HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN ENTREPRENEURALAL INTENTION SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN ENTREPRENEURALAL INTENTION SISWA"

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 01, HUBUNGAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN ENTREPRENEURALAL INTENTION SISWA Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah, IAIN Sunan Ampel Surabaya Abstract: This research is aimed to know whether there is a correlation between psychological capital and entrepreneur intention at the student at SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo, and how extend the correlation between the two variable are. This was quantitative research using product moment correlation method. The subject was the students at SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo. The population was the third grade of SMK in the program of business and management. It consisted of 294 students who occupied 6 classes. The sampel was 96 students that occupied 2 classes. Sampling technique used was cluster sampling. The result of the research was the significance of 0,00< 0,05. This means the hypothesis which state that there is no correlation between psychological capital and entrepreneur intentionis was rejected. So, there was a correlation between two variables. Besides, the correlation coeficient was 0,016, that means there was a positive correlation between the two variables. It means the higher the psychological capital of student, the higher student s enterpreneur intention. Vice versa. Keywords: psychological capital, entrepreneur intention. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan psychological capital dengan entrepreneur intention pada siswa SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo, dan seberapa besar hubungan antara kedua variable tersebut. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode analisis korelasi product moment. Subyek dalam penelitian ini adalah SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo, dengan populasi kelas XII jurusan bisbis dan menejemen dengan yang terdiri 6 ruang 294 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 2 ruang dari keenam ruang tersebut yang berjumlah 96 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah menggunakan cluster sampling.hasil penelitian diperoleh signifikansi 0,00 < 0,05. Hal ini berarti hipotesis yang mengatakan tidak ada hubungan Psychological capital dengan entrepreneur intention ditolak, artinya terdapat hubungan Psychological capital dengan entrepreneur intention. Selain itu terdapat koefesien korelasi sebesar 0,616 yang berarti ada hubungan yang positif antara Psychological capital dengan entrepreneur intention, artinya semakin tinggi Psychological capital siswa akan diikuti pula tingginya entrepreneur intention siswa begitu juga sebaliknya. Kata kunci: psychological capital, entrepreneur intention. Sejatinya Entrepreneuralship bukan sekedar bakat, tetapi bisa dimiliki siapa saja yang mempunyai kemauan yang kuat. Indonesia membutuhkan orang yang berani dalam membuat usaha, orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kuat dan orang yang tidak takut gagal. Faktor modal menjadi faktor ke 61

2 62 sekian. Terbukti telah banyak program pemerintah yang memfasilitasi modal usaha akan tetapi kurang maksimal dengan berbagai alasan. Misalkan: koperasi, KUR (kredit usaha rakyat), PMW (program mahasiswa wirausaha). Setidaknya dalam sektor pendidikan yang relatif kompetitif akan menumbuhkan manusia yang mempunyai intensi wirausaha yang tinggi, sehingga diperlukan adanya pemahaman tentang bagaimana mengembangkan dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda yang potensial, menjadi manusia yang bisa mengembangkan diri sendiri dan mengembangkan sekitarnya. Intensi berwirausaha (entrepreneuralial intentions) menurut Katz dan Gartner (dalam Indarti & Rostiani, 2008) yaitu proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha. Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki keyakinan diri (efikasi diri), kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Betapa pentingnya faktor psikologis dalam menunjang niat dan minat yang kuat dalam berwirausaha. Psychological Capital Psychological capital merupakan pendekatan untuk mengoptimalkan potensi psikologis yang dimiliki oleh individu yang dicirikan oleh : (1) adanya kepercayaan diri (self confidence) melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai sukses dalam tugas-tugas yang menantang; (2) atribusi yang positif (optimism); (3) resistensi dalam mencapai tujuan, dengan kemampuan mendefinisikan kembali jalur untuk mencapai tujuan, dengan kemampuan mendivinisikan kembali jalur untuk mencapi tujuan jika diperlukan (hope); dan (4) ketika menghadapi masalah dan kesulitan, mampu bertahan dan terus maju (resiliency) untuk mencapai kesuksesan (Luthan, youssef & Avolio, 2007). Dengan demikian Psycological capital adalah suatu pendekatan yang dicirikan pada dimensi-dimensi yang bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki individu sehingga bisa membantu kinerja organisasi (Osigweh: 1980). Dimensi-dimensi tersebut adalah self-efficacy, hope, optimism, dan resiliency. Self-efficacy atau kepercayaan diri (Self-efficacy), didefinisikan Albert Bandura (1997) sebagai keyakinan atau rasa percaya diri seseorang tentang kemampuannya untuk mengerahkan motivasinya, kemampuan kognitifnya, serta tindakan yang diperlukan untuk melakukan dengan sukses dengan tugas tertentu dalam konteks tertentu (dalam Stajkovic dan Luthan 1998). Hope (The Will And The Way) oleh C. Rich Snyder didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang didasarkan pada kesadaran yang saling mempengaruhi antara agency (energi untuk mencapai tujuan) dan path ways, yakni perencanaan untuk mencapai tujuan (Snyder, Irving & Anderson 1991).

3 Hubungan Psychological Capital dengan Entrepreneuralal Intention Siswa 63 Pada komponen ini, seseorang mampu menciptakan jalur-jalur alternatif untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan ketika jalur asalnya tertutup atau mendapat halangan (Snyder,1994). Snyder, Luthan dan Jensen (2000), memberikan panduan khusus yang bisa digunakan dalam mengembangkan hope : 1) Goal setting, menetapkan dan memperjelas dengan detail apa yang menjadi tujuan selama ini, 2) Stepping, memberikan penjelasan tentang langkah-langkah kongkrit dalam mencapai tujuan tersebut, 3) Participative initiatives, membuat beberapa alternatif apabila satu alternatif sulit dilalui, maka menggunakan alternatif yang selanjutnya untuk tetap mencapai tujuan, 4) Showing confidence, memberikan pengakuan pada diri individu bahwa proses yang dikerjakan untuk mencapai tujuan adalah hal yang disenangi, dan tidak semata-mata fokus pada pencapaian aktir, 5) Preparedness, selalu siap menghadapi rintangan. Optimism adalah suatu explanatory style yang memberikan atribusi peristiwa-peristiwa positif pada sebab-sebab yang personal, permanent, serta pervasive dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa negatif pada faktorfaktor yang eksternal, sementara, serta situasional. Sebaliknya, eksplanatory style yang pesimistis akan menginterpretasikan peristiwa positif dengan atribusiatribusi yang eksternal, Sementara, serta situasional dan mengatribusi peristiwa negatif pada penyebab yang personal, permanent dan pervasive (Seligman,1998). Schulman (1999) memberikan penjelasan untuk mengembangkan optimism : 1) Leniency for the past. Yaitu mengiklaskan kegagalan yang telah dilakukan dan menata kembali apa yang akan dilakukan, 2) Appreciation for the present. Yaitu memberikan apresiasi apa yang sedang dilakukan individu, baik itu mengenai kemampuannya maupun kelamahannya, bukan mencela diri sendiri, 3) Opportunity-seeking for the future. Yaitu mendapatkan kesempatan kembali dimasa yang akan datang. Resiliency didefinisikan Masten dan Reed (2002) sebagai kumpulan fenomena yang dikarakteristikkan oleh pola adaptasi positif pada kontek keterpurukan. Dalam pendekatan psychological capital definisi ini diperluas, tidak hanya kemampuan untuk kembali dari situasi keterpurukan namun juga kegiatan-kegiatan yang positif dan menantang, misalnya target penjualan, dan kemauan untuk berusaha melebihi normal atau melebihi keseimbangan. Wolin dan wolin (1994) mengemukakan tujuh aspek utama yang dimiliki oleh individu agar mencapai resilience yaitu: 1) insight, yaitu proses perkembangan individu dalam merasa, mengetahui, dan mengerti masa lalunya untuk mempelajari perilaku-perilaku yang lebih tepat, 2) independence, yaitu kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber masalah, 3) relationships, individu yang resilience mampu mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan, dan memiliki role model yang baik, 4) initiative, yaitu keinginan

