Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI?"

Transkripsi

1 MASUKAN KANTOR KONSULTAN JAMINAN SOSIAL MARTABAT: Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI? Oleh: ASIH EKA PUTRI A. A. OKA MAHENDRA Ruang KK 2, Gedung Bundar DPR RI 9 Juni 2010 Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 1

2 I. Pokok-pokok pikiran terkait UU SJSN: a. UU SJSN membuka peluang sangat mendasar dan luas untuk membangun solidaritas sosial nasinal dengan berbagi tanggung jawab antar pemangku kepentingan; b. UU SJSN dapat memperkuat kesatuan dan persatuan masyarakat sepanjang UU SJSN dilaksanakan secara konsisten. c. UU SJSN masih menyimpan banyak masalah karena: i. UU SJSN tidak tegas menetapkan kedudukan peraturan perundangan terkait penyelenggaraan jaminan sosial yang telah berlaku efektif sebelum UU SJSN ditetapkan; ii. Banyak pasal UU SJSN yang tidak jelas definisi operasionalnya dan substansi masih sangat umum; iii. Peraturan pelaksanaan UU SJSN tersebar mulai UU hingga peraturan yang lebih rendah dari UU, bahkan ada yang diatur dalam peraturan perundangan lain di luar UU SJSN. iv. Putusan MK atas perkara No. 007/PUU-III/2005 mempersulit transformasi jaminan sosial karena menuntut keseimbangan relasi antara otonomi daerah dan homogenitas sistem jaminan sosial. v. Putusan MK mempertegas keterlibatan Pemerintah Daerah dalam pembangunan jaminan sosial, namun mekanisme untuk menjaga standar penyelenggaraan jaminan sosial dan solidaritas nasional tidak diatur dengan tegas. vi. Implementasi UU SJSN menuntut tersedianya administrasi publik, administrasi jaminan sosial dan masyarakat yang berfungsi aktif dan efektif. d. TRANSFORMASI penyelenggaraan jaminan sosial dari 4 BUMN Persero menuju badan publik nir laba belum diatur dengan rinci dalam UU SJSN. Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 2

3 II. UU (RUU) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial : a. Dasar hukum pembentukannya adalah UU SJSN Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 52 ayat (2); b. Tujuan dan sasaran UU BPJS hendaknya untuk: i. Melaksanakan perintah Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 52 ayat (2); ii. Melaksanakan Keputusan MK atas Perkara No. 007/PUU-III/2005 untuk membuka peluang Pemerintah Daerah mengembangkan sistem jaminan sosial iii. Menyesuaikan kondisi pengaturan program jaminan sosial sesuai dengan prinsip-prinsip jaminan sosial (Pasal 4 UU SJSN) iv. Memberikan kepastian hukum penyelenggaraan jaminan sosial nasional v. Menyusun kembali penyelenggaraan program-program jaminan sosial oleh badan penyelenggara sesuai dengan standar kompetensi dan profesionalitas agar mampu memperluas kepesertaan, manfaat dan kualitas program untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat yang layak vi. Menyesuaikan struktur, organisasi, tata kerja, mekanisme, dan manajemen pengelolaan dana jaminan sosial sesuai dengan prinsip tata kelola publik yang baik. c. Ruang lingkup pengaturan UU BPJS hendaknya mencakup: i. Pengaturan pembentukan, tugas pokok, fungsi, organisasi dan mekanisme kerja BPJS sebagai pengelola dana amanah publik; ii. Pengahiran empat BUMN Persero dari kewajiban mengelola dana jaminan sosial sebagai kekayaan negara yang dipisahkan sebagaimana kekayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN iii. Pengaturan norma standar pembentukan BPJS termasuk badan penyelenggara yang dapat dibentuk dengan Peraturan Daerah dengan memenuhi ketentuan: 1. Pasal 23A UUD 1945 yang menentukan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan UU; Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 3

4 2. Pasal 5 UU SJSN yang mengatur BPJS 3. Pasal 157 huruf a angka 3 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah untuk memastikan bahwa dana amanah tidak dapat dikatagorikan dalam pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah uang dipisahkan. d. Arah Pengaturan UU BPJS hendaknya untuk : i. MENTRANSFORMASIKAN 4 BUMN menjadi BPJS tingkat Nasional (BPJSN) 1. Menegaskan pembentukan BPJS tingkat Nasional; 2. Menetapkan status BPJN sebagai badan hukum publik yang bersifat nirlaba untuk menyelenggarakan jaminan sosial dalam memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta; 3. Mengatur kembali penyelenggaraan program oleh BPJSN 4. Mengatur kembali pengelolaan dana jaminan sosial untuk memenuhi mandat publik untuk mengelola dana amanat milik seluruh peserta yang dihimpun dari iuran peserta dan hasil pengembangannya untuk: a. Pembayaran manfaat kepada peserta b. Pembayaran manajemen penyelenggaraan program jaminan sosial 5. Membangun kembali struktur organisasi BPJSN yang ramping dan kaya fungsi serta standar penyelenggaraan dan prosedur kerja BPJS yang sesuai dengan tata kelola publik yang baik. ii. MEMBERI KEPASTIAN HUKUM untuk proses transformasi dari penyelenggaraan jaminan sosial oleh BUMN menuju penyelenggaraan berbasis dana amanah; iii. MEMBANGUN AKUNTABILITAS SISTEM dengan mengikutsertakan seluruh tingkat pemerintahan, DJSN, BPJS di tingkat nasional dan daerah; Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 4

