TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI"

Transkripsi

1 k a m a r a l s ja h 1 "" r I t y. ; <* 1 J ' ^ t i V T I 4' t >, ^ i * t ^ ' k. p^samo j t i r i * V L J " r i!> k /A - ^ TENTANG * PENGERTIAN HAL ORGANISASI PERKUMPULAN KOsO PERASI r f B. W O L T E R S * D J A K A R T A < G R O N I N G E N

2 * > K A M A R A L S J A H o / o t '! TENTANG p e n g e r t ia n HAL ORGANISASI PERKUMPULAN k o -o p e r a si ' 0 W 'Ü '- a f - V '- S u - n * UNTUK KUANGJivTjA T» n 4 * HOI.EH D l l U W i P J LANC*, f 6.75 R0? 7 _ J. B. WOLTERS - D JAKARTA - GRONINGEN Hilf v ^ - K<&>. V '3

3 KATA PENDAHULUAN Dengan mengarang tulisan ini kumaksud hendak menjumbangkan pengetahuan jang kumiliki pada masjarakat Indonesia, masjarakat Indonesia jang tengah-tengah sedang sibuk membangun perekonomiannja melalui garis kekooperasian. Mudah-mudahan dapatlah kiranja tjita-tjita itu ditjapainja. Disini tidak lupa kusampaikan pula terima kasihku pada Sdr. Mr. Sjariffudin Soemintardja jang telah sudi memberikan waktu untuk membantu dalam menjelesaikan buah karanganku ini. D jakarta, April PENGARANG.

4 IS I BUKU BAGIAN I. KATA PEN GA NTA R I. BADAN USAHA JANG DIKENAL OLEH HUKUM JANG BERLAKU... 9 II. PEMBENTUKAN SUATU BADAN UNTUK MENTJUKUPI TUDJUAN Faktor Azas2 ko-operasi jang sehat Maksud dan tudjuan ko-operasi Matjam2 usaha pokok: a. Ko-operasi k re d it b. Ko-operasi konsumsi c. Ko-operasi produksi Bentuk2 ko-operasi...20 m. PERBEDAAN Perbedaan2 antara ko-operasi dengan badan2 perdagangan l a i n n ja...l1 a. Daja pendorong beru sah a...22 b. Sifat keanggotaan...22 c. Tugas m o d a l...24 d. Tudjuan u s a h a...25 e. Tjara pembagian keuntungan...25 /. Rapat umum dan hak su a ra...26 g. Kewadjiban menanggung...26 h. Usaha2 meringankan oleh Pemerintah...26 i. Pengawasan Perbedaan antara ko-operasi dan usaha gotong rojong Perbedaan2 antara ko-operasi konsumen dan ko-operasi p ro d u se n... B A G IA N JL TENTANG DASAR2 KEKO-OPERASIAN I. DASAR2 HUKUM...32 U. AZAS2 KO-OPERASI JANG DILANTJARKAN OLEH ROCHDALE PIO NEERS, RAIFFEISEN DAN SCHULTZE-DELITZSCH SEBAGAIMANA DIMUAT DALAM UNDANG2 KO-OPERASI Siapapun dapat mendjadi anggota (Open membership) Tidak memihak aliran faham atau kepertjajaan agama dan politik jang tertentu. (Neutrality of the cooperative in religion and p o litic s)

5 3. Azas demokrasi: satu anggota satu suara; tidak diperkenankan adanja perbedaan. (Democratic principle: One member one vote)... ^5 4. Hak suara tidak boleh diwakilkan kepada seorang anggota lain (No voting by p r o x y ) Modal peserta anggota akan diberi penghargaan karena djasanja jang terbatas ( Share capital to be paid a moderate fixed r e tu r n ) Pendjualan dengan dasar tunai (Trading on a cash basis) Pembagian keuntungan kepada anggota2 dengan dasar djasanja (Surplus of an association to be returned to a member in ratio to his purchases) Usaha2 mendidik anggota2 (Education of members) Tanggung-djawab jang tidak terbatas bagi anggota2, baik setjara bersama maupun setjara perseorangan Suatu lingkungan daerah kerdja jang terbatas Anggota2 pengurus tidak mendapat upah atau gadji Saham2 mempunjai djumlah jang ketjil Pembagian keuntungan dengan dasar peserta tidak diadakan Pemberian pindjaman kepada anggota dilakukan dengan djaminan te r te n tu Dana2 tjadangan di samping modal perkumpulan tidak dapat dibagi BAGIAN III. TENTANG ORGANISASI PERKUMPULAN " KO-OPERASI I. BADAN2 PEKERDJA PERKUMPULAN Pengurus h a ria n...51 a. Batas kekuasaan pengurus...51 b. Tugas mewakili perkumpulan Dewan pengawas...53 a. Perihal r a p a t Rapat umum anggota...55 a. Siapa2 jang boleh menghadiri rapat dan siapa2 jang berhak s u a r a b. Pimpinan r a p a t c. Apa jang mendjadi tugas ketua ra p a t...56 d. Pemungutan suara e. Masalah2 lain jang hendak dimasukkan dalan atjara 57 5

6 /. Tentang panggilan b e r r a p a t g. Notulen r a p a t h. Tentang tata t e r t i b...59 aa. hak untuk berbitjara dan p em b atasan bb. mosi cc. am endem en...61 dd. untuk d ip e r h a tik a n...62 II. PERIHAL KEANGGOTAAN PERKUMPULAN KO-OPERASI Hukum jang b e rla k u Siapa2 jang dapat diterima sebagai anggota perkum pulan Hak dan kewadjiban anggota III. PERIHAL MODAL KO-OPERASI... IV. HAL ADMINISTRASI DAN PEMBUKUAN...89 V. PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN...^ BAGIAN IV. TENTANG PELBAGAI MASALAH JANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN 6 I. ANGGOTA2 PERKUMPULAN HARUS TERGOLONG DALAM...GO LONGAN APA Untuk ko-operasi konsum si Untuk ko-operasi simpan-pindjam Untuk ko-operasi p ro d u k si... II. DAERAH BEKERDJA KO-OPERASI «* * III. TENTANG BENTUK SUSUNAN PERKUMPULAN Mereka jang berhak mendirikan ko-operasi harus mengetahui orang dan keadaan dan harus dipertjajai orang Kemauan jang keras untuk bekerdja bersama harus ada, maksud dari ko-operasi harus dirasakan b e n a r I. Kesetiaan IL Kedjudjuran dan K e a d ila n III. Kerukunan Anggota pada waktu hendak masuk harus dipilih dan ditilik tentang sifat2 batinnja dan dasar2 dari perekonomiannja Anggota harus mempunjai pengertian jang terang tentang hak2 dan kewadjiban2 mereka dan akan mendjalankan ini dengan t e l i t i...109

7 5. Harus ada pengurus jang dapat dan bersedia untuk mengendalikan pimpinan dengan baik, dengan tak mendapat upah atau hanja diberi sedikit kerugian Ko-operasi harus mempunjai tudjuan jang tegas dan dapat didjalankan dan mula2nja sudah mempunjai kepastian tentang pemasukan uang untuk menutup biaja2 perusahaanja Harus sebaiknja ditempat itu djuga, ada modal jang tjukup agar ko-operasi dapat mentjapai maksudnja. lio 8. Pimpinan dan pengamatan jang tjukup dan ahli... m 9. Keadaan tidak dirahasiakan... jjj 10. Tjara2 memegang buku harus baik dan sempurna dan harus ada pemegang buku jang teliti... UI 11. Tentang daerah bekerdjanja ko-operasi... U2 IV. CHUSUS UNTUK KO-OPERASI SIMPAN-PINDJAM... U 4 V. CHUSUS JANG MENGENAI KO-OPERASI PEMAKAIAN BARANG KEPER LUAN SEHARI2 (KO-OPERASI KONSUMSI)... VI. CHUSUS UNTUK KO-OPERASI PEMBELIAN-PENDJUALAN BERSAMA 115 VII. KO-OPERASI KERADJINAN... VIII. KERUKUNAN ANGGOTA...Hg IX. KEADILAN SOSIAL X. TENTANG PENGURUS XI. TENTANG ANGGOTA BAGIAN V. MENDIRIKAN PERKUMPULAN KO-OPERASI I. TENTANG ANGGARAN-DASAR Nama dan tempat kedudukannja Maksud dan tudjuan Tjara bekerdja Keanggotaan Pengurus Honorarium atau upah atau pembagian dalam keuntungan untuk anggota2 pengurus sebagai tundjangan djerih pajah Rapat anggota Modal perkumpulan dan hal2 keuangan perkumpulan Simpanan pokok Urusan pembukuan

8 11. Tahun b u k u...u / 12. Keadaan te rb u k a pengawasan dan p em erik saan Kewadjiban m en an g g u n g Sisa hasil u s a h a P e rse lisih a n Hal pem b u b aran Pengumuman an g g aran -d asar n. AKTE PENDIRIAN Tjontoh2 a n g g a ra n -d a sa r ill. TENTANG TIGA MATJAM POKOK ^ 1. Ko-operasi p r im e r a. Usaha pokok pekreditan b. Usaha pokok pemakaian bahan2 keperluan sehari2 166 c. Usaha pokok penghasilan barang2 mentah atau m asak Pusat K o-operasi a. Taraf tingkatan didesa b. Tingkatan perkembangan didaerah luar desa c. Kekurangan tenaga a h l i d. Tudjuan u s a h a BAGIAN VI. KO-OPERASI-DESA SERTA MODERNISASI MASJARAKAT DESA DI INDO NESIA I. BAGIAN LUMBUNG II. bagian bank (kredit) III. BAGIAN PRODUKSI IV. BAGIAN KONSUMSI LAMPIRAN (L.N No. 179)

9 BAG IAN I: K A T A P E N G A N T A R Dalam halaman2 berikut ini akan diterangkan saluran2 teratur, dengan tjara bagaimanakah suatu perkumpulan ko-operasi dapat disusun. Sesuatu usaha jang tidak disertai dengan tjara2 berusaha jang baik, maka organisasi jang akan dibangun tadi nistjaja akan menemui kegagalan, dan kalau sudah gagal maka akan sukarlah untuk mendapatkan kembali kepertjajaan jang telah hilang. Dan oleh karena itu maka dalam halaman2 berikut ini akan diterangkan dengan sedjelas2nja, bagai-manakah tjara sebaiknja untuk menjusun organisasi ko-operasi jang mempunjai harapun baik, supaja akan dapat mentjapai tjita2 jang melahirkan usaha2 ko-operasi tadi, sebagai pembuka djalan jang menudju kearah dimana akan ditjapai kemakmuran dari rakjat jang berusaha tadi. I. BADAN USAHA JANG DIKENAL OLEH HUKUM JANG BERLAKU Oleh hukum jang berlaku, pula oleh rakjat di Indonesia banjak badan2 usaha jang telah dikenal untuk menjalurkan usaha2nja, misalnja usaha untuk kemadjuan diri dan untuk mendapatkan nafkah hidup. Badan2 ini ada jang diakui sah dengan undang2 negara dan ada pula jang tidak. Dalam halaman2 jang berikut ini akan diterangkan chususnja tentang hal2 jang mengenai Ko-operasi. Undang2 jang berlaku pada masa ini di Indonesia disampingnja manusia biasa mengenal pula badan2 hukum jang bukan manusia biasa, jang dapat mendjalankan segala sesuatu jang dapat dilakukan oleh manusia biasa dalam lapangan perniagaan dan perindustrian. Badan2 itu mempunjai hak badan hukum. Masing2 badan jang dikenal itu mempunjai tjorak, bentuk dan susunan sendiri2 jang dikenal oleh dan jang sesuai dengan undang2. Akan tetapi tidaklah semua badan2 jang dikenal oleh umum mempuniai hak badan hukum. Perkumpulan ko-operasi itu misalnja adalah salah sesuatu badan jang diberi hak badan hukum. Jang memberi hak tersebut adalah Diawatan Ko-operasi, berbeda sekali halnja dengan sesuatu N.V., dim ana hak badan hukum itu diberikan oleh K em enterian Kehakiman.

10 Badan2 lainnja daripada ko-operasi diantaranja adalah: 1. perkumpulan biasa; 2. firma; 3. perseroan komanditer; 4. perseroan terbatas (naamloze vennootschap). Apakah artinja mempunjai hak badan hukum itu? Karena mempunjai hak badan hukum inilah maka perkumpulan2 (badan2) dapat bertindak sendiri dalam lapangan perniagaan dan perindustrian, djadi sama halnja dengan apa jang dapat dilakukan oleh manusia biasa. Ini berarti, bahwa terhadap pihak ketiga, dan orang luar pihak perkumpulan, perkumpulan itu dapat dianggap sebagai satu badan. Pihak ketiga dan orang2 luar pihak tidak akan memandang orang2 jang bertindak atas nama perkumpulan, akan tetapi hanja melihat perkumpulan tersebut sebagai satu kesatuan jang bulat, jang bertindak untuk dirinja dan jang diwakili oleh anggota2 pengurusnja. Lain sekali halnja dengan perkumpulan2 jang tidak mempunjai hak badan hukum. Andaikata perkumpulan jang sedemikian ini mempunjai hubungan dengan orang2 luar pihak daripada anggota2- nja sendiri, jaitu pihak ketiga, maka pihak ini dapat mengabaikan adanja perkumpulan itu. Pihak ketiga jang pada masanja hendak mengadakan sesuatu tuntutan, misalnja oleh karena sesuatu jang tertera dalam perdjandjian, dapat menuntut hal ini kepada mereka pribadi jang membuatnja, dan tidak pada perkumpulan sebagai badan jang diwakili oleh para pembuat perdjandjian. Dengan demikian maka memiliki hak badan hukum itu untuk banjak perkumpulan adalah suatu hal jang memang sungguh penting. Dengan mempunjai hak tersebut mereka dapat ikut serta dalam pergaulan ekonomi dan hukum dalam masjarakat. Sungguh baiklah kiranja djika sesuatu perkumpulan itu mempunjai hak badan hukum, karena masjarakat akan dapat mengetahuinja sampai dimanakah kemampuan perkumpulan. Dengan demikian ini maka terhindarlah kemungkinan2 akan mendapat kerugian2 jang tidak terhingga. 10

11 II. PEMBENTUKAN SUATU BADAN UNTUK MENTJUKUPI TUDJUAN 1. Faktor2: Mengenai masalah2 pembentukannja haruslah ada perhitungan^ jang tepat mengenai faktor2 jang akan mempengaruhinja, jaitu: a. membentuk badan itu untuk mentjapai tudjuan apa; b. dibentuknja badan itu diantara siapa2kah dan dari lapisan masjarakat jang mana; c. bahan2 lainnja jang ikut mempengaruhinja. Perhitungan faktor2 ini tentu akan mempengaruhi bentuk hukum dari badan jang akan didirikan. Sudah dengan sendirinja maka setiap bentuk hukum itu tentu diadakan untuk maksudnja sendiri2, misalnja: 1. kalau jang dimaksudkan itu sesuatu perserikatan modal dan untuk memperbesar kekajaan miliknja, maka jang dipilih adalah bentuk N.V.; 2. ada pula pertanggungan-djawab ini hanja ditanggung oleh beberapa orang sadja, dan orang2 lainnja hanja suka mempertaruhkan modalnja, maka bentuk jang dipilihnja adalah bentuk perseroan Komanditer; 3. kalau maksudnja bukan untuk kebendaan, akan tetapi hanja untuk memperkuat djasmani dan menjehatkan diri, atau hanja untuk kesukaan sadja, maka jang dipilih adalah bentuk perkum pulan biasa; 4. apabila terdapat tudjuan untuk melakukan kerdja-sama, djadi hasil untuk sesama anggota semua, maka sudah barang tentu bentuk jang dipilih adalah bentuk Ko-operasi. Sering akan terdjadi bahwa bentuk jang diadakan untuk sesuatu maksud dan tudjuan tidaklah sesuai dengan apa Jang diterangkan diatas ini Hal jang demikian ini pernah terdjadi, misalnja dalam gerakan ko-operasi di Nederland karena perundang-undangan.pada masa tatkala belum ada undang* jang chusus, sesuatu ko-operasi itu selalu didirikan berdasarkan undang* jang berlaku untuk perkumpulan* biasa, karena djalan lain tidaklah terdapat. Ada kalanja sesuatu badan mempergunakan bentuk N.V., akan tetapi dalam bekerdjanja mempergunakan dasar* perkumpulan kooperasi Dengan diberikannja tjontoh* ini, maka sudah djelaslah kirania bahwa tidaklah terdapat suatu keharusan untuk menjesuaikan tudjuan dengan bentuk jang diadakan. Karena bentuk jang diadakan itu ialah bentuk jang mendekati usaha* jang didjalankan 11

12 untuk mentjapai tudjuan. Dengan mempergunakan bentuk2 jang tersedia dalam rangka perundang2an negara, maka usaha2 jang didjalankan itu dapat diakui dengan resmi oleh masjarakat. Mengenai hal2 ini hukum dari negara dapat memberikan perlindungan, karena ketentuan2 jang terdapat dalam undang2 negara jang ada, adalah merupakan petundjuk2 dan pedoman2 untuk para pengusaha warga-negara. Mengingat akan tudjuan jang hendak dilaksanakan oleh golongan jang berserikat, maka terlebih dahulu haruslah diketahui benar2 bentuk apakah jang dibutuhkan; hal ini dengan sendirinja akan ditentukan pada awalnja. Seringkali akan terdjadi, bahwa ketentuan2 jang terdapat dalam undang2 tidaklah sesuai dengan maksud dari para pendiri. Bagi perkumpulan2 lain daripada perkumpulan ko-operasi, maka jang membantu rakjat dalam hal ini adalah notaris. Di Indonesia dan pula dibanjak negera2 lain, maka untuk perkumpulan ko-operasi telah disediakan instansi lain. Oleh pemerintah untuk hal ini telah diadakan diawatan2 chusus, misalnja di Indonesia D jawatan K o operasi (Djalan Gadjah Mada 1, Djakarta), jang selain daripada memberikan bantuan dalam usaha resminja berdiri, djuga memberikan petundjuk2 dan nasehat2. Tentang gerakan ko-operesa di Indonesia lihatlah Undang2 Dasar Sementara pasal 38; dalam ajat2nja jang dikenal oleh chalajak ditetapkan azas2 dari pembangunan perekonomian negara Indonesia. Pembangunan ini disalurkan, melalui usaha2 rakjat jang berazaskan kekeluargaan. Tafsiran mengenai hal ini jang diberikan ialah, bahwa jang dimaksud itu adalah tidak lain daripada: membangun perekonomian rakjat dengan djalan perkem bangan gerakan ko-operasi. Gerakan ko-operasi di Indonesia mentjari dasar2-nja pada kehidupan kekeluargaan jang telah dikenal sedjak berabad2 jang telah (^ s a ^ P a d ^11 setjara kekeluargaan dan gotong-rojong did e r a t rf 3 masa sekaran keadaan jang sedemikian ini masih npvn 3pat dan ^ am keadann llidup. Djadi masjarakat Indok f i- ^ ^ rtlan sekarang masih pula mempunjai sendi2 masjarakat kuno jang teguh. Masjarakat desa itu adalah merupakan sum er pokok penghidupan dari masjarakat Indonesia, dan karena itu maka segala perhatian telah diarahkan pula kepada kehidupan didesa. Rakjat ketjil masih hidup dalam suasana desa. Keadaan jang demikian ini tidaklah berbeda halnja dengan zaman2 jang 12

13 silam, akan tetapi dengan ketentuan bahwa segala batas k u n g kungan tidaklah terdapat lagi. Ekonomi mendjadi ekonomi internasional, dan kehidupan sehari2pun harus disesuaikan dengan keadaan ini. 2. A za s2 ko-operasi jang sehat. Mengingat pentingnja perkumpulan ko-operasi, maka sudah barang tentu masalah2 jang mengenai djalannja usaha2 jancr diselenggarakan setjara berko-operasi, haruslah benar2 diperhatikan kesuburannja dan kelangsungan hidupnja. Pula djanganlah dilupakan pentingnja ko-operasi itu sebagai suatu badan pendidikan, jang hendak mendidik rakjat sadar akan harga diri, sehingga akan dapat ditjapai apa jang ditudjunja, jaitu kebaikan hidup karena kekuatan diri jang terhimpun dalam suatu ikatan ko-operasi. Modal jang diperlukan akan diperoleh dari penabungan2 untuk berusaha mempertinggi taraf kemakmuran penghidupan sebagai hasil usaha bersama dari orang2 jang tergabung dalam ikatan jang erat itu. Mengingat pula pentingnja badan ko-operasi ini, maka sudah mendjadi suatu keharusan, bahwa perkumpulan ini tidak boleh menjimpang dari azas2nja jang telah dibuktikan baik untuk perkembangannja dan kelangsungan hidupnja perkumpulan ko-operasi. Azas2 organisasi, azas2 perkumpulan dan djuga azas2 usaha2 haruslah dipegang teguh. Azas2 jang dikenal semendjak Rochdale Pioneers pada tahun 1844 dan jang kemudian diandjurkan oleh Friederich Wilhelm Raiffeisen pada tahun 1867 harus diperhatikan benar2 isinja, pula benar2 dilaksanakan oleh anggota2 ko-operasi dan tidak boleh dilupakan sedikit djuga. Ko-operasi jang telah berdjalan baik tentunja telah menginsjafkan anggota2-nja untuk menaati azas2 tersebut. Disini kami tegaskan dan pula hendaklah diperhatikan, bahwa hanja dengan keinsjafan dan kegiatan para anggotalah dapat diwudjudkan suatu ko-operasi jang memang akan membawa kemakmuran. Kalau dalam hal ini anggota2 tidak dapat diminta ikut sertanja, maka dengan sendirinja tidak akan tertjapai pula apa jang dimaksudkan dengan mendirikan suatu ko-operasi. Selain daripada azas2 ko-operasi jang harus ditaati dan pula harus didjalankan, maka ko-operasi itu sebagai suatu organisasi usaha harus pula memperhatikan, bahwa djustru karena suburnja usaha dan hasilnja dari usaha itu akan lebih dapat diperkokoh ikatan antara anggota2 dan pula dapat ditjapai hasil jang memuaskan. Kesuburan usaha dan hasilnja dari usaha itu harus dapat 13

14 didjamin karena hal ini adalah untuk kemadjuan hidupnja anggota2. Dan kesuburan usaha ini dapat ditjapai, kalau diperhatikan sjarat2 minimum berusaha seperti jang diterangkan dibawah ini: a. Modal jang terhimpun dalam perkumpulan ko-operasi selalu harus beredar; dengan beredarnja modal tersebut, maka selain dapat membawa kemanfaatan bagi anggota2, pula perkumpulan akan mendapatkan keuntungan, keuntungan mana akan kembali lagi pada anggota2. Hal ini berarti bahwa modal dari ko-operasi tidak terbeku, akan tetapi selalu diedarkan dan selalu diputar untuk kebaikan hidup anggota2nja; b. Badan perkumpulan ko-operasi mendjalankan usahanja sedemikian rupa, sehingga sedikitpun tidak akan diderita kerugian. Keuntungan sekedarnja jang diperoleh hanja akan tjukup untuk menutupi segala ongkos2 jang diperlukan untuk mendjalankan usaha perkumulan ko-operasi. Keseimbangan ini adalah mendjadi sjarat mutlak untuk sesuatu perusahaan jang didjalankan setjara ko-operasi, sehingga dapatlah dikatakan bahwa kooperasi itu dapat mentjukupi kebutuhan2 anggota2nja sebagaimana jang dikehendakinja; c. Badan perkumpulan jang diselenggarakan setjara ko-operasi adalah kuat dan sentosa dalam usahanja, sehingga oleh karenanja dapat diperoleh kepertjajaan dari chalajak ramai dan chususnja dari mereka jang mempunjai hubungan dengan ko-operasi. Dalam hubungannja dengan pihak ketiga pula dengan anggota2nja maka ko-operasi harus selalu memegang teguh azas2nja supaja senantiasa dapat mentjukupi segala kewadjiban jang telah disanggupinja; d. Kerukunan usaha antara anggota2 ko-operasi harus dipelihara sebaik2nja, agar supaja dapat pula dipelihara kemadjuan usaha jang mereka tanggung bersama2; e. Ko-operasi harus dapat membuktikan dengan sesungguhnja, bagaimana djalannja perusahaan. Administrasi mengenai hartanja dan keberesan dalam melaksanakan usahanja, bukanlah semata2 suatu kemewahan, akan tetapi adalah suatu keharusan jang mesti dilakukan agar supaja perusahaan mendapat kepertjajaan dari pihak2 jang bersangkutan dan pula setiap anggo a a an dapat mengetahui bagaimanakah djalannja perusahaan itu. Demikianlah sjarat2 jang harus dipenuhinja. 14

15 3. M aksud dan tudjuan ko-operasi, i) a. Ko-operasi mempunjai satu maksud, ialah mempertinggi deradjat kemanusiaan dengan djalan meringankan beban hidupnja sehari2. Tudjuannja ialah memberikan kemungkinan berusaha untuk memperkuat dan memberikan bantuan kepada usaha2 pertanian, keradjinan, industri2 pertengahan dan ketjil dalam perdjuangannja agar dapat mempunjai kesempatan untuk hidup. Hal jang demikian ini dapat ditjapai dengan tjara bekerdja bersama2, misalnja dalam hal membeli dan mendjual setjara bersama2, sehingga akan memberikan hasil usaha jang lebih besar daripada suatu usaha jang didjalankan oleh tenaga seorang sadja. Selain daripada hal itu ko-operasi hendak pula memperbaiki lapisan masjarakat jang terdiri dari para konsumen2 (pemakai2) dengan tjara memperbaiki djalan dalam mentjari bahan2 untuk keperluan hidup sehari2 jang rendah dan mudah didapatnja. b. Ko-operasi tidak mempunjai tudjuan kearah pemberian derma. Anggota2 jang ikut serta dalam usaha2 perkumpulan ko-operasi sebetulnja dengan menjumbangkan tenaganja sendiri dan dengan bantuan perkumpulan dapat memperbaiki dan membangunkan keadaan hidupnja mendjadi baik, dan ada pada taraf jang lajak bagi manusia. Sebab karena demikian inilah, maka suatu perkumpulan ko-operasi itu untuk para petani2 ketjil ternjata telah merupakan bantuan jang bermanfaat dalam memperbaiki nasibnja. c. Tanda2 bahwa suatu perkumpulan adalah sungguh2 ko-operatip ialah: 1. dapat membantu diri sendiri dengan kekuatan jang ada padan ja; 2. memberikan keinsjafan pada harga diri; 3. mempunjai rasa tanggung-djawab jang penuh. d. Perkumpulan ko-operasi menghendaki kemadjuan dalam rasa harga diri sendiri, dan memberikan kepada anggotanja keleluasaan bertindak dalam batas2 kerukunan kerdja-sama. Tphrnlan für den U nterricht über G enossenschaftw ezen an Berufsschulen». Herausgegeben von dem Freien A usschusz der deutschen G enossenschaftsverbände

16 Selain dari memberikan bantuan dalam memadjukan usaha2nja, maka perkumpulan ko-operasi itu mempunjai tudjuan pula untuk memadjukan segi2 kemasjarakatan para anggota2nja I djuga jang mengenai kemadjuan kerohanian disamping ke- ' madjuan djasmani. Perbaikan akan diperoleh dengan djalan mempertinggi taraf usaha dari para anggota, dengan tjara mendjalankan perusahaanja berdasarkan rentjana-usaha jang tertentu, dan jang sesuai dengan ilmu2 pengetahuan jang dikenal dilapangan usaha itu. Tambahan pula akan mempergiat menabung dan membangun semangat kerdja-sama dalam suasana kekeluargaan dengan bersembojan: bersatu kita teguh, bertjerai kita djatuh, atau: berat sama dipikul, ringan sama didjindjing! f. Ko-operasi tidak bertudjuan melaksanakan suatu aliran politik jang tertentu. Ko-operasi menghendaki agar supaja siapapun djuga dengan tidak memandang aliran agama, keturunan, kekajaan, ataupun kebangsaan, dapat diterima sebagai anggota2 peserta-usaha. Djadi ternjatalah bahwa jang dipentingkan oleh ko-operasi itu ialah manusia dan usahanja dengan tidak melupakan peri kemanusiaannja. Dan jang dipersoalkan hangat ialah, apakah seorang anggota itu djudjur dan setia terhadap perkumpulan dan kepada sesama anggota2 M atjam2 usaha pokok. Perkumpulan2 ko-operasi dapat dibagi menurut usaha2 pokok. Dan karena itu pulalah dalam gerakan ko-operasi telah dikenal beberapa matjam usaha pokok, jaitu: a. ko-operasi kredit; b. ko-operasi konsumsi; c. ko-operasi produksi. 0 operasi kredit (ko-operasi simpan-pindjam): Ko-operasi semati perekonomian rakia t T > P6ntlng Sekali Iagi bagi PembanSunan menurut sedjarahnia'adlih 'eh kare"a ma iam perkumpu,f n( m',.... J adalah suatu bentuk ko-operasi jang tertua, 1 a a^1.p^n^n leh karena ko-operasi ini memberikan didikan epa a ra ja untuk dapat hidup hemat dan tjermat, dan pula memung inkan dibentuknja modal jang tjukup kuat untuk usaha2 jang ise enggarakan. Sebab2 inilah jang mengakibatkan bahwa ko 16

17 operasi kredit itu harus diutamakan. Usaha sematjam ko-operasi ini di Djerman didirikan untuk pertama kalinja dalam tahun 1864 oleh Friedrich Wilhelm Raiffeisen, djustru untuk menolong kebutuhan para petani. Sebelumnja di tahun ± 1852 oleh Schulze-Delitzsch telah didirikan ko-operasi sematjam itu pula untuk menolong mereka jan<* berusaha dalam lapangan keradjinan dan industri ketjil * 1. Tudjuan pada umumnja ialah memadjukan perusahaan dan keadaan ekonomi anggota2nja; 2. Kelebihan hasil usaha akan kembali lagi kepada angcrota2nja jang telah memindjam uang dari perkumpulan; 3. Jang dikembalikan itu ialah kelebihan, setelah dikurangi dengan jang dimasukkan dalam dana tjadangan kerugian usaha; 4. Maksud ko-operasi kredit ialah memberikan bantuan kepada petani2 atau pengusaha2 ketjil, usaha2 keradjinan dan industri2- ketjil, untuk dapat memindjam uang dengan tjara jang mudah dan murah. Pindjaman2 ini hanja diberikan kepada mereka jang mendjadi anggota sadja, jang memang sungguh2 membutuhkan pindjaman dan jang sungguh2 dapat dipertjajai (pindjamanproduktip); 5. Agar supaja pengawasan dan menentukannja pemberian pindjaman dapat mudah dilakukan, pula untuk dapat mengetahui untuk maksud apakah pindjaman itu diminta, maka daerah bekerdja sesuatu perkumpulan ko-operasi simpan-pindjam, tidaklah boleh terlampau besar. Sebaiknja ditjari masjarakat hukum (rechtsgemeenschap) jang seketjil2nja jang masih effectif, pada umumnja ialah suatu desa; 6. Pemberian kredit harus ditjukupi seluruhnja dari kekajaan jang ada pada perkumpulan. Sebanjak mungkin perkumpulan djangan mengharapkan bantuan dari luar, dan karena inilah pengurus perkumpulan harus dapat membangkitkan semangat menabung diantara anggota2nja; 7. Untuk memperkuat kedudukan, maka sebaiknja ko-operasi2 ini bersatu dalam bentukan pusat ko-operasi; 8. Usaha jang didjalankan terutama ialah, menjimpan dan memindjamkan uang atau barang (lumbung); 9. Anggota2 diwadjibkan menjimpan, jaitu pada umumnja uang jang terdiri atas: simpanan-pokok, simpanan-wadjib, simpananmanasuka atau lainnja; 10. Berdasarkan besar ketjilnja simpanan, diberikan pindjaman untuk keperluan2 jang bermanfaat (productip). kamaralsjah - K o-operasi. 2 17

18 11. Anggota2 penjimpan dan pemindjam, kedua2nja mendapat penghargaan; 12. Anggota2 dididik hidup hemat, mempergunakan uang setjara taat menahan keinginan jang kurang baik, agar dapat mendjamin penghidupannja dihari kemudian; 13. Tundjangan diberikan untuk melindungi anggota2 terhadap riba. Ko-operasi ini bermaksud dan bertudjuan untuk menguatkan keinginan anggota2nja untuk menjimpan uang dengan djalan memberikan kesempatan kepada mereka menabung uangnja itu didalam perkumpulan. Menolong anggota2nja dengan djalan memberikan pindjaman setjara mudah, maka hal ini berarti suatu pendidikan untuk dapat mentjapai maksud2nja jang mendatangkan faedah. Dan karena inilah, maka sifat menolong mendjadi dasar untuk bekerdja bersama2. Ko-operasi simpan-pindjam itu ialah suatu organisasi kerdjasama jang berazaskan tolong-menolong. Keuntungan jang diambil oleh ko-operasi dengan adanja pembajaran uang djasa oleh sipemindjam pada ko-operasi ialah hanja sekedar untuk menutup ongkos2 usaha. Memang apabila dikatakan, bahwa uang sisa bersih itu adalah badan jang sama dengan seorang manusia, maka dengan sendirinja badan ini akan mempunjai hak-milik atas kekajaannja, sehingga keuntungan usahanjapun ada mendjadi miliknja. Akan tetapi pada sesuatu ko-operasi adalah sudah m endjadi azas, bahwa kekajaan milik organisasi itu tidak diperkenankan untuk dimilikinja, sehingga seketika itu djuga harus dibagikan kepada anggota2nja menurut djasa masing2. Apabila djasa ini, pada suatu ko-operasi simpan-pindjam ditafsirkan, maka djasa ini pada umumnja adalah djasa mereka jang ikut memadjukan kelebihan (keuntungan besih) usaha achir tahun. Karena jang memberikan uang djasa lebih banjak itu adalah mereka jang memindjam, maka menurut besar ketjilnja pemindjamannja itulah pembajaran kembali kelebihan itu dibagikan pada mereka. Pemindjam2 menerima lebih banjak dari pada penjimpan2. Hal ini dilakukan berdasarkan keadilan, karena ko-operasi itu tidak bersifat mengutamakan keuntungan. Dan tindakan tersebut pula berdasarkan keadilan terhadap para penjimpan. Sub. b. Ko-operasi konsumsi (keperluan sehari2) : Ko-operasi sematjam ini adalah ko-operasi jang tertua sendiri. 18

19 Pada tahun 1844 pertama kali di Inggris oleh para buruh tenun dikota Rochdale telah didirikan perkumpulan ko-operasi konsumsi. Maksud mereka ialah hendak menguasai nasibnja sendiri. Azas2 jang telah diletakkan oleh Rochdale Pioneers ini, sampai kini tetap dipertahankan dan dikenal sebagai azas2 jang baik. Pada azasnja ko-operasi2 konsumsi itu hendak berdaja-upaja dengan kekuatan sendiri. Modal ko-operasi hampir seluruhnja harus berasal dari anggota2- nja sendiri. Dalam banjak negara misalnja: Inggris, Swedia, Denemarken dan Finlandia, sebagian besar daripada rakjatnja tergabung dalam ko-operasi konsumsi. Ko-operasi konsumsi ialah suatu ko-operasi dengan maksud untuk meringkan beban hidup sehari2 dari anggota2nja, dengan mengadakan suatu usaha pembelian-bersama barang2 untuk keperluan sehari2. Pembagian hasil bersih dari usaha bersama itu pada anggota2nja dilakukan berdasarkan imbangan besar ketjilnja djumlah pembelian para anggota masing2. Maka pembelian itu merupakan ukuran djasa anggota. 1. Usaha pokok ialah mendapatkan bahan kebutuhan sehari2 (pada umumnja jang dimaksudkan ialah bahan makanan); 2. Pokok azasnja ialah memungkinkan anggota2nja mentjukupi kebutuhan2nja dengan mendahulukan apa jang sangat dibutuhkan; 3. Dengan menghilangkan atau menjingkiri pedagang2-perantara, maka diusahakanlah untuk mendapat barang2 dengan harga murah. Sub. c. Ko-operasi produksi: Sudah barang tentu azas2 hidupnja dari ko-operasi ini adalah sama dengan ko-operasi seperti jang diterangkan diatas tadi. Dengan adanja ko-operasi sematjam ini, maka para pengusaha2 ketjil dan pertengahan, dapat menghimpunkan kekuatan2nja, sehingga mereka itu dapat memperbaiki tjara2 usahanja. Modernisasi dan berusaha dengan mempergunakan mesin2 jang dulu tidak dapat dibeli, telah mendjadi kemungkinan jang njata. Hal ini semua dapat dilakukan karena kehendak sutji untuk ingin kerdja-sama guna kepentingan umum! a. Ko-operasi dapat diberikan nama menurut matjam usaha jang di djalankan, misalnja: ko-operasi pertanian, ko-operasi pertukangan; 19

20 b. Dan ko-operasi dapat pula diberikan nama menurut matjamnja barang/bahan jang diusahakan, misalnja: ko-operasi tembakau, ko-operasi karet, dsb. 1. Usaha jang terutama didjalankan ialah menghasilkan sesuatu setjara usaha bersama; 2. Pokok azasnja ialah membebaskan anggota2nja daripada kepentingan2 lain; 3. Dengan meniadakan suasana bersaingan, maka diusahakan perbaikan2 dari harga barang2 hasilnja dipasar. Maksudnja ko-operasi produksi ini ialah, untuk mempertinggi deradjat kehidupan anggota2nja dan djuga masjarakat ditempat kediamannja dengan bekerdja bersama, pada umumnja dengan tjara mendjual dan membeli bersama2 bahan2 jang diperlukan untuk penjelesaian usaha. Sering pula ko-operasi itu mengusahakan kesempatan tempat, untuk mengerdjakan bersama2 dengan tjara mendirikan suatu paberik, kepada siapa mereka memberikan hasil pekerdjaannja (hal ini terdapat pada ko-operasi2 jang berusaha dalam lapangan pertanian atau perkebunan). Pembagian kekajaan bersih achir tahun adalah djuga berdasarkan atas imbangan djasa dari anggota2 terhadap perkuinpulannja, djadi jang lebih banjak memberikan hasilnja akan menerima pula lebih banjak daripada mereka jang hanja sedikit memberikannja. (5^) Bentuk2 ko-operasi. 'a. Ko-operasi primer; b. Ko-operasi pusat; c. Gabungan pusat2 ko-operasi. S u b a. Ko-operasi primer. Bentuk sesuatu organisasi jang terdiri dari anggota2 perseorangan, dinamakan ko-operasi primer. Sub b. Ko-operasi pusat. Berituk ini ialah bentuk jang diperoleh sebagai akibat dari pemusatan ko-operasi2 primer. 1. Ko operasi pusat produksi dan konsumsi, ialah pemusatan djual-beh bersama; 2. Ko-operasi pusat kredit, ialah mempunjai sifat usaha bertindak sebagai suatu bank jang berkewadjiban untuk memberikan tjukup persediaan modal pada bank2 lainnja (banker s bank). 20

21 S u b c. Gabungan pusat- ko-operasi. Bentuk ini adalah suatu ikatan daripada pusat2 tersebut tadi, sehingga pusat2 ini dapat merupakan suatu kesatuan jang kuat Mengenai perkembangannja dalam hal ini, dapat diketahui beberapa tingkatan. Dalam tingkatan pertama gabungan pusat2 itu terdiri dari pusat2, kemudian dalam tingkatan terachir, gabungan pusat2 ini harus dapat mewudjudkan satu ikatan, suatu gabungan jang akan meliputi seluruh gerakan ko-operasi di Indonesia, dan merupakan suatu Induk Ko-operasi. Demikianlah tentang bentuk2 pokok dalam ko-operasi. Mengenai bentuk b dan c, maka dapat dikemukakan, bahwa kedua2nja itu akan terwudjud oleh karena kebutuhan untuk mentjapai tingkatan bekerdja jang mendalam dan jang membawa manfaat sebesar2nja, seimbang dengan tenaga jang ditjurahkan. Selain daripada memusatkan usaha/gabungan2, maka ko-operasi djuga mempunjai kewadjiban pemeriksaan dan pengawasan terhadap djalannja ko-operasi2 primer jang mendjadi anggota2nja, baik jang mengenai ihwal organisasi maupun administrasinja terutama jang mengenai keuangannja. Tentang organisasi, maka tugas jang pertama ialah untuk memberikan pendidikan dan penerangan mengenai keko-operasian jang sedjati kepada primer2nja. Pula perlu kiranja diterangkan disini, bahwa suatu Ko-operasi Pusat dan Gabungan Pusat2 itu dapat mempunjai bentuk dua, jaitu menurut: a. daerah bekerdjanja; b. lapangan usaha jang didjalankan. Demikianlah dengan singkat telah diuraikan diatas hal2 jang harus diketahui tentang ko-operasi dalam susunannja untuk tiapbentuk perkumpulan ko-operasi. III. PERBEDAAN2. ( j ) Perbedaan2 antara ko-operasi dengan badan2 perdagangan lainnja. Apa jang akan diutarakan dibawah ini adalah perbedaan2 dengan badan2 lainnja jang mempunjai hak badan hukum dan jang mempunjai lapangan usaha jang sama, jaitu keradjinan dan perdagangan. 21

22 a. D a ja pendorong berusaha. 1. Seperti jang telah dimaklumi maka dalam berusaha itu, setiap golongan manusia akan mempunjai pendorong batin, jang akan mendorongnja untuk berusaha. Usaha jang akan dilakukannja itu tentu mempunjai maksud dan tudjuan pula. Daja pendorong untuk mendirikan sesuatu ko-operasi atau untuk mendjalankan suatu usaha setjara ko-operatip itu ialah keinginan untuk memperbaiki nasib penghidupan dengan tjara kerdja-sama jang erat dan rukun. Karena hal ini, maka usaha jang mereka dirikan itu, adalah untuk kepentingan mereka bersama, dan semata2 pula untuk melajani kebutuhan para peserta-usaha. Selain dari hal ini, maka para peserta berusaha pula untuk mengusahakan adanja pendidikan dari para anggota, agar supaja mereka itu dapat mendjadi anggota2 jang sungguh insjaf dan jakin akan ditjapainja tjita2 mereka dengan djalan berko-operasi. Lihatlah pasal 1, L.N. 1) 1949 no: 179 (lihat LAMPIRAN). 2. Apa jang diuraikan diatas ini, akan berbeda sekali halnja dengan apa jang diketahui mengenai daja pendorong dari pendiri2 badan hukum pesero. Daja pendorong mereka jang m en g u sa h a k a n badan hukum pesero itu, ialah hendak mendapat keuntungan dari modal jang mereka ikut-sertakan dalam usaha perseroan tersebut. Hanja pengedjaran keuntunganlah jang mendjadi tudjuan mereka dan hal ini adalah sangat berlainan sekali dengan apa jang diketahui pada ko-operasi. Pelajanan masjarakat pada umumnja dan anggota2nja chususnja tidak akan terdapat pada badan perseroan ini, segala djasa jang mereka berikan itu adalah semata2 untuk mendapatkan keuntungan. Kalau keuntungan sudah tidak diperoleh lagi, maka dengan sendirinja tidak akan ada jang ingin mempunjai surat2 perseroan dari perusahaan dan surat2 tersebut akan didjualnja. Merosotnja persen dividend akan sering mengakibatkan ditutupnja perusahaan. Maka djelaslah kiranja, bahwa perusahaan perseroan itu adalah suatu badan usaha jang semata2 diadakan untuk mendapatkan keuntungan, dan para anggota2nja hanja terikat oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan, lain tidak. b. Sifat keanggotaan. 1. K eanggotaan ko-operasi tidak digan tu n gk an p a d a m o d al, = Lem baran N egara dan terdjem ahan dari S taatsblad. H en d a k n ja hal ini diperhatikan untuk selandjutnja. 22

23 akan tetapi adalah terbuka bagi umum jang menggabungkan diri dengan ko-operasi itu, dan sedikitpun tidak mengenal desakan atau paksaan. Ko-operasi adalah suatu perhimpunan orang2. Oleh karena ko-operasi itu adalah suatu perhimpunan orang2 jang mempunjai kepentingan jang sama dalam suatu lapangan hidup jang tertentu, maka keanggotaannja pada hakekatnja tidak terbatas dan batas2nja hanja terdapat karena lapangan usaha dari masing2 anggota jang harus sama itu. Selainnja dari hal ini, maka akan terdapat pula pembatasan mengenai penerimaan anggota2, jaitu dengan diadakannja udjian jang dilakukan terhadap dirinja seorang tjalon anggota, agar supaja djangan sampai dengan diterimanja orang tadi akan mengakibatkan djatuhnja perkumpulan, dan untuk mentjapai pengawasan tertentu ini, maka disampingnja pengurus jang memberikan keputusan, rapat-anggota haruslah pula memberikan pengesahannja. Dengan ketentuan demikian ini, maka akan terdjaga dengan sungguh2 masuknja anasir2 jang tidak baik kedalam organisasi. Selain daripada menitik beratkan kepada tabiat manusia sebagai sjarat mutlak untuk dapat mendjadi anggota, maka kepentingan anggota2 djuga didahulukan. Untuk mentjapai hal ini agar supaja djangan sampai kepentingan modallah jang akan didahulukan, maka keanggotaan itu dilekatkan pada diri anggota dan tidak dapat dipindahkan olehnja, hak suara satu, hak suara sama! 2. Lain halnja dengan apa jang diterangkan diatas, maka badan hukum pesero adalah badan perhimpunan uang modal, dan keanggotaannja dari badan ini sangat tergantung pada kekajaan seseorang, sehingga tjara jang demikian ini akan menghalangi sebagian besar dari rakjat untuk dapat mendjadi anggota. Oleh karena hak keanggotaan tidak lekat kepada dirinja seorang anggota, maka oleh karenanja tentu dibuka kemungkinan pula bahwa segolongan ketjil akan menguasai sebagian besar djum a modal dari perkumpulan tadi, dan oleh karena hak bersuara adalah didasarkan atas besar ketjilnja dari modal peserta daripada masing2 anggota, maka golongan ketjil tersebut mempunjai kekuasaan terhadap golongan jang mungkin besar, akan tetapi jang kurang uang pesertanja djika dibandingkan dengan apa jang dimiliki oleh golongan ketjil tersebut. Kalau ternjata bahwa badan jang demikian mendjadi subur dan makin ma ju dalam usahanja, maka golongan jang kuat kekajaannja tentu akan berusaha, agar supaja mereka mendapat kekuasaan jang tida 23

24 terbatas terhadap badan tadi. Hal2 jang demikian ini adalah sangat bertentangan dengan keko-operasian. Tentang keanggotaan perkumpulan koperasi lihatlah dalam LAMPIRAN pasal 13, L.N. 1949/179. Ketentuan ini adalah berlainan sekali halnja dengan ketentuan jang dikenal pada badan2 hukum pesero. Pada badan2 ini, keanggotaan itu dilekatkan pada surat2 pesero, sehingga siapa2 jang memiliki surat2 pesero ini dengan djalan jang sah, maka ia adalah anggota dari badan pesero itu. Surat2 pesero ini dapat didjual-belikan sebagai surat berharga, sehingga pada surat2 ini diperlakukan segala peraturan2 tentang surat berharga, misalnja seperti ketentuan mengenai harus dibuat atas segel dsb. Hal ini berlainan sekali dengan tanda2 keanggotaan dari suatu ko-operasi jang ditentukan oleh hukum, bahwa tanda2 keanggotaan tersebut bukanlah surat2 berharga. c. Tugas modal. Pada berbagai* matjam badan* maka modal itu merupakan sjarat mutlak untuk berdirinja. Terutama pada perseroan terbatas (naamloze vennootschap) dalam hal ini, pemusatan^nja adalah perserikatan modal. Pasal 50, KITAB UNDANG* HUKUM DA GANG 1): Pengabulan jang dimaksudkan dalam pasal 36 tid ak akan diberikan ketjual. apabila ternjata bahwa para pendiri p ertam a bersama* telah mengumpulkan sekurang*nja seperlima dari modal persekutuan; selandjutnja akan ditetapkan suatu djangka w a k tu, aam waktu mana bagian jang tinggal dari tanda bukti sa h a m f l. ' P da" saham2 harus sudah dipenuhi. Djangka waktu ini 0 eh Menteri Kehakiman atau oleh penguasa jang ditundjuk oleh Menteri Kehakiman berdasarkan pasal 36 ajat 2 senantiasa dapat Perm0h nannia Para Pendiri2 - Bi; ^ r r!?* aka" dapa mu,ai bekerdja *ebeium sekurang*- sekutuan SePU'Uh Perseratu* dari djumlah modal perdengan d T s l r i S ^ u a t f 3da,ah Sa"gat b er,a in a n h ain ja dapatlah pendirian ko' P erasi- P ad a badan- k o -o p e r a si te r - *3ahwa modal-peserta tidak akan didjadikan van Koophanddn1?eSakn^Uh^i ^ ^ - n g t,admlah terdiemahan dari W etboek disin g k atan dengan: K u h.d d,perhatlkan untuk selan d ju tn ja, d an ak a n 24

25 sjarat mutlak untuk mendjadi anggota, dan djuga untuk berdirinja perkumpulan ko-operasi. t 3!n!I«dapat k,ta ketahui dari t»011]1' Pasr t 1 dan pasal 2 ajat 1, L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN). d. Tudjuan usaha: ' Lain halnja dengan badan2 jang bukan ko-operasi, maka tudjuan jang diutamakan oleh perkumpulan ko-operasi itu ialah mempertinggi taraf kemakmuran dan kesedjahteraan para anggota2nja, dengan djalan meringankan beban penghidupannja sehari2, dalam mentjari bahan2 jang diperlukannja dan dalam usahanja untuk mentjukupi kebutuhan2 bahan mentah atau mateng serta peralatannja. Ko-operasi tidak mengutamakan keuntungan usaha. e. Tjara pem bagian keuntungan. Kini telah kita ketahui bahwa badan2 jang bukan ko-operasi itu mengutamakan keuntungan sebesar2nja. Pembagian keuntungan didasarkan pada besar-ketjilnja modal anggota2-peserta. Akan tetapi pada perkumpulan ko-operasi sebaliknja, besarketjilnja modal jang disertakan tidaklah diutamakan, melainkan djasa jang ada dari anggota2nja terhadap perkumpulan (,,dividend on purchases atau patronage refund ). Perbedaan itu adalah karena perbedaan sifat. emberian pembagian hasil usaha bersih pada achir tahun-buku pada anggota2 ko-operasi itu, ialah tidak lain daripada pengembalian elebihan uang jang diterima ko-operasi dari anggota2nja atau pemberian kekurangannja kepada anggota2 jang mendjual bahan kepada ko-operasi. Tentang pembagian keuntungan, hal ini dalam L.N. 1949/179 telah dimuat dalam pasal 19 (lihat LAMPIRAN.) Dari apa jang ditentukan dalam pasal tersebut, maka teranglah sudah bahwa pembagian keuntungan dari sesuatu ko-operasi itu harus dilakukan atas dasar2 sama-rata menurut keadilan, perbandingan djasa dan harus pula mengandung arti demokratis. Penghargaan dari manusia pribadi adalah jang mendjadi pokok ketentuan dan bukan modal pesertaannja! Pembagian keuntungan jang dilakukan oleh sesuatu badan hukum pesero itu adalah sangat membeda2kan anggota2 peserta modal, karena, pembagian tersebut didasarkan atas besar-ketjilnja modal dari peserta masing2. Oleh karena hal jang demikian ini, maka seseorang jang kaja akan memiliki sebagian besar saham2, orang 25

26 mana tentu pula akan menerima sebagian dari keuntungan bersih, jaitu seimbang dengan banjaknja saham2 jang ia miliki. Pembagian setjara ini adalah plutokratis, didasarkan kekajaan. Pembagian keuntungan ini dinamakan pemberian: dividend on stock, lain halnja pada suatu ko-operasi. Ko-operasi mengenal: dividend on purchases. /. Rapat um um dan hak suara. Hak suara anggota pada suatu rapat umum ialah: 1. Untuk ko-operasi, sesuai dengan azas2nja: satu anggota, satu suara. Tidak menghiraukan banjaknja modal peserta dari tiap2 anggota. Tentang hal ini tidak tertjantum djelas dalam L.N no Untuk badan2 bukan ko-operasi (N.V.), hak suara menurut imbangan banjaknja saham jang ada pada seseorang, tetapi dalam batas2 jang ditentukan oleh peraturan2. Pasal 54, K.U.H.D.: Dalam akte akan ditentukan dengan tjara jang bagaim anakah hak suara itu oleh anggota2 akan didjalankan. Akan tetapi satu orangnja tidak akan dapat mengeluarkan lebih dari enam suara untuk dirinja, jaitu apabila badan pesero itu terdiri atas seratus atau lebih tanda-bukti saham2 atau saham2; tidak boleh lebih dari tiga suara, kalau banjaknja tanda-bukti saham 2 dan saham2 adalah kurang daripada apa jang tersebut diatas. Seorang pengurus atau kommisaris tidak boleh mewakili pemberian suara pada waktu pemungutan suara. g. K ew adjiban m enanggung. 1. Untuk ko-operasi ketentuan dalam undang2 mengenai hal ini dimuat dalam pasal 27 (Lihat LAMPIRAN). 2. Untuk badan pesero dimuat dalam pasal 40 K.U.H.D. jang berbunji: Modal dari perseroan adalah dibagi dalam bukti2 saham atau saham2, atas nama, atau tidak atas nama (in blanco). ewa ji an menanggung pesero2 atau pemegang2 bukti2 saham atau sa am2 tersebut adalah terbatas, sampai djumlah jang disertakannja. h. U sa h a 2 m eringankan oleh pemerintah. 26 Oleh karena pemerintah negara2 manapun djuga sudah me-

27 nginsjafi, bahwa gerakan ko-operasi itu usaha jang dapat memberikan manfaat dan kemadjuan kepada rakjat jang lemah ekonominja, maka pemerintah2 tersebut tentu akan merasa bahwa untuk menjokong dan menundjang gerakan rakjat itu adalah salah satu dari kewadjibannja. Tindakan menundjang itu adalah tindakan jang meringkan beban keuangan perkumpulan dan bersifat pula mengadakan perbedaan dengan badan2 bukan ko-operasi jang djustru telah diadakan untuk mendapatkan keuntungan, misalnja sadja N.V. dsb. Satu dari tindakan jang meringankan misalnja ialah peraturan jang membebaskan perkumpulan2 ko-operasi dari tekanan beberapa matjam padjak, terutama padjak penghasilan. Hal jang demikian ini dapat dimengerti karena, pemerintahan negara telah menginsjafi benar2 bahwa ko-operasi adalah sesuatu perkumpulan jang tidak mengedjar keuntungan, ko-operasi adalah usaha jang non-profit. Oleh karena itulah maka pada azasnja jang ditiadakan bagi kooperasi ialah pemungutan padjak penghasilan. Sikap ini adalah pula jang mendjadi dasar dari tindakan menundjang pemerintah Republik Indonesia terhadap perkumpulan ko-operasi. Akan tetapi kalau dibandingkan dengan apa jang ditentukan di Amerika Serikat, maka tindakan jang diambil oleh Pemerintah Indonesia adalah masih kurang sekali. Kalau di Indonesia pembebasan itu hanja merupakan pembebasan sementara untuk perkumpulan jang masih dalam pertumbuhan, dan jang masanja ditentukan hanja untuk lima tahun setelah diakui sah sebagai perkumpulam berdadan hukum, maka di Amerika Serikat pemerintah menentukan pembebasan seluruhnja untuk setiap perkumpulan jang telah disahkan sebagai perkumpulan ko-operasi semendjak th (Internal Revenue Code, pasal 12 dan 13). Kalau tindakan pemerintah Indonesia ini dibandingkan dengan tindakan jang diambil oleh pemerintahan Rep. Rakjat Tiongkok, maka dapatlah dikatakan bahwa Indonesia itu ada lebih madju, karena di Tiongkok pembebasan perkumpulan ko-operasi jang baru sadja didirikan adalah hanja untuk tahun pertama setelah di- dirikannja. K etentuan2 tentang tindakan m eringankan beban k o -o p era si ini untuk Indonesia terdapat dalam surat2 kantor pad jak. Bagi perkumpulan ko-operasi diadakan perketjualian dalam hal pemungutan padjak perseroan, bea meterai (surat2 tanda keanggotaan pada perkumpulan ko-operasi bebas dari bea meterai; surat2 27

28 ini bukan surat2 saham) Lihatlah surat kantor besar padjak ttg ; no. PPS 1-1-1: kedua: Berhubung dengan maksud Pemerintah akan memperpandjang tempo pembebasan jang tertjantum pada pasal 1 a huruf e daripada ordonansi Padjak Perseroan 1925, maka dengan ini kami berikan kuasa kepada saudara untuk sementara tidak mengadakan ketetapan padjak perseroan atas keuntungan daripada ko-operasi2 Indonesia, jang didirikan menurut L.N no. 91 dan L.N no i. Pengaw asan. Tentang pengawasan badan pesero tak mudah akan didjawabnja. Dalam ketentuan2 jang dimuat dalam Kitab Undang2 Hukum Dagang dapat didjumpai beberapa pasal2 jang hanja menjinggung perlindungan hak2 dari pihak ketiga. Diantaranja ialah: ke-1. pasal 45: mengenai kewadjiban menanggung dari pengurus2; ke-2. pasal 47: mengenai hal kemungkinan akan rugi; ke-3. pasal 48: mengenai kas-tjadangan. Bagi ko-operasi sifat pengawasan itu sudah djelas, jang diambil sebagai dasar pengawasan ialah dasar2 demokratis (kerakjatan), artinja ialah dengan tjara tidak menentukan hak suara anggota atas dasar besar-ketjilnja uang peserta, akan tetapi setiap anggota mempunjai hak suara jang tidak berbeda, jaitu masing2 m em punjai hak suara satu. Untuk mentjapai pengawasan jang demikian ini, maka dengan sendirinja harus diadakan sebanjak mungkin rapat anggota. Dalam rapat anggota ini adalah sudah mendjadi suatu kebiasaan, bahkan sudah mendjadi hukum pemaksa (dwingend recht) untuk tidak merahasiakan sesuatu hal djuga jan& m engenai usaha2 jang didjalankan oleh ko-operasi tadi itu. Hal tersebut diatas dimuat pula dalam undang2 ko-operasi L.N. LA4Mp"rAN)9, Bat> V1 Keadaan niata berbuka, pasal 21 (lihat Dari apa jang diuraikan dalam pasal tersebut djelaslah kiranja bahwa pengawasan pada ko-operasi2 adalah berlainan sekali dengan pengawasan pada badan2 peseroan. Pengawasan pada suatu badan pesero itu dapat dikatakan kapitalistis, artinja tergantung pada jang mempunjai modal (kapital), dan djuga dapat dinamakan plutokratis, artinja golongan jang kaja jang memegang peranan penting; hal ini disebabkan oleh karena semua kekuasaan dapat dipegang oleh seorang peserta, tergantung dari besar-ketjil- 28

29 nja modal jang ia sertakan dalam perusahaan itu. Andaikata ada seseorang jang menguasai 1000 kesatuan saham, maka ia dapat mengalahkan 999 orang jang masing2 hanja memiliki 1 kesatuan saham, walaupun mengenai hal ini ada ketentuan2 jang membatasinja. Sebagai perbedaan pula maka dengan singkat dapatlah dikemukakan, bahwa: a) Rapat2 umum peserta2 badan peseroan tidak bermaksud untuk mentjapai tingkatan kerdja-sama jang baik antara pengurus dan anggota2, ataupun untuk mendjelaskan dengan sungguh2 mengenai keadaan njata terbuka. Sebagaimana diketahui oleh umum maka oleh pengurus banjaklah hal2 jang dirahasiakan terhadap pemegang2 saham; b) Perwakilan suara mendjadi kebiasaan; c) Tidak ada usaha pendidikan untuk mempertinggi pengetahuan para pemegang saham. Pemegang2 saham hanja mempunjai hubungan uang sadja dengan badan pesero dan sama sekali tidak mempunjai perhatian lainnja, ketjuali dapatkah saja keuntungan dari uang saja, apakah uang saja dalam bahaja, haruskah saja mendjual saham2 saja untuk menghindarkan diri dari kerugian? dsb. ; d) Pemeriksaan dan pengawasan ada ditangannja golongan ketjil jang kaja dan jang menguasai sebagian besar djumlah kesatuan2 saham. 2. Perbedaan antara ko-operasi dan usaha gotong rojong. K o - o p e r a s i G o^t 9 f1.^ ^ 0 1. n ^ a. Diadakan untuk waktu jang a. Diadakan selama ada kelama (tidak terbatas); usaha butuhan, akan bubar di tetap; waktu pekerdjaan sudah selesai; (usaha sementara); (b. diadakan karena kebutuhan K.b. Tidak hanja terbatas keekonomi; berusaha dilapangan pada soal2 ekonomi, setiap perniagaan; lapangan hidup dalam ma sjarakat dapat diusahakan setjara gotong-rojong; Diadakan menurut dasar2 jang c. Diadakan menurut ketentutertjantum dalam undang2 an2 adat (kebiasaan dan negara; terikat oleh ketentuan2 hukum kebiasaan jang tiundang2 tertulis; modern; dak tertulis; tradisi, naluri, konservatip); 29

30 /~3-. Mengenal keanggotaan jang d. Tidak mengenal keanggotapasti; an jang pasti; umum misalnja penduduk sedesa dapat dikenakan kewadjiban itu dimasa diperlukannja; e. Pertolongan dipusatkan ke- Pertolongan dipusatkan pada jang mendjadi anggota2 untuk kepentingan umum sadja. ditempat. 3. Perbedaan2 antara ko-operasi konsumen dan ko-operasi produsen. Setelah diuraikan perbedaan2 antara badan2 p e r n ia g a a n /p e r industrian dengan badan2 ko-operasi, sekarang perlu pula diterangkan bahwa antara badan2 ko-operasipun terdapat pula beberapa perbedaan2. Jang nampak dengan djelas dan perlu diketahui, ialah perbedaan antara ko-operasi2 jang melajani kepentingan m a n u sia umumnja, konsumsi terutama, dan ko-operasi jang h an ja m ela ja n i kepentingan segolongan orang2 sadja. Perbedaan ini diterangkan dalam rangka perbandingan sebagai berikut: Konsumen: Produsen: (pemakai2 baik bahan, maupun (penghasil; p e n g u sa h a 2), uang kredit ). K Dasar susunan: Para pemakai; sebagain besar Para penghasil terdiri daridari anggota ko-operasi adalah petani2, atau djuga tuan2 tanah buruh2, pegawai2 dikota2, pula dan pengusaha2 lainnja, misalpetani2 ketjil, misalnja: nja: a. ko-operasi djual-beli bahan a. ko-operasi petani gula; keperluan sehari2; b. ko-operasi ru m a h -a sa p ; b. ko-operasi simpan-pmdjam; c. ko-operasi petani tembakau; c. ko-operasi tanggungan-djiwa/ d. ko-operasi gilingan padi, kerusakan. 2. Keanggotaan: Terbuka bagi siapapun djuga; Sangat terbatas pada para sungguh2 didjalankan azas ko- pengusaha sadja; sering pula operasi: tidak membeda2kan ke- segolongan pengusaha2, katurunan, kedudukan, bangsa, rena spesialisasi dan effisiensi warna, kekajaan. usaha. 30

31 3. Pengawasan organisasi: Oleh jang mengusahakan pe- nghasilan barang; ditjari harga setinggi mungkin. Oleh para pemakai, segala sesuatu disesuaikan dengan kebutuhan mereka; diusahakan harga serendah2nja. (4.' Tentang harga: Diusahakan mentjapai harga jang Diusahakan mempertinggi sama dengan tingginja ongkos2 harga barang; selalu mentjari membuatnja sadja, baik harga keuntungan, baik harga babarang, maupun djasa. rang» maupun djasa. 5. Perkembangan pemusatan usaha: Melalui ko-operasi2 usaha pe nghasilan barang; pusat ko- operasi meliputi matjam2 usaha sendiri2. Melalui ko-operasi2 primer menurut daerah2 ketjil tempat tinggal golongan2 pemakai; pusat kooperasi meliputi daerah2. (6) Kehendak ko-operasi: Ada terlihat kehendak dari kooperasi pemakai2, untuk mengkoordiner, melingkari segala segi kebutuhan sipemakai; bersifat umum. 7. Pendidikan: Ditudjukan kepada umum, untuk mempertinggi deradjat anggota2, Ada terlihat kehendak dari kooperasi penghasil2 untuk bersifat chusus satu; spesialisasi, kechususan. Ditudjukan untuk mempertinggi keahlian usaha. Melihat adanja tudjuh matjam perbedaan ini, maka azas R ochdale apakah mungkin dimasukkan pula dalam usaha2 ko-operasi produsen? Tentu mungkin! Perbedaan jang ada itu ialah karena lapangan usaha dan bukan karena azas. *) x) Fundam entals of Consum er Cooperation by V.S. A lanna 9th edition, C ooperative P ublishing A ssociation, Superior, W isconsin, U.S.A. 31