4 64 yang kuat untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya, 5) creative, yaitu kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan alternatif dalam menghadapi tantangan hidup, 6) orality, adalah kemampuan individu untuk berperilaku atas dasar hati nuraninya. Individu dapat memberikan kontribusinya dan membantu orang yang membutuhkannya. Intensi Berwirausaha Ajzen (1988) mendifinisikan intensi sebagai indikasi kesiapan seseorang untuk menampilkan perilaku tertentu dan intensi dipertimbangkan sebagai anteseden langsung perilaku. Intensi didasarkan pada sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan persepsi terhadap kontrol perilaku, yang setiap prediktor memiliki bobot penting untuk intensi dalam hubungan perilaku dan ketertarikan suatu populasi. Dalam Theory of Planned Behavior, disebutkan faktor central adalah intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku. Intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi suatu perilaku. Intensi mengindikasikan seberapa kuat keinginan seseorang untuk mencoba, seberapa banyak usaha yang ia rencanakan dalam menghadapi tekanan untuk manampilkan sebuah perilaku. Secara sederhana, Theory of Planned Behavior dapat ditampilkan dalam skema berikut. Theory of Planned Behavior mengemukakan bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari informasi yang penting atau keyakinan yang relevan terhadap perilaku (Ajzen, 1991:189). Tiga jenis keyakinan penting ini dapat dibedakan menjadi behavior beliefs yang diasumsikan berpengaruh terhadap sikap (Attitude Toward Behavior), normative beliefs yang menyediakan dasar bagi perceived behavioral conrol (Ajzen, 1991:189).

5 Hubungan Psychological Capital dengan Entrepreneuralal Intention Siswa 65 Entrepreneuralship John J. Kao (1993) mendefinisikan entrepreneuralship sebagai usaha untuk menciptakan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, uang dan bahan-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan baik. Sedangkan menurut Robert D. Hisrich, entrepreneuralship adalah suatu proses dinamis atas pencitaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Lebih jauh Hisrich dapat mendefinisikan melalui tiga pendekatan 1) pendekatan ekonom, entrepreneural adalah orang yang membawa sumbersumber daya tenaga, material, dan aset-aset lain ke dalam kombinasi yang membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi/pembaruan, dan suatu order/tatanan atau tata dunia baru; 2) pendekatan psikolog, entrepreneural adalah betul-betul seorang yang digerakkan secara khas oleh kekuatan tertentu kegiatan untuk menghasilkan atau mencapai sesuatu, pada persoalan, percobaan, pada penyempurnaan, atau mungkin pada wewenang mencari jalan keluar yang lain; dan 3) Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneural adalah seorang pebisnis yang muncul sebagai ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis lain sesama entrepreneural mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber penawaran, seorang pelanggan, atau seorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain, juga menemukan jalan lebih baik untuk memanfaatkan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan senang hati untuk menjalankannya (Saiman, 2009). Hubungan Antara Psychological Capital dengan Entrepreneural Intention Dalam pandangan Theory of Planned Behavior intensi diasumsikan untuk menangkap faktor-faktor motivasional seseorang untuk mempengaruhi perilaku dalam hal ini adalah perilaku intrepreneur, seberapa banyak usaha yang dilakukan individu untuk terus mencoba dalam usaha untuk mewujudkan perilaku berwirausaha. Untuk menjadi wirausaha meredith (1996) menerangkan bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang haus akan tantangan. Wirausaha sangat bergairah menghadapi tantangan. Wirausaha lebih memilih mencari resiko yang tinggi dari pada resiko yang rendah, karena tantangan yang tinggi akan

6 66 menghasilkan hasil yang tinggi dan sebaliknya resiko yang rendah akan menghasilkan hasil yang rendah pula. Oleh karena itu, wirausahawan selalu berani mengambil resiko (risk taker). Jika tugas yang diembannya sangat ringan wirausahawan merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan yang rendah (Suryana, 2006). Bahkan Zimmerer (Suryana, 2006) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausahawan yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dalam ketidakpastian. Sawyer menambahkan rasa percaya diri adalah komponen penting bagi peran wirausawan dalam perkonomian dan dengan kepercayaan diri dapat memimpin orang-orang untuk membangun sebuah usaha (Sawyer, dalam McClelland, 1961). Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Suryana, 2006). Dalam hal ini wirausahawan cenderung optimism dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil (Zimmerer, 1996, dalam Suryana, 2006). Tingkat optimism yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil pernah gagal, sering kalih bahkan lebih dari sekali, sebelum akhirnya berhasil (Zimmerer & Scarborough, 2008). Wirausahawan yang sukses seringkali dikaitkan dengan kemampuannya dalam melakukan antisipasi, menemukan alternatif-alternatif, tindakan dan memprediksi konsekuensi-konsekuensi yang dibuatnya. Dengan kata lain hakikat dari kegiatan berinvestasi adalah kemampuan membaca masa depan dan merencanakan berbagai tindakan untuk mengantisipasi tantangan, dan bukan sekedar kemampuan untuk merespon hal-hal yang mendesak saja (Hadiwinata, 2002). Berdasar beberapa faktor untuk dapat mewujudkan perilaku berwirausaha, kebanyakan faktor tersebut adalah faktor psikologis. Maka dari itu, faktor psikologis menjadi sangat penting untuk mengembangkan potensi individu menjadi wirausahawan. Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka tersebut di atas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis, yaitu Ha : Ada hubungan yang signifikan antara psychological capital dengan entrepreneuralal intention. Metodologi Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penfsiran, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2000). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini yaitu korelasi. Penelitian dengan korelasional ini merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur

7 Hubungan Psychological Capital dengan Entrepreneuralal Intention Siswa 67 tingkat kedekatan hubungan antar variabel-variabel (Reksoatmodjo, 2007). Metode tersebut digunakan dengan tujuan mengetahui hubungan antara variable X, psychological capital terhadap variable Y, intrepreneural intention. Variabel psychological capital diukur dengan menggunakan PCQ (psychological capital quistionare) yang sudah dikembangkan oleh Luthan dan Avolio. Sedangkan instrumen intensi berwira usaha menggunakan kuesioner dengan tiga dimensi intensi wirausaha yakni; 1) attitude toward behavior: sikap subjek terhadap perilaku berwirausaha, 2) subjective norm: norma subjektif individu, 3) perceived behavioral control. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo, dengan populasi kelas XII jurusan bisnis dan manajemen terdiri 6 ruang berisi 294 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 2 ruang dari keenam ruang tersebut yang berjumlah 96 siswa. Teknik sampling yang digunakan cluster sampling. Hasil Penelitian Dalam membuktikan hipotesis, data yang terkumpul kemudian ditabulasikan dan diolah menggunakan SPSS 11.5 for wondows dengan teknik korelasi product moment. Diperoleh taraf signifikansi 0,000 dimana p<0,05. Artinya hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang positif antara variabel psychological capital dan variabel entrepreneural intention diterima dan menolak hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan yang positif variabel psychological capital dan variabel entrepreneural intention. Dikarenakan hasil korelasinya bersifat positif maka semakin tinggi psychological capital akan semakin tinggi entrepreneural intention begitu juga sebaliknya semakin rendah psychological capital akan semakin rendah pula entrepreneural intention. Correlations Hasil uji analisis product moment PSY-CAP Entrepreneural Intention PSY-CAP Pearson Correlation 1,616(**) entrepreneural intention Sig. (2-tailed).,000 N Pearson Correlation,616(**) 1 Sig. (2-tailed),000. N 96 96

8 68 Sedangkan untuk nilai person correlation diperoleh nilai sebesar 0,616 yang artinya bahwa hubungan kedua variabel, psychological capital dan entrepreneural intention sangat signifikan. Pembahasan Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan hasil sebelumnya yang dilakukan Indarti yang membandingkan intensi kewirausahaan antara mahasiswa Indonesia (0,341), Jepang (0,215) dan Norwegia (0,201). Dalam penelitiannya, Indarti membuktikan bahwa aspek psikologis sangat mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa dari ketiga negara secara signifikan. Senada apa yang dikatakan Ryan (dalam Bandura, 1997) persepsi diri dan kemampuan diri berperan dalam membangun intensi. Individu yang merasa memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki intensi yang tinggi untuk kemajuan diri melalui kewirausahaan. Thomas Begley dan David P. Boyd mengidentifikasi lima macam dimensi, sebagai berikut 1) dorongan untuk memenuhi kebutuhan (need achievment). Para entrepreneur berada pada tingkat tinggi dalam konsep Need Achievment, 2) lokus pengendalian (locus of control). Hal ini berhubungan dengan ide bahwa arah individual dan bukan keberuntungan atau nasib yang mengendalikan kehidupan mereka sendiri, 3) toleransi terhadap resiko. Para entrepreneur yang bersedia menerima resiko moderat, ternyata meraih penghasilan lebih besar atas aktivas mereka, dibandingkan dengan para entrepreneur yang tidak bersedia menerima risiko atau bersedia menerima risiko secara berlebihan, 4) toleransi terhadap ambiguitas para entrepreneur hingga tingkat tertentu memerlukan sifat ini. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel psychological capital dan variabel entrepreneural intention siswa SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo. Dikarenakan hasil korelasinya bersifat positif maka semakin tinggi psychological capital akan semakin tingginya entrepreneural intention siswa SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo begitu juga sebaliknya semakin rendah psychological capital akan semakin rendah pula entrepreneural intention siswa SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo. Penelitian ini juga mendukung hasil-hasil penelitian terdahulu dan menguatkan proporsi bahwa terdapat hubungan yang positif antara variabel psychological capital dan variabel entrepreneural intention.

9 Hubungan Psychological Capital dengan Entrepreneuralal Intention Siswa 69 Daftar Pustaka Bandura, A Self-efficacy : The Exercise of Control. New York: Freeman. Indarti, N. & Rostianti, T Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia Jurusan Management, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Jurnal ekonomi dan bisnis indonesia Vol. 23, No. 4. Luthans, F., Youssef, C.M., & Avolio, B.J Psychological Capital: developing the human competitive edgte. New York : Oxford University Press. Masten, A.S., & Reed, M.J Resiliency in Development. In C.R. Snyder & S. Lopez (eds.), Handbook of Positive Psychology, Oxford University Press. Osigweh, C.A.B Concept Fallibility in Organizational Science. The Management Rewiew, 14 (4), Schulman, P. (1999). Applying Learned Optimism to Increase Sales Productivity. Journal of Personal Selling and Sales Managemen 19/1 (Winter): Seligman, M. (1998), Learned Optimism. New York: pocket books, Snyder, C.R., Irving, L,. & Anderson, J. (1991). Hope and Health : Measuring The Will and The Ways. In C.R. Snyder & D.R. Forsyth (Eds). Handbook of Social and Clinical Psychology ( ). Elmsford, NY: Pergamon. Snyder, C.R. (1994). Hope and Optimism. Enchychopedia of Human Behavior (vol.2, ). San Diego : Academic Press. Stajkovic, A. D., and Luthans, F. (2001). The Differential Effects of Incentive Motivators on Work Performance. Academy of Management Journal, 4, 580. Woling, S.J., & Wolin, S The Resilient Self : How Survivors of Trouble Families Rise Above Adversity. New York : Villard Books. Meredith, G.G et al Kewirausahaan Teori dan Praktek. Seri Manajemen No. 97. PT. Pustaka Binaman Pessindo.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMK YPM 3 Sepanjang Taman Sidoarjo merupakan sekolah menengah kejuruan yang berdiri atas naungan Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma arif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Capital 1. Pengertian Psycological Capital Menurut Osigweh (1989), psycological capital adalah suatu pendekatan yang dicirikan pada dimensi-dimensi yang bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepercayaan diri (self efficay) untuk menghadapi tugas-tugas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepercayaan diri (self efficay) untuk menghadapi tugas-tugas yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Psychological Capital 1. Definisi Psychological Capital Menurut Luthans (2007:3) Psychological Capital adalah kondisi perkembangan positif seseorang dan dikarakteristikan oleh:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PT. Fortune Dunia Motor merupakan salah satu dari tiga distributor otomotif anak perusahaan Samator Group antara lain Ford, Mazda,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

M. Irfani Hendri* Universitas Tanjungpura. Indarti Rochayati Universitas Tanjungpura. M. Fahmi Universitas Tanjungpura

M. Irfani Hendri* Universitas Tanjungpura. Indarti Rochayati Universitas Tanjungpura. M. Fahmi Universitas Tanjungpura Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2015, Vol. 4, No. 2, 211-227 Desain Pengembangan Aktivitas Kemahasiswaan dengan Pendekatan Psychological Capital dalam Meningkatkan Minat dan Kemampuan Berwirausaha

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan 8 BAB II TELAAH TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan saat ini sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan. Hal ini terlihat dari peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

Pengaruh Psychological Capital terhadap Kepuasan Kerja pada Pemadam Kebakaran di Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Timur

Pengaruh Psychological Capital terhadap Kepuasan Kerja pada Pemadam Kebakaran di Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Timur Pengaruh Psychological Capital terhadap Kepuasan Kerja pada Pemadam Kebakaran di Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Timur Vora Leolita Islami, Fibria Indriati Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 JEPARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 JEPARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 3 JEPARA Zuhrotul Aisyah; Dra. Frieda NRH, MS*; Endah Mujiasih, S.Psi, M.Si, MM* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Job Performance 1. Pengertian job performance Dalam dunia organisasi, terdapat banyak sekali istilah yang digunakan untuk menggambarkan seberapa baik seseorang melakukan pekerjaan.

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA PENGARUH SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi YPK Yogyakarta email : myindri.listyawati@gmail.com

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi oleh Didik Sukamto ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Surabaya, 08 Februari 2012 Pembimbing Lucky Abrorry, Psi, M.Psi Nip.197910012006041005 iii MOTTO

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu BAB II LANDASAN TEORI A. JOB INSECURITY 1. Definisi Job Insecurity Ashford dkk (1989) mengatakan bahwa job insecurity merupakan suatu tingkat dimana para pekerja merasa pekerjaannya terancam dan merasa

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO Hilman Fadhlillah 1, Hastaning Sakti 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas

Lebih terperinci

Rachmat Ramadhan, Ika Zenita Ratnaningsih

Rachmat Ramadhan, Ika Zenita Ratnaningsih HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL CAPITAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Rachmat Ramadhan, Ika Zenita Ratnaningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam suatu negara merupakan suatu hal yang sangat erat kaitannya dengan upaya untuk memakmurkan masyarakat. Karena pentingnya suatu pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian Work Engagement Menurut Macey & Scheneider (2008), engagement yakni rasa seseorang terhadap tujuan dan energi yang terfokus, memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang m_shohib@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya

Lebih terperinci

The Psychology of Entrepreneurship

The Psychology of Entrepreneurship The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal

Lebih terperinci

HUBUNGAN LOC DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF EFFICACY DAN MINAT BERWIRAUSAHA

HUBUNGAN LOC DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF EFFICACY DAN MINAT BERWIRAUSAHA HUBUNGAN LOC DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF EFFICACY DAN MINAT BERWIRAUSAHA Wulan Oktabriyantina, R. Gunawan S., Pujiati Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Email: briyantina600@gmail.com The purpose

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kontribusi determinandeterminan intention terhadap intention untuk melakukan premarital check up pada pasangan dewasa awal yang sedang memersiapkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Oleh : NIKI FEBRIANI F 100 090 100 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Indonesia lebih sedikit dibandingkan para pencari kerja. Lebih banyak orang memilih untuk bekerja dengan orang lain dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Jenjang pendidikan

Lebih terperinci

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta ANALISIS INTENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH UNIVERSITAS DARMA PERSADA (UNSADA) JAKARTA Nani Dewi Sunengsih Widiastuti Ardi Winata ABSTRACT The purpose of this study was to determine the intentions of the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen organisasi perlu diperhatikan pada setiap anggota yang ada dalam organisasi.allen dan Meyer (1990: 2) menyatakan anggota dengan komitmen organisasi, memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk menggunakan TransJakarta ke tempat kerja. Partisipan penelitian ini sebanyak 103 pekerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel tergantung : intensi berwirausaha 2. Variabel bebas : modal psikologis