5 iv. MEMBERI ARAH PENDIRIAN BPJS TINGKAT DAERAH sebagai pelaksanaan Putusan MK atas perkara No. 007/PUU-III/ Pendirian Badan Penyelenggra Jaminan Sosial Tingkat Daerah dengan Peraturan Daerah 2. Ruang lingkup program dibatasi untuk penyelenggaraan program jaminan sosial untuk masyarakat yang iurannya dibiayai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 3. Norma, standar dan prosedur pendirian BPJSD untuk memenuhi prinsip-prinsip jamina sosial 4. Organ BPJSD 5. Hubungan kelembagaan dengan Pemerintah, DJSN, Pemerintah Daerah dan BPJS Nasional 6. Pendirian Asosiasi BPJSD v. MENETAPKAN MEKANISME PENGAWASAN pelaksanaan program jaminan sosial dengan memberikan peranan kepada Pemerintah Daerah melalui Sekretariat DJSN di Daerah vi. MEMBANGUN SISTEM MANAJEMEN INFORMASI BPJSN dan BPJSD vii. MEMBANGUN SISTEM PENYELESAIAN KELUHAN DAN SENGKETA dalam penyelenggaraan program jaminan sosial. Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 5

6 III. OPSI-OPSI BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL NASIONAL (BPJSN) a. TUJUAN merumuskan opsi-opsi BPJSN adalah untuk memberikan pertimbangan dalam mentransformasikan keempat BUMN Persero penyelenggara jaminan sosial menuju BPJSN berikut cakupan peserta dan cakupan program b. PENGERTIAN BPJSN adalah badan hukum bersifat nirlaba yang harus dibentuk dengan undang-undang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial bagi seluruh penduduk di wilayah NKRI. c. PENGERITAN BPJS Tingkat Daerah, adalah subsistem penyelenggaraan jaminan sosial di tingkat daerah berdasarkan UU SJSN pasca Putusan MK atas perkara No. 007/PUU-III/2005 d. OPSI-OPSI TRANSFORMASI BPJSN: OPSI yang disarankan adalah penyelenggaraan oleh beberapa badan penyelenggara (multi social insurance administering instituitions) SELURUH OPSI memiliki kesamaan yaitu pengalihan BUMN Persero menjadi Badan Publik Nirlaba, perbedaan terletak pada program dan kelopok warga negara yang dikelola. i. Transformasi OPTIMUM, 1. Ciri: a. Mentransformasi BUMN Persero menjadi BPJS nirlaba b. menyusun kembali penyelenggaraan program untuk seluruh kelompok warga negara dengan membentuk SATU BPJS untuk MENYELENGGARAKAN SATU PROGRAM; c. Perluasan jangkauan kepesertaan mencapai seluruh warga negara dan bahkan penduduk; d. Penyamaan manfaat program bagi seluruh warga negara bahkan penduduk; e. Tentara Aktif dan POLRI Aktif tidak diikutsertakan dalam Program Jaminan Kesehatan dan Jaminan Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 6

7 Kecelakaan Kerja, dikelola mandiri oleh Mabes ABRI/POLRI. 2. Dibentuk Empat BPJSN terdiri dari: a. BPJS Jaminan Kesehatan, untuk seluruh penduduk kecuali PN TNI Aktif dan POLRI Aktif b. BPJS Jaminan Kecelakaan Kerja, untuk seluruh penduduk kecuali PN TNI Aktif dan POLRI Aktif c. BPJS Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian untuk seluruh penduduk kecuali PNS, TNI dan POLRI d. BPJS Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Kematian untuk PNS, TNI dan POLRI ii. Transformasi EVOLUSIONER, 1. Ciri: a. Mentransformasi BUMN Persero menjadi BPJS nirlaba b. melanjutkan segmentasi program dan segmentasi peserta sesuai dengan kondisi saat ini c. memperluas jangkauan program dengan menambahkan program jaminan pensiun pekerja swasta dan mandiri pada BPJS JAMSOSTEK dan kecelakaan kerja pada BPJS ASKES. d. Memperluas kepesertaan dengan mengikutsertakan kelompok pekerja informal/mandiri pada seluruh program Jamsostek e. Tentara Aktif dan POLRI Aktif tidak diikutsertakan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Kecelakaan Kerja Nasional, dikelola mandiri oleh Mabes ABRI/POLRI. Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 7

8 2. Dibentuk Empat BPJSN terdiri dari: a. BPJS ASKES menyelenggarakan i. Jaminan Kesehatan untuk PNS, Pejabat Negara, Pensiunan PNS, Pensiunan Pejabat Negara, Pensiunan TNI, POLRI, Veteran, Istri/Suami TNI POLRI bukan TNI/POLRI Aktif, Anak TNI/POLRI, Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial (PBIJS) ii. Jaminan Kecelakaan kerja untuk PNS dan Pejabat Negara b. BPJS JAMSOSTEK menyelenggarakan 5 program untuk pekerja swasta formal, informal, i. Jaminan Kesehatan ii. Kecelakaan Kerja iii. Jaminan Hari Tua iv. Jaminan Pensiun v. Jaminan Kematian c. BPJS TASPEN menyelenggarakan tiga program jaminan sosial manfaat jangka panjang untuk PNS i. Jaminan Pensiun ii. Jaminan Hari Tua iii. Jaminan Kematian d. BPJS ASABRI menyelenggarakan tiga program jaminan sosial manfaat jangka panjang untuk TNI dan POLRI: Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kematian Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 8

9 iii. Transformasi RASIONAL 1. Ciri: a. Mentransformasi BUMN Persero menjadi BPJS nirlaba b. Perluasan kepesertaan dan penyeragaman manfaat dengan menyusun kembali penyelenggaraan program untuk seluruh warga negara c. Pembagian kelompok warga negara/penduduk ke dalam dua kelompok yaitu: i. kelompok penduduk yang menerima pembayaran iuran dari pemerintah (APBN/APBD)baik pemerintah sebagai pemberi kerja atau sebagai pengiur PBIJS ii. kelompok penduduk yang tidak mendapatkan subsidi iuran; d. TNI aktif dan POLRI aktif beserta pasangan dan anggota keluarga diikutsertakan dalam program jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja 2. Dibentuk Tiga BPJSN: a. BPJS ASKES mengelola dana peserta bersumber dari APBN/APBD untuk penyelenggaraan: i. Program jaminan kesehatan untuk PNS, TNI- POLRI aktif, Pejabat Negara, Pensiunan PNS- TNI-POLRI, Veteran, Penerima Bantuan Iuran JS (PBIJS) ii. Program Jaminan Kecelakaan Kerja untuk PNS, TNI-POLRI, Pejabat Negara b. BPJS TASPEN-ASABRI (merjer) mengelola dana peserta bersumber dari APBN/APBD untuk penyelenggaraan: i. Program Jaminan Pensiun PNS,TNI,POLRI, Pejabat Negara ii. Program Jaminan Hari Tua PNS,TNI,POLRI, Pejabat Negara Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 9

10 iii. Program Jaminan Kematian PNS,TNI,POLRI, Pejabat Negara c. BPJS JAMSOSTEK mengelola dana peserta bersumber mandiri dari pekerja dan pemberi kerja untuk penyelenggaraan: i. Jaminan Kesehatan ii. Kecelakaan Kerja iii. Jaminan Hari Tua iv. Jaminan Pensiun v. Jaminan Kematian e. KEUNTUNGAN dan KERUGIAN/TANTANGAN MASING-MASING OPSI i. Transformasi OPTIMUM 1. Keuntungan: a. Penerimaan masyarakat diperkirakan akan tinggi terutama dalam jangka panjang setelah memperlihatkan kinerja yang efektif dan berkualitas; b. Penyelenggaraan program berbasis pemisahan pilar/program yang jelas akan menciptakan BPJS yang spesialis dan handal di bidangnya; c. Penyelenggaraan dengan struktur yang jelas akan mendekatkan pada tujuan penyelenggaraan jaminan sosial yang efisien dan efektif; d. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan adekuat dan cermat; e. Terjamin penyelenggaraan program yang seragam dan berskala nasional sehingga terjamin pemenuhan prinsip ekuitas dan portabilitas. Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 10

