BAB I PENDAHULUAN. pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983).

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anestesi adalah tahapan yang sangat penting pada prosedur pembedahan. Prosedur awal pembedahan harus didahului dengan pemberian anestesi karena pembedahan belum bisa dilakukan tanpa anestesi (Hall dan Clarke, 1983). Anestesi merupakan keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi atau penekanan sensori pada syaraf. Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP) secara reversibel (Adams, 2001). Anestesi yang paling banyak dan umum digunakan pada anjing adalah injeksi kombinasi xilasin dan ketamin. Kombinasi xilasin-ketamin merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara efek analgesik, sedasi dan relaksasi otot. Ketamin memberikan efek analgesik yang baik dan kuat sedangkan xilasin menyebabkan sedasi dan relaksasi otot yang baik (Walter, 1985). Penggunaan xilasin juga dapat meningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh penggunaan ketamin (warren, 1983). Tetapi penggunaan xilasin pada anjing dapat menyebabkan muntah dan bradikardi. Hal ini dapat dicegah melalui pemberian dengan ketamin secara bersamaan sehingga dapat menurunkan pengaruh bradikardi dari xilasin (Bishop, 1996). Anestesi ketamin dapat meningkatkan ketegangan otot, hipersalivasi, takikardi, nyeri pada tempat penyuntikan, 1

2 2 anestesinya singkat dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan bahkan membahayakan (Jones et al., 1997). Jadi efek samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan ini dapat diatasi dengan melakukan balance anestesi yaitu mengkombinasikan obat-obatan sehingga dapat mengambil kelebihan masing-masing sifat yang diharapkan (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Kombinasi anestesi injeksi menghasilkan anestesi yang tidak stabil dan apabila proses pembedahan belum selesai diperlukan penggulangan pemberian untuk menjaga stabilitas fase anestesi sehingga dihasilkan durasi yang lebih lama dan stabil (Cunningham, J.G. 1992). Pemberian anestesi umum dapat menyebabkan terjadinya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah limpa dan kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya banyak darah yang mengumpul di pembuluh darah limpa dan karena limpa merupakan organ reservoar darah terpenting yaitu ditandai dengan pembesaran limpa. Selain itu anestesi umum juga dapat menimbulkan kemampuan jantung dalam memompa darah menurun sehingga curah jantung (out put) juga menurun (Schlm, 1986). Pemantauan keamanan anestesi dan pemantauan sistem vital kardiovaskuler sangat penting dilakukan terhadap gambaran darah (total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit). Anestesi umum sangat berpengaruh terhadap darah, apalagi anestesi umum dengan menggunakan injeksi berulang xilasin-ketamin melalui subkutan. Tetapi belum banyak dilaporkan seberapa besar pengaruhnya terhadap status hematologi (total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit) anjing lokal. Untuk itu, dilakukan

3 3 penelitian gambaran status hematologi anjing selama dianestesi dengan pengulangan kombinasi xilasin-ketamin secara subkutan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah injeksi xilasin-ketamin (dicampur) secara subkutan berpengaruh pada total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit? 2. Apakah injeksi xilasin-ketamin (dipisah) secara subkutan berpengaruh pada total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit dengan kelompok kontrol? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran darah (total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit) injeksi xilasin-ketamin (dicampur) secara subkutan dengan kelompok kontrol. 2. Untuk mengetahui gambaran darah (total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit) injeksi xilasin-ketamin (dipisah) secara subkutan dengan kelompok kontrol.

4 4 1.4 Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan informasi mengenai gambaran darah (total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit) injeksi xilasin-ketamin (dicampur) secara subkutan dengan kelompok kontrol. 2. Dapat memberikan informasi mengenai gambaran darah (total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit) injeksi xilasin-ketamin (dipisah) secara subkutan dengan kelompok kontrol. 3. Menambah pengetahuan dalam dunia Kedokteran Hewan. 1.5 Kerangka Pemikiran Ketamin merupakan agen anastesi yang sering digunakan dalam dunia veteriner. Ketamin mempunyai sifat analgesik yang sangat kuat dan anastetik dengan kerja singkat (Adams, 2001; Sulistia, 1987). Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik yang bekerja menghambat efek asetikolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos (Achmad, 1986). Xilasin merupakan sedatif non narkotik yang poten dan analgesik serta merupakan relaksan muskulus yang baik. Sel darah mengalami lisis yang berupa peristiwa menggelembungnya sel darah sehingga pecah disebabkan oleh air yang masuk kedalam sel. Lisis pada darah disebut hemolisis yang dapat diartikan sebagai pecahnya eritrosit sel karena air masuk kedalam eritrosit. Hal ini mengacu pada kerusakan membran eritrosit yang menyebabkan pelepasan hemoglobin dan komponen internal lainnya. Beberapa zat yang dapat meningkatkan hemolisis pada sel darah seperti aspartat

5 5 aminotransferase (AST), γ-glutamyltransferase (γ-gt), hydrochloride dan amino (Burns ER, Yoshikawa N 2002). Hal ini berhubungan dengan xilasin-ketamin dimana agen anestesi ini mengandung amino dan yang dapat meningkatkan terjadinya hemolisis pada sel darah merah yang akan berpengaruh pada total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit (Lemery, 1998). Menurut penelitian Rietkerk dan Delima, (1994) pemberian dosis kombinasi xilasin dan ketamin pada rusa menunjukkan terjadinya penurunan total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit. Namun tidak menunjukkan adanya penurunan yang signifikan. Stabilnya jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit dapat disebabkan karena kondisi hewan yang sehat pada saat penelitian dan kecilnya pengaruh pemberian agen anestesi xilasin dan ketamin pada dosis yang normal. Namun injeksi xilasin-ketamin dicampur dan dipisah secara subkutan memungkinkan akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit yang lebih nyata ( Lum dan Jones, 1984). 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Injeksi xilasin-ketamin (dicampur) secara subkutan tidak berpengaruh terhadap total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit pada anjing lokal.

6 6 2. Injeksi xilasin-ketamin (dipisah) secara subkutan tidak berpengaruh terhadap total eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit pada anjing lokal.