32 B A G IA N II: T E N T A N G D A SA R 2 K E K O -O P E R A S IA N I. DASAR2 HUKUM Dasar hukum gerakan ko-operasi jang ada di Indonesia pada S/^ arang telah ada karena undang2 ko-operasi pada tahun karena a" ' 915 N ' 431)' Undang2 ini diadakan k * *verwe^ende dat de behoefte is gebleken aan eene voor alle bevolkmgsgroepen van Nederlandsch-Indie geldende wettelijke r ge ing der cooperatieve vereniging; enz. (Mempertimbangkan bahwa telah njata ada kebutuhan untuk nga a an satu peraturan undang2 jang berlaku untuk semua ngan penduduk Hindia-Belanda untuk mengatur perkumpulan2 ko-operasi; dsb.). UntUk Pertama kaii telah ada peraturan te n ta n g ini ~operasi* Peraturan jang pertama jang diadakan di Nedprip ^esuai dengan undang2 ko-operasi jang telah dikenal tahun 1Q9^ S<Lmendiak 1886 (kemudian diganti dan dirubah pada niebahkan ^ e[ubahan jang diadakan dalam tahun 1925 mebaran Tsw lm^ n^a undang2 1915, dengan undang2 baru: Lemde Connp r 33 N ' 108, j*aitu tentan Algemene Regeling op k l o n e ^ n r, (Peraturan umum perkumpulan2 tetaoi hiiku* Ua UI?dan 2 berlaku bagi semua golongan, akan iang- beriak diperlakukan terhadap mereka adalah hukum K)8 nasat 9? ba"gsa Neder,a"d (Europah); L.N No. pasal 2 ajat 1 berbunji: en h a n T r 311^ 0 vereniging w ordt beheerst door h et b u rg elijk - adalah ^ recht.voor E uropeanen. (P erkum pulan k o -o p e r a si Eropah) * leh hukum Perdata dan hukum d a g a n g hukum dari lo ln demikian ini tidaklah sesuai dengan keadaan onderdanen i F * lndonesia asli (Nederlands-Indische telah diadakan nerat.v a" karena ini maka Pada tahun 1927 Negara 1927 No 91 ^ bagi Solongan ini: L em baran tieve VereemVingpn tentans R egang Inlandsche Cooperanesja) 5 peraturan perkumpulan2 Ko-operasi Indo- L.N No. 91, pasal 3 ajat 1 berbunji: 32 ene vereeniging als in artikel I bedoeld is bevoegd tot het

33 aangaan van de burgerlijke handelingen, welke aan Inlandsche natuurlijke personen zijn toegestaan. (Suatu perkumpulan seperti jang dimaksudkan dalam pasal 1 adalah wenang untuk melakukan perbuatan2 hukum, seperti jang telah diizinkan kepada orang2 Indonesia). L.N No. 91, pasal 3 ajat 2 berbunji: Zij wordt geregeld door de overeenkomsten van partijen, door de bepalingen dezer regeling, zoomede door het burgerlijk en handelsrecht der Inlanders. (Perkumpulan tersebut diatur oleh perdjandjian2 pihak2 jang bersangkutan, oleh peraturan2 undang2 ini, dan djuga oleh hukum perdata dan hukum dagang Indonesia hukum adat ). Peraturan2 jang tertjantum dalam undang2 ini adalah buah penjelidikan Dr. Boeke di India pada tahun Peraturan2 sebagaimana jang dimuat dalam undang2 1927/91, pada tahun 1949 telah dirubah lagi, maksudnja ialah untuk disesuaikan dengan keadaan zaman (L.N. 1949, No. 179, lihat LAMPIRAN). Akan tetapi segala sesuatunja adalah masih tetap sebagaimana halnja pada permulaan zaman pendjadjahan, dan sampai sekarang ini dualisme dalam undang2 ko-operasi masih sadja dibiarkan. Rentjana perubahan undang2 dibuat sedjak tahun 1946, akan tetapi mengenai hal ini belum djuga ada pengesahan dari pihak Dewan Perwakilan Rakjat. Untuk perkumpulan ko-operasi di Indonesia, peraturan2 jang mengikat adalah: (a) perdjandjian2 jang dibuat antara anggota2 jang mendirikan perkumpulan dan jang dimuat dalam anggaran-dasar dan anggaran rumah-tangga; (b) peraturan2 resmi jang berpokok-pangkal pada peraturan2 jang dimuat dalam undang2 ko-operasi L.N No. 108, jaitu bagi mereka jang tunduk pada hukum Eropah (warga-negara Indonesia keturunan Eropah, Tionghoa atau Arab) dan L.N No. 179, untuk golongan Indonesia, warga negara Indonesia asli (Inlanders dulu). II. AZAS2 KO-OPERASI JANG DILANTJARKAN OLEH ROCH- DALE PIONEERS, RAIFFEISEN DAN SCHULTZE-DELITZSCH SEBAGAIMANA DIMUAT DALAM UNDANG2 KO-OPERASI. A. Didalam penindjauan ini, maka jang mendjadi pedoman ialah Lembaran Negara 1949 No. 179 jang pada masa ini di Indo- KAMARALSJAH - K o -opera si. 3.33

34 nesia berlaku dengan resmi untuk warga negara Indonesia jang tunduk pada hukum adat. 1. Siapapun dapat mendjadi anggota = Open m em bership: Pasal 1 (bab I), pasal 6 ajat 1 ke-7 (bab II), memuat ketentuan2 mengenai hal keanggotaan sesuatu ko-operasi, jang menentukan tidak boleh adanja desakan atau paksaan untuk keluar-masuk ko-operasi bilamana seseorang merasa tidak tjotjok lagi dengan perkumpulannja, dan bahwa setiap kooperasi harus memuat sjarat2 mengenai masuk dan berhentinja orang2 sebagai anggota (lihat LAMPIRAN). Isi pasal2 tersebut adalah sesuai dengan bunji dari azas jang dilahirkan oleh Rochdale Pioneers sebagai azas keko-operasian. Diterimanja azas ini ialah untuk mentjapai djangan sampai ada sesuatu golongan jang menolak masuknja golongan lainnja sehingga dapat menimbulkan keadaan jang tetap gandjil dalam dunia perekonomian, jaitu djustru karena adanja golongan jang mengasingkan dirinja terhadap golongan lainnja jang lemah perekonomiannja. Hal ini tidaklah dikehendaki oleh gerakan ko-operasi. Keanggotaan pada setiap ko-operasi harus terbuka bagi siapapun djuga dengan tidak memandang asal keturunan, kekajaan, agam a atau aliran jang mungkin dianut. Karena hal ini maka apa jang dimuat dalam pasal 6 ajat 1 ke-7 jaitu mengenai sjarat2 untuk dapat masuk dan berhentinja orang2 mendjadi anggota haruslah diartikan sedemikian rupa sehingga tidak akan melanggar dasar2 ko-operasi. Sjarat2 jang perlu diper atikan untuk dimuat dalam an ggaran -d asar s e s u a tu -k o -o p e r a s i di Indonesia ialah: a. M engenai bakat dan ahlak m anusia jang hendak m en d jadi a n g - f H\ dapat didjaga bahw a kedalam k o -o p e r a si itu 3 A? n masuk anasir2 jang tidak baik dan ja n g m u n gkin merobohkan perkumpulan; em erikan ketentuan2 siapakah jang boleh masuk, sehingga untuk61^381 *tu Sun& uh2 a^an mewudjudkan suatu usaha kerdja; rnene tapkan haj jn^ maj<a akan dimuat ketentuan bahwa j n g apa mendjadi anggota ialah orang2 jang kuat dan telah ewasa, an dapat melakukan pekerdjaan seperti jang ditentukan dalam lannnrr iapangan usaha U ko-operasi; i c. em en an ketentuan2 tentang tempat-tinggalnja orang2 jang dapat diterima sebagai anggota, agar supaja dengan tjara de 34

35 mikian dapat ditjapai sesuatu lingkungan kerdja jang ketjil bagi ko-operasi dimana setiap anggota saling kenal-mengenal. Hal ini akan memudahkan dan mempertjepat pengawasan jang perlu dilakukan oleh anggota2 terhadap organisasinja dan untuk pengurus hal ini berarti, bahwa ia dapat mengetahui dengan mudah siapakah diantara anggota2 perkumpulan jang tidak memenuhi kewadjiban2nja terhadap perkumpulan. Dasar mengenai pemeliharaan lingkungan jang ketjil, adalah djuga dasar jang diadjukan oleh Friederich Raiffeisen. 2. Tidak memihak aliran faham atau kepertjajaan agama dan politik jang tertentu = Neutrality of the cooperative in religion and politics. Ko-operasi sebagai sesuatu badan tidak mempunjai tjorak jang tertentu. Ko-operasi adalah suatu badan jang non-politik dan nonreligie. Ketentuan ini adalah erat hubungannja dengan azas open membership. Walaupun dalam undang2 negara Indonesia tidak tegas dimuat sesuatu pasal tertentu tentang hal kenetralan ini, maka hal ini tidaklah berarti bahwa Pemerintah Indonesia menolaknja azas ini. Akan tetapi Pemerintah Republik Indonesia telah bersikap, bahwa setiap ko-operasi tidak boleh mempunjai tjorak tertentu dari suatu aliran agama atau politik. Oleh karena demikian, maka oleh pemerintah tidak nanti akan diperkenankan adanja pasal2 dalam anggaran-dasar suatu ko-operasi jang memuat sjarat2 jang hendak memasukkan faham jang chusus menolak orang2 jang lain pendapatnja mengenai sesuatu aliran agama atau politik. Djadi maksudnja ialah bahwa ko-operasi tersebut telah didirikan untuk jang menganut agama atau politik jang tertentu pula. Ketentuan dalam pasal 6, ajat 1 ke-7 tidak boleh ditafsirkan sebaeai berikut: karena tidak dilarang, maka lalu diperkenankanlah adanja sesuatu ko-operasi jang bertjorak politik atau agama jang tertentu (lihat LAMPIRAN). 3. Azas demokrasi: satu anggota satu suara; tidak diperkenankan adanja perbedaan = Democratic principle one member one vote. Azas ini terdapat pada pasal 14 L.N. 1949/179, pasal mana berbunji seperti berikut: Rapat umum dari para anggota merupakan kekuasaan jang tertinggi dalam perkumpulan ko-operasi. 35

36 Pasal ini kurang lengkap. Walaupun isi pasal dari undangs kooperasi jang berlaku ini tidak lengkap, namun oleh gerakan kooperasi telah diterima dengan tegas dalam pasal2nja azas2 demokrasi dan tiap2 anggota hanja mempunja hak suara satu. zas2 demokrasi ini ada djuga dimuat dalam undang no., dalam pasal 15 dan 16, jang menerangkan pengangkatan an pemetjatan pengurus, kewadjiban pengurus dan tanggungdjawab pengurus (lihat LAMPIRAN). k suara tidak boleh diwakilkan kepada seorang a nggota lain = N o voting by proxy. Tnrfnn^ 2 d*mokrasi..ini ada djuga dimuat dalam undang pula 0Sla 3n kun^ Pasal undang2 1949/179 telah mengakuinja Pengertian ini dapat diambil dari tafsiran pasal 13 L.N. 1949/179: riana!1 ltu ada^ ^kat pada dirinja anggota dan tidak Pada Ipmd+a^kan dengan tjara bagaimanapun djuga. bahwa mena! ^ 3? S,ran ini' se Iah2 akan terhenti pada pengertian, tanda k e a n L T nggotaan ini iang dimaksud ialah hanja, bahwa apabila ditinh 3a!V.tu tidaklah dapat didjual-belikan. Akan tetapi tentano- ^ da*am» maka sudah barang tentu pengertian h a? ^ ks r an ini adalah,ebih,uas it u b a h w a S e g a la boleh dtdialanfc- iah de"gan keans g taan sam a sek a li tid a k - W a n pu a ha, I Pendirian 0^? ^ ^ a " ^ a se n d ir i d e' den?a" hak suara seseorang anggota, operasian menentukf dl^ e"arkan apabila diingat bahwa azas kekoanggotania ian n a a dalam perkumpulan ko-operasi para bahwa segala n f h ei? 3^Un^ ltu haruslah saling kenal-mengenal, dengan bantuan ^ ^ ^ PerkumPu^an akan hanja berdjalan lantjar Kerukunan dan sungguh2 dari anggota* jang tergabung itu. anggota2 ko-on j a-sania jang erat ini hanja dapat ditjapai kalau Pengetjualian sungguh2 semuanja, dengan tidak ada oleh ko-operasinia n? m Sega^a usa^a jang diselenggarakan berikan perhatia 3 usaha2 ini setiap anggota harus memumum, dimana d Sepenuh2nj a> lebih2 pada waktu diadakan rapat kan hidup_rnat: -engan sendirinja segala keputusan jang menentumemang benar2 ^ per, Pulan akan diambil dalam suasana jang Dalam rapat n i ^ k ^ s e «^ 238 kekeluarg aan ian S sebesar^nja. pendiriannia Ho a t P anggota tentu harus mengeluarkan terdanatn P6n n^a ^a*tu untu^ kebaikan organisasi. Dan ja semua suara dari anggota adalah sangat penting,

37 karena apabila suara ini diwakilkan maka sudah barang tentu akan terdapatlah suatu kumpulan suara jang dikeluarkan oleh sebagian ketjil anggota2, jang tentu dapat mempengaruhi djalannja perkumpulan. Akan tetapi pada masa achir2 ini, tidak hanja di Indonesia akan tetapi di lain negeri pula, terlihatlah suatu pertumbuhan ko-operasi jang sangat meluas jang mengakibatkan banjaknja anggota2 djuga bertambah sedemikian rupa, sehingga sangat sukar untuk mendapatkan ruangan untuk bermusjawarat. Untuk mengatasi segala kesulitan ini, maka ko-operasi2 kemudian mengambil tindakan jaitu dengan djalan mengadakan perwakilan anggota. Sudah barang tentu tindakan ini menjalahi azas jang diterangkan tadi, akan tetapi hal ini telah dilakukan karena keadaan memaksa, jaitu karena banjakna dan luasnja daerah bekerdja. Akan tetapi walaupun demikian halnja maka, suasana kekeluargaan harus dipegang teguh dan tali persaudaraan antara sesama anggota djanganlah sampai dilepaskan. Djadi dengan tjara apapun djuga haruslah diperhatikan tumbuhnja ko-operasi berdasarkan kerukunan dan demokrasi jang sedjati. 5. Modal peserta anggota akan diberi penghargaan karena djasanja jang terbatas = Share capital to be paid a moderate fix e d return. Ketentuan jang diadakan jang mempengaruhi kedudukan usaha ko-operasi telah diadakan pada tahun 1844 ketika Rochdale Pioneers mulai dengan usahanja. Tjaranja adalah sama dengan usaha2 dari perseroan lainnja, hanja pada ko-operasi2 diadakan perbedaan dalam pemberian djasa kepada modal peserta tadi. D j asa jang diberikan oleh ko-operasi kepada setiap modal peserta akan ditentukan lebih dahulu dan tidak akan berubah. Ketentuan ni lain sekali halnja dengan apa jang lazim didjalankan oleh perseroan lain. Pada N.V. dsb. djasa tidak hanja beruba menurut besar ketjilnja modal peserta, akan tetapi djuga ikut serta dengan keadaan pasang atau surutnja usaha jang didjalankannja. Jang dikatakan pada achir kalimat tadi sama sekali tidak dikenal oleh ko-operasi, sesuai dengan ketentuan membatasi pemberian dividend pada modal peserta jang dimuat dalam undang2. L- 1949/179 pasal 31, Bab IX (lihat LAMPIRAN). Chusus tentang surat perseroan/surat tanda peserta dan pula per^ bedaan antara badan pesero dan ko-operasi. Surat2 pesero dari badan2 lainnja selain daripada ko-operasi dapat diperdagangkan 37

38 diluar kumpulan. Hal jang demikian ini tak dikenal oleh ko-operasi. Walaupun tiap2 anggota ko-operasi Rochdale mempunjai lebih dari satu surat pesero dan pada suatu ketika ada pula jang mempunjai limapuluh buah, namun perdagangan surat2 pesero tadi tidak boleh didjalankan diluar kumpulan. Para anggota hanja boleh mendjual sahamnja kepada sesama anggota sadja dan kepada perkumpulannja sendiri atau kepada orang2 jang hendak mendjadi anggota. Ketentuan jang demikian dimuat dalam undang2 ko-operasi L.N no. 179 dalam pasal 13 bab IV- (lihat LAMPIRAN). Menurut undang2 hukum perdata atau hukum dagang, surat tanda peserta ko-operasi tidaklah dianggap sebagai surat berharga seperti jang lazim dikenal pada surat saham dari badan2 perseroan ainnja (aandeel-brief). Surat2 pesero ko-operasi tidak dikenakan beteka ^ meterai dan d5ansgap sebagai tanda keanggotaan Selainnja hal ini oleh tiap2 ko-operasi telah dimuat dalam ang^ara"~dasarnia>berbagai2 tjara mengenai penghimpunan modalnja dan ketentuan2 jang chusus untuk ko-operas* o o etentuan2 itu ialah, bahwa modal ko-operasi adalah uang mi i nja para anggota jang disimpan, dan karena hal ini maka mo a peserta dari tiap2 anggota dinamakan sim panan. Simpanan Chusus jang dikenal ada dua matjam, jaitu: impanan-pokok: dapat disamakan dengan saham dalam perkumpulan perseroan. Besarnja uang simpanan-pokok ini adalah tertentu djuga. Bedanja ialah apabila djumlah simpanan jang ditentukan oleh perkumpulan dalam anggaran-dasar Oleh seorang anggota jang baru belum semua dapat ditjukupi, maka anggota ini tidaklah mempunjai hak suara dalam rapat2, selama djumlah dari simpanannja belum lagi 0 c. *unas. oimpanan-wadiib dan an S1mpanan2 lainnja: dibebankan kepada anggota2 jang telah mentjukupi kewadjiban- ja membajar penuh simpanan-pokok, se- Lra j ltn..!n a ia telah mendjadi anggota penuh. ^ mp n a n \n' mempunjai sifat jang sama. Simpanan-pokok dan simpanan-wadjib ini tidak dapat diminta kembali selama ia masih mendjadi anggota perkumpulan. Pemberian kembali sim panan ini harus ditentukan menurut tjara jang ditentukan dalam anggaran-dasar. 38

39 Akibat hal ini adalah sama dengan apa jang ditentukan oleh para Rochdale Pioneers, hanja tjaranja berbeda. Rochdale Pioneers mengambil ketentuan bahwa surat pesero (sama dengan tanda keanggotaan) hanja dapat didjual kepada anggota baru atau kepada perkumpulannja, dan setelah ini dilakukan maka anggota lama dapat keluar dari perkumpulan dan segala hak keanggotaannja akan hilang. 6. Pendjualan dengan dasar tunai = Trading on a cash basis. Dasar pendjualan setjara tunai, maupun pendjalan barang2 jang tulen kwalitetnja dan tidak dipalsu timbangannja tidak dimuat dalam undang2, akan tetapi hal2 ini haruslah mendjadi dasar bekerdja bagi setiap ko-operasi Indonesia. Dasar2 perdagangan hendaknja pada masa sekarang ini dipegang teguh karena rakjat kerapkali telah mendjadi korban dari para pengusaha jang bertindak kurang djudjur atau jang memaksakan rakjat untuk membeli barang2nja jang kurang baik kwalitetnja. Dan rakjat sebagai pembeli harus membiarkan sadja hal ini, karena mereka itu adalah terikat pada pengusaha2 tadi sebagai akibat dari pembelian kredit. Pembelian2 setjara kredit ini menimbulkan hutang jang tidak dapat dibajar lunas oleh rakjat. Karena ini maka ko-operasi2 di Indonesia adalah berkew adjiban untuk memberikan pendidikan kepada anggota2nja, jaitu untuk m em beli barang2 jang diperlukan dengan tunai, dan perlu untuk beladjar m enabung. 7. Pembagian keuntungan kepada anggota2 dengan dasar djasanja = Surplus of an association to be returned to a member in ratio t o his purchases. Pada achir tahun terdapatlah hasil usaha bersih; sesudahnja hasil ini dikurangi dengan segala ongkos2 untuk dapat mendjalankan usaha, maka hasil bersih harus dibagi2kan (artinja: dikembalikan kepada semua anggota peserta) kepada anggota2nja dengan dasar pembelian jang mereka masing2 lakukan (artinja: sesuai dengan djasanja terhadap perkumpulannja). Ketentuan tentang hal ini tidak dimuat dalam undang2 L.N no. 179, akan tetapi walaupun demikian halnja, namun hal ini telah mendjadi azas keko-operasian pula di Indonesia, jaitu dimuat dalam pasal anggaran-dasar. 39

40 8. Usaha mendidik anggota2 = Education of mem bers. Oleh ko-operasi2 di Eropah pendidikan adalah merupakan usaha jang utama untuk memberikan keinsjafan keko-operasian kepada anggota2. Ketentuan- ini tidak dimuat dalam perundangan negara manapun djuga, akan tetapi hanja merupakan andjuran2 sadja jang paling utama harus dilakukan. Menurut James P. W arbasse, maka sebagian dari keuntungan bersih jang terdapat pada achir tahun harus disediakan untuk pendidikan ini, dan bagian ini sekurang2nja harus 2,5 %. Di Indonesia andjuran jang demikian telah dimuat dalam anggaran2-dasar dari ko-operasi2 dalam pasal2nja jang mengenai pembagian keuntungan, akan tetapi undang2 negara tidak mengadakan ketentuan chusus mengenai hal ini. B. Demikianlah kiranja perbandingan jang terdapat antara azas2 Rochdale dengan undang2 negara Indonesia. Selain dari dasar2 asal dari Rochdale Pioneers, maka selandjutnja akan dikupas pula dasar jang ditinggalkan oleh Friederich Raiffeisen, azas2 m ana djuga telah dimuat dalam undang2 negara Indonesia. 9. Tanggung-djawab jang tidak terbatas bagi an ggota2 baik setjara bersama maupun setjara perseorangan. Ketentuan jang demikian ini dimuat dalam undang2 L.N no. 179 dalam pasal2 berikut (lihat LAMPERIAN): ke-1. Pasal 6, ajat 1, ke-4; ke-2. Pasal 27; ke-3. Pasal 28; ke-4. Pasal 28 ajat 1; ke-5. Pasal 30 kalimat2 pertama dan kedua. Dasar2 jang dikemukakan dalam pasal2 tersebut mengandung maksud dan arti sebagai berikut. Artinja pasal2 ini kiranja telah djelas. Walaupun sering dikatakan, bahwa kewadjiban demikian ini adalah berat, namun hal2 mi perlu iaitu agar supaja ko-operasi2 dalam dunia perniagaan berikan^ keper^ a^aan jang penuh dari pihak jang dapat mem- Uang- Djuga adalah mendjadi kewadjiban, bahwa jang memindjam itu harus memberikan tjukup djaminan kepada jang memindjamkan atau kepada badan2 jang mau menghutangkan barang2nja kepada ko-operasi, dengan maksud agar supaja badan2 tdi tidak akan 40

41 menderita kerugian jang tidak diharapkan. Didalam dunia perniagaan setiap badan jang berniaga harus dapat memberikan tjukup djaminan bahwa ia itu credietwaardig. 10. Suatu lingkungan daerah kerdja jang terbatas ( satu desa atau desa2 jang berdekatan). Ketentuan tentang hal ini dimuat dalam undang2 ko-operasi L.N no dalam pasal 6 ajat 1 ke-2. Pasal 6 ajat 1 ke-2: uraian mengenai maksudnja dan ketentuan mengenai daerahnja, dalam mana ia akan bekerdja ; Didalam undang2 tidak dengan tegas diambil sikap berapa luasnja lingkungan daerah tadi, akan tetapi didalam praktek kekoperasian di Indonesia, ko-operasi2 selalu akan mempunjai daerah kerdja jang seketjil2nja. Maksudnja dari ketentuan ini ialah tidak lain daripada agar supaja pengawasannja dipermudah sekali dan pemberian pindjaman2 kepada anggota2 tidak akan menimbulkan keragu2an, karena anggota2nja tidak saling mengenal. Djuga karena lingkungan kerdja ini maka segala hal jang merugikan perkumpulan dapat dihindarkan. Pemberian pindjaman ini meminta djaminan tentang soliditetnja. Oleh karena para pemindjam ini adalah orang2 ketjil jang tidak mempunjai tjukup kekajaan dan pula lemah ekonominja, maka soliditet dari para pemindjam terutama adalah tergantung dari sifat2 dari tiap2 orang: sifat radjin bekerdja, bukan pemalas, dapat dipertjaja, djudjur dsb. Djadi dengan singkat semua sifat2 baik jang didapat pada seorang orang jang baik budi dan djudjur. Hal2 jang demikian ini adalah berharga sekali dalam hal menentukan pemberian pindjaman kepada seseorang anggota. Selainnja untuk mentjukupi kebutuhan kebendaan anggota2nja, maka ko-operasi mempunjai kewadjiban pula untuk mendidik anggota2nja mendjadi warga-negara jang baik, hidup rukun serta setia kepada usaha jang mereka dirikan untuk kepentingan bersama A nggota 2 pengurus tidak mendapat upah atau gadji. Undang2 ko-operasi tidak memuat ketentuan tentang hal ini, akan tetapi tiap2 anggaran-dasar ko-operasi2 senantiasa akan memuat sesuatu pasal tertentu dimana dinjatakan dengan tegas bahwa: anggota2pengurus tidak akan menerima upah atau gadji dan bahwa mereka itu hanja akan menerima penggantian kerugian ongkos2 jang mereka harus keluarkan untuk keperluan perkumpulan. 41

42 D engan dim asukkatm ^ Ctmikian ini dalam per- k T i i i ' " K " «-»p" 1 r : r t t r / ^ ekonominja anbgota2 jang buruk nasibnja serta lemah CTo f a ip f n L an,i!>at dah ':efen uan2 <'ang diuraika" tadi, m aka a n g- diperoleh "oleh ktoperasfn!aldt a akanlfmengutamakan hasi' 2 ja"g iano- akan mo J i tetapi akan mengutamakan usaha2 dengan L ndt i nf r,unhgkan a«2"i*- Oleh karena itu, maka jang spekulatin 6 mereka a^an didjauhkan semua tindakan2 perkumpulan dan te r a te m a ^ fk 11 k kemungkinan akan merlls ikan para anggota2nja. men untungkan sama sekali 12. Saham2 mempunjai djumtah jang ketjil. mendjadi lu ls sekali sehnee* " t T aka 'ingkungan an ggota2nja sem p atan untuk m em b elin ifh J3ng ketjilpun m en d a p a t k e - pulan. Dan hal inh apa, mendiadi a"gg0ta PerkUmuntuk mereka, karena mereka t 'J p,ertolonsan lang besar artinja ikatan hutangnja, sehine erapkah dapat m elep ask an diri dari m erdekaan ekonominja mereka dapat m em peroleh k em b a li k e Pem bagian keuntn Berbeda haln 'a d dens n dascir Peserta tidak diadakan. kan pemberian azas Rochdale jang masih memperkenan- Raiffeisen m en jad i agian walaupun dengan terbatas, maka Ko-operasi2 Sama sekah pembagian laba modal, hingga dalam h *n]ak mensanut azas Rochdale sengenai pemberian d n asarnia telah dimuat ketentuan medari keuntungan kepada Para pesertanja sebagai pembagian / 4. Pemberian pin(n djam inan tertentu. n kepada anggota dilakukan dengan D asar jan g m engenai dia dengan maksud untuk m h 1" 3" J3ng tjukup telah diadakan jaitu terd apat kem ungkinan a k ^ ^ 3 kese*iatan u sa ha, se h in g g a tid a k apabila sipemindjam tidak rug' dalam usahanj'a- K arena hal ini membahaiakan kprt.nf mentiukup> kewadjibannja, maka J «n Kedudukan usaha bersama.

43 15. D anai tjadangan disamping modal perkumpulan tidak dapat dibagi. Dalam undang2 ko-operasi *), pemerintah Indonesia tidak mengambil sikap jang tegas sekali mengenai hal ini. Hanja dalam beberapa pasal sadja hal2 jang bersangkutan dengan modal perusahaan telah disinggung2. Pasal2 tersebut ialah, pasal 19 dan 20 dari L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN). Pada sistim Raifeisen, sudah mendjadi suatu ketentuan bahwa semua hasil usaha bersih jang didapat setiap tahun tidak akan dibagikan sama sekali kepada anggota2nja, akan tetapi haruslah dimasukkan dalam dana2 tjadangan jang mendjadi milik semua anggota. Kalau perkumpulan dibubarkan, maka dana tjadangan jang ada, setelah dikurangi seperlunja untuk menutup hutang perkumpulan sewaktu dilakukan penjelesaian, kelebihannja akan diberikan kepada perkumpulan jang sehaluan dan setudjuan dengan ko-operasi itu, atau didirikan suatu jajasan jang dapat memelihara selandjutnja segala t j i ta2 jang dimiliki oleh ko-operasi tadi. Tentang hal jang terachir ini dalam undang2 ko-operasi Indonesia (L.N no. 179) telah dimuat dalam pasal 37, ajat 1, huruf e, ketentuan sebagai berikut: mempergunakan sisa laba perkumpulan apabila ternjata ada sisa laba, sesuai dengan tudjuan jang ditetapkan dan mempergunakannja buku2 dan arsip perkumpulan menurut pendapatnja jang sebaik2nja. I) Mengingat bunji dan kata2 jang dipergunakan, dalam pasal 20 L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN) maka tampaklah, bahwa seolah2 dana tersebut tadi boleh dipergunakan diluar perusahaan dan boleh ditanam dalam usaha lainnja, hal mana tentu akan menghilangkan sifat jang liquide ( = dengan segera dapat mengadakan penjelesaian) itu. Karena ini maka telah diambil kesimpulan, bahw a apa jan g diartikan dalam pasal 19 (lihat LAMPIRAN) itu adalah lain dari pada apa ja n g diartikan dalam pasal 20. Pasal 19 sungguh menundjukkan adanja dana tjadangan dengan segala ketentuan jang berhubungan dengan dana tadi. Oleh karena itulah maka dana tjadangan sematjam ini akan terbatas besarnja, x) U ntuk selandjutjna hendaklah diperhatikan, bahw a jang dim aksudkan dengan undang ini, ialah L.N no (lihat LAM PIRAN). 43

44 besar'ke«ilnfan irpen^erf'*n dal3m ekonomi perusahaan dimana h U u n ^ a n T t w; T r, Jang mu"gkin diderita telah d apat diperd e n l n 1 t i?1 ' Ka'aU USaha Pembentukan dana in i _ perusahaanra_!v ^ Pt,*a un rnemisahkan sebagian dari hasil bersih m aka cnhah h 6 3 men*iapa' maksimum jang telah ditentukan, maka sudah barang tentu tambahan akan dihendkan. sedikit baniaii'c>h * Pasa^ 20, maka apa jang diutarakan ini adalah t ia d in in f Pasa 2 0 menerangkan, bahw a uang sendiri seria 'Perg unakan dalam usaha2 diluar usahanja sedia iahu rip T * ters6but Selalu ha «tia p waktu ter- Diadi kesim " r -"13 SUd untuk menghadapi segala kem ungkinan, bahwa t n Z, Jang dap3t diambil dari b«i * * 2 0 in f ialah, nghac^ant kemn1' 13? 11 bukan,ah da"a ia d a" ga " untuk m e- jang dibentuk d f r i ' a",!ffapi suatu dana iada"gan buku iancr a. bersih kum pulan. Untuk 130 dipergunakan untuk m elu ask an u sa h a 2 p e r - apabila pada ria men^ indarkan salah faham, m aka b a ik la h k iranja pembangunan atau ^ana^3! diberika" n3ma,ai"' mis3'"ia ^ dalam buku2 np v perluasan usaha, d ana2 m an a d im a su k k a n Oleh kare P; rk PU,an Sebagai ««kajaan bersih, halnja dengan ' Sudnia dana sematjam ini adalah lain sekali ini tidak diadakan b ^ a f2dn ebutdalam PaSal W maka untuk dana kin, dan dengan d na Ini dapat mendjadi sebesar mungkum pulan k o -o n era ^ 3 m ' PUla diperiuas s e g a la u sa h a p e r - djam inan dimaco em ang apabila dana ini d ilih a t d ari su d u t m aka sudah bara ^ fusa^aan diselesaikan (d in ja ta k a n p a illit), K esim pulan d a rt v ** merupakan d 3u g a d a n a tja d a n g a n. m enundjukkan adan'6 d * T>asal *tu ia^a^} b ah w a pa sa l 19 dan 2 0 kan dana tjadanga ^ U3 ma^ am dana. K cduasnja d a p a t d in a m a - Jang satu untuk t i a d ^ 11 tetapi ^ang m aksudn]a a d a la h b erla in a n, d ip akai guna m e l u p ^ ^ 0 kerusian> dan jang kedua u n tu k d a p a t U ntuk menghindarka perkum Pu,an n- lebih baik diganti h faham > m aka nam a2 dari d a n a in i». r *t * i usahaan!eu adnrh Sl,na^a.n dida,am m aup '1 diluar p erdenp-pn dana ini harus setiap waktu tersedia, an pp i ma SUd untuk dapa t m em pertahankan k e k a ja - a Perkumpulan; rnja djumlah uang dana adalah terbatas, tju k u p

45 untuk bertahan. Akan tetapi tentu ada plafond-verschuiving menurut kebutuhan. b. Dana perluasan usaha; sifatnja: 1. boleh dipergunakan diluar maupun didalam perusahaan; 2. besarnja dana tidak terbatas. Dana ini masuk dalam ketentuan kekajaan bersih. 3) Di Indonesia ko-operasi2 telah mengikuti Raifeisen sebagaimana didjelaskan dalam undang2 ko-operasi L.N no. 179, pasal 19. Dinegeri2 lain ada pula tjara2 jang lain, misalnja jang dimuat dalam anggaran-dasar COOPERATIEVE BOEREN- LEENBANK jang menggabungkan diri pada COOPERATIEVE CENTRALE RAIFFEISEN-BANK di Utrecht (Nederland). Pasal 39, anggaran-dasar dari ko-operasi tersebut berbunji: Hasil usaha tidak dibagikan, akan tetapi mendjadi uang simpanan dan setelah dikurangi dengan kerugian2 jang diderita, maka selebihnja lalu dimasukkan kedalam dana2 tjadangan usaha. Tiap achir tahun-buku oleh pengurus diperiksa apakah dana2 tersebut tadi telah mentjapai sedjumlah uang jang sama besarnja dengan seperempat djumlah uang jang telah dikeluarkan sebagai pindjaman (uang-muka) dalam salah satu tahun antara ketiga tahun jang mendahului tahunbuku ini, jang dapat dianggap sebagai pengeluaran uang jang paling besar. Apabila hal jang demikian ini dapat dibuktikan, maka hasil bersih daripada tahun-buku jang berlaku ini, beserta mungkin adanja bunga dari dana2 jang diperoleh dalam tahun-buku itu, dapat dipergunakan untuk tudjuan kesedjahteraan bersama antara para anggotanja. Maka karena ketentuan ini oleh keputusan dari rapat umum anggota, bunga jang diminta oleh perkumpulan dari pindjaman2 jang dilakukan dapat dikurangi untuk kepentingannja anggota2 jang memindjam, atau selain daripada tindakan demikian itu, rapat umum anggota dapat pula mengambil keputusan untuk mengerdjakan pekerdjaan jang bermanfaat atau membeli barang2 jang akan memberi manfaat bagi anggota. Tentang sifat dari dana2 itu, maka dalam anggaran-dasar itu d juga dengan tegas dinjatakan dalam: P asal 40, ajat 1: Dana2 tjadangan ini adalah tetap mendjadi milik perkumpulan dan tidak boleh dibagi2kan kepada anggota. 45

46 Demikianlah sikap jang diambil oleh sesuatu perkumpulan kooperasi di Nederland jang berusaha dilapangan perkreditan kepada golongan petani. Sikap ini hendaknja tidak hanja diambil oleh ko-operasi2 di Nederland sadja akan tetapi 'adalah djuga sudah mendjadi suatu keharusan bagi ko-operasi2 untuk mengadakan suatu dana jang tertentu untuk menghadapi keadaan jang sulit. Dana demikian ini dinamakan dana tjadangan. Tindakan ini menundjukkan kebidjaksanaan berusaha jang baik sekali. Karena membuat suatu dana jang tjukup kuat untuk menghadapi keadaan sulit, atau untuk mengatasi kesukaran2 jang diderita karena kerugian2 adalah tidak kurang pentingnja dengan menghimpunkan modal untuk dapat berusaha. Ko-operasi mengadakan dana tjadangan untuk dapat mempertahankan diri dan melandjutkan usaha, dan penghimpunan modal adalah perlu untuk memulai usahanja. Ini adalah perbedaan antara kedua lembaga tadi, jang sama pentingnja untuk usaha2 jang diadakan dengan berdirinja ko-operasi. Antara tindakan bidjaksana ini dari pihak pengurus dan organisasi jang dilakukan dengan seratus persen tentu akan terdapat bentrokan dengan keinginannja dari pihak anggota2 jang ingin menerima semua keuntungan jang diperoleh organisasi pada saat itu djuga karena kepentingan perseorangan. Karena anggota sering tidak akan dapat ikut serta memandang kemuka dan pula tidak akan merasa pentingnja sesuatu dana jang akan dapat melindungi organisasi dari bahaja keruntuhan. Dana tjadangan itu adalah ibaratnja suatu pertahanan untuk masa jang penuh kesukaran dalam lapangan keuangan jang sewaktu2 dapat timbul dan menggontjangkan usaha2 perniagaan. Kesukaran2 jang dihadapi misalnja adalah kerugian2 sekonjong2, kehilangan peralatan jang sempurna, hilangnja permintaan dipasar jang sudah mendjadi pasar tetap, timbulnja persaingan dari pihak perusahaan2 jang baru, kehilangan pasar karena ada barang jang baru dan dsb. Walaupun adakalanja sesuatu organisasi ko-operasi akan menjampingkan sesuatu djumlah uang untuk menghadapi keadaan jang sulit ini, maka penjampingan uang ini tidaklah akan dapat dinamakan dana tjadangan, karena masing2 anggota perseorangan dapat mengemukakan hak miliknja. Djadi dana tjadangan jang sebenarnja itu ialah suatu dana jang dimiliki oleh organisasi sebagai organisasi dan tidak dapat dibagikan, dan diadakan untuk mengatasi kesulitan2 jang mungkin dapat timbul dimasa jang akan datang. Dana ini bukan kepunjaan anggota2 perseorangan karena sesu 46

47 atu hak. Dan oleh karena demikian, maka surat2 jang diterbitkan oleh perkumpulan jang menghimpun modal dengan tjara revolving fund, baik jang dinamakan certificates of indebtedness atau certificates of credit atau equity, tidak boleh diterbitkan untuk merupakan dana tjadangan perkumpulan. Selain dari pentingnja dana tjadangan untuk menghadapi masa jang penuh kesukaran, maka dana tjadangan ini djuga mempunjai arti jang tertentu sebagai sesuatu hal jang akan menambah martabat piutang (credietwaardigheid) perkumpulan. Dengan adanja dana tjadangan tentu kepertjajaan dari pihak jang akan diminta hubungan usaha akan tambah. Pula dalam hal membutuhkan pindjaman, maka apabila oleh pihak jang akan memindjamkan diketahuinja, bahwa kooperasi itu mempunjai tjadangan jang kuat dan besar maka hal jang demikian ini akan sangat memudahkan pemberian pindjaman oleh mereka. Sudah barang tentu karena sifatnja, maka pada umumnja dana tjadangan harus selalu segera dapat diwudjudkan bilamana tiba saatnja untuk dipergunakan. Karena itulah maka dana tjadangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga selalu siap sedia, jaitu bersifat liquide. Sebagai akibat hal ini, maka dana tersebut sebagian besar harus terdiri dari surat2-berharga jang selalu mudah dapat didjadikan uang tunai ataupun disimpan dalam bank jang selalu dapat mengeluarkan apa jang disimpannja. Selain dari tjadangan jang biasa diadakan untuk menghadapi kerugian, maka akan dapat djuga diadakan dana tjadangan untuk menghadapi kemungkinan2 jang direntjanakan. Misalnja: 1. tjadangan untuk mendjaga penghargaan alat2 perusahaan karena penjusutannja; atau untuk menutupi kalau ada pindjaman jang tidak dapat ditagih; <2! karena keadaan suasana ekonomi pada sesuatu waktu memaksakan dengan tiba2 pada ko-operasi untuk lebih banjak mempertaruhkan sebagai ongkos2 produksi; tjadangan modal: maksudnja ialah untuk menghimpunkan modal jang akan dibutuhkan untuk memperluas usaha atau untuk medirikan bangunan2 baru sebagai perluasan usaha kooperasi, pula untuk mengembalikan dan menarik kembali semua surat2 piutang; & tjadangan untuk menghadapi tambahan padjak jang diminta oleh pihak resmi atau djuga untuk dapat memenuhi kewadjiban jang timbul dengan tiba2 karena harus mempertanggungkan barang2. 47

48 Karena maksud2 jni maka dana tjadangan itu mempunjai dua pengertian: a. dana tjadangan untuk menghadapi kemungkinan rugi; b. dana tjadangan untuk dapat melaksanakan perluasan usaha. Bagaimanakah sekarang tjaranja untuk menghimpunkan dana2 tjadangan ini? Mengenai penghimpunannja ini dapat dikemukakan disini dua matjam tjara, jaitu: 1. tiap2 tahun oleh perkumpulan disampingkan suatu bagian jang tertentu dari keuntungan bersih jang diterima pada achir tahunbuku; 2. ko-operasi menentukan terlebih dulu djumlah jang didjadikan tjadangan apabila hal ini dipandang perlu olehnja. Dana ini diperoleh dari potongan2 tertentu dari apa jang sebenarnja adalah mendjadi hak anggota, atau dari penambahan tertentu dari djumlah jang mendjadi kewadjiban anggota. Tindakan jang sedemikian ini adalah berbeda sekali dengan apa jang dimaksudkan dengan simpanan-wadjib, walaupun tjaranja sama. Simpanan-wadjibpun diperoleh dengan tjara potongan atau tambahan dari apa jang mendjadi hak anggota. Akan tetapi bedanja antara kedua himpunan tersebut ialah bahwa, tjadangan jang diperoleh dengan tjara simpanan-wadjib itu selalu mendjadi haknja anggota2, sedangkan jang mendjadi dana adalah hak-milik organisasi dan tidak dapat dituntut oleh anggota2 sebagai miliknja. Kalau dipandang dari sudut tjaranja menghimpun, maka sudah barang tentu kedua tjara ini akan mempunjai untungnja dan akan pula menundjukkan kekurangannja. Dengan tjara jang pertama maka penghimpunan tjadangan akan lambat sekali tertjapai, hal ini adalah sesuai dengan keadaan dan sifat ko-operasi jang tidak mengedjar keuntungan. Dan tjara ini jang tidak akan berat dirasakannja oleh para anggota. Lain halnja dengan tjara jang kedua jang berakibat langsung, dan hal mana pula dirasakan oleh anggota2 jang bersangkutan. Akan tetapi dengan tjara jang kedua ini, maka akan dapat lekas ditjapai sesuatu dana jang tjukup besarnja. Dan para anggota dipaksa pula untuk memikirkan dan menundjang usaha untuk memperbesar usaha perkumpulan. Dengan tjara inipun dapatlah diringankan ongkos2 jang diperlukan untuk perusahaan ko-operasi, dan akan tertjapailah pula dengan segera sifat kelangsungan (continuiteit) dari tjadangan ko-operasi pula. Tentang besarnja dana tjadangan ini semuanja tergantung kepada apa jang mendjadi pokok usaha dari perkumpulan ko-operasi. 48

49 Kalau ko-operasi mengusahakan barang2 jang memang mempunjai persaingan hebat dipasar perdagangan dan selalu akan diombangambingkan oleh harga jang tidak tetap dan sangat berbeda, maka dengan sendirinja ko-operasi ini harus mempunjai dana tjadangan jang tjukup besar untuk dapat menerima pukulan2 jang selalu akan dirasakannja. Oleh karena hal jang demikian ini maka haruslah ditindjau selalu usaha apakah jang didjadikan pokok usaha dari ko-operasi. Karena tergantung dari matjamnja usaha, maka dapat pula ditentukan besarnja dana tjadangan. C B. Bahan2 jang diberikan dalam halaman2 jang lalu, menerangkan tentang dasar2 ko-operasi berasal dari pendiri2 ko-operasi di Rochdale pada tahun 1844 dan dari Friedrich Raiffeisen pada tahun Selain dari pada dasar2 ko-operasi tersebut itu, maka terdapatlah pula dasar2 lainnja jang diandjurkan oleh SCHULZE DELITZSCH. Jang dibentuk oleh Schulze Delitzsch ialah sesuatu ko -operasi kredit pula, akan tetapi halnja adalah berbeda sekali dengan Raiffeisen. Bank-kredit ko-operasi ini tidaklah didirikan untuk kebutuhan para petani, akan tetapi untuk kebutuhan para industriil ketjil umumnja golongan menengah jang ada dalam keadaan jang tidak baik jang disebabkan oleh karena bangunnja industri2-raksasa di Djerman. Usaha dari bank-ko-operasi jang didirikan oleh Schulze Delitzsch ini bermaksud menolong golongan menengah, jaitu dengan maksud supaja mereka itu djangan sampai sama sekali akan kehilangan lapangan pekerdjaannja dan akan didjadikan golongan buruh belaka. Antara sistim Schulze Delitzsch dan Raiffeisen terdapat perbedaan2, djustru karena perbedaan2 dalam lapangan usaha dan kebutuhan2. Pokok tudjuan usaha dari Schulze Delitzsch ialah, untuk dalam waktu jang sesingkat2nja memungkinkan mendapatkan modal jang tjukup kuat untuk memberikan bantuan kepada anggota2nja. Kepada mereka itu diberi kesempatan penuh untuk dapat mendjadi pengusaha besar. Kalau menurut Schulze maka perubahan jang berarti itu ialah perubahan jang mendjadikan ko-operasi bermodal ketjil mendjadi jang bermodal besar atau dengan lain perkataan van klein-kapitalist tot groot-kapitalist. Pokok usahanja ialah mendekatkan mereka jang mempunjai uang dengan mereka jang membutuhkan uang, agar supaja uang jang tidak terpakai dapat dipergunakan, dan didjadikan produktip lagi. KAMARALSJAH - Ko-operasi. 49

50 Tjara2 jang didjalankannja ialah: 1. Diadakan pendjualan saham kepada para anggota2nja jang sedemikian besarnja, sehingga dalam waktu jang singkat dapat dibangunkan modal jang tjukup kuat, pula sehingga dapat melajani kebutuhan anggota2nja jang hendak mendirikan perusahaan jang tjukup besar untuk menjaingi ataupun sedikit2nja untuk menjamai jang telah ada; 2- Anggota2 jang belum memenuhi kewadjibannja tidak diberi bagian dari keuntungan jang diperoleh dalam setahun kerdja. Oleh karena hal demikian ini, maka setiap anggota akan berusaha untuk setjepat2nja melunasi uang pesertanja jang mendjadi kewadjibannja; 3. Pembagian keuntungan didasarkan atas besar ketjilnja uang peserta. Oleh karena ini, m aka p ara anggota peserta tak akan hanja memiliki satu saham sadja, akan tetapi akan membeli lebih dari satu; 4. Kebutuhan m odal tidak ketjil, sehingga ko-operasi ini akan b e r usaha untuk m enarik m odal lebih banjak. Untuk m entjapai hal ini, maka perkum pulan m em buka kesem patan kepada bukan anggota untuk m enjim pan uang sim panan-biasa, deposito biasa, rekening koran deposito, sim panan uang dari kantor pem erintah dan pindjam an u a n g dengan tja ra rediscounting. Karena perbedaan tudjuan, maka ada pula perbedaan lainnja dengan Raiffeisen, ialah dalam menentukannja daerah kerdja. Pada sistim Schulze Delitzsch, oleh karena jang dilajaninja mempunjai usaha2 dalam lapangan perindustrian, maka tidaklah mungkin akan terdapat ketentuan jang menetapkan lapangan pekerdjaannja harus ketjil, karena tempat kediamannja dari para anggota adalah tersebar. Pengawasan oleh anggota2 sendiri tidak akan mudah dilakukannja dan oleh karena suatu pemeriksaan dari perusahaan jang didirikan para anggota itu membutuhkan keahlian jang luas, maka terutama mengenai hal ini sungguh dibutuhkan bantuan dari ahli2 buku akontan. ma^ar6naf keldutullan anggota2 akan modal mendjadi sempit, maka untuk memnerlnac.... djadi bentuk N.V d e n L 1k " Perasi2 mi m endjelm a m en~ adalah mudah, karena t, Ja"g ter'entu' Transformasi!ni Schulze Delitzsch L, Pennulaannia ko-operasi2 setjara adj b auuan m em punjai ketentuan m en gen ai k e- menanggung jang terbatas sampaj pada uang peserta d an para anggot^ nja, dan hal. demikian ini terd ap at p u la p ada b a d a n 2 N.V. 50

51 BAG IAN III: T E N T A N G O RG AN ISASI P E R K U M P U L A N K O -O PE R A SI I. BADAN2 PEKERDJA PERKUMPULAN. 1. Pengurus harian. Setiap perkumpulan harus mempunjai bagian jang memimpinnja. Badan jang memimpin mempunjai pelbagai nama. Ada kalanja diberikan nama tersendiri. Pada perseroan terbatas (N.V.) dinamakan: direksi, sedangkan badan perkumpulan ko-operasi tjukup diberi nama: pengurus sadja. Badan pengurus sesuatu perkumpulan, demikian pula halnja dengan ko-operasi tidak hanja terdiri dari satu orang, akan tetapi lebih dari satu. Pada umumnja anggaran-dasar menentukan sedikit2nja lima orang. Bab IV dari L. N. 1949/179 (lihat LAMPIRAN) menerangkan dalam pasal 15 dan 16 tentang hal ihwal jang berhubungan dengan pengurus. Tentang badan pengurus ini supaja diperhatikan pula, bahwa ada dua matjam badan pengurus. Ada jang bertindak sebagai suatu kesatuan, suatu dewan pengurus. Dewan ini mengambil keputusannja dengan tjara suara terbanjak (separo ditambah satu!). Ada pula jang merupakan suatu badan pengurus dimana keputusan harus diambil dengan suara bulat. Jang lazim dipakai oleh perkumpulan ko-operasi ialah tjara jang pertama. (Tentu anggarandasar akan menentukan hal2 ini lebih Iandjut). a. B a ta s2 kekuasaan pengurus. Tugas pengurus ialah memimpin perkumpulan dalam sehari2nja, dari mana ia mendjadi pengurus. Batas2 untuk mendjalankan pimpinan itu dapat ditetapkan: a. karena maksud dan tudjuan perkumpulan. Hal ini tentu tertjantum dalam anggaran-dasar perkumpulan jang dipimpinnja; b. pula dalam anggaran-dasar akan didapatnja, usaha2 apa jang harus didjalankannja, jang direntjanakan akan didjalankan. Karena itulah maka didapat pula batas2 tindakan2 pengurus; c. ada pula diantara anggaran2-dasar jang menentukan dengan teliti apa jang mendjadi tugasnja pengurus dan batas2nja; d. keputusan2 rapat umum anggota. Walaupun demikian halnja maka tidaklah berkeberatan apabila 51

52 pengurus mendjalankan sesuatu diluar batas2 tersebut kalau tindakan ini memang sesuai dengan tjara kebidjaksanaan memimpin dan pula perlu karena usaha jang harus didjalankan (L.N. 1949/179: pasal 17 sjd 19, pengurus tidak terikat benar2 oleh peraturan, sehingga tak mungkin mendjalankan kebidjaksanaan sebagai pengurus. Pengurus2 pada umumnja mempunjai batas2 jang luas dalam mendjalankan tugasnja sebagai pengurus. Kalau ia melanggar batas2 jang telah ditentukan tentang memimpinnja perkumpulan, maka mengenai hal ini harus diperiksa dengan saksama. Apakah tindakan itu disengadja atau karena ketjelakaan; telah tjukupkah diambil tindakan jang dapat menghindarkan bahaja; pengurus lalai atau tidakkah? Hal2 ini akan dimuat dalam pasal2 dari anggaran-dasar perkumpulan sesuai dengan bunji pasal2 dalam undang2 L.N. 1949/179. Kalau tindakan jang diambil oleh pengurus itu ada diluar batas jang diberikan, maka perkumpulan tidak usah bertanggung-djawab mengenai tindakan' ini sehingga perkumpulan tidak akan terikat olehnja. Akan tetapi kalau batas2 jang ditentukan oleh perkumpulan kurang atau tidak tjukup dipahami oleh pihak ketiga maka tindakan pengurus akan mengikat djuga perkumpulan jang diwakilinja. Hakim jang menentukannja (Kitab Undang2 Hukum Perdata pasal 1365). Andaikata perkumpulan tidak dapat dituntut, maka jang akan diminta kerugian ialah pengurus sebagai seseorang jang mengadakan perdjandjian dengan pihak ketiga. Walaupun pengurus bertindak diluar batas jang telah ditentukan, namun tindakan pengurus dapat pula disahkan sesudahnja oleh jang berhak mengesahkannja ialah rapat umum anggota. Tentang hak pengurus untuk bertindak atas nama perkumpulan, akan didjumpai dua segi persoalan: I. bertindak keluar: dengan adanja tindakan ini maka ia akan dapat mengikat perkumpulannja dengan pihak ketiga. Mengenai hal ini perhatikanlah sepenuhnja bunji pasal I8a dan 19 L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN). II. bertindak kedalam: 52 untuk mengambil keputusan, mudah sekali apabila diantara para pengurus tidak ada ketentuan pembagian kerdja. Setiap keputusan adalah keputusan pengurus seluruhnja. Kalau seorang pengurus mengambil tindakan jang menjimpang dari keputusan bersama, maka pihak ketiga akan tetap terikat pada perkum

53 pulan. Akan tetapi anggota pengurus itu tadi harus memberikan pertanggungan-djawab tentang tindakannja kepada pengurus. Djikalau ditentukan bahwa diantara anggota2 pengurus ada pembagian kerdja, maka seorang anggota pengurus akan dapat mengambil keputusan sesuai kebidjaksanaannja dalam batas2 tugasnja. Keputusan dapat diambil walaupun bertentangan dengan kehendak anggota pengurus lainnja. Akan tetapi dalam hal ini tetap harus didjaga kerukunan dan kebulatan rasa. b. T ugas mewakili perkumpulan. Untuk hal ini perhatikanlah pasal 16 L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN). Dari bunji pasal 16 ini, tidaklah dapat ditentukan siapa2kah jang bertugas chusus mewakili keluar. Haruskah semua bertindak keluar atau hanja seorang atau beberapa sadja diantaranja. Untuk menghindarkan kesukaran2 maka sebaiknja dalam anggaran-rumah-tangga dimuat, misalnja, ketua dan penulis dapat bertindak atas nama anggota2 lainnja daripada pengurus. 2. D ew an pengawas. Disampingnja badan pengurus jang bertugas mendjalankan pimpinan sehari2, rapat anggota dapat memilih djuga dari antara para anggota2 (seperti anggota2 pengurus; pasal 15, L.N no. 179 lihat LAMPIRAN), dewan pengawas. Tugas jang dibebankan kepada badan ini ialah mengawasi tindakan2 para pengurus. Batas2 tugas tentu akan didapat dalam anggaran-dasar perkumpulan atau anggaran-rumah-tangga. Djikalau ketentuan2 demikian itu tidak didapatnja, maka dewan pengawas berhak mendjalankan sesuatu jang dipandang ada dalam batas2 kewadjibannja untuk mendjalankan pengawasan. Misalnja: meminta pendjelasan/penerangan pada pengurus; memeriksa keadaan buku2 perkumpulan; mengadakan pemeriksaan kas perkumpulan. Djikalau pembukaan jang didjalankan oleh perkumpulan sudah agak luas, maka badan pengawas diperkenankan meminta bantuan ahli atas tanggungannja perkumpulan. Apa jang harus didjaga oleh dewan pengawas ialah, bahwa dewan ini djangan sampai ikut serta mendjalankan tindakan2 jang seharusnja telah mendjadi tanggungannja pengurus. Mengenai keputusan jang telah diambil oleh dewan pengawas, rapat umum anggota ikut bertanggung-djawab. 53

54 Perbedaan dengan pengurus harian ialah, bahwa anggota2 dewan pengawas seluruhnja atau salah satunja, tidak berhak untuk mewakili atau bertindak untuk perkumpulan. Kalau pada sesuatu perkumpulan tidak diadakan dewan pengawas jang chusus, maka tidak boleh dilupakan bahwa rapat umum anggota pula mempunjai hak2 sebagai pengawas terhadap tindakan2 jang dilakukan oleh pengurus2nja. a. Perihal rapat. I. Tentang rapat jang chusus berhubungan dengan badan pengurus atau dewan pengawas dalam undang2 tidak terdapat ketentuan. Pun dalam anggaran-dasar perkumpulan tidak akan didapat keterangan jang mendalam. Djustru karena inilah maka mungkin akan timbul persoalan: pengurus itu apakah merupakan suatu kesatuan atau hanja kumpulan kesatuan2 ketjil? Dalam gerakan ko-operasi, sesuai dengan azas keko-operasian, lazimnja anggota2 pengurus maupun pengawas akan merupakan suatu dewan. Karena itulah maka tentu dalam hal memutuskan akan diambil keputusan menurut suara jang terbanjak jang akan menentukan sikap terachir (separuh lebih satu!). II. Dapatkah badan2 itu tadi mengambil keputusan diluar rapat, mengenai sesuatu hal? Sebenarnja hal jang demikian itu tidak boleh terdjadi. Apabila djuga pernah terdjadi maka hal ini djanganlah didjadikan kebiasaan. Badan pengurus atau badan pengawas adalah dewan jang harus mengambil keputusan dalam sesuatu sidang rapat. Badan2 itu tadi bukan badan jang terdiri dari bagian2 jang sama sekali tidak mempunjai hubungan satu sama lainnja, akan tetapi adalah suatu kesatuan jang bulat. Tentu ketentuan ini tidaklah begitu mengikat, sehingga sama sekali tidak mungkin ketua mengambil keputusan, dengan hanja mendengarkan anggota2 lainnja sambil mengundjungi mereka. Tentu hal ini dapat, asalkan sadja terbatas sampai hal2 jang memang penting untuk diadakan keputusan segera. III. Bab panggilan untuk berrapat. Mengenai panggilan ini tidak demikian terikat seperti halnja dengan rapat anggota. IV. Perlu pula diterangkan bahwa untuk mengadakan rapat pengurus harus pula memperhatikan soal jang mengenai quorum. Hal ini mudah dimengerti, jaitu tidak lain hanja untuk dapat mengambil keputusan jang sah 54

55 V. Adakalanja badan2 pengurus maupun pengawas tidak lengkap. Tidak lengkapnja ini tentu ada alasan2nja. Apakah dengan demikian perkumpulan lalu tidak dapat mengambil keputusan2. Tentu tidak. Dengan tidak lengkapnja badan2 itu tadi, pimpinan perkumpulan dapat dilandjutkan. Terketjuali apabila lowongan akan terdjadi untuk waktu jang lama sekali, dan anggaran-dasar telah menentukan banjaknja anggota badan jang terketjil. Untuk memenuhi bunji anggaran-dasar, maka pengurus dengan segera harus mengambil tindakan, untuk mengisi lowongan itu. 3. Rapat um um anggota. Rapat ini merupakan badan ketiga diantara badan2 pekerdja jang dikenal dalam perkumpulan ko-operasi. Bedanja dengan badan2 lainnja ialah, bahwa badan ini adalah badan legislatief artinja badan jang membikin peraturan2 perkumpulan. Badan lainnja (pengurus harian dan pengawas) adalah badan2 excecutief artinja merekalah jang berkewadjiban untuk mendjalankan segala keputusan jang telah disahkan oleh rapat umum anggota. Rapat ini merupakan kekuasaan jang tertinggi (L.N no. 179, pasal 14, lihat LAMPIRAN). Tentang matjam2 rapat, maka dikenal 2 matjam: (I) rapat-tahunan; pasal 18 (L.N. 1949/179). (II) rapat istimewa; pasal 9 (L.N. 1949/179). Tentang rapat ini, dalam anggaran-dasar setiap perkumpulan tentu diadakan ketentuan2 jang djelas dan lengkap. (Bab VII, anggaran-dasar). a. Siapa2 jang boleh menghadiri rapat dan siapa2 jang berhak suara. Jang boleh menghadiri, dengan tidak berhak suara, ialah pega wai2 djawatan ko-operasi. (pasal 25, ajat 2 L.N. 1949/179). Jang berhak suara dalam rapat2 umum ialah: a. para anggota jang telah mentjukupi segala sjarat untuk men- djadi di anggota; b. anggota2 wakil. Tentang a dan b, harus ditjari ketentuannja dalam anggarandasar perkumpulan jang bersangkutan, a dan b ini tidak boleh ditjampur, atau bersama2 didjalankan. Pada perkumpulan ko-operasi pada umumnja tidak akan timbul persoalan mengenai hal: anggota dibawah umur dewasa, atau anggota jang mewakili ajahnja, dsb. karena tentang keanggotaan 55

56 tjukup diterangkan dan diuraikan dalam pasalz anggaran-dasar, sehingga tidak akan meragu2kan. Selalu harus diperhatikan azas2 Rochdale Pioneers no voting by proxy (tidak boleh ada perwakilan hak suara). Lain halnja daripada badan pesero, jang surat2-sahamnja tidak dapat ditentukan ada ditangan siapa. Dalam hali ini kemampuan untuk membeli adalah mendjadi sjarat,sehingga siapa2 jang memegang surat-saham mempunjai hak keanggotaan dari badan pesero tadi. b. P im pinan rapat. Jang memimpin rapat pada umumnja dalam perkumpulan kooperasi ialah ketua perkumpulan. Hal ini dapat didjalankan untuk perkumpulan2 jang ketjil, dan kalau perkumpulan sudah mendjadi lebih besar lagi, maka hal ini tentu memberatkan ketua perkumpulan. Dalam anggaran-dasar tentu tidak akan dimuat ketentuan siapa2 jang harus memimpin rapat2. Oleh karena demikian maka sebaiknja sebelum rapat dimulai ditentukanlah terlebih dahulu siapa jang harus mendjadi ketua rapat dan siapa penulisnja. Melihat kenjataan sehari2 maka sering dan lazim terdjadi, bahwa rapat dengan setjara diam2 menganggap seseorang diantara anggota2 pengurus, karena kedudukannja, sebagai ketua rapat. Biasanja jang diterima ialah ketua perkumpulan dan penulisnja. Adakalanja pimpinan perkumpulan tidak menghendaki adanja rapat, atau tidak mau memimpin rapat. Dalam kedua2 hal tersebut maka dari pihak anggota dapat diadakan panggilan untuk berrapat, rapat mana kemudian dapat dipimpin oleh jang dipilih oleh mereka diantara mereka sendiri sebagai ketua rapat. Rapat dapat bertindak, dan mengenai hal ini tentu anggaran-dasar perkumpulan menentukan dan memberikan kekuasaan. Dalam kedua hal tersebut tadi, sesuai dengan bunji pasal 25 ajat 2 L.N. 1949/179, maka kepala Djawatan atau wakilnja dapat mengadakan rapat tadi, dan menentukan apa jang harus mendjadi atjaranja. Karena ini maka ia mempunjai hak untuk sementara memimpin rapat itu. c. Apa jang mendjadi tugas ketua rapat. Ketua harus memimpin rapat. Hal ini berarti bahwa ia dalam segala hal harus bertindak rapi dan teratur. Selalu ialah jang harus memegang teguh atjara pembitjaraan. Ketua harus mendjaga 56

57 djangan sampai pembitjaraan2 ;t.. * i i. menjimpang dan apa iang telah ditentukan, pula supaia pemhitiaroo + t.,,, mdltjaraan itu djangan dipandiang2kan tjukup dengan singkat dan mengenai pokok. P d. Pem ungutan suara. T en tan g pem ungutan suara ini> untuk ke,ertiban, maka ketua rapat dapat mpnpntni. J t» kalau d ian ggap perlu. nentuka"> Pa"'t'a pem ungutan suara, Pem ungutan suara jang m engenai dirinja orang diambil setjara rahasia. Kalau m engenai barang sesuatu dan bukan m engenai seseoran g, m isalnja keputusan m asalah, m aka dapat diadakan pemungutan suara setiara terhnva.,.....,, o i uka, panggilan nama atau dengan melihatkan tanda2 lain seb a g a i persetudjuan atau ketidak m ufakatan. e. Masalah2 lain jang hendak dimasukan dalam at jam. elain m asalah ja n g akan dibitjarakan oleh pim pinan perkumpulan dan rapat, m aka tentunja a n g g o ta 2 m em punjai hak untuk k a ^ d a la m ^ ra p a T 3 ' 'amn)a ians mereka ingi" SUpaia dibitiaran im n i3l* '*u dirasakan pada tem patnja, maka pengurus p.m pm an rapat kiranja harus m engabulkan perm intaan tersebut. ^ nja engan sjarat, bahwa usul2 demikian ini diadjukan kepada pimpinan sebelum waktunja diadakan rapat. / Tentang panggilan berrapat. Sudah barang tentu dalam keadaan biasa jang akan memanggil ialah pimpinan perkumpulan. Dalam keadaan luar biasa, maka segolongan anggota dapat memanggil anggota2 Iainnja untuk berrapat. Pula dalam keadaan jang memaksa, sesuai dengan pasal 25 (L.N. 1949/179), kepala Djawatan ko-operasi atau jang mewakilinja dapat bertindak untuk memanggil anggota2 untuk berrapat. Tjara2 memanggil: Mengenai hal ini dikenal tiga tjara: iklan, surat edaran atau dengan lisan. Oleh karena ada kemungkinan, bahwa ada jang tidak datang maka tentu ada kemungkinan pula rapat tidak akan mentjapai quorumnja. Kalau hal ini terdjadi maka rapat akan diundurkan. Waktu antara rapat kesatu dan rapat kedua harus diadakan tjukup pandjang, sehingga pada semua anggota diberikan kesempatan untuk datang. Kalau sekali ini djuga tidak dapat ditjapai quorum, maka dengan 57