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugrah yang mulia namun ibu rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 jam, selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, tampaknya persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin ketat. Dunia perekonomian berjalan dengan sangat

Lebih terperinci

Konsep Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Wirausahawan

Konsep Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Wirausahawan Jurnal Psikologi Teori dan Terapan 2014, Vol. 5, No. 1, 52-57, ISSN: 2087-1708 Konsep Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Wirausahawan Anisah Milatus Sunnah, dan Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia i BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sikap Ajzen Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia dengan segala kerumitannya merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah praktek dalam memulai suatu organisasi, lebih khususnya adalah bisnis baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas memiliki faktor penting dalam era global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RISK TAKING BEHAVIOUR DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RISK TAKING BEHAVIOUR DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RISK TAKING BEHAVIOUR DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI DAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI MASA PERSIAPAN PENSIUN DI PEMERINTAH KOTA CIREBON

EFIKASI DIRI DAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI MASA PERSIAPAN PENSIUN DI PEMERINTAH KOTA CIREBON EFIKASI DIRI DAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI MASA PERSIAPAN PENSIUN DI PEMERINTAH KOTA CIREBON Thrias Wiharyanto Wardoyo, Endah Mujiasih Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Arie Eko Cahyono. Universitas Jember

Arie Eko Cahyono. Universitas Jember PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI VARIABEL INTERVENING TEORI PERILAKU TERENCANA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER Arie Eko Cahyono.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam suatu penelitian karena berhasil tidaknya pengujian suatu hipotesis sangat tergantung pada ketepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. WORK ENGAGEMENT 1. Definisi Work Engagement Work engagement menjadi istilah yang meluas dan populer (Robinson, 2004). Work engagement memungkinkan individu untuk menanamkan

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII 1 HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII Ari Widayat (ariwidayat.716@gmail.com) 1 Giyono 2 Rani Rahmayanthi 3 ABSTRACT The purpose of this study was to

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Intensi Berwirausaha Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam

Lebih terperinci

Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK

Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK Hubungan Antara Self Efficacy dengan Kreativitas Pada Siswa SMK Hepy Hapsari Kisti Nur Ainy Fardana N. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. The purpose of this research was to know

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN MOTIF AFILIASI PADA SISWA KELAS X TEKNIK ELEKTONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 Oleh : KURNIA WATI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pengangguran dan kemiskinan masih merupakan masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, dan beberapa tahun kedepan. Selain itu krisis moneter

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi. Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dunia kerja saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia semakin bertambah sehingga mengakibatkan situasi yang kompetitif. Situasi kompetitif ini terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian

Lebih terperinci

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik Judul : Keberanian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha Nama : Anggra Lutfi Aprilian Mustofa NIM : 11152521035 ABSTRAK Masalah seperti

Lebih terperinci

Jovi Sulistiawan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UniversitasAirlangga ABSTRACT

Jovi Sulistiawan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UniversitasAirlangga   ABSTRACT Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 9. No. 1, April 2016 PENGARUH PERCEIVED SUPPORT, FEAR OF FAILURE DAN SELF-EFFICACY TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 6 KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 6 KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU 1 HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD SE-GUGUS 6 KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU Ali Purningsih, Syahrilfuddin, Zufriady alia.purningsih@ymail.com, syahrilfuddin.karim@yahoo.com,

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha. Abstrak

Universitas Kristen Maranatha. Abstrak Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Kasus Mengenai Intention dan Determinannya Untuk Melakukan Diet Rendah Karbohidrat Disertai Olah Raga Pada Wanita Di Pusat Kebugaran X Bandung. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan wirausaha di Indonesia sangat lambat dibandingkan dengan negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner Monitorong (GEM) 2009, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro Oki Nando Kimura, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomor empat terbesar di dunia dalam hal jumlah penduduk. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. nomor empat terbesar di dunia dalam hal jumlah penduduk. Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk diperkirakan sebesar 231 juta jiwa pada tahun 2009 menurut perkiraan Badan Pusat Statistik Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci