lebih terperinci

serta kemampuan membangun volume sales yang banyak - Kemampuan menciptakan switching cost yang mengikat konsumen

serta kemampuan membangun volume sales yang banyak - Kemampuan menciptakan switching cost yang mengikat konsumen Hal Hal yang harus diperhatikan ketika akan ekspansi internasional: o Pasar mana yang harus dimasuki - Bergantung pada profit potensial jangka panjang yang mampu pasar itu berikan. Pasar yang Pasar kurang

Lebih terperinci

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham International Marketing Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham Manajemen Pemasaran Global Trend kembali ke lokal disebabkan oleh efisiensi baru dari kustomisasi Dimungkinkan oleh adanya internet

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM STRATEGI MEMASUKI PASAR GLOBAL PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE ENAM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM POKOK BAHASAN FAKTOR PERTIMBANGAN UTAMA MODE OF ENTRY EXIT STRATEGY LATIHAN

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM 1 PENGERTIAN PEMASARAN INTERNASIONAL TUGAS PEMASARAN INTERNASIONAL GLOBALISASASI PASAR KONSEP PEMASARAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL

STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL Pengertian Globalisasi Kata globalisasi dari bahasa Inggris globalization. Global berarti universal yang mendapat imbuhan - lization yang bisa dimaknai sebagai proses.

Lebih terperinci

Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran Internasional: STRATEGI PEMASARAN GLOBAL. Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana-UHAMKA

Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran Internasional: STRATEGI PEMASARAN GLOBAL. Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana-UHAMKA Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran Internasional: STRATEGI PEMASARAN GLOBAL Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana-UHAMKA Pokok Bahasan (1) Strategi Mengekspor dan Mengimpor Kriteria Keputusan

Lebih terperinci

Strategi Memasuki Pasar Internasional

Strategi Memasuki Pasar Internasional Strategi Memasuki Pasar Internasional Standart Kompetensi Mampu untuk memahami Strategi dalam memasuki Pasar International Mampu untuk merencanakan Strategi yg terbaik untuk memasuki Pasar Global. Perusahaan

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL 1 STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional 2 APA

Lebih terperinci

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains) McGraw-Hill/Irwin Copyright 2013 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Gambaran rantai pasokan global Kondisi Ekonomi global sebagai alasan

Lebih terperinci

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Dunia bisnis menginginkan adanya kemampuan bisnis dan keuangan dalam diri para akuntan manajemen. Pekerjaan

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Strategi Distribusi Topik yang Dibahas Bagaimana sifat saluran pemasaran dan mengapa saluran pemasaran penting? Bagaimana perusahaan saluran berinteraksi dan diatur untuk melakukan pekerjaan saluran? Masalah

Lebih terperinci

Manajemen. Pengantar. Manajemen. dan Organisasi. Bab. edisi kesepuluh. Penerbit Erlangga

Manajemen. Pengantar. Manajemen. dan Organisasi. Bab. edisi kesepuluh. Penerbit Erlangga Manajemen edisi kesepuluh Stephen P. Robbins Mary Coulter Bab 1 Pengantar Manajemen dan Organisasi Penerbit Erlangga 1 Kerangka Pembelajaran Ikuti Kerangka Pembelajaran ini ketika membaca dan mempelajari

Lebih terperinci

Industri global adalah industri di mana posisi-posisi strategis pesaing dalam pasar geografis atau nasional utama pada dasarnya dipengaruhi posisi

Industri global adalah industri di mana posisi-posisi strategis pesaing dalam pasar geografis atau nasional utama pada dasarnya dipengaruhi posisi Industri global adalah industri di mana posisi-posisi strategis pesaing dalam pasar geografis atau nasional utama pada dasarnya dipengaruhi posisi globalnya secara keseluruhan. Perusahaan global adalah

Lebih terperinci

GLOBAL MARKETING (PEMASARAN GLOBAL)

GLOBAL MARKETING (PEMASARAN GLOBAL) GLOBAL MARKETING (PEMASARAN GLOBAL) Pendahuluan Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5 1 PENGERTIAN GLOBALISASI Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM BISNIS INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM BISNIS INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM BISNIS INTERNASIONAL Bagi perusahaan dengan ukuran atau jenis apapun yang ingin mendunia, mereka harus mengambil sederet keputusan, seperti : Memutuskan Untuk Berekspansi Ke Luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1 Pengertian Globalisasi Globalisasi: Perekonomian dunia yang menjadi sistem tunggal yang saling bergantung satu dengan yang lainnya Beberapa kekuatan yang digabungkan menyulut

Lebih terperinci

Strategi untuk Menganalisis dan Masuk ke Pasar Luar Negeri

Strategi untuk Menganalisis dan Masuk ke Pasar Luar Negeri Strategi untuk Menganalisis dan Masuk ke Pasar Luar Negeri Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyaka

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Resource Dependence Theory adalah studi tentang bagaimana sumber daya eksternal organisasi mempengaruhi perilaku organisasi. Teori