11 2. Kerugian/Tantangan: a. Mengingat kondisi peraturan perundangan jaminan sosial masih tercerai-berai, tidak lengkap, tumpang tindih dan belum stabil serta kondisi perekonomian yang labil, opsi ini terlalu dini untuk diselenggarakan di Indonesia; b. Memerlukan upaya dan investasi yang besar dalam jangka pendek terutama untuk penyiapan sumber daya dan penggabungan organisasi dan manajemen yang canggih (structural integration); c. Memerlukan pemimpin perubahan yang kuat dan tegas, serta kontrol pemerintah dan publik yang kuat dan ketat; d. Memunculkan bahaya baru dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan akibat adanya kekuatan monopsoni yang akan mendikte dan menyalagunakan kekuatan tawar di sektor pelayanan kesehatan; e. Resistensi dari pemerintah dan BUMN Persero penyelenggara jaminan sosial diperkirakan tinggi terutama karena opsi ini memerlukan pengalihan dan penyesuaian mendasar dalam organisasi, tata kelola dan mekanisme kerja; f. Kepercayaan publik terancam terutama bila proses pembentukan dan pembenahan berlarut-larut; transparansi menjadi taruhan ii. Transformasi EVOLUSIONER 1. Keuntungan: a. Proses transformasi relatif lebih mudah dan dapat diimplementasikan karena di tingkat operasional tidak terjadi perubahan manajemen yang mendasar dan tinggal melanjutkan tata kelola dan mekanisme kerja yang sudah berjalan; Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 11

12 b. Proses transformasi dapat dipusatkan pada pengintegrasian fungsi dan tata kelola untuk menyeragamkan manfaat bagi seluruh kelompok penduduk (fungtional integration); c. Proses transformasi kurang traumatik bagi badan penyelenggara; d. Hasil transformasi dapt dicapai lebih cepat dan lebih mudah terutama bagi PT ASKES, TASPEN, ASABRI e. Kepercayaan publik dalam jangka pendek tidak terancam, selanjutnya tergantung kinerja BPJS f. Menjadikan BPJS Jamsostek menjangkau seluruh penduduk untuk seluruh program, kecuali PNS dan TNI POLRI 2. Kerugian/Tantangan: a. BPJS Jamsostek dalam waktu bersamaan dituntut untuk mampu mengubah dan menyesuaikan organisasi dan manajemen menjadi badan publik sekaligus mengelola program baru (jaminan pensiun) dan memperluas jangkauan kepesertaan (pekerja informal dan mandiri); b. BPJS Jamsostek dan BPJS Askes menyelenggarakan program jaminan kesehatan untuk kelompok penduduk berbeda, perlu integrasi fungsional yang adekuat untuk menjamin tercipatanya keadilan dan terselenggaranya kordinasi program jaminan kesehatan. iii. Transformasi RASIONAL 1. Keuntungan: a. Proses transformasi relatif lebih mudah dan langsung diimplementasikan karena di tingkat operasional tidak terjadi perubahan manajemen yang mendasar; b. Efisiensi dalam pengelolaan program jaminan jangka panjang bagi PNS/TNI/POLRI (jaminan pensiun, jaminan hari tua, jaminan kematian) dapat segera diupayakan; Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 12

13 2. Kerugian: c. Kepercayaan publik dalam jangka pendek tidak terancam, karena intervensi politik dan pemerintah terkait APBN/APBD pada penyelenggaraan jaminan sosial pekerja swasta dapat diminimalkan bahkan ditiadakan. d. Proses transformasi kurang traumatik bagi badan penyelenggara sehingga goncangan sistem dapat diminimalisir; e. Sinkronisasi dan harmonisasi penyelenggaraan program dapat segera dilaksanakan dengan melakukan integrasi fungsi, meliputi penyeragaman mekanisme penyelenggaraan, standar operasional prosedur, standar kualitas, pemantauan dan evaluasi kinerja. a. BPJS Jamsostek dalam waktu bersamaan dituntut untuk mampu mengubah dan menyesuaikan organisasi dan manajemen menjadi badan publik sekaligus mengelola program baru (jaminan pensiun) dan memperluas jangkauan kepesertaan (pekerja informal dan mandiri); b. BPJS Askes mengelola kelompok penduduk beresiko tinggi tanpa ada subsidi silang dari penduduk berpenghasilan lebih tinggi dan memiliki resiko terkena penyakit lebih rendah; perlu kecermatan dan kehatihatian yang tinggi untuk mengelola peserta berpendapatan rendah, peserta dengan resiko terkena penyekit tinggi, serta intervensi agenda politik dan kebijakan pemerintah tinggi. c. Resistensi dari pegawai PT TASPEN dan PT ASABRI untuk penggabungan dan perampingan manajemen TASPEN-ASABRI. Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 13

14 IV. BPJS DAERAH 1. UU BPJS harus memuat ketentuan tentang tanggungjawab dan organisasi BPJS di Daerah sebagi pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara no. 007/PUU-III/ Pendirian BPJSD wajib memenuhi peraturan yang ditetapkan dalam UU SJSN dan UU BPJS 3. Pendirian BPJSD wajib menjamin terciptanya kesesuaian antara Peraturan Daerah dengan UU SJSN dan UU BPJS 4. Harmonisasi UU SJSN dan UU BPJS terhadap UU NO. 32 Tahun 2004 harus memerhatikan terpenuhinya prinsip-prinsip penyelenggaraan jaminan sosial nasional. 5. BPJSD adalah SUB SISTEM SJSN 6. BPJSD dibatasi untuk mengelola iuran peserta yang dibayarkan dari dana APBD untuk menyelenggarakan manfaat tambahan (suplementer) atau manfaat pelengkap (komplementer) atas manfaat yang telah diberikan oleh BPJSN. V. AGENDA TINDAK LANJUT PEMBENTUKAN UU BPJS DAN IMPLEMENTASI UU SJSN Dalam rangka menyelesaikan agenda regulasi, salah satu adalah pembentukan UU BPSJ, Pemerintah perlu menetapkan dua buah peta jalan secara logis dan sistematis. Kedua peta jalan tersebut adalah: 1. Peta keputusan politik (political roadmap), meliputi keputusan pemerintah atas: a. Agenda dan mekanisme pengimplementasian UU SJSN b. Pelaksanaan tugas dan kewenangan Dewan Jaminan Sosial Nasional, serta evaluasi kinerja DJSN dan Sekretariat DJSN; c. Peran Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah dalam pembangunan SJSN d. Peran pemangku kepentingan dan hubungan kelembagaan antar pemangku kepentingan dalam pembangunan SJSN ; e. Penetapan bentuk badan hukum BPJS dan proses transformasinya f. Penetapan segmentasi program dan segmentasi penduduk dalam penyelenggaraan SJSN g. Penetapan mekanisme pembentukan BPJSD h. Harmonisasi peraturan perundangan terkait jaminan sosial Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 14

15 2. Peta pengaturan teknis operasional (technical roadmap), meliputi seluruh aksi terkait dengan penyiapan teknis penyelenggaraan secara profesional untuk dirumuskan ke dalam peraturan pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan yang komprehensif: a. Penetapan langkah-langkah harmonisasi dan sinkronisasi penyelenggaraan program JK, JKK, JHT, JP, JKM untuk memenuhi prinsip kepesertaan wajib, gotong-royong, portabilitas b. Penetapan langkah-langkah membangun tata kelola Badan penyelenggara untuk memenuhi prinsip nir laba, dana amanat, keterbukaan, akuntabilitas, kehati-hatian; c. Penetapan mekanisme perluasan kepesertaan program JK, JKK, JHT, JP, JKM d. Penetapan besaran iuran dan manfaat program JK, JKK, JHT, JP, JKM e. Penetapan mekanisme pengumpulan iuran (collection) dan pemusatan dana (pooling) program JK, JKK, JHT, JP, JKM f. Penetapan pembangunan jejaring pelayanan kesehatan dan metoda kontrak dan pembayaran fasilitas kesehatan g. Penetapan mekanisme pemantauan, pengawasan dan evaluasi program JK, JKK, JHT, JP, JKM serta organ-organ yang berwewenang dalam pemantauan, pengawasan dan evaluasi kinerja dan evaluasi sistem h. Penetapan sistem manajemen informasi dan institusi yang terlibat dan berwewenang i. Penetapan mekanisme kordinasi manfaat jaminan sosial j. Penetapan mekanisme pengelolaan dana dan formula penetapan biaya administrasi dan cadangan teknis Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 15

16 VI. USULAN MARTABAT 1. Transformasi RASIONAL dilakukan secara bertahap dan hati-hati. BPJS Nasional Ketergantungan pada Iuran Pemerintah Dominan Ketergantungan pada Iuran Pemerintah Minimal/Tidak Ada Program Jangka Pendek Program Jangka Panjang Program Jangka Pendek Program Jangka Panjang JK JKK JHT JP JKM JK JKK JHT JP JKM BPJS ASKES BPJS Merger TASPEN- ASABRI BPJS JAMSOSTEK PN Sipil PN Non Sipil (TNI POLRI) Pejabat Negara/ DPR/MPR Pensiunan PN Sipil, PN Non Sipil Veteran Penerima bantuan iuran JS (PBIJS) PN Sipil PN Non Sipil (TNI POLRI) Pekerja Swasta dalam hub kerja dan di luar hub kerja/mandiri Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 16

17 USULAN MARTABAT (lanjutan) 2. Tidak merekomendasikan untuk membentuk BPJS Tunggal dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Proses transformasi sangat rawan dan beresiko gagal karena agenda transformasi sangat padat dan rumit yaitu dalam waktu bersamaan dilakukan perubahan badan hukum, kelembagaan, tata kelola, manajemen, perluasan cakupan program dan perluasan kepesertaan; b. Dalam waktu singkat BPJS Tunggal sulit untuk mengintegrasikan program-program yang tengah berlangsung dengan kepesertaan dan manfaat yang berbeda; c. Memunculkan masalah baru dalam penyelenggaraan jaminan sosial yang disebabkan oleh pemusatan dana publik (240 juta orang) dalam satu organisasi, misalnya rawan penyalahgunaan, intervensi kepentingan-kepentingan non publik, sangat rentan terhadap goncangan finansial dan berdampak langsung kepada seluruh penduduk; d. Proses transisi rawan dan sulit untuk memenuhi kewajiban yang sedang berjalan; e. Proses transisi rawan timbul tumpang-tindih pembiayaan dan pembayaran manfaat yang sedang berjalan karena penyelenggaraan dan peserta yang heterogen. f. Resistensi pemangku kepentingan terutama peserta lama; g. Resistensi dari direksi dan pegawai keempat BUMN Persero 3. BPJSD: a. BPJSD sebagai subsistem SJSN dengan kewenangan terbatas pada penyelenggaraan program komplementer dan suplementer BPJSN dengan pembiyaan dari APBD. b. Skema sistem akuntabilitas penyelenggaraan SJSN oleh BPJSN dan BPJSD ditampilkan pada gambar berikut: Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 17

18 Gambar 1: Skema sistem akuntabilitas penyelenggaraan SJSN oleh BPJSN dan BPJSD Mekanisme Pelaksanaan SJSN UU No. 40 Tahun 2004 Pasca Putusan MK Anggaran Pemerintah (APBN/APBD) UU No. 32/2004 UU No. 40/2004 PRESIDEN Iuran peserta DJSN Sekretariat Pusat BPJS Jamsostek BPJS Askes BPJS Merger Taspen - Asabri PEMDA Dewan Penasehat Daerah BPJS Cab Jamsostek BPJS Cab Askes BPJS Cab Merger Taspen - Asabri Monev Sekretariat Cabang Monev UU BPJS Konsultasi Regulasi & iuran BPJS Daerah Monev PERDA Kantor Konsultan Jaminan Sosial MARTABAT Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31 Jl. Boulevard Bintaro Jaya, Pusat Kawasan Niaga Bintaro Jaya Sektor 7, Tangerang Selatan Banten Indonesia Telp: Fax : ext konsultan.martabat@cbn.net.id Pengutipan dengan menyebut sumbernya KKJS MARTABAT. Hal 18

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Mengapa RUU tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) perlu segera disusun? Apakah peraturan perundang-undangan yang menjadi

Lebih terperinci

16 MASALAH POKOK Daftar Inventaris Masalah (DIM) dari Pemerintah, 9 Mei 2011 Terhadap RUU BPJS Sistem Jaminan Sosial Nasional

16 MASALAH POKOK Daftar Inventaris Masalah (DIM) dari Pemerintah, 9 Mei 2011 Terhadap RUU BPJS Sistem Jaminan Sosial Nasional Seri Telaah MARTABAT 03/2011 16 MASALAH POKOK Daftar Inventaris Masalah (DIM) dari Pemerintah, 9 Mei 2011 Terhadap RUU BPJS Sistem Jaminan Sosial Nasional Oleh: A. A. Oka Mahendra Asih Eka Putri MARTABAT

Lebih terperinci

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI Senin, 5 Maret 2012 MAKNA TRANSFORMASI (1) TRANSFORMASI: (KBBI, Edisi Ketiga,2005:1208) Perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi) Linguistik: perubahan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL 1 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional Seri Telaah MARTABAT 04/2011 PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional Oleh: A. A. Oka Mahendra MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional IMPLEMENTASI SJSN Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Jakarta, 12 Desember 2011 1 Latar belakang SJSN SJSN

Lebih terperinci

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN A. A. Oka Mahendra, SH. Jakarta, 13 November 2013 OUTLINE 1.Pendahuluan 2.Peraturan Terkait Jaminan Pensiun 3.Harmonisasi

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Modul ke: Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, SHI., M.Si Sub Bahasan 1. Mengenal

Lebih terperinci

Transformasi BPJS 2. September 2011

Transformasi BPJS 2. September 2011 Transformasi BPJS 2 September 2011 1 Transformasi BPJS 2 (1) RUU BPJS disahkan menjadi UU Nov 2011 Ijin prakarsa pembuatan dan revisi PP terkait JHT dan JP Proses konsultasi publik terkait harmonisasi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

Lebih terperinci

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN A. Sejarah Berdirinya BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012 Prospek Pengawasan Implementasi UU SJSN/BPJS Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 7 Nopember 2012 1 Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM PH-5/BPJS TK/2015 Berdasarkan ketentuan Pasal 62 huruf d UU BPJS dan didukung oleh fakta hukum bahwa BPJS Ketenagakerjaan sudah lahir pada tanggal 1 Januari 2014, anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.651, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Jaminan Sosisal. Badan Penyelenggara. Pengawasan DJSN. Pelaksanaan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR 68/DPD RI/IV/2012 2013 PANDANGAN DAN PENDAPAT TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TABUNGAN PERUMAHAN RAKYAT JAKARTA 2013 KEPUTUSAN NOMOR 68/DPD RI/IV/2012 2013 PANDANGAN DAN PENDAPAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-

Lebih terperinci

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia Jaminan Sosial Indonesia Seri Buku Saku 3: Jaminan Sosial Indonesia Penulis Desain Sampul Layout : Asih Eka Putri : Malhaf Budiharto : Komunitas Pejaten Diterbitkan oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia Jaminan Sosial Indonesia Seri Buku Saku 3: Jaminan Sosial Indonesia Penulis Desain Sampul Layout : Asih Eka Putri : Malhaf Budiharto : Komunitas Pejaten 0 Diterbitkan oleh Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL NO. NASKAH RUU USULAN DPR TANGGAPAN PEMERINTAH NASKAH RUU USUL PERUBAHAN 1. RANCANGAN 2. Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah satunya adalah penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 7 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah BPJS Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN bpjs-kesehatan.go.id I. PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 28H ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setiap orang berhak

Lebih terperinci

PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS

PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS Seri Pendapat Hukum PH II / 2015 KONSULTAN HUKUM DAN PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS MANAJEMEN JAMINAN SOSIAL DAN PELAYANAN KESEHATAN PELATIHAN MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang transformasi PT Jamsostek (Persero) di Harian Pelita tentang transformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan

Lebih terperinci

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Seri Buku Saku - 2: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Penulis Desain Sampul Layout : Asih Eka Putri : Malhaf Budiharto : Komunitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN SEPULUH MASALAH REGULASI Oleh: A. A. Oka Mahendra Asih Eka Putri PENDAHULUAN Round table discussion yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat layanan kesehatan. Jaminan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 31 Maret 2016 1 PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN 2 SEBELUM 1 JANUARI

Lebih terperinci

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 98/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 98/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA 1 SALINAN PUTUSAN Nomor 98/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN. Jakarta, 31 Maret 2016

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN. Jakarta, 31 Maret 2016 RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN Jakarta, 31 Maret 2016 AZAS Kemanusiaan Manfaat Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Lebih terperinci

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL 1 (satu) Kali dalam 1 (satu) Tahun ~ kewajiban BPJS memberikan informasi kepada Peserta g. memberikan informasi kepada Peserta mengenai saldo jaminan hari tua

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5482 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 239) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta,

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan Oleh : Drs. M. FACHRUDDIN, MM Disampaikan pada Sosialisasi SJSN Novotel Banjarmasin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Sistem Jaminan Sosial

Lebih terperinci

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011 Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS 7 September 2011 1 Pending Issues yang signifikan 1. Transformasi 2. Seleksi Dewan Pengawas dan Direksi 3. Jumlah Anggota Dewan Pengawas dan Direksi 4. Hubungan dengan Lembaga

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN A. DESKRIPSI UMUM 1. Keadaaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 34 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau jawa bagian tengah,

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional) Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal ini juga menjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) No.239, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 8/PUU-IX/2011 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Oleh BPJS Jamsostek (UU Jamsostek)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 8/PUU-IX/2011 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Oleh BPJS Jamsostek (UU Jamsostek) RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 8/PUU-IX/2011 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Oleh BPJS Jamsostek (UU Jamsostek) I. PEMOHON 1. Pemohon 1, Mudhofir dan Rasmina Pakpahan;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 14 /DPD RI/I/2013-2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup, BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA A. Perlunya Pembentukan JKN Tak ada yang abadi dalam kehidupan ini kecuali perubahan itu sendiri.setiap manusia mengalami perubahan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL Pertimbangan atau alasan disusunnya UU SJSN: a. Bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja. Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015

Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja. Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015 Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015 Jaminan Sosial Minimum Jaminan Sosial adalah perlindungan yang diberikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011

BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 BAB II FORMULASI ATURAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 B. Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Lebih terperinci

KESIAPAN PT. JAMSOSTEK (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN

KESIAPAN PT. JAMSOSTEK (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN KESIAPAN PT. (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN Abdul Latif Ka. Urusan Hubungan Kelembagaan Outline 31 UU 24 tahun 2011 - BPJS 2 Peraturan Pelaksana & Desain Program 3 Kesiapan & Roadmap PT. Jamsostek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk dapat hidup layak dan produktif. Keterjaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN I. PARA PEMOHON Mohamad Yusuf Hasibuan dan Reiza Aribowo, selanjutnya disebut Pemohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK

Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK Dr Gede Subawa. M. Kes. AAAK 27/06/2013 dr Gede Subawa,M.Kes, AAAK 2 27/06/2013 dr Gede Subawa,M.Kes, AAAK 3 27/06/2013 dr Gede Subawa,M.Kes, AAAK 4 TUJUAN SJSN untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa 40 BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL, ORGAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN DAN PENGELOLAAN DANA INVESTASI A. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-undang

Lebih terperinci

- Penyempurnaan redaksional. - Kata yang setelah frasa Sistem Jaminan Sosial Nasional dihapus.

- Penyempurnaan redaksional. - Kata yang setelah frasa Sistem Jaminan Sosial Nasional dihapus. DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL NO NASKAH RUU USULAN DPR TANGGAPAN PEMERINTAH NASKAH RUU USULAN PEMERINTAH 1. RANCANGAN 2. Menimbang:

Lebih terperinci

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apapun, termasuk fotokopi tanpa ijin tertulis dari penerbit

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apapun, termasuk fotokopi tanpa ijin tertulis dari penerbit JKN Jaminan Kesehatan Nasional Seri Buku Saku - 4: JKN Jaminan Kesehatan Nasional Penulis Desain Sampul Layout : Asih Eka Putri : Malhaf Budiharto : Komunitas Pejaten Diterbitkan oleh Dewan Jaminan Sosial

Lebih terperinci

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih

HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL. Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih HAK PEKERJA ATAS JAMINAN SOSIAL PASCA TRANSFORMASI EMPAT LEMBAGA JAMINAN SOSIAL Oleh : Ida Ayu Putu Widhiantini Desak Putu Dewi Kasih Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian aktuaria ini dilakukan bedasarkan permintaan permintaan pemerintah sindonesia dalam merencanakan dan melaksanakan program pensiun baru di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT. jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT A. Sejarah Ringkas Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak atas

Lebih terperinci

7 Idem, Penjelasan umum alinea 9

7 Idem, Penjelasan umum alinea 9 !"#$%& #$%& UndangUndang mor 40 Tahun 2004 menentukan BPJS adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 1 BPJS harus dibentuk dengan undangundang. 2 Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) )

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) ) BANDI Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 EKONOMI KESEHATAN DAN APLIKASINYA ASURANSI DI INDONESIA Sesi 6 04/01/2017 bandi.staff.fe.uns.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem jaminan sosial

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL UU No.24 tahun 2011 disusun dengan mempertimbangkan: a. Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan Bab I Pendahuluan 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum BPJS Ketenagakerjaan Pekanbaru Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan

Lebih terperinci

Pelatihan. Oleh: A.A. Oka Mahendra (Konsultan Martabat) Seri Pendapat Hukum PH - I / 2015

Pelatihan. Oleh: A.A. Oka Mahendra (Konsultan Martabat) Seri Pendapat Hukum PH - I / 2015 Seri Pendapat Hukum PH - I / 2015 Pelatihan Oleh: A.A. Oka Mahendra (Konsultan Martabat) MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31, Jl. Boulevard Bintaro Jaya Pusat Kawasan Niaga,

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Indonesia. Lembaga penyelenggara jaminan sosial nasional bertujuan memberikan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Indonesia. Lembaga penyelenggara jaminan sosial nasional bertujuan memberikan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Lembaga Penyelenggara Jaminan Sosial Lembaga penyelenggara jaminan sosial nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sistem jaminan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan. Salah satu persoalan tersebut adalah penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telah menetapkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial baik BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

Jaminan Pensiun Sebagai Hak Dasar Pekerja. Oleh : Timboel Siregar

Jaminan Pensiun Sebagai Hak Dasar Pekerja. Oleh : Timboel Siregar Jaminan Pensiun Sebagai Hak Dasar Pekerja Oleh : Timboel Siregar Sistem ekonomi pasar tak terhindarkan lagi. Karenanya, negara-negara dunia mengambil langkah adaptif, agar warga negaranya tidak menjadi

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN. Jakarta, 30 Maret 2016

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN. Jakarta, 30 Maret 2016 RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN Jakarta, 30 Maret 2016 AZAS Kemanusiaan Manfaat Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

*15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 40/2004, SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL *15906 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 40 TAHUN 2004 (40/2004) TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara I. PEMOHON Ir. Sri Bintang Pamungkas, MSISE., Ph.D. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 40 ayat (1)

Lebih terperinci

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Kesehatan Nasional drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 28 Desember 2017 1. Pendahuluan 2. Asas Dan Prinsip 3. Pencapaian JKN 4. Tantangan

Lebih terperinci

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia KANTOR CABANG JAKARTA MANGGADUA KANTOR CABANG PERINTIS JAKARTA CENGKARENG NIDYA ROESDAL Bandung, 19 April 2018 Konvensi Internasional dan Amanah

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK)

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK) TIM KOORDINASI KOMUNIKASI PUBLIK TERINTEGRASI JAMINAN SOSIAL BIDANG KETENAGAKERJAAN Buku Tanya-Jawab Seputar SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK) 2016 SISTEM JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero) DASAR HUKUM 1 JANUARI 2014, PT ASKES (PERSERO) MENJADI BPJS KESEHATAN 1 DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci