PENGARUH PENGGUNAAN ANESTESI PROPOFOL DAN ISOFLURANE JANGKA PANJANG TERHADAP FUNGSI KARDIOVASKULAR KELINCI DOMESTIK SITARIA FRANSISKA SIALLAGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGGUNAAN ANESTESI PROPOFOL DAN ISOFLURANE JANGKA PANJANG TERHADAP FUNGSI KARDIOVASKULAR KELINCI DOMESTIK SITARIA FRANSISKA SIALLAGAN"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGGUNAAN ANESTESI PROPOFOL DAN ISOFLURANE JANGKA PANJANG TERHADAP FUNGSI KARDIOVASKULAR KELINCI DOMESTIK SITARIA FRANSISKA SIALLAGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Penggunaan Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang terhadap Fungsi Kardiovaskular Kelinci Domestik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Sitaria Fransiska Siallagan NIM

4 RINGKASAN SITARIA FRANSISKA SIALLAGAN. Pengaruh Penggunaan Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang terhadap Fungsi Kardiovaskular Kelinci Domestik. Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan GUNANTI. Penggunaan anestesi selama prosedur pembedahan akan menekan fungsi jantung. Beberapa pembedahan mayor membutuhkan anestesi jangka panjang dan akan meningkatkan penekanan pada fungsi jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek jangka panjang dari anestesi propofol dan isoflurane pada struktur dan fungsi kardiovaskular kelinci domestik yang meliputi frekuensi denyut jantung, volume aliran darah, kemampuan kontraksi, dan tekanan darah sistol melalui pemeriksaan ekhokardiografi M-mode dan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan 5 ekor kelinci jantan dengan usia 1-1,5 tahun. Anestesi yang digunakan selama penelitian adalah kombinasi propofol 12,5 mg/kg IV sebagai induksi dan inhalasi isoflurane sebagai maintenance selama 12 jam pengamatan. Isoflurane dialiri melalui masker dengan aliran oksigen murni 1 L/menit. Cairan NaCl fisiologi 0,9% digunakan selama penelitian berlangsung dengan aliran 6mL/kg/jam. Aliran infus dikontrol oleh infusion pump. Tahapan penelitian dibagi menjadi tahap aklimasi, tahap persiapan, dan tahap pembiusan. Tahap aklimatisasi dilakukan setelah kelinci tiba di kandang. Aklimasi dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan ivermectine sebagai antiektoparasit, mebendazole sebagai anti endoparasit, dan enrofloksasin sebagai antibiotik. Pengambilan darah dilakukan seminggu setelah aklimasi dilakukan. Tujuan dari pengambilan darah adalah untuk mengetahui kondisi kelinci sebelum digunakan pada penelitian. Tahap persiapan dilakukan sebelum penelitian. Tahapan tersebut meliputi pencukuran rambut pada daerah right thorax, antebrachii medialis dan telinga. Pencukuran tersebut dilakukan untuk pemeriksaan ekhokardiografi, tekanan darah sistol, dan pemasangan oksimeter. Pada hari peneletian semua kelinci dilakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan temperatur, pemeriksaan nafas, dan pemeriksaan frekuensi denyut jantung. Tahap pembiusan dimulai saat propofol disuntikkan secara intravena dan berakhir pada saat aliran isoflurane dihentikan pada jam ke-12. Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data ekhokardiografi pada saat induksi, serta pengambilan data tekanan darah sistol dan ekhokardiografi selama maintenance. Selama tahap pembiusan juga dilakukan pemeriksaan monitoring, yaitu pemeriksaan saturasi oksigen dan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan temperatur dan pemeriksaan nafas. Saturasi oksigen diatur dengan nilai minimal saturasi oksigen adalah 95%. Hasil pengamatan tekanan darah menunjukkan tekanan darah sistol berada pada kisaran 70,17±17,92 hingga 88,33±15,34 mmhg. Hasil pengamatan ekhokardiografi diketahui ruang ventrikel kiri secara berurutan selama diastol dan sistol berada pada kisaran 1,21±0,08 hingga 1,33±0,1 cm; dan 0,87±0,08 hingga 0,98±0,08 cm. Ketebalan dinding ventrikel kiri selama diastol dan sistol secara berurutan adalah 0,24±0,04 hingga 0,28±0,04 cm; dan 0,23±0,03 hingga 0,28±0,05 cm. Ketebalan septa interventrikel pada saat diastol dan sistol secara

5 berurutan adalah 0,23±0,02 hingga 0,27±0,04 cm dan 0,28±0,06 hingga 0,3±0,05 cm. Fungsi kardiovaskular yang diamati selama penelitian adalah frekuensi denyut, volume aliran, kemampuan kontraksi jantung serta tekanan darah sistol. Frekuensi denyut jantung berkisar antara 244±18 hingga 266±24 kali/menit. Volume aliran jantung yang meliputi stroke volume dan cardiac output secara berurutan berkisar antara 1,07±0,29 hingga 1,57±0,53 ml/denyut dan 0,27±0,07 hingga 0,39±0,14 L/menit. Kemampuan kontraksi jantung meliputi fraksi pemendekan dan fraksi ejeksi. Fraksi pemendekan dan fraksi ejeksi secara berurutan berkisar antara 26±3 hingga 31±5% dan 60±2 hingga 67±8%. Tekanan darah sistol berkisar antara 75,87±16,91 hingga 101,2±31,69 mmhg. Hasil pemeriksaan monitoring selama penelitian, diketahui kisaran rata-rata temperatur adalah 36,40±0,81 hingga 39,02±0,54 o C dan frekuensi respirasi berkisar antara 42±6 hingga 61±23 kali/menit. Berdasarkan hasil selama pengamatan dapat disimpulkan bahwa kombinasi anestesi propofol dan isoflurane jangka panjang menyebabkan penurunan temperatur, sedikit peningkatan frekuensi pernafasan pada jam tertentu serta penekanan struktur dan fungsi jantung yang minimal. Kata kunci: anestesi jangka panjang, ekhokardiografi, isoflurane, kelinci, propofol, tekanan darah

6 SUMMARY SITARIA FRANSISKA SIALLAGAN. Effect of Long Time Anesthesia Propofol and Isoflurane on Cardiovascular Function of Domestic Rabbits. Supervised by DENI NOVIANA and GUNANTI. Anesthesia during surgical procedures can lead to suppression of the heart function. Several major surgeries may require long time use of anesthetics and therefore increase the heart function suppression. The purpose of this study was to determine the effects of long time use of propofol and isoflurane anesthesia on cardiac function of domestic rabbits through the systole blood pressure and echocardiography examination. This study used 5 male rabbits, 1-1,5 years old. Anaesthesia was used during the study was the combination of propofol 12,5 mg/kg IV as an induction and isoflurane inhalation as the maintenance anesthetic for a 12-hour observation. Isoflurane was inhaled with 1 L/minutes in facemasked. During this study, intravenous infusion was maintained with 6 ml/kg/hours NaCl physiology. Infuse flowing was controlled by infusion pump. Study phases were acclimatization phase, preparation phase, and anaesthesia phase. Acclimatization phase was started by the time the rabbits were arrived to cages for 3 days. Acclimatization used ivermectine as parasiticids, mebendazole as anthelmentics, and enrofloxacin as antibiotics. Blood tests were examined after a week of acclimation to ensure the rabbit condition before the study. Phases of preparation were done before the study. Phases include shaving hair on the right thoracic region, medial antebrachii, and ears. The shaving was done for echocardiography examination, systolic blood pressure, and oxygen saturation. On the day of the study, clinical examination was performed in all rabbits that including checking temperature, respiratory and heart rate examination. Anaesthetic phase was begun when propofol was injected intravenously and done when isoflurane flowing was stopped at the twelfth hour. Echocardiography examination was done at the time of induction, as well as systolic blood pressure and echocardiography examinations were done during maintenance. During the examination phase of anesthesia, monitoring was also done including oxygen saturation and clinical examination including temperature and respiratory examination. Oxygen saturation was set to a minimum value of oxygen saturation was 95%. The results of this study include systolic blood pressure, cardiac structure and function. Systolic blood pressure was ranged from 70,17±17,92 to 88,33±15,34 mmhg. Cardiac structure and function were observed using M-mode echocardiography. Results showed that the left ventricle heart chamber dimensions during diastole (LVIDd) and systole (LVIDs) were between 1,21±0,08 to 1,33±0,1cm, and 0,87±0,08 to 0,98±0,08cm respectively. Left ventricular wall thickness at diastole (LVWd) and systole (LVWs) ranged from 0,24±0,04 to 0,28±0,04cm, and 0,23±0,03 to 0,28±0,05cm respectively, while the thickness of the interventricular septa at diastole (IVSd) and systole (IVSs) ranged from 0,23±0,02 to 0,27±0,04cm, and 0,28±0,06 to 0,3±0,05 cm. Cardiac function

7 observed in study were heart rate, heart blood volume, and the ability of the heart s contraction. Heart rate ranged from 244±18 to 266±24 beat/min. Heart blood volumes which include stroke volume (SV) and cardiac output (CO) ranged from 1,07±0,29 to 1,57±0,53ml/beat and 0,27±0,07 to 0,39±0,14lt/min respectively. the ability of the heart s contraction includes fractional shortening, and ejection fraction. Fractional shortening and ejection fraction ranged from 26±3 to 31±5% and 60±2 to 67±8% respectively. The results of monitoring examinations during the study, known temperature ranged from 36,40±0,81 to 39,02±0,54 C and respiration rate ranged from 42±6 to 61±23 bpm. Based on the result can be concluded that combination of long term propofol and isolfurane anesthesia causes temperature decreased, slight respiratory rate increased during limited hours, and minimal cardiac structure and function suppression. Keywords: echocardiography, blood pressure, isoflurane, long time anesthesia, propofol, rabbits