58 tidak mengingat sjarat2 jang ditentukan dalam anggaran-dasar, rapat dapat dilangsungkan dengan sah. M asa panggilan untuk rapat. Untuk menghindarkan djangan sampai rapat tidak akan mentjapai quorumnja, maka panggilan untuk rapat harus memenuhi djangka waktu jang tjukup pandjang. Waktu satu minggu adalah jang lazim dipakai. Akan tetapi semua itu tergantung pada keadaan setempat2. Masa jang dimaksud ini adalah masa jang ada diantara hari tanggal dikeluarkan undangan dan hari pertama adanja rapat. Persoalan lainnja ialah, apakah jang dimaksudkan dengan hari/ tanggal dikeluarkan panggilan itu? Apakah tanggal membuatnja atau tanggal kemungkinan diterimanja? Pada umumnja dianggap sebagai tanggal itu, ialah tanggal surat undangan tersebut mungkin sampai ditangan jang diundang. Alasannja ialah karena undangan jang belum sampai pada jang diundang, tidap dapat dianggap sebagai undangan jang sempurna. Misalnja: Tanggal akan dimulai rapat ialah 15 Oktober, maka djangka waktu panggilan ialah satu minggu. Masa panggilan ialah mulai pada tanggal 8 October, akan tetapi karena keadaan maka dapat diduga bahwa pengiriman panggilan tersebut membutuhkan waktu tiga hari. Oleh karena itulah maka, pimpinan perkumpulan harus mengirimkan surat undangan paling lambat pada tanggal 4 Oktober. Surat2 undangan rapat, dll. Undangan rapat harus djelas dan harus memuat pula atjara dari apa jang akan dirundingkan dalam rapat. Hal ini adalah suatu keharusan untuk mendjaga ketertiban. T ja ra n ja ialah: diterangkan dalam undangan; dikirim sebagai susulan undangan; atjara rapat diumumkan di kantor perkumpulan. A kibat tidak diumumkan terlebih dahulu: Apabila tidak terlebih dulu diumumkan maka hal ini akan mengakibatkan kegaduhan, atau kerugian dikedua pihak. Untuk kelantjaran kerdja, maka atjara harus diumumkan lebih dulu. Tjara2nja ialah dengan membuat atjara rapat jang sederhana, asalkan sadja terang dan tegas, sehingga tidak akan menimbulkan salah faham. 58

59 g. N otulen rapat. Notulen adalah tjatatan2 jang dibuat dari apa jang dibitjarakan dalam rapat. Tentang hal ini dalam undang2 tidak terdapat ketentuan2 sedikitpun. Akan tetapi, sudahlah mendjadi kebiasaan untuk mentjatat pembitjaraan2 dalam rapat. Kebiasaan ini adalah baik sekali. Dengan adanja tjatatan2 maka djalannja perkumpulan dapat pula diatur rapi. Tjatatan2 dibuat oleh penulis rapat. Notulen djuga mempunjai arti sebagai bukti. Oleh karena itulah rnaka tjatatan2 tersebut harus dibuat selengkap mungkin. Jang ditjatat ialah apa jang dipandang penting bagi waktu jang akan datang. Terutama jang ditjatat ialah keputusan2, dan djuga siapa2kah jang mufakat dan jang tidak. Notulen rapat jang telah lalu harus disahkan terlebih dahulu oleh rapat pada permulaan rapat berikutnja. Kalau waktu jang diadakan antara dua rapat akan lama, maka sebaiknja notulen rapat disahan pada achir rapat pertama djuga. h. Tentang tata tertib: tata-terbit chusus dan tata-tertib umumnja. 1. tata-tertib chusus: hal ini mendjadi tanggungan ketua rapat. Ketua berhak untuk menghentikan pembitjaraan2 anggota tatkala ia menggunakan kata2 jang tidak pantas didengar. Ketua adalah berkewadjiban dan berhak pula menghentikan ber- Iangsungnja rapat, kalau ia chawatir akan terdjadi hal2 jang tidak diharapkan. Kalau perlu maka ia dapat meminta bantuan polisi. 2. tentang tata-tertib umumnja. Dalam hal ini termasuk banjak hal2 jang akan diterangkan disini. oo. hak untuk berbitjara dan pembatasan. Dalam anggaran-dasar perkumpulan tentu telah dimuat ketentuan2 mengenai hak berbitjara seorang anggota. Djuga menurut bunji pasal 25, ajat 2 L.N no. 179, maka Kepala Djawatan Kooperasi atau wakilnjapun mempunjai hak tersebut. Untuk mendjaga ketertiban rapat maka harus diperhatikan bahwa seorang jang hadir tidak boleh berbitjara sebelum ketua mengizinkannja. Ketua rapat harus memperhatikan permintaan seseorang dan memberikan kesempatan kepadanja untuk berbitjara. Pula untuk mendjaga ketertiban, maka ketua berhak untuk memperpendek waktu dari sipembitjara. Lagi dapat ditentukan, bahwa 59

60 pada jang berbitjara, diberikan waktu jang lebih pendek daripada kepada mereka jang sama sekali belum berbitjara. Semua tindakan2 untuk membatasi hak berbitjara ini adalah suatu keharusan agar supaja dapat terdjaga djangan sampai anggota melampaui batas2 ketertiban umum untuk memberikan penerangan atau d jawaban. Baiknja ketua rapat, pada permulaan pembitjaraan menentukan terlebih dahulu dalam beberapa babak akan diadakan pembitjaraan2. Kalau telah diambil ketentuan akan hanja ada dua babak, maka ketua rapat tidak berhak menjimpang dari ketentuan ini, akan tetapi ia harus memberitahukannja terlebih dahulu pada sidang. Mengenai ketentuan2 jang bersangkutan dengan apa jang diterangkan diatas ini, semuanja harus ditentukan dengan persetudjuan rapat. Dengan demikian djelaslah kiranja bahwa rapatlah jang berkuasa untuk menentukan sesuatu hal. bb. mosi2. Tentang mosi2 ada pelbagai matjam. a. mosi mengenai ketertiban rapat; b. mosi jang bersifat saran, usul. Mengenai mosi jang disebutkan pada sub a. dapat diadakan perbedaan2 sebagai berikut: (I) untuk mengachiri pembitjaraan tentang sesuatu hal; (II) untuk mengadakan perubahan dalam urutan atjara; (III) untuk menghilangkan sesuatu atjara dari atjara seluruhnja; (IV) untuk mengundurkan pembitjaraan tentang sesuatu hal sehingga sampai rapat berikutnja; (V) menghentikan rapat untuk sementara (schorsing); (VI) untuk menutup rapat sebelum atjara berachir; (VII) untuk menentukan hal pemungutan suara tentang bagian2 dari soal jang mendjadi atjara pembitjaraan. Mosi-mosi jang mengenai ketertiban ini harus diadjukan kepada rapat sedemikian rupa sehingga tidak mengatjaukan, misalnja akan meniadakan sebagian daripada atjara jang telah ditentukan, tidak boleh sekonjong2 diadjukan dekat sekali dengan waktu akan dibitjarakannja. Sesuatu mosi mengenai ketertiban, jang tidak bertetapan waktu oleh pimpinan rapat dapat dielakan. Kesempatan jang terbaik untuk memadjukan mosi2nja ketertiban ialah pada waktu permulaan rapat. 60

61 Kalau mosi telah diterima maka ketua rapat terikat pada keputusan jang diambil. Mengenai mosi jang disebutkan pada sub b. Dalam istilah perkumpulan, maka mosi berarti usul. Selain daripada apa jang diterangkan diatas ini, maka terdapatlah djuga mosi jang bersifat lain. Dalam arti seperti jang diketahui oleh hukum-umum, maka mosi berarti permintaan keinginan. Bukan usul, dan djuga tidak untuk tindakan keputusan. Lain daripa a misalnja, mosi tidak pertjaja. Tentang hal ini harus diambil ketentuan. cc. amendemen. (usul2 perobahan). Hak untuk memadjukan amendemen adalah hak setiap anggota perkumpulan. Ada kalanja amendemen itu diadjukan pada pimpinan rapat tidak sebagai amendemen tetapi sebagai mosi. ^ + 'a Misalnja: Pada waktu dibitjarakan tentang akan^ dipetja nj ^ seorang pegawai perkumpulan, diadjukan mosi. Mosi Supaja mengadakan pemeriksaan tentang ihwal jang ada 1 tanggungan pegawai tersebut, kemudian tentang soal peme ja nja akan dibitjarakan pada rapat jang berikut. ^hpndak a. mosi ini adalah amendemen, apabila dilihat dari su u mengadakan perubahan. Diusulkan untuk menga a an meriksaan terlebih dahulu.. su(jut b. mosi ini adalah mosi (hal ketertiban) apabila dili a ^a ^ perihal supaja atjara pemutusan memetjat pegawai undurkan sampai rapat jang berikutnja. atau Amendemen2 dapat diadjukan pada pemimpin setjara setjara tertulis. Bahwa amendemen (dan mosi) harus iso ^ beberapa anggota sebelumnja dimadjukan itu ada a si n biasaan, bukan suatu keharusan. Kalau dengan je a rapat dapat menentukan bahwa amendemen atau mosi dapat akan mendapat tjukup penjokong maka, pemimpin r menanjakan dengan tegas kepada rapat, agar amen eme diadjukan untuk diminta suaranja rapat. ^ ^ onhemen di- Tjara pemungutan suara amendemen. Lazimnja arn j. dimintakan ketentuannja terlebih dulu, sebelum usu j ^ madjukan. Kalau terdjadi adanja sub-amendemen, ma ^ lebih dulu akan diminta suara tentang sub-amen ^me amen- Amendemen itu artinja ialah perubahan; ada a an] tu]<an demen jang tidak akan diperkenankan. Misalnja. atjara diada- Pembelian tanah seharga Rp Amendemen bole 61

62 kan, apabila akan merubah Rp mendjadi Rp , dan bukan lagi amendemen kalau pembelian dibatja pendjualan. Kalau jang achir ini diterima maka dengan tjara jang demikian adalah usul baru, dan bukan amendemen. dd. u n tuk diperhatikan: Perkembangan dalam achir2 tahun ini memperlihatkan kemadjuan gerakan ko-operasi jang demikian rupa sehingga banjaknja anggota2 mendjadi besar, dan sehingga untuk perkumpulan sukar mentjari tempat jang tjukup luas untuk berrapat atau sukar pula untuk mengumpulkan anggota2nja untuk dapat mentjapai quorum jang ditentukan. Misalnja suatu ko-operasi desa jang besar tentu mudah akan mempunjai anggota sebenjak 500 orang sampai lebih. Untuk mengatasi kesukaran2 jang timbul karena banjaknja anggota jang sukar dikumpulkan dalam suatu waktu jang telah ditentukan, karena usaha2 mentjari nafkah misalnja, maka ko-operasi2 jang banjak anggotanja membentuk suatu dewan jang akan mewakili anggota2 ko-operasi. Ketentuan pembentukan dewan ini tentu dilihat dari sudut azas Rochdale memang tidak benar akan tetapi apabila dilihat praktisnja, kiranja dewan ini dapat dibenarkan. Tentang pembentukannja dan dasar2nja pembentukan haruslah dibuat sedemikian rupa, sehingga dewan ini tidak akan memperkosa azas- demokrasi jang telah didjadikan sendi gerakan ko-operasi Sebagai suatu pedoman dalam menentukan banjaknja anggota dewan telah diambil dasar, untuk setiap 20 anggota dipilih satu anggota dewan. Dewan anggota baru boleh diadakan untuk perkumpulan2 jang anggotanja telah melebihi 200 orang anggota. Ketentuan jang demikian ini kiranja masih dapat diterima sebagai suatu dewan anggota jang masih dapat dianggap tjukup untuk mewakili suara anggota2 semuanja. Bagaimana tentang hak2 dan kewadiiban2 dewan anggota? Dewan anggota mempunjai tugas untuk mendjalankan segala sesuatu jang mengenai kepentingan anggota2nja. Hak dari dewan anggota ini adalah sama dengan hak rapat umum anggota, sesuai dengan bunji pasal 14 L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN). Kewadjibannjapun sama dengan kewadjiban jang dipikul oleh rapat umum anggota sebagai sesuatu badan pekerdja perkumpulan ko-operasi. Dan oleh karena hal ini maka sudah sewadjarnja bahwa keputusan2 jang diambil oleh dewan anggota ini tidak boleh mem- 62

63 perkosa kepentingan2 anggota. Hal ini adalah sudah mendjadi keharusan. Walaupun dewan anggota ini merupakan perwakilan maka sudah mendjadi keharusan, bahwa maknanja dari azas Rochdale no voting by proxy (hak suara tidak boleh diwakilkan kepada anggota lain) dipegang teguh. Dewan anggota tidak boleh mendjelma mendjadi suatu badan jang berkuasa atas para anggota2 dan dengan keputusan2nja dapat menekan kehendaknja pada para anggota2. Hal ini sama sekali tidak diinginkan. Bagaimanakah tjaranja untuk mentjapai apa jang dimaksudkan, jaitu meringankan dan memungkinkan tetap adanja rapat jang memang dapat mengambil keputusan dan memberikan ketentuan jang pasti mengenai kepentingan2 anggota, jang tidak diktatoris, akan tetapi demokratis karena perwakilan? Tjara2 untuk mentjapai maksud ini ada pelbagai matjam, tergantung dari sifatnja: anggota2 dari dewan anggota itu hanja mempunjai peranan sebagai perantara sadja atau anggota jang sungguh2 mewakili suara anggota2 lain. Jang pertama itu dapat dibagi lagi dalam dua matjam tjara. Suara jang disampaikan oleh anggota2 dewan selaku perantara itu ialah suara jang terbanjak dari golongan jang mereka wakili, atau para anggota dewan hanja menjampaikan sadja hasil pengambilan suara dari masing2 golongan, sehingga dalam rapat dewan anggota, menurut jang pertama diambil djumlah hasil pemungutan suara, masing2 anggota hanja satu suara, dan suaranja itu sama dengan suara jang terbanjak dalam golongannja. Dengan tjara jang kedua, masing2 anggota membawa djumlah suara jang setudju dan jang menolak sebagai hasil pemungutan suara di masinggolongannja. Dengan tjara jang diterangkan ini maka azas Rochdale tidak akan tersinggung, akan tetapi tjara bekerdja jang demikian mi tentu mengandung sifat melambatkan pekerdjaan. Maka dari itu dalam soal2 jang tidak prinsipieel, ditegaskan dalam anggaranrumah-tangga, bahwa para anggota dewan dapat memberikan suaranja sebagai suatu wakil jang djuga akan mengikat golongan masing2 jang diwakili. Tentu dalam hal ini mungkin para wakil dengan segera harus membitjarakan soalnja dengan golonganmasing2, agar supaja segala salah faham dapat dihindarkan. Dan tjara jang terachir ini mungkin dapat melantjarkan pekerdjaan. Tentang tjara, bahwa para anggota dewan bertindak sebagai wakil dari golongan2 masing2 jang berhak suara penuh, disini dapat dikemukakan bahwa tjara jang demikian ini tentu harus 63

64 diakui melanggar azas Rochdale. Dengan tjara jang ini, tentu dewan anggota dapat merupakan suatu perwakilan jang lambat laun dapat mendjauhkan diri dari golongan2 sendiri, apabila masa perwakilannja diadakan terlampau pandjang. Untuk menghindarkan tindakan2 jang tidak diingini, maka para anggota harus insjaf dan dengan sungguh2 mendjalankan kewadjibannja pada waktu tiap2 tahun memilih wakil2nja dalam dewan ini. Dengan seksama dan sungguh2 teliti para anggota memilih wakilnja jang memang benar2 seorang jang akan membawa suara kehendak anggota jang diwakili. Dewan perwakilan demikian ini adalah dewan perwakilan jang lazimnja pada waktu sekarang ini didjalankan oleh ko-operasi2 jang besar. Tentu dapat diakui pula, bahwa dewan perwakilan sematjam ini dapat lantjar bekerdja, dan hal ini adalah sungguh penting untuk sesuatu organisasi jang berusaha dilapangan perekonomian, terrutama jang mempunjai hubungan erat dengan perdagangan dan peredaran barang. Kelantjaran bekerdja dan ketjepatan dapat mengambil keputusan adalah faktor jang tidak boleh dipandang ketjil artinja dalam dunia perdagangan, dimana waktu itu adalah sangat berharga sekali. II. PERIHAL KEANGGOTAAN PERKUMPULAN KO-OPERASI. j, H ukum jang berlaku. Oleh karena perkumpulan ko-operasi itu adalah badan perserikatan, maka sebagaimana lazimnja suatu badan2 lainnja, perkumpulan ko-operasi mempunjai anggota2. Anggota2 ini berserikat dengan dasar perdjandjian jang mereka adakan antara mereka masing2, antara mereka dan organisasi jang dapat djuga mengikat pihak ketiga jang bersangkutan dengan perkumpulan. Dengan dasar perdjandjian ini maka terhadap mereka berlakulah segala ketentuan jang dimuat dalam Kitab Undang2 Hukum perdata, (pasal dan 1319). Ihwal jang tersebut diatas dalam Undang2 Ko-operasi L.N no. 179 telah dimuat dalam pasal 3, (lihat LAMPIRAN). Oleh karena demikian maka perihal perkumpulan harus diatur sebaik2nja istimewa mengenai pentjatatan (pasal 10, 11; L.N no. 179) tentang keanggotaan, Dengan adanja hubungan keanggotaan maka dengan sendirinja akan pula terdjadi akibat2 dari hubungan itu. Hubungan2 itu tadi merupakan hubungan sipil dan diatur dengan ketentuan Hukum Perdata. Demikianlah tentang kedudukan hukum dari perkumpulan dan 64

65 hubungannja dengan anggota2 jang mendjadi dasar mutlak adanja perkumpulan. Dalam pasal 13 dan 14 undang2 ko-operasi jang sekarang bera u agi warga-negara Indonesia asli telah diatur hal2 jang mengenai anggota chususnja, kedudukannja dan hak2nja terhadap organisasi (lihat untuk pasal2 ini LAMPIRAN). 2' Siapa- ja n g dapat diterima sebagai anggota perkumpulan. ' Untuk dapat mengetahuinja maka terlebih dahulu selidikilah apa jang mendjadi dasar2 perkumpulan ko-operasi. Pada pokoknja azas2 dalam gerakan ko-operasi ialah azas2 ian diandjurkan para perintis Rochdale pada tahun entan^ keanggotaan mereka ini berpendirian bahwa, siapapun J S apa^ mendjadi anggota ko-operasi asalkan sadja setia dan p njai rasa tjinta dan kerukunan kepada perkumpulannja. Azas o-operasi ialah tidak mengadakan perbedaan hal faham, aliran tecrat t P 3 keturunan atau kekajaan. Ko-operasi besendikan ^ 0" Peras hanja mementingkan kebutuhan para Dengan i ^i^'ukup nia dengan tjara bersama berusaha. ditjapai 2. TMta" demit-s3m-a -maka maksud ians ditiita2kan aka" ko-onerasi dai *an 101 ac*a Pu^a dimuat dalam undang A za s d l v PQSal 1 (lihat L A M P IR A N ). dale Pioneers ^ah1 ^ 11 terdapat dalam azas2 jang dianut Roch- 1. OPEN-MK AARP d n Azas2 itu berbunji sbb.: BERSHIP (keanggotaan terbuka bagi s i a p a p u n 2. NEUTRAI t t v sadja). (tidak m enganut pendirian jang chusus H ak dan K ew adjiban anggotak H ak anggota. dan tertentu, hanja m em entingkan pen dirian keko-operasian jan g s e d jati.) Ko operasi adalah sesuatu perkumpulan jang didirikan untu^ men ju upi kepentingan, kebutuhan anggota2nja. Demikian in 1 pasal 1, L.N no Perkumpujan ko-operasi didirikan semata2 untuk anggotanja. ere a erserikat untuk melaksanakan maksud dengan dja an er ja sama. Bersama2 dalam satu ikatan jang rukun dan era meng a api pihak luar lingkaran perkumpulan, untuk lebih sem purna agi berusaha mentjukupi segala2nja jang dibutuhkan untuk hidup lajak. KAMARALSJAH - Ko-operasi. 65

66 I. Setiap anggota berhak untuk menuntut kepada perkumpulannja untuk mentjukupi segala apa jang ia butuhkan. Ia mendjadi anggota karena ia membutuhkan bantuan, jang hanja dapat diperoleh dengan djalan kerdja sama, berserikat dalam satu perkumpulan ko-operasi. II. Sudah mendjadi haknja setiap anggota untuk meminta lajanan jang baik dari perkumpulannja. III. Ia berhak pula ikut menentukan siasat dan tjara kerdja dari perkumpulannja. L.N no. 179 pasal 14 berbunji:,,rapat umum anggota merupakan kekuasaan jang tertinggi dalam perkumpulan ko-operasi. Ketentuan jang diambil dalam rapat umum ini ialah menurut suara jang terbanjak. Artinja separo dari djumlah suara ditambah sedikit2nja satu suara. IV. Kesimpulan ko-operasi semata2 hanja untuk anggota2nja berarti, bahwa bekerdja untuk kepentingan bukan anggota itu diperbolehkan, asalkan sadja kepentingan anggota2 terlebih dahulu harus ditjukupi. Kalau ada kekuatiran mengenai hal ini, maka untuk menghindarkan jang tidak diinginkan maka ketentuan boleh beker dja untuk pihak ketiga ditiadakan sadja. (L.N no. 179, pasal 2, lihat LAMPIRAN). b. Kewadjiban anggota; Tentang kewadjiban ini dapat dilihat dari dua sudut. I. sebagai anggota terhadap perkumpulannja. II. sebagai anggota terhadap pihak ketiga, disebabkan karena adanja tindakan2 usaha perkumpulannja dengan pihak ketiga sub i. Terhadap perkumpulannja: b sudah barang tentu dapat dimengerti karena seseorang masuk dalam lingkaran usaha orang2 banjak nistjaja akan mengakibatkan hubungan2 jang tertentu antara pihak seseorang anggota dan perkumpulan jang dibentuk, disebabkan karena perkumpulan itu ada karena adanja perdjandjian* antara mereka jang mendirikan perkumpulan. b Kitab Undang* Hukum Perdata (B.W.) pasal Sesuatu perdjancljiaii ialah suatu tindakan dalam hal mana seorang atau lebih terhadap seorang lain atau lebih mengadakan ikatan. Oleh karena demikian maka tentang hal perdjandjian antara ang- 66

67 gota dan perkumpulannja atau sebaliknja, harus pula mendapat perhatian apa jang dimuat dalam pasal 1320 K.U.H.P. *) Agar supaja perdjandjian2 dapat diakui sebagai perdjandjian maka perdjandjian2 itu harus mentjukupi empat sjarat jang berikut ini: le. izin dari mereka jang mengadakan perdjandjian; 2e. kemampuan untuk mengadakan perikatan (verbintenis); 3e. pokok jang tertentu; 4e. sebab jang diterima dan sesuai dengan hukum. Dengan adanja ketentuan2 jang tersebut diatas ini maka antara anggota dan perkumpulan ada hubungan jang mengikat. Terhadap perkumpulan anggota berkewadjiban: a. menaati segala peraturan dan keputusan jang diambil oleh rapat anggota/pengurus, terutama anggaran-dasar dan anggaranrumah-tangganja. b. mentjukupi dan memperhatikan pasal2 anggaran-dasar jang memuat ketentuan2 sebagaimana tertjantum dalam pasal 6 L.N no. 179, ajat 1, sub le. sjarat2 tentang masuk dan berhentinja orang2 sebagai anggota. Dengan adanja ketentuan jang terachir ini maka telah dihubungkan kewadjiban anggota terhadap perkumpulannja dengan hartanja jang telah ada dalam himpunan modal perkumpulan atau jang ada diluar perkumpulan. Apabila anggota berbuat sesuatu jang merugikan perkumpulan maka hal ini akan bertentangan dengan kewadjibannja. Tindakan jang merugikan baik harta maupun hanja sekedar nama dari perkumpulan akan membawa akibat2nja. Hubungan harta dan kewadjiban akan dapat dinjatakan. Karena pentingnja, maka dalam pasal2 hubungan harta dan kewadji an dengan djelas harus dimuat dalam anggaran-dasar. Sebagaimana lazimnja maka ketentuan2 jang mengenai ini muatnja dalam bab VII Simpanan dari sesuatu anggaran-dasar perkumpulan. Untuk djelasnja maka supaja diperiksa lebih lan ju^ dalam bab tersebut dalam tjontoh2 anggaran-dasar ko-operasi Simpan-pindjam pada Bagian V, II sesudah AKTE PENDIRI atau tjontoh2 lainnja (lihat hal. 142). sub. II. Terhadap pihak ketiga. Ketentuan2 tentang hal ini didapat dalam undang2 k o-operasi!) K.U.H.P. adalah singkatan dari Kitab U ndang2 Hukum P erd ata. 67

68 jang berlaku: L.N no. 179 dalam pasal- 27 dan 30 (lihat LAMPIRAN). Demikianlah mengenai hal2 jang berhubungan dengan kewadjiban para anggota2 perkumpulan djikalau pada sesuatu saat perkumpulan dibubarkan dan diselesaikan, dan ternjata perkumpulan tidak dapat mentjukupi kewadjibannja terhadap pihak ketiga. Tentu dalam hal ini tidak semua jang telah keluar harus ikut menanggung atau ikut menanggung kesalahan jang diperbuat. Tentang siapa2 jang harus ikut menanggung diterangkan dalam L.n no. 179 pasal 29 (Lihat LAMPIRAN). Pendjelasan2 mengenai isi dari pasal 27 dan selandjutnja, berbunji sbb: a Kepala Djawatan Ko-operasi berhak untuk mengadakan peraturan2 jang menjimpang dari peraturan2 jang resmi, sesuai dengan kebidjaksanaannja; b c pada umumnja peraturan mewadjibkan kepada anggota2 perkumpulan untuk menanggung jang tidak terbatas; pada umumnja peraturan demikian ini dibebankan kepada perkumpulan ko-operasi jang mana anggota2nja terdiri atas sebagian besar dari petani2 atau orang2 jang termasuk dalam colongan petani; d. perkumpulan terdiri dari anggota2 perseorangan dan bukan badan; jang dimaksudkan disini ialah ko-operasi primer dari perseorangan, bukan ko-operasi pusat umumnja; e. usaha2 jang didjalankan oleh ko-operasi2 itu untuk sebagian besar adalah pemberian pindjaman kepada anggota2 atau semata2 pemberian uang-muka; j, kewadjiban menanggung dibebankan sama besarnja kepada anggota2; g. kalau ada jang tidak mampu akan mentjukupi kewadjibannja, maka sudah barang tentu bagian jang mendjadi kewadjibannja dibebankan kepada anggota2 lainnja untuk sama besarnja. Kewadjiban menanggung adalah merupakan sjarat mutlak perkumpulan ko-operasi disamping tanda2 pokok lainnja, seperti: 1. mempunjai tudjuan untuk berusaha; tudjuan memperbaiki taraf kehidupan para anggota2nja; 2 tentang masuk dan keluarnja anggota2 tidak dimuat ketentuan 68

69 dalam anggaran-dasarnja jang menanggung arti desak atau paksa terhadap anggota2nja. *) Kewadjiban menanggung itu berarti bahwa anggota2 adalah bertanggung terhadap segala perdjandjian jang diadakan oleh perkumpulannja, dan dibuat atas nama para anggota perkumpulan ini. Kenjataan jang dapat dipastikan ialah bahwa biasanja perkumpulan ko-operasi tidak mempunjai modal usaha jang berkelebihan. Hal ini dapat dipahamkan karena, djikalau seseorang dapat menolong diri sendiri tentu ia tidak akan meminta bantuan dari pihak lain, atau ia tidak akan bersekutu dan berserikat. Oleh karena demikian ini maka ko-operasi adalah perkumpulan dari mereka jang tidak atau hampir tidak mempunjai tjukup modal untuk mendjalankan usaha2 jang tjukup sempurna untuk memberikan kemanfaatan kepada mereka jang berusaha. Bagaimana pun djuga, walaupun perkumpulan itu terdiri dari mereka jang mempunjai kurang modal dan kekajaan, perkumpulan perlu mengadakan hubungan usaha dengan pihak ketiga, dan pihak ini harus dapat menaruh tjukup kepertjajaan terhadap perkumpulan ko-operasi ini. Kepertjajaan dari pihak ketiga ini didasarkan atas pengetahuan dan keinsjafan bahwa semua anggota perkumpulan ko-operasi itu rukun dan setia kepada perkumpulannja dan tentu senantiasa siapsedia untuk mendjaga nama baik perkumpulannja. Bagaimana dapat diambil kesimpulan demikian itu? Pertama keinsjafan bahwa ko-operasi jang baik dan dapat mentjapai maksudnja akan bermanfaat bagi mereka semua jang tergolong dalamnja. Kedua, keinsjafan dan kesadaran bahwa apabila apa jang mereka maksudkan dan usaha jang didjalankannja itu gagal, maka sudah barang tentu mereka semua akan menderita kerugian, jang tentu akan 1- rasa berat sekali kalau dibandingkan dengan kekajaan jang a a pada mereka. Kalau hal demikian ini terdjadi, maka tentu kerugian jang i derita oleh masing2 akan djuga sesuai dengan perimbangan^ wadjiban menanggung jang mereka adakan dalam ketentuan- jan& mengikat. Tentang kewadjiban menanggung ini dikenal beberapa matjam. 1. Kewadjiban menanggung jang terbatas, dengan lawannja, jang i) Bahan2 karangan didapat dari karangan J. H. Boeke berkepala H an - leiding bij de oprichting, het beheer en de contröle van C oöperatievereenigingen uitg. Landsdrukkerij

70 tidak terbatas. Kewadjiban demikian itu dilihat dari sudut luasnja tanggungan, jang dibebankan. 2. Kewadjiban menanggung jang langsung dan jang tidak langsung, kalau diperhatikan hubungan jang ada antara jarig berkewadjiban dan penghutang. 3. Kewadjiban menanggung jang ditudjukan kepada semua jang bersangkutan. Demikian ini kalau dilihat dari tjara2nja pelaksanaan penuntutan2. Selain dari jang diuraikan diatas ini, perlu kiranja disini diterangkan, bahwa antara anggota-peserta-modal/usaha dan kewadjiban menanggung terdapatlah suatu kepastian bahwa kedua pengertian itu adalah bergandengan dan sedjalan. Dengan mendjadi anggota-pembentuk-modal sesuatu usaha, atau mendjadi anggotapeserta-usaha, maka dapatlah dipastikan bahwa seseorang itu tadi akan bertanggung-djawab pula dalam hal2 jang dilakukan oleh perkumpulannja, sesuai dengan tjara dan matjam jang chusus tadi. Djelaslah sudah bahwa antara kedua pengertian tersebut itu ada hubungan jang erat dan telah mendjadi rangkaian jang pasti, hanja tentang tjara2 penglaksanaannja, luasnja dan matjamnja hubungan harus lebih landjut satu-persatunja didjelaskan lagi agar tidak meragu2kan pihak jang akan berhubungan usaha dengan perkumpulan. K ew adjiban menanggung mengandung arti sampai dimanakah batas2 kewadjiban seorang anggota perkumpulan itu dapat dipertanggung-djawabkan terhadap segala kewadjiban perkumpulan dari mana ia mendjadi anggota. Ketentuan jang tegas tentang hal ini akan pula menambah kepertjajaan pihak ketiga terhadap perkumpulannja. Apabila perkumpulan mempunjai perdjandjian hutang dan kekajaan perkumpulan itu tidak tjukup untuk melunasi segala hutang tadi, maka jang berpiutang tidak lalu tinggal diam sadja, akan tetapi kekurangannja tentu akan dapat dituntut dari a n ^ o ta 2 perkumpulan tadi. Untuk pelaksanaan ini perlu dilihat dahulu apakah jang telah dimuat sebagai ketentuan2 dalam anggaran-dasar perkumpulan. Anggaran-dasar itu merupakan piagam perdjandjian antara para anggota semua. D jikalau dalam anggaran-dasar dimuat ketentuan, bahwa seseorang anggota hanja bertanggung sebesar uang jang ia masukkan dalam perkumpulannja sebagai simpanan-pokok, atau simpanan-wadjib atau pula mungkin djuga beberapa kali djumlah simpan- 70

71 an- tersebut tadi, maka hal ini berarti bahwa jang berpiutang hanja dapat menuntut uang sedjumlah apa jang disebutkan tadi sebagai batas jang tertinggi jang ia dapat tuntut dari anggota2 perkumpulan. Akan tetapi djikalau dalam anggaran-dasar perkumpulan telah ditjantumkan, bahwa para anggota2nja bertanggung terhadap segala perdjandjian sebagai seseorang dan tidak terbatas, maka tentu jang jang berpiutang atau djuru penjelesai dapat menuntut pendjualan semua harta kekajaan anggota (satu atau lebih) setjara umum. Dan dengan jang didapatnja dapatlah dilunasi segala hutang perkumpulan. Apabila ditindjau sepintas lalu, maka apa jang diutamakan ini tentu adalah agak gandjil. Misalnja sadja sesuatu perkumpulan ko-operasi jang beranggota petani2 semua telah mengadakan perdjandjian hutang, dan sebagai akibat dari tidak baiknja mengurus keuangan perkumpulan, maka hilanglah semua uang itu. Kemudian datanglah orang jang berpiutang tadi, dan menuntut agar dengan tjara pendjualan umum tanah2 para anggota dapatlah mentjukupi segala kewadjiban jang ditanggung oleh ko-operasi. Djikalau pendjualan tanah2 ini dilakukan setjara serentak maka dengan sendirinja harga tanah2 akan turun dan anggota2 akan mendjadi miskin, akan tetapi sebaliknja sipenagih hutangpun tidak akan mendjadi lebih kaja. Tjontoh jang diberikan itu tadi, adalah tjontoh perkumpulan jang terdiri dari anggota2 jang mampu. Akan tetapi pada umumnja perkumpulan ko-operasi tidaklah beranggota orangjang kaja, lazimnja anggota2nja terdiri dari orang2 jang tidak kaja. Karena hal ini maka timbullah pertanjaan, apa gunanja ketentuan jang mengenai kewadjiban menanggung jang tidak terbatas? Tentu ada gunanja, karena dengan adanja ketentuan ini, maka perkumpulan akan lebih berhati2 lagi dalam hal berurusan dengan pihak ketiga. Ketentuan ini bekerdja setjara preventip. Untuk anggota2nja sendiri, walaupun harga pendjualan itu rendah, untuk mereka hartanja tetap inempunjai nilai harga jang tinggi, karena apa jang didjualnja itu ialah satu2nja milik mereka. Karena hal jang terachir ini, dan pula dengan dimuatnja ketentuan kewadjiban jang tidak terbatas, maka para anggota akan lebih giat lagi menjelidiki tindakan2 jang dilakukan oleh perkumpulan atau oleh sesama anggota. Dasar saling mengontrol dan mengawasi inilah jang akan memberi djurusan kepada tjara usaha jang baik. Hal jang terachir 71

72 ini akan menimbulkan kepertjajaan pada mereka jang akan memberi pendjaman. Semangkin baik para anggotanja mendjalankan tugasnja jang berat mengenai pengawasan terhadap djalannja perkumpulan, maka semangkin tambah pula kepertjajaan pihak ketiga terhadap usaha2 jang didjalankan oleh perkumpulan. Bertambahnja kepertjajaan ini tentu berarti pula akan lebih banjak lagi bantuan jang diberikannja. Djadi hendaknja semua tjara dan matjam usaha jang dapat mempertinggi nilai kepertjajaan (credietwaardigheid) pihak ketiga haruslah dipupuk dan diperhebat. Sebagai lawannja tentu ada jang menganut aliran bahwa ko-operasi sebaiknja mengambil ketentuan, bahwa kewadjiban menanggung para anggota harus terbatas. Tentang pelaksanaannja kewadjiban menanggung dapat dilaku kan dengan pelbagai tjara. Selain dengan tjara pendjualan umum dan semua harta benda semua anggota, dapat pula ditundjuk seorang (hoofdelijk) atau lebih jang harus menenuhi seeala ke wadjiban perkumpulan. Kewadjiban demikian ini berarti bahwa sipenuntut pembajaran misalnja dapat menuntut terdahap satu anggota atau leb.h akan tetapi tidak kepada semuanja. Kemudian anggota jang membajar,tu dapat meminta kerugian keoada an<r gota2 lainnja. Tentu dalam hal ini terdapat suafu ketidak adilan Dalam hal jang demikian sipenuntut tentu akan mentian a n ^ o ta jang tjukup kaja. Oleh karena ketentuan, ini maka dapatlah di- chawatirkan bahwa orang2 jang kaja tidak mudah akan masuk dalam ko-operasi jang baru dalam tinffkatan STbaC:^ cfd ii^ C at rr=tuhk::: operasi ia berlaku untuk b a g i a ^ a n f **** erbatas maka Pada azasnja undang2 mpnnnt i menanggung jang tidak ditudiukan ^ P<\ sanaan kewadjiban adanja ketentuan demikian ini m l *f.pada seseorang. Dengan usaha membagi2kan, semua jang harus i T - penjelesai akan ber_ untuk semua anggota (lihat LAMPIran/ ajar,ltu Sama besarnia ada beberapa anggota jang tidak m dari mereka itu tfntu h ruf d i t a maka k0' karena anggung (lihat LAMPIRAN pas J 3of? 'eh ^ dapa* men' n n l T ^ maka Se,alu ans diperbintjangkan ialah kewadjiban menanggung jang tidak langsung (sebagai pen- 72

73 djamin). Karena apa? Karena bukan anggota2lah jang langsung sebagai seseorang mengadakan perdjandjian2, akan tetapi perkumpulan ko-operasilah jang mengadakan perdjandjian jang mengikat. Baru kalau kekajaan perkumpulan tidak mentjukupi, maka kekajaan anggota harus disertakan untuk melunasi segala perdjandjian perkumpulan. 4. Setelah uraian ini tentang hak dan kewadjiban anggota maka selandjutnja perhatikanlah tentang isi pasal2 10 dst. dari Bab III, L.N. 1949/179. Pasal2 ini ada sangkut pantnja dengan pasal 40 (lihat L A M P IR A N ): Kata daftar dalam pasal 40, ajat 1, ke-1 mempunjai arti jang tertentu bagi organisasi, karena kesimpulan bahwa hanja merekalah jang tertjantum namanja dalam daftar tersebut adalah anggota jang sah. Lihat selandjutnja pasal 11, ajat 1. Karena pasal 11 ini, maka siapa2 jang tidak tertjantum namanja alam daftar adalah bukan anggota jang sah. Mengingat bunjinja undang2, tidaklah dikenal adanja tjalon anggota. Undang2 hanja mengenal anggota atau bukan anggota. Kembali sekarang pada hubungan anggota dengan hartanja jang harus disertakan dalam usa a perkumpulan, sesuai dengan ketentuan2 jang telah diambil o eh rapat umum dan jang telah ditjantumkan pula dalam anggaran uasar. Bagaimanakah sikap jang harus diambil terhadap anggota jang e um menenuhi seluruh simpanan-pokoknja sebagai salah satu sjarat mendjadi anggota? Sudah barang tentu namanja tidak akan dimuat dalam daftar selama ia belum menenuhi kewadjibannja, untuk membajar lunas simpanan-pokok. Akibat dari ketentuan ini ialah, bahwa selama namanja belum dimuat dalam daftar ia bukanlah anggota, walaupun ia telah membajar sebagian dari simpananpokoknja. Bukankah ini agak bertentangan dengan sifat dan tudjuan ko-operasi? Sebagai akibat hal ini, maka ia tidak pula mempunjai hak dan kewadjiban sebagai anggota. Artinja ialah bahwa apabila seseorang jang butuh dan tidak dapat mentjukupi sekaligus simpanan-pokoknja, tidaklah mungkin untuk mengadakan pindjaman atau mendapatkan pertolongan lain jang disediakan oleh perkumpulan untuk anggotanja. Apakah pendirian jang demikian tadi itu benar? Kalau mengingat bunji perundang2an, maka sikap ini dapat dibenarkan. Akan tetapi sebaliknja apabila penderían ini dipegang teguh, maka tentu akan menimbulkan akibat jang tidak baik. Bukankah menurut maksud dan tudjuannja, ko-operasi adalah suatu perkumpulan jang hendak memberikan kemakmuran kepada 73

74 kaum jang lemah? Bukankah ko-operasi ini dididirikan oleh golongan jang tidak kuat modalnja? Mengingat faktor2 ini maka kepada mereka jang djuga belum dapat mentjukupi sjarat jang minimaal, jang tentu lebih lagi membutuhkan pertolongan daripada mereka jang dengan sekaligus dapat membajar apa jang diminta, kepada mereka itu harus diberikan kesempatan pula. Kepada mereka harus diberikan kesempatan untuk mendapatkan pertolongan jang tersedia oleh perkumpulan ko-operasi supaja taraf penghidupannja dapat meningkat kepada jang lebih sempurna dari pada apa jang mereka selalu mengenalnja. Akan tetapi bunji undang2 telah merintanginja, dan mereka tidak boleh disamakan sama sekali dengan anggota2 lainnja. Bagaimanakah kesulitan2 ini harus diatasi? Djustru karena itulah, maka oleh perkumpulan2 ko-operasi telah dikenal istilah tjalon anggota, walaupun dalam undang2 istilah ini tidak dikenal. Perkumpulan mengadakan golongan baru ini maksudnja ialah untuk dapat mengatasi kesulitan jang ada. Bagaimanakah kedudukan tjalon anggota dalam organisasi ko-operasi? 1. Agar supaja pada orang tadi dapat diberikan bantuan oleh perkumpulan ko-operasi menurut keperluannja, maka namanja dimuat dalam daftar, sesuai dengan pasal 10 L.N. 1949/179 ( ) (lihat LAMPIRAN.) 2. Karena namanja telah dimuat dalam daftar dan djuga karena ia telah mendapat hak untuk menerima bantuan jang diperlukannja, maka ia harus pula menanggung kewadjiban2 dari tiap2 anggota perkumpulan. Kalau Kepala Djawatan Ko-operasi mendjalankan kewadjibannja dan pasal 32 dsb. mendjadi kenjataan, maka sesuai dengan ketentuan kewadjiban menanggung, anggota jang bersangkutan ini harus pula ikut menanggung sama beratnja dengan anggota2 lainnja (lihat pasal 27 dst. LAM PIRAN). 3. Akan tetapi karena anggota jang demikian ini tidak dapat dianggap sebagai anggota penuh, karena belum lunas simpananpokok jang harus dibajarnja, maka antara anggota jang de- " ni an an ta2 lainnja harus ada perbedaan jang njata. per e aan jang diadakan antara tjalon-anggota dan anggota biasa ialah, bahwa tjalon anggota itu tidak berhak suara! Dalam hal ini kami berpendirian, supaja sedapat mungkin diperketjil adanja kemungkinan2 jang menimbulkan tjalon anggota. Untuk mentjapai ini maka sesuai dengan pendirian F. W. Raiffeisen, simpanan-pokok hendaknja dibuat seketjil mungkin, dan senantiasa 74

75 ada dalam kekuatan setiap orang jang hendak mendjadi anggota untuk dapat dipenuhi sekaligus. Pendirian undang2 jang hanja mengenal anggota dan bukan anggota, peserta usaha atau tidak adalah tepat. Dengan tjara sebagaimana diterangkan tadi dapatlah dikatakan, bahwa seorang tjalon anggota diperlakukan oleh undang2 sebagai seorang anggota biasa, akan tetapi kedalam, untuk kalangan per kumpulan sendiri (intern) ia belum penuh mempunjai hak2 keang gotaan. Didalam soal ini dapat ditempuh djalan lain, dengan tidak mempergunakan daftar anggota. Nama2 tjalon2 anggota tidak di muat dalam daftar anggota itu, akan tetapi disampingnja daftar anggota diadakan daftar tersendiri dimana dimuat nama2 tjalonanggota. Kalau tjalon anggota sudah mentjukupi sjarat2 sebagaimana anggota biasa, maka sudah barang tentu nama-nja ditiadakan dalam daftar jang kedua itu dan dialihkan kedaftar jan& resmi. Tjara jang demikian ini mempergunakan suatu kesempatan dan kemungkinan untuk mengikat seseorang dengan meminta dan padanja kerelaan untuk tunduk kepada sesuatu hal jang diada 'an diluar ketentuan2 undang2 dan jang hanja dimuat dalam sesua a perdjandjian tersendiri jang mengikat. Oleh karena demikian rna a dalam daftar jang kedua itu harus dengan tegas diterangkan seorang tjalon anggota tadi tunduk kepada jang ditentukan perkumpulan, misalnja: mah- 1. tunduk kepada jang diterangkan dalam anggaran ru tangga mengenai hubungannja dengan perkumpulan, 'an 2. diperlakukan sebagai anggota biasa apabila Per jlu_ menemui saat diselesaikan dan harus memperhitun& bungannja dengan pihak ketiga; bedanja 3. chusus tentang kewadjiban menanggung tida dengan kewadjiban menanggung dari anggota2 bias.^ erhat^an Demikianlah kiranja beberapa misal jang harus i oerioimuntuk dimuat dalam perdjandjian jang diadakan an ar pulan dan tjalon anggota. III. PERIHAL MODAL KO-OPERASI. ( 1) Tentang hal ini Dr. A. J. C. Kraft dalam karanga" ^ Cooperatie in Indie (1929); bab V, 5, berkata bahwaj sama melaksanakan maksud dan tudjuan ko-operasi pendjualar D di Indonesia akan diperhatikan dua segi persoalan. Perian permodalan dan kedua soal pimpinan dan pengawasan. ^ ^aik Sudah barang tentu bagi perkembangan ko-operasi jang 75

76 dan sempurna, modal perkumpulan harus didapat dari sumber jang ko-operatip pula, hal mana tentunja didapat pada ko-operasi2 simpan-pindjam. Kalau hal jang demikian ini dapat terwudjud maka lingkaran jang sempurna akan tertjapai. Ko-operasi2 simpanpindjam dengan ketentuannja mengenai permintaan bunga modal jang rendah dapat memperusahakan modal kelebihan dalam usaha2 jang djuga koperatip. Pemberian pindjaman modal dengan bunga jang rendah akan menguntungkan usaha2 ko-operasi pendjualan bersama ini, atau ko-operasi2 lainnja. Untuk sementara usaha kearah ini belum djuga terlihat kemungkinannja untuk dilaksanakan di Indonesia. Sebab2nja ialah karena masih sangat kurangnja modal jang dihimpun dalam ko-operasi2 simpin-pindjam jang merupakan kelebihan. Pula karena itu djuga ko-operasi simpan-pindjam selalu harus melajani dahulu kebutuhan para anggota2nja sendiri dengan modal jang lambat bertambah. Mempertjepat kemadjuannja akan pula membahajakan kedudukan ko-operasi2 simpan-pindjam ini. Lebih2 karena ko-operasi2 sematjam ini adalah sangat berharga bagi Indonesia, sehingga kedudukannja jang kokoh sentosa dalam masjarakat haruslah didjaga baik2 dari segala bahaja kegagalan. Ko-operasi2 simpan-pindjam sesuai dengan teori Raiffeisen, harus meliputi daerah seketjil mungkin untuk mempunjai nilai manfaat jang tinggi, lain halnja dengan ko-operasi2 pendjualan dan produksi. Apabila ko-operasi2 jang achir ini hanja bekerdja dalam lingkungan jang ketjil dan terbatas usahanja, maka hal ini kurang kefaedahannja bagi masjarakat. Kalau ko-operasi2 ini kelak sudah dapat berkembang luas, maka tentu akan djuga dengan njata dapat dikenjam hasil kemadjuannja. Karena inilah pengarang berpendapat bahwa perkembangan jang lambat seperti halnja dengan ko-operasi2 simpan-pindjam tidak amat diperlukan. Karena tjorak jang berlainan ini, dan pula karena ko-operasi simpan-pindjam itu dapat dianggap sebagai lembaga pendidikan masjarakat terbelakang, maka tjara2 dan pemupukan modal akan berlainan pula. Pada ko-operasi simpan-pindjam modal jang dibutuhkan a an idapatnja dari usaha penabungan2 para anggota2nja jang lambat laun menghimpun modal jang besar. Lain sekali halnja dengan ko-operasi pendjualan bersama umumnja ko-operasi produksi, disini sudah pada permulaannja sangat diperlukan modal besar untuk dapat mendjalankan usahanja dengan baik. Karena hal ini maka kepada ko-operasi2 pendjualan bersama ataupun kooperasi produksi lainnja harus diberikan pindjamam modal per- 76

77 mulaan pula, melalui bank. Karena di Indonesia belum tjukup adanja ko-operasi2 simpan-pindjam jang sanggup membelandjainja dengan pindjaman djangka pandjang, maka pada tingkat permulaannja pemerintah haruslah memberikan bantuannja. Bantuan diberikan dengan tjara pemberian djaminan. Sistim pemberian bantuan jang teratur, dan jang dilakukan dengan tjara besar2an pada ko-operasi sematjam ini, telah dilakukan pula di Amerika Serikat dengan adanja Farm Crédit Administration. 2. Berbagai2 sebab akan memberikan alasan, bahwa antara kooperasi dan badan2 dagang/usaha lainnja terdapat perbedaan-. Hal ini mudahlah dimengerti. Dalam buku karangan H. J. Louwes,,,Use of the revolving capital plan by Co-operatives Association, penerbit F. A. O., October 1951, dapat dibatja dalam permulaan pengantar kata, bahwa perkumpulan ko-operasi itu adalah perkumpulan orang2. Sebagai lawannja maka dapat dikatakan bahwa perseroan adalah badan jang didirikan oleh persekutuan modal. Oleh karena ini, maka antara kedua matjam badan ini akan timbul perbedaan ^ mengenai tudjuannja dan usahanja, pula teristimewa mengenai hubungan antara badan ini dengan para anggotanja. Sebagaimana diketahui umum, maka ko-operasi harus men ja^ lankan usahanja jang sesuai benar dengan apa jang di u u i oleh para anggota2. Menilik badan2 usaha lainnja, ^ukun^a ^Jah sung mengenai modal antara badan usaha dan anggota ti a^ _ terdapat pada ko-operasi. Akan tetapi ko-operasi djuga mem ^ kan modal jang tjukup dan pula inempunjai lapangan usa a sama dengan badan2 lainnja. Badan2 usaha lainnja e * ^ memegang peranan penting dalam dunia Perekonomiankarena jni penting ini telah dilakukan dengan modal-uang, dan n(ringat maka badan2 tadi mengutamakan adanja modal uang. 1 * ^ u t hal ini maka ko-operasi2 apabila mereka djuga ingin jiarusiah serta dalam usaha2 dilapangan perekonomian, seke arnj memben_ mempunjai usaha2 kearah pembentukan modal, jara nj tuk modal ini ada banjak sekali, dan disini akan iu berapa sadja jang telah terkenal. 3. Undang2 jang sekarang berlaku di Indonesia/ \ dak^ l!'tukan menjatakan dengan tegas, ko-operasi itu mempunjai Pe Hapat modal tjara apa. Hanja dalam beberapa pasal sadja_ P diambil kesimpulan bahwa ada sematjam pembentukan m dimaksud. 77

78 Pasal 31 L.N. 1949/179 berbunji: Apabila perlu, maka dengan peraturan2-pelaksanaan penasehat pembajaran kepada pemegang2 saham dari sisa hasil perusahaan dapat dibatasi. Apabila perhatian kita dalam pasal ini diletakkan pada kata2 kepada pemegang2 saham.. maka sudah barang tentu kesimpulan tentang tjara membentuk modal ialah hanja, karena tidak ada tjara lain, dengan tjara pendjualan surat2 saham. Lihatlah selandjutnja pasal 13 dalam LAMPIRAN. Pasal 13 ini jang dimuat dalam undang2 ko-operasi memberikan alasan untuk mengambil kesimpulan bahwa modal peserta (andil, saham) untuk sesuatu ko-operasi bukanlah mendjadi sjarat untuk mendjadi anggota. Dan oleh karena hal ini, maka surat sahampun tidaklah merupakan sjarat mutlak, akan tetapi membeli surat saham itu adalah mendjadi kewadjiban. Hal ini mungkin dapat dirasakan sebagai suatu keharusan, karena apabila tidak membelinja, maka seseorang tidak dapat mendjadi anggota. Dari apa jang diuraikan tadi djelaslah sudah, bahwa undang2 itu tidak memberikan kepastian mengenai matjamnja atau tjaranja pembentukan modal oleh perkumpulan ko-operasi. Ketentuan ini, menurut hemat saja dapat ditiadakan. Oleh karena ini maka panitija perentjana undang2 ko-operasi di Djokja pada tahun 1947 berpendapat untuk memuat dalam undang2 perumusan sbb.: Modal perkumpulan didapat dari uang penabungan. Pendirian ini disebabkan karena alasan, bahwa tiap2 usaha itu membutuhkan modal. Begitupun pula tiap2 perkumpulan kooperasi. Dalam perhimpunan ko-operasi modal jang terbaik akan diperoleh dari simpanan2 tiap2 anggota. Menabung itu mengandung sifat pendidikan, dan dapat didjadikan sumber kekuatan setiap2 perhimpunan ko-operasi untuk berdiri dan berusaha dengan kekuatannja sendiri. Djelas kiranja, bahwa modal bagi ko-operasi ialah sesuatu keharusan agar perkumpulan dapat berusaha untuk mentjukupi kebutuhan anggota2nja dan mentjapai pula apa jang mendjadi maksudnja. Walaupun modal bukan sjarat untuk mendjadi anggota, akan tetapi modal adalah mendjadi sjarat mutlak untuk dapat berusaha dilapangan usaha, sesuai dengan keadaan zaman, jang mengenal ekonomi uang. Karena ko-operasi terdiri dari anggota2 jang berasal dari golongan masjarakat jang kurang mampu, dengan sendirinja membentuk 78

79 modal jang tjukup besar tidak akan mungkin dikumpulkan sekaligus. Djalan jang terbaik untuk pembentukan modal jang tjukup kuat ialah dengan setjara menabung. Modalnja bersifat simpanan dari anggota2. Sifat inilah jang mendjadi dasar modal perkumpulan ko-operasi. Hal jang sementara ini, dan inilah artinja simpanan, ada terbawa djuga karena bunji pasal 13 (lihat LAMPIRAN)....melekat pada diri anggota sen d iri... Karena ini maka selalu akan ada harapan untuk anggota untuk menerima kembali uang jang ia sertakan dalam usaha perkumpulan. Tentu ia hanja mengharapkan kembali, kalau memang mungkin untuk perkumpulan untuk mengembalikannja. Kalau pengembalian itu dapat terlaksana, maka tentu sifat modal jang diberikan oleh anggota itu tadi, bersifat pindjaman jang tidak mempunjai ketentuan bilamana akan dikembalikannja. Sifat inilah jang oleh gerakan ko-operasi didjadikan suatu sistim jang tertentu untuk pembentukan modal perkumpulan. 4. Pada waktu sekarang ini oleh gerakan ko-operasi sifat penabungan dan sifat uang simpanan, kedua2nja dipakai dalam pembentukan modal ko-operasi. Tjara penabungan dipakai karena rakjat jang hendak berkooperasi itu tidak kaja dan tidak akan mampu untuk sekaligus mengumpulkan modal jang tjukup besar. Sifat simpanan pun dipakai, hingga anggota jang bukan anggota lagi akan dapat menerima kembali uangnja. Oleh gerakan ko-operasi telah ditinggalkan pengertian2 seperti saham, sero dan andil. Kata2 ini telah dibuang djauh2 karena kata2 ini mengingatkan kita pada bentuk N.V., ialah bentuk perserikatan modal. Untuk memberikan ketentuan jang tegas bahwa koperasi bukan perkumpulan jang mengutamakan uang-modal, akan tetapi mengutamakan manusia dan pribadinja, maka segala apa jang mengingatkan kepada badan2 N.V. atau I.M.A. tidak dipakai lagi. Pada masa sekarang ini telah diambil kepastian akan dipakainja 3 matjam tjara bentukan modal jang pokok. 3 matjam itu adalah: simpanan-pokok; simpanan-wadjib; dan simpanan-manasuka. Disamping ketiga matjam tjara pembentukan ini, maka hendaknja perhatikanlah pula adanja pembentukan modal organisasi dengan adanja dana2 tjadangan untuk pengluasan usaha. Perbedaan jang didapat ialah bahwa ketiga matjam tjara pem 79

80 bentukan modal (simpanan-pokok,-wadjib, dsb) hak milik masih tetap ada pada para anggota. Ko-operasi hanja sementara boleh memakainja dan harus dikembalikan kalau anggota meninggalkan ko-operasi sebagai anggota. Lain halnja dengan modal jang terhimpun dalam dana2 tjadangan, modal ini akan mendjadi milik dari ko-operasi sebagai organisasi. Modal ini akan selama2nja ada pada ko-operasi jaitu selama ko-operasi masih hidup sebagai organisasi dan tidak akan terombang-ambing karena banjaknja anggota Tjara mengusahakan adanja modal jang tetap dan tidak akan bertambah atau berkurang karena banjaknja anggota jang masuh atau keluar adalah tjara jang terbaik dan telah mendjadi sjarat mutlak sesuatu perusahaan untuk mempunjai modal jang tetap Dalam ajat* jang berikut ini akan dibentangkan suatu tjara baru lagi, untuk dengan setjara simpanan mendapatkan pula suatu modal jang tetap. A m e r i k a 's l r i k a r S 3 teiadhiuraika? - f maka baru. Melihat hasil jang diperoleh l a k, ^ Umemu]a' Jara Jang bahwa dengan tjara i! a k a n ' f ^ diharapka" modal jang tjukup besar. Tjara ini dina SUatU perhimpunan (modal jang berputar). la m a k a n revolving f and plan. Tjara ini adalah suatu tiara m, memindjam dari anggotaa dengan m en erb itk a^ 3'.'f "gan iara hutang (certificate of indebtedness) ia a surat2_pengakuan an jang tertentu besarnja dari jan^ ^ lperoieh dari pemotonggota2 sebagai pembagian keuntunlannirr^ 3 dit6hma ^ a" g~ piutang ini adalah suatu surat be h setlap achir tahun. Surat kumpulan bahwa ia mengakui berh f ^ dlter,31^ an *eh Per~ nja tertulis pada surat piutang c" 2 kepada siapa2 jang namatentang: s a i. Surat2 ini memuat ketentuan2 1. lamanja waktu ia beriak., 2. bunga jang akan diberikan pa^a achir 3. surat,m dapat diperdagangkan atau tidak"'' 4. sedjumlah pengakuan hutan? ini t, ^ merupakan bagi perkumpulan* ia "3 bersl,at sura! Piu ang bagian dari hutang? perkumpulan nnt i / w SUatu atau untuk waktu jang ^ W3k U ]3" g Pa" d)ang Seorang jang mempunjai tanda piutang ini adalah jang m enghutangkan uang kepada perkumpulan dan tidak mempunjai hak lebih utama dan pada seorang penghutang lainnja atau kurang 80

81 terketjuali kalau pada surat2 tersebut tadi diterangkan dengan tegas hal status pemberi pindjaman. ^ Selain daripada tjara dengan penerbitan surat pengakuan hutang jang tentu memberatkan organisasi, maka ada pula surat b e rh a ri lainnja jang diterbitkan oleh ko-operasi2 untuk dapat menghimpun modal jang diperlukan. Surat2 jang terachir ini dinamakan certificates of equity" atau djuga certificates of credif. Lain daripada certificates of indebtedness, maka surat2 certificates of credit adalah surat- jang berharga jang tergolong sama dengan surat2 saham dari perkumpulan. Oleh karena demikian maka surat2 tadi lmasukkan dalam harta benda piutang (activa) perkumpulan, arena inilah maka pemegang2 surat2 certificates of equity tidak mempurijai hak2 lebih utama daripada pemegang2 surat2 saham, a wa tu perkumpulan dibubarkan dan dinjatakan pailit. Surat2 J. ng erac.11; ln merupakan kekajaan dari perkumpulan. Dan surat2 hhtii 13n mi ^ai'*n daripada certificates of indebtedness tida\ kepastian tentang waktu akan achirnja piutang, oleh perkumpulan!0!")*11 bu"ga erhadap Pemakaian uang <jnraf >niki'a^ a^ kimnja ^ekedar keterangan tentang dua matjam er ar&a Jang diterbitkan oleh perkumpulan2 ko-operasi untuk dapat menghimpun modal jang diperlukan untuk mendjalann usahanja. Tjara2 jang diterangkan tadi merupakan penglaksanaan dari sistim jang dinamakan Revolving Capital Fund, ar inja modal jang diputarkan. Sungguh tepat nama demikian ini. Dengan sistim jang baru ini seolah2 modal jang didapat dari anggota, sementara sebelum dikembalikan dipakai dulu. Kemudian kalau sudah selesai kebutuhannja uang lalu dikembalikan. Dengan tjara demikian maka timbul dua tjara hubungan modal antara anggota dan perkumpulan. Jang pertama dengan hubungan pindjaman, dikenal dengan adanja certificates of indebtedness, dan jang kedua anggota menjerahkan pemakaian modal kepada perkumpulan selama perkumpulan membutuhkannja, setelah selesai tentu ia akan menerimanja kembali. Tjara jang terachir ini dikenal orang dengan nama certificates of equity atau certificates of credif\ Sebagaimana pada permulaan telah diterangkan maka perbedaan antara kedua sistim ini dapat diketahui pada waktu ko-operasi dibubarkan dan diselesaikan... \ w 'erlry..^ - Bakken & Marvin A. Schaars: The Economics of Coopera- London a i 937ng,> M cgraw HiI1 B k Company, Inc. New-York and KAMARALSJAH - Ko-operasi, 81

82 Pada tjara certificates of indebtedness, maka pemegang2 surat pengakuan hutang ini disamakan hak2nja dengan penagih2 hutang lainnja. Kalau dengan tjara certificates of equity para pemegang surat pengakuan hutang haknja tidak sama dengan penagih2 lainnja, mereka ini didahulukan. Dengan tjara jang kedua ini maka dengan sistim Revolving Fund modal jang ada ditangan ko-operasi diputarkan oleh perkumpulan, modal itu kepunjaan anggota. Selama diputarkan oleh perkumpulan modal ini termasuk activa. Kalau sudah pada waktunja untuk dikembalikan, karena keputusan atau karena telah ditentukan terlebih dahulu, maka tentu modal jang akan dikembalikan ini diakui masuk mendjadi sebagian dari passiva jang harus dipenuhi oleh perkumpulan. Demikian tentang sifat Revolving Capital Fund. Sekarang akan diterangkan tentang tjara menghimpun modal jang diputarkan ini. i) Karena sistim Revolving Fund ini maka telah dikenal sesuatu sistim perputaran modal dan setiap anggota ko-operasi tetap mempujai hak miliknja atas modal jang diputarkan oleh perkumpulan untuk dapat mentjukupi kebutuhan anggota2nja. Sebagaimana diketahui ko-operasi2 di Indonesia dalam pembentukan modal usaha telah mengenal beberapa matjam perhitungan dengan anggotanja: a. sim panan pokok, simpanan wadjib; *dan beberapa matjam simpanan manasuka jang dapat dipakai oleh perkumpulan untuk sementara sebagai modal usaha; b. dana tjadangan jang dipergunakan untuk perluasan usaha perkumpulan; c. modal jang ada terhimpun dalam ko-operasi karena pindjam an dari pihak ketiga, jang tentu mendjadi tanggungan para anggota2nja. Selain dari jang ketiga matjam ini maka di Amerika Serikat dan Canada telah diperkembang pula matjam lain jang dinamakan revolving fund Sekarang kembali lagi kepada tjara2nja untuk mengadakan revolving fund ini. Diantara tjara2 jang banjak ini akan didapat dua tjara jang pokok: ke-1. Sebagian dari uang keuntungan jang harus diberikan kepada 82 i) F.A.O. developm ent paper no. 15 A griculture; R om e-italy-o ct

83 anggota2 ditahan oleh ko-operasi, dihimpun dan dipakai sebagai modal usaha. ke-2. Dengan peraturan2 jang chusus maka pada setiap kali anggota mempergunakan djasa ko-operasinja ia harus memberikan bantuannja sementara dalam menghimpunnja revo - ving capital, dengan tjara memberikan sebagian tambahan dari apa jang ia harus bajar kepada ko-operasinja. Dalam segala usaha memupuk modal dengan setjara terus tera ^ jang tidak meragu2kan, anggota2 harus diberitahukan bahwa u a ^ potongan atau tambahan tadi dimasuk dalam revolving capi dan merupakan sebagian dari modal jang diterima ^ usahaan perkumpulan dan tentu menurut peraturan2 jang ia a akan dikembalikan kepada anggota2nja pada waktu jang e ditentukan. Selain dari keterangan jang djelas ini, kepada masin^ anggota diberikan tanda jang tertentu, lazimnja d i n a m a k a n ce tificate. Tentang certificates ini telah kita ketahui be erap matjam: 1. certificate of indebtedness; 2. certificate of credit; 3. certificate of equity; 4. certificate of revolving capital. Masing2 certificate tentu mempunjai sifat2nja sendiri2. 6. Sekarang akan diberikan sesuatu tjontoh ba&aima ^ ^ sebenarnja djalannja usaha dengan revolving capita urii ^ dengan tjara pemungutan tertentu dari anggota2 per ^m^apa^jah Dengan memperhatikan diagram jang terlukis dsb.,ma a ^.gajnja diberikan keterangan2 sebagai berikut. Sebagai tjon o kersarna, diperiksa sesuata perusahaan ko-operasi pendjua an,.uaian umpamanja pendjualan djeruk. Sudah barang ten u p er_ djeruk ini dalam setahun2nja tidak akan selalu sama ang_ bedaan akan dapat timbul disebabkan oleh karena anj n ^asjj gota jang berbeda2. Banjak hal2 akan menjebabkan per' adanja setahun2nja. Dalam tjontoh jang diberikan ini ma a rangkan perbedaan setahun2nja, akan tetapi disini tida a a sebab2nja. n dalam Pada tahun 1940 telah ditjapai hasil jang im modal usaha perkumpulan sebanjak Rp nerlisahaan Uang sekian banjaknja ini akan disertakan a ai sesuatu dan baru akan dikembalikan apabila perkumpu an p f i u k u p tahun menurut permufakatan para anggota mempu n.»

