BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Ilmu pada awalnya hanya terdiri dari dua cabang, yaitu filsafat alam yang kemudian berkembang menjadi ilmu alam (natural science) dan filsafat sosial yang kemudian berkembang menjadi ilmu sosial (social scence).natural science, dalam Bahasa Indonesia menjadi sains atau yang lebih kita kenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri atas ilmu fisik (physical science) contohnya adalah fisika; kimia; astronomi dan geofisika, dan ilmu biologi (life science). IPA menurut H.W Fowler adalah pengetahuan yang sistematis yang dirumuskan, dan berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas pengamatan dan induksi.jadi, menurut Fowler, IPA adalah semua fenomena yang terjadi oleh benda yang dapat diamati dan dinalar.senada dengan Fowler, James B. Conant mengemukakan bahwa IPA adalah suatu rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai hasil eksperimen dan observasi selanjutnya.sedangkan menurut Subiyanto (1998: 2), IPA adalah body knowledge, yaitu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum.ipa merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan studi dan praktik.ipa juga dapat diartikan sebagai suatu cabang studi yang bersangkut paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis.dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian-kejadian di alam semesta dengan menggunakan proses dan pembuktian secara sistematis dan logis. Ada 3 hakikat IPA, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai pemupukan sikap. IPA sebagai produk adalah pada hakikatnya IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan konsep-konsep yang merupakan hasil suatu proses. IPA 6

2 7 sebagai proses adalah bagaimana pengetahuan, konsep-konsep IPA tersebut didapatkan dengan pembuktian berupa pengamatan dan eksperimen. Menurut Einstein yang dikutip oleh John G. Kemeny menegaskan bahwa IPA berangkat dari fakta dan berakhir dengan fakta. Kemeny menjelaskan tiga tahap dalam proses IPA yaitu: (1) induktif (khusus menuju umum), artinya fakta-fakta hasil eksperimen dan observasi menuju ke pengambilan kesimpulan; (2) deduktif (umum menuju ke khusus), artinya teori atau kesimpulan yang bersifat umum, dan telah dianggap benar, dapat diramalkan atau diprediksi fakta-fakta yang bersifat khsusus; (3) verifikasi adalah tahapan ditemukannya dugaan baru yang akan mendorong dilakukannya observasi dan eksperimen selanjutnya untuk menguji dugaan tersebut. IPA sebagai pemupukan sikap adalah sikap alamiah terhadap alam sekitar. Ada Sembilan aspek sikap alamiah yang harus dikembangkan siswa SD/MI, yaitu: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerjasama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggungjawab, sikap berfikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri. Menurut Sri Sulistyorini (2007:9-10), sikap tersebut dapat dikembangkan ketika siswa melakukan percobaan, diskusi, simulasi, dan kegiatan di lapangan. Indikator pencapaian tujuan pembelajaran IPA secara terstandar dalam kurikulum 2013 diberikan melalui Kompetensi Inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).Tingkat kompetensi tersebut dikembangkan berdasarkan kriteria; (1) Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang.kompetensi Dasar ini disusun berdasarkan Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 berikut.

3 8 Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 2 Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami pengetahuan factual dan konseptual dengan cara mengamati dan mencoba (melihat, mendengar, membaca) serta menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan, dan kegiatannya,dan benda-benda yang dijumpainya dai rumah, sekolah, dan tempat bermain 3.1 Mendeskripsikan rangka manusia dan fungsinya 3.2 Mengenal bagian tumbuhan serta mendeskripsikan fungsinya 3.3 Mengenal organ tubuh manusia dan hewan serta mendeskripsikan fungsinya 3.4 Mengidentifikasikan perubahan pada alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar 3.5 Mengenal rangkaian listrik sederhana dan sifat magnet serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 3.6 Mendeskripsikan siklus air seta dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup 3.7 Mengenal jenis hewan dari makanannya dan mendeskripsikan rantai makanan pada ekosistem Dalam kurikulum 2013, Kompetensi Inti (KI) merupakan jalan yang harus dicapai peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti meningkat sesiring dengan meningkatnya usia peserta didik, yang dinyatakan dalam meningkatnya kelas. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk malalui pelajaran-pelajaran yang relevan.setiap