8 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

9 PENGARUH PENGGUNAAN ANESTESI PROPOFOL DAN ISOFLURANE JANGKA PANJANG TERHADAP FUNGSI KARDIOVASKULAR KELINCI DOMESTIK SITARIA FRANSISKA SIALLAGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

10 2 Penguji pada Ujian Tertutup: Dr drh R. Putratama Agus Lelana, SpMP, MS

11 Judul Tesis : Pengaruh Penggunaan Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang terhadap Fungsi Kardiovaskular Kelinci Domestik Nama : Sitaria Fransiska Sial1agan NIM : B Disetujui oleh Komisi Pembimbing Drh Deni Noviana, PhD Ketua Dr Drh Gunanti, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Umu Biome. s ewan Drh Agus Tanggal Ujian: 29 Juli 2013 Tanggal Lulus: 2 7 AUG LO 1

12 Judul Tesis : Pengaruh Penggunaan Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang terhadap Fungsi Kardiovaskular Kelinci Domestik Nama : Sitaria Fransiska Siallagan NIM : B Disetujui oleh Komisi Pembimbing Drh Deni Noviana, PhD Ketua Dr Drh Gunanti, MS Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Biomedis Hewan Dekan Sekolah Pascasarjana Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 29 Juli 2013 Tanggal Lulus:

13 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul tesis ini adalah pengaruh penggunaan anestesi propofol dan isoflurane jangka panjang terhadap fungsi kardiovaskular kelinci domestik. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar master (S2) pada mayor Ilmu Biomedis Hewan (IBH) program pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada drh Deni Noviana, Ph.D dan Dr drh Gunanti, MS selaku pembimbing, serta teman-teman sepenelitian yang banyak membantu dalam penelitian dan banyak memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan bagian Bedah dan Radiologi yang telah mengijinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di laboratorium radiologi. Terima kasih kepada PT Karindo Alkestron Indonesia yang telah membantu penelitian ini dalam bentuk penyediaan alat ultrasonografi (USG) ekhokardiografi tipe S-6X. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan selama penulis mulai melanjutkan pendidikan, penelitian, hingga penyusunan tesis. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan dan isi tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat menjadi lebih baik. Semoga tulisan ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2013 Sitaria Fransiska Siallagan

14 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN vi vi vi 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Anestesi Umum 3 Tahap-tahap Anestesi Umum 3 Propofol 4 Isoflurane 5 Tekanan Darah 6 Ekhokardiografi 6 Penilaian Ekhokardiografi 6 Perhitungan Kuantitas 7 Kelinci 7 3 METODE 9 Waktu dan Tempat Penelitian 9 Hewan Coba 9 Metode Penelitian 9 Analisis Data 11 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Pemeriksaan Darah 13 Pemeriksaan Klinis sebelum Penelitian 14 Pengamatan Klinis selama Penelitian 14 Tekanan Darah Sistol 19 Pengamatan Ketebalan Dinding 20 Pengamatan Frekuensi denyut jantung 22 Pengamatan Volume Aliran Jantung 23 Pengamatan Kemampuan Kontraksi Jantung 24 5 SIMPULAN 27 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN 37 RIWAYAT HIDUP

15 DAFTAR TABEL 1 Diagram alir penelitian kombinasi propofol dan isoflurane 11 2 Hasil pemeriksaan darah lengkap kelinci domestik 13 3 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap 17 temperatur dan frekuensi respirasi kelinci domestik terhadap waktu pengamatan 4 Efek anestesi jangka panjang propofol dan isoflurane terhadap tekanan darah sistol, dan dimensi, aliran, persentase kontraksi dan fraksi ejeksi jantung kelinci domestik 25 DAFTAR GAMBAR 1 Potongan memanjang (long axis) dan memendek (short axis) pada jantung 2 (A) Tranduser ultrasonografi linear dengan gel dan (B) posisi tranduser short axis view pada right parasternal 3 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap temperatur kelinci domestik selama pengamatan 4 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap frekuensi respirasi kelinci domestik selama pengamatan 5 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap tekanan darah sistol kelinci domestik selama pengamatan hingga jam ke-12 6 Pengamatan ekhokardiografi kelinci domestik terhadap struktur jantung dibawah pengaruh anestesi propofol-isoflurane 7 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap ketebalan dinding dan ruang ventrikel kiri jantung kelinci domestik selama pengamatan 8 Efek jangka panjang propofol-isoflurane terhadap frekuensi denyut jantung kelinci 9 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap stroke volume dan cardiac output kelinci domestik 10 Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap ejection fraction dan fractional shortening kelinci domestik DAFTAR LAMPIRAN 1 Ethical approval letter 37

16 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jantung merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi untuk mengedarkan darah ke seluruh bagian tubuh dan dipengaruhi oleh banyak hal. Faktor-faktor tersebut adalah kontraksi dan dilatasi atrium dan ventrikel, serta perubahan tekanan pada rongga thorak. Atrium dan ventrikel merupakan ruang jantung yang berfungsi menerima dan memompa darah, selain itu katup atrioventrikular, katup aorta dan katup pulmonalis juga berperan dalam aliran darah tersebut (Cunningham dan Klein 2007). Peranan jantung yang penting dalam tubuh menyebabkan banyak peneliti yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perubahan organ ini dari berbagai aspek. Beberapa penelitian klinis yang melibatkan jantung yaitu melihat efek agen anestesi tunggal maupun kombinasi terhadap sistem kardiovaskular (Baumgartner et al. 2010), efek dosis maksimum dan minimum dari suatu obat terhadap fungsi jantung (Vali et al. 2012), penyakit pada jantung (Roche et al. 2012). Anestesi merupakan prosedur yang penting selama pembedahan dan dapat menekan sistem kardiovaskular. Efek anestesi terhadap sistem kardiovaskular menyebabkan penggunaan anestesi perlu disertai dengan pengamatan terhadap fungsi jantung. Beberapa metode telah digunakan untuk membantu peneliti maupun praktisi dalam menilai fungsi jantung, diantaranya adalah ekhokardiografi. Ekhokardiografi merupakan teknik diagnosa pada jantung dengan menggunakan gelombang suara ultra high-frequency yang dapat memberikan informasi morfologi dan struktur jantung yang meliputi ukuran, ketebalan, pergerakan otot dan katup jantung, serta aliran darah dalam pembuluh darah (Noviana et al. 2011). Ekhokardiografi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi jantung yaitu dengan perhitungan ekhokardiografi seperti stroke volume (SV), cardiac output (CO), fractional shortening (FS), dan ejection fraction (EF) (Fontes-Sousa et al. 2006). Kelinci merupakan hewan laboratorium yang sering digunakan setelah mencit dan tikus putih. Beberapa penelitian yang melibatkan agen anestesi pada kelinci sering dilakukan dengan mengamati perubahan kimia klinis, efek pada sistem kardiorespirasi terhadap beberapa agen atau kombinasi agen anestesi, serta mengevaluasi efek klinis dan paraklinis agen anestesi terhadap beberapa metode pemberian (Baumgartner 2010, Khameneh et al. 2012). Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap kelinci seringkali menggunakan anestesi ataupun analgesik dengan durasi waktu lebih dari 6 jam (Jiang et al. 2012). Selain pada penelitian klinis, pembiusan jangka panjang pada beberapa hewan sering kali dibutuhkan untuk pembedahan. Menurut Tanaka et al (2011) propofol dan isoflurane merupakan anestesi yang aman digunakan pada kelinci. Telah banyak penelitian yang dilakukan pada kelinci untuk mengamati efek anestesi pada jantung dengan menggunakan berbagai bahan agen anestesi (Stypmann et al. 2007), namun belum ada penelitian yang dilakukan untuk

17 2 mengamati fungsi kardiovaskular dengan menggunakan metode ekhokardiografi pada penggunaan anestesi propofol-isoflurane jangka panjang. Perumusan Masalah Proses pembedahan pada umumnya membutuhkan anestesi. Setiap agen anestesi memiliki efek terhadap penekanan sistem kardiovaskular. Semakin panjang durasi pemberian anestesi maka penekanan terhadap sistem kardiovaskular juga akan semakin tinggi. Durasi waktu yang dibutuhkan selama proses pembedahan bisa dalam jangka waktu singkat ataupun panjang. Kelinci merupakan salah satu hewan model untuk jantung, sehingga sering digunakan dalam berbagai penelitian. Penelitian yang dilakukan dapat berupa penelitian untuk proses pembedahan ataupun penelitian klinis, sehingga banyak macam agen anestesi yang digunakan pada kelinci. Propofol dan isoflurane merupakan salah satu agen anestesi yang aman digunakan. Akan tetapi jika durasi anestesi semakin lama diperlukan, maka akan terjadi penekanan yang lebih pada sistem kardiovaskular. Efek jangka panjang terhadap sistem kardiovaskular dari kombinasi anestesi ini belum diketahui. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek jangka panjang dari anestesi propofol dan isoflurane pada struktur dan fungsi kardiovaskular kelinci domestik yang meliputi frekuensi denyut jantung, volume aliran darah, kemampuan kontraksi, dan tekanan darah sistol melalui pemeriksaan ekhokardiografi M-mode dan tekanan darah. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Mengetahui efek jangka panjang penggunaan anestesi propofol dan isoflurane terhadap fungsi kardiovaskular kelinci domestik. 2. Memperoleh data yang meliputi struktur dan ukuran jantung, tekanan darah, volume aliran, dan kemampuan kontraksi terhadap anestesi jangka panjang propofol-isoflurane.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA Anestesi umum Anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti tanpa perasaan atau tidak sensitif yang dapat diartikan menjadi kehilangan sensasi (Hitner dan Nagle 1999). Permasalahan utama yang berhubungan dengan pembedahan telah diselesaikan pada pertengahan abad ke Sembilan belas. Penyelesaian tersebut dengan memberikan kehilangan sensasi atau lebih spesifiknya kehilangan sensitifitas terhadap rasa sakit. Anestesi umum menyebabkan penekanan aktivitas sistem saraf pusat (SSP) (Xie et al. 2013). Saat ini anestesi telah digunakan dalam praktik kedokteran hewan sehari-hari sebagai sedasi, tranquilizer, immobilisasi, relaksasi otot, ketidaksadaran, mengontrol rasa sakit yang digunakan pada proses pembedahan, pemeriksaan dan penanganan gigi, grooming, diagnostic imaging, perawatan luka, penangkapan atau pemindahan satwa liar (Thomas dan Lerche, 2011). Anestesi umum diawali dengan induksi dari agen anestesi tertentu yang bersifat sementara yang menyebabkan ketidaksadaran, amnesia, analgesia, dan akinesia (hilangnya mobilisasi) (Brown et al. 2010). Rute pemberian agen anestesi umum dapat melalui inhalasi ataupun parenteral. Tingkatan penekanan pada sistem saraf pusat sangat tergantung pada konsentrasi agen pada otak. Penekanan SSP berhubungan dengan kandungan fisik dari tiap agen (Hitner dan Nagle 1999), serta kondisi hewan seperti usia, aktifitas metabolisme, dan temperatur tubuh (Thomas dan Lerche 2011). Tahap-tahap Anastesi Umum Tahapan anestesi dibagi menjadi empat berdasarkan tanda-tanda yang diperlihatkan oleh pasien. Tanda-tanda tersebut disebabkan oleh tingkat penekanan otak yang diinduksi oleh anestesi. Muir (2007) menyatakan ada batas yang jelas antara tahap-tahap tersebut. Tahap 1 dikenal juga sebagai tahap voluntary movement (dapat bergerak) dan dimulai dari awal pemberian hingga kehilangan kesadaran. Beberapa analgesik dapat mencapai fase yang lebih dalam dari tahap ini. Pada tahap ini korteks cerebral secara umum dihambat (Hitner dan Nagle 1999). Efek yang ditimbulkan pada tahap ini sangat bervariasi. Variasi yang ditimbulkan bisa disebabkan oleh jenis anestesi yang digunakan, sifat dan kondisi pasien, cara hewan direstrain, dan kecepatan induksi. Ketakutan hewan dapat timbul pada saat direstrain. Rasa takut pasien dapat menyebabkan pengurangan efek anestesi. Hewan yang ketakutan akan mengalami nafas yang dalam dan singkat. Pelepasan epineprin menyebabkan denyut jantung menguat dan mengencang, dan dilatasi pupil. Salivasi dapat muncul pada beberapa hewan, yang dapat juga disertai dengan urinasi dan defekasi. Ketika akan mencapai tahap kedua, hewan akan menjadi ataksia, kehilangan kemampuan untuk berdiri dan mengambil posisi lateral recumbency. Tahap 2 disebut juga sebagai delirium atau involuntary movement (tidak dapat bergerak). Tahap ini terjadi saat korteks cerebral tertekan sempurna dan diawali dari hewan mulai kehilangan kesadaran hingga pernafasan menjadi

19 4 normal (Hitner dan Nagle 1999). Sistem saraf pusat (SSP) tertekan, pasien kehilangan seluruh kemampuan bergerak. Efek penekanan SSP yaitu reflek meningkat dan berlebihan. Beberapa reaksi yang sering terlihat yaitu nafas dalam, tachypnea, dan hiperventilasi. Pelepasan katekolamin yang berlanjut menyebabkan frekuensi denyut jantung semakin cepat dan kuat, aritmia jantung dapat terjadi, dan pupil sangat berdilatasi. Refleks palpebra dan bulu mata tampak jelas. Pada kucing ataupun anjing dapat terjadi muntah. Tahap 3 disebut juga sebagai tahap anestesi pembedahan dan ditandai dengan hewan tidak sadar, disertai dengan penekanan refleks. Pada tahap ini otot berelaksasi, pernafasan melambat dan menjadi teratur. Reflek muntah dan menelan telah menghilang pada tahap ini. Tahap ini dibagi menjadi tiga taraf. Taraf 1 dibagi menjadi 3 fase, yaitu: teranastesi ringan, sedang, dan dalam. Anestesi ringan bertahan hingga pergerakan bola mata berhenti. Anestesi sedang ditandai dengan paralisis interkostal, dan anastesi dalam ditandai oleh pernafasan diafragma. Taraf 2 berupa ketidaksadaran atau anestesi menengah yang ditandai dengan jumlah pulsus dan pernafasan yang stabil, menghilangnya refleks laring, reflex kornea yang kuat, dan relaksasi otot serta analgesik bagi kebanyakkan prosedur pembedahan. Taraf 3 berupa anestesi pembedahan yang mendalam yang digambarkan dengan penurunan fungsi otot interkostae dan volume tidal, jumlah respirasi meningkat, relaksasi otot yang mendalam, pernafasan diapragma, refleks kornea lemah, pupil dilatasi dan berada ditengah. Jika pendepresan SSP berlanjut, maka akan masuk ketahap selanjutnya. Tahap 4. Pada tahap ini Sistem saraf pusat sangat tertekan dan pernafasan terhenti. Jantung hanya dapat berdenyut singkat. Tekanan darah berada dalam level shock, pengisian kapiler pada membran mukosa diperlambat, dan pupil sangat berdilatasi. Sphincter anal dan perkencingan mengalami relaksasi. Kematian akan terjadi beberapa saat kemudian. Jika anestesi diambil dan alat bantu pernafasan dipasang sebelum colaps myocardial, maka tahap ini dapat diatasi dan pasien akan kembali ke tahap 3. Propofol Propofol merupakan 2,6-diisopropylphenol yang sering digunakan sebagai agen anestesi. Sediaan propofol berbentuk emulsi dikarenakan propofol memiliki sedikit sifat kelarutan air (Thomas dan Lerche 2011). Sifat propofol sangat lipofilik dan terdistribusi ke seluruh tubuh termasuk pada otak dan sel darah merah (Riu et al. 2000). Propofol sering kali digunakan manusia (Koch et al. 2008) dan juga hewan seperti anjing (Mannarino et al. 2012), kuda (Umar et al. 2008), dan Kelinci (Jiang et al. 2012). Pada manusia propofol telah banyak digunakan sebagai sedasi pada kasus yang menggunakan endoskopi (Walker et al. 2003). Propofol menghasilkan durasi waktu induksi sekitar 4±3 menit dari awal pemberian propofol (Allweiler et al. 2010). Penggunaan propofol dapat menyebabkan penurunan aliran darah kapiler (Koch et al. 2008), namun tidak menyebabkan perubahan aliran a. hepatica dan aliran vena portal (Latte et al. 1995). Injeksi propofol menurunkan diameter pembuluh darah arteri carotis communis dan aorta abdominalis sehingga meningkatkan resistensi pada pembuluh tersebut (Baumgartner et al. 2008). Seperti halnya pada manusia,

20 propofol menyebabkan hipoksia pada beberapa hewan eksperimen (Akada et al. 2007). Pada kelinci, propofol dengan dosis 16±5 mg/kg bb dapat menginduksi anestesi tanpa menyebabkan apnoea (Allweiler et al. 2010). Propofol dimetabolisme pada hati dan dieliminasi melalui ginjal, sehingga pemberian propofol dosis tinggi dapat menyebabkan disfungsi hati, dan peningkatan keratinin kinase (Jiang et al. 2012). Mekanisme kerja propofol belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Secara umum propofol bekerja pada reseptor Gamma amino butyric acid (GABA) dengan cara yang sama seperti barbiturat (Thomas dan Lerche 2011) dengan menghambat neurotransmitter GABA, serta meningkatkan inhibitory synaptic function dengan meningkatkan kinerja chloride channel pada reseptor GABA (Branson 2007, Fish 1997), dan/atau menunda penutupan calcium channel (Nakae et al. 2000). Gamma amino butyric acid A (GABA A ) merupakan asam amino yang berfungsi untuk menghambat sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer. Asam amino GABA banyak terdapat pada otak, korda spinalis, dan sedikit pada jaringan saraf perifer, hati, spleen dan jantung (Crowel-Davis dan Murray 2006). Selain itu, propofol juga telah dilaporkan bekerja dengan menghambat reseptor N- methyl-d-aspartate (NMDA) (Irifune et al. 2003). Isoflurane Isoflurane merupakan anestesi inhalasi yang sering digunakan pada berbagai pembedahan. Isoflurane tidak berwarna dan berbentuk cairan. Sediaan isoflurane bersifat stabil pada temperatur ruangan, sehingga tidak membutuhkan penanganan khusus (Thomas dan Lerche 2011). Keuntungan dari isoflurane adalah memiliki kelarutan darah yang rendah, sehingga induksi serta recovery cepat terjadi, transformasi minimal di hati, dan viscerotoxicity yang rendah (Lipman et al. 1997, Thomas dan Lerche 2011). Mekanisme kerja isoflurane adalah mempengaruhi aliran Ca 2+ pada sejumlah sel dan meningkatkan aktivitas saraf simpatik (Takakura et al. 1998). Pada penggunaannya isoflurane menyebabkan takikardi atau peningkatan frekuensi denyut jantung (Marano et al. 1996), peningkatan tekanan darah arteri (Takakura et al. 1998), dan kebutuhan oksigen meningkat (Aksenov et al. 2012). Cairan isoflurane dievaporasi menjadi gas dengan menggunakan mesin anestesi dan dialirkan ke hewan dengan menggunakan masker/endotracheal tube. Gas isoflurane akan mengalir ke paru-paru, berdifusi ke sel-sel alveoli dan memasuki aliran darah. Area kaya kapiler pada alveoli paru-paru dapat menyerap dan menimbulkan efek yang cepat dari agen anestesi yang diberikan (Allen et al. 2011). Kecepatan difusi dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi isoflurane pada alveoli dan pembuluh darah. Sifat kelarutan lemak yang lebih rendah dibanding anestesi lainnya menyebabkan konsentrasi isoflurane yang tersimpan dalam lemak lebih kecil dibanding anestesi dengan kelarutan yang lebih tinggi (Thomas dan Lerche 2011). Isoflurane akan diekskresikan melalui paru-paru (Hitner dan Nagle 1999). Isoflurane dapat menyebabkan anestesi umum dengan menghambat pelepasan neurotransmitter SSP. Neurotransmitter utama yang dihambat adalah glutamate pada akhir presinap (Westphalen et al. 2013), namun demikian mekanisme kerja isoflurane adalah mempengaruhi aktivasi reseptor γ-amino butyric acid A (GABA A ) pada reseptor sinaps dan ekstrasinaps (Ballesteros et al. 5

