SOSIOLOGI U N TU K MASJARAKAT INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOSIOLOGI U N TU K MASJARAKAT INDONESIA"

Transkripsi

1

2

3 SOSIOLOGI U N TU K MASJARAKAT INDONESIA

4 PUSTAKA S A R D JA N A N o. 8

5 r c n. B r. y ^ B A S S A N S H A D I L Y SOSIOLOGI UNTUK MASJARAKAT INDONESIA : 8. Feb 1958 N o. U r u j N. r t q i i

6 Copyright by-jojosan Pmbangunan 1952 ouh: i)btr - - I Vnu>>njahQrt0

7 K A T A P E N G A N T A R - ' Buku ini disusun selama ditawan di Bubutan Surabaja, jaitu kurang Iebih selama enam. bulan sedjak tgl. 17 Desember 1948 dengan berdjala.inja aksi polisionil pemerintah Belanda jang kedua, dan asalnja dimaksudkan untuk diadjarkan pada para tawanan guna menambah pengetahuan umum. Sekeluarnja penulis dari tawanan itu dan dengan datangnja Sdr. R. Kafrawi sebagai wakil Republik di Surabaja pada tahun 1949, manuscript ini dipasrahkan kepadanja untuk dikeluarkan oleh Kantor Penerangan di D jokja sebagai..persembahan dan pembaktian kepada R.I., tetapi oleh karena kuatir tidak terurus dengan baik, karena kesibukan pemerintah D jokja pada waktu itu, manuscript itu diminta kembali u.ituk dikeluarkan sendiri, untuk mana telah didapatkan persetudjuan dari dokter M anap, pada saat itu Kepala Djaw atan Penerangan di Surabaja. Berbagaibagai halangan antara lain kesukaran2 tentang kertas daa meningkatnja harga menggagalkan penerbitannja sam.a sekali, dan achirnja manuscript tersebut ada pada tangan Jajasan Pembangunan jang bersedia untuk menerbitkan,iija. Sistim penjusunan buku ini didasarkan keoada buku..sociologi" karangan D r P. E ndt (1931), jang buat bagian terbesar m enggunakai pula karangan Leopold von W iese sebagai bahan. D juga banjak tjontoh2 jang dikutip dari buku D r P. Endt tersebut. Disamping itu saja pakai terutama..sociologie djilid I dan II karangan Spencer, jang diterdjem-ahkan kedalam bahasa Perantjis. M ungkin banjak sekali terdapat kekurangan, terutama dalam soal bahasa, jang memang mendjadi rintangan umum bagi penulis2 dalam bahasa Indonesia, jang dengan terbitnja buku ini diandjurkari untuk didjauh- 5

8 kan sedapat mungkin dan bahasa Indonesia selandjutnja mendapat perhatian dan pemeliharaan fang lebih pantas sebagai bahasa kebangsaan jang telah merdeka. Selandjutnja saja utjapkan terima kasih pada Pcnerbit Jajasan Pcmbangunan atas pertim bangan2 jang diberikannja dan atas usahanja untuk menerbitkan buku ini. Djakarta, Oktober 1951 H assan Shadily. K A T A P E N G A N T A R U ntu k Tjetakan Kedua. Dalam tjetakan kedua ini diadakan beberapa perubahan mengenai beberapa kata2. Tambahan jang agak penting ialah pada halam an 40. halaman 51 dan 60. Perubahan itu mengenai (4) tjara mempeladjari pethubungan dan (5) rentjana penjelidikan scusiologi jang saja irasa m endjadi lebih djelas untuk dipeladjari dan untuk member^ dasar jang lebih baru guna peladjaran selandjutnja jang lebih dalam. Rentjana penjelidikan sebagai saja uraij f j 1. / tu, a^a]ah jang kini umum dipeladjari dan didjalankan teristimewa dinegeri Am erika Serikat jang dalam soal Research (Penjelidikan) memang diakui termadju, sehingga djuga ahli2 sosiologi dari Eropah anja atang keparguruan tingqi negeri ini untuk mempeladjari soal tersebut. Saja jakin bahw a djuga inegeri i a peladjaran dan penjelidikan sematjam itu dapat dikerdjakan sekalipun dalam perm ulaannja Kanja dengan tjara jang lebih sederhana. Sedikitnja pengumpulan bahan- telah dapat dim ulai supaja dapat mempeladjarim asjarakat kita dengan lebih sempurna dan teratur. Dem ikian itu saja rasa terpenting teristimewa

9 kepada Pem erintah dan kepada badan- sosial lainnja untuk d ap at sedikitnja m em bim bing m asjarakat kita kepada kesem purnaan mengatasi sedapat m ungkin segala bentrokan dan pertjektjokan, kem iskinan dan penderitaan lainnja, jang saja jakin dapat dihindarkan ataupun ditipiskan kalau kita semua mengetahui apa jang harus kita kerdjakan dan apa jang harus kita hiridarkan bersama. H alam an 51 dan 60 hanja m em baw a tam bahan mengenai keadaan di A m erika Serikat jang saja rasa perlu dim uatkan untuk m endjadi lebih djelas bagi pem batja bagaim ana m em batjanja soal2 itu dinegeri jang bersangkutan dim ana saja sendiri kebetulan m endapat kesempatan untuk m engertiaja. D ju g a ada tam bahan sedikit pada halam an 200 mengenai R. A. K artini jang saja rasa perlu diperingatkan dan disebut sebagai tjontoh jang terbaik dalam m enguraikan perbaikan m asjarakat. N ew Y ork, 7 D ju n i H assan S hadily

10

11 V IS I B U K U Halaman K A T A P E N G A N T A R... 5 K A T A P E N G A N T A R U N T U K T JE T A K A N K E D U A... 6 I. S O S IO L O G I D A N A R T IN JA Maksud sosiologi 11; Sosiologi sebagai pengetahuan 12; Sosiologi bergerak merdeka 13; Sosiologi berbeda men urut bangsa dan daerahnja 14; Sosiologi dan fikiran manusia, 15; SosioToai dan _djalannja zaman 15; Menetfrpkan dalil 21; Sedjarah dan sosiologi 22; Sosiologi dan golongan 22; Golongan dan Proses Sosial 23; Gcmcinschaft dan Gesellschaft 24; Timbulnja sosiologi dan asal perkataannja 25. II. M A N U S IA D A N M A S JA R A K A T... 2$ Definisi masjarakat 28; Definisi masjarakat pro dan kontra 28; Masjarakat dan matjamnja 29; Asal masjarakat 30; Masjarakat menurut pandangan biologis 33; Teori atomistis atau individualistis 34. III. B A H A S A D A N P E L A D JA R A N S O S IO L O G I Bahasa sebagai pengantar Sosiologi 35; Bahasa Indonesia dan Sosiologi 36. IV. P R O S E S M A S JA R A K A T D A N P E N JE L ID IK A N S O S IO L O G I Proses masjarakat 39; V on Wiese dan Peladjaran Perhubungan 40; Pembagian Proses Masjarakat 41; Tjara mempcladjari Perhubungan 42; Rentjana Penjelidikan Sosiologi 43. V. T E R P E N T JIL D A N B E R T E M A N... 4S Terpentjil atau Tcrsendiri 48; Hidup Berteman 49; Derita Karena H idup Bersama 50. V I. T E R P E N T JIL, B E R G A B U N G, B E R P IS A H I Keadaan golongan sebelum pergabungan 56; Terpentjil, mengasingkan diri, bermusuhan Keadaan peralihan 57; Orang mulai mentjari U kontak 57. O

12 Halaman 3 Proses jang mendahului pergabungan 59; Membolehkan, membiarkan $9; Berkompromi Proses psrgabungan 60; Dekat-mendekati 60; Mcnjesuaikan diri 62; Persamoan 73; Kerdja sama Proses memisah 82; Persaingan 83; Oposisi S5. 6 Proses tjampuran 87. V II. P R O SES S O S IA L JA N G A SLI Diferensiasi atau pemisahan 89; Terdjadi perbedaan 90; Menguasai dan mengabdi 92; Seleksi. pilihan atau saringan 97; Individuasi dan pengasingan Integrasi atau pengikatan 120; Persamaan atau uniformitet 120; Tunduk kepada golongan 120; Kesosialan dan usaha sosial Proses menghantjur 128; Pendapat Bertrand Russell tentang perang 128; Pengisapan atau pemerasan 130; Korupsi, pilih kasih, mengambil suap dan sebagainja 133; Formalisme, mementingkan bangun luar 134; Bertjorak perniagaan 134; Sikap radikal 135; Merautar haluan 135; Pengangguran Proses membangun 137; Terbentuknja lembaga 137; Profesionalisme 138; Kebebasan atau keamanan karena perimbangan 139; Kemadjuan dan kemunduran 142; Nafsu membangun 143. V III. T E O R I G O L O N G A N Golongan pasangan 147; Pembagian 147; Sepasang laki-isteri Golongan Iuar-sifat perseorangan 149; Himpunan besar 149; Himpunan ketiil 149; Golongan dalam arti sempit (Gruppe) 153. ^ 3?! 7 4 n ^ u^an Perseorangan 175;**Golongan gaib 1/5; Golongan berupa lentjana, dan sebagamja IX. B E B E R A P A P E N JA K IT M A S JA R A K A T J ierdk' i atan. ^ ^ K - is k in a n 20 1 ; Sifat, turunan dan 206 ann^a ' Tidak sempurna fikiran dan gila X. P E N U T U P... 20?

13 BAB I J S O S IO L O G I D A N A R T IN JA - 1. M A K S U D S O S IO L O G I. Sosiologi adalah ilmu jang mempeladjari hidup ber**"^' sama dalam, masjarakat, dan menjelidiki tenaga kekua- «tan jang menguasai kehidupan itu. & la meliputi djuga ilmu2 masjarakat lainnja seperti ekonomi, peladjaran hukum dsb. Sebagai ilmu ia baharu terbentuk pada abad ke 19 dengan nama jang berasal dari August Comte ( ) untuk menun- } djukkan sosiologi sebagai ilmu masjarakat itu..oleh karena tiada perkataan lain jang lebih tepat kiranja, maka umum telah mengambil nama sosiologi ini untuk paham tersebut. Sosiologi (socius-berteman, bersama, - berserikat) adalah bermaksud im tuk mengerti kedja- ( dian2 dalam masjarakat dan selandjutnja dengan f pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan J perbaikan dalam kehidupan bersama. H ingga kini tiada suatu definisi jang tepat diberikan bagi ilmu sosiologi ini. Ini tidak lain melainkan menundjukkan, bahwa sosiologi ini memang sangat muda dan sedang diusahakan untuk dapat ditegaskan sebagai ilmu. Karena kalau sesuatu telah mendjadi ilmu maka definisi tentang ilmu itu mudah diberikan. J Sosiologi mempeladjari kehidupan dalam masjarakat, mempeladjari segala keadaan dan perhubungan manusia hidup bersama. Baiklah kita mengikuti ilmu ini dalam rabaan terhadap definisinja, menurut ahli2 sosiologi dalam pendapatnja masing2. Ellwood: Sosiologi adalah pengetahuan jang menguraikan perhubungan manusia dan golongannja, asal dan kemadjuannja, bentuk dan kewadjibannja. Ratzenhofer: Sosiologi adalah pengetahuan tentang 11

14 perhubungan manusia dengan kewadjibannja untuk menjelidiki dasar dan terdjadinja evolusi sosial, dan kemakmuran umum bagi anggauta2nja. Spencer. Maksud sosiologi ialah mempeladjari tumbuh, bangun, dan kewadjiban masjarakat. Selandjutnja dalam buku ini terutama kita akan memperhatikaa bentuk masjarakat dan tenaga-kekuatan masjarakat itu jang mempengaruhi tumbuh dan hidupnja masjarakat tersebut. 2. S O S IO L O G I SEBAGAI P E N G E T A H U A N ( IL M U ).' Kedjadian2 dalam masjarakat, jang seolah-olah diluar perhitungan manusia menentang peradaban ataupun menjimpang dari tudjuan peraturan masjarakat selalu mendorong manusia jang berfikir untuk mengerti dan djika dapat menguasai kedjadian2 ini, pertama dengan m.aksud untuk mendjadikan mereka sedapat mungkin berguna bagi manusia. Kehendak untuk mengerti itu selalu mendjadikan manusia berfikir untuk mendapat djawaban tentang kedjadian2 tersebut, apapula kalau tem jata bahwa djawaban itu tak sanggup diberikan berdasar adat, Pela d ja ra n agama ataupun susunan negara. kersama, hidup dalam masjarakat selalu menghadapkan manusia dengan kedjadian dan pengalaman jang memaksa akan djawabannja, sehingga kehidupan dalam masjarakat mendjadi pokok fikiran ac i fikir sedjak dahulu kala, baik ditimur maupun dinegeri barat. M ula2nja djawaban tentang soal masjarakat ini masih apat didasarkan kepada adat-istiadat, peradaban ataupun peladjaran kenegaraan jang berlaku djuqa pada masjarakat itu Oleh karena tiadanja pemisahan dengan arti dan ilmu ^ lainnja itu, maka dengan sendirinja ilmu masjarakat ta dapat dipelihara sebagai ilmu jang ter- 12

15 sendiri, artinja sebagai suatu ilmu dengan lapangan dan tudjuannja sendiri. 3. S O S IO L O G I B E R G E R A K M E R D E K A., Djikalau lambat-laun dalam susunan negara terdapat bentrokan antara pemerintah dan tumbuhnja masjarakat didalam negara itu, maka ta dapat pula paham negara dan paham masjarakat ini dipersatukan dan dikenal hanja sebagai suatu paham sadja. Sosiologi atau ilmu masjarakat, jang bergerak dan hidup karena tenaga sendiri, dengan soal- dan kesukaran2 sendiri, ta' boleh tidak harus dipisahkan dari ilmu kenegaraan dan ilmu2 jang mengenai kehidupan manusia lainnja. Demikian kita mengetahui bahwa pada zaman purbakala pertama adalah ilmu filsafat jang dipandang sebagai pengetahuan umum. D an kalau -sesudah beberapa abad orang telah m,emikirkan tentang ilmu falak dan soal kemanusiaan jang praktis, maka baharu Plato ( s.m.) dan Aristoteles ( s.m.) di Junani jang memberi dasar jang sistimatis bagi ilmu filsafat dan bagi ilmu pengetahuan selandjutnja, dasar mana achim ja mempunjai pengaruh jang kekal bagi fikiran barat. Baharu beberapa abad sesudah itu timbullah beberapa ilmu jang lalu memisahkan diri dari ilmu filsafat umum. Pada abad ke 17 ilmu alarn mendjadi ilmu jang merdeka, pada abad ke 18 ilmu ekonomi, sedangkan ilmu masjarakat atau sosiologi baharu terkenal sebagai ilmu sedjak permulaan abad ke 19. Kebutuhan untuk memisahkan sosiologi dari pada ilmu2 lainnja ini lebih2 tampak dan terasa pada masa revolusi dalam abad 18 di Eropah, jang mendapat puntjak kehebatannja dalam revolusi Perantjis, sedangkan Inggeris, berdasarkan kepada perasaan akan kenjataan ilmu masjarakat ini telah l.k. 100 tahun lebih dahulu mengalami perubahan 13

16 sosial dan politiknja dalam revolusi jang tidak berdarah, Iazim disebut,,glorious revolution. W a la u p u n Tim ur telah djuga m em antjarkan tjahajanja dalam ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan lainnja, dan kita mengenai Konfut-se, M engtse dan sebagainja dalam abad -sebelum M asehi, pun djuga mengenai Ibn Rusjid, Ibn Sina, Ibn Kaldun serta U m ar Q ay am dari dunia Islam, maka oleh karena terpeliharaaja fikiran jang berdasar filsafat Junani itulah jang telah mempengaruhi Eropah selama 3000 tahun, pengaruh mana selama 250 tahun achir2 ini telah meluas diseluruh dunia. Pendapat barat, jang berdasar paham kemerdekaan dari Junani, paham kerapian dari R um dan paham serta sentimen kemanusiaan dari N egara2 kristen telah membawa kita kepada abad ke 18 dan permulaan abad ke 19, jang telah mengenai perkembangan paham 2 tersebut tadi. Kini kita telah sampai kepada zaman dim ana masjarakat sedapat mungkin diatur, agar dapat memenuhi kebutuhan2nja sendiri, w alaupun adanja perang dan revolusi jang mentjegah kem adjuan dan mendjauhkan masjarakat tetap m enundjukkan bahw a tjorak dan gerak merdeka dari tiap2 masjarakat itu tak akan mengenai pengendaliannja. 4' B E R B E A M E N U R U T B A N G S A D A N DAERAHNJA. v sec^ arak berbeda ba$i tiap bangsa padaa bua h as id f^ J k^ raasjarakatan. )^<3 tidak lain dari sama lain T - 12 n 9sa itu *nasing2nja berbeda satu me dekt \ M a?, masjarakat adaiah h*dup dan sosiologi umum a d a la h u r ln t m ',maka, km l tu9as ba9 ' umum berlaku bagi m asfcrl at?p ^ SUr2 jan9 dapat memenuhi panggiuj, 14

17 tertjantum dalam definisi tadi, ialah mengenai bentuk d an tenaga2 m asjarakat jang bersangkutan itu. 5. S O S IO L O G I D A N F IK IR A N M A N U S IA.J D a la m masjarakat jang tum buh itu djuga fikiran m.anusia m endapat kem adjuannja. D im ana ilmu alam a s a l n j a m endjadi dasar segala ilmu, maka kemudian dengan perhatian kepada ilmu kebudajaan dan sedjarah, ilmu inilah djuga jang memberi pandangan baru dalam sosiologi. Fikiran manusia adalah suatu kekuatan jang bergerak sendiri, mentjari dan m endapat djalan untuk me.igerti dunia dalam soal jang masih gelap. D alam memperhatikan soal2 kehidupan dalam. masjarakat kita akan ketahui, bahwa tenaga alam tidak dapat menundukkan fikiran manusia, bahkan sebaliknja. karena tidaklah kita selalu melihat bahwa manusia ini selama sedjarah berdjalan berusaha dan bertindak untuk dapat mengatasi kekeruhan m asjarakatnja? 6. S O S IO L O G I D A N D JA L A N N JA Z A M A N. T a d i telah dikatakan bahwa terpentjilnja sosiologi sebagai ilmu dengan lapangan dan tudjuannja sendiri ialah sedjak abad ke 19, terutama sesudah revolusi Perantjis, sedangkan fikiran menegenai soal kehidupan m asjarakat sama usianja dengan fikiran manusia sendiri, artinja: sudah sedjak dahulu kala. Soal2 tentang kemasjarakatan jang dipertimbangkan sedjak dahulukala itu terutama mengenai ethiek, ialah persoalan untuk meninggikan achlak manusia dalam kehidupan bersama, pertanjaan djuga jang menudju kepada perhubungan serta bentuk2 dalam kehidupan bersama, jang timbul dari persoalan tersebut tadi. D em ikian Plato, seorang ahli fikir bangsa Junani, dalam (U topia nja menggambarkan negara idam annja, jang iebih dari pada bagi perseorangan melindungi dan memenuhi kebutuhan bagi manusia seluruhnja dalam 15

18 masjarakat perihal kebaikan achlak dan peradaban, pun djuga dalam mendjaga dan mempertahankan keadilan. Pandangan Plato jang demikian itu harus kita fikirkan dengan mengingat keadaan masjarakat dan negara Junani pada zaman itu, jang mulai tampak kegugurannja karena sifat perseorangan jang sedang meradjalela. Demikian djuga Aristoteles dalam Politeia nja menguraikan tentang bentuk negara, jang sekirania m**- menuhi kebutuhan manusia dalam peradabannja, jang hanja akan dapat perkembangannja dalam masjarau-.w, artinja dalam negara sebagai ;duiraikan bentuknja itu. Ia berpendapat bahwa segala bentuk negara adalah baik, asal sadja memadjukan serta meninggikan dan bukan merendahkari atau menghalangi deradjat peradaban dan deradjat kebathinan anggauta2nja. Djikalau Junani berada dibawah kekuasaan Rum, maka lalu terdapat zaman peralihan, dimana kita dapat menjaksikan, bahwa bukan kebudajaan Rum tetani kebudajaan Junani jang menguasai dunia fikir dengan tentu sadja- pembawaan dan tambahan2 karena sitat kerapian dari fikiran Rum itu. Dalam aliran ini maka Thomas Aquino ( ), Epicurus ( s.m.) dan pengikut2nja, jang memungkiri adanja pertalian jang terdjadi dengan sendirinja diantara manusia satu sama lain. Peladjarannja bersifat perseorangan, jang memandang bahwa masjarakat dan negara itu terdjadi oleh karena pentjarian untung belakabagi tiap2 anggauta, dan negara itu terdjadi hanja oleh karena kehendak manusia untuk tidak merugikan satu sama lain. Lain pula dari pada pendapat Cicero pada zaman itu djuga, jang mengakui, bahwa manusia mi menurut kehendak alam memang ada suatu bersama S S meman9 dipastikan untuk hidup Cicero mendasarkan peladjaran hukum nja kepada ukum alam jang berlaku buat manusia seluruhnja, 16

19 bukan buat seorang sadja dan bukan pula buat suatu negara. Kalau kita m engindjak abad pertengahan maka aaalah geredja, jang pada zaman itu m,eliputi seluruh m asjarakat Kristen dalam peladjaran katolik, ja.ig m endjadi pelindung dan pengikat kekuasaan serta kebudajaan. D alam ilmu filsafatnja kita membagikan mistik dan scholastik. M istik jang menguraikan memperha^'kan soal2 kebatinan dan perhubungan ketuhanan, sedangkan scholastik adalah ilmu jang meng"- raikan dan menjelenggaraka.i peladjaran geredja setiara dan berdasar ilmu pengetahuan. D alam scho1astik ini terasa perigaruh peladjaran Aristoteles. janq dinoa didjadikan salah* -suatu dasarnja. Pasti bahwa dengan demikian segala ketachjulan ditjoba untuk dihilangkan dengan kejakinan pula bahwa kepertjajaan dalam iqama akan mendalam bilamana ia dapat didasarkan kepada akal jang sehat. D alam aliran ini maka Thomas A quino ( ), seorang pendeta dan ahli pikir, adalah pecintis djalan. Pendapatnja ialah bahwa manusia dengan kehendak alam dipastikan untuk hidup dalam nenara. agar dapat hidup dalam dunia ini. N egara dan hidup bersama ini sama2 berdasar hukum alam. ISflaksud negara ialah mentiipta dan memelihara seqala apa janq baik dan mendjadikan kebaikan bagi manusia. N egara mengurus keduniaan sedangkan tudinan manusia iang lebih luhur akan terdapat dalam kebahagiaan igama jang diberikan masjarakat geredja. D alam hal ini negara harus tunduk kepada geredja. Disam ping pendapat jang mendasarkan pengetahuan 1 kepada igama, maka dalam abad pertengahan itu kita dapat djuga aliran jang menghendaki supaja pengetahuan didasarkan pada pengalaman dan kenjataan jang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian maka lambat-iaun terdapat kerenggangan dan pertikaian 17

20 antara radja^ diseluruh Eropah dengan Paus di Roma, kepada siapa selama kekuasaan geredja ini radja- tadi tunduk. Lambat-laun sifat perpisahan ini terdapat djuga dalam kebangsaan,.dimana orang mulai mementingkan negeri atau bangsanja lebih dulu dalam mempertahankan kepentingannja itu. Djuga tidak sedikit pengaruh jang terdapat oleh karena perdjalanan kaum Keristen Eropah barat, selatan dan utara ke Byzantium (Konstantinopel) dengan maksud untuk mengusir kaum. Islam dari sana. Disini mereka mengenai dan menghargai ilmu dan kebudajaan timur jang sedang mendapat puntjak pantjarannja dalam peladjaran2 Islam. Pandangan2*baru seolah-olah membuka fikiran mereka kepada.djalan baru dalam pandangan hidupnja. bahan2 baru bagi ilmu ukur, falaq dsb.-nja pun djuga tidak sedikit bagi lapangan filsafat umum, jang diterima dengan sebaik-baiknja oleh dunia barat itu. Djuga dunia perdagangan de.igan perdjalanan kenegeri-negeri baru ini mendapat kemadjuannja. Perasaan merdeka dalam pandangan hidup dan tjara memikir bergandengan timbulnja dengan perasaan kebangsaan sebagai tersebut diatas tadi. Italia kini adalah negeri dimana pada zaman itu kebudajaan klassiek (j.i. kebudajaan Junani dan Rum )?n kebudajaan ^eristen bertemu dan berkembang. i j i? dalam. pembukaan negeri Byzantium itu pula adalah Italia jang mendjadi pintu gerbanq.dan empat pertemuan untuk barat dan timur, segalania itu dengan disokong oleh perusahaan bank jang sanqat j? 9* kematj]uannja dalam perdagangan. Rasa kemerdekaan ini tidak sedikit mempsrtebalkan sifat perseorangan sehingga tidak mengherankan kalau persoalan masjarakat kim senngkali diselesaikan dengan perkelahian jang hebat diantara kota2 dan diantara penauduk masing2 kota itu sendiri. 18

21 Orang mentjari djalan dan rintisan baru dalam filsafat dan pandangan hidup dengan kehendak menjelidiki lebih dalam tentang keadaan alam dan tentang hukum dan negara, dengan menghidupkan kembali ilmu2 jang telah terkenal sedjak zaman Rum dan Junani. Zaman peiikembangan itulah jang mengenalkan diri sebagai zaman Renaissance, jang mulai dari Italia membunjikan zaman baru bagi kebudajaan dan kemasjarakatan di Eropah lainnja. Dengan pertjetakan buku jang terdapat pada tahun 1450 maka pendapats baru ini dapat disiarkan dengan tjepat dan luas diseluruh Eropah. Dalam soal kenegaraan pada zaman itu maka Machiaveli ( ) mewakili pendapat baru. Ia melihat kenjataan dan melepaskan diri dari pandangan keigamaan peradaban. Ia adalah pengikut dan pembela pandangan politik jang berdasar kekuasaan. Pusat fikirannja ialah negara kebangsaan, fikiran mana sebenarnja telah mendapat benihnja pada aliran2 perseorangan dan kemerdekaan fikiran. sebagai tersebut diatas. Djuga ia menjukai pemisahan antara geredja dan negara. Igama dan kenegaraan harus dipisahkan. Bukan lagi atas dasar igama tetapi atas dasar kebangsaan dan keinsjafan akan kebangsaan itu. negara ini harus berdiri. Seorang Radja jang tegas dan tegak berdiri dengan kekuasaannja harus memperkuatkan neqara itu untuk mana segala tjara dalam usahanja dioandanq baik. Machiavelli adalah seorang realis, artinja seorang jang hanja bertindak atas kenjataan. dan tidak suka kepada pandangan atau uraian jang t'dak berguria. Pandangan2 itu terdapat dalam bukunja janq bernama II Principe". Selandjutnja perlu diketahui. bahwa peladjaran dan pendapatnja bertjorak menipu dan menghasut, jang olehnja dibolehkan asal sadja bagi tertiiptanja tjita2 negara kebangsaan. Demikian maka kalau aliran Renaissance ini memantjar keseluruh Eropah dengan Italia sebagai pusatnja. 19

22 maka. den? an t^ b u h n ja ' kebangsaan baqi masino;; negeri tidak dapat pula ilmu masjarakat dan keneqaraan ditmdjau dari suatu sudut jang umum. T erpaksakita : = t a r d,n f i- b a ngl, sidja k S g T d ^ Y ^ da" Pertadjam daripada keadaan seberflrnh a tjupun a9ak kadangs mendjadi kebaikar / apat mana kerugian bagi pandangan masjaraktt mendjadi Dengan mempeladjari nant V 9UmU - ngenai kemasjarakatan dari ahli fiki.' 9 me-- pandanqan kit* t»?>u j tilcir barat ini maka w* ^ 4V:xzTi:vkat» * * * bahwa tidak segala 'k e ad aan d T ' ^ mensetahui dengan mata barat. Memana an\ 3pat diukur ]ang bertjorak pengetoh 8it 9l ^, 9 ^ 3 pandangan mendjadi h n t j i ^ X u t /alam 9 ^ Han'a bersifat "kebarata^i ^ 9 ^ ^ " s ' ^ ^ t u d ' S kiiah Peladjaran 2 baraj? u Pada umumtija, ter! k. a buang sedjauh-djauhnia ^ inilah i g ha setahui, b a h i a X - ^ n - tidakkafa9 du 20 1 barat da'am keduj

23 niaannja selalu m.entjari perimbangannja dengan pandangan keigamaan jang sebenarnja ;djuga berasal timur? Dan tidakkah djuga peladjaran Islam jang telah membawa sumbangannja dalam ilmu ukur, ilmu tabib, ilmu falaq dan.sebagainja pada permulaan abad pertengahan dengan pembukaan sekolah2 tinggiaja di Spanjol dan Byzantium? Bukankah ilmu2 jang berasal timur itulah pula jang memperkokoh barat dalam ilmu2 pengetahuan lainnja, jang kini hanja diketahui sebagai ilmu Barat sadja? Kalau barat tidak sega.i untuk mengakui keluhuran timur dalam Jcebathinan dan ilm.u2nja, maka djuga timur harus mempergunakan kesempatan untuk mempeldjari barat dengan ilmu serta pengalamannja, dalam segala lapangan, pun djuga dalam soal masjarakat dan pandangannja. Bertambah pula oleh karena perhubungan internasional pada abad sekarang ini tidak mengenai batas negeri, dan aliran di Eropah menjangkutkan dan mempengaruhi keadaan di Asia dan sebaliknja, sehingga pandangan umum dalam masjarakat terutama jang berdasar pengetahuan berlaku baik bagi negeri barat dan timur, mungkin dengan ha'nja perbedaan dalam hebat-tidaknja pengaruh itu berdjalan. Demikian maka pendapat2 baru dan pembukaan negeri2 baru bagi perhubungan dan perniagaan internasional ta sedikit mempengaruhi kehidupan dalam masjarakat pada abad pertengahan dan abad2 berikutnja. Kemadjuan industri, perniagaan dan lalu lintas, timbulnja golongan2 jang kaja dan miskin, kesemuanja ini mendorong manusia bertindak untuk mentjari tjara hidup jang lebih tepat agar dapat mentjapai kehidupan jang sempurna. * 7. M E N E T A P K A N D A LIL.V ^ 9 1^ ^ Lain dari pada dalam ilm,u alam, ilmu hukum dsb.nja dengan ketegasan hukum2nja (,dalil-dalilnja), pun djuga lain daripada ilmu ekonomi sebagai satu2nja ilmu

24 sosial dalam urusan kebutuhan kebendaan dengan d alil2 ekonominja, maka sosiologi tidak mem entingkan penentuan dalil. w alaupun idalam masjarakat tidak kurang kedjadian2 jang dapat diukur dengan pandangan um um, jang karena tetapnja dapat dipandang sebagai dalil. M aklum lah sosiologi tidak bermaksud untuk m engikat atau mengembalikan kedjadian itu kepada ukuran tadi, melainkan bertudjuan untuk melihat 4an mengerti kedjadian itu dalam kenjataannja dan dalam pertalian jang ada diantaranja dengan tergantung kepada pengaruh sekitarnja itu pula. 8. S E D JA R A H D A N S O S IO L O G I. Sosiologi adalah lain dari pada ilmu sedjarah jang melihat kedjadian2 bangsa,dan dunia ini berturut2 dalam gerakannja, dan mentjari pertalian antara kedjadian jang penting dalam sedjarah itu. Sosiologi melihat kedjadian2 itu dalam w aktu bersamaan. U n tu k peladjaran sosiologi pandangan dan pengetahuan sedjarah ini memberi penerangan terhadap keadaan dan tum buhnja masjarakat -sehingga ia se-olah2 m endjadi bum bu jang se-baik2nja bagi peladjaran sosiologi. D ju g a, mempeladjari sedjarah sesuatu negara atau sesuatu bangsa pasti mendatangkan pengertian mengenai tum buh atau kekekalan, perpetjahan ataupun keruntuhan sesuatu kebiasaan, adat, lembaga dan sematjamnja jang menguasai, mempengaruhi ataupun m endatangkan sesuatu tjorak istimewa kepada masjarakat itu. D e n gan demiian itu dengan sendirinja pengertian tentang masjarakat itu lebih m udah tertjapai, dan ram alan akan pertumbuhan masjarakat itu pasti lebih m ud ah djug a 1 en u nja jang umumnja tak djauh dari kebenarannja. 9. S O S IO L O G I D A N G O L O N G A N. Sosiologi mendasarkan peladjarannja kepada hidup bersama, dalam mana manusia satu sama lain mempu- 22

25 njai pertalian. atau pengaruh kebatinan. D alam kehidupan ini, berdasar penjelidikan jang njata dilihat dan dipeladjari perhubungan antara manusia dan manusia, antara manusia dan golongan manusia dan antara golongan dengan golongan G O L O N G A N D A N P R O S E S S O S IA L. A danja golongan itu lebih terasa dalam pengakuan dan penghargaan umum terhadap agama, hak dan hukum, bahasa, kebangsaan, adat dan sebagainja, jang tidak lain melainkan w udjud golongan2 itu sendiri. A rtinja ialah bahwa paham2 itu tidak lain melainkan hasil dan akibat golongan2. Sebagai hasil penjelidikan maka akan terdapat, bahwa golongan itu sendiri tidak lain melainkan akibat adanja tenaga2 sosial jang bersifat mengikat dan melepaskan, demikian menjebabkan proses-sosial jang memberi tjorak hidup kepada masjarakat. O leh karena proses2 ini kita melihat tumbuh dan terhapusnja golongan masjarakat, terdjadi dan hilangnja keluarga, negara dan perkumpulan2, baik perkumpulan ekonomi maupun politik, olah raga dan sebagainja. Kesemuanja jang kita dapat pandaag dengan paham masjarakat umum. A liran jang lebih modern menentang pandangan sematjam itu jang se-olah2 melihat masjarakat ini sebagai djumlah dari adanja orang2 dan adanja bentuk2 golongan itu bersama. M enurut mereka masjarakat ini adalah fiktif dan hanja terdapat dalam gambaran sadja, dan djuga tidak dapat ditundjukkan dengan njata sebagaimana kalau kita menundjukkan suatu gedung umpamanja. Dengan demikian oleh aliran modern Ini hendak dikemukakan, bahwa dalam sosiologi bukan peladjaran tentang bentuk masjarakat jang harus dipentingkan, melainkan tenaga2 dan proses2 jang terdjadi didalam nja sadja.

26 g e m e in s c h a f t d a n g e s e l l s c h a f t. menurat^bentuk d'3 dapatl t)ara Pembagian masjarakat S ran S k, t a S mat f ^ l a- DaIa soal ini perlu 1855 iano dalam* 1! P iaran dari Tonnies (lahir terkm al a l S Siol 9i di D )e a sansat nta Gemdnschaft ^ ^! \ t'?v.tan,a da,am buku' pada 1887, tetapi jano bah^schaft jang dikeluarkan tahun 19i2 dav e9sudahr l T? pen9a haja da]a» bahwa dalam m a sja r fk a t^ ^ e n d a p a t ngan jang selalu te ta g-m aentang ^ 9o1 ' hidup^dim an^orang^ m endlpa't'n^' f h " persekutuan seluas-luasnja. A dat dan hak ^ i r t? K dalam 3rti }an9 tanah adalah unsur ia f? k, bersama terha dap Sebagai tjontoh dapat k i t a ^ a T 9 Gemeinschaft. diantara anggauta2n ja p P?t J ikata«didesa jang men7ebabkal ^ rat da* k k a l, persekutuan hidup itu hania P, rasaan satu, sehingga «u.badan j a n ^ p ^ ^ n * f? e r dt L 7 hkt pt Z ; atau Gememschaft. didesa umpamania dup Dalam lahirnja berada disana, suk din' H 93^ 3 sedjak r,fei}9an desanja, Dalam L- U dialami bersa- Gesellschait anggauta2nia PeAongsia hidup atau orang asfag t e r Z ^ ^ n «perekonom.an lainn,,. ^ dagang dan kumpulan 24 saudagar> jang hanja

27 bergerak untuk m entjari untung, adalah perw akilannja. M a k a d jik a la u kita m elihat sedjarah m asjarakat kita, kita akan berkesim pulan pula, bahw a dari desa dan kam pung jang am an dan sedjahtera tim bul Gesellschaft jang bertjorak m odern dan bersifat perseorangan itu. D a ri perekonom ian rum ah dan desa akan tim bul perekonom ian dagang, dari sifat bertjotjok tanam tiba kepada alam perindustrian, pendek kata d ari G em einschaft kepada Gesellschaft, sebagai telah dibuktikan sedjarah B arat d an, terutam a dikota-kota sedikit b a n ja k telah d juga diperlihatkan oleh negeri kita. D im ana adat dan kebiasaan jang m engatur m asjarakat desa, m aka lalu hukum dan politik ja n g lebih luas ja n g mengem udikan negara kedalam dan keluar. Ig am a jang tim bul dari perasaan m anusia sebagai tjip taan alam dalam perasaan ja n g m endalam, diganti atau dirubah hendaknja dengan ilm u pengetahuan jang tim bul dari fikiran berdasar pengalam an, ke njata an dan perseorangan. O le h karena sifat perseorangan.-.-ini maka achlaq dalam kehidupan bersama terantjam, pun pula perdam aian serta keam anan, d jika tidak pertalian dalam G em einschaft dipertegakkan kem bali dengan m endjam in pem eliharaan terhadap igam a dan kebudajaannja. D em ikian dim ana kita m engetahui, b ah w a G esellschaft berasal dari G em einschaft, dan m endapat keduad u a n ja ini bertentangan, m aka d ju g a kita harus achirnja m engakui bahw # keadaan m odern.d a n, perseorangan jang terdapat dalam G esellschaft h a n ja akan dapat p erim bangannja dalam a dat dan kebudajaan, dan berdasar kokoh atas persatuan d an pertalian dalam G e m einschaft, sebagai terdapat tjip ta an n ja dalam keluarga, ig am a d an sebagainja. 12. T IM B U L N J A S O S IO L O G I D A N A S A L P E R K A T A A N N J A. E m pirism e, jaitu peladjaran jang m endjadikan pen je lid ik a n d an pen galam an sebagai sum ber penjelidi-

28 a < o kan dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan dengan membuang tachjul dan segala apa jang tak berdasarkan akal dan pengalaman jang njata, pada abad pertengahan mendjadi dasar fikiran di Inggeris dan Eropah Barat lainnja. Bilamana ia mulai m emantjarkan pengaruhnja di Italia, maka di Inggerislah ia telah mendaoat lapangan untuk dapat tumbuh dengan suburnja. Pada zaman itu djuga dunia pengetahuan mengenal Francis Bacon di Inqgcris pada tahun , ahli politik dan filsafat. Ialah jang berpendapat untuk me" nguasai segala ilmu agar dapat djuga menguasai dunia. U ntuk beladjar ilmu haruslah lebih dahulu terdapat suatu susunan jang teratur, susunan -setjara sistim itis dalam ilmu alam, biologi, psychologi, tatanegara dan sebagainja. Suatu pendapat dan suatu susunan fikiran dan rentjana pekerdja dalam du.ija ilmu jang menguasai dan memberi tuntunan selama 300 tahun berikutnja. Pengalaman jang njata serta penjelidikai jang rapi hendaknja mendjadi dasar pekerdjaan m enjusun itu. Demikian maka bagi kita tidak asing pula, kalau kita melihat August Comte ( ) di Perantjis deigan pendapat2nja terhadap ilmu-sosiologi ini, dari siapa sebenamja perkataan sosiologi itu berasal. Dengan perkataan sosiologi ini ia bermaksud m engadakan tindjauan antara ilmu2 jang ada setjara sistimatis. P enjelidikan jang njata berdasarkan kenjataan, pengalaman. statistik dan sebagainja, untuk mentjapai ilmu jang positio, ialah ilmu jang tidak hanja berisi angan2 sadja. Demikian maka tjita2 dan andjuran Bacon di Inggeris 200 tahun jang Ialu seolah-olah dapat buahnja dengan susunan sistimatis itu dalam ilmu filsafat, ilmu alam, ilmu biologi dsb-nja, dengan masing2 lapangannja tegas terpisah satu sama lain. M aka lambat-laun dengan pembagian2 itu dapatlah orang lebih terang mengetahui maksud dan tudjuan satu2nja ilmu, sehingga kepesatan da.i kem adjuannja dapat m udah tertjapai.

29 Dengan berkias kepada susunan dalam ilmu2 lainnja itu. maka ilmu kemasjarakatanpun dapat ditetapkan lapangan dan maksudnja, pu.i djuga dapat dipsladjari setjara sistimatis ( = setjara sosiologis!) menurut pandangan Com te tadi. Selandjutnja Spencer, Diirkheim, Vierkandt, W u n d t, V o.i W iese dsb.nja atas penjelidikan dan pengetahuannja masing2 telah membentangkan pendapat^nja dalam buku2 tentang filsafat sosiologi dan sebagainja. Gustav Schmoller (1880) memperbedakan ekonomi da.i sosiologi dan berpendapat bahwa ekonomi adalah suatu bagian dari ilmu masjarakat jang lebih luas, j.i. jang dinamai sosiologi. Ekonomi mempsladjari bagian, keduniaan dan kebutuhan keduniaan sedanqkan sosio- V Iogi mempeladjari kebathinan. djiw a dan bentuk ma- I sjarakat. Ekonomi sebagai ilmu sosial diuraikan per- ' tama dalam buku A dam Smith jang bernama,,an inquiry to the nature and causes of the wealth of nations", (1776) (suatu penjelidikan tentang sifat dan sebab2 kelcajaan bangsa). Dalam buku ini masjarakat dipandang sebagai suatu kesatuan ja ig merdeka, jang hidup sendiri dengan kebutuhan dan kekajaannja.

30 BAB II M A N U S IA D A N M A S J A R A K A T W alaupun beberapa ahli sosiologi berpendapat, bahwa oleh karena masjarakat ini adalah suatu barang jang gaib, fiktif dan hanja ada dalam gambaran sadja sehingga ia ta dapat ditentukan dengan menentukan waktu daa tempatnja, maka oleh karena segala kedjadian masjarakat ini terdjadi dalam masjarakat sendiri, sebagian dari mereka tidak keberatan untuk memberi definisi masjarakat sebagai berikut: 1 D E F IN IS I M A SJA R A K A T. M asjarakat adalah golongan besar atau ketjil terdiri dari beberapa manusia, jang dengan atau karena sendirinja bertalian setjara golongan dan pengaruhmempengaruhi satu sama lain. 2. D E F IN IS I M A S JA R A K A T P R O D A N K O N T R A. Pengaruh daa pertalian kebathinan jang terdjadi dengan sendirinja disini mendjadi unsur jang sine qua non (jang harus ada) bagi masjarakat. M asjarakat bukannja ada dengan hanja mendjumlahkan adanja orang2 sadja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain. Dua tjontoh jang berikut hendaknja memberi penerangan seperlunja: a. D i Benares pada suatu tempat terdapat beberapa orang fakir; siang-malam mereka hidup bersama mendjalankan sengsara. Mereka tidur diatas tikar berduri, berpuasa dan hanja makan djika ada orang datang memberinja. W alaupun mereka ini hidup pada suatu tempat jang sama, tetapi mereka ini hanja hidup sendiri2 dan tiada mengadakan perhubungan satu sama 28

31 lain. Kehidupan jang demikian itu tak dapat dinamakan masjarakat sebagai menurut definisi tadi. b. Di-tengah2 pegunungan terdapat suatu tempat dimana 3 a 4 keluarga hidup berumah masing2. W a la u pun satu2nja rumah itu djauh letaknja dari jang lain anggauta2 keluarga itu sering datang berkumpul; jang seorang pandai mengadji dan pandai djuga tentang soal igama, jang lain pandai membuat alat2 rumah, seorang lagi bertjotjok tanam, sedangkan jang keempat selalu bersedia untuk turun kekota mengurus keperluan bersama. Dengan demikian mereka ini selalu butuh-membutuhi, dan djuga pengaruh-mempengaruhi dalam tindakannja masing2 dalam pergaulam ja itu. W alaupun hanja sedikit pengaruhnja dan rumahnjapun djauh letaknja satu sama Iain, maka hidup mereka bersama itu memenuhi sjarat masjarakat. Sebagai dikatakan maka aliran modern menaruh keberatan terhadap definisi ini dan mengatakan bahwa masjarakat hanja terdapat dalam, gambaran sadja. M enurut mereka masjarakat tidak dapat dilihat menurut waktu dan tempat sebagaimana kita melihat suatu barang jang konkrit dengan mata kepala. Dengan demikian mereka keberatan kalau hanja memperhatikan masjarakat ini dalam bentuknja. Mereka lebih suka mengutamakan proses kemasjarakatan jang memberi hidup kepada kehidupan bersama itu. Pemihak definisi jang pertama setudju sekali dengan perhatian itu, tetapi mereka memberi definisi itu tidak Iain melainkan untuk mendjadikan peladjaran sosiologi lebih njata, sehingga lebih m udah dipeladjarinja. 3. M A S JA R A K A T D A N M A T JA M N JA. Masjarakat adalah suatu kesatuan jang sejalu berobah, jang hidup karena proses masjarakat jang menjebabkan perobahan itu. Dalam zaman biasa masjarakat 29

32 mengenal kehidupan jang teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggauta2nja, baik- dengan paksa m aupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak seweiang-wenang, untuk mengutam akan kepentingan dan keamanan bersama. D engan paksa berarti tunduk keoada hukum2 jang telah ditetapkan (negara, dsb.); dengan sukarela berarti m e iu ru t adat dan berdasarkan keinsjafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu (desa berdasarkan adat dsb.). Tjara terbentuknja masjarakat m endatangkan pembagian dalam: a. masjarakat paksaai, um pam anja negara, m a sjarakat tawanan ditempat taw anan dsb.nja. b. masjarakat merdeka jang terbagi pula dalam: (a) masjarakat alam (natur) j.i. jang terdjadi dengan sendirinja: gerombolan (horde) atau suku (stam), jang bertalian karena darah atau keturunan, umumnja jang masih sederhana sekali kebudajaannja. (b) masjarakat kultur, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepertjajaan (keigamaan), j.i. antara Iain kongsi perekoiomian, koperasi, geredja dan sebagainja. 4. A S A L M A SJA RA K A T. Bermatjam-matjam, penjelidikan didjalankan, untuk mendapat djawaban tentang asal masjarakat, tetapi tiada suatupun jang dapat ditegaskan be.iar, semua pendapat hanja merupakan kira2 dan pandangan sadja..ran9 berkesimpulan, bahwa manusia ini tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua atau dipulau sunji umpamanja. Selalu ia akan tertarik kepada hidup berama dalam masjarakat, karena: 30

33 a. hasrat jang berdasar naluri (kehendak jang diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunjai anak, kehendak mana akan memaksa ia me.itjari isteri sehingga masjarakat keluarga terbentuk. b. kelemahan manusia selalu mendesak ia untuk mentjari kekuatan bersama, jang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersamasama, da.i dapat pula mengedjar kebutuhan kehidupan sehari-hari dengan tenaga bersama. Sedjak lahirnja sebagai baji manusia telah tampak dalam kelemahannja, kebutuhan untuk pzrlindungan dari ibu-bapak selalu diharapkannja, demikian pula perli.idungan keluarga itu sendiri terhadap bahaja jang mengantjam, dari luar. Demikian keluarga terdjadi, dan selandjutnja suku bangsa, bangsa dan sebagainja. c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, j.i. machluk sosial jang harija menjukai hidup bergolongan, atau sedikitnja mentjari teman untuk hidup bersama, lebih suka daripada hidup tersendiri. Berhubung djuga dengan pendapat ini boleh kita me.igingat fikiran Darw in jang seolah-olah diperkuat olehnja. M anusia jang dikatakan satu keturunan dengan kera tentu sadja terdapat hidup. bergolongan, karena ternjata sekali bahwa kera dan sebangsanja selalu terdapat hidup dalam bergolongan. D juga hewan2 jang lebih rendah tjara hidupnja seperti burung, akan, dan lainnja telah terdapat dalam. golongan. Selandjutnja adalah kerdja sama, pertolongan, pendjagaan dan pembalasan bersama terdapat dalam gerombolan semut, kera, gadjah dsb. (Tiersosiologi D r F. Alverdes), dimana bukan akal tetapi naluri jang mendjadikan mereka bersatu. Sedikit sekali kira.ija kekeliruan, djika 31

34 manusia jang masih sederhana tjara hidup dan fikirannja dipersamakan aturan hidupnja dengan hew an2 ini. Artinja mereka mengadakan hidup bersama dengan ta memikir untung-rugi lebih dahulu menurut prinsip ekonomi umpamanja, jang selalu terdapat pada manusia modern. d. Lain daripada Aristoteles maka Bergson (lahir 1895) berpendapat, bahwa manusia ini hidup bersama bukan oleh karena persamaannja, melainkan oleh karena perbedaan jang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainja, demikian oleh karena pendapat ini berdasar kepada peladjaran dialektika, jang mentjoba melihat kebenaran dalam kenjataannja dengan mengadakan perbedaan dan perbandingan. M enurut Bergson kenjataan hidup baharu terasa dengan perbedaan antara manusia masing2 itu dalam kehidupan bergolongan. Pendapat Aristoteles jang telah kuno itu tidak bertentangan dengan pendapat Bergson jang bersifat mcfdern, kedua2nja dapat diakui kebenaran dasar fikirannja, kalau kita mengetahui bahwa golongan sosial ini bergerak atas proses assosiasi, integrasi dan differensiasi atau dengan singkatnja atas proses mengikat dan memisah. Berdasarkan adat, sifat meniru dsb. perasaan.solidaritet dalam golongan keluarga, suku bangsa, negara dan seterusnja akan mendjadi kuat dan luas, ikatan mana berlebih kuatnja dalam menghadapi bahaja. Dengan meluasnja pertalian dari keluarga kepada suku bangsa, negara dsb. maka pertalian dalam ikatan jang terketjil akan lebih lemah terasanja. Baik djuga diperhatikan bahwa ikatan solider ini berlainan sifatnja kedalam dan keluar; jang kedalam merupakan ikatan diantara anggauta2nja, sedangkan ikatan ini keluar, artinja terhadap lain golongan, sering terdapat bermusuhan (memetjah, selalu bermusuhan: Ratzenhofer, V o n W ie se). 32 i t

35 Ikatan kebangsaan jang meliputi golongan2 itu semuanja, melemahkan ikatan dalam tiap golongan tetapi sebaliknja djuga menghilangkan permusuhan antara golongan masing2, malahan mengikat mereka bersama mendjadi persatuan jang lebih luas itu. Demikian djuga igama jang bersifat meliputi bangsa2, dapat kiranja mempersatukan manusia segala bangsa untuk keamanan seluruh dunia, djika sekiranja tiap2 manusia benar2 memperhatikan andjuran' persatuan pendapat dalam igama itu, dan tidak selalu mengemukakan kepentingan sendiri dan kepentingan bangsa atau igamanja masing2 belaka. Tipisnja rasa kebangsaan akan diganti dengan tebalnja persaudaraan sedunia, jang dalam teori dan pertimbangannja dengan sendirinja akan melenjapkan pertjektjokan antara bangsa seperti telah tjukup dibuktikan perang dunia kesatu dan kedua. 5. M A S JA R A K A T M E N U R U T P A N D A N G A N B IO L O G IS. Penjakit peladjaran sosiologi-organis (j.i. peladjaran sosiologi jang memandang masjarakat ini sebagai suatu badan jang hidup, tak berbeda daripada hewan dan manusia, dalam buku ini djuga disebut sosiologi-biologis) dalam chususnja mempersamakan masjarakat dengan suatu organisme itu, melihat masjarakat sebagai suatu barang jang hidup, jang mempunjai djantung (pemerintah!) beranggauta dan berurat sjaraf (telegrap dan telepon) dsb. M asjarakat dapat sakit (endemi. pandemi, epidemi) sebagai djuga tubuh manusia dapat menderita sakit. Ia mempunjai djuga nafsu dan mengenal djuga perdjuangan hidupnja sebagai seekor hewan dalam, kehidupan jang merdeka.,.struggle for life dan..survival of the fittest adalah utjapan2 berdasar kepada persamaan antara hewan dengan masjarakat ini. Sebagai djuga dalam biologi mereka dengan demikian 33

36 mentjoba mendapatkan pandangan2 jang tertentu dalam peladjaran sosiologi. Memang ada beberapa hal jang tjotjok dengan persamaan ini, tetapi masih lebih b anjak jang m enentang а.i.: a. bahwa manusia jang berakal dan berfikir, jang j/ dipandang sebagai suatu sel dalam organisme m asjarakat itu, tidak dapat dipersamakan dengan sel dalam organisme hewan. M anusia berbeda-beda sifat dan fikirannja satu sama lain, sedangkan sel hewan satu sama jang lain serupa baik dalam bentuk m aupun sifat2- nja. b. segala rintangan atau pertentangan dalam tubuh biologi mendatangkan sakit, sedangkan pertentangan dalam masjarakat, umpamanja perdebatan dalam parlemen jang bertudjuan memperbaiki negara, seringkali mendatangkan kebaikan bagi negara seluruhnja. б. T E O R I A T O M IS T IS A T A U IN D IV ID U A L IS T S. Mereka jang menjetudjui teori organis ini adalah oleh karena mereka lebih suka menganggap masjarakat dipeladjari dari sudut golongan jang hidup, jang dinamis, demikian itu bertentangan dengan teori atomistis atau individualistis, jang mengatakan bahwa dalam masjarakat hanja terdapat perseorangan, jang m asing2 berdin sendiri dengan tiada.perhubungan satu sama ain. eori atomistis ini mendatangkan sifat statis dalam peladjarannja, karena dengan demikian maka hanja perseorangan jang dipentingkan, sehingga orang seolaholah membuta terhadap proses-sosial dan pengaruhnja dalam masjarakat, sebagai wudjud hidup bersama setjara golongan. ^ 34

37 BAB III B A H A S A D A N P E L A D J A R A N S O S IO L O G I 1. B A H A S A S E B A G A I P E N G A N T A R P E L A D JA R A N S O S IO L O G I. Dalam, mempeladjari perhubungan2 dan kedjadian2 dalam masjarakat kita menggunakan kata2. Dengan kata2 ini kita membatasi dan mempertadjam paham masjarakat dalam masing2 artinja. Dengan tumbuhnja masjarakat maka bertambah djuga djum lah dan djenis kata2 itu, -sehingga untuk mengertikan kedjadian masjarakat itu, ta lain ketjuali dengan memahamkan arti kata2 itu. Dalam masjarakat jang beradab kita mendapat arti kata2 jang tegas terpisah satu sama lain. Beberapa achli sosiologi mulai dengan penjelidikan dan pengumpulan kata2 itu. Jang terkenal antara lain ialah: a. Em ile Waxweiler, jang mulai menjusun segala paham sosiologi dan segala kata2 jang berhubungan dengan sosiologi sebagai tambahan dalam bukunja..esquesse d'une Sociologie. Kata2 ini disusun menurut abdjat dengan tiada pendjelasan jang lebih penting pula. b. Robert Miechels mentjoba membuat..handworterbuch der Soziologie', tetapi dengan perang dunia I usaha ini tidak dapat diteruskan karena bersifat internasional jang membutuhkan sokongan tenaga dari ahli2 sosiologi sedunia. Usaha ini rupanja hingga sekarang tiada jang meneruskannja. c. Leopold von Wiese (1867) membuat,,tabel der Beziehungen, j. i. daftar dari segala perkataan jang berhubungan dengan relasi antara sesama manusia baik setjara perseorangan maupun setjara golongan. V on W iese adalah profesor sekolah tinggi di Keulen (Djer- 35

38 man) dan dengan murid2nja ia mengum pulkan perkataan2 ini dari kamus2 Djerm an jang ada. D alam,,handworterbuch der Soziologie 1931 terdapat perkataan2 ini jang sangat banjak sekali dipergunakannja dalam lapangan sosiologi. 2. B A H A S A IN D O N E S IA D A N S O S IO L O G I. Selain daripada kenjataan, bahwa sosiologi dinegeri kita sebagai ilmu tidak diperhatikan, dalam, prakteknja ia hanja terlihat dalam tindakan2 sosial dari pemerintah. Lain daripada di-negeri2 merdeka lainnja, maka kita ketahui bahwa untuk mempeladjari,,ilmu barat kita hingga kini mempergunakan bahasa asing, terutama b a hasa Belanda, atau kalau dalam keigamaan m em pergunakan bahasa Arab. Ini jang menjebabkan, bahwa bahasa kita sebagai bahasa pengantar sangat terdesak dalam pe~ makaiannja. Lambat laun dari abad keabad tertanamlah kepertjajaan, bahwa bahasa kita tidak dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar untuk mentjari ilmui dan kedua. ialah bahwa seolah-olah segala ilmu baqi kita. baik ilmu keduniaan maupun ilmu ketuhanan hanja dapat tertjapai dengan menembus dinding bahasa asinq itu. Ini sungguh merugikan baik bagi bahasa kita sendiri maupun bagi kebangsaan kita. Sering kali oleh karena kesukaran bagi kita dalam memahamkan bahasa asinq itu lebih dahulu. maka kebuntuan memikir sudah terdapat dalam lapangan bahasa itu sendiri sebelum kita sampai kepada lapangan ilmu jang dimaksudkan. Dinegeri merdeka hal ini tidak mendjadi soal. Bahasa kebangsaan mendjadi alat pengantar dalam segala ilmu, sehingga ilmu itu dapat terkenal langsung kepada fjlrasa^ ^eban9saan- Dengan demikian ilmu itu dapat as ipe a jari sedalam-dalamnja, dan djuga seluas- Juasnja artmja dapat ditjapai djuga oleh segala lapisan masjara a, jang tidak terhalang oleh bahasa asing itu. 36

39 Demikian djuga kita ketahui, bahwa Arab, Mesir, Inggeris, Djepang dan negeri^ lainnja mendapatkan ilmu2 pengetahuan, tehnik dsb. dengan bahasanja sendiri. Segala buku2 dari negeri asing terdapat terdjemahannja dalam bahasa negeri itu sendiri. H anja bahasa kebangsaan sendirilah jang dapat mewudjudkan fikiran bangsa sebenar-benarnja, dan hanja bahasa itu pula jang dapat mendjadi perantaraan untuk segala ilmu bagi seluruh bangsa. M empeladjari bahasa asing adalah untuk meninggikan deradjat dan kekajaan bahasa kita sendiri, dan sekali-kali bukan untuk merendahkan ataupun untuk mendesak bahasa kebangsaan itu sehingga tak terpakai dengan edjekan pula jang sering kali tak ketinggalan dinegeri kita ini, bahwa bahasa Indonesia ini miskin dan kurang memuaskan untuk dunia ilmijah. Sjukur sekali bahwa lambat laun perasaan menghina jang terpengaruh oleh prasangka ini mendjadi tipis, apa pula kalau sedjak perang dunia kedua kita,,terpaksa mempergunakan bahasa kita itu sebagai resmi, dan ternjata bahwa kemiskinan bahasa bukan terdapat dalam bahasanja, melainkan dalam bangsanja jang tidak suka, bahkan merasa hina untuk mempergunakan dan memelihara bahasanja itu. Sebagai bahasa kebudajaan bahasa Indonesia tidak kurang kekajaannja, 'sebagai telah dibuktikan beberapa kamus. St. Harahap, St. T. A li Sjahbana, dan banjak pula lainnja telah banjak sekali djasanja dengan menjusun kata2 dalam kamus dan karangannja jang boleh kita pergunakan dalambahasa kita seterusnja. D juga dunia perguruan lambat laun telah dapat membuktikan bahwa peladjaran ilmijah dapat sempurna djuga dengan mempergunakan bahasa kita itu. Selandjutnja kalau kita semuanja tetap giat mempeladjarinja dan buku2 segala pengetahuan terdapat dalam bahasa Indonesia, maka kemerdekaan berfikir

40 tidak lain, melainkan akan menghadapi kesempurnaan, dan akan menghilangkan rasa ketjil hati bangsa In d o nesia akan pemakaian bahasanja itu. M ungkin kelak kalau zaman telah membolehkan, maka terutama sekali dalam lapangan sosiologi ini kita akan dapat menjusun kata2 Indonesia, sedikitnja untuk ikut membimbing kearah susunan fikiran jang tepat dengan kata2 jang tepat pula. Bahasa Indonesia dinegeri kita harus m endjadi bahasa kesatuan, bahasa pengikat kebangsaan jang umum dikenal oleh segala anak bangsanja, sebagai bahasa lainnja bagi bangsa itu masing2. W a la u p u n ada bahasa daerah dan matjam2 dialek, sebagai bahasa D jaw a, Sunda dan M adura dinegeri kita, maka bahasa Indonesialah jang akan mem.enuhi sjarat sebagai bahasa kebangsaan untuk negeri kita. India mengenal k.l. 400 matjam bahasa daerah, pun djuga negeri Belanda, Inggeris, Amerika dan sebagainja, tetapi bahasa kebangsaan bagi mereka ialah Urdu, bahasa Belanda, bahasa Inggeris dan sebagainja. Dengan bahasa kita sendiri dunia pengetahuan harus terbuka bagi segala golongan, jang sudah harus tahu membatja dan menulis akibat kewadjiban beladjar nanti, dan akibat keinsjafan kemerdekaan bangsa, jang mengadjak segala anggautanja kepada kemadjuan Pada permulaan dan djuga dalam buku ini, oleh karena bagi penulis sendiri bahasa Indonesia ini masih sukar, maka tidak boleh tidak pemakaian beberapa kata bahasa asing harus dipergunakan. Pergantian denqan bahasa sendiri selalu diutamakan. 38

41 BAB IV P R O S E S M A S J A R A K A T D A N S O S IO L O G I P E N JE L ID IK A N I. P R O S E S M A S JA R A K A T. T iap tindakan manusia dalam kehidupan bersama menjebabkan hubungan baharu jang bersifat kekal ataupun sementara. Perhubungan itu adalah mengikat ataupun mentjeraikan. M asjarakat tersusun dari golongan dan berbagai-bagai organisasi, jang oleh manusia dalam dunia modern ini harus dialami. Golongan keluarga didesa jang bertjorak sederhana dan bersandar adat, organisasi dan golongan ekonomi; sosial dan politik; pun djuga perhimpunan olah raga dan kebudajaan dikota, jang harus dialami oleh tiap anggauta masjarakat zaman sekarang ini, K ita hendak bermain bola, harus dulu mendjadi anggauta perkumpulan itu, hendak menarik betjak harus m,elaporkan dulu kepada perhimpunan betjak; dan kalau hendak beladjar menari lebih mudah dan murah untuk mendjadi anggauta dahulu dari perkumpulan kesenian dan sebagainja. D an kalau kita hendak berdjualan dipasar maka kotapradja akan menarik padjaknja sebagai ganti bagi djasa kotapradja itu jang telah menjediakan pasar dan bertanggung-djawab atas keamanan dalam pasar itu. D juga tidak boleh mendirikan rumah dengan tidak seizin pemerintah umpamanja, karena peraturan ini achirnja untuk kebaikan umum, jang oleh pemerintah hak dan kemerdekaannja dipertanggungkan. Selandjutnja djika seseorang keluar dari suatu golongan atau perhimpunan, maka dilain tempat atau dilain waktu ia harus pula memasuki lingkungan atau pun lapangan golongan lain. Perpisahan disini menjebabkan perhubungan disana dengan lain orang. perkumpulan atau keluarga. 39

42 Dr. P. E ndt menjamakan terdjadinja hubungan itu dengan hubungan antara anak2 tjatur dalam perm ainan tjatur. Diatas papan tjatur itu terdapat disini Pion, Kuda dan Ster berikatan dalam m endjaga atau menjerang, disana terdapat lagi satu Benteng bertalian dengan dua Pion seorang diri. T iap perpindahan dari anak2 tjatur itu menjebabkan terlepasnja mereka dari suatu perikatan daripada golongan mereka, dan m engadakan perikatan dengan suatu perpindahan m endjadi bertalian satu sama lain dan sebagainja. 2. V O N W IE S E D A N A D JA R A N P E R H U B U N G A N. V on W iese (lahir 1867) menjebut peladjaran sosiologinja: A djaran perhubungan antara manusia dan manusia. A djaran ini dipisahkan dengan tegas dari ilmu2 mengenai kemasjarakatan lainnja sebagai ilmu ekonomi, hukum, tata negara dan lainnja. Perhubungan antara manusia2 ini adalah buah dari proses masjarakat jang m enundjukkan rapat-renggangnja pertalian, djauh dekatnja djarak antara seorang dengan jang lain, antara golongan dengan golongan dan sebagainja. D juga V o n W iese memperhatikan tempat dimana perhubungan atau proses sosial itu terdjadi, pun djuga membitjarakan,,gebilde" (golongan) sebagai tertjantum dalam arti persekutuan hidup (G e m e in schaft dsb., negara, bangsa dan lain2 daripada arti golongan sadja. V on W iese mendjalankan penjelidikan dan adjarannja setjara analise dan sinthese, j.i. memetjah-metjah dahulu keadaan dan kedjadian masjarakat itu untuk mempersatukan mereka kembali; dengan mana dapat tertjapai pengertian jang lebih djelas dan tepat. Selandjutnja V on W iese mengadakan empat matjam hubungan, jaitu: (3 > hubungan jang sesungguhnja. j.i. hubungan d i mana motief { alasan atas mana suatu tindakan 40

43 diambil) dan penjelenggaraan atau tindakan bersatu padu, artinja tidak bertentangan. b. hubungan jang tidak sungguh, j.i. hubungan dimana motief dan tindakan bertentangan. c. hubungan terbuka, ialah hubungan jang tidak ketutupan hubungan lain, atau tiada terdapat hubungan lain jang disembunjikan. d.. hubungan berkedok, j.i. hubungan jang sifatnja tidak tegas karena tertutup dengan adanja hubuilgan lain, sehingga menghiraukan maksud hubungan jang sebenarnja. 3. P E M B A G IA N P R O S E S M A S JA R A K A T. A liran baru dalam sosiologi jang dalam adjarannja lebih memperhatikan proses masjarakat daripada bentuk masjarakat, selandjutnja membagikan proses masjarakat itu sebagai berikut: a. Proses mengikat, (asosiatif, integratif). j.i. mendekati, ikat-mengikat, bersatu dsb. fb/~, Proses memisah, (disosiatif, differensiatif), j.i. bertjerai, berpisahan, hidup masing2 dsb. <^cs Proses tjampuran atau pertengahan, jang tidak dapat dengan tegas dimasukkan dalam a atau b dan kadang2 djuga berisi arti a dan b. Pembagian ini berdasar kenjataan jang selalu menundjukkan diri dalam tiap2 proses masjarakat dalam kehidupan sehari-hari. D juga oleh karena sifat biologis maka manusia ini selalu terdapat dalam, keadaan berteman atau mengasingkan diri, mendjauhi ataupun mendekati sesama manusianja, bertjektjokan ataupun hidup aman dsb. sehingga gerak-geriknja selalu dapat dibatja dalam dua pembagian tersebut diatas atau setidak-tidaknja dalam bagian jang ketiga. 41

44 1. T JA R A M E M P E L A D JA R I P E R H U B U N G A N. Pembagian perhubungan dimuka tadi hanja mengenai garis besar sadja. Dalam kehidupan se-hari2 kita lebih tepat mempergunakan kata2 jang menundjukkan hubungan itu jang umumnja terbagi dalam arti mengikat, mentjeraikan ataupun dalam arti antara keduanja itu sebagai telah diuraikan dimuka. Pula telah djuga diuraikan tenaga sosial jang menjebabkan hubungan sosial itu. U m p a manja sadja dalam soal kontak sebagai permulaan perhubungan, dimana njata, bahwa perkenalan dapat menghilangkan, atau sedikitnja menipiskan prasangka. Dalam mempeladjari hubungan atau tenaga jang menjebabkan hubungan itu sebaiknja kita perhatikan: a. pembagian jang lebih teliti dari 3 m atjam hubungan itu tadi (mengikat, mentjeraikan, dan jang berada diantaranja), sehingga tenaga jang satu tegas terpisah dari jang lain. b. diperhatikan, apakah benar bahwa tenaga jang dipeladjari (diselidiki) itu jang menjebabkan hubungan atau proses masjarakat jang hendak diketahui itu. Umpamanja: -pendidikan keigamaan memperkokoh rasa persaudaraan- disini dapat diselidiki: _ 1- pendidikan keigamaan- menurut igama apa?: Islam, Keristen, H indu atau lainnja. ~ ^iej?.^ ara,n tentang a Pa jang dimaksudkan denqan pendidikan keigamaan itu. 2. apakah jang dimaksudkan dengan rasa persaudaraan disini? Pentmg djuga dalam penjelidikan ini diketahui: matjam golongan penduduk terhadap mana penjehdikan itu didjalankan. c. sikap objektip tidak berat sebelah, terhindar dari segala prasangka. Penjelidikan memang seharusnja 42

45 didjalankan semata-mata setjara ilmijah, ialah terlepas dari segala sentimen dan sebagainja dan melulu dengan memperhatikan segala apa jang terdjadi sebagai dittodjaunja itu. D juga tidak boleh orang memperkokohkan persangkaan seperti umpamanja tersebut diatas tadi (-pendidikan keigam.aan meraperkokoh persaudaraan-) kalau penjelidikan menjatakan sebaliknja. O rang harus bersedia untuk merobah persangkaan itu, kalau temjata umpamanja bahwa pendidikan keigamaan bukan memperkokoh bahkan merusak persaudaraan, andaikata karena ternjata bahwa dalam kampung itu terdapat pengikut beberapa igama, dan jang seorang membentji jang lain kalau pendidikan keigamaan itu saling mengkafirkan. 5. R E N T JA N A P E N JE L ID IK A N S O S IO L O G I. Lambat laun, sesudah sosiologi dapat ditegaskan dengan njata sebagai ilmu dengan lapangannja sendiri, makn penjelidikan dalam lapangan itu banjak pula didjalankan. D i Perantjis, Djerm an dan achim ja dinegeri Amerika Serikat bagian penjelidikan jang disebut Research Study mengambil tempat tersendiri dan meminta perhatian istimewa pula untuk dipeladjari sebagai ilmu jang disebut,.research M ethod dan,.research Science. Di-tiap2 perguruan tinggi bagian Penjelidikan ini mendjadi b a g ia i jang terpenting dalam Departemen Sosiologi dan Filsafat dan hasil penjelidikan itu tak sedikit mendjadi pedoman bagi Pemerintah dalam usaha2 sosialnja, bagi kaum dagang dan perusahaan dalam Penjelidikan Pasar {Market Research), iklan2 urusan personil dan sebagainja. D juga dalam mentjapai pengertian intemasional maka peladjaran Sosiologi dan 43

46 Anthropologi tak sedikit mempergunakan hasil2 penjelidikan ini. Bagaimana penjelidikan sosiologi um um nja harus didjalankan untuk memenuhi sjarat2 ilm ijah itu? Jahoda-Deutch dan Cook dalam,.research M ethods in Social Relations menjatakan bahwa biasanja dalam lapuran tentang penjelidikan jang telah selesai djika diumumkan dalam harian atau madjallah, kurang lebih akan terdiri dari: a. penetapan maksud penjelidikan jang um um nja dapat dibatja dalam uraian masalah itu. b. uraian singkat tentang tjara penjelidikan jang akan dikerdjakan. c. tjara mengumpulkan data {j.i. keterangan dan tjatetan2 mengenai soal itu). d. uraian hasil2 penjelidikan. e. kesimpulan (konklusi) dan uraian pendjelasan (interpretasi). Uraian a: Umumnja uraian jang tegas mengenai masalah jang akan diselidiki itu seriagkali dianggap terpentinq dalam proses penjelidikan. Pembatasan maksud dan pendjelasannja itu selain memudahkan djalannja penjelidikan kosan men9hematkan w aktu dan perong- Uraian b: Ilmu penjelidikan sosial kini telah menem,ukan dan mempergunakan berbagai2 sistim dan teknik untuk memudahkan tjara penjelidikan itu. Sistimatis,'objektip, berdasar kenjataan untuk memenuhi sifat ilmijah. M e nurut sifatnja, penjelidikan itu umumnja dibaqi dalam 3 matjam: 44

47 1. penjelidikan jang menguraikan masalah itu untuk diselidiki lebih landjut. 2. penjelidikan jang diagnostik untuk mempeladjari sifat2 istimewa dari sesuatu kedjadian, dan djika dapat mendatangkan perbaikannja. 3. penjelidikan eks.perimentil, j.i. penjelidikan dengan mempergunakan pertjobaan2, untuk mengetahui benar tidaknja sesuatu persangkaan (hypothese). U m pamanja dalam persangkaan benar tidaknja,,kenaikan penghasilan menjebabkan bertambahnja djumlah penduduk desa A naik hadji, kita akan menjelidiki 3 matjam faktor: a. kenaikan penghasilan b. kenaikan djum lah naik hadji c. perhubungan antara a dan b. Tak adakah suatu faktor lain jang menjebabkan b itu? Penjelidikan eksperimentil disini umpamanja didjalankan, dengan pertanjaan, benarkah djika penghasilan naik orang memikirkan lebih dulu untuk naik hadji? M ungkin ada sebab lain, fikirkan sadja pada zaman pendudukan Belanda dimana telah mendjadi mata propaganda bagi pemerintah Belanda untuk mengandjurkan naik hadji bagi penduduk, atau andjuran dari M ekkah sendiri bagi siapa kenaikan hadji mendjadi sumber penghasilan jang tak sedikit artinja. D juga provokasi tentang datangnja hari kiamat tak lama lagi menakutkan penduduk desa dan kenaikan naik hadji mendjadi dorongan untuk merasa terhindar nanti dari,,'siksaan diachirat... sekalipun penghasilan mereka ternjata tak berapa berbeda dari semula dan perongkosan mereka ternjata didapatkan dengan pendjualan harta benda, sawah dan tegalannja ataupun... dengan djalan berhutang. Penjelidikan eksperimentil disini memang dapat dipersamakan dengan penjelidikan laboratorium bagi 45

48 i i r h " I ak a r d 1 S a lj r \eba9ain,ia SekaliPun sebab disini dikendalikan, tak s e m u d a T c e n fl^ t mas)'arakat sukar laboratorium itu. penjelidikan dalam kamar Uraian c: l a i d e n g t r PUlkan den9an be at^ djalan antara 1- menjaksikan (observasi). distaitantdimsdkmlalah me aksikan' Han,'a jang tertentu b e r ia t r T ' f a" de,n9 SUatU unsur jang dipeladjari itu T ia ra'n h men9erti mi banjak sekali diperqunakai observasi sematjam pologi, dimana seoranqan&ronnl lapan3an anthrohidup sesuatu suku banqsa iann mempelad)ari tjara hana dalam kehidupan d i C C r? ^ m^ h sederd- ksikan dalam k ^ d u ^ t w. ta^ itu ttip i,apl Jan^ mereka bitiarakan e, pe^adjari tenmereka berikan atau pertiaialra f se-hari2[ artf2 :a _ gapan dan persangkaannja P3da adat2" K angdjawab Meng-mterpiu d ganwtu Lorann'2qUestlonnaire). a r?q u e s tio n n lintf Piu) dan tan)'a" «5t r dsp s S ' S t e s H S s a s : ; andjuran atau prasangka susi S 9ertl dan tidak berisi 46 P ^tanjaan jang me-

49 nurut hiaksud penjelidikan mengenai masalah jang sedang diselidiki itu, dan sebagainja. \ 3. Data djuga dapat dikumpulkan dari bahan2 jang telah ada, umpamanja: a. statistik, antara lain: 'statistik djumlah penduduk.. statistik djumlah kematian, kelahiran, pernikahan dsb., jang biasanja disusun oleh Kantor Statistik. b. dokume.i2 perseorangan berupa buku harian, riwajat hidup, -surat2 dan sematjamnja jang semuanja dapat menambah pendjelasan kepada masalah jang diselidiki itu. Buku2 jang sekiranja perlu dipeladjari mengenai teknik penjelidikan sebagai terutama didjalankan di Amerika Serikat ialah antara lain: 1. Research Methods in Social Relations oleh Marie Jahoda, M orton Deutsch and Steward W. Cook. 2. Pauline Young: Scientific Social Surveys and Research. 3. Lundberg: Social Research. 4. John Grey Peatme.i: Descriptive and Sampling Statistics dan banjak pula lainnja. 47

50 ) BAB V T E R P E N T JIL D A N B E R T E M A N 1. T E R P E N T JIL A T A U T E R S E N D IR I. Dalam sosiologi kata terpentjil berarti: merasa ke~ hilangan suatu hubungan jang diharapkan dengan orang lain, kehilangan hubungan jang disukai. Dengan ini dapat ditafsirkan bahwa rasa terpentjil terdapat djuga dalam waktu berada di-tengah2 orang banjak, tetapi orang2 itu tidak sesuai pendidikan^jgama, golongan dan sebagainja. Umum nja djika seseorang sedjak ketjilnja berada dikota, dan salah suatu keadaan memaksa ia pindah kedesa, maka tidak mudah ia merasa berteman ditengahtengah orang desa itu. Ia akan selalu merasa terpentjil hingga pada saatnja ia dapat nienjesuaikan diri dikalangan orang2 desa itu, T jara menghukum sering didasarkan atas rasa terpentjil ini. Betapa beratnja penderitaan seorang hukum an kalau mendapat hukuman sel, dalam mana ia tertutup seorang diri, siang-malam tiada kawan untuk bertjakaptjakap. Sebaliknja djuga dapat terdjadi, kalau seorang terpeladjar lebih baik memilih hukuman sel, karena ia tahu dengan siapa ia akan membagi kam,ar djika tidak diselnja. Baginja lebih baik memilih sunji seorang diri dalam sel daripada berada, ditengah-tengah pembunuh dan pendjahat jang tidak berperasaan kemanusiaan dan tidak mengenai peradaban itu, atau jang berbeda pandangan hidupnja. Dengan tersendiri ia akan dapat memikirkan hal2nja sendiri dengan tiada terganggu oleh oleh orang lain itu jang tidak dapat mengerti atau menghargai keadaannja itu. D juga dapat dibatja, bahwa dalam kenjataan terpentjil tidak orang merasa tersendiri, um pam anja 48 < $.

51 sadja djika ia mendapat keteguhan batin dalam keigamaan, dapat menulis buku kenang2an dsb. Tepat benar pendapat dua orang ahli pikir dalam hal ini ialah: Goethe: D alam sunji bakat dilahirkan, dalam kehidupan d u nia ramai timbullah tabiat. Rilke: H an ja bagi jang terpentjil diturunkan ilham. Banjak pula pendapat2 orang pandai dan ahli pikir tentang sunji dan pengaruhnja terhadap batin *dan kehidupan manusia, jang tidak usah diuraikan semua disini. Selandjutnja bagi jang mendjalankan hukuman adalah perbedaan rasa antara terpentjil untuk seumur hidup dengan terpentjil lama ataupun sementara, dimana suatu harapan untuk merdeka kembali tak sedikit meringankan beban hukuman itu. D juga penerimaan tentang keadaan terpentjil ini berbeda bagi seorang terpeladjar dan jang tidak, sebagai diuraikan tadi. Seorang terpeladjar akan selalu mengetahui bagaimana ia akan menpergunakan waktunja itu. Selandjutnja ta' dapat djuga dipastikan bahwa orang jang suka hidup tersendiri tidak suka bersosial, karena tidakkah sering kali seorang pendeta atau kijai dalam mementjilkan diri itu mentjari suatu djalan atau ilmu untuk kebahagiaan masjarakatnja? 2. H ID U P B E R T E M A N. Apakah gerangan jang menjebabkan manusia ini umumnja lebih suka hidup berteman? Beberapa ahli sosiologi telah mengadakan penjelidikannja dan antara lain mereka berpendapat, bahwa hidup berteman itu adalah oleh karena: nalurj, ialah kehendak jang menggerakkan tiap manusia dan hewan lainnja lepas dari perhitungan akal. 40

52 Kehendak ini timbul dengan sendirinja teristimewa dalam waktu bahaja dan m anusia m entjari keselamatan badan. A ntara lain kita mengenai: naluri m elarikan diri, mengusir (mendjauhkan sesuatu dari dirinja sendiri) ingin mengetahui, keinginan berkelahi, membela atau mempertahankan diri, keinginan beranak, kehendak bersatu, keinginan memiliki, kehendak m em bangun dsb. Karena perasaan badan: panas, dingin, lapar dsb. jang akan membawa manusia kepada golongan manusia dimana api, makanan dsb.-nja m udah terdapat. ( f O karena perhitungan untuk m entjapaj sesuatu keuntungah, biasanja dalam perekonomlan bagi manusia jang telah m adju tjara hidupnja. Lihat djuga Bab II pasal 4 tentang asal masjarakat, jang selandjutnja dapat dipertim bangkan sebagai 'sebab2 manusia hidup bergolongan. Dalam tjontoh a ternjata bahw a kata berteman bukan sadja berarti aman ataupun persaudaraan. D alam kita menguraikan naluri berkelahi um pam anja kita menggam,barkan seseorang jang mentjari Iaw annja { = tema.inja) untuk berkelahi atau bertanding kekuatannja. Ia se-olah2 merasakan suatu dorongan, suatu naluri «ntuk memperlihatkan kelebihannja itu jang harus diakui oleh orang lain dengan adanja pertandingan 3. D E R IT A K A R E N A H ID U P B E R S A M A. Kalau manusia telah hidup bersama, maka biasanja lalu terdjadi tindakan bersama, baik dalam arti mengerdjakan maupun dalam arti m endjauhi sesuatu tinakan. batu kerdja sama, tetapi djuga suatu keadaan tenkat, karena keadaan tidak merdeka akibat hidup bersama itu. H id up tergantung kepada kehendak bersama ini timbul dari perhatian terhadap kepentingan

53 orang Iain dalam hidup bersama itu. M asjarakat jang beradab mengenai ikatan2 ini dalam adat-istiadat dan peradabannja, sedangkan masjarakat hukum mengenai soal itu dalam peraturan hukumnja. W a la u p u n keadaan tidak merdeka dalam hidup bersama itu tidak selalu memperkenalkan diri sebagai suatu keadaan jang ditjela, tetapi beberapa ahli sosiologi selalu merasakan paham derita didalamnja. A da pula jang mengira bahwa unsur derita itulah jang mendatangkan sebab2 segala kesukaran hidup bersama; ada pula jang menjatakan, bahwa derita merupakan pendorong terkuat kepada manusia jang selalu berdjoang untuk melepaskan diri dari tiap2 rintangan dalam hidupnja. Pasti bahwa penderitaan ini memang suatu soal jang penting artinja dalam sosiologi, tetapi ada kalanja berat sebelah djika soal masjarakat ditindjau dari sudut itu sadja. Selandjutnja pandangan sosiologi itu akan bertjorak gelap karenanja, ibarat pandangan dunia dengan katja mata hitam. Golongan jang mementingkan soal penderitaan sebagai pokok sosiologi selandjutnja mengadakan pembagian sebagai berikut: a. penderitaan karena pembawaan alam, b. penderitaan karena susunan masjarakat, c. penderitaan karena dirinja sendiri. D alam memikirkan usaha untuk memberantas penderitaan itu V o n W iese berpendapat untuk memperbaiki lapangan dimana penderitaan itu terdapat, demikian umpamanja dalam a: menguasai tenaga alam, dan b: mengadakan peraturan sosial jang bersifat memberantas dan memperbaiki, dalam c: menebalkan kebatinan umpamanja dengan djalan keigamaan, atau pendidikan umum berdasar akal dan perhitungan jang mendatangkan kepertjajaan pada diri sendiri. 51

54 Dalam dunia modern dan dunia tehnik sekarang ini kita kebanjakan mendapatkan kenjataan, bahw a m anusia telah banjak berhasil untuk menguasai tenaga alam, jang pada mulanja sangat ditakuti karena derita dan kerusakan jang disebabkannja. K ini air sungai atau laut jang buas telah dapat dibendung sehingga orang tidak usah takut akan bandjir, sedangkan air sungai telah pula mendatangkan terang karena dipergunakan sebagai tenaga penggerak listerik di Amerika, D jepang, negeri Swiss pun djuga dinegeri kita sendiri. Selandjutnja pengairan merupakan satu2nja m anfaat (dan bukan tjelaka ataupun derita) karena adanja sungai dan sebagainja. Demikian djuga petir telah dapat dikuasai. sedangkan keahlian tentang gunung api telah djuga dapat menghalangi letusan gunung jang dahulunja mendatangkan derita jang ta' ternilai hebatnja. Ilm u kini telah dapat menguasai beberapa tenaga alam, sehingga umumnja derita karena pembawaan alam ini sudah banjak jang dapat dihindarkannja. T a usah pula diuraikan, bahwa lahirnja penerangan listrik telah mengusir dunia petang waktu malam, jang tidak sedikit mengekang manusia dalam perasaan takut, sehingga raenimbulkan berbagai-bagai tachjul dan chilaf, jang mempertebalkan penderitaan karena rasa takut jang telah mendjadi pedoman dalam djedjak hidupnja itu. H al jang terbelakang ini (c) adalah jang selalu oleh dunia timur lebih dipentingkan dari pada dunia barat. Eropah selalu terdapat dalam geraknja untuk memperbaiki lapangan masjarakat (keduniaan) (b ), sedangkan Asia lebih banjak mementingkan kebatinan (c). Perhatikanlah sadja peladjaran dari Buddha, Islam, pun djuqa Keristen jang pada hakekatnja berasal timur, O le h peladjaran2 itu selalu diusahakannja agar dapat manusia ini mengatasi penderitaan dengan meninggikan kebatinan, menguasai hawa nafsu dsb. Sebenarnja memang benar sekali kalau dikatakan 52

55 bahwa derita ini adalah suatu unsur jang membawa m a nusia kepada kebesara,n. Perhatikanlah sadja utjapan2 ahli fikir dan filsafat jang dibawah ini: H-eget: T indakan jang besar artinja timbul dari keduka-tjitaan jang dalam. Semakin tinggi alam manusia meningkat dalam kemadjua,nnja. semakin besar djuga penderitaannja. Musset: T iada jang mendjadikan kita luhur ketjuali dukatjita. Beaudelaive: Berterima kasih kita kepada T uhan jang telah. mengurniakan kita penderitaan, kare,na penderitaan inilah jang m entjutji kita dari kotor. W a la u p u n kita selalu berusaha meringankan derita, tidak djuga dapat dikatakan, bahwa dengan habisnja derita lenjaplah djuga dukatjita ataupun suburlah kiranja kehidupan bersama. Karena dalam hidup ini kita memang mengenai perimbangan antara petang dan terang, siang dan malam, pun djuga duka dan suka. Ke~-satu2nja tiada dapat dirasakan manfaatnja djika perimbangan dan perbandingan tiada dirasakan djuga. Selandjutnja maka dalam hawa jang kita isap untuk hidup itu sendiri tidak melulu terdapat oxygenium ( O 2) jang memberi hidup, tetapi djuga terdapat stikstof (N ) jang membawa binasa djika diisap sendirian sadja. Gas stikstof ini terdapat 79% dalam hawa jang kita biasa isap sehari-hari. Ternjata, bahwa antara dua bagian hawa itu djuga telah tertjapai perimbangannja dalam mengimbangkan hidup bagi segala machluk didunia ini. Dalam hal ini perlu djuga kita memperhatikan kehidupan Buddha, jang sebenarnja oleh karena derita dunia sekitarnja itu mendapat desakan untuk memikirkan djalan guna melenjapkan derita dunia itu. Sedjak ketjilnja Siddharta itu (Siddharta ialah nama pertama dari Buddha) oleh ibunja (M ay a) diusahakan untuk didjauhkan dari derita. Istana jang indah dibuatkan baginja, dimana ia sehari-hari dikelilingi suka dan ria. 53

56 Tetapi pada suatu hari, bagaim anapun d juga keras pendjagaan bagi Siddharta, ia m endjum pai seorang pengemis, seorang tua, se^r^ng sakit dan beberapa orang jang niembawa majat; empat m atjam gambaran derita jang ada dimuka bumi. Soal ini jang selandjutnja bagi Buddha memberi pokok untuk diatasinja, jang achirnja m.embawa ia kepada tingkatan B uddha dalam peladjarannja. Peladjaran Buddha, jang asli, sebagai memikirkan soal derita itu, bertitik berat pada filsafah, bahwa: segala derita adalah akibat nafsu; dengan menghilangkan nafsu itu, maka djuga derita akan lenjap. Menguasai nafsu berarti pula menguasai derita diri sendiri dan berbuat amal adalah untuk mengusir derita dari sesama machluknja. Perlu diketahui kiranja bahwa pemeluk agama Buddha ialah: Tiongkok, D jepang, Burma, Siam, Ceylon dan N epal kesemuanja berdjumlah ± djiwa. 54

57 B A B V I T E R P E N T JIL. B E R G A B U N G. B E R P IS A H T adi telah diterangkan tentang keadaan terpentjil daa berteman dalam Bab V, tindjauan mana terutama berlaku terhadap diri perseorangan. Dalam bab ini dan berikutnja (hingga bab X II) kita akan menguraikan proses2 dari sebelum penggabungan hingga kepada proses memisah dan proses penjampuran. Disini akan dilihat perhubungan antara manusia dan manusia, pun djuga antara manusia dan golongan dan sebaliknja. Proses2 jang akan dibitjarakan ini berlaku djuga diantara manusia sadja, artinja tidak dalam golongan. Lain sekali daripada proses2 jang akan diterangkan dalam bab X I I I (proses masjarakat jang asli), jang hanja dapat berlaku djika ada golongan. U ntuk memudahkan peladjaran. maka baiklah kiranja kita menjadjikan suatu bagian, sehingga mendapat gambaran. jang terang tentang djalannja peladjaran itu. Dengan bagian ini kita akan mengikuti gerak suatu golongan jang berada dalam terpentjil, selandjutnja dengan kebutuhannja untuk mentjari perhubungan. maka golongan itu akan bertindak mentjari kontak dengan golongan lain sebagainja. D juga kita akan menindjau pertalian dan perasaan anggauta2 golongan dengan mendjalani proses2 jang disusun setjara sistimatis, setingkat demi setingkat. H endaknja selalu diperhatikan, bahwa susunan ini hanja dibuat untuk memudahkan tindjauan dan peladjaran sadja, jang sekiranja dapat menjumbang mendapat pengertian jang lebih djelas tentang keadaan dalam masjarakat jang sesungguhnja. Baga,n itu adalah sebagai berikut: 1. Keadaan golongan sebelum pergabungan: Terpentjil. Mengasingkan diri, Bermusuhan. 55

58 2. Keadaan peralihan. O rang mulai mentjari kontak (H ubungan). 3. Proses jang raendahului pergabungan. a. Membolehkan, M em biarkan, b. Berkompromi. 4. Proses pergabungan. a. Dekat-mendekati b. Menfesuaikan diri _ c. Persamaan d. Kerdja sama.-* 5. Proses memisah a. Persaingan b. Oposisi c. Konflik (pertikaian). 6. Proses T jam puran (P ertengahan). 1. Keadaan golongan sebelum pergabungan. T E R P E N T JIL, M E N G A S IN G K A N D IR I, B E R M U S U H A N. Tjobalah kita melihat suatu golongan manusia jang masih hidup bersahadja dalam keadaan hidup terpentjil. Dalam peladjaran etnografie (ialah peladjaran jang menguraikan adat istiadat dan tjara hidup golongan jang hidup sederhana) kita akan melihat bahwa mereka itu umumnja bersifat bermusuhan terhadap se- 9a^ apa jang bukan dari golongannja. H ati bentji dan dendam, diliputi segala matjam prasangka, terhadap segale apa jang asing, artinja jang beradat lain, selalu terdapat didalamnja. Pembalasan sekampung terhadap seseorang dari kampung lain, atau terhadap kam punq itu seluruhnja raenundjukkan pertalian dan rasa solidair dalam kampung itu, dimana tiap2 anggauta merasa bertanggung djaw ab untuk mewakilinja terhadap dunia luar. 56

59 Bukan karena soal ekonomi dalam arti ikut makan milik golongan. itu, tetapi karena adat, sepak terdjang dan pendirian jang lain, jang mendjadikan,.orang baru itu terasing atau dimusuhi oleh gerombolan jang terpentjil itu. Sikap j a n g d e m ik i a n in i, w a l a u p u n s a n g a t tip is, d ju g a m a s ih t e r d a p a t d a la m m a s ja r a k a t ja n g t e la h d ik a t a k a n m a d j u, u m u m n j a d i- k o t a 2, a t a u id is u a tu b a g i a n k o t a besax d e n g a n p e n d u d u k n j a j a n g t e r d ir i d a r i b a n g S a k u l i t ber- w a r n a terhadap seorang atau suatu keluarga b e r k u lit p u t ih a t a u s e b a lik n ja. 2. Keadaan peralihan. O R A N G M U L A I M E N T JA R I K O N T A K. Kontak dan selandjutnja hubungan jang rapat menghilangkan atau menipiskan dinding ketjurigaan jang menghalangi kerdja sama dan pergabungan selandjutnja. Dengan kontak ini orang atau golongan telah mulai mentjari dan mengadakan perhubungan dengan dunia luar. Kontak atau hubungan hanja menghilangkan sebagian sadja dari keadaan terpentjil. A da kalanja bahwa orang ta merasakan keadaan terpentjil itu, artinja tidak merasa bahwa ia dalam keadaan terpentjil. Keadaan itu baharu dirasakan dengan adanja kontak tersebut. Perhatikan sadja keradjaan Djepang, jang pada tahun 1853 telah dibuka kembali oleh Commodore Perry dengan kedatangannja dipelabuhan U raga dekat Tokio. Pembukaan ini mengachirkan D jepang dalam keadaan terpentjil jang telah berdjalan 200 tahun lamanja. Baharu sedjak itu Djepang merasakan keadaan jang terpentjil itu karena djuga mengetahui bahwa keadaan itu telah melambatkan ia dalam kemadjuannja. Bagi Amerika Serikatpun sikap 57

60 mementjilkan diri dalam hubungan internasional, j.i. jang lazim disebut isolasionisme ternjata tidak selalu membawa keuntungan bagi keadaan negerinja. Isolasionisme, sebagai umum mendjadi sikap dasar dari goloagan Republiken, sebagai diperbedakan daripada golongan Demokrat jang umumnja lebih liberal, menghendaki supaja pemerintah lebih baik memperhatikan urusan negeri dulu daripada mentjampuri urusan internasional, apapula bila telah ternjata, bahwa pertjampuran tangan itu tidak memberi keuntungan langsung bagi negara. (Drang tak mudah lupa pada zaman Presiden Republiken Hoover pada tahua dan zaman depressi (malaise), jang sekalipun mengamuk diseluruh dunia masih terasa sebagai akibat pemerintah Republiken itu, jang mendjadikan tekanan jang hebat dalam perekoaomian Amerika. Pengangguran dan rasa putus asa terderita oleh kaum buruh, mendatangkan hasil pemilihan Presiden Roosevelt dari kaum Demokrat jang disamping mengadakan,.social security bagi kaum buruh dalam masa tua dan sematjamnja, djuga memelihara perhubungan luar negeri dengan lebih terbuka daripada semula. Dinegeri kitapun, keadaan terpentjil dari sesuatu golongan mendatangkan keadaan dimana adat terlihat sangat kuat dipeliharanja, Perhubungan lalu lintas, perdagangan dan sematjamnja telah membuka golongan atau daerah2 itu kepada pergaulan umum. D alam haj ini pesawat radio, kedatangan pegawai dinas penerangan dan pendidikan, latihan^ dari wakil2 sesuatu desa dikota dsb. tak sedikit membuka keadaan terpentjil itu kepada aliran umum, sebaliknja menipiskan adat istiadat itu. Demikian terbukalah daerah atau golongan itu kepada pendidikan dan kemadjuaa dalam menerim,a aliran dan fikiran baru. I

61 3. P r o s e s j a n g m e n d a h u l u i p e r g a b u n g a n. t. MEMBOLEHKAN DAN MEMBIARKAN. Dalam berikutnja, sesudah kontak tadi terdapat masjarakat golongan itu dalam keadaan membolehkan dan membiarkan perhubungan itu. Sifat permusuhan telah ta terdapat pula dan orang tidak bersikap mengetjam atau mentjela. Disini lambat laun terlihat, bahwa sikap membiarkan itu mendjadi suatu kenjataan sosial. Sikap membiarkan harus dapat dipisahkan daripada bersimpati, dimana orang lebih djauh daripada membiarkan masih belum mengandung arti kompromi dimana tertjantum arti: telah membuang sebagian sikap jang mempertahankan pendirian masing2. Dalam keadaan ini terlihat sikap kalah-mengalah dalam dekatmendekati itu, untuk mentjapai kompromi. D alam perhubungan dan keadaan membiarkan itu kita mengenai sikap atau peraturan sosial jang disebut membiarkan, membolehkan dengan diam2, tidak mentjela dan sebagainja. Sangat rapat berhubungan dengan toleransi ini adalah prinsip liberalisme, jang mengandung djuga arti membiarkan. Membiarkan, djuga terhadap lawannja, jang sedang mempertahankan diri dalam usaha permusuhannja sekalipun. Dalam hal ini memang terdapat suatu kegandjilan dalam paham liberalisme jaag sesungguhnja, karena kalau seorang liberalis tetap membiarkan, maka itu berarti menjokong lawannja, dan kalau ia tidak membiarkan lawannja jang sedang menentang itu, maka itu berarti tidak konsekwen kepada prinsipnja (jang harus membolehkan itu). Liberal dengan demikian berarti membolehkai, tidak mentjela, luas pandangan dalam politik dan igama. Inggeris sangat terkenal dengan politik liberalnja, artinja didalam negeri.ija sendiri terhadap bangsa Inggeris sesudah 59

62 abad pertengahan j.i. sesudah Bacon dan sesudah..glorious revolution", empirisme dsb.-nja. Selandjutnja kita mengetahui sikap atau politik jang berdasar toleransi terhadap agama-agama dari sesuatu negeri, pun djuga sikap toleransi agama jang besar2 seperti Islam, Keristen, Jahudi. peladjaran B uddha dsb.- nja, terhadap satu sama lain sesama agam anja, artinja djika kita memperhatikan peladjaran--nja jang asli dimana kata permusuhan tidak terdapat da,n selalu didjauhi. 2. B E R K O M P R O M I. Kompromi adalah seringkali suatu akibat permusjawaratan dimana kedua pihak telah bersedia untuk dekat-mendekati. Kompromi seolah-olah m.embuka djalan bagi kedua belah pihak itu untuk memasuki proses. Diatas telah dikatakan bahwa dengan berkompromi kita telah membuang sebagian dari sikap mempertahankan diri itu. Sedikit pula berbeda dengan pengorbanan, dimana terdapat bahwa korban lebih besar daripada hasil. walaupun jang mendjadi tudjuan dari pengorbanan itu ialah hasil itu sendiri. Selandjutnja kompromi dan dekatmendekati dalam proses pergabungan (lihat bab X a) itu selalu tutup-menutupi dalam arti dan prosesnja. 1. D E K A T - M E N D E K A T I.. 4. Proses pergabungan. Beberapa perbuatan jang termasuk dalam proses dekat-mendekati ini ialah: memberi, berterima kasih, menghormati dsb.-nja. U ntuk mendapat pendjelasan jang lebih terang tentang proses dekat-mendekati itu baiklah kiranja kalau kita mengambil suatu tjontoh, um pam anja sadja: perbuatan memberi. 60

63 D alam tindakan memberi ini kita mendapatkan 2 matjam tindakan; jang kesatu ialah aksi memberi dan jang kedua ialah reaksi terhadap pemberian itu jang baik berupa menerima maupun menolak, Oleh karena kini dibitjarakan keadaan dekat-mendekati, maka jang kita pentingkan disini reaksi menerima itu. K ini untuk mendjadikan proses dekat-mendekati itu berhasil baik serta kekal, sangat sekali tergantung kepada tjara penerimaan itu. Dalam hal ini Simmel antara lain mengatakan:,,'tjara penerimaan jang menggambarkan rasa terima kasih, -ataupun tidak, se-olah2 penerima itu memang meng-harap2kan barang itu, atau menggambarkan barang itu se-olah2 dengan ta' tersangka, memperlihatkan gembira ataupun ketjewa, memperlihatkan hormat ataupun penghinaan; kesemuanja itu mempengaruhi pemberi itu dalam sikap dan tindakan selandjutnja, sehingga tindakan memberi ini akan berakibat mendekatkan atau mendjauhkan. Tja«ra menerima jang sopan dimana rasa terima kasih dan kegirangan tertjantum didalamnja menggirangkan pemberi, walaupan ia tidak m)engharapkan utjapan terima kasih itu, adalah suatu..pertundjukan pula jang dinegeri Eropah mendjadi adat. Lain dari ditimur, dimana rasa gembira ini umumnja tersimpan dalam perasaan sadja. D alam hal ini timur biasanja mempertundjukkan rasa terima kasih itu dengan djawaban-pemberian berupa barang lain kepada pemberi itu. Pendek kata walaupun tjaranja mungkin berbeda, rasa terima kasih dan sikap menghargai terhadap pemberian itu selalu harus ada untuk menentukan proses dekat-mendekati jang' kekal. 61

64 2. MENJESUAIKAN DIRI. a. P andangan Umum. Dalam kata.dekat-mendekati belum teirmasuk arti meleburkan diri dalam pergabungan. D alam kata menjesuaikan diri orang telah meleburkan diri dalam pergabungan. D juga arti sama atau arti sederadjat hingga pada suatu tingkatan adalah suatu sjarat bagi proses menjelaraskan diri ini. Umum nja adalah pihak jang lebih lemah jang menjelaraskan diri kepada jang lebih kuat, sehingga seringkali arti kata ini mendekati arti penaklukan, walaupun penjelarasan ini sering djuga terdjadi dalam suasana aman dan persahabatan. D ju g a tidak selalu dapat dikatakan bahwa kekuatan sendjata dapat mengalahkan atau menjelaraskan sesuatu adat atau kebudajaan pihak jang meaang, bahkan ada kalanja bahwa jang menang itu memanggil atau menjelaraskan diri kepada kebudajaan pihak jang dikalahkan itu. Perhatikan keradjaan R um dalam menguasai negeri Junani dimana kebudajaan Junani tetap hidup dan dihargai... mempengaruhi kebudajaan R um itu. lerutam a dalam biologi (ilmu binatang dan tum buh2- an) proses menjelaraskan diri ini sangat mendapat perhatian Binatang jang hidup harus menjesuaikan diri epa a e i ingnja, dan oleh karenanja maka anggauta2 badan jang terbanjak dipergunakan dapat tumbuh lebih sempurna aripada anggauta badan jang tidak sering iperguna an, emikian ini adalah pendapat pengikut2 pandangan biologis dalam ilmu sosiologi,djuga jang memandang ini tidak lain daripada tubuh binatanq itu. dengan anggauta masjarakat (manusia) sebagai sel-nja. H erbert Spencer ( ) seorang Inggeris adalah seorang pengikut sosiologi-organis ini; ia mendasarkan peladjaran sosiologmja kepada ilmu biologi dan menga- 62

65 dakan pandangan2nja dengan berkias kepada penjelidikan jang djuga didjalankannja dalam dunia hewan. Dengan demikian ia berpendapat, bahwa tudjuan hidup bagi tiap2 manusia ialah menjesuaikan diri kepada pang* gilan hidup dalam masjarakat sekitarnja, jang selalu menghadapi perbaikan dan kemadjuannja dengan djalan evolusi. b. Spencer dan soal menjesuaikan diri. Sebagai djuga Comte maka Spencer-pun mendasarkan sosiologinja kepada pandangan biologi walaupun tjara merierangkan dan pendiriannja berbeda. Bertambah pula oleh karena ilmu biologi sedjak Comte lebih mendapat kepesatannja, buah penjelidikan jang lama dan teliti. Kepesatan ini ta' sedikit mempengaruhi dunia fikir. A ntara lain dari pendapat2 baru itu ialah: A. Peladjaran Descensi dari Lamarck (1809). jang mengatakan bahwa sifat manusia ini adalah akibat keadaan jang telah lama mempengaruhi bangsa itu, sehingga sifat itu mendjadi sifat keturunannja. B. Teori Seleksi dari D arw in (1859), jang mengatakan bahwa, keadaan alam membuang segala apa jang tidak terpakai, dan memperkuatkan segala apa jang berguna. Selandjutnja maka dalam dunia hewan terdapat, bahwa segala apa jang kuat akan menang dalam menempuh hidup. dan segala apa jang lemah akan binasa. C. M endapatkan adanja sel. D juga tidak sedikit faedahnja bagi peladjaran biologi kalau telah didapatkan, bahwa tubuh hewan dan tumbuh2an ini terdiri dari organisme jang lembut-ketjil, jang hanja dapat dilihat dengan mikroskop. Organisme ini disebut sel. la bersama sifat dan bentuknja, dan memberi rupa dan sifat kepada binatang atau tumbuh2an itu menurut tjorak jang terkuat, jang terdapat dalam sel2 itu. 63 S

66 1 Spcncer dalam tcori sosiologinja sangat dipengaruhi oleh pendapat ini. Ia antara lain m em persam akan ma* sjarakat ini dengan suatu organisme dengan manusia sebagai sel-nja, dan mengadakan p a n dan gan 'selandjutnja berdasar perbandingan itu. Pendapat biologi dan tjara penjelidikannja itu mempengaruhi dunia filsafat. psychologi dan sebagai pada zaman itu, sehingga pertalian jang lebih kekal antara ilmu2 itu dengan sosiologi m udah terdapat. Spencer selandjutnja berpendapat. bahwa sosiologi adalah psychologi jang di praktekkan dan mendapat w udjudnja dalam ethik dan peradaban jang terdapat dalam m asjarakat itu. Peladjaran Spencer dikuasai oleh gerak evolusi, jang disini dipandang sebagai suatu tenaga jang menggerakkan proses memisah (differensiasi, memperbedabedakan) dan proses mengikat (integrasi, persatuan). Tenaga ini membawa suatu kesamaan jang tidak tertentu dan jang tertjerai-berai kepada kesatuan jang bertalian, terdiri dari bagian2 jang tidak sama. D engan proses evolusi ini terbawalah bagian2 jang tertjerai-berai itu kepada kesatuan, klompokan ataupun gerombolan. baik sempurna kemadjuan, perbaikan dan sebagainja. Evolusi terdjadi karena pembentukan, pembagian dan perpisahan sel iar[g merupakan kesatuan itu. D ari keadaan jang tertjerai-berai inilah terdjadi, djuga dengan evolusi: gerombolan, suku bangsa, bangsa, negara dan sebagainja... dengan ketentuan pula achirnja bahw a oleh karena gerak evolusi itu melandjutkan ombak-gerakannja, segala kesatuan negara, klompok, pun djuga kesatuan tenaga sinar matahari dan susunan lainnja akan berkurang tenaga kesatuannja, sehingga akan terdapat dalam keruntuhan dan demikian seterusnja, entah dalam beberapa djuta tahun kemudiannja. Teristimewa dalam peladjaran sosiologi maka evolusi mi berarti tumbuh menudju kepada keadaan jang sempurna, kemadjuan, perbaikan dan -sebagainja. Evolusi 64

67 disini bertjorak optimistis, artinja selalu bertjorak kem adjuan, perbaikan, kemerdekaan dsb.nja. Dalam suatu organisme, dimana sel2 tadi itu merupakan kesatuan, maka sifat sel2 itulah jang mendjadi sifat kesatuan pula. U ntuk mengerti dan memperbaiki kesatuan itu orang lebih dulu harus mengerti dalam memperbaiki sel2 itu masing2. Dim ana dalam masjarakat ini manusia dipandang sama dengan sel dalam tubuh organisme itu, maka perbaikan watak serta sifat manusia itulah jang akan merabawa kebaikan bagi 'm asjarakat dsb. Selandjutnja maka kemadjuan itu akan pula tertjapai dengan memberantas rintangan2 kemadjuan tersebut. Pemberantasan ini akan berlaku dengan sendirinja, ialah dengan proses menjelaraskan diri kepada masjarakat dan kemadjuannja itu. Dengan demikian maka akan teirdapat, bahwa mereka jang dapat menjelaraskan diri kepada kemadjuan ini akan dapat mengatasi perdjuangan hidup, sedangkan jang tidak dapat akan binasa. Dengan demikian akan terdapat masjarakat jang terbaik. dimana anggauta2nja telah terpilih karena udjian hidup itu...struggle for life" (perdjoangan hidup) dan,.survival of the fittest" (hidupnja golongan jang terkuat) adalah suatu w udjud tenaga evolusi dalam masjarakat jang Spencer gambarkan itu. Ini jang mendorong manusia dalam masjarakatnja. supaja dapat selaras dengan sekitarnja baik dalam politik, industri maupun lainnja. D isini akan terlihat bahwa kehidupan dalam masjarakat selalu mendorong anggautanja kepada sikap untuk menjelaraskan diri kepada panggilan hidup jang berdasar kemadjuan masjarakat itu. D juga dapat dibatja bahwa pertama jang penting untuk mempertahankan kehidupan jang teratur itu ialah mempertahankan sjarat2 masjarakat jang sehat, dan mengadjak angauta2nja untuk dapat menjelaraskan diri kepadanja dengan sikap liberal, artinja dengan tiada paksaan. v 65

68 M enurut Spencer pemerintah dalam sosial-politiknja harus memperhatikan pandangan ini. N egara dengan peraturannja harus mendjaga supaja rakjat dalam masjarakatnja dapat hidup merdeka dalam memperdjuangkan hidupnja jang bersandar kepada penjelarasan diri itu. Tiap anggauta harus m endjalankan kewadjibannja masing2 dengan tiada menghalang-halangi orang Iain. M asjarakat harus merupakan suatu t-jiptaan alam jang berdasar merdeka. Gerak evolusi tiada boleh dihalangi karena peraturan pemerintah. Spencer tidak setudju sekali dengan peraturan sosial jang bertudjuan meliadungi pihak jang lemah, jang dengan demikian seolahs mendapat persetudjuan dalam tjara hidupnja jang bersandar kepada kemenanqan mereka jang kuat itu. Jang lemah, artinja jang tidak dapat menjesuaikan diri kepada kem adjuan masjarakat karena kelemahan, keteledoran dsb., hendaknja binasa sadja sehingga akan tinggal mereka jang terkuat (the attest) guna kebaikan masjarakat itu sendiri. Selandjutnja pendapat Spencer ialah bahw a peraturan jang terbaik dalam pemerintah negara ialah pera uran Jang tertjipta dengan penuh perhatian terhadap tenaga kekuatan jang menguasai kemasjarakatan itu, dengan lam kata berdasar pengetahuan sosiologi, psychologi, biologi dan filsafat. Lady friary c. Pandangan Spencer, P ro dan K ontra. -i^r0 Contra terhadap teori biologis ini telah diuraikan dengan singkat dalam Bab I I pasal 5 (M asjarakat menurut pandangan biologis). Perbandingan antara manusia dan sel tidak dapat disetudjui, karena manusia ini berakal dan ia bertindak berdasar 3 I* U ri-3111^ ar,*pat^a se^ )ang hanja hidup berdasar naluri sad,a Karena adanja akal itu, maka berlain-lain pula kehendak dan dengan demikian sifat-dari tiap2 manusia. Selandjutnja diantara hewan dan manusia 66

69 sendiri banjak sekali bedanja jang menentukan lain tjorak dalam masjarakat manusia dan masjarakat hewan. M anusia mengenai akal dan sebagai salah suatu pembawaan akal itu mempunjai kebudajaan dan peradaban, jang disamping sifat biologinja (kehewanannja) tidak sedikit pengaruh dalam pertalian dan pergaulan hidup. Tetapi w alaupun teori ini kini telah tidak begitu diperhatikan, pada zaman Spencer adalah ia suatu buah fikiran dan penjelidikan jang besar sekali artinja. Dunia liberalis Inggeris pada waktu itu sangat menjukai supaja pemerintah ta terlalu banjak merintangi masjarakatnja. Sebaiknja ia membiarkan masjarakat itu untuk hidup merdeka memenuhi djalan evolusi dan dengan proses menjelaraskan diri kepada panggilan kemadjuannja. D i Amerika Serikat pandangan Spencer ini diterimanja dengan baik sekali dan mempengaruhi pandangan hidup umum hingga pada zaman W illiam James j.i. pada awal abad dua puluh ini. Gelombang immigran, j.i. orang2 pindahan jang datang berangsur-angsur kenegeri baru sedjak pertengahan abad ke-17 hingga permulaan abad ke-20 uraumnja terdiri dari mereka jang meninggalkan benua Eropah untuk mentjari kemerdekaan dalam kehidupan baru. Mereka melepaskan diri dari perkekangan jang mereka alami dinegeri asalnja itu, baik perkekangan berupa peraturan pemerintah feodal ataupun berupa peraturan2 masjarakat jang berkelas, dimana tuan tanah, madjikan perusahaan2 atau keturunan aristokrasi (bangsawan) berkuasa dan bagi rakjat biasa hanja sedikit terdapat kemungkinan untuk mentjapai perbaikan nasib. Negeri baru, kaja dan luas tersedia untuk segala siapa jang datang dan suka bekerdja. Kekajaan dianggapnja sebagai hasil usaha itu dan kemiskinan adalah akibat pemalas dan jang lemah. Pemerintah diharapkan mendjadi pelindung kekajaan itu. Laissez faire sebagai pedoman bagi kaum Physio- 67

70 krat di Perantjis dulu, dan kebebasan sebagai terkenal di Inggeris dalam dunia liberalis diharapkan untuk didjalankan oleh pemerintah terhadap rakjatnja. U ang modal, jang asalnja dimiliki perseorangan, dan achim ja dengan meluasnja perindustrian dim iliki orang banjak jang merupakan perseroan itu (corporation), tetap diperlindungi.oleh pemerintah dan mendapat kebebasan untuk diperkembangkan dalam usaha2 seperti kereta api, listerik, telepon dan telegrap, jang um um nja dinegeri lain dimiliki pemerintah. Agamapun tak sedikit menjumbang pendapat ini terhadap kekajaan...bukannja karena kaja harta ditjela peladjaran Protestan. demikian tulisan M ax W eber dalam,.protestant Ethic", melainkan karena kekajaan itu mendatangkan kemalasan. Sifat malas hendaknja dihukum dan ditjela. Salvation atau pembebasan (dari siksa) hanja dapat tertjapai dengan kerdja eras un u mentjapai hasil kemenangan, mentjapai i ^)aan jang bukan untuk dipakai jang mendatangkan dosa. melainkan untuk meninggikan deradjat kehidupan umum. M endjadi pemalas kalau telah kaja dan hidup untuk menurut, nafsunja sadja se-mata2 harus didjauhkan karena kekajaan itu. Salvation, pembebasan ataupun berkah menurut Laski dalam bukunja..american Democracy bagi bangsa Amenka ialah: kebebasan, sifat perseorangan, demokrasi dan sukses (berhasil dalam usahanja). Jack LonnaS ^ ^uga ti(*ak asing bagi negeri kita, pada tahun sebelum perang mendasarkan segala tulisannja kepada pandangan Spencer ini pada awal abad dua P ^ u, m i* ergulatan untuk hidup, binasa bagi jang emah, pandangan Darwin dan sematjamnja tersebar diseluruh negeri dengan tulisan2n ja itu H an ja soal diantara jang kuat dan jang lemah, * ". f 1??, Ja,n9 benar atau salah, jang beradab atau tidak, demikian pandangan Theodore Dreiser, 68

71 penulis sematjam Jack London itu...kelemahan, itulah tragedi Am erika, pendapat Clyde G riffith dalam bukun ja,,a n American tragedy". Pandangan2 itu semuanja menggambarkan djiwa masjarakat frontier (tapal batas) pada zaman itu, dimana orang2 hanja dapat mempertjajakan diri kepada kekuatannja masing2 untuk hidup, menebang hutan, membuka tanah dan sematjamnja. W illiam, James dalam pandangan setjara filsafatnja jang dinamai..practicalisus dan achim ja terkenal se~ bagai,.pragmatism itu, mengambil djalan tengah antara pandangan Spencer jang berdasar pandangan hidup jang keras, jang tak kenal kasih, serta pandangan Hegel jang idealistis jang membolehkan tachjul dan mendjauhkan ilmijah. W illia m James dalam menentukan pandangan filsafatnja itu tidak memilih satu diantara dua ini. melainkan mengambil apa jang baik dari kedua2nja: kesetiaan kepada kenjataan dan kepertjajaan kepada keluhuran manusia dan keigamaan, rasionalisme jang tidak membuang melainkan memperhatikan djuga adanja duka dan suka jang 'selalu mengawasi bathin manusia. Filsafat jang dipopulerkan, untuk diikuti oleh semua orang di Amerika Serikat dalam kehidupan se-hari2nja, jang mudah tampak dalam sifat praktis dan rasional dari mereka, kekajaan jang tidak ditjela oleh agama, bahkan diperlindungi, -sifat individualis jang mentjolok mata -selama tiap seseorang memelihara dirinja sendiri dan tak melanggar hak orang lain... d. M enjesuaikan diri kepada millieu. Diatas telah diuraikan dengan djelas tentang menjelaraskan diri kepada zaman. baik dengan aktif maupun dengan seleksi. D alam pembitjaraan sehari-hari orang sering mentjampur-adukkan antara zaman dan millieu, j.i. daerah lingkungan, antara waktu dan tempat, dengan tiada 69

72 meajalahi pendapat atau peladjaran sosiologi. Baharu dengan pendapat seorang penulis Perantjis jang bernama Hippolyte Taine, jang menetapkan suatu teorimillieu, maka arti daerah lingkungan manusia itu mendapat arti jang penting sekali. Teori ini berpendapat. bafrwa buke^ff.pula turunan jang menetapkan sifat2 manusia, mef-. alam lingkungannja j.i. millieu. dimana m anu sia'itu hidup. Teori ini sangat mempengaruhi dunia pengarang pada zaman itu, a.i. Emile Z o la jang lalu memberi gambaran2 tentang bermatjam-matjam, millieu dengan karangannja:,,nana dalam dunia kupu2 malam,,,la Terre ( = tanah) di kalangan petani, T A rg e a t ( = u a n g) untuk menggambarkan dunia bank dsb. e. Teori M illieu dan Historis-Materialisme. Material-determinisme. Teori millieu menggambarkan pengaruh millieu itu se agai meliputi lahir daa batin manusia, sedangkan teori histons materialisme dari Karl M arx menundjukkan dunia perekonomian teristimewa sebagai penqaruh ba.gi manusia dan fikirannja. Karl M arx ) dengan pengaruh penulis2 daa ahli fxkir seperti Hegel, Saint Simon, Feuerbach dan lainnja, berkesimpulan, bahwa derita dunia ini i a am melainkan disebabkan oleh karena adanja pertentangan jang selalu bergolak diantara golongan2 ka,a dan miskin. Dengan Frederich Engels ia menge^ luarkan Manifest Komunis (1848). Buah fikiran tertjantum dalam buku Das Kapital jang telah bcsar sekali pengaruhnja dikalangan buruh, dan djuga dalam sosial-politik negeri2 diseluruh dunia untuk mentjapai kesedaran kaum buruh itu. Historis materialisme dalam peladjarannja menundjukkan, bahwa sifat dan watak manusia ini ditetapkan 70 ^

73 oleh keadaan perekonomiannja. Selandjutnja dikatakan, bahwa keadaan perekonomian atau keadaan keduniaan itu adalah buah pembagian faktor2 produksi, artinja tjara pembagian bekerdja dalam usaha, jang menimbulkan hubungan.ekonomi jang menetapkan dasar hidup bersama. Perikfdungan ekonomi itu dipeagaruhi oleh perbedaan,.pec, ^ a s dan jang ditindas, ialah akibat pembagian faktor produksi itu sendiri. T iap masjarakat bersandar kepada perbedaan ini, sedangkan sedjarah ta' lain melainkan menjatakan pertentangan antara dua golongan tersebut. lebih2 pada zaman kepesatan dunia perindustrian. Tiap perusahaan mendatangkan keadaan jang mempergantungkan kaum proletariat (ialah mereka jang hanja mempunjai tenaga bekerdja sadja) kepada mereka jang menguasai alat2- produksi. Tjara produksi itu dinamai kapitalistis, djika alat2 produksi tersebut ada ditangan (dimiliki) orang partikelir...penindasan terhadap kaum plotetariat (buruh) dinegeri kapitalis ini terdapat oleh karena kaum kapitalis tidak memberi upah jang sebenamja. Karena menurut M arx, jang memberi harga kepada suatu barang ialah lamanja tenaga buruh jang dipergunakan untuk menghasilkan barang itu. Seorang buruh sendiri membutuhkan uang untuk memelihara tenaga itu, sehingga upah jang harus diperolehnja sedikitnja harus mentjukupi pengeluaran untuk dapat hidup dengan mentjukupi pemeliharaan itu. Kalau untuk mendapat bahan guna pemeliharaan hidup itu hanja dibutuhkan 4 djam bekerdja umpamanja, maka 4 djam atau 5 djam ketinggalannja dalam 8 atau 10 djam bekerdja seharinja dalam paberik dipungut keuntungannja oleh madjikannja itu. Ini jang disebut..pengisapan. berdasar kepada pendapat. bahwa jang membawa harga kepada suatu barang hanja tenaga buruh tadi. 7 eori konsentrasi selandjutnja memusatkan perusahaan kepada paberik atau perusahaan jang mempunjai alat terbaik. se^ang- 71

74 kan teori akumulasi mempergunakan keuntungan jang berkelebihan itu (jang sebenarnja m ilik buruh dengan djam bekerdja jang lebih itu) untuk meluaskan sajap perusahaan tadi, sehingga kekuasaan perekonomian makin meningkat dan terletak dalam beberapa tangan kapitalis sadja. Ini jang menjebabkan m eningkatnja kekuasaan kapitalis, dan pada sebel^hnja meluaskan buruh dalam djum lahnja dengan kesengsaraannja jang lebih mendalam. O leh karena pemerintah negeri kapitalis itu tadi, bahkan pemerintahan ada ditangan mereka sendiri. maka ta boleh tidak buruh harus lebih dahulu merampas kekuasaan pemerintah untuk merebut kernbali hak milik atas produksi itu. In i jang m enundjukkan sifat revolusioner dari M arx. D iktatur buruh selandjutnja akan mengatur pemerintahan sesudah perebutan kekuasaan itu, jang akan menghilangkan kiranja pengisapan jang menjebabkan sengsara dunia. Lam bat laun kalau penghidupan telah teratur, maka pemerintah buruh akan mengachiri tugas pemerintahnja, jang tidak dibutuhkan lagi karena pertentangan antara bourgeoisi dan proletariat telah dihapuskan. Bukan lagi pemerintahan terhadap manusia melainkan pemerintah (peraturan) erhadap barang materi, keduniaan) jang akan berlangsung. M asjarakat dengan demikian akan memerintah sendiri. Karl M arx dalam teorinja itu memperlihatkan sifat material-determinisme, ialah kepastian untuk melihat keadaan masjarakat dari sudut materi sadja. D alam era se e a nja itu ia melupakan dan mengabaikan penghargaan moreel, penghargaan achlaq dalam peradaban, agama dan sebagainja. Sosialisme jang revolusioner sebagai dipeladjari M arx mi tidak berpengaruh dalam negeri2 liberal sepert! Inggens, dimana gerakan sosial dan perhimpunan 72 t V^ 1U'Sj dan P ^g erakann ja telah 100 tahun Jebih dahulu d a r i p a d a te o r i M a r x. P e r-

75 tikaian sosial untuk mentjapai perbaikan nasib buruh diselenggarakan didewan perwakilan dalam negeri2 liberal seperti Inggeris dan Iain^nja itu. H anja di Rusia. dimana buruh baharu timbul pada abad X X ini. dalam pergolakan masjarakat dan politiknja mendapat benih dari fikiran Eropah barat dan terutama sekali dari peladjaran M arx dan Engels. Tetapi w alaupun demikian ta' sedikit teori ini mempengaruhi gerakan buruh dan sosial-politik pemerintah diseluruh dunia. Selandjutnja memang benar sekali bahw a gedung politik dan sosial ini hanja dapat berdiri tegak diatas dasar perekonomian jang teguh. Dunia tidak djauh mempersoalkan bagaimana sebenarnja pengaruh ekonomi ini terhadap achlaq dan watak ma- ' nusia dalam kebudajaan dsb.nja, tetapi, telah diambil kenjataan bahwa kemiskinan lebih baik didjauhkan untuk dapat mentjapai masjarakat jang lebih sehat. Kesehatan dalam perekonomian akan mendatangkan millieu jang membawa manfaat bagi pembentukan tabiat dan kebudajaan bangsa jang terpudji. 3. P E R S A M A A N. Persamaan adalah tingkat ketiga dalam proses pergabungan jang lebih djauh pula daripada menjesuaikan diri (b ), dan sangat mendekati tingkat keempat ialah kerdja sama (d) dalam pasal berikut ini. Kalau dalam menjesuaikan diri masih terdapat sisa2 sifat masa terpentjil, maka tingkat persamaan telah memperlihatkan terlepas dari..pertalian itu, sehingga orang berada dalam keadaan untuk meleburkan diri 4alam kerdja sama dengan sama rendah ataupun sama tingginja. Persamaan atau mempersamakan diri dalam sesuatu keadaan dari kedua belah pihak adalah salah suatu sjarat untuk mentjapai kerdja sam.a jang sesungguhnja. D jikalau jang sebelah merasa lebih tinggi daripada 73

76 jang lain, atau sebalikaja djuga merasa lebih rendah dari pihak Iain itu, maka bukan kerdja sama jan g akan tertjapai melainkan perhubungan lain, jang baik merupakan kekuasaan, perbudakan atau lainnja jan g um pamanja terdapat antara m adjikan dan pegaw ainja atau antara gusti (sidhi, m adjikan) dan budaknja. 4. KERDJA SAMA. a. Tafsir kerdja sama d a n m atjam nja. Kerdja sama atau kooperasi adalah proses penghabisa.a dalam pergabungan. Proses ini selandjutnja menundjukkan suatu golongan dalam, hidup dan geraknja sebagai suatu badan dengan golongan Iain jang digabu.igi itu. D engan tertjapainja pergabungan itu baharulah golongan itu dapat bergerak sebagai suatu badan sosial, karena dengan bergolongan ini bukan berqolongannja jang m endjadi tudjuan melainkan tindakan bersama sebagai golongan itu, sehingga golongan itu merupakan suatu badan jang bertenaga dan berdjiw a sendiri. Mempersatukan tenaga2 jang biasanja sebelum pergabungan itu bergerak sendiri2, itulah janq mendjadikan tudjuan kerdja sama atau kooperasi itu. W a la u pun disini belum terdapat peleburan m utlak (seluruhnja) d an tenaga2 itu, persatuan kehendajc perseorangan dan gerombolan telah harus tertjapai. Senngkah terdapat bahwa kerdja sama itu bukan melulu buah fikiran sehat ataupun buah perhitungan keuntungan lebih dulu. U m pam anja sadja sudah beberapa kali terdapat perkawinan jang m engetjewakan, w alaupun akibatnja itu telah lebih dahulu dapat dibajangkan atau diperhitungkan. D juga gabungan perniagaan sering terdapat dasarnja bukan dalam pertim bangan untung-rugi, tetapi karena lain2 hal. um pam anja: karena kawan dengan siapa orang hendak bergabung telah 74

77 mempunjai nama dan kedudukan jang terhormat, atau karena peri-kemanusiaan, perdjuangan dsb. D juga keadaan alam sekitarnja, aliran zaman dsb.- nja mempengaruhi orang bertindak sehingga ahli fikir sebagai Spinoza dan lainnja dapat menentukan dalam Hilsafatnja, bahwa manusia ini sebenarnja ada dalam suatu pengaruh (alajn) jang seolah-olah tidak membolehkan ia bertindak atas dasar fikiran dan pertimbangan sendiri jang leluasa, pendapat mana bagi orang jang beragama tiada lain melainkan memperkuatkan bahwa pada achirnja Tuhanlah jang menetapkan, sekalipun manusia jang memperhitung-hitungkan! M atjam kerdja sama jang patut kita ketahui adalah antara lain: A. a. Kerdja sama dengan sengadja. b. Kerdja sama dengan tidak sengadja. B. a. Kerdja sama dengan paksa. b. Kerdja sama dengan suka rela. b. Kerdja sama dengan tidak sengadja. Ross dan V o n W iese mengadakan pembagian A dalam penjelidikannja, selandjutnja mereka menjatakan, bahwa bahasa, adat, dongengan kuno dsb.nja adalah buah kerdja sama jang tidak sengadja ini. Oleh karena kerdja sama jang tidak sengadja ini maka dongengan atau adat kuno itu dipelihara dari bapak keanak. Djuga dalam bahasa, kita mendapat pemeliharaan jang tidak sengadja pada asalnja, tetapi lambat laun djika golongan itu mendjadi madju dan peladjaran bahasa mendjadi suatu ilmu jang sekiranja meninggikan deradjat bangsa dan kebudajaan, maka dalam soal bahasa itupun kita akan mendapat kerdja sama dengan sengadja. Mempergunakan dan mempeladjari bahasa sebagai pengantar dalam segala ilmu kini berdasar kepada keinsjafan untuk madju dan berderadjat tinggi sebagai suatu bangsa. 75

78 c. M eniru dan teori Tarde. Hasrat menirupun termasuk bagian. kerdja sama sebagai djuga suka tunduk, suka menerima tam u, suka menolong, beristeri dan sebagainja. Tarde, seorang sosioloog bangsa Perantjis ( ) adalah salah seorang jang m em perhatikan soal meniru ini. Tarde dengan penjelidikannja m enguraikan pendapat dalam bukunja,,lois de lim ita tio n 1895 ( = hukum m eniru), dan m engatakan bahw a m asjarakat ini adalah buah pengaruh hasrat meniru sadja. Dalam memperhatikan sedjarah um pam anja ia menjatakan pembagian dalam dua golongan, j.i. golongan jang mendapatkan fikiran baru (inventor), dan golongan meniru jang terdiri dari bagian terbesar. Terpeliharanja bahasa, agama. tjerita kuno, adat-istiadat dsb.nja turuntcmurun tidak lain melainkan oleh karena sifat meniru mi. Jang imaksudkan disini ialah meniru dengan tidak sengadja. meniru jang seolah-olah tim bul dari batin lap orang sendiri, sesudah melihat dan m engetahui a V j 1 itu* Tarde menjatakan bahw a bukan j.? f m dunia ilmu terdapat soal meniru ini, tetapi h ir? 3! pendapat2 ba dalam kehidupan sehari- I l. j mru Jan9 asalnja Iuaran sadja, tetapi jang sphanai mci\dalam sehingga m e n djad i kekal, sebagai kita dapatkan dalam mode, adat kebiasaan dsb. d. M ode dan Afieniru. lp*k^hanus^ s^ a^u engandung nafsu untuk merasa n,r m 9 -f? / Pada ran9 Iain' dan dengan ini mem- ^ K k,n Slfa^ n V V an9 dirasakan melebihi itu. N a fsu A* P1 3 sumber M o d e sebagai terutama n l r W * A1 rantj'is ( P aris) dan jang m endapat perhatian dan pem runja diseluruh dunia. Sebelum mode h L f P - ^ scluruhnja - mode lain jan g lebih baru telah tertjipta, demikian seterusnja dengan tiada 76

79 putusnja, seolah-olah wanita jang terbawa oleh arus mode ini terpengaruh oleh perasaan supaja djangan terlambat, karena kalau terlambat ia,,ta terhitung dalam masjarakatnja. Mereka ta akan puas hidup kalau ketangkasan mengikuti mode ini ta dapat diwudjudkan, karena inilah satu2nja djalan jang akan mendjadi ia termasuk golongan jang dipandang, jang termodem. e. Pendidikan dan meniru. D juga dalam pendidikan kita mendapat proses meniru. D alam kita memperhatikan penghidupan rakjat dan massa, maka tepatlah sekali kalau profesor Embden memperhatikan supaja orang ini dapat meniru baik2. Segala kesalahan dalam meniru hendaknja didjauhkan sedapat mungkin. Negeri Djepang dalam soal meniru ini, terutama dalam bagian teknik, dapat dikatakan hampir sempurna dalam tiruannja. bahkan hasilnja ada jang lebih baik dari tjontohnja. Perindustrian, perobatan, pendidikan dsb.nja telah dapat mengetjap buah meniru jang sangat djitu itu, agaknja menutupi tjelaan terhadapnja sebagai suatu negeri jang hanja tahu meniru sadja, dan belum pernah mempunjai fikiran asli sendiri. Sajang sekali bahwa ketangkasan meniru ini disertai sifat sombong, sehingga membawa ia kepada perang dunia jang baru lalu, jang mendatangkan kehantjuran dan kerusakan bagi negeri dan bangsa Djepang, tetapi jang djuga memperlihatkan kepada kita bahwa sendjata tiruan Djepang djuga ada kalanja mengantjam keamanan dunia. D alam pendidikan, umumnja meniru inilah jang mendjadi tenaga dan pendorong jang berarti. M urid2 asalnja meniru gurunja sebagai jang diharapkan dengan pendidikannja, pun djuga meniru tjontoh2 jang tertjantum dalam buku, dimana kehidupan pemimpin, ahli pikir dsb.nja diuraikan. Pendidikan menurut sistim D alton dan Montessori 77

80 disekolah rendah berkehendak untuk 'scbanjak m ungkin dilepaskan dari pengaruh meniru itu; sebaiknja kalau m urid2 itu setidak-tidaknja dibiarkan m em ilih apa jang akan ditiru menurut kehendak mereka sendiri. W a la u p u n dari proses meniru, karena kini bukan guru jang ditiru melainkan tjontoh dari buku2 jang dipeladjari atau dibatja itu. [- Taklid dan M eniru. D jikalau kita mempeladjari tjara mem eluk agam a Islam di Indonesia, terutama didesa dan diantara golongan* jang tidak terpengaruh pendidikan dan fikiran jang bertjorak modern, maka akan ternjata bahw a meniru Pada seseorang ataupun pada kiai didesa tau kam pongnja adalah suatu unsur jang kuat sekali. ^ inif ^ rudasar Pada P ^ a m 9 taklid dalam iann can * ' l^ - m endjadi m ata pertjektjokan m odem unt, -antara aliran ortod x dan aliran modern, untuk ditenm a atau dibuangnja. ini m a L f jclidiki ^ b ih dalam tentang soal taklid te ris tim e ^ d im a ^ a L b ^ T berabad-abad berdialan d i n ^ I m.e ang sudah djuga Arab, M esir dan Persia 9 terutam a di d e J a a n ^ t i S ^ daiam ^ eneri^ a baik. artinja atau Mndakan memp Soalkan salah-benarnja, utjapan aaam a lata d,)a" 9 berkua=a d alam hukum s h L n d np l a lditihad ' an3 berarti berusaha hukum L n f-p ^ a ar V jan 9 benar dari sum ber2 kepada akal f ^ e" 9 an berpegangan serta berkias N na uluno i 9 \ehat- Terma^ k pada m udjtahid f ^ ng b cd d)'tihad. ialah ulam a^ nabi M uham ad U hi? " a k J abad «d a h n J r ^ u??am m ad- lan9 tjukup pandai dan tadjam dalam penjelidikannja untuk membuat hukum dengan b e b S menurut tafsirannja sendiri berdasar Q uran dan S uanah. 78

81 hukum mana ditaati oleh kaum M uslim in berikutnja hingga sekarang ini. Termasuk golongan ini ialah empat Imam, jang telah membentuk madhab2nja sendiri: 1. Imam M oham m ad Ibn Idris al Sjafii (150 Hidjrah atau 767 M asehi) jang lama -sekali mendjadi Mahaguru di B agdad dan Mesir. 2. Im am A bu H anifah, wafat pada 150 H idjrah atau 767 M asehi, terutama terkenal di Turki dan Hindustani. 3. Imam M a lik Ibn Anas, wafat pada 179 Hidjrah atau 795 M asehi, seorang ulama sangat terkenal di M edina. 4. Imam Ahm ad Ibn Ham bal, wafat 241 Hidjrah atau 855, jang mempunjai pengikut tersedikit dari empat Im am ini. D juga ulama2 jang tertua dalam madhab2 jang terbentuk ini disebut mudjtahid, walaupun dalam menafsirkan hukum 2 mereka banjak berdasar pada hukumjang telah ditetapkan oleh madhab2 itu. Golongan itu disebut M adhab-m udjtahid. Disampiag itu ada pula golongan ahli tafsir jang mempertimbangkan pendapat2 jang bertentangan satu sama lain, berdasar pendapat sendiri jang bebas. Sesudah itu ada pula ulama dan lainnja dianggap berkuasa oleh golongan ortodox untuk menafsirkan hukum langsung dari Q uran dan Sunnah menjimpang dari m udjtahid2 tersebut diatas ini, dan pendapat mereka ialah, bahwa semua pengikut agama Islam, dari abad keabad hingga sekarang, terikat pada jang ditetapkan oleh mudjtahid itu tadi, dan mereka lainnja jang bertaklid itu, dinamai mukallid. Teristimewa dalam adanja perselisihan, aliran modern berpendapat, bahwa djika golongan terpaksa diharuskan bertaklid, taklid itu harus berdasar idjma'ulama, ialah persetudjuan diantara ulama2 jang terkenal pada suatu masa. M enurut pandangan aliran ortodox ini taklid berlaku baik bagi ulama 79

82 maupun bukan, dan kadang2 diharapkan dari ulama untuk paham akan kebenaran idjtihad dari m udjtahidnja itu. Pengikut2 W a h a b i, pun djuga aliran2 jang membela Islam modern, membuang taklid, dan menghendaki idjtihat jang tidak terbatas, dan dalam tafsiran2 paham Islam mereka lebih bebas pula daripada ahli fikh, j.i. mudjtahid jang dulu2. Turki dan M esir termasuk aliran termodern ini. Dalam perselisihan2 antara aliran N ah d atul Ulam a dan M oham m adiah di Indonesia sebelum perang kita melihat, jang kesatu teguh memperkokohkan ja.ng kuno, bertaklid kepada ulama2 ;dengan begitu sadja, sedangkan.,?.n,?1kedua-jan9 bersifat agak modern menghendaki penjelidikan lebih dulu pada salah benar, b id ah tidaknja ulama dan m udjtahidnja itu, m endahulukan idjtihad dan sedapat mungkin mendjauhi taklid. berdasar kepada andjuran dalam A1 Q uran sendiri untuk memakai akal M lr O ir ai?n\unj mengerti kekajaan serta hukum alam ; y u y,dai} Jan9 mentjela mereka jang buta dan tuh,ang tidak dapat mengerti (2:773), pendek kata n ^ n9n nidiurkan kepada iditihat J'ang sehat itu / k R e 9iC Van de Islam oleh M aulana M o h a m mad A h). Dimana agama Islam dinegeri kita ini ham pir melipu l se uru penduduknja, dan ia diterim anja dengan pertjampuran sisa2 agama H indu dan B uddha, maka pantaslah ia disehdiki sungguh2 oleh ulam a2 dan golongan jang lebih tahu dalam soal agama, agar ia diterima a am en u jang murni, sedikitnja tak menghambatkan kemadjuan masjarakat. Bertaklid, djika sekiranja masih djuga didjalankannja, hendaknja djangan berarti mengekor sadja, tetapi pertama harus berdasar benar2 kepada kenjataan kebenaran jang ditiru atau jang diikuti itu, sesudah memikirkan masuk akal ataupun tidak. membawa faedah ataupun tidak. Kalau sesudah perang ini aliran agama lebih banjak 80

83 mentja.oipuri politik, dan adanja Kementerian Agama raempersatukan aliran^ itu, maka paham dan -soal taklid terdesak kebelakang. Selandjutnja, tersebarnja pendidikan umum didesa-desa dengan sendirinja akan menipiskan sifat mengekor, jang dengan adanja salah paham tentang taklid seolah-olah dalam sebagiannja dibolehkan oleh agama. Achirnja pengetahuan umum akan mendatangkan demokrasi dalam memikirkan agama dan masjarakat berdasar idjtihad jang sehat itu. (lihat djuga: D r. Th. W. Juynboll: Handbuch des Islamitischen Gesetzes. D r. C. Snouck Hurgronje: Verspreide Geschriften). g. Keributan ( Paniek) dan meniru. T ak berbeda dengan mode sebagai suatu akibat meniru jang mendjalar diluaran dan meluas dengan tjepatnja itu, Tarde menguraikan tentang suasana paniek, ialah suasana keributan jang mendadak, jang ta tersangka-sangka sebelumnja. Sebagai tjontoh gambarkanlah sadja suasana didalam ruangan bioskop, kalau film sedang diputar, dan teriakai* orang tiba2 memperdengarkan:..kebakaran, dan diantara penonton terlihat seorang lari kepintu. Ratusan orang mengikuti dia dengan ta' mempersoalkan pandjang lebar betul tidaknja kedjadian itu. M eniru, mengikuti dengan ta' terpikir ini jang sering menjebabkan ketjelakaan dalam suasana paniek itu. Dalam hal ini sebaiknja kalau orang tetap tenang, dan keluar dengan teratur. djangan berdesak-desak. H anja dengan ketenangan suatu paniek dan segala akibatnja dapat diatasi atau dihindarkan sama sekali. h. P ro dan K ontra teori Tarde. T a berbeda dengan teori2 lainnja, sebagai umpamanja teori pertentangan klas Karl M arx, teori organis dan sebagainja, maka djuga teori Tarde ini berat sebelah kare- 81

84 na melihat segala-galanja dari satu sudut sadja, dan djuga menarik kesimpulan dengan pandangan itu. Berat sebelah ini -sangat pula terasa dalam teori tentang masjarakat-golongan, jang baginja tidak lain melainkan golongan orang2, jang hidup bersama dengan pertalian tiru-meniru. Tetapi w alaupun demikian, maka tidak sedikit djuga pengaruh dan m anfaat tindjauan ini, karena kini soal meniru telah mendapat gilirannja untuk diakui, bahwa meniru ini adalah tenaga m asjarakat jang tidak sedikit pengaruhnja dalam peladjaran sosiologi. 5. Proses memisah. Kini kita telah tiba kepada pembitjaraan tentang proses memisah. U ntuk djelasnja, maka djuga disini kita akan membitjarakan pembagian dari permulaan proses sehingga pada proses jang sebenarnja, sebagai djuga telah kita lihat dalam pembitjaraan proses pergabungan. Pembagian proses memisah ini adalah sebagai berikut: a. persaingan, b. oposisi (pertentangan). c. konflik (perselisihan). Dalam pergaulan hidup ini dari abad keabad t e r d a p a t a wa proses mengikat dan memisah ini selalu bertjampuran. susul-menjusul, pun djuga tentang menentangi. Proses jang mana lebih banjak terdjadi pada suatu zaman tidak dapat dikatakan, pun djuga tidak dapat dikatakan proses mana jang terbaik bagi suatu zaman. Dalam hal m i V o n W iese berpendapat, bahwa tiap zaman mempunjai perimbangannja antara perseoranqan dan golongan dan antara proses memisah dan mengikat. Dengan memperhatikan ini orang dapat m udah menjaa an. a wa oleh karena setianja terhadap suatu aliran dalam zamannja mudah sekali orang mentjela apa jang telah lampau, dengan seolah-olah melupakan pula. 82

85 bahwa apa jang dipudji-pudji sekarang, besok mungkin ditjela karena sudah tidak disetudjui lagi. Kalau kita um um nja mengatakan, bahwa berorganisasi atau bergolongan ini adalah sebagai obat untuk mentjapai masjarakat jang -sehat, maka tjara dan maksud berorganisasi itu harus mendapat perhatian pula. Tjara jang bersifat paksaan dan tudjuan jang bersifat merusak achlaq, peradaban, agama dsb. ta dapat dimasukkan dalam organisasi jang dianggap bermanfaat bagi kesehatan masjarakat pada umumnja. 1. P E R S A IN G A N. a. Persaingan dan pembagiannja. Persaingan adalah proses jang menundjukkan pengaruh tentang-menentang antara perseorangan atau antara golongan dalam mengedjar tudjuan jang sama. Lapangan persaingaa dalam sosiologi lebih luas daripada lapangan persaingan dalam ekonomi. D alam perekonomian kita dapati persaingan leluasa dan persaingan jang tidak leluasa. Persaingan leluasa um pam anja kita dapatkan dalam aliran Physiokrat jang bersifat liberal, jang menghendaki supaja manusia hidup leluasa bersandar kepada hukum alam jang merdeka dan tidak menjukai pertjampuraa tangan pemerintah jang merintangi kehidupan merdeka itu. Diantara jang menentang aliran ini kita dapati aliran Merkantilisme jang menjukai pertjampuran pemerintah dalam dunia perekonomian. Sebagai tjontoh persaingan jang tidak leluasa dapatlah kiranja kita menundjukkan dalam dunia pembangunan sekarang iai. Pemerintah umpamanja dapat menundjukkan beberapa perusahaan pemborong. dan hanja diantara mereka itu diadakan persaingan dengan turun-menurunkan harga pembangunan. Pemerintah achirnja dapat m enuadjukkan salah suatu dari mereka jang memadju- 83

86 kan harga jang terendah, untuk m engerdjakan pem^ bangunan itu. D iantara pem.borong itu dapat djuga terdjadi suatu kerdja sama, um pam anja dengan menetapkan harga jang terendah, dibawah harga m ana ta dibolehkan salah seorang dari pemborong itu menerima pekerdjaan tersebut. Ross mengadakan pembagian persaingan, pembagian mana disandarkan kepada kekuatan tenaga persaingan itu. Tenaga ini berobah menurut: a. kemerdekaan perseorangan, b. perobahan sosial, c. baik-buruknja tjara pemilihan (tjara seleksi). Seleksi dengan sjarat, seumpamanja dalam, lowongan pekerdjaan, sebenarnja memperketjil persaingan diantara orang* jang melamar. Seringkali pemerintah berusaha untuk memperketjil persaingan ini untuk mendjauhi pertengkaran, perselisihan, dsb.-nja tetapi seringkali djuga persaingan itu berachir dengan kompromi. D u m a perekonomian kerapkali m enqalam i persaingan jang berachir dengan berdirinja suatu trust, pool, dsb.-nja, dalam mana kongsi* atau saudaqar* perseorangan meleburkan tenaga untuk bekerdja sam.a mentjari keuntungan, b. Persaingan dan Pendidikan. Dalam definisi persaingan sebagai tersebut diatas maka djuga termasuk: perlombaan disekolah u n t u k mentjapai angka2 jang tinggi. D juga dalam ber-bagai2 permainan setjara golongan dapat dirasakan ada tidaknja unsur persaingan ini; achli. pendidikan sangat berhati-hati dalam memilih dan menetapkan matjam permainan bagi muridnja. H endaknja sifat persainqan dalam mengedjar keuntungan didjauhkan untuk menghindari pertikaian. 84

87 2. OPOSISI (MENENTANG, MEMBANTAH). a. Sebab2 oposisi. Penjelidikan sosiologi mengenai sebab dan tjorak oposisi antara lain berpendapat bahwa: A. oposisi didahului oleh perasaan bentji. Ini lebih tepat dinamai oposisi-sentimen. B. dalam oposisi-parlemen, walaupun sifat bentji tidak ada, orang mengadakan oposisi hanja oleh karena merasa terdesak. C. sifat menentang terdapat sebagai penjakit. Beroposisi karena perasaan gembira dengan perbuatan menentang itu. Vierkandt berpendapat, bahwa nafsu untuk selalu menentang itu dapat dipersamakan dengan nafsu makan, tidur, minum dsb. ^Born-kickers' kata M a c Cauly terhadap orang jang selalu menentang, bukan untuk mentjapai akibat jang baik, tetapi hanja untuk menentang itu sadja. b. Pembagian Oposisi. Oposisi mentirut matjamnja ada jang membagi sebagai berikut: A. Oposisi keturunan. Buku2 tjeritera telah banjak sekali menguraikan tentang perbantahan anak dengan ajahnja. A hli sastra sering melihat suatu konflik dalam oposisi ini karena hebatnja pertentangan antara kedua belah fihak ini. Bapak jang selalu diliputi sajang terhadap anaknja, tetapi anak jang menganggap ajahnja itu bersifat kolot, sehingga ta' dapat menjetudjui melainkan menentang tindakan bapaknja jang dianggap tidak memenuhi panggilan zaman jang telah lebih modern daripada zaman ajahnja masih muda itu. Suatu oposisi dalam pendirian 85

88 dan pandangan hidup jang selalu timbul dalam kalbu sianak terhadap orang tuanja, w alaupun ini tidak akan menghilangkan rasa sajang dan tjinta djika masih ada dalam hati si anak terhadap orang tuanja itu. B. Oposisi sekse (suam i-isteci). Sebagai tjontoh kita dapat djuga mengambil pertentangan antara suami-isteri. Telah banjak sekali karangan2 jang menguraikan tentang pertentangan ini. Tabiat dan pandangan serta pengharapan hidup jang berlainan sering mendjadi sebab oposisi ini, w alaupun asmara jang berkobar-kobar sebelum m.asa perkawinan pada mulanja mendesak soal itu kebelakang. C. Oposisi parlemen. Tentang soal ini telah banjak diuraikan dimuka. D isini jang harus diperhatikan ialah bahwa oposisi ini bukan oposisi karena penjakit, w alaupun seringkali terdapat anggauta parlemen beroposisi untuk menampilkan diri kemuka. Oposisi atau membantah disini dmumnja ditudjukan untuk mentjapai lebih banjak kemanfaatan bagi negara dan rakjatnja, membentangkan keberatan dan meagadjukan rentjana dan pendapat sendiri, sebagai dikehendaki oleh partai dan golongan jang diwakilinja. Oposisi jang memang diharapkan oleh parlemen untuk memenuhi dasar demokratis. D a lam sistim pemerintahan parlemen di Inggeris um pamanja, kita melihat ketua dari partai oposisi digadji 2000 pond sterling satu tahunnja oleh pemerintah dari keuangan umum, suatu hal jang ta' akan dapat diimpikan dinegeri totaliter atau diktatoris ( W.A. Robson:..The British System of Government ). D. Konflik (persaingan, pertikaian). Tjontoh2 jang lebih njata ialah: perang, pemberontakan, revolusi dsb.nja, jang sangat berlainan pertini-