4 9 mata pelajaran harus tunduk pada kompetensi inti yang telah ditentukan. Kompetensi Inti ini berfungsi sebagai pengikat atau penghubung antar mata pelajaran.jadi, Kompetensi Inti tidak terikat dengan mata pelajaran karena tidak mewakili satu mata pelajaran tertentu.dalam mendukung Kompetensi Inti, capaian mata pelajaran diuraikan dalam kompetensi dasar.kompetensi dasar diharapkan tidak hanya untuk memastikan capaian pembelajaran dalam pengetahuan saja, tetapi juga dalam keterampilan dan bermuara pada sikap Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran suuatu materi tertentu dari suatu pelajaran.ada banyak pendapat dari para ahli tentang definisi hasil belajar. Menurut Sudjana (2010: 22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Nasution (2006:36) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Ini berarti bahwa hasil belajar didapat oleh siswa dari guru dalam proses belajar mengajar.hasil belajar menurut Hamalik (2002:155) adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.hal ini berarti bahwa hasil belajar bukan hanya perubahan dalam pengetahuan saja, tetapi juga dalam keterampilan dan sikap. Jadi, hasil belajar adalah hasil yang didapatkan seseorang dalam proses belajar dan diwujudkan dalam nilai yang diberikan guru dan perubahan tingkah laku setelah mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah, antara lain kognitif, afektif, psikomotor.ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan penilaian.ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang, yaitu

5 10 menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai.ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Hasil belajar didapat dari pengukuran, dengan alat ukur berupa instrument penilaian hasil belajar. Semua cara pengambilan nilai baik individu atau kelompok inilah yang dinamakan asesmen, menurut TGAT yang dikutip dalam Mardapi,D.(2008). Ada dua jenis instrument penilaian, yaitu istrumen tes dan nontes. Tes adalah seperangkat tugas atau pertanyaan yang direncanakan untuk memperoleh informasi, yang setiap butir pertanyaan mempunyai jawaban yang dianggap benar (Suryanto Adi,dkk, 2009). Instrument tes adalah salah satu contoh alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual seseorang.contohnya adalah Tes Tengah Semester (TTS), Ulangan Akhir Semester (UAS), Ulangan Harian, dll. Teknik non-tes adalah alat ukur untuk memperoleh hasil belajar non-tes, misalnya untuk mengetahui perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah afektif dan psikomotor. Dalam instrument non tes, hasil pengukuran berupa angka disebut kuantitatif, sedangkan pengukuran yang bukan angka disebut kualitatif, misalnya: sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sebagainya. Menurut Naniek, Wardani Sulistya dkk (2012: 23-76) ada beberapa macam teknik non-tes, diantaranya adalah: unjuk kerja (Performance) adalah penilaian/ pegukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktifitas peserta didik dalam melakukan sesuatu yang berupa tingkah laku; penugasan (proyek) adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu; tugas individu adalah penilaian berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu; tugas kelompok adalah pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara berkelompok, laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum; responsi atau ujian praktik adalah penilaian yang dipakai untuk