21 6 2012, Ogawa et al. 2011). Efek isoflurane pada GABA adalah menurunkan aksi potensial evoked inhibitory postsynaptic currents (eipscs), meningkatkan miniature inhibitory postsynaptic currents (mipscs) dan failure rate (Rf) (Kotani dan Akaike 2013, Ogawa et al. 2011). Penghambatan pada pengambilan GABA oleh anestesi voletil akan meningkatkan GABA pada ekstraseluler, yang dapat memperpanjang aktivitas reseptor GABA ekstrasinaptik (Kotani dan Akaike 2013). Isoflurane telah dilaporkan tidak hanya meningkatkan aktivitas reseptor GABA namun juga menghambat NMDA (Shelton dan Nicholson 2010). Penghambatan pada reseptor NMDA lebih rendah dibandingkan penghambatan pada reseptor GABA (Brosnan 2011). Peningkatan isoflurane pada reseptor GABA dan penghambatan reseptor NMDA menyebabkan penurunan rangsangan pada SSP (Crowell-Davis dan Murray 2006). Tekanan darah Metode pengukuran tekanan darah arteri terbagi menjadi dua kategori, yaitu: metode langsung (invasive) dan tidak langsung (non-invasive). Metode langsung merupakan metode yang menggunakan sistem implan yang secara langsung berhubungan dengan sistem arteri. Metode tidak langsung merupakan metode pengukuran tekanan darah arteri yang relative lebih mudah digunakan. Metode oksimetri invasif merupakan salah satu metode dengan tingkat keakuratan tinggi. Selain metode oksimetri, menurut Harvey et al. (2012) menyatakan bahwa Doppler arterial blood pressure juga merupakan metode yang dapat digunakan dalam pengukuran tekanan darah pada kelinci. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada beberapa arteri, yaitu: arteri auricularis centralis, arteri pada area kaki depan dan kaki belakang (Ypsilantis et al. 2005). Ekhokardiografi Ultrasound sering kali diaplikasikan pada dunia medis, baik pada bidang penelitian, pendidikan, maupun klinis. Ultrasound dapat menghasilkan gambaran kualitas kerja jantung dengan B-mode, ketebalan jaringan dengan M-mode, real time pada pemeriksaan frekuensi denyut jantung, dan gambaran aliran darah melalui fungsi Doppler (Fuentes 2008; Foster dan Theodoropoulos 2011). Penilaian Ekhokardiografi Menurut Fuentes (2008), ekhokardiografi sangat cocok untuk mengidentifikasi struktur lesi, namun penilaian kuantitatif dan fungsi dari jantung juga sangat penting. Ekhokardiografi dapat melakukan penghitungan ukuran dinding jantung dan kecepatan aliran pada tiap ruang jantung, tampilan sistol dan diastol, fungsi katup, dan memperkirakan hemodinamik (contoh: tekanan intrakardial). Dalam jurnalnya, Pelosi et al (2011) menggunakan ekhokardiografi sebagai sarana pengukur ketebalan jantung dan kecepatan aliran.

22 Pengukuran ketebalan jantung sering kali menggunakan posisi pengambilan gambar right parasternal view (RPS). Posisi RPS merupakan posisi yang sering digunakan untuk mengamati dimensi jantung bagian kiri. Pencitraan dimensi jantung didapat berdasarkan arah gelombang suara yang dikeluarkan oleh tranduser. Arah gelombang suara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu memendek (short axis) dan memanjang (long axis) (Gambar 1) (Brown dan Gaillot 2008, Noviana et al. 2011). 7 Gambar 1. Potongan memanjang (long axis) dan memendek (short axis) pada jantung, AO: aorta, PA: pulmonary artery, RA: right atria, RV: right ventricle, LA: left atria, LV: left ventricle (Martin 1995) Perhitungan Kuantitas Menurut Brown dan Gaillot (2008), beberapa perhitungan matematika telah ditemukan untuk memperkirakan volume ventrikel. Perhitungan tersebut sangat penting dalam mendukung diagnosa dan prognosis kardiovaskular. Ejection fraction (EF) adalah perhitungan indeks rasio volume ventrikel. Persamaannya adalah (EDV-ESV)/EDV, dimana EDV (end diastole volume) dan ESV (end systole volume) adalah volume akhir diastol dan volume akhir sistol, berturutan. Analogi dengan satu dimensi EF adalah fractional shortening (FS). Persamaan FS adalah (LVIDd-LVIDs)/LVIDd. LVIDd (left ventricular internal dimension diastole) adalah jarak antar dinding ventrikel kiri saat diastol, sementara LVIDs (left ventricular internal dimension systole) adalah jarak antar dinding ventrikel kiri saat sistol. Penetepan LVIDd dan LVIDs biasanya berdasarkan pengukuran M-mode pada posisi short axis. Volume setiap denyut ventrikel kiri (stroke volume/sv) dapat diukur dari perbedaan antara volume diastol dan sistol (EDV-ESV). Cardiac output (CO) atau volume yang dikeluarkan jantung permenit dapat dihitung melalui persamaan SV dikalikan dengan frekuensi denyut jantung (heart rate/hr). Kelinci Pada awalnya kelinci diklasifikasikan sebagai rodensia, namun dua pasang gigi seri pada rahang atas dan tidak adanya gigi taring menyebabkan kelinci diklasifikasikan pada famili Leoridae, ordo Lagomorpha, genus Oryctolagus, dan

23 8 secara umum dikenal dengan lagomorphs. Nama ilmiah bagi kelinci domestik adalah Oryctolagus cuniculus (Hrapkiewizk dan Leticia 2007). Kelinci sering kali digunakan pada penelitian. Hal tersebut dikarenakan ukuran, kemudahan dalam penanganan, dan relatif mudah dalam pengoleksian darah (Hrapkiewizk dan Leticia 2007). Hingga saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kelinci, beberapa diantaranya merupakan penelitian yang bertujuan mengetahui dosis, efek serta rute pemberian suatu agen anestesi (Gusak at al. 2012), efek vitamin terhadap parameter fisiologi setelah pemberian agen anestesi tertentu (Egwu et al. 2011), serta perbandingan antara penggunaan anestesi pada pemberian berulang (Felzemburgh et al. 2012). Sebaiknya kelinci tidak dipuasakan sebelum dianestesi, karena kelinci tidak dapat muntah. Puasa dibutuhkan saat akan dilakukan penelitian pada bagian pencernaan (Flecknell 2011). Kelinci sangat mudah dikekang, namun harus berhati-hati karena kelinci sangat penakut. Ketika mencoba untuk kabur, kelinci akan berusaha dengan menendang-nendang kaki belakangnya. Hal ini dapat melukai pemegang dan dapat mengakibatkan luka serius bagi kelinci tersebut (seperti fraktur pada tulang belakang bagian lumbal). Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu sangat penting untuk menopang punggung kelinci setiap saat dan jangan pernah meninggalkan kelinci tanpa pengawasan pada meja periksa (Flecknell 2011).

24 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2013 di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor (IPB). Hewan Coba Penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik hewan IPB dengan nomor ACUC 02_2012 IPB. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian adalah 5 ekor kelinci domestik jantan, berusia 1-1,5 tahun, dengan berat badan 2,02±0,15kg. Selama penelitian dilakukan, kelinci dipelihara pada kandang individu di kandang kelinci pada unit pemeliharaan hewan laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Metode Penelitian Tahap aklimatisasi Penanganan awal kelinci yang akan digunakan selama penelitian yaitu aklimasi dengan menggunakan antibiotik enrofloksasin 5 mg/kg berat badan (BB) secara intra muscular (IM) 2x sehari selama 3 hari, ivermectine 0,3 mg/kg BB secara sub cutan (SC) sebagai antiektoparasit, dan mebendazole 50 mg/kg BB secara per oral (PO) sebagai antiendoparasit. Seminggu setelah aklimatisasi dilakukan, setiap kelinci dilakukan pemeriksaan klinis dan darah lengkap. Kelinci yang digunakan adalah kelinci yang dinyatakan sehat dari rangkaian pemeriksaan tersebut. Tahap persiapan Sebelum penelitian dilakukan hewan dicukur pada bagian right thorax, dan telinga, secara berurutan untuk pemeriksaan ekhokardiografi, pemasangan pulse oxymetri. Pada hari-h semua kelinci kembali dilakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan temperatur dengan mengukur temperatur rektal menggunakan termometer digital, menghitung frekuensi denyut jantung dengan auskultasi jantung, menghitung respirasi dengan mengamati gerakan pernafasan pada bagian dada dan perut. Tahap pembiusan Kelinci dibius dengan menggunakan propofol dengan dosis 12,5 mg/kg BB secara intravena (IV). Pada saat hewan telah terbius dilakukan pemasangan kateter 24G pada vena auricularis marginalis yang telah disambungkan dengan larutan infus natrium klorida 0,9%. Aliran infus NaCl adalah 6 ml/kg/jam selama 12 jam. Aliran infus dikontrol oleh pompa infus Japan Medical Supply (JMS) tipe OT-701. Lima hingga sepuluh menit setelah kelinci diinduksi dengan propofol,

25 10 isoflurane dengan konsentrasi 1-3% dialirkan bersama dengan oksigen murni melalui sistem semi tertutup dengan menggunakan masker. Selama proses anestesi berlangsung, ikatan oksigen saturasi dipertahankan tidak kurang dari 95%. Pemeriksaan klinis Selama penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap kelinci. Pengamatan meliputi pengamatan temperatur, frekuensi denyut jantung secara auskultasi, dan pemeriksaan frekuensi respirasi setiap menit. Pemeriksaan temperatur dilakukan secara per rektal dengan menggunakan termometer digital tipe harmed, pemeriksaan frekuensi denyut jantung dilakukan menggunakan stetoskop ABN dengan tipe majestic, sementara pemeriksaan frekuensi respirasi dilakukan dengan menghitung pergerakan thoraks-abdomen. Pemeriksaan dilakukan sebelum hewan diinduksi hingga pembiusan berakhir. Pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit. Pengambilan data tekanan darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan metode non-invasive yang sering digunakan oleh beberapa dokter hewan. Pengukuran menggunakan metode Doppler dengan cuff vet fickemeyer yang ditempatkan pada permukaan kulit mengitari arteri brachialis. Doppler flow detection (model 811-B, Barks Medical Electronics, Inc., Aloha, or USA) menggunakan gelombang ultrasonik digunakan untuk mengamati aliran arteri tersebut. Probe diletakkan pada permukaan kulit yang telah dicukur dan telah diolesi gel USG. Pengambilan data dilakukan pada waktu induksi dan dilanjutkan setiap dua jam setelah pemasangan infus. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali setiap kali pengambilan data. Pemeriksaan ekhokardiografi Pemeriksaan ekhokardiografi dilanjutkan setelah hasil pemeriksaan klinis berada dalam kisaran normal yang kemudian akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ekhokardiografi hewan ditidurkan pada tempat berbaring khusus dengan posisi rebah kanan/right parasternal (RPS), dengan posisi tranduser short axis views. Mesin ultrasonografi yang digunakan selama penelitian adalah Sonodop S-6 X (PT Karindo Alkestron, Indonesia) Gambar 2. (A) Tranduser ultrasonografi linear dengan gel dan (B) Posisi tranduser short axis view pada right parasternal

26 dengan tranduser yang digunakan pada penelitian adalah tranduser linear S/N: dengan frekuensi 3,5-10 MHz. Tranduser diposisikan setelah detak jantung terpalpasi antara intercostae 4-6. Posisi tranduser SA dilakukan untuk mendapatkan pencitraan B-mode, M-mode untuk pengukuran frekuensi denyut jantung, left ventricular internal dimension diastole (LVIDd), left ventricular internal dimension systole (LVIDs), left ventricular free wall diastole (LVWd), left ventricular free wall systole (LVWs), interventricular septum diastole (IVSd), interventricular septum systole (IVSs), fractional shortening (FS), cardiac output (CO) dan stroke volume (SV). Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara mengukur antara dua gelombang R pada tampilan elektrokardiografi pada layar monitor. Interventricular septum diastole (IVDSd) dihitung dengan mengukur jarak interventricular septum pada saat akhir diastol sedangkan interventricular septum systole (IVDSs) dihitung dengan cara mengukur jarak interventricular septum saat akhir sistol. Penghitungan LVIDd dilakukan pada saat akhir diastol sementara LVIDs diukur pada saat sistol. Left ventricular free wall (LVW) dihitung dengan mengukur dinding ventrikel kiri pada saat akhir diastol dan sistol. Data HR, CO, SV, EF dan FS diketahui melalui hasil penghitungan data pada mesin USG. Pengamatan parameter di atas dilakukan tiga kali pengulangan dan data tersimpan pada komputer mesin USG. Pemeriksaan ekhokardiografi dilakukan pada waktu induksi dan dilanjutkan setelah isoflurane dialirkan setiap 2 jam hingga jam ke-12. Tabel 1 Diagram alir penelitian kombinasi propofol dan isoflurane No Kegiatan P I Jam ke Penimbangan 2 Pemeriksaan klinis 3 Induksi awal 4 Saturasi oksigen 5 Pemasangan infus 6 Tekanan darah 7 Ekhokardiografi P: persiapan, I: induksi 11 Analisis Data Data yang diperoleh akan disajikan sebagai rataan±standar deviasi dalam deskriptif naratif secara kualitatif, sedangkan data kuantitatif diuji secara statistik dengan menggunakan penghitungan anova one way. Data dianalisis menggunakan piranti lunak SPSS for windows dan Microsoft Excel.

27

28 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Darah Pengambilan darah dilakukan pada v. auricularis marginalis. Pada sampel darah kelinci tersebut dilakukan pemeriksaan darah lengkap (Tabel 2). Pemeriksaan darah lengkap dilakukan seminggu setelah aklimatisasi dilakukan. Dari hasil pemeriksaan darah dapat diketahui bahwa beberapa kelinci mengalami polisitemia dan anemia ringan. Polisitemia atau peningkatan jumlah eritrosit dapat disebabkan oleh dehidrasi ringan (Cotter 2001). Dehidrasi menyebabkan penurunan plasma darah, sehingga terjadi hemokonsentrasi (Stockham dan Scott 2002). Dehidrasi dapat disebabkan oleh penurunan intensitas minum dari tiap kelinci yang disebabkan oleh stres lingkungan. Selain itu polisitemia juga dapat terjadi akibat stres pada saat pengambilan darah. Pada saat stres, kelinci akan melepaskan epinephrine (Cunninghum dan Klein 2007). Epinephrine akan meningkatkan kontraksi otot polos limpa, sehingga limpa akan melepaskan sejumlah sel darah ke pembuluh darah perifer (Stockham dan Scott 2002). Hasil pemeriksaan darah juga menunjukkan jumlah leukosit berada dibawah kisaran referensi. Penurunan leukosit disebabkan oleh penurunan heterofil. Pada pemeriksaan darah juga diketahui adanya limfositosis dan eosinofilia pada beberapa hewan. Limfositosis dan eosinofilia dapat disebabkan oleh stres akut pada saat pengambilan darah yang disebabkan oleh peningkatan adrenalin (Suckow et al. 2012). Tabel 2 Hasil pemeriksaan darah lengkap kelinci domestik No Jenis pemeriksaan Referensi* 1 Eritrosit (x10 6 /mm 3 ) 5,84 8,03 7,28 5,92 4,60 4,08-6,96 2 PCV (%) ,50 29,25 26,25 NA 3 Haemoglobin (g%) 10,78 12,48 9,8 9,09 9,20 10, Leukosit (x10/mm 3 ) 2,5 7,95 3,25 6,60 2,25 4,2-12,3 5 Heterofil (%) (x10/mm3) 5 381,60 32,50 72,60 11,25 113,4-1156,2 6 Limfosit (%) (x10/mm 3 ) ,65 289,25 580,80 191,25 67,2-86,1 7 Monosit (%) (x10/mm 3 ) 7,50 7,95 3,25 6,60 4, ,9 8 Eosinofil (%) (x10/mm 3 ) 12,50 31, ,6 9 Basofil (%) (x10/mm 3 ) *Sumber: Poljičak-Milas et al (2009)

29 14 Pemeriksaan Klinis sebelum Penelitian Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kondisi awal kelinci yang akan digunakan. Kelinci yang digunakan pada penelitian ini memiliki berat badan 2,02±0,15kg. Hasil pemeriksaan temperatur, frekuensi denyut jantung, dan respirasi secara berurutan adalah 39,26±0,47 o C, 206±20 kali/menit, dan 188±20 kali/menit. Robertshaw (2004) dan Detweiler dan Ericson (2004) menunjukkan hasil pemeriksaan temperatur dan frekuensi denyut jantung pada kelinci coba masih dalam kisaran normal yaitu 38,6-40,1 o C dan kali/menit, sementara hasil pemeriksaan frekuensi respirasi menunjukkan peningkatan yaitu diatas kali/menit (Taylor et al. 2010). Berdasarkan referensi diketahui bahwa temperatur dan frekuensi denyut jantung berada dalam kisaran normal, namun frekuensi respirasi mengalami peningkatan. Peningkatan pada frekuensi respirasi dikenal juga dengan tachypnea. Tachypnea dapat disebabkan oleh faktor fisiologi seperti stres ataupun exercise yang berlebihan pada saat pengambilan hewan coba (Boudarene et al. 2002). Tachypnea mengindikasikan peningkatan kebutuhan oksigen tubuh sehingga mengaktifkan saraf vagus (Yu et al. 2001). Walaupun pada penelitian ini frekuensi denyut jantung masih berada dalam kisaran normal namun peningkatan frekuensi respirasi akan diimbangi dengan peningkatan frekuensi denyut jantung dan CO (Hjortdal et al. 2003). Peningkatan frekuensi denyut jantung dan CO dapat disebabkan oleh peningkatan kinerja saraf vagus (Kobayashi et al. 2006) serta usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh (Cunningham dan Klein 2007). Pada saat hewan stres, medulla adrenalis akan melepaskan epinephrine (E) dan norepinephrine (NE). Pada kondisi stres, ikatan epinephrine dan norepinephrine pada β2-adrenergik yang menyebabkan vasodilasi akan mengalahkan efek ikatan epinephrine dan norepinephrine pada α-adrenergik. Pelepasan epinephrine dan norepinephrine akan menyebabkan dilatasi arteriol pada sistem koronari dan otot skeletal serta dilatasi bronkus, sehingga aliran darah ke jantung dan otot akan meningkat (Cunninghum dan Klein 2007, Grimm dan Wagner 2007). Peningkatan aliran darah akan meningkatkan aliran oksigen (Terakawa et al. 2009). Hewan akan berusaha bernafas sesering mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen (Cunningham dan Klein 2007). Pengamatan Klinis selama Penelitian Pemeriksaan temperatur dilakukan setiap 15 menit selama penelitian berlangsung. Nilai temperatur berada pada kisaran normal pada 30 menit pertama, yaitu pada menit ke 0, ke-15, dan ke-30 yang secara berurutan adalah 39,02; 38,76, dan 38,34 o C. Setelah menit ke-30 temperatur mengalami penurunan dengan cepat hingga menit ke 135 dan relatif stabil hingga jam ke-12. Salah satu efek propofol merupakan merelaksasi otot (Thomas dan Lerche 2011), sehingga mengurangi panas tubuh. Kombinasi propofol dan isoflurane juga menghambat respon pengaturan temperatur tubuh (Carerro dan Fàbregas 2012) dengan mengaktifkan reseptor α-adrenergik perifer (Bandschapp dan Laizzo 2011, Branson 2007). Pengaktifan reseptor α-adrenergik akan menyebabkan vasokontriksi sehingga

30 menghambat aliran darah (Cunningham dan Klein 2007). Kinerja isoflurane terhadap pengaturan temperatur sesuai dengan dosis yang diberikan. Semakin meningkat dosis yang diberikan maka pengaturan temperatur juga akan semakin terhambat (Imamura et al. 2003). Temperatur terendah pada saat penelitian terdapat pada menit ke-330 yaitu 36,40 o C sehingga dapat dikategorikan sebagai hipotermi tingkat ringan. Penurunan temperatur menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05). Pada saat terjadi hipotermi, vasokontriksi pada pembuluh darah perifer akan menghambat aliran darah yang dapat meningkatkan temperatur permukaan tubuh (Branson 2007). Selama penelitian berlangsung, kelinci menggigil pada jam-jam tertentu. Imamura et al (2003) menyatakan bahwa isoflurane menyebabkan kelinci menggigil pada hipotermi ringan. Respon menggigil merupakan salah usaha tubuh untuk meningkatkan temperatur tubuh (Branson 2007, Cunningham dan Klein 2007) yang dipengaruhi oleh saraf otonom (Buggy dan Crossley 2000). 15 Gambar 3. Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap temperatur kelinci domestik selama pengamatan. m: menit ke Temperatur tubuh tidak sama pada tiap bagiannya, permukaan kulit merupakan bagian tubuh yang sering kali mengalami perubahan temperatur (Sessler 2008). Hal ini disebabkan pada kulit terdapat thermoreseptor yang sangat sensitif terhadap perubahan temperatur lingkungan atau obyek yang menempel pada kulit (Akers dan Denbbow 2008). Proses menghilangnya temperatur tubuh dapat melalui proses radiasi, konveksi, evaporasi, dan konduksi (Carero dan Fàbregas 2012). Penurunan temperatur pada kulit akan meningkatkan termosensitiviti hipotalamus. Hipotalamus akan merangsang peningkatan temperatur lokal (Stitt 1976), dengan mendilatasi prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah perifer. Namun demikian kebanyakan pembuluh darah berkontraksi pada daerah yang mengalami hipotermi (Carero dan Fàbregas 2012). Efek yang dapat ditimbulkan dari hipotermi tingkat ringan adalah sedikit peningkatan kontraksi miokardial, peningkatan tekanan darah, penurunan CO, serta peningkatan frekuensi denyut jantung yang disebabkan oleh peningkatan preload (Moore et al. 2011). Pemeriksaan klinis lainnya adalah penghitungan rata-rata frekuensi respirasi permenit, yang juga dilakukan setiap 15 menit selama penelitian berlangsung. Rata-rata frekuensi respirasi yang diperoleh diawali dengan berada pada kisaran normal (45 kali/menit) yang semakin lama semakin meningkat hingga mencapai batas atas nilai normal yaitu 61 kali/menit dan mengalami sedikit penurunan hingga 56 kali/menit menit terakhir. Nilai maksimal dan minimal frekuensi respirasi secara statistik tidak berbeda nyata (P > 0,05) dan

31 16 masih berada dalam kisaran normal frekuensi respirasi kelinci (Taylor et al. 2010). Peningkatan frekuensi respirasi yang perlahan mengindikasikan bahwa semakin lama tubuh kekurangan oksigen yang kemudian diimbangi dengan penarikan oksigen yang lebih sering (Cunningham dan Klein 2007). Gambar 4. Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap frekuensi respirasi kelinci domestik selama pengamatan. m: menit ke Penggunaan propofol pada kelinci yang dikombinasikan dengan anestesi volatil menyebabkan penekanan terhadap sistem respirasi (Chang et al. 2009). Selama penelitian kadar oksigen saturasi diatur dengan nilai minimal 95%, namun pada beberapa hewan menunjukkan gejala dyspnoe yang ditandai dengan respirasi yang dalam dan berat pada jam-jam tertentu. Menurut Takemura et al (2005) isoflurane dapat menyebabkan penyempitan arteri pulmonalis, sehingga dapat menghambat aliran darah paru-paru. Selain itu, aktivitas saraf phrenic merupakan indikator yang baik untuk mengontrol sistem pernafasan (Marinov et al. 2011). Saraf phrenic mengontrol pernafasan dengan mengontrol kontraksi otot diafragma (Frazier dan Revelette 1991). Isoflurane telah diketahui meningkatkan amplitudo saraf phrenic, sehingga meningkatkan frekuensi respirasi (Lazarenko et al. 2010). Respirasi yang dalam dan berat menyebabkan posisi jantung turut bergetar, sehingga pengambilan gambar ekho menjadi lebih sulit.

32 17 Tabel 3 Efek anestesi jangka panjang propofol isoflurane terhadap temperatur ( o C) dan frekuensi respirasi (kali/menit) kelinci domestik terhadap waktu pengamatan Waktu pengamatan (meniit) Temperatur 0 39,02±0,54 e 15 38,76±0,40 de 30 38,34±0,41 cde 45 37,92±0,40 bcde 60 37,60±0,35 abcd 75 37,6±0,36 abcd 90 37,4±0,40 abc ,38±0,55 abc Frekuensi Respirasi 45±7 50±19 49±14 49±9 49±14 42±6 42±6 45±5 Waktu pengamatan (meniit) Temperatur 37,32±0,49 abc 37,12±0,54 abc 37,08±0,55 abc 36.92±0.51 ab 36,76±+0,50 ab 36,8±0,50 ab 36,82±0,57 ab 36,78±0,61 ab Frekuensi Respirasi 44±7 44±8 45±5 43±5 47±12 44±7 44±8 44±8 Waktu pengamatan (meniit) Temperatur 36,76±0,61 ab 36,64±0,75 ab 36,66±0,61 ab 36,66±0,55 ab 36,46±0,66 a 36,62±0,63 ab 36,4±0,81 a 36,56±0,71 ab Frekuensi Respirasi 45±6 46.4±10 46±8 47±6 47±8 44±8 45±9 45±8 Waktu pengamatan (meniit) Temperatur 36,64±0,84 ab 36,52±0,76 a 36,68±0,80 ab 36,68±0,90 ab 36,8±1,01 ab 36,82±0,95 ab 36,9±0,95 ab 36,84±1,00 ab Frekuensi Respirasi 48±13 51±13 52±9 47±7 50±15 49±11 48±8 48±9

33 18 Lanjutan tabel 3 Efek anestesi jangka panjang propofol isoflurane terhadap temperatur ( o C) dan frekuensi respirasi (kali/menit) kelinci domestik terhadap waktu pengamatan Waktu pengamatan (meniit) Temperatur 37,2±1,16 abc 37,06±1,02 abc 36,98±1,18 ab 36,96±1,11 ab 36,98±1,06 ab 36,88±1,07 ab 36,84±1,14 ab 36,96±1,11 ab Frekuensi Respirasi 51±9 49±10 50±10 49±12 52±12 51±9 55.2±13 50±10 Waktu pengamatan (meniit) Temperatur 36,82±1,13 ab 36,74±1,18 ab 37,16±1,21 abc 37,22±1,29 abc 37,18±1,16 abc 37,18±1,08 abc 37,00±1,12 ab 37,06±1,05 abc Frekuensi Respirasi 53±10 58±17 57±14 61±23 55±17 49±6 55±13 53±9 Waktu pengamatan (meniit) 720 Temperatur 37,02±0,97 ab Frekuensi Respirasi 56±12 Data ditampilkan secara kuantitatif dalam Mean ± SD terhadap menit pengamatan; abcde Huruf berbeda menunjukkan adanya perbedaan (P < 0,05).

34 19 Tekanan Darah Sistol Tekanan darah sistol merupakan tekanan darah maksimum yang terjadi saat ventrikel kiri berkontraksi (Cunningham dan Klein 2007). Pada pengamatan tekanan darah selama periode maintenance hingga jam ke-12 diketahui nilai terendah pada jam ke-0 yaitu 75,87±16,91 mmhg, sementara nilai tertinggi didapat pada jam ke-12 yaitu 101,2±31,69 mmhg. Kisaran tekanan darah sistol pada kelinci adalah mmhg (Gillett 1994), sehingga hasil penelitian sedikit mengalami penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah selama penelitian mengalami perbedaan nyata (P < 0,05). Propofol dan isoflurane menyebabkan penurunan tekanan darah sistol (Marano et al. 1996, Plumb 2005, Cruz et al. 2010) yang dipengaruhi oleh dosis dan lama pemberian (Ma et al. 1999). Propofol menyebabkan penurunan tekanan darah sistol yang disebabkan oleh peningkatan saraf simpatis perifer yaitu pada β2-adrenoreseptor (Chang et al. 2010). Pengaktifan β-adrenoseptor perifer akan menyebabkan vasodilatasi arteri dan vena, selain itu penurunan temperatur dan penurunan CO (Branson 2007) akan menyebabkan penurunan tekanan darah sistol. Isoflurane menurunkan resistensi sistemik pembuluh darah dengan menghambat kontraksi miokardium (Izumi et al. 2001). Pada jam-jam terakhir terjadi sedikit peningkatan tekanan darah dan meningkatkan secara signifikan pada jam ke-12. Peningkatan terjadi akibat efek negatif dari penurunan temperatur tubuh serta anestesi propofol dan isoflurane yang meningkatkan konsentrasi norephinephrine (Izumi et al. 2001, Mustafa dan Thulesius 2002). Peningkatan NE mengaktifkan α2-adrenoreseptor sehingga akan menyebabkan vasokontriksi perifer, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan frekuensi denyut jantung (Rang et al. 1995, Mustafa dan Thulesius 2002). Gambar 5. Efek anestesi jangka panjang propofol-isoflurane terhadap tekanan darah sistol kelinci domestik selama pengamatan hingga jam ke-12

35 20 Pengamatan Ketebalan Dinding Pengukuran dimensi otot jantung dilakukan dengan menggunakan ekhokardiografi dengan posisi right parasternal (RPS). Posisi RPS yang biasa digunakan untuk mengamati dan mengukur ketebalan dinding jantung bagian kiri (Pennick dan d Anjou 2008). Ekhogram yang didapat tergantung pada arah gelombang ekho dan waktu pengambilan data (Noviana et al. 2012). Ekhogram yang didapat pada penelitian adalah ekhogram dengan menggunakan B-mode untuk mengamati bentuk dan pergerakan jantung secara langsung, dan M-mode untuk mengetahui ketebalan jaringan dengan menggunakan satu gelombang ekho (Gambar 6) (Fuentes 2008). Pada ekhogram B-mode (Gambar 6A), bagian jantung digambarkan dengan berbagai tingkatan ekhogenitas. Bentuk serta tingkatan ekhogenitas jantung kelinci sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan yaitu pada anjing dan kuncing (Noviana et al. 2011, Noviana dan Kurniawan 2013). Dinding ventrikel kiri dan septa interventrikular digambarkan dengan warna abu-abu karena tersusun dari jaringan otot, dimensi ruang ventrikel kiri berwarna hitam karena tersusun dari cairan. Perbedaan tampilan pada tiap bagian disebabkan oleh perbedaan ekhogenitas yang dipengaruhi oleh derajat atau intensitas ekho yang kembali menuju tranduser berdasarkan struktur jaringan. Semakin tinggi tingkat ekhogenitas maka semakin tinggi pula gelombang yang dipantulkan (Noviana et al. 2012). Acoustic enhancement juga nampak pada gambaran B-mode. Artefak ini biasa muncul pada bagian distal dari jaringan yang meneruskan gelombang tanpa adanya pemantulan * seperti pada jaringan yang terdiri dari cairan (Sites et al. 2007). Gambar 6. Pengamatan ekhokardiografi kelinci domestik terhadap struktur jantung dibawah pengaruh anestesi propofol-isoflurane. A. B-mode, B. M-mode, IVS: Interventricular septum, LVID: Left ventricular internal dimension, LVW: Left ventricular free wall, * acoustic enhancement Pengukuran struktur jantung dilakukan melalui M-mode (Gambar 6.B). Hal ini disebabkan B-mode hanya dapat digunakan untuk melihat bentuk, pergerakan otot serta katup jantung namun tidak akurat dalam pengukuran struktur jantung saat sistol dan diastol (Pennick dan d Anjou 2008). Pengukuran M-mode dilakukan pada fase induksi dan dilanjutkan setiap dua jam hingga fase maintenance berakhir yaitu jam ke dua belas. Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa ukuran IVS, LVID dan LVW saat sistol dan diastol relatif konstan namun berbeda nyata (P < 0,05), terkecuali IVS saat sistol.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pemeriksaan Klinis dan Tekanan Darah

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pemeriksaan Klinis dan Tekanan Darah METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Desember 00 di Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di klinik Animal Clinic My Vets Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Alat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Pemeriksaan Fisik dan Jantung Hasil pemeriksaan fisik yang meliputi suhu tubuh, frekuensi nafas dan frekuensi jantung menunjukkan bahwa kelima hewan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Pamulang stable Ciputat dan Aragon stable Lembang pada bulan November 2010 - Januari 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik Secara Ekhokardiogram pada Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang

Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik Secara Ekhokardiogram pada Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang ISSN : 1411-8327 Gambaran Fungsi Jantung Kelinci Domestik Secara Ekhokardiogram pada Anestesi Propofol dan Isoflurane Jangka Panjang (ECHOCARDIOGRAM PROFILE OF CARDIAC FUNCTION IN DOMESTIC RABBITS DURING

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Kuda Pacu Indonesia (KPI) KPI didefinisikan sebagai hasil persilangan antara kuda betina G3 dan pejantan G3, betina G4 dan pejantan G4, atau betina G3 dan pejantan G4 (Soehadji

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pemeriksaan keadaan umum dan klinis yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari setiap anjing yang dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Hasil pemeriksaan keadaan umum tersebut

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Katup aorta memiliki tiga daun katup berbentuk setengah bulan sehingga disebut sebagai katup semilunar. Ketiga daun katup terdiri atas: right coronary (RC), left coronary (LC),

Lebih terperinci

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK

MONITORING HEMODINAMIK MONITORING HEMODINAMIK DEFINISI Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Monitoring

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anestesi umum merupakan teknik yang sering dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. 1 Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. 2 Idealnya induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply BAB I PENDAHULUAN Darah memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Kekurangan oksigen dalam darah bisa membuat tubuh mengalami masalah serius. Selain olahraga dan transfusi darah, nutrisi tertentu

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS ALAT PEREDARAN DARAH JANTUNG PEMBULUH DARAH KAPILER DARAH JANTUNG JANTUNG ATAU HEART MERUPAKAN SALAH SATU ORGAN YANG PENTING DALAM KELANGSUNGAN HIDUP KITA. TELAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang Anestesi adalah hilangnya rasa sakit yang disertai atau tanpa disertai hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs)

ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs) ANESTESI INFUS GRAVIMETRIK PADA ANJING (The Gravimetric Infuson Anaesthesia in Dogs) I Gusti Ngurah Sudisma 1), Setyo Widodo 2), Dondin Sajuthi 2), Harry Soehartono 2), Putu Yudhi Arjentinia 1) 1) Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propofol telah digunakan secara luas untuk induksi dan pemeliharaan dalam anestesi umum. Obat ini mempunyai banyak keuntungan seperti mula aksi yang cepat dan pemulihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam detak per menit atau beats per minute (bpm). Frekuensi denyut jantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam detak per menit atau beats per minute (bpm). Frekuensi denyut jantung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologis Sistem Kardiovaskuler dan Pernafasan (Kardiorespirasi) 2.1.1. Heart Rate/Frekuensi Denyut Jantung Heart rate adalah jumlah detak jantung per satuan waktu, biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Organ Sistem Peredaran darah: darah, jantung, dan pembuluh. 1. Darah, tersusun atas: a. Sel-sel darah: 1) Sel darah merah (eritrosit) 2) Sel darah putih (leukosit) 3)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Anestesi merupakan tahapan yang sangat penting dan strategis pada tindakan pembedahan, karena pembedahan tidak dapat dilakukan bila belum dilaksanakan anestesi. Sejarah membuktikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur tubuh hewan merupakan keseimbangan antara produksi panas tubuh yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan 71 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Data penggunaan bahan anestetika diperoleh dari kuesioner yang diedarkan secara acak kepada 87 Dokter Hewan praktek melalui survei secara acak dari tempat

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model 50 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 1. Pemberian sediaan poliherbal menurunkan tekanan darah tikus model hipertensi pada dosis 126 mg/kgbb dan 252 mg/kgbb dibandingkan kontrol negatif. 2. Pemberian

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

ABSTRAK. EFEK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH ABSTRAK EFEK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Felisia, 1110002 Pembimbing : Ellya Rosa Delima, dr, M.Kes. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Variabel yang diamati : Gambar 5 Alur penelitian terhadap babi A, B, dan C 1. Gejala pada saat periode induksi 2. Onset anestesi 3. Durasi anestesi 4. Temperatur tubuh ( o C) 5. Frekuensi denyut jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat dari otot. Jantung merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia yang berperan dalam

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) VII

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) VII SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) VII A. 1. Pokok Bahasan : Sistem pernafasan dan peredaran darah A.2. Pertemuan minggu ke : 10 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan 1. Anatomi system pernafasan 2. Proses pernafasan

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Prinsip dasar sistem sirkulasi Hanya dapat berlangsung jika ada pompa (satu atau lebih) dan saluran di mana darah

Lebih terperinci

PENCITRAAN MOTION-MODE DAN COLOR FLOW DOPPLER ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR FETUS KUCING (Felis catus)

PENCITRAAN MOTION-MODE DAN COLOR FLOW DOPPLER ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR FETUS KUCING (Felis catus) PENCITRAAN MOTION-MODE DAN COLOR FLOW DOPPLER ULTRASONOGRAFI DALAM PENGAMATAN PERKEMBANGAN ORGAN KARDIOVASKULAR FETUS KUCING (Felis catus) SABRINA TRISNANDA DACHLAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin. 11,12 Poplack dan Varat menyatakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Anestesi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum pemberian agen anestesi seperti obat analgesik yang dapat menghilangkan rasa sakit, sementara obat-obat

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner Pengertian Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di dalam mediastinum di

Lebih terperinci

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG

LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG LAPORAN FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM 2 PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI PADA ORANG MARIA ANGELINA SITORUS NPM.153112620120027 FAKULTAS BIOLOGI PROGRAM STUDI BIOMEDIK UNIVERSITAS NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi. Obat analgesik akan menghilangkan rasa sakit, sementara obat tranquilliser akan menenangkan hewan

Lebih terperinci

Sistem Pernapasan - 2

Sistem Pernapasan - 2 Anatomi sistem pernapasan Proses inspirasi dan ekspirasi Definisi pernapasan Eksternal Internal Mekanik pernapasan Inspirasi dan ekspirasi Peran otot pernapasan Transport gas pernapasan Ventilasi, difusi,

Lebih terperinci

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan

Lebih terperinci

GAMBARAN FUNGSI JANTUNG KELINCI DOMESTIK PADA PEMBIUSAN JANGKA PANJANG XYLAZIN- KETAMIN DENGAN PENCITRAAN EKHOKARDIOGRAFI SEPTIANA EKA SARI

GAMBARAN FUNGSI JANTUNG KELINCI DOMESTIK PADA PEMBIUSAN JANGKA PANJANG XYLAZIN- KETAMIN DENGAN PENCITRAAN EKHOKARDIOGRAFI SEPTIANA EKA SARI GAMBARAN FUNGSI JANTUNG KELINCI DOMESTIK PADA PEMBIUSAN JANGKA PANJANG XYLAZIN- KETAMIN DENGAN PENCITRAAN EKHOKARDIOGRAFI SEPTIANA EKA SARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

2. PERFUSI PARU - PARU

2. PERFUSI PARU - PARU terapi oksigen TAHAPAN RESPIRASI 1. VENTILASI 2. PERFUSI PARU - PARU 3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU 4. TRANSPORT OKSIGEN 5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE ) Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering

Lebih terperinci

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia Author : Chaidar Warianto Publish : 31-05-2011 21:35:25 Pendahuluan Di dalam tubuh manusia, darah mengalir keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara terusmenerus

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Data Hasil Penelitian Uji perbandingan antara keempat kelompok sebelum perlakuan menggunakan uji One Way Anova. Rerata tekanan darah sistolik kelompok kontrol adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah proses pembedahan yang memberikan tantangan luar biasa terhadap mekanisme hemostasis tubuh karena jaringan di dalam mulut memiliki vaskularisasi

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga 5 2.2. Cara Kerja Jantung Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Penentuan Tekanan Darah, Denyut Nadi, dan Golongan Darah yang disusun oleh: N

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Penentuan Tekanan Darah, Denyut Nadi, dan Golongan Darah yang disusun oleh: N LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (PENENTUAN TEKANAN DARAH, DENYUT NADI, DAN GOLONGAN DARAH) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Domba garut memiliki sifat profilik atau memiliki anak lebih dari satu dengan jumlah anak perkelahiran ialah 1.97 ekor. Domba garut merupakan domba yang berasal dari persilangan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH (Curcuma zedoariae (Berg.) Roscoe) TERHADAP GAMBARAN KLINIS PRE DAN POST OPERASI PADA KELINCI YANG DIINDUKSI TUMOR HERYUDIANTO VIBOWO FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983).

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anestesi adalah tahapan yang sangat penting pada prosedur pembedahan. Prosedur awal pembedahan harus didahului dengan pemberian anestesi karena pembedahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat onset, durasi, kematian dan tahapan anestesi Acepromazine (ACP). Selanjutnya, hasil penelitian dengan menggunakan ACP yang diberikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

Zat Cair. Gas 12/14/2011

Zat Cair. Gas 12/14/2011 Fluida adalah zat yang dapat mengalir atau sering disebut Zat Alir. Jadi perkataan fluida dapat mencakup zat cair atau gas. Dewi Baririet Baroroh Basic Science of Nursing 1 Free FIKES Powerpoint UMMTemplates

Lebih terperinci

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp FISIOLOGI PEMBULUH DARAH Kuntarti, SKp Overview Struktur & Fungsi Pembuluh Darah Menjamin keadekuatan suplay materi yg dibutuhkan jaringan tubuh, mendistribusikannya, & membuang zat sisa metabolisme Sebagai

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan bahan bakar universal

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan bahan bakar universal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Glukosa darah atau sering disebut gula darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi

Lebih terperinci

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH DAN PENGATURAN TEKANAN DARAH

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH DAN PENGATURAN TEKANAN DARAH FISIOLOGI PEMBULUH DARAH DAN PENGATURAN TEKANAN DARAH ARTERI Membawa darah dari jantung ke seluruh jaringan tubuh Katup (-) Arteriol : arteri terkecil Anastomosis : persatuan cabang cabang arteri END ARTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi menurut kriteria JNC VII (The Seventh Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure), 2003, didefinisikan

Lebih terperinci

Informed Consent Penelitian

Informed Consent Penelitian 62 Lampiran 1. Lembar Kerja Penelitian Informed Consent Penelitian Yth. Bapak/Ibu.. Perkenalkan saya dr. Ahmad Handayani, akan melakukan penelitian yang berjudul Peran Indeks Syok Sebagai Prediktor Kejadian

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO SISTEM SIRKULASI 1. Darah 2. Alat Peredaran Darah 3. Proses Peredaran Darah 4. Peredaran Darah Hewan 5. Kelainan Dan Penyakit 1. DARAH Cairan yang berwarna merah

Lebih terperinci

MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING

MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING Anggi Faizal Handuto 22020111130034 Nunung Hidayati 22020111130086 Nurul Imaroh 22020111130044 Nur Alifah

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH

ABSTRAK. EFEK AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH ABSTRAK EFEK AIR KELAPA (Cocos nucifera L.) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH Paramitha Setiadi, 2013 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., M.Kes.,AIF Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap prosedur pembedahan harus menjalani anestesi dan melalui tahap pasca bedah, maka setiap pasien yang selesai menjalani operasi dengan anestesi umum

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5 1. Eritrosit adalah... SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5 Sel darah merah Sel darah putih Keping darah Protein Jawaban a Sudah jelas 2. Golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya

Lebih terperinci

FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI

FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI Muhammad Reza Jaelani LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI II I. Acara Latihan Pengukuran Secra Tak Langsung Tekanan Darah Arteri pada Orang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestesi digunakan secara luas dalam bidang kedokteran hewan seperti menghilangkan nyeri dan kesadaran pada tindakan pembedahan, pengendalian hewan (restraint), keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu dari tumbuhan yang paling banyak manfaatnya di dunia, khususnya di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah ditemukan,

Lebih terperinci

BAB IX PEMERIKSAAN JANTUNG

BAB IX PEMERIKSAAN JANTUNG BAB IX PEMERIKSAAN JANTUNG A. PENDARULUAN Jantung dan pembuluh darah merupakan dua komponen struktural sistem peredaran darah yang berperan dalam mempertahankan sirkulasi darah sehingga pertukaran oksigen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi ini terjadi perubahan struktur katup mitral yang menyebabkan gangguan pembukaan, sehingga aliran

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Hewan Uji

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Hewan Uji BAB 3 PERCOBAAN Alat, bahan, dan hewan uji yang diperlukan dalam percobaan dijelaskan dalam bab ini. Prosedur yang dilakukan meliputi penyiapan bahan tanaman, pembuatan jus, orientasi pembuatan model tikus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing merupakan hewan peliharaan yang paling populer hampir di seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga memiliki jiwa pengabdian

Lebih terperinci

6. Siklus peredaran darah besar meliputi... a. ventrikel kiri - nadi - seluruh tubuh - atrium kanan

6. Siklus peredaran darah besar meliputi... a. ventrikel kiri - nadi - seluruh tubuh - atrium kanan 1. Zat-zat berikut terlibat aktif dalam proses pembekuan darah, kecuali... a. vitamin K b. fibrinogen c. ion Ca d. hemoglobin e. protombin 2. Katup trikuspid pada jantung terletak di antara... a. Atrium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang anestesiologis, mahir dalam penatalaksanaan jalan nafas merupakan kemampuan yang sangat penting. Salah satu tindakan manajemen jalan nafas adalah tindakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kuda

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kuda 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kuda Menurut Klappenbach (2010), secara ilmiah kuda diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Perissodactyla Family :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya agen inhalasi yang baru, desflurane dan sevoflurane, muncul permasalahan baru yang dikenal dengan agitasi pulih sadar. Agitasi pulih sadar didefinisikan

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari sonogram organ hati dan kantung empedu serta ukuran atau lebar organ hati, ketebalan dinding kantung empedu, dan diameter

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT George Hagi, 2011 Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Efek Passive Leg Raising dengan Berbagai Sudut Kemiringan Pengangkatan Kaki Terhadap Peningkatan Tekanan Darah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2012 Oleh : MEY MERRY SIDAURUK 110100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI

POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI POTENSI HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL QAMARUDDIN ARYADI PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

SISTEM CARDIO VASCULAR

SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASCULAR SISTEM CARDIO VASKULAR PENDAHULUAN ANATOMI JANTUNG FUNGSI UTAMA DAN MANFAAT DENYUT JANTUNG SIFAT OTOT JANTUNG GERAKAN JANTUNG FUNGSI JARINGAN VASKULAR ANATOMI JARINGAN VASKULAR DARAH

Lebih terperinci