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Teknologi telah menjadi unsur yang terdapat dalam kehidupan manusia, bahkan hampir di semua aspek kehidupan. Hampir semua

Lebih terperinci

PEMASARAN EKSPOR. PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE TUJUH BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

PEMASARAN EKSPOR. PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE TUJUH BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM PEMASARAN EKSPOR PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KE TUJUH BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM POKOK BAHASAN PENTINGNYA EKSPOR TEORI PROSES PENGEMBANGAN EKSPOR FACTOR PENDORONG PEMASARAN

Lebih terperinci

Strategi Operasi untuk Barang & Jasa

Strategi Operasi untuk Barang & Jasa Strategi Operasi untuk Barang & Jasa Contoh : Perusahaan Haier Perusahaan dari China Membangun pabrik di California Selatan, Amerika Serikat --- Haier responsif terhadap kebutuhan pelanggan Haier secara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pembentukan klaster industri kecil tekstil dan produk tekstil pada Bab IV. Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi penting dalam kemajuan peradaban modern (Sesen, 2013; Shane dan Venkataraman, 2000).

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS

KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS KEGIATAN DAN LINGKUNGAN BISNIS Week-9 By: Dr. Ida Nurnida Contents 1 Konsep Lingkungan Organisasi 2 Peran Lingkungan Perekonomian Bagi Bisnis 3 Peran Lingkungan Teknologi Bagi Bisnis 4 Peran Lingkungan

Lebih terperinci

Gambaran Mengenai Bisnis Internasional

Gambaran Mengenai Bisnis Internasional Pertemuan 2 Gambaran Mengenai Bisnis Internasional Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

Pemasaran Internasional

Pemasaran Internasional Modul ke: Pemasaran Internasional Komunikasi dan Periklanan Global Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id DEFINISI Menurut Kottler, saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), menjelaskan bahwa pengertian UMKM: usaha mikro adalah usaha produktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini dirintis oleh suami istri Ngadiman di Jakarta. Maka tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk 9 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan dasar teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan. Teori ini memberikan penjelasan hubungan kontrak antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini cukup baik dengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini cukup baik dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini cukup baik dengan banyaknya para investor yang melakukan investasi di perusahaan yang terdapat di Indonesia.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan

BAB II KERANGKA TEORI. Kegiatan yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan Yaitu untuk menambah wawasan dan mengetahui penerapan teori-teori yang di peroleh selama masa perkuliahan dalam bentuk karya ilmiah. 3. Bagi Peneliti lanjutan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, akan diuraikan mengenai Usaha Kecil Menengah, definisi dan teori mengenai orientasi pasar, serta dipaparkan pula penelitian terdahulu terkait dengan orientasi pasar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. konsep pemasaran (Kohli & Jaworski, 1990). Orientasi pasar adalah budaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. konsep pemasaran (Kohli & Jaworski, 1990). Orientasi pasar adalah budaya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Orientasi Pasar Orientasi pasar merupakan salah satu konsep utama dalam literatur pemasaran karena mengacu pada sejauh mana perusahaan mengimplementasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis meliputi perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

JENIS STRATEGI ... That set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation. Wheelen dan Hunger, 1998)

JENIS STRATEGI ... That set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation. Wheelen dan Hunger, 1998) JENIS STRATEGI Strategic management atau manajemen strategis menurut Wheelen dan Hunger adalah... That set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si BAB. X. JARINGAN USAHA OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si SEBAGAI EKONOMI RAKYAT Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman

Lebih terperinci

PEMASARAN INTERNASIONAL

PEMASARAN INTERNASIONAL PENGANTAR PEMASARAN PEMASARAN INTERNASIONAL Suwandi PROGRAM STUDI MANAGEMENT RESORT & LEISURE UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG PEMASARAN INTERNASIONAL 1. Globalisasi perdagangan dunia 2. Faktor-faktor

Lebih terperinci

STRATEGI STRATEGI PERUSAHAAN GLOBAL NISRUL IRAWATI SE, MBA. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

STRATEGI STRATEGI PERUSAHAAN GLOBAL NISRUL IRAWATI SE, MBA. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara STRATEGI STRATEGI PERUSAHAAN GLOBAL NISRUL IRAWATI SE, MBA Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara STRATEGI - STRATEGI BAGI PERUSAHAAN GLOBAL I. Pendahuluan Setiap perusahaan sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelumas Pertamina adalah produk pelumas yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia yaitu PT. Pertamina Lubricants yang merupakan anak perusahaan (subsidiary)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN STRATEGI 1 ORGANISASI DAN SISTEM INFORMASI Sistem Informasi dan Organisasi mempengaruhi satu sama lain.

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Melakukan ekspansi keluar negeri, seperti yang dilakukan oleh PT Greenfields Indonesia, membutuhkan usaha yang besar. Selain membutuhkan produk yang sesuai

Lebih terperinci

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi

Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Modul ke: Desain Struktur Organisasi: Spesialisasi dan Koordinasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian developer, yaitu : Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian developer, yaitu : Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Tentang Developer Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus bahasa inggris artinya adalah pembangun/pengembang. Sementara itu menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS

STUDI KELAYAKAN BISNIS STUDI KELAYAKAN BISNIS 2 Pendirian Usaha dan Pengembangan Usaha Bisnis: Siklus dan Pengembangan Orientasi pasar: yaitu memproduksi barang yang dibutuhkan masyarakat. Keputusan berdasar orientasi produk

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN

BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN A. Pengertian Pemasaran BAB I PENGERTIAN, KONSEP, DEFINISI PEMASARAN DAN MANAJEMEN PEMASARAN Ada beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah : a. Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

Copyright Rani Rumita

Copyright Rani Rumita Perusahaan yang tetap beroperasi di dalam negeri untuk bermain aman, mungkin tidak hanya kehilangan peluang mereka untuk memasuki pasar lain, tetapi juga beresiko kehilangan pasar dalam negeri mereka.

Lebih terperinci

Materi 8. deden08m.com 1

Materi 8. deden08m.com 1 Materi 8 STRATEGI BISNIS deden08m.com 1 Melihat Keuntungan Persaingan 1) Strategi biaya rendah 2) Strategi membuat perbedaan 3) Strategi berbasis kecepatan 4) Fokus Pasar deden08m.com 2 Ø Strategi Biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Industri Definisi industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TREN GLOBAL DALAM FDI MENGAPA PERUSAHAAN BERINVESTASI DI LUAR NEGERI? MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS RISIKO POLITIK DAN FDI

PENDAHULUAN TREN GLOBAL DALAM FDI MENGAPA PERUSAHAAN BERINVESTASI DI LUAR NEGERI? MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS RISIKO POLITIK DAN FDI PENDAHULUAN TREN GLOBAL DALAM FDI MENGAPA PERUSAHAAN BERINVESTASI DI LUAR NEGERI? MERGER DAN AKUISISI LINTAS BATAS RISIKO POLITIK DAN FDI Beberapa faktor kunci yang memotivasi perusahaan Honda berinvestasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Manajemen Pemasaran 2.1.1 Strategi Strategi perusahaan merupakan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi

Lebih terperinci

SINTESIS FUNGSI-FUNGSI BISNIS

SINTESIS FUNGSI-FUNGSI BISNIS 1 SINTESIS FUNGSI-FUNGSI BISNIS PENILAIAN SUATU BISNIS Mengingat nilai suatu proyek ditentukan dengan mengestimasi present value perkiraan arus kasnya di masa mendatang. Sebuah perusahaan yang menilai

Lebih terperinci

Tugas Ringkasan Mata Kuliah Corporate and Business Strategy

Tugas Ringkasan Mata Kuliah Corporate and Business Strategy Tugas Ringkasan Mata Kuliah Corporate and Business Strategy Topik: Merger Dan Akuisisi Sumber: HG Bab 13; BJB Bab 14; RS Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi No. MHS: 8605210299 Sebagian besar diversifikasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi Menurut Anoraga (2000: 338), strategi adalah alat ukur sebuah organisasi dalam memilih tempat bisnis dan cara bagaimana berbisnis untuk bersaing.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Manajemen, Pemasaran, dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: 13 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Kewirausahaan dan Lingkungan Global; Kewirausahaan sebagai pemicu perekonomian negara; Kebersamaan, etika dan tanggung jawab sosial kewirausahaan

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

STRATEGI INTERNASIONAL

STRATEGI INTERNASIONAL STRATEGI INTERNASIONAL Strategi internasional adalah penjualan produk di pasar-pasar yang berada di luar pasar domestik perusahaan. Salah satu alasan diterapkannya strategi internasional adalah bahwa pasar

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Dunia bisnis diwarnai oleh pasar dan kompetisi global Peran perkembangan teknologi, kelebihan kapasitas di negara maju, perbedaan biaya yang signifikan di berbagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu: M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN. 7.1 Kesimpulan. PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN. 7.1 Kesimpulan. PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers 151 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Pengaruh Spillovers Teknologi PMA terhadap TFP Industri Manufaktur PMA diyakini memiliki manfaat bagi industri domestik karena, spillovers

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan

Lebih terperinci

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM

Minggu-4. Product Knowledge and Price Concepts. Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Product Knowledge and Price Concepts Minggu-4 Pengembangan Produk Baru (new product development) By : Ai Lili Yuliati, Dra, MM Further Information : Mobile : 08122035131 02270704014 ailili1955@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terdapat 73 Manajer Investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, yang memberikan jasa manajemen investasi kepada investornya, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen, Pemasaran, dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah manajemen memiliki ruang lingkup yang sangat luas di dalam dunia bisnis, dapat berarti

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran (Marsum 2009 dalam Firbani 2006) menjelaskan bahwa, restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan

Lebih terperinci