6 11 mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya; dan portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Nilai diperoleh dari data belajar siswa baik yang tes maupun non tes, kemudian data tersebut dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan nilai.siswa dikatakan berhasil apabila telah memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini berfungsi sebagai: (1) Formatif: berfungsi untuk memperbaiki hasil atau program kegiatan, (2) Sumatif: berfungsi untuk menentukan tingkat keberhasilan pada akhir program, (3) Penempatan: berfungsi untuk menmengelompokkan seseorang berdasarkan kriteria tertentu dan menempatkan pada kategori program yang sesuai dengan kriteria, (4) Diagnostik: berfungsi untuk mendeteksi kelemahankelemahan yang biasanya bersifat psikologis atau mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didikyang terkait dengan pembuatan program remediasi (Hopkins & Antes, 1990).Jadi, hasil belajar adalah pengukuran atau besarnya skor peserta didik yang diperoleh dari nilai tes dan non-tes Pendekatan Scientific dengan Model Group Investigation Pendekatan Scientific (scientific approach) dalam bahasa Indonesia berarti pendekatan ilmiah. Menurut Kemendikbud tahun 2013, menyatakan bahwa pendekatan Scientific adalah pendekatan dalam pembelajaran yang di dalamnya mencakup komponen mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta yang diharapkan dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran. Menurut Litlle John dalam bukunya Theories of Human Communication, pendekatan scientific adalah pendekatan pada objektifitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi. Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal yg ingin diketahui dan diteliti) dan knower (subjek pelaku/pencari pengetahuan atau pengamat).jadi, pendekatan scientific adalah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang di dalamnya harus ada langkah-langkah ilmiah, yaitu mengamati,

7 12 menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.pendekatan ini harus menyentuh ketiga ranah peserta didik, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekaatan scientific ada tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Dalam tahap perencanaan hal yang dilakukan adalah: menetapkan tujuan eksperimen, mempersiapkan alat atau bahan, mempersiapkan tempat eksperimen yang sesuai, mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan, memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik. dalam tahap pelakasanaan, yang harus dilakukan adalah: guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan, guru harus memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membant mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran. Pada tahap tindak lanjut, kegiatan yang dilakukan adalah: peserta didik mengumpulkan hasil eksperimen kepada guru, guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik, guru memberikan umpan balik kepada peserta didik, serta guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi saat melakukan eksperimen. Langkah-langkah pendekatan Scienntific menurut Wardani Naniek Sulistya adalah: (1) mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membangun jejaring (networking). Model pembelajaran group investigation (GI) dianggap model pembelajaran yang paling kompleks. Karena model ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Menurut Anwar (Aisyah, 2006:14) secara harfiah investigasi diartikan sebagai penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaanpertanyaan tentang suatu peristiwa atau sifat. Menurut Budimansyah (2007: 7) GI adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Pembelajaran ini menuntut siswa

8 13 untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.jadi, group investigation (GI) adalah model pembelajaran dengan cara siswa melakukan penyelidikan atau peninjauan terhadap suatu masalah untuk memperoleh suatu jawaban secara berkelompok. Slavin (1995) mengemukakan langkah-langkah Group Investigation, adalah: (1) mengatur murid ke dalam kelompok, (2) merencanakan tugas yang akan dipelajari, (3) investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir, (5) mempresentasikan laporan akhir, (6) evaluasi. Hampir sama dengan Slavin, Siti Maesaroh (2005:29-30) juga mengemukakakn enam tahapan dalam GI, yaitu: (1) mengidentifikasi topik, (2) merencanakan tugas, (3) membuat penyelidikan, (4) mempersiapkan tugas akhir, (5) mempresentasikan tugas akhir, (6) evaluasi. Menurut Kiranawati (2007), langkah-langkah GI dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Seleksi topik: Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik; (2) Merencanakan kerjasama: Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas; (3) Implementasi: Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan

9 14 mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. Ini artinya, siswa melakukan penyelidikan untuk memperoleh pemecahan masalah; (4) Analisis dan sintesis: Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas; (5) Penyajian hasil akhir: Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru; (6) Evaluasi: Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Pendapat para ahli mengenai langkah-langkah Group Investigation beragam. Jadi, langkah-langkah pembelajaran dengan modegroup investigation adalah: (1) siswa mengidentifikasi topik permasalahan, (2) siswa membentuk kelompok, (3) siswa melakukan investigasi, (4) siswa menganalisis informasi dan menyiapkan laporan, (5) mempresentasikan laporan, (6) evaluasi. Langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan Scientific dengan model Group Investigation adalah: (1) siswa membentuk kelompok, (2) siswa mengamati, (3) siswa mengidentifikasi permasalahan, (3) siswa menalar, (4) investigasi, (5) mengolah data, (6) membuat kesimpulan, (7) mempresentasikan, (8) evaluasi. 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation Kelas V SDN Rejosari 3 Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun 2011/2012 oleh Sugiyanto (2012) hasilnya sebelum siklus, ketuntasan belajar adalah 39%. Sedangkan yang tidak tuntas adalah 61%. Pada siklus I angka ketuntasan adalah 71%, pada

10 15 siklus II angka ketuntasan mencapai 92%. Kelebihan dari penelitian ini adalah angka ketuntasan meningkat menjadi 92% pada akhir siklus II.Kekurangannya adalah guru masih menemui beberapa kendala, diantaranya adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru, dan pembentukan kelompok siswa yang kurang efektif karena siswa memilih teman kelompok sendiri sehingga kelas menjadi ramai.solusinya adalah guru tidak terlalu dominan dalam pembelajaran, dan agar siswa tidak ramai ketika membentuk kelompok, guru mengelompokkan siswa secara heterogen sebelum pembelajaran menggunakan Group Investigation dimulai. Penelitian yang berjudul Upaya Menikatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Group Investigation Siswa Kelas V SDN Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2011/2012 oleh Sutanto (2012) menunjukkan bahwa angka ketuntasan pada saat pra siklus adalah 33%. Pada siklus I meningkat menjadi 66,7%, dan pada siklus II angka ketuntasan belajar menjadi 95%. Kekurangannya adalah masih ditemui kendala, yaitu ada satu anak yang sering tidak masuk kelas, dan sering tertidur di kelas. Solusinya adalah menegur menasehati anak tersebut agar berkonsentrasi saat melakukan pelajaran Penelitian yang berjudul Peningkatan Hasil belajar IPA pokok bahasan energi melalui model pembelajaran tipe group investigation pada kelas IV SDN Madyogondo Kecamatan Ngablak Magelang semester 2 tahun oleh Untari (2012), menyatakan bahwa angka ketuntasan pra siklus adalah 63,89%. Pada siklus I meningkat menjadi 72,22%, pada siklus II meningkat menjadi 94,44%. Kekurangannya adalah guru belum menggunakan model group investigation dengan maksimal, kaarena pembelajaran masih didominasi guru, dan belum seluruh siswa aktif dalam pembelajaran, solusinya adalah guru lebih mengurangi peran terhadap siswa, dan menyemangati siswa agar semua aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2.3 Kerangka Berpikir Hasil belajar adalah besarnya nilai yang diperoleh dari penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.sementara itu, dalam pembelajaran yang dilakukan hanya

11 16 mengukur dari kemampuan kognitif saja sehingga penilaian tidak memenuhi ketiga aspek tersebut, sehingga hasil belajar siswa masih di bawah KKM. Perlu adanya perbaikan model pembelajaran menggunakan Group Investigation.Group Investigation memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk mendapatkan jawaban sendiri, dan bekerjasama dengan teman mereka, sehingga kegiatan tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari proses pembelajaran tersebut diharapkan ada kerjasama antar siswa dengan temannya dalam kelompok. Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, dan mengaktifkan siswa, sehingga berdapak pada hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dapat berhasil karena dipengaruhi oleh salah satu pendekatan dan model pembelajaran yang tepat, yaitu Group Investigation. Langkahlangkah pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan model pembelajaran Group Investigation mata pelajaran IPA pada materi Bumi dan Alam Semesta adalah: (1) Siswa membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4-5 orang, (2) kemudian, siswa menyimak masalah yang disajikan guru tentang proses terjadinya tanah yang terjadi karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah, (3) Siswa memilih masalah yang akan dibahas, yaitu tentang proses terjadinya tanah karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah, (4) Siswa berdiskusi dengan teman kelompok tentang proses terjadinya tanah karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah, (5) Siswa mencatat hasil diskusi, (6) Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, (7) Kelompok lain menanggapi hasil diskusi, (8) Guru dan siswa bersama-sama menarik kesimpulan tentang proses terjadinya tanah karena pelapukan batuan, jenis-jenis batuan, dan lapisan tanah. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific dengan model pembelajaran Group Investigation dapat dilihat dalam skema seperti berikut:

12 17 Pembelajaran IPA: KD: Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan ringan Model pembelajaran konvensional KD: Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan Hasil belajar KKM 90 Pembelajaran dengan pendekatan scientific model pembelajaran Group Investigation Mengamati jenis-jenis batuan dan batuan yang telah lapuk Menalar terjadinya tanah Unjuk kerja Unjuk kerja Melakukan investigasi perbedaan batuan yang telah lapuk dan yang belum lapuk Mengolah data tentang batuan lapuk dan yang tidak lapuk Unjuk kerja Unjuk kerja Skor unjuk kerja Membuat kesimpulan ciri-ciri batuan yang lapuk dan yang tidak lapuk Unjuk kerja Mempresentasikan hasil investigasi batuan yang lapuk dan yang tidak lapuk Unjuk kerja Tes formatif Skor tes Hasil belajar Gambar 2.1 skema hasil peningkatan pennggunaan group investigation

13 Hipotesis Tindakan Diduga penggunaan pendekatan Scientific dengan model pembelajarangroup Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA Kelas 5 SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA SD Pembelajaran IPA SD bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang bisa membuat para siswa lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 Hakekat IPA Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Katakata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) A. Pengertian Group Investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Jigsaw 2.1.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw Menurut Arends (2008: 13), pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya diuniversitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-teori yang dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa, mahasiswa dengan guru, dosen dalam memahami, mendiskusi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. soal matematika.hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. soal matematika.hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar 7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) IPA adalah suatu singkatan dari kata Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari kata Natural Science secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung dari motivasi siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil Penelitian Pra Siklus Hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Kutowinangun 08 semester II tahun 2013/2014 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses, dimana peserta didik memperoleh bimbingan, pendidikan, pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung. Pada SMA 12 ini proses belajar mengajar masih menggunakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun 16 III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian siswa kelas V SDN Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester II

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan suatu Negara dalam berbagai sektor. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sudah mulai berkembang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar yang harus dimiliki oleh manusia, karena dengan pendidikan manusia akan lebih mampu untuk mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola pikir seseorang dalam menghadapi berbagai situasi masalah kondisi lingkungan, sesamanya, dirinya dan permasalahan dalam kehidupannya sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan fokus kegiatan pembelajaran (Diknas,2004:78). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Di SD Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman (Darsono, dkk, 2000:4). Pembelajaran adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Group Investigation 2.1.1.1. Pengertian Model Group Investigation Strategi belajar kooperatif group investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan ilmiah. Oleh karena itu, salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil belajar Hasil belajar adalah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan telah dicapai oleh siswa pada akhir setiap catur wulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN Oleh Mauludin ABSTRAK Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Jigsaw Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Picture and Picture Pada model pembelajaran picture and picture ini memiliki cirri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia karena pendidikan terkait dengan kehidupan sehari-hari maka dari itu manusia membutuhkan pendidikan agar mampu mempertahankan

Lebih terperinci

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan melibatkan aktivitas fisik dan mental siswa. Keterlibatan

Lebih terperinci

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut;

III. METODE PENELITIAN. empat komponen, yaitu perencanaan (plan), tindakan (action), observasi, terkait. Siklus PTK dapat digambarkan sebagai berikut; III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Dan Prosedur Penelitian. Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang terdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum alam. Ilmu kimia mempelajari materi yang meliputi susunan, sifat, dan perubahannya serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas menjadi satu antara materi kimia, fisika dan biologi.

Lebih terperinci

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan alam dan fenomena yang terjadi di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau siswa menuju pada keadaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Pra siklus Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SD 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dialami siswa dalam proses pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Menurut Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah akan melatih tiga ranah yakni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci