INTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas.
|
|
- Sugiarto Deddy Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 INTENSI WIRAUSAHA DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI (Entrepreneurial intentions Reviewed from Self-Confidence) Tulus Al Eklas Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan diri dan intensi wirausaha. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan intensi wirausaha. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi intensi wirausaha, dan sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 76 orang warga di Kelurahan Kauman Semarang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling insidental (incidental sampling). Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala yaitu Skala Intensi Wirausaha dan Skala Kepercayaan Diri. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepercayaan diri dengan intensi wirausaha yang ditunjukkan dengan dengan nilai r xy = 0,386 (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : intensi wirausaha, kepercayaan diri Abstract This research aims to empirically determine the relationship between self-confidence and entrepreneurial intentions. The hypothesis of this study is that there is a positive relationship between self-confidence and entrepreneurial intentions. This research used 76 residents in the Village Kauman Semarang. This study used an incidental sampling technique. This research data was collected using two scales, Entrepreneurial Intention Scale and Confidence Scale. Data analysis using Product Moment Correlation. The Results showed that there was a significant correlation between self-confidence and entrepreneurial intentions that indicated by r xy = (p <0.01). Key words: entrepreneurial intentions, self-confidence 59
2 Pendahuluan Kondisi perekonomian Indonesia yang didera krisis ekonomi cukup parah, tampaknya berdampak pada semakin sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan dan banyaknya pengangguran. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2013 mencapai 121,2 juta orang atau bertambah 780 ribu orang dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 120,41 juta orang dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya mencapai 118,29 juta orang (Tribunnews.com, 2013). Hal ini dikarenakan banyak perusahaan yang justru mengurangi tenaga kerja mereka, karena kondisi keuangan perusahaan yang juga tidak stabil. Keadaan yang demikian seharusnya dapat disikapi secara dewasa oleh masing-masing individu, khususnya yang mencari pekerjaan untuk lebih dapat mengembangkan kreativitasnya menciptakan lapangan pekerjaan, dan bukannya terpuruk dengan kegagalan demi kegagalan dalam mencari kerja. Langkah yang dapat diambil individu untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan mengembangkan perilaku kewirausahaan. Persaingan kerja dan usaha yang semakin kompleks akan teratasi dengan adanya kegigihan dalam diri individu untuk mengembangkan intensi dalam membuka dunia usaha, melalui ide kreatif wirausaha. Menurut Usman (dalam Mudjiarto dan Wahid, 2006: 2) wirausaha atau entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya, seperti finansial (money), bahan mentah (matrials), dan tenaga kerja (labors) untuk menghasilkansuatu produk, bisnis baru, proses produksi atau pengembangan organisasi usaha. Kewirausahaan menjadikan seseorang memiliki peluang mengendalikan nasib sendiri, kesempatan melakukan perubahan, memiliki peluang menggunakan potensi sepenuhnya, peluang melakukan sesuatu yang disukai, serta peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas. Intensi merupakan niat atau maksud yang mendasari sebuah perilaku. Intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu pertama sikap individu terhadap perilaku yang merupakan aspek personal dan ke dua adalah anggapan individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan yang disebut dengan norma (Azwar, 2011: 11). Individu akan melakukan perbuatan apabila memandang perbuatan itu positif dan percaya bahwa orang lain ingin agar individu melakukannya. Adanya intensi wirausaha akan diikuti dengan usaha-usaha individu untuk mewujudkannya dengan berbagai pertimbangan. Hasil penelitian yang dilakukan Chairy (2009: 109) tentang Pengaruh karakteristik entrepreneurial, jenis etnis, jenis kelamin dan profesi orangtua terhadap intensi wirausaha mahasiswa memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan intensi wirausaha menurut jenis etnis, profesi orang, dan gender. Individu dari berbagai jenis etnis, profesi orang tua, dan gender dapat memiliki intensi yang sama untuk wirausaha. 60
3 Kondisi ini kondusif untuk mendorong berkembangnya jumlah entrepreneur di Indonesia. Pada kenyataannya individu masih kesulitan menunjukkan intensi wirausaha seperti halnya dengan contoh kasus yang menunjukkan masih terdapat jutaan orang yang sedang menunggu panggilan kerja tanpa berinisiatif untuk wirausaha, dan ke depan jumlah tersebut bisa jadi akan bertambah lebih banyak. Salah satu media cetak nasional pada Bulan Juni 2013 menyebutkan bahwa di Jawa Tengah angka pengangguran masih tergolong tinggi dari laju peningkatan kesempatan dengan laju pencari kerja (Tempo, 2013). Berdasarkan data dari BPS Jawa Tengah diketahui bahwa penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan S1 masih berada pada kategori terbawah, yaitu hanya sebesar 4,94% dibandingkan dengan penduduk bekerja dengan latar belakang pendidikan SD sebesar 8,86 juta orang (55,50%), dan SMP sebesar 2,90 juta orang (18,13%). Data tersebut sejalan dengan hasil analisis wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 22 November 2012 dengan tiga orang warga yang tinggal di wilayah Kelurahan Kauman Semarang dan masing-masing berlatar pendidikan S1, diketahui warga tersebut belum memiliki intensi wirausaha. Warga merasa bahwa dunia wirausaha kurang sesuai dengan dirinya. Warga di wilayah Kelurahan Kauman Semarang lebih memfokuskan diri untuk mencari pekerjaan di suatu perusahaan. Responden pada dasarnya telah memahami risiko dari wirausaha dan yakin bahwa dengan adanya kerja keras dan berpikir keras dapat mengatasi kesulitan sekaligus memperkecil kemungkinan mengalami kerugian dalam wirausaha. Kondisi tersebut memperkuat fakta bahwa di wilayah Kelurahan Kauman Semarang yang berdekatan dengan pasar, justru lebih banyak pedagang yang berasal dari luar wilayah Semarang. Wijaya (2008: 95) menyatakan bahwa pembentukan intensi tidak hanya dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif semata. Untuk memulai wirausaha, seorang wirausaha harus berani mengambil resiko dalam wirausaha, karena setiap usaha mengandung resiko walaupun kadar resiko setiap usaha berbeda (Zaharuddin, 2006: 2). Dunia wirausaha memang syarat dengan adanya risiko yang dapat menyebabkan semakin terpuruknya individu, namun apabila pengambilan risiko dianggap sebagai hal yang berkaitan dengan wirausaha, maka akan dapat menjadikan individu menganggap risiko adalah hal biasa dan harus diatasi dengan kegigihan dan keuletan dalam menjalankan wirausaha. Peran kepercayaan diri menjadi sangat penting untuk mengatasi keraguan-keraguan yang muncul untuk menumbuhkan intensi wirausaha. Keberanian mengambil risiko berkaitan dengan segi kreativitas dan inovasi yang merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas. Pengambilan risiko juga berkaitan dengan kepercayaan diri, dan pengetahuan realistik 61
4 mengenai kemampuan yang dimilikinya (Mudjiarto dan Wahid, 2006: 5). Keberanian mengambil risiko akan menentukan kemampuan untuk menghadapi persoalan di dalam kewirausahaan, sehingga dapat memperkuat intensinya untuk wirausaha. Sarwoko (2011: 130) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi intensi, salah satunya adalah kepercayaan diri. Dunia wirausaha memang sarat dengan adanya resiko yang dapat menyebabkan semakin terpuruknya individu, namun apabila pengambilan resiko dipersepsikan sebagai hal positif maka akan dapat menjadikan individu menganggap resiko adalah hal biasa dan harus diatasi dengan kegigihan dan keuletan dalam menjalankan wirausaha. Santrock (2003: 336) mendefinisikan bahwa kepercayaan diri sebagai suatu dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Kepercayaan diri membawa kekuatan dalam mengatur langkah individu. Kepercayaan diri yang besar akan mendorong pikiran berpikir besar. Kepercayaan diri akan menjadikan individu mampu merasakan tentang diri sendiri dan individu akan merefleksikan perilakunya tanpa disadari. Individu yang percaya diri lebih independent, tidak tergantung orang lain, mampu memikul tanggung jawab yang diberikan, bisa menghargai diri sendiri, tidak mudah mengalami frustrasi, serta memiliki emosi yang lebih hidup dan stabil. Kepercayaan diri akan menjadikan individu memiliki kekuatan dalam diri untuk mengatasi setiap keraguan yang muncul ketika ingin memulai wirausaha, sehingga dapat memperkuat intensi untuk wirausaha. Hasil penelitian yang dilakukan Saputro dan Suseno (2008: 6-7) tentang hubungan antara kepercayaan diri dengan employability pada mahasiswa menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan employability (kesiapan kerja), ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri maka akan meningkatkan employability, danbegitu pula sebaliknya apabila kepercayaan diri rendah maka employability juga menurun. Adanya kepercayaan diri maka individu yang nantinya akan memasuki dunia kerja semakin mampu untuk mengekspresikan dan mengimplementasikan kemampuan serta kompetensi yang dimilikinya setelah melalui jenjang pendidikan, sehingga apabila harus menghadapi sebuah kompetisi, individu sudah siap tidak hanya secara praktek namun juga mental. Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran pentingnya kepercayaan diri dalam diri individu untuk memperkuat keyakinan menghadapi setiap tantangan dan kesulitan yang ada. Kepercayaan diri yang dimiliki individu akan dapat meningkatkan intensi wirausaha karena individu semakin siap secara mental, bahwa setiap risiko dalam wirausaha dapat teratasi dengan baik. 62
5 Kepercayaan diri adalah sebentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepahaman dengan jiwa dan kemampuan menguasai jiwa (Al-Uqsari, 2005: 13-14). Kepercayaan diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong individu untuk maju dan berkembang, serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, individu akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Individu akan selalu takut pada kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui. Kepercayaan diri pada individu akan dapat menunjang intensi wirausaha karena adanya kepercayaan bahwa usaha yang akan dilakukan dapat menuai keberhasilan, sehingga dapat terhindar dari perasaan ragu ketika ingin mulai menggeluti dunia wirausaha. Kepercayaan diri yang dimiliki individu akan mendorong munculnya keberanian dalam menghadapi berbagai risiko yang dapat muncul ketika individu mengambil langkah wirausaha. Kepercayaan diri akan dapat menunjang terbentuknya intensi wirausaha karena individu percaya dapat mencapai kesuksesan dalam wirausaha. Kenyataannya, individu masih kesulitan menumbuhkan intensi wirausaha. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan intensi wirausaha? Intensi Wirausaha Sebelum melakukan suatu perilaku, di dalam diri individu telah timbul intensi untuk berperilaku. Intensi merupakan probabilitas subjektif pada seseorang untuk melakukan perilaku (Sujana dan Wulan, 1994: 3). Pada dasarnya intensi berkaitan erat dengan sikap individu terhadap perilaku, serta norma subjektif, yaitu keyakinan individu mengenai apa yang diharapkan oleh individu lain untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan intensi berpotensi kuat untuk diwujudkan dalam perilaku. Lebih lanjut dijelaskan oleh Fadhila, Ekowati, dan Purnamasari (2004: 36) bahwa intensi dalam diri seseorang terbentuk dari hasil interaksi antara sikap dan norma subjektif. Interaksi yang sejalan antara sikap dan norma subjektif, maka akan muncul intensi untuk melakukan perilaku tersebut. Intensi memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu (Wijaya, 2008: 95). Intensi merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu pertama sikap individu terhadap perilaku yang merupakan aspek personal dan ke dua adalah anggapan individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan yang disebut dengan norma (Azwar, 2011: 11). Dijelaskan lebih lanjut oleh Azwar (2011: 12-13) bahwa individu akan melakukan perbuatan apabila memandang perbuatan itu positif dan percaya bahwa orang lain ingin agar individu melakukannya. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa intensi adalah niat, kehendak, atau maksud diri 63
6 pribadi yang didasarkan pada keyakinan dan sikap individu yang bersangkutan dan memengaruhinya untuk melakukan suatu perilaku secara sadar dan sengaja. Aspek-aspek intensi menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Adha dan Virianita, 2010: 381), antara lain: a. Aspek personal Aspek personal merupakan sikap individu terhadap perilaku b. Norma Norma merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan Smet (1994: 166) menyebutkan intensi ditandai dengan adanya empat aspek, antara lain: a. Tindakan (action), tindakan apa yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu obyek. Tindakan merupakan perilaku khusus yang akan dimunculkan atau diwujudkan secara nyata. b. Sasaran (target), sasaran apa yang ingin dituju atau sasaran apa yang ingin dicapai. Proses munculnya intensi atau niat dalam diri individu didasari atas keinginan individu untuk mencapai suatu manfaat tertentu bagi dirinya. c. Situasi (context), keadaan yang dikehendaki untuk menampilkan perilaku tertentu. d. Waktu (time), waktu meliputi waktu yang diperlukan untuk mewujudkan perilaku tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aspek-aspek intensi, yaitu tindakan, sasaran, situasi, dan waktu. Mc Clelland (dalam Mudjiarto dan Wahid, 2006: 3-4) menyatakan ada sembilan karakteristik penting wirausaha, yaitu: a. Dorongan berprestasi, yaitu keinginan besar untuk mencapai suatu hasil. b. Bekerja keras, dapat dilihat dari keinginan untuk mencapai sasaran untuk mencapai sasaran yang ingin dicita-citakan. c. Memperhatikan kualitas, merupakan keinginan untuk mencapai kualitas yang baik dengan menangani dan menangani sendiri bisnisnya hingga mandiri. d. Bertanggung jawab, dapat dilihat dari adanya tanggung jawab atas usaha, baik secara moral, legal, maupun mental. e. Berorientasi pada imbalan. Imbalan tidak hanya berupa uang, melainkan dapat berupa pengakuan dan penghormatan. f. Optimis, merupakan pandangan bahwa segala sesuatu mungkin untuk dilakukan. g. Berorientasi pada hasil karya yang baik (excellence oriented) h. Mampu mengorganisasikan bagianbagian dalam usahanya. i. Berorientasi pada uang, artinya uang tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan 64
7 pribadi dan pengembangan usaha saja, melainkan juga sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan. Adapun dalam sub bab ini, simpulan aspekaspek intensi wirausaha meliputi aspek tindakan, sasaran, situasi, dan waktu yang di dalamnya terdapat sifat atau ciri dorongan berprestasi, bekerja keras, memperhatikan kualitas, bertanggung jawab, berorientasi pada imbalan, optimis, berorientasi pada hasil karya yang baik (excellence oriented), mampu mengorganisasikan bagian-bagian dalam usahanya, berorientasi pada uang. Kepercayaan Diri Santrock (2003: 336) mendefinisikan bahwa kepercayaan diri sebagai suatu dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Kepercayaan diri membawa kekuatan dalam mengatur langkah individu. Kepercayaan diri yang besar akan mendorong pikiran berpikir besar. Individu yang kepercayaan dirinya kurang akan mendorong berpikir dan bertindak dengan apa adanya, sehingga hasilnya juga akan kecil. Hal ini membuat efek terhadap kepercayaan individu kurang. Besar kecilnya keberhasilan individu sangat ditentukan oleh besar kecilnya kepercayaan diri individu terhadap apa yang dipikirkan dan dilakukan (Wiyono, 2004: 124). Kepercayaan diri tidak begitu saja melekat pada individu. Kepercayaan diri bukan merupakan bawaan lahir atau keturunan, melainkan suatu proses belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui interaksi dengan lingkungan (Surya, 2007: 2). Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya untuk membuat suatu keputusan sendiri dan untuk melakukan pilihannya sendiri. Parkinson (2004: 99) menyatakan bahwa ciriciri individu yang memiliki kepercayaan diri, antara lain: a. Pandangan positif dan optimis terhadap dunia. b. Dapat menerima kritik dan mengabaikan seluruh pikirannya untuk memikirkan hal-hal buruk. c. Tidak pernah membiarkan stres terhanyut dalam masalah. Individu yang memiliki kepercayaan diri menurut Perry (2005: 9) menunjukkan ciri-ciri, sebagai berikut: a. Lantang, berani dan terbuka. b. Mampu menangani berbagai masalah, baik pribadi maupun pekerjaan tanpa banyak bicara tapi pasti. Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah pandangan positif dan optimis terhadap dunia, dapat menerima kritik dan mengabaikan seluruh pikirannya untuk memikirkan hal-hal buruk, tidak pernah membiarkan stres terhanyut 65
8 dalam masalah, lantang, berani dan terbuka, mampu menangani berbagai masalah, baik pribadi maupun pekerjaan, keyakinan kemampuan diri, objektif, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis. Metode Penelitian Batasan populasi dalam penelitian adalahwarga yang tinggal di wilayah Kelurahan Kauman Semarang yang memiliki 5 RW dan 18 RT, dan tingkat pendidikan S1. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu incidental sampling. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Intensi Wirausaha dan Skala Kepercayaan Diri. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hubungan kepercayaan diri sebagai variabel bebas dengan intensi wirausaha sebagai variabel tergantung, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Hasil dan Pembahasan Hipotesis yang diajukan peneliti bahwa ada hubungan positif antara intensi wirausaha dengan kepercayaan diri terbukti dengan nilai r xy = 0,386 (p < 0,01). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara intensi wirausaha dengan kepercayaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara intensi wirausaha dengan kepercayaan diri. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi intensi wirausaha, dan sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri maka semakin rendah pula intensi wirausaha. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh Fisbein dan Ajzen (dalam Azwar, 2011: 11-12) yang menyatakan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor intrinsik, salah satunya adalah kepercayaan atau keyakinan individu. Kepercayaan diri adalah sebentuk keyakinan kuat pada jiwa, kesepahaman dengan jiwa dan kemampuan menguasai jiwa (Al-Uqsari, 2005: 13-14). Kepercayaan diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong individu untuk maju dan berkembang, serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, individu akan hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Individu akan selalu takut pada kegagalan dan sesuatu yang tidak diketahui. Kepercayaan diri pada individu akan dapat menunjang intensi wirausaha karena adanya kepercayaan bahwa usaha yang akan dilakukan dapat menuai keberhasilan, sehingga dapat terhindar dari perasaan ragu ketika ingin mulai menggeluti dunia wirausaha. Santrock (2003: 336) mendefinisikan bahwa kepercayaan diri sebagai suatu dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. Kepercayaan diri membawa kekuatan dalam mengatur langkah individu. Kepercayaan diri dalam diri individu dapat dipergunakan untuk memperkuat keyakinan menghadapi setiap tantangan dan kesulitan yang ada. Kepercayaan 66
9 diri yang dimiliki individu akan dapat meningkatkan intensi wirausaha karena individu semakin siap secara mental, bahwa setiap risiko dalam wirausaha dapat teratasi dengan baik. Perry (2005: 9) menyatakan bahwa kepercayaan diri berarti merasa positif tentang apa yang bisa dilakukan dan tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa dilakukan, tapi memiliki kemauan untuk belajar. Kepercayaan diri memperlancar hubungan antara diri individu, kemampuan-kemampuan, seperti bakat, keahlian, dan potensi dan cara individu memanfaatkannya. Individu yang percaya diri lebih independent, tidak tergantung orang lain, mampu memikul tanggung jawab yang diberikan, bisa menghargai diri sendiri, tidak mudah mengalami frustrasi, serta memiliki emosi yang lebih hidup dan stabil. Kepercayaan diri akan menjadikan individu memiliki kekuatan dalam diri untuk mengatasi setiap keraguan yang muncul ketika ingin memulai wirausaha, sehingga dapat memperkuat intensi untuk wirausaha. Hasil penelitian yang dilakukan Afiatin dan Andayani (1998: 44) tentang peningkatan kepercayaan diri pada remaja pengangguran melalui dukungan sosial, menunjukkan bahwa peningkatan kepercayaan diri pada remaja penganggur mampu menjadikan remaja penganggur lebih merasa mampu untuk berusaha. Kepercayaan diri tersebut akan dapat menunjang intensi wirausaha yang dimiliki individu karena individu akan dapat semakin mengerahkan usaha untuk mengatasi setiap kesulitan yang muncul dalam wirausaha. Individu akan dapat mengatur setiap langkah yang akan dilakukan dalam wirausaha agar dapat mencapai kesuksesan. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan intensi wirausaha. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi intensi wirausaha, dan sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri maka semakin rendah pula intensi wirausaha, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Daftar Pustaka Adha, I. A., dan Virianita, R Sikap dan Intensi Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Desember Vol. 04. No. 03. Hal Bandung: IPB. Afiatin, T., dan Andayani, B Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Penganggur Melalui Kelompok Dukungan Sosial. Jurnal Psikologi. No. 2. Hal Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Al-Uqsari, Y Percaya Diri Pasti! Jakarta: Gema Insani. Azwar, S Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2. Cetakan XV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Chairy Pengaruh Karakteristik Entrepreneurial, Jenis Etnis, Jenis Kelamin dan Profesi Orangtua terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa. Seminar Internasional. Yogyakarta. Mudjiarto., dan Wahid, A Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan. Yogyakarta : University Press. 67
10 Parkinson, M Test Your Self, Personality Questionnaires: Memahami Kuesioner Kepribadian. Alih Bahasa: Lily Nurila. Bandung: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Perry, M Confidence Boosters: Pendongkrak Kepercayaan Diri. Alih Bahasa: Aditya Suharmoko. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W Adolescence. Edisi Keenam. Alih Bahasa: Drs. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarwoko, E Kajian Empiris Entrepreneur Intention Mahasiswa. Jurnal Ekonomi Bisnis. Th. 16. No. 2. Hal Malang: Program Studi Manajemen Universitas Kanjuruhan Malang. Saputro, N. D., dan Suseno, M. N Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Employability pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya: Universitas Islam Indonesia. Sujana, Y. E., dan Wulan, R Hubungan Kecenderungan Pusat Kendali dengan Intensi Menyontek. Jurnal Psikologi. Tahun XXI. No. 2. Hal Desember Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Surya, H Percaya Diri Itu Penting. Jakarta: PT. Gramedia. Tempo Angka Pengangguran Jawa Tengah Tinggi. 22/angka-pengangguran. Tribunnews.com BPS: Jumlah Angkatan Kerja Naik Orang. Diakses pada tanggal 16 Juni Wijaya, T Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 10. No. 2. Hal Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Wiyono, S Manajemen Potensi Diri. Jakarta: Grasindo. Zaharuddin, H Menggali Potensi Wirausaha. Bekasi : CV. Dian Anugerah Perkasa. 68
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait
Lebih terperinciNURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Mia Novitaloka 1, Harlina Nurtjahjanti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa seseorang untuk bisa lebih kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemakmuran suatu negara bisa dinilai dari kemampuan negara tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna dan mendistribusikannya ke seluruh penduduk.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh: NANANG SHOLIKHIN SURYA PRATAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinciKecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama ditinjau dari Kepercayaan Diri
Kecemasan Wanita Menjelang Kelahiran Anak Pertama ditinjau dari Kepercayaan Diri Veri Puspita Fakultas Psikologi Universitas Semarang George Hardjanta Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Anna Dian
Lebih terperinciINTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi
INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara ini pemimpin bagi negara-negara lain terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena empiris yang terjadi di Indonesia. Tarbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia telah meningkatkan jumlah pengangguran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Wirausaha dan kewirausahaan Istilah wirausaha berasal dari kata wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK
HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK Naskah Publikasi Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: PANGESTU PINARINGAN PUTRI F100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, khususnya dalam bidang lapangan kerja membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan berkembang pesat. Tuntutan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DIANITA WAHYU S. F100 040 259 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya
Lebih terperinciPERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Edwina Renaganis Rosida 1, Tri Puji Astuti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto
Lebih terperinciPengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak
Jurnal Eksos, Jul. 2011, hlm. 130-141 Vol. 7. N0. 2 ISSN 1693-9093 Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tantangan dalam pembangunan suatu negara adalah menangani masalah pengangguran. Pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu
Lebih terperinciMENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN
MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks. Hal ini dapat diamati dari jumlah pengangguran yang terus meningkat dan terbatasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS
i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F
Lebih terperinciEsa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 1, Maret 2017 HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS, KEMAMPUAN NUMERIK DAN SIKAP SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Intensi
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Intensi Berwirausaha Secara harfiah intensi bermakna niat (Nursito, 2013). Konsep mengenai intensi telah dijelaskan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya Indonesia. Penyebabnya tidak lain adalah kurang tersedianya lapangan pekerjaan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
58 BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bagian ini peneliti memaparkan mengenai kesimpulan yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan; diskusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Tingginya angka pengangguran merupakan fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, demikian halnya di Indonesia. Pengangguran di Indonesia hampir separuhnya disumbangkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi terdiri
Lebih terperinciA. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA
A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi
Lebih terperinciADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP. Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MINAT ENTREPRENEURSHIP Muhammad Shohib Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang m_shohib@yahoo.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)
9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan nasional yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah masalah pengangguran yang diperkirakan akan tetap mewarnai ketenagakerjaan Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi solusi yang dilematis namun terus saja terjadi setiap tahun. Saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa. Persaingan dunia tenaga kerja yang semakin pesat, berbanding terbalik dengan ketersediaan
Lebih terperinciURAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN Menurut Geoffrey G.Meredith (dalam sukardi,2009) wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan usaha (bisnis), mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Wirausahawan muda memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi suatu negara (Fadeyi dkk, 2015). Disamping memberikan peluang kerja bagi orang lain, lingkungan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A
1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berpenduduk tinggi, sesuai data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 dan 2015 sebesar
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan
MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak
Lebih terperinciKesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen
55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti
Lebih terperinciEntrepreneurship and Inovation Management
Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sekolah Menengah Aatas Negeri 1 Grati Pasuruan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sekolah Menengah Aatas Negeri 1 Grati Pasuruan SMAN 1 Grati terletak di kabupaten Pasuruan, tepatnya berada di Jl. Raya Sumurwaru
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL
1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin bertambah. Hal ini menyebabkan setiap pribadi manusia berusaha untuk mencari solusi dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Niat Berwirausaha Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar,
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Sociodemographic Factor, Attitude Factor, Contextual Factor, Entrepreneurial Intentions
ABSTRACT Unemployment in Indonesia is being increased, this was due to lack of employment and lack of one s intentions for entrepreneurship. This study aims to examine and analyze the sociodemographic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga
Lebih terperinciParadigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan
BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi karena banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu mengenai pengembangan kewirausahaan menjadi kajian yang hangat karena kewirausahaan perannya sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Keinginan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan
Lebih terperinciMENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN
MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan yang ketat antar Negara. Dalam persaingan global yang semakin terbuka saat ini memiliki banyak tantangan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK
KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR Supamrih ; Maroeto ; Yuliatin Moch Arifin ; Abdullah Fadil ABSTRAK Generasi muda terutama mahasiswa menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang memiliki keinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya. Tidak semua orang terlahir dengan
Lebih terperinciKONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd.
KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN Oleh : Dhita Fajriastiti Sativa, S.Pd. APA YANG AKAN SAYA KERJAKAN??? DUNIA SEKOLAH---------DUNIA KERJA MEMPERSIAPKAN MENTAL PADA SETIAP ADA PERUBAHAN. THE FUTURE I WILL BE AN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR
HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI MEMILIH SEKOLAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 KRAYAN KALIMANTAN TIMUR Nova Devisanti Titik Muti ah Nova_dikson@yahoo.com tmutiah2000@yahoo.com Fakultas Psikologi, Universitas
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciKonsep Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Wirausahawan
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan 2014, Vol. 5, No. 1, 52-57, ISSN: 2087-1708 Konsep Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Wirausahawan Anisah Milatus Sunnah, dan Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi Program
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.
Lebih terperinciSTUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada
STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Atlet Atlet adalah Individu yang memiliki keunikan dan memiliki bakat tersendiri lalu memiliki pola perilaku dan juga keperibadia tersendiri serta memiliki latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Sikap Suprapti (2010:135) mendefinisikan sikap sebagai suatu ekspresi perasaan seseorang yang merefleksikan kesukaan atau ketidaksukaannya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO Hilman Fadhlillah 1, Hastaning Sakti 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan
Lebih terperinciHUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII
1 HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII Ari Widayat (ariwidayat.716@gmail.com) 1 Giyono 2 Rani Rahmayanthi 3 ABSTRACT The purpose of this study was to
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA GURU DI SMA X
ISSN 1410-9859 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KINERJA GURU DI SMA X Sri Kandariyah Nawangsih, M.Psi. Fitria Linayaningsih, M.Psi. Abstrak Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif banyak dituntut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhan, yaitu salah satunya need for achievement (kebutuhan berprestasi). Mc
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1. Need for achievement (kebutuhan berprestasi) David McCelland telah memberikan pemahaman motivasi dengan tiga macam kebutuhan, yaitu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA. Disusun oleh : KUMALA SARI
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SALES PROMOTION PT. NUTRIFOOD INDONESIA Disusun oleh : KUMALA SARI Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Intisari Penelitian ini
Lebih terperinciModul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI
Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu Negara yang sedang berkembang, peran para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang
Lebih terperinciPENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA
Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan...(Untag Teddy Wijaya) 1 PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN KONSEP DIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA THE EFFECTS OF ENTREPRENEURSHIP KNOWLEDGE AND SELF-CONCEPT ON
Lebih terperinciDUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi internet semakin banyak dimanfaatkan oleh berbagai organisasi terutama organisasi bisnis, kegiatan dunia usaha yang menggunakan teknologi internet
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara
i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan masalah yang sering dijumpai di negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah penduduk di Indonesia setiap harinya semakin bertambah. Pertambahan penduduk tersebut menyebabkan Indonesia mengalami beberapa masalah, salah satunya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang
Lebih terperinciMembangun Jiwa Wirausaha
Membangun Jiwa Wirausaha Oleh: Dr. Heru Mulyanto, SE, MM Disampaikan pada seminar kewirausahaan di STIE Tunas Nusantara Jakarta 15 Desember 2012 APA PILIHAN ANDA.? Ketika kita memberi, kita akan menerima
Lebih terperinci