89 bangannja daripada pembunuhan, perampokan maupun pentjurian. Disini bukan kebuasan atau sifat tamak jang mendjadi tenaga penggeraknja, melainkan tjita2 jang luhur, jang bertjorak kesutjian. Sutji dari pihak penjerang, karena perasaan wadjib untuk mendjalankan tjita2 itu, luhur pula tindakan pihak jang diserang untuk membela kebangsaan daa negerinja. Sifat sulji ini ta terdapat dalam perang pendjadjahan, sekalipun dikatakan, bahwa pihak pendjadjah dalam tindakannja mengaaggap dirinja bertanggung djawab untuk memadjukan bangsa jang didjadjah itu, karena dasar pendjadjah dimanapun djuga ta' luput daripada keuntungan bagi diri dan negerinja. Pertaajaan tentang pengaruh perang terhadap masjarakat akan didjawab oleh filsafat-sosial, bukan oleh sosiologi sendiri. Soal itu dapat dibitjarakan sebagai soal sosial kalau perhitungan untung-rugi dalam perang itu dapat dipersoalkan. Umum nja djuga hal ini ta' dapat dipersoalkan dengan tegas, karena dalam perang dunia ke I dan ke II umpamanja, ta' dapat ditetapkan siapa jang menang kalau dilihat dari sudut untung rugi. Jang pasti ialah bahwa perang ini selalu merugikan baik jang kalah maupun jang menang. Hanja perang jang tangkas daa tjepat membawa kemenangan jang menguntungkan. U ntuk memperdalam soal ini baiklah kiranja orang membatja buku2 tentang sosiologi perang, antara lain jang sangat terkenal ialah,,die Soziologie des Krieges (1929) karangan Prof. Steinmets, jang disekolah M iliter Akademi Keradjaan di D jepang hingga 1945 mendapat perhatian istimewa. 6. Proses tjampuran. Jang dimaksudkan dengan proses tjampuran ini ialah proses jang tidak dapat dengan tegas dikatakan termasuk kepada proses memisah atau proses mengga- 87

90 _ J bung. Proses ini kadang2 berisi sifat kedua-duanja itu. Beberapa tjontoh kiranja akan mendjelaskan uraian itu: a. mengetjam (kritik), lazim dikenal sebagai merusak, memisah, mendjatuhkan, tetapi djuga kita mengenai kritik jang membangun atau mempersatukan, artinja disamping mentjela dan mengupas, djuga memberi djalan jang sepantasnja untuk diikuti. b. proses dalam debating-club, jang bermaksud untuk mentjapai hasil jang tersehat dalam seni pengetahuan dsb.-nja dalam sifatnja bertjorak pertentangan, tetapi dalam sesungguhnja bertudjuan membangun. c. Friendly-game dan dasar fair-play dalam olah raga, jang dalam sifatnja djuga menundjukkan tentang-menentang, tetapi jang sebenarnja dengan mejnelihara sportmanship jang sehat mengekalkan pertalian antara sesama kumpulan olah-raganja, dengan kenal-mengenal dan harga-menghargai dalam permainan itu. D a n demikian selandjutnja. 88

91 w». BAB v n P R O S E S S O S IA L JA N G A SLI 1. Differensiasi atau Pemisahan. Dalam pembagian jang sudah2 kita membitjarakan tenaga sosial, jang berakibat proses2 masjarakat jang mengikat maupun jang memisah. Proses2 ini terdapat dalam perhubungan antara manusia, baik didalam maupun dengan tiadanja golongan. Dalam bab V II dan selandjutnja ini pembitjaraan tentang proses masjarakat akan diteruskan kini dalam perhubungan dimana bentuk golongan harus ada tertjantum. Tegasnja, proses2 ini. jang kita sebutkan sebagai proses sosial asli tidak dapat terdjadi diluar golongan manusia. Ia hanja terdapat dalam perhubungan manusia dan manusia dalam golongan. suku bangsa, golongan2 masjarakat dan lain2nja. U ntuk djelas dan mudahnja, dalam uraian ini kita akan mengikuti daftar pembagian V o n W iese. Kita melihat pembagian2 ini sebagai berikut: A. Differensiasi atau pemisahan, B. Integrasi atau pengikatan, C. Merusak, D. M em bangun. Dalam A dan B terdapat tenaga pemisah dan pengikat. Pun djuga tenaga ini terdapat dalam C dan D, walaupun akibat C dan D berlainan daripada akibat A dan B sebagaimana akan ternjata dalam uraian berikutnja. W a la u p u n dengan mudah kita mengadakan pembagian antara proses memisah dan proses membangun' ini, dalam kenjataan sebenarnja ta dapat kita menundjukkan dengan tegas dimana golongan itu mulai berkum- 89

92 d a L ^ d f t ^ V,? berpisah' Garis ian3 njata ta Proses me ± Uf /-1' tahka?,lebih baniak terdapat Hinqqa ta H memisah ini tjampur-mentjampuri t 9d9 apa f l a i n - D i u 9 a ian3 lebih kuat dan C gga A. Differensiasi atau pemisahan, IT' ' 7 /rkdaia* nl'alp«b d a T t ba9i3n daia,n Pr ses i: I I ^ f " 9^ dan me' 3abdi. I V Tnd M atau pilihan (saringan). IV. Individuasi atau pengasingan. TERDJADINJA PERBEDAAN. Umum. kan m anusia^in^v ni-aan9m^ en9.enai sifat dan keduduini tidak sama. ' 3* manusia ini sama, b. manusia jang kesatu menmnqk^i meniebeiah, karena tabiat dan bakat P*bedaan tentang kebangsaan, golongan dsb nh 5U? d ju 9a perbedaan an dengan adanja sifat m a n u s i a kata bertentan9' b e r b e d a it u. m a n u s ia ja n g m e m a n g t e r d a p a t Djuga fang kedua aqaknia u t k3j karena kalau hukum 5 ahaja Ul*tuk diterima perbedaan antara manusia ini ^ memastikan j USahaUntukmen9hilanqkanpf d<^ 9an sendirinja perbedaan itu akan m enenta.l u fau raemperketjiikan jang tersusun atas kebenaran fe Uf?? alam itu tadi' Sosiologi mendjauhi dan melh, nj ata* dan Semf am itu- Ia tidak snkl? menje' dan membuang teori2 fano. kenjataan, penjelidikan seterusnja. ekiranja menghalangi 90

93 Sematjam teori jang menjebelah sebagai itu kita dapati dalam ekonomi, j.i.,dalam dalil2 Malthus jang mengenai bertambahnja penduduk. Malthus me 9a " kan bahwa bahan makanan lebih kurang bertambahnja daripada naiknja djumlah penduduk.,.tetapi, pen ap Malthus,,,kalau kesukaran telah mening a, kemakmuran itu akan kembali pula, karena mi en j Perang, penjakit kelaparan dsb.nja, akan emp kan djumlah penduduk itu dengan sendiri. an, kalau teori sematjam itu oleh Thomas Car y Cr,, dsb. dinamai,,ilmu petang, karena sifat menj Pada nasib janq terdapat didalamnja,,.r t Sosiologi dalam menjelidiki berbeda- e a ] ^ Manusia ini, memadjukan pertanjaan jang pe g Perhatikan, ialah: Tidakkah usaha jang menudju pada Persamaan itu bertentangan dengan kema ;u rakat itu sendiri?.,, Aikata- Karena w alaupun persaingan ini ^ bai an bahwa an terpudji, tetapi djuga tidak dap perlombaan kemadjuan masjarakat sedikit banja nersainq- Musia jang mengedjar kefflad>u d d9aak merugikan. asal sadja bersifat s e h a td a jkian disini M a s ja r a k a t, p e r b e d a a n j a n g seo a - ^ ^ o r a n g k e p a d a s u a t u p e r e b u t a n d a la m d a -a s ifa t ^ rp u d ji. S e l a n d j u t n j a a d a la h hf*. k e p a d a m a sja - ^ a s in g s o r a n g it u j a n g m e m b e r i h id u p r a k a t k it a. W k a n,.m a s ja r a k a t Lain kiranja djika kita,melj ^ mbarkan sama uinur. i?9a, dimana manusia ini diga hidup ter^epas ehendak dan sifatnja, dan ' e?. ^ agjarakat dunia ini! daripada nafsu jang kita kenal dimasjaraka Demokrasi dan perbedaan,. Demokrasi dalam berusaha mentjapai persama 91

94 tiap manusia, pada um um nja sekali-kali ta akan djuga melenjapkan beda sifat2 manusia sebagai diuraikan tadi. Demokrasi ini mengedjar persamaan terhadap hukum, persamaan politik (pemilihan dsb.) dan ekonomi (pernbagian) dsb.nja, bukan berkehe.ndak untuk melenjapkan sifat manusia semata-mata. Selandjutnja soal perbedaan ini masih lebih banjak mem.butuhkan penjelidikan karena kenjataan demokrasi dengan tudjuan persamaannja masih banjak sekali membuktikan perbedaan2 jang tidak diharapkan. Berobahnja, lebih tepat: tum buhnja akal manusia dan tjorak masjarakat dimana ia hidup mempersukar penjelidikan untuk menetapkan dalam hal mana manusia ini berbeda dan dalam hal m ana ia mendapat persamaannja. II. M E N G U A S A I D A N M E N G A B D I. 1. Umum. Sepandjang masa proses menguasai dan mengabdi m i terdapat dengan kekalnja. Suatu golongan sosial dikuasai oleh jang lain, sedangkan dalam golongan itu sendiri terdapat proses jang demikian itu berdjalan diantara anggauta^nja. Ross sangat dekat kepada kebenaran, kalau ia memperhatikan soal ini sebagai suatu tenaga jang terpenting dalam sedjarah. Karena tidakkah sedjarah' ini menunjukkan diri sebagai pertalian dari abad keabad karena adanja proses menguasai dan mengabdi itu? Sedjarah djuga jang telah memperlihat proses tersebut dalam seribu satu djenisnja. Oppenheimer berpendapat, bahwa segala kekerasan achirnja mendjelma dalam kekuasaan jang berupa suatu pengaruh atas mereka jang menerima kekerasan atau paksaan itu. Machiavelli, Calvijn dan penulis2 lainnja jang hendak membenarkan suatu kekuasaan jang kuat dipusatkan

95 dalam suatu tangan, berpendapat bahwa kekuasaan ini adalah suatu sjarat jang harus ada untuk mentjegah kedengkian manusia. Kekuasaan dipergunakan untuk mentjegah kedengkian seseorang terhadap lainnja, kekuasaan untuk melaksanakan hukum sesuatu negeri jang berdasar keadilan. 2. Pembagian proses menguasai-mengabdi. O le h M a x W eber proses ini dibagi seperti berikut: a. Jang bersifat rasionil. D isini terdapat lebih banjak tunduk kepada peraturan, bukan kepada perseorangan. Proses jang terdapat dalam burokrasi, jang mengemukakan hukum dan peraturan2 jang telah ditetapkan dengan tiada mempersoalkan lagi tepat-tidaknja, karena telah diketahui dan dipertimbangkan lebih dahulu, bahwa peraturan itu membawa kewadjiban bagi jang diperintah, tetapi djuga pertanggungandjaw ab pemerintah terhadap jang diperintah itu. b. Jang bersifat tradisionil. O rang dapat melihat pertalian ini sedjak zaman kuno, j.i. sedjak zaman radja, dimana,,orang ketjil" melihat dengan hormatnja terhadap radjanja. D juga golongan2 keluarga radja, golongan ksatrija dsb. mendapat penghormatan itu karena terhitung famili radja, terutama dalam zaman feodal. Proses ini masih terdapat disana sini dinegeri kita dimana adat kuno masih ada. Kemadjuan pendidikan rakjat merenggangkan pertalian ini. H ak memerintah harus berdasar dan harus mendapat kekekalannja dalam rasa hormat dari rakjat ini terhadap pemerintah. H anja kebersihan dan keadilan dalam mendjalankan pemerintahan jang akan mendatangkan djuga kekekalan pemerintah untuk mendjalankan kekuasaan jang bersandar hak itu.

96 c. Proses jang bersifat charismatis. Pim pinan jang berisi charisma2 sudah m endjadi sifat beberapa orang dalam perkumpulan politik, ekonomi, agama, pendidikan maupun lainnja. M ereka ta segan2 untuk memperlihatkan tenaga jang charismatis. O rang sematjam itu menganggap dirinja berkewadjiban untuk memberi pimpinan, dan pertjaja bahw a kum pulannja akan tunduk kepada pim pinan itu. K adang2 andjuran2nja itu berhasil, kadang2 tidak, tergantung pada suasana dan tjara m engandjurkannja. 3. Pembagian menurut Ross. Ross membagi proses ini dalam delapan m atjam: a. Kekuasaan orang tua terhadap anaknja. b. Kekuasaan kaum tua terhadap golongan muda umumnja. c. Kekuasaan lelaki terhadap isterinja. d. Kekuasaan lelaki terhadap perempuan um um nja. f e, asaan pradjurit terhadap buruh. f. Kekuasaan orang kaja terhadap orang miskin. g' i 113'53311 sekutu )an9 kuat terhadap sekutu jang k* menj133^ 11 J'ang menang terhadap jang Pembagian ini perlu diketahui untuk memudahkan penjelidikan dalam soal ini. Dengan memakai pembagian mi umpamanja dapatlah kita membagi-bagikan soa jang akan diselidiki itu, sehingga pemandanqan jang terang pasti tertjapai. Pasti sadja bahwa pembagian Iain tentu ada. Umpamanja sadja kita dapat menjelidiki perhubungan seorang anak terhadap orang tuanja diberbagai negeri, menjelidiki kekekalannja bersandar adat, agama dan lainnja. 94

97 D a n bagaimana perhubungan orang tua terhadap pemuda umumnja? Disini djuga supaja djangan dilupakan, bahwa pemerintah negeri mengambil peraturan kenaikan pangkat dan gadji berdasar prinsip tua-muda itu dan menganggap banjaknja tahun dinas sebagai dasar untuk kenaikan pangkat dan gadji itu, jang sebagai kita ketahui telah mendjadi salah satu sifat birokrasi. 1 H ak perempuan bagaimanakah? Bagaimanakah hak w anita um um nja terhadap hak lelaki dalam hidup bersama, dalam politik dan lainnja? Berobahnja zaman sering membawa perobahan2 jang penting sekali dalam hal ini. Kalau Islam diturunkan, maka ia memberi kedudukan jang pantas dan terhormat dimasjarakat, bagi kaum w anita terutama dinegeri Arab. W a n ita bukan lagi untuk dipendam hidup2 atau didjual oleh ajahnja sebagai budak. Mereka kini sebagai ibu bangsa harus dihormati dan diberi hak hidup serta pendidikan jang tidak kurang daripada hak lelaki. Lahirnja ibu Kartini membawa zaman baru bagi perempuan Indonesia umumnja. D ari petang menudju terang, dari djaman kolot menudju kemadjuan sudah mendjadi bukti dan w udjud tjita2 ibu Kartini ini merintis djalan untuk kemadjuan wanita Indonesia umumnja. Demikian djuga bagi Djepang adalah kedatangan tentara pendudukah Amerika membawa demokrasi terutama kepada wanita Djepang. Mereka bukan lagi dianggap sebagai suatu barang jang hidup, dengan tiada hak milik dalam perkawinan dan waris, pun djuga dengan tiada hak suara dalam politik dan pimpinan masjarakatnja. D ari mereka hanja diambil tenaga pekerdja dengan sjarat2 jang menghinakan. ^ f an demokrasi jang dibawa oleh Djenderal M ac Arthur telah melenjapkan zaman petang itu, W a n ita di Djepang kini mendapat waris, bolch memilih bakal lakinja dengan djalan menolak kalau ia tidak disukai. Pertjeraian dapat 95

98 didatangkan dengan permintaan wanita, djika terdapat lakinja tidak memenuhi kewadjiban.rumah tangganja. D an jang terpenting sekali ialah bahwa w anita dapat mengambil suara dalam politik, dan hak memilih dalam pemilihaa badan2 perwakilan. Demikian selandjutnja, aliran zaman membawa bukan sadja kerugian pada jang satu tetapi djuga keuntungan pada jang lain. Demikian djuga dalam zaman sekarang ini kita melihat berkurangnja rasa hormat sianak terhadap orang tuanja, mungkin oleh karena rasa perseorangan bergerak madju dengan meningkatnja pendidikan. Tetapi kalau dengan merosotnja pendidikan akibat perang ini masih terdapat kekurangan hormat terhadap orang tua kita, maka ini tidak lain melainkan karena merosotnja achlaq pada umumnja. Penjelidikan selandjutnja dalam soal2 tersebut diatas dalam dunia sesudah perang ini, pasti membawa buah S k c ta h S 151 peladjaran2 San9 berfaedah untuk Soal budak dalam perhubungan mengabdi dan menguasai pada zaman sekarang ini telah boleh dikatakan tidak ada lagi didunia jang beradab. Ketjuali tentunja tawa? an P f^ n g di Siberia dan lainnja jang t, ra asan dan hanja dikerdjakan untuk kebutuhan pemerintah jang bersangkutan itu. D i Indonesia sendiri umpamanja kita sebelum perang mendapat suatu soal sosiologi jang penting artinja dalam p nje i i an, j.i. soal kuli-kontrak dan poenale-sanctie. sebagai setengah budak dimana dapat djelas terlihat, bahwa kuli2 dari D jaw a jang telah menandatangani ko.ntrak untuk bekerdja didaerah Seberang (Sumatra) itu, seolah-olah telah men jua dirinja selama kontrak itu. Ia dihukum ( sanctie poenal) kalau ^rd apat meninggalkan pekerdjaannja. H ukum an mi didjatuhkan oleh almarhum pemerintah 96

99 H i n d i a B e la n d a u n t u k m e lin d u n g i k e p e n t in g a n 2 o n d e r- n e m in g a s in g. III. SELEKSI, PILIHAN ATAU SARINGAN. 1. Umum. U n t u k m e m u d a h k a n p e la d ja r a n in i b a ik la h k ir a n ja d i u l a n g i p u l a p a s a l..s p e n c e r -dan s o a l..m e n je s u a ik a n d i r i d a la m B a b V I, 4 p a s a l 2 b. S p e n c e r d a n D a r w i n m e n e r a n g k a n b a h w a k e k e k a ia n h i d u p d e n g a n a n a k - b e r a n a k d a r i s e g a la h e w a n d a n t u m b u h 2a n d is e b a b k a n o le h k a r e n a k e k u a t a n t e n a g a h i d u p n j a. M e r e k a j a n g le m a h a k a n b in a s a d a n m e r e k a j a n g k u a t d a p a t m e n g a t a s i k e s u k a r a n d a n u d j i a n h i d u p d e n g a n m e n je s u a ik a n d ir i k e p a d a p a n g g i l a n z a m a n d a n a k a n t e r p ilih u n t u k h i d u p d e n g a n k e t u r u n a n n ja. P e n d a p a t d a la m d u n ia h e w a n s e m a t ja m it u d ik ia s k a n d j u g a k e p a d a m a s ja r a k a t h i d u p, j a n g m e m p e r k e n a lk a n d i n s e b a g a i s u a t u..d a lil m a s ja r a k a t, ja n g m e n g a t a k a n, b a h w a h a n j a m e r e k a j a n g d a p a t m e n je la r a s k a n d i n d a a m p e r e k o n o m ia n n ja, a r t in j a h a n j a m e r e k a ja n g k u a t d a la m p e r e k o n o m ia n n ja d a p a t h i d u p d a la m m a s ja r a k a t it u. M e r e k a j a n g le m a h a k a n h i l a n g d e n g a n s e n d m n j a, s e b a g a i d j u g a k it a k e t a h u i d a la m te o r i M a l t h u s m e n g e n a i k e le b ih a n d j u m l a h p e n d u d u k. A p a k a h p e r lu p e m e r in t a h d e n g a n a t u r a n 2 s o s ia ln ja m e n o lo n g p i h a k ja n g le m a h it u? M e n u r u t p e n g ik u t s o s io lo g i- o r g a n is : t i d a k, b a h k a n p e r t o lo n g a n s o s ia l se- m a t ja m it u d ia n g g a p b e r t e n t a n g a n d e n g a n d j a l a n n j a a la m. S e le k s i ( p e r s a r i n g a n ) b e r g e r a k m e n u d j u k e m a d j u a n. s e h in g g a p e r a t u r a n s e m a t ja m it u m e n g h a la n g i s e le k s i j a n g b e r d ja l a n d e n g a n s e n d ir in ja, d a n b e r a r t i m e r in t a n g i k e m a d j u a n it u. D e m i k i a n m a k a p e n d a p a t ' u m u m p a d a z a m a n S p e n c e r it u s a n g a t d ip e n g a r u h l o le h te o r i it u. j a n g d ia n g g a p b e r la k u b a ik d a la m m a s ja r a k a t h e w a n, m a u p u n d a la m m a s ja r a k a t m a n u s ia. P e n d a p a t

100 ini sangat lama sekali disetudjui oleh pandangan ramai, jang lalu memahamkan arti^,,struggle for life,,.survival of the fittest dsb.nja, untuk dikenal dalam masjarakat hidup. O rang lalu m enganggap biasa dan memenuhi hukum alam kalau berpandapat. bahw a m asjarakat ini melulu disediakan untuk mereka jang bertenaga hidup jang kuat, jang bervitalitet. Paham seleksi, jang berasal biologis itu, sangat besar sekali pengaruhnja dalam peladjaran sosiologi, teristimewa pada achir abad kesembilan belas djika paham 2 jang terdapat dalam penjelidikan2 biologi memberi kiasan (analogi) umum dalam pandangan filsafat, psychologi dan dalam sosiologi sendiri. 2. Seleksi dalam kenjataannja. Kehidupan sehari-hari tjukup memperlihatkan adanja dengan pengakuan kita pula terhadap adanja re n d a h ^P f e* a ^ j^ k a ta n {lapisa,a) jang tinggi dan adalah til? i, JUan s sial-politik tiap pemerintah j- ^ UP kalau ditudjukan untuk memperketjilkan menurnt! f rpi'sahan an ara 9oIonga.i2 ini, demikian qn<?i'olr, n an? an Treub, sedangkan beberapa ahli suatu m nt^emar 1 an9 Pada adania golongan ini sebagai M S 1 1 menggerakkan masjarakat seluruhnja. antara l a ^ da* a. Seleksi biologis. f a n a ^ fp tii^ ^ 313? i SUatV s^ eksi- jang m em punjai alam manusia ian*3,uijia mahlulc seperti hew an dan karena ^ n i f 16119^ 1 hantjur dan binasa* Kematian lemah tn h Jlf V UmumnJa m enjapu mereka jang kenjataan,ang istimewa,ang seringkali membuktikan 98

101 diri, ialah kematian karena adjal jang ta' memilih jang kuat atau jang lemah, jang tua atau jang m uda). b. Seleksi ketjakapan, seleksi ekonomi. Antara lain kita disini mengenai ketjakapan naik kelas bagi murid2 jang memang benar2 akibat ketjakapan beladjar. Kita masih ingat betapa beratnja bagi simurid untuk mengedjar peladjaran, lebih2 kalau menghadapi udjian, sehingga kenaikan klas benar merupakan hasil seleksi ketjakapan. Seleksi-ekonomi, jang sesungguhnja mempertundjukkan adanja sifat perseorangan menggerakkan. ketjakapan untuk mentjari dan mendapat keuntungan dalam perekonomian, jang kemenangannja berakibat kehidupan jang sempurna dalam dunia jang bersifat materialises itu, sedangkan kekalahannja (jang lemah) menghadapi kesengsaraan. Kekajaan dunia ini mendjadikan djuga orang sedikit banjak berkuasa kepada akibat seleksibiologis, dan djuga ada kalanja terhadap seleksi-kriminil. Karena umpamanja djika dalam seleksi-biologis kita mengenai penularan penjakit (epidemi dan lainnja) sehingga orang biasa hampir dengan pasti menghadapi binasanja, maka jang kaja dapat memelihara diri dengan mengongkosi pemeliharaan jang sempurna, sehingga dapat mengatasi antjaman penjakit itu. Pun djuga dalam seleksi-kriminil, djika umpamanja sikaja djuga tersangkut dalam perkara jang sebenarnja akan membawa dia kepada pendjara, karena kekuasaan uangnja memungkinkan ia mempunjai pokrol sehingga ia dapat bebas dari hukuman. Z am an korupsi mudah sekali memperlihatkan kekuasaan ini! _ Prof. Embden dalam bermatjam-matjam penjelidikannja, menjatakan, bahwa seleksi-ekonomi lebih mudah tertjapai bagi mereka jang tidak begitu terpudji dalam achlak dan wataknja. Kemenangan dalam perdjuangan perekonomian tidak selalu bergandengan dengan keting- 99

102 gian watak dan kebatinan, m alahan sering terbukti, bahwa mereka jang pandai jang berpendirian dan jang terpudji w ataknja selalu terdesak kepodjok, sehingga mereka hidup sangat sederhana sadja. Kenjataan jang demikian ini sangat terang pula kita alami dalam zaman jang masih keruh karena pergolakan dapat mempergunakan kesempatan dan sering kali mereka ta' beqitu mementingka.n prin-sip dan pendirian dalam mengumpulkan kekajaan itu. Betapa m udahnja um pam anja baqi mereka jang ta berpendxrian politik kepada zam an perdjuangan dapat Iekas mendjadi kaja! M ereka ta' mementingkan kepada siapa mereka m endjual baranqnja, asal uang masuk sadja, teristimewa dalam perdagangan sendjata gelap dalam masa perang atau pemberontakan c. Seteksi bakat. a n!l T r.leleksi' ba,kat ini kita aksudkan pembaqian karena bakat3 d.apat ^ je le n g g a r a k a n kepandaian dalam d m i terutama sekali kita dapatkan s e a m a n Z, T sehin99a m e n d a p a t k a n g o l o n g a n s e n im a n d a n g o l o n g a n j a n g b u k a n s e n im a n. d. Seleksi ktiminil. d ap at d taa^k k atau an?, e,an99ar maka orang Jana tidak5u,kk kepend) f P e n g a s in g a n ini terhadap jang tidak dihukum seolah-olah m endatanokan rasa S n K tin9i al diam dalam masiarakatn j a, jang telah dibersihkan d a n pendjahat2n ja. D iatas dalam a S a L r D e n d i a m ja il '.k e k a ' a a n d a P a t m e n g h i n d a r k a n m e m b a ia r m l 1 ^ t U, s f,a ' e h k a r e n a d a p a t n j a m e m b a ja r p o k r o l u n t u k.p e m b e la a n. t e t a p i o le h k a r e n a k e m a m p u a n, a n g t i d a k b u t u h k e p a d a p e n t j u r i a n u m p a - S ofeehm?anparsim iskin tobaw a kalau ia ^ 100

103 e. Seleksi politik. Ini sebenarnja sangat dekat menjerupai seleksi-kriminil, karena jang dimaksudkan disini ialah seleksi dengan penangkapan setjara besar2an, jang dikerdjakan oleh pihak jang telah menang merebut kekuasaan pemerintah, terhadap pengikut2 pihak jang kalah. Seleksi sematjam, ini banjak sekali terdapat dimanamana dalam sedjarah. D juga dunia pergolakan sesudah perang dunia kedua ini, baik di Eropah maupun di Asia, memperlihatkan hebatnja seleksi-politik ini berdjalan dengan penangkapan2 dan pembunuhan2, f. Seleksi-kebatinan. O leh karena seleksi-kebatinan (watak) ini berasal dari teori Nietzsche, maka sebaiknja kalau kita xnembitjarakan djuga Nietzsche dan peladjarannja dalam hal itu. Nietzsche (Iahir 1844) dalam filsafatnja mengadakan pembagian diantara manusia ini dengan berdasar adanja Uebermensch, ialah mereka jang oleh karena kekuataa kebatinan jang berdasar keberanian dan kekerasan, berlainan daripada orang2 lainnja. Ia menjamakan kehidupan ini sebagai suatu gunung jang tinggi, jang didaki orang. M akin tinggi orang mendakinja, makin sedikit djum lah orang, sehingga dapat sampai kepuntjak ialah mereka jang kuat dan tahan udji. Mereka itulah Uebermensch, sedangkan jang lemah djatuh ditengah djalan. Nietzsche adalah pengikut teori Darwin, dan pada waktu itu sangat terpengaruh oleh kehidupan Bismarck, panglima perang dan diplomat Djerman jang termasjhui sebelum perang dunia kesatu, jang dengan kekuasaan dan ketangkasan ketentaraannja telah dapat mempersatukan Djerman, jang sedang berada dalam perpetjahan. Ia melihat dalam kekuatan, kekerasan itu suatu 101

104 sjarat untuk meninggikan deradjat, bukan bagi segala manusia, tetapi bagi suatu golongan atau perseorangan. Ini jang menjebabkan peladjaran Nietzsche itu bersifat peribadi (perseorangan). Nietzsche menggambarkan Uebermensch sebagai tudjuan hidup manusia, j.i. orang atau orang2 jang terpilih, timbul dari tengah2 orang banjak (rakjat), jang terdapat karena latihan dan pendidikan jang istimewa. Dalam tindjauan jang demikian itu adalah perkawinan ini suatu tindakan hidup untuk m endatangkan turunan jang lebih tinggi pula deradjatnja. Bukan perkawinan jang bersifat serampangan karena nafsu dan tjinta jang membuta. Perkawinan jang akan terdjadi sesudah kemenangan terhadap diri sendiri telah tertjapai. dan dengan kejakinan terhadap kepastian untuk m ena^q itu. Tidak tjukup kalau hanja kepandaian sadja. D arah turunan, darah bangsawan diikuti dengan latihan jang keras tak mengenai pajah, latihan iang berdisiplin. Tenaga, kepandaian dan angkuh karena ketinggian deradjat menimbulkan Uebermensch. Baik menurut teori ini adalah segala apa jang menjukai dan bertudjuan kekuasaan, segala apa jang berani. D jelek dan tertjela adalah segala apa jang lemah. Lemah adalah mereka jang tidak tahan kesukaran dan derita. M ereka lekas mengalah dan lekas putus asa dalam segala perdjuangannja. Keras terutama terhadap dirinja sendiri. itulah dasar teori Uebermensch. Sebagai terkenal maka Hitler dalam tiara2nja adalah pengikut Nietzsche pada zaman Nazi-Djerman. Ingatlah sadja kepada seleksi-bangsa Arier dan jang bukan, golongan Hitler-Jugend dsb.nja. Tindakan pembersihan terhadap bangsa Jahudi di Djerman oleh Pemerintah Hitler, jang menganggap, bahwa darah dan watak Jahudi telah mengotorkan bangsa dan djiw a Djerm an. D juga dalam kehidupan sehari-hari ini kita melihat golongan2 jang tersendiri (exclusivisme) w alaupun 102

105 maksudnja djauh berlainan dari apa jang telah diuraikan diatas, dan seringkali tidak ditudjukan untuk mengasingkan diri sebagai golongan dari golongan. lain, tetapi pada umumnja untuk mentjapai kebutuhan jang sama baik lahir maupun batin, Golongan pegawai, pun djuga golongan terpeladjar lainnja, umumnja mengadakan golongan2 sendiri, jang seolah-olah tertutup untuk golongan lain. Mereka jang bukan 'anggauta golongan itu umumnja tidak merasa,,dirumahnja sendiri kalau berada dalam gerombolan itu. 3. Sumber, tjara d an w udjud Seleksi. Sebagai sumber jang mendatangkan seleksi a.i. kita ketahui: adanja bangsawan, buruh, madjikan dan golongan serta lapisan2 lainnja. Selandjutnja ialah perkawinan dalam golongan sendiri, mode, kekajaan dan kemiskinan. Tjara atau sebab jang mendjadikan adanja seleksi itu ialah: meninggikan dan merendahkan, meagadakan golongan2, memberi djam inan istimewa dalam pembagian, umpamanja distribusi A, B I, B I I dsb.nja jang kita kenal didaerah pendudukan Belanda dizaman perdjuangan. Jang memperlihatkan adanja atau w udjudnja seleksi itu ialah: pertentangan antara golongan2, perbedaan, rasa dihina dsb.nja, jang dalam politik kolonial memang sengadja dihidupkan untuk melemahkan djiwa dan kedudukan jang didjajah. 4. Rahasia dan seleksi. D juga rahasia, jang hanja diketahui oleh suatu pihak, menjebabkan suatu perbedaan antara satu sama lain golongan. U m pam anja sedja dalam agama H indu di India dan dalam abad pertengahan di Eropah, dikalangan pendeta2 Kristen orang mengadakan perbedaan antara ahli dan orang luar diantara pengikut2 agama itu. 103

106 Rahasia Upanishad dan rahasia Indjil seolah-olah hanja boleh diketahui oleh ahli2 itu, orang luar hanja dapat mengetahuinja dengan perantaraan mereka. O leh karena rahasia ini terdjadilah lambat laun golongan ahli2 jang berkuasa atas pengikut2 lainnja jang terikat karena taatnja kepada agama itu, asalnja dalam lapangan agama, tetapi kemudian djuga dalam lapangan keduniaan. D juga dalam kalangan Islam, terutama dikalangan kijai2 didesa, terdjadi pembedaan karena rahasia agama ini. O rang desa jang umumnja mengambil tjontoh mudah sekali mengekor dalam taklidnja, dan menganggap bahwa kijai sadjalah jang berhak untuk mengetahui seluk-beluknja Q uran dan agama sehingga golongan kijai mendapat kedudukan dan pengaruh jang istimewa dalam masjarakatnja. Lihat Bab V I, 4 tentang,.taklid dan lva.eairu, dimana soal taklid didesa2 dengan sengadja atau tidak oleh kijai2 jang beraliran kolot dipertahankan untuk memperkekalkan kekuasaan dan pengaruh mereka didesanja bersandar kepada,,'rahasia peladjaran Islam, jang hanja diketahui oleh mereka, dan kepada siapa orang diharapkan bertaklid. Pun djuga Krishna M urti, jang oleh pengikut2nja dianggap mempunjai hubungan rahasia dengan dunia roh, mendapat penghormatan dan kepertjajaannja berdasar kepada anggapan itu. Bukan sadja dalam kalangan agama dan kepertjajaan, tetapi djuga dalam kehidupan sehari-hari dalam pekerdjaan dan pergaulan, sering terdjadi perbedaan dan golongan2 jang disebabkan oleh,,rahasia, jang hanja diketahui oleh suatu pihak. 5. Bahasa dan Seleksi. ^danla 9 ^on9an tmggi dan rendah, berpangkat dan tidak, bangsawan dan petani, menimbulkan djug a perbedaan dalam bahasa. Terutama sekali dalam bahasa daerah kita, j.i. D jaw a, Sunda, M adura, Bali, dsb.nja. 104

107 perbedaan golongan2 ini sangat terasanja. Umum nja kita mengenai ngoko, madio dan kromo inggil. Ngoko dipergunakan oleh mereka jang,,lebih tinggi karena turunan, pangkat atau ada kalanja... karena ia orang kota, dalam pembitjaraannja terhadap orang ketjil dan orang desa umumnja. Karena adat jang masih tebal terpelihara, maka,,orang ketjil" itu sudah merasa sepantasnja untuk memberi djawabannja dalam kromo inggil. Dalam madio sering kali terlihat sifat demokrasi, karena ia dipakai oleh jang menanja dan jang mendjawab kalau kedua-duanja baharu berkenalan, atau kalau mereka menganggap sama tinggi deradjatnja. Berhubung dengan pandangan ini baik djuga kita mempertimbangkan pandangan Dr. Brandes dalam penjelidikan tentang bahasa Djaw a daiam. pembagian tiga matjam tingkatan itu. Ia berpendapat bahwa kromo dan kromo inggil menurut pandangan jang berdasar pengetahuan dan penjelidikan, dalam sebagian telah njata bahwa: # (a) w alaupun dalam kromo itu terdapat banjak siiat tradisionil, achirnja hanja merupakan suatu keadaan jang tidak sehat, bagi keindahan bahasa asli, (b) Kromo itu hanja luaran sadja berdasar bahasa D jaw a, (c) kromo itu hanja buatan sadja, timbul dari suatu,,kesombongan sifat guru (pedante schoolmeesterij), lambat laun djuga diambil oleh D jaw a seluruhnja, dan achirnja dianggap lebih baik daripada ngoko, jang sebenarnja sebagai bahasa asli lebih sehat dan tepat menurut tindjauan keahlian bahasa. Demikian maka djuga dari sudut penjelidikan bahasa pembagian dalam tingkatan ini telah mendapat tjelaannja. D alam hal ini dapat dipahamkan,. bahwa bahasa In donesia dengan mudah sekali mendatangkan persatuan dan persamaan sebagai bahasa kebangsaan, berbeda sekali um pam anja daripada bahasa2 daerah itu, jang 105

108 selainnja perbedaan antara kalangan sendiri, djuga m endjadi perbedaan dan pembatasan antara orang2 dari daerah2 itu masing2. O rang Sunda akan tetap mempertahankan ke-sundaannja, orang D ja w a ke- D jaw aannja dan demikian selandjutnja, sehingga kiranja persatuan sebagai suatu bangsa Indonesia sukar tertjapai. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kebangsaan mendapat ketentuannja karena: pertama, tidak mengenai perbedaan tingkat dan golongan, w alaupun kesodanan tetap tinggi terpelihara. Kedua m udah dipeladjari oleh segala putera Indonesia, lain daripada bahasa daerah itu masing2 bagi mereka jang bukan dari daerah itu sendiri. 6. Distinksi dan seleksi. D alam pasal mode telah djuga disebut tentang nafsu distinksi, ialah nafsu untuk membedakan diri daripada n ' kehendak untuk memperlihatkan beda itu. Oleh karena nafsu distinksi ini orang dengan sungguh hati bertindak, jang sekiranja ia sendiri akan ketawa karena kegandjilan tindakan itu, djika ia m enindjau kembali dengan melepaskan diri daripada nafsu itu. I idakkah kita mudah ketawa kalau melihat seorang kopral umpamanja, terutama pada zaman kolonial, jang waktu dinasnja mendapat bintang dan sekarang didesa kemana djuga ia pergi ta lupa m enggantungkan bintang itu dan membitjarakan djasa2 jang sudah lampau? D juga sering kita merasa heran kalau melihat upatjara penerimaan tanda2 djasa kepada orang2 jang berpangkat dan umumnja dikatakan telah madju. Betapa sungguh dan penuh chidmat mereka mendengarkan tambur berbunji atau pidato2 jang berapi-api. Sebentar kita memikirkan upatjara jang demikian itu dinegeri Papua atau ditengah benua Afrika. A gaknja maksud dan tudjuan upatjara sama djuga dalam kechidmatannja. Jang berbeda ialah 106

109 daerah Iingkungannja, karena jang satu dinamai madju dan beradab, sedangkan jang lain dinamai sederhana dan buas. Djuga jang berbeda disini ialah tanda2 distinksi. Masjarakat jang beradab menghendaki bintang dengan beslit djasanja, masjarakat jang masih buas menghendaki tanda jang lebih tegas, j.i. a.i. batu kepala manusia jang telah dibinasakan, atau kuku matjan jang telah dibunuh. Lebih banjak tanda distinksi lebih tinggi pula penghargaan masjarakat terhadapnja.- Tanda distinksi ini jang pemberiannja didasarkan kepada adanja nafsu manusia sebagai tersebut diatas tidak sedikit menjebabkan dan memperkokoh adanja tingkatan dan golongan2. Tetapi walaupun demikian, pemberian tanda djasa2 ini ta dapat tidak harus diselenggarakan pula selama hidup bersama (masjarakat) ini berdjaiaa dan mendapat djiwa hidupnja dari nafsu2 manusia itu. Djikalau dalam masjarakat hidup kedjahatan dihukum, maka djuga sepantasnja untuk memberi tanda terima kasih atau tanda djasa kepada mereka jang berbuat baik dan jang selalu meaghormat peraturan negeri. Tanda ini harus berupa suatu barang jang dapat dilihat dan m udah diperhatikan. D r. P. E ndt dalam bukunja..sosiologie dalam soal ini menguraikan pendirian umum Belanda totok jang ada didaerah pendjadjahannja. Mereka walaupun umumnja dinegeri Belanda sendiri tidak termasuk golonga.i jang..terpilih", selalu hendak memperlihatkan..kelebihannja daripada penduduk asli. Dalam hal ini mereka mendapat persaingannja dengan Belanda Indo, jang sebaliknja oleh Belanda totok -selalu diperolokkan, dan dianggap tidak lebih {bahkan lebih rendah) daripada penduduk asli. D an walaupun Indo jang ajahnja bangsa barat menurut hukum termasuk bangsa Eropah (lain daripada Inggeris, jang menganggap half-cast sebagai penduduk asli). dalam kehidupan sehari-hari Indo merasa terdesak dan walaupun mereka sebagian 107

110 banjak berbahasa satu dengan totok, mereka merasakan perbedaan sedjauh langit dan bumi dalam perhatian pemerintah Belanda terhadap nasibnja. Terlebih pula bangsa D jepang jang datang menduduki Indonesia semasa perang. D engan kedok saudara tua; Djepang-Indonesia sama-sama" dsb.nja, mereka achirnja bukan memperlihatkan,,kelebihan" itu sadja. tetapi djuga memaksa supaja orang mengakui kelebihan itu dengan tunduk kepala kearah negeri Djepang, menghormat lebih dulu kepada saudara tua dsb.nja. H am pir tiap bangsa Djepang, jang dinegerinja mungkin hanja tukang gosok sepatu atau petani biasa sadja, didaerah pendudukan minta dihormat sebagai pengakuan terhadap sifat dan kedudukan bangsanja jang,,kelebihan itu. la*n pula sikap tentara pendudukan Amerika di Djepang, jang walaupun sebagai tentara jang menang dapat -segera menghilangkan sikap angkuh dan kelebihan daripada bangsa Djepang sendiri, sekalipun mereka ini dalam sedjarah tiada lain melainkan dikenal sebagai pembuka djalan bagi kemadjuan D jepang k.l. 100 tahun jang lalu- H al ini mungkin adalah djuga karena tudjuan pendudukan itu untuk memperlihatkan sifat pembebasan dalain politik demokrasi dari segala tindakan dan tekanan, baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri. A tau mungkin djuga oleh karena D jepang dibutuhkan untuk menghadapi Russia oleh Amerika. D alam hal ini sekalipun, ataupun lepas dari pandangan politik, sifat kelebihan 'sebagai kebangsaan malahan lebih2 terlihat pada orang Djepang sendiri terhadap anggauta2 tentara pendudukan, terutama sekali terhadap anggauta tentara Amerika, diantara mana memang masih banjak sekali jang buta huruf, suatu kekurangan jang di D jepang sendiri sudah tidak dikenal pula. D juga lambat laun bangsa Djepang, dalam keadaan kalah perang sekalipun, membolehkan diri untuk merasa lebih tinggi pula dari 108

111 bangsa Amerika dalam kebudajaannja, walaupun pada 2 September 1945 pada gentjatan sendjata jang ditandatangani dikapal Missouri di Tokio, mereka harus mengakui tuduhan2 terhadap golongan pemimpin tentara Djepang, jang telah memperkosa sedjarah dan kebudajaan Djepang untuk mentjapai tjita2 mereka berperang. D juga pada saat itu terpaksa Djepang harus ingat kepada peristiwa datangnja Commodore Perry dipelabuhan Uraga kira2 seabad jang lampau untuk membuka Djepang bagi kemadjuan dan perdagangan. dunia dengan terpantjangnja bendera pusaka Amerika, dulu berkibar dikapal Perry itu, kini menghiasi dinding kapal Missouri kearah mana utusan Djepang menghadap dalam menanda-tangani gentjatan sendjata itu. D alam rasa kelebihannja itu Djepang lupa kepada pengalaman bangsa Asia lainnja selama pendudukan Djepang jang baru lalu, jang merasa keheranan melihat tentara Amerika bersikap ramah-tamah dan tidak angkuh terhadap orang2 Djepang. Sikap tenang itu. selain: daripada mungkin akibat maksud pendudukan pada umumnja sebagai diuraikan tadi, adalah djuga pembawalingkungan hidup kemadjuan teknik dan sifat perseorangan jang tidak memperdulikan tingkah laku orang lain, selama tindakan2 itu tidak menggangu hak2 orang lain. Sementara itu pada bangsa Amerika, pada umumnja diseberang dan akibat perang, tiada terlihat perbedaan antara Negro dan kulit putih, jang di Amerika sendiri telah mendjadi tjelaan jang mentjolok mata bagi demokrasi Amerika. Soal rasa kelebihan inilah jang mungkin akan mempertjepat tentara pendudukan meninggalkan Djepang, karena dengan rasa itu terpendam kekal dalam hatinja, orang Djepang tak segan untuk mengambil hati bangsa Amerika, sekalipun tjaranja agak menghinakan bagi bangsa Djepang seluruhnja. Rasa melebihi bangsa lain ini hanja dapat berkembang pula dengan pembebasan 1091

112 bulat dari negeri D jepang sendiri. Selaras dengan ini perang ketiga diharapkan petjahnja dengan D jepang dipihak Amerika, sebagai tanda terima kasih kepada..kebaikan" Amerika itu, dan pula sebagai tanda kekalnja kebudajaan D jepang dengan menghidupkan pula pemudjaan terhadap djasa2 djenderal N ogi dan laksamana Togo dalam membuktikan kelebihan bangsa Djepang daripada bangsa Rus pada perang D jepang Russia pada tahun Larangan2 untuk menghilangkan pemudjaan kuil2 dan leluhur2 Djepang jang berdjasa pada tanah air, oleh D jepang hanja diterima baik selama pendudukan, dan tak mudah hilangnja karena telah meresap sebagai tiang keagamaan jang telah beratusan tahun berdjalan. P ada umumnja, zaman pendudukan Amerika itu bagi D jepang tak menghilangkan rasa melebihi bangsa2 lain jang,.tidak berkebudajaan sekuat bangsa D jepang itu", bahkan hanja mendjadi peringatan untuk bertindak lebih k I h m dengan mendjauhi segala m atjam ke- D juga dalam melihat keadaan2 dan pendapat berbagai-bagai suku bangsa dinegeri kita sendiri, kita umpamanja dengan mudah merasakan adanja perasaan melebihi suku bangsa jang lain, um pam anja sadja orang U 'awa J. engah teristimewa orang Solo dan D jokja, jang merasa lebih beradab daripada suku bangsa lainnja di D jaw a bersandar kepada terpeliharanja -sisa2 kebudajaan H indu dsb. Tetapi djuga bangsa M adura umpamanja, sekalipun mereka tak terkenal dalam sisa kebudajaan apapun djuga, masih ada sadja jang dibangga-banggakannja, kadang2 karena adanja sifat golongan dan lingkungan petani ditanah jang kurus, seperti hemat, radjin-bekerdja dsb., tetapi ada kalanja djuga jang sengadja ditjari-tjari dalam memperlihatkan sifat kelebihan itu. Sistim memperadu-dombakan suku^ bangsa satu sampai lain dari pemerintah kolonial mem- 110

113 pergunakan adanja perasaan ini, sehingga sukar terdapat kesedaran diantara suku2 bangsa jang ada di Indonesia untuk bersatu, sekalipun pada umumnja perasaan perbedaan itu mengenai kebudajaan daerah. Perasaan kelebihan sematjam ini pada umumnja hanja terdapat pada lapisan rakjat biasa jang masih hidup dalam lingkungannja sendiri, tidak terkenal pula pada lapisan jang terpeladjar jang telah mengatasi suku kebangsaannja dan telah memandang dan merasakan suatu bangsa dan negara untuk diutamakan lebih dulu. 7. S ifat bangsa, seleksi dan teori milieu. Banjak sekali orang mempersoalkan tentang sifat bangsa2 ini, tetapi hingga kini sedikit sekali orang mengetahuinja, melainkan terlihat suatu ketentuan, bahwa sifat bangsa2 jang turun-temurun itu pada umumnja mempengaruhi watak kebangsaan, sedangkan adanja sifat2 jang berbeda-beda itu sebagian banjak telah menetapkan sedjarah.dalam djalan dan tjoraknja. A pa jang sebenarnja mendatangkan sifat bangsa itu ta dapat dengan tegas dikatakan; proses seleksi telah djuga tentu membawa pengaruh dan bagiannja. Disamping itu tidak luput djuga kiranja, kalau kita memperhatikan teori-millieu terhadap sifat bangsa ini. Dapatkah sifat suatu bangsa berobah, djika millieu atau alam sekitarnja berobah? Dapatkah orang Inggeris berobah sifat kalau ia sedjak ketjilnja ada dinegeri Tiongkok umpamanja? Ketegasan tidak dapat dengan pasti dikatakan, orang masih menjelidiki soal ini dan belum sampai kepada ketentuan jang njata hingga kini. Tetapi untuk mendapat pertimbangan dalam hal ini baiklah kiranja kita melihat hal2 jang dibawah ini: Kebanjakan dari singkeh jang datang dari Tiongkok ke Indonesia dinegerinja bertjotjok tanam. Kebanjakan oleh karena mereka ini..kalah dalam seleksi-ekonomi dinegerinja, maka mereka terpaksa meninggalkan negeri 111

114 dan tanahnja, jang sebagai petani sangat.ditjintainja. D i Indonesia sifat tani itu mendjelma mendjadi sifat t,bussines-man" jang sangat tjerdik-tjerdas serta hemat, sehingga dalam waktu jang singkat telah m endjadi seorang hartawan. Pada umumnja adalah bangsa Amerika sendiri terdiri dari bermatjam-matjam bangsa. T anah dan suasana Amerika, jang merupakan milieu jang tersendiri didunia ini, mentjiptakan sifat bangsa Amerika jang berlainan dari sifat bangsa2 asli itu masing2. Negeri pengharapan, negeri dari segala kemungkinan, negeri dim ana orang dapat mengedjar kemadjuan dengan pertjaja kepada tenaga sendirilah jang membawa tjorak istimewa dalam sedjarah dan masjarakat Amerika itu. Selandjutnja maka tetap tidak terdjawab apakah iang mendjadi penggerak bagi achli2 fikir, achli pendapats baru dan pemimpin2 sosial lainnja janq terkenal se agai. Aristoteles, Plato, St. Thomas van Aquino, Dante, Shakespeare, Calderon, N ew ton, Leibnits, Columbus, Pasteur, Umar Qaiyam, Imam Sjafii dan lainnja. Apakah disini sifat ataukah sekitar, w atak ataukah alam kelilingnja jang mendjadi tenaga dan pimpinan mereka dalam pendapat2 dan fikirannja? Kita tidak dapat dengan tegas mengetahuinja. Ketjuali suatu hal, ja m, bahwa manusia ini adalah suatu pribadi jang mer ska, jang mempunjai hak perseorangan, jang dapat membawanja kepada suatu kemenangan, dim ana orang lain walaupun mempunjai sifat keturunan jang lebih sehat dan alam keliling jang lebih bahagia mendapat kekalahan dan mentjapai tudjuannja. T idakkah disini kemurahan Tuhan jang selalu menjediakan pertolongan j^ tu k segala manusia, asal sadja ia mau berusaha. berkehendak jang baik dan kerdja sama untuk memberinja sifat jang terpudji dan mendjadikannja suatu bangsa jang mulia? M ungkin kita dianggap bersentimen kalau berpendapat jang demikian ini, kalau tidak Shakespeare,

115 seorang pudjangga dan ahli filsafat Inggeris jang telah banjak menguraikan duka dan suka, pengharapan dan takut, kehendak dan kemalasan manusia, tidak djuga berkata... kita ini dibuat sedjenis dengan impian, dan kehidupan kita jang pendek itu dikelilingi dengan ketiduran... Ini jang menundjukkan, bahwa manusia dalam hidupnja menguasai alam sekitar dan demikian djuga menguasai nasibnja. sama sadja dengan suatu impian jang didatangkan kebanjakan dengan 'fikiran manusia sendiri M ilieu sebagai:tenaga seleksi jang menetapkan sifat. a, Daerah lingkungan dan kehidupan masjarakat. Dalam Bab V I, 4 telah diuraikan sedikit tentang milieu dan soal menjesuaikan d in kcpadanja. Berhubung dengan pentingnja soal milieu (daerah lingkungan).dalam mempeladjari manusia dan kemadjuan masjarakat, maka soal ini hendaknja mendapat perhatian jang lebih luas pula. Paham milieu sangat memudahkan pengertian dalam penjelidikan dan peladjaran2 tentang ethnologi, anthropologi (ilmu matjam2 dan sifat manusia), sedjarah kemasjarakatan, adat2 dan sebagainja, sehingga mendatangkan ilmu dan penjelidikan dalam lapangan baru jang disebut: anthropo-geografi, jang maksudnja mempeladjari keadaan manusia menurut keadaan alam kelilingnja. Keadaan manusia menurut keadaan politik dan sekitarnja, pun djuga ilmu tentang djenis kebangsaan.sebagai ditetapkan oleh tanah, iklim, pantai laut atau pegunungan dan keadaan alam lainnja termasuk dalam lapangan anthropo-geografi tersebut. Sifat turunan dan sifat jang disebabkan oleh milieu ini kadang2 dapat tegas dibedakan, dan antara lain dapat djuga kita menamakan subjektif kepada jang kesatu dan objektif kepada jang kedua, dalam kita menindjau sebab2 um pam anja dalam pengangguran. 113

116 pelanggaran dan kedjahatan, kem iskinan dan sebagainja. Sebagai disebut.dimuka maka milieu ini mendapat penuh perhatiannja sedjak H ippolyte T aine mengembangkan pendapat dan teorinja <lihat V I, 4) tentang milieu ini, jang dikatakan menjebabkan sifat, kehidupan dan nasib manusia dan kebangsaan. D ju g a Thomas Buckle di Inggeris pada tahun 1857 telah mengeluarkan bukunja,.history of Civilization in E n g la n d, dalam mana ia telah mengeluarkan teori dan pendapat2nja, bahwa iklim, tanah. makanan dan suasana alam adalah tenaga2 jang terpenting dalam kem adjuan batin dan masjarakat. Tentang buku Karl M arx,,das K apital 1867, jang mengatakan bahwa tjara produksi telah me* netapkan kehidupan sosial, politik dan kebatinan (kebudajaan) telah diuraikan pandjang lebar dimuka. U ju g a sebagai keberatannja terhadap pendapat ini telah t a a an ahwa bukan hanja keadaan perekonomian sadja jang menetapkan tindakan dan usaha manusia mi. juga milieu kebatinan jang terdapat dalam pentjarian ilmu, pendapat, keagamaan, dsb.nja mempunjai djuga bagiannja dalam tindakan manusia ini. Selandjutnja dalam tin d jauan tentang penetapan sifat dan tabiat manusia karena milieu-ekonomi milieu-umum, kita telah djuga uraikan hypothese D a r w in ja n q memp u n ja i pengaruh d idalam nja. Teori D a rw in ini diuraikan dalam soal..m enjesuaikan diri kepada alam se k ita m ja ", sekitar m ana baik berupa milieu-ekonomi m aupun milieu aiam um um nja, sehingga sam pai kini m em beri dasar m asjarakat jang bertjorak dan berkebudajaan tersendiri. H in g g a m ana kebenaran ini dapat kita pertim banqkan sendiri n an ti dengan p eladjaran2 berikutnja. b. Pem bagian milieu dan pengaruh sebenarnja. *T ^ ntara k*ta dapat membagi milieu ini dalam: Milieu-alam, ialah jang mengenai tanah, iklim, kea-

117 daan daerah dsb. Telah banjak sekali buku jang menguraikan tentang pengaruh milieu ini terhadap tabiat manusia dan tjara manusia hidup. Milieu-mamisia djuga dikatakan milieu-kebatinan, ialah meliputi orang, baik laki2, perempuan, maupun anak2, jang kita kenal sedari ketjilnja, jang telah sedikit banjak mempengaruhi kita dalam tabiat, tingkah laku dan kehidupan sehari-hari pada umumnja. M au tidak mau orang2 ini telah mengelilingi kita sehingga selalu mempengaruhi karena perhubungan dalam waktu duka dan tjita bertahun-tahun turut-menurut. Kadang2 pengaruh ini disebut pengaruh milieu-kebatinan, karena ia menjebabkan..semangat golongan akibat adanja suggesti (andjuran2), imitasi (meniru), perhubungan dsb.nja, pengaruh2 jang menjebabkan..pendapat umum, tradisi, adat mereka dsb. Sebenarnja, memang ta' dapat dipungkiri, bahwa djuga mereka jang menganggap dirinja berdjiwa merdeka, masih banjak djuga dikalahkan oleh pengaruh2 jang halus dari milieu-manusia atau milieu-kebatiaan ini, dan dengan tidak diketahui dalam tindakan mereka telah terpengaruh oleh milieunja itu. Selandjutnja sebagai akibat milieu-alam kita dapat memperbandingkan kehidupan, adat dan kebiasaan umpamanja antara penduduk nelajan dipesisir dengan kaum petani dipegunungan, pun djuga antara penduduk negeri dingin dan penduduk negeri panas dsb. Keberatan terhadap teori2 jang memberatkan milieu ini bagi kebudajaan dan kehidupan masjarakat telah diuraikan dimuka... berat sebelah kalau lalu dikatakan, bahwa milieu-alam inilah faktor jang berpengaruh mutlak terhadap sifat manusia, karena ia hanja merupakan satu2nja faktor jang berpengaruh itu. M ungkin ia sangat penting, tetapi ia bukan semuanja dalam satu keadaan; karena faktor2 lainnja, seperti keturunan, naluri dsb. harus dipertimbangkan djuga. Sedikitnja faktor ekonomi, biologi dan kebatinan sama 115

118 pentingnja dengan keadaan alam. (D o w, Grove Samuel and W esly, E dgar B...Social-problem of today ). W ils o n D. W a llis dalam,,a n Introduction to A n thropology mengatakan, bahw a... reaksi beberapa kebudajaan tidak sama, w alaupun berada dalam sematjam milieu-alam, karena 'reaksi terhadap milieu alam ini tidak begitu tergantung kepada sifat milieu, lebih banjak ia bergantung kepada sifat kebudajaan itu 'sendiri jang mempengaruhi alam sekitarnja itu... Selandjutnja kita m endapatkan serangan professor T odd dalam bukunja,.theories of Sosial Progress terhadap pendapat Buckle,. M ontesquieu, T aine dan lainnja jang menetapkan milieu-alam sebagai faktor jang terpenting terhadap sifat dan kehidupan manusia. a antara lain mengatakan:... m enurut M ontesquieu panas (iklim.) menjebabkan manusia dan bangsa ini pemalas. Buckle m enjetudjui pendapat in i dan mengatakan, bahwa semangat bekerdja dan kesenantiasaan jang mempengaruhi tenaga buruh ini sama sekali ber- 9 a tung kepada pengaruh iklim. T etapi beberapa tama an panas akan mengakibatkan suatu keadaan jang sama dengan beberapa kekurangan panas ini, sehingga U) orang Swis dan N orw egia (negeri d in g in ), w alaupun berbeda dalam beberapa hal, sama dengan bangsa bpanjol dan Portugis (negeri panas) dalam sifat ketidak-senantiasaan dan sifat malasnja. In i sangat menjimpangi kebenarannja, karena bangsa2 jang tersebut itu sama sekali bukan pemalas, sedangkan beberapa golongan Portugis bersifat radjin dan hem at!. D juga T odd membantah pendapat jang mengatakan, bahwa iklim m i bertanggung-djawab terhadap kemadjuan sastera, seni dsb. Ia berpendapat bahwa, mungkin benar kalau langit Junani jang selalu terang tjuatja itu menjebabkan berkembangnja sastera dan filsafat Junani j ang masjhur sekali dalam zaman purbakala itu, jang 116

119 mungkin menjebabkan djuga watak dan tabiat kebangsaan jang tiada bandingannja selama sedjarah ini. Tetapi bagaimanakah bangsa Junani, Masedonia dan Turki pada zaman sekarang, jang m.asih hidup dibawah lanqit jang sama itu djuga, tetapi jang tidak pula memperlihatkan kesenian dan kebudajaan jang melebihi bangsa Iain2nja?... c. Pengaruh milieu-sosial, mitieu-kebudajaan dsb. Lain pula agaknja djika kita memperhatikan pengaruh milieu dalam kehidupan sehari-harinja. Betapa pentingnja pengaruh perumahan jang baik kepada tabiat dan sifat kanak2 sudah ta' dapat dipersoalkan lagi. Dalam hal ini prof. Good dalam bukunja,.sociology and Education" mengatakan:,,kebiasaan memusatkan fikiran, ketegasan berfikir, kemerdekaan pendapat dsb. dalam, tahun2 ini sebagian banjak mendapat ketegasannja sebagai kebiasaan dalam bahasa, sepak terdjang, igama serta peradaban. D an djikalau keluarga dapat memadjukan kebiasaan jang demikian ini dengan pimpinan dan pendidikan jang se-baik2nja dan setjepattjepatnja terhadap gerak-gerik kanak2, maka karena kebiasaan jang baik itu pendidikan sekolah akan mudah mendapat hasil jang baik". Sebaliknja perumahan dan kehidupan keluarga jang men lerita dan berada dalam kesukaran. Ia kebanjakan mendjadi sumber kedjahatan, pengatjau masjarakat dsb. Prof. Sutherland menguraikan perumahan jang demikian Itu, pun djuga persahabatan atau perhubungan dengan golongan atau teman2 jang tertjela tingkah-laku dan tabiatnja, bioskop dsb., sebagai sumber kedjahatan tersebut. Penjelidikan sosial antara lain menjatakan bahwa pelatjuran timbul dari keadaan perumahan dan kehidupan jang serba kekurangan itu. Salah suatu dari milieu-kebudajaan {kebudajaanmasjarakat) ialah: demokrasi. jang telah memberi kepada

120 kita kemerdekaan berfikir, kesempatan untuk mendapat pekerdjaan dan pangkat jang sesuai dengan kepandaian dan pendidikan bagi segala golongan, kerdja sama dan persatuan terutama dalam keadaan bahaja bagi nusa dan bangsa dsb. Selandjutnja dalam negeri kita sendiri kita melihat ber-matjam2 daerah dengan pertahanan kebudajaan dan adat-istiadatnja masing2, jang satu lebih mendalam pengaruhnja dalam kehidupan sehari-harinja daripada jang lain. Kita melihat Solo dan D jo k ja dengan tradisi2 sedjak zaman keradjaan M ataram dengan peradaban jang meresap dalam masjarakat D jaw a Tengah umumnja; sebaliknja terlihat kehidupan di D jaw a Timur umpamanja dengan tjorak jang bersifat luaran mungkin suatu pembawa sifat perdagangan. Demikian djuga kalau kita um pam anja membandingkan keadaan di Eropah dan Amerika pada umumnja. D i Eropah kita melihat adanja tradisi jang tersimpan sedjak zaman kuno meresap dalam kehidupan seharihari ditiap desa. U djud ini mudah terlihat dalam tjiptaan keseniaan dan kebudajaan, jang di Am erika sukar mendapat tjiptaan seni tari dan gamelan dilain tempat dinegeri kita dari pada di Solo dan D jo k ja umpamanja, ditilik dari soal seni jang mengandung arti klassik dsb.nja. Prof. Leighton dalam,.the Individual and the Social Order mengatakan berhubung dengan soal ini, bahwa timbulnja ahli filsafat, ahli ilmu dsb. di Skotland, ketjuali karena akibat milieu-kepandaian dan pendidikan, teristimewa sekali disebabkan karena penghormatan terhadap soal2 tradisi dan 'soal2 jang mengenai ilmu ini. Pengaruh dan kehalusan kebudajaan ini mendalami kehidupan seluruhnja, sebagai djuga pengaruh kebudajaan-mesin Amerika memberi tjorak kepada masjarakat Amerika seluruhnja. 118

121 IV. 1NDIVIDUASI DAN PENGASINGAN. Tibalah kita kepada pembitjaraan bagian keempat dan penghabisan dari proses differensiasi atau pemisahan. Seringkali kita melihat dalam golongan adanja orang2 atau adanja kumpulan orang jang mengasingkan diri atau jang diasingkan dengan sebab2nja masing2. Pengasingan jang demikian itu dapat melemahkan golongan jang ditinggalkan tetapi dapat djuga memperkuatnja, tergantung dari mana sudut proses itu dipandang. Melemahkan kalau pengasingan itu terdiri dari tenaga2 jang terbaik, dan dapat memperkuatkan pengasingan itu kalau jaag diasingkan itu terdiri dari anasir2 jang mengatjau atau merusak keamanan masjarakat. Pendapat jang terbelakang itu adalah umumnja pendapat pihak jang berkuasa atas gerombo/an itu, dan umumnja berdjalan dalam politik pembersihan (seleksi politik), baik di Eropah maupun dinegeri kita sendiri. sebagai kita alami teristiraewa dalam phase terachir zaman kolonial dinegeri kita di-daerah2 pendudukan Belanda. j.i. diaatara Dalam masa jang lampau kita mengenai hak eksorbitant dari Gubernur- Djenderal Hindia-Belanda terhadap mereka jang dianggap mengantjam kekuasaan pemerintah, j.i. hak istimewa jang mengenai pembuangan. sebagai hak ekstemii (membuang, dan menempatkan seorang buangan disuatu tempat, umumnja di D igul), internic (ialah menahan. baik ditempatnja sendiri, dalam pendjara atau ditempat tahanan), ekspellasi, pembuangan jang tidak membolehkan datang pada suatu tempat, tetapi membolehkan berdiam dimana sadja, asalkan bukan.ditempat jang tidak diperbolehkan itu. M asa perdjoangan dan pergolakan politik umumnja mengenai proses interniran jang ta terhenti-henti baik diluar maupun didalam negeri. D juga kita dapat melihat kolonisasi dari sudut ini, 119

122 dimana kita melihat beberapa orang atau segolongan orang meninggalkan desanja untuk pergi kolonisasi ke umatera, Borneo dan lainnja. Individuasi sematjam ini selalu diandjurkan untuk mengurangi sesaknja penduduk dan karena disini selalu terlihat perbaikan bagi jang meninggalkan dan bagi jang ditinggalkan. Jang menjeerang akan menghadapi tanah baru dan segala ks' mungkinan akan kekajaan dan kehidupan janq sempurna.. J ng ltinggalkan akan lebih luas mendapat tanah pertamannja. 2. Integrasi atau pengikatan. baaten9 psi Pr SeS pen9ikata" kita bagi dalam 3 1- PERSAMAAN ATAU UNIFORMITET. ku?timd a r in l t ihat b3hwa Pr Ses P ^gabungan ada lebih g e r o m b o lt t E T * P?misahan. maka kita melihat maan, atau ia n a b? ak dalam proses persa' sama rata dan Umn,a dikatakan suatu uniformity, dengan dua djalan: r3sa' PerSamaa" ini Persamaan dengan sendirinja dengan djalan me' p e ra tm a n "ianr^atn,! kanan s sial jang berupa Uniformitet dalam aol " k h PemimPin g lon9an; satuan dalam qolonn,on9an atau suatu tjorak p ^ " s - t u t in d a k a n 9 b e r Z a.,a n 9 Sel^ d i ^ n j a m e m u d a h k a 11 2' N D U K K E p A M G O L O N G A N. a- Umum. an9 serupa denqtn^n^ SekaI* akan terlihat kedjadian2 93n proses melaraskan diri. D a la * 120

123 sekelompok seperti binatang umpamanja kita melihat semua anggauta tunduk kepada satu pimpinan, pun djuga kepada..peraturan golongan itu. Djuga manusia dalam hidupnja harus tunduk kepada peraturan2 golongan dalam mana ia hidup itu. D an sebagaimana djuga dimuka telah diuraikan, maka baik dalam masjarakat sederhana maupun dalam masjarakat modern orang ini hidup dalam golongan, jang berupa organisasi, baik Politik, ekonomi, olah raga dsb., sedangkan negara dan Pemerintah serta undang2nja ta lain melainkan suatu badan atau golongan jang berkuasa terhadap anggauta - n,a*. i.. K alau m anusia ini m eninggalkan golongannja sen in, (um pam anja m eninggalkan keluarga, atau teman n ay«maka ia dengan pasti akan memasuki golongan Jain d»lain tempat. H a m p ir tiada dapat dikatakan 1a hidup seorang diri dalam dunia ini. t, a a cflan d e n g a n memasuki itu, maka ia akui nacia 9ol ngan itu terhadap dirinja, ia tund P ta 9 ongan itu untuk dapat diterima sebagai golongan itu. D alam hal ini V ierkandt menga akan bahwa kekuasaan itu. tidak bersandar, tctsapi 1 rasa horm at, jang memang telah ada ^ n u sia. K arena k9alau ia berasal ^ asan: ^ ^ l l taw dan bukan rasa hormat dari anggauta terh P ^ lo n g a n akan m endjadi a k i b a t n j a. nq 'Ihat si an ak dalam tun d u kn ja terhadap k e l u a i oraj 3 terhadap adatnja, pradjurit terhadap djiwa D alamsbma'sajarakat suku-bangsa ian9 eiidapat upatjara-pemasukan a t a u sjfat tunduk dalam golongan itu, untuk menen U patiara "ggauta2 terhadap adat dan kebiasa3 P ^ rap'ontjoan ini (initiation-cerelony) ber I. g' ^ ^ Pa hari Iam anja dalam mana pemu beratnja. ^ a n mendapat latihan atau udjian jang seberat-ber

124 Udjian ini sering bersifat kedjam dan meminta penderitaan dan rasa tahan udji daripada pemuda2 bakal anggauta itu. Maksudnja tidak lain melainkan untuk mentjapai perasaan sama rata sama rasa dalam golongan dn rasa tunduk kepada golongan itu. Prof. Lowie a.!- menggambarkan tjara plontjoan ini di pulau Andaman jdalam bukunja,.primitive Society j i tentang..taboe' Ujegahan) terhadap beberapa makanan dalam upatjara dan iatihan itu. Kalau pemuda baik laki2 maupun telal? ment^apai um«r sebelas tahun maka dihnw ll, 3, berpuasa m ana mereka tidak senprf r T m akanan jang lezat b ag i mereka K e r a la «k 9 m a d u d a g i n 9 b a b i d a n l a i 'i n i 3 ' h e n U k J menetapkan bilamana mereka dapat mengb esart" puf sf nja - sesudah mana diadakan upatjara dalam m a s ^ k a ^ m ^ 3311-, SelS 9 ai 9gauta dewasa WeiD Hebrirlo* ^ relc-a ltu- Disalah suatu pulau a1 salah suatu anana9? 311/ 3 U itu dipukuli dahulu ole*1 diri denqan bprn *1 & u-3 Untu^ mana ia menjamarkaf1 tjam.buk ia b-r achirnja memukuli SI3pa ]a,19 ada did Jalan f" Ka^ u jant T em nknr 9311 Se.ri a» 9 9 auta2 baru maka kerusakan to i_1j* 1 terdir* dari beberapa oran$ djadi. n terhadap ^ ilik orang sering kali **' de^ a nmin 9tetaDimwr?Sa hcran melihat tiara Jfn^ lupakan bahwa im ksud^tf ^ demikian tidak boleh untuk mentjapai nprc^f ^ ltu ^d a k lain melaink rakatnja, untuk nnln ^ kelarasan dalam an9gauta t i h adpap rasa tu n d u k sefl*j kesatuan dalam b L f i k J itu' m entia Pai SU*tu golongan. Dalam ma*i? bertlnc*ak sebagai sua m e n g a la i J i i t i a t io n - r i t e s ' a t a 0 ^ k t o d )U 3 3 dalam masuk pertain* m J.? Plont)oan ini terutao1 mendjadi anqqauta K j d,adl m ahasisw a, atau nggauta beberapa perkum pulan jan g u m u * '

125 nja bersifat rahasia. Bolehlah kiranja kita gambarkan keleluasan tjalon mahasiswa ini dalam zaman plontjo nja untuk bertindak dan berbuat hal2 jang dalam masa biasa bersifat menghina atau,,mendjengkelkan orang Iain, tetapi jang pada masa itu tidak lain melainkan mendatangkan tertawa dan gelak sadja. Vierkandt selandjutnja mengadakan pembagian hasrat tunduk ini dalam: hasrat tunduk pada sesama manusi, Hasrat tunduk manusia terhadap Tuhan. hasrat tundu Manusia terhadap golongan. b- Pengawasan dan Patokan Sosial. Bagaim.anakah tjara golongan ---tuan mendataagkan dan untuk memperkekalkan pers dalam golongan itu? Pertama ialah adanja tenaga pus iang terdapat dalam tiap^ batin manusia. ^ arcna J lni adalah machluk sosial, jang ^ n ju k a i dan meinpe^ W u n g i kesosialan. Tetapi disia pl 9!.eraturan tidak manusia jang tidak suka tunduk kcpada, sebaqai- J k a m j g h i g a l persatuan, adat b nja-u ntuk mereka itu penting sekali ada j p g Sosial. jang oleh ahli sosiologi umum dis Control \ fe n a g a ini tidak lain ^ la in k a n p e t a t u ^ Proses* dan akibatnja dalam ^ ana ^ L a d a patokan2 ^m p e rsatu k a n anggauta2nja tunduk P itu iam. ^asjarakat kepentingan bersama. P-^n9 pendidikan, ^ laun tertjipta dalam bentuk hukum, penai!9 nia, adat, upatjara dsb. A,,Au\<an iqama. Kita mengetahui betapa penting, masjarakat I*1* sebagai pengawas sosial, bai tielaan dan pt maupun timur. walaupun berbaga. tjelaan antjaman telah diutjapkan kepadanja. pendeta Igama hanja kedok bagi para ij merebut kekuasaan dan_ kckajaan d adalah *clcngga, Japan biasa dalam mentjela igam aruhnia dalam aanjija itu. Tetapi betapa besar peagaruhnja

126 masjarakat ta usah diuraikan pula. P eladjaran igama mengadjak anggauta masjarakat untuk berbuat baik, an mendjauhi segala matjam kedjahatan, mengadjak manusia ini berbuat amal bagi sesama manusianja jang se ang menderita dsb.nja. Kepertjajaan igama telah memberi kekuatan batin dalam segala matjam persatuan i an_ Perdi angan, mengiagat orang untuk mengabdi nusfanja n gan kebaikan terhadap sesama ma-? egeh mem punjai pengarnhnja dalam paksaan ' walaup pengaw asan itu berupa ianq salat, T ant)a a,n hukum an terhadap mereka mereka ian' en9an t*ada pemberian anugerah bag1 S V n a 9 n T " 9 \d3hkan huku «L aia daripada mengetahui s o r a a ^ l ^ neraka bagi jang berdosa dan jang selalu menna 3 ^ tu:jduk k^pada perintah Tuhantunduk kepada 1^ i ^ asi sa^ah-benar itu. sehingga rasa dari batin Tiinta k? n T m^ V mbul den9an sendirinj3 t u n d u k ia n q le b ih ^ T u h a n m e n d a t a n g k a n ras3 h u k u m a ij 9 g ^ lhpat an d a la in daripada takut terhacw bangsaan dan nersat-.. Umu?m ia* Keinsjafan akan ke akan mendatanqkan ^ebagai suatu bangsa djj^ negara jang denqan s ^ dan kepatuhan terhadap 9aan aka* melihat p e a g h f Pendapat «*? - 2 se9ala u n d a n g ^ sembojans telah s&rina di and]uran2 sosial, pun djufj orang kepada suatu fiki per9unakan untuk mengadj Terutama pendidikan w * i?itau tindakan.... djalan dalam kebenaran * D a l *eif b seba9ai pemuda untuk mendiarl- aiam sekolah kita * e?a t. sebaik-baiknja. P rof T v J j an9gauta masjarakat dikan sosial ini bennak«ij pendapat bahwa pen solider dan kerdia sama a Untuk mendatangkan f3. mendatangkan p e m j ^ n \ bukan ^kali- kali unw gress ), p rof. C o m m it ' th e o rie s of Social Ff selandjutnja m engandjur^3

127 k e s o s ia la n d a la m. f ik ir a n d a n t in d a k a n d a la m p e n d id ik a n. Pada achir2 ini adalah termasuk rentjana pendidikan pemerintah untuk mengadakan dan mementingkan djuga Peladjaran iqama dalam sekolah, w a l a u p u n peladjaran ini tidak diwadjibkan. Sungguh suatu tindakan jang terpudji karena ini pasti membawa sumbangannja 9 me.itjapai -rasa aman dan tenang dalam batin agi anggauta masjarakat, jang umumnja sei2 hahwa penkeduniaan, asal sadja diperhatikan benar- l~»vipn didikan agama itu mendjauhi penanaman beaih keoen tjian atau permusuhan terhadap lain agama atau golongan. J KESOSIALAN DAN USAHA SOSIAL. a: S ifat kesosialan jang d lunj * golongan perseorangan kini terdapat sebagai sir ^ dalam usaha untuk kepe" ting "'*a sosial dapat lebih kebenaran. Kesosialan dan us kepentingan g u h digerakkan dengan perkumpulan dsb. ^ s a ma, tjita2 kebangsaan, %a^ ' % J d]aan amal, me^ Usaha sosial sering J L at peraturan2 sosial ^gumpulkan derma, pendidikan r J - ^ perbaikan P e m e r in ta h j a n g m e n g e n a i PerlJa* jong, k o le k tiv is m e. Pah buruh dan lainnja, gotong-rojo g sosialisme, sosialisasi, kom msl* j_ SumUmnja berdasar Usaha sosial pemerintah pa, antara golongan saha untuk dapat mengatasi per segala kesukaran 50sial jang umumnja mendjadi sufflber sega dan Pertjektjokan dalam masjarakat. b' K olektivism e, Komunisrne. Sosiahsme.. * o lektivisme adalah tata n9 bertudjuan untuk bersama-sama m ^oduksi... aj aiau lebih djauh Komunisme dalam asal artinja sadja hendak pula daripada kolektivisme: ia bukan sad, 105

128 ^ I n iki-a/f i Pr M ksi bersama, tetapi djuga hendak baqir,ai atas hasil produksi, sehinqga pe " alat n r J ^ 9-f ma r1ta dapat didjalankan. Hasil dan h aiia diki Sl ^ arifs ada pada tangan golongan dan tidak seoranoan 0leh kf Um kapitali* Sebagai milik per- Sosiali<;me apat dalam masjarakat kapitalis. ganti kata k a sosialisasi lambat laun telah meng' tangan11; ^ Lkh V,Sme U: ^ Praduksi ada P8* tudjuan sm ialfaa^ ^ melihat arfi komunis: mentjapai dengan revolus, h, t " 93" kek^ a n se-idjata, I* m e r a m p a s k e k u a s a p ^ s e r ta d ik t a t u r b u r u h n j a u n tu k S e r in g k a li k u a p e ^ c r in t a h i a n g s e d a n g b e rd ja la n - so s ia lis m e in i s a t l ^ T ^ P «s a n g k i a n b a h w a m e. Ini s a m a s e L l ^ r r f V u 3Un9 a n n i a d e n g a n M a r x is ' -elihat s o s ia lis m e t s e b lo a ^ 3^ ^ ^ ^ rakan. Bolehlah kirani j i 1 r* atau sebagai per9f Inggeris, dimaaa Z ll dalam1hal ini k«a melihat kepada tahun lebih dahuh. A?- SOj iallsme telah beberapa ra«s rakan sosialisme d is h im ^ 3 pe*adjaran M arx. Perge' «enghcndak kemadjuan P r9erakan buruh ^ sedikit) berdasar k e n S S evolusi <sedikit d fiemperhatikan penqaw,- j " kemu 9kinan denga* berdasar teori dan thta2 tidak sekali-kali haflj8 Pula terdapat bahwa n j auh daripada kenjataan-!tu kebanjakan a ^ a h Z ^ 3 sia,i^ di In g g * * kenal diantaranja ialah Rnh ^ ' ^ era'isme- Ja n 9 tz*' Peladjarannja bukan k e n a d ^ en-jan9 mendasark3* sebagai teori Marx tefan f pertentangan antara k d a manusia. Djuqa Chart;* kepada pertentangan sesatf3 - kan buruh sosial janct ( ) adalah perg*' Parlemen berdasar d e m o k r ^ 119 jar t j ^ n j a daia** pengaruhnja dengan merebutk / j d^uga memper 1 i u* f a,n daripada itu ada n.. dudukan dalam pajrlemelj Fabian society jang b e ru B ^i* perkurnp lan jang disebuj i Zn Untuk memasukkan paha* 1

129 sosialisme ini dengan tjara pengetahuan kedalam perkumpulan dan pergerakan lainnja. Penjebaran madjallah, surat kabar, buku2, pun djuga tjeramah2 adalah tjara untuk maksud itu. AnggautaS jang terkenal dalam gerakan sosialisme-intelektuil ini antara lain ialah Annie Besant. Bernard Shaw dsb.nja. Djuga Independent Labour Party (Partai Buruh Merdeka jang didinkan pada tahun 1893 jang mendahului Labour Party jang sekarang ini djauh sekali daripada sifat revolusioner dari M arx, walaupun tjara pergerakannja sering a i berapi-api D iuqa adanja sosialisme jang berdasar Keristen mendjauhkan tjorak sosialisme mi- daripada Marx, jang hanja beragama pada dan dalam revo usio s sialismenja itu sendiri. c- Gotong-rojong., Rasa dan pertalian kesosialan banjak sekah terdapat H ih teguh dan terpelihara didesa daripada d.kota_ Kolektivisme terlihat dalam ikatan goton hrojong, ang telah mendjadi adat masjarakatnja 1 u. )< ^ ^ n d a k membuat rumah umpamanja, h e n d a k ana «a u memungut hasil ladangnja maka ke d ja ja m a jkngan tolong-menolong telah dianggap ^ ra n g desa lainnja jang datang menoongwa fneilgharapkan upah, karena 13 sendiri telah m e n g ^ ^ ui bahwa ia akan ditolong djuga ji ^ csa ^endirikan rumah dsb. Dalam waktu pan!ang menolong itu adatnja menerima b a w o r ia P be pa barang panen itu sendiri beberapa bagian b "iaknja. D i Tora'dja banjak seka i ang mempunjai beberapa patjol un, :ang ^ semua sebenarnja suatu wudjud!?endalam sekali. M akin sederhana t)ara ^ ldm^udjudkan JJy makin mendalam rasa persatuan, g lfi dalam kolektivisme. Selandjutnja rasa kesosialan jang ini tidak

130 mana nra*1311? '3 ^ l 93?. Pandan9an teori seleksi, diuntuk danaf,,^rus h&rdjoang dan berkedjar-kedjaran dalam ^ diu«t o 3. Proses menghantjur. PENDAPAT BERTRAND RUSSELL TENTANG PERANG. bab *ni dan proses meffl- ^erikutnja masing2 bersifat memisah banaun dan membann b S a t a t e d a ^ T ^ ^ hasiln^ bagai jang ^ 9 * * ~ proses meitqhanff?i eran9 dan ^evolusi sebagai suatu sukar pula paham sosio?a ^ tapi karena luas dan uja, maka soal itu Via 91 ^3ng a terpendam didalaffl' dengan mempergunakan Pe,rhatian tersendiri dapat2 jang. sil penjelidikan dan pe ' dinegeri kita buku2 b a r,i^ Un9 telah banjak mengal1'1 achir peranq sudah k,,an9 men^ n a i soal itu, karena alasan2 dan djalannia mempersoalkan lebih hangat Antara lain bolehlah kimn ^ baru IamPaudapat Bertrand Ru<?qp?l menqem.ukakan p ^ ' di ahirkan pada tahun M 7?? 9 ahii filsafat Inggf! ^ s e k a r a n g ini te r u ta m a s e b e lu m ^ kesatu mengenai nerarm a t e r k e a a l d a I a m ab% n sesudah perang ditflif satu2nja djalan untuk m revolusi. Sosialisasi adalaf dalam politik maupun kesukaran2 ini baik adalah sebab keqontiann? 1 mi*ik perseoranga*1 dapat, bahwa hak milik fr!! I Se1landjutnja ia berpe*1" kekerasan. Sebagai tionfok erasal dari pentjurian da 1 galian emas di Afrika gambarkannja tjara pen0' suatu perampasan dim«i,lmana terlihat dengan terans dengan sebidang tanah ian V I * dunia' Tidak Jtu mengambil tanah la in 9, apatkan maka penggaj 1oo ain* dan demikian selandjutnja

131 terbawa oleh hawa nafsu dan tamak jang tak mengenai pembatasannja. Djeleknja ialah bahwa perampasan jang demikian itu dilindungi oleh pemerintah (Inggeris) jang bersedia untuk mengangkat sendjata bilamana a a jang menjeranq milik itu. Sebaiknja kiranja kalau hak m ilik itu dikuasai oleh koperasi dan perkumpulan perusahaan (sosialisasi). Selandjutnja adalah permusjawaratan jang akan membawa kita kepada kebenaran, s e h in g g a P kiranja mengatasi segala k e su k ara n hidup jang s, sedang bertimbun itu. P e rm u s ja w a r a ta n a k a n mentjegah k ita daripada kesempitan paham ja n g mu a kita kepada sendjata; bentji dan perang umumajetrm bul dari pendapat jang keras karena kes,smpaban;paham. dan djuga timbul dari pendinan jang fana kaan berbitjara dan berfikir akan df3tan9k" " terang d a l l ^ ketenjhan, hanja berarti untuk memah Mentjari ilmu harus dangkan dalam peladjaran tenang dan mendatangkan pendinan jang P ^ ladjar daripada tidak ragu2. Beda orang jang terpeladjar lebih jang terpeladjar ialah, bahwa J g terpeladjar keras dan keburu-buru. sedangkan jang sangat tenang dalam per un memang keliru. Ini dan mengakui kekehruann a pendidikan rakjat ^endaknja harus mendjadi tudj.p nu(jju kepada umum, agar mereka semuanja dapat menu, masjarakat jang aman dan 'tenang bero b a h n ja k e adaaii W a ta k kita dapat d iro b a U m p a m a n ja s a d ja dengan sosial dan tud juan pendidikan. P terhadap seni. Pendidikan k il dapat» e X d j X a akan» - dia h' kebudajaan dsb.nja, jang se ^duniaan jang bersifat kan manusia daripada nafsu, sesama manusia tamak. Sikap lapang ^ ^ t o i a n umum. W atak dan golongan harus m endjadi P pendidikan mulai long- terpudji itu harus rdapat d d a m P ^ disekolah rendah hingga sekolah gg

132 lebih berkuasa dalam pengendalian nafsu daripada perang, revolusi, buku hukum ^ nia aina terhhat maka Pendapat ini sangat baikjin a i T r edtiapai has ilnia k arena Pe ra a 9 dunia a S? 1 eniusul de" 9 an soal* ja n g bdum tjegahnja ^ ^ tentan9 set>ab2 dan bagaimana men' pd m k ni b Rusps1 tdah ban*ak menulis bukju2 tanqkan nlfu p a perang dunia kesatu ia di' professpor Hi r? l rmi ah d a* dischors sebagai m em nerdiuani bnd,3e karena be kap J - simpatt k epalaa^ sesudah pe-iindim er,damaian Sedunia' A chir" J a ia bm' la.ls e' te ta P i menolak komunisnie - mp e X T g t nuanenrl t Rus-a da» sekarang ia tetap S ^W diutnfa malfa j ' f ^ternasional. bersifat menqha-iti,, pend>elasan tentang proses2 jang? berikut ini lebih mengerti kedita w*1 Pemandangan untuk Pada umu ' n t, S al r sebut tedi. tjektjokan, perselisih?3 3 h banjak terdapat Pcf" persatuan. pergabunaan i penjlsahan dsb.nja daripada han alau Peleburan g o lo n q a n f ukunan- maka keruntu- 9 9 akan mendjadi akibatnja- ' J e n g is a p a n p e m e RASAN; kerasan diutjapkan ^ ata tersebut agak ke- Pada penulis, sedangkan Pkat lahl belum terken ^mum dalam pergaulfn sehari I ^ umum. Jang dimaksudkan,4 telah lazim dipaw daiam masjarakat jalah pengambilan keuntunna j 93 Pengisapan disin* kekuasaannja terhadap o ra n ^ 1 93n mempergunakan p if m keadaan lebih Ip v aj 3u 9 l n 9an ianfl Paham ini sangat Iuas a J ^ daripadanja. ia da>a m e n d ja Ia n C,a:Kden9an mudah f t kan n ba, j.i. mendjalankan

133 pindjaman uang untuk orang2 jang sedang dalam kesukaran dengan bunga jang luar dari mustinja. Fun djuga dalam sistim..ngidjon umumnja di Djawa Tengah (K edu), dimana pak tani mendjual dengan harga murah hasil tani jang akan dipungut jang pa a waktu itu masih menghidjau disawah. Pendjualan terpaksa didjalankan, untuk men-p uang guna mengatasi waktu patjeklik, j.i. w aktudala mana padi belum dapat dipungut dan P^sediaan uang sudah hampir tidak ada atau sudah hab.s U a n g disim d ib u t u h k a n u n t u k d im a k a n d a n ^ tu k Lmfcm b a,arn lf,a X ; Soal in i t e n t u s u d a h m e n d a p a t p e r h a tia n penuh d a n P e m e r in t a h a n H i n d i a B e la n d a s e b e lu m P e r a n 9 \ ^ u s a h a p e m b e r a n t a s a n te la h b a n ja k : f a e d a h n ja L u m b u n g d e s a s e b a g a i la z im te r k e n a l d i Djawa T.m u r a n ta r a Iain mentjegah P em f r a s T / n n 9 So a i3 pengisapan lainnja Dalam hal ini dan dalam herdialan dengan f la lu terdapat bahwa proses b e rd jala^ ^ berkedok, s e h in g g a s if a t p e n g is> P. a n g.s e o lah~ a t a u t e r a s a. D a l a m s o a l r.b a b e r a d a la h h e n d a k m e n o lo n g e s a \ - d a la m p in d ja m a n d a la m k e s u k a r a n it u. U m p t e r d a p a t d a la m T jin a - a t a u A r a b - m in d r in g P e m b a S w a k t u j a n g la m a s e k a li. d e n g a n p a ia r a n tia p h a r i d e n g a n t id a k P a s a r a n s e d ik it d e m i s e d ik it, s e r in g ^ b e r a p a m a m a k a i t j a t a t a n, s e h in g g a k e t in g g a la n. U a n g > ang t e la h d ib a j a r d a n b e r a p a J J r a n d e n g a n * 0 r u p ia h u m p a m a n j a d ib a ja r p h b e lu m 25 atau 50 s e, kadang* * > 2 maka bunga lunas2 d a n k a l a u b u n g a itu d ip e r h it u n g a % s u d a h mendjadi b ia s a. T io n g h o a. D em ikian djuga di Kedu d) f X mkan9 uangnja ked a t a n g d id e s a - d e s a u n t u k m e. J d a fl p a d i ja n g P a d a o r a n g t a n i j a n g s e d a n g k e s u p a n e n.d ip u n g u t m a s ih m e n g h i d j a u s e b a g a i 9 a J d e n g a n h a r g a H d j u r a g a n t a d i ja n g la lu d id ju a j

134 sehari-lifl!'?93 kepada Petani sendiri untuk dimakan lainkan in99a akibat proses ini tak Iain mes. " e s z l ; i- W S. 2 3 maksud untuk sekallpun sedikit banjak berpolitik peaduduk mj!? rgunaicai1 kelemahan sosial dan tenaga buruh hal ^ I* 9, meniebabkan murahnja untunqan baai 1?na tak Iain melainkan berarti ke- djalankan atas das^r perusahaannja J'an9 di" tidak mengabaikan r*konon lan barat. In i dengan 9uh2 datang untuk membf mef a J'an9 memang sungnarnja, tetapi maksud Ha Wa kem adjuan dengan sebeumunxnja tak lain melainkan r pendiadiahan pada tersebut diatas tadi (D r p p S1j at «ngisap sebagai 202). c<ndt:,,socioiogie halini meliputi sedjauh kehendak untuk mengisap mi didasarkan. uasaan atas m ana pengisapan Selandjutnja A terdapat dimana-mamf K a - ^ j ^ an ^ahwa pengisapan aupun jang terpeladjar1,d m kaian9an jang rendah dupannja maupun iann «Vj l 9 ma sib sederhana kehi' selandjutnja, bahwa fano f den9an P ^ e ^ n muka lebih pandai dan i u-ift a iar dan Jan9 terketerpeladjar. sehingqa m Ir I,US daripada jang tidak galannjal 99 mereka seiaiu m engliadap{ kega- Von Wiese sela d* dan golongan manusia meivatakan bahwa orang2 dan wataknja terhadan anjak berbeda tentang sif^t orang terdapat janq tiukn' n,9isf pan ini. T idak banjak kan keuntungan baq ht di untuk laiu m e lu p f lapisan terdapat tindakan sendiri- D alam segal3 3,1 erdasar nafsu untuk m e * '

135 pergunakan kekuasaan supaja menarik keuntungan jang sebesar-besarnja. 3. KORUPSI, PILIH KASIH, MENGAMBIL SUAP, dsb. Zam an sesudah perang dunia kedua ini terkenal kepada kita sebagai zaman korupsi, terutama didaerah republik dahulu sebagai negara muda dengan penjakit kanak2nja, tetapi djuga didaerah-daerah lamaja, sebagai seringkali terlihat dengan djatuhnja hukuman Pengadilan negeri baik diluar, maupun didalam negeri. D alam zam an korupsi kita mengenai per ataa sebagai koneksi, pilih kasih dsb.nja. Koneksi berarti perhubungaa dengan 'seorang a.jau P kump ^ a?ni ter? membawa keuntungan. Pilih kasih, dalam m kenal dengan nam a t.s.t. (tahu sama tahu terhadap seorang kaw an, famili atau anggauta sesuatug Per* P^laa jang disukai karena perhubungan, atau djuga Pilih kasih terhadap seseorang karena su^p m endahulukan ia daripada orang lain M engedjar sesuatu keuntungan. K edjadian2 sematjam itu semakiin *n ^ j a W enm gkatnja kekeruhan politik dan 9, t jarangan2 s ehingga orang d ih a ru s k a n ^^tu k m ^ndapa^ kan surat idzin lebih dahulu d an jang berwaaj Perdjalanan, penqangkutan dan P? ambl'a" dis0 ^ n sebagainja. T iap instansi jang d.l.wa harus r ng dengan suap untuk memberi 1 zin i, Korupsi adalah suatu tanda -enudju k^rurituhan sebagai djuga sifat tidak djudjur, p g mcningjcat bersifat membuang-buang, kem.iskman ] g ^ *n j8 H a n ja pemerintah jang tegas* kebutu- ehat, dim ana rakjat terdjam in segalaaja ta n n ja dapat m enghilangkan pen) penghargaan fentu dengan disertai kepeartjajaan da p 9

136 rakjat terhadap pemerintahnja jang gung-djawab atas segala tindakannja. berani bertang- 4. F O R M A L IS M E. M E M E N T IN G K A N B A N G U N A N L U A R A N. Formalisme djuga terkenal sebagai penjakit masjarakat membawa golongan kepada keruntnhan. Dalam mengedjar suatu tudjuan. sifat formalisme mementingkan tjorak atau bangun luaran sadja jang biasanja tertjela karena kelebihan2n ja. D juga sembojan2 jang ko-song dan tak berdasar kenjataan berisi andjuran2 kepada perbuatan atau tindakan jang tidak dapat dipertanggung-djawabkan. Lambat-laun tudjuan golongan dilupakan, tjara usaha kini mendjadi maksud kumpulan. Kini golongan terlihat merebut pengaruhdalam kalangan pemuda, kuatir didahului oleh perkumpulan lain. Pem.uda harapan bangsa, adalah sembojan jang lalu mendjadi umum mengakibatkan djuga pemuda2 tertarik dalam pergerakan dan kum pulan2. Terhadap hal ini pemerintah selajaknja bersifat tenang dengan penuh kepertjajaan terhadap tentara dan polisinja. D ju ga bersandar kepada kenjataan bahwa enga.i pergerakan2 ini baik dalam kepanduan maupun lainnja, terlihat tjinta bangsa dalam n ja n jia n 2 kebangsaan dan sembojan- jang berdasar perdjuangan untuk kemadjuan negara, suatu kenjataan, jang oleh pemerintah harus diperhatikan dan dipergunakan untuk menjelamatkan diri dan negara. 5. B E R T JO R A K P E R N IA G A A N. Golongan djuga menghadapi keruntuhannja djika sifat perhubungan jang asli berobah dan bertjorak perniagaan akibat pentjarian keuntungan jang makin hari makin kuatnja. Dalam kesenian um pam anja deradjat kesenian akan hilang, kesenian ukiran Bali dan Kota 134

137 Gede (D jokja) akan rendah harganja kalau barang2 itu dibuatnja untuk perniagaan dan bukan lagi untuk mewudjudkan perasaan seni. Apa pula kalau usaha itu merupakan massa-produksi untuk melajani permintaan2 perabeli. Hasil tangan dengan lambang keseniannja jang menggambarkan ketinggian kebudajaan hidup bersama kini tak berbeda dengap hasil pabrik. D juga dalam, olah raga dan politik kita lihat tjorak perniagaan ini djika umpamanja dalam olah raga seorang pemain tertarik keperkumpulan lain karena terbajangnja keuntungan didalamnja. Dalam lapangan politik pun orang tidak asing dengan sifat ini, terutama dalam kampanje pilihan anggauta parlemen. dimana kekuatan uang dan beaja propaganda telah mendjadikan seorang terpilih jang pasti memihak golongan jang mengeluarkan beaja itu. Terutama Amerika mengenai sifat perniagaan ini baik dalam olah iraga maupun dalam politik sebagai tersebut tadi. 6. SIKAP RAD1KAL. Sikap radikal umumnja berarti mempertahankan prinsip golongan, tidak perduli akan pihak lainnja. Sikap jang dem.ikian ini dalam zaman revolusi umumnja bersifat terlalu kiri. Pertimbangan dibelakang prinsip partai didahulukan. Dalam umumnja sikap ini mendatangkan sifat provinsialisme, chauvinisme (tjinta tanah air jang berlebihlebihan), sifat fanatik dsb. dimana pendirian membela daerah, pihak atau badan diutamakan lebih dulu. Bahwa sikap jang demikian ini menimbulkan konflik, perang dsb. sudah sering ternjata. 7. M E M U T A R H A L U A N. Dengan paham ini kita maksudkan proses perhubungan dalam suatu golongan jang merobah haluan dari- 135

138 pada jang dimaksudkan semula. Proses ini sering kita tjampur-adukkan dengan proses bertjorak perniagaan dalam arti perobahan haluannja itu. W a la u p u n proses memutar haluan lebih lua-s pula. H aluan golongan jang disini berobah, dan bukan bangun atau nam anja jang masih tetap asal itu. A ntara lain sebagai tjontoh ialah: Nihilisme, sebagai terutama terkenal di Russia pada zaman revolu-si 1917, bermaksud untuk mengadakan perobahan dan perbaikan dengan lebih dahulu merusak apa jang ada. Bukan kerusakannja itu jang dim aksudkan, tetapi hasil proses dan pembangunan sesudah kerusakan itu. Praktik menjatakan bahwa tjara dan maksud itu lalu mendjadi satu, sehingga kini mendjadi maksud dan tudjuan Nihilisme. Nihilisme sebagai suatu partai revolusioner di Russia banjak djuga pengikutnja pada zaman revolusi Russia itu. D juga geredja Katholik pada zaman pertengahan mengenai keruntuhannja akibat sifat ini, kalau dipentingkan bukan lagi pengabdian terhadap T uhan tetapi perebutan kekuasaan politik dan pemerintahan guna kedudukan geredja itu sendiri diseluruh Eropah. Radja jang ada dibawah kekuasaannja menentang geredja itu, penentangan mana disokong oleh anggauta qeredja itu sendin sebagai Luther, Calvijn, Z w ingli, dsb. dengan pendapatsnja jang bersifat merobah (reform ), artinja* mengembahkan geredja itu pada sifat asal dengan memoersihkan segala apa jang tertjela. 8. P E N G A N G G U R A N. Pengangguran berakibat djelek sekali baik terhadap perseorangan maupun terhadap masjarakat umumnja. la merendahkan tingkatan hidup, merusak achlak keluarga, dan sering djuga memaksa ibu untuk bekerdja kasar untuk kepentingan orang lain karena upah jang 136

139 dibutuhkan itu. Lambat laun ia menjebabkan kekatjauan politik dan ketidak amanan, karena djikalau orang tiada mempunjai pekerdjaan dan penghasilan maka mudah sekali mendjadi umpan fikiran2 jang tidak2. Soal pengangguran ini terutama mengantjam negeri2 industri jang nasibnja selalu bergantung kepada konsumsi internasional, naik turun harga dsb. Pengaruh itu djuga bagi negeri kita sangat terasa karena pendjualan bahan mentah kepada negeri2 industri itu, pun djuga oleh karena persangkutannja dalam perhubungan dan perekonomian dunia. Tetapi oleh karena memang rendahnja tingkatan kehidupan dan kekajaan negeri kita pada umumnja, pun djuga oleh karena sifat bertjotjok taaam maka pengangguran tidak begitu terasa seperti di Eropah. Dalam hal ini berbagai-bagai usaha dan penjelidikan oleh pemerintah jang bersangkutan telah didjalankan. Prof. J. W. Scott (inggeris) telah berpendapat untuk mengandjurkan supaja tiap2 buruh mempunjai kebon2 jang disediakan oleh pabrik untuk menanam bahan makanan guna kepentingan sendiri. D juga ia menegaskan kepentingan pendidikan sekolah dimana kanak2 jang kelak akan mendjadi buruh atau madjikan dapat diinsjafkan benar akan kesosialan dan supaja djauh dari sifat tamak. (,.Unemployment: A suggested policy oleh A. C. Black). 4. Proses membangun. 1. T E R B E N T U K N JA L E M B A G A. Kini kita akan melihat proses2 membangun. ialah proses dalam mana perhubungan2 jang asalnja hanja terkenal sebagai kebiasaan dipersatukan dalam suatu bentuk. Kebiasaan jang lalu mendjadi adat dan dari adat ini timbul lembaga jang lebih tegas pula bentuknja. D alam sosiologi arti lembaga ialah suatu paham 137

140 jang kekal bentuknja dan jang oleh golongan dipergunakan untuk menandakan suatu hubungan jang dianggap sjah diantara anggauta2nja. Sebagai tjoatoh lemaga a.. ialah: perkawinari, jang berasal dari perhubu^ ngan laki-isteri, keluarga sebagai bentuk hubungan u l ara., 1ran9 tua daa anak2nja, wakaf sebagai bentuk hak m,hk untuk kepentingan bersama. nl an,utn)a dapat djuga kita sebutkan adat2 jang sedlrh* golongan, terutama dalam masjarakat r a t l t A! an9at keras dipertahankan, dan pelangga- kera un f Um ja antara lain: larangan suth atau t Ken9m1)'a1k SUatu daerah ian9 dikatakan 1 I ah, SUatu Pert*uatan jang dilarang. k 2 T a d T? kekekala ia berturut-turut ialah: longan), walauni. ei? j9 a' formasi, (pembentukan g ' dikatakan. Pokoknia3 ia l" ^ k ^ 5 a " 9 tegas t3' dengan lembaga in ialah h? i 3 )ang dimaksudkan Pada kebiasaan dan hargaannja dan mo i k ia" 9,ebih kuat dar" dalam pemakaian dan peng' Demikian ini untix?. t1in9katan sebelum formasi. lem.baga lebih kekal l.ju J kan bentuknja, walaupun hidupnja daripada formasi. 2. PROFESSIONALISM S. mengukur s e q a la ^ a ^, ^ kcmadjua teknik ini kita djuga dalam perhuhim e? 9an harga uang. Demikian b e r d a s a r p e r i - k ^ a n u s i a ^ b ^ a n j a d ik e r d ja k a n **. kini t e r d a p T r j t: au karena ke pentingan Papembajarannja. Pengurus jang meadap3t Banjak tentana <snal «. i. sal proses menghantjur * R dibitiarakan dalam P3" , 5) d L n ^ d i u g ^ d r, ^ (bab dapat permainan karena,?= lkalangan olah raga ter' Perniagaan" kita melihat s o a p j ' 3 pasal ''Bert, l ra! tni dari s u d u t k e r u n t u h a n 1Ifi

141 b a g i p e r k u m p u la n o la h r a g a it u s e d a n g k a n d a la m p a s a l in i k it a m e lih a t s u a t u p e m b e n t u k a n, s u a t u o r g a n is a s i, d im a n a p e m a in 2 p r o fe s s io n a l ( a h li2 ) t a d i m e r a s a k a n p e r t a lia n n ja s a tu s a m a la in k a r e n a p e m b a ja r a n d a la m k e a h lia n n ja it u. 3. K E B E B A S A N A T A U K E A M A N A N K A R E N A PERIM - B A N G A N. 3. Umum. K e b e b a s a n ja n g b e r a r t i k e a m a n a n d a la m t e r d a p a t b il a m a n a t e r t ja p a i p e r im b a n g a n a n t a r a te n a g ja n g b e r t je k t jo k a n s a tu s a m a la in. T i a p g o lo n g a n m a n u s ia m e m p u n ja i n a u r i u n je la m a t k a n d ir i d a n s a la h s a tu u s a h a k a r e ^ a h m e n g a t a s i b e n t r o k a n ja n g m e n g g a n g g u p i a a n itu. D juga masjarakat sendiripun adah3h P dj " n a lu r i b e r s a m a u n t u k m e n t ja p a i ese a m in t a h a m a n a n h i d u p. S e r in g k a li t e r d a p a t b a h w a Pe c n e g e r i a t a u d a e r a h b e r t in d a k k e ra s u n t u k * * 9 k a n k e a m a n a n. M a s j a r a k a t d ia n t ja m d a n d i a k n g a n k e k e d ja m.a n m e m a k a i k e k e r a s a n sen) b a a g a n t i d a k. P d c _ t e r t ja p a i d a n k e f ^ 2 ' u d k a n ; k e S t a n b u k a n b e r a r t i k e a m a n a n ja n g d i n A ia d i s u a tu t u t i d a k la m a la g i a k a n m e n d je lm a m e n J p e m b e r o n t a k a n a t a u k e k a t ja u a n...c a h a u n tu k Vierkandt berpendapat bahwa d a t a m e n t ja p a i p e r im b a n g a n, o r a n g le b ih k e k e ra s a n. k a n h a s r a t t u n d u k d a r i p a d a m e m p e r g u p e n g - Hasrat tunduk dari a n g g a u t a ^ T n % ng W g a a n t e r h a d a p P em ^ m t a l? h a s r a t t u n d u k J3 n g b id ja k s a n a d a n a d il. M e m b m a toas* d a b in a - jn e m a n g t e r d a p a t p a d a a n u ^ a d a r ip a d a m e m * t a n g a d a l a h u m u m n j a le b ih b id ) D e n g a n keke- P e r k o s a s if a t i t u d e n g a n d e m ik ia n J d e n d a m d a n f a s a n b u k a n n j a k e a m a n a n te t a p i m u d a h k e b e n t jia n t e r t a n a m d a la m m a s ja r a k a t, ja n g i -an ^

142 mendatangkan revolusi atau pemberontakan umum bilamana waktunja telah tiba. D jan gan pula manusia j^i erkekang dalam, masjarakatnja jang menurut ja buatan manusia belaka. M anusia harus wafat * UPu erdeka didalamnja dengan sifat dan mptnn^rfn benar 2 terpelihara. Pemerintah harus diadi rn*1^ fun,i f eg apa Jaa9 baik dan bukan menajadi permtang baginja. d a r ^ M o ^ c j as P htica dalam tata negara Ieqislatif { den9an pemisahan antara badan d a n k e h a k t a a f U adane >2 ) - e k s e k u t if ( p e n je le n g g a r a ) b a q a i d, u r? ^ rsai\d a r k e P a d a p e r im b a n g a n in i se- C hecks 9a n d b a la n c e s f t? n a m a I n g a e r is n ja : th e o r y bangan). Daiances (teon pengawasan dan penmunfur ffl± ^ 2 i ai erp! ndapat bahwa Sab usah3 tidak seratus perspn an tena9a2 masjarakat walaupun - n t j e g a h k e d ja d ia n, j r n g l f d ^ d i h a ^ n " 311' ^ ' K* 2 r atisme ^ k^ i u z n. r ia n ja n g ta k s i i k a ^ 113' k e p a t^a k it a s e b a g a i p e n d ir kuno. Sudah barana ^ t mudah melepaskan adat lebih banjak terdana? A i U bwa konservatisme i*11 jang belum boleh H-w3?1 masiarakat sederhana atau masjarakat modem T?takan madju daripada dalad bangan dan keani^nf den9an sendirinja perim" masjarakat janq tersew banjak terdapat dala Zaman kemadju Pertama itu. konservatisme, 7 a n ^ tidak menjukaj bahwa dimana kemahih?3? e^ u ter^hat kepada kit sana adat kuno mendjad- i EroPa h ) datang di' konservatisme dan modern Selandjutnja diantara hhan mana jang baik da dapat diadakan pemi" tisme w a la u p u n tera-sa * u*ana jan9 tidak- K onserva^ sebagai rintangan untuk ke" 140 a

143 madjuan sering mendatangkan rasa aman. D an pula djika kemadjuan telah datang untuk meng apus an konservatisme apakah jang akan mendjadi pengganti..pengukur dan pelindung penghargaan jang ^ m b e r. pegangan untuk kehidupan jang aman dan beradab dalam masjarakat ini?. Zam an k e m a d ju a n m e m b a w a s ifa t p e r s e o r a n g a n te r u t a m a d a la m s o a l e k o n o m i. S if a t P er^ ia n ^ s e o la h - o la h m e n g is a p ««9 a la k e m a n t o t o W a p u n t u k d ir i s e n d ir i. B e r g a n d e n g a n d e n 9 m e nq- L aoionqan o r a n g a n in i k it a m e n g e n a i r a s io n a lis m e 1 h i la n g k a n a t a u m e n ip is k a n p e r t a lia n a n u n t u k d a n k e p e n t in g a n b e r s a m a ; p e n g o r b a n a n b e rs a m a u n t u k golongan m e n d ja d i tip is o le h k a r e n a n ja, s e b a g a i t e r d a p ^ dalam m a s ja r a k a t m o d e r n, w a la u p u n za:m.u p 9 zaman g e n in g l a in n j a s e r in g m e n e b a lk a n r a s a pe,rsa t itu kembali. Oleh karena tiptoaja kolektif ini. akibat sifat iang radikal, jang makin menm91^ i A sat seringkali Periadustrian, maka k e r u n t u h ^ - g jip p ^. ^ ge dapat dibuktikan dengan m jgw raig\ vjn ^Jj ^crj asar baliknja masjarakat jang ^T ^^rakv N ie b agai adat dan sifat k o n s e r v a ti^ ^ tj ela Solongan sekalipun dala -* karena kelambatan sosialr Selajaknja dan sebagai d e ialah agama, dan ba Perasaan segolongan jang d a la m m a s ja r a k a t ja n g ^ ^ ^ s H B ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ u k u n j a k it a m e m a h a m k a n f ik ir a n ja n g - R e nungan I n d o n e s i a " ja n g m e n g e d ja n g a n te r la lu k u r a n g le b ih b e r p a h a m :. iaiu k e tim u r a n, se~ k e b a r a t a n, t e t a p i d j a n g a n d j u g cram bil s e g a la a p a k a i k n j a d it e n g a h - t e n g a h 9 " D j u g a t id a k ja n g s e k ir a n ja m e n d ja d i k e b a i ^ m e n g u r a n g i h e r a n b a g i k it a, b a h w a a n d j u r a n u n tu K m y

144 k e la h ir a n b e r d a s a r p e n d a p a t M a l t h u s it u a d a l a h s a tu * ' Ic in ia t a t,r a s io n ^ is m e d a n k e m a d ju a n. L a i n d a r ip a d a i f a n a la n i d e s a, d im a n a o r a n g t a k m e m p e r s o a lk a n k e m a k r^ v i * b a h k a n s e b a lik n ja m e n g u k u r b a n ia k a ^ " g a k e p a d a d j u m l a h d j i w a, j.i. m a k in reni 1 nj? makin makmur dan terpudji, ka~ m a s in g * d it u 'r u n k a " b a g i tiap m a n u s ia d a k u n f n / U tn ja v' a j a u PJm m a n u s ia in i s e la lu b erk e h e n - d j u g a ' t i d a k i m e Iih a t s e g a la a p a j a n g b a ru, s e q a la b a r a n n K u n S k ir i b a h w a r a s a t a k u t te r h a d a p R a s a t a k u t k ^ n a r f ltu, ju g a m e n d ja d i s if a t m a n u s ia. konservatisme d j u ^ ' K n ^ 11 inuah ^ terdapat d?.la? karena hasil dh- onservatisme bukannja terdjadi kepada ja n ' karena perasaan L t n k set* dalam konservatisme C- a itu terdapat sifat statis p e r o b a h a n " 3 : : ' ^. T, y }Uga ba9i segala kemadjuan. k Z AZ AN m kem a n. b a ru, m a ^ c a ^ c it ^,te h, S U a tu b a r a n g b a r u h a s il p e n d a p a t benar..kemadjuan z a m ^ ^ f... meningkat sendifin^a ^ k a -kita d*l?5an9 ini...dengan d a a n a n t a & - p e r b u a t a n k 1 a n m e n g a d a k a n perbe- la lu ja n g k in i te la h t e r m / ^ 9 lt u b e r a p a t a h u n ja n g p a k a i la g i d e n g a n a d a m a ' ^. m o d e I k u n o d a n t a k te r ' m? k a d a la m h am w h i n. P e l L!a t a u b a r u it u. D e m ik ia n te k n ik d id ja d ik a n 'u k n i W a u k u r a n k e m a d ju a n «d * k d ip e r s o a lk a n s e ^ n. - m a n, d e n g a n a m e n d a p a t k e j L & n a P * k a h m a n u s i a s e lu r u h rf b u a ta n b a r u it u T h p ^ ^ a t f u P Un t id a k, d e n g a n P&" optimistis berpendapat b U 1 Darw in i an9 bersif3t k e p a d a p e r b a ik a n b a q i m e ^ t p e r b a h a n s e la lu m e n u d ju b «a n g s e g a la a p a j a a ^ M t i a 9 t a n 9 k a s d a n m e ' b e r p e n g a r u h d a la m m e m ik i t, b e r 9 u n a - s e la n d ju t n ja k ir k a n k e m a d ju a n it u ta d i.

145 Ada kalanja kemadjuan ini dapat diukur dengan mengadakan pertimbangan2 dan kenjataan2 antara jang baik dan jang tidak. Tetapi umumnja ia la h kemadjuan ini tidak mempunjai ukuran sendiri, s e h in g g a ta apa kenjataan, b a h w a kemadjuan b a g i jang satu e:r a i! k e m u n d u r a n b a g i jang lain. Z a m a n, k e b a n g s a a n d s b menentukan perbedaan dalam memberi ar 1 ep _ kemadjuan s e la n d ju t n ja. Karena kalau kemadjuan m, berarti mendalam.nja sifat perseorangan dan rasionalis*- me, jang berakibat pemisahan dan kelemahan bag1 g longan. tidakkah ini sebenamja suatu kemunduran. Dan demikian djuga sebaliknja. Konservafsme jan karena keteguhannja kepada jang lama dan o e dianggap suatu rintangan bagi kemadjuan J * a h k n,a memperteguhkan s if a t golongan, artinja P t kan persatuan. Tidakkah jang demik*n >tu kemadjuan d a n b u k a n k e m u n d u r a n a u Persatuan dalam golongan jang bertam.bah kekal kabangaanimana selandjutnja, kalau kita «ndjau tera jang ^ n g a t teguh itu, diperbandmgkan cleng beri!andar asih lebih banjak mengharga. sifat kolek b ik adat, agama dan lainnja? Jang a kah > j>ud7 k e - dari kedua matjam itu dipertimbangkan dan s u d u ^ ^ amanan, baik mengenai lahir maupur. bat, _ erdjuangan nja bahwa orang j a n g telah ' a. ^ kembali kedesa hidupnja dalam suatu kota menghe n tetapi dimana seal hidup bukan bers.fat F,erd»angan.^.P bersifat penerimaan rachmat dan T rah dan bertawakkal.... j. untuk me- Dalam sosiologi memang pe 9 j iri tentang gadakan penjelidikan dan tindjauan tersendir soal kemadjuan ini. 5- N A F S U M E M B A N G U N.. Dalam menindjau sedjarah tentang scsiolog.

146 mpmka11161 atj ^ Wa manusia ini selalu bernafsu untuk diri Hari^Un, en?an beberapa terketjualinja, jang terpersatuaiwf;^ 3?e^ u merintangi dan menentang i T Z f P ^ ^ j y a n untuk pembangunan. nihilisme da!!193 3 ketahui. bahwa djuga dengad jang mendjadi sekalipun' bukan kerusakan nan9 se & f e... pembangukan d a^h a^h n 1193 revolu'si kita melihat kerusa-- harapan ialah u n t*!^ 33,apa J*an9 bersifat kuno, tetapi pula ah Untuk membangun atas dasar jang baru m a s ja ^ k a rt^ n 119 umum sekali bahwa dalaffl impi-impikan zama na 0ran9 lebih banjak meng' l'an9 masih niala *1 emas *an9 telab lampau, zaman dan kebahaqiaannia - n9,npia karena kemakmuran kan kembalinia nar^*an sek ranja tak dapat diharap' daripada melihat kem uk^dp Sekaran9 Lebih suka hadapi zaman nerhaika den9an usaha untuk meng' 2aZ a m i3n9 telah lampaun itu ran9 merenun9kan akan vatif-dibuang, a g a ^ d a n a f11611^ 1' 1 SUpa,a sikap kons0r'* a)iran untuk madju iann ma?jarakat ikut serta dalam sikap konservatif ini 9, nudju Perbaikan. Membuang pcrintang segala raen9bantju.rkan tenaga pembangunan baru.,uan menudju.djuga kepada baginja. T jobalah kita^rnov?* berarti djuga kekekala11 manja Batu tjandi dan * ^ eadaan di Bali ump3' menjebabkan ahli ukir unhit,ang Iekas hanvuf ngunana itu p emb. 1ltuk membaharui selalu ba' kepandaian itu. Lain u m n f lni bera*ti memeliha*8. «kir dipulau Djawa Z ^ n}a den9an keadaan sen* 13 berasal sama. Selain a U.PUi1 menurut sedjarahnja mematikan seni ukir dipulat n- adanja iang aipuiau D,aw a itu, maka pertam3

147 ia la h b a h a n j a n g le b ih k e k a l ja n g m e n d a t a n g k a n tia d a te r a s a n ja k e b u t u h a n b a g i o r a n g D j a w a u n t u k s e la lu m e m b a h a r u i d a n m e n g u la n g i k e s e n ia n it u, s e h in g g a seni itu la m b a t l a u n m a t i d e n g a n s e n d ir in ja. P e r h a tik a n t ja n d i B o r o b u d u r, P e r a m b a n a a d a n la in n ja jangkmi h a n ja m e r u p a k a n m o n u m e n s a d ja d e n g a n t is a jiw a k e h i d u p a n n ja.s e b a q a i s e n i b a g i m a s ja r a k a t s e k a r a n g. S e o r a n g a h li s e n i b e r a a m a M a r in e t t i d i Ita lia p a d a t a h u n m e n g u m u m k a n d e n g a n b e r a n i, b a w a a s i seni k u n o b a i k n j a d ih a n t ju r k a n s a d ja, m a k s u d n ja ia 1. M e m b e r i h a s r a t m e m b a n g u n b a g i s e m m a n u n tu k o ie m b u a t ja n g b a h a r u S u p a j a o r a n g t id a k h a n ja m e m u d jx - m u d ji ja n g l a m p a u d e n g a ji k e s e n ia n n ja f h in 99 P e r h a tia n t j i p t a a n b a h a r u j a a 0 t id a k k u n r n g M u n g k i n M a r in e t t i d a p a t d ju g a pe.r a n g r a e m b u k tik a n k e b e n a r a n th e o r in ja k e l a k ^ in i j a n g t e la h m e n d a t a n g k a n u m u m n ja. S e d ja r a h a k a n te la h d ih a n t ju r - ^ Ja, w a l a u p u n r a s a s a ja n g k e p a J 9 k a n it u t a k m u d a h d a p a t d ia ta s i. 145

148 BAB V III T E O R I G O L O N G A N Dalam peladjaran tentang proses masjarakat telah d iu r a ik a n p a n d j a n g le b a r t e n t a n g p e r h u b u n g a n d a la m m a s ja r a k a t ja n g d is e b a b k a n o le h te n a g a 2 m a s ja r a k a t. K in i d e n g a n m e n je la m i g o lo n g a n 2 dalam m a s ja r a k a t, i. " j u d a h l a h k i r a n ja k it a m e m p e la d ja r i d jiw a ' m a s ja r a k a t ja n g m e m b e r i h i d u p k e p a d a n j a. D j i w a ma- s ja r a k a t m e n g g e r a k k a n p r 0 ses2 k e m a s ja r a k a t a n ja n g s i a r a W ^ r e n a P e r h u b u n 9 a n d ia n t a r a a n g g a u t a ^ a # ' la in ud? 9 a a P e n 9 a r u h - m e m p e n g a r u h i s a t u s a m a iana t e r S " ",?? 11 mana dipen9a hi oleh kedjadian io n L n A v j " asiarakat itu sendiri. D jiw a gokepada baik f- rl V U-P ataupun tidak, tergantung nja itu Kekal H a? erhubun9an diantma anggauta*' lama Wa t UDi ls,m berarh kala golongan itu hidup k u m p u la n ia n a j - j 9 9,a U t a n,a t e la h b e r g a n t i- g a n t i. P er" daa sekarana ^ lkan Pada tahun 1889 umpamanja walaupun a n q q ^ fa disebutkan kekal hidupnja Banjak sedik* j-,ai59 asli telah berganti sem ^; teba] tipisnia rasa^a an99auta mempengaruh1 Umumnja banasa ia i ^ kehormatan anggautanl hati terhadan ha ^ ^ djum jahnja merasa kety1 dapat m S d fo l- n 9na, ]an9 ^ besar' hingga tidak hadap banqsa lain. ^ f n sifat kebangsaannja ter hannja, sekalirm 1U,uah terhadap negeri djadj3' iang m e S f a h 1,nC9Cri k bih besar daripada negf* Belanda sebelum' pwanq ^ India"}n 9 >eris, IndoneSl3 Sebaliknia A f 9> Kon9 -BeIgia. dsb. rasa bangga kire^a ke"933 Tion9ho^ Jan9 selalu %Q djuta djum lahnja itu s e k a fid ^ 311 ban9san)a j angt da' la m k e a d a a n tafia,, u i a P u n n e g e r in ja t e r d a p a t ekonomin,? bers f U 3 ^ u - dan keadaan sosial' oersirat stat.s didalam pandangan bang**

149 lain. Kebanggaan kebudajaan bangsa Tionghoa djuga mengenai kebudajaannja jang lebih tua daripada kebudajaan lainnja, sehingga Tiongkok memandang negeri2 lainnja rendah, baik dalam kebudajaan maupun dalam tatanegara. Demikian djuga bangsa Indonesia, walaupun tidak lalu diharuskan untuk merasa bangga, seharusnja merasa insjaf akan 'kebesaran djumlah keanggautaannja itu (70 djuta) untuk memperdalam rasa kebangsaan. Disini hanja persatuan sebagai suatu bangsa jang dibutuhkan untuk mewudjudkan sifat bangsa jang kekai dan terhormat, sehingga sama tinggi deradjatnja dengan bangsa2 lainnja diseluruh dunia. U ntuk mudahnja dalam peladjaran dan penjelidikan kita bagi golongan itu dalam: A. golongan pasangan (laki-isteri dll.) B- golongan luar sifat perseorangan: 1. massa, atau himpunan besar 3.' sempit ( golongan jang asli). C- golongan bukan perseorangan: 2. golongan ^ r u p a lentjana (lambang): pandji D e t: 9Pi t hgiad:b;ni ^ djumlah orang sadja jang ^ngan. Paham golongan djuga flicok atau jang tjdaknja anggauta2 tidak didjadikan P sama sekali tidak diperhitungkan lagi. 1, G o l o n g a n P a s a n g a n. ' P E M B A G IA N.,,, Pembagian pasangan menuru V o n W i e s e a d a la h Sebagai berikut: 147

150 a. Pasangan jang sesungguhnja: (a) pasangan menurut sekse: laki-isteri. (b) pasangan menurut keturunan: ajah-anak. (c) pasangan persahabatan b. Pasangan jang tidak-sungguh: hakim terdakwa; opsir pradjurit dsb. Keterangan: karenl31?! b disebutkan pasangan jang tidak-sungguh". baqai kphav^11*3 j sosi ^09i memandang hakim setentaraan c*?311 Psir atau pradjurit sebagai keberqolonaan6^ 1" 3 per^ ubungan tak dapat dianggap bergolongan pasangan sebagai dimaksud disini. 2- S E P A S A N G LA K I-IST ERI. m e n g a n d u n g ^ a r t^ la a o ^!^ pemba9ian ini sebetulnja karena sifat perseoranaan Uraian golongan umuffl, tetap tidak begitu b e ro b a h n ^ 99311^ masing2 ^ gan tak terdanat HmJi. J1Wa sebagai satu golo membawa sifat2n - amnja. Laki-isteri seolah-olaj* dikatakan adania m-,1 3 karenanja belum dapa golongan. Kekal ra?n?an, Perkawinan jang berdji^3 kepada hanja Irgan tuflfl disesuaikan ataupun tidak! a sendiri, jang dap banjak d itin d ja ^ m a s fn ^ m 31 ^ an99auta2nia leb seorangaa oleh «>1vak menurut watak dan sifat p ct. disebut djuqa oolnrma mana 9olongan pasangan in) sosiologi Pandangan tet h^df0! 31!? 3!1' wala Pun dala* nja keluarga ini ta horl, kedudukan dan pentifl9 bersama. Djuqa ta h 1^ j 9 sebagai himpunan hidup ahli sosiologi di pa f! 3. diabaikan, bahwa beberapa y t^erantjis, Amerika Serikat dsb.nj9

151 memandang perbaikan keluarga dan anggauta2nja ini sebagai tindakan pertama untuk memperbaiki masjarakat seluruhnja, baik dalam achlak maupun dalam keniadjuan umum. 2. G olongan luar-sifat-perseoran.gan. Kita mengadakan pembagian golongan ini dalam tiga matjam (Iihat pembagian diatas) dengan maksud untuk dapat membeda-bedakan satu sama lain dengan lebih tegas. Dalam klompokan umum dan klompokan ketjil kita melihat perhubungan jang lebih renggang. 1- M assa (himpunan besar) dan 2. H im punan ketjil. a- Umum. K alau kita m elihat disalah satu kota besar ditempat r a m a i, d i S u r a b a j a u m p a m a n ja d i T u n d ju n g a n, d i J J J^alioboro, di Djakarta Pasar Baru dsb., pagi atau sore banjak orang berdjalan kian kemari masing* dengan ^pe n tin g an dan fikirannja sendiri, dengan tiada perhubungan atau pertalian satu sama lain. [engah2 klompokan umum itu ada beberapa or g hhat kepada suatu djurusan seolah-olah tertank per hatiannja dengan suatu kedjadian entah apa*.. Satu dua orang lainnja berhenti djuga a timbul Perhatian oleh karenanja. D a l a m hati mereka timbuj Pertanjaan:,.apakah gerangan 1 1u '. -tu men. H im punan ketjil jang terdiri o le h karen J.. tuk kati arti golongan dan seolah-olah m erupakanbentu P^tengahan antara massa dan golongan dalam art, ^ P e rta lia n dalam himpunan ketjil tidak begitu-apat. rang 2 jang datang melihat d^ 9 a" ^s k a n perdjalanannja, kalau telah nj apa jang terdjadi. bahwa tiada 149

152 Lain pula akibatnja, djika andaikata seorang agen polisi bertindak dengan kekerasan terhadap himpunan ketjil itu, Ia memukul dan menjepak him punan itu untuk mengusirnja, m,enganggap himpunan itu sebagai suatu badan. Dengan sendirinja kini dalam himpunan terdapat pertalian jang erat dari semula. O rang berteriak memprotes polisi itu, merupakan suatu badan dalam menghadapi pengusiran itu. Mereka merasa bersatu nasib, merupakan suatu badan untuk membela diri. ojarat untuk himpunan ketjil sebagai diuraikan iniialah suatu tempat dimana orang2 terdapat dalam bcrbagai sifat, kepentingan dsb., djadi bukan didesa. imana pertalian golongan selalu terasa, tetapi dikota dimana orang^ terdapat beraneka warna sifat dan tjamnja^ b- D i _Kote dan Desa. didialan^^«a an ^ nc^ ut usianja, dilanggar dokar serentak af9 desa lainnja jang melihat it" nja ada i l l 9 menoi?9 n)a, ada jang mengikat lukaiang m e S ^ T 11" 11 diu ra t desa dan ada kerl ahnia n T nja Untuk membawa Pak A 1 diperintah,e ranf i u " bertindak dengan tidak usal> kenal pada P a k ^ ^ & Jj'eml3eri pertolongannja karen3 talian seqol o ^ dan eh karena kekain 3 I n dikota 2 * 8 dldesa itu. lain daripada keadaan T j o n t o h t ", r v atu tidak mengenai jang I* * Sidin idafah t ^ akan» ambah p e n d je la ^ P a d a s u a t h a r i S d T ^ P a k A m I n dan oleh karena u dikota. M a la n g sekali nas* j L telah duabrak l l T 9 be^ati- h a ti agaknja, S id * orang janq datann m " a djatuh dan lu k a 2- B an)3 a t f t U X ^ a r u 5 5 S S 3 W? 150

153 te r lih a t b e b e r a p a o r a n g l a in n ja m e n ju m b a n g k a n perto- lo a g a n n ja. A d a j a n g m e m a n g g il d o k t e r a d a p u la ja n g m e m a n g g il p o lis i. J a n g l a in b u b a r d e m ik ia n s a d ja k a la u te la h t e r n ja t a b a h w a ja n g d it o n t o n,,t id a k m e m u a s k a n. S i f a t s e g o lo n g a n d id e s a m e r u p a k a n k e s a tu a n d a la m t in d a k a n, l a in d a r ip a d a d ik o t a d im a n a p e r ta lia n g o lo n g a n d id e s a m e r u p a k a n k e s a t u a n d a la m t in d a k a n, la in d a r i p a d a d ik o t a d im a n a p e r t a lia n g o lo n g a n h a m p ir tid a k a d a s e h in g g a t in d a k a n 'sosial ja n g t im b u l d a r i ra s a s e g o lo n g a n s u k a r d j u g a d ih a r a p k a n n ja. c- Penonton bioskop, penonton sepak-bola dsb. Sama dengan himpunan manusia^^. tengah-tengah massa karena perhauj Hj hal sebagai terlihat dalam tjon^jfc JtW ij kita kenal perhatian jang Penonton2 bioskop, sepak bol Matjam Iapisan dengan berfc tertarik karena kepentingan ^ tontonan itu. Demikian djuga n9undjungi tjeramah, pertandii A d a d j u g a k a l a n ja o r a n g m< m e w a t e r h a d a p s e o r a n g p e m.au jang se h in q a a s e o la h - o la h a d a p e r ta lia i., u <* H im punan bersentim e,, M asa pembevontakan dan revoifusi. S e lan d jutn ja massa dan him punan lcetjil tak ^ J p i s a h k a n d e n g a n te g a s. B a ta s j a n 9 tl rt-pb n t d ia ta s J u g a, ketjuali suatu kenjataan sebagai t m e bahwa him punan ketjil itu timbul d an mass,* d m d ^ g a ^ W a ia telah memperlihatkan J e?n J ak d e n g a n s u a t u t in d a k a n b e r s a m a. j ; -n ta r a o r a n q 2 t e r d a p a t d a la m m a s s a s e b a g a i t e r n ja t a d ia n t a r a o r a n g 151

154 semuanja jang berkelujuran di T undjungan tadi, satu sama lain dengan tiada saling memperhatikan. Ketjuali dalam soal massa-aksir dimana sebetulnja terlihat tindakan himpunan ketjil jang meluas pada massa. Sebaiknja kalau kita perhatikan rapat raksasa atau demonstrasi menentang pemerintah umpamanja di" orang berkumpul untuk menjatakan perasaan tidak setudju terhadap suatu tindakannja. O rang jang datan<j itu bukan terdiri dari anggauta suatu partai, tetapi dari bermatjam-matjam, aliran dsb. Seorang tampil kemuka sebagai pemimpin dan mempengaruhi klompokan dengan andjuran2nja jang m.engadjak kepada suatu tindakan. Himpunan jang demikian itu mudah mendjel' makan suatu aksi, jang seringkali tidak dapat dipcf" tanggung-djawabkan, mengamuk, merusak, menghantjuf T n n lt ' ; PemimPift" tadi mudah mempengaruhi him; Demtam ru5a^ ' dan d ika ia tangkas maka sifat S s n T a T l ^ Pa,d a n ia a ch irn a d!a k u i d u 9 a Un] Ini umum, ia akan dilupakan begitu sadj3- ruhi ma ^ r 2aman revolusi jang mempen9a a n X f ' I meliputi a " 99 ta masjaraka' kethl r! f 9?3 bett)orak dan bersentimen himpunan lo n o a n a tlt,an9 membutuhi tindakan setjara seg ' kan9l r aut ht PUnan ^etjii untuk niewudjudkan tind*' di psanh? TT membangun, sebagai telah kita kei>a> djuqa d ^ S n r l ami masa revolusinja, di Moskou. P«* Buna Tnmn J a T 3an Pedstw a bendera dan za^ao oung lom o pada tahun 1945 Crow d halarn ^ U B dala bukunja,. f * dan modus J men9atakan tentang kelomp ka* s e b a g J t Z r " ia (t)ara tindak- n ja ) antara ta- «u bagaimana d ^ f c ^ a 152 I

155 ta b ia t, p e k e r d ja a n d s b., d jik a s e k a li m e r e k a it u m e r u p a k a n s u a t u h i m p u n a n te r s e b u t t a d i, m a k a s e o la h - o la h. m e r e k a in i m e n d a p a t f ik ir a n s e g o lo n g a n, ja n g m e n d ja - d ik a n m e r e k a in i m,e m ik ir, b e r t in d a k d a n m e r a s a la in d a r ip a d a d j ik a o r a n g 2 it u b e r a d a d a la m k e a d a a n te r s e n d ir i. D i s i n i t a m p a k s u a t u k e n ja t a a n b a h w a a d a s ifa t d a n p e r a s a a n j a n g t i d a k t e r w u d ju d a n d a ik a t a m e r e k a t id a k m e r u p a k a n s u a t u h im p u n a n p s y c h o lo g ie it u, seh in g g a h i m p u n a n j a n g d e m ik ia n it u m e m p u n ja i b e n tu k d a n s if a t is t im e w a ja n g t e r b e n tu k d a r i a n a s ir 2 ja n g b e r a n e k a t jo r a k d a n s if a t n ja, m a s in g 2 b e r b e d a d a r ip a d a sif a t h i m p u n a n ja n g b a r u t e r t jip t a itu. 3- G O L O N G A N D A L A M A R T I S E M P IT (G R U P P E ). a* Umum. D jik a dibandingkan dengan himpunan maka dalam Solongan (Gruppe) jang dimaksudkan disini kita akan M e n d a p a t: * ( a ) k e k e k a la n ja n g le b ih la m a h id u p n ja. (M lebih banjak djum lah anggautanja. ( c ) t i d a k b e g it u t e r g a n t u n g k e p a d a d a t a n g p e r g in ja a n g g a u t a 2n ja. D efinisi golongan. Berdasar kepada tiga kenjataan jang b I la«9 hampir selalu terdapat dalam 9 l n0 ' aka ^ - a p a A sosiologi telah S. *at tentanq arti golongan itu dalam oeoe h A -l- kita kenal definisi berasal dan V on W iese,ang ^engatakan sebagai berikut: m3ifc,,dkan perhub D engan Griippe (goiongan) i a berkumpul dan ungan2 orang2 jang demikian J ianqqap bersatu bersatu sehingga orang2 itu dapat diangg p 9 longan.

156 D e n g a n p a h a m ja n g d e m ik ia n in i k it a d a p a t m enga- t a k a n d j u g a b a h w a k e b a n g s a a n t e r m a s u k di- d a la m n ja : k e b a n g s a a n a d a la h g o lo n g a n j a n g bersedjar a h le b ih la m a. Dalam himpunan kita masih melihat djum lah orang berkumpul. Dalam paham golongan djum lah orang2 sudah tidak begitu terasa, terutama pula dalam gol ' ngan bukan perseorangan (C ) sebagai dalam golongan gaib (CM) dan golongan berupa lentjana (C-2) di man3 orang tidak memperhitungkan pula ada tidaknja orang2 sebagai anggauta jang tertjantum didalam nja. c. Sifat kekal dan tersusun dalam golongan. S ifa ta in i s e la lu k it a d j u m p a i d a la m q o l o n g a n d a la m m e m p e r b e d a k a n ia d e n g a n h im p u n a n. (1) Sifat kekal. s a,! i k ^ l Se0ran? P d)an99a Junani. telah mefflff kekal w ak? " 9^ mi dengan suatu P h «!an9 hidup KekeW PUn,daUn nja b^ 9 anti-ganti. lonqan ih r 5! gan berbcda menurut matjam 9 ' erd.ad, t l n9an,'perdialanan' *alah golongan S a n t,? Pe,rdialanan (naik hadji. perdjalana m a M a m kelu'l 9 3 k it a m e Iih a t k e k e k a la n in i m e n u ^ n ia r e m n ^ rw i, a n 9 te r u t a m a d a la m t j a r a p e r k a w i n ^ ' tidaknia Pn ^ atka?,pe rw a a n n ia ^ sifat m e lih a t la k i. a r 9 a m o d e r n u m p a m a n j a m a h o r a n a f n -,an9 b a h a r u k a m e n i n g g a l ^ sudah perkawinan!tu nd e n a eru7 h f " " 3 I dert** semua dan orang tuanja telah meni-^9

157 dunia. Dalam keluarga perajahan (patriarchaat), dimana sesudah perkawinan si-isteri berumah tangga dirumah suaminja, maka kekekalan keluarga dapat terpelihara, sebagai kita melihat dalam keluarga zaman dahulu (Rum, funani, Hindu, Indonesia dsb.) dan dalam beberapa keluarga masjarakat, jang sederhana dimana keluarga mendjadi pusat masjarakatnja. Keturunan laki2 sangat dihargai dalam memelihara hukum, agama dan djuga,')emudjaan nenek mojangnja, sedangkan isteri, kanak2, budak dan lainnja merupakan anggauta pengikut dalam masjarakat. Isteri mengikuti atau diantarkan kerumah iang lelaki dalam perkawinan sebagai kita lihat di Djepang, Tiongkok dsb. (2) Sifat t e r-s u s u n. Oleh karena sifat tersusun dan teratur dalam golon9an ini, maka golongan dapat memperlihatkan wu- Ju d n ja djuga dalam salah suatu perkawinan, jang dapat dianqqap mewakili golongan itu. Delegasi terdiri dari beberapa orang, dapat djuga terdiri dari seorang dengan membawa pertanggungan djawab atas segala perbuatannja terhadap golongan itu u. p egawai adalah djuga sebagai suatu alat pemennta )ang terutama harus menjesuaikan diri pada a irai\ Pe.idirian pemerintah dalam politiknja. Dalam tin aja ia terikat kepada pertanggungan djawab ter^ ^ h a d a p pengeluaran uang. Lain daripadazaman ^fp oleon umpamanja dimana pegawai nf ger,, f sebagai suatu bagian dari alat pemerin a, * ntung-rugi dalam segala tindakannja a,,. egara, dan sebagai pegawai sendiri ia, j kesalahan dalam segala tindakannja dalam met dj D iuga sjorang radja harus menjesuaikan din ^ P ^ * rakjatnja. jang sebaliknja menganggapnj 1^5

158 lambang dan sebagai penelenggara kekuasaan pemerintah. Radja adalah untuk rakjat dan bukan rakjat untuk radja, sebagai kita umumnja melihat dalam abad pertengahan pada zaman keradjaan absolut dan pada zaman feodal, dimana pertanggungan radja terhadap golongan rakjat atau kebangsaan tidak ada. d. Asal golongan. Vierkandt dalam hal ini berpendapat:... disanasini terdiri golongan tetapi masih tiada dapat dikatakan terdirinja suatu golongan sebagai suatu masjarakat... riendaknja dalam uraian itu djelas bahwa jang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari ialah berdirinja golongan2, sedangkan berdirinja masjarakat tak dapat kita katakan dengan tegas. Sol ngan ini terdiri oleh karena: k ltl v n l U AmanUf a\]an^ mendjelma dalam bentuk modprn L SU bangsa dsb. D alam masjarakat tuk b io lo g t,a ihat keiuar9a sadja sebagai bend a ib L i kibat, Pf imban9an antara pengaruh kebatii> *. i. s, i 5 r k p d ' p a S A salm, Untf Pendjelasan baiklah d iu l* * ' Pasal. Asal Masjarakat bab II pasal 4. e' P^wbagian golongan. 156 Golongan dapat kita bagi menurut:

159 1. luas-sempitnja; 2. tjara terbentuknja: a. golongan natur, jang terdiri dengan sendirinja: keluarga, suku bangsa dsb. b. golongan jang dibuat manusia, dimana termasuk segala kumpulan2 sosial, ekonomi dsb. Berdasar kepada pembagian jang kedua ini kita mendapatkan pembagian jang dikemukakan oleh Tonnies ialah sebaqai telah diuraikan dimuka dalam bab 1 pasal 12. (b). Perhatian: Dalam uraian jang sudah2 itu kita mengetahui bahwa apa jang diterangkan bagi masjarakat djuga dikemukakan dalam keterangan bagi golongan. Ini adalah oleh karena janq dimaksudkan dengan golongan kita melihat bentuk, sedangkan dalam uraian masjarakat kita elihat proses jang sedang berdjalan didalamnja walaupun perbedaan ini kadang2 djuga tidak dapat ditegaskan dengan njata. Selandjutnja dengan menerangkan w«djud dan sifat golongan kita mentjoba mendekati Paham masjarakat jang sungguh luas dan s u k a r uraianfl'a itu. Selandjutnja kita ingat pada pendapat \'ierkandt, janq menqatakan bahwa walaupun kita dispamelihat terbentuknja golongan belum d^ at ^ dikatakan bahwa jang terbentuk itu adalah masjar k dalam paham umum. ^ D jiw a golongan. Tiap2 anaaauta qolongan mempunjai tjita an an9an2 terhadap golongan jang berbeda-b*^a enurut Perseorangan masing2. Kesatuan pen ap J ^ dari sebagian besar anggauta itu tc tans 9 ^ d a P golongan merupakan d j i w a golongan dan senng d^ 9 a terwudjud sebagai tjita* golongan itu. 157

160 D jiw a golongan jang demikian itu tiada terdapat dalam gglongan jang bertugas untuk menjelesaikan salah suatu pekerdjaan jang tertentu, um pam anja panitia penjelidik keuangan. panitia penolong korban perang, panitia tiga negara (jang mengawasi perselisihan Indonesia-Belanda) dsb. Sifat hidup sebagai djiwa dan tjita2 gologan tiada terdapat didalamnja. Tindakan golongan timbul dari kehendak bersama jang seringkali sebagian merupakan perlaksanaan dari djiwa golongan itu. Lain pula dalam perkumpulan koperasi, dimana djiwa golongan hampir tidak ada atau hanja terdapat sangat tipis sekali. U m pam anja sadja dalam membagi keuntungan. anggauta2 lebih suka memikirkan untuk menerima keuntungan itu sadja guna dipergunakan sendiri daripada memikirkan untuk mem- pula11113^ 11 keuntungan itu ba9 kepentingan perkum- D juga biasanja terdapat bahwa djiwa golongan mempertundjukkan diri dalam tindakan untuk menjelamatkan perkumpulan atau mempertahankan hak2 perkumpulan terhadap perkumpulan2 lainnja. D jiw a golongan memperlihatkan persatuan jang erat terutama bilamana golongan menghadapi bahaja. D juga dalam hal ini perkumpulan koperasi berbeda dengan perkumpulan lainnja. Disini kita umumnja melihat pembubaran dari kumpulan koperasi tersebut, djika sekiranja keadaan. mewudjudkan bahaja atau kerugian bagi anggauta2nja. Ini jang menjebabkan peraturan pemerintah bagi kumpulan2 koperasi untuk menetapkan pertanggungandjawab jang tetap berdjalan sedikitnja setahun sesudah keluar sebagai anggauta terhadap segala tindakan jang mengenai keuangan. Selandjutnja djiwa perkumpulan dan kehendak bersama dalam, golongan selalu terdapat isi-mengisi, dan tjampur-mentjampuri dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. 158

161 g. Rasa H id u p dan Hasrat H idup Golongan. Rasa hidup golongan sangat orapat bergandengan dengan djiwa golongan sebagai diuraikan diatas, Sjarat untuk menjatakan adanja rasa hidup ini ialah: 1. persatuan jang njata. 2. Pembedaan jang tegas dengan golongan2 lain. Kedua sarat ini dapat lebih tegas dilaksanakan dengan adanja pandji2, uniform, hidup bersama dalam asrama, nanjian golongan, kerdja sama dan sebagainja. Rasa hidup ini tumbuh kearah angan2 perasaan dan kehendak golongan. Dalam beberapa hal ia dapat di persamakan dengan nafsu distinksi jang terdapat dalam tiap2 manusia. Rasa hidup ini mendatangkan hasrat hidup jang terdapat sebagai kehendak golongan bersama jang istimewa. Ia mewudjudkan diri dalam: 1. N afsu untuk mempertaharfkan diri. Nafsu ini dapat berkembang dengan sempuma bilamana suasana sukarela meliputi golongan, dan nafsu ini dihidupkan bilamana golongan dapat membuktikan buah golongan jang njata jang berupa kesenangan dalam perkumpulan musik, berupa kesehatan dalam perkumpulan olahraga, pertanggungan jang njata dalam assuransi, perkumpulan bank, d.s.b. Suasana paksaan akan melenjapkan nafsu untuk mempertahankan hidup, sehingga golongan akan lenjap sendiri bilamana paksaan ini tidak dihapuskan. 2. N afsu untuk memperluas lapangan hidup. Nafsu ini terdapat dalam perkumpulan2 atau kongsi2 ekonomi dalam usaha melebarkan perhubungan, meluaskan daerah pembuangan hasil perusahaan, dan menam- 159

162 bah atau mempertinggi tekniknja. Perluasan ini dapat idjalankan dalam suasana aman dengan perdamaiant umpamanja dengan memperbaiki nama dan hasil pabrik. menjesuaikan hasil itu kepada permintaan dan kehendak pem e i dsb., tetapi dapat djuga perluasan ini didjalan" kan dengan kekerasan sendjata, umpamanja dengan pendjadjahan daerah untuk pembuangan hasil pabrik atau untuk pengambilan hasil tanah atau tambang engan harga murah. Perlawanan dari penduduk asli untuk mengusir pendjadjah itu selalu mendatangkan kebutuhan bagi jang mendjadjah untuk memperkekal d M ^ h a n n j a ^ d a s a r kekuasaan p e m e r in t a h h Kekuatan hasrat hidup. hidun 9olongan terdapat lebih kuat dari pada menohendak a" 9fai1' Golon9an oleh karenanja selalu menaind^m, P ^buatan jang luhur, dengan tak mengmdahkan pengorbanan djiw a Suatu p e rb u atan T J a Z t r K r l n* an itu ^ da rasa banpgga, * * kan puas bani m^nan9an sesudah perang mendatanfl iana m e n ana^ 9 * * * 9 * ban9sa atau pula djumlah m f s? djutnja tak terpikir atau teras DaIamJ^ tt ioln 513 <an99ai^ n j a ) jang telah te «J* besarnja J atau tin?- * * r o d * * Tdi M ahal di T deradjat seni atau bangs3 firaun paqar Ip 9eredja2 kuno di Eropah, makam masjhur didunfa Sed T di Tion9kok dsb. jang sangj* pula berapa djiwa ma " ra? 9 tidak mcmpcrsos mk l i. S b S ' S h J S J»» ].ng umpamanja dalam ata? basrat hidup suatu aga * kerelaan nabi Ibrahim T t I td a h anj0 lorahim un tu k m engorbankan puteranj* 1

163 dengan memotong lehernja, karena diperintah oleh Allah. Demikian djuga pemimpin2 perang Djepang mengetahui betapa kuat hasrat hidup kebangsaan Depang terasa oleh bangsa Djepang umumnja sehingga mudah sekali mereka meminta pengorbanan djiwa untuk kepentinqan perang,,,untuk menjelenggarakan tjita iodjo dan kawan2nja \kata negeri2 Serikat jang berdemokrasi, tetapi menurut kejakinan bangsa Djepang adalah... untuk bangsa dan nenek mojang. i. Rengam h djumlah dan kwalitet anggauta terhadap hasrat hidup. Djum lah dan kwalitet anggauta golongan mempengaruhi hasrat hidup golongan itu. Vierkandt menga - kan. bahwa golongan itu sebagai bangsa menasa terantjam dalam hasrat hidupnja dengan berkurang ) kelahiran.,, (>P- Selandjutnja adalah tergantung kepada imatjam per kumpulan untuk memperhatikan lebih dahu J ataupun kwalitet anggauta^nja. PeFkumP,U^ nj pi jaran tudjuan untuk meninggikan kepandaian dan p J memperhatikan lebih banjak kwahte, se g ^ kumpulan politik, buruh dan lainnja menjukai ban, anggauta untuk kuatnja perkumpulan. / Batas optimum. Jang dimaksudkan dengan batas golongan ialah djumlah an 9? Zan?.annannia. rombolan itu untuk mentjapai Perkc,, 9 t,erobah ter- Batas ini sangat dinamis. artinja selah b e r o ^ ^ 9antung kepada matjam perhubu 9 terqantung keterdapat dalam golongan itu, pun ^ Pada tudjuan golongan itu sen. mengetahui Japkan batas adalah * ^ 9 ga» mengehasil-tidaknja perkumpulan xtu kejak. 161

164 tahui tudjuan perkumpulan itu kita selalu harus mempertnnbangkan apakah djumlah anggauta tidak keba- c iu T nu ataupu n t ^kurangan? D juga harus ditindjau u agaimanakah sifat perhubungan antara anggauta2 nv T mnja? M u 9kin terdapat kurang sehat sehingga perttaikan sangat dibutuhkan. s e d i ^ i ^ Ulan at^ U 9olon9an tidak bertam bah kuat besar HJcp,en9an hanjaknja anggauta. D ju m la h jang Dolitik Ha r 31 su,sunan Jan9 haik dalam perkumpulan s e b a lik m a ^ 5? mendatangkan kuatnja perkumpulan, SuTa. a ' l h U f SUnan dak baik mudah sekali angkumnulan is j itu bertjerai-berai. Selandjutnja perkan pengawasin^seh'1 )Um,ah an9gautanja memudah' kumpulan. sel 39a mendatangkan baiknja perk ' D» r g V h X m im pin J i w 'a h anggauta. seorang penjnm ta" te'al1 kita ketabui betapa mudah terharu & Pm? P 9aruhi himpunan itu. R as3 himpunan iana k>senj ei\ mudah terdapat dalam perkumpulan dan Zapata oran92nja. D juga dalani soal itu. orang harus mem.perhatikan djumlahnja ia ^ dan Penden9ar Jan9,nang. Dalam pidatoniljfra den9an terang dan tebahasa, semboian a if Perkataan2 harus disertai prl' zaman dan djiwa n J v ' ^ i9 kiran)a tepat mengen31 dipahamkan, diutiank UmP j Perkataan jang mudah mudah sekaii memn dengan te9as dan teran9' Lain keadaannia pendengar2 itu. r*n membutuhkan nr if;u ketjil. D isini h a ^ 1' alasan jang njata buka3 ],"an a^ ak ^en9kap berdas3* luaran sadja ' ^ ^ Pid*to* jang hanja bersife* leh karena kata2 i a ^ a*anj P ^ a to n ja m.udah ditan gk3? Jang scderhana. sembojan jang tepat-

165 gambaran jang mengenai hidup dan fikiran rakjat sehari-hari didasarkan pada parasaan petani dengan dunia wajang dan persembahannja, kesemuanja itu diliputi denqan h a ra p an 2, dulu dengan kemerdekaan bangsa Indonesia, kini dan selama Irian belum tertjapai dengan pemasukan Irian pada Republik Indonesia. Harapan jang dinanti-nantikan. jang selalu dimsjafkan kepada rakjat, sehingga rakjat seluruhnja seolah-olah terikat kepada tjita^ itu. terikat djuga dengan rasa terharu kepada pidatonja itu. Lain pula pidato W akil Presiden Mohammad Hatta jang tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi massa. tetapi jang ditudjukan kepada pendengar,ang leb.h dalam pertimbangannja. I T enaga pimpinan dan golongan. W alaupun ada aliran jang longan tidak membutuhkan p.mp.nan itu bersama dapat memimpin golonganu tu dengan tiadanja P*raP^na^? ^ igru a^ a dalam perkumkekuasaan dan persatuann).a. Sedjarah partai Pulan politik pimpinan mi haru memperlihatkan Politik baik di Timur maupun d. Barat m, ^ djuangan, adanja pemimpin^ itu jang k p ^ tuntutan tjita= *ja selalu mendjadi wudjud nia P i s.» «..» r u s r 5 i. r»tu hidup dan berti^dak, ^ ^ t" 0i0ngan dengan tiada rapa ahli so~iologi berpe p ^ ^ ketcgasannja se- Pimpinan ini tiada dapat nemimpin tidak mekagai golongan. Soal haru djj tudjuan persamatentang sifat demokrasi f empe J amakan sifat* annja tidak berroaksud u ^ ^ Selandjutnja manusia jang jne angnlb/ nilhi sifat demokrasi terdapat Peirimbangan untuk memen nin jtu pergantian dengan selalu bergantin a pemimpm P Pn

166 mana menghilangkan sifat absolut bahkan lebih banjak memberi kesempatan bagi suara rakjaf umumnja untuk diperdengarkan. Pemimpin adalah seorang jang dapat berfikir untuk go ongan. Pemimpin jang dapat mempengaruhi golo-,ang sebaliknja djuga tunduk kepada Kehendak dan keputusan golongan. Ini janq dimaksudkan pemimpin dalam paham demokrasi. Fengakuan terhadap pemimpinnja berakibat sikap l ag lebih tunduk dari golongan kepadanja. V o n Wiese o f Z i r T! nni,a sela»djutnja berpendapat, bahwa oranaan,! j lu terdapat dalam tangan perse' djuga dalama atuubaangsaan1, 9 lon9an' * eiuar3a' PU b a k ^ antfdakn Lai, adu ' f -Sifat2 Pemimpim ini k. b bergurau (nglutjon)3 l e t i! ^? 3" tidak banjak b% peraturan daripadk b tj, banjak berpegang kepada tangkas, bernaham r1a j S pemandangan. Beram dan patan janq baik dpi " j* memper9unakan kesemdiri «J d L n k t T a lndakanni a - P e rtja ja kepada longan itu Dai tudjuan jang benar dari g " n f s t 1, I lidiki kehidupan hp«^ 2P bersama* U " tu k itu ia menje' dan terwelu iana i lain kehidupan kambing tenaga p^ * 9 fh id up dalam golongan. Tentang ia tidak setudiu don 30 3rS f it1 ia m engatakan: b a h ^a ngan kam binq hamo?3 pat bahw a dalam seg l0' d ^ jang ^ b a n ja k U ^ S ekor beti" a ian9 mimpin. Ufunannja jang mendjadi P Djuga umumnja orang pertjaja, b a W a da]am golong-

167 an manusia ini jang mendjadi pemimpin ialah seorang jang terpandai dan jang paling tjakap. Scott tidak pertjaja tentang ini,dan ia berpendapat, bahwa baik dalam golongan orang maupun dalam golongan binatang sifat pemimpin hanja didasarkan pada suatu sifat, j.i.: ketangkasan untuk memberi,,upah. Sebagai tjontoh Dr. Scott mengemukakan pimpinan seekor ibu-kambing terhadap anaknja. Ia memanggil anaknja dengan suara keras. Sudah biasa bahwa anak itu mendatangi induknja dengan terus menetek, dengan perkataan lain: dengan terus menerima upah. Kalau ia mendjadi besar ia mendapat upah itu berupa perm dungan dan pertolongan. Lambat laun anak kambing itu mengetahui, bahwa mengikuti induk ada djuga hasilnja. Ia dengan demikian mengakui pimpinan in u, walaupun si ibu ini tidak tjakap dalam pinannja itu. U ntuk membuktikan itu Dr. Scott meng ambil pertiobaan sebagai berikut.. f 2 Diantara kandang dan ladang diadakannja r ntansa" jang sangat sukar, dengan djalanan* )a 9 bunt s n s» ' S r s s s $ s datangkan induk-kambing e a am tkan djaian djuga disangkanja ia tak dap menjaksikan, lang benar. Sangat g.rang sekauj bahwa kini walaupun sang ^ bukan angk Pemimpin karena lebih tahu a J terdapat ia selalu kambing jang memberi pimpm. djalana jang Mengikuti induknja, djuga dalam g Saiah- l Vfikan sifat membabi-buta /.r io i s... k «- x ' a t s dari ibunja, Scott tiap hari member, air susu

168 Kepada anak kambing itu. Sesudah lampau beberapa minggu ia memperdekatkan ibunja kepada anak itu. Tetapi apakah jang terdjadi? Bukan kepada induk, tetapi kepada Dr. Scott anak kambing itu datang melompat-lompat untuk mentjari upah air susu itu (Don Romero: Wereldspiegel Juni 1948 N o. 9). Bahwa tjontoh sematjam itu umumnja hanja terdapat pada dunia hewan sadja, jang umumnja bergerak hanja oerdasarkan naluri, sedikit sekali berfikir dan bepertiffl" bangan, pasti tak dapat dibantah, w alaupun kekuatan e enarannja dalam kehidupan golongan manusia jang sederhana masih dapat djuga dipersalahkan, kadang2 dengan berlainan uraian tentang alasannja. k a i T u u m P a m a n i a a d a s e o r a n g h a d i i ja n g karenita9, vipt n9ar!jh besar dan banjak pe ngikut^ja pun ia um a bersed<:kah kepada fakir miskin, sekabmaka S aman,a terke" ai den9ki Pada anak bininja, untuk sekln ran3 desa kepadanja itu bukan kebanjakai X r t rima T h den9an sedekah itu, te»p> diandjurkan okh aarr a sangat d ip u d ji dan kijai desa iarm sebagai diadjarkan o\eb seluruhnja. mendjadi pimpinan batin bagi desa iw hatkan9 padt n?113!' di/ empat ta»a n a n dapat m e m p e ^ mengikat para p e n ^im ^ ma" a pemberian UpaH k a ja ^D a ri ada seorang terkenal sebagai orang tidak S a berqautde Plhak taw M an s diri ada K ia berdjalan seronn j 0an oran3 >tu, karena chabarn) nia ia mendaoat kct" 311 Ua" 9 amal dari mana as8-a «u adalah keka)aa ia. w alaupun tertahan»j«jang biasanja tjukud me ng republikein jang tule -i k

169 dapat,,pelaan ang mentuti piring, membersihkan papan tempat tidur dari kutu2 dsb. semata-mata karena harapan upah sisa makanan, sekalipun djiwa merdeka dan hak sama ditempat tawanan mendjadi tjorak lstibahwa banjak lainnja pula jang suka mendjadi pelajan, 3000 anggauta itu, sehingga tak ada perbedaan antara kaja dan miskin, terpeladjar atau tidak dsb Ternjata bahwa banjak lainnja pula jang suka mendjadi pelajan, dan tertahannja hanja karena malu dan takut pada lainnja. Ternjata djuga. bahwa jang melajam karena upah itu termasuk golongan jang terbelakang a.am P 1* dikan dan pengertiannja, golongan pemu a ari dipegunungan djauh dari pendidikan dan Selain dari harapan upah ini ia merasa sajang melihat seorang Raden" mentjutji pmng dan ompreng. Golongan jang terpeladjar dan mereka jang mendengar dan mengerti akan keada n k a t makanannja narnja itu, sama sekali tak suka menue itu, sekalipun antara m.=re^ 31^ terpaksa makan kiriman sama sekali dan r Golongan ini terdapat hidup mewah ditawanan. Jang untung ialah k a n b dan si b j a W untuk makan b e r ^ s a ^ - ^ m e n g a n g g a p seal ang mungkin tak bcrala,,. ;anq mereka sendiri tak Jtu urusan perseorangan -b a senasib dalam boleh mentjampuri, pula karena ter derita bersama dalam h upah dapat mudah djiwa bebas dan tuduhan p g teman2 karib d i p e r t a n g g u n g - d j a w a b k a n, o ^ kedudukan. d a n m bagi d inn ja s dir kka u dokter pemimpin olah kehormatan sebagai pak g :tu raga dsb. dalam masjarakat tawanan.tu.

170 m. Perasaan golongan dan perseorangan. Beberapa ahli sosiologi berpendapat, bahwa dengan menghadapkan manusia dan masjarakat maka mudah sekali untuk m,emahamkan perhubungan dan proses2 la 9 terdjadi diantaranja. Pendapat ini kurang tepat sekali, karena masjarakat sangat luas artinja, pun djuga kti, sehingga penjelidikan setjara jang telah didjalankan dengan mempeladjari tiap2 bagian lebih banjak memenuhi pengharapan untuk mengerti soal itu. Diantara pembagian dan paham2 itu adalah bentuk dan paham golongan jang terpenting. U m pam anja kita mengatakan. Masjarakat Islam" maka jang dimaksudkan ialah kehidupan sehari-hari dalam qolongan jang ra k a T u u " ^ P f, 8 Islam ditempat itu Masjaano w i lal berarti a9ama dala art bahwa aah}va,aupun tentu sadja tak dapat dimungkifl. ar 1 Isiam pikiran dim ana9!1 ^,men9emukakan pertanjaan hingg3 p e n d a p a t p e ^ T L n ^ karena teori iano9 klta saksikan keberatannjadari teori b in W muempersamakan itu adalah berasa Spencer jana kita kenal djuga dalam teon tubuh b inatana j andan9 cmasjarakat ini sebagai suatu nja. Keberatan 09311? a*su hidup dan perdjuangan' ialah, bahwa m arm ^ tef^.esar dalam perbandingan j ngan merdeka A* af alah machluk jang berpikir i l l b S S s ;?, ;? - d.j.» T ' b" d nenindtauesff9ar L eberatan kedua kita kemukakan dalan> P^seorangan dan golongan jni ialah.

171 bahwa kesatuan djiwa dan kehendak dalam golongan itu terbentuk dari bermatjam-matjam kesatuan jang tidak sama rintangan2 dan perbedaannja; lain daripada kesatuan djiwa seseorang manusia terhadap hasrat dan J1D isim ping kenjataan bahwa golongan itu meniang menghilangkan sebagian kemerdekaan sehingga golongan seolah-olah ke untuk mengakui kekuasaannja, tidak sc 1 i J g tentuan bahwa oleh karena adanja; golongan itu «fat manusia jang terpendam dapat dipehhara u Jjlinaoleh chalajak ramai. Bcrapa banjak kungan keluarganja hanja terkena se ag P k tang-..alim, dalam golongan dapat kasan bennusik atau bersjair, se a 3 ntuk menjemgolongan itulah jang akan ^ ^ ap a ^ padanja. Empat hal purnakan bakat sem ) 9 1>rt,atikan dalam perbedaan dibawah ini baik I" W perasaan golongan denga: amh-mempengaruhi. selandjutnja terdapat pengaruh-mempeny 1. Perasaan golongan bertentangan dengan perasaan perseorangan. golongannja itu. keoada masjarakat jang berd " «" dari pefasaan 2. Perasaan Perscoran5 k" an ini umumnja terdapat golongan.. H a l jang d hana umpamanja sadja dalam masjarakat jang memikirkan dirinja terseorang D ajak jang tak dapat m lepas dari masiaraka^ auntuk masjarakatnja dan seba- D jiw a dirinja adalah aol0nqan seolah-olah terliknja. D jiw a dan Perasaa*? ban hidup dalam masjaw udjud dalam adat dan P anggautanja harus rakat itu, terhadap a n a,ala9m masjarakat modern, tunduk. Lain daripada daiam

172 dimana anggauta2 sebaliknja selalu mentjoba untuk melepaskan diri dari masjarakatnja itu. 3. Perasaan golongan dipergunakan oleh perasaan perseorangan. Djuga hal ini terutama mudah terdapat dalam masjarakat jang masih sederhana. Kepala go- J T? j merasa dalam batinnja, bahwa golongan adalah dia sendiri. D juga dalam keradjaan mutlak dalam mempergunakan golongan untuk kepentinqan sendiri im mempergunakan dasar ini, jang sebenarnja tidak dapat., r an99ua9-djawabkan. Um pam anja sadja dalam f a n a m a n, S r a d ia P e r a n t i>s d a la m a b a d ke-18. a d a i r j T,an9 berbunii: Etat c'est m o f (Negara adalah Sa,a).,ang berarti bahwa ialah jang terkuasa. sama b M d a m p L 9 l0^ soal ini sudah ka*c a," dan perseorangan bergerak an\masjarakat jang sederhana d T m ^ W T, hadlpn d O * X * kat at. 1-1:1111 aanpada keadaan d ai*^ - sjarakat m o d e ^ a / a " r a k munalf' T, imana si^at perseorangan bergerak pun d em^ an9m a, 6? 3S dari d iwa flolongan. W alau' seolah-olah ^amp at modern dan sifat perseoranga11 membawa mereka ^ k e ^ H mentiari d >alan ^ a n antara dua.sifat A* *epada kesempurnaan. Pertalian Proses menjesuaikan *ni terdapat d Ju 9a W\ Selandjutnja maka dal* pengaruh-mempengaruh Perasaan perasaan segolonoan seqolonaan ma?i,mj Sja at mo.de modern sek s.ekai P ^ P Aa masa peranq dan hah dapat tegas dibuktikan pa ^ k. J i ' a s. i r s s : d,n *- penonton dan penjelenggara dalam golonganbagai (S ir a i^ n ^ d h ir E ! dan SUsunan golongan bagian golongan dalam 170 ****** ^

173 I. Pembagian pertama dalam: II. 1. tenaga pimpinan, j.i. jang memikir dan memberi djalan bagi golongan, baik terletak dalam suatu tangan ataupun dalam beberapa orang. 2. golongan pengikut, jang bertaklid atau jang dipengaruhi. Pembagian kedua dalam: 1, Penonton. 2. Penjelenggara, j.i. jang menjelenggarakan sa ah satu tindakan dalam golongan. Tentang pembagian kesatu (I) telah diuraikan dimukar dengan pandjang and^ng leba, Jebar. yeny«n Dengan ^ - SSL p= f E f i v s r, Sebagai tjontoh bolehlah k J baru2 ixji tcr berikut ini, j.i. suatu adat Ia 9 Denduduk Bali masih larang oleh pemerintah. dala sebagai dahuiu dalam tertanam. J.i. tentang.. Sendiri dilarang djuga terkenal di India, jang terkenal dengan sedjak tahun A d ^ J a, u7 J ) rnenghendaki nama Msetia (j-i- setia iakinja jang telah meseorang isteri untuk mengii u itu siisteri akan nmggal. Betul bahwa deng (sjorga), tetapi mengikuti Iakinja Ian9sung.sebaqai penonton menghentain daripada itu golongan 9 Isteri tadi daki supaja adat jang demi i sebagai penjelengjang telah kehilangan Jiri untuk terdjun ke- 9ara adat harus A i Z z a h suaminja. Adat dalam api jang telah mem a ar j scjantj utn a adalah 'aenghendaki jang demikian i, mcmpertahankan adat 9olongan sebagai penonton j g 171

174 itu jang sekiranja akan berdjalan hingqa sekarang djika pemerintah tidak melarangnja. Selandjutnja akan dapat djuga diakui bahwa bukan kekerasan jang pertama mendjadi pendorong adat itu. Kasa terantjam, rasa seolah-olah suatu kekerasan dari fni av,9a.n i2 terdjadi djika ia melanggar adat itu D a la m i U ^,tertanam dalam hati penjelenggara itu... *Jnia ian9 beradab, kekerasan bersendi kekualebih beralasa men *e^ma dalam peraturan hukum jan9 a o b n ^ ia k dalam golongan sebagai penonton dan S e S S, T t Penielenggara ini dapat melepaskan dan perastan ^ euhat datl -emperhatikan sifat dan tindakan g o ld n ^ T 93" SEba9ai dasar kehenda Penonton sebagai penulis sedjarah. berperang atau ^radia2" 3*12 maka bukan tentara jao0 s e d ja r a h, te r k e t iu a li H i 13* 9!. e m e r in t a h j a n g m e n u jis s e o r a n g d j e n d r a 1 a b e b e r a P a h a l ' i s a b i a b a r u 2 in i d je n d r a l m e n t e r i' s c b a?^ d e n g a n b u k u K e n a 2?,1Senh w e r d a n C h u r c h 1 m a n n ja m e n q e n a i ' te ^a b m e n u lis p e n g a l ' S6p P «ang d u U keduaan2 P ^ " 9 ^ ukur tentang*1sa :ahn!kutn,a,an9 seialu mendjadi pen9' rah, dengan me; Qa^ r arnia tindakan )an3 tersedja' pembatja2nja dapat diakui ^. ^ a ^ n j a >ai>9 Vierkandt selandim-n- u ab atau benarnja. ran dan peraturan peradaban13'211''31331' bahw3 P acnaan dunia ini tak lain,an 9 menudju kesempu dibuat Oleh penonton^ bnja ^ a i n k a n oleh karena penonton2,ang memperhatikan kedjadian2

175 itu dengan bertjita-tjita perbaikan, walaupun penjelenggara selalu terbawa oleh kekeliruan jang telah mendjadi sifat manusia itu. Inilah djuga jang menjebabkan bahwa tjita2 peradaban dan kebatinaa selalu lebi. pada apa jang dapat diperbuat atau jang dapat iertjapa oleh manusia sebagai penjelenggara dalam hidup bersama. M u d ah bertjita-tjita tinggi tetapi lebih sukar u n t u k m e n j e l e n g g a r a k a n n j a. p. Perseorangan dan golongan pengaruh-mempengaruhi. 1. M unduc karena golongan? Sering kita.nendengar bahwa j - d j a ^ ^ a n dan kepandaian dapat diturun_^n so.ojoog Gustav Le Pendapat ini berasal dan v ierkandt dan Simmel, Bon jang sangat ditent g bersifat perseorangan a.i. o l e h k a r e n a pendapat 9 keuntungan jang dan berat s e b e \ tu dengan adanja harus dipungut oleh p teraantunq kepada pergolongan. Sebenarnja a pertjampuran dalam seorangan itu untuk ^ * 9ta 99untUngkah. Sifat pemimsesuatu golongan itu rug membawa golongan itu pin dan ketangkasannja kepada kemadjuan adaian saiah satu perimbangan ^ ^ daripada ini untuk menentang pen ikan maka golongan seringsebagai dirauka telah ketjakapan anggautanja jang kali membawa bakat at > d perkembangannja. terpendam, kepada k ^ a d ju a n.ta p Pertimbangkanlah diuga Pe mejnadjukan seni sastra sud untuk mempeladj -.-bina dan membangunkan dsb. Disini sifat golongan m anggauta2nja jang sebagai kepandaian2 jang a P n dikenal orang untuk berperseorangan tidak m 9 ada]ah pemimpin k e m b a n g. S e l a n d j u t n j j 9

176 jang aktif dan tjakap jang akan membanqun bakat^ jang terpendam. 2. M engukur kepada ja ng terendah? TUmUm dalam berpidato, memberi uraian asc, ialah bahwa pidato atau uraian itu harus ditudjuta^r t terbawah sekali dalam golongan tenitu Pe.e^ an untuk dapat memasukkan pahamnja disehidt?rm d iang demikian itu tidak dapat S im ie l T 1 Y ierkandt I'ang mengatakan bahwa m onod lh, V " aiistis dan selandjutnja bersifat janq dana/ SH \ren1 sebenarnia untuk memberi uraian suat!u tinqkatai^ k m ^ ^ 9 ' n9an ^ k a n ^ a,u Iongan t a f m e L ^ P " w 3", im s dibutuhkan dari goberi djalan kepada hati d berpidato ian9 mem' kata2 janq mudau j. f? n rasa gerombolan, dengan dengan uraian d an 1* an^ ap' terang diutjapkan, dan mendjadi sarat d f,an3 masuk akal Janfl dapat itu.,arat dan uku pengertian bag! golongan ruh pidato atau^urai^11^? men9adjarkan, bahwa penga' iang lebih erat b e r d a ^ terutama mengenai pertalian dengan sendirinja tidak Ko P^rasaan segolongan jang kepandaian. Simmel A* 9 u tenkat kepada tingkat manusia itu sebaaai gan Pendapatnja tadi melihat longan, sedanqkfn f^.rse,ora" 9 an jang tidak bergomanusia ini selalu L V lf kandt berpendapat bahwa golongannja. UP an berfikir dalam dan dengan 3- Objektivitet daiam ^ oifat obiektif? mengatasi suasana9, n9an menjebabkan ia dap*1 berpandangan luas i_ bjektif berarti djuga tidak terpenqaruh olf»h terbawa oleh sentimen dan rangan sifat obiektif i.perasaan perseorangan. Kekuoojektif djuga terdapat dalam p a rle m ^ 174

177 dimana rapat pleno sering merupakan dan bersifat golongan jang bersentimen karena terpenganuh oleh pleno sering terdapat membuta, karena tidak be s kalau Goethe mengatakan bahwa suara bulat da m pleno sering terdapat membuta, karena tidak bersifat objektif dan parlemen hanja terpengaruh sadja, h-ngga menjebabkan sesuatu hal diterima, jang djika d>selid dengan tjara panitia ad hoc ( = suatu hal itu sadja) mudah atau pasti ditola j. 3. Golongan bukan-perseorangan. Jang dimaksudkan dengan f lon9a" ^ t u k a n 'la q i oringan dalam pasal ini ialah flok 9 J*»9 ^ ^ dapat dilihat dengan a a n ja ^ ^,ongan pasangan, sebagai telah kita JiM, iuar-5ifat-persegolongan P se" a^ terbagi dalam himpunan dan orangan, sebagai djuga terd y Gruppe (9olon9an artl' Saes^hP\erlihat adanja djumlah Dalam himpunan maslh *?a Ueadaan lebih samar. orang2, hal mana, wala^ Gruppe. Dalam golongan djuga terdapat dalam pah dimaksudkan dalam bukan-perseorangan se 9 ^ ik a n golongan gaib, pun pasal ini kita a k a n meimp<er dkan dengan lentjana, djuga golongan gaib jang d n ini disebut lentjana jang selan d ju tn ja dalam p atau lambang sadja. 1. Golongan Gaib. a' U m um *, kita maksudkan bentuk go~ Dengan golongan g paham sadja. Bentuk longan sebagai hasil h P negara, kebangsaan, sematjam ini anta*\a persurat kabaran, ilmu pengetasegala matjam again.a, P kapitalisme, demokrasi, huan, komunisme, so 175

178 lapisan sosial dan lainnja. Golongan berupa anggauta2 tidak terlihat pula, walaupun dalam paham kebangsaan umpamanja masih dapat ditundjukkan orang2 jang termasuk didalamnja. b. A sal dan kekalnja., _ix n ^\ ese, berpendapat, bahwa golongan gaib ceiah sedjak dahulu kala terdapat, w alaupun dengan melangkahnja zaman djenisnja bertambah. fir 9 ja^ 9 bera9ama* asal agama ini berdasar firman Tuhan (Islam) dsb. ataupun (dari d o n g e n g a n.sutii <Shint - H indu, Budha dsb.). diutnia U b^rdasar ilmu pengetahuan. Selan- A l l m tjoba menjelidiki dan menerangkan djuga9 bahla" i f f sosiol 3 i mempersaksikan sedikit, serinqkali^d engf n Pelan2, sedikit deffl' disengadja Pada art?3,f } idak diketahui ataupun tidak d ib e n tiin ^ achirnja kedjadian itu disukai, artinja dan Iagu2 lainnja U h f h DemikianIah mus demikian d u T a d J 33i hasii atau buah 9 lon9an' dipertahankan ti a9a a. dsb. jang selandjutnja sebagai wudiud ru emurun karena lalu dianggap harapkan dsb la n o tjita2 ^ h id u P golongan itu. makin meluas dengan tumbuhnja haru^l0dfsamp9aaib b ^ 2m 9andui'9 n«ai kebatinan jans dipasrahkan kedadanin j 9olongan turun-temurunkekuasaan golonqan itu t 93*1 keperti ajaan bah,%j itu untuk dipakai col akan mempertahankan nil*1 dak turunan bertanaan1311!? ^,ata disini bahwa keheo" menjelenggarakan n il^ f " '^ a^ ab untuk melindungi dan selandjutnja ^el^ekalan n 1 *nan tadi, s e d a n g ^ naluri manusia untnl u ^ on9an dipertanggungkan oleh Von Dalan, $ h a untuk memnertalnu P bahwa Seredja ini bermaksud mempertahankan persatuan dan kejakinan dalam

179 agama dan masjarakatnja, untuk disediakan bagi keturunan dengan pengharapan supaja didjalankan setjara janq sudah*. Dengan uraian ini njata pula bahwa geredja dan agama lainnja tidak dimaksudkan untu perseorangan sadja tetapi sebagai suatu mi i i bersama untuk dipertahankan kekekalannja. Golongan gaib sebagai diuraikan diatas mudah sekali mempengaruhi anggauta^nja dalam i ira tidaknia hidupnja dengan tiada memperhatikan ada udakna tradisi. baru lamanja golongan itu fcradisi dsb ^ m o k r a 3* Komunisme, Kepanduan dsb memperluaskan pengaruhnja bukan sa j atau bagi kebangsaan jang mendapatnja, bahkan dise luruh dunia dan meliputi -segala bangsa. c. Sebab kekekalan. Selandjutnja golongan ike^runannjia^dengan sengadja ataupun tldak' tersebut dapat kita bagi golongan gaib ini. Pendjagaan terseo v dalam tiga matjam: (a) dengan kekuasaan. Disini kita melihat golongan terhadap anggauta2nja, kek paham hak dan djadi kekuasaan golongan,,, kan Kekuasaan ini kewadjiban anggauta nja diika ia berdasarkan akan lebih mendapat terhadap rasa hormat dan peng 3 penghargaan ini disegolongan. Perasaan h o r m dan kebidjaksanaan babkan oleh karena keadiian golongan itu dalam tindakannja. (b, seildirinja djika ia Golongan akan le J P ta2nja, atau bilamana ia tidak dibutuhkan oleh angg Jebjh ta kas memeterdesak oleh golongan lain ja g 177

180 nuhi kebutuhan anggauta2nja dalam kepentingan jang (c) Konservatisme.,e h ^fi kenai kon ser tisme ini dalam dua sifatnja, jang teaa* U Se? n^ tidak dapat djuga dipisahkan dengan ke~atpu ialah: sifat sengadja, dimana kita memnprliv11) ^ mend)auili apa jang baru untuk tidak spnrr^-a n *ama* Jang kedua ialah: stfat sebaoai J 3. ^al mana konservatisme (dikenal " a d T a n t ^ r 3131 ^ StatiS a 9 melambatkan ke- "ganiajadn q tni! nrtleth kf rena Pengaruh dan sifat goiogauta^nja, maka I! i " msa terharu terhadap anggaib ini. P u n dju selaeka. '^n erim a adanja golongan tjita2 serta penoharanar, -J Ja olel1 karena kepentingan golongan d i d a l a m a ^an? diantara a n g g a u t a dengan tiada senqadfa terh dap golongan itu maka golongan itu. mereka ikut serta memperkekal Negara. Djikalau orana2 f«>i-su orang2 ]ajn Untuk men99abungkan idiri dengan diuga dinamai peradahmbangkan kemadjuan jang lazi& atau bentuk sosial?a?. n\maka bukan lagi keluarga rakat itu. Untuk dapat mengurus masja jang teratur, janq berm*? j mendapatkan golongan giaan seluruh annna. + 9 untuk mendjaga kebaha' setjara politik, denqan ^.Golon9an jang teratur namai: negara. mempunjai daerahnja sendiri kita (a) Sifat Negara. Berbagaj-baqai no a penghargaan terhadan ap? te^a^ diutjapkan tentang terhadap kekuasaan np 1 ne9ara- terutama djuga Pemermtahnja. Schelling meinper' J 78

181 tahankan pendapat, bahwa negara ini adalah instansi jang sempurna dan mutlak untuk mendjalankan kekuasaan penuh terhadap anggauta2nja. Hegel pertjaja bahwa negara ini adalah Tuhan sendiri jang mengatur segala kebaikan dan kedjelekan dalam hidup sehari-hari. Sebaliknia kita dapati paham sosialis jang radikal seperti Karl M arx dan Engels jang mengadjak untuk membuang sama sekali segala kekuasaan Negara walaupun dalam tjara untuk mentjapai tudjuan itu mereka berbeda. Plato berpendapat bahwa negara ini adalah Pel^ d n9 segala tjita2 jana berachlak tinggi d an anggauta nja. Aristoteles selandjutnja berpendapat bahwa manusia ini sebagai machluk sosial hanja dapat berkembang dalam M e lfh af pendapat2 jang ^raneka warna itu, bark djuga kita mengerti tentang kewadjiban- dan Pe r l an neqara Pertama ialah bahwa negara m. timbul,dan kehendak manusia sendiri dalam usahanja^ untuk mentjari kebahagiaan bersama, dan r terdesak sama mendjauhi kesukaran Penderitaan^ Ia erdesak untuk ment apai keadaan jang d7 > kl,a". f.^ f ^ k t r d ja memastikan kepentingan lah.r untuk kesempurnaan achlak^ dan >jongan sesama mentjapai ini maka ia membu P carlia untuk manusia. Tidak tjukup kalau hanja>keluarga sa^a u n tu k memenuhi kebahagiaan a.n99 d antjaman dari karena jang manusia lamnja tiaak mem, i aria; nenielenqaahanja berdjumlah s e d il^ d a ^ k s u d itu. Dalam hal ini raan jang menudjui kep negaralah ;ang dibutuhka, ],seiandjutnja mengurus y umumnja. giaan anggauta2nja. da" diukan k e b a h a '

182 (b) Merdeka untuk memitih matjam pemerintahnja. M atjam pemerintah menetapkan pembagian kekuasaan, oujcan sekali-kali menentukan maksud atau tudjuan pemerintah. Bukan karena matjam pemerintah tetapi rena ja-ra pemerintahan, jang menentang hukum dan Keadilan alam, pun djuga jang tidak merupakan per. f.ngan dalam Pembagiannja itu, jang mendatangkan mpnh^uani at sebelah dan perselisihan, jang mudab mendatangkan kekeruhan masjarakat mulai dari perpemerintah an hin" a pada revolusi terhadap demokrasi keiakina^ selandjutnja, bahwa kesluasa'n A dapat bers* dari S 9ala monarchi ^ r in g ^ be s i f cflri diabaik3n Z * terdapat dalam repubhk. keleluasaan jang sering k e b % T a V edaenar a / da,iah ter9antung kepada s if* jang lebih m e n n l? : dak bangsa itu sendiri. milih matiam!o * si/ at2nja sendiri itu untuk bagi negeri lain u^ult tahnja- Ini tidak menghalang* rintah neqeri untuk memperin9atkan sesuatu pe&c" dalam men" untuk m e n d f a ad akan kepada ^ sehingga Iambaf la ^, ak~nja sebagai warga nega?3, berupa9 ^ " d lt n ^ pula ^ J 9 ekstff Pergunakan untuk m enahl dan lainn>a jang djalan dekat-mendekati gkan ketidak adilan, tetap demokrasi dalam l i i.^ang umpamanja merobah robah autokrasi dalap J*3n berkonstitusi, atau c' dimana rakjat ikut it^ monarcbi jang ber-undang2 dasar, demi selanqkah Hi a ngawas> pemerintahan. Selangkah sama l a i n l i d a o a t / ^ ^ ^ berbeda satu hanja nama radja L n n«dckati sehin99a achic i! nam.a presiden sadja jang mc tan

183 djadi perbedaan jang masih ketinggalan dalam bentuk monarchi dan republik. (c) Sjarat pembentukan Negara. Apakah sjarat bagi suatu golongan untuk berhak diakui sebagai negara? Sjarat* itu menurut pandangan ilmu sosiologi ialah: 1. golongan bangsa jang berkesatuan hidupnja dengan sedjarah bersama sebagai suatu kebangsaan. 2. Kebangsaan itu be,hasrat untuk bersama-sama membela dan mempertahankan milik e uni milik kebatinannja untuk mempergunakan kekuasaan, ataupun kekerasan send,a 3. Daerah jang ditempati. bangsa dan negara. (d) Negara Belanda dan Republik Indonesia. Prof. Kranenburg dalam ^ t it a n i- negara Belanda m engata:u-h alam neqeri. Pembelaan kan pembelaan keluar dan S11dah sedjak dahulu terhadap air laut da\ t X n T a bend^ngan galangan^ kala menjebabkan terbe * ^iperhatikan lebih dsb. sehingga urusan p 9 an uelas pendidikan. dan dahulu. Dalam abad ^ semb ^ T a l jang ber-turut* dalam abad kedua-pulu t neqara ini lambat laun dibentuknja. Dengan c r ^ dan bcrdjenis pula djuga urusan negara mend) pembagian2nja. n (>n11blik Indonesia, sebagai Pcmc- Demikian djuga Rcpiiblifc fflcrcbl t daerahnja rintah Nasional Ind? nes 3' _ada bulan Agustus 1945, kembali dari tangan kekalahannja kepada Sesetelah Djepang men,atakan 1XI

184 kutu, pern jataan m a na m ula2 d is e m b u n jik a n oleh angsa Djepang jang ada di Indonesia. Perebutan ini e a te rdjadi dengan p e n u m p a h a n d a ra h d a n ribuan pem u a bangsa Indonesia telah tew as dalam perebutan itu dan d alam m e m pertegakkan n e g a ra m u d a itu selan-,iu epu b lik b erp endapat, b a h w a p e m e rin ta h Hinia^ e an a a lm a rh u m telah m e n je ra h k a n d a e ra h IndopadaJ pcmerincah Djepang d e n g a n tia d a perd ja n d j.a n p a d a ta h u n 1942 b u la n M aret, sehingga b S l?, t pemerintah H in d is B elanda tidak sia If-Pt; erb ap daerah d an pem erintahan Indone- I n t W c i l ^ en9an P ^e b u ta n dari tangan bangsa balikan h S6j,,an9 m um nja tidak akan mengem- sadia PpnP W t t3n9an ban9sa B elanda dengan begitu S d l T t l i k m raaa mend apat sokongan dalam hal M u W Sa F 1C Ch3rter dan dala persetudjuan bangsa- b e r h a k m ^ T i! 945 J*an9 m en9a tak an-bahwa s e n d ir i ia n n A' l. P e m e r in t a h k e b a n g s a a n n ja k e s a n q a u n a n n i1su i i S a d a d a P a t m e m p e r lih a t k a n itu. Neqara b a ^ " A mempunjai pemerintah sendiri tahanannia bait, gan tangkas membentuk perjanq ada fp1yla +a a maupun keluar dengan alatdan 300 tahun an sisa2 ^ tahun pemerintah Djepang Djikalau qolonna pemenntah pendjadjahan Belanda'. di Indonesia A ^ pemermtah Belanda datang kembali Jnggeris untuk In H ^ 11.men9lkuti tentara pendudukan Djepanq dari <; nesia- jang bertugas untuk melutjuti dari bangsa Indonp^ insiden bendera d ; T T pendirian b a h ta Pihak Belanda tetap ^ maka P ^la w a n a n sendjata 9* hebatn>a - dimulai dengan I n d o n e s ia b e r d a s a r T e n H u i* * " 9 b e r h a k I n d o n e s ia s e b a lik n ia T, S e b e lu m P 6 9 Pt f a

185 musuhan jang akan didjalankan. Pihak Belanda menganqqap Republik itu sebagai tjiptaan Djepang dan tidak mengakui hak pemerintah dan kekuasaannja sehingga tiba Naskah Linggardjati pada tahun dalam mana pemerintah Republik diakui didaerah Djawa, Sum&tera dan M adura; seterusnja negeri Belanda dan Negara Republik Indonesia berdjandji untuk kerdja sama^ atas dasar sama tinggi dan sederadjat ^ la m pembentukan Negara Indonesia Serikat ) f n9 m«d e k a dan berdaulat^ janq akan meliputi daerah Hindia Belanda dahulu seluruhnja. Suatu perdjandjian kerdja w jang okh Republik Indonesia dengan keadaan terdjep j. hanja dirasakan sebagai paksaan belaka kepada ^ css kemerdekaan jang akan i. f-rmqn1 a dalam perdjuangan nasioi?a, S Renublik tjepat sekali Kedalam kita m elihatbahw a rakjat, mengedjar kelambatannja D iuga perindustrian mendjaga kesehatan rakjat dsb. Ujuga P ^ sangat diperhatikan. walaupun se9ala fa ) ^ djadi dalam keadaan ^ ^ ^ djuga meruntuhngan dari pihak Belanda j g terserang penjakit kan Republik. jang dan d a! ^ r an gse aiiknja korupsi dan kekatjauan. ^ J u k mendjaoleh bangsa Belanda d j a" demikian Dr. van lankan aksi polis.cmlnj akan_ kekatjauan dan M ook pada tahun 194/ blik tidak bertenaga korupsi im jang menj Linqqardjati. Pun djuga untuk memenuhi n*s mendapat alasannja kurangaksi polisionil JanS Uu kini bukan lagi Linggardjati lebih kepada sangkaa. ^ bukan lag, penjakit tetapi persetudjuan Kcnviie. didjadikan Sebab untuk D jepang tetapi ah ia tidak bertenaga untuk menuduh Republik banw 101

186 mengurus urusannja sendiri itu, walaupun pemberontakan komunis di M adiun 1949 dengan tjepat dipadamkan oleh tentara Republik sendiri. Sedjarah jang objektif telah membuktikan, bahwa Belanda tetap terdesak dalam m.empertahankan politik Kolomalnja ini dimuka mata internasional, sekalipun kekuatan sendjata mereka telah menghasilkan pendudukan jang lebih luas didaerah Republik, janq telah diakui sendiri oleh Belanda semula. Selandjutnja, kalau kita melihat perdjuangan bangsa hidonesia seluruhnja terhadap kolonial Belanda ini. iatilr3 \ T1 pa bangsa Indonesia untuk dipersakebangsakat i a w S a terp 3a h oleh perdjuangan adalah i... negara ini memang besar tervi A pabam golongan gaib jang berpengaruh End? Sosinl? dan PeraSaan M anusia ( D r P. jang telah <* I? 1 a aman 310). Berdjuta-djuta orang dan bangsan^aa baiekn9r rf anj <antd^ Wanja untuk negara pun lainnja. Karena n h 3geds' D )cpan9 mau' inilah m a i k a P3*131* negara dan kebangsaan dsb Sian bangsa A ustra lia, K a n a d a, A fr ik a S elatan seberang l a u T a n ^ a l m ^ e '? t.untuk berk e la h i d i' p, perang telah memanggilnja. mi ia la h, bah sifat kebangsaan jang serentak ternjata dii =9f > U J ang terpendamj kepada Derdtii«n«. f tana^ air telah memanggil mengenardtuoa t v ^ W n a ban9sa M a n d a dan tanah air9 d i n ^ r 3'53" 1383 l i inta terhadap iad,'a Spanjol, Peyantik rinj? sendiri selama pendudukan mereka menqer 1 * D,erman' ma^a m udah djuga inembimbing Indonesia k? ei! f h? r9ai sifat kebangsaan Mereka gembar-gemborka/d? kem^ rdekaannja scba9a penjerangannja terhadan t> *Propagandanja semasa dalam tindakan kt>mtt Republik, dan selandjutnja tmdakan kemihterannja tidak akan terbawa oleh 184

187 rasa bentji dan dendam terhadap bangsa Djepang, jang lalu ditudjukan kepada bangsa Indonesia >t - Vierkandt dalam..gesellschaftlehre bahwa tenaga sifat kebangsaan dalam negara.modern adalah sebagai penebus rasai sego da)am tipis dalam masjarakat moder dadat menqesoal perdjuanga.n n^uk ^ X ^ a l a m bukunja Pour mukakan pendapat D e m a r q. d j u g a mereka creer la Paix' ^ ^ ^ a n b a ^ ^ k da jang umumnja memihak p ^ beradg dalam perdjuangan kebangsaan, j _ T1k(>rcjhkan kita dari bahaja", pendapat ^ ^ K T k a U bukan tuduhan, bahwa perdjua g banqsa lain, metimbul dari perasaan ben ji taic akan s i L t i s i.. * " - a s s =» ruh besar terhadap 9 ^ * > ^ ^ n j a jang masehi dsb. mcngc? nhlv fflelawan musuhnja. meliwati batas ne9erip aki ta n. jang beragama Islam, Berdirinja negeri Fakista b d-antara Jahudi terpisah dari India. P^fa* 9, - q masih hangat untuk dan A rab dsb. adalah sangat besar itu. menundjukkan P e n g a. J L a n s i n g k a t diuraikan dalam W alaupun asal affania dengan,smg ^ uramn pasal,,asal dan kekekalmej ekat pada pengertian berikut ini akan e 1 g g0l0ngan gaib da am tentang kekuatan aga -kut2nja., Pengaruhnja terh.a Pj : L afkan kehidupan.dan kea(k a D isini tidak akan d ra a- iainnja, jang melihat nabi2 dan pembentiiik- 9 suatu barang,ang dan menerima agama bukan^ 9?erak,ang membosankan, >9 djiwa dan tubuhhidup dan jang menggetarkan

188 nja. ita akan menindjau soal ini dari sudut manusia lasa, dalam ikatan kebatinannja terhadap agama ini, Se^ ^!}n *ka^an tampaknja sebagai sifat meniru sadja dan jang mendapat kekekalannja hanja karena telah mendjadi adat golongan itu. enjelidikan menjatakan, bahwa agama hanja terdapat pada manusia sadja, dan tidak pada dunia hewan. xapat? elepaskan diri dari pengaruh alam d t c lt l a - La'\ df ipada manusia Jang berfikir, jang alam f n" an? rkan serta dapat raengerti alam diluar suatu n r9a a9ama sangat djuga bertjorak denaan Sf V 1311 manusia' ataupun sedikitnja bertalian ( I7 2 4 ll8 0 4 T nfatm^ Sia' sekalip Imanuel Kant Daam Kau dapat menjetudjui pendapat itu. ketuhanan d a^l- untuk mentjegah agar supaja soal ilmu nennpf eagamaan tidak diterangkan berdasar daerah filsafat^si',, Kant,membedakan dengan tegas keaqamaan i,9 c-i r S3r ^ mu daripada daerah dasar fikiran c\a ^ f^at meliputi pengetahuan berdaesh k e a m a t W * * 3" rasa ** kenjataan, dan indra itu iana t a ^? 11^ sega*a apa ian9 diluar rabaan demikian, s e k a l i df pat didasaa a n ilm u. W alaupun njata seb'aaai da^ ** -i dapat didasarkan pada jang hadapi suatu f t itu' dala a9a">a ^ a «9' Pertjaan Ta aneh kaii- suatu ke' diluar u r 4 n a w m f 3 ^.,e l? li tentang susunan alam djiwa, kehidupan sesudah13' ^ e,n9ertian tentang Tuhan. soal ilmu pula hnlra matl dst. itu sama sekali bukan rasa berdasar rahaan S j dapat dibuktikan dengan Pun begitu, demikian^ka karan9 an9 njata* -W a la.u*: arti janq tertentn A i seterusnja, ia mempunjai dalam kesusilaan dsb3"31 tmdakan kita- memberi arfcl filsafat, kesusilaaitd? ltj*?mpur' adukan dengan Ilmu, hati sanubari mamic- S i, mendapat bibitnja dalam nubar, manusia.sebagai suatu fntuisi. suatu ikatan

189 dengan Ketuhanan, suatu asal jang melah.rkan 1sepertj Jaan k epada suatu hal jang tak dapat^dmra.kan semua nja dalam suatu pertalian jang kekal dengan dj.wa alam iann mutlalc. denqan lu h a n. "'tentang9 ^ t j t j a ^ agama selandjutnja menjatakan ba Jnkan oieh Tuhan terletak dalam wahju J > S dan sikap manusia dengan perantaraan rasu ] ' Dalam tinqkatan terhadap wahju itu ialah m e m p e r ^ a, D a l a m ^ agama jang masih atau tanda* dalam keadaan alam a u diterima dengan jang adjaib jang dapat. 1 kadang* djuga akal dan perasaan, ke J takan berderadjat lebih terlihat dalam agama- jang tinqqi.. _ Kaik Kristen, Islam. Bagi orang jang beragam * a](an kebenaran Buddha maupun ^ su(jah bukan soal lagi, dan agama dan adanja Tuh dengan merasakannja kejakinan mendjadi maki 91mcmpersatukannja djiwa susunan alam jang ter susunan itu. Kenjataan dan rasa keagamaannj J:uuktikan dengan: adanja Tuhan antara lair* d b" da J alnja. 1. tertjiptanja alam ) g dengan keten- 2. teratur dan tersusunnja alam tuan ad an ja jang mengatur. baik dan tertjela, 3-? adantasp e n ^ u n hukum jang mutlak dsb. menundjukkan adanja penj diterangkan A danja bermatjam-m^jam ag kan wahju itu dengan alasan, bahwa Tuhan m o[eh ka a dengan berbagai-bag! anja wahju itu satu manusia berlainan tjar kar untuk mengatakan s a m a la in. S e la n d ju tn ja a d a la h ^ ^ m a n a jang salah^ agama jang mana ja g ^ita melihat kep U ntuk memastikan.tu je b ^ ^ dikehendakinja,.jang tudjuan dan hasil p

190 dari sudut sosiologi akan dipandang terpudji djika mempertanggungkan kebebasan berfikir dan menghir3sa ta^ ut dan bimbang dalam menghadapi kehidupan, dan menghindarkan segala rasa kebentjian dan permusuhan dalam masjarakat. Disini umpamanja tampak djuga ketinggian deradjat agama slam dengan kewadjiban pada segala pengikutnja untuk mempertjajai segala rasul dan nabi Allah ^, M uham inad, termasuk djuga nabi Isa, n 1 1 Uj & beserta w ahju2 jang disampaikan oleh On"? 3 Perbedaan satu sama lain (al It t n ' a? dan sebaliknja akan memperlihat- I i hanj a9ama apapun sadja djika mempeladjarkan tjelaan dan hinaan terhadap agam a lain. padaenpetqikuta2nimek9abaiikan pen9aruh agama ini kejang mengmgbatin dalam 3n menerangkan adanja pertalian Freud (i7 5 6 l3?9m3ac tu atas dasar J 9 ^. Sigmund agama adalah umpamanja. berpendapat bahwa dan diuaa t i 3931 w udjud keinginan dan hasrat. golongan F e u e r b a c h Sebag3i f * dasar ketakutan t u ^ en9!ra- bahwa keagamaan berdapat dikalahka?rhadap kekuatan alam, jang dikira pun d e m fk"! u!,n9an tfadakan keagamaan. Walaugolongan iana dasar, P ^ M i k a n ilmu sekalipun djuga9menqhadanen91(n9kf ri adan>a T uha" ini masih hingga ternaksa pet ndjuk2 berdasar kenjataan, se' kin?9dal»pakrburnn9,akui adanja T uhan itu' SekaliPUn Hukum alam, kebenaran a l, Umpamania dengan nama- Kekekalan r > * i- Jang'm utlak, idee dsb. gaib, diuraikan baqai>naaiam a ama sebagai 9ol n9a*j tumbuhnja, tetap akan hr,uga tentan9 asf L taan jana dalam n l a djalan sebagai suatu kenja begitu sadja. pelad>aran sosiologi tak boleh diabaikafl 188

191 f. /. v-iudi. A dat. A dat sebagai hasil kehendak kolektif dari golongan memouniai djuqa sifat normatif, ialah sifat jang meng ikat^ karena seolah-olah ada hukumar sesuatu pelanggaran, walaupun hu u d t p djadi alasan pertama untuk memenuhi suatu adat Pu djuga hukuman ini tidak pernah tertuhs sebaga, dapat dalam buku hukum, negara. m ndiadi golongan dan keturunan seterusnja. g. Kesusilaan, achlak atau moral. ', Kesusilaan mengikat an99 U^ h9 iongan, dan menpak terdjang jang diha ^ ndiharapkan. Sifat normatif djauhi segala apa jang sebaqai penonton jang ini dipertahakan oleh go 9. a dan memutuskan E r s S S & i r s. S ' S antj'am, keamanan orang am. (a) Kesusilaan-semut. ^ semut, dimana K i t a mengenai golongan mengena terhadap a n g g a u t a S n j a kesusdaan t ^ P., ^ T ha_ sendiri, dan kesusilaan ter ersifat persatuan dan dap anggauta2nja sendm terhadap dunia luar ia persaudaraan jang kcl*? -.-erang. Kesusilaan jang b&rsifat mengantjam qolongan sendiri, kesus - hanja memikirkan se a ^ sematjam ini selan j laan jang b e r s i f a t perseo 9 ialisme dan>kolonja kita kenal dalan> ^ t e T n t u n g a n dan keka.aan nialisme. dimana

192 golongan sendiri jang diperhatikan. Dalam dunia politik sifat sematjam ini kita kenal sebagai: (b) Kesusilaan-kekuasaan. Kesusilaan atau kesusilaan-kekuasaan sebagai kesusilaan politik sebenarnja bukanlah peradaban jang artinja jang kita maksudkan sebagai hasil kehidupan bersama. M aka dari itu peradaban kekuasaan mi ^ebih banjak terasa sebagai kesusilaan penjelenggara,' disini berupa seorang diplomat, duta, politikus. djenderal dsb. terhadap luar negeri. Tetapi melihat pengaruh peradaban-kekuasaan dan sebagainja terhadap anggauta golongan umumnja. tidak dapat dikatakan melainkan kenjataan, bahwa achlak iau me,lputl Perasaan seluruh golongan. Karena siapakah n ^?H W P\ ^ en^an9kal- bahwa oleh karena kekuasaan banana V ne9eti djadjahan, atau terhadap negeri dat;fn I- U 1 r w a r n a Pa d a u m u m n ja, ja n g la lu m end a ta n g k a n p e ra s a a n k e le b ih a n te r h a d a p p e n d u d u k asli, serfn9 (c) kesusilaan-golongan. d a l ^ T a ^ ".9?lon9ai? ini. ialah peradaban jang asli Sebaqai'kesuS l 091-S ai Jang diuraikan diatas tadi. n g a n fu n g t j i t a ^ r e r r k 56 9 d im tik a n «^ - o l a h nja ia a d a k l I Pe"- kema siaan. Dalam arti sebenar- angan2 M ud b e ta UP ^ gan. hasil tjita2 dan lo n q a n sehaffn' m a JHn9 d ip e r ta h a n k a n o le h go" - f nal s'ebagai kesu^taan*8 S!aan' kekuasaan, jang terke' kita mengenai kesusilaanjolongan-penjelenggara maka laan-golongan-penonton 9 0,19311 tal sebagai kes S ' dalam hal ini kita melihat suatu kerdja sama. 190

193 suatu proses pengaruh-mempengaruh. antara dua kesu silaan ini. Antara lain kita melihat bahwa kekuasaan janq terdapat dengan kesusilaan-kekuasaan terhad p dunia luar oleh dan didalam golongan dengan kesusilaan-golongannja D ju g a ^to u ^ zaman perang kita sering me. neniesebagai penonton menetapkan siasa, jankan perang lenggara dimedan perang dalam m J Denonton itu kekuasaannja, sekalipun golongan s^ 9^ apke.3 ndigaris belum pernah melihat medan ^ belakang seringkali mene ap an datanqkan persedan perang, sehingga scrj^9 ** tentara sebagai kita Hsihan paham d iantara ra 1 dunja kesatu di Djerman kenal terutama pada per g da]am ang dan Rusia dan jang d,uga t.dak asing dunia kedua. A. Pedbahasa. sembojan, * 6. karena D ju g a peribahasa, semboja, sesuatu paham benilangnja dalam d ^ sudkan. Karena kata itu terhadap tudjuan jaing <\ dan jang berkali* jang tepat, jang berisi dan_tadj ^ d a tkan diulangi itu dia bersifat no>m ^ p cribahasa, djuga dalam adat, Peradaba : * 9endapat lcegemarannja sembojan dan sediat)am",l bangsaan baik dalam waktu dalam meningkatnja rasa ^ b a n g da]am keadaan Pembangunan jan9 masa perdjuangan umum bahaja perang ataupun dalam m ^, nja. Gerakan keban9sa pengaruh jang mema. J tak sedikit mem,pc,f9 anqgauta2nja. Dalam arak an daripadanja terhadap angg' a(;aupun menjambut demonstrasi» entan9 C a n g k a n sembojan dan pensuatu kedjadian jang ukkan guna dan penga _ bahasa sering en a ' t qgambarkan rasa menjerah. Peribahasa umumnj nasibnja dsb. se menerima keadaan ^

194 sembojan sering berapi mengadjak kepada perobahan, tindakan, revolusi dan sematjamnja. i. N janjian Kebangsaan. N janjian kebangsaan bersifat normatif, jang ta' kurang kuatnja daripada arti negara, agama, adat dan lainnja jang telah kita kenal itu. T iap negara mempunjai njanjian kebangsaannja jang mengandung tjita2 Ifg luhtir, mengandung djuga djasa2 kebangsaan sedjak dahulu kala, untuk selandjutnja diserahkan kepada (keturunan) kebangsaan itu 'sebagai milik kebangsaan. Tiap njanjian mendatangkan rasa terharu kepada anggauta kebangsaan itu, dan menjanjikannja itu tidak lain melainkan disertai dengan rasa hormat dan taatnja. belanda mengenai..w ilhelm us, Perantjis la Marseillais e Inggeris God save the K ing dan demikian selandjutnja, jang dinjanjikan dimana ada golongan kebangsaan itu hidup, terutama dinegeri asing, dimana dalam n^ gsaan Iebih2 terasa meluasnja dan men- «?,U^aj ban9saj!ndonesia mengenai njanjian kebang" saan " n n*sia Raja dimana terdengar tjita2 kebang*; sekliiu!. U j j m i f 3311 dan Persatuan. Njanjian in* banoqa lambang persatuan dan kemerdekaan pe S aan I h diperdengarkan dalam tiap2 banosa T H?Sau nj ian9 r Srai diseluruh dunia dim ana bangsa Indonesia hidup bersama. / Ga/a dalam kesenian. m e n u m su ai3 Btijl J'an9 tertentu dalam kesenian lannja dalam T atau aliran JanS diakui keungg"' Gaja menoikaf ^ 1 j men9andung unsur jang normati. salah satu modpl Qpa? suatu bentuk ataupun matjainseolah-olah u tuk memenuhi sjarat kesenian. jan9 tiada qaia isu3tu aturan hukum-seni dcnf*2 9 ) mendatangkan suatu hasil jang seolah-olak 192

195 ja ^ ^ ti^ ^ e ru ^u stf^ib a ra rsu a t^m a s la ra k a rja n g ^a^a u ang tidak terusub neraturan hukumnja. karena tiada peradaban P, qaib umumnjas t a t di«?b mem' pertahankan kekekalan itu terdjad, dengan. (a) rasionil artin>a ^ ^ M ^ i r i mudah diketahui. leknja, dimana proses melaraskan <a seo,ah. olah untuk " sifat sosial jang melambatkan.. seba. D juga dalam olah raga ^ en^ ukul bola tennis i r, 1 5 " ^ " " s / s golongan dan satu sama lain, k. Lapisan. ^ rk ka sering terdengar D alam uraian ; / : r s» - ^ r s " b T baqian dalam as>a' a! t sukar untuk menundjukkan Sebenarnja adalah amat sebab paham dengan tegas..sesua'l p d paham golongan tida laoisan ini lain pu'a danpaa;a p ditundjukkan I S kepada UmUmn a dengan tertentu. menundjukkan-

196 (1) keadaan senasib. Dengan paham ini kita mengenal lapisan jang terendah, j,i. lapisan pengemis. lapisan rakjat djembel dsb. (2) persamaan batin ataupun kepandaian: lapisan terpeladjar dsb. L a p is a n ini meliputi djum lah j a n g lu a s, s e h in g g a apa juga dikatakan bahwa masjarakat ini terdiri dari e erapa apisan. Tiap2 anggauta lapisan merasa bahwa am anggauta masjarakat termasuk dalam salah suatu f c n S T * turunan Pekerdjaan d e ^ o a n h1 J,apisan ini dap «dipersamakan terpelad9ar d fb n 3 ^ ngan: Q ^ongan tani, kalangan GOLONGAN BERUPA LENTJANA, PANDJI, DSB. agama, k T m p r^e n tara ^b 111^ ; ^ ^ 11, 9 lon9an' paham' ruhnja terhadap p e n q fk u is ^ 1193/ esar Sekali Pf ngb: lebih mendalam nula i bahkan pengaruh mi sendiri. Beribu bahlr vpaj a pen9aruh golongan itu ke1iuta >'a" 9 ] eiah djunq tinqoi afanm, keluarganja untuk mendjunlit ja 3n a ^ a P - ^,a benden, pandji atau jang telah sobeka dan tidak h f*amn) a: Sepotong kain sebatanq tiana af-an u_ i berharga diikatkan kepada merah putih biru, putih Hp U',ren5 warna merah putih, telah mengadjak dan ^ undaran merah ditengah, kepada pengorbanan ans9autania untuk tanah air dsb i ah air berdjuang sabit dan bintanq ' dia^a n9 hid)au dengan bulan Islam hingga k ^ 0^ a?, teiah n u n tu n tentara diikat berupa palanotelah dj * - dua bat m9 kai jang meneguhkan penqikut ^ " ^ f 3 a9am * KriSte tahan udji dalam seoala r, j dalam persatuan jang am segala penderitaan terutama dibawah 1O/f

197 tuntunan dan siksaan radja Rum dsb. dan dalam usaha memperluaskan agama ini selandjutnja. Lentjana suatu perkumpulan atau paham mendjadi ientjana persatuan jang kekal antara anggauta nja itu. Suatu kompi tentara dimedan perang jang kehilangan pandji2nja mudah bingung dan kehilangan persatuannja sehingga ta' dapat lama menghadapi serangan musuh. Sebaliknja suatu kompi walaupun telah ber )erai herai karena serangan musuh, masih dapat pula dipersatukan dan diperkuatkan bgtinnja dibawah pandji p u d, a s e b a g a. d ^ a * P ^ b e n d e r a H in o m a r u u m p a m a n j a a r t i p o J m e m p u n ja i pengm asih b e r b e d - P otret m J u hormatan sadja bukan F... tau bendera. jang terdapat dalam sering melihat Dalam kehidupan sehari hiran dsb jang tidak upatjara P ^ T ^ a W u ^ t i a r a ^ jang bersifat lentjana. Iuput dari tanda- atau tja ^ 9 ^ ^ kjta ing D ju g a dalam <io " gen? melambangkan tjita* SIkap melihat gambaran- Jfng klta dapat ksatria. keadilan, e e a pengarang dongengan menjaksikan betapa p J ^ tata hidup nenek it u u n t u k ffle P h ^ * a o le h m a n u s ia z a m a n s e k a r a n g m o ia n g ja n g l u h u r ja a m a s ih p a n t a s u n t u k d u k u. k it a m e lih a t d u a T e r t a m a * - ^ 1 ^ m a t ja m p o k o k fl b a r k a n b e n t u k s u a tu a. p a t u n g, t ja n d, cisk m g g ^ g a ib d e n g a n dewa, atau menggambar a

198 maksud untuk lebih mendekati kepada kedewaan dan kepertjajaan itu. b. tata tjara keagamaan, menurut tjara2 seorang nabi atau pembentuk agama atau kepertjajaan itu, jang bagi pengikut2nja berarti untuk lebih mendekati tjita^ agama jang dimaksudkan itu. 196

199 BAB IX - B E B E R A P A P E N JA K IT M A S JA R A K A T Dimuka telah diuraikan tentang proses jang menghantjurkan persatuan dalam golongan, proses mana sebenarnja ditindjau dari sudut tenaga ^,ara k at ang = S r t =. 3 S S 3? r. i H S 2 1. KEDIAHATAN. Kedjahatan adalah mengadjak perbaikan kebahagiaan golongan. mendatangkan keam anan dan k b ^ g karunja per. Um um nja manusia dilahir mempert,m. timbangan, suatu rasa p 9 -ang buruk. Jang djelek bangkan apa jang bai e]a dan jang mengantjam ialah segala apa lan9... bersama, jang baik ialah persatuan atau keamanan hidup menjuburkan atau sedi- segala apa jang terpuj n 1 u keamanan. Berdasar pada kitnja jang tidak 9 0 ^ 9 ^, hukum adat sebagai rasa pengetahuan >n> ak untuk menghukum segala pendapat golongan beics.jam. adat mana da am r.,, z!» 1

200 ngan m adjunja masjarakat bertambah djuga peraturan* S m;-usf m99,a kadan92 tindakan jang dahulunja tidak dihukum, kmi terlihat sebagai suatu pelanggaran j '? Un b]ei,un? dapat dikatakan kedjahatan. W alaupun demikian oleh karena kewadjiban masjarakat jang mefcarl mi penambahan peraturan2 tidak dapat ditjegah, S T r a n? 9^ ; -? 1311 b a W a den9an bertambahnja baik wpla 1 U' ^ d u p a n dan keamanan bertambah itu bertambah1 P e r a t ^ l a b ^ fpeian" ar2 Peraturan diawaci A* t- n hntas umpamanja, jang I X m o t 83 f m 9kin ban)ak membawa pengekeselamatan 6rJan9l'ap, tetapi dengan demikian S ; X bagi penduduk ***«)an^ s e s u n ^ A elan9-9ar,an; itu kita meliha kedjahatan ita d i f e ',A ked).ahf tan terhadap hak* manudiri. hak terhadap" S a t a n t d h'dup' i f j,membela agama dll. Disini adalah 1, a u**1 Pendidikan. dan melindunqi hak9 ini a ^ewadjiban masjarakat untuk oleh a n g g ^ t a U ^ den9an pe* uh keleluasaan terhadan h*v2 iltu se9aia antjam an dan jang diahatan. sederhana. b a ^ X f S a Jarakat» f a t Pjang -dsb- m adju maupun ^ a. Sebab2nja. mengetahui sebab ke ^L hatantaited h fjid,alankan untuk * * t e n t a ^ e t b " k? : ^ perseorangan p e n d ja h a M t^ kesehatan, watak dan fikirann'ja,3ng terdapat dalam sedjarahnja 198 (b) se6a6 jang objectif ialah jang terdapat diluar

201 perseorangan pendjahat itu: pendidikan, keadaan rumah tangga dan segala apa lainnja jang mengehlmgi 1a dan lahir hingga wafatnja. ad (a) Diantara sebab2 subjektif dalam kedjahatan kita boleh menjebutkan pertama, se9al,a..in1at,am.9^ - quan fikiran, jang oleh sebagian achli knmmmolog karena kehilangan anggapan djahac tcrn*<tap itu *. i t. k a la u k ita m e lih a t Pun selandjutnja a a sebab -ang suka minum tuak ini 9 Islam sangat disubjektif, mengurangi tjela, karena d 9 u ^ hadap rasa tentang baik dan penahan nafsunja,, fjkiran,segaia keberanian dan i :» t ' * ' objektif jang terpent'1* ^ 2 jang menetapkan kelak keluarga ini terdjadi pengaruh ^ 9 mendjadi d asa sifat dan watak anak- ka h2 ini a.l. ialah. sebagai anggauta kesenangan, kesehatan penghasilan, makanan, tangga Umumn,a jang pun djuga pendjagaan r ^ persatuan dan baik atau tertjela; keadaan ^ da]am rumah kekuasaannja. Jang J ang miskin ^ la h rasa ^ jang kaja, maupun rumah «fflatjam kett)ahatan. agamaan jang mernjey ^

202 Selandjutnja adalah tetangga, persahabatan dan per- kedjahatainn,a *a 9 men,ebabkan djauh atau datangnja b. Tindakan memperbaiki. Masjarakat menghukum dengan denda, pendjara. an juga.dengan hukum mati terhadap kedjahatan, hukuman mana berkurang kerasnja dengan melangkahnja masjarakat kepada kemadjuan. mumn)a masjarakat modern ini dianggap telah mengalami empat tingkatan terhadap djatuhnja hukum, j.i.: dpnn^^l-.^ ^ k a ta n Perbalasan jang sama beratnja dengan kedjahatan jang telah didjalankan itu. m e n tie n ^ t n pka.tf n represi dengan maksud untuk dikerdiaka? andjutnja supaja kedjahatan itu tidak ini seolah" 1 t 9Ij J?ra 9 lain- Pengaruh hukuman dtannan L 3 dltudjukan terhadap masjarakat agar ajangan melanggar peraturan itu. perbaiki datam^3* 311 re* rniasi ialah tingkatan memrehabilitasi d im a ^ a ^, aran9 ini- umum disebutkan diperingati' supaia aturan itu dihukum dan kesempatan selai^h ^ a 9ai^ berbuat demikian pula, dan iang baik dikem udiav rannfa6 dap3t HidUP ian9 bersifat prevenhf1 Sebeluf n a- tingkatan pendjahat melainkan m*>l- j an bersifat menghukum sampai dilanggar atau dia'ann*91,mas arakat a 3ar tidak djuga seqala ana ; n 99u >dengan menghilangkan usah diutaikan nula h Km to'eb?bkan kedjahatan. Tidak bersifat preventif t e r h a d ^ % ladjaran agama terutama dengan mudah djuga danat T k^d jahatan- sehingga peladjaran agam.a mendiahi j atakan bahwa dimana kedjahatan sangat b e r k ir a n n ^ kehidupan m asjarakat erkurang dan sangat tipisnja.

203 2. k e m is k i n a n. K em iskinan sangat penting sekali sebagai soal masjarakat, hingga pantas sekali kalau beberapa ahli sosiologi jang xnenjukai kemadjuan berpendapat bahwa m enghilangkan kemiskinan dari masjarakat adalah tu d ju an segala usaha kesosialan. Selandjutnja banjak sekali dipersoalkan tentang kem iskinan ini, jaitu:. o f Population ^ adalah seorang ekonoom- T hom as Robert berpendapat bahwa penduduk politikus l n a V e r ' \ l T L <0 u n djuga penduduk negeri* Inggeris pada w a ^ J C n u i u t d L t- u k u r sedang- L t h a ^ r p X d lk s i bertambah menurut deret-h.tung ialah sebagai b e rikut 16 32, 64 dsb. tam bah penduduk. 1, A ^ ^ 6 7 dsb. tambah hasil Pr0^ ^ ' raduduk jang keras ini O leh karena bertambah ^ P duksi tidak menusedangkan bertambalmi3 h P kekbihan penduduk rutinja maka past, d ^ a h ^ mendatangkan kem.sk m a)a_p e ta k a, b a n d jir, penjakit M a i thus ialah Peranj ^ dj di imbangan terhadap kelemenular dsb selalu men j M betpendapat. bihan penduduk mi- ScUn J 1 ^ fc ^ men, M a lth tetapj pengikutnja, t P f e ^ n j a 'b a n j a k 'i u g a )an9 -

204 nentang dan membuktikan bahwa teori itu berarti..pembunuhan bangsa. Selandutnja golongan jang menentang teori M althus ini mengatakan, bahwa tiada enar kalau dikatakan bahwa tambahnja bahan makanan dan hasil produksi tidak bersamaan naiknja dengan bertambahnja penduduk. Karena dengan bertambahnja mesin dan tjara produksi baru, pembukaan tanah, pemakaian rabuk jang melipat-gandakan hasil bumi dan ebagainja dapatlah kiranja mentjukupi segala kebul afn ^ ahf n P duduk' ^ a l sadja pembagian jang i didjalankan. Selandjutnja pengendalian kelahiran dan D r F W T*?? kesehatan D r Sutherland nia cor) i ay l r ) bagi kebangsaan dan keturunan- jang demfcian" n*ai1 a93ma menghukum tindakan d a k iatambeal T 1? M al,thus ini tidak dapat disetudjui p e n d u d u r s X g a t S ^ ^ bajarannia untuk np-t tidak tjukup mendapat Hidup s e l " Pe,kerd!aa ia sehingga ia tak dapat sebenarnia untuk hi manusia- Keuntungan jang T e n ta n ^ L la h b,ambil leh ka^ ka^italis. han dimukalebih S f f i t k e m i s t i ^ ta atj ^ f ebab ^ k a t t id a k b e r aa n q q u n a a Ha / a m u t e r h a d a p m a n a m a s Ja r a " b a n d jir d a n g e m p a b u m i d i n n e r! ^ e m ik ia n k i t a m e Iih a t d e m ik ia n d j u g a h u d j a n l e b a f d ^ h m e r u s a k p a n e n j a n q s e d a n s 7 M, a n 9 's a m a S ek 9 n g ada diladang, sehingga?n?

205 penduduk kehilangan bahan makanan untuk setahun lamanja. W alaupun dalam keadaan,angdem ikian m Palana Merah telah memberi pertolongan seperlunja, L m i ^ n a n umumnja mudah sekali mendjadi ak ibat,a (b) S ifa fi subjektif ialah jang terletak pada orang 2. ket>eiaka kdala^ qr auntuk bekerdja,.sehingga tidak m em ungkm kan ia 9J rnoiarat dengan demikian keluarga djatuh Djepang 3. minuman, terutama 9 mendatangkan kemis-» ' ^ " u m kar a har9a minu an 'an49 *" membuang-buang. ^ j s k i n a ^ oleh karena pengeluaran ja pakaian perkakas tidak setimpal de 9a, dipesan dan dibeli, demis r * S s i Selandjutnja Pen9a" 9 9 rena badan kurang sehat. djad. kctidak tjakapan.kie-ktif sebagai akibat sifat subjekti geiuaran perang 2 padjak jang memngkat u Pakan jatang, pu«atau untuk persediaan perang ) ^ 9 ^. pengungsi atau a a & n s R S P - ' - * - - : ;

206 Pemerintah dalam, memberantas atau mentj&gah kemiskinan ini telah mengeluarkan peraturan2nja, jang terkenal sebagai peraturan sosial, ialah peraturan jang berhadjat untuk raengangkat golongan miskin dad kemiskmannja. Peraturan terutama ditudjukan terhadap djam bekerdja, keadaan pabrik, peusiun untuk hari tua, sokongan untuk keluarga, sokongan waktu kebakaran dan ketjelakaan dan sebagainja. 3. SIFAT2 TURUNAN DAN PERBAIKANNJA. m enahflsnnr7 sosio' 9i tentu sadja menghendaki untuk kat d a l? Se93laL Sifat J 9 melemahkan masjaraoeniel^ic & r enghf? batkan kemadjuannja. Dalam. bfnatanc S k 9 te ah,dapat bahw a sifat djadi sifat t t,ang tcrpudji maupun jang tertjela men- b ihw a sfflt ^ runan' leh Sebab mana djuga fikiran runan, S e L ^ mend)adi ketumasjarakat te,. 9.km hendakiah diusahakan supaja datterdm r u t d t 3" a" 39,aU a2 jan3 sehat l a c t a t e,. fikirannja. 1 9 ian9 sering sakit dan lemah cm perh^a^krae^tan^d1 hldup ran9 harus baik agar supaja mendaoaf * f runan Jan9 dan baik pula. Sekirania keturunan jang sehat terpudji dalam mata L s T h a t ^ V ^ V kurang walaupun tiinta con,- ehatan hendaknja didjauhkan, dalam menentukan l a ^ memp ^ ihatkan kekuasaannja D i s a ^ i n ^ t : ^! ; ; 9 :9; 0 ak^ a 'P-kawinan. lainnja mengenai kedjahaten I n Penielidikai\2 mengetahui hinaaa Him kemiskinan dsb. dan untuk b u n d l menundjukkan ^eno t * ke UrUnan dari a*ah' dikan Gregor Johann M e n d e ^ f e? keturunan ini jang banjak d ih ii^ i? * tentang soal atau penjelidikan s e te ru sn ia ih. C peiad>aran ) itu. D alam penjelidikan 204

207 keturunan tumbuh2an Mendel sampai pada suatu hukum. janq dinamai hukum Mendel tentang keturunan jang berobah, hukum mana dipandang berlaku untuk segala machluk mengenai sifat2 keturunannja. Hukum Mendel terdiri dari 3 dasar: fidak ter'an?ung pada sifat* kesatuan jang lam. 0 Dalam keturunan jang kedua dari pertjampuran i J masihterd'apat d «pertama, walaupun jang m^nu^u. terdapat pada kesatuan jang manapun djuga, jang terdapa keturunan jang kesatu. 3. Dalam keturunan jan,>k^ n " i d a k dan terdapat da,amberba9a1' D alam pertjampu f f O i iemah dikalahkan, dan -bibi a 'au Sifat pad* dimumkan pada -alma Teori Mendel ini walaupun ^ untuk 1866 baru diketemakan tahuan> dan telah mendipergunakan bag._ ilmu p 9 ^ d _ A ik SeUtan. diadi dasar penjelidikan dunia kedua. Rusi Swedia, Djerman sebelu kebangsaan jang bajk dsb. untuk memadjuka,.hara> walaupun kini pa < dengan keturunan jang P

208 umumnja telah diutarakan pengertian, bahwa sifat2 manusia terlebih banjak ditetapkan oleh lingkungan kehidupannja. 4. T ID A K S E M P U R N A F IK IR A N D A N G IL A. Tidak 'sempurna fikiran terdapat dengan kelahiran, j.i. karena salah suatu kekurangan dalam tumbuhnja o a, se angkan gila terdapat dalam fikiran seseorang jang asalnja biasa. baik dalam kesehatan badan maupun lf.> i -3*- i ke^ambatan 'sosial oleh karena penjatmali111 e f i anj sekali diuraikan, pun djuga tentang saha untuk mengurangi keadaan ini telah dibentangr a n ^ n T T uraian tentan9 kemiskinan, keku- T "? S1[a t g u n m a n dan sebagainja. peniakif e.m.c^ nfa te^a^ mendjamin mereka jang ditimpa o r a n S i t H T SUa,tU tempat >an S tertentu dim ana ntd?a an, n 1PeKhara den<!an baik2' B ukan lagi mereka telah kems T a 9ai m ereka jang harus dib e ntji karena >"e bav,a orang tidak lekas m e n q a la h k A * J, sf hm 3ga setan untuk lalu kehilanga ajhl 3,3 " a 206

209 SEDIKIT PEMANDANGAN TERHADAP KESOSIALAN. ngerdjakan kesos'alan tid 9 Umpamanja sadja mereka akan berhasil dalam. bagi kita merupadalam sedjarah Flore n e e ^ 9 ^ wafctu ;tu perang kan jang tjontoh jang P ribuan bangsa Inggeris Krim sedang selatan. Orang"- Inggens telah mati atau luka di Russimendengar mereka sangat merasa terharu j( dan Florence adalah jang luka jang tidak t Pel'ha ^ kan diri untuk merasatu2nja nona jang mgm gi ke Krim dengan wati pahlawan2 Ingge ^ tindakan itu mendjadi tidak uienjangka-njangka h ki te permulaan susunan Pa g diseluruh dunia r Und& n» a ^ d a n rnlghibur terutama dalam dengan " T bentjana alam lainnja. m asa perang dan Den j,uhur R A. D juga tak akan upa kita kepa > ri lndonesia. K artinf ( , " P j ^ k u P,Van Duisterms Surat2nja jang terkump aharukan bagi pembatja da tot Licht" sungguh ^ 9 difikirkan bahwa tul.sansungguh mengherankan kalau^ 2Q tahun,ang itu berasal dari seorang 9, masjarakatnja. telah dalam2 memikirkan kea m e n d ja d i benih tersangka bahwa ^ I n d o n e s ia h i n g g a sekar»9 kem adjuan kaum wamta *. 1 mereka dan «W Han untuk seterusnja, mei p beri kemadjuan dan istiadat jang ^ 9 tuk kebahagiaan bangsa,e - p ertan ggu n g an d ja u a o ruhnja. 207

210 M ulailah kita dengan usaha untuk menjumbangkan tenaga dalam, menolong dan memperbaiki sesama manusia dalam kampung atau kalangan sendiri, atau dengan menjumbangkan tenaga dan fikiran dalam usaha bersama untuk amal. D jangan mempunjai pandangan seo ah-olah telah berdjasa dalam kesosialan, dan pula djanganiah 'sekali-kali mempergunakan usaha sosial ini untuk mentjari nama atau keuntungan sendiri. Bekerdjalah karena A llah untuk mentjapai tudjuan sosial jang dimaksudkan itu. 2 a j e9aif ke"iadiuan masjarakat ini lambat djalannja. A dat dan kebiasaan kita adalah hasil keturunan daerah Iingkungan jang telah beratus-ratus tahun merasakan pengaruhnja. Ia tidak dapat dirobah dengan S a u l t - t aiam T ktu i3n9 Sin9kat* D ian9a* *er' sosial Hal,a i Pen9^araPan dalam segala tindakan alam T w, J an9 Pendek-karena tidakkah djuga memetik b n a U? ba^wa antara menanam dan nja? harus berlangsung w aktu beberapa lamam e l d X k a t ^ Sikap sedikit rin ta a e^ f iaian jang sungguh tidak maupun dari 1 ^ ) a n Halan9annja' ^ ^ ^ untuk s e d a n l^ m if Selalu pertiaia kepada tjita^ kita ran dan kesenqsaraan d f ien9hilan9kan segala kesukapun demikian tidak ada b u S i Ienian dari i bukti bahwa kesukaran itu akan Masjarakat s o r q a ttd a ^ k r 13!1 Inanusia ini berdjalan. kalai kesukaran9> n t ^ didulnia ini karef jang baru telah i J dapat diberantas, maka segala agama ini telah A t memberi tuntunan P t.nja- p ertjajalah bahwa T u h a n a manusia.dalam m,enghadapi

211 seqala kesukaran dunia. Pun djuga dengan demikian dengan tunduk kepada perintah Allah dan berbuat baik kepada manusia pastilah bahwa kesukaran hidup, walaupun tidak lalu dihilangkan, akan ringan dirasakan se^ hinqga rasa bahagia mudah terdapat dalam batin. Berfikir bekerdja dan madjulah untuk mengikuti panggilan masjarakat dan zaman, tetapi djuga beragamalah, berbaktilah kepada Allah dan kepada rasa aman dan tenteram dalam hati sanubari kita dl?*n9 ^ 9 pcrgolakan zaman betapa djugapun dahsjat adanja. 209 i

212 PUSTAKA SARDJANA 1. H aro ld J. Laski Pengantar Ilm u Politika T jetakan kedua, 105 hal. 2. A. J. Wisse Keuangan Negara K ata pengantar dari: M r Sjafruddin Prawiranegara. Bahasa Indonesia dari: Parlindungan Tarip. Tjetakan ke hal. 3. J. B. Bury Sedjarah Kemerdekaan Berfikir Terdjemahan: L. M. Sitorus. 232 hal. 4. Prof. D r J. P. van Aartsen Ilm u Bumi Ekonomi Bahasa Indonesia dari: Adnan Sjamni. Tjetakan kedua. 171 hal. 5. Singgih Praptodihardjo Sendi-sendi H ukum Tanah di- Indonesia. Tjetakan ketiga. 152 hal. 6. Prof. D r P. J. Boum an Ilm u Masjarakat Umum Terdjemahan: Sujono. Tjetakan ketiga 147 hal. 7 Prof. M r W. A. Bonger Masalah-masalah Demokrasi Terdjemahan: L. M. Sitorus. 248 hal. 8. Hassan Shadily Sosiologi Untuk Masjarakat Indonesia Tjetakan kedua. 212 hal. 9. Prof. D r A. Tceuw Pokok dan Tokoh Dalam Kesusasteraan Indonesia Baru. Bahasa Indonesia -dari: Angku Raihul i Am ar gelar r w.. t Datuk Besar. Tjetakan kedua. 253 hal. 10 B ertrand Russell Kekuasaan dan Individu. T erdjem ahan: K am aruzzam an. 127 hal. 11. M r J. Bierens de H aan Sosiologi. Perkembangan dan Metode. Terdjemahan: Adnan Sjarpni. 200 hal. 12. Prof. M r D r J. Barents Ilm u Politika. Suatu perkenalan lapangan. Terdjemahan: L. M. Sitorus. 160 hal. 13. M r M. V. Polak Ichtisar hukum tatanegara U n i Amerika Serikat.,. Terdjemahan: M r Soedjono Hardjosoediro. 210 hal.

213 PER PU ST A K lm PAKDIiTAS-- EKONOMI UNIV ERSISAS INDONESIA \6 Tgl'- K e m b a li j r h a y n J 2 S E P 1589 * s a c ra * '- 3 OCT C m 8 OCT 1988 I 6 JAM 1390 ^ 9 HQV 138ft t h DEC 1988?8 OCT 1991 & 6 OEc in 2 3 DEC ' I 9 J&N 19B9 1 5

214 PENGARANG s h «d l l y, H asan JUDUL. TGL.. KEMBALI [ NAMA PEMINJAM / MHS. I DAN NO. MHS. I : SHA s Hasssff* S h a d ily SO SIO LO G I UNTUK MASJAMCAP S INDONESIA.

215 Perpustakaan Ul

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 Berita Negara RI No... Tahun 1950 PENGADJARAN. Peraturan tentang dasar pendidikan dan pengadjaran disekolah. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:bahwa perlu ditetapkan

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITEIT GADJAH MADA Peraturan tentang Universiteit Gadjah Mada. Menimbang : bahwa perlu mengadakan peraturan tentang Universitit Negeri

Lebih terperinci

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 Harian Rakjat Djum at, 30 Oktober 1964 Para Sdr. Kuliah

Lebih terperinci

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 12/1968 30 Agustus 1968 No. 1/DPRD.GR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa 1 Maka barang jang sudah ada daripada mulanja, barang jang telah kami dengar, barang jang telah kami tampak dengan mata kami, barang jang telah kami

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 180 TAHUN 1953 TENTANG PERATURAN TENTANG PEMERIKSAAN-KAS PADA PARA BENDAHARAWAN JANG MENERIMA UANG UNTUK DIPERTANGGUNG DJAWABKAN DARI KANTOR-KANTOR PUSAT PERBENDAHARAAN OLEH PARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Status : Mendjadi UU No.3 Th.1951 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mengawasi berlakunja Undang-undang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam penjelesaian Revolusi Indonesia

Lebih terperinci

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Menurut surat undangan jang diedarkan, maka tugas jang harus saja pikul hari ini, ialah: membitjarakan Kedudukan sastra dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 25/1963. 8 Djuni 1963. No. 12/DPRD/1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) NO. 7/1963 27 Pebruari 1963 No. : 6/DPRD-GR/1962,- Keputusan :Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat II Buleleng

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9 tahun 1969 24 Pebruari 1969 No. 1/DPRDGR/67. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des.1952. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun 1952. TENTANG PEMADAM API DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 5 tahun 1969 27 Pebruari 1969 No. : 6/Kep/D.P.R.D.G.R./1968 Keputusan : Dewan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Djembana Tanggal

Lebih terperinci

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi Sumber : Aneka No. 25/VIII/1957 Berikut ini dihidangkan buat para pembatja Aneka sebuah naskah jang tadinja adalah prasarana jang di utjapkan oleh sdr. Asrul Sani dalam diskusi besar masalah sensor, diselenggarakan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil

Lebih terperinci

M * H A m m A» H A T T a

M * H A m m A» H A T T a M * H A m m A» H A T T a y '1 " %. U sjl' JttMrr / p.t. p e m b a n g u n a n d j a k a r t a 1 >< m! n ML' P F ":' jj O! r=!i ;! K.M. I' ;,/'i j A.-:. D I; P L' i:.. MENINDJ AU KOOPERASI MASALAH I: 4>

Lebih terperinci

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1 III. I. ORDONANSI PADJAK PERSEROAN 1925. Stbl. 1925 No. 319; Stbl. 1927 No. 137; Stbl. 1930 No. 134; Stbl. 1931 No. 168; Stbl. 1932 No. 196 dan 634; Stbl. 1934 No. 106 dan 535; Stbl. 1938 No. 155 dan 319;

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sebelumnya diadakan pemilihan umum perlu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 13 tahun 1970 29 April 1970 No. 2/DPRDGR/A/Per/15. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 No.10/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND Suatu tindjauan singkat oleh Dr. Dieter Bartels Karangan ini adalah berdasarkan penelitian anthropologis jang dilaksanakan oleh penulis selama tahun 1974-75

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. :18/1969. 2 Mei 1969 No.5/DPRD-GR/1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk daerah-daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 43 Tahun 1970 1 September 1970 No: 8/P/LK/DPRD-GR/1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 10/1963 13 April 1963 No.5 /DPRDGR/1963. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Meretapkan Peraturan

Lebih terperinci

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI

TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI k a m a r a l s ja h 1 "" r I t 1....-y. ; , ^ i * t ^ ' k. p^samo j t i r i * V L J " r i!> k /A - ^ TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI r f B. W O L

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannja

Lebih terperinci

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus

Kolose 1 Salam doa Utjapan sjukur karena iman sidang djumaat Doa rasul supaja sidang djumaat makin kenal kemuliaan Keristus Kolose 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus dengan kehendak Allah, beserta Timotius saudara kita, 2 kepada segala saudara jang sutji dan beriman didalam Keristus, jang di-kolose, turunlah

Lebih terperinci

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI!

PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! PENGUSAHA NASIONAL SWASTA, DJADILAH PENJUMBANG KONSTRUKTIF * UNTUK JPENJELESAIAN REVOLUSI! ersitas Indonesia nkultasssastra a jf Perpustakaamf 7 a :r p u xs t a k a.a n [ j^ J L T A S S A S T R \ jjfcpakxbmen

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 1 / 1966 14 Desember 1966 No. 8/D.P.R.D.G.R./1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk

Lebih terperinci

..INDONESIA" PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK

..INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK ..INDONESIA" PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK ,» >>>«& Q. 2~2>o8 >d C L < h o INDONESIA PADA PANTAI LAUTAN ATLANTIK I c\ 'b V FAK. HUK^ ^ ^ H A D IA H BAftl : ^... TOL. :... - J PERPLi^i AKAANFAk. litklmu-u

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni 1954. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1954. Tentang PERIZINAN MEMBUAT REKLAME DAN PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur

Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar. Oleh: Shohib Masykur Mendajung Antara Dua Karang: Peletakan Sebuah Dasar Oleh: Shohib Masykur (Seorang diplomat muda sederhana jang memiliki tjita-tjita besar tentang Indonesia) Dalam tulisan ini saja ingin mengulas sebuah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 27 tahun 1970 17 Djuli 1970 Keputusan : Dewan Pewakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Propinsi Bali. Tanggal : 3 Djuli 1969. Nomor

Lebih terperinci

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA Presiden Soeharto :..djangan kita silau dengan kemenangan-kemenangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, UNDANG-UNDANG REPUBLIK SERIKAT NOMOR 7 TAHUN 1950 TENTANG PERUBAHAN KONSTITUSI SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MENDJADI UNDANG- UNDANG DASAR SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Jang Berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG MENGADAKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 Presiden Soeharto :,,... pembangunan jang kita kerdjakan adalah pembangunan manusia

Lebih terperinci

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja Timotius pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus menurut firman Allah, Djuruselamat kita, dan Jesus Kristus jang mendjadi pengharapan kita, 2 datang kepada Timotius, jang sebenar-benar

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. 1 Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 6 TAHUN 1954. Tentang TAMAN PEMAKAIAN PEMELIHARAAN DAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 40, 1955. BEA-MASUK DAN BEA-KELUAR-UMUM. PEMBEBASAN. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1955, tentang peraturan pembebasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMBAHARUAN BEBERAPA HAK ATAS TANAH SERTA PEDOMAN MENGENAI TATA-TJARA KERDJA BAGI PEDJABAT-PEDJABAT JANG BERSANGKUTAN Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1968 DEPARTEMEN PENERANGAN R.I. S.A. 11 SERI AMANAT 11 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 No. 5 Tahun 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI

Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI Aneka No. 32 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (II) ASRUL SANI Djika pada kesusasteraan kesatuan-komunikasi terketjil adalah kalimat jang dibatjakan oleh kata-kata, maka pada film kesatuan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1953 TENTANG PENDJUALAN MINUMAN KERAS DAN PEMUNGUTAN PADJAK ATAS IZIN PENDJUALAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa berhubung dengan diadakannja Kementerian Peladjaran perlu menindjau kembali susunan dan lapangan pekerdjaan Kementerian Perhubungan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I KEPUTUSAN-KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL LEKRA I I Resolusi atas Lapiran Umum Setelah bersidang 5 hari lamanja dan mempertimbangkan setjara mendalam dan seksama Laporan Umum Pimpinan Pusat Lekra jang disampaikan

Lebih terperinci

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2

Tesalonika pertama 1. Tesalonika pertama 2 Tesalonika pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus dan Silwanus dan Timotius datang kepada sidang djemaat orang Tesalonika pertama jang didalam Allah, jaitu Bapa kita, dan didalam Tuhan Jesus Keristus. Turunlah

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untukk memantapkan harga beras dan mentjukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, perlu menetapkan kebidjaksanaan

Lebih terperinci

MADJALAH KRISTEN KEBANGUNAN ROCHANI A P I M E N J A L A

MADJALAH KRISTEN KEBANGUNAN ROCHANI A P I M E N J A L A MADJALAH KRISTEN KEBANGUNAN ROCHANI A P I M E N J A L A * Untuk segala aliran Geredja (Interdenominational). * Disebarkan dengan tjuma2 (Gratis). Terbit 2 {dua) bulan sekali. Diterbitkan oleh: Badan Kristen

Lebih terperinci

[MENDAJUNG ANTARA DUA KARANG]

[MENDAJUNG ANTARA DUA KARANG] PEPORA 2 MENDAJUNG ANTARA DUA KARANG (KETERANGAN PEMERINTAH DIUTJAPKAN OLEH DRS. MOHAMMAD HATTA DIMUKA SIDANG B.P.K.N.P DI DJOKJA PADA TAHUN 1948) KEMENTERIAN PENERANGAN REPUBLIK INDONESIA Shohib Masykur,

Lebih terperinci

8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC tti- SEP 2o,2

8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC tti- SEP 2o,2 ftan U.l- 2 H 8 t o i a * H, 3 1 OCT 2WI* 114 DEC 2011 tti- SEP 2o,2 CAPITA SELECTA M. NATSIR l & 7 0 CAPITA SELECTA 2 PUSTAKA PENDIS DJAKARTA Dihitnpunkan oleh : D. P. SATI ALIMIN H ak pengarang dilindungi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 22/1968 18 Nopember 1968 No. 1/SK/DPRD-GR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN GIANYAR K E P U T U S A

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924 Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan

Lebih terperinci

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu

Pilipi 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena persekutuan sidang djumaat Berita tentang keadaan rasul waktu ia terbelenggu Pilipi 1 Salam doa 1 Daripada Paulus dan Timotius, hamba-hamba Keristus Jesus, kepada segala orang sutji didalam Keristus Jesus dinegeri Pilipi, serta dengan segala pemimpin dan pembela sidang, 2 turunlah

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan. 1955. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1955. Tentang TANDA-NOMOR DAN SURAT-TANDA-NOMOR BAGI KENDARAAN BERMOTOR DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1954, TENTANG SURAT MENGEMUDI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

Lebih terperinci

Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965

Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965 Pidato Bung Karno, 27 Oktober 1965 by Hersri Setiawan on Wednesday, June 13, 2012 at 6:20am Penerbitan Chusus 389 DEPARTEMEN PENERANGAN R.I Amanat Presiden Sukarno dihadapan wakil-wakil Partai Politik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 16/1963 20 April 1963 No. 7/DPRD-GR/1963.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

oleh I. S. KIJNE PENERBIT PUSTAKA RAKJAT HOLLANDIA-B1NNEN

oleh I. S. KIJNE PENERBIT PUSTAKA RAKJAT HOLLANDIA-B1NNEN oleh I. S. KIJNE PENERBIT PUSTAKA RAKJAT HOLLANDIA-B1NNEN 1957 T TETAK AN LANDSDRUKKERIJ HoUandia PENGHARAPAN Har ga f2.25 KATA PENGHENTAR Dengan kegembiraan besar buku ini dihentarkan dengan sepatah dua

Lebih terperinci

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964.

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964. LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No, 124, 1964. POKOK TENAGA ATOM. KETENTUAN-KETENTUAN Undang-Undang No. 31 tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Fokok Tenaga Atom Presiden Republik lndonesia, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 30/1963 5 Juli 1963 No : 2/DPR/1962 DEWAN PERWKAILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 24 tahun 1970 17 Djuni 1970 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kab. Gianyar Tanggal : 18 Nopember 1969 Nomer

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei. 1955 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955 TENTANG KANTOR PERKREDITAN DAERAH. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 66 tahun 1970 20 November 1970 No: 11/DPRD-GR/A/Per/29 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DI DEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1969 REPUBLIK INDONESIA Presiden Republik Indonesia Djenderal Soeharto PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Saudara

Lebih terperinci

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan 1 UNDANG-UNDANG GRASI (Undang-Undang tgl. 1 Djuli 1950 No. 3.) LN. 50-40: (mulai berlaku. 6-7-'50.) Anotasi: Dg. UU ini, dicabut: Gratie Regeling, S. 1933-2; PP No. 67 th. 1948 tentang permohonan grasi;

Lebih terperinci

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA

SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA SERI AMANAT 39 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPRGR 16 AGUSTUS 1970 REPUBLIK INDONESIA Presiden Soeharto :...Jang penting adalah sikap kita. Kita harus

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli. 1953 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBANTAIAN HEWAN, PEMERIKSAAN DAGING

Lebih terperinci

AKSARA ARAB MELAYU (JAWI) DAN NASKAH MELAYU

AKSARA ARAB MELAYU (JAWI) DAN NASKAH MELAYU AKSARA ARAB MELAYU (JAWI) DAN NASKAH MELAYU Universitas Gadjah Mada 1 PELADJARAN I 1. Huruf Arab Indonesia, semula dinamai huruf Melaju Arab. Sesuai dengan perkembangan bahasa Melaju hingga mendjadi bahasa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 5 / 1966 14 Desember 1966 No. 4/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan.

Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan. Jakub 1 Salam doa 1 Salam daripada aku, Jakub, hamba Allah dan hamba Tuhan Jesus Keristus, kepada kedua belas suku bangsa jang bertaburan. Faedah bertekun didalam kehidupan iman 2 Hai saudara-saudaraku,

Lebih terperinci

Peterus pertama 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena pengharapan akan Keristus Dari hal ibadat jang benar

Peterus pertama 1 Salam doa Utjapan sjukur kepada Allah karena pengharapan akan Keristus Dari hal ibadat jang benar Peterus pertama 1 Salam doa 1 Daripada Petrus, rasul Jesus Keristus, kepada segala orang pilihan, jaitu musafir jang bertaburan di-pontus dan Galatia dan Kapadokia dan Asia dan Betinia, 2 jang terpilih

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam

Lebih terperinci

BAGAIMANA TJARANJA TUHAN BERBITJARA DENGAN KITA?

BAGAIMANA TJARANJA TUHAN BERBITJARA DENGAN KITA? Kata2 Redaksi Dari Redaksi Madjalah API MENJALA kami utjapkan selamat berdjumpa pula pada para pembatja Madjalah API MENJALA jang setia mengikutinja. Perlu kami beritahukan pada sdr2 akan perubahan susunan

Lebih terperinci

K e m e r d e k a a n

K e m e r d e k a a n M E N U D J U K e m e r d e k a a n SeDj a RAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA SAMPAI 1942 I i D. M. G. Koch / i D. M. G. KOCH MENUDJU KEMERDEKAAN SEDJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA SAMPAI 1942

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1945 NOMOR 1 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1945 NOMOR 1 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG 1945 NOMOR 1 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebelumnya diadakan pemilihan umum perlu diadakan aturan buat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 32 tahun 1970 19 Agustus 1970 No. 3/PD/26/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KLUNGKUNG Menetapkan peraiuran

Lebih terperinci

Perpustakaan Soediman Kartohadiprodjo FHUI Buku ini hams dikembahkanpada: (Keterlarabatan pengembalian pada tanggal dibawah

Perpustakaan Soediman Kartohadiprodjo FHUI Buku ini hams dikembahkanpada: (Keterlarabatan pengembalian pada tanggal dibawah Perpustakaan Soediman Kartohadiprodjo FHUI Buku ini hams dikembahkanpada: (Keterlarabatan pengembalian pada tanggal dibawah 7 PENGANTAR TENTANG KRIMINOLOGI PUSTAKA No. 16 SARDJANA Mr W. A. B O N G E R

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956 Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956 TENTANG PENJUALAN AIR SUSU DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

dari Pemakaian Butas Sebagai Bahan Konstruksi Lapisan Permukaan Djalan.

dari Pemakaian Butas Sebagai Bahan Konstruksi Lapisan Permukaan Djalan. P 'l.{. 0 G R E S S R E. '1? 0 i:~ T dari ~ekerdjaan Penelitian ~an Penilaian Pemakaian Butas Sebagai Bahan Konstruksi Lapisan Permukaan Djalan. Progress Report dari Pekerdjaan Penelitian dan Penilaian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 1950 TENTANG

UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 1950 TENTANG UNDANG-UNDANG No. 16 TAHUN 1950 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH KOTA BESAR DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA TIMUR, DJAWA TENGAH, DJAWA BARAT DAN DALAM DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA. Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Kamus Ketjil Istilah Marxis

Kamus Ketjil Istilah Marxis Edi Cahyono s Experience: [ http://www.geocities.com/edicahy ] L. Harry Gould Kamus Ketjil Istilah Marxis Terdjemahan: Rollah Sjarifah Jajasan Pembaruan 1952 A Agitasi Tindakan untuk membangkitkan massa

Lebih terperinci

ET D'IRLANDE DU NORD, CANADA, AUSTRALffi,

ET D'IRLANDE DU NORD, CANADA, AUSTRALffi, No. 7323 UNITED KINGDOM OF GREAT BRITAIN AND NORTHERN IRELAND, CANADA, AUSTRALIA, NEW ZEALAND, INDIA and PAKISTAN and INDONESIA Agreement respecting the war cemeteries, graves and memorials of the Commonwealth

Lebih terperinci