BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab
|
|
- Vera Yuwono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Teory Planned Behavior (TPB) Teory Planned Behavior (TPB) merupakan teori perluasan teori sebab akibat (TRA) (Ajzen &Fishbein, 1980 dalam Sihombing, 2011). Membangun teori tindakan beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1975), teori perilaku yang direncanakan (TPB) (Ajzen, 1991) telah menjadi salah satu teori psikologi yang paling banyak digunakan saat menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia (Armitage dan Conner, 2001 dalam Gathungu dan Pauline, 2014 ). Dalam bentuk aslinya, TRA menyebutkan perilaku dapat diprediksi dari Personal Attitude (PA) dan Subjective Norm (SN) yang mempengaruhi niat berwirausaha. Lebih Lanjut, TRA mengasumsikan bahwa perilaku seseorang berada di bawah kontrol kehendak atau Perceiced Behavioral Control (PBC) (Ajzen, 1988 dalam Sihombing, 2011). Akan tetapi, masalah yang dihadapi ketika teori TRA diterapkan untuk perilaku yang tidak sepenuhnya di bawah kontrol kehendak atau Perceiced Behavioral Control (PBC). Dengan kata lain, beberapa perilaku mungkin ada kekurangan pribadi atau hambatan eksternal yang dapat membatasi pencapaian tujuan. Oleh karena itu teori tersebut mulai dikembangkan hingga menjadi Teori Planned Behavior (TPB) (Azjen, 1988 dalam Sihombing, 2011). Teori Planned Behaviour (TPB) bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi mengapa orang berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini dibuat berdasarkan keterbatasan model sebelumnya dalam menangani perilaku dimana setiap individu tidak memiliki kendali penuh terhadap kehendak yang 1
2 diinginkannya. Teori Planned Behaviour (TPB) adalah teori yang didalilkan oleh Ajzen (1991) dan diadopsi oleh Krueger dan Carsrud (1993). Menurut Teori Planned Behaviour (TPB), Behavioral Entrepreneurial (EB) adalah fungsi dari niat kewirausahaan (Krueger & Carsrud, 2000 dalam Amos dan Kubasu, 2014). Keputusan perilaku adalah hasil dari sebuah proses dimana tingkah laku dipengaruhi oleh Personal Attitude (PA), Subjective Norm (SN) dan Perceiced Behavioral Control (PBC) (Smith et al.,2007 dalam Sommer, 2011; Ferreira et al., 2012). Gambar 2.1 konsep niat berwirausaha yang dikembangkan oleh Azjen (1991) Personal Attitude Subjective Norm Intention Behavior Perceived Behavioral Control Sumber 2.1 Ajzen (1991), Teori Planned Behavior (TPB) Gambar 2.1 merupakan konsep niat berwirausaha yang dikembangkan oleh Azjen (1991) yaitu pengaruh dari Personal Attitude (PA), Subjective Norm (SN) dan Perceiced Behavioral Control (PBC) terhadap niat berwirausaha dalam 2
3 Teori Planned Behavior (TPB) kemudian intention (niat) yang dapat menjadi penentu tindakan seseorang dalam artian semakin tinggi niat seseorang untuk berwirausaha maka semakin besar pula tindakan yang akan dilakukannya Personal Attitude (PA) Sikap seseorang dapat berubah-ubah tergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Hubungan antara niat seseorang untuk memulai bisnis dengan sikap seseorang terhadap pendapatan, kemandirian, resiko dan usaha. Hasilnya adalah orang yang memiliki sikap yang lebih positif menuju kemandirian dan resiko, memiliki kemauan tinggi untuk menjadi pengusaha (Douglas, 1999 dalam Astuti dan Fanny, 2012). Selain itu, Swan et al. (2007) dalam Engle et al. (2008) mendukung teori Ajzen tentang niat (sikap terhadap perilaku) dan menyetujui sikap memiliki tempat yang penting dalam psikologis ilmu pengetahuan dan pandangan orang untuk melakukan suatu tindakan. Azjen (1991) menyebutkan bahwa Personal Attitude (PA) mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki evaluasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan atau penilaian dari perilaku yang bersangkutan Subjective Norm (SN) Ajzen (1991) menjelaskan subjective norm (SN) sebagai tekanan sosial yang dirasakan individu untuk terlibat atau tidak terlibat dalam suatu tindakan. Norma Sosial dapat diartikan sebagai dukungan sosial yang mampu mempengaruhi perilaku individu (Kocoglu dan Massood, 2013). Norma subyektif dan norma sosial telah digunakan secara bergantian antara tekanan sosial dari pendapat orang tua, teman, mitra atau peran penting lainnya (Engle et al.,
4 dalam Tong, 2011). Di dalam norma subjektif terdapat dua aspek pokok yaitu: keyakinan akan harapan-harapan norma referensi, merupakan pandangan pihak lain yang dianggap penting oleh individu yang menyarankan individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu serta motivasi kesediaan individu untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan pendapat atau pikiran pihak lain yang dianggap penting bahwa individu harus atau tidak harus berperilaku (Wijaya, 2008). Sedangkan dalam Andika dan Madjid (2012) disebutkan bahwa norma subyektif sebagai suatu keyakinan individu untuk mematuhi arahan atau anjuran orang di sekitarnya untuk turut dalam melakukan aktifitas berwirausaha Perceived Behavioral Control (PBC) Perceived Behavioral Control (PBC) atau Kontrol perilaku terkait dengan persepsi individu pada kemudahan atau kesulitan perilaku yang diinginkan. Hal ini mengacu pada perasaan individu tentang kemampuan melakukan suatu tindakan atau tidak (Byabashaija dan Katono, 2011 dalam Kocoglu dan Massood, 2013; Azjen, 1991). Sarwoko (2011) mengatakan kontrol perilaku mencerminkan kelayakan yang dirasakan dalam melakukan suatu perilaku dan dengan demikian terkait dengan persepsi kompetensi situasional (efikasi diri). Azjen (1991) juga mengatakan bahwa pentingnya kontrol perilaku sebenarnya sebagai bukti diri terkait dengan sumber daya dan kesempatan yang tersedia untuk seseorang harus sampai batas tertentu menentukan kemungkinan pencapaian perilaku Niat Berwirausaha 4
5 Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi peluang di pasar; sumber mengejar peluang dan melakukan tindakan, dan sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang (Parker, 2004; Gartner, 1989 dalam Uddin & Tarun, 2012). Niat merupakan sebuah motivasi diri seseorang, kemauan untuk mengerahkan usaha, dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku (Ajzen, 1991). Niat juga menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba, seberapa besar upaya yang direncanakan seseorang, dan niat berhubungan erat dengan perilaku yang akan dilakukan selanjutnya (Wijaya, 2008 dalam Sarwoko, 2011). Niat kewirausahaan didefinisikan sebagai niat untuk memulai bisnis baru (Pillis dan Kathleen, 2007). Entrepreneurial intention atau niat kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai langkah awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka panjang (Lee & Wong, 2004 dalam Suharti dan Hani, 2011) Etnis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etnis merupakan hubungan dengan kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Identitas etnis meliputi dua aspek yaitu: Pertama, aspek internal identitas etnik merujuk pada citra (images), ide (ideas), sikap (attitudes), dan perasaan (feeling) yang kemudian dibagi dalam empat dimensi yaitu: Afektif (affective), Kepercayaan (fiducial), Kognitif (cognitive), dan Moral (moral). Kedua, aspek eksternal ditunjukkan oleh perilaku yang dapat diamati (observable behaviours) yang meliputi: logat (dialek) bahasa; praktek tradisi etnis, 5
6 keikutsertaan dalam jaringan kerja etnis tersebut seperti keluarga dan persahabatan, dan terlibat dalam institusi (Isajiw, 1999 dalam Ali et al., 2010). Dalam pengertian yang klasik, kelompok etnik (ethnic group) dipandang sebagai suatu kesatuan budaya dan teritorial yang tersusun rapi dan dapat digambarkan ke dalam sebuah peta etnografi. Setiap kelompok memiliki batasbatas yang jelas (well-defined boundaries) memisahkan satu kelompok etnik dengan lainnya. Kemudian secara de facto masing-masing kelompok itu memiliki budaya yang padu (cultural homogeneity); satu sama lain dapat dibedakan baik dalam organisasi kekerabatan, bahasa, agama (system kepercayaan), ekonomi, tradisi (hukum), maupun pola-pola hubungan antarkelompok etnik, termasuk dalam pertukaran jasa dan pelayanan (Malinowski 1922, dalam Pelly 1998:26 dalam Lubis, 2005). Tarakanita dan Maria (2011) menyebutkan Indikatorindikator Identitas Etnis adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi Diri dan Etnisitas: indentifikasi diri atau pelabelan diri sendiri mengacu pada label etnis yang seseorang gunakan untuk dirinya sendiri. 2) Affirmation dan Sense of Belonging: rasa memiliki dan keterikatan yang mendalam terhadap kelompok etnik tertentu 3) Sikap positif dan negatif terhadap kelompok etnis: perasaan bangga, kesenangan, kepuasan dan kerahasiaan dengan kelompok asal yang dimiliki 4) Ethnic Achieved: proses pengembangan identitas etnik 5) Other Group Orientation: interaksi dengan individu yang berbeda etnik. Tarakanita dan Maria (2011) juga menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi identitas etnis antara lain: bahasa, persahabatan, afiliasi dan kegiatan keagamaan, kelompok sosial dan etnis yang terstruktur, ideologi dan 6
7 aktivitas politik, area tempat tinggal, aktivitas dan sikap etnis atau kebudayaan lainnya. Selain indentitas etnis terdapat pula istilah manipulasi identitas etnis yang mana manipulasi tersebut merupakan suatu proses komunikasi antar budaya. Dalam Arianto (2012) dijelaskan bahwa seseorang yang memasuki wilayah etnis baru bisa saja memutuskan untuk memanipulasi indentitas etnisnya, mempertahankan budaya lamanya, atau mengikuti situasi di mana mereka berada. Proses manipulasi dalam hal ini terkait dengan bahasa atau dialek ataupun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Beberapa literatur mengenai bisnis keluarga menemukan bahwa etnisetnis minoritas cenderung memilih untuk melakukan kegiatan entrepreneurship sebagai profesi karena alasan lingkungan yang relatif terisolir, sistem cluster diskrimination dalam masyarakat yang mendorong keinginan untuk memiliki usaha sendiri, serta dorongan untuk meningkatkan interaksi dengan etnis lain melalui kegiatan entrepreneurship (Charles, 2003; Fairchild, 2008; Fairchild, 2010 dalam Chairy, 2011). Sajjad (2012) mengatakan bahwa budaya suatu daerah mempengaruhi niat untuk memulai suatu usaha baru. Selain itu dalam Samydevan et al. (2015) menyebutkan bahwa budaya merupakan variabel penghubung antara pendidikan kewirausahaan dengan niat berwirausaha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor budaya memiliki hubungan yang erat dengan niat berwirausaha. 2.2 Hipotesis Penelitian Personal Attitude (PA) menjadi faktor pembeda niat berwirausaha Dalam studi Kocoglu dan Massood (2013) yang dilakukan di Pakistan dan Turki terungkap bahwa sikap berperilaku merupakan salah satu indikator yang 7
8 memberikan pengaruh kuat dan mampu membedakan niat berwirausaha mahasiswa Pakistan dan Turki. Penelitian Engle et al. (2010) juga menunjukkan Personal Attitude (PA) mampu membedakan pengaruhnya yang signifikan terhadap niat berwirausaha di enam negara yaitu China, Finlandia, Ghana, Rusia, Swedia, dan Amerika Serikat. Personal Attitude (PA) juga mampu menjadi variabel pembeda serta memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap sampel di enam budaya yang berbeda yaitu Jerman, India, Iran, Polandia, Spanyol, dan Belanda (Moriano et al., 2011). Berdasarkan beberapa kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H1 : Personal Attitude (PA) mampu membedakan niat berwirausaha masyarakat Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar Subjective Norm (SN) menjadi faktor pembeda niat berwirausaha Penelitian yang dilakukan oleh Engle et al. (2010) terdapat 7 negara (Bangladesh, Mesir, Finlandia, Perancis, Jerman, Rusia, dan Spanyol) dari 12 negara yang diuji memperoleh hasil bahwa norma subjektif merupakan indikator yang berpengaruh signifikan dan mampu menjadi variabel pembeda niat berwirausaha. Hasil penelitian Peng et al. (2012) menunjukkan bahwa norma subjektif dari mahasiswa berpengaruh positif yang signifikan terhadap niat kewirausahaan mereka. Serupa dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Ferreira et al. (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan subjective norm (SN) dan mampu menjadi variabel pembeda niat berwirausaha. Berdasarkan beberapa kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. 8
9 H2 : Subjective Norm (SN) mampu membedakan niat berwirausaha masyarakat Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar Perceived Behavioral Control (PBC) menjadi faktor pembeda niat berwirausaha Dalam studi Kocoglu dan Massood. (2013) yang dilakukan di Pakistan dan Turki terungkap bahwa kontrol perilaku merupakan indikator yang memberikan pengaruh dan mampu menjadi variabel pembeda niat berwirausaha mahasiswa Pakistan maupun Turki. Perceived Behavioral Control (PBC) juga berpengaruh positif pada penelitian yang dilakukan oleh Engle et al. (2010) terdapat 7 negara (Bangladesh, Mesir, Finlandia, Perancis, Jerman, Rusia, dan Spanyol) dari 12 negara yang diuji memperoleh hasil bahwa kontrol perilaku merupakan variabel yang berpengaruh signifikan dan menjadi pembeda niat berwirausaha. Serupa dengan hal itu Ferreira et al. (2012) menyatakan pengaruh yang signifikan dari kontrol perilaku individu terhadap niat berwirausaha. Perceived Behavioral Control (PBC) juga mampu menjadi variabel pembeda serta memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap sampel di enam budaya yang berbeda yaitu Jerman, India, Iran, Polandia, Spanyol, dan Belanda (Moriano et al., 2011). Berdasarkan beberapa kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut. H3 : Perceived Behavioral Control (PBC) mampu membedakan niat berwirausaha masyarakat Etnis Bali dan Non Bali di Kota Denpasar 9
BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rasli et al., 2013). Oleh karena itu, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas kewirausahaan dapat dijadikan sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara (Rasli et al., 2013). Oleh karena itu, dalam beberapa dekade
Lebih terperinciVARIABEL-VARIABEL PEMBEDA NIAT BERWIRAUSAHA ETNIS BALI DAN NON BALI DI KOTA DENPASAR.
VARIABEL-VARIABEL PEMBEDA NIAT BERWIRAUSAHA ETNIS BALI DAN NON BALI DI KOTA DENPASAR Citra Surti Anggraini (1) I Gusti Ayu Ketut Giantari (2) (1)(2)Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia
i BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sikap Ajzen Ajzen (1991) mengatakan, untuk menjelaskan suatu perilaku manusia dengan segala kerumitannya merupakan hal yang
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)
9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Ada tiga teori yang diacu sebagai landasan berpijak dalam menjelaskan niat seseorang untuk berperilaku. Ketiga teori itu adalah Theory of Planned Behavior,
Lebih terperinciThe Psychology of Entrepreneurship
The Psychology of Entrepreneurship Bagaimana individu memutuskan menjadi seorang entrepreneur dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi? Dua faktor yang mempengaruhi berwirausaha (Suryana, 2001): Internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial
Lebih terperinciKERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah praktek dalam memulai suatu organisasi, lebih khususnya adalah bisnis baru
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Masalah-masalah ekonomi yang di alami Indonesia kian memprihatinkan. Apalagi dengan tingginya inflasi di Indonesia dari tahun ke tahun sehingga terjadi pelemahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan wirausaha di Indonesia sangat lambat dibandingkan dengan negara lain (www.smecda.com). Berdasarkan data General Enterpreuner Monitorong (GEM) 2009, jumlah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior)
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan perluasan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif
Lebih terperinciTHEORY OF REASONED ACTION
THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Intensi Berwirausaha Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam
Lebih terperinciBAB Latar Belakang
BAB 1 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi pada saat ini, perkembangan informasi dan teknologi sangatlah maju pesat dan tidak terbatas penyebarannya. Dengan informasi yang sangat mudah di dapat membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.
Lebih terperinciII KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya pasar dengan produk-produk yang inovatif. Tahun 1980-an di Amerika telah lahir sebanyak 20 juta entrepreneur, mereka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai berbagai teori yang terkait dengan sikap kewirausahaan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang menjadi dasar dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis et al. (1989) menyebutkan bahwa TAM
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan model yang diperkenalkan oleh Fred D. Davis. Davis
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode sekolah dimulai saat anak berusia kurang lebih 6 tahun. Periode tersebut meliputi periode pra-remaja atau pra-pubertas. Periode ini berakhir saat anak berusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sektor pajak merupakan sektor yang sangat diandalkan oleh pendapatan Negara Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendapatkan perangkat lunak ilegal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi di semua sektor, baik industri, bisnis, maupun pemerintahan bergantung pada sistem informasi dalam menjalankan aktivitasnya. Penggunaan komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinciPENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN, NORMA SUBYEKTIF, DAN EFIKASI DIRI TERHADAP PERILAKU BERWIRAUSAHA MELALUI INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA
PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN, NORMA SUBYEKTIF, DAN EFIKASI DIRI TERHADAP PERILAKU BERWIRAUSAHA MELALUI INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Novita Nurul Islami, Universitas Jember novitanurulislami@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)
8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan
Lebih terperinciAnteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia
Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Maludin Panjaitan Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Methodist Indonesia Jalan Hang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour Theory of Reasoned Action (TRA). Menurut Arnould, Price, dan Zinkhan (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia (Caecilia, 2012). Tingginya angka pengangguran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) Beberapa model penelitian telah dilakukan untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori
Lebih terperinciSTUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada
STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of
Lebih terperinci4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang pemilih pemula dalam pemilu presiden 2014. Berikut akan dijelaskan perihal profil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara berubah, tentunya kehidupan masyarakat juga akan berubah sesuai dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dalam bangsa dan Negara tersebut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang
A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri merupakan suatu kebutuhan yang penting dan tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Keberadaan teknologi informasi di era globalisasi ini tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak negatif terhadap produk-produk dalam negeri. Produk-produk dalam negeri akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi Secara ringkas pengertian intensi adalah ubahan yang paling dekat dengan perilaku yang dilakukan oleh individu, dan merupakan ubahan yang menjembatani antara sikap dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang
Lebih terperinciGambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014
Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui perilaku para anggotanya, para karyawannya, kebijakan-kebijakannya, dan peraturan-peraturannya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil survei National Retail Security (2003), didapatkan informasi bahwa penyusutan persediaan toko selalu menjadi tantangan untuk peritel di Amerika Serikat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam Encyclopedia of Philosophy,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa
BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2. Rerangka Teori dan Pengembangan Hipotesa 2. 1. Rerangka Teori 2.1.1 Pengertian Pajak dan Wajib Pajak Menurut UU KUP No. 16 Tahun 2009, pasal 1 ayat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia bisnis ritel ini, setiap saat akan berkembang sehingga menyebabkan berbagai jenis ritel bermunculan dan persaingan di dalam bisnis ritel yang sejenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor bagi kemajuan negara, beberapa waktu yang lalu pemerintah indonesia menaikkan anggaran pendidikan, hal ini dinilai
Lebih terperinciArie Eko Cahyono. Universitas Jember
PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI VARIABEL INTERVENING TEORI PERILAKU TERENCANA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER Arie Eko Cahyono.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. untuk meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa. Niat berwirausaha menjembatani
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Niat Berwirausaha Niat berwirausaha diartikan sebagai kebulatan tekad seseorang untuk memulai sebuah usaha. Niat berwirausaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mengkaji perilaku nelayan artisanal di Indonesia, khususnya di pantai Utara Jawa Barat penting dilakukan. Hal ini berguna untuk mengumpulkan data dasar tentang perilaku nelayan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun WP Terdaftar WP yang
BAB I: PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih relatif rendah, berdasarkan survey tentang kepatuhan yang pernah diadakan Direktorat
Lebih terperinci5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 4, disertai dengan hubungannya dengan teori penunjang, data-data empiris, hipotesis penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menggunakan perangkat mobile serta jaringan nirkabel (Ayo et al., 2007). Jonker
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Mobile commerce Mobile commerce adalah kegiatan transaksi yang bersifat komersial dengan menggunakan perangkat mobile serta jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2015). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi cenderung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa kali pengamatan, mahasiswa yang memilih jurusan akuntansi mengalami penurunan di Inggris (Marshall, 2003 dalam Mbawuni dan Nimako, 2015). Penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap efisiensi dan efektifitas organisasi (Simamora, 2006). Mesin-mesin atau
PENDAHULUAN Sumber daya manusia atau yang disebut dengan tenaga kerja atau karyawan merupakan asset penting perusahaan. Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan efektifitas organisasi
Lebih terperinciStudi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di beberapa bidang, beberapa diantaranya yaitu bidang teknologi dan transportasi. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pengembangan sistem informasi (Venkatest et al, 2003).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem informasi dalam suatu organisasi telah meningkat secara signifikan. Sejak tahun 1980-an, sekitar 50 persen modal baru digunakan untuk pengembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciNURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi dari ilmu pengetahuan yaitu keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis, atau keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan tinggi (Herwan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era modern seperti saat ini, harapan besar untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, masyarakat Indonesia diharapkan mengalami perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, teknologi, politik,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR
ANALISIS PENGARUH THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PROVIDER TELKOMSEL PADA MAHASISWA DAN PELAJAR DI WILAYAH BEKASI TIMUR Nama : Archita Ferina Setianing NPM : 11211043 Jurusan :
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK : APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK : APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Muria Kudus)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia kerja, perubahan dan tantangan terus berganti seiring dengan perkembangan industri. Keadaan ini menuntut sebuah perusahaan untuk selalu produktif. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sumber daya manusia merupakan tolok ukur suatu bangsa, maksudnya adalah bahwa suatu bangsa dapat dikatakan baik apabila memiliki sumber daya manusia
Lebih terperinciHasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.
PEMBAHASAN Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang telah diuji secara simultan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih menjadi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas memiliki faktor penting dalam era global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang berlimpah.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Theory of Planned Behavior (TPB) Teori perilaku rencanaan (theory of planned behavior atau TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut
Lebih terperinci