84 th dikembali- dikem balikan kan modal, untuk dapat dikatakan bahwa modal usaha perkumpulan itu sudah stabil. Djumlah modal jang dirasakan tjukup oleh perusahaan ini adalah sebanjak Rp Kalau djumlah uang ini telah diterima, maka ko-operasi mulai dengan mengembalikan uang modal kepada anggota2nja setjara berangsur2. Dengan tjara demikian maka anggota2 selama beberapa tahun harus selalu menghimpun modal jang diambilnja dari pendjualan djeruk tadi. Dalam tjontoh jang dilukiskan ini maka baru pada tahun 1945 perkumpulan dapat mengembalikan kepada para anggota2nja sebesar Rp. 4000,. Uang sebesar ini dikembalikan kepada anggota2 jang terlebih dahulu memasukkan uangnja dalam perusahaan. Oleh arena emi ian maka oleh pengurus ko-operasi harus diperiksa engan te lti siapa2kah jang telah lebih dahulu menjerahkan uang pesertanja kepada perkumpulan. Dalam tjontoh jang diterangkan diatas telah diumpamakan, ahwa dalam tahun2 perkumpulan berusaha, mungkin ada orang2 jang keluar sebagai anggota. Kepada anggota2 inilah pada saat mereka meninggalkan perkumpulan diberikan tanda-pengakuan, bahwa mereka mempunjai hak atas sebagian dari modal jang merupakan modal usaha perkumpulan. 84

85 Pengakuan ini baru dapat dilunasi oleh perkumpulan pada masa ia memulai dengan pengembalian sebagian dari modalnja kepada para anggotanja. Anggota2 jang mempunjai tanda-pengakuan ini, djadi anggota2 jang telah keluar dari perkumpulan tentu harus didahulukan daripada anggota jang masih tetap mendjadi anggota, oleh karena tanda-pengakuan itu tadi sebenarnja adalah surat hutang dari ko-operasi kepada pihak ketiga. Untuk seterusnja maka ko-operasi akan mengembalikan kepada anggota2 berturut2 sebagian dari modal usahanja, sebagai suatu kelebihan dari modal jang telah ditentukan sebanjak Rp , itu. Dalam tjontoh jang diberikan maka pada tahun 1946 ko-operasi dapat mengembalikan sebanjak Rp , kepada anggota2 dengan tetap mempertahankan sedjumlah modal jang diperlukan untuk sempurna berputarnja perusahaan jang didjalankan ko-operasi. 7. Apabila hal jang telah diuraikan tadi diperhatikan maka akan teringat kepada apa jang dikenal oleh ko-operasi2 di Indonesia sebagai sim panan-wadjib. Perbedaan antara simpanan-wadjib dan sistim revolving fund ini ialah, bahwa simpanan-wadjib tidak akan dikembalikan selama anggota masih mendjadi anggota dari perkumpulan. Baru kalau ia keluar sebagai anggota perkumpulan maka ia akan menerima kembali simpanan-wadjib dalam beberapa angsuran. Banjaknja angsuran tidak akan melebihi waktu lebih dari dua tahun. Ini sudah mendjadi kebiasaan. Ketentuan bahwa selama ia masih mendjadi anggota tidak ada kemungkinan untuk dapatkan kembali simpanannja, tentu akan mendjemukan anggota2 jang bersangkutan. Mereka akan tentu bertanja pada diri sendiri, apakah gunanja mereka selaku anggota tetap memasukkan simpanan-wadjibnja jang tidak mungkin diterima kembali? Djuga mengingat banjaknja simpanan-wadjib jang besar dan karena mereka membutuhkannja untuk hal2 diluar ko-operasi, seolah2 mereka didorong keluar sebagai anggota, hanja semata2 untuk mendapatkan kembali simpanan mereka jang telah besar itu. Tindakan jang demikian ini tentu akan dirasakan kurang sehat, akan tetapi sesuai dengan anggaran-dasar ko-operasi tindakan ini tidaklah mungkin dihalang-halangi. Lain sekali halnja dengan sistim,,revolving fund. Dengan sistim revolving fund, dibangun djuga modal usaha ko-operasi dengan tjara simpanan-wadjib. Anggota2 dapat menghitung bahwa pada sesuatu ketika jang mereka telah tentukan bersa2, mereka akan menerima kembali uang jang mereka masuk 85

86 kan dalam perusahaan setjara simpanan-wadjib. W aktu akan menerima kembali uang itu dapat ditentukan dengan pelbagai matjam djalan, pokoknja ada dua: pertama ditentukan lamanja, dengan tidak mengingat djumlah modal jang akan ditjapai, dan kedua ditentukan djumlah modal jang diperlukan untuk perusahaan jang mereka miliki bersama, jang sungguh besar dan akan memberi manfaat jang sebesar2nja. Apabila waktu atau djumlah modal telah tertjapai maka, dimulailah dengan pengembalian uang peserta kepada anggota2 jang dalam tahun permulaan telah memasukinja. Pengembalian diatur menurut urutan pemasukan bagian2 masing2. Apabila sistim revolving fund ini dipergunakan kiran j a sistim ini akan merupakan suatu perbaikan dari simpanan-wadjib jang telah didjalankan oleh gerakan ko-operasi di Indonesia. Perbaikan pula akan didapat tidak hanja karena anggota2 dapat mengharap kembalinja uang jang mendjadi haknja dalam waktu jang tertentu akan tetapi djuga karena dengan revolving fund ini, pemberian dividend, walaupun terbatas, kepada mereka jang mempunjai simpanan-wadjib dapat dihilangkan pula. Pendapat ini didasarkan, karena bagaimanapun djuga dalam waktu jang tak lama uang akan diterima kembali, lazimnja antara 5 dan sepuluh tahun. Selama uang diputarkan untuk kebaikan bersama tidak diberikan djasa. Dengan hilangnja pengertian dividend ini maka kooperasi sebagai sesuatu organisasi jang tidak kapitalistis, telah meningkat lagi dalam taraf kesempurnaan sebagai organisasi nonkapitalistis. Kesimpulannja ialah, bahwa revolving fund dapat didjadikan penjempurnaan sistim jang telah dikenal di Indonesia dengan simpanan-wadjibnja. Tanda2 peserta dalam usaha revolving fund, menerangkan bahwa sipemegang surat-tanda itu tidak akan menerima bunga, pula bahwa waktu pengembalian akan ditentukan bersama oleh anggota2 perkumpulan. 8. Sebagaimana chalajak memakluminja, maka setiap jang mengenai kekajaan anggota2 perkumpulan harus dengan djelas diterangkan dalam anggaran-dasar dan anggaran rumah-tangga perkumpulan. Tindakan demikian ini mengandung maksud menghindarkan keragu2an, djuga menghindarkan perselisihan antara anggota2 dan pengurus, dan mengurangi persengketaan. Demikian djuga perihal bermatjam2 simpanan2, jang dikenal oleh perkumpulan. Dengan djelas harus diterangkan hak dan kewadjiban anggota dan 86

87 pula simpanan-wadjib dan simpanan-manasuka dalam anggaran rumah-tangga. Untuk djelasnja dibawah ini akan diberikan tjontoh pasal2 jang menundjukkan dipakainja sistim revolving fund oleh kooperasi i). Ketentuan2 tentang tjara2 demikian ini jang selandjutnja akan diberi nama simpanan-wadjib-istimewa jang telah diketahui di Indonesia sebagai simpanan-wadjib, baiklah dimuat dalam anggaran-dasar ko-operasi dalam Bab Simpanan pokok dan simpanan2 lainnja sebagai pasal jang tersendiri akan djelasnja, dan tidak sebagai lazimnja dimuat dalam salah satu ajat dari pasal jang bersangkutan. Pasal2 ini akan berbunji demikian: Rapat anggota memberikan kuasa kepada pengurus untuk menerbitkan surat2 tanda peserta pembentukan modal setjara simpanan-wadjib-istimewa atas nama perkumpulan untuk maksud dan tudjuan membentuk modal usaha perkumpulan dengan tjara tertentu dan peserta2nja hanja boleh terdiri dari para anggota2nja sendiri. Djumlah modal jang hendak dibentuk ini akan ditentukan dalam suatu rapat umum oleh para anggota2nja, bilamana perlu djumlah ini dapat ditambah sesuai dengan keputusan rapat umum anggota. Surat2 jang bersangkutan dengan pembentukan modal usaha dengan tjara simpanan-wadjib-istimewa ini, akan diterbitkan oleh pengurus dengan ketentuan nomor2 seri untuk setahun2nja, lamanja tergantung dari kehendak para anggota2 untuk membentuk modal jang besarnja telah ditentukan pula oleh anggota2 dalam rapat umum. Kalau djumlah modal telah ditjapai maka mulailah oleh pengurus diatur pengembalian modal jang telah dimasukkan oleh ang gota dengan tetap mempertahankan djumlah modal jang telah ditentukan bersama. Pengembalian diatur sesuai dengan tanggal2 penerbitan suratj* jang ada ditangan anggota2 menurut waktu2 jang ditentukan ole pengurus sesuai dengan kebidjaksanaannja untuk mempertahankan djumlah modal jang telah ditentukan itu. Surat2-tanda peserta dalam pembentukan modal dengan tjara simpanan-wadjib-istimewa ini tidak akan memberikan hak2 is 1- a) B ahan2 karan g an ini didapat dari terbitan F.A.O. of the United N a- tio ns; R om e-italy-o ctober 1951; halaman 4 dst. 87

88 mewa kepada anggota2 jang bersangkutan; pada waktunja perkumpulan harus mentjukupi kewadjibannja terhadap pihak ketiga, maka pemegang surat2-tanda ini tidak akan diperlakukan sebagai penagih jang diutamakan daripada penagih2 lainnja. Demikian tjontoh pasal2 dari sesuatu perkumpulan ko-operasi jang hendak memungkinkan adanja tjara2 mengadakan simpanan-wadjib-istimewa, simpanan-wadjib jang tidak untuk selama2nja akan didjauhkan dari jang memilikinja. Simpanan-wadjib ini pada sesuatu ketika dapat diminta kembali. Tetapi sebagaimana halnja dengan simpanan-wadjib jang telah dikenal, maka simpanan-wadjib-istimewa pula menanggung kerugian dan ikut serta dalam mempertanggungkan perusahaan, hanja kalau pihak penagih2 lainnja telah ditjukupi dan masih ada sisa kekajaan, maka para anggota jang masih mempunjai simpananwadjib ini tentu diutamakan daripada anggota2 lainnja jang telah tidak mempunjai simpanan-wadjib lagi dalam perkumpulan. Tjara demikian ini menurut hemat saja pantas diturut, karena hal ini memberikan kemungkinan jang luas, dan tidak akan mendjemukan para anggota2. Lagi pula walaupun untuk anggota baru dalam hal ini ia tidak akan diketjualikan untuk mempertjepat lunasnja pembajaran simpanan-pokok, dan dalam tjara jang demikian ini azas2 kedemokrasian akan tetap dipertahankan. Tiap anggota akan turut serta, lebih banjak anggota lebih tjepat pula akan ditjapai djumlah jang dimaksud, akan lekas djuga diterima kembali modal jang diikut sertakan dalam usaha perkumpulan. Selain dari ketentuan2 jang membuka kemungkinan akan adanja simpanan-wadjib-istimewa ini, maka dalam tjara pelaksanaannjapun harus diperhatikan, bahwa segala jang bersangkutan dengan permodalan ini jang mempunjai hubungan erat dengan harta para anggota, didjelaskan sedemikian rupa sehingga tidak akan m e ra g a kan, jaitu dengan djalan sbb: a. Harus ada ketentuan2 jang djelas tentang tjara pemungutan untuk menghimpun modal jang diperlukan ini. Tentang hal ini tidak akan asing lagi karena telah dikenal oleh ko-operasi istilah simpanan-wadjib. Simpanan-wadjib ini diperoleh dengan tjara pemungutan jang dihubungkan dengan usaha2 jang didjalankan oleh para anggota2 melalui perusahaan jang mereka dirikan; pula ada kalanja dihubungkan dengan djasa2 jang diperoleh oleh para anggota dari perusahaan jang diselenggarakan oleh ko-operasinja. Demikian pula halnja dengan simpanan-wadjib- 88

89 istimewa ini. Tjara2nja tidak akan berbeda dengan simpananwadjib jang telah dikenal, hanja perbedaan akan ada karena dengan tjara jang baru anggota akan menerima kembali simpanannja pada waktu jang ia dapat tentukan sendiri. b. Mengenai pembagian dalam keuntungan jang diperoleh ko-operasi pada achir tahun untuk simpanan-wadjib-istimewa ini tidak perlu ada perbedaan dengan simpanan-wadjib jang telah dikenal, karena memang sudah sepantasnja untuk pada simpanan ini pula diberikan pembagian dalam keuntungan. Sungguh apabila dilihat dari sudut persamaan sifat, bahwa kedua tjara simpanan ini sama sifatnja karena wadjibnja, maka dengan sendirinja harus diperlakukan sama kedua2nja, akan tetapi dengan tjara jang lain kita akan melangkah kearah jang baru pula dengan adanja simpanan-wadjib-istimewa jang tidak diberi djasa. Akan tetapi apabila masih djuga diminta ketentuan mengenai pemberian djasa walaupun terbatas hanja sampai 8 %, maka hal ini tetap tidak akan ada rubahnja dengen tjara jang lampau atau dengan tjara pemindjaman ko-operasi dari pihak ketiga. Djustru sikap inilah perlu dirubahnja. Ko-operasi adalah suatu usaha jang tidak akan memberikan laba kepada modal jang mendjadi milik anggota2nja. Ko-operasi adalah usaha jang tidak kapitalistis, tidak akan mengedjar keuntungan modal. Maka dengan tjara jang baru ini baiklah diadakan sikap jang baru pula dan ko-operasi tidak memberikan pembagian dalam keuntungan dalam achir tahun, karena uang anggota ini tidak dipakai untuk selama2nja akan tetapi hanja sementara sadja. Dan djustru karena inilah baiknja djangankan diberikan bagian dalam keuntungan. Ini sudah semestinja, karena ko-operasi adalah non-kapitalistis. Demikianlah dengan serba singkat keterangan tentang tjara jang baru jang telah dipergunakan di Amerika Serikat dengan hasil2 jang memuaskan. Mudah2an tjara revolving Capital ini, atau djuga jang sering dinamakan revolving fund, dapat pula dipergunakan di Indonesia. IV. HAL ADMINISTRASI DAN PEMBUKUAN. ( 1 ) Sudah mendjadi kelaziman didunia perdagangan dan perindusterian bahwa mereka jang mendjalankan usaha harus mentja- 89

90 tat segala ihwal djalannja usaha jang ia lakukan. Ketentuan demikian ini telah diakui dan dimuat dalam perundangan jang mengenai perdagangan dan perindusterian. Dan dapat dibatja dalam kitab Undang2 Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) pasal 6 : 1. Setiap jang medjalankan usaha perdagangan dan perniagaan wadjib untuk mengadakan pentjatatan tentang keadaan daripada harta kekajaan, dan djuga semuanja ihwal usaha jang didjalankan dengan tjara jang demikian djelasnja, sehingga setiap waktu dari pemeriksaan jang dilakukan terhadap buku2nja akan dapat diambil kesimpulan jang njata tentang keadaan jang sebenarnja dari keadaan kewadjiban dan hak2 daripadanja. 2. Ia berkewadjiban untuk tiap2 tahun membuat neratja, dalam waktu enam bulan pertama dari tiap2 tahun jang sesuai dengan sjarat2 jang ditentukan untuk perusahaannja dan jang ditanda tangani sendiri olehnja. 3. Ia harus menjimpan semua buku dan tjatatan sebagaimana dimaksudkan dalam ajat 1, pula neratja2 untuk selama tiga puluh tahun, tentang surat2 jang diterima dan telegram2 dan salinan2 dari surat2 jang keluar ia diharuskan menjimpannja selama 10 tahun. Oleh karena ko-operasi2 djuga bergerak dilapangan perdagangan, maka tentu pada ko-operasi pula akan diperlakukan apa jang telah mendjadi kelaziman didunia perdagangan. Keharusan demikian ini djuga mempunjai kepentingan apabila ada urusan dengan pihak kehakiman. Segala bahan2 jang terdapat dari administrasi perusahaan dapat dipergunakan sebagai bukti didepan hakim. Lihat pasal 7 dan 8 K.U.H.D. i). (2) Menindjau sekarang jang chusus ditentukan dalam undang2 ko-operasi jang sekarang masih berlaku di Indonesia, hendaknja perhatikanlah pasal2 berikut (lihat djuga LAMPIRAN): pasal. 10: ( 1)... memegang suatu daftar jang bebas dari bea-meterai.. (2) Dalam daftar tersebut ditjatat masuknja, berhentinja atau dipetjatnja tiap2 anggota, dan djuga mengenai orang2 jang mendirikan perkumpulan itu. (3) Tjatetan mengenai masuknja seseorang mendjadi anggota i ) K.U.H.D. adalah singkatan dari Kitab U ndang2 H ukum D ag an g.

91 (4) Tjatetan mengenai berhentinja atau pemetjatan... (5 )...para anggota pengurus... pasal. 11: diterangkan bahwa walaupun dalam anggaran-dasar diterangkan tjara2 untuk meberhentikan, berhentinja seorang anggota2 belum sah djika belum dimasukkan dalam daftar jang tersedia itu. pasal. 39: terhadap buku2 dan daftar... berlaku titel ke II dari buku I, Kitab Undang Hukum Dagang (W. v. K.). pasal. 12: kalau pengurus tidak mau mendjalankan tugasnja. pasal. 40: tuntutan hukum dalam hal2 pengurus lalai atau enggan mendjalankan apa jang ditentukan dalam pasal 10. Demikianlah administrasi daripada organisasi ko-operasi jang mengenai ihwal keanggotaan. Hal2 ini adalah penting sekali apabi a melihat ketentuan2 jang dimuat dalam pasal2 mengenai kewadjiban menanggung. Jang mempunai kewadjiban menanggung ti a hanja anggota sadja akan tetapi djuga jang bukan mendjadi an&^ gota lagi. Hal demikian ini tentu harus dibuktikan oleh tja a an jang dimaksudkan dalam pasal 10 dsb. (L.N. 1949/179, ps., (3) Tentang pembukuan perkumpulan ko-operasi maka diterankan oleh undang2 L.N. 1949/179 dalam: pasal2 22, an (lihatlah LAMPIRAN)..... Hal demikian ini djuga diadakan untuk ko-operasi dinegara Seperti jang telah diketahui peraturan2 jang menentu an, a perkumpulan harus radjin mengurusnja harta kekajaan Per pulan adalah sangat penting, karena hal ini berarti a wa kekajaan semua anggota akan dipelihara baik2 dan dapa i pula oleh anggota2nja. Kemudian di Indonesia djawatan ian& r untuk ini dapat djuga mengawasinja. Tentang pembukuan rasi hendaknja diperhatikanlah hal2 sbb.: 1. sem purna- karena para pengurus harus dapat mem en an hitungan usaha pada anggota; hakim arus pertjaja kepada pembukuan itu untuk d^djadika 2. djelas- oleh karena para anggota jang tidak erpelad^ r^ n djuga harus dapat mengerti bagaimanakah pembu 3. annja kekajaan perkumpulannja, n H'alansederhana-karena pekerdjaan pembukuan harus dapa M kan oleh siapa sadja, dan tidak membutuhkan an jang tinggi 91

92 V. PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN. Di Indonesia ini diketahui dua matjam tjara dari pihak pemerintah dalam menghadapi usaha2 perkumpulan ko-operasi. Pemerintah mendjalankan pengawasan dan pemeriksaan. Usaha pengawasan adalah lebih luas daripada usaha pemeriksaan sadja. Walaupun pengawasan itu luas artinja akan tetapi tidak akan meliputi pemberian penerangan tentang jang mengenai tehnik usaha jang didjalankan,misalnja tehnik pertanian, keradjinan dsb. Jang terachir ini bukanlah mendjadi tanggungan Djawatan Ko-operasi. Jang bertanggung djawab ialah djawatan2 jang bersangkutan Dengan Pengawasan diartikan usaha2: a. pemberian penerangan ihwal dasar2 ko-operasi; b. pemberian pendidikan tentang keko-operasian; c. pembimbingan dalam mendjalankan ko-operasi, sehingga perkumpulan ini tidak akan menjimpang dari azas2 keko-operasian jang sedjati; d. sekedarnja memberikan petundjuk dan tuntunan permulaan dalam mendjalankan usahanja dengan tidak lebih mendalam, daripada seperlunja; e. memperhatikan apakah pemeriksaan jang diperlukan oleh kooperasi djuga sungguh2 didjalankan oleh jang ditugaskan. Pemeriksaan jang ditjantumkan dalam rangkaian diatas ini djuga dinamakan pengawasan dalam arti jang terbatas sekali. Sebenarnja pengawasan ini harus didjalankan oleh ko-operasi2 sendiri, karena ko-operasi adalah suatu badan jang didirikan dengan dasar membantu diri sendiri. Tentu karena inilah pengawasan jang mendalam sebenarnja tidak perlu didjalankan oleh pemerintah, tjukup oleh ko-operasinja sendiri. Akan tetapi karena pada masa ini ko-operasi2 di Indonesia masih dalam tingkatan pertumbuhan maka pada masa permulaan ini tentu masih diperlukan usaha dari pihak pemerintah untuk mendjalankan pengawasan terhadap ko-operasi. Lihatlah hendaknja pasal 23 ajat 1 LAMPIRAN. Dari bunji pasal 23 ini, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa jang dimaksudkan dengan pemeriksaan ini ialah lebih luas lagi daripada pemeriksaan pembukuannja sadja. Djuga harus diperiksa usaha2 jang tidak dimasukkan dalam buku2. Dari jang diuraikan ini ternjatalah bahwa jang berkewadjiban mengawasi dan memeriksa adalah instansi jang djuga berkewadjib- 92

93 an mendaftarkan untuk pemberian hak badan hukum kepada kooperasi2. Hal jang demikian ini dapat dimengerti, mengingat pendapat bahwa pada masa sekarang rakjat harus diberi tuntunan dan pendidikan jang mendalam tentang ko-operasi. Pemerintah dalam hal ini mempunjai kewadjiban jang utama. Djawatan jang ditugaskan harus awas dan waspada dan sekali2 djangan mengakui sebagai badan hukum perkumpulan ko-operasi jang tidak mempunjai kemungkinan akan hidup langsung. Kalau ada perkumpulan jang diakui ternjata tidak dapat hidup langsung dan merugikan rakjat, maka tentu kegagalan ini akan membawa akibat, bahwa rakjat tidak akan lagi pertjaja kepada gerakan ko-operasi. Pengalaman2 telah membuktikan hal ini. Oleh karena demikian, maka jang diutamakan bukanlah mendirikan sebanjak mungkin perkumpulan2 ko-operasi, tetapi mendirikan sebaik mungkin perkumpulan2. Jang diutamakan bukan kwantitet akan tetapi kwalitet. Oleh karena inilah maka sudah sewadjarnja kewadjiban mengawasi dan memeriksa dan memberikan hak badan hukum itu dilakukan dengan setjara pendaftaran resmi dan harus ada di satu tangan, i) Selain daripada tidak akan mendirikan ko-operasi2 sebanjak mungkin demi kepentingan pengawasan dan pemeriksaan jang baik, maka sudah barang tentu dimana tidak mungkin akan ada pengawasan jang baik djuga tidak diandjurkan adanja ko-operasi. Hal demikian ini kiranja berat untuk ditanggung, akan tetapi apa boleh buat apabila dibandingkan dengan djatuhnja ko-operasi jang tidak dapat diawasi. Karena hal ini akan menghilangkan kepertjajaan pada gerakan ko-operasi. Kegagalan akan mengakibatkan bahwa untuk beberapa puluh tahun pengandjur2 ko-operasi sukar akan mendirikan ko-operasi2. Keharusan pengawasan dan pemeriksaan dan pemberian hak badan hukum di satu tangan adalah akibat kenjataan, bahwa karena undang2 jang berlaku pemerintah dan djustru djawatan jang ditugaskan, turut tjampur tangan dalam organisasi2 rakjat jang sebenarnja harus diserahkan kepada rakjat sendiri. Organisasi2 adalah organisasi2 partikelir, sehingga pemerintah sebenarnja hanja berhenti sampai pada soal2 jang mengenai pemberian hak badan hukum sadja, dengan tidak lebih mendalam lagi hal penjeli-!) V erslag van de Cooperatie-Commissie, (voorzitter: J. H. Boeke) uitg. G. Kolff & Co

94 dikan akan hidup langsungnja. Akan tetapi karena sikap demikian ini belum dapat dipertanggung-djawabkan di Indonesia, maka D jawatan Ko-operasi berkewadjiban pula untuk mengawasi dan memeriksa ihwal perkumpulan setjara intern. Jang mendjalankan pengawasan dan pemeriksaan ini ialah terutama Djawatan Ko-operasi. Akan tetapi tugas dan kewadjiban jang dibebankan padanja dapat diserahkan kepada badan lain atau djuga kepada seseorang lainnja jang bukan anggota (pasal 21a, L.N. 1949/179). Pada azasnja untuk menerima penjerahan kekuasaan maka diusahakan terbentuknja Pusat2 ko-operasi pelbagai matjam. Pusat2 ini selain merupakan pusat2 usaha perkumpulan baik kommersiil maupun ideel akan djuga dapat dibebani pekerdjaan pengawasan dan pemeriksaan terhadap primer2nja jang mendjadi anggota pusat tersebut tadi (pasal 23, ajat 3, lihat LAMPIRAN). Pengawasan jang mendalam dan keras sudahlah mendjadi suatu keharusan. Dalam ajat 1 telah diterangkan betapa pentingnja pengawasan bagi perkembangan gerakan ko-operasi umumnja. Perlu dikemukakan lagi sebab2nja ialah karena gagalnja usaha keko-operasian disesuatu daerah akan mengakibatkan dalam beberapa tahun, mungkin puluhan tahun, sukar sekali, bahkan hampir tidak mungkin mendirikan ko-operasi atau mengandjurkan gerakan ko-operasi didaerah tadi. Sekali rakjat menderita kerugian karena tidak baiknja pimpinan perkumpulan ko-operasi, rakjat akan kehilangan kepertjajaan terhadap faedahnja gerakan ko-operasi. Oleh karena demikian, maka pengawasan jang selalu mengikuti pertumbuhan ko-operasi dari permulaan untuk selandjutnja setjara mendalam dan djuga dengan memberikan kefaedahan jang njata e^a"u an^ i a2nia adalah mendjadi suatu keharusan jang wadjib dipelihara baik2. Satu kali gagal, seketika itu djuga semua eper jajaan a wa ko-operasi akan membawa kesedjahteraan jang dinanti kan akan hilang! Rakjat akan menutup mata dan kupingnja er a ap sega a andjuran tentang ko-operasi. Ia lebih baik hidup se agai se ia a a, sengsara dan terikat dalam hutang untuk beberapa turunan berko-operasi ia akan tidak mau lagi. n u men& a aukan segala kemungkinan itu maka pemerintah menga a an jawatan jang chusus untuk memelihara gerakan kooperasi ini. Pada permulaan tahun 1929 dimulailah pengawasan setjara inas an pemerintah, berhubung dengan adanja undang2 ko-operasi /91, jang sekarang telah diubah dan mendjadi L.N. 1949/179, mudah2an undang2 inipun akan segara dapat diganti 94

95 lagi dengan undang2 jang sesuai dengan rasa dan pandangan rakjat Indonesia dimasa sekarang. Pengawasan dilakukan oleh pemerintahan dengan alat2 jang ada akan tetapi baru pada tahun2 Indonesia telah merdeka diadakan Djawatan Ko-operasi jang sungguh diperkembang sampai kedaerah2 kabupaten. Keadaan ini berlainan sekali hahnja dengan keadaan sebelum meletusnja perang dunia ke II. Pada masa zaman pemerintahan Belanda susunan djawatan adalah sedemikian rupa sehingga hanja di pusat pemerintahan diadakan bagian jang chusus memperhatikan perkembangan kooperasi dan memberikan tuntunan kalau dimintanja. Pula dibeberapa daerah diadakan tjabang2nja kalau memang didaerah tadi telah tjukup ada perkumpulan ko-operasi. Keadaan demikian ini berubah sekali setelah kemerdekaan Indonesia. Oleh rakjat Indonesia gerakan ko-operasi didjadikan suatu tjara untuk menjusun perekonomiannja sesuai dengan bunji pasal 38 Undang2 Dasar Sementara Negara Republik Indonesia. Dimana2 tumbuh perkumpulan2 ko-operasi. Hal demikian ini tidak dapat dibiarkan sadja. Bagaimana perangkaan pertumbuhan ko-operasi di Indonesia ini dapat dilihatnja dari rangka2 jang ada tersedia dalam buku jang diterbitkan oleh Kantor Statistik Departement Urusan Ekonomi (Groei en Bloei van de Koperatieve Beweging in Neerlands-Indie) dan diperlengkapi dengan beberapa tjatatan lainnja, maka rangka2 itu memperlihatkan hasil demikian. Thn banjaknja ko-operasi 1 Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn Thn (Tentang angka2 jang dibentangkan mulai tahun 1927 sehingga sampai tahun 1941, menundjukan banjaknja ko-operasi jang mempunjai hak badan hukum, sedangkan angka2 jang ada pada tahun2 1950, 1951 dan 1952 djuga meliputi ko-operasi jang belum berbadan hukum akan tetapi jang sudah ada dalam bimbingan dan pengawasan Djawatan Ko-operasi). Thn Thn sampai dengan thn berhubung dengan keadaan politik (pendjadjahan Djepang dan kemudian perdjuangan untuk 95

96 merebut kemerdekaan) tidak dapat diadakan pentjatatan setjara teratur, baru pada tahun 1950 dapat diadakan pentjatatan sekedarnja mengenai perkembangan gerakan ko-operasi diseluruh Indonesia. Thn banjaknja 1155 dan kemudian pentjatatan dalam tahun 1951 terdapat 5770 buah perkumpulan dengan djumlah anggota kira Thn sementara pentjatatan telah dapat memperlihatkan angka 7324 buah perkumpulan ko-operasi dengan banjaknja anggota lebih dari 1 djuta, mungkin djauh lebih banjak. Demikianlah sekedarnja perangkaan jang dapat disadjikan menurut tjatatan2 jang ada pada Djawatan Ko-operasi. Tentu pemerintah republik harus memberikan bimbingan setjukupnja pada rakjatnja jang bergerak, pemerintah berkewadjiban untuk mendjaga djangan sampai rakjat menemui kegagalan dan mendapatkan kerugian dalam menjelenggarakan usaha2nja dengan setjara ko-operatip. Oleh karena demikian pada permulaan tahun 1947 disusunlah suatu djawatan chusus untuk pembimbing gerakan ko-operasi, jang disusun sampai ke daerah2 kabupaten. Keadaan demikian berdjalan sampai sekarang dalam susunan seperti berikut: di Kementerian Perekonomian diadakan Djawatan Pusat untuk seluruh Indonesia; di masing2 Propinsi diadakan Kantor2 Inspeksi ko-operasi dengan dipimpin oleh seorang jang bertanggung-djawab kepada kepala djawatan di Djakarta; di masing2 Kabupaten diadakan Kantor2 Tjabang Inspeksi dimana pemimpin2nja bertanggungdjawab kepada Inspektur2 jang berkedudukan di ibu-kota Propinsi. Tugas dari djawatan ialah, terutama memberikan penerangan dan pendidikan kepada rakjat jang hendak mendirikan ko-operasi atau jang hendak menjusun setjara ko-operatip usaha2 jang diharapkan akan membawa kesedjahteraan kepadanja. Djawatan2 sedaerah2nja harus memberikan pimpinan, sedemikian rupa sehingga perkumpulan2 tadi dapat diberi hak badan hukum oleh Djawatan di Djakarta. Untuk ini maka pemimpin2 di kabupaten dan inspektur2 di Propinsi selalu erat berhubungan dengan ko-operasi2 dan mengawasi pula djalan2nja usaha dan perkembangan perkumpulan2 tadi. Hendaknja didjagalah benar2 djangan sampai ko-operasi2 menjimpang dari garis keko-operasian jang telah ditentukan oleh djawatan sebagai djalan jang memang benar dan sesuai dengan pengalaman2nja dan mengandung kemungkinan akan gagal jang seketjil2nja. 96

97 Untuk mempermudah usaha2 pengawasan, penerangan maupun pendidikan kepada ko-operasi2, sedjak tahun 1948 diusahakan adanja kursus2 didaerah2 jang mendidik mereka jang mendjadi pengurus ko-operasi2 atau jang berpengaruh didaerahnja, agar diketahui benar2 apa maksud ko-operasi, artinja bagi kemadjuan rakjat dan menurut2 sjarat2 apa harus didjalankan pemeliharaan perkumpulan, sehingga akan membawa kemanfaatan jang diharapkan, dan mendjauhkan pula segala kemungkinan kegagalan. Dengan tudjuan, ini maka diadakan kursus2 tadi didaerah2 jang dinamakan. KURSUS KADER KO-OPERASI atau djuga BALAI PENDIDI KAN KO-OPERASI. Bagaimana besarnja bantuan jang diberikan melalui djalan2 ini dapat kiranja dipikirkan mengingat angka2 sebagai berikut: dalam 3 tahun usaha pendidikan (1950 dan 1952) telah didirikan 30 tempat pendidikan diseluruh Indonesia, dan telah menghasilkan sebanjak 7000 orang kader. Belum djuga terhitung tempat2 jang didirikan bekas kursis2 ini jang menghasilkan tenaga baru dan dari dengan tidak sia2 kalau kita lihat kemadjuan jang diperoleh gerakan ko-operasi. Dari kira2 300 perkumpulan ko-operasi jang ada sebelum perang, sekarang telah meningkat mendjadi 7667 ko-operasi, kemungkinan akan lebih banjak lagi mengingat dasar asli masjarakat Indonesia. Banjaknja anggota2 jang tergabung menurut tjatatan2 adalah sebanjak orang dengan djumlah kekajaan ,25 rupiah, i) Demikianlah pada garis besarnja usaha2 jang telah didjalankan oleh pemerintah dan rakjat dalam memperkembangkan gerakan ko-operasi. Apakah semua ko-operasi jang diawasi ini telah mendapat hak badan hukum? Djawaban terhadap pertanjaan ini adalah: tidak. Semua ko-operasi2 ini masih dalam penjelidikan. D jawatan Ko-operasi selama perkembangan2 jang terachir baru dapat memberikan hak badan hukum kepada beberapa perkumpulan ko-operasi. Mengapa demikian terlambatnja, jaitu tidak lain karena harus lebih dahulu menjelidiki ihwal2 perkumpulan, agar djangan sampai mengetjewakan dan menjebabkan hilangnja kepertjajaan rakjat terhadap keko-operasian. Dengan seksama harus diperiksa lebih dulu segala apa ja^s dapat memberikan tanggungan, bahwa perkumpulan ko-operasi itu akan landjut usahanja. Dengan pemberian hak badan hukum Djawatan Ko-operasi ikut bertanggung-djawab atas kebaikan dan kelangsungan hidupnja. Inilah sistim dari pemerintahan sekarang ter-!) su m b er D jaw a tan K o-operasi. 97 K A M A R A L S J A H - K o -o p c r a s i. 7

98 hadap gerakan ko-operasi. Tanggung-djawab terutama diletakkan ditangan Kepala Djawatan Ko-operasi! Ditindjau lebih dalam, maka sistim ini semata2 merupakan suatu lingkaran jang tidak terputus2. Perkumpulan membutuhkan hak badan hukum untuk dapat melantjarkan usaha sebagai badan jang telah diakui dengan resmi oleh masjarakatnja, hak badan hukum perlu untuknja agar dapat lebih lantjar lagi usahanja. Akan tetapi Djawatan jang bersangkutan baru dapat memberikan hak badan hukum, kalau sungguh2 perkumpulan jang bersangkutan dapat membuktikan bahwa ia memang mempunjai kesanggupan untuk hidup langsung dan lantjar usaha. Bukanlah kedua soal ini akan mengakibatkan suatu keadaan jang tidak akan menguntungkan? Lebih2 lagi perkumpulan2 ko-operasi jang tersangkut! Jang penting bagi perkumpulan ko-operasi ialah bahwa ia segera dapat bertindak sebagai badan jang resmi, dan diakui sebagai badan jang penuh berhak badan hukum, sehingga tidak selalu harus diperlakukan sebagai anak jang belum balig. Pendapat demikian ini ada pula kebenarannja, akan tetapi kalau melihat pengalaman2 jang penuh kegetiran dan kepahitan di masa ]ang ampau, maka benar pula pendirian djawatan jang bertanggung-djawab atas pemberian hak badan hukum ini. Djawatan diadakan untuk mendjaga djangan sampai harta rakjat lpermain an an lpergunakan untuk memperkaja beberapa gelintir manusia sadja Harta rakjat harus didjaga dan gerakan kooperasi tidak boleh dipakai sebagai kedok untuk mempefkuda rakjat dan menghisap kemakmuran rakjat. bahwfdlledplrmengklhl ndatband!ngkan m3l<a tern)'atalah hukum untuk dapat melantiarl", ^ gera pemberian hak bada" hendaki djaminan tentang sehatn" T ^ di'a!n Pi'lak me"g' nja, sehingga tidak akan ada k t e g a s a n T ^ " P u l a n dan usahamemberikan hak badan hukum t H f P'' m g berkuasa sedikit luas. memberikan kelonggaran jang Djawatan masih perlu badan hukum, akan tetaoi l l? P tentang Pemberian hak mengingat pentingnja hak badln T " bu 'eh diuga diperhatikan harus berusaha dilapanaa ^ bagl sesuatu badan ians sukar bagi djawatan unluk m e S v ^ PerdaSangan' bah lagi dengan banjaknja»n «r,! g i ' " sadja berusaha memperkuda knn bermodal besar Jang maslh ^ o noi coniti!) t. ko~ perasi dan mempergunakan koopeiasi seiupa sapi perahnia nntnl- j ^ t..!,.... J untuk mendapat hasil sebesar mungkin. Walaupun demikian kiranip anja dapat ditjari sjarat2 minimum 98

99 untuk dapat diberikan hak badan hukum kepada sesuatu ko-operasi. Sjarat2 minimum ialah sbb: 1. Anggaran-dasar sesuatu ko-operasi harus memuat dasar2 kekooperasian jang sehat jang mengandung kemungkinan2 hidup langsung dan bermanfaat; 2. Anggota perkumpulan memang telah sadar dan insjaf tentang arti anggaran-dasarnja, mengetahui pula maksud berserikat; 3. Anggota2 telah sadar pula tentang kewadjiban mereka dalam menanggungnja segala akibat perhubungan perkumpulan karena tindakan2 usaha2 perdagangan dan keradjuan; 4. Keinsjafan telah dapat dibuktikan dengan besarnja djumlah modal usaha jang dihimpun dalam perusahaan perkumpulan jang ko-operatip ini; 5. Administrasi perusahaan dan organisasi perkumpulan sudah baik dan memberikan kesan2 tjukup radjin dikerdjakan dan mentjukupi kebutuhan jang diminta oleh usaha2 jang didjalan- kan; 6. Tjara2 pengurus memimpin perusahaan dan perkumpulan tela demikian rupa sehingga memberikan kesan bahwa usaha2 jang diselenggarakan akan mengandung harapan kelangsungan usaha; kerukunan dan giatnja usaha telah dipelihara baik2 dan diperkembang pula; 7. Hubungan usaha jang rieel dan njata telah ada dengan ba an perniagaan dan keradjinan lainnja. ^ _ Demikianlah kiranja sjarat2 minimum jang harus dipenuhi o e setiap perkumpulan ko-operasi untuk mendapatkan hak a an hukum. Bagaimanakah dapat kitaketahui, bahwa perkumpulan te a memenuhi sjarat2 minimum ini? Telah diterangkan tentang hubungan djawatan dengan pergera kan ko-operasi, dan kedudukan jang penting dalam hal pemberian hak badan hukum. Djawatan telah diberikan kekuasaan untuk em berikan hak badan hukum pada perkumpulan2 ko-operasi. e a i diterangkan tadi tentang sjarat2 minimum jang harus dipenu n oleh ko-operasi untuk mendapatkan hak badan hukum, an j usaha pemberian hak badan hukum tentu akan menguntun^ an kedua belah pihak jang berkepentingan. Bagaimana tjaranja un u dapat mengetahui bahwa sesuatu perkumpulan itu telah mentju <upi sjarat2 minimum ini, ialah sbb: a. Anggaran-dasar, daftar anggota dan pengurus telah ada aa^ dikerdjakan sesuai dengan bunji pasal2 undang2 ko-operasi, (lihat LAMPIRAN pasal 10); 99

100 b. Tjatatan banjaknja anggota2 jang hadlir pada rapat2 pertemuan; c. Adanja tjatatan2 tetang pertemuan2 para anggota2nja, dimana diberikan penerangan2 dan pendidikan2 hal keko-operasian dan pasal2 jang penting dari anggaran-dasarnja seperti:hal kewadjiban menanggung, tentang kekuasaan rapat anggota, kewadjiban dan hak anggota2 untuk mengadakan pemeriksaan terhadap segala tindakan penglaksanaan pengurus dari keputusan2 rapat2; tentang pengawasan terhadap tindakan2 pengurus hal mempergunakan harta anggota2 jang telah terhimpun; d. Pembukuan perubahan2 dalam harta kekajaan perkumpulan jang sesuai dengan peraturan dan petundjuk Djawatan Kooperasi sesuai dengan pasal2 dalam undang2 ko-operasi (lihat LAMPIRAN). e. Perhitungan hasil usaha2 perkumpulan jang memberikan kesan adanja keuntungan (perhitungan rentabilitet perusahaan); perhitungan didasarkan angka2 jang tersedia dalam buku2 pembukuan perubahan harta perkumpulan ko-operasi. Sekarang kita hanja tinggal bertanja lagi, sudah banjakkah perkumpulan ko-operasi jang dapat membuktikan hal2 ini? Tentu, diantara perkumpulan ko-operasi diseluruh Indonesia dan jang sebagian besar didirikan sesudah perang dunia II, sepandjang pengetahuan sebagian terbesar ini semuanja belum berbadan hukum, ada pula jang telah dapat mentjukupi, dan sekarang hanja terletak kepada penjelenggaraan dan pelaksanaan bunji dari pasal2 undang2 ko-operasi (lihat LAMPIRAN). Dari jang diuraikan tadi dapatlah diambil kesimpulan tentang kewadjiban Djawatan Ko-operasi dalam menghadapi perihal pengawasan dan pemeriksaan perkumpulan2 ko-operasi. Kewadjiban ini dapat diserahkan kepada Pusat2 Ko-operasi kalau Pusat2 ini telah tjukup sempurna dalam susunan dan usaha2nja. Tentang pengawasan ini, maka pekerdjaan Djawatan telah dimulai pada permulaan sesuatu perkumpulan datang kekantor tjabang inspeksi ko-operasi di kabupaten, bahwa ia telah berniat akan berusaha dalam ikatan jang ko-operatip. Semendjak saat ini, maka untuk seterusnja perkumpulan akan ada dibawah pengawasan Djawatan Kooperasi. Tentang kewadjiban Djawatan ini akan didjelaskan dengan rangka sebagai berikut: I. Sekumpulan orang menjata- Pengawasan dan pembimbingkan telah mendirikan per- an djawatan dimulai; masa ini kumpulan ko-operasi. dinamakan: 100

101 II. Terbukti perkumpulan tidak berubah haluan dan niat untuk terus berusaha sebagai perkumpulan ko-operasi, dan selalu mengikuti segala petundjuk jang diberikan oleh d jawatan. III. Perkumpulan telah diberi hak badan hukum. masa penjelidikan, Iamanja masa ini kiranja paling lama dua tahun. Pengawasan jang sekarang berlaku dinamakan: masa pengam atan, Iamanja tergantung dari penjelesaian administratip di Djawatan. Untuk selandjutnja maka perkumpulan ada dalam masa pengawasan. Demikianlah akan berlaku kewadjiban dan hak djawatan sesuai dengan bunji pasal2 dalam undang2 jang mengenai pengawasan terhadap perkumpulan2 ko-operasi2, jang menjatakan diri rela untuk membimbing dan diatur segala2nja tentang organisasi dan usaha2 jang didjalankan olehnja. 101

102 BAGIAN IV: TENTANG PELBAGAI MASALAH JANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN Siapa2pun sadja jang telah dapat menjelami dan memahamkan segala teori2 jang ada dalam ilmu ekonomi dan dengan perlengkapan jang didapatnja dan telah difahamkan tadi memasuki gelanggang ko-operasi, akan mendjumpai pelbagai matjam kompleks pendapat dan tjita2 jang bermatjam ragam jang sering ia akan hadapi dengan perasaan heran, akan tetapi djustru inilah jang memikat seorang ahli ekonomi tadi. Sebagai seorang ahli ekonomi, maka ia akan mentjari djalan dan selalu berichtiar untuk memahamkan dunia baru ini dengan segala perlengkapan jang telah ia miliki, dan dengan adanja ichtiar mungkin ia mendapat hasil jang baik dan jang menguntungkan djuga kemadjuan ilmu ekonomi. Pada mulanja ia akan bertindak sebagai seorang ahli teori dan sering ia lupakan bahwa didunia ini ada pula pelbagai pendapatdan tjita2 jang atjap kali satu sama lainnja bertentangan. Dunia jang ia masuki akan membingungkannja, maka oléh karenanja ia harus awas dan waspada. Kewaspadaan bertindak ini pertama harus ditjari dalam sudut djiwa rakjat jang dihadapinja. Dengan melihat benar2 faktor2 jang akan ia djumpai, ia dapat membangun apa jang dikehendaki untuk kesedjahteraan rakjat dengan mendapat bantuan penuh dari pihak rakjat. Karena kalau sesuatu hal dimengerti dan dapat diikuti oleh rakjat, maka hal ini tentu akan mendapat hasil sebesar2nja. Hal jang demikian ini akan lebih2 lagi diperlukan bagi gerakan ko-operasi. Disini akan kita lihat lebih djelas lagi bahwa sesuatu organisasi ekonomi rakjat, jang memang meminta bantuan dan tenaga rakjat jang tjukup dan sungguh2, tak dapat diadakan dengan tidak ada faktor rakjat jang sungguh insaf. Walaupun organisasi diadakan untuk rakjat dan untuk membantu rakjat dalam perdjoangan hidupnja, maka kalau rakjat tidak dapat ikut merasakan apa jang dimaksudkan tadi akan sia2lah segla ichtiar bagaimana bagus dan baiknja djuga. Dalam hal ini maka usaha2 mendirikan ko-operasi terlebih dulu harus diselenggarakan dengan meningat psychologie rakjat. 102

103 Tidak hanja djiwa rakjat, tetapi perlu pula diketahui bagaimana keadaan daerah mereka berada. Djiwa rakjat dapat diketahui dengan penindjauan lebih dalam tentang agama, adat-istiadat, tjara dan susunan pendidikan jang asli didaerah. Kalau hal2 tadi telah dapat diketahui, maka disamping itu keadaan daerahpun harus dipeladjari djuga. Terutama jang mengenai sumber2 kekajaan rakjat dilapangan pertanian, peternakan, perikanan, dsb. selain daripada itu djuga bagaimana kebutuhan rakjat. Bagaimanakah usaha2 jang harus didjalankan untuk mentjukupi kebutuhan rakjat ini adalah sangat penting. Bukankah hal ini jang ditudju oleh ahli2 ekonomi? Sesuatu ko-operasi hanja dapat mentjapai hasil, djustru ditempat atau diantara rakjat jang memang mempunjai kebutuhan jang dirasakan dan hanja dapat ditjapai dengan kerdja-sama jang erat. Apabila kebutuhan ini telah ada, dan kalau sudah ada kemauan untuk mengatasi kesukaran2 jang diderita, maka barulah dapat diminta dari mereka itu untuk mentjurahkan segala pikiran dan harta kekajaannja untuk organisasi jang akan memberikan djalan pertolongan pada mereka. Selain dari pada ini mereka jang akan diadjak dalam organisasi ko-operasi harus benar2 diberitahukan terlebih dulu, apakah jang dapat diharapkan dengan adanja kooperasi. Apakah jang dapat diharapkan dengan adanja ko-operasi? Kooperasi akan dapat menurunkan harga pembelian kebutuhan sehari2, baik jang berupa peralatan, bahan kebutuhan makanan, ataupun jang berupa kebutuhan modal kredit. Ko-operasi dapat mempertinggi kemanfaatan kerdja, dan dapat mempertinggi effisiensi kerdja. Ko-operasi dapat membawa harga jang dimintakan untu hasil2 usahanja, baik hasil pertanian, maupun keradjinan, keting katan jang tinggi karena hilangnja persaingan antara para pendjua. Selain dari pada apa jang dibentangkan ini, maka perlu diketahui bagaimanakah hubungan rakjat jang kurang bermo a dengan pihak jang tjukup bermodal. Keadaan sosial ekonomi daerah perlu djuga diketahui, a ar supaja dapat pula diperhitungkan segi2 jang lemah ekonomi ra ja. Demikian faktor2 umumnja jang harus diperhatikan oleh se lap orang jang mempunjai minat besar kepada ko-operasi, ingin mem bantu ko-operasi dan ikut serta membangun perkumpulan ko-ope rasi ini ditengah2 rakjatnja. Selain daripada masalah2 tersebut tadi, maka tentu akan a a djuga masalah2 lainnja jang penting pula untuk diperhatikan. 103

104 I. ANGGOTA2 PERKUMPULAN HARUS TERGOLONG DALAM GOLONGAN APA. Soal ini tidak boleh dipandang enteng. Mendirikan sebuah perkumpulan, lebih2 perkumpulan jang akan mengurus ihwal perbendaan para anggotanja, terlebih dulu harus mengetahui dikalangan manakah akan didirikan perkumpulan. Sudah barang tentu harus diselidiki terlebih dulu hal-ihwal dari orang jang akan mendjadi anggota. L U ntuk ko-operasi konsum si: Dikalangan buruh ketjil, pegawai2 dan pekerdja2 diperusahaan atau tempat2 dimana sukar ada djaminan untuk mentjukupi apa jang dibutuhkan guna keperluan sehari2 untuk kebutuhan hidupnja. Pula sudah semestinja apabila perkumpulan sematjam ini didirikan pada saat para konsumen (pemakai) diserang kepentingannja, didjadikan korban tipu-muslihat pengusaha2 barang2 jang diperlukan itu. Para konsumen tentunja akan bersatu padu dan berusaha bersama2 untuk tetap memperoleh barang2 jang mereka butuhkan tadi dengan djalan berserikat dan berkumpul untuk dengan tjara kerdja sama mendapatkan barang2 itu dengan mudah dan murah. & 2. U ntuk ko-o perasi sim pan-pindjam: Bukankah rakjat jang akan mendirikan atau jang diandjurkan untuk berkumpul dalam satu perkumpulan ko-operasi, rakjat jang membutuhkan modal untuk usaha2 hidupnja? Teranglah bahwa disinipun anggotanja akan didapat dari kalangan rakjat ketjil jang kekurangan modal untuk dapat memperkembangkan usahanja, sehingga usaha jang didjalankan dapat memberi djaminan h,dup padanja. Terutama dikalangan rakjat petam besar dan ket,,l tentu akan dirasakan sangat sekali kebutuhan uang, djustru karena keadaan jang timbul dari usaha2 agraris. Pada wa u tanaman masih menghidjau ia telah m em butuhkan uang untuk hidup tanaman harus disiapkan, untuk hal ini ia memu u an p u a mo a untuk mengatasi kesukaran pekerdjaan pers,apan tanaman Dengan keadaan demikian maka tidak djarang pe ani2 itu d,a uh d,tangan pelepas2 uang jang kedjam. Karena inilah maka golongan petani kalau tidak ada bantuan modal tentu ia akan djatuh miskin. Sudah djelas kiranja bahwa chusus didaerah jang masih hampir seluruhnja agraris, rakjat hidup pada dasarnja dari pertanian, maka 104

105 Lrr;i;jiT;sd ~, 8 d,p*' -i-1*" 3. Untuk ko-operasi produksi. a i ^ r ; ini b^ S erak di'apangan produksi, jang dipersatukan serikat b, p produsen, pengusaha?. Para produsen itu akan berser kat karena pelbaga! kepentingan dan mempersatukan kekuatan i mendjua bersama2; memproduseer bersama2; membeli Jg iperlukan setjara bersama2; dan banjak lagi hal2 jang oersangkutan dengan usah2nja jang didjalankan oleh mereka itu. e. aan den an ko-operasi konsumsi, ialah bahwa ko-operasi <,U,SI^ 0 Peras* produsen mementingkan mendapatkan bahan2 konsumst)6 usahanja, tidak untuk dimakan (bukan barang2 II. DAERAH BEKERDJA KO-OPERASI. Mengerai hal ini sudah barang tentu ada ketentuannja. Ketentuan emi ian pula akan mendjadi hal jang penting berhubung dengan penerimaan anggota dan sjarat2 jang harus ditentukan untuk penerimaan anggota2 atau ketentuan2 jang memungkinkan anggota jang tidak setia dikeluarkan dari perkumpulan. Misalnja sadja seorang jang bertempat tinggal diluar desa, tidak a an diperkenankan mendjadi anggota,,ko-operasi-desa didesa a i, karena ia bukan penduduk desa. Akan tetapi apabila pada suatu waktu ia mempunjai kepentingan didesa tersebut, umpamanja arena mempunjai sebidang tanah, maka kalau anggaran-dasar memperkenankan, orang tadi bolehlah mendjadi anggota. Hal2 lni tidak hanj.a penting bagi keanggotaan, akan tetapi djuga agi pengadilan. Dengan adanja ketentuan daerah bekerdja, maka engan mudah dapat diketahui perkara jang timbul antara perumpulan dan anggota atau perkumpulan dengan pihak ketiga. HI. TENTANG BENTUK SUSUNAN PERKUMPULAN. Persoalan hal ini penting sekali untuk diketahui karena dengan i etahuinja susunan akan diketahui pula tjara2 akan menjusunnja administrasi perkumpulan. Terutama pembukuan dari usaha jang i jalankan oleh ko-operasi akan diketahui, sehingga akan dapat isesuaikan dengan kebutuhannja. Pada penjusunan organisasi, ma a erlebih dahulu harus diketahui maksud dan tudjuan dari pendiri2 perkumpulan. 105

106 Kalau pada sesuatu waktu oleh perkumpulan dirasakan perlu harus ada kerdja-sama antara perkumpulan2 jang melajani kebutuhan jang sama, maka perserikatan jang berada disatu daerah jang sama dapat mengadakan pusat ko-operasi jang bertudjuan untuk memperoleh effisiensi dalam bekerdjanja. Akan tetapi disamping jang telah diuraikan itu perlu djuga ia perhitungkan faktor2 lainnja sebagai jang diuraikan dibawah ini agar supaja dalam usaha2 mendirikan ko-operasi ada dikandung kemungkinan untuk hidup langsung dan baik. 1. Tjukup dan tidak banjaknja orang2 jang mempunjai bakat kepandaian memimpin, baik dikalangan pemerintah maupun dikalangan rakjat; 2. Bagaimanakah adat kebiasaan dan tjita2 dari pada rakjat; 3. Bagaimana akan disusun usahanja bagi daerah2 jang bersangkutan ini, agar dapat terpelihara baik; 4. Tjara2 untuk memperbaiki dan memperlengkapi rentjana usaha jang istimewa2; 5. Memperhatikan segala tindakan jang telah diambil dalam masa permulaan usaha2 perbaikan perekonomian rakjat. Keterangan lebih landjut tentang hal sesuatu adalah sebagai berikut: 1. Mereka jang berhak mendirikan ko-operasi harus mengetahui orang2 dan keadaan2 dan harus dipertjajai orang. Untuk mendirikan sesuatu organisasi, maka sjarat jang terutama ialah: Pengetahuan tentang keadaan ditempai itu. Untuk ini diperlukan pemeriksaan jang teliti, sehingga segala kekurangan2 jang mungkin ada, dapat diketahui. Selandjutnja mereka jang hendak mendirikan harus dengan masak2 memikirkan apa jang dikehendaki dan segala akibatnja, djuga dapat mendjamin tentang kemungkinannja untuk dikerdjakan. Djika rentjana itu dimadjukan dan diterangkan pada tjalon2 anggota, maka mereka jang hendak mendirikan itu djanganlah memulai dahulu pekerdjaannja, sebelum ia mendapat kepastian, bahwa jang bersangkutan dapat mengikutinja. Mereka jang bersangkutan pertama2 perlu mempunjai keinsjafan, bahwa perkumpulan itu adalah kepunjaan mereka Djika ko-operasi itu sudah berdiri, maka kewadjiban barulah mulai. Kebanjakan pendiri2 apa lagi mereka jang masih muda dan tak berpengalaman, mentjoba menggunakan pengaruhnja dengan djalan memaksa tjalon2 anggota untuk mendjadi anggota. Mereka lupa, bahwa dengan djalan itu perkumpulan tidak akan 106

107 dapat terus hidup karena anggota2nja satu sama lain tidak mengenal dan tidak turut mendirikan. Djika perkumpulan hendak mendjadi baik, maka anggota2 itu haruslah mengenal satu sama lain. Pendiri2 itu amat mudah sekali menghidupkan dan memadjukan perhatian serta pertolongan dengan membesar2kan keuntungan jang akan diperoleh setjara langsung, harga jang tinggi pada organisasi pembeli dan pendjualan harga jang rendah pada ko-operasi pemakaian, kredit jang murah pada ko-operasi kredit. Mendirikan ko-operasi berarti, bahwa pendiri2 itu menanggung kewadjiban untuk mendidik anggota2nja. 2. K em auan jang keras untuk bekerdja bersama harus ada, m aksud dari k o-o p e ra si harus dirasakan benar. Tentang faktor ini tidak boleh dipandang enteng atau diperketjil. Bukankah disamping ketjakapan dan kepandaian harus ada kemauan jang keras dan ulet jang akan membawa hasil dari pada setiap usaha jang diselenggarakan dengan kepandaian jang ada pada pengusaha itu. Kemauan jang diminta harus mendjadi sjarat mutlak bagi setiap usaha jang diselenggarakan dengan kepandaian jang ada pada pengusaha itu. Tidak hanja kemauan untuk menghasilkan atau mentjapai dan mempertahankan apa jang terdjadi itu, akan tetapi kemauan jang keras dan ulat diminta pula untuk mendjalankan keko-operasian itu dengan tjara jang akan membawa manfaat bagi kemadjuan ko-operasi menurut lapangan2 kerdjanja. Kemauan jang keras untuk memadjukan ko-operasinja disega a segi, pada dasarnja adalah mendjadi sjarat mutlak dari ko-operasi sebagai organisasi jang berdasarkan kerdja-sama. Maka dibawa i ini akan diuraikan lapangan2 manakah jang harus diutamakan dan harus mendjadi batu udjian dari kemauan jang keras itu untu mentjapai apa jang telah ditjitakan. I) KESETIAAN: ini adalah suatu faktor jang terpenting jang harus teguh dan kuat agar supaja terus menerus dapat berlaku an akan membawa manfaat bagi semua anggota. Banjak perkumpu andjatuh karena djustru pada saat jang sangat sulit, anggota2nja ti a dapat ikut serta lagi karena mereka tidak mempunjai rasa tanggung-djawab jang penuh, untuk, pula ikut serta dengan apa jang mereka pada awalnja telah setudjui sebagai suatu organisasi kerdja sama! 107

108 Setiap ko-operasi mempunjai usaha jang harus didjalankan dan jang tidak boleh berhenti. Untuk memperteguh ini maka dari setiap anggota diminta penuh kesetiaannja untuk menjokong dan membantu usaha2 tadi, dalam keadaan apapun djuga. Setiap anggota harus tjukup mempunjai kemauan jang keras dan ulat untuk melandjutkan usaha2 tadi selama masih ada kemungkinan untuk melandjutkan usaha. Dengan adanja ketentuan demikian ini hendaknja djanganlah terdjadi bahwa pada waktu ko-operasi membutuhkan pemutaran barang jang sebaik2nja, para anggota meninggalkan lapangan usaha ko-operasi itu, dan membeli ataupun mengadakan usaha dengan sesuatu badan lainnja, walaupun mereka mungkin sekali masih tetap mendjadi anggota dari ko-operasi. Anggota jang demikian itu adalah anggota jang tidak berguna bagi ko-operasinja, karena ko-operasi hanja dapat hidup dengan anggota-langganan, anggota jang setia usahanja dengan ko-operasi. Ko-operasi hanja hidup dengan adanja langganan usaha, dengan demikian, maka ko-operasi mendapatkan keuntungan, jang pada hakekatnja ialah menerima kelebihan dari tiap anggota-langganan tadi, sampai achir tahun buku dan keuntungan tadi akan dibagikan, artinja di- kembalikan pada para anggota langganan tadi sesuai dengan besar-ketjilnja usaha jang mereka djalankan. II) KEDJUDJURAN DAN KEADILAN: sifat2 ini adalah penting sekali bagi kelangsungan hidupnja ko-operasi dan meminta pula kemauan dari setiap anggota untuk dipertahankannja. Sifat2 tadi tidak hanja diminta dari anggota2 biasa sadja tetapi djuga dari anggota pengurus. Dengan tidak adanja kedjudjuran atau rasa keadilan dalam setiap tindakan dan langkah, baik dari pihak anggota2 maupun dari pihak pengurus, pasti ko-operasi tidak akan dapat hidup langsung. III) KERUKUNAN: dasar2 ini jang disertai pula dengan kemauan adalah untuk mempertahankan diri dalam perdjoangan perekonomian, dan untuk mempertinggi mutu hidupnja dalam masjarakat baik ditingkatan kebendaan maupun ditingkatan ahlak. Dengan adanja faktor2 kerukunan tadi, maka dengan sendirinja, bilamana sifat2 jang baik itu didjadikan kenjataan, maka tentu akan meluas segala usaha keseluruh anggota, dan dengan demikian maka seluruh anggota ko-operasi, dengan tidak mengetjualikan seorangpun, akan mentjapai apa jang ditjita2kan dengan tjara kerdja-sama. Sekian tjontoh jang harus dipelihara dengan baik2 berdasarkan 108

109 kemauan keras untuk madju. Walaupun kita hidup ditengah2 kemewahan dan kemakmuran jang tersedia karena alam dan takdir, akan tetapi dengan tidak ada kemauan keras untuk berusaha maka jang kajapun mendjadi miskin. 3. Anggota pada waktu hendak masuk harus dipilih dan ditilik sifat2 batinnja dan dasar2 perekonomiannja. Ko-operasi adalah sesuatu perkumpulan dari mereka jang tak mempunjai atau hanja sedikit mempunjai kekajaan, akan tetapi ini bukan berarti bahwa mereka jang kaja tak boleh masuk. Kekajaan bukanlah mendjadi faktor jang istimewa untuk masuk dalam kooperasi. Untuk mendjadi anggota diperlukan: 1) Kepertjajaan dari anggota2, bahwa ko-operasi2 itu sangat bermanfaat atau akan memberi manfaat kepada mereka; 2)»Keadaan diri sendiri dari anggota2. 4. Anggota2 harus mempunjai pengertian jang terang tentang hak2 dan kewadjiban2 mereka dan akan mendjalankan ini dengan teliti. Untuk berhasilnja, maka ko-operasi tergantung dari perhatian anggota2nja jang tak putus2. Ini berarti, bahwa anggota harus mengenal hak2 dan kewadjiban mereka. Pengendalian perusahaan jang baik adalah lebih berarti dari pada perluasan jang tjepat. Sebab itu haruslah anggota jang akan merusak hidupnja ko-operasi atau menghalangi2 kepentingan ko-operasi dengan lekas dikeluarkan dari perkumpulan. Anggota2 mendjalankan kekuasaannja dalam dan oleh rapat umum. Rapat ini merupakan kekuasaan jang tertinggi didalam perkumpulan. Lebih banjak rapat2 umum ini, lebih baik untuk perkumpulan itu. 5. Harus ada pengurus jang dapat dan bersedia untuk mengendalikan pimpinan dengan baik, dengan tak mendapat upah atau hanja diberi sedikit kerugian. Pengurus2 mengerdjakan hal2 jang dalam prakteknja tak dapat dikerdjakan oleh anggota2. Dengan djalan ini maka pengurus itu akan merdeka dalam tindakannja dan tidak berat sebelah. Djika seandainja karena perluasan pekerdjaan ko-operasi pengurus2 itu harus memberikan tempohnja jang lebih banjak, sehingga untuknja akan beratlah djika ia hanja diangkat sebagai djabatan kehormatan, maka dapatlah diberikan kerugian jang sederhana kepada mereka. 109

110 6. K o-operasi harus m em punjai tudjuan jang tegas dan dapat didjalankan dan mula^nja sudah m em punjai kepastian tentang pem asukan uang untuk m enutup blaja2 perusahaannja. Ko-operasi pada mula2nja harus mempunjai lapangan pekerdjaan jang sempit (djadi djanganlah dimulai dengan ketiga matjam kooperasi sekaligus). Ini akan mempermudahkan pekerdjaan pemimpin, jang djuga masih meraba2 djalan manakah jang terbaik untuk ditempuh. Djuga untuk mendjalankan ko-operasi jang berangkai sangatlah sulit dan akan memberikan pertanggungan djawab jang besar. Adalah pula suatu hal jang harus dengan segera diperhatikan waktu mendirikan ko-operasi, ialah perbandingan jang benar dan mungkin antara pemasukan dan pengeluaran uang. Djika mungkin pendiri2 harus memperoleh kepastian dengan sjarat, agar perusahaan dapat sehat. Untuk ini diperlukan pembikinan rantjangan beaja, dimana ditaksir pengeluaran uang jang sebesar2nja dan pemasukan jang seketjil2nja. 7. Harus sebaiknja ditempat itu djuga ada modal jang tjukup agar ko-operasi dapat m entjapai m aksudnja. Pada waktu pendirian ko-operasi kredit maka kesukaran jang besar adalah untuk mendapatkan modal jang tjukup, lebih2 djika orang hendak mendjalankan dasar untuk mentjoba memberikan segala kebutuhan kredit dari anggota2. Walaupun begitu orang harus mempunjai kepastian tentang keuangan, sebelumnja berdjalan terus. Biasanja tak akan diperoleh modal jang tjukup dari penjimpanan2 anggo a. Pada ko-operasi pemakaian djuga tak akan mudah untuk memperoleh modal perusahaan jang tjukup. Kadang2 djuga diperlukan pertolongan dari luar. Pertolongan dari luar ini tentunja ffli HarUS mentiukupi sjarat2nja lebih dahulu, diai\ l. J-rT hm emungl<inan kelangsungan hidup, tjukup kekajaan untuk didjadikan djaminan., ^Ie.[ne.r*.nt,a^1 kita sekarang telah memberikan bantuannja berupa kredit, ini bukan berart; berikan pindjaman pada «tfe D)*Wata" K - Perasl dapat mem' menamakan dirinja onl k - Perasi', atau ja" f,. t, j -,.,,Ko~ perasi. Untuk mendapat pindjaman mi, arus a ipenu j sjarat2nja jang tegas terlebih dulu. Tindakan emerin a ini a alah bukti bahwa Pemerintah sungguh2 memperhatikan gera<an ko-0perasi, maka sebaliknja Pemerintah mengharap agar gera an ini sungguh2 pula diinsjafi oleh bangsa Indonesia seluruhnja. Kalau didjaman Belanda ko-operasi hanja me 110

111 rupakan pendidikan belaka, maka sekarang ko-operasi dapat dipergunakan sebagai salah satu djalan untuk mentjapai kemakmuran rakjat. 8. Pim pinan dan pengamatan jang tjukup dan ahli (terutama dalam tahun pertama). Dalam teorinja pengamatan harus didjalankan oleh anggota2, akan tetapi dalam prakteknja ini tak dapat didjalankan, lebih2 djika anggota2nja buta huruf. Pengamatan jang ahli adalah sangat perlu, bagi ko-operasi, sebab itulah maka undang2 menetapkan, bahwa pengamatan jang ahli itu harus ada. Ketjuali pimpinan dan pengamatan dari para ahli partikelir, maka Pegawai Kantor Ko-operasi Negeri diwadjibkan mendjalankan pekerdjaan ini. 9. K eadaan tidak dirahasiakan. Segala hal2 harus diketahui anggota2 dan harus diurus oleh anggota2 bersama2. Ko-operasi adalah suatu organisasi jang demokratis artinja anggota2 itu mempunjai hak2 dan djuga kewadjiban2 jang besar. Tentu sadja tak akan mungkin anggota2 itu mengurus perusahaan itu bersama2. Untuk ini mereka harus memilih pengurus. Anggota pengurus itu harus insjaf, bahwa mereka hanja utusan2 jang dipilih dari dan oleh anggota, dengan maksud agar suka menjelenggarakan kepentingan2 anggota2 sekalian. Akan tetapi sebaliknja tidaklah baik djika anggota2 itu menjerahkan segala2nja kepada pengurus. Hal2 jang tak perlu dikerdjakan setiap hari jang tak memerlukan keputusan jang tjepat dan tak dibutuhkan ketjakapan jang banjak dapat diserahkan kepada rapat umum. 10. Tjaraz memegang buku harus baik dan sempurna dan harus ada pem egang buku jang teliti. Suatu sjarat jang teristimewa untuk administrasi ialah, mendjalankannja harus dengan teliti dan tjermat. Djika anggota2 pengurus tak dapat memenuhi kewadjiban ini, maka perkumpulan terpaksa menggadji seorang pemegang buku atau pemimpin. Ia ini hendaknja bukanlah anggota pengurus. Akan tetapi djika ko-operasi dapat bekerdja dengan tak memakai pegawai jang digadjih, maka hal ini adalah lebih baik. Pemegangan buku harus memenuhi 3 sjarat: ia harus baik, terang dan sederhana. Baik, karena pengurus2 itu bertanggung-djawab kepada anggota dengan pengendaliannja dan karena undangmengakuinja sebagai bukti2 dengan djalan menganggap ia sebagai 111

112 buku-dagang; terang, agar tiap2 anggota jang sedikit terpeladjar dapat mengetahui tentang keadaan jang sebenarnja; sederhana agar pekerdjaan administrasi dapat dikerdjakan oleh mereka jang tak bersekolah tinggi, kalau tidak maka tentu akan dibutuhkan banjak beaja. 11. T e n ta n g daerah bekerdjanja ko-operasi. Pengalaman dalam usaha perdagangan dan perindusterian mengatakan setjepat dan sebesar perputaran barang sebesar pula kemungkinan akan mendapat keuntungan usaha. Kenjataan jang demikian ini tidak akan mudah dipakai dalam perkumpulan kooperasi; dengan tidak menghiraukan sifat2 ko-operasi maka kepastian usaha dan menghindarkan semua usaha mengandung sifat sepekulatip, bagaimana sedikit dan seketjil djuga. Untuk ko-operasi dengan pendjualan bersama mungkin akan ada keuntungan sedjauh kesempatan tersedianja pengangkutan, dan kalau barang2 hasil anggota didjual didaerah jang djauh, maka hal ini hanja mungkin karena disitu ada satu2nja pasar jang lumajan bagi barang2 hasil usahanja. Bagaimanapun djuga apabila mengenai lingkungan anggota, maka tidaklah akan baik kalau mengenai hal ini ditentukan daerah kediaman anggota2 jang luas. Hal demikian ini telah mendjadi kenjataan dan sjarat mutlak bagi setiap kooperasi simpan-pindjam. Hal jang harus mendjadi perhatian lagi ialah bahwa kita tidak boleh berpendapat dan tergesa2 mengatakan lebih baik kita bekerdja dengan ribuan orang sekaligus, daripada dimulai bekerdja dengan hanja lima puluh orang. Pendirian ini sering didengar. Andjuran2 demikian ini membuktikan kurangnja atau sama sekali tidaknja memperhatikan sendi2 ko-operasi jang menjatakan bahwa lebih baik bekerdja didalam lingkungan ketjil asalkan sadja tertjapai usaha jang baik dan akan dapat tetap berdjalan untuk waktu jang tidak terbatas. Ko-operasi adalah perkumpulan jang mempunjai dasar demokratis. Kalau anggota2 tidak ikut serta sungguh2 dalam usahanja perkumpulan, maka tentu tidak akan tertjapai apa jang ditudju. Tentang sungguh2 ikut serta bekerdja untuk kemadjuan perkumpulan, artinja untuk kemadjuan bersama rakjat ketjil masih membutuhkan didikan jang lebih luas lagi. Oleh karena itulah maka daerah bekerdjanja perkumpulan ko-operasi supaja ditentukan seketjil mungkin agar perhatian dari anggota2 mendjadi lebih besar, ikatan mendjadi erat dan dapat mudah mempeladjari apa jang diperlukan 112

113 untuk kemadjuannja. Kepertjajaan antara anggota2 harus dididik. Kepertjajaan ini ialah sjarat mutlak bagi kemadjuan ko-operasi. Sudah dimengerti, bahwa kepertjajaan antara anggota2 itu sukar dapat dilaksanakan dalam waktu jang singkat, lebih2 kalau ko-operasi2 didirikan dikalangan rakjat jang tidak terpeladjar dan mempunjai batas2 lingkungan hidup jang sempit. Selain dari hal jang telah diuraikan ini untuk ko-operasi jang membutuhkan pengawasan dari para anggota, tentu hal ini tidak akan dapat terlaksana kalau perkumpulan mempunjai daerah bekerdja jang luas. Dan apabila tidak semua anggota dapat mengawasinja, maka bahaja bahwa golongan ketjil akan menguasai perkumpulan dan usaha2nja sehingga bagian jang terbesar akan djadi korban kekuasaanja akan mengantjam. Semangkin besar dan luas, semangkin dibutuhkan keahlian pimpinan jang tjukup tinggi. Apabila diadakan rapat anggota maka akan dikumpulkan sedemikian banjaknja orang sehingga rapat mungkin tidak dapat berlangsung. Dalam keadaan jang demikian perkumpulan harus mendjalanakan siasat lain, dan pimpinan terpaksa diserahkan kepada golongan jang ketjil, jang diimbangi oleh dewan anggota. Hal2 jang demikian ini tentu tidak akan menguntungkan berkembangnja idee ko-operasi jang sedjati, apabila hal2 ini sudah dimulai pada permulaan ko-operasi didirikan. Selain dari hal2 jang telah diuraikan maka masih ada lagi beberapa soal2 jang harus mendapat perhatian: a. Diantara para anggota harus hidup rasa untuk kerdja-sama dan kebutuhan untuk mentjapai jang telah didjadikan tudjuan dan maksud. b. Para anggota harus tahu benar2 hak dan kewadjibannja. c. Harus ada pengurus jang mau bekerdja untuk ko-operasinja dengan tidak mengharapkan upah. d. Harus ada pembukuan jang baik, mudah dimengerti dan djelas. e. Sedapat mungkin ditempat harus dengan mudah dapat dihimpun modal usaha perkumpulan jang tjukup besar. /. Segala urusan perkumpulan harus dikerdjakan dengan mengambil sikap terbuka bagi anggota2nja dan dikerdjakan djuga dengan kerukunan jang besar dan erat. g. Dalam tahun2 jang pertama perkumpulan harus dipimpin dan diberi tuntunan benar2. K A M A R A L S J A H - K o -o p cra si

114 IV. CHUSUS UNTUK KO-OPERASI SIMPAN-PINDJAM *). a. Pemberian kredit hanja untuk tudjuan jang berfaedah dan sungguh penting. b. Kredit hanja diberikan untuk jang perlu2 sadja. c. Pengawasan jang keras terhadap pemakaian uang pindjaman itu. d. Penjitjilan jang tepat dan sungguh. e. Angsuran2 harus sedemikian rupa diaturnja sehingga bertepatan dengan waktu2 pemindjam2 dapat penghasilan. /. Djaminan oleh seseorang, bukan djaminan barang. g. Bunga jang diminta djangan terlalu rendah, sehingga segala risiko tjukup ada djaminannja dan djuga penghimpunan modal pun dapat lekas dilaksanakan. h. Menggiatkan menabung. i. Tanggungan jang luas dari para anggota2. j. Satu sama lainnja antara anggota2 harus mengetahui besarnja pindjaman jang ada pada masing2. k. Bertindak tegas dan keras terhadap anggota jang tidak mentjukupi kewadjibannja. L Para anggota semuanja harus tahu asal usulnja modal perusahaan. V. CHUSUS JANG MENGENAI KO-OPERASI PEMAKAIAN BARANG KEPERLUAN SEHARI-HARI (Ko-operasi konsumsi).1) a. Selalu harus diingat bahwa tudjuan daripada ko-operasi konsumsi ialah membeli barang untuk para anggota dengan setjara besar2an dengan harga murah dari sumber pertama, jang berkwalitet baik. b. Selalu harus diperhatikan bahwa apa jang dibeli memang sungguh dibutuhkan oleh para anggota2nja sehingga tidak akan mengakibatkan kelebihan barang ditokonja. Selalu akan menghindarkan diri daripada pembelian jang spekulatip. c. Karena tentu akan ada persaingan daripada pihak toko2 jang sudah kuat modalnja, maka supaja ko-operasi berdjaga2 djangan sampai mendjalankan politik harga jang rendah dan menjaingi. Untuk menarik anggota maka harus selalu diusahakan adanja persediaan barang jang djuga ada ditoko2 lainnja, didjual dengan harga sama akan tetapi kwalitetnja lebih baik daripada apa jang dapat disediakan oleh toko2 tadi. x) P rof. D r. J. H. Boeke: H andleiding bij de oprichting, het beheer en de controle van Inlandse Cooperatieve verenigingen. 114

115 Oleh pihak pengurus harus ada beberapa hal jang harus diperhatikan: 1. selalu mengetahui djalannja perdagangan dan harga2; 2. selalu mengetahui dimana ada barang jang murah; 3. dapat bertahan diri dan waspada terhadap tawaran2; 4. harus injaf bahwa ko-operasi ialah suatu usaha jang demokritis Gratis * 5. dalam usaha jang sukar dan sulit ini anggota seolah2 i mend jauhkan diri dan mempertjajakan semuanja kepada -----pe ngurus. per- Oleh pihak anggotapun ada pula hal2 jang harus mendapat jang I.3*harus berani berkorban lebih dulu untuk memetik hasil j akan datang; i,-.- harus setia pada ko-operasinja djuga di masa j & para anggota harus membajar setjara tunai, adatidak mementingkan dividend tapi pe^janan daripada a nja barang2 jang mereka butuhkan jang ba.k dan menjediakan barang2 jang kwalitetnja a'. j cjan 5. selalu harus ikut memperhatikan usaha bersama mi, djangan mendjauhkan diri. adanja pen. e. Pendjualan setjara tunai. Sama seka djualan setjara tjitjilan., n u h 2 Maka kalau hal2 jang diutarakan disini itu dip(f ^ at^ d i u Lebih2 maka tentu ko-operasi konsumsi akan «t a r dan mad, ^ dari pihak para ibu djuga harus ada per VI. CHUSUS UNTUK KO-OPERASI PEMBELIAN DJUALAN BERSAMA. ) a. Perkumpulan harus dapat mentjukupi kebutuhan para nctctota jang telah lama dirasanja. mempunjai kepentib. Setiap orang jang mendjadi anggota mengorbankan ngan sedemikian rupa sehingga ia perkumpulannja. tenaga, fikiran dan harta untuk kem J diri dan menolak c. Para anggota harus dapat menjp i a. daripada perkumpulsegala penawaran jang semata2 ^ pemberian uang muka, annja sendiri, pula harus menolak aj d:aiankan usahanja d. Perongkosan jang diperlukan untuk "J " d]ih pega- (pembajaran bunga uang pindjaman, pembajara & i) P rof. Dr. J. H. Boeke: H andleiding etc. 115

116 wai dsb) harus segera dapat ditutup dari potongan pembajaran barang kepada anggota. Potongan2 ini djanganlah ditangguhkan sehingga ada kelebihan usaha achir tahunnja jang belum djuga dapat dipastikan. e. Perkumpulan harus mempunjai tjukup modal dan djuga kesetiaan anggota2 terhadap perkumpulannja harus sedemikian rupa hingga kalau pihak pendjual2 bahan2 atau pembeli2 barang2 hasil ko-operasi mengadakan pemboikotan, perkumpulan dapat langsung hidup. /. Perkumpulan harus terdjamin bantuan pihak pedagang besar (en gros). g. Perkumpulan harus berusaha untuk selalu mengadakan perbaikan kwalitet dan mempertahankan ketetapan kwalitet. h. Berusaha agar supaja pasar barang2 hasil usaha selalu dapat menghargai barang kwalitet jang baik itu. j. Para anggota harus saling kenal mengenal dan djuga harus dapat saling mengawasinja. k. Pengurus harus mengerti benar2 tentang perdagangan dan harga pasar. Pengurus harus pula mempunjai kepertjajaan dari anggota2. Pengurus harus pula mempunjai pandangan jang djauh. Demikian kiranja sjarat2 jang harus dipenuhi oleh setiap perkumpulan ko-operasi. Kalau ko-operasi2 ini dapat mendjalankan sjarat2 ini dengan sebaik2nja, maka tentu dapat dipastikan bahwa ko-operasi akan mengalami kemadjuan dan akan menambah kemakmuran dan kesedjahteraan daerah dimana ia bekerdja. VII. KO-OPERASI KERADJINAN i). Diantara ko-operasi2 pendjualan atau/dan pembelian bersama ada djuga ko-operasi2 jang menghasilkan barang2 keradjinan. Dalam hal usaha keradjinan ini maka harus diketahui benar2 bagaimanakah keadaan pasar. Sering terdapat keadaan dimana pasar tidak menghendaki barang kwalitet tinggi, karena ada diluar kemampuan daja membeli rakjat. Pasar ini biasanja ada disekitarnja sadja. Untuk mengangkut lebih djauh lagi kemungkinan kurang sekali. Selain hal ini djuga terdapat persaingan, baik dari dalam negeri dan luar negeri. Perusahaan sematjam ini akan mendjumpai kesukaran2 sebagai berikut: 1. Persaingan dari perusahaan2 jang bermodal besar. Oleh karena perkembangan kapitalisme, maka djuga akan didapat banjak 116 1) P rof. D r- J- H. Boeke: Handleiding etc.

117 7. perusahaan jang mentjari mata pentjaharian jang tetap dilapangan keradjinan.ko-operasi jang didirikan tidak bermaksud untuk menghilangkan para pengusaha ini, akan tetapi dengan djalan ko-operasi ditjarinja djalan untuk membantu mereka ini mempertahankan diri terhadap serangan daripada para bermodal besar. Jang akan berkumpul dalam suatu perkumpulan ko-operasi adalah mereka jang tidak demikian pandai. Mereka jang me mang ahli dan diakui kepandaiannja tidak akan mudah mau berkumpul dalam suatu organisasi ko-operasi, karena ma ju nja ko-operasi mengandung arti akan melahirkan persaingan. Dimana ada usaha keradjinan jang dapat mentjukupi kebutu an langganan jang pasti, dalam perdjuangan persaingannja pu a dapat mempertahankan diri. Usaha2 ini tidak mudah a an er ko-operasi karena mereka telah mempunjai pasar pen jua dan pembelian bahan2 jang pasti dan tetap. Maka den&an ko-operasi mereka chawatir akan kehilangan pasar. ^ Kesukaran jang tidak mudah dapat diatasi oleh Pai"a P ^ usaha2 keradjinan ialah jang mengenai sjarat harus a dan memang ahli dalam perdagangan barang, a au, mikian sukarnja itu dapat ditjukupi oleh ko-operasi, ma dengan djalan ko-operasi dapat dibangun keradjinan ja & jang diarahkan kearah industri.. Kesukaran lainnja jang akan dihadapi dalarn m^m n~urus operasi keradjinan ialah kenjataan bahwa dari pi a an akan diminta pengetahuan jang luas dalam a per hasil usahanja dan djuga perdagangan bahan2 men a i & butuhkan.,, _ cnrlah Kalau ko-operasi mempunjai tempat berusaha sa u ^an barang tentu akan timbul kesukaran dalarn a pem pemilikan daripada mesin2 jang mereka beli ^ ersama memang terdjadi maka harus ada pimpinan jang u, & dari para anggota diminta rasa kerukunan jang esa,an Kemudian harus ada ketentuan jang tegas apa a i P tunai membeli hasil usaha anggota untuk didjua nja se ^ atau perkumpulan akan bertindak sebagai komision Kedua tjara tersebut membawa kesukaran- sen iri. Jang pertama akan dapat mengakibatkan ko-operasi a tkan mungkin mendjual barang jang dibeli, sehingga meng tertimbun2 barang jang tidak terdjual dan perkumpu an

118 akan rugi dan bukan anggota. Kemudian anggotapun kehilangan perusahaan dengan djatuhnja ko-operasi. Kalau sistim jang kedua didjalankan maka tentu hal ini mempunjai djuga kesukaran2nja. Tjara komisi itulah akan mudah menimbulkan kedjemuan menanti dari pihak anggota, dan pula akan menimbulkan iri hati antara anggota2 sendiri. Mungkin akan timbul ketidak adilan dari pihak pengurus jang mudah akan mendahulukan pendjualan barangnja mereka jang lebih dikenalnja. Dengan tjara komisi ini mudah dapat dipertadjam persaingan antara para pengusaha, jang sudah didjauhkan dari pasarnja, karena usaha berko-operasi. 8. Kalau ko-operasi bekerdja sebagai suatu kantor pemesanan barang mentah sadja, maka aka timbul kesukaran dalam distribusi barang kepada jang memesan, lebih2 kalau persediaannja tidak tjukup. Demikianlah sepintas lalu kesukaran2 jang akan dihadapi oleh mereka jang ingin mendirikan ko-operasi2 keradjinan. Untuk Indonesia pada masa ini pembangunan industri sangat penting sekali dan pembangunan ini membutuhkan modal jang tidak ketjil. Modal jang tersedia pada rakjat pada masa ini masih kurang sekali. Rakjat Indonesia masih bermodal ketjil, oleh karena demikian maka kooperasi ialah djalan jang utama. Pembentukan ko-operasi dilapangan keradjinan harus didjalankan tetapi dengan memperhitungkan benar2 segala kesukaran jang ada dialami dalam pembangunan itu. VIII. KERUKUNAN ANGGOTA. Untuk dapat mentjapai jang tersebut semua tadi tentu sadja haruslah ada salmg mengerti antara anggota2, selain hal ini tentu akan bertambah baiknja kalau ada saling pertjaja mempertjajai dan untuk lebih memperbaiki lagi ada saling mengenal antara segenap anggota. Djadi diantara anggota perkumpulan itu haruslah hidup semangat setia-sekawan dan hal2 ini baiklah didjadikan dasar perhubungan antara anggota2 dan ^ mereka harus ada perasaan bersatu: satu untuk semua dan semua untuk satu, jang berarti pula semua untuk semua. Demikian ini berarti djasa atau pekerdjaan jang menguntungkan tiap2 anggota untuk segenap anggota dan sebaliknja. s f & Untuk keperluan ini harus ada kesadaran harga diri jang berarti pula kepertjajaan pada diri sendiri, dengan adanja kepertjajaan 118

119 pada diri sendiri, maka orang akan mendapat kepertjajaan dari orang lain. Siapakah akan menaruh kepertjajaan pada kita, djika kita sendiri tidak pertjaja pada diri kita sendiri? Tahu akan diri kita tadi djanganlah sampai ditjampur adukkan dengan tahu untuk diri sendiri. Sifat jang terbelakang ini sangat bertentangan dengan pengertian dan isi ko-operasi sedjati, karena untuk ko-operasi hanja berlaku faham dan pendidikan mendahulukan kepentingan bersama dan membelakangan kepentingan diri sendiri. Dalam ko-operasi sifat mementingkan diri sendiri terdapat dalam suasana pergaulan untuk saling menolong dan dengan selalu mem perhatikan kepentingan bersama atau jang terkenal dengan gotong rojong. Inilah jang mendjadi salah satu sifat pokok bagi ko-operasi. Dengan demikian semua anggota akan dapat ikut merasakan bua hasilnja, disamping menanggung segala pahit getirnja jang mung dialami. IX. KEADILAN SOSIAL. Sebagaimana jang diartikan oleh Undang2 Dasar Ne&ara * nesia kata2 ini haruslah diberi isi jang njata dalam usa a bangunan perekonomian., f Keadilan sosial ini berarti bahwa semua hasil usaha arus dibagi rata dan pembagian tadi didasarkan pada djasa a. n jang ditjurahkan oleh tiap2 anggota pengusaha untu em bersama.,. Demikian itu tadi harus didukung oleh seluru ang& pengurusnja tak ada seorangpun jang diketjualikan, semua kebaikan organisasi dan untuk kemadjuan kemakmuran ra Dan untuk mendjaga keselamatan perkumpulan, i a a melupakan dan menjimpang dari tudjuannja terutama. H_ianl Karena perkumpulan ko-operasi itu adalah suatu tjara usa lapangan perekonomian dan jang bertudjuan pertama. kemakmuran bagi anggota2nja serta mempertinggi rasa e ^ katannja, maka haruslah sebelum pokok usahanja i u i j segala sesuatu telah difikirkan masak2 dan diperhitung an && tak akan mengetjewakan hasilnja, artinja jang pasti ^ie^1 a. t. dan mengingat kebutuhan anggota2nja bersama^ e a * gunanja untuk membela sesuatu dan dipelihara bila itu a bawa faedah dan manfaat? nfaat Dengan mendjalankan usaha jang membawa faedah dan ma

120 maka dapat ditanggung pula kelangsungan hidup dari usaha tersebut. Dan karena akan dipertahankan dan diperdjuangkan sungguh2 oleh segenap jang memiliknja, maka terbawalah pula rasa tjinta pada usaha jang telah membantu meringankan beban hidupnja itu. Sebaliknja bila usaha jang didjalankan itu tak mengingat atau tak disesuaikan dengan kebutuhan anggota2nja, maka mereka tidak akan menaruh perhatian sedikitpun pada usahan tersebut, karena mereka memang tak mempunjai kepentingan didalamnja, sehingga pembelaan atau bantuan tak akan datang dari pihak mereka. Akibat dari itu pengurus sendirilah jang mungkin akan bertindak dan mengatur dengan tidak menerima sokongan apapun, jang sudah barang tentu akan mudah menimbulkan keketjewaan, tjelaan dan kemudian kekatjauan. Selandjutnja, sekalipun usaha jang didjalankan sudah tjotjok dengan kebutuhan2 anggota2nja, akan tetapi djuga haruslah ada kegiatan dan keuletan pengurus dalam usaha memadjukan dan menghadapi segala kemungkinan jang hendak datang menjerang. Djadi ko-operasi dalam susunan dan tudjuannja bekerdja, adalah berpangkal pada kerdja-sama jang erat dan teratur. Walaupun semua anggota bekerdja akan tetapi dalam penglaksanaannja, harus ada pembagian kerdja jang sungguh teratur agar tudjuannja itu dapat ditjapai. X. TENTANG PENGURUS. Pengurus dipilih oleh anggota2 dan mempunjai tugas untuk mendjalankan pekerdjaan sehari2. Pengurus harus dengan rasa penuh tanggung djawab mendjalankan pekerdjaannja sebagai pemimpin usaha. Pengurus ini harus pula mempunjai keahlian bekerdja jang memang membawa manfaat sebesar2nja bagi organisasi. Akan tetapi djangan dilupakan, bahwa pengurus itu bertanggung djawab penuh pada anggota2 perkumpulan. Ia harus pula bekerdja menurut e idjaksanaan dan pengetahuan untuk organisasi dan tidak untuk kepentingan diri sendiri. Dan djuga ia harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mema j u an organisasi dengan tidak mengharapkan kelebihan hasil, lebih dan pada anggota2 lainnja. Segala apa jang diuraikan tadi hendaknja diperhatikan oleh pengurus. Dalam soal2 lainnja apabila diperlukan ia harus pula bertindak sebagai pengurus jang benar2 dan jang mempunjai sifat2: 120

121 memimpin dan membina serta bertindak bidjaksana. Hal ini tidaklah mudah karena kebidjaksanaan itu tidak akan didapatkan begitu sadja. Kebidjaksanaan itu harus disusun, dan berarti adanja keseimbangan ketetapan fikiran untuk bertindak. Dari itu kebidjaksanaan harus dukumpulkan dengan penuh kesadaran, kesadaran dalam hati dan fikiran. Dengan dasar2 demikian ini maka pekerdjaannja: memimpin, mengawasi dan memberikan penerangan2 untuk mengadakan dan memelihara persaudaraan dan suasana kekeluargaan akan lebih bermanfaat. Untuk memelihara persaudaraan dan suasana kekeluargaan ini pengurus harus dapat pula melaksanakan dengan penuh tanggungdjawab kewadjibannja berdasarkan kedjudjuran dan keadilan, dan pula dengan perasaan tjinta kada perkumpulan. Bertindak djudjur berarti mendjauhkan segala ketjurangan dan bertindak adil berarti mendjauhkan segala iri hati, dan bidjaksana berarti mendekatkan persaudaraan. Dengan demikian seluruh anggota perkumpulan akan menaruh segala kepertjajaan dan akan selalu siap sedia untuk membantu dan membela dengan segala tenaga dan buah fikiran untuk senantiasa menjelamatkan dan membawa perkumpulannja kearah penjempurnaan. XI. TENTANG ANGGOTA. Tentang keanggotaan terlebih dahulu haruslah dimaklumi sjarat2nja: 1. Djadi anggota harus diluar segala jang mengandung desak paksa. 2. Anggota2 sebaiknja saling mengenal, sehingga mudah saling mengerti dan ini dapat melantjarkan djalan pekerdjaan. Tidak perlu anggota banjak2 asal orang jang mendjadi itu orang2 jang insjaf dan menghendaki betul2 bekerdja bersama. Bekerdja bersama2 antara anggota2 berarti membantu dan membimbing segala usaha jang didjalankan oleh perkumpulan. Didalam hal mendjalankan usaha bersama ini diminta perhatian para anggota terhadap kemadjuan dari pada usaha bersama. Usaha jang tidak didukung oleh anggota2nja akan menemui kegagalan. Oleh karena itu maka perhatian dan ikut serta berfikir ihwal organisasi dan bagaimana tjara2 untuk memadjukan harus dengan njata didjalankan. Hubungan dengan pengurus tidak boleh sedemikian rupa se 121

122 hingga anggota menjerahkan segala sesuatu pada pengurus dan mereka lambat-laun mendjauhkan diri dari pimpinan usaha sehari2. Ini mengandung bahaja jang besar! Mudah sekali pengurus kooperasi jang berada dalam keadaan demikian tadi akan menduduki tempat dalam organisasi jang demikian rupa sehingga pengurus bertindak dan mengambil keputusan terhadap hal organisasi dan usahanja jang mungkin merugikan ihwal anggota2nja. Sifat ko-operasi akan berubah. Pengurus seolah2 dapat berbuat sekehendak sendiri. Keadaan demikian itu tidak sehat dan merusak azas2 demokrasi dalam ko-operasi. Oleh sebab itu selalu anggota2 ko-operasi mempunjai beban kewadjiban untuk senantiasa memperhatikan djalan perkembangan ko-operasinja. Perhatiannja harus ditjurahkan kepada djalannja seluruh organisasi dan usaha bersama ini, antaranja ialah administrasi organisasi terutama jang mengenai pembukuan koperasinja. Dan anggota harus djuga mempunjai hubungan jang erat dengan pengurus2nja dan dengan pimpinan perusahaan2 jang mereka miliki bersama. Dengan tjara senantiasa menerangkan dengan hati terbuka soal2 jang mengenai organisasi, menerangkan pada pengurus2nja hal2 jang mereka rasakan tidak baik, memadjukan pada pengurus2nja usul2 perbaikan, kemadjuan organisasi inilah djalan jang terbaik. Dengan tjara jang demikian ini maka anggota membantu dengan sekuat tenaga lahir-batin kemadjuan organisasi dan dengan demikian tentu kemadjuan seluruh anggota jang tergabung dan mungkin sekali sesuai dengan azas2 keko-operasian masjarakat sekitarnja akan tentu djuga mendapat manfaat sebesar2nja. Pengurus jang sehari2nja memegang pimpinan dan dengan njata2 mendjalankan usaha bersama2 ini tidak akan terlepas dari segala kehendak anggota2nja dan ini tentu memerlukan baiknja bekerdja dan berusaha. Setelah ditindjau dan dipenuhi segala azas2 bekerdja bagi sesuatu o-operasi,maka untuk dapat dinamakan bahwa ko-operasi itu mempunjai kemungkinan untuk hidup langsung, maka dalam usahanja o operasi arus dapat memenuhi sjarat2 bekerdja. Setiap ko-operasi jang memang hendak dapat dinamakan bahwa ko-operasinja sunggu mempunjai kesanggupan dan kemungkinan hidup langsung, arus mentjari kekuatannja dalam mendjalankan usaha2 untuk memberi an kemakmuran dan kebahagiaan kepada anggota2nja. Kalau hal demikian ini telah ditjukupinja maka sungguh ko-operasi itu telah sampai ketaraf perkembangan jang mengandung harapan baik untuk hari2 jang akan dihadapinja. 122

123 BAGIAN V: MENDIRIKAN PERKUMPULAN K O -O PE R A SI Untuk mendirikan sesuatu perkumpulan jang kemudian akan dimintakan hak badan hukum kepada pihak resmi, maka perkumpulan jang demikian ini sudah barang tentu harus menaati pasal2 jang tertentu bagi pelaksanaannja. Ketentuan2 ini dimuat dalam L.N no Dalam Bab II diterangkan mengenai berdirinja perkumpulan dan mengenai perubahan anggaran-dasar (lihat pasal 5 sampai densran pasal 9 LAMPIRAN). I. TENTANG ANGGARAN-DASAR. Umum telah memaklumi, bahwa setiap badan jang didirikan oleh sesuatu kumpulan orang2 dengan maksud untuk berusaha bersama, baik jang dengan tjara kerdja sama dalam hal modal atau tenaga, maupun dalam hal persatuan perusahaan, maka badan2 jang demikian ini dapat diketahui oleh umum djustru karena pengesahan resmi dari pihak jang berwadjib. Dalam hal ini kekuasaan diserahkan kepada dan diwakili oleh seorang notaris-negara. Semua ketentuan2 jang akan mengikat para anggota2 peserta usaha haruslah ditulis dengan tegas dan njata dalam sebuah pernjataan, dalam pernjamana terdapat ketentuan2 jang menetapkan hak dan kewadjiban anggota2 satu sama lainnja dan badan jang didirikan bersama ini. Pernjataan jang sedemikian ini adalah suatu pernjataan jang mengikat semua anggota2nja dan djuga pihak ketiga jang mempunjai hubungan. Pernjataan tadi harus diumumkan setjara resmi, karena tiap2 perkumpulan jang didirikan oleh segolongan orang2 itu akan berbeda sifat maksud dan tudjuannja. Untuk mengetahui apakah sifat, maksud dan tudjuannja sesuatu perkumpulan itu dan apakah jang akan didjalankan dan diusahakannja, dapatlah diketahui dari anggaran-dasarnja jang akan dimuat dalam surat resmi berdirinja. Djuga untuk perkumpulan ko-operasi haruslah ada surat resmi berdirinja sebagai perkumpulan, jang diakui sah oleh pemerintah sebagai surat-resmi (akte). Anggaran-dasar dari suatu ko-operasi dibagi dalam beberapa bab. Setiap bab memuat dalam pasal2nja dengan terang tjara be- 123

124 kerdjanja, jang mana tentu harus sesuai dengan hal2 lainnja jang dimuat dalam perundangannja. Dalam L.N. 1949/179 telah memuat sesuatu ketentuan dalam pasal 6, mengenai apa jang harus dimuat dalam sesuatu anggarandasar dari suatu ko-operasi. Selain dari apa jang telah ditentukan dalam pasal 6 ini, maka anggaran-dasar memuat pula ketentuan2 lain jang mengatur hubungan2 antara anggota2 satu sama lainnja dan terhadap perkumpulannja. Pada umumnja anggaran-dasar dari suatu perkumpulan ko-operasi dibagi dalam 18 bab. 1. N am a dan tem pat kedudukannja: Apabila ditentukan adanja singkatan nama, maka hal jang sedemikian ini harus diterangkan pula dalam anggaran-dasar. Tentang tempat kedudukannja harus djelas diterangkan sehingga tidak dapat menimbulkan keragu2an. Ketentuan mengenai tempat kedudukannja ini adalah penting sekali bagi pengadilan apabila terdjadi sesuatu perkara, hal ini dinamakan menentukan domicilinja. Dalam ketentuan demikian ini, maka dapatlah diketahui hakim jang manakah adalah berhak untuk memutuskan sesuatu perkara, misalnja: Kitab Undang2 Hukum perdata (Burg. Wetboek *) pasal 17: Setiap orang dianggap mempunjai tempat kediaman dimana ia berutama bertempat tinggal. Kalau tempat kediaman jang demikian ini tidak ada, maka akan ditentukan sebagai tempat kediamannja tempat di- Ty tt ti r*),, mana sebenarnja ia berdiam..u..p. pasal 24 kalimat pertama: Kepada pihak2 jang berkepentingan kepada salah satu pihak dari mereka diberikan kebebasan untuk dengan suatu akte, dan jang berhubungan dengan suatu barang jang tertentu, memilih tempat kediaman jang lain, daripada tempat dimana ia sebenarnja ber ,... ada. m e n d 'a d ^ K ^ l/h ^ ^ata2 kitab Undang2 Hukum P erd ata disingkatkan 124

125 Demikianlah ketentuan jang dimuat dalam K.U.H.P. Selain untuk pengadilan setempat maka ketentuan kediaman jang resmi jang disebut dalam anggaran-dasar mempunjai arti jang lain pula. Dengan ketentuan ini maka dapatlah diketahui pula daerah bekerdja sesuatu perkumpulan ko-operasi. Tentang luasnja daerah bekerdja haruslah disesuaikan dengan usaha ko-operasi. Pada umumnja di Indonesia dianut ketentuan2 jang telah diandjurkan oleh Friederich Raffeisen! Beliau mengandjurkan, bahwa untuk ko-operasi jang daerah usahanja ada diantara petani2, atau apabila jang berusaha adalah terutama masjarakat tani, maka daerah bekerdjanja supaja ditentukan seketjil mungkin. Daerah bekerdja suatu perkumpulan ko-operasi itu haruslah tjukup luas agar supaja usahanja dapat dilaksanakan dengan sebaik2nja, dan tjukup luas pula untuk dapat mengadakan pengawasan sebaik2nja antara anggota2nja dengan tidak menghilangkan dasar2 kekeluargaan. Untuk Indonesia diandjurkan, bahwa untuk menentukan daerah bekerdja suatu perkumpulan ko-operasi itu haruslah diambil luasnja satu desa. Karena dengan demikian, maka hubungan erat antara anggota2 dan pengurusnja akan tetap dapat dipelihara sebaik2nja. 2. M aksud dan Tudjuan. Dalam bab ini harus diterangkan setjara singkat akan tetapi dengan djelas apakah jang mendjadi maksud anggota2, dengan mendirikan perkumpulan ko-operasi ini. Pada umumnja dapat ditentukan misalnja setjara demikian: Maksud perkumpulan ialah mempertinggi deradjat penghidupan para anggotanja dengan menolong para anggota dengan djalan memberikan kesempatan untuk mengadakan pindjaman jang mudah dan murah, pula mendidik mereka hidup hemat dan tjermat, dan menambah keinginan mereka untuk menjimpan kelebihan uangnja dengan kesempatan menabung. atau: Maksud perkumpulan ialah mempertinggi deradjat penghidupan para anggota2nja dengan tjara meringankan beban hidupnja sehari- hari. 3. Tjara bekerdja. Dalam bab ini diadakan peraturan2 tentang tjara2 bekerdja dari ko-operasi. Tergantung dari matjamnja ko-operasi, maka tjara bekerdjanjapun adalah berlainan pula. 125

126 a. Ko-operasi kredit, harus mengadakan peraturan tentang tjaranja melakukan pindjaman. Lazimnja pindjaman itu hanja diberikan kepada anggota2. Untuk tiap2 anggota harus diadakan daftar kekajaan serta djumlah penghasilannja, dan dengan demikian, maka dapatlah ditentukan maksimum pindjamannja. Ketentuan ini harus disetudjui oleh rapat anggota, demikian djuga halnja dengan segala perdjandjian2 jang mengenai tiap2 pindjaman. Akan tetapi harus pula ditentukan kewadjiban2 dari pengurus, untuk mendjaga supaja pindjaman jang diberikan itu dipergunakan untuk hal2 jang berfaedah dan bermanfaat bagi para anggotanja. b. Ko-operasi produksi, biasanja mempunjai peraturan jang mewadjibkan anggota2nja membeli segala kebutuhan alat2 dan bahan2 jang diperlukan oleh perusahaannja dari atau dengan perantaraan ko-operasinja, dan djuga mewadjibkan untuk mendjual segala hasil perusahaannja kepada atau dengan perantaraan perkumpulannja. c. Ko-operasi konsumsi biasanja memuat peraturan jang mewadjibkan anggota2nja memesan atau membeli barang2 untuk keperluan sehari2 dari ko-operasinja. 4. Keanggotaan: Keanggotaan sekali2 tidak boleh diserahkan kepada orang lain.»anggota jang dipetjat oleh pengurus boleh meminta pertimbangan kepada rapat umum anggota. Demikianlah bunji ketentuan jang dimuat dalam anggaran2-dasar, dan jang dapat dibatja pula dalam L.N no. 179 pasal 13 (lihat LAMPIRAN). Ketentuan ini dikenal sebagai dasar2 jang diletakkan oleh Rochdale Pioneers, Raiffeisen dan Schulze-Delitzsch. Karena ketentuan2 ini, maka tanda keanggotaan ko-operasi itu adalah bukan surat berharga jang dapat diperdagangkan dipasar-uang, djadi lain sekali halnja dengan saham2 suatu perseroan. Pendirian jang dianut oleh Rochdale Pioneers ialah bahwa apabila seorang anggota keluar dari perkumpulan ko-operasi, uang pesertanja harus dikembalikan selekas mungkin oleh perkumpulan kepadanja. Pendirian ini berarti, bahwa hanja perkumpulan sadjalah jang dapat membeli kembali tanda keanggotaan dari anggota jang hendak keluar tadi. Harga pembelian ditentukan par value, artinja dengan harga sebagaimana jang diterangkan pada suratnja, dan tidak boleh mengikuti pasang-surutnja penghargaan jang mungkin dapat diperoleh dipasar-uang. Ketentuan2 diatas ini dimuat dalam anggaran-dasar sebagai 126

127 berikut: Seorang tjalon-anggota jang menarik dirinja kembali untuk mendjadi anggota, boleh menerima uang jang disimpan atas namanja dengan tidak mendapat bunga....kalau sipenjimpan berhenti mendjadi anggota, maka uang penjimpannja harus dikembalikan dengan mengingat peraturan2 jang disebut dibawah i n i... Bab ini dipergunakan djuga untuk memberikan keterangan2 lain mengenai hal-ihwal dari seseorang jang dapat diterima sebagai anggota (lihat pasal 4 ajat 2 dari tjontoh2 anggaran-dasar). Untuk menerima anggota harus diperhatikan benar2, bahwa djanganlah asal mendapat banjak anggota sadja, karena perkumpulan ko-operasi itu tjukup didirikan dengan djumlah anggota jang sedikit asalkan sadja terdiri atas anggota2 jang insjaf dan setia kepada perkumpulannja. Untuk menerima anggota, ko-operasi hendaklah berhati2, karena hidupnja ko-operasi itu adalah bergantung dari bantuan jang sungguh2 dari para anggotanja. Orang jang sekiranja akan merugikan ko-operasi, djanganlah diterima mendjadi anggota, dan bilamana hal ini sudah terlandjur karena ia sudah mendjadi anggota, maka hendaknja segera ia dikeluarkan. Lebih baik ko-operasi itu beranggota sedikit, akan tetapi jang giat membantu ko-operasi, dari pada menipunjai banjak anggota jang sama sekali tidak membantu madjunja ko-operasi atau dengan lain perkataan: ko-operasi itu menghendaki sifat (kwalitet) dan bukan banjaknja anggota (kwantitet). Seringkali penerimaan anggota itu harus mendapat persetudjuan dari rapat anggota dahulu. Begitu pula apabila harus diambil suatu keputusan mengenai dirinja seorang anggota jang harus dikeluarkan karena akan merugikan ko-operasi. Dari hal ini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, orang jang diterima mendjadi anggota ko-operasi itu adalah merupakan suatu kehormatan baginja. Kehormatan tidak karena kekajaannja, akan tetapi karena kebaikan budinja. Ditegaskan disini, bahwa dalam perserikatan ko-operasi itu tidaklah terdapat anggota kehormatan selain dari anggota2 biasa. Daftar perkumpulan ko-operasi jang dimaksud dalam L.N no. 179 Bab III pasal 10, 11, 12 adalah penting, karena disini telah ditentukan dasar2, untuk menentukan segala sesuatu jang berhubungan dengan kepentingan para anggota, misalnja dalam soal pembagian keuntungan, tanggungan dll. sebagainja. Dengan singkat isi pasal2 undang2 L.N no. 179 adalah sebagai berikut: 1. Mengadakan daftar anggota dan daftar pengurus jang tidak 127

128 bermeterai dan terlebih dulu diberi tanda oleh Kepala Djawatan Ko-operasi atau wakilnja, jang modelnja telah ditetapkan. 2. Dalam daftar harus ditjatat nama dari orang2 jang mendirikan dan nama dari para anggota dan bilamanakah ia masuk dan dikeluarkan sebagai anggota ko-operasi. 3. Harus disebut nama, nama ketjil, tempat tinggal dan pekerdjaan anggota jang masuk itu, serta hari dan bulan tatakala ia masuk dan dikeluarkan sebagai anggota. Lain dari pada itu, maka peringatan itu diberi tanggal dan ditanda-tangani oleh anggota jang bersangkutan dan ketua ko-operasi. 4. Peringatan tentang keluarnja seorang anggota, atau pemetjatannja, ditulis disisi peringatan tentang masuknja anggota itu, dengan diberi tanggal dan ditanda-tangani oleh ketua ko-operasi. 5. Lagi pula dalam daftar pengurus itu haruslah diperhatikan, nama dan nama ketjil dan kewadjiban dari anggota pengurus, serta pula ditanda-tangani oleh mereka sendiri. Perlu djuga kiranja kami terangkan disini, bahwa apabila seseorang itu hendak masuk mendjadi anggota ko-operasi, maka hal ini haruslah atas kemauannja sendiri, karena ini adalah dasar dari suatu ko-operasi. Mendjadi anggota dengan tjara paksaan seperti jang dikenal pada zaman Djepang (kumiai) itu adalah bertentangan dengan dasar2 ko-operasi. Berhubung dengan itu perlulah kiranja diperingatkan pula, bahwa ko-operasi itu hendaknja diatur dari bawah keatas, dan djanganlah terbalik. Dari apa jang diuraikan disini djelaslah sudah kiranja, bahwa hak keanggotaan itu dapat hilang dari pribadinja anggota. 5. Pengurus. Dalam bab ini diterangkan tjara memilihnja pengurus, hak kewadjiban pengurus terhadap anggota dan terhadap ko -operasinja. (L.N no. 179 pasal2 15 dan 16). Umumnja pengurus dipilih tiapa tahun dari dan oleh rapat anggota. Dewan pengurus terdiri dari ketua, penulis, bendahara dan beberapa pembantu menurut kebutuhan Adanja pengurus telah mendjadi keharusan, karena tiap2 organisasi manusia jang mempunjai tudjuan hendak mentjapai sesuatu dengan tenaga bersama2 itu harus pula mempunjai pimpinan satu, untuk mendjaga agar kesatuan pimpinan dapat terpelihara baik2. 128

129 Untuk mendjadi pengurus maka seseorang itu sedikit2nja haruslah djudjur, adil, tjakap, dan serta mempurijai rasa tanggung-djawab terhadap perkumpulannja. Oleh karena itu dalam memilih pengurus orang harus berlaku hati2, sebab kalau keliru memilihnja, maka perkumpulan akan dirugikan. Pengurus terdiri dari: beberapa orang anggota dan diterangkan pula kewadjibannja, antara lain ialah: a. mewakili ko-operasi didalam dan diluar pengadilan; b. menaati peraturan2 jang ditetapkan dalam A.D.i) dan benar2 didjalankan; menjiarkan isi A.D. kepada para anggotanja; c. tidak boleh meletakkan djabatannja, djika tidak mempunjai alasan jang sah atau patut; d. pasal jang mengenai perselisihan biasanja adalah bermaksud menegaskan, supaja pengurus itu berusaha mendjauhkan dan menghilangkan segala sesuatu jang mendatangkan perselisihan dengan djalan damai dengan tidak menjebelah kepada salah satu pihak; e. pengurus ko-operasi adalah ibaratnja motor dari ko-operasi, ialah jang mengendalikan atau mengemudikan ko-operasi itu kepantai bahagia; pengurus harus insjaf benar arti ko-operasi dan pula ia harus b e r d j i w a k o-o p erasi. Sjarat jang terpenting bagi anggota pengurus ialah: D j u- d j u r, tjakap, dan tetap dalam segala pembitjaraan dan kesanggupannja. Tudjuan ko-operasi jang baik itu tidak atau belum dapat terlaksana, bilamana keinsjafan pengertian ko-operasi belum terdapat dihati para pengurus dan anggota2nja. 6. Honorarium atau upah atau pembagian dalam keuntungan untuk anggota2 pengurus sebagai tundjangan djerih pajah. Tentang soal ini banjak pendapat2 jang satu sama lainnja adalah bertentangan, karena disebabkan oleh pelbagai alasan2 jang diadjukan oleh mereka jang berkepentingan. Jang terbaik adalah pendapat jang dilahirkan oleh Fnederich RaiffeTsen: para pengurus tidak boleh menerima bajaran dalam bentuk apapun djuga. Alasan2nja ialah bahwa pengurus2 itu adalah anggota2 perkumpulan jang dipandang mampu dan suka mengerd j akan pimpinan perkumpulan. Mereka termasuk golongan jang pandai dan jang keadaan ekonominja adalah lebih madju daripada i) A.D. adalah singkatan dari an g g aran-d asar. 129 KAMARALSJAH - Ko-operasi.

130 anggota2 lainnja. Karena ini maka mereka dapat 'mentjurahkan tenaga dan pikiran mereka untuk kemadjuannja perkumpulan. Pada umumnja anggota2 jang dipilih mendjadi pengurus itu adalah orang2 jang terkemuka dalam perkumpulan dan jang dipertjajai pula. Oleh karena para pengurus tidak akan mendjalankan pekerdjaan sehari2, akan tetapi hanja memberikan garis2 besarnja sadja dan mengawasi djalannja perkumpulan, maka sudah sewadjarnja mereka itu tidak perlu mendapat upah-tetap, hanja sebagai penghargaan djasa2nja mengemudikan organisasi, pada achir tahun mereka itu akan menerima sebagian dari hasil usaha perkumpulan. Lain alasan untuk tidak memberikan upah-tetap ialah karena tindakan jang demikian ini akan meringankan bea usaha perkumpulan, dan hal ini penting, karena ko-operasi itu adalah lemah dalam modalnja. Pada umumnja ketentuan2 ini dimuat dalam tiap2 anggaran-dasar suatu ko-operasi di Indonesia, dan jang lazimnja berbunji antara lain sebagai berikut: 1. Pengurus perkumpulan tidak menerima kerugian. 2. Apabila ada pekerdjaan2 pengurus jang patut diberi tundjangan d jerih pajah, maka tiap2 tahun oleh rapat-umum anggota akan ditentukan berapakah banjaknja tundjangan jang akan diberikan itu. Tundjangan ini tidak boleh lebih dari 20 % dari keuntungan bersih dari tiap tahun. 3. Pemberian upah-tetap jang akan diberikan kepada seorang pemegang buku, atau kepada administratur usaha perkumpukan dan pegawai lainnja, haruslah tiap2 tahun mendapat pengesahan dari rapat umum. (Penetapan ini harus disahkan pula oleh pimpinan djawatanpenulis). Dari ketentuan jang dimuat dalam ajat 3, maka dapatlah diambil kesimpulan, bahwa d,samping pengurus dapat pula diangkat seorang atau dua orang sebagai pegawai, dengan maksud untuk menjelesaikan pekerdjaan sehari* menurut kebutuhannja perkumpulan ko-operasi. J r Akan tetapi pengalaman telah membuktikan, bahwa pada dewasa ini, pekerdjaan* dan suatu perkumpulan jang bergerak dalam lapangan ekonomi itu kian hari kian bertambah, sehingga oleh karenanja seorang dan pengurus terpaksa selalu harus ada dikantor perkumpulan agar supaja ia dapat memberikan putusan selaki, pimpinan perkumpulannja. Hal ini tidak dapat diserahkan kepada pegawai tehivs jang hanja chusus memegang pimpinan pekerdjaan 130

131 usaha perkumpulan, dan jang pula tidak mempunjai tugas mengenai soal2 kebidjaksanaan politik dari perkumpulan. Ketua tidak perlu senantiasa harus ada dikantor dan jang lazim didjalankan ialah terutama di Amerika Serikat, bahwa jang diserahi beban itu adalah seorang anggota pengurus jang diserahi beban mengenai hal keuangan, jaitu jang disebut bendahara perkumpulan. Untuk bendahara ini berlaku pula ketentuan, bahwa seorang anggota perkumpulan itu tidak mendapat upah-tetap, akan tetapi ia harus pula setiap hari mewakili pengurus dikantor dan bertindak atas nama pengurus. Ketentuan demikian ini tidak akan bertentangan dengan pasal 16 L.N no. 179, (lihat LAMPIRAN). 7. Rapat Anggota. Perkumpulan ko-operasi itu, ialah sebuah perkumpulan dimana harus dipegang teguh azas2 demokrasi. Karena azas2 ini maka kekuasaan jang tertinggi ada pada rapat umum anggota, dan dengan demikian barulah azas2 demokrasi dapat hidup landjut. Azas kerakjatan ini dianut oleh Rochdale Pioneers, Friedrich Raiffeisen dan Schulze-Delitzsch, baik dalam menentukannja pemilihan anggota2 pengurus maupun dalam memberikan keputusannja sebagai instansi jang tinggi dalam hal2 jang penting, untuk mendjaga agar supaja hak2 para anggotanja djangan sampai dikurangi sedikitpun. L.N no. 179, menerangkan mengenai hal ini dalam pasal 15 dan 14 (lihat LAMPIRAN). Pada suatu rapat anggota akan berlaku azas2 demokrasi. Hal2 jang harus ditjantumkan dalam anggaran-dasar ko-operasi adalah sebagai berikut: 1.,,Rapat anggota harus diadakan, djika dianggap perlu oleh pengurus, oleh pengawas atau apabila sekurang2nja seperlima banjaknja bilangan anggota memintanja untuk diadakan. 2. Keputusan rapat baru sah, kalau putusan ini diambil dalam rapat jang dihadiri oleh sekurang2nja setengah dari bilangan banjaknja anggota2. 3. Kalau suatu rapat anggota tak dapat diadakan, karena djumlah anggota2nja jang tidak hadir adalah lebih dari setengahnja, maka dalam tempoh 30 hari diadakan lagi rapat jang kedua. Rapat ini diakui sah, dan dapat mengambil keputusan dengan tidak memandang djumlah anggota2 jang hasir. Rapat jang per- tama dan jang kedua haruslah mempunjai waktu antara jang sekurang2nja 3 hari. 131

132 Dalam rapat anggota keputusan diambil dengan ketentuan suara anggota jang terbanjak. 4 yy Dalam rapat anggota tiap2 anggota jang hadir hanja mempunjai satu suara. A nggota jang tidak hadir tidak boleh diwakili. Djelaslah sudah kiranja, bahwa dalam pasal2 mengenai rapat anggota sungguh didjaga djangan sampai hak2 azasi kedemokrasian anggota2 dilanggar. Untuk mendjaga pula agar supaja segolongan ketjil diantara para anggota tidak dapat mendesakkan kemauannja kepada anggota2 lainnja dengan djalan keputusan rapat, maka antara dua rapat,' harus ada waktu-antara jang beberapa hari lamanja. Dengan tjara demikian, maka kepada semua anggota diberikan tjukup waktu untuk menghadiri rapat jang kedua dan untuk memberikan suaranja dalam rapat jang menentukan ini dan jang keputusannja mengikat seluruh anggota. Hal ini akan menghindarkan djuga tindakan2 jang mengikat jang hanja menguntungkan pengurus2nja sadja (ajat 3). Selain dan ketentuan2 ini, maka sesuai dengan azas2 Rochdale dalam pasal tsb dimuat pula ketentuan-iarangan untuk mewakili. Ketentuan-larangan ini adalah tidak lain karena suatu pendirian jang telah didjelaskan dalam kalimat2 seperti jang tersebut diatas ini, jaitu jang mengenai hal2 tentang rapat anggota jang akan diadakan untuk kedua kalinja. Mengenai dasar Rochdale jang mengatakan no voting by proxy, dalam L.N no. 179 dalam pasal 4 tidaklah diadakan ketentuan sama sekali Pada umumnja rapat anggota diadakan menurut keputusan rap a t pengurus, akan tetapi sekurang2nja haruslah satu kali dalam satu tahun. Akan tetapi rapat umum anggota dapat pula diadakan apabila seperlima djumlah dari anggota2 memintanja. Seperti jang telah diuraikan diatas rapat anggota itu baru sah apabila dikundjungi,eh lebih dan setengah djumlahnja anggota2. Kalau suatu rapat tidak dapat d.kundjung, oleh anggota2 jang tjukup banjaknja, m aka haruslah diadakan rapat jang kedua dengan memakai waktu-antara jang tjukup untuk memberikan kesempatan bagi anggota2 lainnja untuk dapat mengundjunginja jaitu, sedikit2nja 3 hari antara rapat pertama dan kedua (lazimnja 10 hari). Dalam hal2 jang luar biasa1, misalnja mengenai perubahan anggaran-dasar an mem ubarkan perkumpulan, maka tentang quorum rapat anggota ia a an ketentuan lain. Dalam hal ini ditentukan 132

133 sebagai quorum % djumlah anggota2 dan keputusan rapat harus diambil dengan 2/3 djumlah suara jang hadir. Tentang djalannja rapat harus dibuat tjatatan2 jang djelas, dan tjatatan2 tersebut harus ditanda-tangani oleh sedikit2nja 2 (dua) orang anggota pengurus, setelahnja disetudjui oleh rapat tentang kebenaran isinja. L.N no. 179 pasal 18 memuat ketentuan, bahwa sehabis tiga bulan setelah berachirnja tahun-buku, maka haruslah diadakan rapat tahunan jang akan memuat atjara rapat sebagai berikut: a. dalam rapat ini harus diperbintjangkan laporan2 pemeriksaan; b. diperbintjangkan dan disahkan segala perhitungan2 keuangan perkumpulan dari pengurus selama tahun jang telah lalu (neratja dsb.); c. ditetapkan rentjana keuangan untuk tahun jang akan datang; d. ditentukan pembagian keuntungan bersih sesuai dengan apa jang ditentukan dalam pasal 19 L.N. 1949/179; e. diadakan pemilihan pengurus untuk tahun-buku jang akan datang, pula ada penetapan mengenai panitia pemeriksaan untuk satu tahun dan panitia pentjotjokan (verificatie). 8. M odal perkum pulan dan hal2 keuangan perkum pulan. Tentang memodalinja perkumpulan ini, dalam anggaran-dasar dari tiap2 perkumpulan ko-operasi harus diterangkan dengan djelas sumber2nja. Oleh karena perkumpulan ko-operasi itu adalah suatu badan jang berlainan sifatnja dengan sesuatu badan hukum perseroan, maka mengenai memodalinja haruslah dapat dilihat perbedaannja. Karena alasan2 psychologis dan pengertian, bahwa hal2 jang demikian tadi harus dengan mudah dapat dimengerti oleh rakjat, maka perbedaan mengenai modal tadi harus dengan djelas dimuat dalam pasal2 anggaran-dasar. Misalnja: 1. Modal perkumpulan akan terdiri dari uang simpanan-pokok, uang simpanan-wadjib, uang simpanan-manasuka, (uang simpanan-biasa, simpanan-deposito, simpanan rekening-koran, dsb.) simpanan uang dari orang lain, uang pindjaman dari orang lain, uang tjadangan perkumpulan dan keuntungan jang tidak disangka2. 2. Rapat umum menetapkan... Dengan demikian, maka dalam ajat2 jang berikutnja atau dalam pasal2 lainnja dalam bab ini djuga, ataupun dalam bab2 lainnja diberikan ketentuan jang tidak akan meragu2kan bagi anggota2nja 133

134 atau pihak jang ada sangkut-pautnja dengan perkumpulan mengenai kekajaannja. Titik berat tentang pemupukan modal ini diletakkan pada usaha2 penjimpanan dan penghematan untuk dapat menjimpan, sesuai dengan dasar2 dari bank2 jang didirikan oleh Fr. Raiffeisen, jang didirikan dengan pemupukan modal dengan kekuatan sendiri. Tentang hal ini, maka dalam rentjana tahun 1947 oleh pemerintahan R.I. dulu di Djokja dengan tegas dimuat ketentuan, bahwa modal perkumpulan harus dibangun dengan tjara simpanan, menabung! 9. Sim panan-pokok. A. Sim panan-pokok. Dengan kata simpanan ditegaskan dasar2, bahwa uang tadi untuk sementara ada dalam kekuasaan perkumpulan. Sementara, artinja ialah bahwa selama jang mempunjai uang itu masih mendjadi anggota dari perkumpulannja, maka uang itu dapat dipergunakan oleh perkumpulan untuk kepentingan anggota2 seluruhnja. Apabila jang mempunjai itu keluar sebagai anggota, maka uang tersebut diterimakan kembali. Uang jang diikutsertakan dalam usaha2 perkumpulan bersifat simpanan! Akan tetapi diantara simpanan2 tadi ada pelbagi perbedaan jang menerangkan hubungannja dengan anggota. Dengan demikian maka simpanan-pokok mempunjai arti jang istimewa sebagai simpanan. (I) Sebagaimana telah diketahui maka dalam suatu ko-operasi itu telah diterima sebagai suatu ketentuan mutlak, bahwa setiap anggota mempunjai hak suara satu, dengan tidak memandang djumlah besarnja modal jang dimilikinja jang disertakan dalam usaha jang didjalankan oleh ko-operasi. Agar supaja dapat dimengerti oleh umum dan dapat dirasakan benar arti kata ini, maka bagi semua anggota ko-operasi simpanan-pokok itu dibuat sama besarnja bagi semua anggota ko-operasi. (II). Nama simpanan-pokok telah membajangkan didalamnja arti jang J tap- Uang simpanan ini harus dipenuhi oleh setiap anggota, apa i a ia endak diakui sah sebagai anggota perkumpulan jang mempunjai hak penuh, dan pula dapat mengeluarkan suaranja dalam rapat umum anggota untuk menentukan sikapnja terhadap usa a janto i ja ankan oleh perkumpulan. Selama seseorang belum djuga mem ajar penuh uang simpanan-pokoknja jang telah didjadikan sjara jang itentukan oleh rapat umum anggota, maka ia dianggap sebagai tjalon-anggota. (III). Dari hal2 jang diuraikan tadi tentu dapatlah dimaklumi, 134

135 bahwa uang simpanan-pokok itu, menggantikan apa jang dinamakan saham dalam sesuatu N.V. Karena ituiah maka simpananpokok mempunjai arti jang sama seperti kata saham, dan pula menentukan pula keanggotaan seseorang terhadap perkumpulannja. Ini adalah sesuai dengan isi pasal 13 L.N no. 179: Keanggotaan itu lekat pada dirinja anggota, dan tidak dapat dipindahkan dengan tjara bagaimanapun djuga ditambah dengan sikap jang diambil oleh Rochdale Pioneers terhadap saham anggotanja; di Indonesia, apabila seorang anggota meninggalkan kooperasinja, maka simpanan-pokok nja akan dikeluarkan dari modal usaha ko-operasi. Uang jang diserahkan olehnja untuk sementara, hal mana mendjadikan ia mendjadi anggota dari kooperasi, akan kembali lagi padanja segera apabila ia tidak mendjadi anggota lagi. Karena alasan2 tadi, maka selama seseorang masih mendjadi anggota perkumpulannja, maka ia tidak boleh meminta kembali simpanan-pokoknja. (IV). Untuk memudahkan masuknja seseorang mendjadi anggota dalam perkumpulan, maka simpanan-pokok jang diminta padanja tidak akan besar djumlahnja. Uang ini adalah hanja sekedar untuk sjarat sadja, dan tentunja tidak tjukup besar untuk dapat memulai usahanja. Penambahan modal perkumpulan harus ditjari dengan djalan lain, jaitu dengan tjara simpanan-wadjib. B. Simpanan-wadjib. Sebagaimana djuga halnja dengan simpanan-pokok, maka simpanan ini adalah sebagian dari usaha pemupukan modal dengan djalan menjimpan (menabung). (I). Sama dengan apa jang diketahui tentang sifat2 simpananpokok maka pada simpanan-wadjib djuga, selama jang berhak itu masih mendjadi anggota, simpanan-wadjib ini tidak boleh diminta kembali. Baru apabila ia keluar mendjadi anggota, maka seluruhnja akan dikembalikan padanja. Maksud simpanan-pokok dan simpanan-wadjib ialah agar supaja perkumpulan selalu mempunjai pokok jang bersifat terus-menerus walaupun djumlah dari seluruhnja akan berubah mengikuti djumlah banjaknja anggota2 perkumpulan pada sesuatu saat. (II). Walaupun ada persamaan sifat, namun terdapat perbedaan pula. Perbedaan ini terletak pada ketentuan, bahwa simpanan-pokok adalah sjarat jang harus dipenuhi oleh seseorang untuk diterima sebagai anggota jang berhak penuh, sedangkan simpanan-wadjib itu adalah hanja mendjadi kewadjiban dari sese 135

136 orang jan sudah mendjadi anggota penuh. Karena inilah simpanan-wadjib tidak akan mempengaruhi haknja seseorang sebagai angg ta, walaupun djumlah besarnja simpanan-wadjib dari tiap2 anggota ko-operasi adalah berbeda. Tiap2 anggota tetap hanja mempunjai satu suara. (III). Pokok tudjuan dari simpanan-wadjib itu adalah untuk medapatkan modal usaha jang tjukup besarnja untuk mendjalankan usaha2 ko-operasi. Karena hal ini, maka untuk berbagai2 ko-operasi tentu sadja tjara2 untuk rnengumpulkannja akan berbeda2 pula, jaitu sesuai dengan usaha jang mereka djalankan. Sekedar untuk diketahui maka dibawah ini akan diterangkan beberapa tjara2: a. K o-operasi sim pan-pindjam. Lazimnja disini ditentukan, bahwa setiap anggota jang mengadakan pindjaman, tidak akan menerima penuh djumlah jang ia pindjam. Beberapa persen, menurut keputusan anggota akan dipotong dari uang pindjamannja, dan bagian ini dimasukkan dalam modal perkumpulan sebagai simpanan-wadjib dari anggota tadi. b. K o -o p e ra si konsum si, atau ko-opera si p en dju alan b ersam a, pun ko-operasi pembelian bersama. Lazimnja disini diadakan peraturan, bahwa dari tiap2 barang jang dibeli oleh anggota, akan dipungut beberapa persen dari pokok jang dimasukkan oleh anggota dalam modal usaha sebagai simpanan-wadjib. Apabila anggota mendjual berangnja kepada ko-operasi, maka ia tidak akan menerima penuh djumlah jang seharusnja ia terima, akan tetapi dikurangi dengan djumlah untuk menambah uang simpanan-wadjib. Demikianlah kiranja tjara* jang lazim didjalankan oleh beberapa matjam ko-operasi. Akan tetapi tjara* lainja untuk usaha pemupukan modal dengan tjara memperbesar uang simpanan-wadjib dari anggota*nja dapat pula didjalankan, misalnja: apabila pada suatu saat oleh ko-operasi telah dirasakan adanja kekurangan modal usaha, maka dalam rapat umum anggota dapat ditentukan, bahwa dalam waktu jang tertentu semua anggota harus dapat mentjukupi djumlah tambahan jang ditentukan dalam rapat tadi, setjara berangsur2. C. Sim panan-manasuka. Dalam simpanan-manasuka termasuk pula simpanan2 lainnja, misalnja tabungan, simpanan-diposito dsb. Semua simpanan2 ini 136

137 akan tetap mempunjai sifat2nja masing2, dan akan diperlakukan djuga menurut ketentuan2 jang lazim dikenakan padanja. Simpanan2 ini tidak mempunjai sifat2 jang mempengaruhi hak keanggotaan seseorang. Dengan diadakannja kemungkinan untuk menjimpan uang setjara simpanan-manasuka itu, maka pada setiap anggota diberikan kesempatan untuk menjimpan uangnja pada ko-operasi jang pada suatu saat adalah berlebih untuknja. Dengan menjimpan kelebihan uang ini pada ko-operasinja, maka ia tidak sedikit menambah kekuatan modal dari ko-operasi. Sekianlah hal2 jang mengenai keterangan2 tentang pemupukan modal jang sangat diperlukan dalam gerakan ko-operasi, sebagai salah satu djalan untuk mempertinggi kemakmuran dan kesedjahteraan rakjat, dengan tjara memperkuat diri pribadi dalam perdjuangan ekonomi. 10. Urusan Pembukuan. Mengenai hal ini lihatlah pasal 39 dari L.N no. 179 (LAMPIRAN). Hal ini adalah berlaku pula untuk pembukuan bagi tiap2 perkumpulan jang berusaha dalam lapangan perekonomian, perdagangan chususnja. Supaja djelas bagi perkumpulan2 ko-operasi, maka dalam anggaran-dasarnja selalu ditjantumkan djuga: akan dikerdjakan... sesuai dengan petundjuk dari Djawatan Ko-operasi Tahun-buku. Pada umumnja dalam anggaran-dasar perkumpulan ko-operasi, diterangkan bahwa tahun-buku perkumpulan akan berlaku dari 1 Djanuari sampai dengan 31 Desember setiap tahunnja. Ketentuan demikian ini adalah sangat penting, kalau kita mengingat pasal2 jang mengenai pertanggungan djawab dari para anggota2nja (L.N no. 179, bab VIII, pasal2 27, 28, 29 dan 3 0 ). 12. Keadaan terbuka. Pasal2 jang ditjantumkan dalam anggaran-dasar mengenai bab ini adalah merupakan pelaksanaan dari ketentuan2 azas2 ko-operasi sebagaimana jang diletakkan oleh perkumpulan pertama The Equitable Rochdale Pioneers pada tahun Ketentuan ini telah dimuat pula dalam pasal 21 undang2 ko-operasi tahun 1949 (L.N no. 179). 137

138 13. Pengaw asan dan pemeriksaan. Apa jang dimaksudkan dengan bab ini telah didjelaskan dalam undang2 ko-operasi 1949 dalam pasal 21 a (L.N no. 179, bab VII). 14. Kew adjiban menanggung: Apa jang ditjantumkan dalam pasal2 dari bab ini dapatlah dikatakan bahwa hal ini adalah merupakan suatu penglaksanaan dari apa jang diterangkan dalam L.N no. 179, bab VIII. Ketentuan demikian ini adalah baik untuk perkumpulan2 ko-operasi di Indonesia jang anggota2nja sebagian besar terdiri dari para petani. Apabila dilakukan penjimpangan dari ketentuan ini maka hal ini tentu tidak akan dilarang, asal sadja telah mendapat persetudjuan dari pihak Djawatan Ko-operasi sebagaimana telah ditentukan dalam pasal 2, L.N no. 179 (lihat LAMPIRAN). Selain dari djumlah tanggungan (terbatas atau tidak terbatas), maka perlulah pula diterangkan siapa2kah jang turut menanggung. 15. Sisa hasil usaha. Setiap perusahaan, demikian pula perkumpulan ko-operasi, jang bergerak sebagai badan jang berusaha dilapangan perdagangan tentu pada achir tahun-buku harus dapat memperlihatkan hasil2 dari usahanja. Hal ini tentu hanja dapat dilakukan apabila tidak dialami kerugian. Apabila djuga dialami kerugian, maka hal ini adalah tentu bukan maksud jang ekonomis! L.N no. 179 pasal 19, menerangkan apa jang harus diperbuat dengan hasil bersih (keuntungan dikurangi dengan segala perongkosan perusahaan). Menurut undang2 maka dari hasil bersih ini jaitu sebesar 25 % haruslah dimasukkan dalam suatu danatjadangan, jang diadakan untuk bersedia2 kalau dialami kerugian jang mungkin menimpa usaha perkumpulan. Sisanja (75%) dapat dibagi2 sesuai dengan ketentuan2 seperti jang diletakkan dalam anggaran-dasar perkumpulan, ketentuan2 mana ditentukan oleh rapat anggota. Pada umumnja dasar2 pembagian itu adalah demikian tjaranja: 25 % untuk dana-tjadangan; 50 % kepada anggota2 (35% anggota pemindjam-djasa tenaga usaha, dan 15% anggota penjimpan-djasa modal); 15 % untuk pengurus; 10 % dana perlaja, pendidikan, dll. 138

139 Kalau ko-operasi ini adalah sesuatu ko-operasi-desa, maka dalam pembagian2 ini akan tentu diadakan dana untuk membantu usaha2 didesa. 16. Perselisihan. Sesuai dengan bunji pasal 38 L.N no. 179 maka dalam pasal- dari bab ini hendaknja dimuat ketentuan2 jang mengandung maksud akan memelihara rasa kesatuan dan kekeluargaan. Kewadjiban jang mengenai hal ini dibebankan kepada anggota2 pengurus. 17. Hal pembubaran: Pembubaran perkumpulan ko-operasi hanja dapat dilakukan oleh rapat anggota jang chusus diadakan untuk maksud ini dan dengan mendapat persetudjuannja dari Kepala Djawatan Ko-operasi, ataupun atas keputusan dari Kepala Djawatan Ko-operasi. Bila ko-operasi dibubarkan, maka ia hanja tinggal hidup selama dilakukan penjelesaian. Bila perlu, maka Djawatan Ko-operasi dapatlah mengangkat seorang pegawai untuk menjelesaikan hal ini dan kepada pegawai ini djatuhlah segala hak2 pengurus dan rapat anggota, untuk dapat membereskan penjelesaiannja tersebut. 18. Pengumuman Anggaran-Dasar: Sebagai penutup dari A.D. biasanja dipergunakan kalimat, bahwa pengurus itu berusaha supaja bunji A.D. itu diketahui oleh semua anggota. Dan pada penutup ini dapat pula diadakan peraturan-tambahan jang berbunji, bahwa untuk hal2 jang belum ditentukan dalam A.D. dapat diputuskan oleh rapat anggota, asal sadja tidak bertentangan dengan anggaran-dasar. Perlu pula kiranja ditegaskan, bahwa pengurus itu senantiasa harus berusaha dan mendjaga, agar supaja segala sesuatu jang ditetapkan dalam A.D. itu dipegang teguh dan didjalankan karena dengan demikian perkumpulan ko-operasi akan tetap berdjalan menurut dasar2 dan azas2nja, dan hal ini adalah suatu sjarat mutlak bagi kemadjuan dan kelandjutan hidupnja. II. AKTE PENDIRIAN. Untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum maka berdasarkan pasal 7 L.N No. 179, anggaran-dasar d j angan ditulis terlebih dahulu diatas kertas bermeterai (zegel) akan tetapi dikirimkan kepada Kantor Tjabang Inspeksi Ko-operasi Kabupaten, 139

140 dimana ko-operasi jang hendak didirikan itu berada, sebagai berikut: A kte Pendirian. Ko-operasi... (atau dengan singkat...) didesa... ketjamatan... Swapradja/Daerah bagian/kabupaten Daerah... Jang bertanda tangan dibawah ini: 1... nama ketjil..., pekerdjaan i j> o..., j, >> >j... j... Semuanja bertempat tinggal didesa..., Ketjamatan Swapradja/Daerah bagian/kabupaten... Daerah... bermaksud mendirikan suatu perkumpulan ko-operasi... jang berbunji anggaran- dasarnja sbb: (kemudian menjusul isi daripada rentjana anggaran-dasar). Sehabisnja pasal terachir dari anggaran-dasar, kemudian akte pendirian itu ditutup dengan kalimat sbb: Demikianlah telah dirundingkan dan diputuskan didalam rapat anggota-ko-operasi ini, pada tanggal d i... Kami jang mendirikan ko-operasi...., (... )! ) ) i ) ) ) tanda tangan. 2) nam a jang djelas. 140

141 Pengiriman rentjana akte pendirian dan A.D. ini sebaiknja dibuat dalam rangkap 4 (empat) dan jang 3 itu dikirimkan satu kepada kantor Tjabang Inspeksi Ko-operasi kabupaten, satu kepada Inspeksi dan satu kepada Pusat D jawatan. Pengiriman ini disertai dengan: 1. neratja dan perhitungan untung-rugi jang terachir dari ko-operasi 2. risalah (notulen) dari rapat anggota dalam mana dirundingkan dan diputuskan rentjana A.D. jang tsb. diatas. Ini adalah hal2 jang harus dilakukan oleh pihak ko-operasi. Selandjutnja penjelesaian pemberian hak badan hukum oleh Djawatan Ko-operasi dengan tjuma2, ketjuali ongkos2 lembar kertas bermeterai a Rp. 3,. Perlu kiranja ditegaskan bahwa djanganlah orang mempunjai persangkaan, bahwa dengan rentjana akte pendirian dan A.D. jang baik, maka ko-operasi itu begitu sadja diakui sebagai badan hukum. Akan tetapi D jawatan Ko-operasi baru memberikan pengesahan, bilamana telah ternjata bahwa ko-operasi itu telah bekerdja menurut azas2 ko-operasi, dan organisasinja telah beres, dan demikian pula halnja dengan tata-usaha dan pembukuannja. Untuk dapat membuktikan hal ini oleh ko-operasi dibutuhkan waktu. Dalam waktu itulah ko-operasi harus menundjukkan hak hidupnja dan kesanggupan bekerdja (untuk selandjutnja harap dibatja bab pengawasan dan pemeriksaan). Sebagaimana jang telah diterangkan dalam halaman 123 perihal anggaran-dasar, maka disini akan dibentangkan tjontoh2 anggaran-dasar jang umumnja harus diperhatikan dalam membuat A.D. perkumpulan2 ko-operasi dan setelah itu maka dalam halaman2 berikutnja akan didjelaskan lebih landjut anggaran2-dasar untuk pelbagai bentuk dan matjam ko-operasi. 141

142 J) Keterangan: Ko-operasi dis'mi ialah ko-operasi produsen, jaitu suatu ko-operasi jang terdiri dari pengusaha2 (pemilik perusahaan). 2)Keterangan: Ko-operasi disini ialah ko-operasi produksi dimana anggota2nja adalah anggota2 pekerdja. 3) Keterangan: Perumusan ini hanja berlaku untuk ko-operasi2 I, II, III, IV dan V. Untuk K o-operasi Pusat perumusan dari p a s a l 1 berbunji s b b.: Perkumpulan ini bernama Pusat Ko-operasi... selandjutnja disebut Pusat dan berkedudukan di... cr a* 3 cr cd p 't re O 3 ^ _ c 00 i i" p 3 o ( / > P p " J, S* P C. 3* p p c ST a o P C, p a. re re o* j«3 c p - pg p CT5 'l»r* w P3 5 p 00 p 3 " 3 3 n pn> c r 0 p? r?c a. p p D p «S * 3 p a c r D CD n 1 P D 0 Q a a p d - «c o 2. r e r e ~ i » S P ^ p 2 O ^ T O o * 2 P S 3 p 3 ^re c r 7T 3 3 p & 3 3 W K? 3 3 a? 3 3 S S S S w 'n o a pn 3? i A» «E a f> r. O" p re p P E K» L? 3 Q. C/) tr * < g q p g 3 k c m w C T P c D. -> T3 o. «-* _re ps* 3 *5 3 7 EL p cr P?T O > O t? a 3 3 O" 0q * ~ 3 03 ** re 3 C Cl oa a re - g- p 2 3 L o. 2 cn 2- a. P p n 2. c ^ 2. O. 3 cr K) td. p. re 3 p' 2 O a o. q. *a r e p p r e p. 3 era re c -1 P p ^ cr 3 S- 3 3 R- t-. ET o- St* o- EL fr 3; P p p c P 3 -! re c re 3 >a P t303 Cl g O 3 3 C g 3 s sr o. p re X" P 3 o. 3. ft 3- <g D. ^ p 3 S 3 c c r S?r. r e PV P a a* p r e o 3 re 3 t*r 3- S <2 55 o c p c/i -» 2 J; c re ^ O P D - 3 p n 00 c. 3 ^ M P i M.3 >-i a 3 < p r e <3. P p» i p a r e d- 3 *q 2 p K ~ 3 3 P p p -i C. a- u>. P 0Q cr C O u P O 0 3 o Q CR P p C CT3 7T P N 3 PT P D D O! O 0Q ^r 0 sr CL 3 P 3. 0 P 3 0 5; O c 3. a- P 3 a 3* 0Q C 0 CR D P 3 p p P P»-1 C CR C/i 3 3 era?t P3 a p o - o. ^ o p S i 6 c r e E. a 7T o 3 3 o o «- i c a CD C P O P 1D0QCP a- o a- p P K c sr 3 o 3 ^ re a *2 2 3?! ^ 5 ' = u-l>... era yw p g W P D S. 3 CTQ 00 O s* «S p re g- r-j ho *»-* w SV!> g. EL 5, S* 3 ' o o a -d c > cn C D O H GO C -i G W *0 p O* 7T C ^ 3 2 c re * o- e pr p 3 * S Wre J * P O? i *a ta S s*»i ^ G- to 'p* S. S j n 9? W <v 17-3 o1 3» *1 O O O 3 CD IJ» 3 S c/} Q* P J!-3» g! 69 *T3 3? <T> n cr o 3 -*»a vc* ^ o : c" 3 63 g 2 S 3 s ^3 3 S* 2: sr o -." a 3 o V)». N» W o G- n> vi "a o v> n >-«ss V) o o y Mf C3 M (d ^ C/3 *0 c TJONTOH2 ANGGARAN-DASAR:

143 djalan jang sah akan meneguhkan kepertjajaan pada diri sendiri, membangunkan kemauan dan menjiarkan tentang hal kerdja sama dalam lapangan perekonomian. 2. Ko-operasi dapat djuga menjediakan barang2 Iainnja untuk didjual kepada anggota2nja, asal sadja barang2 tersebut adalah bersifat umum dan dipakai oleh anggota2nja dengan berturut2. Ko-operasi tak akan menjediakan barang2, djika lakunja barang2 itu hanja tergantung dari mode dan djuga djika hanja berhubungan dengan kehendak seorang sadja. 3. Ko-operasi dapat djuga mendjual barang2nja kepada orang2 jang bukan anggota. ekonomian. 3. Ko-operasi dapat djuga mendjual barang2nja kepada orang2 jang bukan anggota2.

144 dan pendjualan dalam hubungan ko-operasi. d. Mempertinggi mutu (kvvalitet) barang2 jang dibuat oleh para anggota.

145 USAHA MENDJALANKAN PERUSAHAAN.

146 manakah jang dikehendakinja sehingga barang2 itu dapat disediakan oleh ko-operasi. Djumlah uang jang harus dibajar untuk barang2 jang dipesan itu wadjib dibajar terlebih dulu. Tentang pembajaran tersebut anggota menerima kwitansi. 3. Tanggal 5 dari tiap2 bulan pengurus harus memesan barang2 untuk ko-operasi, dan pembelian itu harus dilakukan dengan kontan. 4. Apabila seseorang membutuhkan barang2 tidak pada waktunja, maka ia dapat membeli barang2 tersebut dengan kontan, apabila ko-operasi masih mempunjai persediaan dari barang2 itu. 5. Tiap2 anggota harus berusaha sendiri untuk mengambil barang2 tersebut dari tempatnja dikeluarkan. 6. Harga dari barang2 itu ditetapkan oleh pengurus dengan mengingat harga

147 pimpinan perusahaan sungguh2 dapat mendjalankan tugas2- nja sebagai pimpinan perusahaan. 4. Pimpinan perusahaan adalah dibawah pengawasannja pengurus perkumpulan jang bertanggung-djawab pula mengenai hal perusahaan terhadap rapat umum anggota. 5. Semua pekerdja2 perusahaan dari jang paling tinggi sampai jang terendah harus terdiri dari anggota2 perkumpulan kooperasi ini. 6. Hanja dalam hal2 jang luar biasalah pengurus dengan persetudjuan rapat anggota dapat menjimpang dari ketentuan seperti jang tersebut dalam ajat 5. anggota2nja dan tidak bertentangan dengan peraturan Pemerintah untuk mentjapai maksud tersebut diatas. 7. Membantu mempertinggi teknik perusahaan jang diselenggarakan oleh anggota2nja dalam lapangan perekonomian (pertanian peternakan, keradjinan, perdagangan, dll.). 8. Menambah pengetahuan dikalangan anggota2. d. Mengadakan lain2 usaha jang sah dan jang dipandang perlu untuk mentjapai maksud Pusat ini, dengan persetudjuan anggota2nja. e. Mengadakan dan mendjalankan pendidikan; f. Memberikan penerangan tentang hal ko-operasi dan berko-operasi. g. Memberikan bantuan dan pimpinan untuk mendirikan kooperasi2 primer Pegawai Negeri di Djakarta-Raya.

148 sadja. K c 3 p OQg yr *a p o o a O O' 3 H S S p a *+D. 3 oq 0Q p 3 i-i P S " s* p a* p c«g a P # to (R <9: I * f as i ct: D. 2 p ' * D. ELJ to pt t.. c ET 2. 1 SLc 05 3 «-. p * S* ^ n 3 a B ** tr = 3 0 TO>g *r cr «? ' i C P L O p C3 ' Pw P c' Ó 3* p P 5' ^ * 3. ar C jj tro >a P P 0p *- p a> p; w op g P >3 O* p P3 3" P 3 c ET ~ S- <* * 3 O r^ D C l co g *8 3 ^ a. o. g.. c J c p f g. p g.? ** a 3 3 «W'Sa X3 p?r Í3- &3 ns a p 09 S 3 c P CU 68 M *.a ^ w b >a 3? 2- r«2 3 o' 5 ^ r* a. re e* B 3 *» s* S b " 3 T3 n> 3 W e'? C: o i i 2. 3 >3 rt> < tz 3 S Cû c/5, to ^ w o- o o o > c /j * 3 cs o n ta u irr o 3 ó 3 -<í, O 1-1 ï C3 H C/3

149 Pasal 4. IV. KEANGGOTAAN, i) 1. Jang diterima mendjadi anggota dari perkumpulan ini hanjalah penduduk d e s a... jang kuat bekerdja, dan jang telah lunas membajar simpanan-pokok sebagaimana jang dimaksudkan dalam pasal 12 ajat Pengurus ko-operasi memutuskan permintaan dari seseorang untuk mendjadi anggota, dan dalam tempo 14 hari sesudah permintaan itu dimadjukan, maka kepada orang tersebut akan diberitahukan dengan surat mengenai pemutusannja dari pengurus. 3. Permintaan seseorang untuk mendjadi anggota diputuskan oleh pengurus. Apabila permintaannja tersebut ditolak, maka mengenai hal ini ia dapat meminta pertimbangannja rapat anggota. 4. Jang menjatakan siapa2kah jang telah masuk mendjadi anggota, dan siapa2kah jang telah mendirikan ko-operasi, dibuktikan dengan tjatatan jang terdapat dalam daftar anggota perkumpulan. 5. Keanggotaan itu tidak boleh diserahkan kepada orang lain dengan tjara apapun djuga. 6. D jika seseorang telah mendjadi anggota, maka ia tidak diperkenankan untuk mendjadi anggota dari sesuatu ko-operasi lain jang sama tudjuannja dengan ko-operasi ini. Pasal Keanggotaan hilang, sebab anggota a. meninggal dunia; b. meminta berhenti sendiri; c. diberhentikan oleh pengurus, karena ia sudah tidak mempunjai sjarat2 lagi untuk mendjadi anggota; d. dipetjat oleh pengurus, karena ia telah amat lalai dalam memenuhi kewadjibannja jang mengenai keuangannja kooperasi, ataupun karena ia telah dengan sengadja merugikan kepentingan ko-operasi. 2. Permintaan berhenti mendjadi anggota jang disebabkan oleh kepindahan keluar kota, pengurus selalu boleh mengizinkannja, i) Keterangan: Perumusan pasal2 ini hanja berlaku untuk ko-operasi2 /> I V dan Vsadja. Untuk P u sa t k o -o p e r a s i m a k a bab k e a n g g o ta a n adalah sebagai jang tertera dihalaman 148 (huruf miring). 147

150 akan tetapi dalam hal2 jang lain izin ini hanja boleh diberikan, apabila dalam triwulan jang masih berdjalan itu tidak boleh lebih dari 6 orang dalam 100-nja meminta berhenti dengan tjara jang demikian ini. 3- Anggota jang dipetjat karena hal2 tersebut pada ajat 1 sub d oleh pengurus, dalam waktu 14 hari sesudah ia menerima pemetjatan itu, dapat meminta pertimbangannja rapat umum anggota. 4. Tandanja bahwa seseorang itu berhenti mendjadi anggota, hanja dapat dibuktikan dengan tjatatan jang terdapat dalam daftar ko-operasi (daftar anggota). IV. KEAN G G OTA A N.1) Pasal Jang diterima mendjadi anggota Pusat" ini, hanja perkumpulan2 k o -o p era si... jang berkedudukan d i... dan telah d isa h k a n s e b a g a i, b a d a n hukum dan memenuhi ketentuan2 jang disebut dalam pasal 12 ajat Perkumpulan2 k o -o p era si...jang didirikan menurut Undang2 Ko-operasi, akan tetapi berhubung dengan keadaannja belum disahkan sebagai badan hukum dan belum memenuhi ketentuan2 jang disebut dalam pasal 12 ajat 1, dapat diterima sebagai tjalon anggota. 3. Tjalon anggota adalah anggota jang diperlakukan sebagai anggota biasa dalam hal kewadjiban menanggung dan menerima pembagian hasil usaha achir tahunan, ikut mengenjam kenikmatan perserikatan, dengan pengetjualian bahwa ia tidak mempunjai hak mengeluarkan suara dalam rapat2 umum anggota, maupun rapat2 lainnja. 4. Kalau dipandang perlu oleh rapat umum anggota, seorang jang ada diluar perkumpulan2 ko-operasi dapat diterima mendjadi anggota luar biasa, selama ia ini mendjabat anggota pengurus pusat ko-operasi. 5. Terhadap anggota luar biasa ini tidak diperlakukan hak2 dan kewadjiban2 anggota biasa. 6. Baginja berlaku pula larangan seperti jang tersebut dalam ajat Permintaan untuk mendjadi anggota diadjukan Pengurus Pusat" dengan tertulis jang di ampirkan dengan keputusan dari anggota perkumpulan jang bersangkutan, dimana dapat dinjatakan, bahwa permintaan ini diputuskan dalam suatu rapat jang sah. 8. Pengurus Pusat mengambil keputusan tentang diterima atau tidaknja permintaan men jaci anggota. Djika Pengurus menolak akan permintaan itu, maka Ko-operasi jang bersangkutan dapat meminta keputusan dari rapat anggota Pusat". anggofa. n * ika M W a ta t didalam daftar 10 apapun d]uga'pusat b leh dipi,'dalllcan k e lain perkumpulan dengan tjara 1L m T / f S ' h u 1- mencljadi anggota / w "» tidak boki; dengan persetudjuan Pengurus. m SQma tlld)"an"ia de"8a>' P"sat", ketjuali 148 1) dari sebuah pusat ko-operasi.

151 > Pasal H ak sebagai anggota itu hilang karena: a. permintaan sendiri; b. dikeluarkan sebagai anggota; c. perkumpulan ko-operasi jang mendjadi anggota itu dibubarkan. 2. Anggota boleh memadjukan permintaan berhenti kepada pengurus Pusat setiap waktu. Permintaan untuk keluar sebagai anggota harus diadjukan dengan tertulis. Dalam surat permintaan untuk keluar itu harus diterangkan tentang tanggal anggota minta keluar dan djuga harus dilampirkan keputusan rapat anggota perkumpulan jang mengambil keputusan tadi. 3. Anggota dikeluarkan oleh Pusat djika ia bersalah karena: a. melanggar anggaran-dasar; b. melanggar peraturan2 atau keputusan2 rapat anggota; c. berbuat barang sesuatu jang merugikan Pusat. 4. Dalam hal2 tersebut dalam ajat 3, anggota jang mendjalankan pelanggaran tadi dengan keputusan Pengurus untuk sementara menunggu keputusan Rapat Anggota didjatuhkan hukuman pemetjatan buat sementara (schorsing). 5. Empat belas hari setelah keputusan tadi didjatuhkan maka Pengurus harus mengadakan suatu rapat pemetjatan-sementara anggota2, untuk memberikan kesempatan pada para anggota untuk mengeluarkan suaranja terhadap keputusan tadi. Anggota jang didjatuhi hukuman tadi dalam rapat tersebut mempunjai hak untuk membela diri. Keputusan dalam rapat ini baru sah apabila jang hadir adalah 2/a dari semua anggotanja. Keputusan diambil dengan suara terbanjak. Panggilan untuk mengadakan rapat itu harus didampaikan sekurang2nja 7 hari sebelum rapat itu diadakan. 6. Hilangnja keanggotaan baru sah, djika telah tertjatat dalam daftar anggota Pusat, sebagai bukti tentang berhentinja sebagai anggota perkumpulan. 7. Tiap2 anggota berhak menghadiri rapat anggota dan turut bersuara dalam hal2 jang dibitjarakan dalam rapat itu, demikian pula mempunjai hak untuk memilih dan dipilih. 8. Anggota diwadjibkan menjimpan uangnja jang tidak dipergunakan dalam perusahaannja di Pusat dan anggota berhak memindjam uang dimana perlu dari Pusat, menurut aturan2 jang ditetapkan dalam rapat anggota tentang hal tersebut. V. PENGURUS. Pasal Pengurus ko-operasi terdiri dari 5 anggota, dan dipilih tiap2 tahunnja oleh anggota2, dari kalangan mereka sendiri. Anggota pengurus jang telah berhenti dapat pula dipilih kembali. 2. Rapat anggota dapat memetjat pengurus pada setiap waktu. 3. Tempat2 anggota pengurus jang lowong dapat diisi selekas2- nja oleh rapat umum. Anggota pengurus jang dipilih dalam pertengahan tahun, pada waktu rapat tahunan harus djuga meletakkan djabatannja bersama2 dengan anggota pengurus jang lain. 4. Pengurus memilih dari kalangan mereka sendiri seorang ketua, 149

152 seorang penulis dan seorang bendahara dan djika perlu seorang atau lebih jang mendjadi tukang pembeli. 5. Anggota2 pengurus sekurang2nja 1 kali dalam sebulannja mengadakan rapat, dan selain dari itu, rapat diadakan pula, apabila ketua atau 2 anggota pengurus atau pengwawas seperti jang tersebut dalam pasal 20 menganggapnja perlu. Pasal Pengurus mewakili perkumpulan didalam dan diluar pengadilan, akan tetapi dalam beberapa hal pengurus dapat memberikan kuasa kepada salah seorang anggota pengurus atau kepada seseorang atau badan jang ada diluar perkumpulan, untuk mewakili perkumpulan ini. 2. Terhadap orang luar pihak, maka jang dianggap mendjadi anggota pengurus, ialah mereka jang namanja tertjatat dalam daftar-ko-operasi. 3. Terhadap perkumpulan ko-operasi maka pengurus masing2 bertanggung-djawab atas kerusakan atau kerugian, jang ditimbulkan oleh karena ketjurangannja atau kelalaiannja pengurus, atau jang ditimbulkan oleh seorang dari anggotanja atau pegawai jang digadji oleh ko-operasi. Anggota pengurus dibebaskan dari tanggungannja, apabila ternjata bahwa ia telah berusaha untuk mentjegah kerugian jang ditimbulkan kepada ko-operasi itu ataupun ia tak dapat sedikit djuga mentjegahnja. 4. Anggota pengurus memilih dan memberhentikan semua pegawai ko-operasi, menetapkan gadji2nja dan mengatur pekerdjaan2- nja, dengan mengingat anggaran jang telah ditetapkan oleh rapat umum. 5. Anggota pengurus berhak untuk mengawasi pekerdjaan2 pegawai jang digadji oleh ko-operasi, jang mengenai keuangan serta barang2. Pasal 8. VI. PENGGANTI KERUGIAN. 1. Anggota pengurus tidak menerima gadji, akan tetapi beaja2 jang dikeluarkan oleh mereka untuk mendjalankan kewadjibannja diganti oleh perkumpulan. 2. Pegawai2 termasuk djuga pemegang-buku mendapat gadji seperti jang ditetapkan oleh pengurus dengan persetudjuannja rapat anggota. 150

153 Pasal 9. VII. RAPAT ANGGOTA. 1. Rapat anggota harus diadakan, apabila ini dipandang perlu oleh pengurus atau pengawas, ataupun apabila sekurang2nja i/5 dari djumlah anggota2 memintanja. Apabila perlu dalam tempo 14 hari sesudahnja dimasukkan permintaan untuk mengadakan rapat dan belum djuga mendapat berita dari pengurus, bahwa rapat boleh diadakan, maka orang jang memasukkan permintaan tersebut dapat mengumpulkan anggota2 untuk mengadakan rapat. 2. Pengawas berhak untuk menghadiri rapat ini, serta turut berbitjara. 3. Keputusan dalam rapat baru sah, apabila dari djumlah anggota2 ko-operasi hadir. 4. Djika sesuatu rapat anggota tidak dapat diadakan, oleh karena banjaknja anggota jang hadir tidak memenuhi ketentuan jang ditetapkan tadi, maka sekurang2nja 3 hari sesudah itu dapat diadakan rapat jang kedua, rapat mana kemudian dianggap sah dan dapat mengambil sesuatu keputusan, meskipun anggota jang menghadirinja adalah kurang dari apa jang telah ditentukan dalam ajat jang lalu. 5. Untuk membubarkan ko-operasi atau merubah anggarandasarnja;, maka rapat dapat mengambil keputusan, apabila % dari djumlahnja anggota turut menghadirinja dan sekurang2- nja 2/3 dari mereka telah menjetudjuinja. 6. Dalam rapat anggota tiap2 anggota mempunjai satu suara; anggota jang tidak datang tidak boleh diwakili. Bila dalam rapat terdapat imbangan suara jang sama banjaknja, jaitu dari jang setudju atau tidak, maka dalam keadaan jang demikian apabila mengenai hal untuk memutuskan suatu urusan kebendaan, usul itu ditolak. Dan apabila mengenai hal untuk memutuskan suatu perkara orang dan suara jang menolak dan jang setudju adalah sama banjaknja, maka hal ini diputuskan dengan setjara undian. 7. Keputusan2 jang diambil oleh rapat anggota jang sah, wadjib diturut oleh semua anggota. 8. Segala keputusan rapat anggota harus ditjatat dalam sebuah daftar dan ditanda-tangani oleh anggota2 pengurus jang hadir. Pasal 10. Tiap2 tahun 3 bulan setelah dilakukan penutupan buku per- 151

154 kumpulan harus mengadakan rapat-tahunan untuk memperbintjangkan; a. lapuran2-pemeriksaan dalam tahun jang baru lalu; b. rentjana pengeluaran dan penerimaan dalam tahun jang berdjalan; c. memilih anggota2 pengurus dan anggota2 komisi; d. neratja dan perhitungan rugi-laba dari tahun jang baru lalu; e. mempergunakan bagian2 dari sisa perusahaan jang perlu ditetapkan oleh rapat-tahunan; f. hal2 lain jang perlu diambil keputusannja oleh rapat-tahunan. VIII. MODAL PERUSAHAAN, i) * Pasal 11. Ko-operasi mendjalankan perusahaan dengan uang simpananpokok, -wadjib, dan -manasuka, tjadangan, pindjaman dan keuntungan jang tak disangka2. 1. Djika ko-operasi akan memindjam uang dari badan atau orang lain, maka perlulah keputusan diambil oleh rapat umum dan djika dengan adanja suatu pindjaman,, djumlah semua pindjaman dari luar mendjadi lebih besar dari 25 % dari modal perusahaan, maka haruslah diminta pertimbangannja pengawas. 2. Semua uang jang tidak digunakan untuk perusahaan atau jang ditahan sebagai uang kas, atas nama ko-operasi uang itu disimpan pada B.R.I., Kantor Tabungan Pos atau pada suatu bank jang ditundjuk oleh pengawas, dengan ketentuan, bahwa uang simpanan itu dapat diminta kembali pada setiap waktu. i) Keterangan: Perumusan pasal ini hanja berlaku untuk ko-operasi I, II, III, IV dan V sadja. Untuk Ko-operasi Pusat pasal ini berbunji sebagai berikut: Pasal M odal perusahaan Pusat" terdiri dari: a. simpanan-pokok, jang besarnja 25% dari simpanan-pokok jang masuk pada ko-operasi2 primer. b. simpanan-wadjib; c. simpanan-manasuka; d. simpanan dari orang atau badan lain; e. kekajaan bersih; f. lain2 tundjangan dan keuntungan jang tidak tersangka. 2. Rapat anggota menetapkan berapa uang sebanjakhija disimpan dalam kas Pusat, djika pada sesuatu waktu uang jang ada didalam kas melebihi ketentuan tersebut, maka kelebihannja disimpan atas nama perkumpulan pada salah satu bank atau badan lain jang ditundjuk oleh pengawas. 3. Uang simpanan Pusat itu hanja dapat diambil kembali dengan tanda penerimaan jang ditanda-tangani oleh sekurang2nja 2 anggota pengurus. 152

155 IX. SIMPANAN-POKOK DAN SIMPANAN LAINNJA. Pasal Tiap2 anggota diwadjibkan menjimpan simpanan-pokok atas namanja sebesar Rp... (... Rupiah) kepada perkumpulan. Simpanan itu harus dibajar dengan sekaligus dan apabila menurut pertimbangan pengurus tjalon anggota tadi tidak dapat membajarnja dengan sekaligus, maka pengurus dapat memberikan kelonggaran kepadanja untuk membajarnja dengan berangsur2 dalam waktu jang tertentu. 2. Jang dinamakan simpanan-wadjib itu adalah simpanan lainnja jang besarnja Rp... (... Rupiah) dan harus dibajar dalam waktu jang tertentu. (1 minggu, 1 bulan). 3. Simpanan-pokok dan simpanan-wadjib tidak dapat diminta kembali selama jang mempunjai itu masih mendjadi anggota. 4. Seorang tjalon anggota jang mengundurkan diri untuk masuk mendjadi anggota, dapat menerima kembali uang jang sudah disimpan atas namanja. 5. Selama simpanan-pokok belum lunas, maka anggota itu tidak mempunjai hak suara. Dalam hal2 jang lainnja, maka hak dan kewadjibannja tidaklah dikurangi atau ditambah. 6. Keuntungan jang akan dibagikan untuk simpanan, tidak boleh lebih dari 8 % dari djumlah jang disimpan. 7. Selain dari apa jang telah ditentukan diatas ini, maka tiap2 anggota diberikan kesempatan untuk menjimpan uang menurut kehendaknja sendiri. Simpanan jang sematjam ini dinamakan simpanan-manasuka. 8. Simpanan-manasuka dapat dikembalikan menurut perdjandjian/ peraturan chusus. Pasal 13. Apabila seorang berhenti sebagai anggota, maka uang simpanannja dapat dikembalikan menurut ketentuan2 seperti jang dibawah ini: a. apabila anggota meninggal dunia, maka djika keadaan kas, menurut pertimbangan pengawas mengizinkan, haruslah seluruhnja, ketjuali simpanan deposito dikembalikan kepada ahliwarisnja selambat2nja dalam tempo 1 bulan; b. apabila anggota berhenti menurut pasal 5 ajat 1 a dan b, maka dari djumlahnja simpanan-pokok dan simpanan-wadjib dalam tempo sebulan sesudahnja diadakan rapat-tahunan, simpanan 153

156 wadjib akan diberikan kepadanja, sesudahnja dipotong dengan djumlah jang ia harus bajar untuk menutup kerugian jang mungkin ada dalam tahun-buku, tatkala ia berhenti sebagai anggota. c. bila anggota dipetjat, maka uang simpanan-pokok mendjadi milik perkumpulan, bahkan pengembalian uang simpanan lainnja diperhitungkan terlebih dulu dengan segala kerugian jang ditimbulkan karena perbuatannja anggota jang bersangkutan. Dan djika masih ada sisanja, maka rapat-tahunan anggota mengambil keputusan untuk menjerahkan kembali sisa djumlah simpanan tadi kepadanja. Penjerahan sisa ini dilakukan dalam waktu 1 bulan sesudahnja diadakan rapat-tahunan. i) i) Keterangan: Apabila-anggaran-dasar ini dibuat pula untuk Ko-operasi simpanpindjam, maka perlu kiranja tambahan pasal, chusus hal,,pindjaman" jang berbunji demikian: PINDJAMAN. Pasal Pindjaman hanja boleh diberikan kepada anggota perkumpulan sadja menurut sjavat j o. n g ditetapkan dala?7i rapat anggota. 2. Selain daripada daftar perkumpulan harus ada pula satu daftar anggota jang menerangkan hasil pendapatan kekajaannja dan djumlah uang jang boleh dipindjamkan kepadanja, menurut putusan jang telah ditentukan dalam rapat anggota. 3. Daftar ini pada setiap tahun harus dibenarkan lagi oleh rapat-tahunan. 4. Pengurus dikuasakan memberi pindjaman dan mengatur segala perdjandjian tiap2 P, ir!. j an]a7, 1 Uu' Se^ umtlja memberi pindjaman pengurus harus memeriksa terlebih du u, agar supaja pindjaman tidak digunakan untuk keperluan jang tidak berfaedah. 5. Anggota2 jang sudah memindjam dari perkumpulan harus berdjandji pula: a. ia tidak akan memindjam uang, selain daripada perkumpulan; b. tanah, rumah dan tanaman2nja, tak boleh digadaikannja selain daripada perkumpulan atau badan2 jang memberi pindjaman kepada perkumpulan itu; c. sementara ia mempunjai pindjaman pada perkumpulan, maka tak boleh ia mencljual barang2 kepunjaannja dengan tidak seizin pengurus perkumpulan; d. dia harus memberitahukan kepada perkumpulan tentang tiap perubahan harta kekajaannja. 6' V apl t>indja, n JanS diberikan oleh perkumpulan harus dengan segera diminta kembali, apabila; a. sipemindjam itu berhenti mendjadi anggota perkumpulan atau hilang kekuasaannja atas harta kekajaannja. b Hintlhknn mem!nta MUissemennja sipemindjam atau djika padanja didjatuhkan hukuman hingga barang2nja dibeslag oleh hakim, atau djika ia ada dalam gijzehng atau ia dihukum dipendjara. c. ^ a.. '? ja^ r ftlcm^ajar angsuran pindjaman jang sudah ditetapkan waktunja tad,, ketjuali bila m mendapat persetudjuan dari pengurus. d. i a sipeminc jam melanggar perdjandjiannja sebagaimana tersebut dalam ajat 5 pasal ini. C. bila badan jang memberi pindjaman pada perkumpulan tak suka lagi meneruskan pindjaman itu. f. kalau perkumpulan ko-operasi ini dibubarkan. 154

157 Pasal 14. X. URUSAN BUKU. 1. Urusan buku perkumpulan ini dilakukan menurut tjontoh2 danpetundjuk2 jang diberikan oleh Kepala Djawatan Ko-operasi atau oleh seseorang atau sebuah badan jang diberi kekuasaan oleh Kepala Djawatan tadi untuk mengawasi perkumpulan ini. 2. Apabila menurut pertimbangannja rapat anggota, tidak seorangpun diantara anggota2 perkumpulan jang sanggup dan suka mengerdjakan pekerdjaan urusan buku itu dan rapatpun tidak dapat mentjari orang untuk keperluan tersebut, maka urusan buku itu diserahkan kepada seorang ahli buku jang ditundjuk oleh pengawas. XI. TAHUN BUKU. Pasal 15. Tahun-buku ko-operasi itu berdjalan dari tanggal 1 Djanuari sampai dengan 31 Desember. XII. KEADAAN TERBUKA. Pasal 16. \ 1. Tiap2 orang berhak selama kantor ko-operasi dibuka, me i a dengan tidak membajar apa2 semua akte pendirian dan djuga akte2 jang mengenai perubahan2 anggaran-dasar,^ dan o e pula dengan ongkosnja sendiri menjalin atau memetik sura i u. 2. Tiap2 orang jang berkepentingan berhak selama kantor kooperasi dibuka, membatja dengan tidak membajar apa a ar ko-operasi, neratja-tahunan serta lapuran- pengawasan an boleh pula dengan ongkosnja sendiri menjalin dan men&am petikan dari surat2 itu. XIII. PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN. Pasal 17. Perkumpulan ko-operasi ini mengaku berlindung dibawah pengawasan Kepala Djawatan Ko-operasi atau dibawah orang a au badan jang ditundjuk oleh Kepala Djawatan itu untuk mendjalankan pengawasan, jang selandjutnja disebut pengawas. Pasal 18.,2 1. Perkumpulan diperiksa pada waktunja dalam hal uang, sura jang berharga, pembukuan dan bagaimana pengurus mengatur dan mendjalankan perusahaan perkumpulan. 155

158 2. Untuk, mendjalankan segala pekerdjaan tersebut pada ajat 1, maka oleh rapat anggota tiap2 tahun dibentuk Badan Pemeriksa jang terdiri sekurang2nja atas 2 orang anggota perkumpulan jang bukan anggota pengurus. 3. Badan pemeriksa ini haruslah mendjalankan pemeriksaan sekurang2nja tiga bulan sekali, dan segala hasil pemeriksaan itu ditulis dalam sebuah laporan jang dikirimkan kepada pengurus untuk disampaikan kepada anggota dan salinannja kepada pengawas. 4. Bila menurut pertimbangan pengawas pemeriksaan jang oleh Badan pemeriksa telah diadjukan atau didjalankan itu tidak memenuhi kehendak aturan2 jang sudah ditetapkan, lagi pula bila kebanjakan anggota pengurus atau i/3 dari djumlah banjaknja anggota atau salah satu kreditur meminta dengan surat, maka pengawas berkuasa menundjuk satu atau dua orang ahli buku atau memeriksa perkumpulan itu. Ongkos2 pemeriksaan jang didjalankan atas permintaan salah satu kreditur ditanggung olehnja, dan jang didjalankan atas kehendak pengawas atau atas permintaan pengurus atau anggota2 ditanggung oleh perkumpulan. 5. Segala pendapat pemeriksaan itu haruslah ditulis dalam sebuah laporan kepada perkumpulan dan kepada pengawas. Pasal Pengurus perkumpulan diwadjibkan memberi kesempatan kepada pengawas dan djuga kepada pemeriksa untuk memeriksa pekerdjaan dan buku2 dan surat2 berharga dan surat2 lainnja, serta uang jang ada pada perkumpulan. 2. Pengawas berkuasa mengadakan rapat pengurus atau rapat anggota, menetapkan atjara rapat serta menghadiri rapat dan turut berbitjara. 3. Pengawas dan pemeriksa diwadjibkan merahasiakan segala hasil pengawasan dan pemeriksaannja terhadap orang luar. Pasal 20. XIV. KEWADJIBAN MENANGGUNG. 1. D jika pada waktu ko-operasi dibubarkan, ternjata bahwa kekajaan ko-operasi tidak tjukup untuk menjelesaikan segala hutang dan perdjandjiannja maka terhadap orang jang diberi tugas oleh Kepala Djawatan Ko-operasi untuk menjelesaikan pembubaran tersebut, semua anggota harus menanggung kekurangan2 itu, masing2 sama banjaknja. 156

159 CSebagai suatu pengetjualian kalimat ini dapat ditambah dengan:... akan tetapi dengan tidak melebihi uang simpanan-pokok. Djikalau ada tambahan demikian ini, maka perkumpulan tadi tidak boleh terdiri dari anggota2 jang kebanjakan terdiri dari petani2 dan djuga sesuatu ko-operasi sebagai anggotanja.) 2. Kewadjiban menanggung itu berlaku untuk semua orang jang pada waktu Kepala Djawatan Ko-operasi mengumumkan putusannja mengenai pembubarannja perkumpulan tersebut masih mendjadi anggota, atau keluar sebagai anggota setelah dimulainja tahun-buku jang mendahului tahun-buku pembubaran itu. 3. Anggota jang telah keluar tidak menanggung hutang perkumpulan jang terdjadi setelah ia keluar sebagai anggota. 4. Apabila seorang atau lebih diantara anggota2 atau bekas anggota ini diharuskan djuga membajar kekurangannja, maka masing2 haruslah membajar sama djuga besarnja. Hal ini ditetapkan oleh penjelesai. Orang2 jang harus menanggung tadi adalah berkewadjiban untuk membajar dengan segera djumlah jang mendjadi tanggungannja ditambah dengan sebanjak2nja limapuluh per seratus daripada djumlah tersebut menurut pertimbangannja penjelesai, agar supaja untuk sementara dapat menenuhi kewadjibannja. 5. Apabila pada sesuatu tahun-buku perkumpulan mendapat kerugian, maka rapat anggota dapat memutuskan untuk tetap melandjutkan usaha perkumpulan dengan mengharuskan ang gota2 membajar sebagian atau seluruh kerugian jang diderita dalam tahun-buku jang telah lalu itu, masing2 sama banja nja. XV. SISA PERUSAHAAN, i) Pasal Sisa perusahaan itu adalah segala penerimaan dalam tahunbuku jang lalu, sesudahnja dikurangi dengan beaja2 an onto kos2 dan djuga karena perhitungan penjusutan barang-. 2. Dari barang2 jang tetap dan terangkat pada tiap2 tahun harganja harus dikurangi dengan susutnja harga dari barang2 ersebut, akan tetapi untuk barang2 jang terangkat tidak boleh 3. kurang dari 10 % dari harga asal. Waktu menghitung harganja dari barang2 dagangan jang aaa, maka harga itu disamakan dengan pokoknja, ketjuali apabila O untuk Ko-operasi Desa harap kiper hatikan uraian pada halaman 205 dsl. 157

160 harga pasar pada achir tahun itu adalah lebih murah, djika demikian halnja maka harga dari barang2 dagangan disamakan dengan harga pasar pada waktu itu. i) 4. Barang2 dagangan jang harganja turun, atau oleh karena hal lain tidak dapat didjual dengan harga jang telah ditetapkan, maka harganja haruslah ditaksir dengan sepantasnja. 2) 5. Sisa perusahaan itu dibagi2 sebagi berikut: a. 25 % buat kekajaan bersih; uang ini tetap disediakan untuk ko-operasi dan tidak boleh dibagikan kepada anggota, dan dapat digunakan sebagai modal perusahaan. Djika uang itu tidak dipakai untuk modal perusahaan, maka uang itu harus disimpan diluar perusahaan, jaitu disesuatu bank dengan ketentuan bahwa uang itu sewaktu2 diminta kembali. b. 30 % untuk anggota2 menurut perbandingan djasa; c. 20 % untuk anggota2 jang menjimpan; (djasa modal tidak boleh melebihi 8 % dari uang jang disimpan; apabila ternjata didapat kelebihan, maka kelebihan ini dimasukkan tjadangan.) d. 10 % untuk pengurus ko-operasi; e. 5 % untuk dana pendidikan (ko-operasi);,/. 10 % untuk dana sosial; 6. Uang tjadangan atau kekajaan bersih perkumpulan tidak boleh dibagi2kan kepada anggota selama perkumpulan berdiri. Pasal 22. Pada waktu ko-operasi dibubarkan, maka kelebihan sisa perusahaan itu tidak diberikan anggota2, melainkan dipergunakan untuk menundjang perkumpulan jang lain jang sama djuga wudjudnja atau tudjuannja dengan ko-operasi ini, sebagaimana telah ditentukan oleh rapat anggota. Pasal 23. XVI. PERSELISIHAN. 1. Pengurus perkumpulan harus berusaha supaja segala sesuatu keperfaan e w &. CiWSUS mtuic dimuat dalamanggaran-dasar suatu ko-operasi ) Keterangan. Chusus untuk dimuat dalamanggaran-dasar suatu ko-operasi keperluan sehari2. 158

161 jang dapat menimbulkan perselisihan antara anggota2 satu sama lainnja didjauhkan dan dilenjapkan. 2. Perselisihan jang hanja mengenai kepentingan perkumpulan ini sadja, atau perselisihan jang mengenai anggota dan kepentingan perkumpulan sedapat2nja hendaklah diselesaikan oleh pengurus dengan djalan damai dengan tidak menjebelah kepada salah satu pihak. Pasal 24. XVII. HAL MEMBUBARKANNJA. 1. Apabila perkumpulan ini dibubarkan baik atas permintaannja rapat anggota ataupun atas keputusan Kepala Djawatan Kooperasi berdasarkan pendapatan pemeriksaan bahwa keadaan perkumpulan adalah demikian rupa sehingga perkumpulan ini seharusnja dibubarkan, maka perkumpulan hanja tinggal hidup lagi selama perlu untuk penjelesaian. 2. Apabila perlu, Kepala Djawatan Ko-operasi akan mengangkat orang jang menjelesaikan dan ia mempunjai segala hak pengurus dan hak-rapat-anggota dan lagi pula berhak untuk: a. menanggil anggota dan bekas anggota seorang demi seorang ataupun mengadakan rapat bersama2; b. menetapkan tanggungan uang jang harus dibajar oleh anggota atau bekas anggota dalam batas tanggunggannja seperti jang tersebut dalam pasal 21; c. menetapkan besarnja beaja penjelesaian dan oleh siapakah dan menurut perbandingkan apakah biaja ini harus dibajar; d. mempergunakan kelebihan kekajaan ko-operasi menurut putusannja apabila memang ternjata masih ada sisa kekajaan, dan mempergunakan buku2 dan arsip2 ko-operasi itu menurut pendapatnja jang sebaik2nja. 3. Pembajaran beaja penjelesaian itu didahulukan daripada pembajaran hutang2 lainnja. XVIII. PERATURAN CHUSUS. Pasal 25. Hal2 lain jang tidak ditentukan dalam anggaran-dasar ini akan ditetapkan dalam peraturan chusus jang disahkan oleh rapat anggota dan tidak bertentangan dengan anggaran-dasar ini. 159

162 Pasal 26. XIX. MENGUMUMKAN ANGGARAN-DASAR. Pengurus perkumpulan ini berusaha supaja bunji dan isi anggaran-dasar diberitahukan kepada segenap anggota2 dan kepada chalajak ramai. III. TENTANG TIGA MATJAM POKOK. 1. Ko-operasi primer. Setelah dalam halaman2 jang lalu diterangkan bagaimanakah kiranja isi suatu anggaran-dasar sesuatu perkumpulan ko-operasi, maka dalam halaman2 berikut ini akan chusus dibentangkan hal2 jang mengenai ko-operasi2 primer dan ko-operasi pusat. Dengan uraian2 ini mudah-mudahan dapatlah mereka jang hendak mendirikan ko-operasi mengikuti dan menjelidiki seperlunja sehingga tidak akan menimbulkan keketjewaan kelak. Sebagaimana telah diterangkan oleh gerakan ko-operasi umumnja dikenal dua bentuk perkumpulan ko-operasi. Ke-1. Ko-operasi primer: jang anggota2nja terdiri dari orang2 biasa. Ke-2. Ko-operasi pusat jang anggota2nja terdiri atas perkumpulan2 ko-operasi. Ketentuan demikian itu didapat pula di Indonesia berdasarkan ketentuan dalam undang2 L.N no. 179 Bab I, pasal Ko-operasi primer lazimnja dibagi menurut pokok usaha jang didjalankannja dalam tiga matjam lagi, jaitu: <nj perkreditan: ko-operasi simpan pindjam; '6- P5 akaian bahan2. keperluan sehari2: ko-operasi konsumsi;,c.> penghasilan benda mentah^dan matang: ko-operasi produksi. Ko-operasi desa jang nanti akan diterangkan pula pada halaman 200, merupakan suatu ko-operasi primer jang istimewa. Kooperasi desa itu adalah suatu ko-operasi multi-purpose lain dari pada ko-operasi primer lainnja jang dapat dikatakan single-purpose. Pada hakekatnja ko-operasi desa merupakan suatu pemusatan tenaga-pimpinan, jaitu karena kurangnja tenaga2 didesa jang dapat mendjalankan pimpinan perkumpulan2 jang terpisah menurut usaha2 pokok. 160

163 a. Usaha po ko k perkreditan. (1) Ko-operasi2 demikian ini dinamakan Ko-operasi simpanpindjam. Tentang Ko-operasi-matjam ini pada garis besarnja telah diterangkan pada halaman 114 dst. Telah dimaklumi bahwa ko-operasi2 sematjam ini adalah gerakan jang terbaik sekali untuk memperbaiki taraf penghidupan rakjat, jaitu terutama untuk rakjat jang hidupnja dari hasilagraria. Petani2 di bagian manapun djuga di dunia selalu akan menghadapi kekurangan modal untuk mendjalankan usaha2 pertanian. Petani2 adalah golongan rakjat jang masa kesibukan bekerdjanja hanja meliputi sebagian sadja dari waktu dalam tiap2 tahunnja. Dalam bagian waktu lainnja dari setahun itu ia akan mendjalankan pekerdjaan lain, baik untuk mengisi waktu, maupun untuk mentjari penambahan nafkah. Selain daripada itu, petani2 baru dapat menerima hasil d jerih pajahnja, setelah apa jang ia tanam itu dapat dipungut hasilnja dan didjual. Sepandjang waktu itu pula, maka untuk penghidupannja sehari2 ia membutuhkan beaja. Ia tentu akan berhutang kepada orang2 jang kaja atau melakukan pekerdjaan diluar lapangan pertanian. Jang terachir ini mungkin ia lakukan setelah pekerdjaannja d is a w a h -la d a n g n ja te'ah selesai. Pada masa ia mengerdjakan sawah dan ladangnja maka.a memindjam uang sekedarnja untuk dapat mempertahankan h.dupnja dan untuk hal ini ia mendjadikan apa jang akan dihasilkan oleh tanahnja sebagai perbuatan2 memindjam m., maka tidak djaranglah petani jang terdjerumus dalam lembah hutang jang olehnja sukar untuk diatasinja... Untuk dapat memberikan pertolongan kepada mereka, maka diandjurkanlah untuk mendirikan perkumpulan2 ko-operas. jang akan dapat menolong petani2 tersebut dengan memberikan kred.t kepada mereka setjara murah dan mudah, dengan tidak mempergunakan sjarat djaminan jang berat. ^ Usaha kearah ini telah dipelopori oleh Fnedench Wilhelm Raiffeisen ) berpendirian bahwa bantuan jang dibutuiikan untuk golongan petani itu haruslah keluar pula d a n golongan itu sendiri. Dan berdasarkan hal ini, maka olehnja telah diandjurkan adanja perkumpulan2 jang didirikan dengan azas saling membantu. Misalnja jaitu dengan tjara kerdja-sama jang erat dalam hal mengusahakan pemberian pindjaman pada sesama anggotanja dengan sjarat2 jang mudah dan murah, dan oleh karena KAMARALSJAH - Ko-operasi

164 hal ini, maka petani2 jang berkumpul itu akan mendapat kesempatan untuk memindjam uang untuk dapat mengatasi segala kesukaran2 pada waktu ia membutuhkan sekali sedikit uang untuk membeajai hidupnja. Keadaan jang sedemikian ini tentu ia alamkan pada musim dimana tanamannja masih belum dapat ditukar dengan barang2 jang dipakainja untuk memenuhi kebutuhan hidupnja, misalnja kalau tanamannja masih hidjau-menghidjau diladang atau disawahnja. Dan bukankah ia harus hidup pula dalam musim jang demikian? Disamping itu ia harus dilindungi pula terhadap tipumuslihat dari lintah2 darat jang tudjuannja ialah bermaksud d jahat. Dasar ko-operasi jang berpendirian Bantulah dirimu sendiri dengan kekuatanmu sendiri dengan djalan menggabungkan tenaga jang erat dan setia terhimpun dalam ikatan kerdja-sama jang baik, haruslah dilaksanakan untuk kepentingannja rakjat petani, jaitu umumnja rakjat ketjil jang lemah perekonomiannja. Perdjuangan ekonomi negara dalam hal ini djuga ikut serta dipengaruhi. Kalau pengaruh luar negeri dibiarkan sadja untuk bersaingan sekehendaknja sendiri dengan kekuatan ekonominja jang makin hari makin meningkat, sedangkan kita lupa untuk menghimpunkan kekuatan2 diantara rakjat sendiri, maka rakjat dan negara kita tentu akan terseret kelembah kesengsaraan. Lebih2 kalau peralatan keuangan negara dengan sistim bank2nja masih ada pada taraf perkembangan jang rendah, dan belum dapat dikatakan sempurna. Keadaan jang demikian inilah jang menghendaki penghimpunan kekuatan2 jang ada pada kita. Dikalangan petani2 dan rakjat jang ketjillah harus terlebih dulu dimulainja dengan pembentukan kooperasi kredit, ko-operasi simpan-pindjam dengan uangnja para anggota2 peserta sendiri. Ini berarti bahwa antara para anggota terdapat hubungan jang njata dan bersendikan kebendaan (zakelijk), dan djustru oleh karena inilah maka tentu tidak boleh dilupakan persoalan2 jang mengenai kewadjiban menanggung dari para anggota2 perkumpulan terhadap perkumpulannja. Mereka itu harus saling bertanggung-djawab mengenai hal usaha jang dikerdjakan atas dasar kerdja-sama dan saling pertjaja-mempertjajai. Oleh karena perkumpulan ini bermaksud menolong para anggota2 n j a, maka sudah barang tentu segala usaha jang mengandung sifat2 spekulatip, sifat mempertaruhkan pada kemungkinan2 akan mendapat keuntungan jang mendadak besar, haruslah didjauhkan. 162

165 Semua usaha harus mempunjai sifat lambat dikedjar, tetapi sungguh akan didapat. Keamanan harta harus didjaga benar2. Kewadjiban menanggung jang disinggung tadi, untuk perkumpulan ko-operasi jang sebagian besar terdiri atas petani2 atau orang2 jang pentjahariannja tergantung dari usaha2 pertanian, adalah tidak terbatas. (pasal 27 L.N no. 179; lihat LAM PIRAN). Karena perkumpulan ko-operasi ini adalah suatu usaha untuk kepentingan bersama, maka sesuai dengan banjaknja hak dari para anggota2 maka haruslah sebanjak itu pula ada kewadjiban dari anggota2 tadi terhadap perkumpulannja dan anggota2 sesama anggota. Dengan adanja ketentuan2 jang demikian, maka kemerdekaan jang didjundjung tinggi oleh tjita2 ko-operasi akan sungguh terwudjud demi kepentingan bersama. Hal2 demikian ini memang sudah pada tempatnja, sebab andaikata antara hak dan kewadjiban tidak terdapat imbangan jang sungguh2, maka keadaan ini tak mungkin dapat dipertahankan lama2 karena kalau dipertahankan djuga tentu perkumpulan akan mendjumpai keadaan jang tidak lagi dapat dipertanggung djawabkan. Hal2 jang demikian ini semua akan kita djumpai dalam anggaran-dasar dari tiap2 ko-operasi, baik jang bekerdja dilapangan perkreditan, dilapangan produksi ataupun dilapangan konsumsi. Tentu maklumlah sudah, bahwa kesetiaan itu adalah mendjadi tulang-punggungnja dari usaha2 jang didjalankan setjara kooperatip. (2) Kini akan kami bentangkan dengan sekedarnja keterangan2 tentang ko-operasi simpan-pindjam. Pentingnja ko-operasi ini sebagai suatu pangkal segala usaha pembangunan dari rakjat jang lemah adalah tidak terhingga besarnja. Dimasa ekonomi kapital ini, maka arti modal kapital tidaklah dapat dihilangkan dan pula tidaklah dapat dianggap ketjil artinja. Semasa kapitalisme belum djuga lenjap, maka semasa ini pula akan diperhatikan arti modal dalam mendjalankan usaha2 dilapangan perekonomian. Terutama bagi mereka jang keadaan ekonominja lemah, maka tentang modal harus mendapat perhatian jang tjukup. Ko-operasi2 jang didirikan oleh silemah dan untuk kepentingan silemah, tidak boleh melupakan modal usaha ini. Dalam usaha2 ini maka hendaknja djanganlah dilupakan, bahwa ko-operasi simpan-pindjam memegang peranan jang penting sekali. Ko-operasi simpan-pindjam itu adalah suatu usaha pokok bagi silemah untuk dapat menghimpunkan modal sebaik2nja. Modal ini kemudian dapat dipergunakan untuk memba- 163

166 ngun usaha2 ekonomi lainnja jang akan bermanfaat pula bagi kemadjuan penghidupannja, pula dapat dipergunakan untuk mempertahankan diri terhadap segala tipu-muslihat dari golongan2 jang kuat keadaan ekonominja. Pentingnja ko-operasi simpan-pindjam sebagai pangkal permulaan usaha itu, ialah untuk kelak, jaitu apabila sudah kuat keadaannja, dapat memberikan modal permulaan jang dibutuhkan untuk pembangunan usaha2 lainnja. Kemungkinan ini mudah dapat dilaksanakan, mengingat kenjataan bahwa diantara anggota2 jang tergabung dalam ko-operasi simpan-pindjam ini adalah tergolong pelbagai matjam golongan2 masjarakat. Diantara anggota2nja misalnja ada jang termasuk golongan2 pengusaha2 ketjil jang ingin dapat melebarkan sajapnja, atau golongan2 pemakai jang ingin mendapatkan bahan2 keperluannja dengan setjara mudah dan murah. Arti ko-operasi simpan-pindjam jang mereka dirikan bersama2 ini bagi kemadjuan hidupnja adalah sangat penting. Melalui ko-operasi primer simpan-pindjam dapatlah ditjapai sesuatu pemusatan modal nasional jang tidak terhingga besarnja. Kekuatan dapat dipupuk. Oleh karena hal jang demikian, maka sudah semendjak F. W. Raiffeisen telah diandjurkan untuk membangun ko-operasi2 sematjam ini. Schulze-Delitzsch pula menginsjafi benar2 arti ko-operasi sematjam ini, sehingga ia dapat memberikan suatu sistim ko-operasi kepada golongan2 silemah jang hidup diantara dunianja kaum pedagang2 menengah, sehingga sistim ini dapat memberikan daja baru untuk membangunkan pribadi ekonomi dari golongan2 jang lemah. Perbedaan2 jang ada diantara kedua sistim Raiffeisen dan Schulze-Delitzsch itu ialah: (J ) Jang pertama mengenal keanggotaan jang tidak terbatas, dan jang kedua terbatas, hingga dalam akte jang tertentu dapat ditentukan besarnja usaha; karena terbatasnja maka djuga bentuk usahanja dapat pula dirobah mendjadi suatu usaha berbentuk N.V. (perseroan terbatas). 2. Perbedaan pada dasarnja ialah, bahwa sistim Raiffeisen adalah lebih banjak mendekati permodalan demokrasi daripada sistim Schulze-Delitzsch. Pada permulaan dasar2 bekerdjanja sistim terachir ini sudah lebih banjak mendjalankan azas2 usaha sesuatu usaha perseroan, dan tidak demikianlah halnja dengan Raiffeisen. 3. Lapangan usahanjapun berbeda. Raiffeisen bergerak terutama dilapangan usaha2 petani2 dan Schulze-Delitzsch dilapangan usaha kaum perniagaan menengah, jang masing2 tentu mempunjai kepentingan2nja sendiri2. 164

167 Kini kami akan kembali kepada pangkal pembitjaraan kami jaitu tentang pentingnja ko-operasi simpan-pindjam bagi perkembangan pembangunan perekonomian rakjat Indonesia. Apabila modal telah terhimpun, dan anggota2nja telah dapat memperbaiki hidupnja, maka timbullah pertanjaan hanja sampai disinikah usaha ko-operasi? Djawaban jang harus diberi ialah, tidak! Karena apabila ko-operasi simpan-pindjam telah sampai ditingkatan jang sedemikian ia mempunjai tugas jang luas lagi. Kalau pada ko-operasi desa telah dimulai pada permulaannja dengan niat untuk membentuk bagian2 jang akan dapat memberikan dorongan hidup bagi rakjat anggota2nja untuk menjempurnakan usaha2nja, maka dengan adanja ko-operasi simpan-pindjam baru apabila ko-operasi telah meningkat ketingkatan jang tinggi dan telah mentjukupi kebutuhan2nja para anggota2, maka barulah dapat dipikirkan lebih landjut hal jang mengenai perluasan usaha jang chusus ditudjukan untuk perbaikan dan penjempurnaan perkembangan usaha2 jang diselenggarakan oleh segolongan2 anggota2nja. Apabila tingkatan ini telah ditjapai, maka ko-operasi simpan-pindjam kemudian berusaha membangun bagian2 lainnja, atau membantu bangunnja ko-operasi2 primer lainnja; hal2 ini semuanja adalah chusus untuk kemanfaatannja dari golongan2 jang terdapat diantara anggota2 jang terhimpun dalamnja. Untuk djelasnja maka dibawah ini dilukiskan bagaimana duduknja hubungan2 jang kemudian akan terdjadi. Hubungan2 ini adalah 165

168 merupakan suatu rangkaian hubungan jang dapat membawa kemanfaatan dan kemadjuan perekonomian bagi para anggota2nja. Gambar disebelah melukiskan bagaimanakah tjara2nja untuk dapat menjusun hubungan2 antara ko-operasi simpan-pindjam dengan bagian2 lainnja dari tjabang2 perekonomian rakjat Indonesia. Djelaslah sudah kiranja, bahwa dengan adanja suatu gerakan ko-operasi simpan-pindjam jang kuat, maka dapatlah modal jang terpendam pada rakjat, ditarik pula kedalam peredaran ekonomi masjarakat Indonesia. Karena kesentosaannja dan karena dapat memberikan djaminan jang tjukup, maka ko-operasi simpan-pindjam dapat memindjam modal tambahan; modal ini pula dapat disalurkan kepada usaha2 anggota2nja jang dilakukan dengan ko-operasi2 lainnja atau dengan bentuk bagian2 dari ko-operasi simpan-pindjam sendiri. Dengan tjara pembagian perekonomian jang demikian dapatlah diusahakan akan tertjapainja: Indonesia jang makmur dan sedjahtera, dan tidak hanja dalam chajal sadja, akan tetapi dibuktikan pula. Usaha2 ko-operasi tentu dapat memberikan kepuasan pada segala kebutuhan rakjat dan masjarakat Indonesia. Dalam rangka telah djelas nampak, bahwa jang diutamakan ialah pembangunan usaha2 jang telah diselenggarakan oleh anggota 2 ko-operasi simpan-pindjam. Dengan bantuan ko-operasi simpan-pindjam sebagai induk permodalan, maka usaha2 tadi dapatlah dihimpun dan disempurnakan sehingga untuk anggota2 jang terhimpun dalamnja akan membawa manfaat jang lebih besar lagi. Oleh karena jang diusahakannja adalah kemadjuan dari sumber produksi, maka sudah barang tentu masjarakat akan ikut merasakan pula kemadjuan jang didapatnja oleh ko-operasi2 primer tadi.' Untuk tjontoh Anggaran-Dasar Ko-operasi Sim pan-pindjam, lihatlah. Bagian V, titel II sesudah AKTE PENDIRIAN. b. Usaha pokok: pemakaian bahan2 keperluan sehari2. Ko-operasi2 jang mengusahakan usaha bersama untuk meringankan beban penghidupan sehari2 dan jang selalu berichtiar untuk mentjukupi kebutuhan pemakaian bahan keperluan sehari2 lazim dinamakan ko-operasi konsumsi. Dinamakan ko-operasi konsumsi, karena pada azasnja jang diusahakan itu adalah bahan2 keperluan sehari2 jang terutama akan terdiri dari bahan makanan (consumptieve goederen). Akan tetapi usaha2nja dari ko-operasi2 konsumsi ini tidaklah sampai disini 166

169 sadja. Seperti jang telah diketahui oleh umum, maka jang termasuk dalam bahan konsumsi itu adalah luas sekali. Tidak hanja bahan kebendaan akan tetapi djuga jang merupakan bahan makanan untuk kerochanian. Selain daripada ini dapat djuga dimasukkan dalam golongan ko-operasi konsumsi usaha2 asuransidjiwa dan asuransi2 lainnja (insurance). Semua hal2 tersebut tadi dibutuhkan oleh para konsumen! Pendapat baru jang memberikan suatu pengertian kepada duniaperekonomian tentang adanja nilai2 baru, adalah suatu pendapat, bahwa tenaga konsumen2 itu dapat dikumpulkan dan diatur dengan maksud untuk mendapatkan barang2 jang dibutuhkan dengan harga jang murah dan mudah diperoleh. Pendapat jang sedemikian itu telah diidam2kan oleh pendekar2 jang ingin memperbaiki keadaan masjarakat pada kira2 150 tahun jang lalu. Pendekar sosialis jang pertama di Inggris, ialah Robert Owen ( ), dan ia telah tinggal pula untuk beberapa waktu di Amerika. Owen mentjoba memperbaiki masjarakat jaitu dengan djalan bekerdja bersama2 antara mereka jang mempunjai kepentingan jang sama. Ia telah mentjoba mendirikan suatu perserikatan jang mengusahakan supaja pertanian itu dilakukan dengan tjara kerdja bersama. Setelah ia beberapa kali menemui kegagalan, baik tatkala ia berada di Inggris maupun ketika ia tinggal di Amerika, maka pada tahun 1830 Robert Owen mulailah mengandjurkan untuk mendirikan kooperasi2 konsumsi. Kemudian ia telah disusul oleh pengandjur2 lain, diantaranja William King ( ) dan pada tahun 1844 berdiriuah dikota Rochdale suatu perserikatan para konsumen jang berkumpul dengan maksud untuk berusaha dengan tjara kerdja bersama, jaitu dengan melakukan pembelian bersama2 agar mereka dapat membeli barang2 keperluan hidup sehari2 dengan harga jang rendah. Walaupun telah sering dikatakan, bahwa berhasilnja usaha pertama ini dikota Rochdale adalah djustru karena bertepatan dengan waktu, bahwa buruh2 ketjil itu telah sampai pada masanja untuk mendapat kemenangan memperbaiki nasibnja karena itulah Rochdale Pioneers dapat menjimpan uang sahamnja ( 4), namun usaha jang pertama didjalankan itu tadi sebagai pelopor2 ko-operasi, adalah sangat berat djuga djika dibandingkan dengan keadaan pada umumnja pada waktu itu. Dengan permulaan kekajaan jang belum sampai pada 500, sekarang usaha jang didjalankan itu telah mendapat kekajaan lebih daripada Tjontoh jang didapat di Inggris itu segera djuga diikuti oleh 167

170 negara2 lain, antaranja Denemarken mulai mengikuti djedjak Rochdale pada tahun Gerakan jang dulu dimulai dengan sangat sederhana sadja sekarang telah mentjapai tingkatan dimana para konsumen (pemakai2), menguasai perdagangan besar dan pelajaran, jang mendjamin persediaan barang jang mereka butuhkan. Semua perusahaan2 besar jang didirikan, itu adalah didirikan dengan modal jang berasal dari para konsumen2 ketjil. Pula pernah terdjadi dalam sedjarah perkembangan ko-operasi2 konsumsi, bahwa sesuatu badan raksasa (trust) terpaksa harus gulung tikar, karena para konsumen hampir semuanja berserikat dalam satu ikatan jang kuat. Kalau kita menilik taraf2 jang telah ditjapai oleh negara2 dalam memperkembangkan ko-operasi2 konsumsi ini, maka kita akan djumpai daftar urutan jang demikian: i IJslandia, Finlandia, Swedia, Swiss, s'inggris, Denmark, Norwegia, Tjechoslowakia, Russia, Palestina, Belgia, New Zealand, Amerika Serikat, Perantjis dan Argentina. Demikianlah urutan menurut taraf perkembangan dimasing2 negara. Dapatkah Indonesia dalam waktu jang singkat mentjapai taraf perkembangan jang patut dikenal oleh dunia internasional? Apakah jang dimaksudkan dengan ko-operasi konsum si? t Sesuatu ko-operasi konsumsi adalah suatu perkumpulan jang terdiri dari konsumen2 pemakai2 dengan maksud supaja dapat membeli barang, memperoleh djasa dengan harga jang rendah, karena mendapatnja barang2 dan djasa2 ini adalah dengan tjara besar2an. Barang2 dan djasa2 jang diperoleh itu oleh perkumpulan didjualnja kepada para anggota2nja dengan harga jang telah ditinggikan jaitu untuk menutup ongkos2 pengangkutan dan ongkos2 lainnja, tetapi walaupun demikian, harga jang diminta daripada anggota2nja itu akan tetap djauh lebih rendah daripada harga umumnja dipasar. Oleh karena usaha ini maka pada achir tahun akan didapat hasil usaha. Daripada hasil usaha ini sebagian besar akan dikembalikan kepada para anggota-langganan; pengembalian ini telah didjadikan salah satu azas daripada suatu ko-operasi. Dan hal ini telah dikenal oleh ko-operasi2 di Inggris pada permulaan tahun 1830, jaitu apa jang dinamakan mereka patronage dividend. Dengan adanja ko-operasi jang pertama kali didirikan di Rochdale ditahun 1844, maka dunia ko-operasi mengenal beberapa azas keko-operasian jang baik. Azas2nja antara lain adalah: 168

171 (!,) One member, one vote satu anggota, satu suara (2) N eutrality & open m em ber- tidak memihak kepada ship suatu aliran faham Jang tertentu. Jang didjadikan pokok ialah kepentingan jang dirasakan oleh masing2 dan jang mendorong mereka untuk berserikat. Siapa sadja boleh mendjadi anggota. (3) N o voting by proxy (4) Patronage dividend (5) Fixed interest on (share) capital tidak ada pengeluaran suara dengan tjara perwakilan. pengembalian kelebihan hasil usaha kepada anggota-langganan dengan mengingat perbandingan d jasa2. djasa modal jang disertakan dalam perusahaan perkumpulan tidak boleh melebihi batas2 jang sangat rendah sekali bila dibandingkan dengan apa jang diberikan pada pasar modal pada umumnja. Demikianlah jang dinamakan Rochdale principles. Sudah barang tentu masih ada banjak lagi jang dikemukakan oleh para pelopor di Rochdale itu. Akan tetapi dunia internasional gerakan ko-operasi menganggap sesuatu perkumpulan itu tjukup absah sebagai suatu ko-operasi, apabila perkumpulan tersebut telah dapat mentjukupi ke-lim a pokok azas ini. Dengan demikian telah dapat diketahui bahwa pada sesuatu ko-operasi konsumsi itu terdapatlah pengawasan jang demokratis dan pembagian hasil2 usaha jang dilakukan setjara demokratis dan menurut imbangan djasa para anggota2nja. Mengenai hal2 lainnja, seperti kewadjiban menanggung, dan pelbagai matjam2 simpanan tidaklah terdapat perbedaan prinsipieel dengan ko-operasi simpanpindjam! Pada kedua perkumpulan tersebut akan dapat didjumpai 169

172 perkumpulan golongan masjarakat jang hendak memperbaiki nasibnja jang djelek dengan djalan kerdja bersama jang erat dan setia kepada pendirian dan akan melajani kepentingan2 dari golongan jang lemah keadaan ekonominja, jaitu golongan jang tidak mempunjai kekajaan sedikitpun djuga dan jang hanja mempunjai harta jang sekedar dapat disimpan dalam sesuatu perkumpulan untuk kepentingan bersama. U ntuk tjontoh A nggaran-d asar Ko-operasi Keperluan Sehari2 lihatlah Bagian V, titel II sesudah AKTE PENDIRIAN. c. U saha pokok: penghasilan barang2 mentah atau masak. Ko-operasi jang terdiri dari kaum pengusaha barang2 mentah atau masuk lazimnja dinamakan ko-operasi produksi atau djuga ko-operasi produsen. Dengan kata2 ini maka sudah dapat diterka apakah kiranja jang dimaksudkan dengan mendirikan perkumpulan2 ini. Jang berserikat itu berichtiar untuk mendapatkan djalan, agar supaja dengan setjara berserikat para produsen mendapat kemungkinan untuk mendjual barang2 jang dihasilkannja dengan harga jang dipandang dari sudut mereka itu adalah pantas! Dengan uraian2 ini maka dapatlah diambil kesimpulan, bahwa untuk ko-operasi produksi ataupun ko-operasi2 produsen, soal mendapat keuntungan itu adalah mendjadi soal jang penting. Mentjari keuntungan untuk barang2 jang mereka hasilkan itulah jang mendjadi tudjuannja! Mereka itu berserikat, karena dengan tjara berserikat ini mereka dapat melepaskan diri dari pengaruh pihak2 lainnja jang sampai pada saatnja mereka berserikat itu, selalu hendak mentjoba mengurangi hasil usaha para produsen dengan pelbagai djalan. Kalau ditindjau dari sudut azas2 ko-operasi2 kredit dan konsumsi maka akan terdapatlah perbedaan jang besar. Dipihak pemakai (konsumen) terdapat keinginan untuk mandapatkan barang dan djasa dengan semurah2nja, dan dipihak penghasil (produsen) akan terdapat keinginan untuk mendjual barang2nja dengan harga jang setinggi mungkin. Disinilah letaknja pertentangan. Pertentangan ini pula akan selalu kita djumpai diseluruh lapangan perekonomian antara golongan konsumen dan produsen. Karena faktor2 inilah maka oleh sebagian gerakan ko-operasi, ko-operasi2 produksi dan djuga ko-operasi2 produsen itu tidaklah dianggap sebagai ko-operasi jang tulen. Menurut faham,,ko-operatism e ko-operasi akan menghilangkan ketentuan2 mengenai 170

173 faham madjikan dan buruh. Dengan adanja ko-operasi produksi dan ko-operasi produsen, maka akan tersusunlah kembali ko-operasi sadja, jaitu ko-operasi madjikan. Ko-operasi golongan2 inilah jang tidak dikehendaki, karena djustru ko-operasi2 jang demikianlah jang masih tetap mempertahankan kedudukan sebagaimana d juga halnja dengan badan2 perserikatan bermodal lainnja. Sekedar untuk memberikan perbedaan antara ko-operasi produksi dan ko-operasi produsen dengan badan jang bukan ko-operasi ialah, bahwa ko-operasi2 ini membagikan keuntungannja dengan dasar djasa dari pihak langganan anggotanja, dengan tidak didasarkan pada besar-ketjilnja modal peserta. Pula ada perbedaan perihal hak bersuara dalam rapat2 umum anggota. Badan peserta2 modal akan mengeluarkan hak suaranja dengan dasar imbangan modal peserta. Dan tidak demikianlah halnja dengan ko-operasi, azas one member, one vote itu tetap dipertahankannja. Akan tetapi walaupun terdapat perbedaan dengan badan2 perserikatan bermodal, maka ko-operasi2 produsen2 ini tetap merupakan ko-operasi madjikan, karena ini adalah ko-operasi untuk kaum jang ekonominja kuat, dan kaum jang lemah ekonominja akan tetap sukar mendapat kesempatan untuk memasukinja. Dilihat dari sudut kesosialan, maka gerakan rakjat sematjam ini tidak boleh dibiarkan sadja. Akan tetapi senantiasa haruslah diusahakan agar supaja ko-operasi2 madjikan itu, dalam waktu jang tertentu dapat diubah dasar2nja, sehingga pertentangan antara golongan jang kuat modalnja dan golongan jang lemah modalnja akan hilang. Dengan tjara jang demikian maka akan tertjapailah suatu keadaan bahwa, dimana para pekerdja perusahaan adalah djuga merupakan madjikan dari perusahaan selaku anggota daripada ko-operasi produksi tadi. Demikian tjita2 ko-operatisme. Untuk Indonesia pada masa sekarang ini bentuk itu belumlah dapat dihilangkan begitu sadja. Para madjikan masih sadja berhadapan dengan buruh2nja jang masih lemah keadaan ekonominja. Kiranja pada masa tingkatan perkembangan negara seperti sekarang maka masih belum tiba sa atnja untuk mempersoalkan hal2 jang prinsipieel. Indonesia masih membutuhkan tenaga jang kuat dari putera2nja. Dilapangan pengusaha barang jang penting bagi pembangunan negara, baik dilapangan keradjinan maupun dilapangan perkebunan, disegala lapangan haruslah ada usaha jang membangun dengan djalan keko-operasian. Untuk mengenangkan kembali uraian2 jang telah lalu, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa dengan adanja ko-operasi 171

174 madjikan akan diperoleh satu konsentrasi harta jang tidak akan memberi kemungkinan dalam waktu jang singkat, untuk kepada golongan jang ketjil dan lemah ekonominja dapat ikut serta langsung dalam produksi-proses jang serba besar tadi. Ko-operasi2 sematjam ini jang merupakan konsentrasi harta, terutama di Amerika-Serikat diberi bantuan sebesar mungkin untuk dimadjukan. Ko-operasi2 itu pada dewasa ini telah mentjapai tingkatan jang tinggi dan telah dapat meliputi dan menguasai seluruh lapangan pertanian; gerakan ini telah mengambil tempat jang utama dalam gerakan ko-operasi di Amerika-Serikat. Untuk di Indonesia hal jang demikian ini hendaknja harus dihindarkan dan didjauhkan sedapat mungkin. Ko-operasi2 di Indonesia hendaknja tetaplah memegang teguh azas2 kedemokrasian dan sifat kerakjatan hendaknja djanganlah ditinggalkan. Azas jang diandjurkan oleh F. W. Raiffeisen jaitu agar sebanjak dan seluas mungkin ko-operasi itu meliputi rakjat dan supaja rakjat djuga mendjadi anggota jang aktip haruslah dilaksanakan karena rakjat di Indonesia itu adalah lemah perekonomiannja dan sebagian besar daripadanja terdiri daripada petani2 dan pengusaha2 ketjil. Untuk mereka inilah harus dibangunkan ko-operasi2 dan pula untuk mereka inilah harus diutamakan ko-operasi2 jang dapat membantu usaha2 mereka dalam pembangunan ekonomi. Pendirian dari Raiffeisen jang telah dikenal itu, wadjiblah kita luaskan: sjarat untuk m endjadi anggota jang mengenai permodalam haruslah dibuat seketjil m ungkin sehingga setiap orang jang mempunja modal sekedarnja dapat ikut serta. Modal peserta dari setiap anggota tetap diperlukan kalau ko-operasi hendak madju dan ikut serta berusaha sedjadjar dengan badan2 lainnja. Bagi tiap2 perusahaan dalam abad ke-20 ini modal itu adalah masih mendjadi sjarat mutlak. Akan tetapi besarnja bagian jang didjadikan sjarat untuk dapat mendjadi anggota haruslah diperketjil seketjil mungkin. Disamping modal-pokok itu tidak bolehlah dilupakan memperbesar modal dengan pelbagai tjara, jaitu diantaranja dengan simpanan2- wadjib jang teratur, simpanan mana memang dapat memungkinkan membangun modal jang tjukup besar, dan kemudian pula dengan dana tjadangan jang dapat memberikan kesempatan untuk mengumpulkan modal usaha jang kuat. Sistim itu mengandung maksud untuk mendemokratiseer matjam2 usaha dan walaupun demikian halnja, maka tidak bolehlah dilupakan, bahwa jang berserikat dan berkumpul dalam suatu hubungan ko-operasi itu adalah pengusaha2. Walaupun bagaimana ketjilnja 172

175 usaha mereka itu, maka sebagai pengusaha mereka tentu akan mempunjai perusahaan, karena mereka itu adalah pengusaha2. Hanja dengan memperhatikan azas2 Raiffeisenlah maka azas demokrasi dari ko-operasi2 jang dibentuk itu tidak akan hanja terbatas sampai beberapa orang jang berharta sadja, sebagai akibat dari sjarat2nja jang berat itu. Dengan memperteguh azas2 tadi, maka ko-operasi akan dapat memperluas usahanja dan meliputi pula golongan masjarakat jang keadaan ekonominja adalah lemah. Mengingat apa jang telah diuraikan, maka ko-operasi jang dibentuk itu tetap akan merupakan ko-operasi madjikan2 ketjil atau ko-operasi pengusaha2. Ko-operasi jang demikian baiklah dinamakan kooperasi produsen dan ko-operasi ini pada umumnja terdiri atas orang2 jang mempunjai perusahaan, dan mereka akan berusaha, sebagai sesuatu pusat, untuk memperbaiki hasil2 dari para pengusaha atau memasak lebih landjut hasil2 dari para pengusaha dasar (verwerkings-centrales), jaitu misalnja pengusaha kebun2 karet, sapi, tembakau, petani, gambir petani dsb. Oleh karena demikian maka disampingnja ko-operasi2 produsen tentu terdapat pula ko-operasi lainnja jang terdiri dari golongan buruh. Ko-operasi ini dapat dinamakan ko-operasi produksi. Kooperasi jang demikian berusaha untuk mempersatukan golongan buruh, dan mengangkat deradjat mereka dari buruh mendjadi madjikan. Mereka itu adalah pekerdja pada perusahaan jang dimiliknja bersama dan sebagai anggota ko-operasi itu pula, maka mereka adalah madjikan pula dari perusahaan jang mereka miliki bersama2. Ko-operasi2 sematjam ini pertama2 diandjurkan di Perantjis oleh gerakan sosialis Louis Blanc ( ) dan terlebih dulu lagi oleh Fourier ( ). Ko-operasi2 jang demikian adalah ko-operasi produksi jang bersifat pemusatan pekerdja2. Masing2 pekerdja selaku anggota tidak mempunjai sifat pengusaha, mereka itu adalah buruh, pekerdja, dan mereka termasuk golongan jang mendapat upah karena telah menjerahkan djasa dan tenaga mereka untuk bekerdja.mereka tidak termasuk golongan produsen..mereka telah berko-operasi untuk dapat meloloskan diri daripada ikatan pengusaha2, dipengusahamana mereka itu bekerdja. Dengan djalan ko-operasi inilah mereka mengharap akan dapat mendjadi golongan madjikan kelak, jang tidak perlu lagi bekerdja sebagai buruh. Dengan meluaskan keanggotaannja maka mereka dapat berkuasa dilapangan perindustrian. Mereka dapat berkuasa dan akan dapat menghilangkan adanja 173

176 golongan madjikan, ialah pengusaha2 besar jang tidak dapat berusaha dengan tenaga sendiri. Ko-operasi produksi sematjam ini haruslah diorganiseer sebaik2- nja. Mengenai organisasi dapatlah dibeda2kan dua matjam organisasi: pertama jaitu organisasi-perusahaan dan disampingnja organisasi-perkumpulan-ko-operasi; disampingnja mendjadi pekerdja, buruh, pengusaha mereka itu adalah pula anggota perkumpulan jang mempunjai hak bersuara. Dipisahkannja kedua matjam organisasi ini adalah sjarat mutlak bagi kemadjuannja ko-operasi jang sematjam ini. Sebab2nja organisasi ini dipisahkan, adalah tidak lain karena perbedaan sifat. Organisasi-perkumpulan adalah seolah2 merupakan pemiliknja, pengusaha dari organisasi-perusahaan. Oleh karena hanja anggota2lah jang dapat bekerdja pada perusahaan jang dimilikinja dan anggota2 itu pulalah jang berhak bersuara dan mengadakan rapat, maka dalam hubungan pekerdjaan2 mereka, haruslah dipegang teguh beberapa patokan2 agar ko-operasi dapat berdjalan dengan lantjar. Perkumpulan dipimpin oleh seorang ketua jang dipilih oleh mereka sendiri diantara anggota2 sesamanja dalam sesuatu rapat jang diadakannja. Hal ini adalah berlainan sekali dengan orang jang memimpin perusahaan dimana jang diangkat mendjadi pemimpin itu oleh organisasi ialah karena ketjakapannja. Ia tunduk kepada ketua organisasi perkumpulan. Demikian pulalah halnja dengan para anggota2nja. Dalam rapat organisasi perkumpulan mereka itu bersuara penuh sebagai madjikan, atau peserta2 usaha dan dapat menentukan djalannja perusahaan, akan tetapi dalam keadaan sehari2 mereka itu adalah hanja sebagai pekerdja. Dan sebagai pekerdja mereka itu tunduk kepada segala petundjuk2 dan perintah2 pemimpin perusahaan. Untuk pekerdjaannja jang dilakukan tiap2 hari para anggota selaku pekerdja menerima upah dan pada achir tahun sebagai anggota dan peserta usaha mereka menerima pembagian dalam keuntungan jang diperoleh perusahaan. Sifat2 jang dibentangkan itu haruslah dipegang teguh. Kalau hal ini kurang diperhatikan, maka ko-operasi produksi jang demikian ini nistjaja akan kandas dalam mendjalankan usahaannja. Jang harus dipisah2kan tidak hanja mengenai kedua bentuk organisasi2 ini sadja, akan tetapi djuga jang mengenai administrasi dan pembukuannja. Sedikitpun tidak bolehlah terdapat barang sesuatu jang tertjampur jang mengenai kedua organisasi ini. Hendaknja perhatikanlah dengan sungguh2, bahwa kedua2nja adalah mem- 174

177 punjai sifat2 jang berlainan satu sama Iainnja. Organisasi-perkumpulan-ko-operasi ialah madjikan jang berkuasa terhadap organisasi-perusahaan. Jang terachir ini harus tunduk kepada jang lain. Anggota2 dalam organisasi-perkumpulan-ko-operasi mempunjai suara sebagai madjikan, dan anggota2 sebagai pekerdja2 dalam perusahaan harus mendjalankan kewadjibannja sebagai pekerdja jang mendapat upah. U ntuk tjontoh2 Anggaran-Dasar Ko-operasi Pem bikinan dan Pendjualan Karet, dan Ko-operasi Pembikinan, lihatlah Bagian V, titel II sesudahnja AKTE PENDIRIAN. 2. P usat Ko-operasi. Perkumpulan golongan silemah-ekonomi, adalah merupakan sesuatu pemusatan kekuatan perseorangan2. Dengan adanja pemusatan tenaga ini silemah-ekonomi mendjadi kuat dan dapat menghadapi segala usaha tipu muslihat sikuat-ekonomi. Pemusatan2 jang ketjil2 telah kita djumpai dalam pelbagai matjam bentuk jang telah diuraikan ialah: Ko-operasi2 primer. Pemusatan2 ekonomi jang dikenal dapat kita bagi dalam dua golongan jang besar. Kedua golongan itu sifat2 dan sendi2nja adalah bertentangan satu sama Iainnja. Golongan jang kesatu adalah pemusatan kekuatan modal. Nama2 seperti trust, kartel, dll. sudah tidak asing lagi bagi kita. Dan golongan jang kedua merupakan pemusatan tenaga. Telah dimaklumi pula bahwa ko-operasi termasuk golongan jang merupakan pemusatan tenaga. Pemusatan dalam tingkatan pertama ini merupakan pemusatan manusia jang sanggup bekerdja bersama2 dan sanggup menghasilkan apa jang dibutuhkan oleh masjarakatnja. Ko-operasi2 primer ini sanggup memberikan hasil2 usahanja atau menjediakan djasa2nja kepada anggota2nja dengan meminta penghargaan jang ringan dan memberikan pelajanan jang baik. Usaha jang demikian ini kalau tetap hanja didjalankan dalam lingkungan jang ketjil sadja tak akan memberikan kepada masjarakat manfaat jang diharapkan dari sesuatu gerakan jang pada azasnja tidak terbatas lingkaran bekerdjanja. Oleh karena demikian itu maka ko-operasi2 primer jang merupakan pemusatan2 tenaga produktip manusia, berpusat lagi untuk lebih mempertinggi lagi kefaedahannja. Dengan tjara demikian ini maka faedah dari maksud dan tudjuan gerakan ko-operasi akan lebih luas lagi dirasakannja oleh masjarakat. Usaha meringankan beban hidup, serta mendu- 175

178 kung kemakmuran dan kesedjahteraan akan lebih luas lagi lingkungannja. Pemusatan jang demikian ini dibutuhkan djuga dalam dunia gerakan ko-operasi. Dalam dunia gerakan ko-operasi akan didjumpai dua matjam pemusatan: (1) pemusatan jang mengedjar kesempurnaan hasil kebendaan dengan usahanja; (2) pemusatan jang mengedjar terlaksananja jang mendjadi tjita2 (ideeel). Hal ini adalah berlainan dengan pemusatan2 badan2 jang bukan ko-operasi; pemusatan pada badan2 ini hanja mengenal pemusatan karena tudjuan jang komersieel, dan jang mengutamakan keuntungan. Lain sekali halnja dengan perkumpulan2 ko-operasi. Badan2 ko-operasi ini mengutamakan kesedjahteraan dan kemakmuran para anggotanja dengan usaha2 jang akan meringankan beban hidupnja sehari2. Pemusatan Ko-operasi2 jang bertjorak dua ini mempunjaisebab2- nja masing2. Telah dimaklumi bahwa ko-operasi tidak akan mengutamakan keuntungan. Segala keuntungan, sebagai hasil usaha, sebagian besar akan kembali lagi kepada para anggota, dan sebagian lagi akan terhimpun sebagian tjadangan. Dua tjorak pemusatan ini ada karena: (1) perkumpulan ko-operasi ditindjau dari sudut perusahaan ekonomis; perkumpulan ko-operasi memusatkan segala usahanja untuk dapat mentjapai kesempurnaan tingkatan usaha (a) jang effektip; (b) jang effisien; (c) jang kuat modal usahanja; (d) jang sempurna pimpinannja; (e) jang luas lapangan usahanja. (2) perkumpulan ko-operasi ditindjau dari sudut perdjuangan sesuatu gerakan jang hendak membawa sistim hidup baru jang akan membawa tingkatan hidup jang sempurna bagi semua golongan rakjat jang mau berserikat dan berkumpul dengan suatu dasar ikatan: kerdja sama, setia dan ichlas mengorbankan tenaganja untuk kepentingan bersama. Oleh karena sebab2 inilah maka setiap ko-operasi jang sudah mentjapai tingkatan jang sempurna, akan selalu berusaha untuk membawa ko-operasi2 lainnja jang masih ada pada tingkatan jang kurang sempurna, ketingkatan jang sama. 176

179 Untuk kemadjuan2 jang ditjita2kan ini perlulah diadakan pimpinan oleh ahli. Sering terjadi bahwa ini pada sesuatu waktu disesuatu daerah sukar dapat diperoleh. Kalau demikian halnja, maka ko-operasi2 dapat mengadakan pemusatan tenaga. Dengan usaha pemusatan ini maka pimpinan ko-operasi2 mendjadi lebih kuat. Ko-operasi jang telah berpusat ini lalu sanggup menghadapi pekerdjaan2 jang lebih berat akan tetapi jang memberikan kemungkinan pula untuk menambah manfaat bagi semua anggota2nja. Pusat jang diperoleh ini adalah pemusatan karena tudjuan2 jang hendak mendukung tjita2, dan bukan semata2 untuk mentjapai hasil usaha kebendaannja sadja. PUSAT-KO-OPERASI pengurus: a) dari jang berkepentingan: b) peminat2 sifat komersieel sifat FDEEEL (tjita2) usaha2 usaha2 usaha2 perkreditan konsumsi produksi [kop. prim. I [~kop. primtl [kop. prim. l^ m p /p in d jj L s.p. J - P- - anggota jang mendjalankan pokok usahanja sebagai usaha simpan-pindjam pokok usahanja sebagai usaha pembelian bersama bahan kebutuhan hidup sehari2 Di Indonesia pada masa sekarang ini akan sering didjumpai pemusatan2 jang ada karena semata2 tudjuan bertjita2. Hal jang demikian ini tidak boleh dipertahankan lebih lama daripada waktu jang sangat diperlukan. Karena kalau keadaan jang demikian ter- K A M A R A L S J A H - K o -o p era si

180 lampau lama dipertahankan, maka tentu akan terdjadilah faktor2 penghambatan kemadjuan jang akan merugikan usaha2 jang didjalankan. Pemusatan setjara ideeel ini, dapat dipertahankan untuk sementara untuk mendidik pemimpin2 jang dapat mendjalankan usaha2. Kalau tudjuan ini telah tertjapai, maka pemusatan ideeel tentu kurang tepat lagi dan ini dapat dipetjah mendjadi pusat pelbagai usaha dengan dasar2 kearah komersieel jang kurang mementingkan segi2 ideeelnja. Tugas kewadjiban dan maksud pembentukan pusat ko-operasi jang semata2 hanja terdorong karena daja untuk mendapatkan hasil kebendaan akan terutama didapat dilapangan usaha jang bertudjuan menjempurnakan dan djuga memperhatikan pemeriksaan dan pengawasan terhadap primer2 jang mendjadi anggota2nja. Disamping itu akan terdapat pula usaha2 penerangan dan pendidikan, jang chusus ditudjukan hanja kepada satu lapangan usaha. Akan tetapi tidaklah demikian halnja dengan pemusatan ko-operasi jang dilahirkan semata2 karena terdorong oleh keinginan menggiatkan gerakan ko-operasi umumnja. Usaha jang didjalankan tentu akan terutama bergerak dilapangan penerangan dan pendidikan, akan tetapi disamping itu djuga usaha pemeriksaan atau pengawasan tidak dilupakan. Telah dimaklumi adanja pusat2 menurut daerah-bekerdja dan menurut lapangan2 usaha jang didjalankan. Pembagian dalam dua golongan ini tentu tidak demikian tadjamnja, sehingga antara kedua golongan ini terdapat pertjampuran. Demikian pula halnja jang mengenai pengertian: pemusatan komersieel dan ideeel. Pertjampuran akan sangat terasa di Indonesia mengingat faktor2 jang telah dimaklumi, terutama mengenai faktor tenaga2 ahli. Pemusatan menurut daerah bekerdja, akan berarti pemusatan ideeel dan pemusatan menurut lapangan usahanja, akan berarti pemusatan komersieel. Perkembangan pemusatan2 ko-operasi2 primer dapat melalui banjak saluran2. Karena kebutuhan2 masjarakat, maka terdapatlah djuga tjorak jang lain2, bermatjam ragam menurut daerah dan waktu. a. T a ra f tingkatan didesa. Sudah dimaklumi bahwa didesa sukar diperoleh tenaga2 ahli, tenaga2 jang tjukup mempunjai kesanggupan untuk mendjalankan 178

181 peranan jang penting dalam gerakan rakjat dilapangan ekonomi. Oleh karena sebab2 itu maka didesa terbentuklah suatu susunan perkumpulan ko-operasi jang didalamnja mengandung himpunan usaha jang bermatjam2 tjoraknja1, tudjuannja dan tjara2nja berusaha. Djadi didesa terdapatlah suatu bentuk ko-operasi jang membawa maksud jang lebih dari satu (multi-purpose). Ko-operasi-desa itu dilahirkan karena kekurangan tenaga ahli jang dapat memimpin seorang diri bagian2 jang chusus. Selain maksud mengurangi kemungkinan persaingan dalam satu lapangan usaha, maka ko-operasi-desa meliputi pula usaha2: k r e d i t-k o n s u m- s i-p r o d u k s i, usaha2 mana pada hakekatnja mengandung2 faktor jang bertentangan. Persatuan ini adalah persatuan jang sebenarnja merupakan pemusatan tenaga karena tjita2. Bagian2 masing2 jang harus terpisah dan dapat memelihara kepentingan2 golongan2nja sendiri, terpaksa harus dipersatukan. Ditindjau dari sudut unsur2 jang diadjukan diatas ini maka sebuah ko-operasi-desa dapat diterima sebagai suatu pusat ko- operasi, jang djangka hidupnja harus diusahakan sependek2nja agar supaja masing2 bagian dalam djangka jang tidak lama harus mempunjai kesanggupan untuk melandjutkan hidupnja sendiri untuk kemudian berpusat sendiri. Ko-operasi-desa diperlakukan sebagai suatu primer jang mempunjai tjorak tersendiri. Oleh karena demikian maka sebuah ko-operasi-desa adalah suatu badan jang tertentu jang dapat mempunjai anggota2 jang masing2 dapat mendjalankan usaha2nja sendiri2 sesuai dengan kebutuhannja dalam bagian2 jang disediakan dalam rangka pekerdjaan ko-operasi-desa tadi. Dengan demikian maka ko-operasi-desa mempunjai keanggotaan dan dapat pula memiliki harta. Seorang penduduk desa m endjadi anggota dari ko-operasi-desa dan tidak mendjadi anggota dari bagian chusus. b - Tingkatan perkembangan didaerah luar desa. Kalau kami disini berkata diluar dan didalam desa, maka hal ini tidak semata2 menundjukkan sesuatu perbedaan jang mendalam atau jang sangat runtjing, akan tetapi hanja sekedar hendak menundjukkan sesuatu keadaan dimana ada tjukup orang2 jang tjerdik pandai, dan dimana tidak ada tjukup tenaga2 ahli untuk dapat memberikan pimpinan kepada pelbagai matjam susunan badan2 jang bermatjam ragam. Didaerah diluar lingkungan desa kemungkinan untuk mendapat 179

182 kan orang2 jang dapat memimpin adalah lebih mudah. Desentralisasi akan dapat ditjapai dan pemusatan2 menurut kechususan tudjuan akan dapat dimungkinkan. Demikian pula pemusatan kooperasi2 menurut matjam2 dan tudjuan masing2 akan dapat dipusatkan masing2 menurut saluran2nja sendiri2. Perkembangan gerakan ko-operasi untuk memusatkan usaha2nja m em perlihatkan p erk em b an gan sed em ik ian rupa seh in g g a m a sin g 2 matjam misalnja, ko-operasi-kredit akan memusatkan diri dengan ko-operasi2 kredit lainnja hingga pusat mereka itu adalah pusat ko-operasi-kredit chusus. Demikian pula halnja dengan ko-operasi2 lainnja. Perkembangan sebagaimana digambarkan ini adalah perkembangan jang biasa, akan tetapi seperti telah dikatakan, karena Indonesia masih sangat kekurangan sekali tenaga2 ahli, maka perkembangan jang biasa ini tentu akan melihatkan perketjualian2 dan penjimpangan2. Sering akan tergabung terlebih dulu (tidak seperti ko-operasidesa) ko-operasi2 menurut lapangan pekerdjaannja jang luas, dan kemudian kalau telah terdidik tjukup ahli2 pimpinan maka pusat ko-operasi ini akan terpetjah dalam beberapa pusat-ko-operasi jang chusus jang meliputi lapangan usaha jang chusus lagi. Akan tetapi mungkin pula terlebih dulu terpisah2 dalam beberapa pusat-ko-operasi karena perubahan keadaan penduduk didaerahnja, dan baru kemudian terpaksa menghilangkan kechususan ini dalam susunannja jang dinjatakan dengan perubahan susunan organisasinja. Tjontoh2 dari perkembangan di Luar Negeri misalnja ialah: De Nederlandse Cooperatieve Raad; The American Council of cooperatives; The Cooperative League of U.S.A. Badan2 jang terachir disebut ini banjak sekali mempunjai sifat sebagai badan ko-ordinasi. Seolah2 sifat komersieel tidak lagi diperhatikan. Badan2 ini hanja memperhatikan soal2 jang timbul dalam lapangan pendidikan, penerangan, perundangan. Badan2 ini semata2 tidak ikut tjampur dalam soal2 jang mengenai usaha2 komersieel. Untuk seluruh dunia internasional pada masa ini ada satu badan jang menghubungkan ko-operasi2 seluruh dunia dalam satu organisasi pusat jang akan memperhatikan soal2 jang berkenaan dengan kekooperasian, ialah International Cooperative Alliance, London (Inggris). Dalam tingkatan perkembangan maka dapat diketahui bahwa ada pusat-ko-operasi tingkatan pertama, jang terdiri dari primer2. Dan kemudian dalam tingkatan selandjutnja, gabungan2 dari 180

183 o pusat2 ini jang disebut induk ko-operasi seperti jang dikenal di Nederland dan pula pada masa jang silam telah dikenal pula di Indonesia: GAPKI ialah Gabungan Pusat2 Ko-operasi Indonesia dan semendjak tahun 1947 telah berdiri lagi sesuatu pemusatan»sokri singkatan dari Sentral Organisasi Ko-operasi Indonesia. Tentang penjusunannja dan rangka usahanja sesuatu pusat koo p e r a si tidaklah akan djauh berbeda dengan susunan k o-operasi2 primer. A p a jang berlaku bagi ko-opprasi2 primer akan berlaku pula bagi pusat2 ko-operasi. Menilik rangka jang terlukis, maka disini terbajanglah pula bahwa apa jang dirasakan perlu bagi kooperasi2 primer akan terasa pula bagi pusat2 ko-operasi. Seperti jang telah diuraikan dalam permulaan maka faktor jang akan terasa benar ialah faktor kekurangan tenaga ahli. Tenaga ahli untuk pimpinan akan dirasa masih kurang sekali banjaknja untuk dapat melajani semua kebutuhan jang diperlukan oleh ko-operasi. Untuk mengatasi kesukaran jang dialami ini, maka terbentuklah suatu pemusatan ko-operasi untuk maksud jang ideeel. Ini berarti bahwa segala usaha dari segala djenis ko-operasi akan bertemu disini. Marilah kita sekarang tindjau soal2 sematjam itu untuk diselesaikan sebaik2nja. c- K ekurangan tenaga ahli. Kekurangan ini akan terasa apabila waktu sudah tiba untuk memilih anggota2 pengurus. Untuk mengatasi kesukaran2 mendapatkan tenaga ahli, maka untuk mendjadi pengurus diperkenankan pula orang2 jang bukan asal dari ko-operasi2 primer jang tergabung, akan tetapi" ialah mereka jang menaruh minat pada pergerakan ko-operasi. Orang2 ini dipilih pula oleh rapat umum anggota2 pusat karena keahliannja jang dibutuhkan. Selama mereka itu mendjadi anggota pengurus maka mereka itu diperlakukan djuga sebagai anggota2 pusat. Oleh karena hal ini pusat2 ko-operasi mengenal dua matjam anggota, jang satu ialah anggota ko-operasi2 primer, dan jang kedua anggota jang dipilih dan diminta duduk sebagai anggota2 pengurus karena keahliannja dan pengalamannja. Walaupun demikian dalam hal ini tentu harus ada batas2nja, tidak semua orang boleh mendjadi anggota pengurus walaupun tjukup keahliannja dan pula besar minatnja. Orang2 jang tidak diperkenankan ialah mereka jang mempunjai kepentingan jang sama dilapangan usaha jang sama. Untuk pusat2 ko-operasi jang telah mendjalankan pemusatan jang komersieel hal jang 181

184 demikian ini penting sekali. Misalnja kalau ko-operasi2 primer perusahaan karet telah dapat memusatkan diri mendjadi satu, maka sudah barang tentu seorang direktur dari suatu perusahaan karet didaerahnja tidak dapat mendjadi anggota dari pengurus pusat ko-operasi ini. d. Tudjuan usaha. Ko-operasi2 di Indonesia pada masa permulaan akan berserikat dan berpusat mendjadi pusat2 ko-operasi jang akan bertjorak ideeel, pula akan mendjadi pendorong mendirikan ko-operasi2 primer dilapangan2 ekonomi jang belum djuga terliput oleh suasana gerakan ko-operasi. Usaha2 kedjurusan ini sudah selajaknja pada permulaan perkembangan. Akan tetapi hal demikian ini lambat laun akan tidak dapat dipertahankan untuk selama2nja. Ko-operasi2 jang tergabung itu akan merasakan pula bahwa dalam usaha mendapatkan hasil kebendaan, harus djuga ada usaha jang didukung oleh pusatnja untuk mendapatkan kemadjuan. Kalau ini sudah dirasakan maka ko-operasi2 menghendaki pusat jang chusus memperhatikan segi2 komersieelnja. Dalam usaha kedjurusan penjempurnaan mendapatkan hasil kebendaan ini maka jang pertama2 diperhatikan ialah jang mempunjai suara banjak dalam pusat ko-operasi sehingga djenis ko-operasi jang terbanjak tergabung dalam ikatan pusat, tentu terlebih dahulu akan mendjadi perhatian. Andaikata pada pusat ko-operasi sebagian besar terdiri dari kooperasi primer jang berdjenis simpan-pindjam, maka sudah barang tentu ]ang didahulukan ialah usaha untuk memperkuat simpanpindjam. Apakah dengan setjara demikian ini usaha* dari ko-opeyasi2 djenis2 lain tidak terdesak? Tentunja tidak, mengingat rangka jang terlukis diatas seperti djuga dikenal oleh ko-operasi desa, ma a su a arang selajaknja pusat ko-operasi untuk mentjukupi segi2 kemadjuan benda dapat membentuk bagian2 chusus iana; didasarkan peraturan jang chusus dan berusaha untuk penjempurpusat tai US 'ainnj'a ia"g d)'usa fergab»"g Bagian2 ini dapat pula aktip bertindak keluar, karena dalam pasal2 anggaran-dasar nja tentu akan dimuat pasal2 sbb.: engurus a am beberapa hal dapat memberikan kuasa kepada sa a seorang anggota pengurus atau orang lain untuk mewakili pusat dan bertindak atas namanja. Karena ketentuan2 itu pusat dapat djuga mendjalankan usaha2 182

185 jang akan menguntungkan bagi ko-operasi2 primer jang merupakan bagian ketjil. Karena ketentuan2 itu pula, maka bagian2 dapat bertindak keluar. Keputusan dan hubungan jang mereka adakan akan pula mengikat seluruh pusat, karena mereka bertindak atas nama pengurus pusat. Kalau hal2 demikian ini telah mendjadi sebagian usaha dari pusat, maka tanggungan pusat mendjadi lebih berat lagi. Lazimnja kewadjiban menanggung sesuatu pusat ko-operasi jang mempunjai badan2 perkumpulan ko-operasi akan terbatas. Akan tetapi dalam pasal2 anggaran-dasar tertjantum hal sebagai berikut:,,djika pada sesuatu tahun-buku perserikatan mendapat kerugian, maka rapat anggota dapat memutuskan untuk tetap melandjutkan berdirinja perserikatan dengan mewadjibkan para anggota2nja membajar sebagian atau semua kerugian dalam tahun-buku jang telah lalu itu menurut peraturan2 jang diterangkan dalam ajat la atau lb dari pasal ini. Sudah barang sewadjarnja pengurus pusat bertindak dengan segala kebidjaksanaan, apabila kerugian2 ini ditimbulkan oleh sebagian sadja dari pusat ko-operasi. Sesuai dengan rasa keadilan maka apabila kerugian itu ditimbulkan oleh salah satu bagian dari pusat ko-operasi, maka bagian itu pulalah jang harus menanggungnja. Hal ini memang benar kalau dilihat dari sudut hubungan2 kedalam, akan tetapi keluar seluruh pusat akan tetap bertanggungdjawab mengenai hal2 sesuatu bagian tidak dapat memenuhi kewadjibannja. Baru setelah soal2nja dengan pihak luar perkumpulan telah diselesaikan maka urusan beralih, dan bagian jang bersangkutan harus dapat mempertanggung-djawabkan tindakan2nja; kalau hal ini memang disebabkan oleh kesalahannja maka sudah barang tentu, bagian jang bersangkutan harus memberikan kerugiannja kepada pusatnja. Ini adalah sesuai dengan bunji pasal2 anggaran-dasar atau bunji ketentuan2 jang tersendiri jang diadakan chusus antara pusat dan anggota2 jang tergabung dalam bagian jang chusus itu. Perdjandjian chusus ini adalah sangat penting artinja antara pusat dan anggota2 sesuatu bagian, dan kiranja tidak ada salahnja untuk mentjantumkan sesuatu hal dalam suratkuasa jang diberikan kepada anggota jang akan bertindak atas nasehat pengurus pusat untuk menjelesaikan kepentingan2 dari sebagian sadja dari anggota2 jang tergabung dalam bagian jang chusus ini. Sesuatu pusat ko-operasi jang terutama terdiri dari ko-operasi2 primer simpan-pindjam, akan tetapi disamping itu menerima djuga sebagai anggota, ko-operasi2 primer jang untuk sebagian atau untuk 183

186 seluruhnja bersifat ko-operasi produksi atau ko-operasi konsumsi, maka pasal2 tentang usaha dan daja-upajanja akan berbunji sebagai berikut: 1. Untuk mentjapai maksud itu, maka pusat akan berusaha, menerima simpanan dari dan memberi pindjaman kepada para anggotanja; 2. Selain daripada usaha2 jang tersebut dalam ajat 1, maka pusat berusaha pula: a. menggiatkan daja usaha dari ko-operasi jang tergabung dalam pusat ini; b. mengusahakan pembelian bersama untuk kepentingan anggota2nja baik jang mengenai bahan keperluan hidup sehari2 maupun bahan2 jang diperlukan untuk perusahaan jang diselenggarakan oleh anggota2; c. mengawasi usaha2 jang didjalankan oleh anggota2nja; d. mengatur djalannja usaha anggota sehingga memberikan manfaat jang sebesar2nja; e. memberikan penerangan seluas2nja tentang ko-operasi dan penjelenggaraan perusahaan ko-operatip; f. mengadakan usaha2 pendidikan, baik untuk mempertinggi pengetahuan, maupun untuk mempertinggi mutu perusahaan jang diselenggarakan oleh anggotanja; g. memberikan bantuan dan pimpinan untuk mendirikan kooperasi2 primer didalam lingkungan daerah bekerdjanja pusat. 184

187 o BAGIAN VI: KO-OPERASI-DESA SERTA MODERNI SASI MASJARAKAT DESA DI INDONESIA (1) Pengetahuan2 ihwal hubungan desa dan adat desa akan memberikan tjukup dasar untuk usaha2 memadjukan masjarakat desa, asal sadja segala sesuatu tadi dihimpun dan disusun setjara baik2 dan disesuaikan pula dengan suasana-zaman jang meliputi seluruh masjarakat Indonesia. Segala sumber kedjajaan negara2 selalu didapat dari sendi2-nja jang ketjil, jang merupakan kesatuan2 jang kuat dan sanggup menempuh segala badai zaman. Akan sanggup setiap kali melahirkan kembali kedjajaan baru jang memberikan pada seluruh negara, rakjat dan bangsa kekuatan untuk mempertahankan kemerdekaan dan kebudajaannja. Sumber2 ini terdapat didesa. Djuga di Indonesia desalah merupakan sumber kedjajaan, maka dari desalah harus dimulainja pembangunan perekonomian rakjat Indonesia jang memberi padanja kebahagiaan dan kesedjahteraan hidup. (2 ) Ideologie ialah keinsjafan tentang sesuatu hal jang mendjadi inti daja pendorong untuk melaksanakan dengan njata2 dan membangun kemauan keras untuk berusaha terwudjudnja apa jang ditjita2kan. Demikian pula dalam gerakan membangun ko-operasi maka harus pula ada daja pendorongnja, jang memberikan semangat hidup bagi semua usaha kearah terwudjudnja ko-operasi tadi. Ideologie ko-operasi itu ialah, kemauan keras untuk membangun suatu sistim dalam susunan rangka perekonomian jang telah ada, dan djuga jang sanggup memperdjuangkan terlaksananja tudjuan ko-operasi jaitu untuk meringankan beban hidup tiap2 anggota masjarakat jang ichlas ikut serta dalam usahanja dengan tjara penjempurnaan peredaran barang dalam suatu sistim jang tegas didalam rangka susunan perekonomian dengan pasar pemusat peredaran barang jang merdeka. D isatu pihak, adanja produksi-sistim jang benar2 demokratis, dimana para peserta penghasil barang2 keperluan hidup masjarakat mendapat bagiannja dari kemakmuran dan kesedjahteraan jang tertjapai bersama itu, menurut djasanja masing2 dalam usaha mentjapai manfaat sebaik2nja, dan dilain pihak susunan jang teratur dari para pemakai jang tjukup kuat untuk merupakan imbangan kekuatan dalam perkembangan perekonomian rakjat dan 185

188 untuk mentjapai bagi seluruh masjarakat, manfaat bersama2 jang sebesar2nja. Gerakan ko-operasi di Indonesia oleh rakjat dan pemerintahnja, telah didjadikan suatu tjara jang tentu tjorak dan tugasnja. Kooperasi di Indonesia tugasnja sudah lebih luas lagi, tidak hanja sampai pada tingkatan mentjukupi funksi ekonominja sadja akan tetapi dapat pula mengisi funksi sosialnja. Tentang perihal ini djelas kiranja apa jang diletakkan dalam pasal 38 U.U.D. Sementara Republik Indonesia jang telah dikenal, jang akan membawa pada rakjat Indonesia terbukanja kemungkinan2 untuk mentjapai taraf kehidupan jang makmur dan sedjahtera. Titik berat tafsiran pasal tersebut diletakkan pada kata2 dengan azas kekeluargaan. Sungguh benar apabila hal demikian ini diartikan sebagai sesuatu ketentuan bahwa ko-operasilah djalan utama pelaksanaan tjita2 pasal 38 tersebut. Akan tetapi dapatkah hal demikian ini dipertanggung-djawabkan? Tentu sadja. Marilah kita tindjau kebenaran itu dan mentjoba memberikan keterangan kepada pernjataan jang dikeluarkan dari hati sanubari rakjat Indonesia. Sajang sekali sampai sekarang ini, pelaksanaan dari tjita2 belum sedjalan dengan bunji tjita2 tersebut. Untuk djelasnja akan kita ulangi ajat2 pasal 38 U.U.D.S. Rep. Indonesia tadi: 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. 2. T j abang2 produksi jang penting bagi negara dan menguasai hadjat hidup orang banjak dikuasai oleh negara. 3. Bumi dan air dan kekajaan alam jang terkandung didalamnja dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar2nja kemakmuran rakjat. Apabila pasal 38 ini dibatja dan direnungkan maka pengertian nja adalah sebagai berikut: a. Perekonomian rakjat Indonesia harus disusun menurut saluran susunan jang mempunjai azas2 kekeluargaan, maka antara jang berusaha dalam susunan usaha2 kerdja-sama itu tidak akan ada perbedaan lagi jang menundjukkan perbedaan harta jang menimbulkan adanja golongan2 jang berkuasa dan jang dikuasai, akan hilang golongan madjikan dan buruh. b. Dengan adanja usaha2 kerdja-sama itu akan ditjapai pengusahaan dan pengawasan harta kekajaan rakjat jang sungguh demokratis, tidak akan lagi didasarkan kepada kekuasaan se- 186 \

189 9 golongan jang kebetulan memegang peranan kekuasaan. Sungguh demokratis artinja ialah bahwa kepentingan jang banjak tidak diperkosa oleh jang sedikit; jang banjak jang berkuasa dengan melalui garis2 ketentuan peri kemanusian. c. Pembagian harta hasil usaha jang merata dan adil; tidak djatuh lagi kepada segolongan jang kebetulan berkuasa tetapi akan djatuh kepada jang berdjasa usaha. Tafsiran ini apabila dibandingkan dengan azas2 ko-operasi ternjata akan bertepatan sekali. Ko-operasi adalah suatu organisasi kerdja sama jang akan menghimpun dan menghubungkan golongan2 jang akan mentjukupi kebutuhan2 hidupnja sehingga akan tertjapai kerdja-sama antara golongan sipemakai dan sipenghasil. (3) Untuk dapat mengenal keadaan jang sekarang sedang bergelora maka selain pengetahuan adat setempat, djuga harus difahamkan sedjarah kepuluan Nusantara. Terlebih dahulu dengan singkat dibentangkan sedjarah kepulaun. Sudah barang tentu jang dialami dalam masa jang telah silam akan mempunjai daja pengaruh. Daja pengaruh ini harus ikut diperhitungkan dalam usaha pembangunan negara kita ini. Beberapa pokok dari perkembangan sedjarah adalah demikian: Keadaan alam. Letaknja terhadap negara2 lainnja, dan letaknja ditengah2 persimpangan djalan perdagangan. Terbuka bagi setiap jang hendak masuk. Keadaan iklim. Suburnja tanah dan hasil tanah dan pula kekajaan buminja. Perihal tabiat. Bakat dan pandangan hidup penduduk aslinja, terutama jang mengenai sikap hidup dalam keagamaannja dan terhadap kesusilaan rakjatnja. Rakjat Indonesia mempunjai kepandaian dan kesanggupan untuk menerima kebudajaan dari luar untuk didjadikan sebagian dari kebudajaannja sendiri, membuang jang tidak baik, menerima jang dapat dipergunakan dengan baik2. Oleh karena dari zaman2 jang telah silam bangsa Indonesia mempunjai hubungan jang erat, maka banjak pendapat diterimanja. Lebih2 dimasa kolonial telah banjak unsur2 kebudajaan baru diterima, karena pengaruh jang kuat dari pihak penguasa. Perbandingan pembagian tenaga bekerdja. Hal ini sangat penting sekali, dan persoalan ini mempunjai dua segi pandangan. 187

190 a. produksi tehnik; b. hubungan tukar-menukar dalam perekonomian sehari2. Pembangunan permodalan. Hal ini ada sangkut pautnja dengan hubungan tukar-menukar, perdagangan dan perindustrian dan lagi pembangunan kota. Oleh karena Indonesia telah dimasukkan dalam gelanggang perekonomian dunia, maka tentu hal jang demikian ini tentu mempunjai pengaruh. Mengingat apa jang diuraikan tadi, maka nistjaja akan didapat perubahan2 jang mendalam. Akan tetapi walaupun demikian halnja, Indonesia tetap mempunjai dasar pokok jang tak pernah hilang sebagai tjorak jang tertentu dalam gambaran perkembangan di abad2 jang telah silam. Dasar pokok ini ialah keadaan desa jang tak pernah berganti; sedjarah berlalu dengan tidak mengobah desa. Didesa akan didapat sumber pokok hidup penduduk Indonesia. Pula perekonomian negara Indonesia harus ditjari pada pokok ini. Desa bagi bangsa Indonesia merupakan sesuatu pusat kebudajaan dan djuga pusat perekonomiannja. Sesuatu kesatuan masjarakat hukum jang penting sekali bagi pembangunan Indonesia dimasa jang akan datang. Tentang hal2 pembangunan perekonomian Indonesia dimasa jang akan datang, Wakil Presiden R.I. Drs. Moh. Hatta berpendapat, bahwa menurut arahnja, dasar perekonomian dimasa jang akan datang akan semakin djauh daripada dasar individualisme dan semakin dekat kepada kollektivisme, dalam arti kata,,s a m a- sedjahter a. Memang kollektivismelah jang sesuai dengan tjita2 hidup Indonesia. (4 ) Telah mendjadi tjita2 Pemerintah dan rakjat Indonesia untuk mentjiptakan suatu susunan perekonomian jang tjotjok dengan adat rakjat Indonesia. Untuk mentjapai tudjuan ini ditjari djalan melalui garis2 kooperasi; ditjobanja untuk menjesuaikan sistim ini dengan susunan masjarakat Indonesia jang asli. Desa didjadikan batu dasarnja. Ko-operasi demikian ini dinamakan ko-operasi desa, untuk djelasnja akan kami sadjikan beberapa petundjuk dengan maksud agar segala usaha tadi akan mentjapai apa jang dikehendaki. Pertama2 harus diperhatikan oleh semua jang hendak mengarahkan ekonomi desa melalui ko-operasi desa bahwa masjarakat desa tidak merupakan tumpukan batu, akan tetapi merupakan bagian jang terketjil dari suatu organisasi jang hidup. Organisasi dan bagian2nja mempunjai hubungan erat. Bagian2 tidak boleh mati demi 188

191 kepentingan hidupnja seluruh organisme. Demikian pula organisme ada untuk memberikan hidup pada bagian2 tadi dan untuk memelihara hidupnja. Desa itu merupakan suatu badan jang mengatur rapih dan memelihara hubungan manusia dan masjarakat. Manusia itu adalah mahluk sosial, jang tidak mungkin hidup diluar lingkaran masjarakatnja. Oleh karena ini masjarakat desa mempunjai kekuasaan atas anggota2nja. Kekuasaan ini perlu sekali untuk memelihara berlangsungnja susunan masjarakat. Tiap2 keluarga itu merupakan bagian dari susunan masjarakat jang besar. Berhubung dengan itu dalam segala tindakan2nja dia harus senantiasa ingat akan hal itu, agar supaja susunan itu tidak dapat ditjerai2kan. (5) Kekuasaan tadi adalah sebagai pendjaga kepentingan masjarakat desa. Masjarakat desa harus menundjukkan suatu ukuran, jang dapat menghindarkan perselisihan tentang kepentingan2 atau jang dapat mengambil suatu keputusan djika terdjadi perselisihan kepentingan, agar supaja dapat memelihara rasa persatuan dalam masjarkat desa itu. Mereka jang masih kuat bekerdja, harus ikut serta, apabila desa mendirikan sebuah djembatan untuk kepentingan bersama pada waktu mentjegah bahaja bandjir, maka merekapun jang tidak langsung tertimpa oleh bahaja itu, harus pula ikut merasa bertanggungdjawab dalam pekerdjaan untuk mentjegahnja. Dapat pula kita sebutkan disini kewadjiban djaga malam, jang diminta oleh desa, untuk mendjaga keamanan desanja. Barang siapa hendak menghindarkan diri dari kewadjibannja itu, maka orang itu haruslah dipaksa untuk memenuhinja. Misalnja: desa mempunjai beberapa bidang padang rumput disekitarnja, sebagian harus disediakan sebagai tempat penggembalaan umum; desa harus dapat mentjegah, bahwa tanah itu akan dipergunakan sendiri oleh beberapa orang untuk didjadikan sawah. Desa harus dapat menguasai tanah untuk keperluannja, misalnja untuk mendirikan mesdjid atau membuat djalan (hak dadal-djawa). Anggapan umum tentang kekuasaan masjarakat desa jang mengharuskan segala apa jang tersebut diatas itu, adalah segala pekerdjaan jang baik untuk desa. Anggapan umum itu ternjata dari kebiasaan jang harus ditaati 189

192 oleh anggota masjarakat, apabila mereka tidak ingin ditjela, dihina oleh kawan sedesanja. Kebiasaan ini merupakan adat, i). Jang memegang kekuasaan adat ini, ialah pendapat umum, jang diwakili oleh kepala desa atau orang2 tua didesa itu, dan jang menghukum barang siapa melanggar adat kebiasaan. Apabila kekuasaan itu terlalu memaksakan kemauannja, maka timbullah bahaja, bahwa seseorang tidak akan lagi dapat berbuat sesuatu. Dengan begitu, maka kemungkinan perkembangan pembawaan seseorang diantara rakjat jang dikuasainja itu akan tertindas. Bahaja ini akan lebih besar lagi didesa2 di Indonesia jang masih tertutup, dimana keadaan masjarakat akan berubah dengan sangat perlahan2. (6) Rasa persatuan penghidupan orang desa di Indonesia menimbulkan suatu kehendak untuk bersatu. Salah suatu tjontoh daripada sifat itu, ialah tolong-menolong jang patut dipudji. Tjontoh lainnja jang mengenai kehendak untuk bersatu terdapat dalam dasar hukum Indonesia, ialah tanggung djawab bersama2. Djika seorang penduduk sesuatu desa jang melakukan kedjahatan terhadap seorang dari lain desa. Hal itu akan merupakan perselisihan antara kedua desa jang bersangkutan. Apabila ia mentjuri, maka orang2 dari desa jang ketjurian itu dengan tidak memandang siapa, jang mentjuri akan mentjoba memegang orang dari desa sipentjuri itu, dan kekajaannja diambilnja. Jang mendjadi soal, bukanlah orangnja si A atau si B, akan tetapi seorang penduduk desa Y atau Z, sebagai wakil dari masjara at esa itu. Terhadap orang2 asing dan untuk mentjegah pengaru a a jang tidak dikenal dan datang dari luar, maka orang2 da? tf if U masjarakat J ang mempunjai adat-istiadat jang sama suda arang tentu akan bersatu dan bertindak sebagai suatu kesatuan jang bulat. Kita harus berhati2 djika hendak menjesuaikan hukum2 adat Inonesia engan pergaulan dunia jang modern ini, walaupun tolongmeno on i u a a ah dasar pokok ko-operasi dan tanggung-menanggung a a kemauan tiap2 orang, dan dapat dianggap seagai sua u ewadjiban kemasjarakatan. Didalam masjarakat pengu upan esa jang terbatas, jang semendjak beberapa abad tiada eru a, ekuasaan adat itu atjap kali mendjadi rintangan *) Keterangan. Ter Haar Bzn., Beginselen en stelsel van het adatrecht. 190

193 jang besar bagi kemadjuan, seakan2 banjak desa2 ada dalam keadaan beku. Kekuasaan adat itu memperlambat setiap orang untuk berbuat sesuatu. Setiap orang merasa lemah, untuk menjimpang daripada kebiasaan, maka untuk kemadjuannja terlebih dahulu ia harus merasa bahwa ia tidak tergantung pada siapapun djuga, mempunjai harga diri. Akan tetapi ini sukar dapat ditanam, karena penduduk didesa jang terbatas ini olehnja masih sangat diinginkan pandangan tinggi dan penghormatan daripada pendapat umum, ini masih ada didalam masjarakat desa di Indonesia. (7) Tapuk pemerintahan didesa2 dahulu kala, tidaklah dipegang oleh orang2 jang bertindak sewenang2, akan tetapi biasanja dilakukan oleh suatu kerapatan orang2 tua dan pandai, dimana Kepala desa merupakan orang jang pertama diantara mereka itu. Walaupun di masa sekarang kekuasaan demikian itu nampak benar, dasar susunan desa tetap demokratis. Dasar inilah dipakai dalam menentukan segala tindakan bagi kesedjahteraan seluruh masjarakat dan akan pula mengawasi djalan pelaksanaannja. Maka dasar demokratis jang didapat itu akan berharga sekali bagi pembangunan gerakan ko-operasi dilingkungan desa. Selain daripada itu didesa tak ada pengertian paksaan jang kedjam, tapi segala sesuatu dapat diatur karena keinsjafan seseorang terhadap organisasi jang besar ini. Kemerdekaan tetap ada pada tiap penduduk didesa, walaupun hukum jang ada sering akan mengikat dan ikut menentukan nasib. Sendi2 kemasjarakatan itu dapat didjumpai pula sebagian diantara azas2 keko-operasian: a. tidak ada desakan dan paksa pada anggota2; b. hak suara satu bagi tiap2 anggota; c. tidak ada membeda2kan baik mengenai keagamaan atau aliran2 atau turunan maupun kekajaan; d. pembagian hasil usaha jang merata dengan dasar djasa anggota; e. usaha kearah kemasjarakatan jang njata membangun. (8) Jang lebih menjulitkan lagi ialah djika penduduk desa itu menjandarkan diri pada lainnja, karena mereka tiada mau berusaha sendiri. Kerdja-sama jang semula dimaksudkan untuk dapat membangun kekuatan tenaga, mendjadi alat jang melemahkan usaha orang2 jang ingin bekerdja dan ingin madju untuk mentjapai hasil jang memuaskan. Kalau ia karena kekuatan diri dapat madju dan melepaskan diri dari belenggu adat sering sekali pendapat umum 191

194 menjebut orang jang dapat mentjapai kemakmuran dengan usahanja sendiri, dengan kata2 jang kurang sedap didengarnja. Umum melihat padanja dengan iri hati. Mereka akan dipandang tinggi oleh kawan2 sedesanja, apabila kawan2 sedesanja itu dapat pula ikut mengetjap kemakmurannja. Oleh karena sikap hidup inilah maka ia tidak akan dapat menolak suatu permintaan jang diadjukannja, ia merasa wadjib untuk memberi sokongan, djika ada keramaian desa. Djika tidak demikian maka umum mudah menamakan ia orang kikir. Hal2 demikian ini dapat dilihat dibeberapa bagian di Indonesia, tentu mengandung bahaja akan menghambat kemadjuan. Sikap masjarakat demikian ini, tentu akan melemahkan kemauan seseorang untuk berusaha sekuat2nja unauk kemadjuan. Djika seseorang berhasil dan melebihi kemampuan kawan2 sedesanja, maka ia hanja mendapat sebagian daripadanja hasilnja itu. Atjapkali terdjadi bahwa kemakmura tidak diperlihatkan untuk menghindarkan agar supaja djangan terlalu banjak permintaan. Menjandarkan diri pada orang2 jang giat berusaha, merupakan suatu penghambat bagi kemadjuan perekonomian desa. Sekarang perihal itu terdjadi djuga dalam masjarakat Indonesia, bahwa keluarga dan teman2 menggantungkan nasibnja pada orang jang telah madju usahanja. Semua berakar pada perasaan kesosialan jang mendalam pada masjarakat desa di Indonesia. (9) Faktor2 tadi selalu akan dibawa dalam kupasan selandjutnja. Djalan manakah harus kita tempuh dalam usaha pembangunan perekonomian Indonesia? Selain faktor2 jang chusus berhubungan dengan adat istiadat rakjat Indonesia, perlu mendapat perhatian bahwa dalam pembangunan perekonomian negara faktor2 lainnja harus pula diperhitungkan untuk mentjapai suatu taraf perekonomian negara dimana ada imbangan dalam perkembangan di semua lapangan perekonomian dengan titik beratnja pada modernisasi usaha2 rakjat Indonesia. Faktor2 inti kekuatan ekonomi rakjat Indonesia ialah bahwa rakjat Indonesia pada umumnja mempunjai kelemahan dalam membentuk modal, lagi masih kurang mengetahui bagaimana harus menjusun kekuatan diri dengan setjara teratur. Telah kami ketahui bahwa rakjat desa dengan adat-istiadatnja memiliki beberapa lembaga2 jang bergerak dilapangan sosial eko- 192

195 nomi, akan tetapi karena sedjarah semua tadi sebagian besar terlibat dalam suasana keagamaan dan sutji, maka jang rieel dan konkrit sering2 hilang tak terlihat lagi. Kebiasaan perkembangan adat-istiadat dan keadaan tertutup dari dunia luar membekukan semua lembaga2 tadi, sehingga seakan2 rakjat Indonesia mendjauhkan diri dari perkembangan ekonomi modern. Akan tetapi segera segala batas2 dan halangan2 dilemparkan djauh2, dihilangkan karena arus kemerdekaan, maka Indonesia dengan segala lembaganja dihadapkan dunia jang telah mengembangkan susunan masjarakatnja. Sekarang terasalah bahwa banjak kelemahan melekat pada susunan perekonomiannja sendiri. Apakah karena keadaan tadi, semua jang telah ada tidak akan dipergunakan lagi, dan diganti oleh organisasi2 modern jang sama sekali asing dalam filsafat hidupnja? Kiranja tidak, tetap Indonesia dapat mempergunakan segala jang asli jang telah ada dalam usaha2nja menjusun diri umpamanja dilapangan sosial-ekonomi untuk mentjapai suatu taraf hidup jang lajak dengan kebutuhannja. Rakjat Indonesia telah mengetahui dan memegang teguh dalam susunan adat-istiadat dilapangan sosial ekonomi beberapa usaha pokok jang masih hidup dan dapat dipergunakan dalam perdjoangan untuk memperkembangkan usaha2 ekonomi dizaman modern ini. Pokok2 tadi a.l. ialah rasa tolong-menolong, tanggung-menanggung, kerukunan untuk menjelesaikan bersama2 pekerdjaan atau usaha2 jang penting bagi seluruh masjarakat, bekerdja dalam susunan jang demokratis, dan lain2nja jang djuga mendjadi inti sari semua usaha ekonomi modern terutama mengenai: I. Semua kefaedahan dan manfaat harus dapat dirasakan setjara merata oleh seluruh lapisan masjarakat dan kenikmatan harus dapat dirasakan oleh semua golongan rakjat. II. Hasil jang diperoleh oleh pengusaha2 dimasjarakat djangan hanja untuk beberapa golongan jang tertentu, tetapi harus dibagi setjara merata menurut keseimbangan djasa tiap2 anggota masjarakat jang ikut mentjurahkan tenaga lahir batin bagi tertjapainja dengan baik2 usaha2 tadi. Demikian pada azasnja jang mendjadi pokok bagi perekonomian modern dan pada garis2 besarnja djuga telah dilakukan dinegara2 besar didunia ini dengan mempergunakan pelbagai matjam tjara dinamakan économi dirigée. (10) Kekuatiran bahwa sesuatu masjarakat jang sederhana dan KAMARALSJAH - Ko-operasi

196 masih terikat oleh adat-istiadat sebagai warisan dari masa jang silam tidak akan dapat ikut serta dalam pergeseran masa jang modern, tidak perlu ada. Faktor2 adat-istiadat tidak perlu mendjadi faktor jang membekukan. Faktor2 inilah seharusnja mendjadi faktor2 jang akan melahirkan apa jang baik dan baru. Dengan demikian nistjaja faktor adat-istiadat dengan diberikan daja usaha jang memang sesuai dengan keinginan rakjat akan memberikan kepada rakjat Indonesia daja hidup jang baru jang akan membawa rakjat ketingkatan jang modern. Sekarang rakjat Indonesia telah dihadapkan pada dunia seluruhnja, rakjat mengenal jang diperlukan untuk kemadjuannja. Tentu karena menghadapi arus hidup jang baru ini, rakjat harus mempertahankan diri djangan sampai tenggelam, dan kembali didjadjah lagi. Nafsu akan mempertahankan diri nistjaja akan memberi sendi2 baru pada adat-istiadat jang lama. Pertjampuran ini akan membangun adat-istiadat jang modern, akan memberikan pada rakjat Indonesia sendi2 baru untuk menjusun masjarakatnja sesuai dengan keadaan masa. Bukankah telah diketahui bahwa adat-istiadat jang lampau, disertai nafsu akan hidup langsung sesuai dengan djaman dan lagi daja dalam diri anggota2 masjarakat untuk mentjiptakan jang baru jang lebih sesuai dengan keadaan, melahirkan sikap hidup jang baru jang lambat laun akan memberikan kesan bahwa kelak dilahirkan adat-istiadat jang baru? Demikian pula dengan Indonesia. Nistjaja dimasa jang akan datang banjak jang dilahirkan jang akan dikenal sebagai usaha2 modern masjarakat Indonesia. (1 1 ) Megingat faktor2 jang telah diuraikan dalam ajat2 diatas maka sudah barang tentu segala sesuatu harus ikut diperhitungkan dengan njata2. Kesimpulan ialah Indonesia pada masa ini sangat merasa akibat2nja masa jang lampau masa pendjadjahan. Pada masa pendjadjahan telah pula diperkembang keadaan ekonomis jang djustru didapat didaerah2 pendjadjahan. Djustru keadaan inilah jang harus dirubah sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan kepada rakjat dan negara Indonesia kesedjahteraan dan kemakmuran jang mendjadi idam2annja. i) Pembangunan harus dimulai dari bawah dengan bimbingan jang njata dari pihak jang dipertjajai oleh rakjat untuk memimpin negara. i) Keterangan. D. M. G. Koch = Politiek kemakmuran bagi Indonesia. H.H. Boeke = Dorpsherstel. 194

197 3 Apakah jang harus mendjadi dasar pembangunan perekonomian Indonesia. Pembangunan perekonomian Indonesia dilaksanakan sesuai dengan inti pasal 38 U.U.D.S. Rep. Ind Pembangunan jang diusahakan ini akan dibangun melalui salurans koperatip, sesuai dengan adat-istiadat bangsa Indonesia. Ko-operasi jang telah diakui sesuai dengan keadaan desa, dan jang dapat pula mentjukupi kebutuhan2 didesa akan dinamakan Ko-operasi-Desa Dengan istilah ini dimaksudkan suatu matjam ko-operasi jang berlainan dengan matjam2 ko-operasi jang telah dikenal. Ko-operasi-Desa adalah matjam ko-operasi jang multipurpose. Artinja ko-operasi ini tidak hanja mempunjai tudjuan satu, akan tetapi lebih dari satu. Walaupun ko-operasi ini bertudjuan banjak, namun tidak mendjadi keharusan semua bagian dibangun seketika itu djuga. Dalam membangunnja harus diketahui lebih dulu jang mana jang terpenting. Bagian inilah jang dibangun terlebih dulu agar supaja ko-operasi dapat diperkembang sebagaimana mestinja dengan sendi2 organisasi dan usaha jang kuat. Pada umumnja Indonesia adalah negara jang agraris. Sebab2nja agraris tidak lain karena di masa pendjadjahan, Indonesia tidak diberi kesempatan untuk berkembang sebagaimana mestinja. Dengan adanja politik pendjadjahan maka Indonesia sebagaimana djuga sebagian besar negara2 jang masih terbelakang ekonominja, selalu dipergunakan sebagai daerah jang harus mengexport bahan mentah kedaerah2 lain jang telah mempunjai perindustrian. Politik pendjadjahan ini menjebabkan Indonesia belum djuga dapat membangun perindustrian dan pasar2 di dalam negerinja jang dapat melajani kebutuhan perekonomian rakjat, ekonomi Indonesia sangat tergantung dari keadaan luar negeri dan masih sebagian besar tergantung dari kebutuhan akan barang mentah oleh luar negeri. Karena keadaan inilah maka Indonesia tetap mendjadi negara jang agraris. Rakjat hidup dalam tingkatan selalu kekurangan modal. Keadaan jang mudah digontjangkan jang selalu dipengaruhi oleh usaha2 bangsa asing, memaksa rakjat Indonesia dalam membangun ko-operasi-desanja lebih dulu dibangun bagian2 usaha jang kurang modal untuk dapat memberikan djalan keluar akan kenjataan penderitaan berusaha. Oleh karena demikian maka bagian jang harus diusahakan bangun terlebih dahulu ialah bagian perkreditan, bagian simpan-pindjam. Hal jang terachir ini tidak hanja djustru diperuntukan bagi ko-operasi-desa tapi djuga didaerah2 dimana akan didirikan ko-operasi2 primer jang bertudjuan satu. 195

198 Selalu harus diperhatikan membangun lebih dulu daja potensieel ekonomis dari rakjat. Dengan perkreditan jang teratur baik maka kekuatan rakjat dapat dipergunakan sebaik2nja. Dengan usaha perkreditan sebagai usaha pokok dengan ko-operasi-desa akan ditjapai suasana pertukaran jang akan dapat menggiatkan peredaran barang dan sudah barang tentu akan menjebabkan terbukanja sumber2 baru. Nistjaja usaha2 ini akan membawa kemakmuran jang diharapkan. (12) Walaupun tiap2 bagian mempunjai peraturan2 tersendiri jang chusus, pengurus tetap hanja satu. Pengurus2 bagian2 bertanggung-d jawab langsung pada pengurus umum. Pengurus umumlah jang bertanggung-djawab pada rapat anggota, ia dipilih pula oleh rapat anggota. Maka dalam pengertian ko-operasi: pengurus umum inilah pengurus jang tulen. Untuk anggaran2 (peraturan2) tiap2 bagian pada garis besarnja dapat dipergunakan apa jang telah diterangkan dalam buku Tjontoh Anggaaran-dasar desa2 jang diterbitkan oleh Djawatan Ko-operasi pada tahun 1950, dengan perubahan, jang terutama mengenai permodalan dan pembagian keuntungan. Daerah bekerdja ko-operasi-desa terbatas hanja sampai satu desa sadja, usahanja meliputi berbagai2 usaha rakjat desa. Ko-operasi-desa di Indonesia bekerdja ditengah2 masjarakat jang agraris dan terbatas pada terutama rakjat tani. Faktor ekonomis terbatas, ini kiranja sangat tergantung sekali kepada faktor zaman, sangat relatip. Kekuatiran seakan2 dengan adanja koperasi-desa ini, ekonomi dikembalikan kezaman jang lampau, zaman ekonomi terbatas, tidak perlu ada. Pasal2 dalam anggaran dasar ko-operasi memungkinkan, bukan penduduk desa untuk mendjadi anggota atau untuk berniaga dengan desa lainnja, modernisasi dapat djuga diaktiveer dalam oganisasi ko-operasi-desa. Tentang keanggotaan diberi kesempatan terhadap mereka jang bukan penduduk desa, akan tetapi mempunjai kepentingan didesa itu atau mempunjai hubungan ekonomi jang tertentu, umpamanja karena pasar dsb. Karena usahan\a ekonomis, desa dapat terbuka. Desa pada waktu sekarang ini tidak mungkin lagi hidup tersendiri, walaupun anasir2 hukum adat disana-sini masih kuat dan untuk sementara mungkin mempersukarnja. Djaman tidak dapat kita kembalikan! Ko-operasi-desa dalam bentuknja ialah suatu ko-operasi primer, 196

199 oleh karena itu supaja diperhatikan bahwa anggota2 memilih langsung pengurus ko-operasi-desa, anggota memberikan modalnja pada ko-operasi tidak pada bagian2. Bagian2 hanja merupakan tem pat usaha bagi tiap2 golongan tertentu didesa jang diko-ordineer usahanja masing2 oleh ko-operasi-desa. Untuk djelasnja, lihatlah rangka susunannja dibawah ini: KETERANGAN: x artinja: rakjat jang mendjadi anggota ialah mendjadi anggota daripada ko-operasi dan bukan mendjadi anggota daripada bagian, y artinja: oleh karena demikian maka pengurus dari bagian2 tidak dipilih olen anggota2, karena bagian tidak mempunjai keanggotaan. Pengurus sesuatu bagian ditetapkan oleh P en gurus seluruh ko-operasi-desa, dan pengurus bagian bertanggung-djawab pada P en gurus seluruh ko-operasi desa tadi. 197

200 z artinja: ko-operasi-desa mempunjai anggota2 jang tidak hanja meliputi satu atau dua golongan sadja daripada masjarakat desa, akan tetapi siapapun djuga boleh mendjadi anggota asalkan sadja mereka itu penduduk desa. Dengan tjara demikian maka ko-operasi tidak memandang pula apa jang mendjadi lapangan pekerdjaan anggota2nja. Oleh karena K o-operasi-desa ini merupakan suatu ko-operasi primer maka para anggota memilih langsung pengurus2nja dari antara mereka, anggota2 tadi. v artinja: walaupun demikian, seluruh ko-operasi ada untuk semua penduduk didesa jang suka mendjadi anggota perkumpulan ko-operasi ini tidak memandang golongan atau lapangan pekerdjaan atau matjam kebutuhan jang diperlukan, akan tetapi oleh karena ko-operasi itu ialah suatu organisasi kerdja sama jang didirikan untuk dapat melajani kebutuhan anggota2nja, maka dengan demikian organisasi ko-operasi desa membuka kemungkinan bagi tiap2 anggota untuk mempergiat usahanja masing2. Oleh sebab itu maka dalam organisasi ko-operasi-desa diadakan bagian2 tertentu dalam mana anggota2 jang berusaha dalam satu lapangan berkumpul dan berusaha untuk mentjapai hasil usaha setingginja. Perlu kiranja disini diterangkan bahwa diantara bagian2, jang terpenting ialah Bagian Bank, karena dalam masjarakat Indonesia kiranja inilah merupakan tulang-punggungnja perekonomian rakjat. Bagian ini djuga meliputi semua usaha dari rakjat lain daripada barang2 lainnja jang hanja melajani satu lapangan usaha sehingga dengan demikian hanja dapat meliputi sebagian sadja daripada rakjat desa jang tergabung dalam ko-operasi-desa ini. (1 3 ) Sebagai telah diuraikan dahulu ko-operasi itu dapat dibagi menurut djenis lapangan usahanja dalam 3 matjam jaini: 1. Ko-operasi kredit (simpan-pindjam, bank); 2* produksi (penghasilan/pendjualan) dan 3. konsumsi (keperluan sehari2). Oleh karena penghidupan penduduk desa mempunjai matjam2 sektor, maka sektor2 itu memerlukan matjam2 ko-operasi pula, sehingga dalam suatu desa tentu ada kemungkinan didirikan beberapa matjam ko-operasi. Untuk dapat mengusahakan bermatjam2 ko-operasi ini dibutuhkan banjak tenaga pimpinan. Sedang kenjataannja tenaga pimpinan jang tjakap, ulet dan djudjur itu agak sukar didapat. J Selain kekurangan tenaga pimpinan, kemungkinan besar sekali a wa lan ara erbagai ko-operasi dalam satu desa akan timbul persaingan a au etegangan jang akibatnja dapat membingungkan rakjat jang serba sederhana itu. Mengingat sifat desa Indonesia jang merupakan satu organisme sosial dengan rasa tolong-menolong (gotong-rojong) jang kuat dan 198

201 untuk mengatasi kesukaran jang mengenai kekurangan tenaga pimpinan, menghindarkan persaingan antara matjam2 ko-operasi dalam satu desa sehingga tidak membingungkan penduduk desa, maka sebaiknja dalam desa itu hanja diadakan satu ko-operasi dengan bagian2 jang meliputi bermatjam2 sektor2-penghidupan penduduknja. Dengan demikian maka ko-operasi-desa merupakan sebuah kooperasi primer (ko-operasi tingkat pertama jang beranggota orang) pada umumnja bermaksud memperbaiki nasib anggota masjarakat desa dengan djalan pemberian kredit, baik berupa uang (bank) maupun berupa padi (lumbung) atau pula berupa benda (alat2 pertanian, chewan, ternak, rabuk, dsb.), pendjualan bersama hasil pertanian, peternakan dan pembelian bersama keperluan jang sangat dibutuhkan rakjat jang mengenai bahan makanan serta pakaian dengan daerah bekerdja satu desa. Dengan timbulnja aliran Ko-operasi-Desa ini tidaklah berarti, bahwa ditiap2 ko-operasi-desa dengan sekaligus didirikan matjam2 bagian jang pada hakekatnja merupakan satu matjam ko-operasi ketjil. Hendaknja dimulai dulu dengan satu atau dua bagian sadja, jang sangat diperlukan didesa itu. Dalam suatu desa dimana rakjatnja banjak jang mendjadi pedagang2 ketjil, dapatlah dimulai dengan bagian kredit; untuk kepentingan petani2 dapat didirikan bagian lumbung misalnja. Segala sesuatu jang mengenai penjusunan modal, tjara dan siasat bekerdja, daja upaja jang harus diperhatikan dan azas2 jang harus dipakai sebagai dasar jang telah dipeladjarkan dalam ketiga matjam ko-operasi itu, berlaku djuga bagi bagian2 dari ko-operasidesa. Aliran ko-operasi-desa timbul djuga dilain2 daerah di Asia. Oleh konperensi ko-operasi seluruh Asia di India dalam tahun 1949 diandjurkan pula supaja dalam usaha mengadakan ko-operasi pertanian sedapat mungkin diambil dasar: Satu desa, satu ko-operasi. Rakjat Indonesia sebagian besar terdiri dari petani2 atau mendapat penghidupan dari pertanian. Begitu pula keadaannja desa2 Indonesia jang terutama bersifat pertanian. Dalam desa2 jang demikian, maka ko-operasinja harus bersifat pertanian jang mementingkan kemadjuan dan kebutuhan petani. Usaha2 ini dapat dimulai dengan pembentukan bagian lumbung ko-operasi-desa. 199

202 I. BAGIAN LUMBUNG. Pada umumnja didapat dua matjam lumbung: 1. Lumbung bibit; 2.,, patjeklik; Lum bung bibit diadakan dengan maksud supaja pada waktunja menanam padi, pak tani telah terdjamin dengan bibit jang baik dan murah. Pada waktu panen (mengetam padi) anggota2 diwadjibkan menjimpan bibit jang baik, banjaknja masing2 menurut luasnja sawah jang dikerdjakan. Pada waktu menanam padi, bibit itu dikembalikan lagi kepada anggota2nja. Lum bung patjeklik (patjeklik = musim kekurangan padi) merupakan lumbung simpan-pindjam padi. Anggota2 pada musim panen menjimpan padi. Pada musim patjeklik, padi itu dipindjamkan kepada anggota jang kekurangan dengan memakai bunga jang tidak memberatkan sipemindjam. Menjimpan padi dimusim panen ini harus senantiasa diandjurkan diantara petani, agar supaja mereka dalam musim patjeklik sudah mempunjai tjukup simpanan padi sendiri dan dapat memindjam jang tjukup banjak, sehingga mereka tidak terdjerumus dalam idjon atau gadai. Dalam menjelenggarakan bagian lumbung ini hendankja diperhatikan hal2 tsb. dibawah: 1) Maksud lumbung ialah menggiatkan simpanan padi dan memberikan pindjaman padi guna ongkos penggarapan sawah, buat penghidupan dalam waktu patjeklik dan buat keperluan lain jang berfaedah. Untuk keperluan bibit diadakan lumbung bibit. 2) Jang diberi pindjam, selainnja anggota jang mempunjai sawah, d juga mereka jang hanja mengerdjakan atau menggarap sawah sadja. 3) Maksimum pindjaman tiap tahun untuk masing2 anggota ditetapkan oleh pengurus dengan persetudjuan rapat anggota. Maksimum ini tidak boleh melebihi kekuatan membajar dari pemindjam jang didasarkan kepada luas sawah (nja) jang dikerdjakan. Supaja diperiksa berapa banjaknja padi harus diberi sebagai pindjaman. 4) Sewa-modal (bunga) jang diwadjibkan buat pindjaman harus tjukup buat menutup ongkos2 pekerdjaan dan mengadakan tjadangan, terhitung pula pemeliharaan bangunan lumbung. Buat lumbung jang ketjil atau sedang, sewa-modalnja tidak akan dapat kurang dari 25 %. Djika pada permulaan sewamodal ditetapkan terlalu rendah dan kemudian harus dinaik- 200

203 an, mungkin hal ini tidak akan mudah didjalankan. Kebalikannja, akan dapat menggembirakan anggota. Pembajaran hutang harus senantiasa dilakukan dengan padi jang sama matjamnja dengan jang dipindjamkan dan telah kering betul. Pembajaran dengan uang hanja diperkenankan bila telah ada peraturannja (misalnja dikala padi tidak djadi). Dalam satu atau dua bulan sesudah panen (mengetam padi), maka semua hutang2 harus sudah dibajar. 6) Tunggakan ialah hutang jang sesudah tiga bulan sehabis panen belum djuga lunas. ) S u su t padi harus didjaga supaja djangan melebihi 5 % untuk padi kering, 15 % sampai 20 % buat padi basah. Karena itu lumbung harus dipelihara baik2, tikus dan binatang2 ketjil harus ditjegah. Sebaiknja simpanan dan pembajaran hutang dilakukan dengan padi kering. H' BAGIAN b a n k ( k r e d it ). Lapang pekerdjaan perkreditan ketjil didesa tepat sekali bila Pendapa t perhatian sepenuhnja dari ko-operasi-desa. Bila penje- Iid* an membuktikan, bahwa banjak rakjat jang membutuhkan kfedit, maka dapatlah dibentuk bagian bank (kredit) dan ko-operasi~(jgg2») pertam a* dari pada bank-ko-operasi adalah m eng-. L-pnpria anggotania dan memberi giatk an menjimpan W j % d kabhal' jang bermanfaat Pindjaman kepada anggo keradjinan dsb.) (m isaln ja modal dagang, modai usand dan akan membawa Pe.rbali^ am tjaranja memberikan pin- Kesalahan atau kela aian kesukaran2 dan kemeladjaman mengakibatkan ena tu harus pula dilakukan ratan bagi sipemindjarn. pindjaman jang diterima pengawasan atas pemakaian uang P J oleh sipemindjam itu. simpanan-pokok-wadjib dan J Afoato/ permulaan terdin, dari anggota2 atau sebagisimpanan lainnja *an SUI! ^ esa an modal dari ko-operasl" g anggota dari ko-operasi jang ) /a/z^ diberi pindjaman per a pacja waktu memberikan Pula mendjadi anggota ^ mendjumpai kesukaran. Tetapi pindjaman pengurus tida ditjjtjil (diangsur), mungkin pada waktu pindjaman i ketida^ lantjaran sebab anggota pengurus akan mendjump Karena itu pengurus harus m endapat kesulitan m e m o a r. ^ o m

204 senantiasa mendjaga djangan sampai pindjaman itu memberatkan anggota. Uang jang dipindjamkan itu harus membawa keuntungan kepada sipemindjam sedikitnja sama dengan sewa modal jang harus dibajar, pindjaman harus didasarkan perhitungan jang objektip dan mengenai pokok. 4) M atjamnja pindjaman jang diberikan oleh bagian bank hendaknja disesuaikan dengan mata-penjarian dari anggota2. Bila didesa itu orang2nja mempunjai bermatjam2 penghasilan (dagang, ketjil, buruh, tani) dapatlah diadakan tiga matjam pindjaman: 1. pinjaman mingguan untuk pedagang2~ketjil jang menerima penghasilan harian. 2. pindjaman bulanan untuk pekerdja2 jang menerima upah bulanan atau pedagang-ketjil jang bermodal agak besar dan menerima hasilnja tidak tiap2 hari; 3. pindjaman musiman atau bank tani dengan d j angka jang sesuai dengan sesuatu musim dari padi atau hasil bumi. Petani2 jang tidak menerima penghasilan harian atau bulanan sebaiknja djangan mempergunakan bank-mingguan atau bulanan. Selainnja daripada pindjaman2 tsb. diatas, perlu pula senantiasa didjaga (kalau ada d,berantas) idjon dan gadai diantara petani2. 5) Sewa-modal buat tiap2 matjam pindjaman itu tentu tidak sama h p c a r n ia P a r ia III. BAGIAN PRODUKSI. usahaan rakjat jang fidak d ibutuhk; n oleh penduduk desa itu. 202

205 Untuk keperluan dari rakjat desa itu sendiri, maka bagian produksi mendjualnja kepada bagian konsunl* h. d pada bagian2 Pendjualan hasil bumi urusannja orgj sasi, lain. Pengurusnja, selainnja haru perdagangan hasil harus pula tjakap da^ erp^ bumi. Ia harus mempunjai p<ei'h» dihasllkan anggota itu. tentang pasar, harga, kwalitet s { selamat. Karena _ Dari pada tergesa*, lebih b a i k hasi, an?gota itu itu bila' ko-operasi belum san&& P jakukanlah hal ini dengan dengan tenaga dan kekuatan sen j > ^ Tentu sekali hal ini perantaraan pedagang atau teng u selama ko-operasi belum dilakukan untuk sementara waktu - mempunjai kesanggupan dan Pe"» bermodal, dapatlah ra mem- Bila ko-operasi sudah agak kua ja ^ jerahkan hasil berikan persekot kepada angg haiknja bagian ini, djuga mem buminja (ternaknja). Karena dengan simpanan-paksaperhatikan penjusunan moda, an p a d a w aktu anggota menenma h pendjualan barangnja an pada waktu anggow ko-operasi.,. P,uarkan diperoleh beaja2 jang dike'uarlkan a y Keuntungan k0' pera!*.sania sebanjak 1 f m dari uang komisi jang 1 sebadan dari kediua,an- ta2 menerima kemb hasif j ang dilaku- Pada tutup tahun anggota m ^ pendjuajan hasil j untungan ini didasarkan a a perhatian pekan oleh ko-operasi. ^ djuga menjap ^ Selainnja dari us... m0del k lanlr P njelenggaraan kebon bi 1>.v, BAGIAN KOKSUMS.. Sebagai k o -o p erasi kepe dibutuhkan o hakan keperluan jang sa sendiri, maka dapatlah hal bahan dan pakaian. dakan warunj L ung perseorangan. De- Bila belum dapat meng ntaraan ^ ko_0perasi-desa. barang2 itu didjual den «arnja lapang tjdaklah mungkin untuk mikianlah dalam garls,.fegaskan, bahwtjara sekaligus. Pengurus Satu kali lagi disini diteg se J diperiukan dan dapat mengusahakan bagian jang s pengalaman dipero e. harus menentukan bagi*" b e r d ja la n J ^ merupakan satu didjalankan lebih du u- terbukti dan Satu usaha jang nja a ^

206 I sjarat bagi mendapat kepertjajaan dari rakjat. Dengan tiada ini tak mungkinlah ko-operasi itu akan landjut. Satu hal jang perlu disini dikemukakan lagi ialah bahwa kooperasi-desa hendaknja berdiri diatas segala aliran politik. Kooperasi supaja mendjauhkan segala pertentangan dan ketegangan politik dari usaha ko-operasinja. Ko-operasi-desa adalah suatu ko-operasi jang satu dalam susunan organisasi akan tetapi dalam bekerdjanja untuk mentjapai tudjuan, hendak mempertinggi kesedjahteraan hidup rakjat didesa, didjalankan pelbagai usaha jang lazimnja dikerdjakan masing2 oleh satu ko-operasi sadja. Pada azasnja maka ko-operasi-desa adalah sesuatu ko-operasi jang didirikan untuk keperluan rakjat desa seluruhnja dengan mengingat masing2 kebutuhan dan usaha dan pelajanan. Hal2 ini disalurkan demikian rupa hingga dapat diperoleh manfaat sebesar2nja dan tjara bekerdja sebaik2nja, dengan ko-operasi jang bertudjuan banjak. Di Indonesia titik beratnja diletakkan pada memperhebat usaha banknja djustra karena diketahuinja bahwa rakjat Indonesia jang agraris membutuhkan sekali permodalan bagi usaha2 lainnja jang sehat dan kuat. (14) Sebagaimana telah diketahui maka dalam susunan kooperasi-desa didapat pengurus umum untuk seluruh ko-operasi dan pula pengurus2 dari bagian2 jang chusus. Hubungan antara pengurus umum dan pengurus bagian2 ialah sedemikian rupa, sehingga pengurus2 bagian2 akan bertanggung-djawab kepada pengurus umum, walaupun adakalanja bagian2 ini sudah landjut sekali dalam usahanja untuk mangreh-diri (otonoom) dengan adanja peraturan2 chusus untuk masing2 bagian. Untuk lantjarnja usaha dan untuk mempersiapkan kemungkinan akan adanja ko-operasi2 primer jang asal mulanja bagian dari sesuatu ko-operasi-desa, maka sudah barang tentu pengurus sesuatu bagian dipilih djuga oleh para anggota2nja sebagai anggota dari pengurus umum ko-operasi-desa. Oleh karena ko-operasi-desa adalah suatu ko-operasi jang seluruhnja masih tetap merupakan suatu kesatuan ko-operasi maka dengan sen irinja tidak akan dapat diperkenankan bahwa bagian2 masing2 memilih pengurusnja masing2. Anggota2njapun adalah anggota ^ari ^o-operasi-desa jang berusaha masing2 untuk dapat mentjukupi kebutuhannja masing2 melalui bagian2 jang chusus itu. Anggota2 selama belum ada ketentuan lebih landjut tetap masih mendjadi anggota dari ko-operasi-desa. 204

207 Tentang keanggotaan mi da^at tt& r& ig& ir Hftms^ssrberikut. Ko-operasi-desa mengenal dua matjam hubungan keanggotaan. P ertam a, keanggotaan jang langsung dari ko-operasi-desanja sebagai suatu kesatuan. Kedua, keanggotaan jang melalui organisasi2 bagian2. Dengan adanja kemungkinan hubungan keanggotaan jang dua matjam ini maka sudah barang tentu ada pula dua matjam hubungan permodalan antara anggota dan ko-operasi-desa. Karena adanja matjam2 ini maka masing2 matjam akan membawa pula akibat2nja jang harus mendapat perhatian sepenuhnja dari jang memberikan bimbingan. A n g g o ta langsung mendjadi anggota dari ko-operasi-desanja. Tentu mereka masing2 harus membajar langsung kepada ko-operasidesa simpanan-pokoknja sebagai salah satu sjarat untuk mendjadi anggota. Setelah kewadjiban ini ditjukupinja maka baru mereka itu dapat mengalirkan usaha melalui bagian jang chusus jang a a didapat dalam organisasi ko-operasi-desa. Dengan tjara demikian ini maka jang menguasai modal orga nisasi ialah ko-operasi-desa. Pengurusnja sudah barang tentu harus memperhatikan pula bagaimana tjara mempergunakan modal ini dengan sebaik2nja. Modal dengan sendirinja harus disalur an melalui bagian2 jang ada. Tindakan sematjam ini sudah sewadjar nja karena jang berusaha dengan sungguh2 ialah bagian2. Dalam bagian2 para anggota mentjari djalan untuk menjempurna kan usuhanja untuk mendapat kepuasan dalam mentjukupi e butuhannja. Oleh karena demikian maka pengurus ko-operasi- esa harus dapat menentukan sikap jang djelas berapa bagian2 ari modal jang dapat diberikan kepada bagian2 chusus. Dengan tin a kan ini harus diperhatikan bahwa pengurus ko-operasi-desa tetap bertanggung-djawab atas keselamatan modal itu dan djuga ka au ada anggota jang hendak keluar maka penguruslah jang wadjib mengembalikan uang simpanan. Bagaimanakah tentang simpanan2 lainnja seperti simpanan wadjib dsb. Karena simpanan2 ini timbul dari usaha2 jang didjalankan oleh bagian2 dari ko-operasi, maka segala tjatatan dari simpanan2 ini akan didapat pada buku2 dari bagian2 jang bersangkutan. Keadaan jang djelas dari kekajaan masing2 anggota akan didapat dari buku2 jang dikerdjakan oleh bagian2 jang chusus. Dapatkah kita ketahui dengan tjatatan jang dibuat oleh ko-operasinja? Tentu dapat asalkan sadja ada pembukuan-central. Sekarang 205

208 mendjadi pertanjaan apakah ini mungkin didjalankan oleh pengurus dan pegawai2 ko-operasi, mengingat keadaan didesa pada masa sekarang ini. Kiranja kemungkinan besar sekali jang diterangkan achir2 ini tidak dapat didjalankan sebagaimana mestinja. Pekerdjaan jang harus dilakukan akan meminta kepandaian hal ilmu pembukuan dan organisasi jang sukar didapat didesa2. Titik berat harus diletakkan pada bagian2 dengan pengawasan dan bimbingan dari pengurus ko-operasi. Keadaan demikian ini akan membawa akibat2nja. Masing2 bagian tetap mengerdjakan jang bersangkutan dengan usaha chusus masing2. Ko-operasi-desa tidak mempunjai pembukuan jang memusat. Bagaimana tentang pembagian keuntungan pada achir tahun-buku? Oleh karena ko-operasi-desa tidak mempunjai pembukuan jang memusat maka sudah barang tentu pengurus (pusat) ko-operasi tidak akan mengetahuinja ihwal djasa2 anggota terhadap ko-operasi dan djumlah kekajaan masing2 anggota pada ko-operasi. Semua itu hanja dapat diketahui dalam bagian2 jang mendjalankan usahanja dengan tjara pembukuan jang sederhana akan tetapi praktis. (Pada umumnja tabelaris.) Kalau pembagian keuntungan achir tahun-buku harus dikerdjakan oleh pimpinan ko-operasi, maka tjatatan jang ada pada pimpinan ko-operasi ialah tjatatan banjaknja simpanan-pokok jang ada padanja. Untuk mengetahui djasa usaha masing2 anggota harus diminta terlebih dahulu keterangan dari bagian2. Tentu tjara jang demikian ini tidak mudah. Oleh karena demikian maka pembagian keuntungan dilakukan oleh masing2 bagian sendiri kepada anggota 2 jang serta usaha dalam bagian2 itu. Dengan tjara demikian maka pengurus ko-operasi tidak lagi mengurus pembagian keuntungan langsung kepada anggota2 tapi masing2 diberi beban mengurus bagian untuk mendjalankan kewadjibannja masing2. Pembagian keuntungan achir tahun dibagi oleh bagian2 misalnja. 40 % untuk anggota2 berdjasa usaha; 20% untuk anggota2 menjimpan (berdjasa modal); Batas2 dividend, pembagian keuntungan kepada mereka jang berdjasa modal, sebesar 2 % tetap hanja 8 % dari djumlah semua simpanan. Kalau batas2 ini telah dilampaui maka selebihnja dimasukkan kedalam dana tjadangan ko-operasi-desa, untuk memperkuat usaha dan mempertinggi nilai kepertjajaan usaha pihak ketiga (crediet-waardigheid). 206

209 40 % diserahkan kepada ko-operasi-desa sebagai badan jang mempersatukan bagian2. Kemudian dengan sendirinja ko-operasi-desa mendapat pemusatan2 dari bagian2. Pemusatan keuntungan harus dibagi lagi. Misalnja: 15 % untuk pengurus; 40 % dana tjadangan; kalau sudah melebihi djumlah seluruhnja untuk chusus tjadangan kerugian maka dana ini dipergunakan untuk perluasan usaha2 ko-operasi; 15 % dana pendidikan anggota2 ko-operasi; 15 % dana untuk membantu usaha2 memadjukan masjarakat desa; 10 % dana sosial/perlaja untuk anggota2 ko-operasi. Demikianlah pembagian keuntungan kalau bagian2 masing2 berdiri sendiri, mangreh-diri! Bagaimana kalau semua keuntungan dan pembagian diserahkan kepada ko-operasi-desa sebagai pemusatan bagian2 (lihat tjontoh Anggaran Dasar Ko-operasi-desa.)? Kiranja sukar sekali untuk pengurus koperasi menentukan perbandingan djasa anggota2nja. Untuk dapat mengerdjakan ini dibutuhkan administrasi jang tidak ringan. Sudah barang tentu djalan jang paling mudah ialah pembagian keuntungan menurut perbandingan modal jang diserahkan kepada ko-operasi oleh anggota2, baik jang berupa sirnpananpokoknja maupun jang berupa simpanan-wadjib. Kalau tjara jang demikian im (M jalankan m aka dengan sendirinja kita telah meninggalkan dasar2 bahwa ko-operasi tidak akan mengutamakan pembagian dengan dasar perbandingan modal. Oleh karena demikian maka tjara pembagian ini tidak pada tempatnja. Menurut pandangan saja, pembagian keuntungan didjalankan oleh masing2 bagian adalah tjara jang mudah dan jang adil sekali, sesuai dengan azas2 ko-operasi. Sudah barang tentu dengan tjara demikian ini maka simpananpokok tidak mendapat penghargaan. Ini djuga sudah sesuai dengan azas2 ko-operasi, jang tidak memberikan djasa kepada modal sebagaimana diandjurkan oleh Fr. W. Raiffeisen. ( 15) Melandjutkan tjara bagaimanakah anggota2 mendjadi anggota langsung dari ko-operasi-desa. Tentang pembagian keuntungan telah dikupas, sekarang akan diterangkan mengenai modal. Sudah diketahui bahwa modal jang terhimpun pada ko-operasidesa adalah himpunan simpanan-pokok para anggota2. Tentang 207

210 simpanan-wadjibnja maka itu akan didapatnja pada bagian2 masing2, djuga demikian dengan simpanan2 lainnja. Bagaimanakah tjaranja mempergunakan simpanan-pokok ini? ersoalan selandjutnja ialah bagaimanakah hubungan bagian2 dan ko-operasi hal pemakaian modal ini? Tentang persoalan ini dapat diberikan djawaban pelbagai matjam: J r o. modal dibagikan kepada bagian menurut banjaknja anggota jang tergabung pada permulaan dalam tiap bagian; modal diberikan setjara pindjaman kepada bagian dengan i a a a atas waktunja, pun tidak berbunga atau berbunga; jan^ a wa tu ditentukan dan djuga diadakan perdjandjian pem-?rian u^ S a pemakaian modal oleh bagian kepada ko-operasi; d j angka ditentukan akan tetapi tidak ada ketentuan bunga pemakaian mnrtal r nlph 3 3^>1.Pfrsoa^an maka jang tepat untuk didjalankan t, Pei*asij esa terhadap bagian2 ialah memberikan modal. u t, afc»ia an m dal jang diperoleh setjara pemberian pindjaman D, W.a U ^a ^j tertentu dan tidak dengan ketentuan bunga untuk p e m a k a n modal,m. Sudah dapat dikatakan baik usahanja kalau urt l ja n g tdi enkan dapat dite a kembali dan dapat diper- Ssah, h U 2 ^ endlnkan usaha2 lainnja, atau untuk memperluas sebali' gf " Jr demikian maka modal dipergunakan sebagai modal permulaan bag an2 dan kiran,* a h; 1 i i tidak dipungut bunga Hal ini s e, J rf» J d'«sakan adil kalau selajaknja karena mudahnja bahwa f i ^ bagi keuntungan ialah bagian masing" buku ja"g m6m' anggota0 tidak ia a*<an dibentangkan tentang susunan dimana s s ; «k «r» - *"«*> gota ko-operasi. Selaku a n g e o ^ 'T * HU'ah mendiadi ang ikut memilih pengurus ko-onfrasi ^ terlebih dulu membajar simpanan' n o t t.an,gg0fa bagia" ia ha S barang tentu dengan simpanan b T ^ P3da bagia"' dengan bagian dimana ia ikut b e ru s a i * "'k3" berhubungan puk tfam ts ra Simpana"-pokok ini dapa* diambil ketentuan dua ma- ^ Z L n Z n U o U ^ f 0rang anggota jang sudah menjerahkan simpanan-pokoknja pada sesuatu bagian, tidak perlu men erahkan simpanan-pokok lag, pada bag.an lainnja dimana ia djuga hendak 9 0 «

211 ikut serta berusaha. Pendirian ini dapat diikuti kalau kita dapat mengikuti pula pendirian bahwa karena ia telah mentjukupi kewadjiban menjerahkan simpanan-pokoknja kepada sesuatu bagian, ia telah mendjadi anggota ko-operasi, dan karena ini ia dengan sendirinja berhak pula untuk memasuki bagian2 lainnja. Pendirian kedua, adalah demikian. Anggota tadi, walaupun ia telah diakui sah sebagai anggota ko-operasi, akan tetapi karena pendirian bahwa, bagian2 sebenarnja adalah ko-operasi primer jang hanja tergabung dalam satu ko-operasi karena kekurangan tenaga ahli pimpinan, maka sudah barang tentu anggota tadi harus dapat mengikuti ketentuan jang berlaku pada bagian2 masing2 itu, demikianpun harus membajar simpanan-pokok lagi. Pendirian jang terachir ini tegas menentukan sikap, bahwa ko-operasi-desa sementara diterima sebagai ko-operasi primer akan tetapi pada hakekatnja ko-operasi-desa adalah ko-operasi pusat jang meletakkan titik berat usahanja pada usaha2 jang ideal. Usaha jang mengenai kebendaan diletakkan pada bagian2 masing2. Pendapat sebagaimana dibentangkan diatas ini dapat diikuti semuanja menurut keadaan dan waktu. Faktor inilah jang harus mendapat perhatian sepenuhnja dari para pembimbing ko-operasi. Dengan adanja pendirian bahwa anggota2 ko-operasi tidak mendjadi anggota langsung dari ko-operasi, akan tetapi langsung anggota dari bagian maka sudah barang tenvu YTifcfig&ftSrt p&wutftatey* tidak ada persoalan lagi. Ko-operasi tidak memiliki modal, jang memiliki modal ialah bagian. Hanja masih tinggal soal: pembagian keuntungan achir tahun-buku. Oleh karena ko-operasi merupakan ikatan dari bagian2 jang berusaha untuk kepentingan anggota, maka sudah sewadjarnja bahwa bagian2 harus memberikan sebagian dari keuntungan achir tahun kepada ko-operasi. Ini penting pula mengingat kedudukan ko-operasi-desa dalam masjarakat desa, kooperasi-desa mempunjai kedudukan jang penting dalam desa, sebagai pendukung pembangunan perekonomian rakjat desa; modal desa! I Bagian jang diserahkan kepada ko-operasi-desa dapat ditentukan 20 %, disampingnja itu bagian mengadakan sendiri2 dana tjadangan sebesar 20 % lagi. Ia ditahan hanja sampai batas kemungkinan kerugian. Kemudian dana pengluasan usaha dipusatkan pada ko-operasi-desa. U Bagian dapat pula menjerahkan seluruh 40 % kepada ko-operasi, dan ko-operasi-desa jang membuat dana tjadangan baik 209 K A M A R A L S J A H - K o -o p era si.

212 untuk kerugian maupun untuk pengluasan usaha, ko-operasi dan bagian2nja. Kalau ko-operasi mengadakan tindakan untuk memperluas usaha sesuatu bagian, maka baiklah didjalankan setjara dipindjamkan dalam waktu jang tertentu. Pendirian ini dapat dipandang sesuai dengan kenjataan dan baik pula, sehingga bagian2 lainnja dapat djuga mendapat manfaat dari dana tjadangan jang dihimpun bersama2. Dengan adanja pemusatan dana pengluasan usaha ini maka dengan tjepat ko-operasi-desa dapat mempunjai bank pusat didesa jang ko-operatip. Sebagaimana telah diketahui maka bagi ko-operasi-desa sebagai suatu matjam perkumpulan jang berusaha dilapangan perniagaan, sesuai dengan perkumpulan2 ko-operasi lainnja, akan djuga mempunjai kepastian tentang kewadjiban menanggung anggota2nja. Kewadjiban ini sudah barang tentu akan mengikat semua anggota2 perkumpulan. Walaupun ko-operasi-desa kedalam dibagi dalam beberapa bagian, akan tetapi keluar ko-operasi-desa ini akan bertindak sebagai suatu kesatuan. Sifat ini pula akan diterima oleh pihak jang akan berhubungan usaha. Oleh karena demikian untuk pihak ketiga jang akan bertanggung-djawab dan mempunjai kewadjiban menanggung, untuk tindakan2 jang dilakukan oleh ko-operasi-desa walaupun bagian2 jang chusus jang akan berhubungan langsung, tentu semua anggota2 ko-operasi harus memikul beban kewadjiban menanggung ini. Ditindjau setjara sesuatu perusahaan, maka keadaan demikian ini tidak sehat sekali. Kekeliruan atau ketidak mampuan satu bagian akan mengakibatkan semua bagian2 lainnja ikut menanggung. Oleh karena demikian, maka ko-operasi sematjam ini akan dipertahankan sementara di desa belum tjukup ada tenaga jang dapat mengendalikan dan memimpin usaha2 jang bermatjam2 itu, dan seharusnja djuga berusaha sendiri2. Sementara usaha masih harus dipersatukan maka untuk menghindarkan djangan sampai kegagalan usaha dari satu bagian menjebabkan keruntuhan seluruh ko-operasi-desa, haruslah diambil tindakan2 jang sungguh2. Diantaranja ialah dengan mengadakan dana tjadangan jang memang kuat dan sanggup memberikan djaminan. Selandjutnja lihatlah anggaran-dasar ko-operasi-desa. 210

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 25/1963. 8 Djuni 1963. No. 12/DPRD/1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 13 tahun 1970 29 April 1970 No. 2/DPRDGR/A/Per/15. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN PEMUNGUTAN SUMBANGAN IURAN UNTUK MEMBANTU PEMBIAJAAN PENJELENGGARAAN RADIO REPUBLIK INDONESIA KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 12/1968 30 Agustus 1968 No. 1/DPRD.GR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1 III. I. ORDONANSI PADJAK PERSEROAN 1925. Stbl. 1925 No. 319; Stbl. 1927 No. 137; Stbl. 1930 No. 134; Stbl. 1931 No. 168; Stbl. 1932 No. 196 dan 634; Stbl. 1934 No. 106 dan 535; Stbl. 1938 No. 155 dan 319;

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei. 1955 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955 TENTANG KANTOR PERKREDITAN DAERAH. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk mendjamin bagian jang lajak dari

Lebih terperinci

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Undang-undang 1946, No. 22 PENTJATATAN NIKAH. Peraturan tentang pentjatatan nikah, talak dan rudjuk. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1) bahwa peraturan pentjatatan nikah, talak dan rudjuk seperti

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 180 TAHUN 1953 TENTANG PERATURAN TENTANG PEMERIKSAAN-KAS PADA PARA BENDAHARAWAN JANG MENERIMA UANG UNTUK DIPERTANGGUNG DJAWABKAN DARI KANTOR-KANTOR PUSAT PERBENDAHARAAN OLEH PARA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 5 / 1966 14 Desember 1966 No. 4/D.P.R.D.G.R./1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9 tahun 1969 24 Pebruari 1969 No. 1/DPRDGR/67. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untukk memantapkan harga beras dan mentjukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, perlu menetapkan kebidjaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI )

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) NO. 7/1963 27 Pebruari 1963 No. : 6/DPRD-GR/1962,- Keputusan :Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah Tingkat II Buleleng

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37

Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 Peraturan Pemerintah 1950 No. 37 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITEIT GADJAH MADA Peraturan tentang Universiteit Gadjah Mada. Menimbang : bahwa perlu mengadakan peraturan tentang Universitit Negeri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Status : Mendjadi UU No.3 Th.1951 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk mengawasi berlakunja Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 10/1963 13 April 1963 No.5 /DPRDGR/1963. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Meretapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN DJEMBRANA LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 5 tahun 1969 27 Pebruari 1969 No. : 6/Kep/D.P.R.D.G.R./1968 Keputusan : Dewan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Djembana Tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 224 TAHUN 1961 TENTANG PELAKSANAAN PEMBAGIAN TANAH DAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 32 tahun 1970 19 Agustus 1970 No. 3/PD/26/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KLUNGKUNG Menetapkan peraiuran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 30/1963 5 Juli 1963 No : 2/DPR/1962 DEWAN PERWKAILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BULELENG Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 8 TAHUN 1953 TENTANG TUGAS BELADJAR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Sebagai Berikut : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR TENTANG PADJAK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 215 TAHUN 1963 TENTANG PEMBENTUKAN JAJASAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa dalam penjelesaian Revolusi Indonesia

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8 No.10/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI ) No. 16/1963 20 April 1963 No. 7/DPRD-GR/1963.- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BADUNG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 27 tahun 1970 17 Djuli 1970 Keputusan : Dewan Pewakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Propinsi Bali. Tanggal : 3 Djuli 1969. Nomor

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia, DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 40, 1955. BEA-MASUK DAN BEA-KELUAR-UMUM. PEMBEBASAN. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1955, tentang peraturan pembebasan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa agar segala kegiatan jang akan menundjang pengembangan kepariwisataan jang merupakan faktor potensiil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG 1950 No. 4 Berita Negara RI No... Tahun 1950 PENGADJARAN. Peraturan tentang dasar pendidikan dan pengadjaran disekolah. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:bahwa perlu ditetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 1/1968 20 Januari 1968 No. 2/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuatan ekonomi potensiil jang dengan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni 1954. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1954. Tentang PERIZINAN MEMBUAT REKLAME DAN PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun 1969 28 Mei 1969 No. 6 a 1/DPRDGR/1966. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930) Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924 Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 1971 TENTANG TUNDJANGAN CHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA KEPADA PEGAWAI DEPARTEMEN KEUANGAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha peningkatan dan pengamanan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1953 TENTANG PENDJUALAN MINUMAN KERAS DAN PEMUNGUTAN PADJAK ATAS IZIN PENDJUALAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 9/1968 19 April 1968 No. 3/P/DPRDGR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 22/1968 18 Nopember 1968 No. 1/SK/DPRD-GR/1968 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN GIANYAR K E P U T U S A

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1954, TENTANG SURAT MENGEMUDI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT TENTANG PENIMBUNAN BARANG-BARANG (UNDANG-UNDANG DARURAT NOMOR 17 TAHUN 1951) SEBAGAI UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHAESA

Lebih terperinci

M * H A m m A» H A T T a

M * H A m m A» H A T T a M * H A m m A» H A T T a y '1 " %. U sjl' JttMrr / p.t. p e m b a n g u n a n d j a k a r t a 1 >< m! n ML' P F ":' jj O! r=!i ;! K.M. I' ;,/'i j A.-:. D I; P L' i:.. MENINDJ AU KOOPERASI MASALAH I: 4>

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 52 tahun 1969 16 Oktober 1969 No.6/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERDJA DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerdja berhak mendapat

Lebih terperinci

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Varia No. 406 Hal (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA

SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Kencana, No. 2 Hal. 6 Th I - 1958 Drs. Asrul Sani SUMBANGAN ARTIS FILM TERHADAP PEMBANGUNAN DJIWA BANGSA Tjatatan: Drs. Asrul Sani adalah terkenal sebagai seorang essays jang djuga termasuk salah seorang

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli. 1953 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953. TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBANTAIAN HEWAN, PEMERIKSAAN DAGING

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. :18/1969. 2 Mei 1969 No.5/DPRD-GR/1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 43 Tahun 1970 1 September 1970 No: 8/P/LK/DPRD-GR/1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN KARANGASEM Menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR Menetapkan Peraturan Daerah Jang Berikut : PERATURAN DAERAH TENTANG MENGADAKAN

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, UNDANG-UNDANG REPUBLIK SERIKAT NOMOR 7 TAHUN 1950 TENTANG PERUBAHAN KONSTITUSI SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MENDJADI UNDANG- UNDANG DASAR SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des.1952. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun 1952. TENTANG PEMADAM API DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG

PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN MENTERI MUDA AGRARIA NOMOR 15 TAHUN 1959 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMBAHARUAN BEBERAPA HAK ATAS TANAH SERTA PEDOMAN MENGENAI TATA-TJARA KERDJA BAGI PEDJABAT-PEDJABAT JANG BERSANGKUTAN Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1972 TENTANG PENJEMPURNAAN ORGANISASI PERTAHANAN SIPIL DAN ORGANISASI PERLAWANAN DAN KEAMANAN RAKJAT DALAM RANGKA PENERTIBAN PELAKSANAAN SISTIM HANKAMRATA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut : TJETAKAN KE II TANGGAL 1 MARET 1958 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke III tg. 1 2-1953. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1953. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 24 tahun 1970 17 Djuni 1970 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kab. Gianyar Tanggal : 18 Nopember 1969 Nomer

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954. Tjetakan ke 2 tgl. 1 Mei 1958. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 6 TAHUN 1954. Tentang TAMAN PEMAKAIAN PEMELIHARAAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa perlu diadakan peratuaran tentang penggunaan Lambang Negara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 tahun 1970 17 Djuli 1970 No. 43/PD/DPRDGR/1969. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI Menetapkan peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 37/1968 31 Desember 1968 No. 4/D.P.R.D.-G R./1965 Pasal 1. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi

FILM & SENSOR. Ditindjau dari sudut kreasi Sumber : Aneka No. 25/VIII/1957 Berikut ini dihidangkan buat para pembatja Aneka sebuah naskah jang tadinja adalah prasarana jang di utjapkan oleh sdr. Asrul Sani dalam diskusi besar masalah sensor, diselenggarakan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1 Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 7 TAHUN 1953 TENTANG MENDIRIKAN DAN MENJEWAKAN KIOSK DI TANAH MILIK DAERAH DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam

Lebih terperinci

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964

TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 TRANSKRIP Kuliah/Tanja-Djawab/ Pendjelasan J.M. Menko D.N. Aidit Dimuka Peserta Pendidikan Kader Revolusi Angkatan Dwikora Tanggal 18 Oktober 1964 Harian Rakjat Djum at, 30 Oktober 1964 Para Sdr. Kuliah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 1 / 1966 14 Desember 1966 No. 8/D.P.R.D.G.R./1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 95 TAHUN KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN No. 95 TAHUN 1956. KAMI, PRESIDEN Menimbang : a. bahwa berhubung dengan terpilihnja Indonesia mendjadi Anggota E.C.O.S.O.C. mulai tahun 1956 untuk masa waktu 3 (tiga) tahun, maka diangap

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5 No. 5 Tahun 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah

Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa Nasehat akan hidup ditengah terang dengan kebenaran, mendjadi tanda persekutuan dengan Allah Jahja pertama 1 Kenjataan hidup jang kekal, salam doa 1 Maka barang jang sudah ada daripada mulanja, barang jang telah kami dengar, barang jang telah kami tampak dengan mata kami, barang jang telah kami

Lebih terperinci

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 No.11/ 1971 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KOTAMADYA SURAKARTA Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 7 / 1966 14 Desember 1966 No. : 11 / DPRD G.R. / 1964. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT I BALI Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI) No. 3 / 1966 14 Desember 1966 No. 1/DPRD.GR./1962. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 31/1968 31 Desember 1968 No. 5/DPRD.GR.//1968- DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun Desember 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 59 tahun 1969 18 Desember 1969 Keputusan : Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Kabupaten Tabanan. Tanggal : 2 Agustus

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NO 129 TAHUN 1957 KAMI, PRESIDEN Menimbang : bahwa berhubung dengan diadakannja Kementerian Peladjaran perlu menindjau kembali susunan dan lapangan pekerdjaan Kementerian Perhubungan.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 63 tahun 1970 10 November 1970 No: 2/PD/DPRD-GR/1970. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BANGLI Menetapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND

HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND HUBUNGAN PELA DI MALUKU-TENGAH DAN DI NEDERLAND Suatu tindjauan singkat oleh Dr. Dieter Bartels Karangan ini adalah berdasarkan penelitian anthropologis jang dilaksanakan oleh penulis selama tahun 1974-75

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969 LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun 1969 16 Oktober 1969 No. 4/DPRDGR/A/Per/23 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 66 tahun 1970 20 November 1970 No: 11/DPRD-GR/A/Per/29 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN BULELENG Menetapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1945 TENTANG PERATURAN MENGENAI KEDUDUKAN KOMITE NASIONAL DAERAH. KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sebelumnya diadakan pemilihan umum perlu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI SERTA TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN URUSAN LOGISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa struktur organisasi,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 1968 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NASIONAL (P.N. PERTAMINA) PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertegas struktur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROVINSI BALI ) No. 11/1968 21 April 1968 No. 510 a/dprdgr/a/ii/4/23. LAMPIRAN dari surat keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong

Lebih terperinci

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI

Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Aneka No. 31 Th. VIII/1958 MASAALAH KEDUDUKAN SASTRA DALAM FILM (I) ASRUL SANI Menurut surat undangan jang diedarkan, maka tugas jang harus saja pikul hari ini, ialah: membitjarakan Kedudukan sastra dalam

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR 30 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROPINSI DJAWA-TIMUR Seri A Oktober 1968 6 Peraturan Daerah Propinsi Djawa Timur Nomor 3 tahun 1966 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI DJAWA TIMUR Menimbang

Lebih terperinci

KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (Keputusan Pres. RIS 31 Djan. 1950 Nr. 48.(c) LN 50 3) (du. 6 Peb. 50) MUKADDIMAH Kami bangsa Indonesia semendjak berpuluh-puluh tahun lamanja bersatu-padu dalam perdjuangan-kemerdekaan,

Lebih terperinci

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952. Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DI DJAWA TIMUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk daerah-daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 31/1963 11 Juli 1963 No : 1/DPRD.gr/1962 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANGLI Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972

PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKJAT 16 AGUSTUS 1972 Presiden Soeharto :,,... pembangunan jang kita kerdjakan adalah pembangunan manusia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI ( PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI ) No. 2/1968 20 Djanuari 1968 No. 3/D.P.R.D.G.R./1967. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG KABUPATEN TABANAN Menetapkan Peraturan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa telah tiba saatnja untuk membentuk

Lebih terperinci

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA

SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA SERI AMANAT 50 PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DJENDERAL SOEHARTO DIDEPAN SIDANG DPR-GR 16 AGUSTUS 1971 REPUBLIK INDONESIA Presiden Soeharto :..djangan kita silau dengan kemenangan-kemenangan

Lebih terperinci

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955. Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan. 1955. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 TAHUN 1955. Tentang TANDA-NOMOR DAN SURAT-TANDA-NOMOR BAGI KENDARAAN BERMOTOR DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa perlu mengeluarkan petundjuk Pelaksanaan penjelenggaraan urusan hadji jang dimaksud dalam Keputusan

Lebih terperinci

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja

Timotius pertama 1 Salam doa Nasehat supaja tetap didalam pengadjaran jang benar Sjariat Torat jang sebenarnja Timotius pertama 1 Salam doa 1 Daripada Paulus, rasul Keristus Jesus menurut firman Allah, Djuruselamat kita, dan Jesus Kristus jang mendjadi pengharapan kita, 2 datang kepada Timotius, jang sebenar-benar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TENTANG BANK RAKYAT INDONESIA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TENTANG BANK RAKYAT INDONESIA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN MENGENAI BANK RAKYAT INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 22 Pebruari

Lebih terperinci

Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA

Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA Prof. Dr SJAICH MAHMOUD SJ/ T FATWA FATWA PE N E R B I O J A K A R TA DAFTAR ISI BAHAGIAN KELIMA KELUARGA DAN PERSOALANNJA Halaman 1. HUBUNGAN ANTARA PELAMAR DENGAN JANG DILAMAR (ANTARA SEORANG DENGAN

Lebih terperinci