BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi). Penyebab kelemahan pembelajaran IPA di SD adalah kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan padapengembangan ketrampilan proses sains anak. Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini mendorong siswa untuk berusaha menghafal pada setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian. Untuk anak jenjang sekolah dasar menurut Marjono (dalam A. Susanto 2013), hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah. Tujuan Pembelajaran IPA. Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran TuhanYang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasaingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) 5

2 6 mengembangkan ketrampilan proses untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, (5) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alamdan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan, (6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP (Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi). Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut (KTSP 2006): 1. Tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2. Benda/materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. 4. Bumi dan alam semesta meliputi tanah bumi tata surya dan benda-benda langit lainnya. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasioanal harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah. Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

3 7 Tabel 2.1 SK dan KD Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 Semester 2 Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 10. Memahami perubahan 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab lingkungan fisik dan perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, pengaruhnya terhadap daratan cahaya matahari, dan gelombang air laut) Menjelaskan pengaruh lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Sumber: Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Model Group Investigation Group investigation merupakan sebuah bentuk pembelajaran koperatif yang dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperbaharui dan disempurnakan oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarowitz di Universitas Tel Aviv Israel. Menurut Isjoni (2013) model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Model ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahan siswa. Menurut Salvin (dalam Rusman 2011) model pembelajaran group investigation sangat ideal diterapakan dalam pembelajaran IPA. Dengan materi IPAyang cukup luas dengan desain tugas atau subtopik yang mengarah pada kegiatan cara ilmiah,diharapakan siswa dalam kelompoknya dapat saling member pendapat berdasarkan pengalaman sehari-hari. Selanjutnya, dalam tahapan pelaksanaan

4 8 investigasi siswa mencari informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Siswa kemudian melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam upaya untuk membuat laporan sebagai hasil kelompok yang kemudian dipresentasikan. Menurut Suprijono (dalam Shoimin, 2014) mengemukakan dalam menggunakan model group investigation, setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Group investigation adalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswasehingga tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi mereka untuk belajar. Menurut Narudin (dalam Shoimin 2014), bahwa group investigation merupakan salah satu bentuk model pelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari materi sendiri (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melali bahan-bahan yang tersedia. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melaalui bahan-bahan yang tersedia misalnya dari buku pelajaran atau internet. Siswa diberi pilihan penuh untuk merencanakan apa yang ingin dipelajari bersama kelompok. Siswa dilibatkan sejak perencanaan yaitu menentukan topik yang akan dipelajari dan melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih. Kemudian sampai pada tahap akhir menyiapkan dan mempresentasikan laporan ke depan kelas. Group investigation menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun kerjasama dalamkelompok. Selain itu dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mualai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Langkah-langkah Group Investigation. Menurut Triyanto (2009:156) adalah sebagai berikut : 1. Seleksi Topik

5 9 Siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah tertentu masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Siswa selanjutnya diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan dua sampai enam siswa. Komposisi kelompoknya heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2. Merencanakan Kerjasama Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,tugas dan tujuan umum yang sesuai dengan berbagai subtopik yang dipilih dalam langkah satu. 3. Implementasi Siswa melaksanakan rencana yang telah dirumusakan pada langkah dua. Pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan keterampilan serta mendorong siswa untuk menggunakan berbagai sumber. Guru secara terus-meerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan member bantuan jika dibutuhkan. 4. Analisis dan Sintesis Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah tiga, dan merencanakan agar dapat dirangkum dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. 5. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai perspertif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru. 6. Evaluasi Siswa beserta guru melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suati keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau kedua-duanya. Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat diketahui bahwa Triyanto fokusnya adalah guru hanya menyiapkan subtopik-subtopik yang akan dipelajari, setelah siswa mengetahui materi yang akan dipelajari siswa yang aktif dalam pembelajaran. Siswa melakukan investigasi sendiri dengan melalui sumber belajar yang sudah ada, dalampembelajaran iniguru hanya sebagai fasilitator bagi siswa. Menurut Sharan (dalam Robert E. Slavin 2012:218) juga menjelaskan prosedur dalam pembelajaran group investigation, yaitu: 1) Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. Para siswa memilih beberapa topik yang sudah disiapkan. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih atau berbagai sub topik dalam suatu masalah yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

6 10 2) Tahap merencanakan Tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai : apa yang harus kita pelajari? bagaimana kita mempelajarinya? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas) untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? 3) Tahap melaksanakan Investigasi Para siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. Para siswa saling bertukar, diskusi, mengklasifikasi, dan mensistesis semua gagasan. 4) Tahap menyiapkan laporan akhir. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Kemudian wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia cara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. 5) Tahap menyajikan laporan Akhir Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk bagian yang maju untuk presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif. Kemudian para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. 6) Tahap evaluasi Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan. Berdasarkan pendapat para ahli tentang langkah-langkah model group investigation dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model group investigation adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Guru terlebih dahulu mempersipkan gambar-gambar yang digunakan untuk memancing pengetahuan siswa. b. Guru menentukan subtopik yang akan dipelajari. c. Setelah itu guru menentukan subtopik, subtopik tersebut di tulis di kertas dan di gulung. 2. Tahap Pelaksanaan KBM - Kegiatan Awal a. Guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang akan dipelajara siswa. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

7 11 - Kegiatan Inti a. Guru menyampaikan bebrapa subtopik bahasan yang akan dipelajari. b. Siswa memilih subtopik yang diberikan guru kemudian siswa bergabung dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa (seleksi topik). c. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru tentang cara kerja dalam kelompok (merencanakan kerjasama). d. Siswa mengerjakan LKS tentang faktor-faktor penyebab perubahan lingkungan fisik yaitu angin dan hujan bersama kelompok (implementasi). e. Siswa mencari informasi dari buku IPA kelas 4 (implementasi). f. Siswa berpikir besama kelompok, berdiskusi dan menyatukan pendapat terhadap informasi yang telah didapat (analisis dan sintesis). - Kegiatan Akhir a. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok (penyajian hasil akhir) Suatu model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan group investigation menurut Shoimin (2014) kelebihan dan kekurangan model group investigation diantaranya sebagai berikut: 1. Keleihan model group investigation yaitu: a. Secara Pribadi 1) Meningkatkan belajar bekerja sama. 2) Belajar komunikasi baik dengan teman sendiri. 3) Belajar menghargai pendapat orang lain. 4) Meningkatkan partisispasi dalam membuat suatu keputusan. b. Secara Sosial 1) Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan.

8 12 2) Bekerja secara sistematis. 3) Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang. 4) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaanya. 5) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat. 6) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum. c. Secara Akademis 1) Siswa terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikan. 2) Bekerja secara sistematis. 3) Mengembangkan dan melatih ketrampilan fisik dalam berbagai bidang 4) Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaanya. 5) Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat. 6) Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum. 2. Kelemahan model group investigation yaitu: 1) Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kalipertemuan. 2) Sulitnya memberikan peneilaian seara personal. 3) Tidak semua topic cocok dengan model pembelajaran group investigation. Model ini cocok untuk diterakan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri. 4) Waktu pada pembelajaran berlangsung kurang efektif. 5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini. Kelebihan dan kekurangan mdel group investigation tersebut, diharapkn guru dapat menutupi kekurangan yang terdapat dalam model group investigation terutama dalam pembelajaran IPA. Agar guru dapat menutupi kekurangan tersebut guru dapat lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran.

9 Hasil Belajar Menurut Namawi dalam A. Susanto (2017:39) bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Bloom dalam A. Susanto (2013:89) hasil belajar mencangkup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu penetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis dan penilaian Menurut Gagne dalam Suprijono (2009:56) Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkana prinsip-prinsip keilmuan. Srategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa dalam proses belajar yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat dilakukan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan peserta didik sudah mencapai standar kompetensidan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikatorindikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Balitbang Depdiknas, 2006 dalam Wardani dkk. (2012:69-70). Teknik penilaian untuk kognitif adalah teknik tes.

10 14 1. Teknik tes Tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. (Suryanto Adi, dkk, dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:70)). Menurut Krathwoll (2001) dalam Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:94) tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1) merupakan jenjang proses berpikir yang paling sederhana, pemahaman(c2) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan, penerapan (C3) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari prmahaman, analisis (C4) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari penerapan, evaluasi (C5) merupakan jenjang proses berpikir yang lebih kompleks dari analisis, dan kreasi (C6) menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk keatuan. Tes berdasarkan cara mengerjakannya, dapat dibedakan menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan Wardani, Naniek Sulistya, dkk.(2012:144), yaitu: 1. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis dikelompokkan menjadi dua,yaitu: a. Tes objektif, ada pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan. b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penilaiannnya dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penilaiannya sulit dilakukan secara objektif). 2. Tes Lisan Tes lisan adalah tes yang pelaksanaanya dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor. 3. Tes Perbuatan Tes perbuatan adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaantugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk., (2012:51) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil

11 15 pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pengukuran. Kriteria ini berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan/Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR). Prinsip penilaian pembelajaran adalah patokan yang harus dipedomani ketika melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran. Ada beberapa prinsip dasar penilaian yang harus dipedomani menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012: 65-67) sebagai berikut ini: 1. Komprehensif (menyeluruh) Penilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 2. Berorientasi pada kompetensi Penilaian harus berorientasi pada pencapaian kompetensi, bukan pada penguasaan materi. 3. Terbuka, adil dan objektif Prosedur penilaian, kriteria evaluasi, dan pegambilan keputusan hendaknya diketahui oleh pihak yang berkepentingan, sehingga terbuka bagi berbagai kalangan. 4. Berkesinambungan

12 16 Penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas secara terus-menerus untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan belajar peserta didik. 5. Bermakna Penilaian diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. 6. Terpadu, sistematis, dan menggunakan acuan kriteria Penilaian dilakukan secara erencana dan bertahap dengan mengikuti langkahlangkah yang baku, seta mendasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 7. Mendidik dan akuntabel Penilaian yang mendidik mampu memberikan sumbangan positif seperti memotivasi peningkatan pencapaian hasil belajar. Pada akhirnya, proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pelaksanaan penilaian dapat dipertanggungjawabkan, dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 1.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian lain yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian yang relevan dari Sutanto (2012) yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan model Group Investigation (GI) adapun hasilnya yaitu pada prasiklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa (21 siswa)

13 17 yaitu sebesar 33% dengan rata-rata 58/ sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66% dengan rata-rata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan belajar sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation(GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Semester II SD Negeri Gejayan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian lain yang juga menjadi acuan adalah penelitian yang relevan dari Roma (2013) yang berjudul upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran group investigation Pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Jatiharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun pelajaran 2013/2014. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan model Group Investigation adapun hasilnya yaitu pada prasiklus ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 7 anak dari seluruh siswa (23 siswa) yaitu sebesar 33% dengan rata-rata 58 sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 14 siswa dari seluruh siswa (23 siswa) yaitu sebesar 66% dengan ratarata 69. Hal ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar 33%. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%, pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan belajar sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Jatiharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun pelajaran 2013/2014.

14 18 Penelitian yang lain yang menjadi acuan adalah penelitian yang relevan dari Pusparingga (2014) yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Siswa Kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil belajar siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari tiap siklus dengan kriteria ketuntasan minimal(kkm) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. pra siklus tidak ada yang tuntas (0%), siklus I sebesar 72,73% tuntas dan siklus II sebesar 90,91% tuntas. Hasil belajar berdasarkan skor maksimal pra siklus 40, siklus I sebesar 86 dan siklus II skor mencapai 91, skor minimal pra siklus sebesar 20, siklus I sebesar 49 dan siklus II sebesar 52. Hasil belajar berdasarkan rata-rata pra siklus 31,90, siklus I sebesar 74,80 dan siklus II sebesar 85,16. Berdasar hasil penelitian, disarankan kepada guru untuk mendesain pembelajaran dengan memilih model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam pembelajaran IPA dan melakukan pengukuran melalui penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester II Tahun 2013/ Kerangka Berpikir Pembelajaran IPA seringkali menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan cenderung kurang memerhatikan aktivitas serta kebutuhan siswa. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran hanya satu arah, selain itu siswa lebih sering melakukan kegiatan pembelajaran secara individu siswa juga sering asik sendiri karena merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Ada pula pembelajaran yang dirancang tanpa mengacu pada pendekatan dan model tertentu dan tidak melaksanakan pengukuran proses dalam mengukur hasil belajar. Sehingga hasil belajar IPA belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh guru. Maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

15 19 Peningkatan hasil belajar dapat diupayakan melalui model group investigation. group investigation merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah guna mengembangkan keterampilan, materi serta pengendalian diri dalam menyelidiki dan menemukan sendiri pemecahan dari masalah tersebut. Langkah-langkah kerangka berpikir: dalam pembelajaran konvensional hasil belajar siswa KKM, Karena hasil belajar KKM menggunakan model pembelajaran group investigation dengan langkah-langkah membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa, memilih subtopik perubahan lingkungan fisik, menyimak penjelasan cara kerja kelompok, melakukan investigasi tentang informasi pembelajaran perubahan lingkungan fisik daribuku BSE, berdiskusi tentang perubahan lingkungan fisik, mempresentasikan hasil, mengerjakan tes. Dari langkahlangkah tersebut dihasilkan skor hasil belajar yang sudah memenuhi KKM 70. Hasil belajar diukur melalui tes. Upaya peningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas 4 dengan model group investigation dapat dijabarkan ke dalam kerangka berpikir pada gambar 2.1 di halaman berikutnya.

16 20 Pembelajaran konvensional Belajar berpusat pada guru siswa tidak terlibat dalam belajar Hasil belajar siswa KKM Materi pelajaran Perubahan Lingkungan Fisik Model Pembelajaran Group Investigation Membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa Memilih subtopik perubahan lingkungn fisik Menyimak penjelasan cara kerja kelompok Melakukan investigasi tentang informasi PLF melalui sumber belajar buku BSE Skor tes Diskusi tentang perubahan lingkungan fisik Mempresentasikan hasil Tes Hasil Belajar Gambar 2.1 Skema Peningkatan Hasil Belajar Kognitif IPA Melalui Model Group Investigation

17 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar kognitif IPA diduga dapat diupayakan melalui model group investigation siswa kelas 4 SD Negeri 1 Sumbung Cepogo Kabupaten Boyolali semester II tahun 2015/2016.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (2005: 35), dalam kelompok kooperatif, pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang bisa membuat para siswa lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA Latar belakang pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif BAB II KAJIAN TEORI Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas V Nana Sudjana (2002: 22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu mata pelajaran bagian dari kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat sekolah dari jenjang dasar sampai tingkat lanjutan. Semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan salah satu tindakan dan perilaku individu secara menyeluruh dalam pembentukan pribadi dan perilaku. Belajar merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting di dunia ini. Ilmu pengetahuan yang berkembang sekarang ini sangat beragam. Salah satunya adalah ilmu tentang alam.

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu dari 5 mata pelajaran utama yang diajarkan dari di sekolah dasar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Group Investigation 2.1.1.1. Pengertian Model Group Investigation Strategi belajar kooperatif group investigation dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas 4 SD Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Piaget dalam Heruman (2007:1), Anak SD berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Hasil Belajar IPA 2.2.1 Hakekat Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses hasil belajar. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, ketika menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah Dasar (SD), menjadi fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam IPS yang dipelajari adalah materi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang akan di bahas adalah sebagai berikut: (1) IPA (hakikat IPA, ruang lingkup pembelajaran IPA, tujuan pelajaran IPA, dan pembelajaran IPA di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.2.1 Pembelajaran IPA di SD a. Latar belakang Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 06. Alamat Jalan Imam Bonjol 24 Salatiga, Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan konsep pembelajaran yang mempunyai hubungan yang sangat luas dengan lingkungan kehidupan manusia. Pembelajaran sains sangat berperan dalam proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan akan tercipta manusia yang memiliki kualitas, keterampilan, dan potensi.

Lebih terperinci

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Keaktifan Belajar Siswa Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) A. Pengertian Group Investigation Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat yang merupakan tempat penelitian, sebagian besar siswa belum mampu menguasai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Peneliti memilih model pembelajaran CTL, dengan alasan model pembelajaran CTL mampu memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR 6 BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA A. Definisi Metode Inkuiri Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci